islamic university

103

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islamic University
Page 2: Islamic University
Page 3: Islamic University
Page 4: Islamic University
Page 5: Islamic University
Page 6: Islamic University

v

MOTTO

Artinya: ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al

Ahzab : 21)1

1 Anonim. Al Quran dan Terjemahnya (Jakarta : Departeman Agama Republik Indonesia,

2005), hlm. 425.

Page 7: Islamic University

vi

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap peran serta perempuan dalam

musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di Desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dilatar

belakangi dengan masih kurangnya peranan serta keikutsertaan dan keterlibatan

perempuan dalam Musrenbang. Sebagai tujuan antara lain adalah ingin

mengetahui Tata Cara Musyawarah Perencanaan Pembangunan, Ingin mengetahui

kendala dalam peran serta perempuan terhadap Musrenbang, dan Ingin

mengetahui keterlibatan dan peran serta perempuan dalam Musrenbang di Desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi. Skripsi ini menggunakan pendekatan sosial dan menggunakan

juga penelitian jenis kualitatif deskriftif dengan metode pengumpulan data melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

dihasilkan hasil dan kesimpulan sebagai berikut: pertama, musrenbang yang

dilakukan mulai dari proses pengumpulan dan pendataan dari tingkat paling

rendah yaitu rukun tetangga sampailah kepada musrembang ketingkat

kabupaten/kota, dan dilanjutkan kepada Musrenbang tingakt daerah atau provinsi

hingga menuju musrenbang nasional. Kedua, kendala kendala dalam peran serta

perempuan terhadap Musrenbang di desa teluk kijing ini antara lain adalah masih

sangat sedikit perempuan yang ikut serta yang dikarenakan salah satu faktornya

adalah latar pendidikan. Ketiga, keterlibatan dan peran serta perempuan dalam

Musrenbang di Desa Teluk Kijing ini sangatlah diharapkan dan sangat berperan

dan berpengaruh terhadap pembangunan desa teluk kijing karena sebagian besar

pembangunan ada keikutsertaan perempuan didalamnya, salah satu contoh

keterlibatan perempuan adalah pembangunan posyandu yang didalamnya lebih

berperan perempuan untuk masyarkat.

Kata kunci : Peran Serta Perempuan, Musyawarah Rencana Pembangunan

(Musrenbang).

Page 8: Islamic University

Vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan

kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk

menyempurnakan akhlak dan menjadi rahmat bagi umat manusia.

Skripsi ini adalah salah satu wujud di antara karunia Allah yang di

limpahkan kepada penulis melalui kemampuan mencurahkan pemikiran kedalam

rangkain karya tulis ini. Selanjutnya penulisan skripsi ini merupakan kewajiban

bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) di Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Disamping itu juga penulis ingin

menyumbangkan karya demi nusa dan bangsa dan agama.

Adapun judul skripsi ini adalah “PERAN SERTA PEREMPUAN

DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

(MUSRENBANG) DI DESA TELUK KIJING KECAMATAN NIPAH

PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR”

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, Penulis tidak dapat berbuat banyak

tanpa bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu

penulis merasa bersyukur kehadirat Allah SWT dan menghaturkan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak DR. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak DR. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Ibu

DR. Rahmi Hidayati., M.Pd.I selaku Pembantu Dekan II, dan Ibu DR.

Yuliatin., S.Ag., M.HI selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: Islamic University
Page 10: Islamic University

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERYATAAN .............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

PERSEMBAHAN .......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ................................................................. xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8

C. Batasan Masalah........................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

E. Kegunaan Penelitian.................................................................... 10

F. Kerangka Teori............................................................................. 11

G. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 26

Page 11: Islamic University

x

BAB II : METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lingkup Penelitian ....................................................... 29

B. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 30

C. Unit Analisis Data ........................................................................ 31

D. Tekhnik Pengumpulan Data ......................................................... 32

E. Tekhnik Analisis Data .................................................................. 33

F. Sistematis Penelitian .................................................................... 35

G. Jadwal Penelitian .......................................................................... 36

BAB III : DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Historis dan Geografis................................................................. 37

B. Struktur Pemerintahan ................................................................. 40

C. Visi dan Misi ................................................................................ 42

D. Keadaan Penduduk ....................................................................... 43

E. Keadaan Sarana dan Perasarana ................................................... 48

F. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Teluk Kijing .... 50

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Tata cara Musyawarah Perncanaan pembangunan di desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Provinsi Jambi ...................................................... 54

B. Kendala Dalam Peran Serta Perempuan Terhadap

Musrembang Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi ...................... 63

C. Peran Serta Perempuan Terhadap Musrembang Desa Teluk

Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Provinsi Jambi ................................................................... 73

Page 12: Islamic University

xi

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 81

B. Saran-saran ................................................................................... 82

C. Kata Penutup ................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: Islamic University

xii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan buat orang-orang

yang terkasih dan tersayang yang selama ini banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Shulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

Ibunda yang terkasih wardiana yang telah mengandung, melahirkan dan

membesarkan penulis sehingga penulis dapat menjadi insan yang berilmu

pengetahuan.

Ayahanda tercinta sudirman yang selalu memberikan motivasi serta

bantuan yang bersifat moril maupun materil kepada penulis dalam

mengenyam pendidikan dari mulai tingkat dasar hingga ke perguruan

tinggi.

Adik tersayang fajar dwi putra yang selalu mendo’akan serta

memberikan semangat pada penulis untuk segera menyelesaikan

pendidikan di Universitas Islam Negeri Shulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Serta kerabat, teman dan beberapa pihak yang membantu dalam

penyelesaian skripsi penulis.

Page 14: Islamic University

xiii

DAFTAR SINGKATAN

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

HLM : Halaman

KASI : Kepala Seksi

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PUM : Pemberdayaan Umum

PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa

QS : Al-Qur’an Suroh

STS : Sulthan Thaha Saifuddin

SDM : Sumber Daya Masyarakat

TIBUM : Ketertiban Umum

MUSRENBANG: Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Page 15: Islamic University

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman.

Tabel 1. Jadwal Penelitian.............................................................. . 36

Tabel 2. Jumlah Dusun per RT....................................................... . 43

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur................. . 44

Tabel 4. Jumlah presentase suku.................................................... . 45

Tabel 5. Keadaan mata pencaharian.............................................. . 46

Tabel 6. Keadaan Pendidikan formal............................................. . 47

Tabel 7. Keadaan Pendidikan informal.......................................... . 48

Tabel 8. Keadaan srana perasarana kantor..................................... . 49

Page 16: Islamic University

xiv

DAFTAR BAGAN

Gambar Halaman.

Bagan 1. Struktur Organisas Desa Teluk Kijing................................. . 41

Page 17: Islamic University

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses Musrenbang yang pada dasarnya yaitu untuk mendata aspirasi dan

kebutuhan masyarakat yang dirumuskan melalui pembahasan di tingkat

kelurahan/ desa, dilanjutkan di tingkat kecamatan, dikumpulkan berdasarkan

urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah, dan selanjutnya diolah dan

dilakukan prioritisasi program/kegiatan di tingkat Kabupaten/Kota oleh Bappeda

bersama para pemangku kepentingan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan

dan kewenangan daerah. Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sudah

tidak asing lagi dalam pemerintahan, dimana sebagai bagian dari fungsi

perencanaan, dengan kondisi ini pemahaman pada konsep anggaran daerah

(APBD) yang semakin menjadi kebutuhan. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan

anggaran banyak dikaitkan dengan bagaimana arah dan alokasi APBD dibuat serta

bagaimana pelaksanaannya dilapangan.1

Dengan demikian dalam pemberian kewenangan pemerintah pusat kepada

Daerah, secara tidak langsung dapat membawa konsekuensi pemerintah pusat

terhadap pemerintah daerah dan juga menambah akan tanggung jawab kepada

Daerah itu sendiri. Dengan demikian otonomi daerah memiliki nilai positif

maupun negatifnya, Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia

saat ini sudah menerapkan pola dan sistem pemerintahan yang berasas

1 Sony Yuwono,Tengku Agus Indrajaya,Hariyandi.Penganggaran Sektor Publik

Pedoman Praktis Penyusuna, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis

Kinerja).(Jawa Timur: Penerbit Sinar, 2005), hlm 1

1

Page 18: Islamic University

2

Desentralisasi, yang mana Desentralisasi ini adalah penyerahan urusan

pemerintahan dari pemerintah pusat atau daerah tingkat atasnya kepada

pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.2

Pokok permasalahan adalah sebuah perencanaan dimana perencanaan

merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan yang

akan dilaksanakan oleh suatu negara. Dalam perencanaan pembangunan

pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan dan kemauan yang dimiliki

oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Pemerintah dalam

menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun masyarakat harus

menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam kepentingan

ataupun latar belakang yang berbeda. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan

tersebut maka banyak aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan tidak akan bergerak

dan tidak akan maju apabila salah satu dari komponen tata pemerintahan

(pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Proses

penyusunan rencana pembangunan di negara kita secara normatif mengikuti

sistem politik yang berlaku yakni sistem politik demokratis dimana sistem politik

ini akan menjadi dasar semua kegiatan pemerintahan, termasuk kegiatan

perencanaan pembangunan yang senantiasa melibatkan semua pemangku

kepentingan dalam pemerintahan negara. Dalam perjalanan mempersiapkan

sebuah rencana, badan perencanaan dibanjiri dengan usulan-usulan, proyek-

proyek pengeluaran pemerintah, analisa-analisa biaya. Rencana pada dasarnya

2Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),

hlm. 55

Page 19: Islamic University

3

merupakan sekumpulan dugaan-dugaan tentang masa depan, karena penetapan

prioritas-prioritas memerlukan perkiraan-perkiraan yang tak tentu mengenai

kemungkinan hasil-hasilnya, manfaat-manfaat dan biaya-biayanya.3

Salah satu sarana yang disediakan oleh pemerintah kepada setiap

masyarakat untuk berperan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah

melalui pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang)

berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional yang melembagakan Musrenbang di semua peringkat

pemerintahan untuk membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan

tahunan.4

Pasal 1 ayat (3) UU RI No. 25 Tahun 2004 : Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan

untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan

masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.5 Pasal 1 ayat (4) UU RI No. 25 Tahun

2004 : Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP,

adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.6 Pasal 1 ayat

(5) UU RI No. 25 Tahun 2004 : Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang

3 W. Arthur Lewis. Perencanaan Pembangunan Dasar-dasar Kebijaksanaan Ekonomi,

(Bandung: Penerbit Sinar, 2012), hlm. 550 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (3)

6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (4)

Page 20: Islamic University

4

selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)

tahun.7

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah.8Pasal 1 No. (5) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

yang selanjutnya disingkat dengan Bappeda atau sebutan lain adalah unsur

perencana penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan

mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan daerah.9 Pasal 1 No. 7 Pembangunan daerah adalah pemanfaatan

sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses

terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks

pembangunan manusia.10

Pasal 1 No. 42 Musyawarah perencanaan pembangunan

yang selanjutnya disingkat musrenbang adalah forum antar pemangku

kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah.11

Sesuai dengan Surat bersama dari Bappenas dan Depdagri Nomor1181/M-

PPN/02/2007,12

tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Tahunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, bahwa

7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (6)

8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 5

10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 7

11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 42

12Bappenas dan Depdagri Nomor1181/M-PPN/02/2007 tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan MusyawarahPerencanaan Pembangunan Tahunan.

Page 21: Islamic University

5

pada dasarnya pelaksanaan Musyawarah Perencanan Pembangunan Tahunan di

Kabupaten/Kota terbagi di tiga tempat yaitu: (1) Musyawarah Perencanaan

Pembanguan Tahunan di Desa/Kelurahan (2) Musyawarah Perencanaan

Pembanguan Tahunan di Kecamatan dan (3) Musyawarah Perencanaan

Pembanguan Tahunan di Kabupaten/Kota.13

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahunan di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sejak dari level pemerintah Desa/kelurahan

sampai dengan di level Kabupaten/kota berbagai permasalahan baik prosedur dan

teknis maupun pengambilan kebijakan dapat saja terjadi. Permasalahan dapat saja

datang dari masyarakat, pengurus RT/RW, birokrasi di masing-masing level

pemerintahan, Tim Pelaksana Musrenbang maupun dari kalangan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Musrenbang ini aspirasi rakyat karena semua kebutuhan permasalahannya

berasal dari bawah. Musrenbang kecamatan itu merupakan hasil musrenbang dari

desa atau kelurahan yang pada dasarnya dimulai dari bawah hingga ke atas atau

nasional. Musrenbang di kelurahan dan desa itu sebernarnya ada juga tetapi tidak

formil dan yang formil di musrenbang kecamatan, di musrenbang kecamatan di

hadiri oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang hadir. Banyaknya

usulan-usulan kegiatan-kegiatan masyarakat yang tidak tertampung dananya dan

tidak bisa terlaksana karena pendanaan atau kepentingan yang lain dan pengaruh

dari latar belakang tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan kepala dinas yang kurang tanggap terhadap keperluannya.

13

Bappenas dan Depdagri Nomor1181/M-PPN/02/2007 tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan MusyawarahPerencanaan Pembangunan Tahunan.

Page 22: Islamic University

6

Peran serta Perempuan dalam Musrenbang merupakan isu yang sudah

diwacanakan oleh teman-teman di gerakan perempuan sejak beberapa tahun lalu.

Tujuannya tidak lain dan tidak bukan yakni memastikan partisipasi dan suara

perempuan masuk dalam rencana pembangunan baik dari tingkat lokal hingga

tingkat nasional. Oleh karena, kita menyadari bahwa partisipasi dan suara

kelompok perempuan masih sangat terbatas karena berbagai hal. Persoalan

budaya, politik, kebijakan dan kesempatan adalah beberapa hal yang menjadikan

mengapa partisipasi perempuan sangat rendah dalam perencanaan pembangunan.

Kemudian banyak negara di dunia untuk mendorong perempuan agar bisa terlibat

secara aktif ikut serta berpartisipasi dalam perencanaan dan proses pembangunan.

Salah satu mandat dalam penyusunan RKP/RKPD ialah Musyawarah

Perencanaan Pembangunan(Musrenbang) yang diatur melalui UU No. 25 Tahun

2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional.14

Musrenbang

merupakan forum dalam dan untuk menjaring aspirasi dari masyarakat yang

diselenggarakan secara berjenjang dari mulai tingkat desa/kelurahan, kecamatan,

kabupaten/kotadan hingga sampai pada provinsi atau Daerah dan selanjutnya

dapat ditindak lanjuti kepada tingkat Nasional. Musrenbang ini juga dapat

menghasilkan Rencana Kerja Pemerintah/Rencana KerjaPemerintah Daerah

(RKP/RKPD) yang berfungsi sebagai dokumen rencana pembangunansecara

tahunan.

Selanjutnya juga dalam proses Musrenbang yang menganut pendekatan

bottom-up harus melibatkan pada partisipasi masyarakat dari semua golongan,

14

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Page 23: Islamic University

7

baik itu pihak laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian, Musrenbang akan

dapat menghasilkan rancangan pembangunan yang sesuai dengan kehendak dan

kebutuhan masyarakat, terutama bagi pihak perempuan. Akan tetapi selama ini,

dari pelaksanaan Musrenbang di tingkat pusat maupun daerah, belum

mengakomodir dan memperhatikan kebutuhan perempuan, dan masih kurangnya

keikut sertaan dari perempuan itu sendiri, khususnya di Desa Teluk Kijing ini

Keterlibatan dari pihak perempuan dalam Musrenbang itu hanyalah sebatas

formalitas, kemudian masih kurangnya kesadaran untuk berorganisasi, hal ini

terlihat ketika ada undangan rapat yang tidak dipenuhi oleh sebagian perempuan.

Berdasarkan data awal yang dikumpulkan oleh penulis bahwa terdapat 70

orang perempuan yang keterlibatannya dalam Musrenbang yang terdiri dari

pengelola Bumdes, Aparatur Pemerintahan Desa, Kader Posyandu, Dasa Wisma

Desa, dan Tim Penggerak PKK Desa dalam musrenbang desa di desa teluk kijang

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi,

keikutsertaan perempuan dalam Musrenbang ini amatlah penting, karena

sebahagian rencana pembangunan terdapat pada mereka, diantara lain adalah

pengelolaan Bumdes dan sebahagian aparatur Pemerintahan dipegang oleh

perempuan, selanjutnya pada implementasi dari kegiatan Musrenbang perempuan

yang hadir hanya segelintir atau sedikit, hal ini berindikasi masih kurangnya

partisipasi perempuan terhadap Musrenbang, kegiatan ini tidak menarik minat

perempuan untuk datang menghadiri rapat-rapat penyuluhan dibandingkan

Page 24: Islamic University

8

dengan program-program yang langsung dapat dirasakan manfaatnya misalnya

proyek-proyek yang menyangkut peningkatan produksi bagi mereka.15

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih dalam tentang partisipasi

perempuan dalam musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat Desa. Apa

faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi, seberapa besar tingkat partisipasi

dan seberapa besar tingkat kepuasan perempuan terhadap hasil partisipasi dalam

musyawarah perencanaan pembangunan.

Berdasarkan hal di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang permasalahan ini yang didasarkan dari pemaparan latar belakang

masalah tersebut, dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) yang berjudul: PERAN

SERTA PEREMPUAN DALAM MUSYAWARAH RENCANA

PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI DESA TELUK KIJING

KECAMATAN NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG

TIMUR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tata cara Musyawarah perencanaan pembangunan di Desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi ?

15

Dokumentasi kantor Desa Teluk Kijing , 12 Desember 2017

Page 25: Islamic University

9

2. Bagaimana Peran Serta Perempuan Dalam Musrenbang di Desa Teluk

Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi ?

3. Apa kendala dalam peran serta perempuan terhadap Musrenbang di Desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Provinsi Jambi ?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan penelitian ini maka kami sebagai

penulis perlu untuk membatasi bahasan penelitian ini di sekitar hal-hal yang

terkait dengan peran serta perempuan terhadap musrenbang di desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

tahun 2016 - 2017.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, adapun tujuan dari penelitian dalam

skripsi ini adalah :

1. Ingin mengetahui tata cara Musyawarah perencanaan pembangunan di Desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi.

2. Ingin mengetahui keterlibatan dan peran serta perempuan dalam Musrenbang

di Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Provinsi Jambi.

Page 26: Islamic University

10

3. Ingin mengetahui kendala dalam peran serta perempuan terhadap

Musrenbang di Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

E. Kegunaan Penelitian

Apabila dari tujuan-tujuan tersebut di atas berjalan dengan baik, maka

penelitian ini akan digunakan :

1. Dapat menambah dan memberikan wawasan dan pengetahuan serta

menganalisis kajian-kajian baru untuk wahana bidang keilmuan khususnya

Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Bagi pihak yang terkait, khususnya bagi praktisi pendidikan, masyarakat

umum maupun pemerintah. Penelitian ini juga dibuat sebagai sumbangsih

penulis untuk refrensi kepada Pemerintah desa dan Kecamatan untuk

sumbang dan saran dalam upaya peningkatan partisipasi perempuan dalam

keikutsertaannya dalam musrembang di desa teluk kijing Kecamatan nipah

panjang Kabupaten tanjung jabung timur Provinsi Jambi Provinsi Jambi.

3. Penulisan karya ilmiah ini menjadi salah satu persyaratan dalam memproleh

gelar sarjana satu (S1) dalam jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas

Syari’ah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 27: Islamic University

11

F. Kerangka Teori

1. Peran serta Politik Perempuan

Setiap individu adalah aktor atau pelaku yang harus memainkan perannya

masing-masing. Perempuan dalam sebuah komunitas besar atau masyarakat dapat

memainkan perannya sebagai agen perubahan di masyarakat. Peran adalah suatu

rangkaian pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang

menduduki posisi tertentu dalam unit sosial. Sedangkan persepsi peran adalah

suatu sudut pandang individu mengenai bagaimana dia seharusnya bertindak

dalam suatu situasi tertentu, persepsi peran didapatkan dari stimulus yang ada

disekitar kita, sebagai contoh teman, buku, film, televisi16

Peran merupakan bagian dari sebuah kelompok. Peran menjamin bahwa

dalam menjalankannya, setiap anggota saling berinteraksi sehingga tujuan

kelompok dapat tercapai. Peran tersebut saling melengkapi, sehingga suatu peran

tidak dapat tercapai tanpa adanya peran lain. Harapan dalam menjalankan suatu

peran termasuk hak dan kewajiban, dimana kewajiban dalam suatu peran adalah

hak untuk peran yang lain.17

Indonesia sejak reformasi, partisipasi politik perempuan khususnya

keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi agenda penting

pemerintah dan legislatif. Berbagai kebijakan afirmasi dan penguatan terus

diupayakan. Dalam demokrasi inklusif, masyarakat sebagai salah satu pilar

16

Robbins, S.P & T.A.J, Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). (Jakarta:

Salemba Empat, 2014), hlm. 182 17

Zulkarnain. W, Dinamika Kelompok (Latihan Kepemimpinan Pendidikan), (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 10

Page 28: Islamic University

12

penting demokrasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk mewujudkan

partisipasi politik perempuan yang lebih luas dan bermakna.

Dalam analisa Modern, partisipasi politik merupakan suatu masalah yang

penting dan banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan Negara-

negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik hanya

memfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama, akan tetapi dengan

berkembangnya demokrasi, banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin

berpartisipasi dalam bidang politik khususnya dalam hal pengambilan keputusan-

keputusan mengena-mengenai kebijakan umum.18

Berdasarkan beberapa Teori diatas dapat dipahami bahwa peran serta

perempuan dalam politik sangatlah penting. Sebab keberadaan mereka dapat

meningkatkan kesejahteraan kelompok perempuan dengan mewakili, mengawal

dan mempengaruhi agenda dan proses pembuatan kebijakan, serta turut serta

dalam proses pembangunan. Namun dalam praktiknya representasi politik

perempuan di parlemen masih di bawah target kuota 30%. Padahal hasil survei

WRI menyatakan masyarakat Indonesia setuju jika perempuan dan laki-laki

diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat di bidang politik. Secara umum

dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

kelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik.

Herbert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-

kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian

18

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2008), hlm 367

Page 29: Islamic University

13

dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam

proses pembentukan kebijakan umum.19

Oleh sebab itu, lembar fakta ini dibuat untuk menyampaikan fakta-fakta,

data, dan bukti akan pentingnya memberikan kesempatan bagi perempuan untuk

duduk dalam parlemen, serta memberlakukan kebijakan yang responsive gender

di setiap bidang.

Berikut ini dikemukakan sejumlah “rambu-rambu” partisipasi politik:20

1. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga Negara

biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan

orientasi. Karena sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam

perilakunya.

2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat

dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternative kebijakan

umum, dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang

dibuat pemerintah.

3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi

pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.

4. Kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung yaitu

mempengaruhi pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat

meyakinkan pemerintah.

5. Mempengaruhi pemerintah melalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan

seperti ikut memilih dalam pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, dan

19

Ibid., hlm 370 20

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm 117

Page 30: Islamic University

14

menulis surat atau dengan prosedur yang tidak wajar seperti kekerasan,

demonstrasi, mogok, kideta, revolusi, dll.

Partisipasi sebagai suatu bentuk kegiatan dibedakan atas dua bagian,

yaitu:21

1. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan yang berorientasi pada output dan input

politik. Yang termasuk dalam partisipasi aktif adalah, mengajukan usul

mengenai suatu kebijakan yang dibuat pemerintah, menagjukan kritik dan

perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih

pemimpin pemerintahan.

2. Partisipasi pasif, yaitu kegiatan yang hanya berorientasi pada output politik.

Pada masyarakat yang termasuk kedalam jenis partisipasi ini hanya menuruti

segala kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tanpa

mengajukan kritik dan usulan perbaikan.

Kemudian Made Pidarta dalam Zubaedi22

mengatakan bahwa partisipasi

adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan.

Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam

menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala

kegiatan yang dilaksnakan serta mendukung pencapaian tujuan dan

tanggungjawab atas segala keterlibatan. Partisipasi adalah keikutsertaan individu

atau sekelompok individu dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses

yang akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk

21

Ibid., hal 143 22

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat (Wacana & Praktik), (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2014)., hlm 50

Page 31: Islamic University

15

melaksanakan tahapan- tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang

diinginkan23

.

Kemudian mengenai bentuk-bentuk partisipasi Basrowi berpendapat

dalam Zubaedi24

partisipasi dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu partisipasi fisik dan non fisik. Menurut Dusseldorp dalam Aprillia Theresia,

dkk25

mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang

dilakukan warga masyarakat dapat berupa:

1. Menjadi kelompok-kelompok masyarakat.

2. Melibatkan diri pada kegitan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakan

partisipasi-partisipasi masyarakat yang lain.

4. Menggerakan sumberdaya masyarakat.

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Selanjutnya maacam-macam partisipasi, menurut Yadav dalam Aprillia

Theresia, dkk26

mengemukakan ada empat macam partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Untuk menumbuhkan partisipasi

perlu dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak

berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang

program-program yang ada.

23

Theresia, A . dkk. Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2014),

hal. 196-197 24

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat..., hal 58 25

Theresia, A . dkk. Pembangunan Berbasis Masyarakat..., hal 200 26

Ibid, hal 199

Page 32: Islamic University

16

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi ini diartikan sebagai

pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai,

dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan apa yang

akan diterima. Selain itu, pemeliharaan proyek atau program- program yang

telah berhasil diselesaikan.

3. Partisipasi dalam pemantauan evaluasi. Dalam hal ini, partisipasi untuk

mengumpulkan informasi berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta

perilaku aparat yang terlibat dalam proyek atau program yang bersangkutan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud

adalah partisipasi dalam pemanfaatan hasil proyek atau program.

Pemanfaatan hasil proyek atau program akan merangsang kemauan dan

kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program

yang akan datang.

Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi. Dalam konsep pendidikan,

Berlo (1961) menyatakan partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon

atas rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini, tanggapan merupakan

fungsi dari manfaat (rewerds) yang dapat diharapkan. Oleh karena itu ada

beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Slamet dalam Aprillia

Theresia, dkk tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat ditentukan oleh

tiga unsur pokok, yaitu:27

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi.

Adanya kesempatan merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan

27

Ibid, hal 207-211

Page 33: Islamic University

17

kemauan akan menentukan kemampuannya. Beberapa kesempatan yang

dimaksud disini adalah :

a) Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam

proyek atau program, baik pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan

hasil proyek atau program.

b) Kesempatan untuk memperoleh informasi tentang proyek atau program.

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan

manusia) untuk pelaksanaan proyek atau program.

d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat,

termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya.

e) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus

dilaksanakan.

f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuh,

menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara partisipasi

masyarakat.

2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk

berpartisipasi ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk

membangun atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut:

a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat proyek atau

program.

b) Sikap terhadap pelaksana proyek atau program pada umumnya.

Page 34: Islamic University

18

c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya

tujuan proyek atau program.

e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk

memperbaiki mutu hidupnya.

3. Adanya kemampuan mayarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan yang

disediakan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat tidak berarti apabila

masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Kemampuan

yang dimaksud adalah: a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami

kesempatan- kesempatan atau peluang proyek atau program, b) Kemampuan

untuk melaksanakan proyek atau program, yang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dan, c) Kemampuan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan

kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

Kemudian yangperlu diketahui tingkatan partisipasi menurut Wilcox dalam

Aprillia Theresia ada lima tingkatan dalam partisipasi, yaitu:28

1. Memberikan informasi (Information). Dalam konteks ini pemuda

memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam sebuah kegiatan.

2. Konsultasi (Consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar

yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak terlibat dalam

implementasi ide dan gagasan tersebut.

28

Ibid, hal 202

Page 35: Islamic University

19

3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti pemuda

memberikan dukungan terhadap, gagasan, pilihan-pilihan serta

mengembangkan peluang guna pengambilan keputusan.

4. Bertindak bersama (Acting together), dalam arti pemuda tidak sekedar ikut

dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan

dalam pelaksanaan kegiatannya.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat pahami bahwa partisipasi

adalah pelibatan dan keterlibatan seseorang atau beberapa orang dalam hal ini

adalah perempuan dalam suatu kegiatan dapat memberikan dukungan

(Supporting independent community interest) dimana perempuan menawarkan

pendanaan, nasehat,dan dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan

dari Musrenbang tersebut.

2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

Musyawarah perencanaan pembangunan adalah perwujudan prinsip-

prinsip perencanaan yang mengetengahkan partisipasi masyarakat, prinsip-prinsip

koordinasi, perencanaan kebijakan program dan kebijakan pemerintah dalam dua

arah: top-down (dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah) dan bottom up (dari

aspirasi daerah ke pemerintah pusat). Musyawarah perencanaan pembangunan

yang selanjutnya disingkat musrenbang adalah forum antar pemangku

kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. Sedangkan

musrenbang desa/kelurahan adalah suatu forum musyawarah yang

diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan bekerja

Page 36: Islamic University

20

sama dengan warga dan para pemangku kepentingan untuk menyepakati rencana

kegiatan untuk tahun anggaran yang nantinya akan direncanakan, dengan

mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang

sudah disusun (Permen 2010).

Pelaksanaan musrenbang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.29

Khusus untuk

musrenbang desa, merupakan sebuah forum musyawarah tahunan para pemangku

kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan

Desa (RKP) tahun anggaran yang direncanakan. Musrembang Desa dilaksanakan

setiap bulan Januari dengan mengacu pada RPJM Desa dan dokumen rencana

tahunan yaitu RKP Desa. Setiap desa diamanatkan untuk menyusun dokumen

rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP

Desa. Musrenbang yang bermaka akan mampu membangun kesepahaman tentang

kepentingan dan kemajuan desa dengan cara memotret potensi dan sumber-

sumber pembangunan yang tidak tersedia baik dari dalam maupun luar desa.

Pemerintah desa sebagai ujung tombak pembangunan yang mana

keberadaan dari pemerintah desa berhubungan langsung dengan masyarakat.

Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.30

Bab 1

pasal 1 point 1 disebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

29

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional. 30

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 37: Islamic University

21

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat adalah orang-perseorangan,

kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang

berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung

biaya, pelaku, penerima manfaat, maupun penanggung resiko (penjelasan pasal 2

ayat 4 huruf d UU No 25) sedangkan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan

masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan

rencana pembangunan (penjelasan pasal 2 ayat 4 huruf d UU No 25).

Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum musrenbang bersifat

partisipatif dan dialogis. Musyawarah merupakan istilah yang sebenarnya sudah

mempunyai arti yang jelas merupakan forum untuk merembugkan sesuatu dan

berakhir pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama,

bukan seminar atau sosialisasi informasi. Dengan diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,31

maka daerah

mempunyai kewenangangan yang lebih luas untuk mengatur rumah tangganya

sendiri. Konsekuensi dari pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah bahwa

Pemerintah Daerah harus dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan dari teori Musrenbang dapat disimpulkan bahwa Musyawarah

Perencanaan Pembangunan itu sendiri merupakan inisiasi wahana partisipasi

Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan diantaranya Musrenbang regular

tahunan yang terdiri Musrenbangdes, Musrenbangcam, forum SKPD, Musrenbang

Kabupaten, Musrenbang Provinsi, dan Musrenbang Nasional, selanjutnya

31

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Page 38: Islamic University

22

Musrenbang jangka Menengah (penyusunan RPJM Nasional/Daerah) dan

Musrenbang dalam rangka penyusunan RPJP Nasional/Daerah.

Perencanaan pembangunan daerah dilandaskan pada kerangka berpikir

global dan bertindak untuk kepentingan lokal (think globally act locally). Hal ini

dimaksudkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dapat memberikan arah

yang tepat bagi proses pembangunan daerah sehingga mampu meningkatkan

kapasitas daerah dan masyarakat menghadapi arus globalisasi.32

Perencanaan

pembangunan daerah yang transparan dilaksanakan menganut prinsip keadilan.

Dapat pula diartikan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan harus

dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi-informasi yang berkaitan

dengan kepentingan publik dapat secara langsung diperoleh oleh mereka yang

membutuhkan. Perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif harus mampu

mengakomodir secara obyektif berbagai kebutuhan dan aspirasi masyarakat agar

dapat menghasilkan konsensus bersama menuju perubahan yang lebih baik dan

diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu dalam setiap pengambilan keputusan

memerlukan keterlibatan masyarakat.

Akuntabilitas juga berarti menyelenggrakan perhitungan (account)

terhadap sumber daya yang digunakan dan adanya konsistensi terhadap hasil-hasil

perencanaan yang sudah disepakati dengan pelaksanaan bersama harus dijaga dan

dipelihara. Sesuai dengan Undang- Undang No 25 Tahun 2004 Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional,33

maka perencanaan pembangunan daerah

harus bersifat menyeluruh, sehingga mampu membangun sistem perencanaan

32

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm 212 33

Undang- Undang No 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Page 39: Islamic University

23

pembangunan dengan pendekatan politik, teknokrtik, partisipatif top down dan

bottom up. Dimana pendekatan politik memandang bahwa proses penyusunan

rencana erat kaitannya dengan proses politik.

Perencanaan yang dilakukan pemerintah akan berisi rencana strategis

pemerintahan yang akan berlangsung selama masa kerjanya. Dengan demikian

rencana yang dibuat sifatnya menjadi sebuah dokumen politis yang akan menjadi

bahan evaluasi kinerja pemerintah yang bersangkutan. Sementara pendekatan

teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir

ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

Selanjutnya pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak

yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan.

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) merupakan amanat

UU No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.34

Dengan musrenbang ini rakyat diharapkan bisa berpartisipasi dalam proses

pembangunan. Pemerintah menginginkan agar proses pembangunan digagas dari

bawah. Sehingga proses musrenbang ini harus menampung partisipasi dan usulan

rakyat seluas-luasnya. Partisipasi masyarakat mencakup keikutsertaan masyarakat

dalam keseluruhan manajemen pembangunan. Kegiatan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan yang dihadapi

masyarakat, penyusunan program pembangunan yang benar dibutuhkan

masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan pengawasannya.

Dengan kata lain, partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan

34

UU No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

Page 40: Islamic University

24

merupakan aktualisasi dari kepedulian, kesediaan dan kemampuan masyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program-program yang

dilaksanakan didaerahnya serta merupakan salah satu bentuk pemberdayaan

masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan

yang dilakukan masyarakat.

Proses partisipasi secara rinci tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 54

tahun 2010 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan rencana pembangunan daerah.35

Musrenbang seharusnya

dilaksanakan secara berjenjang: Musrenbang RW (Rembug RW), Musrenbang

Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota, Musrenbang Provinsi dan

Musrenbang Nasional. Musrenbang akan membahas prioritas kegiatan

pembangunan dan pengalokasian anggarannya. Penentuan prioritas pembangunan

akan diputuskan berdasarkan kemendesakkan persoalan dan diputuskan secara

musyawarah mufakat, dengan demikian Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

seharusnya mengacu pada proposal dari musrenbang. Akan tetapi pada

kenyataanya hampir semua kebijakan pembangunan, baik nasional maupun lokal

tidak menjawab persoalan rakyat. Penyusunan APBN dan APBD juga tidak

mengacu pada proposal pembangunan dari rakyat.

Berdasarkan beberapa teori terdahulu dapat dipahami bahwa partisipasi

aktif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak

positif terhadap perencanan pembangunan. Sebaliknya apabila partisipasi

masyarakat diabaikan sedangkan mobilisasi masyarakat yang dikembangkan,

35

Peraturan Menteri Nomor 54 tahun 2010 tentang tahapan, tatacara penyusunan,

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Page 41: Islamic University

25

proses pembangunan akan terhambat bahkan akan mengalami kegagalan, karena

masyarakat kurang merasa memiliki hasil-hasil pembangunan. Sementara

perencanaan pembangunan daerah yang akuntabel merupakan proses perencanaan

yang dilakukan dengan terukur, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga

memudahkan dalam pengendalian.

3. Pembangunan

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih

sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui

upaya yang dilakukan secara terencana”.36

Pembangunan (development) adalah

proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,

infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh

system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan

teknologi, kelembagaan, dan budaya.

Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi,

sosial dan budaya Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan

untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan Ginanjar

Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai

“suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan

secara terencana”. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan

adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,

pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan

36

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat..., hal 49

Page 42: Islamic University

26

dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek

perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta

industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,

keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-

masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip

kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang

merefleksikan perubahan.37

G. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penelitian yang integral seperti yang telah dikemukakan

pada latar belakang masalah, maka penulis melakukan analisis lebih awal terhadap

pustaka atau karya-karya yang lebih mempunyai relevansi terhadap topik yang

akan diteliti.

Penelitian yang terkait dengan Musrenbang, diantara lain peneliti

menemukan penelitian yang berbentuk Skripsi yang dibuat oleh Rais Nur,

berjudul Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dari sebuah proses menjadi

implementasi (Study Musrenbang Kecamatan Sumenep Kabupaten Purbalingga).

UIN Suska Riau 2015,38

namun ada beberapa penelitian baik yang di tuangkan

dalam bentuk skripsi yang berjudul Proses Musrenbang yang telah disusun dan

diolah dari tingkat RT/RW ( renbug RT/RW) dan selanjutnya disampaikan pada

Musrenbang Desa dengan penuh harapan agar dapat dinaikkan kepada

37

file:///C:/Users/ACER/Downloads/ekbang_indikatorpembangunan.pdf 38

Rais Nur, “Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dari sebuah proses menjadi

implementasi (Study Musrenbang Kecamatan Sumenep Kabupaten Purbalingga)”. Laporan

Penelitian Fakultas Fisipol UIN SUSKA. 2015

Page 43: Islamic University

27

Musrenbang Kecamatan agar dapat diimplementasikan pada Musrenbang tingkat

Daerah.

peneliti menemukan juga skripsi yang dibuat oleh Sulaiman yang

membahas tentang proses penerapan dalam musrenbang pemda provinsi studi

kasus di provinsi jambi. Pada penelitian ini yang dilakukan pada tahun 2012-

2013. Dalam tilisannya Sulaiman membahas tentang proses dan alur penerapan

musrenbang dari kontribusi dan hasil musrenbang masyarakat ( RT/RW) sampai

kepada Musrenbang Daerah, kemudian Sulaiman juga memaparkan kendala dan

upaya yang dilakukan untuk perencanaan dan pendrtistibusiannya hingga sampai

tepat sasaran di daerah tersebut.39

Peneliti menemukan skripsi Yang dibahas oleh Isninadha Sacinah Nim.

Sip. 141676. Penelitian ini yang dilakukan pada tahun 2017, yang membahas

tentang Pengaruh Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

terhadap keberhasilan program pembangunan di Provinsi Jambi., dimana dalam

tulisannya Isninadha Sacinah memebahas tentang Pengaruh Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Provinsi terhadap keberhasilan

program pembangunan di Provinsi Jambi itu sendiri, dalam penelitian ini juga

dibahas proses Musrenbang yang bermula dan berawal dari keinginan kelompok

masyarakat dari tingkat RT, mereka dapat menyampaikan aspirasi mereka kepada

39

Sulaiman, “ proses penerapan dalam musrenbang pemda provinsi studi kasus di provinsi

jambi”, Skirpsi IAIN STS JAMBI, (2013)

Page 44: Islamic University

28

Musrenbang tingkat Desa sehingga di naikkan ke tingkat Kecamatan dan

sampailah ketingkat Provinsi.40

Penelitian yang penulis lakukan sudah pasti berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya, karena dengan konsep serta setting penelitian yang

berbeda pula, kemudian peneliti juga membahas tentang peranserta dan partisipasi

perempuan dalam musrembang di Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

40

Isninadha Sacinah, “Pengaruh Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

terhadap keberhasilan program pembangunan di Provinsi Jambi”, Skirpsi UIN STS JAMBI,

(2017)

Page 45: Islamic University

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lingkup Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini berbentuk deskriftif

kualitatif1 yang dilihat melalui sudut pandang bagaimana dan seberapa peran serta

perempuan dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

2. Lingkup Penelitian

Lingkup dalam penelitian ini adalah tentangperan serta perempuan dalam

Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Provinsi Jambi

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Lofland dalam buku Moeloeng “ Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.2

1 Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), hlm. 15 2Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.

112

29

Page 46: Islamic University

30

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan

tujuan penelitian, maka diperlukan dua jenis data yaitu:

1) Data Primer

Data primer adalah data pokok yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

di lapangan.3 Dan diperoleh oleh orang yang melakukan penelitian atau yag

bersangkutan melakukannya.4 Data primer yang penulis kumpulkan adalah hasil

dari wawancara dan observasi secara langsung mengenai pertisipasi perempuan

dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

Wawancara tersebut penulis laksanakan terhadap :

1. Kepala Desa

2. Aparatur pemerintah

3. Perempuan.

3 Sayuti (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, ( IAIN STS Jambi: Fakultas Syari’ah dan

Syaria’ah press, 2014), hlm. 34 4Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2002), hlm.82

Page 47: Islamic University

31

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secra

tidak langsung atau melaui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara

mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah

diperoleh oleh tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.5

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai:

I. Historis dan keadaan geografis.

II. Struktur organisasi.

III. Keadaan penduduk dan mata pencahariannya.

IV. Internet

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data

juga disesuaikan dengan instrumen dari pengumpulan data yang digunakan.6

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan materi berupa

barang dan benda yang berbentuk peran serta perempuan dalam Musrenbang di

desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi meliputi: Kepala Desa, Staf pegawai, dan Arsip.

C. Unit Analisis Data

Penelitian ini menggunakan unit analisis data agar sampai kepada objek

penelitian. Adapun unit analisis data dari penelitian ini adalah peran serta

perempuan dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

5 Sayuti (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, ( IAIN STS Jambi: Fakultas Syari’ah dan

Syaria’ah press, 2014), hlm. 34

6Ibid., hlm. 35

Page 48: Islamic University

32

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi sebagai pokok permasalahan

yang akan di teliti untuk megukur dan melihat peran serta perempuan terhadap

musrenbang.

Pemerintah daerah dan masyarakat adalah sebagai objek penelitian dan

informan kunci (key informan),dalam penelitaian ini sebagai informan tambahan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang di peroleh

melalui observasi.7 Metode observasi disebut juga dengan pengamatan kegiatan

pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera.8 Penulis

menggunakan metode observasi untuk melihat dilapangan tentang peran serta

perempuan dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dari terwawancara.9 Dalam mengumpulkan

informasi peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, interview ini

dilakukan untuk menperoleh data yang maksimal. Dengan cara ini pun peneliti

akan berusaha untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan dipertanggung

7Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kkualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta,

2013), hlm. 226 8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hlm. 234

9Ibid., hlm.236

Page 49: Islamic University

33

jawabkan akan kebenarannya. Wawancara atau interview ini penulis gunakan

untuk mengumpulkan data tentang seberapa pertisipasi perempuan dalam

Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Provinsi Jambi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data sekunder yang diperoleh dari dokumen

pemerintah, dan dokumen lainnya.10

Sedangkan tujuan dari penggunaan dokumen

dalam ilmu sosial terutama ditentukan oleh sifatnya sebagai ilmu yang nomotetis

yang artinya yang melukiskan gambaran umum.11

Dokumentasi penulis gunakan

untuk memperoleh semua data-data berupa bahan-bahan atau arsip yang

berhubungan dengan penelitian. Dan sumber lainnya yang berkaitan dengan

penelitian sebagai bahan penunjang dalam penganalisisan data yang ada di

lapangan. Dokumentasi ini berasal dari sumber-sumber baik dari media massa

maupun staf dan masyarakat di lingkunganpemerintah.

E. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang akan diterapkan harus sejalan dengan tujuan

khusus penelitian, serta berbagai analisis yang mendukung dan melengkapi

tercapainya tujuan husus tersebut.12

Analisis data dilakukan sejak awal hingga

akhir penelitian dengan menggunakan metode berfikir induktif ( pengambilan

10

Sayuti (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, ( IAIN STS Jambi: Fakultas Syari’ah dan

Syaria’ah press, 2014), hlm. 41 11

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: PT.Gramedia.

1985), hlm. 47 12

Gusti, Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), hlm. 33

Page 50: Islamic University

34

kesimpulan mulai dari fakta yang khusus menuju kesimpulan yang bersifat

umum), adapun jenis-jenis analisis data yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Analisis Domain

Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau

pengertian yang bersifat umum atau relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup

pada pokok permasalahan yang diteliti.13

Analisis domain ini juga digunakan

untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan secara garis besarnya yaitu

mengenai gambaran umum keadaan peran serta perempuan dalam Musrenbang di

desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi.

2. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi adalah analisis yang lebih rinci pada fokus penelitian

yang ditetapkan namun terbatas pada domain tertentu yang sangat berguna dalam

upaya mendeskripsikan dan menjelaskan fokus yang menjadi sasaran semula

penelitian.14

Analisis taksonomi ini juga digunakan untuk menganalisis data

tentang peran serta perempuan dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi

3. Analisis Kompensional

Analisis kompensional juga baru akan dilakukan setelah penelitian cukup

banyak fakta dan informasi dari hasil wawancara dan observasi yang telah

melavak kontras-kontras tersebut oleh peneliti yang dicarikan dimensi yang dapat

13

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: dasar-dasar dan aplikasi, (Malang : YA3

Malang, 1990), hlm.91 14

Ibid., hlm. 98

Page 51: Islamic University

35

mewadahinya.15

Sedangkan analisis kompensional ini diperolaeh setelah adanya

analisis domain dan analisis taksonomi yang merupakan jawaban yang paling

domain yakni alternatif terakhir yang dapat dijadikan sebagai sandaran untuk

menjawab permasalahan-permasalahan tentang seberapa pertisipasi perempuan

dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.

F. Sistematis Penelitian

Skripsi ini disusun dalam lima bab, yaitu: bab I, bab II, bab III, bab IV,

dan bab V. Bab I adalah pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan kegunanaan Penelitian, Kerangka Teori,

dan Tinjauan Pustaka.

Bab II merupakan bab kajian metodologi, oleh karena itu bab ini diberikan

nama Metodologi Penelitian. Bab II ini berisikan mengenai Pendekatan dan

Lingkup Penelitian, Jenis dan Sumber Data, dan Tekhnik Analisis Data.

Bab III merupakan bab penelitian awal yang berisikan data keadaan

Geografis, Keadaan Penduduk dan masyarakat, Struktur Organisasi Pemerintahan,

Keadaan perempuan, dan keeikut sertaan perempuan dalam musrenbang.

Bab IV diberi nama Pembahasan dan Hasil Temuan. Dalam bab ini akan di

analisis mengenai hasil penemuan.

15

Ibid., hlm. 103

Page 52: Islamic University

36

Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan ini, yaitu bab penutup. Oleh

karena itu sebagai bab penutup maka pada bab ini penulis akan memuat hal-hal

yang berkenaan dengan Kesimpulan, Saran-saran dan Kata Penutup.

G. Jadwal Penelitian

Tabel 1 : Jadwal penelitian

*Catatan: Jadwal bisa berubah sesuai kebutuhan penelitian.

N

O

KEGIATAN TAHUN 2017-2018

DES JAN-

FEB

MAR APRIL MEI-

AGUS

SEP

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

2 Pembuatan

proposal

√ √

3 Pengajuan

dosen

pembimbing

4 Perbaikan

proposal

√ √

5 Pengajuan

izin seminar

proposal

6 Perbaikan

hasil

proposal

7 pengesahan

judul dan izin

riset

8 Pengumpulan

data

√ √

9 Verifikasi

dan penulisan

data

√ √

10 Konsultasi

pembimbing

dan

perbaikan

√ √

11 Ujian skripsi √

Page 53: Islamic University

37

Page 54: Islamic University

37

BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Historis dan Geografis

1. Historis

Mengenai asal usul Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini diambil dari nama sebuah sungai berukuran

sedang yang mengalir dari Barat (daratan) kearah Timur (laut), dan memebelah

Desa ini menjadi dua bagian, yaitu bagian Utara atau disebut oleh masyarakat

setempat dengan bagian parit kiri, dan sungai ini bernama Sungai Teluk Kijing.

Sedangkan pemukiman penduduk Desa pertama kali adalah para

pendatang dari pulau Sulawesi (Suku Bugis) sekitar tahun 1960 an, lebih tepatnya

pemukiman didirikan di muara Sungai Teluk Kijing tersebut. Maksud dari

kedatangan penduduk kedesa ini untuk pertama kalainya adalah sebagai petani

dan nelayan yang memerlukan tempat berlabu bagi kapal yang mereka gunakan

sebagai sarana transportasi pada saat itu. Senada dengan itu selain sebagai

nelayan, penduduk juga sebagagai petani dan mengolah lahan untuk tanaman

pangan (padi) dan selanjutnya menanam kelapa dan ternyata hasilnya cukup baik

dan berkembang sampai pada saat ini.1 Desa Teluk Kijing ini juga terbentuk

berdasarkan Undang-undang No. 55 Tahun 1970 Tentang Pemerintahan Desa.2

Maka pada tahun 1980 sebutan Kampung berubah menjadi Desa yang dikepalai

oleh seorang yang disebut dengan Kepala Desa dan berdasarka Undang-Undang

1Sumber data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2008

2Undang Undang No. 55 Tahun 1970 Tentang Pemerintahan Desa

37

Page 55: Islamic University

38

No. 54 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten

Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur ( LN. NO

182 TAMBAHAN LN. NO 3909) 3, maka Desa Teluk Kijing termasuk kedalam

bagian Kabupaten Tanjung Jabung Timur.4

2. Geografis

Desa Teluk kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Timursecara Geografis terletak natara 10,

03 LS sampai 10

23 LS dengan 1040, 05

BT sampai 1040,

20 BT. Dengan ketinggian +- 1,5 Mdpl. Sedangkan suhunya

berkisar antara 150

C – 320

C, dengan curah hujan lebih kurang 8.486 mm/ Tahun,

dan dengan luas wilayah 18,50 Km ( +- 1.850 Ha ). Dengan batasan-batasan

wilayah adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pemusiran.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Simbur Naik.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sungai Raya.

Sedangkan dengan demikian jarak tempuh Dusun Terjauh maupun pusat

Pemerintahan adalah sebagai berikut:

a. Jarak tempuh dengan dusun terjauh adalah 3 Km dengan jarak waktu tempuh

lebih kurang 15 menit perjalanan kendaraan bermotor.

b. Jarak tempuh dengan Ibu Kota Kecamtan adalah 20 Km dengan jarak waktu

tempuh lebih kurang 90 menit perjalanan kendaraan bermotor.

3Undang-UNDANG No. 54 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur 4Sumber data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2008

Page 56: Islamic University

39

c. Jarak tempuh dengan ibu kota Kabupaten lebih kurang 80 Km dengan jarak

waktu tempuh lebih kurang 3 jam perjalanan kendaraan bermotor.

Sementara itu tidak jauh berbeda dengan daerah tropis lainnya yang ada di

Provinsu Jambi, maka keadaan musim Desa Teluk kijing Kecamatan Nipah

Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur hampir sama yaitu mengalami dua

musim yaitu musim panas dan musim hujan. Kondisi suhu pada siang hari

mencapai 360C dan pada malam hari mencapai 20

0C kalau dilihat dari sinar

Matahari, biasanya pada bulan Januari sampai Juni sampai dengan bulan Agustus

yang merupakan bulan-bulan yang relatif kering, dimana penyinaran Matahari

lebih tinggi dari pada bulan Oktober sampai dengan bulan April yang relatif lebih

basah. Bagi masyarakat, penyinaran Matahari digunakan untuk keperluan rumah

tangga, seperti untuk mengeringkan pakaian dan lain sebagainya.5

Jika dihitung-hitung penyinaran Matahari di Desa Teluk kijing Kecamatan

Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 50% yaitu setara

dengan 4,25 jam perhari dengan rata-rata setiap bualan yang tertinggi terdapat

pada bulan Juni yaitu sebesar 70% setara dengan 5,45 jam perhari dan yang

terendah pada bulan Oktober sampai dengan pertengahan Desember yaitu sebesar

40% setara dengan 3,2 jam perhari. 6

Sedangkan sumber air tergantung pada air sungai dan sumur penduduk

desa Teluk Kijing, sebagian di daerah yang dekat dengan Ibu Kota Kecamatan

menggunaka sumber air PDAM, dan sumber air yang berasal dari sumur galian

tanah, masyarakat menggunakan air tersebut untuk memasak, mandi, mencuci,

5Sumber data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2015

6Sumber data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2015

Page 57: Islamic University

40

MCK, dan keperluan lainnya. Jika musim kemarau datang biasanya masyarakat

menggali sumur mereka untuk mendalami kedalamannya, tujuannya agar airnya

tetap keluar dan mencukupi keprluah sehari-hari mereka.

B. Stuktur Organisasi Pemerintahan

Suatu wilayah biasanya harus mempunyai setidaknya tiga persyaratan

unsur penting yaitu adanya rakyat, pemimpin atau pemerintah, dan daerah

kekuasaan. Maka dengan hal itu juga Desa Teluk kijing Kecamatan Nipah

Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dipimpin oleh seorang Kepala Desa.

Dengan demikian berjalan atau tidaknya suatu pemerintah sangat bergantung

kepada kemampuan, kemauan, dan kecakapan dari pemimpinnya. Adapun

struktur pemerintah Desa Teluk kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur adalah sebagai berikut:

Page 58: Islamic University

41

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA TELUK KIJING

KECAMATAN NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG

TIMUR TAHUN 2016/20177.

Gambar 1 Struktur Organisasi

7Sumber Data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2016

KADES

M. ALI

SEKDES

SUDIRMAN

KAUR TU & UMUM

HJ. SITTI NURMALA SARI

KAUR PERENCANAAN &

KEUANGAN

ANSIR

KASI PEMERINTAHAN

HERMAN

KASI KESRA

RITA ZAHARA

KADUS MAKMUR

MUHAIMIN

KADUS MARIO

HASANUDDIN

KADUS KARYA JAYA

SULO LEPU

Page 59: Islamic University

42

C. Visi dan Misi Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Visi adalah perwujudan yang menantang tentang keadaan masa depan

yang diinginkan oleh instansi pemerintahan yang bersangkutan. Sedangkan misi

adalah tonggak perencanaan strategis yang sejalan dengan pembentukan tujuan

dan sasaran yang perumusannya harus dilakukan secara obyektif dan memberikan

peluang untuk dilakukan perubahan disesuaikan dengan tuntutan lingkungan, oleh

karena itu misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi

dapat dilaksanakan dan terlaksana dengan baik.

a. Visi

Sesuai dengan visi Desa Teluk Kijing Terbentuknya masyarakat Desa

Teluk Kijing yang Bersatu.

b. Misi

Sedangkan Misi yang dimiliki olehDesa Teluk kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai berikut:

1. Memacu peningkatan SDM sesuai dengan Profesi dan keahlian dengan

kopetensi yang tinggi.

2. Mempercepat penyediaan dan pemerataan sarana dasar.

3. Meningkatka produktivitas, pengelolaan dan pemasaran hasil pertanian

dan hasil perkebunan, dan perikanan

4. Meningkatkan sinerji pembangunan antara lingkungan guna menciptakan

daya saing desa

Page 60: Islamic University

43

5. Menciptakan kondisi masyarakat yang aman, tertib, agamis, dan

demokratis.8

D. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

jumlah penduduk Desa Teluk kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur terdiri dari 03 Dusun dan 16 RT yang berjumlah 1.119

Jiwa dengan rincian jumlah KK sebayank 324 KK, dan dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

Tabel 2

Jumlah Dusun dan RT Per-Dusun Dalam Wilayah Desa Teluk Kijing9

No Nama Dusun Jumlah RT

1 Dusun Makmur 6

2 Dusun Mario 4

3 Dusun Karya Jaya 6

Jumlah 16 RT

Selanjutnya mengenai jumlah penduduk secara keseluruhan yang

berdasarkan jenjang umur yag telah dirangkum oleh penulis dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

8 sumber data: Dokumentasi Desa Teluk Kijing, Kecamatan Nipah Panjang. Tahun 2016

9Sumber data: Dokumentasi Jumlah Dusun dan RT Per-Dusun dalam Wilayah Desa

Teluk Kijing , Tahun 2016

Page 61: Islamic University

44

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Atau Usia Dalam Wilayah

Desa Teluk Kijing10

No Usia (tahun) Jumlah penduduk

1 0-05 TAHUN ( BALITA ) 113

2 6-12 TAHUN ( USIA SEKOLAH ) 127

3 13-50 TAHUN ( DEWASA ) 486

4 5I DST/LANSIA 393

Jumlah 1.119 Jiwa

Sedangkan jumlah pertumbuhan penduduk yang ada di desa Teluk Kijing

ini jika di bagi menjadi kelompok dan suku maka peresentasenya jika

dipersenkan, maka akan beragam, diantara suku yang lebih dominan yang ada di

Desa Teluk Kijing Kecamata Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Ini adalah suku Bugis, namun tidak menampikkan suku yang lain dapat ikut

nimbrung dan bergabung dengan suku -suku yang lebih dominan dan mereka

bahkan dapat untuk hidup secaranormal untuk berdampingan dan hidup

harmonis. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini:

10

Sumber data: Dokumentasi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur atau Usia

dalam Wilayah Desa Teluk Kijing , Tahun 2016

Page 62: Islamic University

45

Tabel 4

Jumlah perentase Suku Dalam Wilayah Desa Teluk Kijing11

No Nama Suku Presesntase (%)

1 Suku Bugis 99,35

2 Suku Jawa 0.17

3 Suku Kerinci 0.4

Suku Banjar 0,08

Dengan demikian dapat juga untuk diketahui bahwa masyarakat Desa

Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini

adalah sebahagian besarnya mata pencahariannya adalah berprofesi sebagai

petani, sebagaimana kebanyakan masyarakat lainnya, dan potensi alam dari

Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini sangat melimpah dan dapat di manfaatkan

oleh masyarakat, sejalalan dengan hal tersebut juga ada beberapa profesi

masyarakat Desa Teluk Kijing yang menekuni dibidang selain sebagai Petani,

diantara lain adalah pedagang dan lainnya, keadaan tersebut dapat dipersentasekan

dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

11

Sumber data: Dokumentasi Jumlah pembagian peresentase suku dalam Wilayah Desa

Teluk Kijing , Tahun 2016

Page 63: Islamic University

46

Tabel 5

Keadaan mata pencaharian masyarakat di Desa Teluk Kijing12

No Jenis mata pencaharian Persentase

1

2

3

4

5

6

Petani

Nelayan

Pedagang

Buruh

Pegawai ( PNS/SWASTA/BUMN)

DLL

75

9

3,5

3

0,5

9

2. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok atau yang mendasar bagi

manusia yang harus dilakukan. Berdasarkan perkembangan pendidikan dewasa

ini, pendidikan dalam masyarakat terbagi kepada masyarakat yang berpendidikan

tinggi, dimana dengan ditandai banyaknya masyarakat yang berkeinginan untuk

bersekolah samapai menuju ke jenjang sekolah menengah atau atas keperguruan

tinggi. Sarana dan prasarana pendidikan untuk Sekolah Dasar (SD) yang dalam

wilayah Desa Teluk Kijing Kecamatan Niapah Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

12

Sumber data: Dokumentasi Keadaan mata pencaharian mayarakat di Desa Teluk

Kijing, Tahun 2016

Page 64: Islamic University

47

Tabel 6

keadaan sarana pendidikan formal dan teaga pengajarnya di wilayah Desa

Teluk Kijing13

No Sarana pendidikan Keterangan

1

2

3

4

5

Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD)

Taman Kanak-Kanak (TK)

Sekolah Dasar (SD)/

Madrasah Ibtidaiyah

Madin

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 unit

3 Unit

Untuk meningkatkan pendidikan keagamaan, khususnya agama islam

dalam upaya peningkatan dan membentuk anak yang bermental dan berbudi

pekerti yang tinggi serta memberantas buta huruf aksara terhadap alqur’an, saat

ini setiap desa/kelurahan telah didirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA),

Madrasah Ibtidaiah atau sekolah sore dan kelompok Pengajian anak-anak antara

Maghrib dan Isya’ (PAMI), pendidkan Madrasah dan kelompok Remaja Masjid

dalam wilayah Desa Teluk Kijing Kecamatan Niapah Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur terdapat kelompok pengajian dusun dan RT yang terdiri dari :

13

Sumber data: Dokumentasi Keadaan Saran dan Prasarana Pendidikan Formal dan

Tenaga Pengajarnya di Wilayah Desa Teluk Kijing, Tahun 2016

Page 65: Islamic University

48

Tabel 7

Keadaan Pendidikan Informal di Desa Teluk Kijing14

No Jenis pendidikan Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Jumlah pengajian PAMI

Jumlah guru nagji PAMI

Jumlah kelompok remaja masjid

Jumlah kelompok yasinan

Jumlah BKMT/ majlis ta’lim dan pengajian

Kelompok karang taruna

Kerukunan keluarga sulawesi selatan( KKSS)

6 Kelompok

14 Orang

1 Orang

2 Kelompok

70 Orang

1 kelompok

1 kelompok

E. Keadaan Sarana dan Prasarana

Ada tiga faktor yang harus dan musti ada dalam proses kerja dikantor yaitu

pimpinan, karyawan atau pegawai dan staf, dan instrumen kerja. Jika ketiadaan

salah satu dari faktor tersebut maka tidak mungkin terjadi proses kerja dikantor.

Suatu bentik dari instrumen kerja iaitu sarana dan prasarana. Sedangkan sarana

dan prasarana tersebut adalah merupakan salah satu faktor yang vital dalam

penyelenggaraan aktifitas kantor, karena itu apabila sarana dan prasarana yang

kurang mendukung maka penyelenggaraan dalam proses kerja dikantor tidak

dapat berkerja dengan baik dan tidak dapat optimal dan maksimal. Sehubungan

14

Sumber data: Dokumentasi Keadaan Pendidikan Informal di Desa Teluk Kijing, Tahun

2016

Page 66: Islamic University

49

dengan itu adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Desa Teluk Kijing

Kecamatan Niapah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 8

keadaan sarana dan prasarana di Kantor Desa Teluk Kijing15

No Jenis barang Jumlah Kondisi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Ruang Kades

Ruang Sekdes

Aula Pertemuan

Ruang Per-Kaur dan Kadus

Ruang Staf

Ruang PKK

Halaman Parkir

Wc

Gudang

Lemari meja

Meja

Kursi

Komputer

Leptop

Tv

1

1

1

3

1

1

1

1

2

2

6

16

4

1

1

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

15

Sumber data: Dokumentasi Saran dan Prasarana di Kantor desa Teluk Kijing, Tahun

2016

Page 67: Islamic University

50

16

17

18

19

20

Printer

Peta

Papan Statistik

Kendaraan dinas Kades

Kendaraan dinas BPD

1

1

2

1

1

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

F. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Teluk Kijing tahun 2016

– 2022

Berdasarkan Undang-Undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No.32 tahun 2004

tentang Pemerintaan Daerah yang merupakan pengganti Undang-Undang No.22

Tahun 1999, Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yuridis, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau

dibentuk dalam sistem Pemerintah Nasional dan berada dalam Kabupaten/Kota,

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Berdasarkan pola pemikiran dimaksud, dimana bahwa Desa berwenang

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintah

Nasional dan berada dalam Kabupaten/Kota, maka sebuah Desa diharuskan

mempunyai perencanaan yang matang berlandaskan partisipasi dan transparansi

Page 68: Islamic University

51

serta demokratisasi yang berkembang di Desa, maka Desa diharuskan mempunyai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah-Desa (RPJM-Des) ataupun Rencana

Kegiatan Pembangunan Desa (RKP-Des).

Kewenangan lain yang dimiliki oleh Desa adalah untuk mengurus

pemerintahan yang akan menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan

pengaturannya kepada Desa, tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah

Provinsi, dan atau pemerintah Kabupaten/ Kota dan urusan pemerintah lainnya

yang oleh peraturan perundang-undangan yang sudah diserahkan kepada Desa.

RPJM-Des Teluk Kijing ini merupakan rencana pembangunan strategis

Desa dalam waktu 5 (Lima) tahun dan merupakan penjabaran Visi, Misi dan

Program Kepala Desa terpilih ke dalam strategi pembangunan Desa, kebijakan

umum, program prioritas Desa serta arah kebijakan keuangan Desa. Selain itu

RPJM-DesTeluk Kijing merupakan dokumen perencanaan pembangunan Desa

yang mensupport perencanaan tingkat Kabupaten/Kota. Semangat ini apabila

dapat dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan sebuah perencanaan yang

memberikan kesempatan kepada Desa untuk melaksanakan kegiatan perencanaan

pembangunan yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik

seperti partisipatif, transparan dan akuntabilitas dan bukan hanya terjebak dalam

Jargon, sebab pada dasrnya keinginan dan kemauan masyarakat sudah tertampung

pada berbagai kesempatan musyawarah dan pertemuan dengan para pemangku

kepentingan baik secara formal maupun informal.

Dengan tersusunnya RPJMDes Teluk Kijing ini, diharapkan kinerja dari

aparatur pemerintah Desa Teluk Kijing dapat terukur sesuai dengan sasaran yang

Page 69: Islamic University

52

telah ditetapkan, dimana RPJMDes akan digunakan sebagai rujukan dalam

penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes), APBDes, penyusunan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LPKJ) Kepala Desa dan tolak ukur

kinerja Kepala Desa. Oleh karena itu, RPJMDesTeluk Kijing ini akan memuat

arah kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dimana program-

program yang diusulkan akan dibiayai oleh APBDes dan sumber-sumber dana

lain yang dapat diperoleh.

Berdasarkan gambaran umum dengan mengkaji berbagai potensi dan

permasalahan, isu-isu strategis dan kondisi yang dihadapi Desa Teluk Kijing saat

ini serta memperhatikan Visi dan Misi Desa Teluk Kijing Tahun 2016-2022, maka

strategi pencapaian dalam menentukan program-program akselerasi pembangunan

Desa (Super Prioritas Pembangunan) adalah sbb:

a. Melanjutkan berbagai program yang belum dicapai oleh Kepala Desa

sebelumnya.

b. Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, pemerataan dan

optimalisasi di bidang pendidikan dasar dan menengah.

c. Pengembangan dan peningkatan di bidang pelayanan kesehatan masyarakat.

d. Pemeliharaan, revitalisasi dan pelestarian budaya DesaTeluk Kijing.

e. Peningkatan, pemeliharaan dan pengelolaan di bidang pemuda dan olahraga.

f. Meningkatkan serta mewujudkan keamanan dan ketenteraman di lingkungan

Desa Teluk Kijing.

g. Mengagendakan kegitan tahunan Tournament Sepak Bola dan MTQ antar

RT Teluk Kijing.

Page 70: Islamic University

53

h. Mencetus idea baru untuk kemajuan pembangunan Desa dan keikut sertaan

dan peran perempuan dalam pembangunan Desa.

Selanjutnya sebagai penutup bahwa untuk keberhasilan pelaksanaan

pembangunan di tingkat Desa Teluk Kijing ini pada dasarnya ditentukan oleh

sejauh mana komitmen dan konsistensi pemerintahan dan masyarakat Desa Teluk

Kijingsaling bekerjasama membangun Desa. Keberhasilan pembangunan yang

dilakukan secara partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada

monitoring evaluasi akan lebih menjamin keberlangsungan pembangunan di

DesaTeluk Kijing. Sebaliknya permasalahan dan ketidakpercayaan satu sama lain

akan mudah muncul manakala seluruh komunikasi dan ruang informasi bagi

masyarakat tidak memadai.

Diharapkan proses penyusunan RPJM DesaTeluk Kijing yang benar-benar

partisipatif dan berorientasi pada kebutuhan Real masyarakat akan mendorong

percepatan pembangunan skala Desa menuju kemandirian Desa Teluk Kijing.

Selain itu dengan akurasi kegiatan yang dapat dengan mudah diakses masyarakat

Desa, maka diharapkan dalam proses penyusunan APBD Desa Teluk Kijing

seluruhnya bisa teranggarkan secara proporsional.

Page 71: Islamic University

54

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Tata Cara Musyawarah Perencanaan Pembangunan di desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi

Jambi.

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) adalah forum

perencanaan yang di selenggarakan oleh lembaga publik, yaitu pemerintah desa,

bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Dengan

diberlakukannya mekanisme musyawarah maka pemerintah dan warga desa dapat

berpartisipasi aktif memajukan desanya melalui program pembangunan desa.

Musrenbang desa idealnya memiliki beberapa tahapan mulai dari Tahapan Pra

Musrenbang Desa, Tahapan Pelaksanaan Musrenbang Desa dan Tahapan Pasca

Musrenbang Desa.

Mengenai mekanisme Musrenbang desa ini penulis mewawancarai Bapak

MA selaku Kades beliau mengungkapkan:

“Proses perencanaan dimulai dengan informasi tentang ketersediaan

sumber daya dan arah pembangunan nasional, sehingga perencanaan bertujuan

untuk menyusun hubungan optimal antara unput, proses, dan output/outcome atau

dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan, dinamika reformasi dan pemerintahan

yang lebih demokratis dan terbuka, sehingga masyarakatlah yang lebih tau apa

yang dibutuhkannya. Jadi partisipasi masyarakat termasuk perempuan dalam

proses perencanaan pembangunan sangat penting karena dapat menumbuhkan

sikap memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan”.1

1 Wawancara, tanggal 02 Juli 2018

54

Page 72: Islamic University

55

Kemudian beliau menambahkan mengenai kegiatan musrenbang Desa

Teluk Kijing ini sebagai berikut:

“Musrenbang Desa Teluk Kijing ini pada prisnispnya adalah kegiatan rutin

program pemerintah, yang telah dijadwalkan sekali setahun dan pada

umumnya dilaksanakan pada awal tahun. Adapun pesertanya yaitu

aparatur pemerintahan Desa, perwakilan tokoh agama, tokoh masayarakat,

pemuda dan perempuan yang telah di muat dalam sebaran undangan

kegiatan musrenbang. Kemudian musrenbang yang telah dilaksanakan

pada awal tahun lalu tepatnya pada tanggal 01 Februari 2018 bertempat di

aula kantor Desa Teluk Kijing membahas tentang bidang pemerintahan,

infrastruktur (pengairan, jalan, jembatan), kesehatan, pertanian, kelautan

dan perikanan, sosial, kelistrikan, perhubungan komunikasi dan

informatika, serta bidang pendidikan. Mengenai hasil musrenbang dan

daftar hadir dapat dilihat pada lampiran hasil kegiatan musrenbang”.2

Selanjutnya Bapak Kades menambahkan mengenai tujuan dari

musrenbang desa adalah:

“Untuk menyepakati prioritas kebutuhan/masalah dan kegiatan desa yang

akan menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa, dan

menyepakati tim delegasi desa yan akan memaparkan persoalan daerah

yang ada di desanyapada forum musrenbang kecamatanuntuk penyusunan

program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya”.3

Selanjutnya Bapak HR selaku Kasi Pemerintahan beliau menambahkan

mengungkapkan perencanaan musrenbang itu:

"Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus

melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, proses yang

melibatkan masyarakat ini, mencakup dengar pendapat yang dilakukan

secara terbuka dengan sejumlah besar warganegara yang mempunyai

kepedulian, dimana dengar pendapat ini disusun dalam suatu cara untuk

mempercepat para individu, kelompok kepentingan dan para pejabat

memberikan kontribusi mereka kepada pembuatan desain dan redesain

2 Wawancara, tanggal 02 Juli 2018

3 Wawancara, tanggal 02 Juli 2018

Page 73: Islamic University

56

kebijakan dengan tujuan mengumpulkan informasi sehingga pembuat

kebijakan bisa membuat kebijakan lebih baik”.4

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa musrenbang

Desa merupakan forum rembug warga yang dilakukan untuk membicarakan

masalah dan potensi desa agar teridentifikasi dengan baik untuk memberikan arah

yang jelas atas tindakan yang layak menurut skala prioritas dan dilaksanakan

dalam mengatasi masalah atau memaksimalkan potensi yang dimiliki sebagai

dasar program kerja pemerintah desa melaksanakan penganggaran dan kegiatan

tahunan desa.

Kemudian mekanisme musrenbang dikatakan efektif apabila

pelaksanaannya dapat diukur. Untuk itulah diperlukan adanya alat ukur untuk

mengetahui sejauhmana mekanisme musrenbang tersebut dapat dikatakan efektif

atau tidak. Terdapat empat dimensi yang dapat dijadikan alat ukur untuk

mengetahui efektifitas tersebut, antara lain:

1. Satuan waktu.

Penulis mewawancarai Bapak MA selaku Kades beliau mengungkapkan:

“Pelaksanaan musrenbang sering tidak tepat waktu. Ketidaktepatan

penyelenggaraan musrenbang ini sebagian besar disebabkan oleh faktor

antara lain tidak adanya informasi dari penyelenggara (kecamatan),

musrenbang kurang dijadwalkan dengan baik sehingga banyak masyarakat

yang tidak menghadiri musrenbang dengan alasan tidak punya waktu

karena berbagai kesibukan. Dengan demikian terlihat bahwa pemanfaatan

jadwal atau waktu penyelenggaraan musrenbang masih kurang

diperhatikan”.5

4 Wawancara, tanggal 02 Juli 2018

5 Wawancara, tanggal 03 Juli 2018

Page 74: Islamic University

57

Kemudian penulis mengamati di lapangan6 apabila dilihat dari

perbandingan beban kerja dengan waktu yang diperlukan dalam penyelenggaraan

musrenbang, sebetulnya cukup memadai. Artinya, bahwa tersedia waktu yang

cukup dalam penyelenggaraan musrenbang untuk menghasilkan hal-hal yang

seharusnya dapat diwujudkan selama pelaksanaan musrenbang tersebut. Hanya

saja terjadi ketidaktepatan dalam penggunaan waktu, sehingga penyelenggaraan

musrenbang menjdai tidak efektif.

2. Satuan hasil.

Kemudian penulis mewawancarai Bapak SU selaku Sekretris Desa beliau

mengungkapkan:

“Pelaksanaan musrenbang dari segi hasil selama ini, sebenarnya dirasakan

oleh masyarakat karena mampu menampung aspirasi masyarakat,

walaupun semua aspirasi yang disampaikan tidak seluruhnya dapat

diakomodasikan. Ketertampungan aspirasi masyarakat melalui

musrenbang tersebut, juga dapat dilihat dari RPT (Rencana Pembangunan

Tahunan) yang tersusun, yang pada dasarnya merupakan daftar rencana

kegiatan pembangunan tahunan. Penyelenggara musrenbang bisa

menghasilkan rumusan usulan pembangunan dari tingkat desa/kelurahan

dan kecamatan, walaupun sebagian besar lebih menyangkut kegiatan yang

didanai oleh pemerintah. Dan yang lebih meyakinkan adalah rumusan

penggunaan dana pembangunan yang tersedia di desa/kelurahan dan

kecamatan tersebut didasarkan pada kesepakatan yang dicapai pada

pelaksanaan musrenbang”.7

3. Kualitas kerja.

Mengenai kualitas kerja penulis mewawancarai Bapak HR selaku Kasi

Pemerintahan beliau mengungkapkan:

6 Observasi, tanggal 04 Juli 2018

7 Wawancara, tanggal 06 Juli 2018

Page 75: Islamic University

58

“Penyelenggaraan musrenbang masih sering tidak didukung oleh sarana

dan prasarana yang memadai, akibatnya penyelenggaraan musrenbang itu

sendiri menjadi kurang lancar. Misalnya dalam pelaksanaan musrenbang

masih sering tidak disediakan formulir isian tentang usulan atau daftar

kebutuhan masyarakat. Faktor sarana dan prasarana yang lain juga sangat

minimal seperti tidak terbentuknya kepanitiaan penyelenggara

musrenbang, tidak tersedianya alat tulis secara memadai, maupun masalah

konsumsi, selanjutnya tempat rapat yang sempit, dan penerangan yang

kurang memadai serta kelengkapan lain seperti ketersediaan OHP”.8

Kemudian penulis mewawancari Bapak NS selaku Kadus Mario beliau

mengungkapkan:

“Bila dilihat dari kualitas penyerapan aspirasi masyarakat, sebagaimana

telah disebutkan dimuka bahwa sebagian besar masyarakat masih

mengatakan bahwa pelaksanaan musrenbang cukup mampu menyerap

aspirasi masyarakat. hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat

mengatakan bahwa penyelenggaraan musrenbang dapat memberikan

kesempatan yang sama kepada semua peserta untuk menyampaikan

aspirasinya”.9

Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih banyak pula peserta musrenbang

yang hanya menjadi peserta pasif atau pendengar saja, tidak berani

mengemukakan pendapat, atau bahkan tidak tahu apa permasalahan yang dihadapi

atau kebutuhan yang diharapkan. Hal tersebut karena peserta musrenbang belum

mengetahui atau belum pernah mendapatkan pelatihan tentang mekanisme

perencanaan pembangunan sehingga mereka masih awam dengan mekanisme

perencanaan pembangunan itu sendiri.10

4. Kepuasan masyarakat.

Hasil wawancara dengan Bapak MA selaku Kades beliau mengungkapkan:

8 Wawancara, tanggal 06 Juli 2018

9 Wawancara, tanggal 06 Juli 2018

10 Observasi, tanggal 09 Juli 2018

Page 76: Islamic University

59

“Berbagai kendala sebagaimana disebutkan diatas, menyebabkan

penyelenggaraan musrenbang masih banyak dirasakan belum memberikan

kepuasan kepada masyarakat. selama ini forum musrenbang, yang

merupakan forum formal yang ditentukan dan telah dijadwalkan oleh

pemerintah sebagai forum perencanaan pembangunan di tingkat

desa/kelurahan dan kecamatan lebih berperan sebagai forum penampung

aspirasi masyarakat dan tidak memiliki bargaining position yang kuat

sebagai forum yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah

kabupaten/kota dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai akibatnya,

penyelenggaraan musrenbang sebagai forum yang kurang diminati oleh

masyarakat. Bahkan banyak masyarakat yang kurang antusias dengan

penyelenggaraan musrenbang itu sendiri”.11

Pengorganisasian Penyelenggaraan Musrenbang (Pedoman Musrenbang

Desa) Dalam rangka mengorganisir penyelenggaraan musrenbang desa, mulai dari

tahap pra, pelaksanaan sampai pasca, kepala desa membentuk panitia yang disebut

Tim Penyelenggara Musrembang (TPM) atau dengan sebutan lain Tim Perencana

Desa/Pokja Perencana Desa/ Tim Penyusun RKP Desa. Materi atau topik yang

dibahas dalam musyawarah adalah terkait perencanaan pembangunan desa yang

dibiayai swadaya masyarakat dan pihak ketiga, agenda panduan kegiatan antara

swadaya dan dana yang sudah ada, rencana pembangunan jangka menengah

(RPJM-Desa), peningkatan usulan kegiatan perencanaan pembangunan desa

berdasarkan RPJM-Desa, indikasi perencanaan pembangunan desa dari RPJM-

Desa serta perencanaan pembangunan desa (RKP-Desa) tahunan lingkungan

/dusun/kampung/RT/RW. Dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan

pembangunan desa, pemerintah desa wajib melibatkan lapisan masyarakat tidak

mengenal gender untuk perempuan, yang salah satu tugas/fungsinya adalah

membantu Pemdes sebagai masukan dan usul penyusun rencana, pelaksana, dan

11

Wawancara, tanggal 10 Juli 2018

Page 77: Islamic University

60

pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-

hasil pembangunan secara partisipatif.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat dipahami bahwa

pada dasarnya kegiatan musrenbang Desa dilaksankan dengan tahapan yang

terdiri dari :Tahap Persiapan / Pra-musrenbangdes, tahap Pelaksanaan dan Tahap

Pasca Pelaksanaan.

Mengenai hal ini penulis mewawancarai Bapak MA selaku Kades beliau

mengungkapkan ada beberapa peran/tugas Tim Penyelenggara Musrenbang desa,

yaitu:

“Diantara tugas penyelenggara :1. Melakukan pertemuan/rapat panitia

(pembagian peran dan tugas, menyusun jadwal keseluruhan proses

persiapan, pelaksanaan, dan pasca musrenbang), 2. Membentuk Tim

Pemandu, 3. Menyepakati tata cara menentukan dan mengundang peserta,

4. Mengelola anggaran penyelenggaraan musrenbang secara terbuka,

efektif, dan efisien, 5. Mengorganisasikan seluruh proses musrenbang

desa, mulai dari tahap persiapan, plekasanaan dan pasca-pelaksanaan

sampai selesai penyusunan RKP Desa. 6. Menyusun daftar periksa dan

mengkoordinir persiapan peralatan, bahan (materi), tempat, alat dan bahan

yang diperlukan, 7. Menyusun jadwal dan agenda pelaksanaan

musrenbang desa, 8. Memastikan bahwa narasumber memberikan

masukan yang dibutuhkan (relevan) untuk melakukan musyawarah

perencanaan desa melalui surat permintaan materi yang diperinci apa saja

yang diharapkan untuk dipaparkan atau berbincang langsung dengan

narasumber, 9. Apabila dibutuhkan menyelenggarakan pekatihan atau

simulasi musrenbang desa dalam rangka penguatan kapasitas wargadan,

Page 78: Islamic University

61

10. Kepala desa berperan/bertugas menjadi Pembina dan pengendali dari

keluruhan pelaksanaan musrenbang desa.”.12

Adapun yang menjadi prinsip-prinsip Musrenbang Desa (Pedoman

Musrenbang Desa) Prinsip musrenbang desa berlaku bagi semua pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan musrenbang baik untuk pemandu, peserta, maupun

narasumber.13

Proses umum musrenbang diawali dengan pembukaan; pemandu

menyampaikan salam dan menjelaskan topik diskusi, tujuan diskusi dan waktu

yang dibutuhkan. Pemandu juga mejelaskan tahap-tahap umum diskusi dan

mengulang kembali penjelasan apabila diperlukan. Setelah pembukaan pemandu

mengajak peserta menggambarkan keadaan desa dengan topik tertentu

(gambar/peta sumber daya/lingkungan, gambar kabun, kalender musim, diagram

venn, analisis mata pencaharian), pemandu meminta beberapa peserta untuk

melakukan pembuatan gambar yang dikoreksi bersama-sama (oleh forum).14

Mengenai hal tersebut Bapak MA selaku Kades beliau menambahkan

bahwa:

“Dalam prosesnya pemandu mengajak peserta untuk mendiskusikannya

dan melontarkan beberapa pertanyaan kunci, pemandu juga mengatur lalu

lintas diskusi sambil mengajak peserta melengkapi dan mengkoreksi

materi rapat. Selanjutnya setelah diskusi cukup memadai, pemandu

kemudian mengajak peserta mengidentifikasi permasalahan dan potensi

desa sesuai dengan topik diskusi yang dilakukan. Terakhir penutupan,

pemandu menyampaikan pokok-pokok penting hasil diskusi kepada

12

Wawancara, tanggal 10 Juli 2018 13

Observasi, tanggal 11 Juli 2018 14

Observasi, tanggal 11 Juli 2018

Page 79: Islamic University

62

peserta. Akan lebih baik apabila pemandu meminta peserta menyampaikan

hal-hal penting hasil diskusi”.15

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat kita pahami

bahwa ada prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa

benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam

rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.

Adapun prinsip-prinsip dalam kegiatan musrenbang Desa diantaranya:

1) prinsip kesetaraan, peserta musyawarah adalah warga desa, baik laki-

laki, perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda, dengan hak yang setara untuk

menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan

pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan

pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi

hasil keputusan forum meskipun tidak sependapat.

2) Prinsip musyawarah. Peserta musyawarah memiliki keberagaman

tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, dan status sosial

ekonomi. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan

menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa

diatas kepentingan individu atau golongan. 3) prinsip anti-dominasi. Dalam

musyawarah tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi sehingga

keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua

komponen secara seimbang.

4) Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya

untuk mendorong individu dan kelompok yang paling diam untuk menyampaikan

15

Wawancara, tanggal 12 Juli 2018

Page 80: Islamic University

63

aspirasi dan pendapatnya, kelompok miskin, perempuan dan generasi muda. 5)

Prinsip anti-diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang

sama dalam menjadi peserta musrenbang.

5) Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa

dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana

kegiatan kelompok atau sector tertentu saja. Musrenbang desa dilakukan sebagai

upaya mendorong kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh

dan menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam

menentukan prioritas kegiatan pembangunan desa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenai tata cara kegiatan

musrenbang Desa tersebut dapat dipahami bahwa Perencanaan Desa merupakan

keputusan politik yang diambil secara bersama oleh pemerintah desa dan

masyarakat desa, kemudian dalam proses perencanaan harus mampu mendorong

keberdayaan masyarakat. Perencanaan juga harus mampu mendorong

keberlanjutan ketersediaan sumber daya lainnya, yaitu rencana yang disusun harus

dapat memberikan keuntungan dan manfaat langsung secara nyata bagi

masyarakat. Rencana pembangunan desa juga harus membangun sistem yang

mendukung perubahan sikap dan perilaku sebagai rangkaian perubahan sosial.

B. Peran Serta Perempuan dalam Musrenbang di Desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi

Jambi.

Berdasarkan tahapan partisipasi ada tahap perencanaan ditandai dengan

keterlibatan masyarakat (perempuan) dalam kegiatan-kegiatan perencanaan

Page 81: Islamic University

64

pembangunan yang akan dilaksanakan di Desa, serta menyusun rencana kerjanya.

Masyarakat Desa Teluk Kijing berpartisipasi melalui keikutsertaan mereka dalam

rapat di desa dan mengikuti program-program-program yang diadakan di desa.

Berdasarkan berita acaranya, musrenbang Desa Teluk Kijing dilaksanakan

pada hari Rabu 01 Feburuari 2018 pukul 09.00 WIB bertempat di Aula Desa

Teluk Kijing. Acara ini dihadiri oleh wakil-wakil dari perangkat desa, BPD, LPM,

Posyandu, PKK, RW, RT, kepala dusun dan tokoh masyarakat serta unsur lain

yang terkait di desa sebagaimana tercantum dalam daftar hadir.16

Bentuk partisipasi yang ditunjukkan dilihat dari:

1. kehadiran responden perempuan dalam Musrenbang.

Kehadiran responden perempuan dalam perencanaan program, keterlibatan

dalam mengemukakan pendapat serta keterlibatan dalam mengidentifikasi

keputusan, kehadiran responden perempuan dalam kegiatan musrenbang yang

telah dilaksanakan berdasarkan hasil berita acara kegiatan dengan persentase 20 %

dari jumlah keseluruhan. Dalam hal kehadiran untuk orang-orang tertentu yang

memiliki jabatan di desa akan dengan mudah untuk menghadiri musyawarah desa

seperti ketua RT dan staf desa, karena keberadaan mereka jelas untuk mewakili

desanya dan staf desa karena dia terlibat secara langsung dengan program

musrenbang desa.17

Wawancara penulis dengan AN Kaur Perencanaan dan Keuangan Desa

Teluk Kijing sebagai berikut:

16

Dokumentasi, tanggal 25 Juli 2018 17

Observasi, tanggal 27 Juli 2018

Page 82: Islamic University

65

“Sementara untuk warga yang lain terutama perempuan diperlukan

berbagai rangsangan agar mereka mau menghadiri musyawarah desa.

Masyarakat bersedia hadir pada pertemuan karena mendapat undangan

dari aparat desa. Jika tidak mendapat undangan, mereka tidak hadir

walaupun mendengar informasi rencana pertemuan tersebut dari orang

lain”.18

Musrenbang desa dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor pendukung

maupun faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan

program pengembangan masyarakat yang dapat berasal dari dalam diri maupun

dari luar diri masyarakat. Faktor penghambat dari dalam diri adalah belum adanya

pengalaman masyarakat dalam melaksanakan program secara partisipatif.

Pengalaman yang dimiliki masyarakat desa bahwa setiap ada program pemerintah

memerlukan proses perencanaan yang panjang dan berkali-kali serta melibatkan

masyarakat sehingga menjadikan masyarakat malas untuk hadir di pertemuan.

Selain itu, adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi setiap hari dari

melakukan usahanya membuat mereka segan untuk meninggalkan usahanya

hanya untuk menghadiri pertemuan yang belum tentu dananya turun. 19

Sedangkan faktor pendukung yang dijadikan alasan oleh seseorang untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Agenda musrenbang sendiri membutuhkan

persiapan panjang mulai dari pembentukkan tim penyelenggara musrenbang

kemudian tim pemandu musrenbang desa. Berikutnya penyiapan teknis

pelaksanaan musrenbang desa meliputi penyusunan jadwal dan agenda

musrenbang desa, kemudian mengumumkan dan menyebarkan undangan minimal

tujuh hari sebelum hari H.

18

Wawancara, tanggal 30 Juli 2018 19

Observasi, tanggal 31 Juli 2018

Page 83: Islamic University

66

Hasil wawancara dengan Bapak MA selaku Kades Teluk Kijing

mengungkapkan:

“Sebelum penyusunan draf rancangan awal RKP Desa terlebih dahulu

dilakukan pengkajian desa secara partisipatif yang berisi kajian kondisi,

permasalahan, dan potensi desa bersama warga masyarakat kemudian

penyusunan data/informasi desa dari hasil kajian oleh tim pemandu. Untuk

mendapatkan hasil musrenbang yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan

desa diperlukan pengetahuan tentang pelaksanaan musrenbang itu sendiri

dan kefokusan baik dari tim penyelenggara maupun tim pemandu untuk

menjalankan musrenbang sesuai dengan prosedur. Pelaksanaan program

merupakan tahapan kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan sampai

dengan tahap penyelesaian kegiatan. Proses perencanaan dan pengambilan

keputusan dalam program pembangunan kerap kali dilakukan dari atas

kebawah. Rencana program pengambangan masyarakat biasanya dibuat

ditingkat pusat dan dilaksanakan oleh instansi provinsi dan kebupaten”.20

Masyarakat (perempuan) sering kali diikutkan tanpa diberikan kesempatan

untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebabkan adanya anggapan

bahwa untuk mencapai dalam pembangunan bagi masyarakat tidak mempunyai

kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta

kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini masyarakat selalu ditempatkan pada

posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Program yang dilakukan dari atas

kebawah sering tidak berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat,

karena masyarakat kurang terlibat sehingga mereka merasa kurang

bertanggungjawab terhadap ketergantugan yang pada gilirannya akan lebih

menyusahkan masyarakat dari pada menolongnya.

Tahap perencanaan dimulai dengan penggalian gagasan yang dilakukan

oleh ketua-ketua RT kepada kelompok-kelompok masyarakat yang diwakilinya.

20

Wawancara, tanggal 02 Agustus 2018

Page 84: Islamic University

67

Mereka mendapatkan penjelasan mengenai musrenbang dan kewajiban untuk

turut berperan serta menyampaikan aspirasinya. Untuk efisiesi maka kegiatan

pengalian gagasan dilakukan dengan memanfaatkan pertemuan rutin yang sudah

ada (formal maupun informal). 21

Bapak MH selaku Kadus Makmur mengungkapkan:

“Dalam pertemuan RT tersebut, warga membahas apa yang menjadi

gagasan-gagasan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Gagasan-

gagasan tersebut selanjutnya dimasukkan dalam sebuah daftar gagasan

untuk dibawa ke musyawarah desa. Musyawarah desa adalah suatu forum

pertemuan masyarakat desa yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan hasil dari penggalian gagasan diringkat RT. Selanjutnya

dilakukan penyusunan proposal yang merupakan kegiatan dengan tujuan

untuk menguraikan secara tertulis rencana dari hasil musyawarah di desa.

Selanjutnya proposal tersebut dibawa ke forum musyawarah antar desa di

tingkat kecamatan yang bertujuan untuk membahas, memilih serta

memutuskan dan menetapkan peringkat usulan kegiatan dari masing-

masing desa”.22

Adapun yang terjadi di Desa Teluk Kijing hanya di titik beratkan pada

aspek pelaksanaan saja sehingga tahapan pra dan pasca musrenbang cenderung

tidak terlalu dianggap penting. Hal ini terjadi karena paradigma yang ada

dikalangan para staf desa yang menganggap agenda musrenbang terlalu bertele-

tele dan menghabiskan waktu sementara hasil yang didapat tidak terlalu

memuaskan atau tidak terlalu berbeda jauh dengan musrenbang inti. Sejalan

dengan itu, warga perempuan pun enggan untuk terlibat aktif pada tahapan pra

maupun pasca musrenbang karena menganggap bahwa itu hanya membuang-

buang waktu. 23

21

Observasi, tanggal 03 Agustus 2018 22

Wawancara, tanggal 06 Agustus 2018 23

Observasi, tanggal 13 Agustus 2018

Page 85: Islamic University

68

Ibu AJ dan HD warga Desa Teluk Kijing mengatakan:

“Kalo ikut-ikutan kaya gitu hanya buang-buang waktu saja pak, toh juga

tidak ada program untuk peningkatan kesejahteraan ibu rumah tangga dan

petani seperti kami ini, jadi mendingan kami kerja daripada ikut-ikutan

begituan, pekerjaan kami bisa dapat duit, kalo kesana kan tidak”24

Salah satu alasan diatas membuat musrenbang yang terjadi lebih sering

diadakan seadanya, jarang yang benar-benar mengikuti prosedur penyelenggaraan

musrenbang dengan baik. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya

musrenbang Desa Teluk Kijing dinilai kurang memadai karena terbatasnya

pemahaman aparat pemerintah desa terhadap mekanisme dan teknik pelaksanaan

forum menjadi salah satu penyebabnya. Kematangan dalam menyusun konsep

pengembangan masyarakat tampak pada waktu implementasi program. Pada

program yang sudah dirancang sedemikian rupa sesuai konsep pengembangan

masyarakatpun, jika tidak diikuti dengan pemahaman terhadap konsep oleh

pelaksananya juga akan dapat menggagalkan apa yang menjadi tujuan program

tersebut.

Faktor kekurangfahaman pelaksanaan program bukan satu-satunya yang

menghambat terlaksananya partisipasi masyarakat. Ada faktor penghambat lain

seperti pengalaman merencanakan program ataupun faktor dari luar diri

masyarakat seperti kelembagaan, transparansi, kepemimpinan, atau dukungan dari

pemerintah desa.

2. Keterlibatan perempuan dalam mengungkapkan pendapat.

Salah satu cara menilai partisipasi adalah dengan melihat seberapa besar

keterlibatan perempuan dalam mengungkapkan pendapatnya ketika mengikuti 24

Wawancara, tanggal 15 Agustus 2018

Page 86: Islamic University

69

musyawarah desa. Mengungkapkan pendapat dapat diartikan sebagai tanda

keseriusan warga memajukan desa. Pelibatan seseorang pada tahap ini

memberikan makna bahwa masyarakat akan berpartisipasi secara sukarela apabila

mereka dilibatkan sejak awal dalam proses pembangunan melalui musyawarah

desa. Mengemukakan pendapat, mengajukan usul dalam rapat merupakan

partisipasi dalam menyumbangkan pikiran. Temuan pada penelitian ini sebagian

responden perempuan terlibat dalam mengungkapkan pendapat.25

Sebagian besar yang mengikuti musrenbang desa adalah para tokoh dan

elit seperti para ketua RT dan tokoh desa membuat forum berjalan dinamis,

namun hal ini kurang partisipatif karena belum mewakili seluruh penduduk desa,

seperti anak muda, orang miskin dan perempuan.

Ibu MF warga RT 05 desa Teluk Kijing menyampaikan:

“Musrenbang ini memang disetting santai, sehingga seluruh warga yang

hadir dalam forum dapat berbicara, rata- rata dari ketua RT membawa

program usulan hasil diskusi ditingkat RT sehingga beliau merasa dari sisi

partisipasi hal ini sudah cukup terwakilkan”26

Menurut hasil wawancara, mereka yang memilih tidak mengungkapkan

pendapat hampir sama dengan mereka yang tidak terlibat dalam mengambil

keputusan. Mereka mengikuti dengan penuh perhatian namun sedikit menanggapi.

Biasanya mereka ini adalah para ibu rumah tangga yang mengikuti musrenbang

karena diundang namun tidak terlalu mengerti arti penting musrenbang. Sebagian

lain mengerti betul dengan arti penting musrenbang namun sudah apatis karena

menganggap usulan lain lebih prioritas.

25

Dokumentasi, tanggal 15 Agustus 2018 26

Wawancara, tanggal 27 Agustus 2018

Page 87: Islamic University

70

“Sebagaimana yang dituturkan Ibu YL sebagai IRT yang menamatkan

pendidikan sarjana, beliau sering diundang mengikuti musrenbang namun

pada kesempatan tersebut memilih tidak mengungkapkan pendapat karena

merasa usulan tahun lalu belum terealisasi sehingga pendapatnya hanya

akan masuk dalam daftar waiting list”.27

3. Keterlibatan perempuan dalam mengambil keputusan

Faktor berikutnya setelah mengungkapkan pendapat, pada tahap

perencanaan perempuan juga turut terlibat dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan merupakan termasuk hak perempuan, dengan cara ikut

terlibat dalam mengambil keputusan perempuan menentukan sendiri apa yang

mereka butuhkan. Program-program perempuan yang disusun (disiapkan) harus

memenuhi kebutuhan masyarakat, yang mana warga didorong untuk melakukan

analisis kebutuhan.

Analisis kebutuhan harus dilakukan secara cermat agar dapat menggali

kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat banyak

dan bukan keinginan beberapa orang saja, apakah tokoh masyarakat, atau kepala

desa yang mempunyai kewenangan menentukan. Partisipasi perempuan Desa

Teluk Kijing dalam bentuk pengambilan keputusan telah teraplikasi sejak

diadakan musyawarah desa ditingkat RT dalam merumuskan prioritas program

pembangunan apa yang hendak diajukan ke tingkat musyawarah desa. Dalam

musyawarah RT yang dipimpin oleh seorang ketua RT tersebut memberikan

kesempatan kepada warganya secara individu untuk mengemukakan semua

permasalahan pembangunan yang ada beserta solusinya.28

27

Wawancara, tanggal 27 Agustus 2018 28

Observasi, tanggal 28 Agustus 2018

Page 88: Islamic University

71

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan

berdasarkan penelitian yang dilakukan ditingkat musyawarah desa banyak

responden perempuan yang tidak terlibat aktif dalam pegambilan keputusan. Hal

ini disebabkan karena mereka percaya bahwa pak kades mengetahui apa yang

terbaik untuk desa. Masyarakat yang tidak terlibat aktif sebagian besar adalah

kaum perempuan. Hal lain yang menyebabkan masyarakat tidak terlibat aktif

dalam pengambilan keputusan adalah, usulan program prioritas yang diajukan

oleh masyarakat tidak pernah disetujui forum akibat masih terdapat program lain

yang lebih prioritas, padahal peran serta anggota perempuan sangat diperlukan

dalam proses perencanaan pembanguanan Desa/Kelurahan.

C. Kendala dalam peran serta perempuan terhadap Musrenbang di desa Teluk

Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi.

Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan

setiap tahun baik di tingkat desa, kelurahan dan kecamatan, selalu dikeluhkan oleh

masyarakat. Hal ini terkait dengan implementasi di lapangan seperti proyek yang

masuk tidak sesuai dengan usulan prioritas desa dan kelurahan. Selain itu proyek-

proyek itu sifatnya tidak mendesak dan kurang menyentuh kepentingan

masyarakat.

Hal ini diakui oleh Bapak MA Selaku Kades, Ia mengungkapkan, keluhan

seperti itu selalu muncul dalam setiap kesempatan musrenbang. Kendala terbesar

memang dalam sinkronisasi perencanaan dari masyarakat dengan perencanaan

dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta aspirasi lain yang disampaikan.

Page 89: Islamic University

72

Setiap pelaksanaan Musrenbang selalu saja ada keluhan, ini karena kurangnya

sinkronisasi antara masyarakat, pemdes dan SKPD terkait. 29

Kendala lain yang dihadapi adalah terkait dengan anggaran yang terbatas.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah adalah melakukan verifikasi

usulan program atau kegiatan yang lebih ketat. Seperti program atau kegiatan

yang bisa ditangani desa melalui ADD bisa langsung dikerjakan di oleh desa tidak

harus diusulkan melalui Musrenbang. SKPD tetap memberikan peluang agar

usulan dari desa yang memang tidak mampu ditangani dengan dana desa, dengan

kata lain, SKPD harus lebih memberikan ruang atas usulan dari desa bukan atas

perencanaan SKPD saja. Selain itu, mekanisme musyawarahnya harus sesuai

ketentuan mulai dari desa dan kelurahan, kecamatan, kabupaten. Mekanismenya

juga harus melalui bawah hingga ke kabupaten.

Kemudian mengerucut pada masalah lain seperti partisipasi perempuan

dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa masih sangat

rendah. Rendahnya partisipasi tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti

rendahnya akses perempuan terhadap informasi, perempuan dipersepsikan

memiliki kewajiban dalam pekerjaan domestik sehingga akan muncul isu beban

ganda, pendominasian partisipasi dari kaum elit (pemerintah desa), ketimpangan

hak perempuan dalam akses pendidikan, dan masih kuatnya budaya lama di

tengah masyarakat yang masih memandang perempuan sebelah mata dalam

urusan birokrasi, dan lebih dominan dalam kegiatan rumah tangga.

29

Wawancara, tanggal 12 Juli 2018

Page 90: Islamic University

73

Ada beberapa kendala atau faktor yang mempengaruhi peran serta

perempuan terhadap Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi, antara lain:

1. Rendahnya Partisipasi.

Penulis mewawancarai bapak MA selaku Kades mengenai kendala dalam

kegiatan musrenbang ini :

“Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya

kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara mandiri.

Kaitannya dalam pembangunan, partisipasi masyarakat terutama

perempuan, mencakup keseluruhan manajemen pembangunan, yakni

berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Sebagai masukan, partisipasi

masyarakat berfungsi dalam enam fase proses pembangunan”.30

Bapak SU selaku Sekdes beliau menambahkan :

“Mengenai fase-fase yang telah menjadi SOP dalam kegiatan musrenbang

Enam fase tersebut adalah fase penerimaan informasi, fase pelaksanaan

pembangunan, fase penerimaan hasil pembangunan, dan yang terakhir fase

penilaian pembangunan. Sebagai keluaran, partisipasi masyarakat dapat

digerakkan atau dibangun melalui kegiatan atau proses stimulasi dan

motivasi. Partisipasi dapat distimulus atau digerakkan melalui berbagai

upaya baik secara internal maupun eksternal sehingga diharapkan

partisipasi yang dibangun dapat terus berkembang”.31

Penulis menyikapi dengan pengamatan bahwa cara dalam berpartisipasi

harus menggunakan metode formal dan informal. Secara formal melalui

pertemuan masyarakat, diskusi dan presentase lewat lembaga formal yang ada di

organisasi keagamaan, arisan dan lain-lain. Secara informal melalui diskusi tatap

muka antar individu, dari rumah ke rumah, dan keterlibatan dalam kegiatan sosial

30

Wawancara, tanggal 12 Juli 2018 31

Wawancara, tanggal 13 Juli 2018

Page 91: Islamic University

74

dan produktif dalam masyarakat seperti menangkap ikan, pesta panen dan

sebagainya.”32

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat berpartisipasi dalam

musrenbang. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yakni faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari

dalam kelompok masyarakat itu sendiri, berupa tingkah laku individu yang

berhubungan erat dengan atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur,

jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan.

Hasil wawancara dengan ibu RZ kasi kesra di kantor Desa beliau

menjelaskan:

“Pada umunya, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat

partisipasi seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya

menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam

kegiatan pembangunan akan sangat berpegaruh pada partisipasi

masyarakat terutama perempuan”.33

Sedangkan faktor eksternal yakni mengenai informasi yang diamati

melalui seberapa besar informasi ataupun sosialisasi dari aparat desa terkait

musrenbang itu sendiri. Pengaruh Faktor Internal Terhadap Tingkat Partisipasi

2. Psikologi Perempuan.

Menurut salah sartu anggota perempuan Ibu SM beliau mengungkapkan:

“Untuk menyadarkan dan meningkatkan motivasi masyarakat terutama

yang perempuan dalam berpartisipasi kegiatan musrenbang harus

dilakukan secara pelan-pelan, karena untuk menyadarkan masyarakat

perempuan yang sebelumnya merupakan masyarakat petani dan IRT

dirubah menjadi perempuan yang aktif dalam pembangunan butuh proses

32

Observasi, tanggal 16 Juli 2018 33

Wawancara, tanggal 17 Juli 2018

Page 92: Islamic University

75

yang lama. Sampai saat ini masih ada sebahagian perempuan yang belum

mau ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan Desa demi kebaiakan

bersama”.34

Hal demikian menjadi penghambat anggota perempaun dalam mengajak

dan memotivasi masyarakat dalam kegiatan musrenbang,35

karena menurut

anggota perempuan, masyarakat yang belum mau ikut terlibat dalam

mengembangkan Desa tersebut ditakutkan akan mempengaruhi atau

memprovokasi masyarakat perempaun lain yang sudah mau ikut terlibat dalam

kegiatan musrenbang.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu SN selaku anggota perempuan :

“ya yang namanya disebuah desa memang ada tapi yaudah abaikan saja

yang penting tidak mengganggu aktivitas yang mau yaudah yang gak mau

yaudah yang penting jangan ganggu yang lain istilahnya menghasut atau

provokator ”.36

Kemudian wawancara dengan Ibu MN salah satu warga mengatakan:

Masyarakat perempuan yang belum mau ikut terlibat dalam kegiatan Desa

memiliki alasan tersendiri, terkadang perkataan sebahagian masyarakat

yang belum sadar dengan pentingnya partisipasi dalam pembanguan desa

yang ada membuat tidak nyaman anggota perempuan lainnya, akan tetapi

hal itu tidak terlalu menjadi faktor penghambat menurut Ibu MN yang

merupakan salah satu anggota perempuan”.37

Karena justru anggota perempuan tersebut semakin bersemangat untuk

menyadarkan masyarakat perempuan untuk lebih aktif, karena menurut salah satu

anggota perempuan tersebut hal itu justru menjadi tantangan tersendiri, tetapi

berbeda dengan anggota lainnya yang menganggap hal itu justru menjadi sebuah

34

Wawancara, tanggal 17 Juli 2018 35

Wawancara, tanggal 18 Juli 2018 36

Wawancara, tanggal 19 Juli 2018 37

Wawancara, tanggal 19 Juli 2018

Page 93: Islamic University

76

kendala atau hambatan. Seperti yang dikatakan oleh ibu DS selaku anggota

musrenbang perempaun lainnya :

“kalo kendala itu ya banyak ya,karena kita dari posisinya kita dari petani,

masyarakat yang awam masalah untuk pemerintahan untuk ini kan awam

juga, jadi ya itu kendalanya itu pertama kita menyadarkan masyarakat, ya

kendala paling berat itu adalah menyadarkan masyarakat karena terus

terang saja dari pertama kali menjadi kegiatan musrenbang sampai

sekarang itu kuping itu udah kaya kuping gajah mbak pokoknya, kebal

dimanapun suara itu pasti masuk tapi ya itulah kendala yang utama itu ”.38

3. Kurangnya pelatihan mengenai kegiatan musrenbang.

Hasil wawancara penulis dengan anggota perempuan yang bernama Ibu

NA yang memberi masukan sebagai berikut:

“Agar pembangunan Desa semakin berkembang, maka lebih baik apabila

sering diadakan program-program pelatihan mengenai pembangunan dan

pengembangan Desa, karena hal tersebut akan berdampak baik terutama

untuk peningkatan pengetahuan dan pengalaman masyarakat terutama

perempuan yang masih awam mengenai dunia pemerintahan Desa seperti

masyarakat Desa Teluk Kijing ini”.39

Kurangnya pelatihan-pelatihan yang diadakan di Desa menjadi faktor

penghambat bagi anggota perempuan dalam menyadarkan dan memotivasi

masyarakat perempuan lainnya untuk berpartisipasi dalam musrenbang, karena

untuk menyadarkan dan meningkatkan motivasi masyarakat dalam

mengembangkan Desa perlu didukung dengan adanya pelatihan- pelatihan yang

akan menunjang pembangunan dan pengembangan Desa.40

38

Wawancara, tanggal 19 Juli 2018 39

Wawancara, tanggal 19 Juli 2018 40

Observasi, tanggal 20 Juli 2018

Page 94: Islamic University

77

4. Kurangnya kepercayaan diri dan sikap pesimis dari anggota perempuan.

Anggota perempuan merupakan sebagian lapisan masyarakat penggerak

dalam menyadarkan dan memotivasi masyarakat Desa Teluk Kijing mengenai

pengembangan Desa, sehingga anggota perempuan dituntut untuk selalu konsisten

dan optimis dalam menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk turut serta

dalam mengembangkan Desa.

Akan tetapi masih ada beberapa anggota perempuan yang masih kurang

percaya diri dan bersikap pesimis dalam menyadarkan dan memotivasi

masyarakat perempuan, sehingga hal tersebut justru menjadi faktor penghambat

dan kendala tersendiri bagi anggota perempuan dalam meningkatkan motivasi

masyarakat sebagai upaya kegiatan musrenbang.41

Mengenai hal ini penulis mewawancarai Ibu FT salah satu anggota

perempuan, beliau memaparkan:

“Dalam proses meningkatkan motivasi masyarakat, anggota perempuan

akan selalu merasakan adanya faktor penghambat, oleh karena itu agar

anggota perempuan tetap konsisten dalam mengajak dan meningkatkan

motivasi masyarakat perlu adanya kekompakan dari anggota perempuan

itu sendiri, karena kekompakan merupakan satu hal yang akan menjadi

kekuatan dari para anggota perempuan untuk selalu berjuang dalam

mengajak dan meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya

pengembangan pembangunan Desa Teluk Kijing”.42

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat dipahami bahwa

kekompakan kelompok perempuan menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal

di dalam kelompok yang merupakan salah satu hasil dari saling ketergantungan

positif. Anggota kelompok yang tingkat kekompakan kelompoknya tinggi lebih

41

Observasi, tanggal 20 Juli 2018 42

Wawancara, tanggal 23 Juli 2018

Page 95: Islamic University

78

terangsang untuk aktif mencapai tujuan kelompok, dibandingkan anggota

kelompok yang tingkat kekompakannya rendah. Kekompakan meningkatkan

potensi kelompok dan meningkatkan rasa memiliki kelompok pada diri anggota

kelompok. Semakin kompak suatu kelompok maka rasa loyalitas, keterlibatan,

dan rasa keterikatan akan semakin erat. Seluruh anggota kelompok akan selalu

mengadakan interaksi sehingga memudahkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

untuk mencapai tujuan musrenbang.

5. Latar Belakang Pendidikan dan Pekerjaan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang

pernah diikuti responden pada saat penelitian dilakukan. Sebaran tingkat

pendidikan mulai dari tamat SD hingga tamat perguruan tinggi. Secara umum

pendidikan responden yang mengikuti musrenbang desa tergolong rendah. Latar

belakang pendidikan responden berdampak terhadap pengetahuan dan sikap

mental responden dalam mengikuti musrenbang. Responden yang berpendidikan

rendah cenderung bersikap pasif sedangkan anggota yang berpendidikan tinggi

mempuyai keberanian dan aktif terlibat dalam forum.43

Mengenai hal ini penulis mewawancarai Ibu FT salah satu anggota

perempuan, beliau memaparkan:

Keterlibatan perempuan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) desa. Akibat dari kurangnya partisipasi perempuan dalam

pembangunan di sebabkan banyak faktor berperanaktifnya perempuan

dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, dan

memperoleh hasil atau resiko dari keseluruhan tindakan yang berkait

43

Observasi, tanggal 24 Juli 2018

Page 96: Islamic University

79

dengan upaya pembangunan yang dilaksanakan disebabkan latar

pendidikan kaum perempuan di Desa setempat.44

Hasil pengamatan di lapangan menggambarkan ada responden yang

berpendidikan tinggi namun memiliki partisipasi rendah. Hal ini diungkapkan

oleh Bapak SL Kadus Karya Jaya:

“Percuma saja diadakan musrenbang tiap tahun, toh kegiatan yang

diusulkan tahun kemarin belum juga terealisasi. Ada banyak kegiatan yang

sudah diusulkan lebih dari 2 kali tapi tetap belum terealisasi, usulan kali

ini sama dengan usulan tahun lalu, hanya saja kegiatan yang sudah

terealisasi dicoret”.45

Hal ini dilakukan karena menurut mereka tidak ada gunaya mengajukan

usulan yang berbeda, sebab perencanaan pembangunan yang diputuskan dalam

APBD Kabupaten relatif kecil mengakomodasi usulan dari bawah. Hampir

sebagian besar responden sependapat dengan Bapak SL. Agenda musrenbang

yang diadakan tiap tahun membuat warga “bosan”, Sehingga kehadiran mereka

dalam musrenbang hanya memenuhi kewajiban harus hadir. Dimana rata-rata

mereka yang hadir adalah yang berpendidikan yang cukup tinggi yakni SMA dan

sarjana.

Kemudian jenis pekerjaan merupakan profesi yang dijalani oleh responden

dalam menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan

petani. Mata pencaharian dari responden menunjukkan pengaruh terhadap tingkat

44

Wawncara, tanggal 24 Juli 2018 45

Wawncara, tanggal 24 Juli 2018

Page 97: Islamic University

80

partisipasi yang diberikan. Secara tidak langsung pekrjaan berhubungan dengan

tingkat pendidikan.46

Hasil di lapangan menunjukkan variasi tingkat partisipasi berbagai jenis

pekerjaan responden. Pekerjaan sebagai PNS dengan kategori tingkat pendidikan

tinggi ternyata tidak menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pula. Tidak ada

responden dengan pekerjaan sebagai petani yang mengikuti musrenbang. Padahal

petani bisa menjadi responden penting dalam mengikuti musrenbang karena

mereka memiliki hubungan terhadap partisipasi masyarakat desa karena sifat

gotong royong dan intensitas waktu luang yang banyak seharusnya bisa membuat

mereka terlibat aktif dalam musrenbang ditingkat desa.47

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat dismpulkan yang

dapat diambil dari fakta yang ada bahwa meskipun sebagian perempuan adalah

petani namun rata-rata yang mengikuti musrenbang hanyalah mereka yang

berpendidikan tinggi, ini terlihat pada pekerjaan responden yang hadir didominasi

oleh PNS, IRT, wiraswasta kemudian buruh.

Padahal ikut sertanya perempuan dalam kegiatan musyawarah tahunan

secara aktif untuk menampung aspirasi dan mendapatkan masukan mengenai

kegiatan prioritas pembangunan di wilayah terkait yang diselaraskan dengan

rencana pembangunan yang sedang disusun oleh pemerintah. Partisipasi

perempuan di Desa Teluk Kijing masih rendah dan pasif, hal ini disebabkan

karena kurangnya pemahaman mengenai pembangunan, tingkat pendidikan

46

Observasi, tanggal 24 Juli 2018 47

Observasi, tanggal 25 Juli 2018

Page 98: Islamic University

81

rendah, serta kurangnya sosialisasi dan koordinasi dari pihak kecamatan kepada

desa/kelurahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam

Musrenbang masih rendah dan pasif, artinya perempuan belum menyampaikan

usulan rencana pembangunan. Peneliti menyarankan agar perempuan

berpartisipasi aktif dalam Musrenbang dan mengupayakan partisipasi perempuan

minimal 30% agar ide/gagasan yang datang dari perempuan lebih banyak

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi perencanaan selanjutnya.

Page 99: Islamic University

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka

kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Tata cara Musyawarah Perencanaan Pembangunan di desa Teluk Kijing

Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur dilaksankan

dengan tahapan yang terdiri dari : Tahap Persiapan / Pra-musrenbangdes,

tahap Pelaksanaan dan Tahap Pasca Pelaksanaan. Adapun pesertanya yaitu

aparatur pemerintahan Desa, perwakilan tokoh agama, tokoh masayarakat,

pemuda dan perempuan yang telah di muat dalam sebaran undangan kegiatan

musrenbang. Kemudian dijadwalkan sekali setahun dan pada umumnya

dilaksanakan pada awal tahun. Adapun hasilnya membahas tentang bidang

pemerintahan, infrastruktur (pengairan, jalan, jembatan), kesehatan,

pertanian, kelautan dan perikanan, sosial, kelistrikan, perhubungan

komunikasi dan informatika, serta bidang pendidikan.

2. Peran serta perempuan dalam Musrenbang di desa Teluk Kijing Kecamatan

Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi:

Partisipasi, kehadiran responden perempuan dalam kegiatan musrenbang

yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil berita acara kegiatan dengan

persentase 20 % dari jumlah keseluruhan. Keterlibatan perempuan dalam

82

Page 100: Islamic University

83

mengungkapkan pendapat dan Keterlibatan perempuan dalam mengambil

keputusan.

3. Kendala dalam peran serta perempuan terhadap Musrenbang di desa Teluk

Kijing Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Provinsi Jambi diantaranya : Tingkat Partisipasi, Psikologi Perempuan,

Kurangnya pelatihan mengenai kegiatan musrenbang, Kurangnya

kepercayaan diri dan sikap pesimis dari anggota perempuan dan Latar

Belakang Pendidikan dan Pekerjaan.

B. Saran-Saran

setelah penulis menyimpulkan beberapa permasalahan di atas, maka

penulis ingin memberikan beberapa saran antara lain:

1. Kepada pemerintahan Desa Teluk Kijing Kecamatan Nipah Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi agar melakukan

perencanaan yang matang terhadap Musrenbang.

2. Perlu penyempurnaan tahapan perencanaan partisipatif agar dapat

dilaksanakan secara simpel dan mudah dipahami dengan tidak mengurangi

prinsip-prinsip partisipatif.

3. Meskipun ketersediaan informasi berpengaruh signifikan dalam proses

perencanaan, tetap diperlukan adanya sosialisasi yang optimal untuk

memberikan kejelasan mengenai proses perencanaan pembangunan kepada

masyarakat agar lebih banyak lagi yang terlibat dalam proses tersebut

terutma perempuan.

Page 101: Islamic University
Page 102: Islamic University

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Deddy Mulyadi.Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik.Bandung.

Alfabeta,cv.2016

Edy Topo Ashari dan Desi Fernanda,Memebangun Kepemerintahan yang Baik, Jakarta:

LAN-RI, 2001

Gusti, Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004

Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Rajawali

Pres 2009

Iqbal Hasan, pokok-pokok metodologi dan aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia,

2002

Iskandar. Metode Penelitan Kualitatif. Jakarta:Gaung Persada 2009

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. PT.Gramedia.

1985

Kencana Inu S, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2011

Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004

Muchdarsyah Sinungan, produktivitas Apa dan Bagaimana,Jakarta: Bumi Aksara,

1992

Robinson Taringan. Perencanaan Pembagunan Wilayah. Jakarta:PT Bumi

Aksara, 2005

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: dasar-dasar dan aplikasi, Malang : YA3

Malang, 1990

Page 103: Islamic University

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, IAIN STS Jambi: Fakultas Syari’ah

dan Syaria’ah press, 2014

W.J.S.Poerwasarminta, kamus umum bahasa indonesia, jakarta.PT.Balai Pustaka., 1976

B. Perundang-Undangan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (3)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (4)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (6)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 5

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 7

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 No. 42

C. Lainnya

http://kbbi.web.id, di akses pada 20 oktober 2107

Sulaiman, “Proses dan Alur Penerapan Kontribusi Hibah Hingga Sampai Ke

Daerah”, Skirpsi IAIN STS JAMBI, (2013)

M. Arif Sholihan, “Pengaruh Hibah Terhadap Keberlangsungan Pembangunan

Pemerintah Desa (studi di desa olak rambahan kecamatan pemayung)”,

Skripsi UNJA Fakultas Hukum, (2014)