skripsi dani
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisasi baik itu organisasi pemerintah maupun swasta
membutuhkan berbagai macam faktor produksi seperti modal, bahan baku dan
karyawan/pegawai . Penelitian ini menitik beratkan pada pemikiran manajemen
yang lebih berorientasi pada faktor sumber daya manusia yaitu pegawai instansi
pemerintahan, karena kedudukan manusia merupakan faktor utama dalam aktifitas
pemerintahan. Tercapainya tujuan suatu organisasi akan sangat tergantung pada
bagaimana pegawai dapat mengembangkan kemampuan baik dibidang manajerial,
hubungan antar manusia maupun teknis operasional. Berbicara tentang pelaksanaan
tugas ini maka, beban kerja pegawai sanagt menentukan kualitas seorang pegawai
dan prestasi kerja pegawai dalam suatu organisasi pemerintah.
Organisasi merupakan suatu organisme. Sebagai lembaga atau organisasi,
setiap organisasi harus terus menerus berbentuk baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Kemampuan bertumbuh ini memungkinkannya tanggu bukan saja dalam
mempetahankan eksistensinya akan tetapi juga dalam mengembangkan dirinya
secara mantap dalam rangka pencapaian tujuan. Salah satu bentuk organisasi formal
yakini organisasi perkantoran. Kantor merupakan tempat diselenggarakan kegiatan
registasi (pencatatan), komputasi (pengolahan), komunikasi dan imformasi. Kegiatan
tersebut ditujukan untuk menyediakan keterangan atau imformasi yang lengkap dan
akurat, memberikan pelayanan kepada para pengguna informasisecara optimal.
Semua kegiatan bermuara untuk pencapaian tujuan yang tentunya tidak akan terlepas
dari adanya dukungan personel kantor. (digilib.unnes.ac.id)
1

Personel kantor dalam hal ini adalah pegawai Dinas Pegawai Umum
Kabupaten Bengkulu Selatan, pegawai merupakan faktor sentral yang menggerakan
dinamika organisasi. Sarana dan prasarana yng dimiliki organisasi akan menjadi
dinamis apabilah dikelolah secara baik oleh pegawai yang memiliki kualitas kerja
yang tinggi. Secara konkret individu pegawai yang berprestasi akan membawa
keuntungan dan kemajuan organisasi, sedangkan pegawai yang tidak berprestasi
akan merugikan organisasi. Apabila pegawai parasit sudah cukup dominan, kerugian
organisasi akan mendatangkan kehancuran. Oleh karenanya setiap organisasi harus
menyadari eksistensinya dimasa depan tergantung pada prestasi pegawai yang
dimiliki.Tanpa adanya dukungan pegawai yang kompetitif akan mengalami
kemunduran. Untuk mencapai tujuan organisasi maka salah satu faktor yang sangat
penting adalah pestasi kerja pegawai, sebab dapat menjaga kelangsungan hidup suatu
organisasi.
Organisasi yang dibentuk berdasarkan perhitungan beban kerja akan
memudakan organisasi tersebut mengujutkan visi dan misinya. Selain itu, kinerja
organisasi yang optimal dapat dihasilkan apabila besarnya sesuai dengan tugas dan
fungsi yang harus dilaksanakan serta didukung oleh sumber daya manusia yang
professional. Berimplikasi pada peningkatan beban kerja juga pelayanan kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dan dilakukan secara optimal oleh aparatur
kelautandan perikanan. Hal ini diharapkan dapat dicapai apabila disain
organsisasinya idial dan proporsinal sehinga unit organisasi dapat melakukan
tugasnya yang diembannya dengan lebih efektif, efisien, dan produktif.
Menurut Moekijat (1999), analisis beban kerja yaitu penentuan jumlah
pegawai yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan selama waktu tertentu.
2

Analisis beban kerja harus diikuti dengan analisis tenaga kerja untuk membentuk
dengan lebih tepat berapa jumlah pegawai yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan.
Pengukuran beban kerja tidak saja bermanfaat dalam menata organisasi
melainkan pula dapat digunakan dalam menentukan jumlah pegawai. Suatu unit
organisasiyang kelebihan pegawai banyak mengalami kesulitan dalam pembinaan
/pengelolaannya, karena:
a. Terjadi pemborosan biaya pegawai, padahal pegawai tersebut tidak
memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Seharusnya dana yang ada dapat dialokasikan pada program yang libih
membawa manfaat bagi banyak anggota masyarakat
b. Unit organisasi tidak dapat memberikan insentif yang lebih berprestai karena
terbatasnya anggaran;
c. Pegawai yang menganggur cendrung untuk berbuat negatif. Di lingkungan
mereka akan menghancurkan suasana kerja sehingga mengganggu konsentrasi
kerja pegawai yang sibuk, senentara itu diluar lingkungan kerja dapat berbuat
negatif yang merugikan unit organisasi.
Sebaliknya jika suatu unit organisasi kekurangan pegawai juga akan terjadi berbagai
danpak antara lain:
a. Program kerja banyak yang tidak tertangani dengan baik atau bahkan tidak
tertangani atau tertunda;
b. Pelayanaan pada masyarakat kurang dapat berjalan dengan baik/tidak sesuai
dengan setandar pelayanan minimum;
3

c. Pegawai yang akan dipekerjakan melebihi standar kerja yang optimal.
(www.abk.dkp.go.id)
Dalam penentuan beban kerja tentunya ada pencapaian tujuan yang ingin di
capai. Prestasi sebagai penilaian terhadap beban yang telah di tempu oleh para
pegawai. Para pegawai yang menempuh beban kerja yang telah ditetapkan oleh
peraturan menteri dalam negri nomor 12 tahun 2008 tentang pedoman anasisis beban
kerja dilingkungan departemen dalam negri dan pemerintah daerah.
PERMENDAGRI nomor 12 Tahun 2008 inilah yang merupakan dasar hukum dalam
pelaksanaan evaluasi beban kerja khususnya di lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bengkulu Selatan.
Prestasi kerja pegawai berkaitan dengan adanya akibat yang dikehendaki, hal
ini mengandung maksud bahwa pekerjaan yang dilakukan harus dapat menghasilkan
sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu hasil optimal yang dapat dicapai.
Adapun prestasi kerja pegawai itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pengembangan
pegawai. Siswanto (1989:195) menyatakan bahwa prestasi kerja pegawai adalah
hasil kerja yang telah dicapai seorang tenaga kerja atau pegawai dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Pegawai merupakan salah satu faktor yang menentukan keberadaan
organisasi maka perhatiaan dan pembinaan terhadap pegawai sebagai pekerjaan atau
manusia pribadi adalah penting, sebab kurangnya perhatian dan pembinaan akan
menimbulkaan akibat yang pada akhirnya dapat mematikan organisasi. Salah satu
upaya yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai adalah melalui
program pengembangan pegawai. Pengembangan pegawai adalah suatu usaha uantuk
meningkatkan kemampuaan teknis, teoritis, konseptual dan moral pegawai sesuai
4

kebutuhaan pekerja/ jabataan melalui pendidikan dan latihan, promosi dan
pemindahan pegawai (Hasibuan 2000:69).
Upaya ini pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
efektifitas pelaksanaan pekerja oleh pegawai sehingga mampu memberikan
kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan organisasi .Tingkat efektifitas ini
ditentukan oleh kemampuan pegawai yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, kerjasama dalam tim, kemampuan dalam memecakan masalah
dan berbagai memampuan mamajerial lainnya. Dari uraian diatas ditarik kesimpulan
bahwa secara teori pengembangan pegawai akan berpengaruh positif terhadap
peningkatan prestasi kerja pegawai.
Istilah prestasi kerja mengandung berbagai penelitian. Probowo (2005:31)
mengemukakan bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberasilan yang dicapai
seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur
atau dinilai. Suryabrata (1984:25) menyatakan bahwa prestasi adalah juga suatu hasil
yang dicapai seseorang setelah ia melakukan sesuatu kegiatan. Dalam dunia kerja
prestasi kerja disebut sebagai work performamce (Prabowo 2005:28).
Definisi prestasi menurut Lawler (dalam As’ad, 1991:128) adalah suatu
hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan secara
efesien dan efektif. Lawler & Porter (dalam Asrsquoad, 1991:128) menyatakan
bahwa prestasi kerja adalah kesuksesan kerja yang diperoleh seseorang dari
perbuatan atau hasil yang bersangkutan Dalam lingkup yang lebih luas, Jewll &
Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh mana anggota
organisasi telah melakuka pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya.
5

Jam Kerja Formal Per Minggu
Senin – Kamis 07.30-12.15 4 jam 45 menit x 4 = 19 jam
1300-17.00 4 jam x 4 = 16 jam
Jumat 07.30-11.30 4 jam = 4 jam
13.15-17.00 3 jam 45 menit = 3 jam 45 menit +
Total = 42 jam 45 menit
= 2.565 menit
Jam kerja efektif perminggu dengan waktu luang 25 %: 75/100 x 2,565 menit =
1.923,75 menit = 32 jam
Jam kerja efektif perhari
Lima hari kerja = 1923,75 menit :5 = 384, 75 menit = 6 jam 24 menit/hari
Dalam hal manajemen dan pengembangan sumber daya manusia
permasalahan beban kerja dan prestasi karyawan merupakan hal yang sangat penting
untuk keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi. Menyadari pentingnya
prestasi kerja, maka didalam perkembangan ilmu manajemen ada banyak catatan
yang membuktikan bahwa prestasi kerja menjadi focus kajian yang menarik untuk
dikaji. Sehubungan dengan hal yang dimaksud, salah satu hal yang penting dalam
manajemen sumber daya manusia adalah penilaian prestasi kerja yang merupakan
salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif .
Salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Bengkulu Selatan yaitu kantor
Pekerjaan Umum yang menurut pengamatan penulis bahwa jam kerja tidak sesuai
dengan jumlah pegawai yang ada, jumlah pegawai lebih banyak tetapi beban kerja
yang dibebankan pada pegawai tidak seimbang, hal ini mengakibatkan ketidak
merataan beban kerja antar pegawai. Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa
jumlah pegawai yang ada di kantor Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan
sebanyak 187 orang. Jumlah tersebut memang sangat banyak dibanding dengan
6

kantor atau dinas lain akan tetapi setiap jam kerja masih banyak pegawai yang santai
dan keluar kantor akan tetapi ada juga sebagian pegawai yang sedikit waktu untuk
santai dan setiap hari selalu disibukan dengan pekerjaan. Dari latar masalah di atas
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada Kantor Pekerjaan Umum
Kabupaten Bengkulu Selatan dengan Judul Pelaksanaan Evaluasi Beban Kerja
Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan
evaluasi beban kerja dalam meningkatkan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui, mendapatkan
data dan mendeskripsikan tentang pelaksanaan evaluasi beban kerja dalam
meningkatkan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bengkulu Selatan
7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beban Kerja Pegawai
Menurut Kepmenpan Nomor 75 Tahun 2004 bahwa beban kerja adalah
sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan
waktu tertentu. Sedangkan menurut Permendagri Nomor 12 Tahun 2008 bahwa
beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
Menurut Komarudin (2003:124) bahwa beban kerja adalah proses untuk
menetapkan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu
pekerjaan dalam waktu tertentu. Sedangkan pengertian analisis beban kerja menurut
Komarudin (2003: 126) adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang
yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam
waktu tertentu atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah personelia dan berapa jumlah tanggung jawab atau
beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.
Menurut Simamora ( 1995:57) Bahwa beban kerja adalah
mengidentifikasikan baik jumlah karyawan maupun kwalifikasi karyawan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut MENPAN (1997)
bahwa pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang
harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka
waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk
mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi,
atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
8

teknik analisis jabatan, teknik analisis jabatan kerja atau teknik manajemen lainnya.
Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa, pengukuran beban kerja merupakan salah
satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses
penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis . Informasi jabatan tersebut
dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur
baik dibidang kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia.
2.2. Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai
Prestasi kerja adalah hasil kegiatan yang dapat memperbaiki
keputusan-keputusan dan dapat memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka ( Handoko:2000:135) Menurut pendapat Darma
(1999:32) bahwa prestasi kerja adalah :
” Sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan dan diberikan seseorang atau sekelompok orang , sedangkan untuk penilainnya tidak terbatas pada individu tetapi dapat pula dilakukan untuk suatu kelompok. ”
Menurut Mangkunegara ( 2001:135) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan mengumukakan bahwa:
” Prestasi kerja seseorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan bergabai kemungkinan, misalnya standar, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Winardi
(2000:126), menurutnya prestasi kerja merupakan ”hasil yang dicapai oleh fungsi
dan jabatan tertentu dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut As’ad (1997: 88)
mendefinisikan prestasi kerja sebagai Successfull role achievement yang diperoleh
seseorang dari perbuatannya. Dari batasan-batasan tersebut dijelaskan bahwa yang
dimaksud prestasi kerja adalah hasil yang dicapai pegawai menurut ukuran yang
berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
9

Jelaslah disini prestasi kerja mempunyai unsur kemampuan, kecakapan,
disiplin kerja dan ketelitian sehingga dapat memberikan hasil kerja yang lebih baik
atau lebih menonjol. Untuk dapat mencapai suatu sasaran yang diinginkan oleh
pihak perusahaan haruslah dapat membina atau membimbing pegawai sampai
pada tingkat prestasi yang diharapkan dimana dalam pelaksanaannya juga harus
memperhatikan:
1. Sejauhmana tingkat prestasi atau keterampilan yang diharapkan
2. Bukti dari tingkat prestasi kerja atau keterampilan yang telah dicapai
3. Pembinaan tenaga kerja agar dapat mencapai tahap atau keterampilan seperti
yang diharapkan.
2.3. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat,
mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani
yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral
tinggi yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang
Dasar Tahun 1945. Yang kesemuanya itu adalah dalam rangka mencapaian tujuan
yang dicita-citakan bangsa Indonesia.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan Pegawai Negeri yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
10

Suradji (2003:5) Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 96/2000 Tentang Pegawai Negeri Sipil
yang dimaksud dengan:
a) Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah pegawai Negeri Sipil yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan belanja Negara dan bekerja pada
Departemen, Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet,
Sekretariat Militer, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor
Menteri Koordinator, Kantor Menteri Negara, Kepolisian Negara, Lembaga
Pemerintah non Departemen, Kesekretariatan lembaga Tertinggi negara,
Instansi Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan
Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
b) Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Proinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan
di luar Instansi induknya;
Adapun kata pegawai negeri sipil merupakan gabungan kata-kata majemuk
dari tiga kata, pegawai, negeri, dan sipil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata pegawai ada empat makna; 1. orang yang bekerja pada
pemerintah/perusahaan, dan sebagainya; 2. (klasik) yang bekerja pada kerajaan; 3.
(kiasan) alat perkakas, 4. (administrasi) sekelompok orang yang bekerja sama
11

membantu seorang direktur, ketua, dan sebagainya mengelola sesuatu. Dari keempat
makna kata pegawai tersebut, untuk modul ini lebih tepat pada makna pertama, dan
keempat, karena berkaitan dengan pengertian khusus pegawai negeri sipil. Kata
negeri mempunyai empat makna dan salah satunya ialah negara, pemerintah (lawan
kata swasta). Adapun kata sipil bermakna berkenaan dengan penduduk atau rakyat
(bukan militer). Dari pemaknaan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) itu
maka dapat ditarik pengertian bahwa pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja
pada pemerintah mengurusi hal-hal yang berkenaan dengan urusan penduduk atau
rakyat (bukan urusan militer).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Kepegawaian memberi batasan pengertian pegawai negeri sipil
tersebut dalam Pasal 1 angka 1. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang setelah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan yang
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri, atau diserahi tugas negeri lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Definisi pegawai negeri itu memiliki empat kata kunci:
a. Memenuhi syarat yang ditentukan
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang
c. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, dan
d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, yang
termasuk pengertian pegawai negeri adalah: Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, dan
Anggota Kepolisian Negara R.I. Selanjutnya Pasal 2 ayat (2) menyebutkan pegawai
negeri sipil itu terdiri atas Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil
Daerah.
Menurut Pasal 1 angka 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003
tentang Wewenang, Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil, yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah pegawai negeri sipil
yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan bekerja
pada departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, kantor
menteri negara koordinator, kantor menteri negara, Kepolisian Negera Republik
Indonesia, lembaga pemerintah nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional, kesekretariatan lembaga lain
yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon I dan bukan merupakan bagian dari
departemen/lembaga pemerintah nondepartemen, instansi vertikal di daerah
provinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk
menyelenggarakan tugas negara lainnya.
Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah pegawai negeri sipil yang gajinya
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada
pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota atau dipekerjakan di luar instansi
induknya.
Sedangkan Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang
13

dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi PNS
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan
merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.
Dalam kedudukan dan tugas tersebut, Pegawai Negeri harus netral dari
pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menjamin netralitas dimaksud, Pegawai Negeri dilarang menjadi
anggota dan atau pengurus partai politik. Selanjutnya, sebagaimana dinyatakan
dalam Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang -
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa
Pegawai Negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Lebih jauh dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) dimaksud
terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, yaitu:
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga
Non-Departemen. Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara,
Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepaniteraan Pengadilan;
14

2) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan;
3) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada
Daerah Otonom;
4) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain,
seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain;
5) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggara akan tugas Negara
lainnya, seperti Hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi
dan lain-lain.
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah yaitu adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Otonom seperti PNS Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja
pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan pada Pemerintah Daerah atau
dipekerjakan di luar instansi induknya.
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Sipil Daerah yang diperbantukan di
luar instansi induknya, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.
Disamping Pegawai Negeri Sipil dimaksud di atas, pejabat yang berwenang
mengangkat pegawai tidak tetap, yaitu pegawai yang diangkat untuk jangka waktu
tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat
teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
organisasi. Pegawai Tidak Tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.
3. Hak Dan Kewajiban PNS
Setiap Pegawai Negeri berhak:
15

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggung jawabnya (pasal 7 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 atau pasal 7 UU
No. 8 Tahun 1974)
2. Memperoleh cuti (pasal 8 UU No. 8 Tahun 1974), dan Peraturan Peperintah
No. 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil. Ada 6 (enam) macam
cuti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1976, yaitu:
a. Cuti Tahunan;
b. Cuti besar;
c. Cuti sakit;
d. Cuti bersalin;
e. Cuti karena alasan penting;
f. Cuti di luar tanggungan negara;
4. Penilaian Kinerja PNS
Dalam pasal 17 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, pranata kerja dan jenjang pangkat
yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan
jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.
Pelaksanaan pembinaan pegawai dapat menjadi proses perubahan dari
pegawai-pegawai yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang cakap
dan karyawan-karyawan sekarang dapat dikembangkan untuk memikul tanggung
jawab baru. Untuk mengukur sukses atau tidaknya program yang dilaksanakan maka
diperlukan adanya penilaian dan evaluasi secara sistematis.
16

Penilaian prestasi pegawai dikenal dengan istilah "performance rating,
performance appraisal, personnel assessment, employee evaluation, merit rating,
efficiency rating, service rating."
Penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Roger Bellows (dalam Manulang,
2001) penilaian kerja sering disebut seperti: employee evaluation, merit rating,
efficiency rating, progress report dan personal review. Sementara itu Amstrong dan
Baron menyebutnya performance measurement. Lebih lanjut Schuler dan Jackson
menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur
yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidak hadiran. Fokusnya adalah
untuk mengetahui seberapa produktif seseorang karyawan, organisasi dan
masyarakat semuanya memperoleh manfaat.
Lebih lanjut (Prawirosentono : 302: 1999) menyatakan bahwa performance
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Penilaian kinerja dilingkungan pegawai negeri dalam sistem administrasi
negara Indonesia, mempunyai peran dan kedudukan yang sangat significant. Pegawai
Negeri sebagai unsur utama aparatur pemerintah bertugas melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada
kualitas Pegawai Negeri. Kedudukan penting Pegawai Negeri telah ditegaskan dalam
Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang Undang
17

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Kepegawaian, yang dinyatakan bahwa
Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan
merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.
Dilingkungan pegawai negeri sipil penilaian kinerja pegawai dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1978 tentang Daftar Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Penilaian pelakasanaan pekerjaan PNS dituangkan
dalam suatu daftar (yang lebih popular dengan singkatan DP-3) yang memuat hasil
penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, yaitu sejak
bulan Januari sampai dengan Desember. DP-3 ini merupakan bahan pertimbangan
yang obyektif dalam pembinaan karier PNS yang dibuat oleh Pejabat Penilai dan
ditanda tangani oleh 3 (tiga) pihak, yaitu: oleh pegawai yang dinilai, oleh Pejabat
Penilai, dan oleh Atasan Pejabat Penilai. Sedangkan unsur-unsur yang dinilai ada 8
(delapan) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1978 tentang Daftar Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:
1) Kesetiaan;
2) Prestasi Kerja
3) Tanggung jawab;
4) Ketaatan;
5) Kejujuran;
6) Kerjasama;
7) Prakarsa; dan
8) Kepemimpinan (khusus bagi PNS yang menjadi pejabat eselon).
18

DP-3 bagi CPNS dibuat dalam tahun yang bersangkutan apabila yang
bersangkutan telah 6 (enam) bulan melaksanakan tugas, dan apabila yang
bersangkutan belum bekerja selama 6 (enam) bulan maka DP-3 nya dibuat pada
tahun berikutnya. Khusus bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS, DP-3 nya
dibuat setelah yang bersangkutan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun menjadi
CPNS terhitung yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya.
Pejabat yang berwenang memberikan nilai dalam DP-3 tersbut dinamakan
Pejabat Penilai, sedangkan pejabat yang secara vertikal membawahi Pejabat Penilai
disebut Atasan Pejabat Penilai. Pejabat Penilai ini serendah-rendahnya menduduki
jabatan eselon V atau eselon terendah dalam suatu unit organisasi.
Dalam proses penilaian, sebelum CPNS atau PNS menandatangani DP-3,
yang bersangkutan memiliki hak untuk setuju atau tidak setuju. Apabila ia setuju,
maka yang bersangkutan menandatanganinya, dan apabila ia tidak setuju maka yang
bersangkutan boleh menyatakan keberatan dalam formulir DP-3 pada kolom atau
lembar yang tersedia. Dalam hal demikian, ia mengajukan keberatannya kepada
Atasan Pejabat Penilaian sebagai pengambilan keputusan terakhirnya.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan tesebut dinyatakan dengan sebutan dan
angka dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1978 tentang Daftar
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut:
1) Amat baik dengan angka dari 91 sampai dengan 100;
2) Baik dengan angka dari 76 sampai dengan 90;
3) Cukup dengan angka dari 61 dengan 75;
4) Sedang dengan angka dari 51 sampai dengan 60; dan
5) Kurang dengan angka 50 ke bawah;
19

DP-3 bersifat rahasia, artinya hanya Pejabat Penilai, Atasan Pejabat Penilai,
yang bersangkutan, dan pejabat lain yang karena tugasnya berurusan dengan DP-3
yang berhak mengetahuinya.
5. Penggajian PNS
Gaji adalah balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja seseorang pegawai.
Pada dasarnya setiap PNS beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya,
sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Dalam system penggajian PNS di Indonesia dikenal adanya perpaduan antara:
1) Sistem berkala tunggal (mono scale system), dan
2) Sistem skala ganda (multy scale system)
Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang
sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang
dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. Sistem skala ganda adalah sistem
penggajian yang menentukan besarnya gaji, bukan saja didasarkan pada pangkat
tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang
dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan
itu.
Sebagaimana diuraikan di atas, sistem penggajian PNS adalah sistem skala
gabungan antara skala tunggal dan skala ganda. Bagi PNS yang belum menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional pada umumnya berlaku sistem skala
tunggal, namun bagi yang sudah menduduki jabatan struktural atau fungsional
berlaku sistem skala ganda. Artinya, selain gaji pokok yang sama dengan PNS lain
20

sesuai dengan kepangkatannya, PNS yang menduduki jabatan tersebut juga
memperoleh tunjangan jabatan struktural atau fungsional.
Selain tunjangan jabatan di lingkungan PNS juga diberikan tunjangan
keluarga (bagi PNS yang berkluarga atau tidak bujangan). Tunjangan keluarga ini
terdiri dari tunjangan istri atau suami dan tunjangan anak (dengan ketentuan
maksimum, 2 anak). Tunjangan lain yang diberikan adalah tunjangan pangan, yaitu
10 Kg beras untuk 1 orang dan maksimum 4 orang (PNS yang bersangkutan, isteri
atau suami, dan 2 anak). Namun untuk memberi tunjangan dalam bentuk beras pada
saat ini telah digantikan dan diberikan dalam bentuk uang.
Dalam sistem penggajian PNS juga terdapat adanya Kenaikan Gaji Berkala,
yaitu setiap 2 tahun sekali bagi semua PNS yang memenuhi syarat diberikan
kenaikan gaji berkala.
21

BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Menurut Usman dan Akbar (1995:42) bahwa:
“ Metode ialah suatu prosedur/cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari pemahaman-pemahaman suatu metode jadi metodelogi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian”.
Tailor (dalam Moleong, 1998:56) mendefinisikan bahwa metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secarah utuh. Jadi
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian ini tidak
untuk menguji hipotesa melainkan hanya mendiskripsi informasi apa adanya sesuai
dengan variabel yang akan diteliti.
B. Definisi Konseptual
Secara konseptual beban kerja adalah jumlah target pekerjaan atau target
hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu sedangkan prestasi kerja
adalah suatu kualitas pekerjaan yang dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dibebankan kepada para pegawai dan dinilai berdasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan waktu. Maka dalam penelitian ini bahwa prestasi kerja
merupakan sesuatu yang menggambarkan tentang keterlaksanaan dan keberhasilan
seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya.
22

C. Definisi Operasional
Definisi orerasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variable atau kontak dengan memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang dibutuhkan untuk
mengukur kontak atau variable tersebut ( Nasir, 1985:152)
Tabel 1. Definisi Operasional
No Variabel Aspek Indikator1 Pelaksanaan Evaluasi Penilaian prestasi kerja Adanya penilaian
prestasi kerja karyawan
Pengawasan Adanya pengawasan yang dilakukan atasan terhadap kinerja bawahan
2 Beban Kerja Jumlah pekerjaan Banyaknya jumlah pekerjaan yang diselesaikan
Jenis pekerjaan Banyaknya jenis pekerjaan yang diselesaikan
3 Prestasi Kerja Kualitas pekerjaan dalam melaksanakan tupoksi
Hasil dari pekerjaan yang diselesaikan
Kuantitas dalam melakukan tupoksi
Jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tupoksi
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
23

D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Adapun pengumpulan data primer dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas rutin yang
dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Pekerjaan
Umum Kabupaten Bengkulu Selatan
b. Wawancara mendalam di ajukan pada semua informan yang
sudah ditentukan. Untuk memberi acuan atau pedoman bagi
peneliti dalam melakukan wawancara, akan dibuat semacam
panduan dasar tentang hal-hal informasi yang akan digali sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan peneliti. Dengan demikian maka
akan disusun pedoman dasar wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
studi atau dokumentasi yaitu data yang berasal dari dokumen
resmi Kantor Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan.
E. Sasaran Penelitian
Mengenai jumlah sasaran penelitian dalam penelitian ini tidak ada batasan
yang mutlak. Menurut Faisal (1990:9) bahwa:
“ Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah “keterwakilan” contoh atau sampel dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi, yang dikenal adalah keleluasaan dan ketercakupan tentang informasi, karenanya soal jumlah dan asumsi randomisasi dalam pengambilan sampel bukan menjadi kepedulian penelitian kualitatif, yang menjadi kepedulian adalah luas dan kemencakupan rentang informasi yang dipelukan sesuai dengan elemen-elemen dalam penelitian”.
24

Jadi menurut pendapat Faisal di atas jumlah sasaran dalam penelitian
kualitatif tidak perlu menentukan jumlah sampel atau responden terlebih dahulu, bila
data yang diperlukan telah mencukupi maka pengambilan data pada responden dapat
dihentikan. Maka sasaran responden atau sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik purpusive sampling (sampel bertujuan). Penetapan teknik ini
berpedoman dengan pendapat Moleong (1998:165) yaitu:
“ Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor konstektual jadi maksud sampel dalam penelitian ini ialah untuk menjaring berbagai sumber dengan demikian tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam temuan kontekstual yang unik dan maksud kedua adalah menggali informasi yang muncul oleh sebab itu penelitian kualitatif tidak ada sampel acak”.
Sampel bertujuan dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu
2. Mereka yang tergolong masih berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti
3. Mereka yang mempunyai kesempatan waktu yang memadai untuk dimintai informasi
4. Mereka yang mulanya tergolong sebagai orang yang cukup asing dalam penelitian sehinggah lebih menggairahkan untuk dijadikan sebagai guru atau nara sumber.
Sementara Spradly (dalam Sugiyono, 2005:56), menanyakan bahwa sampel
sebagai sumber data atau sebagai sebaliknya yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
Mereka yang menguasai atau memahami suatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi dihayati. Mereka yang tergolong masih berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. Mereka yang mempunyi waktu yang memadai untuk informasi. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih mengarahkan untuk dijadikan semacam guru atau nara sumber.
25

Berdasarkan pendapat Spradly tersebut, maka peneliti dapat membuat
kriteria sendiri mengenai informan dalam penelitian ini, yang terdiri dari:
1. Kepala Kantor Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Satf Pegawai Kantor Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan
Perincian jumlah pemilihan informan dilakukan berdasarkan kriteria-keriteria
tertentu yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian.
F. Metode Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penleitian ini adalah diskriptif
kualitatif, teknik ini digunakan untuk menganalisa data-data dengan cara
mendiskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah dikumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum ataupun
menggeneralisasi data tersebut.
Penelitian dengan teknik deskriptif kualitatif ini terbatas pada
penggambaran, penjelasan dan penguraian secara mendalam dan sistematis tentang
keadaan sebenarnya. Selanjutnya dilakukan argumentasi dan interfrestasi data dan
kemudian menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian yang
telah ditentukan sebelumnya.
26