fotosintesis dani
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN
Acara IKurva Pertumbuhan Sigmoid
Oleh:
Nama : Dani NugrahaNim : A1I006037Kelompok :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI HORTIKULTURA
PURWOKERTO
2008

I. PENDAHULUAN
A. Teori Dasar
Selama terdapat siklus hidup, tumbuhan akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan penambahan bobot dan volume
atau ukuran tumbuhan karena adanya penambahan unsur – unsur struktural
yang baru. Pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan
dimulai dari perkecambahan biji dan dilanjutkan dengan memasuki fase
pertumbuhan juvenile yang berakhir pada fase maturasi, selanjutnya diikuti
dengan senesensi.
Pola pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan berupa
pertumbuhan sigmoid, yaitu terjadinya pertumbuhan yang lambat pada fase
inisiasi yang kemudian pada fase berikutnya pertumbuhan akan semakin cepat
secara eksponensial.Selanjutnya pertumbuhan akan diperlambat dan akhirnya
akan mendekati konstan, sehingga akan membumbentuk kurva pertumbuhan
yang menyerupai huruf “ S “.
B. Tujuan
Untuk mempelajari kurva pertumbuhan sigmoid organ daun tanaman
hortikultura.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Bahan :
Tanaman hortikultura yang sedang aktif
tumbuh ( tanaman mawar ).
2. Alat :
Penggaris
Alat tulis
Label
B. Prosedur Kerja
1. Mencari tanaman hortikultura yang sedang aktif tumbuh.
2. Memilih tiga daun yang masih muda dan sedang aktif tumbuh.
3. Mengukur panjang masing – masing daun mulai dari pangkal sampai ke
ujung helai daun dengan menggunakan penggaris setiap dua hari sekali
sampai lima belas kali.
4. Mencatat hasil pengukuran dan memasukan data pengamatan pada tabel
spengamatan.

III. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
Waktu pengamatan
Panjang daun ( cm)
Hari ke - Daun
ke 1Daun ke 2
Daun ke 3
Rata - Rata
1 1 1.5 2 1.52 1.2 1.7 2.2 1.73 1.4 2.3 2.5 2.074 1.5 2.8 2.7 2.335 2 3 3 2.676 2.1 3.4 4 3.177 2.4 3.9 4.6 3.638 2.8 4.5 5.2 4.179 3.2 5.1 5.8 4.710 3.6 5.8 6.4 5.2711 4.2 6.5 7.1 5.9312 5.4 7.2 7.7 6.7713 5.8 7.8 8.4 7.3314 5.8 7.8 8.4 7.3315 5.8 7.8 8.4 7.33
Grafik hubungan antara panjang daun dengan waktu pengamatan (umur) daun.
00,5
11,5
22,5
33,5
4
1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu pengamatan (hari ke-)
Pan
jan
g d
aun
(cm
)
Series1

IV. PEMBAHASAN
Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian
tertentu yang terdiri darai sejumlah sel yang baru saja melalui proses pembelahan
sel di meristem. Pertumbuhan (menurut batas diatas , yaitu pertambahan ukuran)
yang dirancukan dengan pembelahan sel dimeristem. Pembelahan sel itu sendiri
tidak menyebabkan pertambahan ukutan, namun produk pembelahan sel itulah
yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan. Ujung akar dan ujung tajuk (apeks)
mempunyai meristem.
Tumbuhan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama
masih dalam fase hidup. Perkembangan tumbuhan sangat beragam, seperti halnya
perkembangan pada daun yang memiliki ragam bentuk. Pengembangan kearah
luar terus terjadi melalui pembelahan, baik periklinal maupun antiklinal, pada
ujung primordial (aspek / ujung distal). Lalu ketika daun kira – kira berukuran
1mm, aktifitas meristematik mulai terjadi diseluruh bagian memanjangnya. Pada
daun tumbuhan dikotil, sebagianbesar pembelahan sel sudah lama
berhentisebelum daun berkembang penuh, sering kali ketika daun mencapai
kurang dari separuh ukuran akhirnya.
Pola pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan berupa
pertumbuhan sigmoid, yaitu terjadinya pertumbuhan yang lambat pada fase
inisiasi yang kemudian pada fase berikutnya pertumbuhan akan semakin cepat
secara eksponensial.Selanjutnya pertumbuhan akan diperlambat dan akhirnya
akan mendekati konstan, sehingga akan membumbentuk kurva pertumbuhan yang
menyerupai huruf “ S “. Kurva pertumbuhan berbentuk ” S “(Sigmoid) yang
dihasilkan oleh banyak tumbuhan dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan,.
kurva yang menunjukan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu akan
membentuk tiga fase utama, yaitu fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan.
Pada fase logaritmik, ukuran (V) bertambah secara eksponensial sesuai
dengan waktu (t). Yang berarti laju pertumbuhan awalnya berjalan

lambat, tapi kemudian terus meningkat, pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa
waktu. Laju pertumbuhan yang konstan ditunjukan oleh kemiringan yang konstan
pada bagian atas tinggi kurva tanaman dan oleh bagian mendatar kurva laju
tumbuh di bagian bawah, dan pada fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan
yang tetap atau bahkan menurun saat pertumbuhan sudah mencapai kematangan
konstan.
Pada praktikum kali ini, yaitu kurva pertumbuhan sigmoid yang dilakukan
pengukuran pada daun yang sedang berpucuk terhadap waktu yang akan
menghasilkan kurva pertumbuhan. Waktu pengamatan dilakukan selama 15 hari
atau sampai pertumbuhan daun berhenti (konstan), pengamatan dilakukan pada
pucuk daun mawar, pucuk daun mawar yang diamati sebanyak 3 helai.
Pada pucuk daun pertama
Awal dimulai pengamatan pada kondisi panjang pucuk atau daun sebesar 1
cm pertumbuhannya berakhir pada keadaan lebar daun 5,8 cm (kondisi
pertumbuhan konstan). Pada pucuk daun pertama fase logaritmik terlihat pada
hari ke 1 sampai hari ke 4, Fase linier terlihat pada hari ke 5 sampai hari ke 12,
dan fase penuaan (konstan) yaitu pada hari ke-13 sampai hari ke-15, panjang daun
mengalami laju pertumbuhan yang tetap yaitu 5,8 cm.
Pada pucuk daun kedua
Awal dimulai pengamatan pada kondisi panjang pucuk atau daun sebesar
1,5 cm pertumbuhannya berakhir pada keadaan lebar daun 7,8 cm (kondisi
pertumbuhan konstan). Pada pucuk daun pertama fase logaritmik terlihat pada
hari ke 1 sampai hari ke 2 fase yang terlihat sangat pendek karena keadaan pucuk
daun sudah akan memasuki fase linier, Fase linier terlihat pada hari ke 3 sampai
hari ke 12, dan fase penuaan (konstan) yaitu pada hari ke-13 sampai hari ke-15,
panjang daun mengalami laju pertumbuhan yang tetap yaitu 7,8 cm.
Pada pucuk daun ketiga
Awal dimulai pengamatan pada kondisi panjang pucuk atau daun sebesar 2
cm pertumbuhannya berakhir pada keadaan lebar daun 8,4 cm (kondisi
pertumbuhan konstan). Pada pucuk daun pertama fase logaritmik terlihat pada

hari ke 1 sampai hari ke 4 fase yang terlihat sangat pendek karena keadaan pucuk
daun sudah akan memasuki fase linier, Fase linier terlihat pada hari ke 5 sampai
hari ke 12, dan fase penuaan (konstan) yaitu pada hari ke-13 sampai hari ke-15,
panjang daun mengalami laju pertumbuhan yang tetap yaitu 8,4 cm.

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Tumbuhan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama
masih dalam fase hidup.
2. Pola pertumbuhan suatu organ atau tumbuhan secara keseluruhan berupa
pertumbuhan sigmoid, yaitu terjadinya pertumbuhan yang lambat pada
fase inisiasi yang kemudian pada fase berikutnya pertumbuhan akan
semakin cepat secara eksponensial.
B. Saran
1. Sebelum melakukan percobaan sebaiknya dilakukan penjelasan, sehingga
praktikan dapat memahami tujuan percobaan.
2. Kegiatan pemahaman pertumbuhan sigmoid dilakukan dengan teratur agar
lebih mudah dipahami.
3. Asistennya kalau bisa di tambah lagi personilnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Frank B Salisbury dan Cleon W Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan, jilid 3. ITB, Bandung.
Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN
Acara IIDominansi Pertumbuhan Pucuk
Oleh:
Nama : Dani NugrahaNim : A1I006037Kelompok :
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI HORTIKULTURA
PURWOKERTO
2008

I. PENDAHULUAN
A. Teori Dasar
Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu fase
pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan
vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ yang baru seperti
daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif terbentuk
organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan biji.
Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif di
tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan
lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
pucuk tumbuhan yang akan mendorongpertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan
tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong diberi auksin. Hal
tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme pengaturan pertumbuhan
kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk
tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar yang mampu menghambat
pertumbuhan tunas lateral.
B. Tujuan
1. Untuk mempelajari gejala – gejala dominasi pucuk pada
tumbuhan.
2. Untuk mempelajari peran auksin dalam mengendalikan dominasi pucuk.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Bahan :
Bibit tanaman bayam
Growton
2. Alat :
Gunting pangkas
Wadah / mangkuk kecil
Kertas label
B. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 3 polibag yang diberi medium tanah.
2. Menanam dua benih papaya pada masing – masing
medium tanam dalam polibag.
3. Memberi label tanggal tanam, dan nama mahasiswa.
4. Menempatkan tanaman pafa tempat terbuka dengan rapi.
5. Menyiram dengan air satu kali sehari.
6. Membiarkan benih tumbuh.
7. Setelah dua minggu atau tanaman sudah tumbuh menjadi
tanaman muda, satu bibit biarkan utuh, satu bibit dipotong saja bagian
pucuknya, dan satu bibit dopotong pucuknya kemudian pada lukanya
diberi growtone atau rotoone F.
8. Berikutnya melakukan pengamatan sampai umur satu
bulan setelah tanam.

9. Membandingkan pertumbuhan tunas lateral pada tanaman
dengan tiga perlakuan dan mencatat hasil yang di dapat pada tabel
pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel hasil pengamatan
Perlakuan Saat muncul tunas lateral
(hari)
Jumlah tunas
lateral
Pucuk batang tidak di potong - -
Pucuk batang di potong 25 Juni 2007 2
Pucuk batang di potong dan
luka diolesi Growtoon 25 Juni 2007 2

IV. PEMBAHASAN
Pengamatan praktikum kali ini yaitu mengamati pertumbuhan pucuk pada
bibit bayam. Pengamatan dilakukan pada 3 polibag, yang tiap polibagnya diberi
perlakuan yang berbeda. Polibag pertama yaitu sebagai control, polibag kedua
pucuk daun di pangkas kemudian deberi auksin, dan polibag ketiga pucuk daun
dipangkas tanpa diberi auksin. Perlakuan tersebut diberikan apabila tinggi bibit
telah mencapai tinggi sekitar 5 cm, yang diamati. Setelah 2 minggu tepatnya
tanggal 27 juni 2008 di dapat hasil sebagai berikut:
Perlakuan Saat muncul tunas lateral
(hari)
Jumlah tunas
lateral
Pucuk batang tidak di potong - -
Pucuk batang di potong 27 Juni 2007 2
Pucuk batang di potong dan luka
diolesi Growtoon 27 Juni 2007 2
Pada pengamatan yang telah dilakukan didapat hasil yang berbeda dengan
apa yang diharapkan pada polibag ketiga atau pucuk yang dipotong dan diberi
auksin tunas latelal tetap tumbuh dan tidak terlihat adanya penghambatan
pertumbuhan yang disebabkan oleh pemberian auksin (growtone). Padahal
seharusnya apabila pucuk daunnya di potong dan diberi auksin maka pertumbuhan
tunas latelalnya secara tidak langsung akan terhambat.
Faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya praktikum kali ini yaitu:
Tidak sterilnya pada saat melakukan pemutongan pucuk yang
dapat menyebabkan kalus terinfeksi bakteri.
Tidak sterilnya pada saat pemberian graowtone pada pucuk, yang
menyebabkan auksin yang diberikan tidak bekerja dengan semestinya
Keadaan tempat yang tidak ternaungi.

Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh bagi tanaman yang
mempunyai peran terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hormon ini
berpengaruh tehadap : Pengembangan sel,Phototropisme, Geotropisme, Apical
dominance, Perpanjangan akar (root initation), Pertumbuhan batang,
Parthenocarpy, Pertumbuhan buah, Abscission, senescence
Growtone sama dengan kuncup daun pada suatu tanaman karena keduanya
sama-sama mengandung senyawa auksin, yang berbeda hanya pada proses
menghasilkannya. Tumbuhan dapat menghasilkan auksin secara endogen pada
bagian pucuknya. Hilangnya tunas ujung tidak dapat menghambat menghambat
pertumbuhan apikal kecuali dengan bantuan auksin yaitu dengan memberikan
growtone pada bagian kuncup yang di potong.
Hal ini terbukti dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau
batang dikotil, kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu
berupa groowton. Jika groowton ditambahkan pada sisa batang yang terpotong,
maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan
terhambat, karena pada tumbuhan yang dipetik ujung atasnya (yang memiliki
kuncup tumbuh) terjadi penambahan konsentrasi IAA yang lebih tinggi dari
kuncup yang sedang tumbuh (tumbuhan pada ujung atas tetap tumbuh) sehingga
kuncup samping terpacu perrtumbuhannya diikuti peningkatan jumlah dan
konsentrasi IAA dikuncup tersebut. Beberapa jam setelah pemangkasan ujung,
konsentrasi IAA di kuncup tersebut hamper 10 kali lebih banyak disbanding pada
kuncup yang lebih lambat pada tumbuhan pembanding (Hillman, dkk, 1997).
Pada potongan batang, yang memanjang akibat pemberian auksin adalah sel
epidermis dan untuk lapisan sub epidermis (hypodermis, korteks, dan empulur)
mengandung sel yang ada di bawah tekanan, sehingga mudah memanjang.
Pemanjangannya terbatas karena sel tersebut terikat melalui polisakarida dinding
sel yang bersambungan pada sel epidermis yang tidak dapat merenggang dengan
cepat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Fase dominansi, yaitu zat – zat penghambat yang terdapat
pada daun muda.
2. Jumlah auksin yang berupa IAA pada kuncup samping
akan meningkat setelah ujung di pangkas.
3. Yang pertama kali memberi respons terhaap auksin yaitu
epidermis.
4. Auksin dapat mengubah beberapa produksi gen (protein)
secepat memacu perpanjangan.
5. Auksin (berupa IAA) bukan penghambat yang
menghalangi kuncup samping.
B. Saran
1. Dalam praktikum dominasi pertumbuhan pucuk bahan
yang digunakan harus bagus dan sama.
2. Perlakuan yang benar pada pertumbuhan pucuk bayam
diberitahukan terlebih dahulu.
3. Setelah perlakuan diberitahu factor yang dapat
mempengaruhi dominasi pertumbuhan pucuk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Benyamin Lakitan. 1995. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salibury F.B & Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. diterjemahkan oleh Dyah R. Lukman & Sumaryono. ITB, Bandung
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/judul%202(3).pdf. Diakses tanggal 1 juli
2008

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN
Acara IIIDosis Unsur Hara
Oleh:
Nama : Dani NugrahaNim : A1I006037Kelompok : 2
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI HORTIKULTURA
PURWOKERTO
2008

I. PENDAHULUAN
A. Teori Dasar
Unsur hara dibutuhkan tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Unsur
hara dapat diberikan pada tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberian secara langsung dilakukan demgan penyemprotan larutan pupuk ke
organ tumbuhan yang terletak di atas medium. Sedangkan cara tidak langsung
dilakukan dengan membenamkan pupuk ke dalam medium.
Banyaknya unsur hara yang di berikan baik secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi cepat lambatnya tumbuhan tumbuh dan
berkembang.
Tumbuhan dapat berada dalam kondisi kekurangan, kecukupan, dan
kelebihan unsur hara. Pada kondisi kekurangan unsure hara tumbuhan akan
memperlihatkan gejala, seperti pertumbuhan yang lambat, produksi yang rendah,
dan daun yang berwarna hijau pucat. Pada kondisi kecukupan unsur hara,
tumbuhan akan cepat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan memberikan
produksi atau hasil panen yang tinggi. Pada kondisi kelebihan unsure hara akibat
pemupukan dengan kondisi yang tinggi, tumbuhan akan memperlihatkan gejala
keracunan seperti menurunnya laju pertumbuhan dan hasil.
B. Tujuan
Untuk menunjukan kenampakan tumbuhan dalam kondisi kekurangan,
kecukupan, dan kelebihan unsure nitrogen.

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
1. Bahan :
Biji kangkung darat
Pupuk urea
Pasir
2. Alat :
Polibag
Cangkul
Label
Ember dan gayung
Penggaris
Timbangan
B. Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan semua bahan dan alat.
2. Memasukkan medium pasir ke dalam polibag
berlubang kira – kira hamper penuh.
3. Membenamkan pupuk urea (sesuai dosis yang
dianjurkan) pada pinggiran medium.
4. memberi polibag label yang berisi : hari dan tanggal
penanaman, dosis urea yang digunakan, nama mahasiswa, dan nama
kelompok.
5. Menyiram medium pasir dengan air sampai merata.
6. Menanam tiga biji kangkung darat ke medium pasir
kedalam medium pasir sedalam kurang lebih 1 cm.
7. Menempatkan polibag di tempat terbuka secara rapi.
8. Melakukan penyiraman air setiap 3 hari sekali
selama seminggu.

9. Melakukan pangamatan terhadap tinggi, jumlah
daun, berat segar bagian tanaman di atas leher akar (batang dan daun), dan
warna daun paling tua setiap tanaman pada umur 3 minggu.
10. Mencatat dan memasukan data paengamatsan
kedalam tabel pengamatan.

III. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
Dosis pupuk
(grm/polibag)
Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah daun
tiap tanaman
Berat segar
tanaman
tanpa akar
(gram)
Warna
daun
paling tua
0 16,17 7 1,01 Hijau
kekuninga
n
2,5 15,32 4 2,61
Hijau
muda dan
berbintik
putih
5 13,04 7 1,31 Hijau tua
7,5 16,90 6 3,18 Hijau tua
10 11,56 6 0,96 Hijau
12,5 7,75 2 4,14 Hijau tua

IV. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah dosis unsur hara, yaitu memberi pupuk secara
tidak langsung dengan cara membenamkan pupuk tersebut kedalam mediumnya,
setelah proses pemberian pupuk selesai kemudian dilanjutkan dengan penanaman
bibit bayam. Pengamatan pada praktikum kali ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode percobaan pada polibag, yang terdiri dari 12 polibag. Dari
12 polibag tersebut kemudian dibagi 2 kelompok 6 polibag untuk bayam yang
diberi pupuk urea dan 6 polibag untuk bayam yang diberi pupuk SP36.
Variabel yang diamati antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot
tanaman. Setelah 3 minggu tanaman diamati didapat hasil sebagai berikut:
Perlakuan dengan menggunakan urea dan SP-36
Unsure yang mudah ditranslokasikan, gejala kekurangan pertama akan
terlihat pada daun tua dan untuk yang sulit di translokasikan gejala kekurangan
tampak pada daun muda. Hasil pengamatan menunjukan bahwa terjadi
kekurangan unsure Nitrogen (N) pada tanaman yang tanpa diberi pupuk urea dan
sp36 karena daun pada tanaman bayam berwarna hijau kekuningan, dan
kekurangan unsure kalium (K) pada tanaman yang diberi pupuk urea dengan dosis
2 gram karena pada daun tanaman bayam terdapat bercak putih.
Hasil pertumbuhan yang baik di tunjukan oleh pertmbuhan bayam yang
diberi perlakuan pupuk SP-36 pada polibag 2 yang menunjukan nilai bobot
tanaman yang sesuai dengan dosis pupuk yang di berikan ini berarti tanaman
dapat menyerap unsur hara dengan baik. Sedangkan untuk polibag 1 keadaan
tanaman tidak menunjukan hasil yang baik hal ini terjadi karena kurangnya
penyiraman sehingga pupuk yang diberikan tidak larut yang menyebabkan akar
tanamn tidak dapat menyerap unsur hara dengan baik.
Untuk pertumbuhan bayam yang di berikan pupuk urea baik polibag 1
dan polibag 2 semuanya tumbuh dengan baik, terkecuali polibag 1 dan 2 yang
tidak di beri pupuk urea. Namun pada polibag 2 tanaman tidak menunjukan bobot

yang baik, hal ini terjadi karena tanamn kekurangan unsur hara, penyiraman, dan
penyinaran yang baik.
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang
kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti
penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi.
Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau ketidaktepatan
pemberian pupuk merupakanpemborosan yang berarti mempertinggi input.
Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen
atau parameter pertumbuhan lainnya yangdiukur sebagai akibat pemberian satu
satuan pupuk/hara.
Kastono (1999) mengemukakan bahwa pemupukan mempunyai dua
tujuan utama, yaitu: (1) mengisi perbekalan zat makanan tanaman yang cukup,
dan (2) memperbaiki atau memelihara keutuhan kondisi tanah, dalam hal struktur,
kondisi pH, potensi pengikat terhadap zat makanan tanaman dan sebagainya.
Guna mencapai tujuan di atas pemupukan harus mengikuti prinsip enam tepat,
yaitu: tepat jumlah, jenis, cara, tempat, waktu, dan disesuaikan dengan sifat/jenis
tanah.
Jiksa konsentrasi unsure hara kurang dari jumlah yang dibutuhkan
tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat
terlihat dari penyimpangan pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsure hara ini
dapat berupa pertumbuhan batang, akar, dan daun yang terhambat dan
klorosis/nekrosis pada bagian organ tanaman. Pada dasarnya gejala kekurangan
unsure hara tergantung pada dua halutama yaitu fungsi dari unsure hara tersebut,
dan kemudahan bagi unsure hara tersebut untuk ditranslokasikan dari daun mtua
ke daun muda. Kemudian suatu unsure hara untuk ditranslokasikan tergantung
pada solubilitas (kelarutan) dari bentuk kimia unsure tersebut di dalam jaringan
tanaman dan kemudahannya untuk masuk kedalam pembuluh floem.
Untuk mengetahui jenis pupuk yang tepat pada suatu komoditi perlu
juga diketahui produk atau hasil panen yang akan diperoleh darinya. Tujuan
penanaman benih bayam adalah untuk mendapatkan hasil pertumbuhan berupa
daun yang kemudian akan diamati pertumbuhannya apakah tanaman tersebut

kekurangan unsur hara atau kelebihan unsur hara. Untuk itu, selama pertumbuhan
genetatif pemeliharaan perlu dilakukan dengan intensif, dan untuk memperoleh
pertumbuhan genetatif yang optimal perlu dilakukan pemupukan yang dapat
mencukupi kebutuhan hara. Efisiensi penggunaan pupuk menyatakan tingginya
peningkatan produksi untuk setiap satuan pupuk yang ditambahkan. Makin tinggi
nitrogen yang diberikan, makinrendah efisiensi pemanfaatan pupuk oleh tanaman
ditentukan oleh gabungan antara tanggapan tanah atas pemberian pupuk dan
tanggapan tanaman atas serapan hara pupuk(Budi, 1996).
Menurut Lindawati et al. (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang
sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari
semua senyawa protein, kekurangan nitrogen pada tanaman akan mempengaruhi
pembentukkan cadangan makanan untuk pertumbuhan tanaman.
Pupuk SP-36 merupakan pupuk P dalambentuk super pospat yang
mengandung 36% P2O5 yang di dalam tanah tidak segera tersedia dan se-bagian
terfiksasi (Jutono, 1987). Unsur hara P berfungsi dalam proses per-tumbuhan awal
dan pertumbuhan akhir. Sifat ka-rakteristik dari pupuk SP-36 sulit larut atau lama
larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 be-lum dapat digunakan secara
maksimal oleh tanam-an, maka parameter pertumbuhan awal dan per-tumbuhan
menengah kurang terpengaruh pupukSP-36, sedangkan pada pertumbuhan akhir
secara nyata sangat terpengaruhi oleh pemberian SP-36 yang tercermin pada berat
polong kering

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1) Unsur hara P berfungsi dalam proses per-tumbuhan awal dan pertumbuhan
akhir
2) Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang
kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat.
3) Pupuk SP-36 merupakan pupuk P dalambentuk super pospat yang
mengandung 36% P2O5 yang di dalam tanah tidak segera tersedia dan se-
bagian terfiksasi.
B. Saran
1) Praktikum cukup baik dan berjalan dengan suasana
kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
Benyamin, Lakitan. 1995. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Persada, Jakarta.
Salibury, F.B & Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Diterjemahkan oleh Dyah, R. Lukman & Sumaryono. ITB, Bandung
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/cara_dos_sp36_sumaryo.pdf. diakses pada tanggal 1juli 2008.


