disertasi - islamic university
TRANSCRIPT
MODEL PENGELOLAAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH DI PROVINSI
SUMATERA SELATAN
DISERTASI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Doktor Manajemen Pendidikan Islam
OLEH:
RULITAWATI
NIM: DMP.17.192
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1441H/2020M
ii
iii
iv
v
vi
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731 Fax. (0741) 60548 e-mail: [email protected]
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rulitawati
NIM : DMP. 17.192
Tempat/Tgl Lahir : Rambai Kaca, 6 Mei 1972
Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Alamat : Jl. Rawajaya, No. 480, Rt. 08, Rw. 02,Kel
Pahlawan,Kec, Kemuning Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi yang
berjudul: “Model Pengelolaan Kinerja Guru Sekolah Menengah
Atas Muhammadiyah di Provinsi Sumatera Selatan” adalah benar
karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebut sumbernya
sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila di kemudian hari ternyata
pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan
Pascasarjana UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya
peroleh melalui disertasi ini.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
dapat dipergunakan sepenuhnya.
Jambi, April 2020 Peneliti/Penulis
Rulitawati
NIM. DMP.17. 192
vii
MOTTO
ä3tF ø9 uρ öΝä3ΨÏiΒ ×π ¨Β é& tβθ ããô‰tƒ ’ n<Î) Î�ö� sƒø: $# tβρã� ãΒù' tƒ uρ Å∃ρã� ÷èpR ùQ$$ Î/ tβöθ yγ ÷Ζtƒ uρ Ç tã Ì� s3Ψßϑø9 $# 4 y7 Í×≈ s9 'ρé& uρ ãΝèδ šχθßs Î=ø�ßϑø9 $# ∩⊇⊃⊆∪
Artinya: “ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S.Ali ĺmran:104)
|M ÷ƒ uu‘r& “Ï% ©!$# Ü>Éj‹ s3ムÉÏe$!$$ Î/ ∩⊇∪ š�Ï9≡ x‹ sù ”Ï%©!$# ‘í ߉tƒ zΟŠÏKuŠø9 $# ∩⊄∪ Ÿωuρ ÷Ùçts†
4’ n?tã ÏΘ$yèsÛ ÈÅ3ó¡ Ïϑø9 $# ∩⊂∪ ×≅÷ƒ uθ sù š,Íj#|Á ßϑù=Ïj9 ∩⊆∪ tÏ% ©!$# öΝèδ tã öΝÍκÍEŸξ |¹ tβθ èδ$y™
∩∈∪ t Ï%©!$# öΝèδ šχρâ !#t� ム∩∉∪ tβθãèuΖôϑtƒ uρ tβθ ãã$ yϑø9 $# ∩∠∪
Artinya: “ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(2)Itulah orang yang menghardik anak yatim, (3)dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. (4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (6) orang-orang yang berbuat riya, (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Q.S. Al Ma’un: 1-7).
viii
PERSEMBAHAN
Disertasi ini penulis persembahkan kepada:
1. Yang mulia ibunda, H. Napsinah (almarhumah)
2. Yang mulia ayanda, Matzen (almarhum)
3. Yang mulia ibu mertua, Dra. Armawaty (almarhumah)
4. Yang mulia ayah mertua, Drs. Himdi manan (almarhum)
5. Suami Tercinta, Hery Fitriadi
6. Anak-anak tersayang, M.Aidil Fitriansyah, S.P dan Habiburachman
7. Teman-teman S3 Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana
UIN STS Jambi Angkatan 2017/2018
ix
ABSTRAK
Rulitawati, NIM: DMP.17.192. Model Pengelolaan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah di Provinsi Sumatera Selatan. Disertasi Pascasarjana UIN STS Jambi, 2019. Promotor: Prof. Dr. H. Ahmad Husien Ritonga, MA, Co-Promotor: Prof. Dr. H. Lias Hasibuan,MA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana model pengelolaan tenaga pengajar yang dilakukan pihak manajemen sekolah sehingga berakibat kepada kinerja guru di sekolah menengah atas Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan untuk mendapatkan validitas dan keterpercayaan data peneliti menggunakan triangulasi data, perpanjangan masa dilapangan dan melakukan konfirmasi pakar, serta konsultasi dengan pembimbing. Penelitian ini menemukan bahwa model pengelolaan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah model yang sudah berhasil meningkatkan kinerja guru, secara umum diketahui bahwa model kinerja guru tersebut dapat menghasilkan fungsi-fungsi umum manajemen kepala sekolah yang dimulai dari POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), bahwa POAC yang dilakukan mendukung keberhasilan guru, selanjutnya keberhasilan model tersebut juga karena didukung oleh faktor-faktor manajemen kepala sekolah yang terdiri dari man (kepala sekolah), Money (dana/uang), Material (media), Machine (Mesin/peralatan), Method (cara memproses), Market (Pasar), Minute (Waktu) yang kesemua faktor ini mendukung terhadap keberhasilan model pengelolaan kinerja guru oleh kepala sekolah SMA Muhammadiyah Sumatera Selatan. Dari temuan yang diperoleh, peneliti merekomendasikan model pengelolaan kinerja guru yang berangkat dari input yang melakukan penerimaan guru sesuai dengan kualifikasi akademik (S1), dalam prosesnya meningkatkan kompetensi guru dengan melakukan pendidikan dan pelatihan, supervisi, monitoring serta review. Pada output serta outcome menghasilkan mutu kinerja guru yang tidak terlepas pada peningkatan hasil belajar dan lulusan SMA Muhammadiyah yang berkualitas.
Kata Kunci: Model Pengelolaan, Kinerja Guru.
x
ABSTRACT
Rulitawati, NIM: DMP.17.192. Management Performance Model of Senior High School Teachers of Muhammadiyah in South-Sumatera Province.Postgraduate Dissertation of UIN STS Jambi, 2019.Promotor: Prof. Dr. H. Ahmad Husien Ritonga, MA, Co-Promotor: Prof. Dr. H. Lias Hasibuan, MA.
This study aims at investigating the model of teachers’ management carried out by school management as a result of teachers’ performance at Muhammadiyah Senior High School, South Sumatera.
The study employed qualitative descriptive approach. Data collection techniques were observation, interview and documentation. The subject of research was selected purposively. Validity and reliability were obtained from data triangulation, field extension period and expert confirmation as well as consultation with advisors.
This research reveals that the model of teachers’ management carried out by the school principal was the model that successfully promoted teachers’ performance. It was generally found out that the model of teachers’ performance could result in the general functions of school principal management starting from POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), that POAC conducted supported the teachers’ success. The model is supported by the factors of school principal management consisting of man (principal), money, material (media), machine, method, market, minute which all of these support the success of teachers’ performance management by school principal at Muhammadiyah Senior High School.
Based on the findings, the researcher recommends the management model of teachers’ performance that stemmed from the input, recruiting the teachers in accordance with academic qualification (S1), in the process of enhancing the teachers’ competence by holding the training and education, supervision, monitoring and reviewing. In the output and outcome, it results the qualitied teachers’ performance influencing the students’ learning outcome and the qualified graduates of Muhammadiyah Senior High School.
Keywords: Management Model, Teachers’ Performance
xi
KATA PENGANTAR
ÉΟó¡ Î0 «!$# Ç≈uΗ÷q§�9 $# ÉΟŠÏm §�9$#
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, yang
mengatur sekalian alam , yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya, serta telah memberikan kekuatan kepada peneliti dalam
menyelesaikan disertasi ini. Shalawat salam semoga tetap tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Karya tulis dalam bentuk
disertasi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam pada
Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Peneliti menyadari
bahwa dalam penulisan laporan hasil penelitian disertasi ini belum
sempurna, baik secara metodologi maupun secara analisis. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kostruktif dari pembaca.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian disertasi ini.Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada:
1. Kepada Direktur Jendral kependidikan Islam program Mora
Scholarship 5000 Doktor Kementerian Agama Republik Indonesia.
2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA.,Ph.D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, SS., M. Ag selaku Direktur
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
4. Bapak Dr. Badarussyamsi, S.Ag., M.A selaku Wakil Direktur
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husin Ritonga, MA, Promotor Disertasi.
6. Bapak Prof. Dr. H. Lias Hasibuan, MA, co-Promotor Disertasi.
xii
7. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, SE., MM Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Palembang.
8. Bapak Kepala Badan Kesbang Linmas Provinsi Jambi dan Provinsi
Sumatera Selatan yang telah memberikan izin penelitian.
9. Bapak Dr. H. Haryadi, M.Pd, selaku Ketua Majelis Pendidikan Dasar
dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan.
10. Bapak Drs. Muhammad Haitami, M.Pd. I, selaku Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Palembang.
11. Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang, Bapak. H. Rosyidi, M.Pd,
12. Para Guru, Staf, dan Siswa SMA Muhammadiyah 1 Palembang Kota
Palembang.
13. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
14. Bapak dan Ibu Staf Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
15. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
16. Semua yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu
Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan, saran dan kritikan
guna penyempurnaan disertasi ini, akan peneliti terima, semoga disertasi
ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhirnya peneliti ucapkan
terima kasih.
Jambi, April 2020 Peneliti
Rulitawati NIM. DMP.17.192
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i LEMBAR LOGO ............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PROMOTOR .................................... iii HALAMAN NOTA DINAS .............................................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... v HALAMAN SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ...................... vi HALAMAN MOTO .......................................................................... vii HALAMAN PERSEBAHAN ............................................................ viii ABSTRAK ...................................................................................... ix ABSTRACT .................................................................................... x KATA PENGANTAR ...................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xv PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................... 28 C. Fokus Penelitian ........................................................ 29 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................... 29
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Pengelolaan/Manajemen .................... 31 2. Manajemen Sumber Daya Manusia ...................... 34 3. Manajemen Pendidikan ......................................... 37
a. Perencanaan (Planning) .................................. 41 b. Pengorganisasian (Organizing) ....................... 46 c. Pelaksanaan (Actuating) .................................. 49 d. Pengawasan (Controlling) ................................ 50
4. Manajemen Kinerja ............................................... 51 5. Kinerja Guru .......................................................... 60 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Guru ...................................................................... 91 7. Efektivitas, efisien Model Pengelolaan Kinerja
Guru ...................................................................... 95 B. PENELITIAN YANG RELEVAN .................................. 97
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................ 106 B. Situasi Sosial dan Sabjek Penelitian .......................... 109 C. Jenis dan Sumber Data .............................................. 112 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 115
xiv
E. Teknik Analisa Data .................................................... 121 F. Uji Keterpercayaan Data ............................................. 129 G. Rencana dan Waktu Penelitian .................................. 132
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi 1. Historis .................................................................. 135 2. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah ...................... 137 3. Visi Dan Misi Sekolah ............................................ 138 4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ...... 139 5. Keadaan Kurikulum ............................................... 146 6. Keadaan Siswa ..................................................... 150 7. Keadaan Sarana dan Prasarana ........................... 156 8. Bidang Keuangan .................................................. 158 9. Bidang Hubungan Masyarakat .............................. 158 10. Ciri khas Yang di Unggulkan ................................. 159
B. Hasil Penelitian Dan 1. Realitas Pengelolaan Kinerja Guru SMA Muhammadiyah
1 Palembang ......................................................... 161 a. Perencanaan ................................................... 161 b. Pengorganisasian ............................................ 170 c. Pelaksanaan .................................................... 173 d. Pengawasan .................................................... 184
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kinerja Guru SMA MUhammadiyah 1 Palembang ............ 186
3. Efektivitas, Efisien Pengelolaan dalam Peningkatan Kinerja Guru SMA Muhammadiyah1 ..................... 206
4. Model Pengelolaan Kinerja Guru Yang di Angkat Dan dikomunikasikan sebagai studi inovasi .......... 237
C. Analisis Hasil Penelitian .............................................. 247 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 284 B. Implikasi ....................................................................... 287 C. Rekomendasi ............................................................... 295
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 1. 1 Informasi data uji kompetensi Provinsi .................... 6
Tabel 1. 2 Informasi data uji kompetensi Sumatera Selatan .... 6
Tabel 2. 1 Indikator Model Pengelolaan ................................... 60
Tabel 2. 2 Indikator Kinerja Guru ............................................. 72
Tabel 3. 1 Rencana Penelitian .................................................. 134
Tabel 4. 1 Tenaga Pendidik SMA muhammadiyah 1 ............... 141
Tabel 4. 2 Tenaga Kependidikan ............................................. 145
Tabel 4. 3 Peserta didik SMA Muhammadiyah 1 tahun 2017 ... 151
Tabel 4. 4 Peserta didik SMA muhammadiyah 1 tahun 2018 . 152
Tabel 4. 5 Kegiatan Ektrakurikuler ........................................... 155
Tabel 4. 6 Sarana dan Prasarana ............................................ 157
Tabel 4. 7 Unsur Kompetensi ................................................... 258
Tabel 4. 8 Unsur Motivasi ........................................................ 270
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 2. 1 Sistem Manajemen Kinerja PMS ........................... 52
Gambar 2. 2 Proses Manajemen Kinerja ................................... 54
Gambar 2. 3 The Performance Management Cycle ................... 57
Gambar 2. 4 Siklus Manajemen Kinerja Torrington dan Hall .... 58
Gambar 2 5 The Performance Management Ken Blanchar ....... 58
Gambar 2.6 Prestasi, Kombinasi, Kompetensi, Keterampilan ... 80
Gambar 2.7 Teori Model Developing Teacher Competencies ... 81
Gambar 2.8 Sosok Guru Profesional ........................................ 84
Gambar 2.9 Elemen Kinerja, Faktor Yang Mempengaruhi ....... 91
Gambar 2.10 Faktor Yang Mempengaruhui Kinerja Organisasi .. 93
Gambar 2.11 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas ............ 94
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah ............ 175
Gambar 4.2 Model Pengelolaan Kinerja Guru
SMA Muhammadiyah ............................................ 245
Gambar 4.3 Konsep Kompetensi Individu ................................. 259
Gambar 4. 4 Hirarki Maslow Tentang Motivasi .......................... 266
Gambar 4. 5 Rancangan Model Pengelolaan Kinerja Guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang ....................... 282
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 danNomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin
dapat di lihat pada halaman berikut : Huruf Arab Nama Huruflatin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba b Be ب
Ta t Te ت
Tsa Ṡ ثEs (dengan titik di
atas)
Jim J Je ج
Ḥa Ḥ حHa (dengan titik di
bawah)
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż ذZet (dengan titik
diatas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ha ش
Șad Ș صEs (dengan titik di
bawah)
Ḍad Ḍ ضDe (dengan titik di
bawah)
Ṭa Ṭ طTe (dengan titik di
bawah)
Ẓa Ẓ ظZet (dengan titik di
bawah)
Ain ‘--- Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha هـ
Hamzah ’ Apostrof ء
Ya Y Ye ي
xviii
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apapun.Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (‘).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri atas
vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambingnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut :
Tanda Nama Huruflatin Nama
Fatḥah A A أ
Kasrah I I ٳ
Ḍammah U U ٱ
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda Nama Huruflatin Nama
Fatḥahdanya Ai A dan I ئي
Fatḥahdanwau Au A dan U ئو
Contoh :
haula : هول Kaifa : كيف
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat
dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Harkat dan huruf Nama Huruf dan tanda Nama
◌… أ ي.…Fathah dan alif atau ya
ā A dan garis di atas
ى……◌ Kasrah dan ya ī I dan garis di atas
◌……… و Dammah dan wau Ū U dan garis di
atas
xix
Contoh : māta : مات
ramā : رمى
qila : قيل
yamutu : يموت
4. Ta marbūtah Transliterasi untuk ta marbūtah ada dua, yaitu: ta marbūtah yang
hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya
adalah (t). Sedangkan ta marbūtah yang mati atau mendapat harkat
sukun, transliterasinya adalah (h).
Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbūtah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta marbūtah itu di translitersikan dengan ha (h).contoh :
raudah al-atfāl : روضة الأطفال
al-madinah al-fādilah : المدينة الفاضلة
al-hikmah : الحكمة
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid ( ◌),dalam transliterasinya ini dilambangkan
dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberitanda syaddah.
Contoh :
rabbanā : ربنا
ينا najjainā : نج
al-haqq : الحق
al-hajj : الحج
م nu”ima : نع
aduwwun‘ : عدو
Jika huruf ی ber-tasydid di akhir sebuah kata dan di dahului oleh
huruf kasrah (ۍ), maka ia ditranslitersi seperti huruf maddah (ī).
Contoh :
Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly)‘ : على
Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)‘ : عربى
xx
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا
(aliflamma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariyah.
Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.Kata
sandang di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan
garis mendatar (-).Contohnya:
al-syamsu (bukanasy-syamsu) : الشمس
لزلة al-zalzalah (az-zalzalah) : الز
ة الفلسف : al-falsafah
al-bilādu : البلاد
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam penulisan Arab ia berupa alif.
Contohnya :
ta’murŪna : تأمرون
’al-nau : النوء
syai’un : شيئ
umirtu : أمرت
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa
Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya
kata Al-Qur’an (darial-Qurān), Sunnah, khusus dan umum.Namun, bila
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka
mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī Zilā al-Qur’ān
Al-Sunnahqabl al-tadwin
Al-‘Ibārāt bi ‘umum al-lafzlā bi khusus al-sabab
xxi
9. Lafz al-Jalalah (الله)
Kata ”Allah” yang di dahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai mudāfilaih (frasa nominal), ditrasliterasitan pah uruf
hamzah. Contoh :
ينا¤د Dinullāh
Billāh باالله
Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-ja
lālah, ditrasliterasi dengan huruf (t).contoh :
Hum fīrahmatillāh هم فيرحمة الله
10. Huruf Kapital
Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD).
Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama apa dipermulaan kalimat. Bila nama diri di
dahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf capital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak
pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (AL). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
referensi yang di dahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
mau pun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh :
Wamā Muhammadun illārasul
Inna awwal abaitin wudi’alinnāsilallazi bi Bakkatamubārakan
Syahru Ramadānal-laziunzilafih al-Qur’ān
Nasir al-Din al-Tusi
Abu Nasr al-Farābi
Al-Gazāli
Al-Munqiz min al-Dalāl
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran penting untuk menentukan
perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan
bangsa dan Negara. Kemajuan suatu lembaga pendidikan bergantung
kepada bagaimana pengelolaan/manajemen, mengenali, menghargai dan
memanfaatkan sumber daya manusia yang akan berkaitan dengan
kualitas pendidikan, yang akan diberikan kepada peserta didik dan
anggota masyarakat. Pendidikan juga merupakan salah satu indikator
yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan
khususnya pembangunan sumber daya manusia. Melalui Pendidikan
dapat menggali potensi yang ada pada peserta didik sebagai individu,
untuk selanjutnya berkontribusi kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara dalam menghadapi tantangan masyarakat global.
Salah satu ciri penting era globalisasi adalah tingginya tingkat
persaingan yang meliputi hampir di semua kehidupan, tidak terkecuali
dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi dasar sekaligus ujung tombak
berkembangnya informasi global yang memetik lahirnya budaya global
yang berdampak pada berubahnya pola perilaku manusia. Idealnya
perubahan besar tersebut mampu meningkatkan mutu sumber daya
manusia di segala bidang. Tetapi kenyataannya berdasarkan laporan
Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 program
yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 89 negara, Indonesia
menduduki peringkat 52. Dua tahun sebelumnya (PISA 2015), Indonesia
menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 62. 1
1Indonesia Peringkat 62 dari 72 Negara di Dunia, Diakses http://thejakartapost.com Pada Tanggal 14 Oktober 2018 pukul 16.30 WIB.
2
Kenyataan di atas ternyata juga mempengaruhi mutu pendidikan
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report
2017: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin
(1/3/2017), Indeks pembangunan pendidikan atau human development
index (HDI) berdasarkan data tahun 2017 adalah 0,694. Nilai itu
menempatkan Indonesia di posisi ke-115 dari 189 negara di dunia. Meski
demikian kualitas pendidikan di Indonesia masih lebih baik dari Vietnam
(116), Irak (120), India (129), dan Maroko (122).2
Informasi di atas memberikan gambaran bahwa peningkatan mutu
sumber daya manusia hanya bisa dilakukan melalui pendidikan, karena
pendidikan akan dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
daya saing di tingkat global. Pentingnya pendidikan tersebut telah
dinyatakan di dalam Al-Mujadalah ayat 11.
… Æìsùö� tƒ ª! $# tÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u öΝä3ΖÏΒ t Ï%©!$#uρ (#θè?ρé& zΟù=Ïè ø9 $# ;M≈ y_ u‘yŠ 4…
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.3
Imam Syafe’I pernah menyatakan:
نـيا فـعليه � لعلم، ومن أرادالاآخرة فـعليه �لعلم، ومن أرادهما فـعل يه �لعلم من أرا دالد
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Tirmidzi).4
2 Azhar, Kualitas Pendidikan di Indonesia Tingkat Dunia, diakses dari http://Azharmid,
blogspot.co.id pada tanggal 18 Oktober pukul 19.30 WIB. 3 Kementerian Agama R I, Al-Qur’an dan Terjemahnya Indonesia (Jakarta: Departemen Agama RI, 2010),hlm. 542. 4 Ahmad Al Hafiz, Hadits Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu, http://www.dic.or.id/hadist-tentang-kewajiban-menuntut-ilmu/ di akses 15 Oktober 2018 pikul 16.30.
3
Dalam Tafsir Al- Misbah dijelaskan Ayat di atas tidak menyebutkan
secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu.
Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat, yakni lebih
tinggi sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai
isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan
besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari
faktor di luar ilmu itu.5
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT akan meninggikan orang-
orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu, dan Allah SWT akan
mengangkat derajatnya orang berimannya dan berilmu karena ilmunya.
Iman memberi cahaya pada jiwa seseorang, dengan ilmu dan iman
membuat orang mempunyai etika dan moral. Dan hadits diatas
menjelaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu itu adalah wajib supaya
kehidupan manusia baik baik di dunia dan akhirat.
Manusia disuruh menuntut ilmu dari buayan sampai keliang lahat,
manusia sebagai makhluk berfikir selalu untuk memikirkan ciptaan Allah
yaitu dunia serta isinya karena manusia sebagai khalifah di dunia yang
diberikan amanah untuk mengatur dunia ini, agar manusia tidak tersesat
manusia dalam kehancuran. Ilmu tidak akan ada kalau tidak belajar atau
mendengar apa yang diberikan oleh pendidik, dengan pendidikanlah
manusia mampu memecahkan persoalan hidup dalam kehidupan didunia
ini. Jadi pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan.
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber
daya manusia jangka panjang dan mempunyai nilai strategis bagi
kelangsungan peradaban manusia di dunia dan bekal hidup di akhirat
kelak. Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan
Nasional yang pada hakikatnya berupaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para
5 bumipanritakitta.blogspot.com/2013/01/Tafsir-Al-Misbah-Qs-Al-Mujadalah-Ayat-11.html/
di akses 15 Oktober 2018 pikul 16.30.
4
warganya mengembangkan diri baik aspek jasmaniah maupun rohaniah.
Pendidikan itu bertugas mempersiapkan generasi anak-anak bangsa
sejak kecil melalui berbagai lembaga pendidikan agar mampu menjalani
kehidupan dengan sebaik baiknya di kemudian hari sebagai Hamba dan
khalifah Allah di bumi. Namun pendidikan anak di bidang ilmu dan
teknologi, perlu diimbangi dengan pendidikan agama, sebagai alat kendali
yang menentukan arah dan kehidupan mereka dalam menentukan harkat
dan martabat mereka sepanjang masa secara utuh, seimbang, jasmani
dan rohani dunia dan akhirat.
Pendidikan merupakan indikator terpenting majunya suatu negara.
Pendidikan berkualitas tentunya mampu menghasilkan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas pula. Terkait dengan pentingnya sumber
daya manusia, Presiden Joko Widodo menyatakan “kemajuan sebuah
negara sangat bergantung pada kemampuan sumber daya manusia yang
dimiliki. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tanggung
jawab yang besar dalam mengembangkan sumber daya manusia di
Indonesia”. Sumber daya manusia berkualitas lebih penting dibandingkan
kekayaan sumber daya alam (SDA).6
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
dan dengan giatnya melaksanakan pembangunan, baik pembangunan di
bidang fisik maupun di bidang mental spiritual. Hal ini dapat dilihat dari
tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan “Tujuan Pendidikan Nasional adalah “Untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
6 SDM Kunci Kemajuan Bangsa, http://presidenri.go.id/berita-aktual-sdm-kunci. tt.diakses
tanggal 14 Oktober 2018 pukul. 16.30
5
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab.”7
Problem pendidikan di Indonesia dewasa ini adalah kualitas guru
yang tidak sesuai standar pemerintah dan harapan masyarakat. Kondisi
ini berimbas pada kualitas pendidikan Indonesia yang rendah. Kualitas
pendidikan di Indonesia dewasa ini banyak mendapat sorotan dan kritikan
dari dalam negeri maupun luar negeri, beberapa tahun silam majalah
Asiaweeks pernah memuatkan beberapa beberapa perguruan tinggi
ternama dan berkualitas di benua Asia, perguruan tinggi ternama
Indonesia menempati urutan jauh di belakang negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, Korea, Cina dan negara lain. Para pakar pendidikan
Indonesia mendesak pemerintah untuk membenahi mutu pendidikan mulai
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.8
Berdasarkan problem tersebut untuk mencapai tujuan sekolah
secara efektif dan efisien para guru sebagai penggerak motivasi diri
sendiri perlu meningkatkan kinerjanya dengan merencanakan program
pribadi karena hal demikian merupakan kunci utama yang harus selalu
ditingkatkan, sedangkan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu
dilakukan dan diawali oleh diri sendiri (Guru) dan didukung oleh manajer
sekolah sehingga menjadi guru yang bermutu. Maka uji kompetensi guru
di setiap sekolah harus dilaksanakan, sebagai tolok ukur kemampuan
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Ini dapat dibuktikan data uji
kompetensi guru yang sudah dinilai baik di Indonesia seperti Provinsi D.K.I
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Kalimantan Selatan, Bangka Belitung dan Sumatera Barat. Secara rinci
data Uji Kompetensi Guru dijelaskan seperti gambar berikut:
7 Anonim, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 28. 8 Martinis Yamin, Profesional Guru & Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 61.
6
Tabel. 1.1 Informasi Data Uji Kompetensi Guru.9
No Provinsi SD SMP SMA SMK Pedagogik Profesional Rata-rata
1 Prov. D.K.I. Jakarta 60.64 63.37 70.00 60.06 56.74 65.09 62.58
2 Prov. Jawa Barat 56.65 60.70 66.73 59.29 54.36 60.95 58.97
3 Prov. Jawa Tengah 61.88 66.14 70.10 61.91 57.25 65.89 63.30
4 Prov. D.I. Yogyakarta 66.36 68.92 73.78 66.00 60.94 69.63 67.02
5 Prov. Jawa Timur 58.90 63.07 67.31 60.53 55.22 63.12 60.75
6 Prov. Bali 57.29 61.70 66.05 62.74 54.91 62.36 60.12
7 Prov. Kalimantan Selatan 54.57 58.54 63.09 59.84 52.29 58.92 56.93
8 Prov. Bangka Belitung 56.51 62.06 64.92 60.26 54.54 61.02 59.07
9 Prov. Sumatera Barat 56.13 59.51 63.92 59.33 54.04 60.23 58.37
Masalah yang terjadi di Sumatera Selatan adalah kurangnya
sumber daya manusia (SDM) pendidikan yang profesional. Hal ini dapat
diketahui dari Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2018, yang mengemukakan masalah utama pendidikan di Sumatera
Selatan adalah kualitas sumber daya manusia pendidikan masih belum
optimal sehingga Sasaran Program Prioritas Daerah adalah peningkatan
prosentase guru yang sertifikasi.10 Secara rinci data Uji Kompetensi Guru
dijelaskan seperti gambar berikut:
Tabel. 1.2 Data Uji Kompetensi Guru Sumatera Selatan11
No Kabupaten SD SMP SMA SMK Pedagogik Profesional Rata-rata
1 Kab. Musi Banyuasin
50.75 53.33 54.94 53.55 49.04 53.73 52.32
2 Kab. Ogan Komering Ilir 49.06 53.59 55.69 54.72 47.77 52.86 51.33
3 Kab. Ogan Komering Ulu
49.73 52.83 57.55 55.12 49.72 53.45 52.33
4 Kab. Muara Enim
49.78 54.25 58.49 55.02 49.33 53.86 52.50
5 Kab. Lahat 46.43 51.37 53.20 51.72 46.75 50.11 49.10
9 https://npd.kemdikbud.go.id/appid=ukg, diakses tanggal, 14 Oktober, 2018.
10Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018, bappeda. Sumsel prov.go.id, hlm.43. 11 https://npd.kemdikbud.go.id/appid=ukg, diakses tanggal, 14 Oktober, 2018
7
6 Kab. Musi Rawas 49.96 52.29 56.39 53.24 48.68 52.91 51.64
7 Kab. Banyuasin 51.71 54.31 56.01 54.47 49.08 54.51 52.88
8 Kab. Ogan Komering Ulu Timur
50.93 54.28 57.01 52.10 48.69 54.23 52.57
9 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
47.23 51.58 52.94 50.68 46.59 50.23 49.14
10 Kab. Ogan Ilir 48.86 56.66 60.48 55.25 48.58 53.80 53.80 11 Kab. Empat
Lawang 46.06 49.79 54.32 55.68 45.57 49.23 48.13
12 Kab. Penukal Abab 50.63 51.90 53.71 52.67 48.12 52.96 51.51
13 Kab. Musi Rawas Utara 47.66 48.58 51.10 53.35 45.37 49.75 48.43
14 Kota Palembang 50.89 54.73 59.93 54.15 50.71 55.91 54.35
15 Kota Prabumulih 50.73 55.05 58.21 54.61 52.02 55.08 54.16
16 Kota Lubuklinggau 48.16 51.84 55.57 55.19 49.80 52.73 51.85
17 Kota Pagar Alam 49.61 52.49 55.32 51.36 49.26 52.57 52.57
Dari data guru ini belum semua guru yang memiliki sertifikat
sebagai guru profesional dan telah bersertifikasi. Salah satu contohnya,
kondisi tenaga guru di Kota Palembang menurut Kepala Dinas Kota
Palembang, bahwa jumlah guru, baik guru sekolah negeri maupun
sekolah swasta baik SD, SMP, SMA dan SMK, maupun berbagai tingkat
kelas di Madrasah, seperti MI, MTs, dan MA baik negeri maupun swasta
bersertifikasi. Beberapa kendala dalam proses sertifikasi adalah masih
kurangnya jam mengajar guru, usia dan persyaratan lainnya seperti Ujian
Kompetensi Guru (UKG), jam mengajar belum banyak yang terpenuhi dan
lain-lain.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen bab I pasal 1 ayat 1, mengandung makna bahwa
tugas guru bukan hanya membangun aspek pengetahuan, tetapi juga
membina kepribadian peserta didik misalnya dalam hal disiplin, motivasi,
tanggung jawab dan kemandirian. Pasal 7 Undang-undang tersebut
dijelaskan bahwa profesi guru merupakan pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Kemudian pada
Pasal 8 dan 9 tentang guru dan dosen, guru wajib memiliki kualifikasi
8
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Seorang pemimpin lembaga pendidikan harus bisa
mengidentifikasi, kualifikasi masing-masing guru. Pemimpin hendaknya
mengetahui sifat universal guru yang biasanya tidak senang diperintah.
Guru pada dasarnya bersedia dengan senang hati jika perintah itu
dilakukan dengan persuasif dan didasarkan atas kecakapan dan
kebanggaan atas keahlian guru. Keahlian guru adalah cerminan yang
paling sederhana dari motivasi dasar mereka miliki. Jadi keahlian guru
sebagai manusia, baik di dalam atau di luar kelas, sesungguhnya
merupakan cerminan sederhana dari motivasi dasarnya bekerja sebagai
guru. Terlebih keahlian di sekolah, hampir dapat dipastikan merupakan
cermin dari motivasi dasarnya sebagai tenaga pendidik.
Menurut Chatib Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru
tentunya sangat terkait dengan unsur manajemen kerja guru: bagaimana
guru membuat perencanaan, kemudian mengaplikasikannya dengan
mengajar di kelas, lalu harus ada evaluasi tentang kualitas pembelajaran
itu hari demi hari.13 Guru merupakan bagian integral dari sumber daya
pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Sebagai
salah satu sub komponen pendidikan khususnya komponen pendidik dan
tenaga kependidikan, guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu
pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap reformasi
pendidikan yang diarahkan adanya perubahan-perubahan yang baik.
12 Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 6. 13 https://www.facebook.com Chatib,(2014, Maret 12). Profesionalitas Guru. diakses tanggal, 14 Oktober, 2018.
9
Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti pembaharuan
kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar penyedian sarana
dan prasarana akan berarti apabila melibatkan guru.
Guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan yang
bermuara pada peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan nasional,
karenanya semua lapisan masyarakat menyadari kedudukan bahwa guru
memiliki peran sentral dan strategis dalam setiap upaya peningkatan
kualitas pendidikan. Khususnya mengarah kepada peningkatan kualitas
tenaga pendidik. Tugas dan tanggung jawab seorang guru dituntut untuk
memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu, kemampuan
tersebut sebagian dari kompetensi guru. Kinerja merupakan suatu
kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai
pendidik dapat terlaksana dengan baik. Agar guru dapat berkinerja
dengan baik, maka harus mempunyai kompetensi dasar, sebab guru
dipandang sebagai pengambilan keputusan dalam pembelajaran.
Guru adalah faktor dominan dan paling penting dalam sistem
pendidikan sekolah, maupun lembaga pendidikan Islam lainnya karena
sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh
sebab itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan yang memadai untuk
mengembangkan siswanya secara utuh, guru perlu menguasai berbagai
hal sebagai kemampuan yang dimilikinya. Guru memiliki arti dan peran
yang sangat penting dalam pendidikan Islam. Hal ini disebabkan ia
memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan.
Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab
bersungguh-sungguh untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan
pengalaman yang dimilikinya, baik wadah formal maupun wadah non
formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang
cerdas dan beretika tinggi. Guru sebagai komponen bertanggung jawab
dalam proses dan misi pendidikan secara umum serta proses
pembelajaran secara khusus, sangat rentan dengan berbagai persoalan
yang mungkin muncul apabila rencana awal proses pembelajaran ini tidak
10
direncanakan secara matang dan bijak, hal ini akan berimplikasi pada
gagalnya proses pembelajaran. Sejak awal guru harus mampu berperan
sebagai pelaku pengelolaan kelas, sekaligus sebagai evaluator dalam
proses. Efektivitas dan mutu dalam proses pembelajaran haruslah
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang ditetapkan. Hal ini sudah
barang tentu akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan secara
umum maupun dalam proses pembelajaran secara khusus.
Guru bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak
didik dengan pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal
maupun wadah non formal, dan beretika tinggi. Tugas guru memang
sangat besar disamping mengajar juga mendidik. Menjadi guru bukanlah
pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan sebagai orang, hanya
bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah
cukup.
Tugas mulia guru harus dilaksanakan tanpa pamrih, ikhlas, sabar
dan profesional, akan dapat meningkatkan kemampuan guru itu sendiri,
pada gilirannya (tidak mustahil) akan menjadi guru yang kaya.14 Sifat-sifat
guru dapat disederhanakan sebagai berikut yaitu kasih sayang kepada
anak didik, lemah lembut, rendah hati, menghormati ilmu yang buka
pegangannya, adil, menyenangi ijtihad, konsekuen, perkataan sesuai
dengan perbuatan dan sederhana.
Guru harus bersiap menangani kebutuhan, mental fisik dan sosio
emosional. Namun, mungkin kebutuhan yang terbesar yang dipengaruhi
oleh guru setiap hari adalah kebutuhan spiritual. Dalam lembaga
pendidikan formal, guru dapat berperan sebagai sosok yang “serba tahu”
terlebih dalam konteks pendidikan yang dimaknai sebagai “pewaris
budaya” istilah yang sering muncul untuk memaknai bagaimana posisi dan
peran guru tersebut adalah the teacher can do no wrong.15
14
Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 3. 15
Covey, Stephen R., The Leader in Me, Terj. Fairano Ilyas (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 48.
11
Profesi guru sangat penting kedudukannya dalam sistem
pendidikan. Sebab, profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani
masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya
kinerja guru dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala
daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang
akan diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
saat ini maka guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi
apabila melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal
yang ditemui dalam masyarakat pendidikan, yaitu perkembangan IPTEK,
persaingan global bagi lulusan pendidikan, otonomi daerah dan
implementasi kurikulum.16
Profesi guru bisa dilihat dari usaha keras, dan berat ringannya
pekerjaan yang dimiliki wajar mendapat kompensasi yang adil berupa gaji
dan tunjangan dan fasilitas yang memadai. Demikian juga guru harus
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dari jabatannya seperti
mengikuti kursus, pelatihan, penataran, melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi. Kemudian diberi kesempatan menduduki jabatan sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya.17
Mengingat posisi guru yang sangat strategis dalam pendidikan,
maka apapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dalam sistem pendidikan belum berarti jika tidak disertai
dengan upaya peningkatan kualitas kinerja guru. Karena itu, setiap upaya
yang dilakukan untuk membenahi dan meningkatkan mutu pendidikan
hendaklah melibatkan pemberdayaan guru. Keempat pasal tersebut
menegaskan bahwa guru profesional harus memiliki komitmen terhadap
lembaga pendidikan yakni sekolah, kualifikasi akademik, kompetensi, dan
tanggung jawab sebagai dasar untuk melaksanakan secara efektif dan
efisien.
16 Udin Syaefudin Saud. Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta. 2012),hlm. 98. 17 Dedi Permadi dan Daeng Arifin. Paduan Menjadi Guru Profesional (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), hlm. 11.
12
Guru sebagaimana amanat undang-undang tersebut dituntut untuk
dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional, akan tetapi
permasalahannya masih banyak guru yang belum mampu menjadi tenaga
pendidik yang profesional, salah satu contohnya masih terdapat banyak
guru yang belum mampu mengadministrasikan secara teratur dokumen-
dokumen yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar
mengajar yang bermutu. Karena itu, pengelolaan kinerja guru menjadi
sangat penting untuk diperhatikan dan dibenahi. Kinerja guru harus
diperhatikan agar dapat dilakukan tindakan pembinaan, sehingga
kinerjanya akan memberi kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan.
Guru sebagai nahkoda dituntut untuk memiliki kompetensi
manajerial yang memadai. pengelolaan yang baik dari guru akan dapat
mendorong tercipta kinerjanya sesuai dengan kompetensi profesional
yang diharapkan, guru yang mempunyai kompetensi profesional tempat ia
bekerja yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-
model, Strategi atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman yang
dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas
menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya dimasa
yang akan datang, guru menempati posisi sentral dalam berbagai jenis,
jenjang dan satuan pendidikan. Bahkan, telah berkembang kesadaran
publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Tidak ada
pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan
jumlah yang mencukupi. Begitu pentingnya peran guru dalam
mentransformasikan input-input pendidikan, sampai-sampai banyak pakar
menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau
peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas
guru. Kinerja guru sangat penting dalam mewujudkan dalam mencapai
tujuan pendidikan di sekolah.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan optimalisasi
pembelajaran di sekolah, perlu adanya pengelolaan kinerja guru, karena
kinerja atau unjuk kerja guru di sekolah merupakan suatu hal utama yang
13
perlu mendapatkan perhatian khususnya dari semua pihak terutama dari
para kepala sekolah, supervisor/pengawas, dan stakeholders lainnya. Hal
ini dapat dipahami karena dengan adanya kinerja guru yang profesional
akan dapat menunjang tercapainya proses dan output pendidikan yang
lebih berkualitas.
Begitu pentingnya pengelolaan kinerja guru, maka salah satu
tagihan sekolah berprestasi adalah memiliki guru yang berkompetensi.
Untuk memahami pengelolaan kinerja guru terlebih dahulu dijelaskan
tentang kinerja guru performance sering diartikan kinerja, hasil kerja atau
prestasi kerja.18 Sementara Rusman mengartikan kinerja dapat juga
diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.19
Menurut Veithzal Rivai dkk mengartikan “kinerja merupakan
prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya sesuai dengan standar atau kriteria yang ditetapkan.20
Michael Armstrong mengartikan kinerja” prestasi dari pengukuran sasaran
hasil kerja.21 Sementara August W. Smith, dalam Rusman mengartikan
kinerja hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. 22 Kemudian
Gibson dkk mengartikan kinerja (performance) sebagai Kinerja merupakan
berhubungan dengan tujuan organisasi, berkaitan dengan kualitas,
efisiensi dan efektifitas tujuan.23
Kinerja yang baik adalah kinerja yang dikelolah dan mendapatkan
hasil yang baik, untuk itu peran pengelolaan sumber daya manusia sangat
penting. Dalam menjalankan aspek sumber daya manusia sangat
menentukan bagi tujuan, sehingga kebijakan dan praktek dapat berjalan
18 Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Kelima (Jakarta: Raja Grafindo, 2017), hlm. 2. 19 Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 50. 20 Veizal Rivai, et, al, Performance Appraisal: sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, Edisi Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 17. 21 Michael Armstrong, Performance Management Key Strategies and Practical Guideline, 3 Edition (London and Philadelphia: Kogan Page, 2006), hlm. 7. 22 Ibid, hlm. 50. 23James L. Gibson et.al. Organizations; Behavior, Structure, Processes, 14” Edition (Singapore: Mcgraw-Hill Internasional, Inc, 2009), hlm. 126.
14
sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi untuk mengatur unsur manusia ini
sangat sulit dan rumit, karena manusia punya pikiran, perasaan,
keinginan, status dan sebagainya yang tidak bisa diatur seperti organisasi
mesin, uang atau material tetapi harus diatur oleh teori-teori manajemen
memfokuskan mengenai pengaturan peran manusia.
Menurut Veithzal Rivai peran manajemen/pengelolaan sumber
daya manusia dalam menjalankan aspek sumber daya manusia (SDM),
harus dikelola dengan kebijakan dan praktik dapat berjalan sesuai dengan
yang diinginkan, kegiatan itu antara lain:
1) Melakukan analisis jabatan (menetapkan karakteristik pekerjaan masing-masing).
2) Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon pekerja. 3) Menyeleksi calon pekerja 4) Memberikan pengenalan dan penempatan pada karyawan baru. 5) Menetapkan upah gaji, dan cara memberikan kompensasi. 6) Memberikan insentif dan kesejahteraan. 7) Melakukan evaluasi kerja. 8) Mengkomunikasikan, memberikan penyuluhan, menegakkan disiplin
kerja. 9) Memberikan pendidikan, pelatihan dan pengembangan. 10) Membangun komitmen kerja 11) Memberikan keselamatan kerja. 12) Memberikan jaminan kesehatan 13) Menyelesaikan perselisihan perburuhan. 14) Menyelesaikan keluhan dan relationship karyawan.24
Masalah kinerja menuntut peranan perilaku yang berprestasi dalam
bekerja, untuk itu perlu pengelolaan kinerja dalam mencapai tujuan suatu
lembaga pendidikan, karena dengan adanya pengelolaan dengan tujuan
mengatur kerja secara harmonis dan terintegrasi antara pemimpin dan
bawahannya. Karena pada dasarnya kinerja merupakan implementasi dari
rencana yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan.
24
Veithzal Rivai Zainal, Mansyur Ramli, Thoby Mutis, Willy Arafah. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori dan Praktek Cet Ke-8 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 15.
15
Performance sering diartikan kinerja, hasil kerja atau prestasi
kerja.25 Sementara Rusman mengartikan kinerja dapat juga diartikan
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.26 Kemudian
Michael Armstrong mengartikan “Performance is often defined simply in
output terms the achievement of quantified objectives. But performance is
matter not only of what people achieve but how they achieve it”,27 kinerja
didefinisikan secara sederhana dalam konteks hasil merupakan prestasi
dari pengukuran sasaran hasil. Namun kinerja adalah bukan hanya
masalah yang ingin dicapai oleh seseorang tetapi bagaimana mereka
mencapainya. Menurut Armstrong, kinerja menghubungkan antara hasil
kerja dengan perilaku. Sebagai hasil kerja dan perilaku, kinerja
merupakan aktivitas seseorang yang diarahkan kepada pelaksanaan
organisasi yang dibebankan kepada dirinya, biasanya berbentuk deskripsi
tugas pokok dan fungsi, peraturan, arahan dan otoritas organisasi.
Faktor yang berhubungan dengan keberhasilan organisasi
pendidikan adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa baik para
pegawainya bekerja atau berkarya.28 Oleh karena itu, kinerja merupakan
kebutuhan setiap organisasi yang mendorongnya untuk berkembang.
Masalah kinerja berorientasi pada pengelolaan proses pelaksanaan kerja,
hasil kerja atau prestasi kerja. David C. Wilson menyatakan kinerja
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.29
Kemudian Benardin dan Rusel menyatakan bahwa kinerja merupakan
hasil produksi oleh fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan pada pekerjaan
25 Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Kelima (Jakarta, Raja Grafindo, 2017), hlm. 2. 26Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 50. 27 Michael Armstrong, Performance Management Key Strategies and Practical Guideline, 3rd Edition (London and Philadelphia: Kogan Page, 2006), hlm. 7. 28 Nurul Ulfatin, Teguh Triwiyanto. Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 148. 29 David C. Wilson 7 Robert H. Rosenfeld, Managing Organisation (London: McGraw-Hill Book Company, 2010), hlm. 432.
16
tertentu selama periode tertentu.30 Sedangkan Mondy mengatakan
manajemen kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan
untuk memastikan produktivitas organisasi.31
Kinerja guru dipengaruhi kondisi jiwanya, demikian sebaiknya,
jiwanya, mempengaruhinya dalam mengajar, pendek kata, agar dapat
mencapai taraf ideal dalam mengajar, maka para guru harus mempunyai
motivasi yang sangat tinggi dan kukuh dalam menggeluti profesinya
sebagai tenaga pengajar. Memiliki sekuat tenaga pengajar ideal adalah
harapan stakeholders pendidikan di tanah air. Namun persoalannya,
bagaimana caranya memiliki para guru yang ideal, paling tidak dengan
menitikberatkan dimensi motivasinya dalam bekerja.
Terkait dengan kinerja guru, menurut Martinis Yamin, mengartikan
kinerja guru sebagai perilaku atau respons yang memberi hasil yang
mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu
tugas.32 Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai (guru)
yaitu kompetensi dan motivasi guru itu sendiri. Model pengelolaan kinerja
guru sangat dibutuhkan supaya tujuan visi dan misi sekolah bisa tercapai,
pemimpin sekolah membutuhkan suatu strategi dalam supaya bisa
bersinergi dengan para guru dalam mewujudkan tujuan visi dan misi
sekolah, strategi pemimpin sangat dibutuhkan dalam menciptakan
suasana kerja yang kondusif di setiap instansi maupun sekolah. Kata
“model” dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti pola (contoh, acuan,
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau yang dihasilkan.33
Menurut Snelbecker, dikutip oleh Yaumi, mengatakan bahwa model
is a concretization of a theory which is meant to be analogous to or
representative of the process and variable in the theory (model adalah 30
Donni Juni Priansa, Perencanaan dan Pengembangan SDM (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 270. 31 R. Wayne Mondy, Sumber Daya Manusia, Ed. 10, Jilid ke-1, Terj. Bayu Airlangga (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 256. 32 Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 87. 33 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet, 9 (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 662.
17
konkretisasi/ perwujudan teori yang dimaksudkan untuk menjadi analog
atau wakil dari proses dan variabel yang terlibat dalam teori). Yaumi
menjelaskan bahwa model merupakan suatu yang berwujud dalam bentuk
fisik atau penjabaran teori untuk dijadikan acuan dalam menjalankan
sesuatu. Prawiradilaga mengartikan model sebagai tampilan grafis,
prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran
bersifat uraian atau penjelasan.34
Merujuk pada pengertian model pengelolaan kinerja guru di atas
maka model kinerja dapat diartikan sebagai pola/bentuk atau prosedur
kerja yang teratur dan sistematis yang dijadikan acuan dalam menjalankan
yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan agar
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan karyawan/tenaga pendidik
sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka dalam menunjukan
kemampuan dan keberhasilan mereka melaksanakan tugas-tugas. Model
pengelolaan kinerja guru merupakan prosedur kerja yang teratur dan
tersistematis yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar kompetensi
tenaga pendidik sesuai dengan tuntutan tugas profesinya. Model
pengelolaan kinerja guru dapat dilakukan dengan layanan supervisi
pendidikan atau melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS).
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan merupakan wadah
tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang komplek dan
dinamis. Dalam kaitannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya
sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada pada satu
tatanan yang saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah dipandang suatu
organisasi yang membutuhkan manajemen lebih baik.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
membutuhkan pengelolaan yang efektif. Agar sebuah organisasi berjalan
34
Muhammad Yaumi, Model Perbaikan Kinerja Guru dalam Pembelajaran, (Makasar, Alaudin Press, 2014), hlm. 135.
18
secara efektif harus berjalan sesuai dengan tugas pokoknya, diperlukan
manajemen yang efektif. Fungsi-fungsi manajemen itu dilaksanakan oleh
seorang manajer atau pimpinan. Menjalankan sesuatu sesuai dengan
fungsinya, demikian juga setiap anggotanya dan merupakan ikatan dari
perorangan terhadap yang lain guna melakukan kesatuan tindakan yang
tepat, menuju suksesnya fungsinya masing-masing.
Hal ini juga sejalan dengan hadits Rasulullah:
ها قالت عزوجل يحب اذ ا عمل ان الله: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عن عائشة رضي الله عنـ )رواه الطبراني والبيهقي(احدكم عملا ان يـتقنه
Artinya : “ Dari Aisyah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah dan tuntas” (HR. Thabrani dan Baihaqi)”35
Dalam hadits tersebut mengatakan bahwa seseorang yang
melakukan pekerjaan harus profesionalisme artinya mempunyai rencana,
agar apa yang dikerjakan bisa tepat, terarah dan melaksanakannya bisa
efektif atau tepat sasaran. Maka tidak heran dalam manajemen sekolah
dapat dihubungkan bahwa suatu proses kegiatan yang terencana,
diorganisasikan, diarahkan, dan diawasi untuk mencapai suatu tujuan
lembaga pendidikan yang dicapai secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif, maka setiap orang
terlibat dalam pendidikan tersebut dapat memahami efektivitas dalam
manajemen. Sesuatu yang dikatakan efektif, apabila mencapai sasaran
yang tepat.36 Sedangkan Komariah mendefinisikan efektivitas adalah
ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas
dan waktu) telah dicapai.37
35Samsu al-Diin al-Qurtubi, Jami’al al-Bayan li al-Ahkam al-Qur’an Juz 1 (Software Maktabah As Syamilah: Mauqi’u al-Taafsir, 2007), hlm. 5594 36 James A. Stoner, R. Edward Freeman & Daniel R Gillet, Managemen Terjemahan (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2005), hlm.9. 37 Supardi, Sekolah Efektif Dasar Dan Praktiknya Konsep (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.2.
19
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi
tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.38 Dalam
menjalankan fungsinya, sekolah harus mampu menyelenggarakan proses
pendidikan dan pembelajaran yang bermutu. Yang berpedoman pada tiga
pilar fungsi sekolah, pertama fungsi penyandaran, kedua fungsi progresif
ketiga, fungsi mediasi dalam mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran.
Seiring dengan tuntutan masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan yang bermutu, akhir-akhir ini berkembang konsep sekolah
modern, misalnya sekolah favorit, sekolah unggulan, sekolah model,
sekolah percontohan dan lain-lain. Konsep sekolah modern tersebut
merupakan gambaran bahwa kebutuhan pendidikan merupakan salah
satu kebutuhan utama. Sekolah tidak boleh diartikan sebagai ruangan
atau gedung kaku atau tempat peserta didik berkumpul dan mempelajari
sejumlah materi dan transfer keilmuan saja, tetapi sebagai institusi
pendidikan, peran sekolah jauh lebih luas dari hal dari hal tersebut.
Sekolah terikat oleh norma dan budaya yang mendukungnya sebagai
sistem nilai. Keberhasilan menciptakan sekolah yang bermutu akan
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan, yang
selanjutnya akan meningkatkan profil sumber daya manusia yang akan
menjadi modal utama untuk berdaya saing pada era global.
Pengelolaan/manajemen pendidikan dilihat dari objek garapan dan
kegiatan adalah: (1) Manajemen Siswa, (2) Manajemen Personil Sekolah
(Tenaga kependidikan dan tenaga manajemen), (3) Manajemen
Kurikulum, (4) Manajemen Sarana atau matrial, (5) Manajemen
tatalaksana pendidikan atau ketatausahaan sekolah, (6) Manajemen
38
Donni Juni Priansa, Menjadi Kepala Sekolah dan Guru Profesional Konsep dan Pengembangannya (Bandung: Pustaka Setia, 2017), hlm. 2.
20
pembiayaan atau manajemen anggaran, (7) Manajemen lembaga
pendidikan dan organisasi pendidikan, (8) Manajemen hubungan
masyarakat atau komunikasi pendidikan. Dan dilihat dari fungsinya
manajemen pendidikan terdiri dari: (1) Merencanakan, (2)
Mengorganisasikan, (3) Mengarahkan, (4) Mengkoordinasikan, (5)
Mengkomunikasikan, (6) Mengawasi atau mengevaluasi.39
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal sudah tentu
memerlukan pengelolaan impersonal, di dalamnya perlu dan harus
diterapkan prinsip-prinsip manajemen modern, dimana objek yang menjadi
perhatiannya secara umum tidak banyak berbeda dengan pengelolaan
organisasi-organisasi lainnya. Menurut Usman dalam Kristiawan Ada tujuh
unsur yang menjadi dasar pengelolaan/manajemen yang dapat diterapkan
pada lembaga pendidikan atau sekolah, kelima tersebut adalah:
1. Man (Manusia) 2. Money (dana/uang) 3. Material (bahan-bahan) 4. Machine (Mesin/peralatan) 5. Method (cara memproses) 6. Market (Pasar) 7. Minute (Waktu).40
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal,yang membutuhkan
pengelolaan yang baik, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
School Management adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan
untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada Kepala Sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru,
siswa, kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat.41 Sejalan
39
Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media bekerja sama dengan FIP, UNY, 2009), hlm. 5 40 Muhammad Kristiawan, Dian Safitri, Rena Lestari, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Budi Utama, 2017), hlm. 4. 41 Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, (Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2014), hlm. 11.
21
dengan ini Nanang juga mengatakan “Manajemen Sekolah merupakan
suatu bentuk upaya pemberdayaan sekolah dan lingkungannya untuk
mewujudkan sekolah yang mandiri dan efektif melalui optimalisasi peran
dan fungsi sekolah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan
bersama. Diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran, dengan
mendayagunakan segala sumber yang ada di lingkungan sekolah.42
Sebagai organisasi, sekolah merupakan suatu sistem terbuka, sekolah
tidak mengisolasi dari lingkungannya, karena mempunyai hubungan-
hubungan (relasi) dengan lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal sekolah dan bekerja sama. The success of school leaders to
drive the effectiveness of a school is often linked to the quality of school
leadership (Isaac, 2002; Awang & Ramaiah, 2002; Karim, 1989).43
Maksudnya adalah kesuksesan sebuah kepemimpinan sekolah tidak
terlepas dari keefektifan sekolah dalam kerjasama dan kualitas pemimpin
sekolah tersebut. Raimer mengatakan dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan mengemukakan sekolah adalah lembaga yang menghendaki
kehadiran penuh kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-ruang
kelas yang dipimpin guru untuk mempelajari kurikulum-kurikulum yang
bertingkat atau berjenjang.44 Pengelolaan Sekolah merupakan suatu
bentuk upaya pemberdayaan sekolah dan lingkungannya untuk
mewujudkan sekolah yang mandiri dan efektif melalui optimalisasi peran
dan fungsi sekolah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan
bersama. Diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran, dengan
mendayagunakan segala sumber yang ada di lingkungan sekolah
Manajemen Sekolah adalah penataan sistem pendidikan yang
42
Didik Prangbakat, Meningkatkan Mutu Pengelolaan Sekolah Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2011), hlm. 3. 43Eneng Muslihah, Understanding the Relationship between School-Based Management,Emotional Intelligence and Performance of Religious Upper Secondary School Principals in Banten Province ( Journal Higher Education Studies: Vol. 5, No.2015) 44Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm.70.
22
memberikan keleluasaan penuh kepada kepala sekolah, atas kesiapan
seluruh staf sekolah, untuk memanfaatkan semua sumber dan fasilitas
belajar yang ada untuk menyelenggarakan pendidikan bagi siswa serta
memiliki akuntabilitas atas segala tindakan.
Mulyasa menyatakan juga bahwa pengelolaan sekolah juga perlu
disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru, serta
kebutuhan masyarakat setempat. Untuk itulah perlu dipahami fungsi-
fungsi pokok manajemen yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pembinaan.45 Arah dari pengelolaan sekolah adalah untuk
menciptakan sekolah menjadi unggul dengan memfungsikan manajemen
yang mampu mengoptimalkan semua sumber daya sekolah secara
otonomi, akuntabel, dan transparan.46 Karena pengelolaan sekolah
merupakan salah satu bagian dari manajemen itu sendiri yang identik
dengan administrasi pendidikan. (1) Perencanaan (Planning), (2)
Penataan (Organizing), (3) Kepemimpinan (Leading), 4) Pengendalian
(Controlling). Adapun indikator dari fungsi manajemen sekolah yaitu:
Perencanaan, Penataan, kepemimpinan dan pengendalian.
Seorang pemimpin harus memiliki program kerja (planning)
mewujudkan dan menjalankan kinerja organisasi dalam struktur organisasi
atau instansi yang dipimpinya (organization), bergerak memberikan contoh
kepada bawahan sebelum menggerakan, mengerjakan, mengerjakan,
melaksanakan program kerja kantor yang dipimpinnya secara bersama
(actuating) dan setelah semua berjalan dan terlaksana dengan baik sesuai
yang diprogramkan maka sebagai seorang pemimpin haruslah mengontrol
kinerja bawahannya apakah berjalan sesaat, atau tidak berjalan
(controlling) dan sudah menjadi tugas seorang pemimpin untuk
mengadakan kontrol/pengawasan sekiranya terdapat masalah di
lapangan maka pemimpin juga berkewajiban mencari solusi/jalan
45
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hlm, 20. 46 Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm, 144
23
keluarnya. Dengan demikian kepemimpinan suatu organisasi akan
berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.
Untuk mencapai tujuan pendidikan oleh suatu lembaga pendidikan
secara efektif dan efisien para guru penggerak dan memotivasi diri perlu
meningkatkan kinerjanya dengan merencanakan program pribadi, karena
hal itu merupakan kunci utama yang harus selalu ditingkatkan, karena
upaya untuk meningkatkan kinerja itu dilakukan dan diawali oleh diri
sendiri (guru) dan didukung oleh manajer sekolah sehingga menjadi guru
yang bermutu. Setiap pihak menyadari kinerja guru berbanding lurus
dengan kinerja pendidikan, tapi tidak sedikit guru bekerja dibawah standar
kerja yang telah ditetapkan bukan tak mampu tetapi belum terbangun
adanya budaya kerja yang baik. Dalam rangka optimalisasi
penyelenggaraan pendidikan, perlu manajemen kinerja guru karena
kinerja atau unjuk kerja guru di sekolah merupakan suatu hal yang utama
yang perlu mendapatkan perhatian khususnya dari semua pihak terutama
kepala sekolah, supervisor/pengawas dan stakeholder lainnya. Hal ini
dapat dipahami karena dengan adanya kinerja profesional akan dapat
menuju tercapainya proses dan output pendidikan yang berkualitas.47
Melalui langkah-langkah model pengelolaan kinerja guru
sebagaimana yang ditawarkan oleh beberapa ilmuwan tersebut, maka
dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan kinerja guru. Guru
yang memiliki kinerja yang baik akan mampu mewujudkan tujuan nasional
pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal,
sehingga menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan
Nasional. Demikian kajian teoritik terkait dengan peningkatan kinerja guru.
Melalui kajian teoritik tersebut, dapat digunakan sebagai alat analisis
dalam melihat kinerja guru khususnya guru SMA Muhammadiyah 1 di kota
Palembang. Selain itu, melalui penelitian secara langsung terhadap Model
pengelolaan kinerja guru SMA di kota Palembang dan dianalisis dengan
47
Barnawi dan Arifin Muhammad, Kinerja Guru Profesional (Jakarta: Ar Ruzz Media, 2014), hlm. 7
24
kajian teoritik tersebut, maka pada akhirnya peneliti dapat menawarkan
sebuah tawaran teori tentang Model pengelolaan kinerja guru SMA
Muhammadiyah 1 di kota Palembang.
Adapun hasil grand tour yang dilakukan peneliti di Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Kota Palembang yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan banyak terdapat keunggulan yang dapat diamati dari
hasil observasi, wawancara dengan kepala sekolah dan Tata Usaha
diantaranya adalah: lingkungan sekolah yang terletak di tengah kota
sehingga aktivitas sekolah sangat dekat dengan lingkungan masyarakat
sekitar, dan masyarakat menjadi bagian besar dari setiap kegiatan dan
kemajuan yang diraih sekolah. Selalu ada upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas para guru, tenaga
kependidikan dengan mengikuti kegiatan pelatihan tingkat kota, bahkan
Provinsi serta Nasional.48
SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang yang terletak JL.
Balayudha KM. 4,5 NO. 21A Kecamatan. Kemuning, Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan yang mana masyarakatnya sangat peduli
terhadap pendidikan dapat dilihat di lingkungan tersebut berdiri juga
PAUD, TK Aisyiah, SD Muhammadiyah 1 Dan Muhammadiyah 6, SMP
Muhammadiyah 4, SMK Muhammadiyah 1, MA Aisyiah, Panti asuhan
Humairoh dan Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
Palembang yang ada dalam satu lingkungan, masyarakatnya sangat
peduli terhadap pendidikan dapat dilihat dengan program pembangunan
Sekolah. Masyarakat merespon positif melalui komite dan pimpinan
Daerah Muhammadiyah yang menunjang kegiatan pendidikan dan amal
usaha Muhammadiyah.
Berdasarkan observasi awal pada bulan Juli 2018 diperoleh
informasi adanya beberapa komponen Pertama, (Planning) Perencanaan
yang dinilai telah terlaksana, pada proses, perencanaan kerja,
pelaksanaan program kerja yang dilakukan oleh Kepala sekolah, wakil 48
Wawancara, Kepala Sekolah Muhammadiyah, 30 Juli 2018.
25
kepala sekolah, guru, tata usaha. Kedua, (Organizing) Pengorganisasian,
Kepala sekolah sudah melakukan pengorganisasian kerja kepada guru,
hal ini terlihat guru mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikannya dan
program kerja dan uraian tugas wewenang dan tanggung jawab secara
rinci dan masing-masing guru. Jumlah tenaga pengajar yang terdapat di
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Palembang 93 guru 13 orang
guru PNS, 35 orang Tetap yayasan, 45 orang honor yayasan dan 31
tenaga kependidikan, jumlah siswa 1360 orang tahun 2017/2018 dan
tahun 2018/2019 berjumlah 1296 orang, dengan Akreditasi sekolah A
(90), Ruang belajar 43 ruangan kemudian sekolah ini selain mempunyai
visi dan misi yang jelas. Visinya Terwujudnya kecerdasan spiritual,
intelektual, emosional dengan landasan nilai nilai Al-qur'an dan sunnah
serta menjadi sekolah berprestasi, Islami dan berkarakter serta
berwawasan Lingkungan, serta memiliki program kerja yang, memiliki
siswa siswi yang berprestasi di bidang akademik, maupun dibidang
ekstrakulikuler.49
Ketiga, (Actuating) Pelaksanaan kinerja terlihat dalam proses
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Palembang
telah memiliki tim pengembang kurikulum sekolah. Sekolah ini telah
membina dan mengembangkan Program muatan lokal, pengembangan
diri dan kegiatan ekstra kurikuler dalam kurikulumnya. Pada standar
proses, Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Palembang telah
mampu secara mandiri menyusun silabus dan RPP, menyiapkan bahan
ajar yang kemudian mengimplementasikannya dalam proses
pembelajaran dalam suasana yang tertib, disiplin dan sangat kondusif.
Sedangkan pada standar pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Palembang bukan saja telah
memenuhi ketentuan standar minimal kualifikasi pendidik jenjang
pendidikan SMA/MA yaitu S1, bahkan sudah ada guru telah mencapai
49
Dokumentasi, SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 30 Juli 2018
26
kualifikasi akademik S2 sesuai bidangnya masing-masing.50 Keempat,
Pengawasan (Controlling), terhadap kinerja guru sebagai seorang
pemimpin Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya, tidak terlepas
dari kerjasama dalam lingkungan organisasi, terutama Dinas Pendidikan
Provinsi dan PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah), PDM (Pimpinan
Daerah Muhammadiyah), PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah), PPM
(Pimpinan Pusat Muhammadiyah) ini dilihat adanya pengajian rutin yang
diselenggarakan setiap bulan oleh pimpinan, demi kemajuan lembaga
pendidikan menyongsong masa depan lembaga.51 Dan kerjasama yang
dilakukan juga dengan instansi-instansi yang terkait.
Kemudian salah satu yang penting yang terdapat di Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Kota Palembang adalah kepala
sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik sangat ramah, dengan
siapapun serta nuansa yang Islami terlihat dari saling bersalaman dan
salam antar sesama.52 Kepala sekolah sudah bertanggung jawab penuh
dan memberi contoh yang baik kepada semua anggotanya seperti datang
lebih awal, komunikasi yang baik kepada guru dan karyawan serta
memberikan motivasi, inspirasi kepada semua lingkungan sekolah. hasil
pengawasan terhadap kinerja guru sudah ditindaklanjuti demi
meningkatkan kinerja yang baik dimasa yang akan datang.
Dalam melaksanakan pengelolaan kinerja guru sekolah sudah
dilaksanakan dengan baik diantaranya: (1) Perencanaan, kepala sekolah
sudah mempunyai program kerja dan tujuan baik jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang dalam mencapai tujuan sekolah. (2)
Penataan, kepala sekolah sudah memfungsikan dan menentukan apa
yang harus diselesaikan dan menempatkan tenaga pendidik dan
kependidikan sesuai dengan profesinya. (3) Pemimpin sekolah selalu
memberikan motivasi kepada guru, karyawan dalam mewujudkan tujuan
50 Observasi, SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 30 Juli 2018. 51 Wawancara, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Pagaralam, 30 Juli 2018. 52 Observasi, SMA Muhammadiyah 1 Palembang, 30 Juli 2018.
27
sekolah yang hendak dicapai, (4) Pemimpin selalu mengadakan evaluasi
kerja terhadap guru, karyawan dengan cara melihat rencana
pembelajaran dan program kerja karyawan.53
Dilihat dari bidang garapan fungsi manajemen atau (1) Manajemen
Kurikulum, sudah mengadakan program perencanaan, pengembangan
dan pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Kurikulum yang dipakai
kurikulum Nasional dari Departemen Pendidikan Nasional pusat dan
kurikulum muatan lokal yang bersumber pada Majelis Pendidikan Dasar
dan Menengah (DIKDASMEN) yang sudah tetapkan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. (2) Manajemen/Pengelolaan Tenaga. Yang termasuk
personalia dalam organisasi sekolah ini adalah para guru, pegawai, dan
para wakil siswa integrasi mereka sudah baik. (3) Pengelolaan atau
Manajemen siswa sudah baik, fungsi dari wakil kesiswaan berjalan
dengan baik, perencanaan penerimaan siswa baru melalui online.
Pembinaan terhadap siswa bekerja sama dengan wakil ISMUBA untuk
membina hafalan Al-Qur’an, kegiatan IPTEK dan IMTAQ berjalan dengan
baik serta menciptakan disiplin terhadap siswa dengan masuk sekolah
dimulai jam 06.45 dan tadarus bersama setiap pagi, (4) Manajemen
Keuangan, Sumber dari Pemerintah (Dana Bos) dan Sumbangan Wali
Murid (SPP) dan dikelola sendiri, dan bekerjasama dengan Pimpinan
Daerah Muhammadiyah (PDM) yang nantinya untuk alokasi kesejahteraan
pembangunan organisasi sekolah (5) Manajemen Sarana dan Prasarana,
pemeliharaan sudah baik. Dengan 2 gedung yang dimiliki yaitu gedung A
dan B, perawatan dan kebersihan gedung dan membutuhkan kerjasama
yang baik antara semua organisasi sekolah sehingga gedung tersebut
tetap terawat. Fasilitas pendidikan ruang kelas sudah Ac dan Multimedia,
unit laboratorium kimia, biologi, fisika, laboratorium Komputer dan UNBK,
Pusat perpustakaan, jaringan Internet, fasilitas ibadah Masjid. Dengan visi
yang dibuat berwawasan lingkungan sudah terwujud.54
53 Observasi, SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang 30 Juli 2018. 54
Observasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 30 Juli 2018.
28
Dari prestasi yang dicapai, tidak terlepas dari pembinaan kepala
sekolah, yang dipimpin oleh Bapak H. Rosyidi, M.Pd. dari tahun 2013
sampai sekarang, yang mana membawa kemajuan bagi sekolah menjadi
terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional sekolah/ madrasah (BAN-
S/M) dengan nomor 745/BAP-SM/TU/TU/X/2016.55
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berupaya
menggali fenomena/keunikan tentang beberapa keunggulan di sekolah
pertama Pengelolaan kinerja guru, kedua, Motivasi, ketiga, Kompetensi
guru. Sekolah dinilai mampu mewakili sekolah swasta di Kota Palembang
dalam hal peningkatan mutu dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi
satuan pendidikan yang lain pada jenjang yang sama dalam hal
pengelolaan kinerja guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas,
manajemen sekolah, baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kinerja tampak memberi andil terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah
Atas Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya muncul
pertanyaan pada peneliti: Bagaimana model pengelolaan tenaga
pengajar yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah sehingga
berakibat pada meningkatnya kinerja guru di Sekolah Menengah Atas
Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan? Untuk mendapatkan
jawaban terhadap pertanyaan, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mendalam melalui pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana realitas pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah
1 Kota Palembang?
2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan
kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang?
3. Bagaimana efektivitas, efisien pengelolaan tersebut, terhadap
peningkatan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang? 55 Dokumentasi, SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 30 Juli 2018.
29
4. Model pengelolaan kinerja guru seperti apa yang dapat diangkat dan
dikomunikasikan sebagai studi inovasi manajemen di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang?
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dengan mendeskripsikan secara mendalam
Bagaimana model pengelolaan tenaga pengajar yang dilakukan pihak
manajemen sekolah sehingga berakibat pada kinerja guru di Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Provinsi Sumatera Selatan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
a. Menjelaskan bagaimana kinerja guru yang dilakukan oleh SMA
Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
b. Menjelaskan bagaimana faktor pendukung dan penghambat
pengelolaan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Provinsi Sumatera Selatan.
c. Menjelaskan efektivitas, efisien pengelolaan dalam peningkatan
kinerja guru yang diterapkan di Sekolah Menengah Atas
Muhammadiyah 1 Provinsi Sumatera Selatan.
d. Mengkomunikasikan model pengelolaan kinerja guru yang inovatif di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang Sumatera Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan Islam tentang konsep
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pengelolaan kinerja
guru.
b. Sebagai kontribusi bagi pemerintah untuk melakukan pembinaan
kepada sekolah serta masukkan bagi kepala sekolah dalam
manajemen sekolah dalam mengelola tenaga pengajar.
30
c. Sebagai bahan masukan bagi guru agar dapat menjalin kerjasama
yang baik dan positif dalam manajemen sekolah.
d. Mengkomunikasikan model pengelolaan kinerja guru yang inovatif di
SMA Muhammadiyah di Sumatera Selatan.
e. Untuk menyelesaikan studi program doktor di Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
31
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pengelolaan/Manajemen
Manajemen dalam bahasa inggris artinya to manage yaitu
mengatur atau mengelola, dalam arti khusus bermakna memimpin dan
kepemimpinan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengelola lembaga
atau organisasi, memimpin dan menjalankan kepemimpinan dalam
organisasi.56 Selanjutnya pengelolaan dalam pengertian manajemen
adalah sebuah organisasi modern didasarkan pada penghargaan nilai-
nilai kemanusian. Sedangkan kata pengelolaan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata kelola, yang berarti memimpin,
mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih
maju dan sebagainya serta bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu.57
Dengan adanya proses manajemen di lakukan oleh para manajer di
dalam suatu organisasi, adanya cara atau aktivitas tertentu untuk
mempengaruhi personel atau anggota organisasi, pegawai, karyawan
atau buruh agar mereka bekerja sesuai prosedur, sesuai dengan
pembagian kerja dan dilakukan secara bertanggung jawab yang diawasi
untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian Parker Follet ( Daft dan
Steers, 1986) mengatakan “the art of getting things done trhought people”
yang mempunyai arti sebagai proses pencapaian tujuan melalui
pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien.
(Buford dan Badeian, 1988) manajemen yang berkenaan dengan
pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yang paling tepat untuk
mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan.58
Sedangkan kata manajemen yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto yang
dikemukakan oleh Muljani A Nurhadi adalah suatu kegiatan atau
56Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 5 57 Peter Salim, Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002, ), hlm. 695. 58 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah ( Bandung, Alfabeta, 2017), hlm. 49.
32
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
kelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien.59
Kata “model” dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti pola (contoh,
acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau yang dihasilkan.60
Menurut Snelbecker, sebagaimana dikutip oleh Yaumi, mengatakan
bahwa model is a concretization of a theory which is meant to be
analogous to or representative of the process and variable in the theory
(model adalah konkretisasi/ perwujudan teori yang dimaksudkan untuk
menjadi analog atau wakil dari proses dan variabel yang terlibat dalam
teori). Yaumi menjelaskan bahwa model merupakan suatu yang berwujud
dalam bentuk fisik atau penjabaran teori untuk dijadikan acuan dalam
menjalankan sesuatu. Prawiradilaga mengartikan model sebagai tampilan
grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung
pemikiran bersifat uraian atau penjelasan.61
Menurut James A F. Stoner di dalam Ahmadi dan Syukran Nafis,
mengartikan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian sumber-sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.62 Senada dengan Terry dan Franklin
manajemen adalah satu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan,
pengaturan, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan dan memenuhi sasaran hasil yang diwujudkan dengan
penggunaan manusia dan sumber daya lainnya (Management is the
process of designing and maintaining an environment in which individuals,
59Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2009), hlm. 3 60
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet, 9, Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 662. 61 Muhammad Yaumi, Model Perbaikan Kinerja Guru dalam Pembelajaran, (Makasar: Alaudin Press, 2014), hlm. 135. 62Ahmadi dan Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah Dimensi Professional dan Kekinian (Yogyakarta: laks Bang Group, 2011), hlm. 22.
33
working together in groups, efficiently accomplish selected aims),63
Manajemen ini menjelaskan tujuan atau sasaran dengan kesiapan sumber
daya serta bagaimana proses-proses itu dapat diwujudkan.
Sedangkan Luther Gulick di dalam Syaiful Sagala mengartikan
manajemen sebagai ilmu suatu bidang pengetahuan yang secara
sistematik, berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja
sama. Dan kiat atau seni karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas,
sedangkan dikatakan profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian
khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional
dituntun oleh suatu kode etik.64 Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
seseorang melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan ini merupakan pelaksanaan dari fungsi manajemen
sebagaimana yang didefinisikan George R. Terry;
Management is a typical process that consists of the actions of planning, organizing and controlling mobilization under taken to determine and achieve the goals that have been determined other resource utilization.65 Yakni aktivitas yang terdiri dari empat subaktivitas yang masing-
masing merupakan fungsi fundamental, sebagai P.O.A.C adalah Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), actuating (pengingatan),
Controlling (pengawasan).66
Dari pengertian teori diatas dapat disintesakan bahwa manajemen
adalah suatu ilmu tentang aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan
pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, manajemen merupakan
usaha tindakan ke arah mencapai tujuan, manajemen merupakan sistem
kerja sama dan manajemen melibatkan secara optimal kontribusi orang-
63 Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik, (Jakarta: Prenada Media Group, 2017), hlm. 2. 64 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 50. 65George R. Terry, Principles of Management, terj. Winardi (Bandung: Alumni, 2010),hlm. 1. 66 H.M. Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hlm. 41.
34
orang, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya sehingga pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Dengan demikian
proses manajemen dilakukan oleh para manajer di dalam suatu
organisasi, dengan cara-cara atau aktivitas tertentu untuk mempengaruhi
personil atau anggota organisasi, pegawai, karyawan atau buruh agar
mereka bekerja sesuai prosedur, sesuai dengan pembagian kerja dan
dilakukan secara bertanggung jawab yang diawasi untuk mencapai tujuan
bersama.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam suatu organisasi termasuk lembaga
pendidikan semakin disadari keberadaannya, sehingga manusia di
pandang sebagai aset terpenting dari berbagai sumber daya dalam
organisasi. Kuatnya posisi manusia dalam suatu organisasi melebihi
sumber daya lainnya seperti material, metode, uang, mesin, pasar
sehingga para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang
sumber daya manusia.
Haris dan Ogbana dalam buku manajemen sumber daya manusia
menegaskan bahwa human resources managemens as programs,
policies, and pratices for managing an organization’s work force.
Memandang bahwa manajemen sumber daya manusia dari sisi aktivitas
yang dilaksanakan. Begitu juga Sadarmayanti menegaskan bahwa
manajemen sumber daya manusia kebijakan dan praktik menentukan
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen,
termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan
penilaian.67
Senada juga H Simamora mengatakan manajemen sumber daya
manusia adalah hal-hal yang berkenaan dengan pembinaan, penggunaan
dan perlindungan sumber daya manusia.68 Tugas manajemen sumber
daya manusia adalah mengelolala unsur-unsur manusia dengan segala 67
Wibowo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Surabaya, CV. R. A. De. Rozarie), hlm. 2 68 Ibid, hlm. 3
35
potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang
dapat mencapai tujuan organisasi. Hal sama dikemukakan Michael
Amstrong (1987), ia mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
sebagai pendekatan strategis terhadap keterampilan, motivasi,
pengembangan manajemen pengorganisasian sumber daya manusia.69
Menurut Hasibuan manajemen sumber daya manusia adalah ilmu
dan seni mengatur hubungan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien.70 Setiap lembaga, instansi baik pemerintah maupun perusahan
dan lembaga pendidikan mengingkan sumber daya yang dimilikinya dapat
memeberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi anggota organisasi.
Namun, dalam kenyataan sering ditemui bahwa kemampuan sumber daya
manusia belum dapat memenuhi harapan manajer maupun pemimpin.
Kewajiban seorang pemimpin untuk mengembangkan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi. Upaya pengembangan kemampuan ini
mengandung konsekuensi waktu dan biaya yang harus disediakan
pemimpin dan organisasi. Namun kinerja sumber daya manusia yang
berdampak pada peningkatan kinerja organisasi pula.
Salah satu fungsi utama sumber daya manusia adalah merekrut
orang yang tepat. Bagaimana akan mencari tahu siapa orang yang tepat
tersebut? Mengidentifikasi orang yang tepat merupakan tujuan dari proses
pemilihan yang menyatakan karateristik-karateristik dari individu dengan
persyaratan dari pekerjaan tersebut.71 Ketika manajemen gagal dalam
memilih orang yang tepat, kinerja karyawan dan kepuasan keduannya
akan buruk.
Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi, walaupun telah
direkrut melalui seleksi yang baik, namum dalam melasanakan tugasnya
masih selalu menghadapi persoalan yang tidak dapat diselesaikan sendiri.
69
Michael Amstrong Handbook, Of Performance Managemet, (London and Philadelphia Kogan Page, 2006), hlm. 20. 70
Taufiqurokhman, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2009), hlm. 2. 71
Stephen P. Robbins, TimothynA. Judge, Perlilaku Organisasi, ( Jakarta, Salemba, 2015), Hlm. 384.
36
Dalam hal masih terdapat kekurangan dan kemampuan serta
keterampilan pekerja dalam suatu program pelatihan yang
diselenggarakan secara khusus seperti pelatihan-pelatihan dan kursus.
Dari berbagai pandangan sebelumnya tampak indikator yang
penting yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia
yaitu:
1. Manajemen sumber daya manusia adalah aktivitas yang berhubungan dengan memperdayakan manusia dalam organisasi.
2. Manajemen sumber daya manusia adalah pendakatan strategis dengan cara-cara terbaik dan pro aktif dalam mengelolala sumber daya organisasi.
3. Manajemen sumber daya manusia berkenaan dengan nilai dan kultur organisasi dan tidak hanya menciptakan aspek-aspek yang rasional dan nyata seperti struktur dan teknologi, tetapi juga pencipta idiologi, bahasa, kepercayaan.
4. Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan bagaimana merencanakan, menempatkan, mengkoordinasi, membina, memotivasi, dan mengontrol sumber daya manusia yang bekerja dalam organisasi.72
Berdasarkan dengan konsep manajemen sumber daya manusia
maka fokus memberikan kontribusi pada suksesnya organisasi oleh
karena untuk meningkatkan kinerja organisasi maka dukungan aktivitas
manajemen sumber daya manusia sangatlah penting, dimana aktivitas
tersebut merupakan fungsi oprasional manajemen sumber daya manusia.
Menurut Milkovich dan Bougreau (1997) bahwa fungsi manajemen
sumber daya manusia terdiri dari:
1) Staffing: recruiting, selection, separations and diversity 2) Trainning and development: carrers, continious learning and
mentoring; 3) Compensation: base [ay on markets, pay for perfomance, benefit/non
financial. 4) Employee relations: communications, grievanse/dispute resolutions,
unions relations, safty and health. 5) Work structure: job analysis, teams, perfomance management,
employee involvement.73
72
Wibowo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Surabaya, CV. R. A. De. Rozarie), hlm.4 73 Ibid, hlm. 5.
37
Sumber daya manusia menjadi faktor dominan dalam suatu
institusi, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Pendidikan memerlukan
sumber daya manusia berkualitas untuk melaksanakan perannya dalam
melayani kebutuhan pendidikan masyarakat. Kebutuhan pendidikan
tersebut meliputi kebutuhan yang bersifat praktis situasional maupun
bersifat prediktif antisifatif bagi transformasional.
3. Manajemen Pendidikan
Pendidikan diyakini sebagai salah satu bidang yang memiliki
peranan penting dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa.
Bahkan menjadi faktor dominan dalam proses peningkatan kecerdasan
bangsa. Hal tersebut telah diakui sejak dirumuskannya UUD 1945. Tanpa
bangsa yang cerdas tidak mungkin bangsa itu ikut serta dalam percaturan
global, untuk itu lembaga pendidikan membutuhkan pengelolaan/
manajemen pendidikan. Maka para ahli memberikan berbagai macam
definisi tentang manajemen pendidikan.
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan
atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha
kerjasama kelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien.74 Sedangkan Husaini Usman adalah
seni mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses hasil
belajar peserta didik secara aktif, kriatif, inovatif, dan menyenangkan
dalam mengembangkan potensi dirinya.75. Sedangkan menurut Usman
dalam Amtu, manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu mengelola
sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
74Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta, Aditya Media, 2009), hlm. 4. 75
Husaini Usman, Manajemen Pendidikan , Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta, Bumi Aksara, 2014), hlm. 13.
38
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 76 sedangkan Suharsimi
mengatakan manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau
rangkaian segala kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha
kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien.77
Sedangkan manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses
pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.78 Manajemen
pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan
pendidikan. Dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber
daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien.79 Maksudnya adalah
seni dan ilmu dalam mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam yang efektif dan efisien. Dan juga bisa
kita definisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan manajemen pendidikan pada prinsipnya sama
dengan pelaksanaan manajemen pada organisasi/perusahaan pada
umumnya. Perbedaan manajemen pendidikan lebih mengarah kepada
penghargaan yang tinggi terhadap manusia, sehingga mananjemen
pendidikan harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip guna mencapai
tujuan yang ditetapkan. Soetopo dalam manajemen pendidikan
mengatakan prinsip-prinsip yang dipedomani dalam manajemen
pendidikan yaitu; 1) Pelibatan tanggung jawab individu-individu atau 76
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep, Strategi, dan Implimentasi (Bandung, Alfa Beta, 2013), hlm. 24. 77
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2009), hlm. 4. 78
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Bandung, Erlangga 2009), hlm. 10. 79 Muhaimin, Suti’ah, S.L. Prabowo, Manajemen Pendidikan, Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta, Prenada Media Group, 2011), hlm. 5.
39
kelompok untuk berpartisipasi dalam membuat jeputusan, 2) usaha
menempatkan kepemimpinan dan mendorong pelaksanaanya sesuai
dengan kemapuan, kapasitas, latar belakang, pengalaman, minat, dan
kebutuhan pribadi yang terlibat, 3) adanya fleksibilitas organisasi yang
memungkinkan penyesuaian dan dapat dilakukan secara kontinu, 4)
penghargaan terhadap usaha dan aktivitas kreatif sesuai dengan hakikat
manusia, yang diekspresikan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program pendidikan.80
Dalam perspektif peningkatan mutu, manajemen pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu strategi dalam meningkatkan mutu, relevansi
dan daya saing pendidikan. Namun, tidak berarti pendidikan dapat
diperlakukan sebagai barang dagangan, karena pendidikan bersendikan
nilai-nilai kemanusiaan melalui aktivitas belajar mengajar. Maka
pengelolaan pendidikan yaitu memanusiakan manusia sebagai individu
yang bermartabat, bermoral, bertaqwa, serta bertanggung jawab untuk
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.81 Sedangkan pengertian
manajemen pendidikan ditinjau dari beberapa aspek sasaran
dikemukakan oleh Suryo Subroto:
a. Manajemen pendidikan sebagai kerjasama untuk mencapai tujuan Pendidikan.
b. Manajemen pendidikan sebagai proses untuk mencapai tujuan Pendidikan
c. Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem d. Manajemen pendidikan sebagai upaya pendayagunaan sumber
Sumber untuk mencapai tujuan pendidikan e. Manajemen pendidikan sebagai kepemimpinan pendidikan f. Manajemen pendidikan sebagai proses pengambilan keputusan g. Manajemen pendidikan sebagai aktivitas komunikasi h. Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit sebagai
kegiatan ketatausahaan di sekolah.82
80 Imam Gunawan, Djum Djum Noor Benty, Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik, (Bandung, Alfabeta,2017), hlm.31 81
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep, Strategi, dan Implimentasi (Bandung: Alfa Beta, 2013), hlm. 24. 82
Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 15
40
Pengertian yang sama dalam Islam hakikat manajemen adalah
ر دبـر yang merupakan derivasi dari akar kata (pengaturan) التدبـيـ
(mengatur) yang banyak terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surat
As- Sajdah Ayat 5 yang berbunyi:
ã� În/y‰ãƒ t�øΒ F{$# š∅ÏΒ Ï !$ yϑ¡¡9 $# ’n<Î) ÇÚö‘ F{ $# ¢Ο èO ßlã� ÷ètƒ ϵø‹ s9 Î) ’Îû 5Θ öθ tƒ tβ% x. ÿ… çνâ‘#y‰ø)ÏΒ y# ø9 r&
7π uΖy™ $ £ϑÏiΒ tβρ‘‰ãès? ∩∈∪
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.83
Kemudian firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 31 juga
disebutkan, sebagai berikut:
ö≅è% tΒ Νä3è%ã— ö� tƒ zÏiΒ Ï !$yϑ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$#uρ Β r& à7Î=ôϑtƒ yìôϑ¡¡9 $# t�≈ |Á ö/F{$#uρ tΒ uρ ßl Ì�øƒä†
¢‘y⇔ø9 $# z ÏΒ ÏM Íh‹ yϑø9 $# ßlÌ� øƒä†uρ |M Íh‹yϑø9 $# š∅ÏΒ Çc‘y⇔ø9 $# tΒ uρ ã� În/y‰ãƒ z÷ö∆ F{$# 4 tβθä9θ à)uŠ|¡sù ª! $# 4 ö≅à)sù Ÿξ sùr& tβθ à)−Gs? ∩⊂⊇∪
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu
tidak bertakwa kepada-Nya)?84
Dari kedua ayat di atas, terdapat kata ÷ ö∆F{ $# ã�În/ y‰ ムzyang berarti
mengatur urusan. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Allah SWT adalah
83 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), hlm. 415. 84 Anonim, Al-Qur’an, Ibid, hlm. 212.
41
Pengatur alam (manager), keteraturan alam raya merupakan bukti
kebesaran Allah SWT dalam mengelola (memanage) alam ini.85
Dari beberapa pengertian diatas juga menegaskan bahwa
manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan kejadian-kejadian,
gejala-gejala dan keadaan-keadaan yang ada. Sedangkan manajemen
sebagai seni berfungsi mengajarkan kepada kita bagaimana
melaksanakan sesuatu hal untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil atau manfaat.
Dalam hal ini manajemen dilukiskan sebagai 4P, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Keempat
fungsi manajemen tersebut merupakan kunci bagi keberhasilan suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga. Kemudian fungsi ini, yaitu
pengkomunikasian dan pemotivasian akan menunjang (akselerator)
keberhasilan empat fungsi manajemen tersebut. Didalam manajemen
fungsi-fungsi tersebut itu dilaksanakan oleh seorang manajer atau
pimpinan. Seorang manajer perlu memiliki kemampuan mempengaruhi
para bawahannya agar bergerak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
a. Perencanaan (Planning)
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak
dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan mengatur
berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa,
keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan
(intensifikasi, ekstensifikasi, revisi, renovasi, substansi, dan lain
sebagainya).86
85 Imam al-Jalil al-Hafizh Imanuddin Abi Fida’ Ismail Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an (Beirut: Maktabah Waladi li Turots, 774), hlm. 361. 86 Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Konfrehensif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 2-4.
42
Menurut Steiner yang dikutip Michael A Hitt, (2006:91) bahwa
perencanaan dalam pandangan ini menyediakan mekanisme untuk
menetapkan dan meninjau tujuan, berfokus pada pilihan kepentingan
jangka panjang, mengidentifikasi pilihan strategis, mengalokasikan
sumber daya internal, mengkoordinasi, memantau dan mengendalikan.
Dan Benowitz (2001:47) menegaskan, sebelum manajer menangani salah
satu fungsi dari manajemen, terlebih dahulu ia harus membuat rencana,
tujuannya adalah keadaan masa depan yang diinginkan organisasi serta
berupaya untuk dicapai.
Sedangkan Rusman di dalam Husaini mengatakan perencanaan
pada hakikatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah
alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang dilaksanakan di
masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki.87 Dari
definisi tersebut perencanaan mengandung unsur-unsur: (1) sejumlah
kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang
ingin dicapai, (4) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.88
Fungsi perencanaan dalam manajemen adalah perencanaan, dan
merupakan langkah awal merumuskan strategi, dengan
mempertimbangkan sumber daya organisasi untuk meramalkan
kesuksesan di masa mendatang. Satu-satunya hal yang pasti mengenai
masa depan organisasi adalah perubahan, perencanaan (planning)
merupakan jembatan yang penting antara masa kini dan masa depan
yang mampu meningkatkan kemungkinan tercapainya hasil yang
diinginkan, perencanaan adalah proses yang dengannya orang
memerlukan apakah perlu untuk menempuh suatu usaha, mencari jalan
yang paling efektif untuk mencari tujuan yang diinginkan dan
mempersiapkan diri untuk mengatasi beragam kesulitan yang tidak
87 Op,Cit, hlm. 32. 88 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Reset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm.77.
43
diharapkan dengan sumber daya yang memadai.89 Adapun Kegiatan yang
termasuk fungsi perencanaan adalah:
a) Memperkirakan keadaan situasi di waktu yang akan datang berdasarkan keadaan di waktu yang lalu, sekarang dan kemungkinan perkembangan di waktu yang akan datang.
b) Menentukan sasaran strategi yaitu cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai sasaran yang akan ditentukan.
c) Mengembangkan strategi yaitu cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai sasaran yang akan ditentukan.
d) Mengembangkan program yaitu langkaH-langkah atau urutan kegiatan serta waktu pelaksanaanya.
e) Mengalokasikan sumber daya untuk pelaksanaan program. f) Menentukan program yaitu metode atau cara yang standar untuk
melaksanakan kegiatan. g) Mengembangkan kebijaksanaan yaitu batasan-batasan yang harus
diikutkan mengenai mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak.90
Konsepsi perencanaan dalam Islam dicanangkan berdasarkan
konsep pembelajaran dan hasil musyawarah dengan orang yang
berkompeten, orang yang cermat dan luas pandangan dalam
menyelesaikan persoalan.91 Ketentuan ini berdasarkan petunjuk Allah
SWT:
$ pκš‰r' ¯≈ tƒ šÏ% ©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θ à)®?$# ©!$# ö�ÝàΖtF ø9 uρ Ó§ø�tΡ $ ¨Β ôMtΒ £‰s% 7‰tó Ï9 ( (#θà)?$#uρ ©! $# 4 ¨βÎ) ©! $#
7�� Î7yz $ yϑÎ/ tβθ è=yϑ÷ès? ∩⊇∇∪
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Hasyr: 18).92
Selanjutnya pada Al-Qur’an dalam surat An-Nahl ayat 43, Allah
berfirman:
89Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Reset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.5. 90 Ibid: hlm. 164-165. 91 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Op. Cit., hlm. 89-90. 92 Anonim, Al-Qur’an… Op, Cit., hlm. 919.
44
!$ tΒ uρ $ uΖù=y™ö‘r& ∅ÏΒ y7Î=ö6 s% āω Î) Zω% y Í‘ û ÇrθœΡ öΝÍκö� s9 Î) 4 (# þθ è=t↔ó¡sù Ÿ≅÷δ r& Ì�ø.Ïe%!$# βÎ) óΟçGΨä. Ÿω
tβθ çΗs>÷ès? ∩⊆⊂∪
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Q.S. An-Nahl: 43).93
Kedua ayat ini berdasarkan tafsirnya pertama menjelaskan kepada
orang-orang beriman untuk bertaqwa kepada Allah SWT dan
memeperlihatkan (persiapan yang baik) apa yang diperbuatnya untuk hari
esok. Kedua orang yang mempunyai pengetahuan di sini yakni orang-
orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab. Dan
kemudian konsep musyawarah yang digunakan dalam setiap
perencanaan menunjukkan indikasi yang kuat bahwa kaum Muslimin
senantiasa membuat perencanaan atas segala sesuatu yang dilakukan.
Dalam ilmu manajemen tindakan ini disebut perncanaan (planning) yang
membutuhkan keikhlasan dan musyawarah dalam bekerja. Dalam tahap
perencanaan oprasional (pelaksanaan), khalifah Abu Bakar pernah
melakukannya saat memberangkatkan pasukan Islam memerangi kaum
murtad. Khalifah memberikan petunjuk dan nasihat kepada Usamah bin
Zaid pimpinan perang mereka: Janganlah Kalinan berhianat, mencederai
(janji), berbuat ghulul dan meniru. Janganlah kalian membunuh anak-
anak, orang tua renta. Janganlah menyembelih dan jangan memotong
pohon yang sedang berbuah, dan janganlah kalian menyembelih domba
dan onta, kecuali untuk dimakan.94
Program sekolah direncanakan setiap tahun yakni kegiatan
menentukan tindakan masa depan Sekolah yang tepat melalui urutan
pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia dalam
93 Anonim, Al-Qur’an… Op, Cit., hlm. 408. 94 Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, Al Idârah fi Al-Islam, Terj. Dimyauddin Djuawaini (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 90.
45
menuju sekolah yang berkualitas.95 Melalui perencanaan sumber daya
manusia (guru) yang matang, produktivitas kerja dari yang sudah ada
dapat ditingkatkan. Hal ini dapat terwujud melalui adanya penyesuaian-
penyesuaian tertentu, seperti peningkatan disiplin kerja, dan peningkatan
keterampilan sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan
langsung dengan kepentingan organisasi.96
Setiap tahun, menjelang dimulainya tahun ajaran baru, Kepala
sekolah membuat perencanaan kinerja dan menyusun program tahunan
yang terkait dengan guru diantaranya:
1. Program pengajaran antara lain: kebutuhan tenaga guru sehubungan dengan kepindahan dan lain-lain, pembagian tugas mengajar, pengadaan buku-buku pengajaran, alat-alat pengajaran dan praga, pengadaan dan pengembangan laboratorium, pengadaan dan pengembangan perpustakaan, sistem penilaian hasil belajar, kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain.
2. Program kesiswaan seperti; syarat-syarat dan prosedur penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, pembagian kelas, bimbingan dan konseling, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
3. Kepegawaian seperti penerimaan dan penempatan guru, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai, kesejahteraan guru dan pegawai, mutasi dan promosi dan sebagainya.
4. Keuangan mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang direncanakan baik keuangan yang berasal dari pemerintah maupun yayasan.
5. Perlengkapan mencakup perbaikan dan reliabilitas gedung, penambahan ruang kelas, perbaikan dan pemugaran pagar pekarangan, perbaikan dan pengadaan lapangan olah raga, pengadaan dan perbaikan meja-kursi siswa dan sebagainya.97
Kemudian terkait dalam kinerja guru juga membuat rencana
pembelajaran di awal tahun, diantaranya:
1. Perencanaan guru dalam program kegiatan pembelajaran, dilihat dari kemampuan guru menyusun program kegiatan pembelajaran.
95 Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 41-42. 96 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya manusia ( Jakarta: Bumi Aksara, 2016) hlm. 45. 97 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2016), hlm. 107.
46
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Diataranya pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, penggunaan metode pembelajaran.
3. Evaluasi dalam kegiatan.98
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan antara
lain: pertama faktor-faktor meliputi politik, ekonomi, waktu, hukum, dan
peraturan-peraturan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keberadaan sekolah, kendala tersebut adalah berkaitan dengan pimpinan
sebagai top manager dan top leader, serta keterlibatan sumber daya
manusia.99
Tujuan perencanaan kinerja diwujudkan dalam bentuk outcomes
atau manfaat. Sebagai kesimpulan proses perencanaan kinerja
diharapkan tugas pekerjaan dan sasaran kinerja akan sejalan dengan
tujuan dan sasaran unit kerja. guru akan memahami hubungan dan
tanggung jawabnya dengan tujuan menyeluruh. Uraian tugas dan
tanggung jawab yang akan di dilakukan dapat dimodifikasi dan
mencerminkan setiap perubahan dalam konteks pekerjaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah, guru dan karyawan. Untuk mewujudkan visi dan misi
sekolah yang ditetapkan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Kepala sekolah pada bagian ini dituntut untuk dapat
mengorganisasikan dan menggerakan personil di lembaga maupun
institusinya, kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana kerja
yang sehat seperti pada guru, karyawan dengan memupuk dan
memelihara kesediaan bekerja sama di dalam kelompok demi tercapainya
tujuan bersama, menanamkan dan memupuk perasaan anggota masing-
masing bahwa mereka termasuk dalam kelompok dapat dibentuk melalui
penghargaan terhadap usaha-usahanya dan sifat ramah tamah.
98 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru edisi kedua (Jakarta: Rajagafindo Persada, 2013), hlm. 75-79. 99 H.E. Syarifudin, Manajemen Pendidikan ( Jakarta: Diadet Media, 2011), hlm. 56.
47
Organisasi biasanya menggambarkan lima aspek struktur
organisasi yaitu pembagian tugas, para pemimpin dan bawahan, jenis
pekerjaan yang dikerjakan, pengelompokan bagian yang dikerjakan
(fungsional, daerah, proyek) dan tingkatan manajemen.100 Guru perlu
pengorganisasian khusus dari pimpinannya, agar mereka dapat
menggunakan untuk melaksanakan kewajiban sesuai kompetensi yang
dimilikinya. Kepala sekolah perlu melakukan pengorganisasian secara
bertahap agar menghasilkan penempatan guru dan karyawan yang efektif
dan efisien, dimana bisa berkreasi dan berinovasi dalam memajukan
sekolah.
Tujuan pengorganisasian (organizing) adalah mencapai upaya
yang terkoordinasi dengan cara menentukan tugas dan hubungan otoritas,
pengorganisasian berarti penentuan siapa yang melakukan apa dan siapa
yang harus memberi tanggung jawab kepada siapa.101 Disisi lain
organisasi merupakan suatu sistem kerjasama daripada sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama. Dan organisasi juga merupakan
hubungan-hubungan yang terpolakan di antara orang-orang berurusan
dengan aktivitas-aktivitas ketergantungan yang diarahkan pada satu
tujuan tertentu.102 Sedangkan Menurut Siagian (1985) di dalam
Suryobroto pengorganisasian harus mempunyai prinsip-prinsip kerja
sebagai berikut:
a) Organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas. b) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap anggota organisasi. c) Tujuan organisasi harus dapat menerima oleh setiap orang dalam
organisasi. d) Adanya kesatuan arah. e) Adanya kesatuan perintah. f) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
seorang dalam menjalankan tugasnya. g) Adanya pembagian tugas yang jelas.
100 Sukanto Reksohaddiprojo, Dasar-Dasar Manajemen ( Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm. 37. 101Fred R. David, Stategec Management Stratigis (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 193 102Syarifuddin, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Diadit Media, 2011), hlm. 65.
48
h) Struktur organisasi harus disusun secara sesederhana mungkin. i) Pola dasar dari organisasi harus relatif permanen. j) Adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi. k) Adanya balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap
anggota organisasi. l) Penempatan orang yang bekerja dalam organisasi hendaklah
sesuai dengan kemampuannya.103 Sedangkan pengorganisasian menurut Handoko (2003) dalam
Husaini adalah:
a) Cara manajemen merancang struktur formal untuk menggunakan yang paling efektif terhadap sumber daya keuangan, bahan baku dan tenaga kerja organisasi.
b) Bagaimana organisasi mengelompokan kegiatannya, dimana setiap pengelompokan diikuti penugasan seorang manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok.
c) Hubungan antara fungsi jabatan, tugas karyawan. d) Cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam
departemen dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.104
Dalam termenologi agama Islam apa yang disebut amal soleh
bukan sekedar amal keakhiratan, tetapi semua karya yang berbasis
keimanan yang juga berarti keteraturan, tertib, kotinyunitas, akuntabilitas
(amanah) terprogram dan berdampak bagi kemaslahatan semua. Ini
semua berarti Islam menawarkan sistem pengorganisasian yang handal
dan matang, seperti dikatakan Ali bin Abi Thalib, dalam Qomar bahwa:
الحق بلا نظام يـغلبه الباطل �لنظام
Artinya: “ Suatu kebaikan (hak) tanpa terorganisasi dengan baik akan sangat mudah terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.105
Berdasarkan berbagai pendapat tentang organisasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang disebut pengorganisasian adalah proses kerja
sama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. 103Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 25. Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, edisi 4 ( Jakarta, Bumi Aksara, 2016), hlm. 171. 104 Ibid, hlm. 171. 105 Mujamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam (Malang: Erlanga, 2009), hlm. 30.
49
Jadi, dalam setiap organisasi terkandung tiga unsur, yaitu (1) kerja sama,
(2) dua orang atau lebih, dan (3) tujuan yang hendak dicapai.
c. Pergerakan/Pelaksanaan (Actuating)
Lembaga pendidikan memerlukan manajemen yang dapat
menggerakan lembaga kepada tujuan yang diharapkan. Selanjutnya
dilakukan pembinaan yang intensif kepada pendidik, agar dapat
menghayati landasan-landasan filosofinya yaitu menjadi pendidikan
profesional dan kompeten.106 Kepala sekolah menjalankan manajer
terhadap pelaksanaan pekerjaan guru-guru dan karyawan lainnya di
sekolah. Melalui fungsi ini kepala sekolah dapat berupaya untuk memberi
perintah pekerjaan kepada guru. Menggerakan guru salah satunya dalam
bentuk perintah, perintah dimaksudkan untuk memperlancar tujuan
organisasi.
Pelaksanaan atau penggerakan merupakan aspek hubungan
manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya yang efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan. Penggerakan dimaksudkan agar semua
anggota kelompok mau kerjasama secara ikhlas serta bergairah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian. Kegiatan dalam fungsi ini meliputi:
a) memberikan tugas, tanggung jawab dan wewenang. b) memotivasi orang untuk melakukan hal-hal yang semestinya
dilakukan. c) mengembangkan dan melatih yaitu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan setiap unit kerja agar dapat tercapai kerjasama yang efektif.
d) mendorong timbulnya pemikiran-pemikiran alternatif pemecahan masalah dari bawahan dan mengatasi konflik yang terjadi.
e) merespon timbulnya kreativitas dan pembaharuan dalam usaha mencapai tujuan.
Dengan demikian, pelaksanaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah, guru penting dalam manajemen. Kepala sekolah, guru, sebagai
106 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Mencerdaskan Bangsa (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 21.
50
manajer yang mampu menggerakkan bawahannya dalam pelaksanaan
yang sudah pasti mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi motivasi,
usaha untuk membangkitkan semangat kerja bawahannya. Karena unsur
pelaksanaan dominan kepala sekolah, guru dalam melaksanakan
tugasnya, harus memperhatikan tiga hal yaitu:
a) Memperhatikan elemen-elemen manusia dalam semua tindakan-tindakan manajerial serta masalah-masalah.
b) Mencari keterangan tentang kebutuhan apa yang dirasakan oleh setiap warga sekolah/madrasah dan berusaha memenuhi kebutuhan ini.
c) Memperhatikan kebutuhan dan kepentingan kelompok yang ikut serta dan terlibat.107
Menurut Cunningham Yang dikutif oleh Hamzah B.Uno, (2008:1)
dalam Martinis Yamin menjelaskan perencanaan merupakan penyeleksi
dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk
masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan
memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan
dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan
dalam penyelesaian.108 Pelaksanaan ini menekankan pada usaha
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang
akan datang serta usaha untuk mencapainya.
d. Pengawasan/Kepala Sekolah (Controlling/Leadership)
Fungsi manajemen terakhir adalah pengawasan merupakan
tindakan yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi.
Pengawasan adalah proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi. Pengawasan adalah suatu cara lembaga mewujudkan kinerja
dan mutu yang efektif dan efisien dan lebih jauh mendukung terwujudnya
visi/misi lembaga atau organisasi.109 Fungsi pengendalian/pengawasan
merupakan suatu unsur manajemen pendidikan untuk melihat apakah
107Baharuddin dan Moh Makin, Manajemen Pendidikan Islam, hlm. 106. 108 Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm. 40. 109 Irham Fahmi, Manajemen, Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 84.
51
segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang
digariskan dan di samping itu merupakan hal terpenting untuk
menentukan rencana kerja yang akan datang. Sedangkan unsur-
unsurnya, yaitu: (1) adanya proses dalam menetapkan pekerjaan yang
telah dan akan dikerjakan, (2) sebagai alat untuk menyuruh orang bekerja
menuju sasaran-sasaran yang ingin dicapai, (3) memonitor, menilai, dan
mengoreksi pelaksanaan pekerjaan, (4) menghindarkan dan memperbaiki
kesalahan, penyimpangan atau penyalahgunaan, (5) mengukur tingkat
efektivitas dan efisiensi kerja.
Fungsi pengawasan dalam lembaga pendidikan adalah suatu
proses endeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi kinerja guru dan apabila perlu menerapkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana.110
Firman Allah SWT juga menerangkan dan mendorong manusia untuk
berkarya seperti yang terdapat dalam surat Al-Mulk ayat 2 berbunyi:
“Ï% ©!$# t, n=y{ |Nöθ yϑø9 $# nο4θ u‹ ptø: $#uρ öΝä.uθ è=ö7u‹ Ï9 ö/ ä3•ƒ r& ß|¡ ôm r& Wξ uΚ tã 4 uθ èδ uρ Ⓝ Í•yè ø9 $# â‘θ à�tó ø9 $# ∩⊄∪
Artinya: “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kami,
siapa di antara kamu lebih baik amalnya. Dan dia maha perkasa lagi maha pengampun.111
Penjelasan dalam al-Qur’an tersebut bahwa harus mempunyai
standar kualitas yang menjamin kepuasan stakeholders. Ini memerlukan
kontrol atau pengawasan terpercaya (amanah). Sifat amanah merupakan
salah satu sifat Rasul yang erat kaitanya dengan sistem manajemen.
4. Manajemen Kinerja
Surya Darma mengartikan manajemen kinerja adalah suatu
proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok
110Ibid, hlm. 395. 111 Anonim, Al-Qur’an...Op.Cit, hlm. 67.
52
dan individu yang digerakan oleh manajer.112 Sedangkan R.K. Suhu
berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah:
Performance management system is the process of performance, Planning (goal setting), performance monitoring and coaching. Measuring (evaluating) individual performance linked to organizational goals, giving him/her feedback, rewarding the individual based on his/her achievement againt set performance goal and required competencies, and working out a plan for his/her development.
Dari gambar 2.4. PMS
Artinya sistem manajemen kinerja adalah proses kinerja dimulai
dengan, Perencanaan (penetapan tujuan), pemantauan kinerja dan
pembinaan. Mengukur (mengevaluasi) kinerja individu yang terkait dengan
tujuan organisasi, memberikan umpan balik kepadanya, memberi
penghargaan kepada individu berdasarkan prestasinya dan menetapkan
tujuan kinerja dan kompetensi yang dibutuhkan, dan menyusun rencana
untuk pengembangannya.113 Kemudian Bacal dalam Wibowo memandang
manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara
terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan secara
langsung.114
Sedangkan Armstrong dalam Wibowo merangkum dan
memperkaya pengertian manajemen kinerja antara lain:
1. Manajemen kinerja adalah sarana untuk mendapatkan hasil lebih baik dari organisasi, tim dan individual dalam kerangka kerja yang
112 Surya Darma, Manajemen Kinerja, Falsafah dan Penerapannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 1. 113 R.K Sahu, Performance Management System, (New Delhi, 2007), hlm. 3. 114 Ibid, hlm. 7
53
disepakati dalam perencanaan tujuan, sasaran dan standar. (Armstrong dan Murlis, 1994).
2. Proses manajemen kinerja adalah proses dengan mana perusahaan mengelola kinerjanya selaras dengan strategi dan sasaran korporasi dan fungsional. Sasaran dari proses ini adalah mengusahakan sistem putaran tertutup secara proaktif, di mana strategi korporasi dan fungsional disebarkan pada semua proses, aktivitas, tugas dan personel bisnis, dan umpan balik diperoleh melalui sistem pengukuran kinerja untuk memungkinkan keputusan manajemen yang tepat (Bitici, Carrie dan McDevitt, 1997).
3. Manajemen kinerja adalah suatu rentang dari praktik organisasi yang terkait dalam meningkatkan kinerja dari target orang atau kelompok dengan tujuan akhir memperbaiki kinerja organisasi (DeNisi, 2000).
4. Manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang dilakukan (Bacal, 1994).
5. Manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pengiring yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi sumber daya (Castello, 1994).115
Kemudian Amstrong dan Baron (1998) dalam Farid Poniman
mengartikan manajemen kinerja adalah:
“Strategik and integrated approach to increase the effectiveness of companies by improving the performance of the people who work in them and by developing the capabilities of teams and individual contributor”.116 Manajemen kinerja disini maksudnya adalah pendekatan strategis
dan terpadu untuk meningkatkan efektivitas perusahaan dengan
meningkatnya kinerja orang-orang bekerja di dalamnya dengan
mengembangkan kemampuan tim dan contributor individu. Hal ini
memungkinkan karyawan menyelaraskan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi dan dengan proses manajemen kerja.
Proses efektivitas manajemen kinerja dalam memperoleh
kegunaan, lebih objektif, maka proses melalui siklus adalah:
115 Ibid, hlm. 9. 116 Farid Poniman, Yayan Hadiyat, Manajemen HR STIFIn, Terobosan Mendongkrak Produktivitas (Jakarta: Pt Gramedia, 2015) hlm. 33.
54
a. Perencanaan kinerja (performance planning) yaitu proses [persatuan target dan sasaran yang akan dicapai.
b. Proses pemantauan kinerja (performance review) yaitu proses yang dilakukan atasan atau manajer untuk melakukan monitoring berjalan (on-going-review) dan melakukan umpan balik atau feedback atas kinerja yang telah dicapai, termasuk melakukan intervensi-intervensi yang dianggap perlu.
c. Proses penilaian atau evaluasi (performance appraisal) yaitu proses penilaian secara formal terhadap kinerja individual karyawan dan memberikan feedback atas keseluruhan dari hasil evaluasi kinerja. 117
Proses manajemen kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2. Proses Manajemen Kinerja Dari gambar diatas siklus manajemen kinerja dimulai dengan
perencanaan kemudian dengan pelaksanaan terakhir peninjauan ulang
atau review dari hasil yang kita kerjakan. Siklus ini adalah terus-menerus
dimana karyawan dan pimpinannya berinteraksi dan komunikasi tentang
bagaimana keterlibatan mereka dengan target dan sasaran yang
diharapkan organisasi.
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa manajemen
kinerja merupakan suatu proses yang dapat mendorong pada
pengembangan kinerja baik kinerja individu, tim, maupun organisasi
kearah yang lebih baik dan berkualitas, melalui komunikasi yang
berkesinambungan antara pimpinan dan pegawai sejalan dengan apa
yang diharapkan oleh organisasi. Manajemen kinerja memfokuskan diri
pada upaya untuk menjadikan kinerja sebagai pusat perhatian dalam
meningkatkan dan mengembangkan kinerja individu dan team agar dapat 117 Ibid, hlm. 5.
55
member kontribusi yang makin meningkat bagi organisasi sesuai dengan
tujuan organisasi.
Pengelolaan/manajemen kinerja dapat dikatakan bahwa pada
hakikatnya manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja
dikelolah. Dasar untuk melaksanakan manajemen kinerja adalah
perumusan tujuan, terciptanya konsensus dalam kerja sama, sifatnya
berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik.
Melaksanakan manajemen kinerja akan memberikan manfaat bagi
organisasi, tim, dan individu. Manajemen kinerja mendukung tujuan
menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja
dan manajer pada keseluruhan unit kerjannya. Pekerja memainkan peran
kunci atas keberhasilan organisasi. Seberapa baik seorang pemimpin
mengelolah kinerja bawahan akan secara langsung mempengaruhi kinerja
individu, unit kerja, dan seluruh organisasi.
Pengelolaan kinerja diawali dengan perumusan dan penetapan
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan organisasi dicapai melalui
serangkaian kegiatan, dengan mengarahkan semua sumber daya yang
diperlukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Tujuan yang diharapkan
tersebut merupakan titik awal dalam perencanaan organisasi. Atas dasar
tujuan tersebut, dirancang sumber daya diperlukan, baik sumber daya
alam, sumber daya capital, sumber daya manusia, teknologi, dan
mekanisme, kerja yang ditempuh dalam mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berada
di luar kekuasaan organisasi. Namun, tidak kalah pentingnya adalah
faktor-faktor internal yang masih dalam kewenangan organisasi sendiri.
Kinerja organisasi (sekolah) juga ditunjukan oleh bagaimana proses
berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam
proses pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring, penilaian,
dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja secara periodik untuk
mengetahui pencapaian kemajuan kinerja yang dilakukan prediksi apakah
terjadi deviasi pelaksanaan terhadap rencana kerja yang dapat
56
mengganggu pencapaian tujuan. Atas dasar penilaian tersebut, dilakukan
review bersama antara atasan dan bawahan untuk mengetahui apakah
terdapat kesalahan dalam proses kinerja. Berdasarkan hasil review,
diberikan umpan balik untuk melakukan koreksi terhadap perencanaan
kinerja maupun implementasi kinerja. Disisi lain, untuk meningkatkan
kinerja dilakukan pembinaan sumber daya manusia melalui coaching,
mentoring, dan counselling.118
Dengan demikian pengelolaan kinerja dalam suatu lembaga
pendidikan menempati posisi penting dalam meningkatkan kinerja guru
dalam suatu organisasi yang akan sangat menentukan bagi
keberlangsungan organisasi dalam menjawab dan mengantisipasi
perubahan yang terjadi akibat globalisasi dengan tingkat persaingan yang
sangat tinggi. Darry D. Enos (2000:4-6) mengemukakan beberapa faktor
yang mendorong pada makin pentingnya manajemen kinerja yaitu:
Competition, An increase knowledge and demand, repid techonology,
human resources needs and desires, the human being have a powerful
need to be competens, incredible and growing knowledge availability.119
Dengan kondisi yang demikian, upaya untuk mengembangkan
kinerja kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuan organisasi serta
tuntutan perubahan menjadi suatu hal yang sangat strategis dalam suatu
organisasi/ lembaga pendidikan. Apabila melihat suatu perubahan terjadi
di masyarakat sangat cepat dan memerlukan respon yang adaptif dan
proaktif, oleh karena itu manajemen kinerja dapat menjadi cara yang tepat
dan menentukan bagi upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja
organisasi dari mulai tingkatan strategis organisasi sampai tingkatan
individu dalam menghadapi semua tuntutan akibat perubahan yang
terjadi. Selain proses manajemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah
instansi atau organisasi, kinerja dalam suatu instansi juga perlukan.
Karena, kinerja merupakan hasil kinerja dan juga penilaian atas kerja
118 Ibid, hlm. 4. 119 Ibid, hlm. 159
57
seseorang yang berkecimpung dalam dunia kerja sebuah instansi, oleh
karenanya kinerja juga membutuhkan manajemen, agar hasil yang
diperoleh atau kinerja dari para pekerja atau karyawan dapat mencapai
hasil yang ditujukan oleh instansi.
Merujuk pada pengertian model pengelolaan kinerja guru, maka
model pengelolaan dapat diartikan sebagai pola/bentuk atau prosedur
kerja yang teratur dan sistematis yang dijadikan acuan dalam menjalankan
yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan agar
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan karyawan/tenaga pendidik
sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka dalam menunjukan
kemampuan dan keberhasilan mereka melaksanakan tugas-tugas.
Model Deming menggambarkan proses manajemen kinerja dimulai
dengan menyusun rencana, melakukan tindakan, memonitor jalannya dan
hasil pelaksanaan, dan akhirnya melakukan review atau peninjauan
kembali atas jalanya pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan yang telah
dicapai.
Manajemen kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses
manajemen kinerja dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar: 2.3. The Performance Management cycle William Deming (1986).120
120 Michael Armstrong, Armstrong’s Handbook Of Performance Management An Evidence-based Guide to Delivering High Performance (London : United Kingdom, 2009), hlm. 62.
Hasil kegiatan monitoring dan
kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Namun, dapat terjadi
adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai.
Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki
kinerja agar tujuan yang telah direncan
waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langka yang diambil
adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan
tujuan yang sudah diterapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses
kerja akan berulang kembali
Model proses kinerja Deming dinamakan
Model manajemen kinerja Torrington dan Hall melalui tahapan yang
hampir sama dengan siklus Model Deming dengan aktivitas berbeda.
Tahapan siklus Model Torrington dan
merumuskan/menentukan harapan kinerja; (2) menentukan dukungan
yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan; (3) pelaksanaan
kinerja dengan melakukan peninjauan kembali
terhadap kinerja; dan (4) melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja
yang harus dijaga untuk mencapai tujuan.
Torrington dan Hall dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4: Model Manajemen Sumber: Michael Armstrong dan Angela Barron.
121 Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima24.
Hasil kegiatan monitoring dan review dapat disimpulkan bahwa
kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Namun, dapat terjadi
adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai.
Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki
kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada
waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langka yang diambil
adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan
tujuan yang sudah diterapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses
kerja akan berulang kembali melalui tahapan-tahapan tersebut di atas.
Model proses kinerja Deming dinamakan Siklus.121
Model manajemen kinerja Torrington dan Hall melalui tahapan yang
hampir sama dengan siklus Model Deming dengan aktivitas berbeda.
Tahapan siklus Model Torrington dan Hall melalui tahapan: (1)
merumuskan/menentukan harapan kinerja; (2) menentukan dukungan
yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan; (3) pelaksanaan
kinerja dengan melakukan peninjauan kembali (review) dan penilaian
terhadap kinerja; dan (4) melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja
yang harus dijaga untuk mencapai tujuan. Model manajemen kinerja
Torrington dan Hall dapat dilihat pada gambar berikut ini.
: Model Manajemen Kinerja Torrington dan HallSumber: Michael Armstrong dan Angela Barron.
Performance Management, 1998:57
Manajemen Kinerja Edisi Kelima (Depok, Rajagrafindo Persada, 2017), hlm.
58
isimpulkan bahwa
kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Namun, dapat terjadi
adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai.
Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki
akan dapat tercapai pada
waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langka yang diambil
adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan
tujuan yang sudah diterapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses
tahapan tersebut di atas.
Model manajemen kinerja Torrington dan Hall melalui tahapan yang
hampir sama dengan siklus Model Deming dengan aktivitas berbeda.
Hall melalui tahapan: (1)
merumuskan/menentukan harapan kinerja; (2) menentukan dukungan
yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan; (3) pelaksanaan
) dan penilaian
terhadap kinerja; dan (4) melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja
Model manajemen kinerja
Kinerja Torrington dan Hall Sumber: Michael Armstrong dan Angela Barron.
(Depok, Rajagrafindo Persada, 2017), hlm.
Model manajemen kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge cukup
sederhana yang disebut sistem, terdiri dari tiga bagian: (1)
Planning (perencanaan kinerja), yaitu menetapkan tujuan, sasaran, dan
standar kerja; (2) Day
execution (pelaksanaan), yaitu mengamati dan memonitor kinerja, memuji
kemajuan dan mengarahkan ulang jika diperlukan; dan (3)
Evaluation(evaluasi kinerja) atau
dan pembelajaran), yaitu duduk bersama meninjau ulang kinerja di akhir
periode waktu. Model Kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.5: Model Manajemen Kinerja
Dari teori model pengelolaan kinerja guru di atas maka model
kinerja dapat diartikan sebagai pola/bentuk atau prosedur kerja yang
teratur dan sistematis yang dijadikan acuan dalam menjalankan yang
dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan agar peng
kemampuan, dan keterampilan karyawan/tenaga pendidik sesuai dengan
tuntutan pekerjaan mereka dalam menunjukan kemampuan dan
keberhasilan mereka melaksanakan tugas
kinerja guru merupakan prosedur kerja yang teratur dan ter
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar kompetensi tenaga
pendidik sesuai dengan tuntutan tugas profesinya. Model pengelolaan
kinerja guru dapat dilakukan dengan layanan supervisi pendidikan atau
melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan M
Pelajaran (MGMP). dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Model manajemen kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge cukup
sederhana yang disebut sistem, terdiri dari tiga bagian: (1)
anaan kinerja), yaitu menetapkan tujuan, sasaran, dan
standar kerja; (2) Day-to-Day Coaching(coaching setiap hari) atau
(pelaksanaan), yaitu mengamati dan memonitor kinerja, memuji
kemajuan dan mengarahkan ulang jika diperlukan; dan (3)
(evaluasi kinerja) atau Review and Learning(peninjauan ulang
dan pembelajaran), yaitu duduk bersama meninjau ulang kinerja di akhir
periode waktu. Model Kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:
: Model Manajemen Kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge
Dari teori model pengelolaan kinerja guru di atas maka model
kinerja dapat diartikan sebagai pola/bentuk atau prosedur kerja yang
teratur dan sistematis yang dijadikan acuan dalam menjalankan yang
dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan agar peng
kemampuan, dan keterampilan karyawan/tenaga pendidik sesuai dengan
tuntutan pekerjaan mereka dalam menunjukan kemampuan dan
keberhasilan mereka melaksanakan tugas-tugas. Model pengelolaan
kinerja guru merupakan prosedur kerja yang teratur dan ter
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar kompetensi tenaga
pendidik sesuai dengan tuntutan tugas profesinya. Model pengelolaan
kinerja guru dapat dilakukan dengan layanan supervisi pendidikan atau
melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
59
Model manajemen kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge cukup
sederhana yang disebut sistem, terdiri dari tiga bagian: (1) Performance
anaan kinerja), yaitu menetapkan tujuan, sasaran, dan
setiap hari) atau
(pelaksanaan), yaitu mengamati dan memonitor kinerja, memuji
kemajuan dan mengarahkan ulang jika diperlukan; dan (3) Performance
(peninjauan ulang
dan pembelajaran), yaitu duduk bersama meninjau ulang kinerja di akhir
periode waktu. Model Kinerja Ken Blanchard dan Garry Ridge dapat dilihat
Ken Blanchard
Dari teori model pengelolaan kinerja guru di atas maka model
kinerja dapat diartikan sebagai pola/bentuk atau prosedur kerja yang
teratur dan sistematis yang dijadikan acuan dalam menjalankan yang
dilakukan oleh organisasi atau lembaga pendidikan agar pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan karyawan/tenaga pendidik sesuai dengan
tuntutan pekerjaan mereka dalam menunjukan kemampuan dan
Model pengelolaan
kinerja guru merupakan prosedur kerja yang teratur dan tersistematis
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar kompetensi tenaga
pendidik sesuai dengan tuntutan tugas profesinya. Model pengelolaan
kinerja guru dapat dilakukan dengan layanan supervisi pendidikan atau
usyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
60
Supervisi merupakan pengawasan profesional dalam bidang
akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang
kerjanya yang menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang mendalam
serta kesanggupan untuk melihat peristiwa pembelajaran dalam misi
utama memberikan pelayanaan kepada guru untukmengembangkan mutu
pembelajaran. Boardman et al., dalam Supardi, menjelaskan bahwa
supervisi pendidikan adalah suatu usaha mendorong, mengkoordinasikan
dan membimbing secara kontinu guru-guru di sekolah baik individu
maupun kelompok agar lebih efektif mewujudkan fungsi pembelajaran.122
Pandangan yang dikemukakan di atas menunjukan bahwa supervisi
merupakan pengawasan yang merupakan bagian dari fungsi manajemen
sekolah.
Berdasarkan sejumlah pendapat pakar mengenai model
pengelolaan kinerja, maka setidaknya ada empat model pengelolaan
kinerja yaitu: Perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling). Indikator model
pengelolaan kinerja sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Model Pengelolaan Kinerja
5. Kinerja Guru
Kinerja (performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara
bertindak dalam melakukan fungsi organisasi. Performance sering
diartikan sebagai kinerja, hasil kerja, atau prestasi kerja, tetapi juga proses
kerja yang berlangsung. Kinerja merupakan terjemahan dari
kata”performance”(Jop Performance). Secara etimologis performance
122 Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016), hlm. 75.
61
berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau
melaksanakan, sedangkan kata “performance” berarti The act performing;
execution (Webster Super New School and Office Dictionary).123
Sedangkan Nasrullah dalam Wirawan mengartikan kinerja merupakan
singkatan dari kinetika energi kerja yang padannya bahasa Inggris adalah
performance, yang sering di Indonesiakan menjadi performa. 124
Kinerja (performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara
bertindak dalam melakukan fungsi organisasi. Performance seiring
Diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. Sebenarnya,
kinerja merupakan suatu kunstruk. Kinerja memiliki makna yang lebih luas,
bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana
proses kerja berlangsung.
Islam mengurus semua aspek kehidupan termasuk bentuk
hubungan horizontal sesama manusia. Tuntutan agar hidup produktif dan
positif adalah: pertama, menggunakan potensi yang telah menjadi
anugerah Allah untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan memproduksi.
Kedua bertawakal kepada Allah, berlindung, dan meminta pertolongan
kepada-Nya. Ketiga percaya kepada Allah dan mampu menolak
kesombongan dan kediktatoran, Allah berfirman:
×π tƒ#u uρ ãΝçλ °; ÞÚö‘ F{ $# èπ tGø‹ yϑø9 $# $ yγ≈uΖ÷�u‹ ôm r& $ oΨô_ {�÷zr&uρ $ pκ÷]ÏΒ $ {7 ym çµ ÷ΨÏϑsù tβθ è=à2ù' tƒ ∩⊂⊂∪
$ oΨù=yèy_ uρ $ yγŠÏù ;M≈ ¨Ζy_ ÏiΒ 9≅ŠÏƒΥ 5=≈oΨôãr& uρ $ tΡö� ¤f sùuρ $ pκ� Ïù z ÏΒ Èβθ ã‹ãè ø9 $# ∩⊂⊆∪ (#θ è=à2ù' u‹Ï9 ÏΒ
ÍνÌ� yϑrO $tΒ uρ çµ÷Gn=Ïϑtã öΝÍγƒÏ‰÷ƒ r& ( Ÿξsùr& tβρã�à6 ô±o„ ∩⊂∈∪
Artinya: Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan; 34. dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air; 35.
123 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 144. 124 Nasrullah Nursam, Journal of Islamic Education Management, Vol.2. N0. 2. Oktober, 2017, hlm. 168.
62
supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur. (Q.S. Yasin: 33-35).125
Quraisy Syihab menjelaskan, (dan suatu tanda bagi mereka)
menunjukkan bahwa mereka akan di bangkitkan kembali, kedudukan qoul
ini menjadi khabar muqqadam (adalah bumi yang mati) dibaca maytati
atau mayyitati yang berarti (kami kehidupan bumi itu) dengan air, selain itu
menjadi mubtada muakhkar (dan kami keluarkan dari padanya biki-bijian)
seperti gandum (maka dari padanya mereka makan).
Terkait dengan ayat di atas poin yang penting dalam penjelasan
ayat tersebut antara lain: (1) tentang kekuasaan Allah Ta’ala akan
kemampuan menghidupkan bumi setelah kematiannya. Allah mensifati
bumi dengan kematian dan mensifati dengan kehidupan; (2) tentang
kenikmatan Allah melalui yang Allah keluarkan dari bumi untuk manusia,
seperti biji-bijian dan buah-buahan; (3) beberapa keutamaan dari
diciptakannya beragam jenis pepohonan dan buah; (4) kewajiban
bersyukur kenikmatan Allah berikan; (5) Allah mensucikan dzat-Nya dari
segala macam kekurangan dan cela; (6) perhatian khusus terhadap
wahdaniyyah Allah dan perbedaan-Nya dengan para makhluk.126
Penjelasan dari ayat tersebut adalah agar manusia bersyukur
kepada Allah dengan cara beriman kepadanya, karena Allah telah
memberi kesempatan atas nikmat untuk lebih produktif dan berkinerja baik
dalam hidupnya. Selanjutnya setiap muslim dituntut memiliki keahlian
yang mumpuni dalam suatu bidang pekerjaan tertentu, disertai dengan
keimanan dan keyakinan yang kuat, agar semuanya melahirkan amal
shaleh yang pahalanya tidak akan terputus, seperti digambarkan dalam
Q.S. At-Thin ayat 6:
āω Î) t Ï%©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θ è=ÏΗxåuρ ÏM≈ys Î=≈ ¢Á9 $# óΟ ßγ n=sù í� ô_ r& ç�ö� xî 5βθãΨøÿxΕ ∩∉∪
125Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit, hlm. 443. 126http://sepdhani.wordpress.com/2018/09/13/tafsir-dan-pelajaran-surah-yaasin-ayat 3.40/.
63
Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (Q.S. At-Thin:6).127
Penjelasan ayat 6 dalam surat At-Thin sangat erat kaitannya
dengan ayat sebelumnya. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang
paling baik di antara makhluk lainnya, baik secara jasmania maupun
rohaniah. Ia dapat berdiri tegak, berbicara berilmu, mengatur lagi bijak.
Hal ini disebabkan manusia dibekali dengan akal fikiran dan hati yang
dapat berfungsi dengan baik. Sehingga memungkinkan bagi manusia
untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Konsekuen si daripada itu,
manusia akan menjadi makhluk yang paling hina apabila tidak bersyukur,
selalu bermaksiat dan tidak mentaati perintah Allah.
Allah memberikan solusi agar selamat dari kehinaan tersebut
adalah bersungguh-sungguh dalam keimanan dan membuktikannya
dengan beribadah dan beramal shaleh. Mereka akan mendapatkan
pahala yang tidak akan putus-putusnya, yaitu balasan surga dengan
segala kenikmatannya dan kekal di dalamnya.
Ayat diatas didukung oleh hadits yang esensinya pentingnya
memiliki semangat dalam bekerja, atau anjuran untuk memiliki kinerja
yang baik seperti yang tersebut dalam hadits yang diriwayatkan HR.
Bukhari, Rasulullah SAW menegaskan:
لأن ?خذ : ((صلى الله عليه وسلم –قال رسول الله : قال , 6 –ن أبي عبد الله الزبير بن العوام وعفيكف الله Qا , فـيأتي جحزمة من حطب عل ظهره فـيبيعها, أحدكم أحبـله ثم ?تي الجبل
ر له من أ , وجهه أعطوه أومنـعوه , ن يسأل الناس خيـ
Artinya: “Dari Abi Abdillah al-Zubair bin Awam ra, Rasulullas SAW bersabda;” seseorang membawah tali dan pergi kegunung (untuk mencari kayu), kemudian ia memikul seikat kayu bakar diatas pundaknya dan menjualnya, lalu Allah SWT menjaga
127 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit, hlm. 598.
64
kehormatannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik diberi atau tidak”. (HR. Bukhari).128
Dari hadits di atas, kita dapat memahami betapa Islam sangat
menghargai seseorang yang mau bekerja, mau bersusah payah mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sehingga, pekerjaan
apapun, selama tidak melanggar syariat Islam. Yang di kerjakan
bersungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, dinilai sebagai ibadah di sisi
Allah SWT. Selain itu, kinerja merupakan tolak ukur seseorang dalam hal
integrasi amalan keilmuan.129 Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
al-Thabrânî sebagai berikut:
ا� يـوم القيامة عالم لم " قال رسول الله: قال , عن أبي هريـرة 6... فعه أشد الناس عذ يـنـ ".علمه
Artinya: ...”Dari Abu Khoroirah Rasulullah SAW, pernah bersabda: “Orang yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah ilmuan yang tidak bermanfaat ilmunya” (HR. al-Thabrânî, Juz 1 hlm. 183)
Hadist ini dikemukakan oleh al-Ghazali dalam kitabnya Bidayat al-
Hidayah untuk menjelaskan agar selalu mengamalkan ilmu yang sudah
dituntut.130 Dapat ditangkap adanya pesan bahwa dalam Islam, puncak
dari aktivitas menuntut ilmu adalah dengan mengamalkan ilmu tersebut
demi keselamatan umat.131
Whitmore secara sederhana mengemukakan kinerja adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, atau suatu
perbuatan, suatu prestasi atau perbuatan seseorang melalui keterampilan
128 Muslich Shabir, Riyadhus Shalihin Jus1 (Semarang: Karya Thoha Putra, 2004), hlm. 288. 129 Al-Bukhari, Abu Abdillah, Muhammad Ismail, Al-Jami’ Ash-shahih al-Mukhtashar, Bairut; Bairut: Dar Ibnu Katsir, 1987. 130 Global Islamic, Sofware Company, Mausu’ah al-Hadits As-Syarif, Ishdar as-Tsani, 1991-1997. 131 Ahmad Ibn Ali Abu Bakar al-Khatib al-Bahgdâdî, Târîh Bahgdâdî, vol. IX, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyâh, Beirût, t,t.
65
nyata.132 Menurut Amstrong yang dikutip Wibowo, kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi.133
Menurut Muhammad Busro kinerja adalah unjuk kerja, penampilan
kerja, secara kualitas dan kuantitas yang disuguhkan oleh pegawai, baik
secara individu maupun kelompok dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tugas dan fungsi yang diberikan sesuai dengan organisasi dan
tata kerja (OTK) yang terdapat dalam institusi atau organisasi yang
diikutinya.134 kemudian Colquitt menyatakan Kinerja merupakan
serangkaian tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh karyawan
untuk memperoleh kompensasi dan melanjutkan pekerjaan, task
performance is the set of explicit obligations that an employee must fulfill
to receive compensation and continued employment.135 Dan Robert L
mengatakan juga performance management concept, skill, and exercise.
Maksudnya adalah manajemen kinerja adalah konsep keahlian disertai
dengan latihan.136 Sedangkan pengertian kinerja menurut beberapa ahli
adalah dalam Uhar saputra sebagai berikut:137
1. Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan, atau pelaksanaan tugas pekerjaan.(Pariata Westra et.al 1977:246)
2. Kinerja adalah proses kerja seorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu (Bateman, 1992:32)
3. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan tertentu. (Nanang Fatah, 1999:19)
132 Jhon Whitmore, Coaching for Performance: Seni mengarahkan untuk mendongkrak Kinerja, Terj. Dwi Heally Purnomo dan Lois Novianto (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 104. 133 Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi kelima, Cet ke-12 (Jakarta: Raja Grafindo, 2017), hlm. 2. 134Muhammad Busro, Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hlm. 87. 135Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson, Organizational Behavior Improving Performance and Commitment in the Workplace (Penn Plaza, New York, NY 10121. Copyright © 2015), hlm. 33. 136Robert L. Cardy and Brian Leonard, Perfomance Management, Concepts, Skill and Exercise (New York: Park squere, 2015), hlm. 3. 137 Uhar Suhar Saputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: 2010, Refika Aditama), hlm. 145.
66
4. Performance is defined as the record of outcomes produkced on a specified job funcition or activity during a specific time period. (Bernadin dan Russel dalam Ahmad S Ruky, 2001:15)
5. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (A.Anwar Prabu Mangkunegara, 2001:67)
6. Basically, it (performance) means an outcome a- result. It is the in point of people, resources and certain environment being brought together, with intention of producing certain thigs, whether tangible product less tangible service. To the extent that this intraction results in outcome of the desired level and quality, at agreed cost levels, performance will be judged as satisfactory, good, or excellent. To the extent that the outcome is disappointing for whatever reason, performance will be judged as poor or deficient.
Menurut Payman J. Simanjuntak kinerja adalah tingkat pencapaian
hasil atau pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.138 Selanjutnya dikatakan oleh Prawiro Sentoso mengartikan
kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok
dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.139 Kinerja organisasi juga ditunjukan oleh bagaimana proses
berlangsungnya kegiatan untuk dicapai.
Kinerja menurut Rivai adalah prestasi yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaan yang sesuai dengan
standar kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.140 Melalui
pandangan tersebut, kinerja memiliki empat aspek, yaitu: (1) kemampuan;
(2) tujuan organisasi; (3) tingkatan tujuan yang dicapai; (4) interaksi antara
tujuan dan kemampuan anggota dalam perusahaan.141
Sementara itu, Cassio dan Peterson menjelaskan, kinerja adalah
pencapaian kompetensi untuk mencapai keberhasilan tujuan organisasi 138 Payman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Indenesia, 2015), hlm. 56. 139 Ahmad Susanto, Manajemen Kinerja Guru, Konsep Strategi dan Implementasi (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016), hlm. 69. 140 Veithzal Rivai, dkk, Performance Appraisal, Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Cet Ke-4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 17. 141 Ibid, hlm. 17.
67
melalui pelaksanaan tugas pekerjaan. Pendapat lain diungkapkan Luthans
dengan pendekatan tingkah laku, kinerja adalah kualitas dan kuantitas
seseorang yang dihasilkan atau jasa yang diberikan seseorang yang
melakukan pekerjaan.142
Tidak jauh berbeda Ismail Nawawi berpendapat kinerja dapat dilihat
dari dua segi, yaitu kinerja karyawan secara individu dan kinerja
organisasi. Kinerja karyawan adalah hasil kerja perseorangan dalam
organisasi, sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang
dicapai oleh suatu organisasi.143 Kemudian Moeheriono berpendapat
kinerja merupakan gambaran mengenai pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan atau kebajikan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
organisasi.144 Kinerja diukur melalui kriteria atau standar tolak ukur yang
ditetapkan organisasi. Oleh karena itu penilaian kinerja sangat dibutuhkan
guna memberikan tolak ukur keberhasilan organisasi. Mengenai konsep
kinerja Jhon Shield menjelaskan bahwa terdapat dua hal penting dalam
konsep kinerja yaitu subjektivitas dan keterkaitan. Konsep kinerja diukur
dan didefinisikan oleh pengguna hasil kerja bukan hanya tinggi atau
rendah. Ukuran kinerja ditentukan oleh pengguna seperti dijelaskan.
Two important facets of performance: first, it is a subjective, constructed (and hence frequently contested) phenomenon; second, and relatedly, it is open-ended and multidimensional. In short,what is important about performance is not just how ‘high’ or ‘low’ it is but also how it is defined and measured, by whom and for what purpose.145
142 Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 121. 143 Ismail Nawawi, Manajemen Perubahan, Teori dan Aplikasi pada Organisasi Publik dan Bisnis (Surabaya, Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 213. 144 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Cat. Ke-2 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 60. 145 Jhon Shield, Managing Employee Performance And Reward (Ny: Cambridge University Press, 2001), hlm. 20.
68
Kinerja dapat dihasilkan oleh individu, kelompok, organisasi hal ini
seperti disampaikan Rothwell bahwa Performance can be an elusive
concept. It deals with the outcomes, results, and accomplishments
achieved by a person, group, or organization.146 Kinerja individu
menentukan bagaimana kinerja organisasi, kinerja sebagai aspek penting
dalam kehidupan berorganisasi.
Job performance, in general, is a critical factor for business success. The importance of job performance in organizations creates a challenge in front of management regarding recruitment and selection of manpower, training, and motivating them. Job performance is considered an important variable in this concern because of its role in affecting the organizational results and outcomes.147
Terkait dengan kinerja guru, maka sebelum membahasnya perlu
dijelaskan terlebih dahulu pengertian guru. Guru merupakan sebuah
profesi yang harus dilakukan secara profesional, terkait dengan
kegiatannya dalam melakukan proses belajar dan mengajar serta
kegiatannya terkait dengan kedinasan. Maka kinerja guru juga berkaitan
dengan kegiatan wajib bagi guru mulai dari perencanaan, kemudian
pengelolaan pembelajaran dan akhirnya melakukan penilaian terhadap
hasil belajar siswa.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan
Dosen.148 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Dalam undang-undang ini kedudukan guru
sebagai pendidik profesional pada jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar dan menengah, pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 2 UU RI
146 William J. Rothwell, Carolyn K. Hohne, and Stephen B. King, Human performance improvement: building practitioner competence (Oxford: Elsevier, 2007), hlm. 1. 147 Mahfuz Judeh, “Assessing the Influence of Job Characteristics and Self-Efficacy on Job Performance: A Structural Equation Modeling Analysis”, European Journal of Social Sciences, No. 3, 2012, 355-365. 148 Ibid, hlm. 2.
69
No. 14: 2005). Kemudian dalam Pasal 7 UU RI No. 14: 2005 menjelaskan
bahwa”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kompetensi untuk
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Bahkan guru pada hakikatnya
merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Selain itu, keberadaan guru
merupakan faktor codisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh
komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih
dalam era kontemporer ini.149
Supardi mengartikan kinerja guru adalah kemampuan dan
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang
ditunjukkan oleh dimensi: (1) kemampuan menyusun rencana
pembelajaran; (2) kemampuan melaksanakan pembelajaran; (3)
kemampuan melaksanakan hubungan antar pribadi; (4) kemampuan
melaksanakan penilaian hasil belajar; dan (5) kemampuan melaksanakan
program pengayaan dan remedial.150 Guru yang memiliki kinerja adalah
guru yang memiliki kecakapan pembelajaran, wawasan keilmuan yang
mantap, wawasan sosial yang luas, bersikap positif terhadap
pekerjaannya, dan menunjukkan prestasi kerja sesuai standar kinerja
yang dipersyaratkan. Kinerja guru merupakan kemampuan dan
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.
Sebagai seorang perencana pembelajaran, maka seorang guru
harus mampu membuat sebuah perencanaan pembelajaran dengan baik,
khususnya terkait dengan pembuatan perangkat pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa sesuai dengan kondisi dan situasi dimana
pembelajaran tersebut akan dilakukan. Sedangkan terkait dengan
pengelolaan pembelajaran, maka seorang guru harus mampu mengelola
kelasnya dengan baik, sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan
149 User Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 7. 150 Supardi, Kinerja Guru, Ed.1(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 18-19.
70
sebelumnya sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan.
Dalam pengelolaan pembelajaran ini, seorang guru juga harus
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang baik, kondusif dan
menyenangkan bagi peserta didiknya. Pembelajaran yang menyenangkan
akan dapat meningkatkan prestasi peserta didiknya, sebaliknya
pembelajaran yang tidak menyenangkan akan menyebabkan peserta didik
enggan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik, sehingga
prestasi belajar juga akan sulit untuk ditingkatkan. Sedangkan terkait
dengan penilaian atau evaluasi hasil belajar, maka seorang guru harus
mampu memberikan evaluasi pembelajaran yang baik, kemudian
melakukan analisis terhadap hasil evaluasi pembelajaran tersebut, dan
akhirnya guru mampu melakukan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran
yang telah dilakukannya, baik berupa kegiatan remedial maupun kegiatan
pengayaan bagi para siswanya.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa kinerja guru
menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh
seorang guru dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar untuk
mencapai sebuah hasil atau tujuan. Kinerja guru dapat dipandang dari
beberapa aspek, baik dari sudut guru maupun siswa. Dari sudut siswa
misalnya menyangkut suatu metode dimana siswa diminta pengoperasian,
keterampilan, atau gerakan yang diajarkan di bawah kondisi pengawasan
melalui proses pembelajaran, sebaliknya dari sudut guru adalah
menyangkut bagaimana instruksi guru dalam memberikan arahan
berkaitan dengan aspek-aspek tersebut kepada siswa. Karena itu, dalam
proses pembelajaran kinerja ini lebih kepada interaksi antara tenaga
dengan siswa, antara siswa dengan siswa lainnya, atau antara siswa
dengan media instruksional. Pada saat berlangsungnya kinerja inilah
rangsangan disajikan dan dibuat respon-respon, yang pelaksanaannya
adalah tindakan mengajar dan tindakan belajar.
71
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan dari pengertian di atas,
bahwa kinerja adalah perilaku kerja sesuai tatanan nilai yang berlaku serta
kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya secara
memuaskan, guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. Karena itu, kinerja guru adalah perilaku kerja yang sesuai
dengan nilai, tugas dan fungsi sebagai guru baik dalam melakukan
perencanaan pembelajaran maupun dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Kinerja guru yang seperti itu bertujuan untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan dan
membimbing peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
Terkait dengan hal tersebut, guru yang memiliki kinerja profesional
harus melakukan tiga hal sebagai berikut, yaitu kinerja seorang guru
dalam kaitannya dengan perencanaan dan melakukan desain
pembelajaran yang dilakukan secara profesional, kemudian kinerja terkait
dengan melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
profesional dan kinerja yang terkait dengan proses evaluasi pembelajaran
yang juga dilakukan secara profesional.
Pertama, kinerja seorang guru yang terkait dengan melakukan
perencanaan dan mendesain program pengajaran yaitu kinerja guru
dalam membuat perangkat pembelajaran dengan baik yang antara lain
terdiri dari Program Tahunan, Program Semester, silabus, RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).
Kedua, kinerja guru dalam kaitannya dengan proses pembelajaran,
yaitu seorang guru harus mampu menggunakan media pembelajaran, alat
pembelajaran, maupun teknik-teknik pembelajaran yang baik yang dapat
menunjang terlaksananya proses pembelajaran dengan baik. Selain itu
seorang guru juga harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan dari awal sampai dengan proses dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Untuk memudahkan menjelaskan konsep kinerja
guru tersebut, maka peneliti membuat peta konsep kinerja guru sebagai
berikut:
72
Tabel. 2.2 Indikator Kinerja Guru
No Indikator Sub Indikator
1 Mendesain Program Pembelajaran (Perencanaan)
1. Merumuskan tujuan pembelajaran 2. Memilih dan mengembangkan
bahan pengajaran. 3. Merencanakan kegiatan belajar
mengajar, termasuk di dalamnya: Membuat perangkat pembelajaran, yaitu: Prota (Program Tahunan), Promes (Program Semester), Silabus, RPP (Rencana Program Pembelajaran) dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum),
4. Merencanakan Penilaian. 2 Melaksanakan Proses
Belajar Mengajar (Pelaksanaan)
1. Menggunakan Metode pengajaran. 2. Menggunakan alat pengajaran. 3. Menggunakan media pengajaran. 4. Menggunakan bahan pengajaran. 5. Menggalakan keterlibatan siswa
dalam pengajaran. 6. Melaksanakan evaluasi dalam
proses belajar mengajar.
Dari Tabel 2.2 tentang konsep kinerja guru tersebut, dapat
dijelaskan bahwa seorang guru yang memiliki kinerja profesional harus
menjalankan dua unsur kinerja yang melekat pada diri guru, yaitu
mendesain program pengajaran atau membuat rencana pembelajaran,
dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kedua bagian ini, akan
peneliti jelaskan lebih lanjut dalam penjelasan berikut:
1. Mendesain program pengajaran atau membuat rencana pembelajaran
Terkait dengan pembuatan rencana pembelajaran atau dalam hal
ini mendesain dengan baik program pembelajaran, maka hal ini sangat
penting untuk dilakukan. Seorang guru harus mampu untuk membuat
sebuah perencanaan yang sistematis, dan sesuai dengan situasi dan
kondisi dimana pembelajaran tersebut akan dilakukan. Tujuan dari
73
perencanaan ini adalah agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat
tertata dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut.
Proses belajar mengajar memang perlu direncanakan agar dalam
pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Untuk membuat perencanaan
pembelajaran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur
perencanaan pembelajaran yang baik.
Mulyasa juga mengemukakan bahwa dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus memperhatikan minat dan bakat siswa serta tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah dan masyarakat dimana pembelajaran
tersebut dilakukan. Dalam kaitannya dengan ini, guru hendaknya mampu
membuat perencanaan yang baik, yang sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada, baik siswa, sekolah maupun lingkungan. Selain itu guru sebagai
pemimpin belajar dan sebagai motivator mendorong peserta didik agar
semangat dalam belajar sehingga peserta didik benar-benar dapat
menguasai bidang ilmu yang diajarkan. 151 Guru juga harus menjadi
seorang pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai
standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri dan disiplin. 152
Berkenaan dengan hal ini tersebut, maka berikut akan peneliti
sebutkan beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam mengembangkan
persiapan mengajar, yaitu: Rumusan kompetensinya jelas. Semakin
konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin cepat dalam
membentuk kompetensi yang diinginkan. Persiapan yang dilakukan dalam
151 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah(Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 103. 152 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 37.
74
proses pembelajaran harus bersifat fleksibel, sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Rencana yang telah dibuat harus
mampu menghantarkan pada pencapaian kompetensi yang diharapkan,
serta bersifat menyeluruh dan jelas pencapaiannya. Harus dilakukan
koordinasi yang baik dalam satu tim pembelajaran, apabila pembelajaran
yang dilakukan dengan cara pengajaran satu tim. 153
Supaya seorang guru dapat membuat perencanaan pembelajaran
yang baik, maka seorang guru hendaknya memahami berbagai macam
unsur yang harus dipenuhi dalam sebuah pembelajaran, mulai dari teknik
dan prosedur pembuatan rencana pembelajaran, media yang akan
digunakan, teknik yang akan diterapkan dalam proses pembelajarannya
nanti. Hal-hal tersebut perlu dipahami dengan baik oleh seorang guru,
sebelum dia membuat perencanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran ini dibuat oleh guru dalam bentuk antara
lain, program tahunan, program semester, pengembangan silabus, RPP,
KKM, dan lain sebagainya. Program tahunan yaitu sebuah program
selama satu tahun yang akan dirinci secara lebih mendetail ke dalam
program semester. Program semester adalah program pembelajaran yang
dilakukan selama satu semester. Sedangkan silabus adalah seperangkat
perencanaan yang berisi tentang kompetensi inti yang harus dicapai,
kompetensi dasar, materi pembelajarannya, indikator yang harus dicapai,
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan buku pedoman serta alat
pembelajaran yang dapat digunakan dalam mencapai kompetensi yang
diharapkan. Sedangkan RPP adalah sebuah rencana pembelajaran yang
berisi tentang sebuah rencana yang akan dilakukan dalam pembelajaran
yang meliputi langkah-langkah dalam pembelajaran, alokasi waktu yang
dibutuhkan, evaluasi yang akan digunakan, serta dilampiri dengan materi
pembelajarannya. Sementara itu, KKM adalah sebuah batas minimal
penilaian yang wajib dicapai oleh siswa sebagai gambaran dari
kompetensi minimal bagi setiap siswanya. 153 Ibid., 80.
75
1. Melaksanakan proses belajar mengajar
Pelaksanaan pembelajaran yaitu sebuah proses yang dilakukan
selama pembelajaran dengan langkah-langkah, metode dan teknik
tertentu untuk mencapai hasil yang diharapkan.154 Dalam pelaksanaan
pembelajaran ini, guru harus melakukan beberapa tahap pembelajaran,
yaitu:155
a. Membuka Pelajaran
Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa
siap secara mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan ini guru harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan
siswa serta menunjukan adanya kepedulian yang besar terhadap
keberadaan siswa.
Tujuan dari membuka pelajaran yaitu untuk memberikan informasi
kepada siswa akan pentingnya pembelajaran yang akan dilakukan,
sera memberikan batasan–batasan tugas yang akan dikerjakan siswa.
Memberikan gambaran mengenai metode atau pendekatan–
pendekatan yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan siswa. Melakukan apersepsi, yaitu langkah yang
dilakukan oleh guru dalam mengaitkan antara materi sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari. Mengaitkan berbagai peristiwa
yang aktual dengan materi yang akan dipelajari.
b. Penyampaikan Materi.
Dalam menyampaikan materi pelajaran ini harus dilakukan dengan
baik. Penyampaian materi ini merupakan sebuah kegiatan inti. Dalam
penyampaian materi guru menyampaikan materi berurutan dari materi
yang paling mudah terlebih dahulu.
154 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar (Bandung: Sinar Baru, 2010), hlm.136. 155 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 11.
76
Untuk memaksimalkan penerimaan materi agar diterima siswa
dengan baik, maka seorang guru harus menyiapkan pembelajaran
dengan baik, mulai dari perencanaan, metode, teknik dan alat
pembelajaran. Tujuan penyampaian materi pembelajaran adalah :
Membantu siswa memahami dengan jelas semua permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran. Membantu siswa untuk memahami suatu
konsep atau dalil. Melibatkan siswa untuk berpikir Memahami tingkat
pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran.
c. Menutup Pembelajaran Kegiatan.
Dalam penutupan pembelajaran adalah kegiatan untuk mengakhiri
pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Dalam kegiatan ini guru
melakukan evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan. Tujuan
kegiatan menutup pelajaran adalah: untuk mengakhiri pembelajaran
sekaligus mengetahui perkembangan siswa selama melaksanakan
pembelajaran, dan juga mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam
menjalankan proses pengajaran. Selain itu juga untuk melakukan
review atas materi yang telah dilakukan dan sekaligus menghubungkan
dengan materi yang akan dilakukan berikutnya.
d. Menggunakan metode pengajaran.
Metode merupakan suatu cara kerja yang sistematik yang dipilih oleh
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang
diharapkan. Guru harus mampu memilih dan menggunakan berbagai
macam metode pembelajaran yang cocok untuk siswa. Dalam memilih
metode pembelajaran ini hendaknya memperhatikan berbagai kondisi
yang melingkupi disekitarnya, baik terkait kemampuan siswa,
kesesuaian antara metode dengan materi yang diajarkan, maupun
sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Dalam prakteknya banyak juga guru yang menggunakan berbagai
macam metode pembelajaran yang bervariasi. Artinya, dalam satu kali
pembelajaran guru juga diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari
77
satu metode pembelajaran, atau menggabungkan berbagai metode
menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Jenis-jenis metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, antara lain: 156
a) Metode ceramah. Metode ceramah merupakan sebuah metode yang disampaikan dengan ceramah dengan pertimbang guru/dosen berhadapan dengan banyak siswa yang mengikuti pembelajaran. Dengan metode ceramah ini maka proses transfer of knowledge dapat dilakukan dengan baik dari penceramah kepada audiens secara langsung.
b) Metode Diskusi. Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali dan memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Diskusi ini dilakukan dengan cara saling bertukar pendapat, saling mengajukan usul dan masukan, dan membicarakan suatu permasalahan secara bersama-sama untuk menghasilkan suatu kesepakatan pemahaman bersama. Melalui metode diskusi ini akan dihasilkan sebuah pemahaman bersama dari hasil diskusi yang dilakukan.
c) Metode Demonstrasi. Demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiataan yang sesungguhnya. Misalnya seorang siswa menunjukkan sebuah cara dan langkah dalam memadukan warna untuk menghasilkan warna tertentu dalam sebuah karya seni lukis, atau seorang anak yang menunjukkan cara melaksanakan sholat jenazah dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya.
d) Metode Latihan (drill). Latihan merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan ketrampilan yang lebih baik daripada sebelumnya. Bersama teman-teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih, dan pembimbing seorang siswa yang lain.
e) Metode Praktikum, dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.
156 Martinis Yamin, Profesionalitas Guru & Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada Press, 2013), hlm. 139.
78
e. Menggunakan alat pengajaran
Alat pengajaran adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan
dan efisiensi pengajaran. Alat dalam pembelajaran ini merupakan salah
satu dari sarana dalam pembelajaran. Setiap guru dapat memilih dan
menggunakan alat yang cocok dalam pembelajarannya. Salah satu alat
pengajaran adalah alat peraga yang mana alat ini merupakan sebuah
sarana pembelajaran yang dapat menunjang bagi terlaksananya
pembelajaran dengan baik. Dengan alat peraga, maka siswa akan lebih
mudah memahami materi yang sedang disampaikan.
f. Menggunakan media pengajaran.
Kata media memiliki arti perantara atau pengantar. Media pembelajaran
secara umum merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk
kelancaran proses belajar mengajar. Dengan media pembelajaran
diharapkan peserta didik dapat mudah terangsang pemikiran dan
pemahamannya terhadap materi yang sedang disampaikan. Ada
berbagai macam media dalam pembelajaran, diantaranya: Media
Visual, antara lain poster, gambar, dan lain sebagainya. Media Audio
antara lain radio, TV dan sejenisnya. Projected still media, antara lain
proyektor, LCD, dan lain sebagainya.
g. Menggunakan bahan pengajaran
Bahan adalah sebuah materi yang akan disampaikan dalam proses
pengajaran. Bahan merupakan materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan
kompetensi peserta didik. Bahan atau materi pembelajaran harus
bersifat dinamis dan memiliki substansi materi yang selalu sesuai
dengan perkembangan zaman. Karena itu materi pembelajaran harus
mampu menghantarkan peserta didik agar memiliki bekal untuk
mengarungi masa depannya.
h. Menggalakkan keterlibatan siswa dalam pengajaran
Seorang guru ketika melaksanakan proses belajar mengajar harus
mampu menggalakkan keterlibatan siswa untuk ikut di dalamnya.
79
Kegiatan ini terdiri dari: menggunakan prosedur yang melibatkan siswa
pada awal pengajaran maupun dalam proses pembelajarannya,
menjadikan siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan,
sehingga siswa akan termotivasi untuk selalu semangat dalam kegiatan
pembelajaran.
i. Melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar
Melaksanakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi merupakan sebuah
kegiatan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi sejauh mana keberhasilan peserta didik dan keberhasilan
guru dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukannya. Evaluasi
pengajaran juga merupakan sebuah penafsiran terhadap keberhasilan
peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan, serta
bermanfaat untuk melakukan tindak lanjut yang sesuai. Evaluasi
pembelajaran merupakan suatu sarana yang dapat memberikan
informasi terkait dengan penilaian atau pengukuran belajar dan
pembelajaran.157
Terkait dengan kinerja guru, menurut Martinis Yamin, kinerja guru
diartikan sebagai perilaku atau respons yang memberi hasil yang
mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu
tugas.158 Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai (guru)
yaitu kompetensi dan motivasi guru itu sendiri. Penjelasan terkait dengan
kompetensi dan motivasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi
Jejen Musfah dalam Mulyasa mengatakan kompetensi guru
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,
sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta
157 Ace Suryadi dan Wiana Mulyana, Kerangka Konseptual. 158 Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 87.
80
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas.159
Martinis Yamin dan Maisah menjelaskan kompetensi mempunyai
lima karakteristik, yaitu: (1) pengetahuan yang merujuk pada informasi dan
hasil pembelajaran,(2) keterampilan dan keahlian, (3) konsep diri dari nilai-
nilai pada sikap, dan citra seseorang, (4) karakteristik pribadi merujuk
pada karakteristik fisik dan konsistensi, (5) motif, hasrat, kebutuhan
biologis, psikologis, dan dorongan-dorongan lain.160
Mc Shane dan Glinow (2008; 36) dalam Martinis Yamin dan Maisah
menjelaskan Kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, bakat, nilai-
nilai, pengarah, dan karakteristik pribadi lainnya yang mendorong kearah
performansi unggul, dan Robbins (2003; 40) menjelaskan bahwa
kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemudian Kreitner dan Kinicki
(2007; 156) memandang kompetensi dari aspek perbedaan individu yang
dihubungkan dengan prestasi. Sedangkan Rober (2007: 157)
menggambarkan hubungan antara usaha, kompetensi dan keterampilan
dalam berprestasi.161
Gambar 2.5 Prestasi tergantung pada kombinasi Usaha,
Kompetensi dan Keterampilan.
159 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 29. 160 Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 1. 161 Ibid, hlm. 3.
Keterampilan
Kompentensi
Usaha Prestasi
Pandangan di atas menjelaskan
khusus berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai prestasi.
Sedangkan untuk mencapai prestasi yang tinggi diperlukan kompetensi
maksimal yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian, prestasi
yang tinggi diperoleh
kompetensi dan keterampilan yang dimiliki. Dalam kaitan dengan prestasi,
lebih lanjut dijelaskan bahwa prestasi tergantung pada kombinasi yang
tepat dari usaha, kompetensi dan keterampilan.
Menurut Nasution kemamp
kegiatan pembelajaran di antaranya adalah kemampuan profesional yang
meliputi penguasaan materi pembelajaran, strategi pembelajaran,
penguasaan metode, penguasaan bimbingan dan penyuluhan serta
penguasaan evaluasi pe
menggambarkan kompetensi sebagai berikut:
162 Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belaja dan Mengajar,Aksara, 2013), hlm. 55.163 James Weigand, Developing Teacher Copetencies
Pandangan di atas menjelaskan bahwa kompetensi memiliki ciri
khusus berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai prestasi.
Sedangkan untuk mencapai prestasi yang tinggi diperlukan kompetensi
maksimal yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian, prestasi
yang tinggi diperoleh manakala seseorang mengkombinasikan usaha,
kompetensi dan keterampilan yang dimiliki. Dalam kaitan dengan prestasi,
lebih lanjut dijelaskan bahwa prestasi tergantung pada kombinasi yang
tepat dari usaha, kompetensi dan keterampilan.
Menurut Nasution kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran di antaranya adalah kemampuan profesional yang
meliputi penguasaan materi pembelajaran, strategi pembelajaran,
penguasaan metode, penguasaan bimbingan dan penyuluhan serta
penguasaan evaluasi pembelajaran.162 Sedangkan James Weigand
menggambarkan kompetensi sebagai berikut:
Gambar 2.7 Teori Model
Developing Teacher Competencies.163
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belaja dan Mengajar,Aksara, 2013), hlm. 55.
Developing Teacher Copetencies (Indiana Universty, 1971) hlm.1.
81
bahwa kompetensi memiliki ciri-ciri
khusus berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai prestasi.
Sedangkan untuk mencapai prestasi yang tinggi diperlukan kompetensi
maksimal yang bersifat fisik maupun mental. Dengan demikian, prestasi
manakala seseorang mengkombinasikan usaha,
kompetensi dan keterampilan yang dimiliki. Dalam kaitan dengan prestasi,
lebih lanjut dijelaskan bahwa prestasi tergantung pada kombinasi yang
uan yang harus dimiliki oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran di antaranya adalah kemampuan profesional yang
meliputi penguasaan materi pembelajaran, strategi pembelajaran,
penguasaan metode, penguasaan bimbingan dan penyuluhan serta
Sedangkan James Weigand
163
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belaja dan Mengajar, (Jakarta: Bumi
(Indiana Universty, 1971) hlm.1.
82
Terkait dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
maka telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. kompetensi
pedagogik; b. kompetensi kepribadian; c; Ahsan d; kompetensi sosial; dan
d. Kompetensi profesional.164
a) Kompetensi Pedagogik
Tugas utama guru adalah mengajar dan mendidik murid di kelas
dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang
memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk
menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006; 88), yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah:
Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman landasan pendidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perencanaan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.165
b) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian, yaitu “Kemampuan kepribadian yang: (a)
berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif bijaksana; (d)
menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan
diri; dan (g) religious (BSNP; 88).
c) Kompetensi Sosial
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial,
yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru
diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan
menjalankan hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat
164 Peraturan pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 165 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 30.
83
sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul dan suka
menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu tertutup dan tidak
mempedulikan orang-orang di sekitarnya.
Kompetensi sosial guru sebagai bagian dari masyarakat dapat
digambarkan sebagai berikut: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b)
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/ wali peserta didik; (d) bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitarnya.166
d) Kompetensi Profesional
Tugas guru adalah mengajarkan pengetahuan dengan murid. Guru
tidak sekedar mengetahui materi yang diajarkannya, tetapi memahami
secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar
untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang
diampunya. Menurut badan Standar Nasional Pendidikan (2006; 88)
kompetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi
pelajaran, secara luas dan mendalam meliputi: (a) konsep, struktur, dan
metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi
ajar; (b) materi yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari dan; (e) kompetensi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap melestarikan nilai budaya nasional.
Menurut Glenn Langford sifat profesional mempunyai ciri (1)
Pembayaran (Payment), (2) Pengetahuan dan Keterampilan (Knowledge
and skill), (3) Tanggung jawab dan tujuan (Responsibility and purpose), (4)
Layanan profesional (The Professional ideal of service), (5) Kesatuan
(Unity), (6) Pengakuan (Recognition).167
166 Op,Cit, hlm. 52. 167 Glenn Langford, Teaching As a Profession An Essy In The Philosophy Of Education ( Published by Manchesster University Press, 1978), hlm. 5.
Menurut Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) dalam
Sudarwan Danim menyatakan profesi adalah sebuah jabatan yang
memerlukan kemampuan yang khusus, yang diperoleh melalui kegiatan
belajar dan latihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani dan memberikan advis pada orang lain.
Sara Bubb dan Peter Early
development is crucial for organizational growth and school improvement.
The professional growth of teacher and other staff is a key component of
developing children’s learning
pengembangan profesional sangat penting untuk pertumbuhan organisasi
dan perbaikan sekolah. Pertumbuhan profesional guru dan staf lainnya
adalah komponen kunci pengembangan anak
Guru merupakan jabatan atau profesi ya
khusus, oleh karena itu terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan
sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus, yang
diperlukan untuk melakukan tugas mendidik dan mengajar secara efektif
168 Sudawarwan Danim, 169 Sara Bubb, Peter Early, (London: A Sage Publication Company, 2007), hlm. 1.
Gambar 2.5 Gambar Sosok Guru Profesional
Menurut Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) dalam
Danim menyatakan profesi adalah sebuah jabatan yang
memerlukan kemampuan yang khusus, yang diperoleh melalui kegiatan
belajar dan latihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani dan memberikan advis pada orang lain.
ubb dan Peter Early mengemukakan bahwa
development is crucial for organizational growth and school improvement.
The professional growth of teacher and other staff is a key component of
developing children’s learning”.169 Pernyataan ini menjelaskan bahwa
pengembangan profesional sangat penting untuk pertumbuhan organisasi
dan perbaikan sekolah. Pertumbuhan profesional guru dan staf lainnya
adalah komponen kunci pengembangan anak-anak.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
khusus, oleh karena itu terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan
sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus, yang
diperlukan untuk melakukan tugas mendidik dan mengajar secara efektif
Sudawarwan Danim, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfa Beta, 2012), hlm. 8.Sara Bubb, Peter Early, Leading and Managing Comining Professional Development
(London: A Sage Publication Company, 2007), hlm. 1.
84
Menurut Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) dalam
Danim menyatakan profesi adalah sebuah jabatan yang
memerlukan kemampuan yang khusus, yang diperoleh melalui kegiatan
belajar dan latihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani dan memberikan advis pada orang lain.168
bahwa “Professional
development is crucial for organizational growth and school improvement.
The professional growth of teacher and other staff is a key component of
Pernyataan ini menjelaskan bahwa
pengembangan profesional sangat penting untuk pertumbuhan organisasi
dan perbaikan sekolah. Pertumbuhan profesional guru dan staf lainnya
memerlukan keahlian
khusus, oleh karena itu terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan
sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus, yang
diperlukan untuk melakukan tugas mendidik dan mengajar secara efektif
(Bandung: Alfa Beta, 2012), hlm. 8. Leading and Managing Comining Professional Development
85
dan efisien. Kata lain dari kompetensi adalah kemampuan atau
kecakapan. Karena itu kompetensi profesional guru dapat diartikan
sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya dengan kemampuan tinggi.170 Selanjutnya Usman
mengemukakan peran guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku
yang berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.171
Surya dalam Kunandar guru profesional akan mencerminkan dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian yang
baik dalam materi maupun metode.172 Selain itu juga ditunjukan melalui
tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Selain
itu guru yang profesional hendaknya mampu memikul tanggung jawabnya
baik terhadap pribadi sosial, intelektual, moral dan spiritual. Lebih lanjut
Surya berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai makna
penting yaitu: (1) Memberikan jaminan perlindungan kepada
kesejahteraan masyarakat umum, (2) profesionalisme guru merupakan
suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini
dianggap oleh sebagian masyarakat rendah, (3) profesionalisme
memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang
memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memaksimalkan kompetensinya.
Terkait persoalan kinerja guru, di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa,
ayat 58 Allah berfirman:
¨βÎ) ©! $# öΝä.ã� ãΒ ù'tƒ βr& (#ρ–Š xσè? ÏM≈uΖ≈ tΒ F{$# #’n<Î) $ yγ Î=÷δ r& #sŒÎ)uρ Ο çF ôϑs3ym t ÷ t/ Ĩ$ ¨Ζ9 $# βr&
(#θ ßϑä3øtrB ÉΑô‰yè ø9 $$ Î/ 4 ¨βÎ) ©!$# $ −Κ Ïè ÏΡ / ä3Ýà Ïètƒ ÿϵÎ/ 3 ¨βÎ) ©! $# tβ% x. $Jè‹ Ïÿxœ # Z�� ÅÁ t/ ∩∈∇∪
170 Sudarwan Danim, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 8. 171 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 4. 172 Kunandar,Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 47.
86
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.173
Terdapat catatan yang penting dari ayat tersebut di atas dalam
hubungannya dengan kinerja guru sebagai berikut. Pertama seorang
tenaga profesional adalah seorang yang bersifat al-amin (terpercaya), al-
hafdz (dapat menjaga amanah), dan al wafiya (yang merawat sesuatu
dengan baik). Kedua, seorang guru profesional dalam pandangan Islam
adalah seorang pendidik yang mempunyai keahlian. Ketiga, guru yang
profesional dalam pandangan Islam adalah seorang yang bertindak
adil.174
Selanjutnya Udin menjelaskan ciri-ciri guru profesional, yaitu: (1)
mempunyai komitmen terhadap proses belajar siswa, (2) menguasai
secara mendalam materi pelajaran dengan cara mengajarkannya, (3)
mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukan dan belajar dari
pengalamannya, dan (4) merupakan dari bagian dari masyarakat belajar
dari lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk selalu
meningkatkan profesionalismenya.175
Rosyada menyatakan bahwa kegiatan guru di dalam kelas meliputi
a) Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak; b) Guru
harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa-siswanya; c)
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan;
d) Guru harus menguasai kelas; e) Guru harus melakukan evaluasi secara
benar.176. Sementara itu menurut Daryanto peran guru dalam
173 Anonim, Al-Qur’an...Op. Cit, hlm. 234. 174 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), hlm. 220. 175 Udin Saefidin Saud, Pengembangan Profei Guru (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 97. 176Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: PT. Kencana, 2008), hlm. 80.
87
pembelajaran adalah membuat desain pembelajaran, penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan.
Dari pengertian mengenai profesi tersebut di atas, berarti unsur
terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan kompetensi sebagai
keterampilan atau keahlian khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien. Kata lain
kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan, karena itu kompetensi
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan
guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi.
2. Motivasi Guru
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Motivasi kerja merupakan suatu hal yang penting yang
sering disinggung oleh pimpinan organisasi, baik secara terbuka maupun
terselubung. Sehingga pemahaman tentang motivasi banyak yang
mengartikan. Motivasi adalah dorongan, rangsangan dan ataupun
pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang, sehingga orang tersebut
memperlihatkan perilaku tertentu.177 Dan motivasi juga sebuah konsep
yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan intensitas perilaku
individu. Motivasi merupakan dorongan seseorang melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh adanya kebutuhan
seperti: (1) keinginan yang hendak dipenuhi, (2) tingkah laku, (3) tujuan,
dan (4) umpan balik (Hellriegel dan Slocum, 1979).178 Motivasi menurut
Sumardi Suryabrata dalam Djaali adalah keadaan yang terdapat dalam
diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan.179
177 Achmad Badawi, Memotivasi Kinerja Guru (Jakarta: Al-Wasat, 2014), hlm. 9. 178 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan (Palembang: Grafika Telindo, 2011), hlm. 165. 179 Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
88
Beberapa teori berikut dapat menjelaskan berbagai macam upaya
yang dapat dilakukan dalam peningkatan kinerja guru melalui pendekatan
motivasi. Baik atau buruknya suatu kinerja individu itu selalu berhubungan
atau bisa dilihat dari motivasi yang ada dalam diri individu tersebut. Berikut
terdapat beberapa teori tentang motivasi, termasuk masalah motivasi
dalam kinerja seorang guru.
1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan). Menurut Maslow (Robbins dan Judge bahwa motivasi seseorang berperilaku karena adanya dorongan dalam diri untuk memenuhi bermacam–macam kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti: kebutuhan makan, minum dll; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang dan kebersamaan (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain, dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.180
2) Teori Mc Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi). Mc Clelland menawarkan sebuah teori tentang Need for Acievement (NAch). Teori ini menyatakan bahwa sebuah motivasi untuk maju bisa muncul karena adanya kebutuhan untuk memiliki sebuah prestasi yang unggul. Dengan adanya kebutuhan untuk memiliki prestasi yang unggul maka seseorang akan memiliki semangat untuk semakin maju dan berkembang. Menurut Mc Clelland ada beberapa karakteristik dari orang yang memiliki prestasi tinggi yaitu: (1) kebutuhan akan prestasi (needs for achievement) dorongan itu untuk mengungguli sehubungan dengan seperangkat standar untuk sukses; (2) kebutuhan akan kekuasaan (membuat orang lain berprilaku dalam suatu cara yang orang itu tampa dipaksa tidak akan berlaku demikian; dan (3) memiliki umpan balik antara keberhasilan dan kegagalan yang mereka lakukan.181
3) Teori Clyton Alderfer (Teori ERG). Teori Clyton Alderfer (Teori ERG), yang menawarkan teori akronim “ERG”. Akronim “ERG” adalah huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence (adanya kebutuhan akan eksistensi dirinya seperti kebutuhan udara, air, makan, gaji, dan kondisi pekerjaan), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan sosial dan interpersonal yang berarti), dan G = Growth (sebuah
180 Robert Kreitner, Angelo Kinici, Organizational Behavior/ Prilaku Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 253. 181Muhammad Busro, Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hlm. 62.
89
kebutuhan individu untuk menciptakan kontribusi yang kreatif atau produktif supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Apabila ketiganya digabungkan, maka akan dapat menimbulkan
pengertian sebagai berikut: Pertama, adanya kesamaan antara teori dari
Maslow dan Alderfer. Teori tentang “Existence” sangat identik dengan
teori hirarki yang pertama dan kedua dalam tawaran Maslow; Sedangkan
“Relatedness” memiliki kesamaan dengan teori kebutuhan yang ketiga
dan keempat menurut Maslow; dan untuk teori “Growth” memiliki
kesamaan pengertian dengan teori “self actualization” menurut Maslow.
Kedua, tawaran memiliki berbagai pengertian sebagai berikut: 1)
Apabila sebuah kebutuhan tidak terpenuhi, maka akan semakin besar
keinginan untuk mampu mencapainya; 2) Apabila kebutuhan yang rendah
sudah terpenuhi, maka kebutuhan yang lebih tinggi akan semakin kuat
untuk juga dapat terpenuhi dengan baik; 3) Apabila kebutuhan yang lebih
tinggi sulit untuk dipenuhi, maka akan semakin tinggi keinginan untuk
mampu memenuhi kebutuhan yang lebih rendah.
4) Teori Herzberg (Teori dua faktor), Dalam teori ini terdapat faktor motivasional yaitu segala sesuatu yang mendorong orang untuk dapat berprestasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, atau disebut juga dengan faktor intrinsik, sedangkan faktor hygiene adalah factor yang dapat menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang, yang berasal dari luar diri seseorang tersebut, atau disebut juga dengan faktor ekstrinsik.
Menurut Herzberg, hal-hal yang termasuk ke dalam faktor
motivasional seperti pekerjaan yang dijalaninya, keberhasilan yang
diraihnya, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor hygiene atau
pemeliharaan hubungan antara seseorang dengan orang lain yang
mempengaruhi kehidupannya, sistem kehidupan yang melingkupinya,
maupun kebijakan-kebijakan baik pemerintah maupun lingkungan
organisasinya yang kehidupannya. Salah langkah dalam memahami teori
Herzberg adalah mengetahui dengan benar faktor mana yang lebih
mempengaruhi pada kehidupan seseorang apakah faktor intrinsik yang
90
mempengaruhi ataukah faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kehidupan
seseorang.
5) Teori Keadilan. Dalam teori ini, keadilan adalah sesuatu yang perlu ditegakkan. Oleh karena itu teori ini hendak menghilangkan kesenjangan antara kepentingan organisasi dengan keinginan personal. Artinya harus terdapat jembatan keadilan di antara organisasi dengan tiap orang dalam organisasi tersebut terkait dengan imbalan, jasa, penghargaan dan lain sebagainya.
Penjelasan ini memiliki arti bahwa apabila terdapat ketidak
seimbangan antara imbalan yang diperoleh oleh seseorang dengan kerja
yang telah mereka lakukan, maka akan dapat terjadi beberapa hal
sebagai berikut: 1) Seseorang akan berupaya untuk mendapatkan
imbalan yang lebih tinggi, atau mereka akan melakukan sebaliknya yaitu
meninggalkan intensitas usahanya ketika tidak mendapatkan imbalan
sesuai yang mereka harapkan. 2) Seseorang akan memiliki empat
persepsi terkait dengan imbalan dan harapan, yaitu: harapannya terkait
dengan imbalan yang diterima dengan kualitas diri, seperti pendidikan
yang tinggi, pengalaman yang sudah banyak; 3) imbalan yang diterima
dalam sebuah organisasi antara dirinya dengan orang lain yang memiliki
kualitas yang relatif sama; 4) sebuah imbalan yang diterima dalam
organisasi lain namun memiliki jenis pekerjaan yang sama; 5) peraturan
yang berlaku baik dari pemerintah maupun organisasi terkait dengan
pemberian imbalan bagi pegawai.
6) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ). Dalam teori ini dikatakan bahwa motivasi akan muncul apabila harapan akan sebuah keberhasilan muncul pada diri seseorang, sehingga dirinya akan berusaha mencapai apa yang diharapkannya tersebut. Artinya, jika seseorang memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu, dan harapannya sangat besar akan keberhasilan dalam mendapatkan sesuatu tersebut, maka yang bersangkutan akan semakin semangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk memperolehnya. Sebaliknya, apabila harapan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tersebut tipis, maka yang bersangkutan juga semakin memiliki motivasi yang rendah untuk mendapatkannya.
7) Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku. Dalam teori ini dikatakan bahwa sebuah motivasi dapat muncul karena adanya penguatan dari
91
faktor eksternal. Berbagai macam faktor diluar diri seseorang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang, sehingga orang tersebut akan memiliki perubahan perilaku menuju yang lebih baik.
8) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. Teori ini mengatakan bahwa faktor internal dan eksternal sama-sama dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Termasuk pada faktor internal adalah: (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; dan lain sebagainnya
6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert Bacal (2005: 3) dalam Martinis Yamin dan Maisah
manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus-
menerus yang dilaksanakan kemitraan, antara guru dengan siswa. 182
dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara kepala sekolah dan guru,
dan guru dan siswa dalam proses pembelajaran dapat lebih
mempercepatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
oleh guru. Sementara Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala (2007: 155)
yang dikutip Martinis Yamin menyatakan kinerja merupakan suatu
konstruk multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor.faktor tersebut terdiri atas faktor intrinsik guru
(personal/individual) atau SDM dan ekstrinsik, yaitu kepemimpinan,
sistem, tim, dan situasional.
Gambar 2.9 Elemen Kinerja dan Faktor yang mempengaruhinya Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala
182
Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru ( Jakarta: Gaun Persada, 2010), hlm. 129.
92
Dari gambar 2.7 diatas dapat dipahami bahwa kinerja individu
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan peran.
Kinerja kelompok dipengaruhi faktor yang terkait karakteristik tim.
Sedangkan kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam karakteristik
organisasi. Secara umum kinerja individu akan mempengaruhi kinerja
kelompok dan kinerja kelompok akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Kinerja di dalam suatu organisasi (lembaga pendidikan) dilakukan
oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur
pimpinan maupun pekerja. Banyak sekali faktor yang dapat
mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya.
Pertama faktor yang berasal dari dalam diri sumber daya manusia sendiri
maupun dari luar dirinya. Setiap pekerja mempunyai kemampuan
berdasar pada pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai
dengan pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasan kerja, namun pekerja
yang mempunyai kepribadian, sikap dan perilaku yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.183
Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam organisasi dapat
berperan dalam mempengaruhi kinerja karyawan. Bagaimana pemimpin
menjalin hubungan dengan pekerja, bagaimana mereka memberi
penghargaan kepada pekerja berprestasi, bagaimana mereka
mengembangankan dan memperdayakan pekerjaanya, sangat
mempengaruhi kinerja sumber daya manusia yang menjadi bawahannya.
Namun, kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh
sumber daya manusia di dalamnya, tetapi juga oleh sumber daya lainnya
seperti: dana, bahan, peralatan, teknologi, dan mekanisme kerja yang
berlangsung dalam organisasi. Demikian pula apakah lingkungan kinerja
atau situasi kerja memberikan kenyamanan sehingga mendorong kinerja
karyawan. Juga termasuk bagaimana kondisi hubungan antarmanusia di
lingkungan organisasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun di
183 Op cit. hlm 69.
antara rekan sekerja. Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan kerja
internal organisasi.
Di samping itu, masih terdapat lingkungan eksternal organisasi
yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dan sumber daya manusia
di dalamnya. Mengingat b
organisasi mempunyai kinerja yang baik yaitu menyangkut pernyataan
tentang maksud nilai
manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja,
fungsionalisasi, budaya, dan kerja sama.
Kemudian Kopelman menyatakan bahwa: “Kinerja organisasi
ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) lingkungan, (2)
Karakteristik individu, (3)
Pekerjaan” Dengan demikian, da
guru/karyawan sangat dipengaruhi oleh
dari: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan,
nilai-nilai, serta sikap.
karakteristik organisasi dan
bisa dilihat pada gambar berikut ini:
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
antara rekan sekerja. Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan kerja
Di samping itu, masih terdapat lingkungan eksternal organisasi
yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dan sumber daya manusia
di dalamnya. Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
organisasi mempunyai kinerja yang baik yaitu menyangkut pernyataan
tentang maksud nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya
manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja,
sasi, budaya, dan kerja sama.
Kemudian Kopelman menyatakan bahwa: “Kinerja organisasi
ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) lingkungan, (2)
individu, (3) karakteristik Organisasi, (4)
Pekerjaan” Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kinerja
guru/karyawan sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri
dari: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan,
nilai, serta sikap. Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh
organisasi dan karakteristik pekerjaan. Karakteristik
bisa dilihat pada gambar berikut ini:
GAMBAR 2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi
93
antara rekan sekerja. Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan kerja
Di samping itu, masih terdapat lingkungan eksternal organisasi
yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dan sumber daya manusia
anyak faktor yang mempengaruhi kinerja
organisasi mempunyai kinerja yang baik yaitu menyangkut pernyataan
nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya
manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja,
Kemudian Kopelman menyatakan bahwa: “Kinerja organisasi
ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) lingkungan, (2)
Organisasi, (4) Karakteristik
pat diartikan bahwa kinerja
individu yang terdiri
dari: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan,
individu sangat dipengaruhi oleh
Karakteristik tersebut
Organisasi
Sementara Gibson et al (1995:56) menyatakan bahwa faktor
mempengaruhi performance
1. Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal-usul, jenis kelamin).
2. Variable Organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbstruktur desain pekerjaan.
3. Variable Psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.
Sedangkan menurut Sutermeister (1976:45) menyatakan
produktivitas ditentukan oleh kinerja pegawai dan teknologi, sedangkan
kinerja pegawai itu sendiri tergantung pada dua hal yaitu kemampuan dan
motivasi. Bila digambarkan akan tampak sebagai berikut:
Gambar. 2.11
Dari berbagai pendapat para ahli tentang faktor
mempengaruhi kinerja tersebut
dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu
dengan karakteristik
berinteraksi dalam suatu kualitas kerja yang dilakukan oleh seseorang
dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.
184 Ibid, hlm. 147.
Sementara Gibson et al (1995:56) menyatakan bahwa faktor
performance (kinerja) adalah:
Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur,
usul, jenis kelamin). Variable Organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbstruktur desain pekerjaan. Variable Psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
Sedangkan menurut Sutermeister (1976:45) menyatakan
produktivitas ditentukan oleh kinerja pegawai dan teknologi, sedangkan
itu sendiri tergantung pada dua hal yaitu kemampuan dan
motivasi. Bila digambarkan akan tampak sebagai berikut:
Gambar. 2.11. Faktor-Faktor Pembentuk Produktivitas(Sumber: Sutermeister 1979: 45).184
Dari berbagai pendapat para ahli tentang faktor
mempengaruhi kinerja tersebut menggambarkan tentang hal
dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu
karakteristik psikologisnya yang khas, serta faktor org
berinteraksi dalam suatu kualitas kerja yang dilakukan oleh seseorang
dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.
94
Sementara Gibson et al (1995:56) menyatakan bahwa faktor-faktor
Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur,
Variable Organisasi, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
Variable Psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
Sedangkan menurut Sutermeister (1976:45) menyatakan
produktivitas ditentukan oleh kinerja pegawai dan teknologi, sedangkan
itu sendiri tergantung pada dua hal yaitu kemampuan dan
Faktor Pembentuk Produktivitas
Dari berbagai pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang
tentang hal-hal yang
dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu
psikologisnya yang khas, serta faktor organisasi
berinteraksi dalam suatu kualitas kerja yang dilakukan oleh seseorang
dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.
95
7. Efektivitas, Efisien Model Pengelolaan Kinerja Guru
Efektivitas seringkali di idiomkan sebagai ‘mengerjakan hal yang
tepat’ yaitu, menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara langsung
membantu organisasi mencapai berbagai sasarannya.185 Pendapat lain
mengatakan bahwa Efektivitas merupakan hubungan antara output
dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau
kegiatan.186 Gibson mengatakan efektivitas merupakan pendekatan tujuan
didasarkan pada konsep bahwa organisasi merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Efektivitas juga diartikan sebagai pencapaian sasaran
yang telah disepakati bersama atas usaha bersama.187
Dalam dunia pendidikan efisiensi dapat dijadikan pijakan untuk
mengukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan seperti yang
dikemukakan Muljani A. Nurhadi (1993) yang menjelaskan dari segi unsur
sistem. tetapi kriteria keberhasilan pendidikan selama ini hanya
mencangkup aspek proses pembelajaran (learning or academic process),
belum menunjukan kepada keberhasilan pengelolaan/manajemen
(managerial or administrative process and activities), sehingga efisiensi
dan efektivitas internal maupun eksternal dari lembaga pendidikan
tersebut belum dapat dilihat secara lebih jelas. Kriteria keberhasilan
organisasi umum dapat pula diterapkan untuk mengukur keberhasilan
pendidikan.188 kata efektivitas, efisien dalam pengelolaan suatu organisasi
sangatlah penting, karena efektivitas sering dihubungkan dengan masalah
efisiensi. Jika kedua faktor itu dibandingkan maka faktor efektivitas
merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi, dan sebelum seseorang
melakukan kegiatan secara efisien, orang tersebut harus yakin bahwa ia
telah melakukan sesuatu yang tepat. 185Stephen P.Robins, Mary Cuolter, Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2016),hlm.8 186 Mahmudi, Manajemen Sektor Pablik, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm 25. 187 Gibson, Ivancevish dan Donaly, Organisasi dan Manajemen Prilaku, (Jakarta: Stuktur Press Erlangga, 1995), hlm. 27. 188 Mada Sutapa, Model Pengembangan Sekolah Efektif (Jurnal FIP UNY, 2017), hlm. 5.
96
Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan
pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini mempunyai istilah yang perlu
diperhatikan yaitu validasi dan evaluasi. Validasi yang dimaksud adalah
serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara
pasti apakah suatu program pendidikan telah mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Efektivitas suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari,
efektivitas keseluruhan, kualitas, produktivitas, kesiagaan, efisiensi,
pertumbuhan, pendayagunaan lingkungan dll.
Untuk melihat efektivitas, dapat dilihat dari kualitas program,
ketepatan penyusunan, kepuasaan, keluwesan, dan adaptasi, semangat
kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan waktu, serta ketepatan
pendayagunaan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Konsep efisiensi dan peranannya dalam evaluasi pendidikan dapat
lebih dipahami dalam konteks yang lebih luas yaitu konsep optimasi
ekonomi. Semua proses optimasi meliputi maksimalisasi nilai yang
melekat pada fenomenanya baik butir tunggal maupun butir ganda dalam
hambatan-hambatan yang ada di lingkungannya. Maksimisasi
keuntungan, optimalisasi utilitas sosial, dan minimisasi biaya adalah
contoh proses optimisasi. Efisiensi ekonomi berkait tidak hanya dengan
masalah efisiensi teknikal, tetapi juga dengan rasio antara output dengan
input.
Konsep efisiensi internal dalam pendidikan (sekolah) bergantung
pada paradigma input-output. Efisiensi akan tercapai kalau nilai output
pendidikan adalah maksimum untuk biaya input yang ditetapkan atau
biaya input adalah minimum untuk harga tertentu output yang dihasilkan.
Paradigma input-output menyelipkan teknologi sebagai variabel yang
mentransformasikan input menjadi output. Oleh karena itu pengukuran
proses produksi dalam pendidikan (sekolah) meliputi: input, teknologi, dan
output. Pada umumnya pengukuran input dalam analisis pendidikan
97
menggunakan pengeluaran per siswa (sering disebut dengan "unit cost").
Alternatif pengukuran input dalam kualitas pendidikan mencakup mutu
guru, ketersediaan dan mutu fasilitas, bahan-bahan, dan peralatan, dan
perbandingan pemanfaatan antara siswa dan guru, siswa dan kelas, atau
siswa dan sekolah.
Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas.
Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan
kualitas suatu sasaran program. Semakin besar persentase target suatu
program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas
berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi merupakan refleksi
hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi
berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan
besarnya tingkat pemborosan. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan
untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektivitasan
menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi.
“Effectiveness=quantity quality, and if either is zero there is no
effectiveness”. (Holzer and Nagel, 1984). Jadi keefektivitasan suatu usaha
secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.
B. Penelitian Yang Relevan
Pertama, Kompri tahun 2019 dari Universitas Islam Sultan Thaha
Saipuddin Jambi dengan disertasi berjudul: Kompetensi Manajerial
Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru di Provinsi
Jambi. Dalam pertanyaan penelitian ini adalah mengapa kompetensi
manajerial pondok pesantren belum mampu membuat gurunya memiliki
profesionalitas di Provinsi Jambi.
Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, Penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis,
pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik analisa data dengan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Keterpercayaan dengan
98
teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data
dan konsultasi promotor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kompetensi manajerial pondok pesantren dalam meningkatkan
profesionalitas guru di Provinsi Jambi, yaitu: a) Pondok Pesantren
Darussalam Gontor Kampus 12 Jambi Tanjabtim sangat bagus rencana
peningkatan profesionalitasnya dengan 100%, pengorganisasian dengan
skor 66%, kepemimpinan dengan skor 73% dan pengawasan 100%
terlaksana. Pada Ponpes Al-Jauheran Kota Jambi tidak bagus pada
rencana dengan skor 17%, pada pengorganisasian hanya 33%,
Implementasi kepemimpinan hanya 13% dan pengawasan masuh rendah
0%. Berbeda sedikit dengan Pondok Pesantren Darul Fighi, di mana
perencanaan 17% terlaksana, pengorganisasian hanya 33%,
kepemimpinan untuk peningkatan profesionalitas guru hanya 27% dan
pengawasan tidak dilakukan dengan sama sekali 0%. Hasil dari
kompetensi manajerial pondok pesantren dalam meningkatkan
profesionalitas guru di Provinsi Jambi belum sesuai untuk PMDG Kampus
12 Jambi Tanjabtim tercapai 84% keberhasilan yang tercapai dalam
meningkatkan profesionalitas guru. Sedangkan 2 pondok lainnya memiliki
nilai hasil hanya 16% keberhasilan pondok Al-Juharen dan Ponpes Darul
Fighi Merangin dalam peningkatan profesionalitas guru. Maka kesimpulan
dalam penelitian ini adalah kompetensi manajerial pondok pesantren
belum mampu membuat gurunya memiliki prefesionalitas di Provensi
Jambi disebabkan tidak kurangnya kordinasi, komunikasi dan kometmen
kedua pihak.
Persamaan penelitian penulis dengan Kompri pada tema
profesionalitas guru dan pada metode penelitian. Sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis,
pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik analisa data dengan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan serta verivikasi. Keterpercayaan dengan
99
teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data
dan konsultasi promoter. Sedangkan perbedaannya dalam lokasi Kompri
di tiga pondok pesantren, bukan di SMA Muhammadiyah. Kebahruan
penelitian penulis disbanding yang dilakukan Kompri, yaitu penulis bahas
mengenai kinerja guru tidak hanya dengan dengan penampilan kerja
(mengajar) saja, namun kemampuan guru.
Kedua, Muslim tahun 2018 dari Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan disertasi berjudul: Kinerja Guru Madrasah
Tsanawiyah Di Kota Jambi.
Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, Penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis,
pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik analisa data dengan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan serta verivikasi. Keterpercayaan dengan
teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data
dan konsultasi promotor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
guru madrasah tsanawiyah di Kota Jambi secara administratif sebagian
sudah melaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai guru.
Namun sebagian guru yang lainnya masih belum melaksanakan
kinerjanya dengan baik. Penyebab belum optimalnya kinerja guru tersebut
berhubungan dengan masalah kompetensi dan motivasi guru yang masih
jauh dari standar. Sedangkan faktor pendukung kinerja guru antara lain
karena prinsip pengabdian guru dalam memperjuangkan agama, sudah
ada upaya dalam pembinaan profesionalisme guru melalui KKG, MGMP,
MKKS, selain itu Kepala Madrasah juga telah melakukan berbagai upaya
peningkatan kinerja guru diantaranya menaikkan iuran komite untuk
menambah kesejahteraan guru, mengadakan kegiatan IHT untuk
meningkatkan kompetensi guru.
Berdasarkan temuan penelitian, maka peneliti mengembangakannya
ke dalam tawaran teori tentang kinerja guru, bahwa kinerja guru dapat
100
ditingkatkan melalui dua langkah, yaitu peningkatan kompetensi guru dan
motivasi guru. Pertama, terkait dengan kompetensi, maka kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
Kedua, terkait dengan motivasi, maka faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi seorang guru adalah spirit atau dorongan dan semangat untuk
bekerja, responsible atau tanggung jawab terhadap tugas, interest atau
minat terhadap tugas, dan appreciation atau penghormatan terhadap
tugas guru. Melalui peningkatan terhadap dua unsur, yaitu kompetensi
guru dan motivasi guru, maka kinerja guru akan dapat meningkat secara
baik. Oleh karena itu, optimalisasi kinerja guru madrasah tsanawiyah di
Kota Jambi juga hendaknya dilakukan melalui peningkatan kompetensi
guru dan motivasi guru dengan baik.
Persamaan penelitian dengan penulis dengan Muslim pada kinerja
guru dan pada metode penelitian, dimana metode penelitian sama-sama
kualitatif. Sedangkan perbedaanya di mana lokasi penelitian Muslim di
Madrasah Tsanawiyah Kota Jambi, bukan di SMA Muhammadiyah. Ada
kebahruan penulis bahas yakni kerja tim, dimana setiap waka dalam
bekerja di bantu oleh asisten. Kebahruan penulis dibanding yang
dilakukan oleh Muslim yaitu penulis membahas pengelolaan kinerja guru
yang dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga guru bekerja profesional.
Ketiga, Djuariati tahun 2018 dari Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung dengan disertasi berjudul: Pengaruh Kepemimpinan
Visioner, Organisasi Pembelajar Dan Perilaku Inovatif, Terhadap Kinerja
Karyawan Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan (Pppptk) Bisnis Dan Pariwisata Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, termasuk penelitian survey, karena mengumpulkan
data luas dan banyak, serta untuk mencari pembuktian. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) kepemimpinan visioner berpengaruh langsung positif
101
dan signifikan terhadap kinerja; (2) organisasi pembelajar berpengatuh
langsung positif dan signifikan terhadap kinerja; dan (3) perilaku inovatif
berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap kinerja. Dengan
demikian, untuk meningkatkan kinerja pada karyawan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Bisnis dan Pariwisata Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, maka kepemimpinan visioner, organisasi
pembelajar, perilaku inovatif, perlu ditingkatkan.
Persamaan kajian penulis dengan Djuniarti tema kinerja karyawan
pusat pengembangan tenaga pendidik (guru). Perbedaannya di mana
metode penelitian Djuniarti yaitu kuantitatif bukan kualitatif. Lokasi
penelitian Djuniarti di Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia, bukan di SMA Muhammadiyah. Kebahruan penulis di banding
yang di lakukan Djuniarti yaitu penulis membahas manajemen kinerja guru
tidak hanya pada penampilan kerja (mengajar) saja, namun kemampuan
guru.
Keempat, Nasir Usman disertasi dengan judul: Manajemen
Peningkatan Kinerja Guru: Studi Deskriptif-Analitik Pada SMA Negeri
Modal Bangsa dan SMA Negeri 1 Lampeuneurut Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Ditinjau dari jenis data yang dikumpulkan, Penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif analitis,
pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik analisa data dengan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan serta verivikasi. Keterpercayaan dengan
teknik perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi data
dan konsultasi promotor.
Secara khusus penelitian Nasir ini berkesimpulan bahwa: perlu
adanya peningkatan kinerja guru melalui berbagai macam kegiatan,
seperti diklat, MGMP, dan lain sebaginya. Selain itu, pengawasan dan
102
pengendalian kinerja guru secara intensif perlu dilaksanakan oleh tingkat
sekolah dan Dinas Pendidikan. Pengembangan model strategik
peningkatan kinerja guru juga tidak lepas dari konteks sistem
penghargaan terhadap jabatan profesi dan pengembangan karier
keguruan. Penelitian Nasir merupakan satu contoh indikasi jawaban
penelitian pada penelitian peneliti, hanya saja penelitian Nasir ini
dilakukan di sekolah umum, sedangkan penelitian disertasi peneliti ini
dilakukan terkait dengan kenerja guru di SMA Muhammadiyah. Artinya
peneliti ingin membuktikan apakah kinerja guru di SMA Muhammadiyah
sama dengan sekolah SMA Negeri atau dimana letak perbedaan antara
kinerja guru di SMA Muhammadiyah dengan kinerja guru di SMA Negeri.
Hilal Mahmud, dalam Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Kelola:
Journal of Islamic Education Management, Oktober 2016 Volume 1. Hlm.
1-32, ISSN: 2548-4052. Berjudul: Pelaksanaan Model Pengembangan
Kinerja Guru Pada SMA Negeri Di Kota Palopo. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap: (1) model pengembangan kinerja guru pada SMA
Negeri Kota Palopo; (2) pelaksanaan model pengembangan kinerja
melalui supervise pendidikan pada SMA Negeri di Kota Palopo; dan (3)
peleksanaan model pengembangan kinerja melalui pemberdayaan pada
SMA Negeri Kota Palopo. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan
yang kajiannya bersifat kualitatif-verifikatif untuk mengungkap makna yang
ada di balik fenomena realitas sosial tentang pelaksanaan model
pengembangan kinerja guru SMA Negeri di Kota Palopo. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan fenomenalogi dalam upaya
memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan realitas, situasi,
kondosi, dan interaksi yang terjadi dalam pelaksanaan model
pengembangan kinerja guru SMA Negeri di Kota Palopo. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa: (1) Model pengembangan kinerja yang di terapkan di SMA Negeri
Kota Palopo adalah model pengembangan kinerja melalui supervise
103
pendidikan; (2) Pelaksanaan model pengembangan kinerja guru pada
SMA Negeri di Kota Palopo belum berjalan optimal karena sejumlah
kelemahan, yaitu: (a) perencanaan hanya sebatas penjadwalan kegiatan
serta belum dibuat khusus dan detail berdasarkan analisis kebutuhan; (b)
pembinaan dan pendampingan belum optimal dan belum pokus pada
kebutuhan guru; dan (3) Pelaksanaan model pengembangan kinerja guru
melalui pemberdayaan baru sebatas memenuhi kebutuhan persyaratan
kenaikan pangkat. Potensi guru belum dimanfaatkan melalui
pemberdayaan. Tulisan Mahmud sama dengan penulis pada tema model
kinerja guru yang di lakukan di SMA, hanya saja tidak sama pada penulis
pada tema model pengelolaan kinerja guru karena penulis tidak
membahas perbedaan lain adalah pendekatan Mahmud adalah kualitatif
dan penulis juga kualitatif.
Muhammad Arifin dalam Journal International Education Studies;
Vol. 8, No. 1; 2015, ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039, Published by
Canadian Center of Science and Education. Berjudul: Journal International
yang ditulis oleh H. Muhammad Arifin dengan judul The Influence of
Competence, Motivation, and Organisational Culture to High School
Teacher Job Satisfaction and Performance. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi, motivasi, dan
kompetensi organisasi untuk kepuasan dan kinerja guru sekolah
menengah di Kota Jayapura, Papua, Indonesia. Penelitian itu dilakukan
pada 117 responden dari 346 guru dengan menggunakan kuesioner. Data
dianalisis dengan analisis SEM metode dalam program AMOS. Temuan
menunjukkan bahwa kompetensi dan budaya organisasi berpengaruh
positif dan kepuasan kerja guru tidak signifikan. Sementara, motivasi kerja
mempengaruhi pekerjaan guru secara positif dan signifikan kepuasan,
tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.
Kompetensi dan kepuasan kerja mempengaruhi kinerja guru secara positif
104
dan signifikan, ternyata budaya organisasi hanya memiliki pengaruh positif
pengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja.189
Koswara, Rasto dalam Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran
Vol. 1 No. 1, Agustus 2016, Hal. 61-71: Berjudul Kompetensi dan kinerja
guru berdasarkan sertifikasi profesi,” Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru baik yang sudah
mengikuti sertifikasi profesi maupun yang belum mengikuti sertifikasi
profesi. Metode penelitian menggunakan explanatory survey. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket skala 5 model scale. Responden
rating adalah 88 guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota
Bandung. Teknik analisis data menggunakan regresi sederhana. Hasil
penelitian menunjukkan: (1) kompetensi dan kinerja guru berada pada
kategori tinggi; (2) kompetensi berpengaruh positif terhadap tingkat kinerja
guru baik guru yang belum mengikuti sertifikasi profess maupun yang
sudah mengikuti sertifikasi profesi; dan (3) terdapat perbedaan
kompetensi dan kinerja guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi
dengan yang sudah mengikuti sertifikasi profesi.190
Usman, Sowiyah & Sumadi dalam Jurnal Manajemen Mutu
Pendidikan FKIP UNILA Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013 berjudul
Pengaruh Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Supervisi Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap
kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, (2) pengaruh
kompetensi supervisi kepala sekolah secara bersama-sama terhadap
kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Tanggamus, (3) pengaruh
kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi kepala sekolah secara
bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten
189 H. Muhammad Arifin, Journal International Education Studies; Vol. 8, No. 1; 2015, ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039, Published by Canadian Center of Science and Education. 190 Koswara, Rasto, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 1 No. 1, Agustus 2016, hlm. 61-71
105
Tanggamus. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) kompetensi
manajerial kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif terhadap
kinerja guru sebesar 78,0%. (2) kompetensi supervisi kepala sekolah
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan sebesar 79,6%, (3)
secara bersama-sama kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi
kepala sekolah memberika pengaruh dan signifikan sebesar 80,5%.
Tulisan Usman, Sowiyah & Sumadi sama dengan penulis pada
tema kinerja guru, hanya saja tidak sama pada tema kompetensi
manajerial dan pada tema kompetensi supervise kepala sekolah, karena
penulis tidak membahas itu perbedaan lain adalah pendekatan penelitian
Usman dan kawan-kawan adalah kuantitaif, sedangkan penulis memilih
pendekatan kulitatif.
106
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah studi kualitatif deskriptif yang
mengungkapkan, menemukan dan menggali informasi tentang model
pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Provinsi Sumatera
Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan objek yang diteliti
melalui proses pengekplorasian fakta dan data objek di lapangan
sebagaimana adanya. Untuk mencapai tujuan tersebut data yang digali
dalam suatu proses pengamatan yang mendalam. Untuk itu penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif yang dimaksud adalah bahwa terlebih dahulu peneliti mencari
literatur atau teori yang berkaitan dengan penelitian, kemudian dengan
teori tersebut dibandingkan dengan kondisi lapangan.
Menurut John W Creswell dalam memahami sebagai pendekatan
penelitian yang dimulai dengan asumsi, lensa penafsiran/teoritis, dan studi
tentang permasalahan riset yang memiliki bagaimana individu atau
kelompok memaknai permasalahan sosial atau kemanusiaan yang
diamati. Masih menurut John W Creswell dalam Djam’an mengemukakan
penelitian kualitatif adalah suatu proses inkuiri tentang pemahaman
berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis terpisah, jelas pemeriksaan
bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti
membangun suatu komplek gambaran holistic meneliti kata-kata, laporan-
laporan, merinci pandangan-pandangan dari penutur asli dan melakukan
studi di suatu pengaturan alami.191 Kemudian penelitian kualitatif juga
disebut metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang dianggap berasal dari masalah sosial dengan melibatkan upaya-
upaya penting seperti mengajukan pertanyaan prosedur mengumpulkan
191
Djaman Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 24.
107
data yang spesifik dari partisipan.192 Pendekatan penelitiannya secara
terstruktur, terencana dan terprosedur untuk melakukan sebuah penelitian
ilmiah dengan memadukan semua potensi dan sumber yang telah
disiapkan. Pendekatan penelitian sangat ditentukan oleh paradigma
penelitian, yaitu suatu cara pandang yang telah dipilih oleh peneliti. dalam
Djam’an mengemukakan penelitian kualitatif adalah suatu proses inkuiri
tentang pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis
terpisah, jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau
manusia. Peneliti membangun suatu komplek gambaran holistik meneliti
kata-kata, laporan-laporan, merinci pandangan-pandangan dari penutur
asli dan melakukan studi di suatu pengaturan yang alami.193 Melalui
pendekatan kualitatif ini, diharapkan terangkat gambaran mengenai
kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran dari model pengelolaan
kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera
Selatan.
Kemudian Creswell dalam Mukhtar menyebutkan bahwa karakter
utama dalam penelitian kualitatif adalah: Pertama penelusuran masalah
dan pengembangan secara detail terpusat pada satu fenomena tertentu.
Kedua teori dan peraturan yang digunakan menjadi sandaran dalam
dalam merumuskan masalah. Ketiga dalam merumuskan masalah dan
pertanyaan penelitian serta tercapainya tujuan penelitian secara umum,
ditentukan oleh pengalaman langsung peneliti berpartisipasi dalam sosial
pada studi pendahuluan grand tour hingga proses penelitian yang
dilaksanakan. Keempat pengumpulan data bertolak pilihan kata yang
sederhana. Kelima analisis data yang dideskripsikan dan tema-tema yang
ditampilkan dalam analisis diinterpretasikan menjadi makna.194
192 Creswell, Jhon W. Terjemahan Achmad Fawaid, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 4. 193 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 24. 194 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi GP. Press Group, 2013), hlm. 84-85.
108
Prosedur kualitatif menurut Creswell menunjukkan pendekatan
yang berbeda untuk penyelidikan ilmiah dari pada metode penelitian
kuantitatif. penelitian kualitatif menggunakan asumsi-asumsi filosofis yang
berbeda, strategi penyelidikan dan metode pengumpulan data, analisis
dan interpretasi. Meskipun proses serupa, prosedur kualitatif
mengandalkan data teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik
dalam analisis data dan menarik pada strategi yang beragam
penyelidikan.195 Kemudian menurut Sukadinata penelitian kualitatif adalah
ditujukan untuk membuat generalisasi, tetapi untuk memperluas temuan
yang memungkinkan pembaca atau peneliti lain dapat memahami situasi
yang sama dengan menggunakan hasil penelitian ini dalam praktik.196
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu
uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat diamati
dari suatu individu.197 Melalui pendekatan kualitatif ini maka peneliti
mengharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan
persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
Penulis mengawali langkah penelitian dengan mengidentifikasi
masalah seperti yang telah dicantumkan pada latar belakang masalah,
kemudian mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan
masalah penelitian diantaranya literatur serta model pengelolaan kinerja
guru di SMA Muhammadiyah Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
Kemudian menyusun alternatif pembahasan sesuai dengan data yang
dikumpulkan, selanjutnya menentukan kriteria solusi yang akan diberikan
sesuai dengan masalah yang ditemukan, setelah itu, melakukan analisis
timbal balik antara data yang ditemukan di lapangan dengan teori yang
dibangun (sesuai atau tidak sesuai), selanjutnya merumuskan hasil
195 Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods (Singapore: Sage Publications Asia-Pacific Pte. Ltd. 2009), hlm. 162. 196 Nana Syoadh Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 60-61. 197 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 23.
109
penelitian dan mengambil keputusan untuk dianalisis serta mengurai dan
mendeskripsikannya secara lebih mendalam.
Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
mengadopsi filsafat postpositivisme seperti yang dijelaskan Sugiyono198
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (Sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
sampling sesuai dengan karakter-karakter khusus yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian ini. Teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan) antara observasi partisipan, wawancara terbuka dan
dokumentasi. Kemudian analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna dari realitas yang ada bersumber dari
subjek penelitian yang sudah ditetapkan.
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian
1. Situasi Sosial (Social Setting)
Berdasarkan pendapat Spradley, dikutip kembali oleh Sugiyono ,
populasi dalam penelitian kualitatif dinamakan sosial situation atau situasi
sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors),
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara energis. Pada situasi
sosial atau obyek peneliti ini peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity) orang-orang (actor) yang ada pada tempat (place)
tertentu.199 Situasi sosial yang dipilih saat ini dengan alasan karena masih
ditemukan masalah, kedua, kajian ini belum pernah diteliti sebelumnya
oleh peneliti lain di setting yang sama, dan ketiga, kemudahan akses data
dari lapangan. Situasi sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tempat (place) dalam penelitian ini di SMA Muhammadiyah 1
Palembang wilayah provinsi Sumatera Selatan beralamat di Jl. Balayudha,
No. 21 A. K.M, 4.5, Kelurahan Pahlawan Kecamatan kemuning yang saat
198 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 14. 199 Ibid., hlm. 297-298.
110
ini dipimpin kepala Sekolah Drs. Rusydi, M.Pd dengan guru jumlah
berjumlah 93 orang dan murid sebanyak 1926 orang.
Pelaku (actors) dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik
manusia yang berhubungan dengan model pengelolaan kinerja guru SMA
Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan Palembang
yang memimpin adalah kepala sekolah dan guru.
Aktivitas (activity) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
semua kondisi dan perilaku pelaku terkait Model pengelolaan kinerja guru
yang belum mampu menjadikan gurunya memiliki profesional di provinsi
Sumatera Selatan, dengan indikasi ditemukan beberapa permasalahan
seperti hasil penelusuran awal bahwa kepala sekolah masih kesulitan
menyusun secara sistematis, periodik terhadap program yang dibuatnya
berdasarkan skala prioritas terkait peningkatan kinerja guru misalnya
jadwal pengembangan diri guru untuk satu tahun kerja, rencana kerja
penyusunan program pembelajaran di awal tahun pelajaran,
penyelenggaraan musyawarah guru mata pelajaran, pengaturan jam
mengajar guru, rencana evaluasi hasil belajar, standar profesional guru
sesuai ketentuan SMA Muhammadiyah. kemudian kepala sekolah dengan
kecakapannya berusaha menggerakkan guru yang ada untuk bekerja
dengan kemampuannya, hanya saja masih ditemukan guru yang tidak
disiplin dalam bekerja, kesejahteraan guru masih rendah belum sesuai
Upah Minimum Provinsi, guru tidak dituntut untuk meneliti.
2. Subjek Penelitian
Menurut Patton, dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek pada
penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan. Subjek
bisa dipilih dengan purposive200 Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi
tentang realitas sosial yang bersifat unik, komplek, dan ganda. Padanya
terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi.
Karenanya, kegiatan penelitian haruslah secara sengaja memburu
200 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif,terjemahan: Budi Puspo Priyadi,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 100.
111
informasi seluas mungkin ke arah keragaman/variasi yang ada. Bila dari
semua variasi yang masing-masingnya unik tersebut telah diperoleh
informasi yang maksimal, maka tujuan menelaah mereka sudah dapat
dikatakan terpenuhi. Sebab, peneliti telah memahami secara baik realitas
yang unik, komplek, dan ganda tersebut. Untuk itu, konsep sampel dalam
penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana memilih informan atau
situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang mantap dan
terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada (karakteristik elemen-
elemen tercakup dalam fokus/topik penelitian). Pemilihan informan atau
situasi sosial tertentu, dengan sendirinya, perlu dilakukan secara
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.201 Berdasarkan penjelasan ini
maka dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif perlu menetapkan subjek
penelitian yang informasinya sangat penting, yaitu dikenal dengan
informan kunci (key informan), sedangkan subjek yang memberi data
tambahan dinamakan informan tambahan.
Subjek dalam penelitian ini meliputi seluruh karakteristik yang
berhubungan atau mengetahui secara mendalam mengenai model
pengelolaan kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu guru yang ditetapkan sebagai responden
penelitian, sedangkan kepala sekolah sebagai informan. Subjek diambil
dengan cara purposive sampling. Pengambilan subjek bertujuan dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random
atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
subjek penelitian yang besar dan jauh. 201 Sugiono, Op. Cit., hlm. 300.
112
C. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian adalah sesuatu yang diketahui. Diketahui, artinya
sesuatu yang sudah terjadi sebagai fakta empirik (bukti yang ditemukan
secara empiris melalui penelitian). Adapun manfaat data adalah, pertama
untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang sesuatu keadaan
atau persoalan. Kedua, untuk membuat keputusan atau memecahkan
persoalan. Data yang dikumpulkan oleh seorang peneliti, dilihat dari sudut
sumbernya secara garis besar terdiri dari jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut
menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang tidak berhubungan
langsung dengan penelitian yang bersangkutan.
1. Jenis Data
Ada dua jenis data dalam penelitian, yaitu data primer dan data
sekunder. Pertama, data primer adalah data yang diambil langsung dari
peneliti kepada sumbernya, tanpa adanya perantara. Sumber yang
dimaksud, dapat berupa benda-benda, situs, atau manusia. Teknik
pengumpulan data dalam kontek data primer ini tergantung jenis data
yang diperlukan, jika yang diperlukan adalah data tentang manusia, maka
peneliti dapat memperolehnya dengan menyiapkan seperangkat alat
instrumen, atau melakukan observasi langsung terhadap objek atau
setting sosial yang diteliti dengan menggunakan panduan observasi.
Mempergunakan data sekunder sesungguhnya, relatif lebih murah dan
lebih mudah. Sayangnya data itu tidak selalu ditemui, sehingga perlu
dilakukan pengumpulan data secara langsung dilapangan. Adapun
manfaat data primer adalah: 1) Data primer langsung bersangkutan
dengan keperluan penelitian atau dikumpulkan untuk mencapai tujuan
penelitian. 2) Tidak ada resiko kadaluarsa (out of date) karena baru
dikumpulkan setelah proyek penelitian dirumuskan. 3) Semua pengerjaan
pengumpulan data statistik dipegang sendiri oleh peneliti. Ia akan
menelaahnya dengan cara yang dikehendaki. 4) Peneliti mengerti dari
113
kualitas dari metode-metode yang dipakainya, karena dialah yang
mengaturnya sejak permulaan.
Data primer dalam penelitian ini berasal dari model pengelolaan
kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera
Selatan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data
pendukung yang memperkokoh keberadaan data primer, terkait kajian
Model pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang
Provinsi Sumatera Selatan.
Kedua, data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya, dari biro
statistic, majalah, Koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.
Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya,
artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Karena
itu itu perlu adanya pemeriksaan ketelitian. Bukan berarti bahwa data
sekunder kalah bermutu dibandingkan dengan data primer, bahkan kalau
mungkin data sekunder dicari lebih dahulu, barangkali ada yang cocok
dengan penelitian. Dengan demikian akan dihemat biaya, waktu dan
tenaga. Meskipun data sekunder tidak diperoleh langsung dari tangan
pertama, namun data ini tetap memiliki keuntungan dalam penggunaanya,
diantaranya: 1) lebih murah, cukup datang keperpustakaan atau mencatat
dari penerbitan-penerbitan. 2) lebih cepat untuk mengumpulkan data
primer dapat diperlukan data 60-90 hari, sedangkan data sekunder hanya
beberapa hari saja. 3) Seorang peneliti pada kenyataannya tidak selalu
mampu mengumpulkan data primer, misalnya sensus penduduk, data
siswa/mahasiswa dan lain-lain.
Data sekunder terdiri atas dua kategori. Pertama, internal data,
yaitu data yang tersedia dalam sebuah lembaga atau organisasi tempat
penelitian dilakukan, misalnya data siswa/mahasiswa, data masyarakat,
data pendidikan, agama, ekonomi dan sebagainya. Kedua, eksternal data,
diperoleh dari sumber-sumber luar, meliputi keterangan-keterangan baik
yang diterbitkan ataupun yang belum diterbitkan, data sensus dan data
114
registrasi, serta yang diperoleh dari badan atau perusahaan yang
aktivitasnya mengumpulkan keterangan-keterangan yang relevan dalam
berbagai masalah.
Data sekunder dapat berupa dokumentasi tertulis yang terdapat di
lapangan yang meliputi sertifikat tanda kelulusan, sertifikasi guru, program
kerja, pengumuman, notulen rapat, surat keputusan, laporan bulanan,
triwulan, tahunan, surat panggilan atau teguran terhadap guru dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan model pengelolaan kinerja guru di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang provinsi Sumatera Selatan.
2. Sumber Data
Persoalan tentang di mana data dapat diperoleh terutama
merupakan persoalan yang menyangkut pemilihan subjek penelitian. Riset
tentu tidak dilakukan di sembarang tempat, melainkan di tempat-tempat
yang sudah ditentukan.202 Sumber data penelitian ini berkenaan dengan
SMA Muhammadiyah 1 Palembang sebagai total sistem, yang
mempunyai pendukung serta saling berkaitan di antara komponen-
komponennya. Berdasarkan aspek-aspek kelembagaan SMA
Muhammadiyah 1 Palembang, maka sumber data penelitian
dikelompokkan:
1. Perangkat perundang-undangan yang menjadi penentu arah
pelaksanaan model pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1
Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
2. Perangkat proses manajemen kebijakan, sumber daya manusia dan
kepemimpinan manajemen.
3. Lingkungan sosial proses model pengelolaan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang
berkaitan dengan unsur lokasi, waktu, gejala dan peristiwa.
202 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 91.
115
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Patton
dilakukan dengan observasi langsung, wawancara mendalam dan terbuka
serta penelitian dokumen-dokumen tertulis.203
1. Observasi Langsung
Sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan sistematis atas fenomena-fenomena yang
diselidiki.204 Kelebihan/kekuatan utama metode observasi terletak pada
kemudahan bagi peneliti untuk mengakses setting. Karena metode ini
bersifat tidak mencolok/tersamar dan tidak menuntut interaksi langsung
dengan partisipan.205
Penulis menggunakan observasi langsung dalam penelitian ini,
yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui
pengamatan. Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih
lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku atau gejala yang muncul. Menurut Stainback Observasi
partisipatif dapat digolongkan menjadi empat yaitu: partisipasi pasif,
partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan
observasi yang lengkap.206
Peneliti menggunakan observasi partisipatif dalam kajian ini. Dalam
observasi ini peneliti terlihat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih 203 Michael Quinn Patton, Op. Cit., hlm. 7. 204 Sutrisno Hadi, Op. Cit., hlm. 186. 205 Adler, Patricia A. & Peter Adler, “Teknik-Teknik Observasi”. Dalam Norman K. Denzin
and Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research. Penerjemah: Dariyatno, dkk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 529.
206 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 310-317.
116
lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang tampak.207
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi partisipasi aktif. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
sejumlah data tentang konteks yang nyata proses pelaksanaan model
pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah Provinsi Sumatera
Selatan. Aspek-aspek yang di observasi mencakup perilaku para pelaku
dan objek kebijakan, situasi dan latar penelitian. Secara rinci, observasi
dilakukan terhadap:
a. Perencanaan kinerja kepala sekolah dan kepala guru di SMA
Muhammadiyah
b. Rapat kerja penyusunan program peningkatan kinerja guru.
c. Distribusi guru dalam tugasnya sesuai prinsip the right man and right
place.
d. Aktivitas dan kepala sekolah untuk menggerakkan seusai guru
bekerja.
e. Alat pemotivasian kinerja guru.
f. Wadah pemberdayaan guru bekerja.
g. Aktivitas pelatihan dan sejenisnya bagi guru.
h. Administrasi kerja guru di sekolah.
i. Aktivitas kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap kerja
guru.
j. Intensitas pengawasan yang digunakan kepala sekolah terhadap
guru.
k. Ketersediaan fasilitas kerja guru pada SMA Muhammadiyah 1
Palembang.
l. Perangkat pendukung kerja guru pada SMA Muhammadiyah 1
Palembang.
207 Ibid., hml. 310.
117
2. Wawancara Mendalam dan Terbuka
Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau
lebih, biasanya hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu dan
masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi
secara wajar dan lancar.208 Meskipun demikian, penelitian tidak boleh
menganggap remeh teknik ini, maka penelitian tidak berada pada situasi
biasa, melainkan untuk menyelidiki atau memiliki tujuan-tujuan khusus
penelitian.
Wawancara terbuka yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang
yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Pewawancara adalah
orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak
sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara tersebut. Dia juga berhak
menentukan materi yang akan diwawancarakan serta kapan dimulai dan
diakhiri. Namun seringkali informan pun dapat menentukan perannya
dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai
dilaksanakan dan diakhiri. Informan adalah orang yang diwawancarai,
diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta
dari suatu obyek penelitian.
Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan,
berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang 208 Sutrisno Hadi, Op. Cit., hlm. 264.
118
baik terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. Pembukaan wawancara
adalah kata-kata tegur sapa, seperti nama ibu siapa, alamatnya di mana,
berapa anaknya, dan lain sebagainya. Isi wawancara sudah jelas, yaitu
pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian.
Sedangkan, penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Bagian
ini dihiasi dengan kalimat-kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya
kira cukup sampai disini wawancara kita, terima kasih atas bantuan bapak,
bapak banyak membantu saya dsb. Bagian penutup biasanya dihiasi
dengan janji untuk ketemu pada waktu lain. Metode wawancara
mendalam (in-depth interview) adalah sama seperti metode wawancara
lainya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan,
dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada
umumnya, wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan
waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi
ini tidak terjadi pada wawancara umumnya.209
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terbuka. Teknik wawancara terbuka menggunakan sebuah
daftar pertanyaan yang perlu dijawab secara tertulis maupun lisan. Teknik
ini digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi dan pikiran,
perasaan, pengetahuan, keinginan dan harapan serta pengalaman dari
para pelaku dan objek yang diteliti. Alat wawancara yang peneliti gunakan
rekaman dari lapangan terhadap informan peneliti.
Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian, yaitu kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang humas dan sarana, wakil
kepala sekolah bidang Al-Islam Kemuhammadiyahan dan bahasa Arab
(ISMUBA), guru dan tata usaha. Yang digunakan untuk mengumpulkan
data yang relevan dan sesuai dengan permasalahan penelitian dan
memperoleh data yang komplit tentang model pengelolaan kinerja guru
209 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 138-140.
119
SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan, secara
rinci sebagai berikut:
1. Wawancara dengan Kepala sekolah/Wakil Kepala Sekolah
a. Bagaimana kepala SMA Muhammadiyah menyusun program kerja
guru?
b. Apa saja acuan/pedoman/landasan kinerja kepala sekolah dalam
menyusun program kegiatan guru di SMA Muhammadiyah?
c. Seberapa penting penyusunan kerja guru bagi sekolah
Muhammadiyah ini?
d. Apakah kepala sekolah menyusun program kegiatan guru
berdasarkan skala prioritas
e. Bagaimana kepala sekolah menyusun program kegiatan kerja guru
secara periodik?
f. Bagaimanakah perencanaan yang diterapkan oleh anda untuk
meningkatkan kinerja guru dalam menciptakan prestasi peserta
anak didik?
g. Apakah program yang dilaksanakan oleh lembaga seirama dengan
perencanaan guru?
h. Apakah kolektivitas kerja dalam menyusun program kerja guru?
i. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
kualifikasinya?
j. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru?
k. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
prinsip the right man and right place?
l. Bagaimana pelaksanaan kinerja guru?
m. Bagaimana pemotivasian kinerja guru?
n. Bagaimana pemberdayaan guru dalam bekerja?
o. Bagaimana penegakan disiplin bagi guru bekerja?
p. Bagaimana administrasi guru bekerja?
q. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan kepada guru?
120
r. Bidang pengawasan apa saja yang dilakukan kepala sekolah
terhadap guru?
s. Bagaimana follow up dari hasil pengawasan terhadap guru?
t. Kapan dan apa saja media pengawasan yang digunakan kepala
sekolah terhadap guru?
u. Bagaimana alokasi biaya bagi guru yang bekerja di SMA
Muhammadiyah?
v. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam mengoptimalisasi kinerja
guru di SMA Muhammadiyah?
w. Apakah pernah mengikuti atau mengikuti pelatihan manajerial
dalam memimpin sekolah ini
x. Apa saja harapan (hope) bagi perbaikan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah?
y. Anda sebagai pimpinan, perlukah mendorong dan memotivasi guru
dalam bekerja?
z. Adakah pembinaan yang diterapkan oleh anda sebagai pimpinan
untuk meningkatkan kinerja guru?
aa. Menurut anda perlukah tanggung jawab, minat dan penghargaan
atas tugas serta peluang untuk mengembangkan guru,
memperhatikan dan hubungan interpersonal sesama guru?
bb. Bagaimanakah anda mengembangkan aspek kualitas pribadi guru
baik dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi guru?
cc. Bagaimanakah anda mengimplementasikan potensi guru dalam
sebuah prestasi?
dd. Perlukah unsur kepribadian yang meliputi kedisiplinan, etos kerja,
kerja sama, inisiatif, tanggung jawab dan kejujuran menjadi prinsip
utama guru dalam dunia pendidikan?
ee. Bagaimanakah penyajian yang guru terapkan dalam materi
pembelajaran dan membimbing peserta didik untuk menjadi anak
yang berprestasi?
121
ff. Adakah pembinaan yang dilakukan pimpinan untuk mendorong
kinerja guru?
2. Guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang
a. Apa makna manajemen kinerja di SMA Muhammadiyah?
b. Apa program kerja yang bapak/ibu buat?
c. Bagaimana bapak/ibu merumuskan tujuan pembelajaran?
d. Bagaimana membuat rencana kerja,apa landasan dalam membuat
program tersebut?
e. Apa fasilitas yang diberikan oleh Dinas Pendidikan dan Dikdasmen
untuk sekolah ini?
f. Terkait dengan perangkat pembelajaran, kurikulum apa yang
dipakai, serta bagaimana memaknai aturan kurikulum dan silabus?
g. Bagaimana bapak ibu memaknai silabus dan kurikulum?
h. Bagaimana bapak/ibu membuat perangkat pembelajaran?
i. Terkait dengan Prota, Promes, KKM,seta Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran?
j. Seberapa pentingkan bapa/ibu merancang pembelajaran?
k. Bagaimanakah perencanaan yang diterapkan oleh anda untuk
meningkatkan kinerja dalam menciptakan prestasi peserta didik?
l. Apakah perencanaan yang anda rencanakan seirama dengan
perencanaan yang diprogramkan dalam lembaga?
m. Perlukah anda sebagai penyandang profesi pendidik, adanya
sebuah dorongan dan motivasi internal maupun eksternal dalam
bekerja?
n. Bagaimana sistem penggajian guru pada SMA Muhammadiyah?
o. Apa saja kebijakan kepala sekolah dalam membina kinerja guru?
p. Bagaimana dorongan kepala sekolah bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya pada SMA Muhammadiyah?
q. Bagaimana kompetensi kepala sekolah terhadap beragam latar
belakang pada SMA Muhammadiyah?
122
r. Bagaimana Kompetensi kerja sama tim kepala sekolah bagi guru
pada SMA Muhammadiyah?
s. Bagaimana dukungan fasilitas bagi guru dalam melaksanakan
tugas sekolah pada SMA Muhammadiyah?
t. Bagaimana ketersediaan teknologi bagi guru pada SMA
Muhammadiyah?Apakah kolektivitas kerja dalam menyusun
program kegiatan guru?
u. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
dengan klasifikasinya?
v. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru?
w. Bagaimana kepala sekolah kerja guru sesuai dengan the right man
and right place?
x. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan metode pembelajaran?
y. Apakah bapak/ibu memakai metode dalam mengajar?
z. Apakah bapak/ibu memilih alat pengajaran?
aa. Apakah bapak/ibu sudah memakai bahan ajar?
bb. Apakah bapak/ibu melibatkan siswa dalam pembelajaran?
cc. Bagaimana pemotivasian kerja guru?
dd. Bagaimana pemberdayaan guru?
ee. Apa saja penegakan disiplin bagi guru?
ff. Bagaimana administrasi kerja guru di SMA Muhammadiyah?
gg. Bagaimana kepala mengadakan pengawasan terhadap guru?
hh. Apakah guru mendapatkan pelatihan dalam meningkatkan kerja?
ii. Apakah guru mendapatkan dorongan membina profesi guru melalui
pendidikan lanjutan?
jj. Apakah guru mendapatkan informasi terkini terkait regulasi dan
dinamika pengaturan sekolah dari Dinas Pendidikan dan
Dikdasmen?
kk. Bagaimanakah teknis atau langkah-langkah yang dilakukan anda
dalam mengimplementasikan manajemen kinerja anda?
123
3. Pihak pengelola/perserikatan Sekolah
a. Bagaimana sistem rekrutmen guru pada SMA Muhammadiyah?
b. Apa saja standar/pertimbangan sistem rekrutmen dan kompetensi
yang diangkat menjadi guru di SMA Muhammadiyah?
c. Bagaimana kualifikasi dan kompetensi diangkat menjadi guru di
SMA Muhammadiyah?
d. Bagaimana ketentuan kerja guru pada SMA Muhammadiyah?
e. Bagaimana sistem penggajian guru pada SMA Muhammadiyah?
f. Bagaimana pembinaan pelaksanaan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah?
4. Tenaga Administrasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang
a. Bagaimana administrasi kerja guru mengajar pada SMA
Muhammadiyah?
b. Bagaimana perangkat pendukung kerja guru pada SMA
Muhammadiyah?
3. Dokumen-Dokumen Tertulis
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.210Teknik ini digunakan untuk memperoleh
sejumlah informasi yang berkenaan dengan benda-benda, alat atau
fasilitas rumusan kebijakan tentang Sekolah Muhammadiyah, yang
diupayakan untuk memperoleh data, mengapa dokumen dibuat dan
dilaksanakan.
Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: dokumen
kebijakan kepala sekolah dalam membina kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Sumatera Selatan. Dokumen yang dikumpulkan
mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis
lainnya, dicatat dengan menggunakan catatan-catatan tentang:
210 Sugiyono, Op., Cit, hlm. 329.
124
a. Historis dan geografis
b. Struktur organisasi
c. Profil, guru, staf dan siswa
d. Sarana dan prasarana
e. Kurikulum
Dengan mengumpulkan data, baik dengan teknik wawancara
mendalam, observasi berperan serta maupun dokumentasi, peneliti selalu
menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut adalah block note untuk
membuat catatan sementara atas wawancara atau kejadian yang diamati
dalam observasi. Peralatan lain yang digunakan alat perekam gambar,
suara serta video adalah kamera. Seluruh data yang telah diperoleh pada
setiap pengumpulan data selanjutnya dibuatkan catatan lapangan (field
notes) yaitu catatan tertulis tentang apa yang peneliti dengar, lihat, alami
dan pikirkan pada saat pengumpulan data. Catatan lapangan inilah yang
dijadikan peneliti sebagai bahan analisis baik selama berada di lapangan
maupun setelah selesai pengumpulan data di lapangan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pencarian dan penyusunan yang
sistematis terhadap transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan
lain-lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan
memudahkan bagi peneliti untuk menjelaskan tentang apa yang telah
ditemukan selama penelitian. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis data mengalir menurut Miles dan
Huberman yang pada prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan
sepanjang kegiatan penelitian (during data collection), dan kegiatan yang
paling inti yaitu.211
211 Miles Mathethew B dan A. Michael Hubeman, Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohedi Rohidi (Jakarta: UI Press, 2007), hlm. 16.
125
1. Reduksi Data
Hasil pengamatan dan wawancara yang ditemukan data yang
sedemikian banyak dan kompleks serta campur aduk, maka langkah yang
perlu diambil adalah mereduksi data. Reduksi data adalah aktivitas
peneliti dalam memilih dan memilah data yang dianggap relevan untuk
disajikan. Menurut Miles dan Huberman, data reduction refer to the
process of selecting, focusing, sampling, abstracting and transforming the
“raw” data that appear in written up fiednot.212 Proses pemilihan data
memfokuskan pada informasi yang mengarah untuk pemecahan masalah,
pemaknaan dan penemuan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Kegiatan reduksi data diawali dengan melakukan konseptual,
permasalahan, pendekatan pengumpulan data yang diperoleh. Selain
pengumpulan data misalnya: meringkas, membuat kode, mencari fokus,
dan membuat memo. Memo adalah konseptualisasi ide atau teoritis atau
teoritis ide dimulai dari pengembangan pendapat. Reduksi data fungsinya
menggolongkan, mengarahkan, menajamkan, dan membuang yang tidak
perlu serta mengorganisasikan sehingga interpretasi dapat dilakukan.
Reduksi data dalam analisis data penelitian kualitatif, sebagai proses
pemilihan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data akan
tampak waktu penelitiannya memutuskan (acapkali tanpa disadari
sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan
penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi
data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai
laporan akhir lengkap tersusun. 212 Ibid, hlm. 21.
126
Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai
kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan
dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang
lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke
dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak
selalu bijaksana. Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah
berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setiap kontak atau
pertemuan dengan informan. Dalam merangkum data biasanya ada satu
unsur yang tidak dapat dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu
membuat ringkasan yang inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari
responden tetap dijaga. Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti
melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik
termasuk a) proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan
kaitannya dengan setiap kelompok data, b) menyusun data dalam satuan-
satuan sejenis. Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga
dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan kategori/variabel, dan c) membuat
koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja peneliti. Kegiatan lain yang
masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,
menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.
Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinu dan
oleh karena itu peneliti perlu sering memeriksa dengan cermat hasil
catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti dengan
informan. Masalah-masalah kompetensi manajerial pondok pesantren
dalam meningkatkan profesionalitas guru di Provinsi Jambi diambil melalui
wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
127
2. Penyajian Data
Penyajian data disajikan secara sistematis, agar lebih mudah
dipahami tentang hubungan antar bagian yang mempengaruhi proses
pengelolaan pelayanan. Menurut Miles dan Haberman, we define a
‘display’ as an organized assembly of information that permits conduction
drawing and action tacking. Bentuk penyajian data lebih banyak berupa
narasi yaitu pengungkapan secara tertulis, tujuannya adalah untuk
mempermudah mengikuti kronologis alur peristiwa, sehingga dapat
terungkap apa sebenarnya terjadi dibalik peristiwa tersebut, melalui
display data ini dapat dipahami pola interaksi antar bagian konteks utuh.
Teknis penyajian data yang runtut dan sistematis sangat membantu
peneliti dalam menarik kesimpulan dana verifikasi yang memadai berupa
pola hubungan yang permanen di antara sekolah, guru, staf, dan siswa.
Ada tiga alur utama pada penelitian kualitatif yaitu reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi/kesimpulan. Sebagai suatu jalin menjalin
pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk sejajar, untuk membangun wawasan yang disebut analisis, dan
kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Di
sini penelitian harus siap bergerak di antara empat (4) “sumbu” kumparan
itu selama pengumpulan data. Selamanya bergerak bolak-balik di antara
kegiatan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi
selama waktu penelitian. Bentuk penyajian data yang umum dilakukan
dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara
panjang lebar temuan penelitian. Penyajian data mengenai masalah
model pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang
Provinsi Sumatera Selatan yang telah direduksi melalui bab-bab yang
sudah tersedia.
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
128
catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses
analisis data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik
kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir.213 Kesimpulan
sementara dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat
penelitian sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah
seluruh data dianalisis mengenai masalah model pengelolaan kinerja guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses
analisis data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik
kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara
dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian
sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh
data dianalisis.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif
menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian? Karena
seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian 213 Ibid. hlm. 16-20.
129
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah
diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, maupun hipotesis atau teori.
D. Uji Keterpercayaan Data
Teknik pemeriksaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
didasarkan atas satu kriteria yaitu kepercayaan (credibility). Standar
kredibilitas diperlukan agar hasil penelitian kualitatif dapat dipercaya oleh
pembaca dan dapat disetujui kebenarannya oleh partisipan yang diteliti.
Dengan keperluan ini ada empat pemeriksaan data yang akan peneliti
lakukan dalam penelitian ini yaitu:214
1. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk terjun
langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang untuk
mendeteksi dan memperhitungkan distorsi (penyimpangan) yang mungkin
akan merusak data, baik distori peneliti secara pribadi, maupun distori
yang ditimbulkan oleh responden; baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Dengan demikian, melalui perpanjangan keikutsertaan ini
diharapkan peneliti dapat menentukan distorasi yang terjadi dalam
penelitian sehingga peneliti dapat mengatasi hal ini. Berdasarkan pada
hal-hal tersebut diatas dan sebagaimana diketahui bahwa penelitian yang
direncanakan dilaksanakan tiga bulan, dan dikarenakan peneliti khawatir
akan terjadi distorasi baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun yang
distori yang berasal dari responden, maka dianggap perlu menambah
masa penelitian secara resmi.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan merupakan upaya peneliti mengamati
secara cermat, rinci dan berkesinambungan terhadap berbagai gejala atau
214 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 300.
130
fenomena yang terjadi. Ketekunan pengamatan dilakukan atas dasar
pemikiran bahwa kedalam makna suatu peristiwa tidak dapat disimpulkan
dari peristiwa itu sendiri, maka dilihat dari suatu peristiwa lain dalam waktu
berlainan pula. Suatu kejadian harus dicermati sebagai dari suatu proses
dalam rentang waktu yang cukup panjang.
3. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.215 Menurut
Patton, ada empat macam triangulasi yaitu dengan menggunakan
kejujuran peneliti, metode, teori, dan sumber data. Penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi dengan kejujuran peneliti yakni dilakukan untuk
menguji kejujuran, subjektivitas dan kemampuan merekam data oleh
peneliti di lapangan.
Triangulasi terhadap peneliti yaitu dengan meminta bantuan peneliti
lain untuk melakukan pengecekan langsung, wawancara langsung serta
merekam data yang sama di lapang. Konsep triangulasi dengan metode
dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode
penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat
dengan metode interview sama dengan metode observasi atau apakah
hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di interview.
Apabila berbeda, maka peneliti harus menjelaskan perbedaan itu,
tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang
berbeda.
Triangulasi metode adalah membandingkan data yang diperoleh
dengan cara pertama, pengecekkan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian yang dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data
yang berbeda. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan dari beberapa
sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi adalah
215 Valarie J. Janesick, Tarian Desain Penelitian Kualitatif, Metapora, Metodolatri dan Makna” Dalam Norman K. Denzin dan Yonna S. Lincoln, Op., Cit, hlm. 271-272.
131
membandingkan data yang diperoleh dengan informan yang satu dengan
data yang diperoleh dari informasi yang lain.
Triangulasi dengan teori didasarkan pada asumsi bahwa fakta tidak
dapat diperiksa derajat kepercayaannya hanya dengan satu atau lebih
teori. Artinya, fakta yang diperoleh di dalam penelitian harus dapat
dikonfirmasikan dengan dua teori atau lebih. Patton menamakan teori ini
di konfirmasikan dengan teori atau temuan penelitian terdahulu yang
relevan.
Triangulasi sumber, yang dimaksud dengan triangulasi sumber yakni
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi.
d. Penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
e. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
f. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut diatas, maka dimaksud
dengan mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di
lapangan tentang model pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah
1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan dari sumber hasil observasi,
wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung
jawab keseluruhan data yang diperoleh di lapangan dalam peneliti
tersebut.
132
4. Konsultasi Promotor dan Co-Promotor
Teknik ini juga akan peneliti gunakan untuk membangun
kepercayaan atau keabsahan yang merupakan suatu proses di mana
peneliti mengekspos serta menkonsultasikan hasil peneliti yang diperoleh
kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan
konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek
penemuan yang mungkin masih bersifat implicit. Melalui teknik ini,
diharapkan peneliti dapat memperoleh masukan dan saran yang
konstruktif, serta dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengembangkan dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu
desain metodologi.
F. Rencana dan Waktu Penelitian
Penelitian ini desainnya disusun dengan menggunakan tiga
tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Tahap pertama,
peneliti melakukan observasi pendahuluan dan kajian pustaka yang
dibutuhkan untuk penyusun proposal. Tahap ini meliputi:
1. Mencari isu-isu yang unik di SMA Muhammadiyah 1 Sumatera Selatan,
isu yang ditemukan adalah munculnya keterkaitan model pengelolaan
dengan kinerja guru.
2. Mengkaji sejumlah literatur yang relevan dengan model pengelolaan
sekolah menengah atas dan kinerja guru.
3. Mencari informasi tentang model pengelolaan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
4. Mengadakan studi orientasi pada objek, subjek yang akan diteliti untuk
mengumpulkan data sementara secara umum. Pada tahap ini peneliti
tertarik dengan SMA Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan, yang
menurut peneliti memiliki beberapa keunikan pada model pengelolaan
kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang Sumatera Selatan.
Setelah penulis merasa yakin, maka peneliti langsung menyusun draft
penelitian dan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal.
133
Tahap kedua adalah seminar proposal. Seminar proposal dilakukan
untuk memperoleh berbagai masukan dan perbaikan proposal dari para
pembimbing/promotor. Hasil seminar proposal ini akan memberikan
validasi dan justifikasi kelayakan peneliti dan judul peneliti disertasi sudah
layak untuk dilanjutkan pada tahap berikutnya. Tahap ketiga adalah tahap
kajian pendalaman teori dan acuan pustaka. Kajian dan studi acuan
pustaka dikembangkan berdasarkan teori yang relevan dengan fokus
penelitian. Kajian studi dan studi acuan pustaka dilakukan untuk
memperoleh landasan teori dan relevansi penelitian terdahulu. Keempat
adalah tahap refleksi dan penajaman masalah. Hal dilakukan untuk
memperoleh permasalahan di lapangan dan mendapatkan data yang
komprehensif sesuai dengan fokus penelitian.
Tahap kelima adalah peneliti melaksanakan penelitian sesuai
dengan fokus penelitian dan mengkaji tentang model pengelolaan kinerja
guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Jambi. Tahap keenam
adalah pembahasan hasil temuan penelitian dan kesimpulan. Data yang
telah dianalisis menghasilkan kesimpulan akhir penelitian dan kemudian
memberikan justifikasi, kesimpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian.
134
Tabel :3.1
Rencana dan Waktu Penelitian
NO KEGIATAN
Tahun 2017 – 2020
Oktober
2017 –
Juli
2018
Jan -
Juli
2018
Agus
- Des
2018
Jan -
Juni
2019
Juli -
Des
2019
Jan
–
Juni
2020
1. Pembuatan Proposal
2. Menunggu Jadwal Ujian Proposal
3. Perbaikan Hasil Ujian Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Verifikasi Dan Analisis Data
6. Penulisan Hasil Penelitian
7. Perbaikan
8. Seminar Hasil Penelitian
9. Ujian Terbuka dan Tertutup
135
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI LOKASI
Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Palembang
1. Historis
SMA Muhammadiyah 1 Palembang terletak di kota Palembang,
tepatnya di Jalan Balayuda No. 21A KM. 4,5 Palembang Sumatera
Selatan. Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Palembang pada bulan
Agustus tahun 1956, atas dasar gagasan dari Drs. Slamet Pusponegoro
selaku Pimpinan Daerah Muhammadiyah Palembang Bangka yang
sekarang menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan
(PWM). Semula SMA Muhammadiyah 1 Palembang menempati gedung
sekolah dasar Muhammadiyah 1 Bukit Kecil Palembang. Tahun 1958
dipindahkan ke PGA Negeri Jalan Balayudha Km 4,5 Palembang dengan
waktu belajar siang (sore) hari selama 10 tahun. Kemudian SMA
Muhammadiyah 1 Palembang berpindah lagi ke gedung SMA Negeri 3
Palembang jalan Jenderal Sudirman Km 3,5 Palembang dengan waktu
belajar tetap sore hari dari tahun 1968-1980.
Sebelumnya tahun 1978 atas saran dan petunjuk Bapak M. Saeri,
Kepala Bidang Pendidikan menengah umum Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan mengusulkan kepada
SMA Muhammadiyah 1 Palembang untuk membangun gedung sendiri.
Bulan Juli Tahun 1980 atas persetujuan pengurus Muhammadiyah Kodya
Palembang dibangunlah tiga ruang belajar diatas tanah milik
Persyarikatan Muhammadiyah, dengan kerja keras dan proses yang
panjang akhirnya pada tanggal 15 Januari 1981 keluarlah ijin operasional
dari Kantor Wilayah Depdikbud Sumatera Selatan Bidang Pendidikan
Menengah Umum (PMU) Nomor 005/1956.
SMA Muhammadiyah 1 Palembang berstatus disamakan
berdasarkan kepada sebagai berikut:
136
a. Surat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud
No. 077/C/Kep/I/1985 tanggal 17 Januari 1985.
b. Piagam Dirjen Dikdasmen Depdikbud Nomor: 009/C/Kep/I/1990
tanggal 24 Januari 1990 SMA Muhammadiyah 1 Palembang tetap
berstatus disamakan.
c. Piagam Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No.
37/C/Kep/MN/1996 tanggal 26 Maret 1996 SMA Muhammadiyah 1
Palembang kembali diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah
Nasional dan Terakreditasi A. Surat No. 11.00. Ma. 0005.05 tanggal 31
Desember 2005.
d. Tanggal 9 Nopember 2011 kembali mendapatkan Akreditasi A dari
Badan Akreditasi Sekolah Nasional Nomor: Ma. 011030.
e. Tanggal 26 Oktober 2016 telah diakreditasi dengan nilai 98 peringkat A
(Amat Baik) berdasarkan SK Penetapan Hasil Akreditasi BAP.S/M
Nomor: Ma. 032051.
Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di SMA Muhammadiyah 1
Palembang sejak awal berdirinya adalah:
1) Tahun 1956 – 1963 : Drs. Slamet Pusponegoro
2) Tahun 1963 – 1963 : M. Junus Wadjidun
3) Tahun 1963 – 1997 : Harun Yahya
4) Tahun 1997 – 2002 : Drs. Alwi Sarkiti
5) Tahun 2002 – 2002 : Abid Jazuli, SE
6) Tahun 2002 – 2003 : Drs. Muhamad Yusup
7) Tahun 2003 – 2007 : Drs. Effendi. AS
8) Tahun 2007 – 2007 : H. Hatta Wazzol, SE
9) Tahun 2007 – 2011 : Drs. Effendi. AS
10) Tahun 2012 – 2016 : H. Rosyidi, M.Pd.
11) Tahun 2019 –Sekarang : H. Rosyidi, M. Pd216
216
Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 28 Januari 2019.
137
2. Tujuan Pendidikan Sekolah Muhammadiyah217
Secara umum pendidikan Muhammadiyah adalah membentuk
manusia muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap,
percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab dan cinta tanah
air. Menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik untuk menjadi kader
Muhammadiyah, secara operasional, maka pendidikan SMA
Muhammadiyah 1 Palembang bertujuan:
1) Dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
2) Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keIslaman, keMuhammadiyahan, dan bahasa Arab yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
3) Dapat meningkatkan rata-rata perolehan nilai UNBK dan USBN
mencapai 70 (baik)
4) Dapat meningkatkan perolehan lulusan yang diterima di PTN dan
PTS favorit mencapai 75%.
5) Dapat meningkatkan prestasi akademik peserta didik (Olimpiade
dan Olimpiade Sains) di tingkat kota, Provinsi, dan Nasional.
6) Dapat meningkatkan prestasi non akademik peserta didik (Tapak
suci/ ekstrakurikuler) di tingkat kota, Provinsi dan Nasional.
7) Dapat meningkatkan proses pembelajaran berbasis TIK/ICT.
8) Dapat meningkatkan proses pembelajaran berwawasan lingkungan.
a) Tujuan Jangka Panjang
Merujuk pada tujuan Pendidikan Nasional dan Tujuan Pendidikan
Muhammadiyah maka tujuan pendidikan SMA Muhammadiyah 1
Palembang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia serta percaya
pada diri sendiri serta bertanggung jawab.
217 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 15 Februari 2019.
138
b) Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa serta negara
kesatuan Republik Indonesia atas dasar persamaan hak dan
kewajiban, keanekaragaman suku bangsa, agama dan ras.
c) Meningkatkan prestasi lulusan sehingga mampu bersaing dengan
lulusan SMA lain terutama dalam memasuki perguruan tinggi negeri
dan swasta yang bermutu serta mampu bersaing dalam bursa
tenaga kerja baik lokal, regional maupun global.
d) Meningkatkan kemampuan berbahasa terutama bahasa Indonesia,
bahasa Arab dan bahasa Inggris.
e) Meningkatkan kualitas keterampilan peserta didik terutama dalam
bidang seni, olahraga dan komputer.
b) Tujuan Jangka Pendek
a) Peserta didik dapat melaksanakan sholat dan ibadah khusus
lainnya secara tertib dan teratur berdasarkan tuntunan Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits seperti yang diajarkan di
perguruan Muhammadiyah.
b) Peserta didik semakin tertib dalam melaksanakan upacara
bendera, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan.
c) Terjadinya peningkatan prestasi belajar dengan adanya
peningkatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap semester.
d) Terbentuknya kelompok-kelompok belajar peserta didik yang gemar
pada bidang atau mata pelajaran tertentu.
e) Meningkatkan prestasi Ekstrakurikuler terutama yang telah
mencapai level kota, provinsi dan nasional.
3. Visi dan Misi Sekolah218
a) Visi Sekolah
Terwujudnya kecerdasan spiritual, intelektual, emosional dengan
landasan nilai-nilai Al-qur`an dan sunnah serta menjadi sekolah
berprestasi, Islami dan berkarakter serta berwawasan lingkungan.
218 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang, 22 Februari 2019.
139
b) Misi Sekolah
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan warga sekolah kepada
Allah SWT.
2) Melaksanakan proses bimbingan belajar yang intensif untuk
meningkatkan nilai USBN dan UNBK.
3) Melaksanakan program pembelajaran yang mampu menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di PTN dan PTS
favorit.
4) Melaksanakan program pembelajaran yang mampu
mengaktualisasi jati diri peserta didik yang unggul dalam bidang
akademik.
5) Melaksanakan program pembelajaran yang mampu
mengaktualisasi jati diri peserta didik yang unggul dalam bidang
non akademik.
6) Melaksanakan pembelajaran berbasis TIK/ICT
7) Melaksanakan pembelajaran berwawasan lingkungan.
4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
SMA Muhammadiyah 1 Palembang merupakan lembaga
pendidikan formal yang di dalamnya terdapat pimpinan/kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru, pengawas SMA Muhammadiyah, tata usaha,
dan siswa. Agar sekolah dapat melaksanakan proses pembelajaran yang
baik dan lancar perlu adanya organisasi yang terorganisir, dengan
organisasi yang terorganisir sekolah dapat melakukan pembagian tugas
yang merata pada semua jajaran. Dengan demikian pada suatu organisasi
sekolah, baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta,
besar ataupun kecil tidak terlepas dari struktur organisasi.
Selain itu struktur organisasi merupakan tolak ukur dalam dalam
suatu lembaga organisasi baik lembaga pendidikan ataupun lembaga
lainnya. Organisasi yang baik dapat menunjukan kegiatan yang baik dan
juga merupakan pendukung dalam pelaksanaan segala program kerja
140
organisasi tersebut. Susunan organisasi pada suatu sekolah berarti
merupakan suatu kegiatan antara program kegiatan-kegiatan dalam
sekolah. Disamping itu membantu juga membantu mempermudah
kegiatan yang telah ditetapkan sekolah.
Sekolah dan guru merupakan dua komponen yang utuh tidak dapat
dipisahkan. Peran guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang sebagai
tenaga pengajar sangatlah penting di dalam memupuk minat dan
menumbuhkan semangat siswa dalam memberikan bekal ilmu
pengetahuan melalui program pembelajaran. Keberhasilan dalam setiap
mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang
memberikan pelajaran kepada siswanya secara efektif dan efisien yang
senantiasa membuat rencana kerja (pembelajaran) baik jangka pendek
maupun jangka panjang serta berusaha menanamkan, memupuk dan
mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran, serta memberikan
semangat dalam setiap proses pembelajaran.
Secara keseluruhan faktor yang paling penting dalam lembaga
pendidikan adalah guru, pegawai, serta siswa. Tanpa adanya keberadaan
guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik siswa-siswa yang belajar
sudah barang tentu proses kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan baik, dengan kata lain proses belajar dan mengajar tidak akan
terlaksana dengan baik. Begitu juga dengan pegawai tanpa adanya
dengan semua itu maka kegiatan administrasi keamanan dan
keberhasilan serta dengan yang lainnya tidak akan terlaksana.219
Adapun keberadaan guru berdasarkan nama, latar belakang
pendidikan, bidang studi yang diajarkan, pelatihan yang pernah diikuti di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang memiliki 93 orang Pendidik dari
jumlah tersebut 13 orang guru DPK, 35 orang guru Tetap Yayasan dan 45
orang guru Tidak Tetap dan memiliki 31 orang Tenaga Kependidikan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 219 Observasi, 4 Maret 2019.
141
Tabel : 4.1 Tenaga Pendidik SMA Muhammadiyah 1 Palembang220
NO NAMA NIP/NBM JABATAN STATUS BIDANG
STUDI
1 H. Rosyidi, M.Pd. 06036190712591 Kepala Sekolah GTY Geografi
2 Fatra, S Si, S.Pd, M.Pd 980328 Wk. Kurikulum GTY Matematika
3 Eddy Susanto, S.Ag.,
M.Pd.I 1017063 Wk. Kesiswaan GTY Al-Islam
4 Ahmad Arif, S. Pd,
M.Pd 06037203938155
Wk. Sarpras &
Humas GTY Ekonomi
5 Drs.H.M.Haitami,M.Pd.I 196209291983031011 Wk. ISMUBA DPK Al-Islam
6 Dra. H. Musliha Fauzie 195712241977122001 Pendidik DPK Al-Islam
7 Drs. A. Fauzie, M.Si 885746 Pendidik GTY Biologi
8 Drs. Sutarmanto, M.Si 738481 Pendidik GTY Sosiologi/BK
9 Dra. Hj. Muhanifah A 195709281987122001 Pendidik DPK Al-Islam
10 Drs. Effendi. As 196007061987011001 Pendidik DPK Sosiologi/BK
11 Dra. Gita Hurustia, MM 196112081989022001 Pendidik DPK Kimia
12 Waliyani, S.Pd 197709202008012000 Pendidik DPK B. Inggris
13 Marlinda, S.Pd 197903122008012006 Pendidik DPK Ekonomi
14 Eka Susilawati, S.Pd 197502242008012002 Pendidik DPK Sejarah
15 Kuslimah, S.Pd, M.Pd 195908121981032004 Pendidik DPK Sosiologi
16 Dra. Nafisah 196806191994122000 Pendidik DPK Biologi
17 Dra.Masayu A, M.M 782132 Pendidik GTY Matematika
18 M. Mawardi, SH 675445 Pendidik GTY PPKn
19 Dra. Husnul A , M.Pd. 748 751 Pendidik GTY B. Inggris
20 Dra. Nasiroh, M.M. 857232 Pendidik GTY Biologi
21 Dewi Mulyati, M.Pd 829 757 Pendidik GTY B. Indonesia
22 Siti Fatimah, S.Ag 876202 Pendidik GTY Al-Islam
23 Shanti Mayasari, S. Pd 734766 Pendidik GTY Kimia
220 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang, 13 Maret 2019
142
NO NAMA NIP/NBM JABATAN STATUS BIDANG
STUDI
24 Basuki Widodo, S. Pd 1021967 Pendidik GTY Matematika
25 Aprilina, S. Si 1021955 Pendidik GTY Fisika
26 Murniyanti, S.Pd 1021940 Pendidik GTY B. Indonesia
27 Drs. Amirudin A, M.Si 633173 Pendidik GTY KMD
28 Ida Yani, S.Ag 1021964 Pendidik GTY Bahasa Arab
29 Islah Hayati S.Pd 707199 Pendidik GTY Matematika
30 Linawaty, S.Ag 1051233 Pendidik GTY Bahasa Arab
31 Farlina Sari, SE 858998 Pendidik GTY Ekonomi
32 Wukir Tantri, S.Pd 1021965 Pendidik GTY Matematika
33 Silvia Andarini, S.Pd 1017060 Pendidik GTY Fisika
34 Pito Agustian, S.Pd 1129660 Pendidik GTY B. Inggris
35 Windia Fenorida
,S.Kom 1025341 Pendidik GTY Prakarya/TIK
36 M. Bustomi, M.Pd.I 1135403 Pendidik GTY Al-Islam
37 Solbiah, S.Pd 964518 Pendidik GTY B. Indonesia
38 Ria Wulandari, S.Pd 1096382 Pendidik GTY B. Inggris
39 Ari Kristofer, S.Pd 1114879 Pendidik GTY Geografi
40 Yayat Jauhariati, SP 988334 Pendidik GTY Biologi
41 Fatriani, S.Pd 1096381 Pendidik GTY BK
42 Sri Maryati, S.Pd 1051225 Pendidik GTY Biologi
43 Dra. Purwati 1103244 Pendidik GTY Bahasa Arab
44 Asril Sairi, S.Pd 939494 Pendidik GTY Sejarah
45 Merie Siska, S.Pd 1051246 Pendidik GTY B. Inggeris
46 Drs. Zainul Paned 910882 Pendidik GTT BK
47 Dra. Hj. Sumiati , M.Pdi 924544 Pendidik GTT Al-Islam
48 Drs. M. Yusup, M.Pd 862 862 Pendidik GTT Matematika
143
NO NAMA NIP/NBM JABATAN STATUS BIDANG
STUDI
49 Ummi Aryani, S.Pd 898240 Pendidik GTT B. Indonesia
50 Dra. Maisaroh Linda A. 898241 Pendidik GTT Sejarah
51 Fajrun Naja, S. Pd 1025018 Pendidik GTT Matematika
52 Lestari, S.Pd, M.Si
Pendidik GTT Geografi
53 Satrianizila, S.Pd 1051665 Pendidik GTT B. Indonesia
54 Hepi Yuspita, S.Pd
Pendidik GTT Biologi
55 Fany Markasidin, S.Pd
Pendidik GTT Penjaskes
56 Nurleni S.Pd
Pendidik GTT Seni Musik
57 Miftahuddin, S.Pd.I
Pendidik GTT Al-Islam
58 A.Akbar Aidil A, S.Pd
Pendidik GTT Penjaskes
59 Prengki Arianto, S.Pd
Pendidik GTT Penjaskes
60 Merry P, M.Pd
Pendidik GTT PPKn
61 M. Yunus, S.Pd
Pendidik GTT Matematika
62 Husdaniati, S.Pd.I
Pendidik GTT Bahasa Arab
63 Arman, S.Pd. M. Hum
Pendidik GTT Sejarah
64 Shinta Yulanda, S.Pd
Pendidik GTT Sejarah
65 Mery Ramadhani, S.Pd
Pendidik GTT Kewarganegaraan
66 Fathimah, S.Pd
Pendidik GTT Kimia
67 Ahmad Fitrayadi, S.Pd.i
Pendidik GTT BTQ
68 Drs. Baharuddin 642371 Pendidik GTT Al-Islam
69 Agustriyanti, S.Pd
Pendidik GTT Ekonomi
70 Sabar Sukoyo, S.T
Pendidik GTT Fisika
71 Trilius S, M.Pd
Pendidik GTT Matematika
72 M. Wahyudi, S.Pd.I
Pendidik GTT BTQ
73 Suci Witriyanti, S.Pd
Pendidik GTT Seni Tari
144
NO NAMA NIP/NBM JABATAN STATUS BIDANG
STUDI
74 Lidya Novira, S.Pd
Pendidik GTT Fisika
75 Nurus Saadah, S. Hum
Pendidik GTT Bahasa Arab
76 Neni Novita Sari, S.Pd
Pendidik GTT Prakarya
77 Kemas M. Ikmal, S.Pd
Pendidik GTT Sejarah Indo
78 Evin Sandita, S.Pd
Pendidik GTT Pend, Seni
79 Revi Februyani, S.Pd Pendidik GTT Geografi
80 Septian Dini, S.Pd Pendidik GTT Kimia
81 Riska Saraswaty, S. Pd Pendidik GTT Prakarya
82 Karnedi, S.Pd.I 1092433 Pendidik GTT Al-Islam
83 Dwi Febriansyah, S.Pd Pendidik GTT Penjaskes
84 Drs.I Gede M, MT. 196702281990031011 Pendidik GTT Kimia
85 Erma Septia, S.Pd Pendidik GTT B. Indonesia
86 M. Agus Arafat, S.Sos Pendidik GTT Sosiologi
87 M. Basit Assiri, S.Ag Pendidik GTT BTQ
88 Atika Assahra, M. Pd Pendidik GTT Matematika
89 Desi Kurnia Sari, S.Pd Pendidik GTT Matematika
90 Tina Marlina, S.Pd Pendidik GTT B. Indonesia
91 Dian Horid, M. Pd Pendidik GTT Matematika
92 Andre, S. Pd Pendidik GTT Penjaskes
93 Amelia Marinda N, S.
Pd Pendidik GTT BK
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang sebanyak 93 orang, sudah termasuk
Kepala dan wakil Kepala yang merangkap menjadi guru atau tenaga
pengajar. Guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang merupakan unsur dari
terlaksana proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan.
145
Proses administrasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang
dilaksanakan oleh Tata Usaha (TU) yang selalu membantu administrasi
guru, Kepala sekolah beserta wakil-wakil kepala sekolah. Untuk itu,
administrator di suatu lembaga pendidikan sangat dibutuhkan bagi
kelancaran proses pembelajaran, dan ini disadari oleh pihak SMA
Muhammadiyah 1 Palembang.
Tabel : 4.2 Tenaga Kependidikan SMA Muhammadiyah 1 Palembang221
NO NAMA KARYAWAN NIP/NBM STATUS JABATAN
1 M. Yasir Arafat, SE 743 750 Pegawai Tetap Kepala Tata Usaha
2 Suandi Hendra, SE 1072289 Pegawai Tetap Bendahara
3 Wastiah 782 125 Pegawai Tetap Perpustakaan
4 Arfan 849366 Pegawai Tetap Kebersihan/Minuman
5 Iwan Supriadi, SH 1025336 Pegawai Tetap Staf TU
6 Leni Rosdianah, S.Pd 980327 Pegawai Tetap Perpustakaan
7 Yusuf Abdullah 789095 Pegawai Tetap Keamanan
8 Brezi Susanto, A.Md 1051674 Pegawai Tetap Lab. Komputer
9 Sri Mulyati,S.Pd 1017062 Pegawai Tetap Perpustakaan
10 Rudi Husni 1139764 Pegawai Tetap Kebersihan
11 Dzurriyyati Shalihah, SH 1223339 Tng Honorer Staf TU
12 Madia Istika Yanhi Riyadi, S.Sos Tng Honorer Lab. Komputer
13 Taufik Lubis Tng Honorer Lab. Komputer
14 M. Chasan Basyuni, A.Md 1051676 Tng Honorer Lab. Komputer
15 Putri Oktari Wisatarini, S.Si Peg. Laboratorium
16 Roma Susanto 1110970 Tng Honorer Sopir
17 Vivin Septiyana, S.Pd 1129661 Tng Honorer Staf TU
221 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang, 3 Maret 2019.
146
18 M. Indra Wijaya, S.Sos
Pembantu Bendahara
19 Eli Safitri, S.Hum 1256475 Tng Honorer Lab. Ismuba
20 Faizar Tng Honorer Kebersihan /Minuman
21 Ahmad Ar Tng Honorer Kebersihan /Minuman
22 Dewi Kartika Tng Honorer Kebersihan /Minuman
23 H. Abdul Hamid Tng Honorer Keamanan
24 Rebona Yusuf Tng Honorer Keamanan
25 Abdul Kadir Tng Honorer Keamanan
26 Ganda Yuhandra Tng Honorer Keamanan
27 Suhardi
Tng Honorer Keamanan
28 Martina, SE Tng Honorer Pegawai Koperasi
29 Raniah Balkis, S.Kom Tng Honorer Lab. Bahasa
30 Dessy Susansti Tng Honorer Kebersihan/Minuman
Dari tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa tenaga administrasi dalam
kesehariannya dapat berperan sebagai administrator ketika di sekolah dan
memberikan pelayanan yang memuaskan, dan membina hubungan yang
baik kepada kepala sekolah, guru, pendidik, tenaga kependidikan serta
orang-orang di luar sekolah. Untuk tenaga administrasi di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang masih ada yang berpendidikan setara SMA
seperti tenaga keamanan (SATPAM), kebersihan (OB), tapi pihak sekolah
berupaya untuk tetap memberikan motivasi untuk tetap belajar supaya
secara administrasi supaya bisa menyelesaikan pekerjaan dan membuat
program kerja dengan baik.
5. Keadaan Kurikulum
a. Rencana Program Pengajaran
Rencana program pengajaran sudah terlaksana dengan baik,
pembuatan jam mengajar guru sudah tersusun dengan baik, sistem
147
pembuatan jadwalnya disusun secara paralel, sehingga guru yang
mengajar ketika pergantian jam pelajaran bisa masuk kedalam kelas
masing-masing, tertibnya pembuatan jadwal pembelajaran tidak ada guru
yang berada di ruang guru, kecuali guru yang menunggu jam mengajar.
Perlengkapan sarana kelas sudah baik seperti: jadwal pelajaran, jadwal
shalat berjama’ah di Mosulah, perlengkapan ibadah. SMA Muhammadiyah
1 Palembang sudah melaksanakan dengan baik manajemen peningkatan
mutu berbasis Sekolah, penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan sekolah rintisan standar Nasional, kurikulum 2013(K 13).222
Dalam meningkatkan kualitas kinerja pendidik sesuai dengan
standar kompetensi, yang dikembangkan adalah Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Workshop, seminar dan pengajian rutin yang
dilaksanakan setiap bulan dengan mendatangkan pemateri dari luar.
Dengan adanya peningkatan kualitas kerja terhadap guru dapat
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dengan ditandai dengan
disiplin kehadiran Pendidik, efektif, variatifnya kegiatan belajar, serta tertib
pelaksanaan di tingkat evaluasi belajar. Serta terus meningkatkan jumlah
lulusan yang mampu bersaing memasuki Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta yang berkualitas.(data terlampir yang diterima di perguruan tinggi
negeri baik melalui jalur undangan maupun melalui tes SBMPTN).
Struktur kurikulum yang dikembangkan SMA Muhammadiyah 1
Palembang memuat kelompok mata pelajaran sebagai berikut ini:
1) Kelompok mata pelajaran Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa
Arab (ISMUBA)
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kurikulum yang dipakai ada dua, pertama untuk pelajaran umum
bersumber pada kurikulum pemerintah (Dinas Pendidikan) kedua untuk 222 Observasi, 11 Maret 2019.
148
pelajaran agama kurikulum bersumber dari Majelis Dikdasmen Pimpinan
Pusat Muhammadiyah (Dikdasmen PPM). Penyusunan Struktur kurikulum
didasarkan atas standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran yang telah ditetapkan oleh BSNP. Penyusunan struktur
kurikulum juga atas persetujuan Komite Sekolah (Majelis Dikdasmen PDM
Kota Palembang) dan memperhatikan keterbatasan sarana belajar serta
minat peserta didik, menetapkan pengelolaan kelas sebagai berikut:
a) SMA Muhammadiyah 1 Palembang menerapkan sistem paket. Peserta
didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang telah diprogramkan
dalam struktur kurikulum.
b) Jumlah rombongan belajar berjumlah 38 (tiga puluh delapan)
rombongan belajar terdiri dari:
1) Kelas X berjumlah 12 rombongan belajar (8 rombel IPA dan 4
rombel IPS)
2) Kelas XI berjumlah 12 rombongan belajar (8 rombel IPA dan 4
rombel IPS)
3) Kelas XII berjumlah 14 rombongan belajar (9 rombel IPA dan 5
rombel IPS)
c) Kelas X, XI dan XII telah menerapkan Kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi yang mewajibkan anak untuk aktif dalam
pembelajaran ( K 13). Pada kurikulum ini terdapat:
1) Mata pelajaran kelompok A (Wajib)
2) Mata pelajaran kelompok B (Wajib)
3) Mata pelajaran kelompok C (Peminatan IPA)
4) Mata pelajaran kelompok D (Peminatan Sosial)
5) Mata pelajaran pilihan dan pendalaman (Lintas minat)223
Penambahan pada mata Pelajaran yang diunggulkan, artinya di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang ada beberapa mata pelajaran yang
ditambah dan pelajaran tersebut diberikan sesuai dengan jam belajar 223 Wawancara, Waka Kurikulum FT 15 Maret 2019.
149
peserta didik. Untuk kelas X, XI, dan XII Peminatan IPA maka peserta
didik mendapatkan jam tambahan pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa
Inggris, Fisika, Kimia, Biologi dan TIK. Sedangkan untuk kelas X, XI dan
XII Peminatan IPS maka peserta didik mendapatkan jam tambahan
pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa Inggris, Sosiologi, Geografi,
Ekonomi. Pelajaran ini diberikan secara khusus dengan menyajikan modul
dan soal-soal dan dilaksanakan secara terjadwal dan terprogram.224
b. Muatan Kurikulum
Muatan Kurikulum SMA Muhammadiyah 1 Palembang meliputi
sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh
BSNP, dan muatan lokal yang dikembangkan oleh sekolah serta kegiatan
pengembangan diri.
1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata pelajaran
pilihan sebagai berikut:
a) Mata pelajaran wajib
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Kimia, Fisika, Sejarah, Ekonomi,
Geografi, Sosiologi, Penjaskes, Seni & Budaya, Teknologi Informasi
Komunikasi dan Kemuhammadiyahan
b) Bahasa Arab (pilihan mata pelajaran ini memungkinkan dengan adanya
sumber daya manusia yang memadai dan kehidupan masyarakat yang
menjunjung program pembelajaran tersebut.
Pembelajaran setiap mata pelajaran dilaksanakan dalam suasana
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat antara
peserta didik dan pendidik. Metode pembelajaran diarahkan berpusat
pada peserta didik. Pendidik sebagai fasilitator mendorong peserta didik
agar mampu belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Selain itu,
dalam pencapaian setiap kompetensi pada masing-masing mata pelajaran 224 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 11 April 2019
150
diberikan secara kontekstual dengan memperhatikan perkembangan
kekinian dari berbagai aspek kehidupan.
c. Muatan Lokal
SMA Muhammadiyah 1 Palembang adalah sekolah umum berbasis
Islam oleh karena itu muatan lokal yang dipilih berkaitan dengan
organisasi Muhammadiyah. Program Muatan Lokal disusun kerjasama
antara sekolah dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah Kota Palembang.225
d. Muatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di dalam
kelas (intrakurikuler), alokasi waktu 2 jam tatap muka yaitu:
1) Bimbingan Konseling, mencakup hal-hal yang berkenaan dengan
pribadi, kemasyarakatan, belajar, dan karier peserta didik.
2) Bimbingan Konseling diasuh oleh Pendidik yang ditugaskan.
3) Pengembangan diri dilaksanakan sebagian besar di luar kelas dan
diasuh oleh Pendidik pembina. Pelaksanaannya disesuaikan dengan
waktu yang ada.
6. keadaan Siswa
Keberadaan SMA Muhammadiyah 1 Palembang juga merupakan
adalah unsur utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan proses
pembelajaran di sekolah, di samping guru dan pegawai. Siswa adalah
objek sekaligus subjek dalam sistem pendidikan. Dengan demikian
keberadaan siswa tentunya penting bagi tercapainya tujuan dan sasaran
pendidikan yang telah ditentukan, untuk mengetahui keadaan siswa SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
225 Observasi, 19 Maret 2019.
151
Tabel : 4.3 Kondisi Peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Palembang Tahun Pelajaran 2017/2018226
NO KELAS Rombongan
Belajar Laki-Laki
Perempuan Jumlah Jumlah Total Peserta didik
1
X IPA/IPS
X IPA-OL 12 22 34 Kelas X IPA
2 X IPA-1 11 25 36 Laki-laki 113
3 X IPA-2 12 24 36 Perempuan 196
4 X IPA-3 10 24 34 Jumlah 309
5 X IPA-4 12 22 34
6 X IPA-5 12 22
34
7 X IPA-6 11 22 33
8 X IPA-7 16 18 34
9 X IPA-8 17 17 34
10 X IPS-OL 18 18 36 Kelas X IPS
11 X IPS-1 18 19 37 Laki-laki 89
12 X IPS-2 18 22 40 Perempuan 99
13 X IPS-3 19 20 39 Jumlah 188
14 X IPS-4 16 20 36
Jumlah Kelas X IPA/IPS 202 295 497
15
XI IPA/IPS
XI IPA OL 14 18 32 Kelas XI IPA
16 XI IPA-1 14 18 32 Laki-laki 108
17 XI IPA-2 13 18 31 Perempuan 146
18 XI IPA-3 14 18 32 Jumlah 254
19 XI IPA-4 14 18 32
20 XI IPA-5 14 18 32
21 XI IPA-6 13 20 33
22 XI IPA-7 12 18 30
23 XI IPS-OL 12 19 31 Kelas XI IPS
24 XI IPS-1 14 19 33 Laki-laki 63
25 XI IPS-2 12 21 33 Perempuan 99
26 XI IPS-3 12 20 32 Jumlah 162
27 XI IPS-4 13 20 33
Jumlah Kelas XI IPA/IPS 171 245 416
28
XII IPA/IPS
XII IPA 1 12 20 32 Kelas XII IPA
29 XII IPA 2 12 20 32 Laki-laki 102
30 XII IPA 3 12 19 31 Perempuan 161
226 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 17 April 2019.
152
31 XII IPA 4 12 20 32 Jumlah 263
32 XII IPA 5 14 20 34
33 XII IPA 6 14 20 34
34 XII IPA 7 14 20 34
35 XII IPA 8 12 22 34
36 XII IPS 1 12 18 30 Kelas XII IPS
37 XII IPS 2 14 18 32 Laki-laki 79
38 XII IPS 3 12 18 30 Perempuan 105
39 XII IPS 4 14 18 32 Jumlah 184
40 XII IPS 5 13 17 30
41 XII IPS 6 14 16 30
Jumlah Kelas XII IPA/IPS 181 266 447
Jumlah Kelas X, XI dan XII 554 806 1360
Tabel : 4.4 Kondisi Peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Palembang Tahun Pelajaran 2018/2019227
NO KELAS Rombongan
Belajar Laki-Laki
Perempuan Jumlah Jumlah Total Peserta
didik
1
X IPA/IPS
X IPA-OL 17 17 34 Kelas X IPA
2 X IPA-1 16 18 34 Laki-laki 132
3 X IPA-2 17 19 36 Perempuan 144
4 X IPA-3 16 18 34 Jumlah 276
5 X IPA-4 15 20 35
6 X IPA-5 15 18 33
7 X IPA-6 16 20 36
8 X IPA-7 20 14 34
9 X IPS-OL 18 18 36
10 X IPS-1 17 20 37 Kelas X IPS
11 X IPS-2 16 20 36 Laki-laki 67
12 X IPS-3 16 21 37 Perempuan 79
13 Jumlah Kelas X IPA/IPS 199 223 422 Jumlah 146
Jumlah Kelas X IPA/IPS 202 295 497
14
XI IPA/IPS
XI IPA OL 14 20 34 Kelas XI IPA
15 XI IPA-1 14 20 34 Laki-laki 113
16 XI IPA-2 14 20 34 Perempuan 158
227 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 17 April 2019.
153
17 XI IPA-3 14 20 34 Jumlah 271
18 XI IPA-4 14 20 34
19 XI IPA-5 14 20 34
20 XI IPA-6 16 18 34
21 XI IPA-7 13 20 33
22 XI IPS-OL 13 19 32 Kelas XI IPS
23 XI IPS-1 14 18 32 Laki-laki 56
24 XI IPS-2 15 18 33 Perempuan 69
25 XI IPS-3 14 14 28 Jumlah 125
Jumlah Kelas XI IPA/IPS 169 227 396
26
XII IPA/IPS
XII IPA 1 14 22 36 Kelas XII IPA
27 XII IPA 2 14 22 36 Laki-laki 102
28 XII IPA 3 14 21 35 Perempuan 161
29 XII IPA 4 13 22 35 Jumlah 263
30 XII IPA 5 12 24 36
31 XII IPA 6 12 22 34
32 XII IPA 7 12 22 34
33 XII IPA 8 12 20 32
34 XII IPS 1 13 20 33 Kelas XII IPS
35 XII IPS 2 15 19 34 Laki-laki 115
36 XII IPS 3 16 18 34 Perempuan 194
37 XII IPS 4 16 18 34 Jumlah 309
38 XII IPS 5 16 18 34
38 XII IPS 1 13 20 33
Jumlah Kelas XII IPA/IPS 191 287 478
Jumlah Kelas X, XI dan XII 559 737 1296
Tabel 4.3 dan 4.4 di atas menjelaskan bahwa SMA Muhammadiyah
1 Palembang dilihat dari jumlah siswanya yang banyak. Jumlah siswa
berubah-ubah/berfluktasi setiap semester dan setiap tahun pembelajaran.
Program unggulan sekolah ini adalah kegiatan belajar mengajar plus
(KBM Plus) dan Al-Islam, Kemuhammadiyahaan dan Bahasa Arab
(ISMUBA) karena yang menjadi ikon dari Muhammadiyah adalah adanya
ISMUBA dengan tujuan supaya siswa dapat menjalankan syariat Islam
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
154
Keadaan peserta didik di SMA Muhammadiyah 1 Palembang tahun
2017/2018 mempunyai 41 rombongan belajar terdiri dari dua jurusan
yaitu IPA dan IPS total peserta didik 1360 terdiri dari peserta didik laki-laki
554 dan peserta didik perempuan 806. Dan tahun pelajaran dan
2018/2019, terdiri dari 38 rombel dan dua jurusan IPA dan IPS total
peserta didik 1296 yang terdiri dari laki-laki 559 dan peserta didik
perempuan 737 orang.
Penerimaan siswa baru (PSB) memiliki dua tahap pertama; dimulai
jalur undangan dari seleksi nilai raport, menyaring yang memang benar-
benar berniat masuk ke SMA Muhammadiyah 1 Palembang, kedua
melalui pendaftaran setelah UNBK, pada tahap penerimaan ini untuk
melengkapi kekurangan pada penerimaan pada gelombang pertama,
penerimaan siswa disekolah ini sudah mengikuti aturan Dinas Pendidikan,
dengan kapasitas 12 rombel dan jumlah siswa 35 orang. Secara
administratif pada bidang kesiswaan sudah baik terlihat dari adanya data
daftar calon murid baru, buku induk murid baru, data observasi, presensi
harian, daftar nilai, raport, permohonan pindah sekolah, catatan UAS, data
asal sekolah dan data naik kelas. 228
Dalam menjalankan tugas keseharian terus berusaha
meningkatkan tata tertib dan disiplin peserta didik dalam mengikuti
kegiatan intra dan ekstrakurikuler, mengembangkan kompetitif kegiatan
peserta didik terutama dalam bidang kurikulum. Mengikuti olimpiade baik
tingkat kota maupun tingkat Nasional. Dalam melaksanakan kegiatan
kesiswaan Mengkaderisasi peserta didik dengan terarah dalam kegiatan
IPM, Hizbul Wathan (HW) dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Yang
merupakan gerakan kepanduan, mengkaderisasi siswa supaya menjadi
siswa yang cinta tanah air dan bisa membentengi diri dan menjaga diri
dalam mengikuti kegiatan tersebut. Memberikan pembinaan dan
mengawasi pelaksanaan tata tertib dan disiplin peserta didik. Dengan
bekerja sama dengan guru piket, siswa tidak ada yang keluar dari 228 Observasi, 11 Februari 2019.
155
lingkungan sekolah. Dalam bidang keagamaan melaksanakan peringatan
hari-hari besar Islam, kemudian juga memperingati hari-hari besar
Nasional.
Table : 4.5 Kegiatan Ekstrakurikuler Yang Diselenggarakan Sekolah229
No Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler 1 Hidzbul Wathan Muhammadiyah (HWM) 2 Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) 3 Palang Merah Remaja (PMR) 4 Kegiatan Keputrian 5 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) 6 Karya Ilmiah Remaja (KIR) 7 Marching Band 8 Robotik 9 Matematika
10 Sepakbola/Futsal 11 Bola Basket 12 Bulutangkis 13 Catur 14 Tapak Suci 15 Grub Band 16 Paduan Suara 17 Seni Musik/Alat Musik 18 Seni Tari Tradisional/Daerah 19 Seni Tari Modern 20 Seni Drama/Teater 21 Pidato Bahasa Arab 22 Pidato Bahasa Inggris 23 Latihan Khutbah 24 Jurnalistik 25 Marawis/Nasyid 26 Kaligrafi 27 Tenis Meja 28 Karate 29 Pencak Silat
Dari table 4.5 di atas bahwa kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak
sebagai kegiatan untuk menambah semangat peserta didik dalam belajar,
semua yang ada didalam tabel tersebut dapat dikerjakan semua yakin
SMA Muhammadiyah 1 Palembang ini akan dapat menciptakan siswa dan 229 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 28 Maret 2019
156
siswi yang mempunyai keterampilan yang sangat luarbiasa bukan saja
ilmu pengetahuan umum yang berkaitan dengan keterampilan.
7. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan perangkat fisik yang harus ada
dalam kegiatan proses pembelajaran dan guru sangat membutuhkan itu.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan dan proses pembelajaran yang harus ada di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang, terlebih sekolah ini mengunggulkan
kegiatan ISMUBA dan KBM PLUS.
SMA Muhammadiyah 1 Palembang mempunyai dua buah gedung
yakni gedung A. KH. Ahmad Dahlan yang terdiri dari tiga lantai dan
gedung B. AR. Fakhruddin,, terdiri dari tiga lantai dilengkapi dengan
fasilitas untuk shalat di dalam kelas. Adapun sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh SMA Muhammadiyah 1 Palembang dapat dilihat di bawah ini:
a. Jenis gedung A : Permanen bertingkat 3 lantai
b. Status Kepemilikan : Yayasan
c. Luas Tanah : 5.400
d. Status Tanah : bersertifikat
Letak gedung B berjarak 20 meter dari gedung A, juga terdiri dari
tiga lantai. Semakin baiknya fasilitas sarana dan prasarana kegiatan
belajar mengajar dikelas semakin baik proses kegiatan belajar dan
mengajar, fasilitas untuk melaksanakan ibadah bagi peserta didik dan
warga sekolah seperti Mushola, dan tempat berwudhu di setiap kelas
sudah tersediah. Sehingga pelaksanaan shalat wajib dan sunah dapat
terlaksana dengan baik. Dalam meningkatkan tujuan pembelajaran
ditunjang oleh sarana prasarana seperti; laboratorium komputer, aula,multi
study, bahasa dan ISMUBA dan tersedianya ruang multimedia
perpustakaan serta kendaraan operasional, semua sarana dan prasarana
diinventarisasi dengan baik oleh SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
157
Table : 4.6 Data Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Palembang230
No Bangunan/Ruang Jumlah Kondisi 1 Ruang kepala Sekolah 1 Baik 2 Ruang Wakil Kepala sekolah 4 Baik 3 Ruang Guru 2 Baik 4 Ruang Tata Usaha 1 Baik 5 Ruang BK/BP 1 Baik 6 Ruang UKS 2 Baik 7 Ruang PMR 1 Baik 8 Ruang IPM 1 Baik 9 Ruang Kelas Belajar 35 Baik
10 Laboratorium IPA Baik Laboratorium Kimia 1 Baik Laboratorium Fisika 1 Baik Laboratorium Biologi 1 Baik Laboratorium Multimedia 1 Baik Laboratorium Komputer 4 Baik Laboratorium ISMUBA 2 Baik
11 Ruang Perpustakaan 2 Baik 12 Ruang Serba guna 1 Baik 13 WC Kepala Sekolah 1 Baik 14 WC Guru Perempuan 4 Baik 16 WC Guru Laki-laki 4 Baik 17 WC Siswa Perempuan 10 Baik 18 WC Siswa Laki-laki 10 Baik 19 Musholla 2 Baik 20 Kantin 2 Baik 21 Koprasi 1 Baik 22 Lapangan Olahraga 2 Baik 23 Pos SATPAM 2 Baik 24 Ruang HW 1 Baik 25 Ruang Band 1 Baik
Dari table 4.5 sarana dan prasarana sudah baik dalam suatu
lembaga pendidikan dan memperlancar proses pembelajaran agar tujuan
bisa tercapai, karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai
maka sulit rasanya tujuan pembelajaran akan tercapai, dan ini juga
menjadi pemikiran bagi Kepala sekolah agar kenyamanan di dalam
sekolah selalu tercipta keselamatan dan ketenangan.
230 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 4 Februari 2019.
158
8. Bidang Keuangan
SMA Muhammadiyah 1 Palembang sudah melaksanakan tertib
administrasi keuangan yang diatur dalam RAPBS setiap Tahun Pelajaran.
Menciptakan sistem pengawasan keuangan dengan baik dan transparan
dengan melibatkan pihak Majelis Dikdasmen Daerah, Wilayah serta Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi.
Pengelolaan keuangan sekolah yang didapat dari siswa, donatur,
dan pemerintah seperti: Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), infaq
siswa baru, dan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), laporan
keuangan direkapitulasi selanjutnya diserahkan ke bendahara dan
dilaporkan ke Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN)
Kota Palembang.
Dalam melaksanakan Sentralisasi keuangan yang mana semua
bentuk Penerimaan langsung disetor ke rekening Bank (Bank Sumsel,
Babel Syariah) atas nama SMA Muhammadiyah 1 Palembang serta
mengatur semua bentuk pengeluaran yang selalu mengacu ke Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan melaksanakan
sistem pelaporan keuangan secara berkala dan tertib setiap bulan,
semester dan tahunan.231
9. Hubungang Masyarakat
a) Melakukan relasi sosial dengan Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (PDM) Kota Palembang dan masyarakat di wilayah
Kecamatan Kemuning dalam bentuk kerjasama dua arah berkaitan
dengan pendidikan.
b) Terjalinnya hubungan baik dengan pemerintah RT, RW, Pemerintah
Kecamatan Kemuning, dan Pemkot Palembang.
c) Melakukan relasi sosial dengan pihak sekolah terutama SMP dan MTs
terutama dalam upaya penerimaan peserta didik baru.
d) Terjalinnya hubungan baik dengan SMP, MTs, SMA, MA terutama di
wilayah kecamatan Kemuning, dan kota Palembang pada umumnya. 231 Wawancara, 13 Maret 2019.
159
e) Melakukan relasi sosial dengan PTN dan PTS terutama dalam upaya
peningkatan jumlah peserta didik yang lanjut studi.
f) Melakukan relasi sosial dengan pihak media massa terutama untuk
membangun citra positif dan pemberian informasi aktif dan
proporsional.
g) Membuat jaringan siaran Televisi Muhammadiyah secara live.
h) Terjalinnya hubungan baik dengan Stasiun radio dan Televisi dan
Radio serta Media Massa Lokal dan nasional yang ada di wilayah kota
Palembang.
i) Pemasangan berbagai informasi dan dokumentasi kegiatan sekolah
melalui papan pengumuman, radio, televisi dan internet.
j) Sosialisasi Muktamar Muhammadiyah ke 49 di Solo Jawa Tengah.
k) Sosialisasi Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan.
l) Sosialisasi Musda Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Palembang.
m) Membentuk ikatan alumni SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
n) Mengembangkan Website Sekolah
10. Ciri Khas Yang Menjadi Unggulan
a. Al-Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (ISMUBA)
SMA Muhammadiyah 1 Palembang adalah sekolah umum berbasis
Islam oleh karena itu muatan lokal yang dipilih berkaitan dengan
organisasi Muhammadiyah. Program muatan lokal disusun bekerjasama
antara sekolah dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah Kota Palembang, dengan tujuan:
1) Menciptakan Ukhuwah Islamiah antara sesama warga sekolah baik
pendidik, karyawan, peserta didik dan masyarakat lingkungan.
2) Berusaha dengan tertib melaksanakan pembinaan Keislaman dan
Kemuhammadiyahan bagi peserta didik, Pendidik dan karyawan.
3) Menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk pembinaan Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan terutama untuk kegiatan praktek.
160
4) Berusaha membebaskan seluruh peserta didik SMA Muhammadiyah 1
Palembang dari buta baca tulis Al-Qur’an.
5) Berusaha melaksanakan ibadah dengan tertib bagi peserta didik,
Pendidik dan karyawan, seperti sholat berjamaah Dhuhur dan Ashar
yang tepat diawal waktu.
6) Melaksanakan Pembinaan bagi peserta didik yang berbakat dalam
bidang tertentu, erat kaitannya bidang Ismuba seperti kelompok gemar
Bahasa Arab, Muhadhoroh, Seni-seni yang bernuansa Islami.
7) Melaksanakan Mentoring.
b. KBM PLUS
Untuk menuju sekolah unggul, SMA Muhammadiyah 1 Palembang
menambah jam belajar pada bidang/mata pelajaran tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi dan terjadwal.232 Jadwal terlampir
11. Kiat-Kiat Sekolah Menjadi Unggulan Dan Maju
a) Tegas dalam menjalankan tata tertib SMA Muhammadiyah 1
Palembang. Kedisiplinan guru dan siswa sangat diutamakan,
dimana guru sudah hadir tepat waktu begitu juga siswa.
b) Tertib Ibadah (melaksanakan sholat zuhur dan asar berjama’ah di
mushola dan di kelas-kelas, melaksanakan sholat jumat di mushola
sekolah bagi peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan
melaksanakan keputrian, melaksanakan tadarus Al-quran setiap
hari sebelum jam pertama (jam ke-0) dilanjutkan sholat dhuha)
c) Memprioritaskan kegiatan Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan
Bahasa Arab (ISMUBA). Kegiatan Al-Islam, Kemuhammadiyahan
dan Bahasa Arab merupakan ikon dari perguruan Muhammadiyah.
d) Melaksanakan KBM Plus disesuaikan dengan skill siswa, dan
kegiatan ini sudah terjadwal di awal proses belajar mengajar dari
jam wajib sekolah. 232 Observasi, 22 Februari 2019.
161
e) Melaksanakan evaluasi secara kontinyu, evaluasi ini dilakukan
setiap bulan terutama bagi koordinator bidang, contoh bidang Al-
Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab yang terdiri empat
asisten yang membantu kegiatan tersebut.
f) Memberikan beasiswa kepada peserta didik bagi yang berprestasi.
B. HASIL PENELITIAN
1. Realitas Pengelolaan Kinerja Guru SMA Muhammadiyah Kota
Palembang.
a. Perencanaan
Pengelolaan sebagai suatu proses yang bagaimanapun juga
merupakan ketangkasan dan keterampilan yang khusus. Mengusahakan
berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perencanaan kerja berfungsi
sebagai rencana yang tujuan program pengajaran yang disusun
berdasarkan kebutuhan dan pencapaian: Seperti, Mendesain Program
Pengajaran yaitu; merumuskan tujuan pengajaran, memilih dan
mengembangkan bahan pengajaran, merencanakan kegiatan belajar
mengajar termasuk di dalamnya membuat perangkat pembelajaran, yaitu
Prota (Program Tahunan), Promes (Program Semester), silabus, RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) serta merencanakan penilaian.233
Kepala sekolah memiliki tugas untuk mengelola guru membimbing
dan mengantarkan peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya,
sehingga anak didik akan dapat berkembang sesuai dengan minat dan
bakatnya serta menjadi manusia yang seutuhnya yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Dasar ini memiliki pengertian bahwa seorang
guru dalam tugas mengajarnya setiap hari harus mampu menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif, sehingga akan dapat menghasilkan
peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan dari 233 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 30 Januari 2019.
162
pendidikan nasional adalah mencetak manusia Indonesia seutuhnya yang
memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta selalu berpedoman pada dasar-dasar
Negara Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.234
Prinsip lainnya yaitu melakukan bimbingan terhadap peserta didik,
bukan sekedar mengajar dan mendidik saja. Pengertian membimbing
sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan harus memberikan suri tauladan yang baik, mampu
memberikan bimbingan yang baik kepada anak didik, sehingga anak didik
akan semakin berkembang potensinya menuju ke arah yang lebih baik.
Pendidikan juga harus mampu membentuk manusia seutuhnya, artinya
mampu mencetak peserta didik yang memiliki kecakapan baik jasmani
maupun rohani, tidak hanya memiliki keahlian dalam bidang ilmu
pengetahuan akan tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang tinggi juga.
Dalam mendidik, seorang guru tidak hanya berkewajiban untuk
meningkatkan kompetensi intelektual maupun keterampilannya saja, akan
tetapi juga berkewajiban untuk mendidik moral dan spiritualnya juga. Hal
inilah yang menjadi tujuan dari pendidikan Nasional. Guna mencapai
tujuan pendidikan tersebut, maka guru wajib melaksanakan seluruh
tugasnya sebagai pengajar dengan baik.
Dengan melakukan tugasnya dengan baik, maka berarti secara
langsung guru tersebut memiliki kinerja yang baik. Dalam kaitan dengan
kinerja tenaga pengajar (guru) pada dasarnya lebih terfokus pada perilaku
tenaga pengajar di dalam pekerjaannya, demikian pula perihal efektivitas
pengajaran yang dilakukan oleh guru, maka dapat dilihat dari sejauh mana
pengajarannya tersebut dapat memberikan pengaruh kepada siswa.
Karena secara spesifik tujuan pengelolaan kinerja juga menghubungkan
para tenaga pengajar membuat keputusan khusus di mana tujuan
pengajaran dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku yang 234 Undang- Undang No. 2/ 1989.
163
kemudian ditransferkan pada siswa. Pada konteks lain manakala kinerja
ini dipandang dari sudut pendidikan atau berbasis pendidikan lebih
merupakan perluasan dari suatu tujuan perilaku. Seperti, orientasi
pembelajaran terkait perilaku, pendidikan yang didasari kinerja sangat
tepat diterapkan untuk mata pelajaran di mana melalui perilaku tersebut
dilakukan observasi lebih lanjut.
Berkaitan dengan guru, ungkapan umum yang populer di tengah
masyarakat yaitu guru merupakan orang yang digugu dan ditiru, yang
berarti guru adalah orang yang harus selalu dapat ditaati dan diikuti,
karenanya guru harus selalu memikirkan perilakunya yang wajar sesuai
dengan predikat yang disandangnya. Hal ini penting disadari mengingat
segala yang dilakukannya akan dijadikan teladan oleh murid-murid dan
bahkan masyarakat. Keteladanan sangat terpaut dengan nilai-nilai luhur
yang mesti dicerminkan dalam pemberian teladan yang baik kepada
lingkungannya, dalam hal ini adalah siswa dan masyarakat. Nilai-nilai
luhur itulah yang diharapkan dari orang-orang yang memperhatikan
pribadinya, sehingga dapat jatuh hati dan tertarik akan perilakunya,
kesopanannya, dan tertawan dengan kemuliaannya, seiring dengan itu
mereka akan mengambil sifat-sifat baiknya dan mengikuti jejaknya.235
Terkait dengan pengelolaan kinerja guru tersebut, maka kinerja
guru SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang pada umumnya
melaksanakan tugas seperti kinerja para guru pada umumnya. Para guru
di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang mengikuti petunjuk prosedur
standar pelayanan dan proses yang ditetapkan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah(DIKDASMEN)
Muhammadiyah Kota Palembang yang berinisial H, sebagai berikut:
Kinerja guru-guru disini terkait dengan pengelolaan kinerja guru sudah
dilakukan secara baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaannya, maupun
kinerja guru dalam disiplin tugas. Tahap perencanaan dalam kegiatan
pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru 235 Mahfuz Judeh, “Assessing the Influence”, 89.
164
menguasai bahan ajar. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah
kurikulum, silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Saya lihat rata-rata guru juga sudah membuat perangkatnya
masing-masing.dan dibuktikan dengan dokumentasi.236
Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa kurikulum dan
silabus dilaksanakan dan ditindaklanjuti dengan baik oleh guru melalui
pengembangan silabus. Silabus memiliki banyak manfaat, yang antara
lain merupakan sebuah pedoman dalam membuat sebuah perencanaan
pembelajaran, sekaligus sebagai dasar dari proses pembelajaran yang
akan dilakukan, dan silabus juga merupakan sebuah dasar bagi
pengembangan sistem penilaian. Pengembangan silabus di SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah,
Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Pengembangan silabus juga dapat disusun mandiri apabila guru
yang bersangkutan telah mampu memahami karakteristik seluruh siswa-
siswanya dan sudah melihat kondisi dan situasi yang ada di lingkungan
sekolah, dan masyarakat. Sedangkan apabila guru masih belum
mengetahui kondisi siswa, sekolah dan masyarakatnya, maka
pengembangan silabus dapat dilakukan dengan cara berkelompok.
Sekolah dapat mengelompokkan guru mata pelajaran yang memiliki
rumpun mata pelajaran yang sama, untuk melakukan pengembangan
silabus secara bersama-sama.
Di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, untuk mata pelajaran
IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
Sedangkan bagi SMA lain belum mampu mengembangkan silabus secara
mandiri terutama SMA swasta, mereka bergabung dengan SMA lainnya
melalui forum MGMP untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang
akan digunakan oleh sekolahannya dalam lingkup MGMP setempat.
Selain itu, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan juga memfasilitasi 236 Observasi, 4 Februari 2019.
165
penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para
guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Hal tersebut seperti
diungkapkan oleh Pengawas Pembina Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Selatan yang berinisial B bahwa: Pengawas Pembina Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan selalu melakukan koordinasi,
supervisi, dan memfasilitasi penyusunan MGMP yang ada di sekolah-
sekolah Kota Palembang secara periodik. Hal tersebut bertujuan untuk
membangun sistem penyelenggaraan CPD (Continuous Professional
Development) atau Pengembangan Profesionalisme Guru secara
Berkelanjutan dengan memanfaatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP).237
Perencanaan merupakan bagian dari kerangka kerja kurikulum.
Perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk dilakukan dan akan memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
pembelajaran yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi dari
perencanaan ini adalah memberikan gambaran atas pembelajaran yang
akan dilakukan, sekaligus memberikan kontrol dan evaluasi.
Terkait dengan perangkat pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran, maka seorang guru
juga harus mampu mengembangkan silabus yang mengandung berbagai
macam komponen di dalamnya sebagai upaya dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Terkait dengan hal tersebut, maka dari
hasil rangkuman wawancara dengan para guru SMA Muhammadiyah 1
Kota Palembang, dapat diketahui bahwa: Guru-guru SMA Muhammadiyah
1 Palembang dalam mengembangkan silabus yang mengandung unsur/
komponen (a) Kompetensi Inti : a). K11, Menghayati dan mengamalkan
ajaran yang dianutnya; b). K12, Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai);
c). K13, memahami, menerapkan serta menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya mengenai 237 Wawancara, 18 Februari 2019.
166
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah; d). K14; Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembang diri
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara kreatif dan
efektif serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah
keilmuan; (b). Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian; (c) Tujuan
Pembelajaran; (d).Materi Ajar.(e) Metode Pembelajaran; (f) Media
Pembelajaran (g) Sumber Belajar; (h) kegiatan Pembelajaran. Untuk
silabus mata pelajaran muatan lokal, disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi sekolah, selain itu juga disesuaikan dengan yang di unggulkan di
Sekolah dan sosio kultural masyarakatnya dimana peserta didik nanti
akan kembali kepada masyarakatnya. Kemudian, silabus akan dijelaskan
lebih lanjut ke dalam RPP. Sejalan dengan hasil observasi dan
dokumentasi yang dimiliki oleh guru.238
Hasil temuan tersebut sejalan dengan pendapat Sukadi, bahwa
sebagai seorang profesional, salah satu tugas pokok seorang guru adalah
merencanakan pembelajaran. Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan
oleh seorang guru, maka seorang guru perlu membuat perencanaan
pembelajaran. Tujuan dari pembuatan perencanaan pembelajaran ini
adalah untuk membuat sebuah rencana yang akan dilaksanakan ketika
proses pembelajaran nanti berlangsung, sehingga diharapkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang telah
direncanakan tersebut.
Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran juga akan
dapat berjalan secara sistematis dan terarah, sehingga tujuan dari
pembelajaran akan dapat dicapai dengan baik. Dalam praktik pengajaran
di sekolah, terdapat beberapa bentuk persiapan pembelajaran, yaitu: 1. 238 Wawancara, 4-11 Februari 2019.
167
Analisis materi pelajaran; 2. Program tahunan/ program semester; 3.
Silabus/satuan pelajaran; 4. Rencana pembelajaran; dan 5. Program
perbaikan dan pengayaan. Pembuatan lima macam persiapan
pembelajaran tersebut, seorang guru dapat membuat sendiri atau
melakukan musyawarah bersama dengan guru yang lain dalam bidang
mata pelajaran yang sama, atau juga dengan kelompok MGMP nya.
Sekolah juga dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
pembuatan perencanaan pembelajaran tersebut, baik melalui pelatihan,
diklat, maupun kegiatan musyawarah bersama dalam lingkup sekolah
untuk membuat perangkat pembelajaran.239
Dalam wawancara dengan wakil kurikulum SMA Muhammadiyah 1
Kota Palembang yang berinisial FT mengenai pentingnya perangkat
pembelajaran bagi guru, beliau menjelaskan sebagai berikut: Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran dilakukan. RPP ini mencakup tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode
Pembelajaran, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Kegiatan
Pembelajaran. Melalui RPP ini diharapkan pembelajaran akan dapat
berjalan dengan baik sebagaimana dengan yang telah direncanakan.240
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memiliki perbedaan
dengan silabus. Silabus juga memuat kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik dalam jenjang dan waktu tertentu. Akan tetapi silabus
tidak menjelaskan secara terperinci perihal waktu dan tahap-tahap yang
harus dilalui dalam mencapai kompetensi yang harus dicapai tersebut.
Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan
sebuah penjabaran secara lebih mendetail dari silabus yang masih
bersifat umum. Dalam RPP seorang guru juga dapat mengembangkan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi peserta didik
239 Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan (Bandung: Kholbu, 2010), hlm. 68. 240 Wawancara,11 Februari 2019.
168
dan lingkungan sekolahnya. Dalam pembuatan RPP guru dapat
mengembangkannya mulai dari pembuatan indikator pencapaian sesuai
dengan yang diharapkan, serta didukung oleh metode pembelajaran yang
sesuai serta proses pembelajaran yang akan dilakukan.
Terkait dengan perangkat pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
guru, bahwa guru SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang telah
melaksanakannya sesuai dengan baik, yaitu dengan membuat RPP
secara baik dan benar. Tujuan dari pembuatan RPP oleh guru ini adalah
untuk menciptakan pembelajaran yang terarah, sistematis dan sesuai
dengan prosedur dalam kegiatan belajar-mengajar. Setiap guru memiliki
kewajiban untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
secara baik. Hal ini memiliki tujuan agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Melalui RPP akan dapat ditentukan metode pembelajaran yang
sesuai dengan ketercapaian kompetensi dasar yang diharapkan. Dengan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajarannya, maka
kompetensi yang diharapkan akan dapat dicapai dengan baik. Semua itu
harus direncanakan dengan baik melalui RPP. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) disusun untuk setiap Kompetensi Inti (KI) yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru
merancang penggalan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan data.dokumentasi.241
Perangkat pembelajaran sangat penting bagi setiap guru,
berdasarkan penjelasan wakil bidang kurikulum yang berinisial FT di SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang adalah sebagai berikut: Tugas pokok
seorang guru setelah merencanakan pembelajaran adalah melaksanaan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran harus dipersiapkan sebaik
mungkin karena dengan perangkat pembelajaran yang baik, maka proses
241 Rangkuman hasil wawancara dengan para guru SMA Muhammadiyah Kota Palembang, tanggal 4-25 Februari 2019.
169
pembelajaran juga akan berjalan dengan baik pula. Setelah perangkat
pembelajaran dipersiapkan, maka selanjutnya dalam melaksanakan
pembelajaran sebagai bagian dari aktivitas di sekolah, guru harus
menunjukkan performa yang maksimal di depan siswanya, memiliki ilmu
dan pandangan yang luas, memiliki metodologi pembelajaran yang
banyak dan menarik, serta mampu menggunakan berbagai media dan alat
pembelajaran dengan baik untuk mendukung pembelajaran yang
dilakukan. Sejalan dengan observasi dan data dokumentasi.242
Dari penjelasan guru tersebut, maka seorang guru hendaknya juga
mampu menjadi teman belajar dengan para siswanya, sehingga siswa
akan semakin nyaman untuk belajar bersama gurunya. Tugas guru adalah
mengoptimalkan bakat dan minat kemampuan para siswa, yang tentunya
juga harus didukung media pembelajaran yang ada, karena itu juga
diperlukan seni didaktik. Seorang guru selain mampu menggunakan
berbagai media pembelajaran dan alat pembelajaran yang beragam,
hendaknya juga mampu menggunakan metodologi pengajaran dan
teknologi pengajaran yang baik, sehingga akan dapat mendukung
keberhasilan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Rincian program kerja guru SMA Muhammadiyah 1 Kota
Palembang sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah Muhammadiyah
secara umum adalah membentuk manusia muslim yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin
dan bertanggung jawab dan cinta tanah air. Menumbuhkan motivasi
dalam diri peserta didik untuk menjadi kader Muhammadiyah, jika ada
masalah maka Kepala sekolah secara kooperatif memberikan arahan
tentang hal itu.243
Perencanaan kinerja guru yang ada menjelaskan bahwa semua
guru melaksanakan atau mengimplementasikannya. Pada hakikatnya
adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan apa yang
242 Wawancara, 12 Februari 2019. 243 Wawancara, 20 Februari 2019.
170
diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya).
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dalam perencanaan
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan
lembaga pendidikan Muhammadiyah244
b. Pengorganisasian
Struktur organisasi sangat diperlukan dalam penyelenggaraan
proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Di dalam struktur
organisasi, kepala sekolah dibantu oleh empat orang wakil kepala
sekolah,staf tata usaha, wali kelas, dewan guru sebagai unsur pelaksana
yang bertugas mendidik dan mengajar. Dari struktur tergambarlah
kegiatan dan fungsi yang mempertemukan antara program kegiatan-
kegiatan dalam organisasi pendidikan, di samping itu juga mempermudah
pencapaian tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sebagai satuan organisasi
tidak akan terlepas dari suatu struktur organisasi kepengurusan. Karena
kepengurusan itulah yang akan menjalankan roda-roda organisasi. Maju
atau mundurnya suatu organisasi sangat tergantung pada manusia yang
duduk di kepengurusan tersebut.
Tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan
kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh
karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
secara penuh dan konsekuen. Berkaitan dengan ini, wawancara peneliti
dengan Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang berinisial RY
mengatakan bahwa pembagian tugas kepada 93 guru, 13 orang guru PNS
DPK, 35 orang tetap yayasan, 45 orang honor yayasan dan 31 tenaga
kependidikan serta sesuai dengan keahlian dan berpengalaman
kerja/mengabdi di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang. Dengan
jumlah siswa 1360 orang tahun 2017/2018 dan tahun 2018/2019
berjumlah 1296 orang, dengan Akreditasi sekolah A (90), Ruang belajar
43 ruangan, mempunyai visi dan misi yang jelas. Visinya Terwujudnya 244 Observasi, 25 Februari 2019.
171
kecerdasan spiritual, intelektual, emosional dengan landasan nilai nilai Al-
qur'an dan sunnah serta menjadi sekolah berprestasi, Islami dan
berkarakter serta berwawasan Lingkungan245
Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah, kepala sekolah tentunya
bekerjasama dengan unsur-unsur sekolah seperti, wakil kepala sekolah,
staf dan karyawan. Dalam pengorganisasian yang dilakukan oleh kepala
sekolah terlihat, pendelegasian kerja, penepatan guru dan karyawan
sesuai dengan kompentensinya. Hal ini menunjukan bahwa kepala
sekolah bisa merialisasikan visi dan misi sekolah, perwujudan dari visi dan
misi sekolah guru bisa membina siswa-siswi yang berprestasi baik dalam
bidang akademik maupun ekstrakulikuler.
Kepala sekolah dalam menjalankan tugas selalu berkoordinasi
dengan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) dalam proses
penyelenggaraan pendidikan. Di dalam struktur organisasi Kepala sekolah
dibantu oleh staf yang terdiri dari wakil kepala sekolah, tata usaha, wali
kelas sebagai unsur pelaksana yang bertugas mendidik dan mengajar.
Dari struktur tersebut tergambarlah fungsi masing-masing. SMA
Muhammadiyah 1 Palembang seperti halnya lembaga pendidikan lainnya,
juga memiliki struktur organisasi yang berguna untuk mengatur kelancaran
proses pembelajaran. Lembaga tinggi dalam organisasi sekolah adalah
persyarikatan Muhammadiyah yang bertanggung jawab atas segala
pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan pengajaran. Di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang ini tugas dan kewajiban keseharian
dijalankan oleh Kepala sekolah dibantu oleh empat wakil yang
membidangi seperti: bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang sarana
dan prasarana/humas, dan bidang keagamaan. Bidang-bidang tersebut
dibantu oleh asisten yang selalu berkoordinasi dengan ketua bidang. 246
:
245 Wawancara, 14 Maret 2019. 246 Observasi, 19 Maret 2019.
172
STRUKTUR ORGANISASI SMA MUHAMMADIYAH 1 PALEMBANG
PERIODE 2016-2020384
384 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 2019
MAJELIS DIKDASMEN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KOTA
PALAMENBANG
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
KEPALA SEKOLAH H. ROSYIDI, M.Pd
KEPALA TATA USAHA YASIR ARAFAT, SE
WAKA KURIKULUM FATRA, S.SI., M.Pd
WAKA SAPRAS AHMAD ARIF, S.Pd., M.Si
WAKA ISMUBA Drs, H. M. HAITAMI, M.Pd.I
WAKA KESISWAAN EDDY SUSANTO, S. Ag
KOORDINATOR BK Drs. H. EFENDI. AS
WALI KELAS KELAS X, XI DAN XII
SISWA KELAS X MIA/IIS, XI MIA, IIS, XII MIA/IIS
IPA/IPS
Keterangan: : Garis Koordinasi : Garis Komando
173
Berdasarkan skema struktur organisasi di atas, maka jelaslah
bahwa dalam suatu organisasi sekolah, peran Kepala sekolah sangat
penting dalam menentukan di mana setiap kegiatan yang menyangkut
sekolah tidak terlepas dari pengawasan kepala sekolah dan berkoordinasi
dengan Dinas pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan
dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Kota
palembang. Akan tetapi, kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di
sekolah itu harus ada kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru,
siswa dan wali murid.
Kepala sekolah memegang otoritas tertinggi di sebuah sekolah.
Otoritas inilah yang menjadikan Kepala sekolah bisa mengatur anggota
organisasinya dengan baik dan memajukan sekolah tersebut, guru dan
karyawan terorganisir dalam menjalankan aktivitas kesehariannya,
kedisiplinan yang diterapkan di sekolah sudah menjadi kebiasaan guru
dan karyawan menunaikan tugasnya masing-masing
c. Pelaksanaan
Pengelolaan sebagai suatu proses yang bagaimanapun juga
merupakan ketangkasan dan keterampilan yang khusus. Mengusahakan
berbagai kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pelaksanaan berfungsi sebagai
realisasi tujuan program pengajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan
dan pencapaian yang dilaksanakan oleh guru: Melaksanakan Proses
Belajar Mengajar diantaranya: menggunakan metode pengajaran,
menggunakan alat pengajaran, menggunakan media pengajaran,
menggunakan bahan pengajaran, menggalakan keterlibatan siswa dalam
pengajaran dan mengadakan evaluasi dalam proses belajar mengajar.
Setelah guru membuat perangkat pembelajaran yang baik,
selanjutnya dalam implementasinya juga harus menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan sebuah interaksi pembelajaran yang berlangsung antara guru
dengan muridnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
174
Dalam pembelajaran ini hendaknya interaksi guru dan murid tersebut
dapat dilakukan dengan baik, karena interaksi antara keduanya
merupakan sebuah hubungan pembelajaran yang tidak bisa dipisahkan.
Hubungan antara guru dengan murid, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas juga harus tetap menjaga komunikasi dengan baik, agar
proses pendidikan terus berjalan walaupun tidak sedang melakukan
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini guru hendaknya
mampu menunjukkan kompetensi pembelajarannya dengan baik, mampu
menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, dengan baik,
mampu menggunakan berbagai media pembelajaran dengan baik, dan
mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga pembelajaran
akan dapat berjalan secara optimal.
Melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP, berarti seorang
guru telah melaksanakan proses pembelajaran dan melaksanakan
tugasnya dengan baik juga. Hal ini juga berarti bahwa guru yang
bersangkutan juga telah memiliki kinerja yang baik. Dari sini, maka kinerja
guru di sekolah harus terus ditingkatkan antara lain dengan pelaksanaan
tugas keguruan dengan baik mulai dari pembuatan perangkat
pembelajaran, sampai dengan pelaksanaanya dengan baik.
Guru sekolah juga perlu memiliki pengalaman dalam mengajar, hal
ini seperti yang disebutkan oleh Kepala SMA Muhammadiyah 1
Palembang yang berinisial RUS sebagai berikut: Pembelajaran
merupakan sebuah sebab akibat, dimana guru merupakan sebab adanya
pembelajaran dan pemahaman siswa merupakan sebuah akibat dari
siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru
harus melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Mulai dari
pembuatan rencana pembelajaran hendaknya disusun dengan baik, tidak
hanya copy paste dari rencana pembelajaran guru yang lain. Sebelum
mereka menyelesaikan perangkat pembelajaran mereka belum bisa
175
masuk ke dalam kelas untuk mengajar, jadi perangkat pembelajaran
mereka buat dan diserahkan kepada wakil kurikulum sebelum rapat
pembagian tugas mengajar.385
Guru merupakan salah satu dari komponen pembelajaran yang
sangat menentukan suksesnya sebuah pembelajaran. Dari sini, maka
seorang guru hendaknya mampu membawa pembelajaran yang baik,
mampu menggunakan berbagai metode, media dan strategi pembelajaran
yang beragam sehingga pembelajaran akan dapat berjalan secara aktif,
produktif dan efisien. Tidak cukup itu untuk menjadi sekolah maju, harus
didukung faktor sarana dan prasarana yang lengkap.
Pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi timbal balik
antara guru dengan murid, dan murid dengan guru, untuk terjadinya
komunikasi transaksional guna membahas materi tertentu sampai
mencapai kompetensi yang ditentukan. Komunikasi transaksional
merupakan sebuah komunikasi yang dapat diterima dengan baik dalam
proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku
yang menunjukkan hal yang ingin dicapai dalam pembelajaran
Agar komunikasi transaksional dapat berjalan dengan baik antara
guru dengan muridnya, maka hendaknya seorang guru harus memiliki
persiapan pembelajaran terlebih dahulu secara baik, mulai persiapan
perangkat pembelajarannya, media pembelajaran yang akan dilakukan,
tahap-tahap pembelajaran yang akan dilalui, maupun evaluasi
pembelajaran yang akan diadakan. Hal ini sebagaimana ungkapan guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang berinisial ED, sebagai berikut:
Siswa adalah subjek utama dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan
dari pembelajaran yang dilakukan salah satunya juga tergantung dari
kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Metode yang saya terapkan
dalam mengajar di kelas dengan berbagai cara yang penting menarik.
Cara belajar ini dapat dilakukan dengan bentuk mandiri atau secara
385
Wawancara, 25 Februari 2019.
176
klasikal. Dari sini, maka seorang guru yang mengajar harus memiliki
kesiapan yang matang dalam melaksanakan pembelajarannya.386
Melalui komunikasi dengan baik, maka diharapkan tujuan
pendidikan akan dapat tercapai. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan,
maka perlu diperhatikan juga suasana kondusif ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung. Guru juga terus berupaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajarannya, baik
melalui strategi pengajaran, metode pembelajaran, maupun penggunaan
media pembelajaran yang baik. Banyak guru yang tidak memiliki metode
pembelajaran yang menarik, bahkan pembelajaran selalu dilakukan
dengan cara ceramah, sehingga banyak peserta didik pada akhirnya yang
merasa jenuh dengan pembelajaran yang dilakukan secara ceramah
tersebut. Peserta didik merasa tidak mendapatkan kesempatan untuk
dapat lebih aktif, kreatif dan produktif dalam mengembangakan keilmuan
yang sedang dipelajari, mereka selalu menerima ilmu dari ceramah guru
tanpa mampu untuk memiliki kreatifitas menggali dan mengembangkan
keilmuan secara mandiri.
Seorang guru hendaknya pandai mengelola kelas dengan baik, dan
memiliki berbagai metode pembelajaran yang menarik, sehingga peserta
didik tidak lagi jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru tersebut. Dengan berbagai macam metode pembelajaran yang
menarik, akan dapat memancing kreativitas siswa untuk lebih cepat
berkembang. Misalnya, seorang guru dapat memanfaatkan media
pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu LCD, Proyektor, internet, alat-alat
peraga yang ada di sekolah dan lain sebagainnya. Contohnya seorang
guru dapat memanfaatkan jaringan wifi / internet di sekolah untuk
mengakses pembelajaran yang terkait dengan modul, buku pembelajaran,
dan soal-soal yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang
sedang dipelajari. Dengan berbagai macam metode pembelajaran dan
pemanfaatan media pembelajaran yang bervariatif, maka peserta didik 386 Wawancara, 1 Maret 2019
177
akan semakin antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran
dengan baik.
Menjadi guru yang memiliki kemampuan teknologi yang baik akan
membantu proses pembelajaran siswa. Dengan Keadaan yang seperti itu,
maka dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bergairah
dan menambah semangat serta motivasi peserta didik untuk semakin
meningkatkan kompetensinya. Dengan demikian, maka prestasi siswa
akan dapat mengalami peningkatan. Ketika peneliti berkunjung ke SMA
Muhammadiyah 1 Kota Pelembang berinisial AA diperoleh penjelasan
mengenai suasana pembelajaran di kelas, yaitu: Sebagai seorang guru,
kami selalu berusaha menciptakan kelas yang kondusif, sehingga
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan pembelajaran
pada akhirnya dapat dicapai dengan baik. Pengelolaan kelas dapat
dilakukan mulai dari pembentukan petugas piket kelas, petugas menjaga
kebersihan kelas, dan juga dengan pengaturan ruang/setting tempat
duduk siswa yang dilakukan bergantian, hal tersebut bertujuan
memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa. Para guru
juga melaksanakan post test, melaksanakan penilaian setelah satu
pembahasan materi selesai dilakukan siswa. Karena kelas juga tempat
melaksanakan shalat berjama’ah. Dengan demikian, maka prestasi siswa
akan dapat mengalami peningkatan.387
Pembentukan suasana kondusif di dalam kelas perlu dilakukan
dalam proses pembelajaran. Dengan suasana yang seperti itu, maka para
siswa akan semakin nyaman ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Terkait dengan hal tersebut, berikut peneliti sajikan komentar siswa
mengenai proses belajar mengajar di dalam kelas, sebagai berikut: Bapak/
Ibu guru memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya mengenai
bahan pelajaran yang disampaikan, memulai dan mengakhiri pelajaran
tepat pada waktunya, melaksanakan ulangan harian, melakukan
penjelasan materi kembali dan memberikan tugas tambahan pada siswa 387 Wawancara, 4 Maret 2019.
178
sebagai perbaikan. Selain itu, sebagian dari bapak dan ibu guru juga
menggunakan berbagai macam metode dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah saja,
namun pembelajaran juga dilakukan dengan metode yang lainnya seperti
tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penelitian, kelompok. Dengan berbagai
macam cara pengajaran yang berbeda tersebut, maka kami merasa
senang dengan proses pembelajaran yang sedang dijalani.388
Dari penjelasan dalam wawancara di atas, sesuai dengan yang
telah dijelaskan oleh Suryo Subroto menyatakan bahwa kinerja guru
dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar adalah bagaimana
seorang guru dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan cara yang
baik, mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi pembelajarannya. Guru juga harus menciptakan suasana
kelas yang kondusif untuk pembelajaran, selain itu seorang guru juga
harus memiliki berbagai macam strategi pembelajaran, metode
pembelajaran yang bervariatif, serta mampu menggunakan berbagai
macam media pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran peserta didik.389
Proses pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), di mana pelaksanaan pembelajaran itu
sendiri meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Penilaian hasil belajar merupakan sebuah kegiatan untuk mengukur
tingkat ketercapaian peserta didik dalam proses pembelajaran. Kegiatan
ini merupakan sebuah pengukuran kompetensi yang dicapai peserta didik
telah mencapai sebagaimana tujuan yang diinginkan ataukah masih
belum mampu mencapai. Pada tahap ini seorang guru harus memiliki
kemampuan untuk melakukan evaluasi dengan baik. Selain itu seorang
388 Rangkuman hasil wawancara dengan siswa SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, tanggal 11-25 Maret 2019. 389 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 74.
179
guru juga harus mampu melakukan analisis dari hasil penilaian yang telah
dilakukannya.
Selanjutnya, untuk meneliti seberapa jauh guru-guru SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dalam mempraktekkan proses
pembelajaran sesuai dengan yang tertera dalam Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dibuatnya, maka peneliti melakukan
wawancara lebih lanjut dan memperoleh beberapa penjelasan dari
beberapa guru. Dari hasil wawancara dengan para guru SMA
Muhammadiyah 1 Palembang tersebut, peneliti memperoleh rangkuman
hasil wawancara bahwa sebelum memulai suatu pelajaran guru kadang-
kadang mengajukan post tes kepada siswa, misalnya dengan memberikan
pertanyaan secara lisan sebelum pelajaran dimulai, memberikan PR pada
siswa apabila pelajaran telah selesai diajarkan. Dan apabila suatu satuan
pokok bahan telah selesai, guru juga selalu melakukan evaluasi atau
penilaian misalnya dengan memberikan ulangan harian. Secara berkala
guru juga menyampaikan laporan kepada orang tua siswa mengenai
aktivitas siswa dan juga hasil pembelajaran. Kadang-kadang guru juga
memanggil orang tua siswa terutama bagi siswa yang sering mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran, sering membolos atau melakukan
kenakalan.390
Dari sini dapat diketahui bahwa guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang telah melakukan proses pembelajaran dengan baik, dari
mulai pra pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, maupun laporan perkembangan siswa kepada
orang tuanya. Terkait dengan hal tersebut, peneliti akan menjelaskan
secara lebih terperinci sebagai berikut:
Pertama, perencanaan pembelajaran yang antara lain terdiri dari
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, kompetensi inti (KI), yang terdiri dari; KI-1, KI-2,
390 Rangkuman hasil wawancara dengan para guru SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, tanggal 1-12 Maret 2019.
180
KI-3 dan KI-4, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi,
Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode Pembelajaran, Media
Pembelajaran, Sumber Belajar, dan kegiatan pembelajaran. Guru-guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang juga mengembangkan silabus yang
mengandung unsur/ komponen: a. Identitas Silabus; b. Kompetensi Inti
(KI); c. Kompetensi Dasar (KD); d. Indikator; e. Kriteria ketuntasan; f.
Teknik Penilaian (Tes, Perf, Prod, Proy, Port).
Untuk silabus mata pelajaran yang diunggulkan Al-Islam,
Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (ISMUBA) dan KBM Plus dibuat
dengan terlebih dahulu merumuskan standar kompetensi dan kompetensi
dasar secara bersama dengan kelompok guru mata pelajaran. Silabus
akan dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum
yang dikembangkan mengacu pada kurikulum K 13 dan kurikulum
pembelajaran Agama mengacu pada persyarikatan Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Hal ini dilaksanakan dengan sebaiknya oleh masing-
masing guru. KKM dibuat untuk menentukan tingkat ketercapaian minimal
yang didapatkan peserta didik. Pengembangan silabus di kalangan SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah atau beberapa sekolah,
Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Berdasarkan penjelasan dari wakil Al-Islam, Kemuhammadiyahan
dan bahasa Arab yang berinisial H bahwa: Kita menerapkan dua
kurikulum pertama Kurikulum K 13, kedua untuk kurikulum pelajaran
Agama itu dari persyarikatan Muhammadiyah dari Pimpinan Pusat (PP)
langsung karena sudah dibuat dari PP, baru-baru ini adanya workshop
oleh majelis Dikdasmen Wilayah, dan baru beberapa sekolah mengikuti
workshop mempersiapkan pembelajaran ISMUBA, adanya peraturan, jadi
seluruh sekolah Muhammadiyah sama silabusnya, standar proses,
standar kompetensi, kompetensi lulusan, standar isi, standar kelulusan,
standar penilaian, sudah dibuat oleh PP, kalau diperhatikan yang dibuat
oleh PP masih mengacu pada permendikbud No, 21, 22, 23, itu standar
181
SKL, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Untuk KI dan KD
kalau dari umum itu berdasarkan Permendikbud No. 24 tahun 2016, jadi
khusus Al-Islam itu dari PP langsung. Ada perbedaan dari poin 24 dengan
apa yang kita buat oleh PP kita materinya lebih banyak, kemudian ada
beberapa materi yang sama, kita ada penambahan materi, kemudian KI
itu juga berbeda KI dan K2 yang mengenai sikap religius spiritual, sikap
spiritual, sikap sosial dan perbedaannya sedikit. Kalau dari pemerintah KI
dari pemerintah berdasarkan agama yang dianutnya, kalau kita dari
Muhammadiyah berdasarkan agama Islam dan Al-Qur’an dan hadits.391
Pengembangan silabus dapat disusun oleh guru secara mandiri,
karena guru yang bersangkutan telah mengenali karakteristik peserta
didiknya sendiri secara baik, sehingga pengembangan silabus yang
dilakukan oleh guru secara mandiri akan lebih mengena. Akan tetapi jika
pengembangan silabus tidak dilakukan oleh guru secara mandiri, maka
sekolah dapat memberikan fasilitas berupa pembuatan pengembangan
silabus di sekolah secara kolektif, atau juga tim MGMP mata pelajaran
dapat memberikan fasilitas berupa pembuatan pengembangan silabus
secara bersama-sama.
Di SMA Muhammadiyah 1 Palembang, untuk mata pelajaran IPA
dan IPS terpadu dan ISMUBA disusun secara bersama oleh guru yang
terkait. Sedangkan bagi SMA yang belum mampu mengembangkan
silabus secara mandiri mereka bergabung dengan SMA lainnya melalui
forum MGMP untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan
digunakan oleh sekolahnya dalam lingkup MGMP setempat. Selain itu,
Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan juga memfasilitasi
penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para
guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Untuk mata pelajaran
ISMUBA difasilitasi oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota
Palembang.
391 Wawancara, 20 Maret 2019
182
Kedua, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dalam
pembelajaran oleh guru dan peserta didik yang dilakukan secara bersama
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegiatan
pembelajaran ini hendaknya dilakukan dengan cara yang fleksibel,
menyenangkan, sistematis dan sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Ketiga, evaluasi merupakan sebuah kegiatan di dalam
pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan untuk membuat
sebuah penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Dengan evaluasi pembelajaran ini, akan diketahui tingkat
ketercapaian peserta didik, sehingga akan dapat dilakukan tindakan
berikutnya kepada peserta didik yang telah mengikuti evaluasi
pembelajaran tersebut.
Jadi evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu
kegiatan dalam pembelajaran yang dirancang untuk dapat mengetahui
perkembangan pembelajaran yang dilakukan peserta didik sehingga dapat
ditentukan proses kegiatan pembelajaran berkelanjutan yang akan
dilakukan peserta didik nantinya. Evaluasi pembelajaran juga berarti
penilaian hasil belajar, yaitu sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan sebuah penilaian kepada peserta didik atas kompetensi
dasar yang telah dipelajarinya, apakah telah tuntas ataukah masih belum
tuntas.
Penilaian (assessment) merupakan sebuah langkah dalam
menggunakan berbagai macam alat penilaian untuk mengukur tingkat
ketercapaian pembelajaran peserta didik. Penilaian akan memberikan
jawaban atas tercapainya pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik,
apakah sudah mencapai kompetensi yang diharapkan ataukah masih
belum mampu mencapai kompetensi yang telah diharapkan.
Evaluasi pembelajaran ini mempunyai fungsi antara lain: Kurikuler
(merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran), instruksional (merupakan sebuah alat untuk
183
mengukur ketercapaian tujuan dari proses pembelajaran), diagnostik
(merupakan sebuah alat untuk mengetahui kelemahan peserta didik,
penyembuhan atau untuk menyelesaikan berbagai kesulitan belajar
peserta didik)., placement (merupakan penempatan siswa sesuai dengan
minat, bakat dan kemampuannya) dan administratif BP (pendataan dari
berbagai macam permasalahan yang dihadapi siswa dan langkah
alternatif bimbingan dan penyuluhan).
Dari penjelasan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang sebagaimana yang telah peneliti
jelaskan sebelumnya, baik mulai dari persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, maupun evaluasi pembelajaran dapat
diketahui bahwa secara umum guru-guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang telah melaksanakan seluruh proses pembelajaran tersebut
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru SMA Muhammadiyah
1 Palembang telah memiliki kinerja yang baik.
Evaluasi pembelajaran ini mempunyai fungsi antara lain: Kurikuler
(merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran), instruksional (merupakan sebuah alat untuk
mengukur ketercapaian tujuan dari proses pembelajaran), diagnostik
(merupakan sebuah alat untuk mengetahui kelemahan peserta didik,
penyembuhan atau untuk mnyelesaikan berbagai kesulitan belajar peserta
didik)., placement (merupakan penempatan siswa sesuai dengan minat,
bakat dan kemampuannya) dan administratif BP (pendataan dari berbagi
macam permasalahan yang dihadapi siswa dan langkah alternatif
bimbingan dan penyuluhanya).
Dari penjelasan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang sebagaimana yang telah peneliti
jelaskan sebelumnya, baik mulai dari persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, maupun evaluasi pembelajaran dapat
diketahui bahwa secara umum guru-guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang telah melaksanakan seluruh proses pembelajaran tersebut
184
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru SMA Muhammadiyah
1 Palembang telah memiliki kinerja yang baik.
d. Pengawasaan
Kepala sekolah adalah orang yang ditunjuk, diberi jabatan dan
wewenang secara penuh untuk membimbing dan memajukan sekolah
yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik, sehingga sekolah tersebut
benar-benar memenuhi atau memiliki kualitas serta keunggulan yang
memuaskan. Dengan demikian bagaimana usaha yang dilakukan Kepala
sekolah baik penilaian dan pembinaan yang dilakukan, yang penting
tercapai tujuan pendidikan itu sendiri melalui pengawasan.
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang setiap ada kegiatan di
sekolah selalu mengadakan pengawasan terhadap guru dan staf serta
para murid dalam melakukan proses belajar mengajar. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh guru dan wakil sarana dan prasarana
yang berinisial AA berikut ini bahwa setiap kegiatan dalam proses belajar
mengajar yang ada di sekolah selalu di awasi oleh Kepala sekolah pada
saat pagi selalu mengontrol guru dan murid melalui CCTV dan juga
terkadang berkeliling ke ruang belajar, kemudian juga mengontrol
keadaan fisik bangunan. Jika terjadi kerusakan langsung berkoordinasi
dengan wakil sarana dan prasarana mengadakan perbaikan. Kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh Kepala sekolah memotivasi kami untuk
semangat dan giat dalam menjalankan tugas.392
Motivasi dalam bekerja sangat dibutuhkan oleh guru. Hal ini
ditegaskan melalui observasi peneliti di mana Kepala sekolah selalu
mengontrol para guru baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, secara langsung dapat dilihat melalui CCTV dan secara tidak
langsung melalui tegur sapa di dalam bekerja. Jika terjadi suatu hal yang
tidak diinginkan beliau segera memanggil untuk menyelesaikan
392 Wawancara, 1 April 2019.
185
permasalahan tersebut.393 Observasi ini diperkuat dengan pernyataan
Kepala sekolah berinisial RS berikut ini: “Setiap kegiatan yang dilakukan
di sekolah ini, kami diawasi oleh pimpinan dan pengurus dan dibuat
laporannya secara tertulis. Dengan adanya pengawasan memastikan
bawahan bekerja dan berusaha memberikan hasil yang baik ditinjau dari
kualitas dan kuantitas setiap pekerjaan.394
Di lingkungan lembaga pendidikan yang terlibat sejumlah manusia
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Usaha penilaian,
pembinaan, pengembangan, dan pengendalian lembaga pendidikan
tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari masalah metode dan alat
serta masalah manusianya sendiri yang baru mampu mewujudkan kerja
secara efektif. Oleh karena itu dalam usaha penilaian, pembinaan,
pengembangan dan pengendalian lembaga pendidikan tersebut sangat
diperlukan penerapan supervisi pendidikan.
Terkait dengan pengawasan, maka wakil Kepala sekolah yang
berinisial FT menjelaskan bahwa secara umum ada dua kegiatan supervisi
yang dilakukan disini yaitu pertama: supervisi yang dilakukan oleh Kepala
sekolah kepada guru. Secara rutin dan terjadwal Kepala sekolah
melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru dan ada laporan yang
dibuat. Dalam prosesnya Kepala sekolah mendelegasikan wakilnya
memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Kedua
supervisi yang dilakukan oleh pengawas Pembina sekolah yang sifatnya
rutinitas, bisa dilaksanakan mulai pembelajaran akademik baru atau di
akhir semester, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja guru.395
Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat dan dapat ditarik
suatu asumsi bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Kepala SMA
Muhammadiyah 1 Palembang memberikan dampak yang positif terhadap
kinerja yang dilakukan oleh guru dan karyawan.
393 Observasi, 8 April 2019. 394 Wawancara, 8 April 2019. 395 Wawancara, 15 April 2019.
186
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kinerja Guru di SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang.
Pembahasan permasalahan ke-2 ini tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru SMA Muhammadiyah di Kota Palembang.
Dalam permasalahan ini akan dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama,
menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mendukung kinerja guru
SMA Muhammadiyah di Kota Palembang. Tujuan dari sub ini adalah untuk
mengetahui berbagai faktor yang merupakan pendukung kinerja guru
SMA Muhammadiyah di Kota Palembang semakin meningkat dengan
baik, diantaranya adalah karena faktor sudah terpenuhinya kesejahteraan
guru melalui pemberian gaji dan sertifikasi yang baik, faktor semangat
yang tinggi dari setiap guru, faktor adanya bakat dan minat dalam profesi
menjadi guru, faktor adanya motivasi untuk melakukan amal ibadah dan
mendapatkan pahala, faktor kompetensi guru yang sudah terpenuhi, faktor
sudah sesuainya kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh guru.
Kedua, menjelaskan tentang faktor-faktor penghambat kinerja guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang, tujuan dari sub ini adalah mengetahui
beberapa faktor yang yang dapat menjadi penghambat kinerja guru,
diantaranya faktor kesejahteraan guru, faktor penghargaan terhadap guru
yang masih kurang, faktor kemampuan atau kompetensi guru yang masih
kurang, faktor belum sesuainya kualifikasi pendidikan guru, dan profesi
guru bukanlah profesi pilihan dalam hidupnya, namun karena terpaksa
maka mereka memilih profesi guru tersebut. Dalam teori manajemen
pendidikan paling tidak harus mencakup 7M (Man, Money, Material,
Machine, Method, Market, Minute).
A. Faktor Pendukung Pengelolaan Kinerja Guru SMA
Muhammadiyah Kota Palembang.
Faktor pendukung kinerja guru yang paling penting adalah motivasi
guru itu sendiri. Kinerja seorang guru akan jauh lebih baik jika guru
mampu bekerja yang dilandasi dengan keikhlasan sebagai bentuk realitas
dari amal ibadah, tidak semata-mata materi belaka. Terkait dengan hal
187
tersebut, salah satu faktor yang dapat mendukung kinerja guru SMA
Muhammadiyah adalah adanya motivasi untuk amal ibadah dan
mendapatkan ridha Allah SWT. Karena itu, pada umumnya guru SMA
Muhammadiyah bekerja sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT
dengan cara berbagi ilmu.
Hal ini tercermin rangkuman wawancara dengan guru persyarikatan
Muhammadiyah sebagai berikut: Pada awalnya saya alumni SMA
Muhammadiyah dan menjadi ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Alasan saya menjadi guru karena saya ingin berbagi ilmu, apa yang saya
miliki dan saya peroleh baik selama jenjang sekolah maupun pengalaman
selama mencapainya. Motivasi yang membuat saya ingin menjadi guru
adalah karena saya ingin mengamalkan ilmu. Selain itu ketika melihat
kepolosan siswa-siswi yang ingin mengembangkan diri, saya akhirnya
terpanggil untuk dapat membantu mereka mencapai cita-citanya melalui
pendidikan. Dari sini saya termotivasi untuk selalu datang ke sekolah
untuk bertemu murid saya. Walaupun saya saat ini hanya seorang guru
SMA swasta. Saat ini tidak saya pikirkan seberapa uang yang diperoleh,
memang kadang tidak sebanding dengan pengorbanan tenaga dan
pikiran. Akan tetapi bagi saya menjadi seorang guru merupakan sebuah
aktivitas yang mulia, baik disisi manusia maupun disisi Allah SWT. Karena
itu, walaupun antara pengorbanan dan uang tidak sebanding, namun hal
ini saya anggap sebagai sebuah perjuangan yang mulai.396
Dari ungkapan salah satu kader Muhammadiyah yang guru SMA
Muhammadiyah yang berinisial HM, diperoleh beberapa keterangan yang
menjelaskan tentang motivasi ibadah dengan beramal dan berbagi ilmu
dapat dijadikan sebagai dasar semangat dalam memperbaiki kinerja guru
di SMA, diantaranya dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: Saya
adalah guru Al-Qur’an Hadits sangat senang diberikan kesempatan untuk
mengembangkan ilmu kepada siswa, Karena menjadi seorang guru
adalah ladang ilmu dan ladang amal ladang ibadah dan lading dakwah, 396 Wawancara, 1 April 2019.
188
dan dapat mengaplikasikan ilmu kepada siswa, terutama ketika ada jam
tambahan untuk melatih siswa-siswi yang mempunyai bakat dibidang
Tilawah. Senang dengan dengan semangat siswa-siswa apalagi banyak
yang berprestasi dalam menghafal Al-Qur’an, tanpa dibayar pun, puas
tiada tara dan juga bangga., ... saya ingin mencerdaskan anak bangsa
sehingga mereka menjadi insan kamil (bertaqwa, beriman dan terampil),
... mengajar hobi saya, saya senang, sehingga saya tak pernah
merasakan apa itu bekerja karena panggilan hati nurani.397
Guru di SMA Muhammadiyah 1 ini, berdasarkan pengakuan guru
dari hasil kedua wawancara di atas, menunjukkan bahwa mereka menjadi
guru karena panggilan jiwa. Guru dengan tipe ini hatinya terpanggil
menjadi guru. Motivasinya menjadi guru karena ada bisikan dari hati
sanubari. Guru panggilan jiwa tampak dalam tanda-tandanya. Ia mengajar
dengan penuh semangat dan efektif (powerful). Ia tidak terfokus pada
imbalan yang didapatkan. Ada atau tidak ada upah, melangsungkan
proses pembelajaran baginya merupakan suatu kesenangan. Wajarlah
apabila guru ini disenangi rekan sejawatnya dan para siswanya.
Guru tipe ini hatinya selalu melekat dengan siswa. Fisiknya boleh
saja ada di luar sekolah, tetapi hati dan pikirannya tidak dapat dipisahkan
dari siswa. Ia amat disenangi para siswa karena memperhatikan
kebutuhan, kemampuan, dan masa depan mereka. Dalam proses
pendidikan, guru yang memiliki panggilan jiwa yang seperti ini selalu
berpihak pada nasib dan kepentingan anak-anak, yaitu kepentingan
pendidikan dan masa depan mereka.
Faktor pendukung lainnya yang meningkatkan kinerja guru-guru di
SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang adalah faktor banyaknya
motivasi orang tua terutama kader dari Muhammadiyah yang ingin
memasukan anaknya ke sekolah ini dengan alasan terhadap pendidikan
Muhammadiyah walaupun sekolah umum tetapi keagamaannya kuat,
terutama di bidang Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, 397 Wawancara, 13 Maret 2019.
189
yang di unggulkan dan KBM Plus, dimana tujuannya untuk
mempersiapkan anaknya menjadi generasi yang paham agama dan
mempunyai prestasi belajar. Menurut Kepala SMA Muhammadiyah 1
Palembang tentang minat orang tua memasukkan anaknya ke sekolah ini
dibandingkan sekolah umum swasta lainnya pernyataan, Kepala sekolah
yang berinisial RUS sebagai berikut: Minat orang tua menyekolahkan
anaknya di SMA Muhammadiyah 1 Palembang nampaknya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diantaranya dikarenakan di SMA
Muhammadiyah khususnya SMA Muhammadiyah 1 Palembang tidak
kalah dengan sekolah unggul baik Swasta lainnya, karena banyak
diajarkan ilmu pengetahuan agama, umum, dan keterampilan yang sama
dengan pelajaran sekolah umum yang sederajat, dan siswa-siswi dapat
melanjutkan ke perguruan Tinggi Negeri baik itu melalui jalur undangan
maupun melalui tes SBMPTN, dan tidak ketinggalan dalam ilmu agama
dan umum, sehingga banyak pengalaman yang dapat diambil selama
duduk di bangku sekolah, untuk masa depannya sehingga mampu tampil
ditengah masyarakat di sekitarnya dalam berbagai aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi.398
Senada dengan hal tersebut, menurut penjelasan Ketua Majelis
Pendidikan Dasar Dan Menengah (DIKDASMEN) Pimpinan Wilayah
Sumatera Selatan yang berinisial HR, diperoleh keterangan sebagai
berikut: Berdasarkan data jumlah siswa menunjukkan bahwa jumlah
siswa di SMA Muhammadiyah 1 Palembang tiap tahunnya mengalami
peningkatan bahkan melebihi jumlah rombel yang telah ditetapkan oleh
DIKNAS, sehingga setiap tahun ajaran baru menerimah 12 Rombel. Hal
tersebut menunjukan bahwa animo masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di SMA Muhammadiyah 1 Palembang masih banyak. Salah satu
alasannya adalah para orang tua kebanyakan menginginkan anaknya
menjadi orang yang beragama dan berguna di tengah-tengah masyarakat.
Kefahaman seperti ini sebenarnya menjadi faktor pendukung untuk 398 Wawancara, 29 Maret 2019.
190
memajukan sekolah Muhammadiyah ke depan karena kuatnya pendapat
masyarakat tentang ini.399
Hal ini juga didukung oleh ungkapan salah satu orang tua murid
SMA Muhammadiyah yang berinisial MT berikut: Sekarang ini berbeda
dengan zaman dulu, sungguh sangat memprihatinkan akhlak anak-anak
muda sekarang, jadi menurut saya menyekolahkan anak harus di sekolah
yang mempunyai keunggulan di bidang agama yang kuat, sebab ilmu
agamanya banyak, anak harus diajari agama untuk bisa mengerti
kebaikan, jika anak tidak tahu agama sama sekali apa jadinya umat Islam
kedepan, memang sih rata-rata sekolah swasta kurang maju jika
dibanding sekolah umum negeri lainnya, tetapi di SMA Muhammadiyah 1
Palembang ini menurut saya tidak kalah dengan sekolah model, unggulan
yang ada disini, tapi saya lebih memilih pendidikan akhlak yang baik untuk
anak saya karena budaya dan nuansa religious sekolah ini sangat
terkenal salah satunya siswa kelas diberi tugas untuk menyambut
kedatangan siswa lainnya dengan bersalam-salaman setiap pagi dan ini
saya lihat ketika saya mengantar anak saya, kemudian apapun yang
diajarkan guru di kelas, saya yakin masih lebih baik akhlaknya daripada di
sekolah umum, contoh masalah aurat, guru dan murid perempuan pasti
diwajibkan memakai kerudung, belum masalah yang lainnya lagi.400
Kemudian, melihat tingkat kelulusan dan nilai UNBK yang tinggi
serta banyaknya siswa yang diterima di perguruan tinggi Negeri maupun
swasta SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, tidak kalah bila dibandingkan dengan sekolah
umum yang sederajat (SMA). Hal ini semestinya menjadi penyemangat
bagi pengelola pendidikan di sekolah. Dengan dukungan seperti ini
semestinya kinerja para gurunya perlu ditingkatkan, agar suasana
pembelajaran lebih menarik dan kepercayaan terhadap pendidikan di
399 Wawancara, 27 Maret 2019. 400 Wawancara, 1 April 2019.
191
sekolah lebih meyakinkan orang tua lagi. Guru-guru harus lebih
berdisiplin, berkompetisi, lebih profesional.
Karena itu kompetensi profesional dengan memiliki kinerja yang
baik perlu dimiliki oleh guru SMA, agar perkembangan SMA
Muhammadiyah 1 Palembang kedepan dapat semakin maju dan
berkembang dengan baik. Kinerja gurunya SMA Muhammadiyah 1
Palembang diharapkan dapat lebih tertib, lebih berdisiplin, lebih
menunjukkan karakter profesional. Semua hal tersebut perlu didukung
oleh fasilitas yang memadai yang disediakan oleh perserikatan. Selain
sarana dan prasarana sekolah yang baik dan menunjang, guru-guru di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang juga perlu diperhatikan masalah
gajinya, sehingga mereka tidak mengalami masalah ekonomi lagi. Dengan
terpenuhinya gaji guru secara baik, maka seorang guru tidak akan lagi
kebingungan masalah-masalah ekonomi kehidupan mereka, sehingga
mereka akan dapat bekerja dengan baik, dari sini maka kinerja mereka
sebagai seorang guru dapat terus meningkat dengan baik.
Menyinggung masalah kompetensi guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang dalam hal kinerja dalam proses pendidikan, bisa dilihat dalam
isi hasil wawancara dengan para guru di SMA Muhammadiyah 1
Palembang yang berinisial ES sebagai berikut:
Kami adalah guru PNS yang DPK, dan kami tahu bagaimana
menjadi guru yang baik, saya mengajar juga sesuai bidang studi saya,
saya juga mempersiapkan semua perangkat pembelajaran, saya juga
datang tepat waktu, saya menyadari ini adalah pekerjaan saya, rezeki
saya di sini, jadi sudah semestinya saya bekerja dengan baik sesuai
aturan yang berlaku, biar rezeki yang dimakan halal. Tapi masalah
pengajaran yang baik tidak hanya cukup memiliki guru yang baik kinerja
guru tetap harus didukung sarana prasarana yang baik, seperti gedung
sekolah, buku-buku, media dan lain-lain seperti akses internet
memudahkan kami mencari sumber pembelajaran. Alhamdulillah disini
192
sarana dan prasarana lengkap dan baik sehingga para guru bisa
memaksimalkan strategi dan metode mengajar yang ada.401
Dari komentar guru sekolah di atas ada beberapa poin yang dinilai
dari keadaan SMA ini yaitu; Guru yang PNS yang DPK bekerja dengan
sesuai standar yang sudah ditetapkan, bahkan bisa membawa nama baik
perserikatan untuk memajukan sekolah menyamai sekolah unggul yang
lain. Kesejahteraan guru PNS telah tercukupi dengan gaji dari pemerintah
juga diberikan tambahan gaji dari pihak persyarikatan, sarana dan
prasarana sekolah telah lebih lengkap karena disediakan persyarikatan.
Masih terkait dengan penjelasan tersebut, juga dapat dilihat dari
hasil wawancara kepada bapak yang berinisial AA berikut: Kinerja guru-
guru di SMA Muhammadiyah sini, tidak kalah dengan kinerja guru-guru di
sekolah negeri karena sebagian guru di sini PNS yang DPK, guru tetap
yayasan dan guru tidak tetap. Kedisiplinan guru baik, guru juga sudah
sangat profesional, motivasi guru cukup tinggi dalam mengajar,
kompetensi guru juga sudah mumpuni, guru mengajar berdasarkan profesi
pada bidang mata pelajaran sesuai bidang masing-masing. Tidak banyak
permasalahan di sekolah sini karena SMA Muhammadiyah 1 Palembang
termasuk sekolah favorit yang banyak diminati oleh masyarakat baik kota
maupun desa. Guru datang tepat waktu dan tidak terlambat guru yang
datang, budaya religius melekat dijiwa guru maupun siswa, walaupun
aktivitas sekolah dimulai jam 06.30, sekolah di sini termasuk SMA
Muhammadiyah 1 favorit di Kota Palembang, sehingga semua serba
mendukung.402
Menyangkut kinerja guru di sekolah SMA Muhammadiyah
sebagaimana penjelasan di atas adalah sudah sangat baik dan mampu
bersaing dengan sekolah yang favorit. Kondisi sekolah seperti ini tinggal
bagaimana mempertahankan promosi keluar dan berani mencanangkan
program sebagai sekolah yang religius dan unggul di Kota Palembang.
401 Wawancara, 17 April 2019. 402Wawancara, 17 April 2019.
193
SMA Muhammadiyah 1 Palembang seperti ini memiliki daya saing yang
tinggi dan tidak kalah dengan sekolah-sekolah negeri dan unggul. Kepala
sekolah selalu memberikan motivasi kepada guru dalam bekerja, dengan
komunikasi yang baik membuat suasana sekolah menjadi kondusif. dalam
menjalankan tugasnya sebagai manajer Kepala sekolah sudah
mempunyai kompetensi baik. Terkait dengan hal tersebut, pernyataan
Kepala yang berinisial RY memberikan keterangan sebagai berikut: Pada
intinya yang membuat SMA Muhammadiyah diminati itu karena para siswa
pada intinya ingin sekolah disini, disamping dukungan orang tua dan
sekolah ini sudah banyak mengeluarkan alumni yang berprestasi baik
dalam akademik maupun non akademik. Suasana sekolah ini mempunyai
ciri khas sendiri di samping sekolah-sekolah umum untuk mengejar nama
saja. Padahal di Sekolah Negeri kompetensi guru juga sudah mumpuni,
semua guru juga melaksanakan pengajaran sama seperti yang dilakukan
oleh guru-guru di sekolah umum. Guru juga sudah berdisiplin dalam
bertugas. Alumni disini juga banyak diterima di di Perguruan Tinggi Favorit
seperti di universitas Brawijaya, Universitas Padjadjaran, Universitas
Institut Teknologi Sumatera, Universitas Sriwijaya, UIN, UMP dan lain-lain.
Dan ini tergantung pada pilihan siswa, untuk diterima di perguruan tinggi
baik melalui jalur undangan dan dan Tes itu dikoordinir oleh pihak sekolah
terutama bidang kesiswaan dan kurikulum. Guru disini juga sudah sesuai
dengan standar kompetensi guru, bahkan mencapai 99 persen, bisa
dilihat dalam data. Artinya tidak ada permasalah di sekolah sini, jika ada
permasalahan guru terlambat itu karena masalah tertentu saja, bukan
karena disengaja, ataupun biasanya juga sudah memberitahukan kepada
Kepala sekolah terlebih dahulu mengenai penyebab keterlambatannya.403
Penjelasan Kepala sekolah tersebut menyoroti bahwa secara
umum masyarakat memandang bahwa nama asal sekolah sangat
dipertimbangkan dari pada pengajaran yang diberikan. Padahal saat ini
sudah banyak sekolah-sekolah yang maju dan siap bersaing dengan 403 Wawancara, 24 April 2019.
194
sekolah umum yang sederajat. Namun yang tetap menjadikan sekolah
negeri lebih lebih utama diminati daripada sekolah swasta adalah masih
munculnya anggapan dalam masyarakat bahwa orientasi pendidikan
sekolah swasta kurang berkualitas apalagi sudah menyangkut masalah
pekerjaan kedepan. Sedangkan orientasi pekerjaan ikut menentukan
kebijakan masyarakat dalam memilihkan sekolah untuk anaknya.
Begitu juga dalam budaya masyarakat, bahwa anak laki-laki
diharapkan menjadi kepala rumah tangga yang bertanggungjawab
terhadap keluarga, maka memerlukan pendidikan umum yang
memudahkannya mencari pekerjaan. Dengan demikian, menurut
pandangan masyarakat bahwa SMA Muhammadiyah memiliki
kelebihan di bidang pendidikan agama, akhlak/moral, sehingga
mempunyai keseimbangan anatara ilmu dunia dan akhirat dalam
bidang pengetahuan umum sebagai bekal mencari nafkah dan ilmu
agama mempersiapkan bekal untuk diakhirat. Oleh karena itu, maka
para orangtua lebih menyukai anak-anaknya sekolah di SMA
Muhammadiyah, di mana pelajaran agama dan umumnya lebih banyak
dan kualitasnya lebih baik, yang pada akhirnya lapangan kerja lebih
terbuka dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi juga lebih memungkinkan. Keadaan ini menjadi
tantangan sekolah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas
bidang studi umum dengan tetap mempertahankan kekuatan bidang
studi keagamaannya sebagai benteng moral dan sebagai ciri khas
pendidikan Muhammadiyah.
Dalam meningkatkan kualitas yang ada di sekolah, maka SMA
Muhammadiyah akan memiliki nilai jual yang tinggi dan diminati oleh
masyarakat. Peningkatan mutu sekolah dapat diupayakan dengan
berbagai macam cara, antara lain dengan memberikan iklim
pembelajaran yang baik, lengkapnya sarana dan prasarana sekolah,
adanya guru profesional yang memiliki kualifikasi pendidikan yang
sesuai serta memiliki kinerja sebagai guru secara baik. Melalui
195
beberapa hal tersebut, maka kualitas pendidikan di sekolah akan semakin
baik, dan SMA Muhammadiyah akan semakin diminati oleh masyarakat
karena memiliki daya saing pendidikan yang tinggi.
Terkait dengan kinerja dan kompetensi guru dalam upaya
peningkatan daya saing sekolah dapat dilihat dari wawancara guru yang
berinisial Y yakni: Mengenai kinerja guru sekolah di sini sudah bagus,
guru di sini mengajar sesuai dengan bidangnya. Di sini dari 93 guru sudah
sesuai dari standar kompetensi guru. Pokoknya kalau di SMA
Muhammadiyah ini insyaallah tidak banyak permasalahan dalam kinerja
guru, kami tahu karena ada juga guru di sini yang mengajar sudah lama
mengabdi di persyarikatan Muhammadiyah.404
Wawancara tersebut memberikan penjelasan terkait dengan
permasalahan yang menyangkut kinerja guru di sekolah, yaitu sistem
pengajaran di sekolah negeri dan swasta tetap berbeda daya dukungnya.
Berdasarkan pengalaman guru di sekolah negeri kemudian pindah ke kota
dan DPK di SMA Muhammadiyah tidak ketinggalan dari sekolah negeri
karena daya dukung lebih baik. Iklim pembelajarannya pun tetap baik.
Suasana di SMA Muhammadiyah dengan kondisi yang mendukung
membuat motivasi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan
siswa nyaman. Sekolah merupakan suatu sistem yang dibangun dari
berbagai unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan
yang utuh. Di dalamnya terdapat berbagai macam sistem sosial yang
saling berinteraksi menurut pola tertentu serta saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil
hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya.
Interaksi yang ada di sekolah merupakan sebuah pola hubungan
yang saling mempengaruhi dan saling mendukung sebagai upaya dalam
mewujudkan visi dan misi sekolah. Untuk terciptanya interaksi yang bagus
di sekolah, baik antara guru dengan guru, guru dengan Kepala sekolah
dan guru dengan siswanya, maka perlu dibentuk sebuah pola interaksi 404 Wawancara, 29 April 2019.
196
dan pola iklim kerja yang kondusif. Iklim kerja yang kondusif akan sangat
mempengaruhi kinerja guru dan tercapainya visi-misi sekolah. Oleh
karena itu Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di sebuah lembaga
sekolah perlu mengupayakan sebuah manajemen pengaturan iklim
sekolah dengan baik, sehingga akan dapat mendukung tercapainya tujuan
dari sekolah tersebut.
Kondisi kerja atau Iklim kerja merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan di sekolah. Dengan kondisi kerja yang mendukung,
iklim sekolah yang mendukung terealisasinya program pembelajaran yang
baik, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik. Iklim
ini mencakup berbagai macam hal, antara lain budaya sekolah, kebiasan-
kebiasaan baik yang ada di sekolah, interaksi yang baik yang dibangun
dalam hubungan antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah,
dan guru dengan murid muridnya, serta antara sesama murid. Iklim
sekolah yang terkait dengan guru adalah keseluruhan sikap guru-guru di
sekolah terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan kepuasan
mereka. 405
Iklim kerja bagi guru merupakan sebuah hubungan dari berbagai
macam faktor yang saling mempengaruhi, baik faktor pribadi, sosial dan
lingkungannya yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Melalui
pembentukan iklim kerja bagi guru yang kondusif, maka kinerja guru akan
semakin meningkat dengan baik dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan mutu pendidikan dan mampu tercapainya tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Iklim negatif merupakan sebuah kondisi yang kontradiktif dari nilai-
nilai kebaikan, sehingga akan membahayakan bagi kinerja guru, seperti
iklim kerja yang malas-malasan, tidak disiplin, dan tidak ada komunikasi
yang efektif baik antara guru dengan guru maupun antara guru dengan
peserta didiknya. Iklim negatif dapat menurunkan produktivitas kerja guru.
405 Sergiovanni, T.J., The Principalship of reflective Practice perspective, (Allyn and Bacon. Boston, 1991).
197
Iklim positif menunjukkan perilaku hubungan yang baik dan kondusif,
seperti saling menolong, dan menyelesaikan permasalahan sekolah
secara bersama-sama melalui musyawarah. Iklim yang positif ini
merupakan sebuah hubungan yang terjalin dengan baik antara personalia
pada umumnya dan guru khususnya. Terciptanya iklim positif di sekolah
bila terjalinnya hubungan yang positif juga antara berbagai stakeholder
yang ada di sekolah, baik antara Kepala Dengan gurunya, guru dengan
guru, maupun guru dengan murid.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Owens bahwa faktor yang
mempengaruhi iklim organisasi sekolah terdiri dari (1). Ekologi,
merupakan lingkungan fisik, antara lain bangku, gedung, alat-alat
elektronik, dan lain-lain, (2). Milieu merupakan interaksi sosial yang
terdapat di sebuah lingkungan, (3) Sistem sosial merupakan sebuah
sistem yang berjalan di sebuah lingkungan, seperti sistem komunikasi,
pola kerja, dan lain-lain, (4) Budaya yaitu nilai-nilai, kepercayaan, dan
norma yang dianut oleh orang-orang dalam organisasi.
Terbentuknya iklim lingkungan yang kondusif akan dapat
mempengaruhi kinerja guru, karena dengan iklim lingkungan yang baik
tersebut guru akan dapat berpikir dengan tenang dan berkonsentrasi pada
tugas yang sedang dilaksanakan. Kompetensi dan motivasi guru
memenuhi syarat dalam proses pembelajaran di sekolah. Pengajaran
akan pentingnya kepribadian yang baik sesuai yang dicontohkan oleh
guru menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua, yang akhirnya
menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Kompetensi kepribadian guru ikut
meningkatkan kinerja guru secara lebih baik. Hal tersebut seperti yang
disampaikan oleh Zakiah Darajat bahwa faktor yang sangat penting bagi
guru adalah kepribadiannya.
Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah seorang guru
mampu memberikan sebuah contoh kepribadian yang baik, sehingga akan
dapat mempengaruhi perilaku murid-muridnya, ataukah tidak. Guru yang
memiliki kepribadian yang baik, secara tidak langsung akan ditirukan oleh
198
murid-muridnya, karena memang guru adalah seorang figur percontohan.
Tingkah laku dan kepribadian seorang guru, akan selalu diperhatikan oleh
murid-muridnya dan dari situ maka murid-muridnya tersebut akan
mengikuti tingkah laku sebagaimana yang gurunya lakukan. Sebagai
contoh, guru yang malas, tidak disiplin dan sering terlambat datang ke
sekolah, secara langsung maupun tidak langsung perilaku guru tersebut
akan terekam dalam otak bawah sadar murid-muridnya, dan pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkah laku murid-muridnya tersebut.
Oleh sebab itu, kepribadian merupakan sebuah faktor yang sangat
menentukan keberhasilan dari lembaga pendidikan. Kepribadian seorang
guru dalam sebuah lembaga pendidikan tercermin dari sikapnya yang
selalu memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya, melakukan
pembimbingan dengan baik, bersikap dan berkomunikasi secara baik
antara guru maupun dengan murid-muridnya. Dengan memiliki
kepribadian yang baik tersebut, maka berarti seorang guru telah memiliki
kinerja sebagai seorang pendidik dengan baik. 406
Mengenai kinerja guru Kepala sekolah selalu menekankan agar
guru lebih profesional. Supervisi Kepala sekolah kami sangat bagus, guru-
guru juga sangat termotivasi dalam mengajar di kelas, hanya saja
memang masih ada kendala yang dihadapi, yaitu masalah guru yang
rumahnya jauh, perjalanan menuju sekolah terlalu padat, menyebabkan
kemacetan karena letak sekolah dalam satu komplek dengan sekolah TK,
SD, SMP, SMK, dan MA Aisyiyah. Masalah profesionalisme guru sudah
tidak diragukan lagi.407
Berkenaan dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala sekolah
hal-hal yang dipersiapkan adalah: karena Kepala sekolah merupakan
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM). Salah satu kompetensi Kepala sekolah adalah
406 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Abeta, 2013), hlm. 22. 407 Observasi, 20 Maret 2019.
199
supervisi kepada pekerjaan guru dan karyawan, sebelum melakukan
supervisi langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan hal-hal yang
berkenaan dengan pembelajaran bagi guru, dan ini merupakan supervisi
yang secara tidak langsung yang diberitahukan kepada guru, contoh
mempersiapkan rencana pembelajaran, perangkat pembelajaran, strategi
penilaian. Dan untuk tenaga kependidikan memfasilitasi supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Proses pelaksanaan supervisi
pembelajaran oleh kepala sekolah dimulai dari kegiatan pra observasi
yaitu kegiatan yang dilakukan supervisor dalam hal ini kepala sekolah
sebelum melakukan observasi secara langsung dalam proses pengajaran
yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas. Dalam tahap ini Kepala
sekolah telah melakukan perencanaan yang berkaitan dengan waktu
pelaksanaan observasi, sasaran observasi serta menyiapkan instrumen
dan teknik pelaksanaan observasi pembelajaran. Pada tahap ini juga
hampir tidak ada kendala-kendala yang terjadi sehingga semua kegiatan
pra observasi berjalan dengan baik.
Wawancara tersebut menjelaskan bahwa supervisi Kepala sekolah
sudah bagus dan kesejahteraan guru sudah memadai. Kompetensi dan
motivasi guru sudah baik di sekolah ini, dan didukung oleh pembiayaan
yang baik. Dalam hal ini menunjukan bahwa indikator kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang sudah baik.
B. Faktor Penghambat Pengelolaan Kinerja Guru SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang
Kinerja guru SMA MUhammadiyah 1 Kota Palembang secara
umum sudah berjalan dan baik dalam proses pembelajaran di kelas.
Namun menurut pengakuan dari beberapa guru masih ada hal-hal yang
menjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
Dilihat dari motivasi sebagai seorang guru, terkadang yang menjadi
faktor penghambat proses pembelajaran di sekolah adalah latar belakang
menjadi guru di sekolah berbeda-beda. Ada yang memang cita-citanya
menjadi guru, ada yang bukan karena keinginannya.
200
Tipe guru terpaksa/pekerja mungkin saja dapat melangsungkan
pekerjaannya dengan baik. Akan tetapi, jika waktu kerja habis, tipe guru
ini tidak mau mengabdikan dirinya untuk kepentingan pendidikan
(pembelajaran) apalagi jika tidak diberi upah. Motif yang mendorong guru
dengan tipe ini adalah honorarium yang ditawarkan. Oleh karena itu,
semakin kecil honor yang ia terima, semakin buruk pekerjaan yang ia
laksanakan. Tipe guru ini biasanya terlihat pada beberapa guru yang
kerjaannya sambilan dan masih berstatus tidak tetap. Misalnya, pagi hari
dia menjadi guru di sekolah A, siang harinya dia mengajar di sekolah B.
Walaupun jumlahnya tidak banyak, namun harus tetap diakui masih ada
sebagian guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang melakukan
pekerjaan sebagai guru karena terpaksa atau hanya sebatas pekerjaan
bukan sebagai panggilan jiwa.
Begitupun sebaliknya, bukan berarti semua guru yang berstatus
tidak tetap dan melakukan kerja ganda/ sambilan dapat dikategorikan tipe
guru yang terpaksa/ pekerja. Banyak juga guru-guru SMA Muhammadiyah
yang berstatus guru tidak tetap/ honorer yang melakukan tugasnya
sebagai pengajar dengan sungguh-sungguh karena panggilan jiwa.
Terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
mengakibatkan kurang optimalnya kinerja guru dalam lembaga pendidikan
baik karena disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal antara lain kompetensi diri sebagai guru dan juga motivasi
diri yang baik. Terkait dengan motivasi, maka banyak faktor yang dapat
menjadikan seorang guru termotivasi memiliki kinerja yang baik, antara
lain karena faktor ibadah, perjuangan, kemanusiaan, atau juga karena
faktor ekonomi, gaji dan sertifikasi. Sedangkan faktor eksternal antara lain
adanya kepemimpinan yang baik dari kepala sekolah, adanya pembinaan
guru yang baik dari pemerintah, serta terpenuhinya sarana-prasarana
sekolah yang dapat mendukung proses belajar mengajar yang baik.
Apabila faktor internal maupun faktor eksternal tersebut tidak dapat
terpenuhi dengan baik, maka seorang guru tidak akan memiliki kinerja
201
yang baik. Beberapa kasus yang terkait dengan faktor internal maupun
faktor eksternal yang terjadi pada guru-guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang tersebut dapat dilihat rangkuman wawancara dengan guru
tidak tetap/honorer berikut: Menjadi guru itu adalah profesi pilihan dalam
hidup. Permasalahannya adalah ketika ekonomi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Menjadi guru swasta yang belum sertifikasi
memang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, apalagi sudah
berkeluarga. Jadinya para guru di sini banyak yang kerja sambilan seperti
jualan, usaha dirumah. Itu dilakukan guru di sini sudah bertahun-tahun.
Akibatnya pengajaran guru yang bersangkutan sering terlambat. Tapi bagi
guru yang bisa mengatur waktu sebenarnya masih bisa tepat waktu.
Dari gambaran kinerja guru sekolah di atas, menunjukkan bahwa
perihal permasalahannya terletak pada masalah kesejahteraan guru.
Bagaimana guru bisa maksimal dalam mengajar jika keadaan ekonomi
keluarga tidak mencukupi. Keadaan ini menjadi suatu permasalahan bagi
sekolah bagaimana upaya sekolah dan persyarikatan untuk memberikan
kesejahteraan kepada guru. Dimana hal ini diungkapkan oleh guru yang
berinisial ID sebagai berikut: Kinerja guru yang bagus memang harus
didukung pengalaman dan kompetensi serta motivasi yang baik.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian dan lain-
lain. Motivasi sangat berhubungan dengan niat dan hasil kerja termasuk
kesejahteraan guru. Terkadang banyak permasalahan yang dihadapi
guru-guru di sekolah, yaitu umumnya masalah kesejahteraan guru, syarat
menjadi guru tetap yayasan, mengabdi kurang lebih 3 tahun bahkan ada
yang sudah 5 tahun, melalui penjaringan tes, aktif dalam kegiatan
pengajian yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Guru yang belum
sertifikasi memang boleh dibilang kehidupannya pas-pasan. Di sini guru
yang belum sertifikasi dari 93 orang guru ada 73 orang belum sertifikasi,
yang sudah sertifikasi baru 20 orang. Tapi upaya Kepala sekolah tetap
memperjuangkan kesejahteraan gurunya, dengan jumlah siswa yang
banyak sudah mendapat perhatian dari pimpinan.
202
Masih terkait dengan kesejahteraan guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang, upaya yang dilakukan supaya keadaan ekonomi guru tidak
pas-pasan komentar dari guru yang berinisial KM berikut: Kinerja guru di
sini pada umumnya sudah cukup profesional. Guru di sini oleh masyarakat
secara luas dinilai baik, buktinya banyak orang tua menyekolahkan
anaknya di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, kinerja guru-gurunya
sudah tidak diragukan lagi karena untuk menjadi guru di SMA
Muhammadiyah juga harus melalui proses seleksi. Kesejahteraan guru
disini sangat diperhatikan, SMA Muhammadiyah 1 Palembang memang
terkenal sekolah yang sudah berpengalaman dan diakui pemerintah di
Kota Palembang. Umumnya pendidikan agama sangat diprioritaskan.
Bahkan ada guru yang cukup bangga bisa mengajar di SMA
Muhammadiyah. Dari segi standarisasi kompetensi akademik para guru
kebanyakan sudah sesuai, walaupun banyak guru yang belum
disertifikasi, tapi setiap tahun ada yang disertifikasi.408
Dari hasil wawancara dengan guru di atas menunjukkan bahwa
pendidikan di SMA Muhammadiyah di atas sudah maju, termasuk sekolah
favorit di Kota Palembang. Sekolah ini urusan kinerja gurunya tentunya
sudah baik dan terkontrol. Perekrutan gurunya tentunya sudah melalui
proses seleksi. Gaji guru juga sudah sangat memadai dan dikelola satu
pintu. Bisa dikatakan sekolah di atas sudah mampu bersaing dengan
sekolah-sekolah maju lainnya.
Dari komentar guru-guru sekolah di atas ada beberapa poin yang
dinilai dari keadaan sekolah yaitu; sekolah di atas sudah cukup
berpengalaman dalam pembinaan sekolah. Kinerja gurunya juga sudah
baik, tapi tetap saja kalah dengan sekolah yang statusnya negeri. Sekolah
membaik setelah ada perbaikan oleh pengelola persyarikatan, artinya jika
pembinaan berlanjut, sekolah mampu meningkatkan profesionalitasnya
dan akan menjadi SMA favorit.
408 Wawancara, 26 April 2019.
203
Sebagai guru sekolah itu yang paling penting adalah kepribadian
yang baik itu yang diutamakan. Sekolah di sini keteladanan adalah di
nomor satukan. Jika kita mau mengajarkan kedisiplinan pada siswa,
tentunya gurunya sendiri ya harus berdisiplin. Penyampaian materi
pelajaran itu penting, tapi lebih penting lagi proses pembelajaran yang
baik itu yang utama. Buat apa anak pandai kalau dalam kesehariannya
akhlaknya amburadul. Murid di sekolah sini banyak kurang lebih hanya
1239 siswa, namun pembelajaran para guru yang mengajar tetap
semangat, semangat keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sangat
tertanamkan di sekolah ini. Kepala sekolah kami adalah inovatif dikenal
masyarakat luas, jadi kewibawaan ini terbawa kepada guru-guru yang
mengajar di sini, kemudian murid-murid di sini juga mencontoh pada para
guru-guru. Masalah kesejahteraan guru diperhatikan. Peningkatan upah
per jam dari jam mengajar guru mampu meningkatkan kinerja para guru,
tambahan SPP siswa juga disadari dan disetujui Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM), dan wali murid. Guru disini juga sudah 20 orang
yang sertifikasi.409
Dari komentar guru-guru sekolah di atas ada beberapa poin yang
dinilai dari keadaan sekolah ini yaitu; kinerja guru ditingkatkan lewat
kompetensi kepribadian guru. Budaya keagamaan menjadi motivasi
ekstrinsik tersendiri. Kesejahteraan guru diperhatikan dan mampu
meningkatkan kinerja guru. Pengaruh kepemimpinan dan keteladanan
Kepala sekolah juga ikut mempengaruhi kemajuan sekolah.
Dari beberapa kejadian di atas menunjukkan ada beberapa faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Kota Palembang. Faktor pendukungnya yaitu, bahwa
masih banyak guru-guru SMA Muhammadiyah yang mengajar penuh
keikhlasan, karena panggilan jiwa, berjuang ingin memperjuangkan,
agama demi masa depan akhlak generasi umat Islam agar pendidikan
keagamaan tetap berlangsung. Hal inilah yang menjadikan pendidikan di 409 Rangkuman Wawancara, 2 Mei 2019.
204
SMA Muhammadiyah 1 Palembang berlangsung berpuluh-puluh tahun
walaupun kondisi ekonomi kesejahteraan guru sudah terperhatikan.
Faktor penghambatnya yaitu masih banyak guru di sini yang belum
menjadi guru tetap yayasan, sehingga kesejahteraan mereka tidak sama
yang ia dapatkan dengan status guru tetap yayasan. Tetapi dengan
kondisi itu masih tetap semangat mengajar dengan penuh harapan untuk
diangkat menjadi guru tetap.
Kondisi guru khususnya pada SMA Muhammadiyah 1 Kota
Palembang dilihat dari segi kuantitas yang masih sudah ada
keseimbangan rasio antara jumlah guru dan murid, kemudian dari segi
kualitas dan keprofesionalan tenaga pengajar di mana yang mengajar
masih banyak yang belum mendapatkan sertifikasi. Disamping itu, dari
hasil observasi peneliti di lapangan dapat diketahui masih ada guru-guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang berlatar belakang motifnya
bermacam-macam seperti untuk menanti pengangkatan pegawai negeri,
mengisi waktu luang setelah tamat kuliah, berdakwah dan sebagainya.
Hal tersebut seperti terungkap dari hasil wawancara dengan seorang guru
honorer di SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang berinisial SA sebagai
berikut: Masih banyak guru swasta yang mengajar di sekolah belum
sertifikasi. Setiap tahunnya kuota sertifikasi khususnya bagi guru agama
non PNS sekolah yang bernaung di bawah Kementerian Agama
(Kemenag) sangat sedikit jika dibandingkan dengan kuota yang diperoleh
guru yang bernaung dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud).410
Terkait dengan gaji guru tersebut, maka sertifikasi guru merupakan
sebuah langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
peningkatan kinerja guru. Dengan sertifikasi, maka akan dapat
meningkatkan motivasi guru untuk memperbaiki kinerjanya. Namun
permasalahan di lapangan, ternyata masih banyak guru SMA
Muhammadiyah yang belum tersertifikasi. Kondisi ini juga diakui oleh 410 Wawancara, 23 April 2019.
205
Ketua Majelis Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Muhammadiyah
Provinsi Sumatera Selatan yang berinisial HR yang menyatakan bahwa:
Untuk sertifikasi guru, maka seorang guru harus memiliki jam
mengajar sebanyak 24 jam mengajar, selain itu bagi Guru Tetap Yayasan
(GTY) juga harus memiliki SK dari yayasan yang bersangkutan,
sedangkan bagi Guru Tidak Tetap yang ada di sekolah Negeri juga harus
memiliki SK dari Bupati atau Gubernur. Hal tersebut semakin mempersulit
khususnya guru-guru sekolah swasta untuk mendapatkan sertifikasi
karena kebanyakan mereka berstatus guru tidak tetap.411
Dari beberapa wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masih
banyak guru swasta yang mengajar di sekolah belum sertifikasi. Setiap
tahunnya kuota sertifikasi khususnya bagi guru non PNS sekolah yang
bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) lebih banyak jika dibandingkan dengan kuota yang
diperoleh guru yang bernaung Kementerian Agama (Kemenag).
Berdasarkan paparan data sebagaimana telah diuraikan di atas,
dapat diketahui bahwa masih terdapat kurang optimalnya kompetensi
profesional guru-guru SMA Muhammadiyah. Hal tersebut tentunya akan
berdampak pada kurang optimalnya pula tingkat kinerja guru yang pada
akhirnya dapat mengurangi mutu sekolah yang bersangkutan. Kinerja
guru yang kurang baik dapat berakibat pada lemahnya mutu pendidikan,
begitu juga sebaliknya kinerja guru yang baik akan dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
411 Wawancara, 24 April 2019.
206
3. Efektivitas, Efisien Pengelolaan dalam Peningkatan Kinerja Guru
di SMA Muhammadiyah Kota Palembang.
Efektivitas, Efisien pengelolaan dalam peningkatan kinerja guru di
SMA Muhammadiyah Kota Palembang adalah:
1) Perencanaan dalam Peningkatan Kinerja Guru
SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang mempunyai rencana dan
program kerja untuk meningkatkan kualitas pendidikan, peningkatan
kualitas guru sebagaimana pernyataan RUS sebagai berikut: “Di sekolah
yang saya pimpin ini, dalam merencanakan program-program peningkatan
kinerja guru dilakukan rapat tingkat pimpinan terlebih dahulu. Program
yang diarahkan seperti peningkatan kompetensi dan tanggung jawab
mengajar, honorium, pengembangan diri melalui pelatihan, workshop,
seminar, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan bekerja sama
dengan ahli psikologi.412
Wawancara di atas menjelaskan bahwa Kepala SMA
Muhammadiyah 1 Palembang melibatkan guru-guru dalam melakukan
perencanaan yang dilakukan dalam rapat atau musyawarah kerja yang
dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Para guru diberi kesempatan
untuk menyampaikan ide dalam rapat tersebut untuk menentukan
program-program kerja kedepan. Oleh karena itu, guru terlibat aktif dan
partisipatif dalam menentukan kebijakan. Dan program kerja termasuk
perencanaan kinerja guru ke depan. Dengan tindakan tersebut,
perencanaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang
memenuhi unsur keadilan atau sering kita sebut manajemen partisipatif.
Perencanaan kerja adalah inti manajemen karena semua kegiatan
organisasi bersangkutan didasarkan pada rencana. Hal tersebut sesuai
dengan penjelasan MH, Wakil bidang keagamaan (ISMUBA) yang
mengatakan bahwa dalam merencanakan kegiatan apapun terlebih
dahulu diniati ikhlas karena ibadah kepada Allah dan mencari ridho-Nya.
Sehingga sebelum memutuskan suatu tindakan yang akan dikerjakan, 412Wawancara, 2 Mei 2019.
207
terlebih dahulu mencari hidayah dari Allah dengan jalan bermusyawarah
dan dipikirkan secara matang dan memutuskan dengan pertimbangan
untuk memperoleh kemanfaatan yang besar baik bagi diri masing-masing
individu maupun bagi sekolah. Guru diarahkan untuk meningkatkan
kinerja semata-mata karena Allah SWT dan membantu SMA
Muhammadiyah 1 Palembang mengembangkan diri. Kompetensi guru
ditingkatkan melalui diskusi teman sejawat secara semi formal di luar
kelas/kantor, merencanakan penganggaran yang cukup untuk kebutuhan
operasional mengajar guru, karena guru digaji melalui Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM).413
Tertanamnya nilai-nilai keagamaan yang tercermin dalam kegiatan
perencanaan meliputi: niat suci, ikhlas kepada Allah, berharap hanya Allah
dan mencari kemanfaatan bagi sesama dan juga dapat dijadikan sebagai
tolok ukur dan implementasikan kedalam perencanaan bidang sumber
daya manusia diawali penetapan tujuan kinerja yang meliputi sesuai
dengan tujuan lembaga.
Perencanaan kinerja guru sangat terbantu dengan adanya sarana
dan prasarana. Hal ini diketahui dari wawancara peneliti dengan wakil
sarana dan prasarana SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang berinisial
AA bahwa: “Perencanaan peningkatan kinerja guru selama ini sangat
terbantu dengan adanya sarana dan prasarana seperti buku-buku yang
tersedia, ruang kelas yang representatif, sarana ibadah yang lengkap,
sehingga membuat guru bekerja dengan baik sesuai dengan
tupoksinya.414
Keberadaan sarana dan prasarana di SMA Muhammadiyah 1
Palembang sangat diperlukan dan mendukung Kepala sekolah bagi
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah dalam mengajar. Wawancara
dengan MM, salah seorang guru SMA Muhammadiyah dikatakan bahwa:
Kepala sekolah selalu melibatkan wakil-wakil Kepala dalam perencanaan
413 Wawancara, 3 Mei 2019. 414 Wawancara, 3 Mei 2019.
208
dalam rangka pengelolaan kinerja guru, kemudian wakil-wakil Kepala
Dibantu dengan asisten-asistennya untuk merealisasikan program kerja
yang telah dibuat.415
Alasan lembaga pendidikan menerapkan pengelolaan kinerja guru
sangat variatif, tergantung dari apa yang akan dicapai. Umumnya alasan
mereka adalah untuk meningkatkan efektivitas lembaga, memotivasi guru
dan karyawan, mendukung pelaksanaan total quality management (TQM).
Dan terutama untuk meningkatkan kinerja guru yang mempunyai etika
yang baik (akhlakul karimah). Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa
tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa
tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada
kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruan, di
dalam kelas dan tugas pendidikannya di luar kelas.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan secara efektif dan efisien para manajer sebagai Kepala
sekolah merupakan kunci utama dalam rangka mencapai tujuan itu
semua, hendak berorientasi pada peningkatan kinerja guru. Dalam hal ini
keberadaan guru haruslah diperhatikan, karena menyangkut masa depan
siswa kedepannya. Oleh karena itu, kepala SMA Muhammadiyah 1
Palembang selama ini sudah mempunyai perhatian terhadap para guru,
misalnya apakah guru itu masih layak atau tidak untuk mengajar,
profesional atau tidak, mempunyai sifat santun atau tidak, taat
menjalankan ibadah atau tidak dan bagaimana cara mengelola guru agar
menjadi lebih baik demi kemajuan mutu pendidikan di sekolah yang
dikelolanya sesuai dengan tujuan pendidikan Muhammadiyah.
Pimpinan sebagai manajer memberikan petunjuk dan rencana
untuk meningkatkan kinerja guru, mengenai tugas pimpinan selama ini,
berikut wawancara dengan BW, salah satu guru mengatakan bahwa
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang memiliki peran yang besar
dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kepala sekolah untuk mengelola 415 Wawancara, 13 Mei 2019
209
SMA Muhammadiyah ini, sehingga guru bisa berkualitas melaksanakan
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Peningkatan kinerja guru penting
bagi SMA Muhammadiyah 1 Palembang karena bagian dari Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) mempersiapkan kader yang tertuang dalam tujuan
pendidikan Muhammadiyah jangka panjang.416
Perencanaan untuk meningkatkan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang sudah ada karena bagian dari kader yang
tertuang dalam tujuan pendidikan Muhammadiyah jangka panjang.
Rencana yang ada banyak diarahkan ke persyarikatan Muhammadiyah.
2) Pengorganisasian dalam Peningkatan Kinerja Guru
Kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan
meningkatkan nilai mental, moral, fisik, karakteristik dan keteladanan
Kepala melalui sikap, perbuatan dan perilaku termasuk penampilan kerja
dan fisik. Wawancara dengan PA, SMA Muhammadiyah 1 Palembang
dimana mengatakan pihak sekolah dan kebijakan pimpinan daerah
Muhammadiyah (PDM) mempekerjakan dan mengangkat guru tetap
(GTY) di sekolah ini sesuai dengan lama masa mengajar dan pengalaman
di bidangnya. 417
Guru yang berkompeten tentu dimulai dari rekrutmen yang benar
sesuai bidang dan pendidikannya. Guru yang berkompeten bisa didapat
dengan adanya rencana di awal penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan yang matang, Kepala
sekolah bekerjasama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
melakukan pengadaan guru tetap yayasan (GTY). Menurut ED wakil
Kepala sekolah mengatakan bahwa semua guru yang ada di sini adalah
hasil rekrutmen perserikatan dengan memperimbangkan pengalaman,
416 Wawancara, 14 Mei 2019. 417 Wawancara, 14 Mei 2019.
210
pendidikan, alumni, usia dan masa kerja, serta loyalitas terhadap
organisasi Muhammadiyah.418
Analisis jabatan dan pekerjaan mutlak diperlukan untuk
memperoleh gambaran guru yang dicita-citakan atau yang diharapkan,
posisi jabatan, pekerjaan, dan dapat menghindari tumpang tindihnya
pekerjaan dan tugas serta kelebihan tenaga/guru di SMA Muhammadiyah
dapat mengalami kerugian, lebih ED lanjut wakil kepala sekolah bidang
humas menjelaskan bahwa proses perekrutan guru, kami lakukan dengan
wawancara dan pendekatan personal untuk memastikan calon guru
sesuai dengan kebutuhan SMA Muhammadiyah 1 Palembang dan semua
lulusan Strata Satu (S1) bahkan sudah ada yang Strata Dua (S2).419
Distribusi guru dilakukan dengan mempertimbangkan masa
pengabdian dan pengalaman masa kerjanya. 93 orang guru bekerja di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang diorganisasikan pada bidang
tugasnya masing-masing. Sedangkan untuk setiap wakil Kepala sekolah
untuk mempermudah pekerjaannya dibantu oleh beberapa asisten, contoh
wakil kurikulum ada empat asisten yang membantunya bidang Data
Dapodik siswa, bidang evaluasi, bidang kompetensi siswa, bidang
penilaian. Kemudian wakil Al-Islam Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab
juga, ada bidang Retorika, Tahfidz Al-Qur’an, Ibadah Praktis dan
Khutbah.420 Hal ini juga didukung berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap wakil kepala sarana dan prasarana, dalam menjalankan
pekerjaan dia juga dibantu oleh sistennya terutama dalam pengkodean
barang, dan penomoran barang yang ada disekolah, serta pendataan
barang yang masih layak pakai.421 Seorang pemimpin pendidikan formal
maupun non-formal hendaknya mampu untuk memimpin para staf
pengajar dan staf lainya dalam organisasi tugas kerja masing-masing
setiap hari.
418
Wawancara, 23 Mei 2019. 419 Wawancara, 23 Mei 2019. 420 Observasi, 22 Mei 2019. 421 Observasi, 24 Mei 2019.
211
3) Pelaksanaan dalam Peningkatan Kinerja Guru
Terkait dalam pelaksanaan peningkatan kinerja guru upaya yang
dilakukan oleh Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang adalah
memberikan motivasi kepada semua guru yang menjalankan tugasnya
masing-masing secara kompeten, selalu bertanggung jawab dan selalu
mengembangkan diri dengan ikut serta dalam pelatihan, seminar,
workshop, pengajian bulanan yang diselenggarakan baik dari sekolah
maupun dari persyarikatan Muhammadiyah.
Berdasarkan upaya peningkatan kinerja guru SMA Muhammadiyah
1 Palembang tindakan tindakan yang dilakukan adalah: Pertama
diarahkan pada pembenahan kinerja guru tujuannya untuk mengetahui
upaya-upaya yang dilakukan antara lain: diklat, upgrading, dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) upaya yang dilakukan
lembaga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN). Kedua, Dalam
peningkatan kinerja guru sekolah melalui kompetensi dan motivasi.
Pertama, terkait dengan kompetensi, maka kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kedua,
terkait dengan motivasi, maka hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi
seorang guru adalah spirit atau dorongan dan semangat untuk bekerja,
responsible atau tanggung jawab terhadap tugas, interest atau minat
terhadap tugas, dan appreciation atau penghormatan terhadap tugas
guru. Kedua faktor yaitu kompetensi dan motivasi tersebut adalah faktor
yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan kinerja seorang
guru. Secara teknis, langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dan
pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan
tenaga kependidikan di sekolah di kota Palembang, dapat dilakukan
dengan beberapa hal sebagaimana penjelasan berikut:
212
1. Peningkatan Kinerja Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah maupun
berbagai macam pihak yang terkait untuk peningkatan kinerja guru di
sekolah, sebenarnya sudah dilakukan. Begitu juga Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera Selatan dan Dikdasmen juga telah melakukan
berbagai macam upaya untuk meningkatkan mutu guru maupun
pendidikannya yang ada di Kota Palembang. Sebagai contoh
pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh organisasi profesional guru
seperti MGMP, khusus guru sekolah, Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKPS), dan berbagai pelatihan serta diklat peningkatan mutu
sekolah juga ditempuh guna pembinaan pendidikan di sekolah.
Wawancara dengan FT wakil kurikulum Untuk meningkatkan kinerja
tenaga pendidik karena memang semuanya paling rendah S1. Dalam
menerapkan standar pendidik kita berusaha meningkatkan kompetensi
kawan-kawan secara kontinyu untuk selalu bisa memperbaharui
ilmunya kita usahakan kalau ada peluang kita kirim untuk mengikuti
workshop, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), workshop atau
pelatihan guru kejuruan ke tingkat Provinsi. Kadang diadakan disini
sering diadakan disini, kita kan ada aula jadi kita ada kepengurusannya
kemudian di undanglah guru-guru. Dia sama dia aja atau kita
datangkan sebagai narasumber. Berbagi ilmu nanti kawan-kawan itu
bisa sharing nanti bisa. Si A kesulitan mengajar tapi si B tidak, jadi bisa
berbagi ilmu. Begitu juga untuk mata pelajaran Al-Islam,
Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab.422
Guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan adanya program yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Wilayah
422Wawancara, 27 Mei 2019.
213
Muhammadiyah Sumatera Selatan dalam menambah ilmu
pengetahuan, serta bisa berbagi ilmu antara satu dengan yang lainnya.
Wawancara dengan BK pengawas Pembina Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan , upaya yang
dilakukan meningkatkan mutu di sekolah, yaitu: Dalam rangka untuk
meningkatkan mutu sekolah, dari setiap guru sekolah kami instruksikan
untuk diadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), guna
mewadahi kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis.
Diharapkan kegiatan ini mampu menumbuhkan kegairahan dalam
upaya meningkatkan mutu guru dalam kegiatan KBM, menyetarakan
kemahiran guru, mendiskusikan permasalahan guru sehari-hari,
membantu guru mendapatkan informasi terkait dengan keilmuan, dan
saling berbagi pengalaman.423
Beberapa kegiatan dalam upaya pembinaan profesional guru
tersebut ditempuh guna semakin meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah. Dalam kegiatan MGMP, Wawancara HR Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah (DIKDASMEN) Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah, bisa ditempuh dengan pelaksanaan, yaitu: Kemudian
kita koordinasikan dari semua MGMP di kota Palembang,
menyebarluaskan tingkat sanggar ke tingkat sekolah, mendiskusikan
saran-saran dan pendapat yang ada untuk diatasi permasalahannya,
dan kalau perlu kita laporkan ke tingkat-tingkat Provinsi tentang
kegiatan yang diselenggarakan.424
Beberapa kegiatan terkait dengan upaya untuk meningkatkan
kinerja guru, seperti MGMP, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) tersebut akan dapat dijadikan sebagai media dalam
peningkatan kinerja dan profesionalitas guru di Kota Palembang.
Karena itu, diperlukan suatu wadah yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi. Organisasi itu dibentuk karena sebagai
423
Wawancara, 6 Juni 2019. 424 Wawancara, 13 Juni 2019.
214
salah satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi harus
mempunyai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni wadah profesi.
MGMP sebagai organisasi guru yang mewadahi kelompok mata
pelajaran secara profesional, terprogram, dan diarahkan untuk dapat
menjadi organisasi peningkatan kompetensi guru secara nasional.
Tujuan dari berdirinya MGMP seharusnya guru dapat memanfaatkan
dan ikut berpartisipasi dalam wadah tersebut, akan tetapi semua guru
belum menyadari hal itu. Melalui MGMP, guru dapat memecahkan
berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam melaksanakan
fungsinya secara efektif. Memanfaatkan wadah profesi guru tersebut
guru dapat bertukar pengalaman dan saling berbagi sesama guru
sehingga dapat mengembangkan kompetensi guru dan menjadikannya
guru profesional.
MGMP sebagai wadah untuk mengembangkan kualitas guru, maka
peningkatan mutu MGMP adalah keperluan yang mendesak untuk
segera direalisasikan. Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu
MGMP sudah dilakukan, antara lain dengan berbagai kegiatan
peningkatan mutu guru melalui diklat, seminar, lokakarya dan lain-lain
yang semua itu diadakan oleh organisasi MGMP. MGMP menjadi
sarana yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas kompetensi
dan mutu guru, hal ini karena memang MGMP merupakan wadah
organisasi guru dalam kelompok mata pelajaran yang berfungsi untuk
melakukan diskusi, musyawarah, tukar-menukar keimanan, dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu, MGMP mempunyai peran yang penting dalam
upaya peningkatan kompetensi guru, serta dapat dijadikan
pengembangan kompetensi guru khususnya kompetensi profesional
sehingga akhirnya kinerja dari guru tersebut juga akan meningkat lebih
baik. Inilah pentingnya organisasi guru, seperti MGMP perlu terus
215
ditingkatkan keberadaannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah Muhammadiyah Sumatera Selatan.
2. Pembinaan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah (DIKDASMEN) dalam Peningkatan Kompetensi Guru
Dinas pendidikan harus selalu memberikan bimbingan kepada
kepala sekolah dan segenap guru di semua Sekolah Menengah Atas
baik yang negeri maupun swasta untuk terus meningkatkan mutu
pendidikan di lembaganya masing-masing. Terkait dengan
kesejahteraan guru, seleksi perekrutan guru dan peningkatan
kompetensi guru juga harus selalu mendapatkan perhatian yang serius
guna peningkatan mutu sekolah kedepan. Terkait dengan hal tersebut,
Pengawas Pembina Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan juga
telah mencanangkan program-program peningkatan kualifikasi guru,
seperti yang dijelaskan pengawas Pembina Provinsi yang berinisial BK
selanjutnya, yaitu: Dalam rangka meningkatkan kinerja guru sekolah
dari aspek kualifikasi mandiri, yaitu dengan program bea siswa kuliah
bagi guru sekolah yang berprestasi. Program-program bantuan ke
pemerintah provinsi tentang beasiswa guru-guru sekolah. Bagi guru
yang sudah memadai gajinya perlu mengambil program peningkatan
kualifikasi mandiri, seperti kuliah strata dua (S2). Upayanya yaitu
dengan penyuluhan tentang kesadaran peningkatan pelaksanaan tugas
guru secara profesional.425
Lebih lanjut Pengawas Pembina tingkat Provinsi Sumatera Selatan
juga menjelaskan tentang pentingnya program kualifikasi guru oleh
pemerintah pusat, yaitu: Berkenaan dengan adanya ketentuan tentang
kualifikasi minimal seorang guru pada jenjang pendidikan menengah,
guru yang belum mencapai pendidikan setingkat S1, diharapkan segera
meningkatkan kualifikasinya, di mana untuk menjadi guru kualifikasi
425 Wawancara, 17 Mei 2019.
216
pendidikan minimal adalah S1. Program penyetaraan guru Sekolah
Menengah Atas lebih diutamakan mengingat masih ada guru
Menengah Atas yang belum sarjana strata satu, masih D3. Kami dari
Dinas Provinsi melakukan program kualifikasi guru dengan cara
kerjasama dengan Lembaga Penjaminan Mutu(LPMP), perguruan
tinggi negeri maupun swasta untuk program kualifikasi guru, dengan
biaya separuh dari pemerintah, dan separuhnya lagi dari guru itu
sendiri, karena program seperti ini lebih mendudukkan guru pada posisi
yang lebih bermartabat, dari pada mengandalkan pemerintah saja426
Menyinggung tentang pentingnya peningkatan mutu pendidikan
melalui kinerja guru, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang berinisial HR juga menjelaskan
sebagai berikut: Mutu pendidikan dipengaruhi oleh bayak faktor. Faktor
yang satu berpengaruh pada faktor yang lainnya. Tapi menurut saya
faktor yang paling penting adalah guru, karena bagus tidaknya proses
belajar-mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh guru. Guru
seperti kurikulum tersembunyi, karena sikap dan dan tingkah lakunya,
penampilan profesionalnya, kemampuan individualnya dan apa saja
yang melekat padanya, akan diterima oleh peserta didik sebagai contoh
untuk diteladani atau dijadikan pembelajaran. Untuk itu guru juga harus
didukung dengan program-program untuk menjamin kualitas sebagai
guru.427
Adapun upaya lain yang dilakukan Diknas Provinsi Sumatera
Selatan untuk meningkatkan kinerja guru sekolah adalah berusaha
mengadakan penyuluhan kepala sekolah tentang pentingnya mutu
pendidikan sekolah. Dalam beberapa pertemuan seperti pada
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dalam hal ini kepala
sekolah. Pihak Dinas Pendidikan menganjurkan beberapa penekanan
seperti dalam pengelolaan sekolah hendaknya memperhatikan
426 Wawancara, 18 Mei 2019. 427Wawancara, 22 Mei 2019.
217
kesejahteraan guru, profesionalitas guru, dan peningkatan karir guru
dengan peningkatan kompetensinya melalui diklat, workshop, dan
sebagainnya. Hal ini sebagaimana dalam penjelasan dari pengawas
Pembina yang berinisial BK dibawah ini: Pentingnya kesejahteraan
guru, yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru sekolah, bagi yang
sudah sarjana Dinas membantu untuk bisa segera bisa sertifikasi. Bagi
sekolah yang mau mendatangkan guru baru hendaknya
memperhatikan kualitas profesionalitas guru yang bersangkutan.
Membangun suatu sistem pembinaan karier dengan meningkatkan
kompetensi guru melalui kegiatan diklat.428
Selain melalui pembinaan yang baik terhadap guru guna
peningkatan kinerjanya, maka yang juga tidak kalah penting dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah peningkatan
mutu layanan. formulasi strategis dalam pengembangan
kelembagaan sekolah yang mengarah kepada peningkatan mutu
layanannya harus dirumuskan dalam satu pola koordinasi yang baik
melalui pemerintah tingkat kota maupun provinsi, artinya bahwa
dinas pendidikan dan kebudayaan memiliki kepentingan untuk duduk
bersama dalam merumuskan formulasi strategi dalam
pengembangan sekolah. Formulasi yang baik dengan merujuk
kepada beberapa hasil penelitian untuk tingkat sekolah harus ditata
ulang dengan memenuhi; (1) plan, ada proses perencanaan
terintegrasi diantara para pemangku kebijakan, (2) do, pola
koordinasi yang baik yang memungkinkan tidak terjadi tumpang
tindih dalam pengelolaan sekolah, (3) check, proses monitoring dan
evaluasi yang terus menerus yang secara proporsional antara
manajerial dan substansial, dan (4) action, pelaksanaan apa yang
sebenarnya dilaksanakan.
Lingkungan strategis sekolah kelembagaan dan eksternal,
lingkungan eksternal dalam kelembagaan dan masyarakat. 428 Wawancara, 28 Mei 2019.
218
Kelembagaan eksternal di lingkungan sekolah terdiri dari lembaga
pendidikan dan Departemen Agama, lembaga-lembaga keagamaan
dan sosial kemasyarakatan. Sedangkan lingkungan internal adalah
lingkungan sekolah dengan nilai-nilai yang dikembangkannya. Pada
lingkungan yang eksternal sekolah dengan visi dan misinya memiliki
posisi yang strategis, nilai-nilai Islami menjadi values dimata
stakeholdernya. Secara kelembagaan berdasarkan aturan yang ada
sekolah sangat strategis dibawah Dinas Pendidikan Nasional, artinya
secara birokrasi memiliki kekuatan dalam posisi penyelenggaraannya.
Hal yang perlu di atur secara profesional adalah dua lembaga yang
memiliki kepentingan dalam pengembangan lembaga sekolah ini yaitu
dengan departemen pendidikan yang secara strategis sangat
menguntungkan. Kelemahan-kelemahan dalam birokrasi harus
diperbaiki sehingga model tanggung jawabnya secara profesional dan
proporsional. Lembaga-lembaga kegamaan dan sosial madyarakat
lainnya miliki perorangan atau kelompok, memiliki kepentingan juga
terhadap keberadaan lembaga ini, selain memperoleh suply
ketenagaan juga dapat menjadi mitra dalam pengembangan agama
Islam.
Kualitas hasil yang diharapkan dari proses pendidikan di sekolah
Muhammadiyah sama halnya dengan proses yang terjadi pada
lembaga pendidikan lainnya, amanat undang-undang sistem
pendidikan nasional menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya.
Kualitas melekat pada input, proses, output dan outcome, oleh
karena itu untuk mengamankannya dibutuhkan satu model
pengawasan (monitoring dan evaluasi) yang terintgrasi menyangkut
input pendidikan sekolah, proses layanan pendidikan, dan output
serta outcame-nya. Ada hal-hal penting yang perlu diintegrasikan
terutama berkaitan dengan pengawasan proses, masih terjadi
tumpang tindih antara dinas pendidikan dan Departemen Agama.
bahwa, pengembangan program-program baru ataupun tindak lanjut
219
sering diantara kedua lembaga ini tumpang tindih baik secara sistem
maupun menyangkut substansi.
Struktur program pengembangan sekolah yang bermutu
menyentuh kepentingan substansi sebagai sekolah formal akan
tetapi juga tidak meninggalkan sisi pendidikan keislaman yang
menjadi sisi khasnya. Implementasi program strategis sekolah
Muhammadiyah masih perlu direposisi secara proporsional diantara
kedua lembaga yang berada diatasnya, artinya proses pengelolaan
bidang-bidang garapan pengelolaan sekolah Muhammadiyah secara
struktur perlu direposisi berkaitan dengan birokrasi. Karena bila
birokrasi yang harus menyesuaikan, maka akan memerlukan waktu
dan kajian yang cukup lama.
Dengan ciri khas keislamannya, sekolah perlu memperhatikan
beberapa hal dalam penyelenggaraannya terutama menyangkut penya-
luran lulusan. Lulusan sekolah dalam sistem pendidikan nasional
memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan ke tingkat
perguruan tinggi, perlu diperhatikan daya saing yang bisa diunggulkan
oleh lulusannya. Selanjutnya lulusan juga dapat berkiprah dalam
kehidupan masyarakat dalam bentuk pekerjaan, pekerjaan apa yang
sesuai untuk mereka dengan ke-khasan yang dimilikinya. Untuk
mengamankan keunggulan-keunggulan yang dimiliki, perlu dikembang-
kan pemikiran-pemikiran inovatif dalam program-program layanan
pendidikan tentunya.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Kinerja Guru Sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi performans (kinerja) menurut
Gilbert dalam Rothwell adalah pemimpin yang mampu mempengaruhi
perilaku dan tindakan orang lain mencapai tujuan yang diharapkan.
Menjadi pemimpin yang berhasil apabila kepemimpinan tidak terjadi
dalam kekosongan (vakum). Sesuai dengan kebutuhan, pemimpin
220
harus memberi reaksi terhadap lingkungan kerjanya dan peristiwa atau
kejadian yang berlangsung di lingkungannya. Kepemimpinan harus
dilihat sebagai mozaik (kepingan) bukan sebagai keutuhan. Beberapa
sifat ketika keadaan berubah, mozaik pemimpin yang berhasil
dibutuhkan. Pemimpin yang berhasil (efektif) mampu membangun
kesadaran pengikutnya termasuk dirinya untuk belajar sepanjang
hayat, penerimaan nilai pemikiran kritis dan pengertian tentang
belajar sebagai sebuah proses berkelanjutan.
Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga perlu
terus mengupayakan berbagai macam langkah strategis guna
peningkatan kinerja guru di lembaganya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan kepala sekolah antara lain peningkatan kesejahteraan guru
melalui pemberian strandar upah yang memadai. Hal ini dapat dilihat
dari penjelasan RS, kepala sekolah sebagai berikut: Kinerja guru
membaik jika kita ikuti standar upah yang sesuai, Kami sudah hitungan
per jam mengajar guru dibayar perjamnya tiga puluh ribu rupiah di
tambah transport dua puluh ribu rupiah itu kami mengajukan usulan ke
Pimpinan daerah Muhammadiyah Kota Palembang. Tentunya ini
disesuaikan dengan persetujuan Pimpinan Daerah Muhammadiyah
(PDM), kemudian kami tambah dengan gaji ketika guru mengajar KBM
Plus, tunjangan piket guru dan gaji guru ketika membina kegiatan. Jadi
diera sekarang gaji yang kami berikan kepada guru saya upayakan
sesuai dengan standar. Hal ini mampu meningkatkan motivasi guru
dalam mengajar. Langkah ini saya tempuh dengan cara menjelaskan
ke guru supaya mereka dapat meningkatkan kinerjanya, karena dengan
upah yang seimbang dapat meningkatkan kesejahteraan guru, yaitu
dengan tidak menaikkan SPP siswa. Alhamdulillah disetujui oleh
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM).
Dari penjelasan lain tentang upaya peningkatan kinerja guru di
SMA Muhammadiyah Kota Palembang, seperti yang di utarakan oleh
FT wakil Kurikulum, yaitu: Kinerja guru meningkat setelah saya adakan
221
MGMP dan Pengajian rutin. Pada prinsipnya kinerja guru itu
dipengaruhi beberapa faktor, gaji cukup, penguasaan media, memiliki
kemampuan mengajar, kepribadiannya baik dalam mengajar. Tanpa itu
masih banyak masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar
mengajar. Namun kendalanya di sini tetap saja ada, yaitu kekurangan
sarana media pembelajaran di kelas seperti infokus belum seluruh
kelas ada, Selain itu untuk meningkatkan kinerja guru, saya juga
anjurkan guru-guru untuk bisa mengikuti MGMP yang didakan oleh di
Aula sekitar Sekolah di sini, karena dilingkungan ini ada SMA
Muhammadiyah 6, SMK Muhammadiyah 1, MA Aisyiyah.429
Dalam dunia modern dan dunia yang telah dipenuhi oleh kemajuan
teknologi dan informasi ini, guru bukanlah merupakan satu-satunya
sumber ilmu pengetahuan. Guru lebih memiliki peran untuk menjadi
pendamping peserta didik untuk dapat mengambil berbagai macam
ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, baik buku, alat-alat teknologi,
maupun internet. Dalam era teknologi informasi, peserta didik sangat
mudah mendapatkan berbagai macam informasi dan ilmu pengetahuan
dari internet. Namun di sini peran guru masih sangat penting sebagai
pendamping dan pembimbing bagi peserta didiknya, agar tidak salah
dalam mengambil informasi dan keilmuan dari internet tersebut, selain
itu peran guru juga sangat penting untuk mendampingi peserta didiknya
agar tidak salah dalam menggunakan internet. Untuk dapat
melaksanakan peran dengan baik, maka mutu guru harus terus
ditingkatkan. Hal ini sebagaimana wawancara AA wakil sarana dan
prasarana sebagai berikut: Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki
pengetahuan luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu dan ditrasfer
kepada siswa. Dalam kaitanya dengan hal ini, maka seorang guru
harus menguasai berbagai strategi pembelajaran, berbagai metode
pembelajaran, menguasai berbagai media dan sumber pembelajaran,
menguasai aspek-aspek menejemen kelas, dan dasar-dasar 429Wawancara, 24 Mei 2019.
222
kependidikan. Untuk mendukung itu semua guru juga harus menguasai
teknologi informasi, yang berbasis internet, sehingga kinerja guru
semakin mudah dan menarik bagi siswa dalam prses pengajaran di
kelas.430
Selain peningkatan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan, hal lain
yang juga perlu ditingkatkan adalah kompetensi guru seperti melalui
beberapa kegiatan pelatihan, diklat, workshop, serta melalui
penyesuaian kualifikasi pendidikan bagi guru mata pelajaran. Hal ini
sebagaimana penjelasan RS kepala sekolah sebagai berikut: Sebagai
pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan luas tentang disiplin
ilmu yang harus diampu dan ditransfer kepada siswa. Dalam hal ini
guru harus menguasai materi, penggunaan strategi dan metode
mengajar yang akan digunakan, dan menentukan alat evaluasi
pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa,
aspek-aspek menejemen kelas, dan dasar-dasar kependidikan. Untuk
mendukung itu semua guru juga harus menguasai teknologi informasi,
yang berbasis internet, sehingga kinerja guru semakin mudah dan
menarik bagi siswa dalam proses pengajaran di kelas. Oleh karena itu,
seorang guru perlu meningkatkan kompetensi profesionalnya sebagai
pendidik dengan berbagai macam cara, antara lain penyesuaian
kualifikasi pendidikan, mengikuti diklat, workshop, maupun pelatihan-
pelatihan yang lainnya terkait dengan peningkatan profesionalitas
guru.431
Dari penjelasan kepada sekolah Muhammadiyah di atas diketahui
bahwa guru-guru di SMA Muhamamdiyah 1 Palembang sudah didorong
untuk memahami landasan-landasan pendidikan, baik landasan hukum,
sejarah, ekonomi, filsafat, sosial budaya dan psikologi. Hanya sebagian
kecil kurang memahami hal ini sebagai satu kesatuan yang utuh. Guru
yang profesional tentu memiliki penguasaan materi pelajaran.
430 Wawancara, 20 Mei 2019. 431Wawancara, 20 Mei 2019.
223
Penguasaan materi pembelajaran selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung sangatlah penting bagi guru termasuk dalam
pembelajaran. Observasi terhadap beberapa guru sebelum mengajar
dengan mempelajari materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan
sumber/media pembelajaran.432
Pengembangan diri guru yang bertujuan antara lain untuk menutupi
jarak antara kecakapan guru dengan permintaan jabatan, selain itu juga
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja tenaga
kependidikan dalam mencapai sasaran kerja. Pengembangan diri
melalui penataran tersebut, ditindak lajuti oleh guru-guru dalam upaya
meningkatkan kinerjanya. Terkait hal ini wakil kurikulum FT
mengatakan bahwa dalam upaya meningkatkan pengembangan diri
guru di lakukan pengiriman guru-guru untuk mengikuti penataran,
pelatihan, pengajian baik itu dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera Selatan dan Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (DIKDASMEN) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
(PWM).433
Pekerjaan guru diperlukan kesadaran untuk mengembangkan diri
dan kemampuan untuk bisa berkembang menjadi guru ideal dan
meningkatkan kinerjanya. Kemampuan itu dilihat pada
kesanggupannya, menjelaskan peranannya sebagai guru, pengajar,
pembimbing dan sebagai pemberi ilmu terhadap siswa. Pengamatan
lapangan mengenai kinerja guru, menunjukan sudah efektifnya forum
musyawarah guru tersebut dalam pengembangan diri, berdasarkan
keterangan GH, salah seorang guru kimia menjelaskan program
penataran dan pelatihan merupakan satu-satunya wadah yang tepat
bagi usaha peningkatan kinerja guru.434
Wawancara di atas menjelaskan bahwa pengembangan guru
selama ini dilakukan bertujuan antara lain menambah wawasan dan 432 Observasi, 20 Mei 2019. 433 Wawancara, 20 Mei 2019. 434 Observasi, 22 Mei 2019.
224
profesional guru dalam mengembangkan pembelajaran, supaya tujuan
dan sasaran pendidikan tercapai.
Terkait dengan dengan kompetensi guru di SMA Muhammadiyah 1
Palembang adalah guru itu sendiri. Guru adalah sasarannya, untuk itu
tanpa guru pengelolaan yang dilakukan oleh pimpinan sekolah tidak
akan terlaksana. Wawancara AA wakil sarana dan prasarana
mengatakan bahwa realisasi peningkatan kinerja guru memperhatikan
kesejahteraan guru juga. Kepala mendorong guru untuk bekerja
dengan baik, dengan memberikan jam tambahan belajar kepada siswa
dengan program KBM Plus. Guru yang mengajar mendapatkan
penghasilan tambahan dari proses belajar mengajar.435
Masalah kesejahteraan guru menjadi bagian penting bagi
peningkatan kinerja guru. Pendidik atau pengajar merupakan salah satu
faktor yang menjadi penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan.
Untuk itu kesejahteraan guru menjadi perlu diatur secara bijak di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang. Kepala sekolah sudah mengusahakan
guru bekerja dan mengajar sesuai dengan kemampuannya. Namun
aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kepribadian pimpinan yang
bisa dicontoh dalam menggerakan guru bekerja sesuai dengan tujuan.
Mengenai kepribadian kepala sekolah, LI, guru mengatakan dalam
kesehariannya Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang bersikap
familier, tidak pernah membatasi hubungan dengan bawahan, serta
tidak pernah menampakan kemarahan. Kepala sekolah sering
memotivasi bawahan dalam bekerja. Sikap pemimpin tersebut
membuat kami menaruh hormat pada beliau.436 Dengan demikian
dapatlah dikatakan kepribadian seorang pemimpin akan berpengaruh
pada peningkatan kinerja guru.
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang melalui pengalaman,
sifat kepemimpinan, kemahiran dan keterampilan yang dimilikinya,
435 Wawancara, 24 Juni 2019. 436 Wawancara, 24 Juni 2019.
225
merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja bawahan. Mengingat
pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka
keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya.
Salah satunya guru.
Kerja sama dan komunikasi antara guru dan personil sekolah
lainnya juga didorong dan dibangun oleh kepala sekolah, ES, wakil
kesiswaan mengatakan selama hubungan kerjasama antar personil
terjalin dengan baik. Semua pihak menjalankan tugas sesuai dengan
porsi dan tanggung jawab masing-masing. Apabila terjadi konflik
Kepala sekolah bersifat sebagai mediator yang menjembatani
penyelesaiannya konflik. Penelitian lebih mendalam melalui wawancara
diperoleh gambaran lebih jelas tentang kinerja kepala sekolah. Seluruh
komponen SMA Muhammadiyah selalu melakukan musyawarah/rapat
untuk membuat suatu keputusan, Kepala sekolah berusaha melibatkan
berbagai pihak yang kompeten untuk membahas suatu masalah.
Kepala sekolah memandang siswa adalah komponen penting yang
diperhatikan dalam mengambil keputusan meski tidak ikut
musyawarah.437
Kepala sekolah adalah figur sentral harus menyadari terbentuknya
kebiasaan, sikap, dan prilaku dalam konteks kultur Islami sangat
dipengaruhi oleh pribadi, gaya kepemimpinan, dan cara dia melihat
perkembangan kedepan yang bersifat visioner. Perkembangan kultur
Islami yang lebih baik dan sehat harus dimulai dari kepemimpinan
sekolah. Pemimpin sekolah yang mampu membangun tim kerja, belajar
dari guru, staf tata usaha dan siswa, terbuka untuk jalur komunikasi
dengan lingkungan, luas untuk informasi akan mampu
mengembangkan kultur Islami demi terwujudnya sekolah mandiri yang
berada di atas kemampuannya sendiri.
Keadaan ini menjadi tugas pimpinan untuk mendorong peningkatan
kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang. Kegiatan kerja 437 Wawancara, 25 Juni 2019.
226
sama dengan guru lainya berguna untuk mencari solusi pemecahan
masalah peningkatan kinerja guru. Saat di observasi mengenai
kerjasama menyangkut hal ini maka terlihat guru sering melakukan
diskusi tentang permasalahan kerja di SMA Muhammadiyah 1
Palembang. Hal ini meliputi diskusi tentang beragam media ajar,
inovasi pembelajaran, sumber buku pelajaran dan kiat menghadapi
beragam tingkah laku siswa di kelas. 438
Kerja yang intensif dilakukan oleh guru dengan guru lainnya bisa
memberikan gagasan baru bagi pelaksanaan evaluasi belajar, karena
adanya pola saling mendukung antara dua pihak yang berkepentingan
dalam pembelajaran. Wawancara dengan FT, wakil kurikulum SMA
Muhammadiyah 1 Palembang yang mengatakan berbagai permaslahan
yang timbul dalam mengajar selalu diselesaikan melalui rapat berkala
dengan dewan guru yang diselenggarakan setiap 1 bulan sekali, diskusi
dengan guru setiap guru dan lain sebagainya. Melalui upaya ini bisa
menuangkan gagasan yang bisa meningkatkan belajar siswa.439
Kerjasama bisa tumbuh antar guru jika Kepala sekolah senantiasa
memberikan motivasi bimbingan serta menegakkan disiplin dan
memberikan teguran kepada para guru untuk giat mengikuti aktivitas
diskusi sejawat yang dipandang bermanfaat dan mampu membantu
terwujudnya tujuan visi, misi SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
Melalui peningkatan profesionalitas guru tersebut, maka mutu
pendidikan di sekolah juga akan semakin meningkat dengan baik.
Peningkatan mutu sekolah dapat dilakukan dengan memperhatikan
komponen-komponen dasar dalam pengelolaan lembaga sekolah. Bidang
garapan yang perlu diperhatikan secara umum meliputi; Pertama,
pengelolaan kurikulum sekolah, kurikulum sekolah memiliki kekhasan
dengan pendidikan ke Al-Islamanya akan tetapi perlu di pikirkan
438 Observasi, 25 Juni 2019. 439 Wawancara, 25 Juni 2019.
227
bagaimana mengamankan kurikulum dasar yang menjadi pedoman bagi
seluruh sekolah dalam kelompok sekolah umum. Ciri khas kurikulum
dapat masuk kelompok sekolah menengah atas sehingga muatan ilmu
pengetahuan umum menjadi satu kekuatan yang harus sama dimiliki
lulusannya.
Kedua, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, tenaga
pendidik di tingkat sekolah adalah guru sesuai dengan peraturan
perundangan yang ada maka guru yang bersangkutan harus memiliki latar
belakang yang sesuai dengan bidang studi yang diampunya, kompetensi
yang dipersyaratkan, maka sama halnya dengan sekolah menengah
atas lainnya keberadaan tenaga laboratorium (laboran), pustakawan,
tata usaha dan lain-lainnya harus memenuhi standar kecukupan dan
kualitas. Ketiga pengelolaan fasilitas (sarana dan prasarana
sekolah), sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi standar
pelayanan minimal yang dipersyaratkan. Selain dilihat dari
pemenuhan sisi kuantitas juga memperhatikan sisi kualitas sarana
dan prasarana pendidikan.
Keempat, pengelolaan pembiayaan, aktivitas-aktivitas pemicu
biaya pendidikan pada tingkat sekolah harus dapat teridentifikasi
dengan baik, ketika kekhasan dalam penyelenggaraan pendidikan
tingkat sekolah umum memungkinkan adanya perbedaan dengan
pembiayaan pada tingkat yang sama. Biaya operasional dan biaya
kapital sekolah merupakan komponen pembiayaan yang harus
muncul. Kelima, pengelolaan peserta didik, peserta didik pada tingkat
sekolah umum swasta memiliki kekhususan dimana mereka datang
dari kelompok menengah kebawah pada tingkat sosial ekonomi dan
isu tingkat kemampuan yang di bawah sekolah umum lainnya. Akan
tetapi tidak kemudian proses layanan kesiswaan menjadi berbeda,
pada intinya harus sama dengan sekolah lainnya. Keenam,
pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, komite sekolah
228
menjadi andalan dalam menangkap anutusias masyarakat terhadap
sekolah.
Dalam kerangka kepemimpinan yang terkait dengan
pengembangan mutu sekolah dapat dilakukan melalui penataan hal-
hal sebagai berikut:
1) Kualitas individu (pimpinan) dalam pekerjaan, kualitas kerja seseorang
menggambarkan kualitas diri sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan
kualitas diri menjadi modal. Pada akhirnya hubungan kerja yang muncul
mencerminkan nilai-nilai yang menjadi pola dasar interaksi dalam
organisasi (budaya sekolah).
2) Hubungan kerja pimpinan dalam organisasi, pemahaman tentang arah
dan tujuan organisasi diperoleh melalui pola-pola komunikasi yang jelas
dan terstruktur dengan baik. Hubungan kerja yang baik
menggambarkan kemampuan dalam mengelola dan mengembangkan
potensi diri (nilai diri) dengan nilai-nilai organisasi.
3) Komitmen pimpinan, komitmen adalah pencurahan segala daya dan
upaya seseorang dalam organisasi sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
4) Nilai personal pimpinan, kualitas kerja yang dimaksudkan dalam
kerangka kualitas diri (nilai) yang melekat dalam diri yang
diimplementasikan dalam pekerjaan.
5) Sikap kerja seseorang (pimpinan) dalam organisasi, sikap diri dalam
pekerjaan menggambarkan kualitas diri. Disiplin kerja yang paling tinggi
bersumber dari disiplin diri jadi sikap kerja sebagai bagian dari sikap diri
dalarn kehidupan sehari-hari yang bersumber dari nilai organisasi akan
mempengaruhi disiplin diri.
6) Disiplin kerja pimpinan, disiplin adalah kepatuhan terhadap aturan-
aturan dalam organisasi, termasuk di dalamnya ketika menjalankan
tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi. Disiplin yang paling
tinggi adalah kesadaran diri, kesadaran akan tugas pokok dan fungsi
229
yang mejadi tanggungjawab akan menjadi alat dalam bekerjasama
untuk pencapaian tujuan.
7) Nilai personal pimpinan, disiplin diri dalam kehidupan sehari-hari
bersumber dari nilai diri yang menjadi keyakinan. Disiplin kerja yang
baik adalah implementasi dari disiplin diri, gambaran utuh seseorang
yang paling tinggi dalam pekerjaan adalah antara keyakinan dalam diri
dan tuntutan dalam pekerjaan selaras.
8) Komitmen pimpinan, sikap kerja dalam kehidupan sehari-hari di
organisasi, baik atau buruknya adalah gambaran seberapa besara
upaya/ usaha yang dilakukan oleh yang bersangkutan untuk
kepentingan organisasi atau diri pribadinya.
9) Sikap kerja pimpinan, sikap kerja yang merupakan bagian dari nilai
organisasi yang diyakini dan perankan oleh pimpinan akan
mengarahkan tindakan dan upaya seluruh anggota organisasi ke dalam
satu jalur yang sama dalam pencapaian tujuan.
10) Sikap kerja pimpinan, pola hubungan kerja yang dinamis dan
harmonis dalam organisasi sangat bergantung kepada bentuk dan
struktur komunikasi yang dibangun oleh pimpinan. Bentuk dan
struktur yang paling dekat melekat pada implementasi nilai diri
dalam bentuk sikap dan perilaku pimpinan dalam hubungannya
dengan anggota baik dalam tugas maupun hubungan personal.
11) Disiplin kerja pimpinan, disiplin adalah pola diri dalam kehidupan
ketika nilai kuat dalam dini (keyakinan) atas apa yang menjadi
tanggungjawabnya maka dorongan untuk melakukan yang terbaik akan
muncul.
12) Nilai personal pimpinan, nilai personal seorang pimpinan bila
diyakini secara personal dan muncul desonansi ketika diimplemen-
tasikan dalam pekerjaan akan menimbulkan kekakuan dan
kurangnya pengakuan dari anggota. Komitmen pimpinan, komitmen
yang baru sebatas kata-kata dan hanya sepotong-sepotong
diimplementasikan akan memberikan dampak yang kurang baik
230
ketika harus meyakinkan anggota dalam pencapaian tujuan
organisasi. Oleh karena itu, komitmen harus sampai pada tingkat
tindakan nyata sehingga orang lain percaya dengan apa yang kita
yakini dan kita lakukan.
13) Disiplin kerja pimpinan, lemahnya kemampuan dalam
memberikan keyakinan bahwa disiplin adalah kesadaran bukan
semata-mata karena adanya reward atau insentif. Disiplin bukan
semata-mata adalah perilaku individual sehingga terlalu berpegang
pada keyakinan individual pimpinan tanpa menghiraukan perbedaan
orang lain akan memberikan dampak yang buruk dalam membangun
hubungan kerja yang harmonis dan dinamis.
14) Komitmen pimpinan, komitmen yang muncul hanya lift service
adalah bentuk desonansi yang negatif di mata anggota, karena akan
memunculkan penilaian dan contoh yang kurang baik.
15) Nilai personal, nilai personal pimpinan belum sampai kepada nilai
pribadi yang bersumber dari nilai-nilai organisasi yang diyakini dan
disepakati bersama.
16) Nilai personal, ketika nilai personal secara individual semakin tinggi
dan bukan bersumber dari nilai-nilai organisasi maka upaya pencapaian
tujuan akan semakin rendah. Dan sebaliknya, ketika nilai individual
rendah (ego pribadi) melebur menjadi nilai personal yang
bersumber dari school culture values akan meningkatkan upaya
pencapaian tujuan organisasi.
17) Dalam kerangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi perlu
rekonseptualisasi dari seseorang tentang nilai; pemahaman tentang
arti nilai dari banyak referensi bagaimana nilai organisasi terbentuk,
pemahaman tentang batasan nilai-nilai yang baik dan buruk dalam
organisasi, pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai etis
diimplementasikan dalam situasi kehidupan organisasi yang
sebenarnya, pemahaman tentang bagaimana seharusnya berperilaku
231
dalam organisasi, dan pemahaman tentang menjadi pelaku utama
perubahan dalam pengembangan nilai dalam organisasi.
18) Disiplin kerja yang paling tinggi adalah self awareness, di mana
disiplin kerja adalah disiplin diri. Membangun disiplin kerja,
efektivitasnya sangat bergantung kepada pembangunan disiplin diri
dengan menjadi sebuah kepemilikan. Oleh karena itu, diperlukan
komitmen yang tinggi dari setiap pribadi.
19) Titik keyakinan terhadap sesuatu; sudut perilaku, bentuk kontinuitas
dan intensitas dari perilaku yang konsisten; sudut spiritualitas,
keteguhan akan keyakinan atas sesuatu yang menyebabkan adanya
sesuatu dan keberadaannya.
20) Kesadaran muncul karena stimulasi tertentu dan melalui proses
yang terus menerus dari pengalaman tentang sesuatu yang
seharusnya dilakukan, dan tingkat penerimaan diri terhadap apa
yang dilakukan. Untuk sampai pada tingkat kesadaran dalam
disiplin dibutuhkan alat dan proses, serta target-target
pencapaiannya. Alat untuk penyadaran diri adalah dengan evaluasi
diri. Sedangkan untuk prosesnya melalui perenungan yang dilakukan
dengan baik, sehingga akan terjadi perubahan untuk perilaku
berikutnya. Selanjutnya apa yang ingin dicapai, kebermaknaan akan
peran yang sedang dilakukan bagi diri dan orang lain atau hanya
sebatas kepuasan dalam mempertahankan eksistensi.
21) Organisasi dibangun diantaranya karena adanya interaksi,
interaksi antar manusia dan sumber daya lainnya. Inti dari interaksi
adalah komunikasi. Oleh karena itu, setinggi apapun tingkat disiplin
diri seseorang tanpa keterampilan dan kemampuan
mengkomunikasikannya belum dapat menjamin dijadikan referensi
untuk dapat membina hubungan yang baik. Tanpa keterampilan dan
kemampuan untuk mengkomunikasikannya kepatuhan dan ketaatan
tidak akan dapat diukur. Untuk menyeimbangkan antara disiplin dengan
kerja, maka perlu diperhatikan fungsi-fungsi dalam pekerjaan dan
232
fungsi-fungsi hubungan personal; keseimbangan antara orientasi
pekerjaan dengan kebebasan individu, keseimbangan antara
pengorganisasian pekerjaan dengan kepentingan-kepentingan individu
dalam kelompok, keseimbangan antara pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh individu dengan akses individu itu sendiri.
Atas pemikiran-pemikiran dalam kerangka pengembangan mutu
sekolah yang didasarkan kepada pengembangan kepemimpinan berbasis
nilai, maka rekomendasi operasionalnya untuk kepala sekolah adalah
sebagai berikut: Pertama, memperhatikan dan mendengarkan,
pencurahan pikiran, perasaan, dan dorongan-dorongan hati melalui
proses identifikasi, melakukan klasifikasi dan lain sebagainya untuk
melakukan intropeksi diri. Kedua, meneliti dan mempelajari, dasar yang
berkembang dalam pembentukan kebutuhan untuk mempelajari
simbol-simbol, sinyal-sinyal, penomena-penomena yang muncul dalam
interkasinya dengan orang lain dan lingkungannya dalam organisasi.
Ketiga, merenungkan dan memahami, proses redefinisi melalui konstruksi
diri dan strukturisasi pemahaman untuk memupuk, meningkatkan, dan
memperdalam keyakinan diri. Keempat, Merasakan dan mencoba,
melakukan upaya-upaya untuk lebih dekat dan masuk kedalam nilai yang
baru. Kelima, mengembangkan dan melakukan, proses transformasi
keyakinan melalui pengembangan wadah interaksi yaitu raga, sikap, dan
perilaku dalam kehidupan.
Pada tatanan implementasinya kelima komponen tersebut
dilakukan dalam bentuk.
a. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap diri, melalui
kegiatan pelatihan yang memberikan kemampuan untuk dapat
mengenali dan menggali kekuatan dan kelemahan dalam diri.
b. Mengembangkan kesadaran diri dengan pelatihan yang
mengembangkan kemampuan untuk menganalisis kekuatan-
kekuatan diri yang seharusnya menjadi modal dalam menjalankan
233
kepemimpinannya berbalik menjadi kelemahan ketika berhadapan
dengan anggota.
c. Meningkatkan cara pandang melalui pelatihan tentang pengkajian
budaya organisasi untuk memperoleh kemampuan dalam melihat dan
memahami perbedaan-perbedaan peranan yang harus dijalankan dan
perbedaan-perbedaan yang melekat pada setiap anggota sekolah.
d. Melakukan pengembangan atas perbedaan kualitas setiap individu,
sebagai upaya untuk meningkatkan standar-standar perilaku dalam
organisasi.
e. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam bekerjasama
dengan seluruh anggota organisasi, hal ini dimungkinkan untuk melihat
sikap dan perilaku setiap individu dan pemahamannya terhadap nilai-
nilai organisasi.
f. Mengembangkan kepemimpinan yang share dan kembangkan budaya
nilai yang datang dari bawah, disadari bersama, dan norma melekat
pada setiap kegiatan kelompok. Berbagi dan keterbukaan adalah kunci
keberhasilan kepemimpinan yang dijalankan, berikan kesempatan
kepada anggota sekolah untuk mengembangkan kreativitas dalam
pekerjaannya. Pelihara nilai-nilai dalam organisasi untuk menguatkan
kelompok, mengakomodasi perbedaan, resiko-resiko yang muncul,
inovasi, integritas kelompok, dan pengawasan.
g. Menetapkan aturan yang memberikan dorongan kepada anggota untuk
berkomunikasi secara terbuka tentang perasaan, ketakutan, keinginan,
dan kebutuhan-kebutuhannya. Kembangkan saluran-saluran
komunikasi yang memungkinkan setiap orang dalam organisasi
memperoleh kesempatan untuk mencurahkan perasaan, harapan,
keinginan, rasa takut, dan ide-ide yang dimilikinya.
h. Melalui kepemimpinan sekolah yang dilakukan oleh kepala SMA
Muhammadiyah sebagaimana yang telah peneliti jelaskan sebelumnya
dengan cara baik, maka diharapkan mutu sekolah akan dapat
berkembang dengan baik. Terkait dengan peningkatan mutu sekolah
234
ini, maka kepala sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja
gurunya sangat terkait erat, yaitu ketika seorang kepala sekolah
mampu memimpin para guru-guru yang ada di sekolah tersebut dengan
baik, maka dapat dipastikan bahwa kinerja guru akan dapat meningkat
dengan baik, dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, baik atau
buruknya kinerja guru sangat dipengaruhi oleh profesionalitas
kepemimpinan kepala sekolahnya.
4) Pengawasan dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pengawasan sangat diperlukan dalam meningkatkan kinerja guru di
SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang. Sehingga dengan demikian
eksestensi guru sebagai tenaga profesional di suatu lembaga dapat
diperhitungkan keberadaannya dan memiliki nilai lebih dari sekedar
tenaga pengajar biasa. Wawancara dengan NP, salah satu guru PNS
DPK di SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang yang mengatakan
bahwa: “Dalam melaksanakan kerja secara maksimal, selama ini Kepala
sekolah sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada guru. Hal ini
menyebabkan guru merasa tidak diawasi, padahal dengan pengawasan
dilakukan oleh kepala sekolah merupakan penilaian kerja bagi guru. Itu
uniknya kepala sekolah terhadap para guru, dengan komunikasi dan tegur
sapa yang dilakukan oleh kepala sekolah.440
Pola kebijakan pengawasan yang demikian menuntut guru agar
selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan dirinya di
lingkungan sekolah, dan juga di luar sekolah sekalipun. Wawancara
dengan YJ, guru yang menyatakan bahwa: “Pelaksanaan pengawasan
kerja guru sudah dilakukan oleh Kepala SMA Muhammadiyah 1
Palembang, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Melalui
CCTV pelaksanaan pengawasan bisa dilakukan setiap hari baik itu di
gedung A maupun di gedung B, untuk memantau proses pembelajaran di
440 Wawancara, 31 Mei 2019.
235
dalam kelas. Sebab guru diamanahkan untuk bekerja dengan
ikhlas/penuh pengabdian.441
Meningkatkan kinerja guru di lakukan di SMA Muhammadiyah 1
Palembang melalui pengelolaan kinerja serta kepemimpinan yang baik,
sebab pendelegasian tugas disertakan dengan amanah untuk bekerja
ikhlas. Guru diminta pihak manajemen menerapkan kemampuannya agar
lebih profesional, menekuni kewajibanya dengan penuh loyal dan
konsisten. Mereka tidak menganggap pekerjaan guru sebagai sambilan
atau sementara, apabila ada pekerjaan yang lebih tinggi gajinya, maka
statusnya sebagai guru akan ditinggalkan, sedangkan anak didiknya
dibiarkan terlantar. Guru memahami dengan baik bidang keguruan yang
ditekuninya.
Guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang merupakan unsur
terlaksananya proses pendidikan dan pengajaran dalam suatu lembaga
pendidikan. Peran guru di SMA Muhammadiyah Palembang sebagai
tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting di dalam memupuk
minat dan menumbuhkan semangat siswa dalam memberikan bekal ilmu
pengetahuan melalui program pembelajaran. Wawancara dengan MH,
mengatakan bahwa: “Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang menjalin
komunikasi intensif dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
untuk mengadakan evaluasi kepada guru yang tidak sesuai dengan visi
perserikatan, maka tidak diperdayakan dan dikurangi jam mengajarnya.442
Peran Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang dalam
meningkatkan kinerja, sebagai manajer juga mempunyai tugas struktural
memberikan tanggung jawab kepada para guru dalam mengembangkan
pendidikan, akan tetapi secara fungsional dia juga berpartisifasi dalam
pengawasan kerja guru. Pengawasan merupakan tindak lanjut dari
kegiatan penggerakan. Pengawasan dilakukan agar perencanaan yang
telah disusun bisa dilaksanakan guru dengan baik. Pengawasan
441 Wawancara, 31 Mei 2019. 442 Wawancara, 24 Juni 2019.
236
dilaksanakan sejak perencanaan direalisasikan hingga selesai
dilaksanakan. Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang dalam tahap
pengawasan untuk kompetensi guru bertitik tolak pada topuksi guru itu.
Diawali dengan pengawasan perangkat pembelajaran guru,
loyalitas/disiplin mengajar dan usaha-usaha guru dalam mengembangkan
diri agar lebih berkompeten.443
Wawancara dengan GF, mengatakan bahwa kepala SMA
Muhammadiyah 1 Palembang menginformasikan kepada guru untuk
membuat perangkat pembelajaran, mengikuti kegiatan-kegiatan
pengembangan kompetensi, setelah itu kepala sekolah memanggil sejauh
mana guru melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut, apakah sesuai
dengan apa yang sudah di informasikan sebelumnya.444
Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah bersama-sama
dengan wakil kepala sekolah merupakan suatu bentuk tanggung jawab
dan menjalankan fungsi atasan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan dalam rangka pengelolaan kompetensi guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang. Perangkat yang dinilai dari guru:
a) Kalender Pendidikan
b) Rincian minggu efektif dan jumlah jam efektif
c) Program Tahunan
d) Program Semester
e) Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
f) Pemetaan Kompetensi dan Teknik Penilaian
g) Perangkat Pembelajaran
h) Format Penilaian Observasi
i) Rubrik Penskoran.445
Kepala sekolah mempunyai tugas membantu para guru dalam
meningkatkan kinerjanya yang mereka miliki dalam melaksanakan tugas
sehari-hari sesuai dengan harapan. Tugas guru akan berhasil akan 443 Observasi, 24 Juni 2019. 444 Wawancara, 24 Juni 2019. 445 Dokumentasi SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang.
237
berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami tugas dan
tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu tugas
guru akan tanpak di mana seseorang akan mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau
tingkah laku guru agar mengedepankan nilai-nilai profesionalitasnya.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang
pemimpin yang berkompeten, di mana ia memiliki kompentensi dalam
bidang pengawasan terhadap kinerja guru.
4. Model pengelolaan kinerja guru yang dapat diangkat dan
dikomunikasikan sebagai studi inovasi manajemen di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang.
Berdasarkan data observasi, dan wawancara peneliti menemukan
bahwa model kinerja guru yang ditemukan di SMA Muhammadiyah 1
Palembang dimaknai sebagai inovasi manajemen diangkat dari data
lapangan dan di komunikasikan di lihat dari pelaksanaan fungsi
manajemen pertama dari input, kepala sekolah bekerja sama dengan
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah (PDM) dalam
menerima tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang ditetapkan.446 Hal ini juga di dukung oleh rangkuman hasil
wawancara, bahwa dalam penerimaan guru harus sesuai dengan
kualifikasi akademik strata satu (S1), dan ada juga yang sudah strata dua
(S2) dan disesuaikan dengan bidang studi yang dibutuhkan, kemudian
untuk menjadi guru tetap yayasan tentu juga harus memenuhi persyaratan
pertama, sudah mengabdi minimal dua tahun, mempunyai nomor anggota
Muhammadiyah, harus bisa membaca Al-Qur’an, aktif dalam mengikuti
pengajian yang dilakukan oleh persyarikatan.447 Kedua proses, dalam
proses ini kepala sekolah tentunya dalam melaksanakan tugasnya sejalan
dengan tujuan Pendidikan Nasional dan tujuan persyarikatan
446
Observasi, 17 Mei 2019 447 Wawancara, 17 Mei 2019
238
Muhammadiyah yang lebih penekanannya kepada kemajuan guru, karena
guru merupakan garda terdepan yang dijadikan untuk memajukan dan
mencerdaskan peserta didik, dalam meningkatkan profesionalitas guru
kepala sekolah selalu berupaya memberikan kesempatan yaitu pendidikan
dan pelatihan kepada guru sesuai dengan bidang studi masing-masing.448
Sejalan dengan uraian di atas hasil rangkuman wawancara pendidkan dan
pelatihan yang dilaksanakan oleh guru seperti; penataran, seminar, diklat,
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Worksop, sedangkan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan supervisi pendidikan
yang dilakukan oleh pengawas Pembina Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Selatan, dan itu semua sudah terjadwal setiap tahun. Model
kinerja guru melalui supervisi pendidikan dan melalui pemberdayaan
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sudah menjadi program
sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kurikulum yang
berinisial FT, bahwa untuk layanan supervisi khususnya dari Dinas
pendidikan dilaksanakan oleh pengawas pembina dan pengawas dari
majelis pendidikan dasar dan menengah (DIKDASMEN). Berkenaan
dengan waktu supervisi yang dilakukan dari pengawas pembina sudah
terjadwal, dapat dilaksanakan pada awal semester ganjil atau diakhir
semester ganjil, setiap guru menyiapkan perangkat pembelajaran, hasil
dari penilaian tersebut ditindaklanjuti oleh sekolah, kalau guru dinyatakan
kurang dalam penyampaian pada pembelajaran, maka di ikutkan dalam
kegiatan MGMP, atau sebaliknya untuk menambah pengetahuan dan
wawasan guru di ikutkan juga pelatihan-pelatihan, dan kegiatan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan guru tersebut. 449 Dalam pengamatan
peneliti bukan hanya supervisi kepala sekolah saja yang terjadwal, tapi
dalam pengawasan kepala sekolah selalu mengawasi kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam proses belajar dan mengajar, kepala sekolah
setiap pagi berkeliling melihat keadaan sekolah baik itu di gedung A
448 Observasi, 19 Maret 2019 449 Wawancara, 20 Maret 2019
239
maupun di gedung B, jarang di jumpai kepala sekolah ada di ruang
kerjanya, kecuali kalau ada yang berurusan dan ada tamu. Kegiatan
kepala sekolah dalam pengawasan/kontrol terkadang tidak di sadari oleh
guru bahwa kepala sekolah tersebut melihat dan menilai kinerja
mereka.450 Kepala sekolah selalu memantau dan memonitoring yang
dilakukan beulang-ulang kegiatan supervisi yang dilakukan oleh sekolah,
dengan tujuan untuk memberikan pengalaman dan menambah wawasan
kepada guru, karena dengan adanya supervisi yang dilakukan sebagai
bahan evaluasi dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik.
Sehingga termotivasi kerja lebih baik lagi.
Mengenai kinerja guru Kepala sekolah selalu, mengingkan agar
guru lebih profesional. Supervisi Kepala sekolah kami sangat bagus, guru-
guru juga sangat termotivasi dalam mengajar di kelas, hanya saja
memang masih ada kendala yang di hadapi, yaitu masalah guru yang
rumahnya jauh, perjalanan menuju sekolah terlalu padat, menyebabkan
kemacetan karena letak sekolah dalam satu komplek dengan sekolah TK,
SD, SMP, SMK, dan MA Aisyiah. Masalah profesionalisme guru sudah
tidak diragukan lagi.451
Berkenaan dengan supervisi yang dilakukan oleh Kepala sekolah
hal-hal yang dipersiapkan adalah: karena Kepala sekolah merupakan
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM). Salah satu kompetensi Kepala sekolah adalah
supervisi kepada pekerjaan guru dan karyawan, sebelum melakukan
supervisi langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan hal-hal yang
berkenaan dengan pembelajaran bagi guru, dan ini merupakan supervisi
yang secara tidak langsung yang diberitahukan kepada guru, contoh
mempersiapkan rencana pembelajaran, perengkat pembelajaran, strategi
penilaian. Dan untuk tenaga kependidikan mempasilitasi supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Proses pelaksanaan supervisi
450
Observasi, 19 Maret 2019. 451 Observasi, 20 Maret 2019.
240
pembelajaran oleh kepala sekolah dimulai dari kegiatan pra observasi
yaitu kegiatan yang dilakukan supervisor dalam hal ini kepala sekolah
sebelum melakukan observasi secara langsung dalam proses pengajaran
yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas. Dalam tahap ini Kepala
sekolah telah melakukan perencanaan yang berkaitan dengan waktu
pelaksanaan observasi, sasaran observasi serta menyiapkan instrumen
dan teknik pelaksanaan observasi pembelajaran. Pada tahap ini juga
hampir tidak ada kendala-kendala yang terjadi sehingga semua kegiatan
pra observasi berjalan dengan baik. Ketiga output, dimana tujuan kepala
sekolah setelah adanya pelatihan-pelatihan dan supervisi yang diadakan
untuk mencetak guru profesional dalam bekerja serta menambah
wawasan dalam pengembangan diri, mencetak siswa-siswa berprestasi,
karena dengan prestasi dan guru profesional dapat memajukan sekolah
SMA Muhammadiyah dalam menghadapi daya saing terutama di sekolah-
sekolah unggul Negeri dan Swasta khususnya di kota Palembang.452
Senada dengan observasi peneliti hasil wawancara dengan wakil ISMUBA
yang berinisial HM, mengatakan bagwa guru-guru SMA Muhammadiyah 1
sudah cukup baik dalam menjalankan tugasnya, masuk tepat waktu,
kelengapan mengajar sudah dibuat diawal tahun pembelajaran, aktif
dalam mengikuti kegiatan seperti workshop, seminar, diklat, upgrading,
pengajian ke Islaman baik yang di selenggarakan oleh Diknas Provinsi
maupun oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dengan adanya kegiatan
yang positif di lakukan guru akan lebih profesional dalam bekerja dan
berdampak positif juga terhadap kedisiplinan siswa dalam proses belajar
mengajar, sehingga sekolah Muhammadiyah 1 tetap unggul di tengah
masyarakat.453 Keempat melihat kegiatan dan fungsi manajemen yang
dilakukan oleh pihak manajemen sekolah outcome untuk sekolah dan
siswa terutama bagi lingkungan masyarakat terutama warga
Muhammadiyah, mempercayakan kepada persyarikatan bahwa
452
Observasi, 4 April 2019. 453Wawancara, 4 April 2019.
241
Muhammadiyah 1 Palembang mampu mencetak generasi muda yang
berkwalitas sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan Pendidikan
Muhammadiyah.454 Senada dengan hasil pengamatan peneliti, hasil
wawancara dengan guru ISMUBA yang berinisial HM, bahwa alumni SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat diterimah oleh masyarakat terutama
dalam bidang keagamaan, ada siswa yang sudah tamat aktif jadi
pengurus masjid dan menjadi imam khotib, kemudian banyak siswa-siswi
yang diterima di PTN baik jalur undangan maupun jalur tes, ada juga yang
masuk PTS, terutama di Universitas Muhammadiyah Palembang dan ada
juga yang kerja. Itu semua beragam informasi yang kami dapatkan dari
siswa.455
Berdasarkan data lapangan hasil observasi dan wawancara serta
dokumentasi bahwa model pengelolaan kinerja guru yang di lakukan oleh
pihak manajemen sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Palembang dapat
dimaknai sebagai model inovasi manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru dan model ini bersifat alamiah yang dilakukan
oleh pengelola sekolah. Hal ini menunjukan bahwa kerjasama kepala
sekolah dan guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang sudah baik.
Sehingga dapat peneliti gambarkan pola Model Pengelolaan Kinerja Guru
SMA Muhammadiyah 1 Palembang Sumatera Selatan.
454
Observasi, 7 April 2019. 455
Wawancara, HM, 7 April 2019.
242
Gambar 4.1 Model Pengelolaan Kinerja Guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Input
S1 S2
Guru Bidang Studi
Proses
Pendidikan dan
Pelatihan
1.Penataran 2.Seminar 3.Diklat 4.MGMP 5.Workshop
Supervisi
Kepala Sekolah
1.Monitoring 2.Review
Output
Guru
Profesional
1.Siswa berprestasi 2.Disiplin siswa meningkat
outcome
PTN PTS dan
Kerja
243
Model pengelolaan kinerja guru yang ditemukan di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dimaknai sebagai inovasi manajemen
dalam meningkatkan kinerja guru, dimana kepala sekolah mengelola
kinerja guru yang berdampak positif pada kemajuan sekolah. Model ini
diangkat dari input, proses,output dan outcome. Pada bagan satu Input
yang dilakukan oleh kepala sekolah dilihat dari kualifikasi pendidikan
sudah baik, guru semuanya sudah S1 bahkan sudah S2, kualifikasi
pendidikan yang ada pada guru, tentunya ada perlakuan umum dan
khusus yang dilakukan oleh kepala sekolah. Perlakuan umum dan
perlakuan khusus kepala sekolah yang pada akhirnya dapat menjadikan
guru bekerja secara profesional, karena semakin tinggi tingkat
pendidikannya semakin bagus capaiannya, dengan kualifikasi akademik
yang di miliki sesuai dengan bidang studi akan berdampak positif terhadap
pekerjaan yang diemban karena sesuai dengan bidang dan keahliannya
masing-masing. Pada bagan kedua Proses, yang dilakukan oleh
pengelola sekolah melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta supervisi
yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah seperti, pelatihan dalam
bentuk penataran, seminar, diklat, MGMP, worksop, untuk menambah
wawasan guru menjadi guru profesional, guru profesional berdampak
pada siswa bisa meningkat prestasinya, bertambah kedisiplinannya,
bertambah giat melakukan ibadah, pihak manajemen sekolah selalu
memantau dan memonitoring setiap kinerja yang dilakukan oleh guru, dan
kegiatan ini selalu dilakukan berulang-ulang sehingga dalam proses ini
memberikan motivasi yang baik kepada guru. Pada bagan ketiga Output
menjelaskan bahwa kinerja guru berdampak positif terhadap hasil dan
tujuan sekolah, seperti meningkatnya disiplin terhadap siswa dan prestasi
siswa meningkat sehingga sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang
masih terpercaya di tengah masyarakat, meningkatnya animo masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini masih tetap banyak.
Keberhasilan SMA Muhammadiyah 1 Palembang di bidang akademik
tidak kalah saingan dengan sekolah-sekolah lainnya. Pada bagan
244
keempat outcome keberhasilan guru dalam proses belajar dan mengejar
terhadap siswa adalah banyaknya siswa yang diterima baik itu jalur
undangan, jalur tes di perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS)
serta ada juga diterima kerja. Keberhasilan-keberhasilan tersebut dapat
memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa SMA
Muhammadiyah 1 Palembang tidak kalah saing dengan sekolah-sekolah
swasta yang favorit di Provinsi Sumatera Selatan.
C. ANALISIS HASIL PENELITIAN
Model Pengelolaan kinerja guru di SMA 1 Muhammadiyah Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
Kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang sudah
membuat rencana kerja yang matang dalam meningkatkan kinerja guru.
Dari 93 orang guru yang ada didorong untuk menekuni kewajibannya
dengan penuh loyalitas dan konsisten mendidik dan mengajar serta
mengabdi penuh keikhlasan sesuai dengan visi sekolah, Terwujudnya
kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dengan landasan nilai-nilai Al-
Qur’an dan Sunnah serta menjadi sekolah berprestasi Islami dan
berkarakter serta berwawasan lingkungan” dengan mengemban
melaksanakan program pembelajaran yang tertuang dalam misi: (1)
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga sekolah kepada Allah
SWT, (2) Melaksanakan proses bimbingan belajar yang intensif untuk
meningkatkan nilai UNBK dan UAS, (3) Melaksanakan program
pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan mampu
bersaing di PTN dan PTS favorit, mengaktualisasi jadi diri siswa yang
unggul dalam bidang akademik, (4) Melaksanakan program pembelajaran
yang mampu mengaktualisasi jati diri siswa yang unggul dalam bidang
non akademik, (5) Melaksanakan pembelajaran berbasis TIK/ICL, (6)
Melaksanakan pembelajaran berbasis lingkungan.
Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya SMA
Muhammadiyah 1 Palembang telah mengupayakan pembenahan dalam
245
bentuk serangkaian kebijakan yang pada dasarnya adalah upaya konkrit
untuk menuju pengelolaan SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang lebih
mandiri, transparan, akuntabel, responsibel dapat dipertanggung
jawabkan, wajar dan taat terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga kinerja guru dapat terlaksana dengan baik, guru sudah
memahami dengan baik bidang keguruan yang ditekuninya dan kualifikasi
pendidikan dari 93 orang berkualifikasi S1 dan 22 orang sudah
berkualifikasi S2, ini berarti motivasi guru untuk meningkatkan
kompetensinya semakin baik dan meningkat.
SMA Muhammadiyah 1 Palembang memandang kinerja guru sudah
baik di lihat dari loyalitas dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
baik itu sebelum proses pembelajaran melakukan perencanaan
pebelajaran adanya perangkat pembelajaran pada waktu pelaksanaan
pembelajaran. Pada proses pembelajaran dilihat dari kesiapan perangkat
pembelajaran seperti: silabus, Kalender Pendidikan, Program Tahunan
(Prota), Program Semester (Promes), Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
Rencana Program Pembelajaran (RPP), dan Evaluasi. Hal tersebut
sejalan dengan model manajemen kinerja Ken Blanchard dan Garry
Ridge, dimulai dengan perencanaan kinerja, pelaksanaan kerja, dan
evaluasi kinerja.
Proses belajar mengajar memang perlu direncanakan agar dalam
pelaksanaan pembelajaran berlansung dengan baik dan dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran
yang baik dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal,
setiap guru harus mengetahui unsur-unsur pembelajaran tersebut dalam
mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan oleh siswa, bagaimana keadaan
lingkungan dari siswa, keadaan sosio-kultural yang melingkupi siswa,
keadaan lingkungan sekolah beserta dengan sarana dan prasarana yang
ada, tujuan dari visi, misi sekolah, kriteria pembelajaran yang akan
dilakukan serta evaluasi.
246
Mulyasa mengemukakan dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus memperhatikan minat dan bakat siswa serta tujuan
yang ingin dicapai oleh sekolah dan masyarakat dimana pembelajaran
tersebut dilakukan. Dalam kaitannya dengan ini guru hendaknya mampu
membuat perencanaan yang baik, yang sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada, baik siswa, sekolah maupun lingkungan. Selain itu juga harus
menjadi seorang motivator bagi anak didiknya, agar para peserta didik
dapat lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran serta menunjang
pembentukan kompetensi.456
Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa unsur dalam yang harus
dipenuhi dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu: Rumusan
kompetensinya jelas. Semakin konkret kompetensi, semakin mudah
diamati dan semakin cepat dalam membentuk kompetensi yang
diinginkan. Persiapan yang dilakukan dalam proses pembelajaran harus
bersifat fleksibel, sederhana dan mudah untuk dilaksanakan oleh guru dan
siswa. Rencana yang telah dibuat harus mampu menghantarkan pada
pencapaian kompetensi yang diharapkan, serta bersifat menyeluruh dan
jelas pencapaiannya. Harus dilakukan koordinasi yang baik dalam satu tim
pembelajaran, apabila pembelajaran yang dilakukan dengan cara
pengajaran satu tim.457
Supaya seorang guru dapat membuat perencanaan pembelajaran
yang baik, maka seorang guru hendaknya memahami berbagai macam
unsur yang harus dipenuhi dalam sebuah pembelajaran, mulai dari teknik
dan prosedur pembuatan rencana pembelajaran, media yang akan
digunakan, teknik yang akan diterapkan dalam proses pembelajarannya
nanti. Guru memiliki tugas untuk membimbing dan mengantarkan peserta
didik untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga anak didik akan dapat
berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya serta menjadi manusia
yang seutuhnya yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Dasar 456E.Mulyasa, Mejdadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 35. 457 Ibid, hlm. 80.
247
ini memiliki pengertian bahwa seorang guru dalam tugas mengajarnya
setiap hari harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif, sehingga akan dapat menghasilkan peserta didik sesuai dengan
yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Tujuan dari pendidikan nasional
adalah mencetak manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta selalu berpedoman pada dasar-dasar Negara Indonesia
sebagai mana yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.458
Perencanaan yang dilakukan oleh kepala SMA Muhammadiyah 1
Palembang sudah didukung oleh kemampuan manajerial sekolah, dan
berkembang dari tahun ketahun. Pendidikan Muhammadiyah mempunyai
ciri khas tersendiri, dengan disiplin kerja, beriman, berakhlak, berilmu dan
beramal, dan motivasi kerja.459 Hasil ekplorasi peneliti maka menemukan
bahwa guru-guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang mendapatkan gaji
berdasarkan kemampuan persyarikatan, meskipun belum sesuai dengan
Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Nomor 640 tahun 2018 dengan nilai Rp. 2.805.751
untuk Tahun 2019. Masih banyak guru yang digaji di bawah angka ini.
Mengacu pada teori dan peraturan tentang guru, maka melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 14 dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesional, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
458 Undang-Undang No. 2/1989. 459 Ahmad Dahlan Rais, Pidato Ilmiah Pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang, 9 Oktober 2019.
248
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasrana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan
f. Memiliki kebesan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat organisasi profesi. i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan
pendidikan. j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompentensi. k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.460
Pasal 15 ayat (1) dikatakan penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjang fungsional, tunjangan
khusus, dan maslahat tambahan terkait dengan tugas sebagai guru yang
ditetapkan sebagai prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Sementara
itu Pasal 16 ayat (1) pemerintah memberikan tujangan profesi kepada
guru yang telah memiliki sertifikat pendidikan. Ayat (2) dikatakan
tunjangan profesi diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok. Pasal
19 ayat (1) maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh untuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa dan
penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan
bagi putra dan putri guru, pelayan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan
lainnya.461 Sejalan dengan hak guru tersebut Glenn Langford mengatakan
juga guru dapat bekerja secara profesional harus memenuhi kriteria
pertama: (1) Pembayaran/gaji (Payment), (2) Pengetahuan dan
Keterampilan (Knowledge and Skill), (3) Tanggung jawab dan Tujuan
(Responsibility and purpose), (4) Pelayanan profesional (The professional
460 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Asa Mandiri, Cet 1, 2018), hlm. 8-9. 461 Ibid, hlm. 9-11.
249
ideal of sirvice), (5) Kesatuan dan (Unity and), (6) Pengakuan
(Recognition).462
Para guru tetap yayasan di SMA Muhammadiyah 1 Palembang
mendapatkan gaji pokok dan transport, tunjangan wali kelas, tunjangan
piket, tunjangan pembina, tunjangan mengajar KBM Plus dan tunjangan
profesi bagi yang sudah sertifikasi. Dan guru tetap yayasan juga
mendapatkan jaminan kesejateraan sosial dalam bentuk perlindungan
kesehatan jiwa selama bekerja di SMA Muhammadiyah 1 Palembang.
Perbedaannya dengan guru tidak tetap yayasan mereka belum
mendapatkan gaji pokok dan tunjangan kesehatan.
Kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang secara bertahap
sudah ditingkatkan, upaya-upaya untuk meningkatkan dilakukan dan
diawali dengan usaha kepala sekolah dan wakilnya sebagai manajer para
guru dari mulai rekrutmen, penampilan kerja dan penilaian kerja. Dan
usaha kepala sekolah dalam mengelola kinerja guru dimasukan nilai-nilai
keagamaan yang dapat menjadikan guru lebih profesional baik bidang
keagamaan dan sesuai dengan tujuan pendidikan Muhammadiyah.
Dalam persyarikatan Muhammadiyah mengingatkan ajaran utama
KH. Ahmad Dahlan yaitu: Prinsip hidup-hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah, hal ini mengingatkan kepada
pemimpin dan seluruh warga persyarikatan Muhammadiyah untuk
memelihara dan meneguhkan niat Ikhlas dan mencari redho Allah dalam
ber-Muhammadiyah dan juga mengingatkan tentang watak dasar
Muhammadiyah diantaranya adalah bahwa Muhammadiyah adalah
Organisasi atau persyarikatan yang merupakan suatu gerakan Islam,
Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar dan Tajdid.463. Allah berfirman:
462 Glenn Langford, Teaching As a Profession An Essay In The Philosopy Of Education (Manchester University Press, 1978), hlm. 5. 463Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Muhammadiyah (Yogyakarta, Suara Muahammadiyah, 2010), hlm.42.
250
ä3tF ø9 uρ öΝä3ΨÏiΒ ×π ¨Β é& tβθ ããô‰tƒ ’ n<Î) Î�ö� sƒø: $# tβρã� ãΒù' tƒ uρ Å∃ρã� ÷èpR ùQ$$ Î/ tβöθ yγ ÷Ζtƒ uρ Ç tã Ì� s3Ψßϑø9 $# 4 y7 Í×≈ s9 'ρé& uρ ãΝèδ šχθßs Î=ø�ßϑø9 $# ∩⊇⊃⊆∪
Artinya: “ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
464
Kinerja profesional guru juga bisa dilihat dari beberapa aspek, yaitu
(1) peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan berbagai
aspek sehingga guru meningkat kreativitas dan produktivitasnya.
Kreativitas dan produktivitas menjangkau berbagai aspek pendukung
pembelajaran dari persiapan, pelaksanaaan pembelajaran, metode,
media, evaluasi, dan tindak lanjut; (2) kemampuan guru dalam menguasai
berbagai media, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga akan dapat
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran,
seperti kemampuan guru dalam menguasai internet, kemampuan guru
dalam menguasai media masa, jurnal, penulisan buku dan lain
sebagainya; (3) kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan
orang lain.; (4) penerapan strategi atau berbagai macam teknologi yang
terbaru yang dapat mendukung pembelajaran; (5) mampu menggunakan
teknologi informasi dengan baik dalam pembelajaran sepert internet; dan
(6) motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam
pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Melalui peningkatan pengetahuan tersebut, maka seorang guru
akan dapat mengikuti perkembangan zaman. Guru yang selalu
menambah pengetahuannya serta mampu mengikuti perkembangan
zaman, merupakan salah satu indikator guru yang memiliki kinerja yang
baik. Melalui kinerja guru yang baik seperti itu akan dapat menghantarkan
anak didiknya mencapai prestasi yang tinggi. Oleh karena itu, semua
464 Anonim, Al-Qur’an... Op. Cit. hlm. 63.
251
pihak baik pemerintah dan sekolah hendaknya terus melakukan
peningkatan kinerja guru melalui peningkatan pengetahuan guru tersebut.
Secara lebih khusus, terkait dengan kinerja mengajar seorang guru, tidak
bisa dipisahkan dari faktor pendorong dari keberhasilan kinerja guru
tersebut.
Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan
kinerja seorang guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang. Kepala
sekolah dalam menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin tentunya
akan berhasil adanya dorongan dari berbagai pihak, mustahil dalam suatu
lembaga pendidikan keberhasilan itu di capai oleh satu orang saja,
kumponen-kumponen itu tentunya berasal dari tim kerja baik. Baik itu
berasal dari internal mau pun eksternal.
1) Faktor yang berasal dari dalam dirinya (internal)
Di antara faktor dari dalam diri (internal) adalah: Pertama,
kecerdasan. Kecerdasan adalah faktor yang sangat memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas. Semakin rumit
tugas-tugas yang diemban maka semakin tinggi pula kecerdasan yang
diperlukan. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi, apabila
diberikan tugas yang monoton atau pekerjaan yang tingkat kesulitannya
dan tantangannya rendah, maka kinerjanya malah akan semakin
menurun. Karena itu seorang yang memiliki kecerdasan hendaknya
diberikan kemadirian untuk melakukan kreativitas dan pengembangan diri.
Seorang guru yang memiliki kecerdasan hendaknya diberikan
kesempatan untuk mengembangkan potensinya, melalui kesempatan
untuk berkarya atau mengikuti kompetensi guru berprestasi. Kecerdasan
seorang guru juga dapat ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan,
oleh karena itu hendaknya seorang guru terus meningkatkan kecerdasan
dan keilmuannya melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan.
Kedua, keterampilan dan kecakapan. Terkait hal ini, sesungguhnya
setiap orang memiliki keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan
252
latihan termasuk potensi yang melekat pada dirinya yang berhasil
diwujudkan dalam bentuk realitas. Sesuainya antara bakat dengan
pekerjaan yang dijalani seseorang maka seseorang tersebut akan dapat
bekerja secara optimal. Keterampilan dan kecakapan guru akan mudah
ditingkatkan apabila profesi guru tersebut merupakan minat yang muncul
dari hati nurani. Ketiga, adanya minat agar kerja yang dilakukan lebih
semangat. Tugas yang sesuai deng kemampuannya kemudian disertai
dengan minat yang tinggi dapat menunjang tercapainya kinerja yang baik.
Selain itu, motif yang dimiliki juga dapat memberikan dorongan yang besar
terhadap peningkatan kinerja seseorang. Adanya motif akan
mengarahkan, membuatnya bertahan serta mampu membuatnya tetap
semangat dalam mengahasilkan kinerja sesuai dengan standar kerja atau
peraturan dan norma pada proses yang dilaksanakan.
Keempat, faktor kepribadian juga mempengaruhi bagaimana
seorang bersikap terhadap pekerjaannya maupun keterbukaannya
terhadap pengalaman-pengalaman baru yang terbaik dalam bekerja.
Seseorang memiliki kepribadian yang kuat dan integritas yang tinggi akan
memiliki kinerja yang tinggi dan akan mampu melakukan interaksi dengan
rekan kerja dengan baik. Kelima, faktor fisikal akan mempengaruhi
pencapaian kerja seseorang. Kesehatan seseorang merupakan sebuah
faktor yang sangat menentukan kesuksesan dalam menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Apabila seseorang kesehatannya terganggu, maka
dipastikan pekerjaannya juga akan terbengkalai. Seorang dengan kondisi
lebih sehat mampu lebih fokus dan bekerja dengan daya tahan tubuh
yang baik pada beragam kondisi dan tantangan pekerjaan.
2) Faktor dari luar diri sendiri (eksternal)
Faktor yang termasuk dari luar diri sendiri (eksternal) diantaranya
adalah Pertama, lingkungan keluarga. Keadaan keluarga dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja seseorang. Oleh
karena itu, ketika memiliki sebuah keluarga yang harmonis dan sejahtera,
hal tersebut merupakan sebuah motivasi tersendiri yang dapat
253
meningkatkan semangat kerja seseorang, dan pada akhirnya kualitas
kinerja seseorang akan dapat meningkat dengan baik. Begitu juga dengan
guru yang punya keluarga yang harmonis dan sejahtera, maka kinerjanya
akan meningkat lebih baik dari pada yang memiliki permasalahan hidup
dalam keluargannya. Karena keluarga memiliki pengaruh yang signifikan
dengan kinerja seorang guru di tempat kerjannya.
Kedua, lingkungan kerja juga memiliki pengaruh besar terhadap
kinerja. Situasi tempat kerja yang menyenangkan dapat mendorong
seseorang bekerja secara optimal. Tidak jarang orang kecewa dengan
lingkungan kerjanya. Kekecewaan tersebut antara lain karena tidak
adanya gaji yang memadai, tidak adanya kesempatan untuk
mengembangan karir, dan tidak adanya rekan kerja yang kolegial. Dari
sini, maka seorang pemimpin juga memiliki peranan dalam menciptakan
lingkungan kerja bagi para bawahannya menjadi menyenangkan. Melalui
lingkungan dan tempat kerja yang baik serta menyenangkan, maka kinerja
setiap orang yang ada di dalamnya juga akan dapat mengalami
perkembangan dengan baik. Dalam hal ini seorang kepala sekolah juga
memiliki peran besar untuk mengelola sekolahnya menjadi sebuah tempat
yang menyenangkan, menjamin rasa aman dan nyaman seluruh guru dan
muridnya, sarana dan prasarana yang lengkap, serta hubungan antar
personal di dalamnya yang terjalin dengan baik.
Ketiga, komunikasi dengan rekan sejawat yang baik. Pelaksanaan
pekerjaan memerlukan interaksi dan proses komunikasi karena pada
dasarnya tindakan atau kinerja terkait dengan proses komunikasi baik
dengan rekan sejawat maupun kepala sekolah sebagai pimpinan.
Komunikasi mempengaruhi bagaimana proses kerja maupun ketersediaan
input dalam mewujudkan kinerja. Adanya sarana prasarana yang lengkap
akan dapat memberikan kemudahan bagi seorang guru untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik.
Terkait dengan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
guru ini, seorang guru SMA Muhammadiyah menjelaskan sebagai berikut:
254
Di sekolah ini lingkungannya sangat nyaman. Dari mulai sarana dan
prasarana yang sudah terbilang cukup legkap, maupun persaudaraan
diantara para guru yang terjalin sangat baik. Di sini gurunya sangat
kompak, bahkan seakan-akan diantara mereka adalah saudara yang
sangat dekat. Jika ada yang sakit atau terkena suatu musibah, maka
seakan-akan guru-guru yang lain juga ikut merasakannya. Hal inilah yang
membuat guru disini merasa nyaman dan krasan. Bahkan guru-guru yang
PNS walaupun ada yang rumahnya jauh dari sekolah, mereka enggan
untuk mutasi di tempat lain, karena mereka sudah merasa nyaman di
sekolah ini. Kekompakan dan kekeluargaan seluruh guru semacam ini
yang juga menjadikan sebab sekolah ini semakin maju dan berkembang
dengan baik. Karena itu, lingkungan sekolah yang seperti ini yang harus
selalu kita jaga.465
Penjelasan guru tersebut memberikan pengertian bahwa faktor
eksternal sangat mempengaruhi kinerja seorang guru, sehingga
menjadikan sekolahnya dapat semakin maju dan berkembang. Memang
peningkatan dan perbaikan pendidikan harus terus dilakukan secara
bertahap. Mulai dari pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap,
peningkatan kompetensi para gurunya, sampai pada pembentukan
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman untuk proses belajar dan
mengajar. Peningkatan kompetensi guru perlu terus ditingkatkan.
Sedangkan apabila guru tidak diberikan kesempatan oleh sekolah untuk
melakukan pengembangan potensinya secara maksimal, maka guru juga
tidak akan dapat berkembang dengan baik. Karena itu, guna untuk
meningkatkan profesionalitas dan kinerja guru, maka seorang guru perlu
diberikan kesempatan untuk dapat mengembangkan kreativitasnya.
Sedangkan sebuah kreativitas tang tinggi tidak akan muncul kecuali
dengan adanya kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut serta
465 Hasil wawancara dengan guru SMA Muhammadiyah 1 Kota Palembang, 17 Mei 2019.
255
dorongan dan motivasi yang tinggi yang muncul baik dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar dirinya.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
peningkatan kinerja guru dapat muncul disebabkan oleh adanya faktor
internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, adanya kecerdasan,
keterampilan yang dimiliki, minat yang tinggi dalam profesinya menjadi
seorang guru. Sedangkan faktor eksternal antara lain, adanya pengaruh
keluarga, masyarakat, lingkungan kerja, maupun berbagai situasi yang
mempengaruhi seorang guru tersebut. Sedangkan faktor internal dan
eksternal tersebut sebanarnya dipengaruhi oleh kompetensi dan motivasi.
Terkait dengan kompetensi dan motivasi yang mempengaruhi kinerja guru
tersebut, maka akan peneliti jelaskan dalam penjelasan berikut ini:
1) Kompetensi Guru
Sebelum menjelaskan konsep kompetensi guru, peneliti akan
menguraikan konsep kompetensi terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kompetensi diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan untuk menentukan sesuai sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya.466 Sedangkan Murgiyono berpendapat bahwa kompetensi
adalah kemampuan untuk membina diri dan orang lain menjadi lebih
profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil.467 Menurut Sinnott
kompetensi adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan
karyawan atau bawahan agar memiliki kemampuan tertentu sesuai
dengan yang diinginkan oleh atasan. Kemampuan tersebut adalah suatu
keahlian yang dibutuhkan baik untuk masa sekarang maupun masa yang
akan datang.468
Terkait dengan kompetensi, menurut Spencer dalam Hamzah B.Uno
ada lima karakteristik kompetensi yaitu: Motives, adalah sesuatu yang
466 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 15. 467 Murgiyono, “Paradigma Manajemen Pegawai Negeri Sipil”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, Nomor 4, Volume. 1, Juni 2010, 25. 468 Cut Zurnali, Learning Organization, Competency, Organizational Commitment, dan Customer Orientation : Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia di Masa Depan (Unpad Press: Bandung, 2010), hlm. 62.
256
dilakukan oleh seseorang yang menyebabkan dirinya terdorong untuk
melakukan sesuatu. Traits, merujuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik
(physical characteristrics) dan tanggapan yang konsisten terhadap
berbagai situasi atau informasi. Self concept, yakni sikap, nilai atau image
yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Self concept ini akan
memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Apakah ia seorang
pemarah ataukah orang yang sabar dan mampu mengendalikan diri.
Demikian pula, apakah ia seorang yang cerdas ataukah ia selalu
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu. Knowledge, adalah
informasi yang diketahui oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu.
Skill, adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang baik mental
maupun fisik. Berbeda dengan keempat karakteristik kompetensi lainnya
yang bersifat inten dalam diri individu, skill merupakan karakteristik kom-
petensi yang berupa action . Skill mewujudkan se-bagai perilaku yang di
dalamnya terdapat motives, traits, self concept dan knowledge.469 Konsep
kompetensi seperti diuraikan diatas menurut Spencer & Spencer dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 4.3.
Konsep kompetensi individu
Karakteristik Skill (keterampilan) dan Knowledge (pengetahuan)
cenderung dapat dilihat, karena berada di permukaan, kedua karakteristik
469
Hamzah B.Uno, Nina Lamatenggo, Tugas Guru Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm. 3.
Watak
Pengetahuan Motivasi Internal
Kompetensi
individu
Keterampilan Konsep Diri
257
ini relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya melalui pengalaman atau
pelatihan. Sedangkan karakteristik Self concept (konsep diri), Traits
(watak) dan Motives (motif) bersifat tersembunyi, lebih dalam dan
berperan sebagai sumber dari kepribadian, lebih sulit untuk
dikembangkan.
Sementara berkaitan dengan keefektifan atau prestasi seseorang
Stephen R. Covey mengemukakan bahwa situasi yang ideal dalam
berorganisasi dan bermasyarakat agar terjelma suatu jaringan manusia
yang saling membantu dan meningkatkan sinergi sebuah organisasi
dengan adanya interdependence, yaitu ketergantungan bersama setelah
sebelumnya ada independence (kemerdekaan) dan sebelumnya lagi ada
dependence (ketergantungan pada seseorang).
Menurut Stephen Covey ada tujuh kebiasaan orang yang efektif
terkait dengan kompetensi sebagai berikut : 1) Proaktif, 2) Memulai dari
gagasan akhir dalam pikiran, 3) Mengutamakan hal yang harus
diutamakan, 4) Berpikir menang-menang, 5) Memahami dahulu orang lain
baru minta dipahami, 6) Membangun kebersamaan sinergi, 7) Selalu
memperbaharui kehidupan.470 Melatih kebiasaan kognitif umumnya lebih
mudah dibandingkan melatih kecerdasan emosi seperti membuat orang
agar konsisten, memiliki kepercayaan diri kreatif dan sebagainya.
Disamping pembagian kompetensi diatas, lebih lanjut Spencer &
Spencer membagi kompetensi individu secara lebih terperinci menjadi
enam kelompok, di mana masing-masing kelompok tersebut terdiri dari
lima sampai enam kompetensi, kelompok kompetensi ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Semangat untuk berprestasi dan bertindak (Achievement and Action) yang mencakup kompetensi: (a) Orientasi prestasi (Achievement orientation); (b) Penilaian terhadap kerapian, mutu dan ketelitian (Concern for Order); (c) Inisiatif (Initiative) yaitu bertindak melebihi yang dibutuhkan atau diharapkan.
470 Stephen R, The 7 Habits of Higly Effective People, Terj. Budijanto (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1997), hlm. 85.
258
2) Kemampuan pelayanan (Helving and Human Services) yang mencakup kompetensi: (a) Empati (Interpersonal Understanding); (b) Orientasi pelayanan dan kepuasan pelayanan atau kepuasaan pelanggan (Customer Services Orientation).
3) Kemampuan mempengaruhi orang lain (The Impact an Influence) yang mencakup kompetensi: (a) pengaruh strategis mendukung dan mempengaruhi (impact an influence); (b) Kesadaran berorganisasi (organization awarenes); (c) Membangun hubungan kerja (relation building).
4) Kemampuan Manajerial (mangerial) yang mencakup kompetensi: (a) Kemampuan memberi dukungan (develoving others); (b) Keberanian memberi perintah dan memanfaatkan kekuasaan jabatan (directiveness assertivenes an news of posisitional power); (c) Kerja kelompok dan kerja sama (teamwork and cooperation); (d) Kepemimpinan kelompok (team leadership).
5) Daya pikir atau kemampuan keahlian (cognitif) yang mencakup kompetensi: (a) Berpikir analistis (analitical thinking); (b) Berpikir konseptual (conceptual thinking); (c) Keahlian teknis (exspertise).
6) Efektivitas individu (personal effectiveness) yang mencakup kompetensi: (a) Pengendalian diri (self control); (b) Kepercayaan diri (self confidence); (c) Fleksibilitas (flexsibility); (d) Komitmen pada organisasi.
7) Peninjauan kompetensi berkembang seiring dengan berkembangnya tuntutan organisasi serta kedudukannya dalam struktur organisasi. Dalam organisasi ada tiga tingkatan manajemen di mana pada posisi yang paling atas biasa disebut eksekutif kemudian manajer selanjutnya adalah karyawan tentunya kompetensi yang dibutuhkan berbeda satu dengan yang lainnya.
Pada tingkatan yang tinggi diperlukan strategi dan manajemen
tingkat tinggi juga. Strategic thingking merupakan sebuah kemampuan
untuk melakukan pengaturan terhadap perubahan lingkungan yang begitu
cepat, agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan agr
dapat mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedang change
leadership merupakan sebuah strategi untuk mengatur organisasi agar
mampu mencapai visi dan misi sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya. Ini semua adalah sebuah kompetensi yang harus ada pada
diri seseorang dalam sebuah organisasi. Jika organisasi tersebut adalah
sekolah, maka kompetensi tersebut juga harus dimiliki oleh guru maupun
kepala sekolah.
259
Dari beberapa pendapat para pakar diatas kalau kita telaah,
terdapat suatu kesamaan pendapat bahwa dalam pengertian kompetensi
terdapat unsur: 1) karakteristik, perilaku, sikap, kemampuan, kapasitas,
aspek pribadi seseorang, pegawai atau individu; dan 2) pekerjaan atau
kinerja yang efektif. Penjelasan seperti ini jika ditarik ke arah kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru, maka seorang guru yang memiliki
kompetensi yang baik harus memiliki beberapa unsur sebagaimana yang
telah peneliti sebutkan tersebut. Terkait dengan kompetensi guru ini,
kepala sekolah tsanawiyah memberikan penjelasan sebagai berikut:
a) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi mengenai bagaimana
kemampuan guru dalam mengajar. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005
terkait Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini meliputi
kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi kemampuan dalam
membuat rencana pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan
pembelajaran dan kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Kompetensi paedagogik terkait dengan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.
Mulai dari menyiapkan perangkat pembelajaran, membuat skenario
pembelajaran, menyiapkan alat dan media pembelajaran dan mengatur
kelas agar efektif kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Karena
bagaimanapun juga keberhasilan dan kesuksesan peserta didik
ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kreatif akan dapat menjadikan
pembelajaran lebih bervariatif sehingga akan dapat mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Suryo Subroto menjelaskan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai tahap evaluasi. Dalam pelaksanaan seorang guru harus memiliki
berbagai metode pembelajaran yang menarik, agar siswa tertarik untuk
260
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga pengajaran yang
dilakukan akan dapat berhasil.471
b) Kompetensi Kepribadian
Seorang guru harus punya kepribadian yang baik. Kepribadian
guru ini meliputi kemampuan yang mandiri, tangkas, terampil, berwibawa,
mampu menjadi suri tauladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia.
Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Suatu saat guru harus
bersikap keras dan disaat yang lain guru juga harus mampu bersifat
lembut. Guru juga harus memiliki empati kepada murid-muridnya,
maksudnya guru harus mengerti keinginan murid-muridnya, mengerti akan
kebutuhannya, perasaanya, permasalahan dalam hidupnya,
permasalahan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Menurut
Moh. Uzer Usman kepribadian yang harus dimiliki guru meliuputi hal-hal
berikut ini: 1) Mampu mengembangkan kepribadian; 2) Berinteraksi dan
berkomunikasi; 3) Melakukan bimbingan dan penyuluhan; 4)
Melaksanakan administrasi sekolah; dan 5) Melakukan penelitian
terhadapt proses pembelajaran yang dilakukannya.472
c) Kompentensi Profesional
Pekerjaan seorang guru adalah sebuah pekerjaan professional
yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah memiliki kualifikasi
pendidikan sebagai guru. Hal ini didukung oleh peningkatan professional
sebagai guru melalui pendidikan profesi guru. Profesi adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang secara khusus dan biasanya
dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru sesuai
dengan undang-undang memiliki prinsip sebagai berikut: memiliki bakat
dan minat serta panggilan jiwa untuk melakukan pembelajaran yang baik,
memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan proses pembelajaran
471
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 52. 472 Moh. Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009),hlm. 63.
261
dengan baik, memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan mata pelajaran
yang diampunya, mempunyai kompetensi keilmuan sesuai dengan mata
pelajaran yang diampunya, memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam
mengemban tugas keguruan, memiliki penghasilan yang sesuai dengan
prestasi kerja dan bidang kerjanya, memiliki kesempatan dalam
meningkatkan keprofesionalan berkelanjutan sebagai seorang guru,
mempunyai jaminan atas perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya, dan mempunyai kewenangan penuh, hak dan tanggung jawab
dalam mengembangkan profesi keprofesionalannya sebagai seorang
guru.
d) Sosial
Kompetensi sosial ini adalah sebuah kemampuan untuk dapat
berhubungan dengan orang lain secara baik. Oleh karena itu seorang
guru harus mampu membina hubungan yang baik antara dirinya dengan
sesame guru, dirinya dengan peserta pendidikan, dan masyarakat sekitar..
Kemampuan sosial sangat penting karena manusia bukan makhluk
individu. Segala kegiatannya turut dipengaruhi oleh pengaruh orang lain.
Terkait dengan kompetensi sosial ini, lebih lanjut dapat dilihat dari
penjelasan kepala SMA Muhammadiyah yang berinisial RY sebagai
berikut: Dalam penilaian saya, guru-guru disini selain selain memiliki
kompetensi pedagogik dan kepripadian yang baik, mereka juga memiliki
kompetensi sosial yang sangat baik, hal ini antara lain dapat dilihat dari
komunikasi antar teman sejawat yang berjalan dengan baik, kemampuan
mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar
sekolah dengan baik, serta kemampuan mereka yang berinteraksi dengan
orang tua murid dengan baik, serta banyak diantara mereka yang juga
menjadi pemuka masyarakat di daerahnya masing-masing. Semua
komptensi sosial tersebut dapat menunjang kemajuan sekolah ini, karena
262
pada akhirnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini semakin
meningkat. 473
Penjelasan tersebut memberikan pengertian bahwa kompetensi
sosial seorang guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan
dalam menjalankan tugas keguruan terutama terkait dengan kecakapan
sosialnya, karena kecakapan sosial dan kemasyarakatan ini juga sangat
penting bagi keberhasilan seorang guru dalam profesinya menjadi
pendidik. Mengenai kompetensi sosial, Mungin Edy Wibowo menjelaskan
bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru untuk dapat
berhubungan, bergaul, berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.474
Saiful Hadi juga berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kaitannya
dengan orang lain yang meliputi: a). kemampuan melakukan komunikasi
dengan baik antar teman sejawat dengan tujuan untuk meningkat
kemampuan professional, b). kompetensi untuk mengenal lebaih dekat
terkait dengan organisasi kemasyarakatan disekitarnya, c). kompetensi
yang terkait dengan pengenalan dirinya sebagai seorang individu
terhadap orang lain dan masyarakat disekitarnya.
Dari penjelasan tersebut, maka seorang guru yang memiliki kinerja
yang baik tidak hanya memiliki kemampuan dalam ranah pedagogik dan
kompetensi personalnya saja, akan tetapi juga harus memiliki kecakapan
sosial yang baik dalam hubungannya dengan sosial kemasyrakatan,
maupun kemampuannya dalam berkomunikasi secara efektif dengan
lingkungan tempat dia bekerja maupun diluar tempat dia bekerja. Terkait
dengan hal tersebut, Rahman menyatakan bahwa kinerja seorang guru
dapat dinilai dari kecakapan personal maupun kecakapan sosial, yang
semua itu dikenal dengan sebutan kompetensi guru.475
473 Hasil wawancara dengan Kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang, 17 Mei 2018. 474 Mungin Edy Wibowo, Sertifikasi Profesi Pendidik, www.suara-merdeka.com, diakses pada 16 April 2017. 475 Rahman dkk, Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung: Alqaprint Jatinangor, 2009), hlm.23.
263
2) Motivasi
Untuk memotivasi guru agar memiliki produktivitas kerja yang
tinggi, maka SMA Muhammadiyah membuat sistem penghargaan yang
unik. Pada dasarnya motivasi merupakan elemen yang penting untuk
memperbaiki produktivitas kerja, setiap pelaku kerja perlu memiliki
pengertian yang jelas tentang bagaimana motivasi berkaitan dengan
kepuasan dan sistem penghargaan. Sistem penghargaan ini berbeda
pada SMA Muhammadiyah 1 Palembang di mana penghargaan diberikan
kepada guru bukan gaji, namun lebih dari itu kebutuhan dasar manusia
makanan, pakaian, perumahan hal ini sesuai dengan teori Maslow di
bawah ini:
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
Gambar 4. 4. Hirarki Maslow tentang Motivasi
Maslow menyatahkan bahwa orang termotivasi ingin memenuhi
kebutuhan berdasarkan urutan kadar kepentingannya dari urutan yang
paling rendah hingga urutan yang paling tinggi. Abraham Maslow
meyakini bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan menunjukan bahwa
individu memiliki dorongan yang tumbuh secara terus menerus yang
memiliki potensi besar sistem hirarki kebutuhan dikembangkan oleh
Maslow, merupakan pola yang biasa digunakan untuk menggolongkan
Kebutuhan aktualisasi
diri
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan sosial
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan Fisiologis: makan, minum, rumah
264
motif manusia. Sistem hirarki kebutuhan meliputi lima katagori motif yang
disusun dari kubutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Kelima kebutuhan
tersebut sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis. Makanan, air, seks, tempat perlindungan. b. Kebutuhan Rasa aman. Perlindungan terhadap bahaya, ancaman, dan
jaminan keamanan. Perilaku yang menimbulkan ketidak pastian berhubungan dengan kelanjutan pekerjaan atau yang merefleksikan sikap dan perbedaan, kebijakan administrasi yang tidak terduga kan menjadi motivator yang sangat kuat dalam hal rasa aman pada setiap tahap hubungan kerja.
c. Kebutuhan Sosial. Memberi dan menerima cinta, persahabatan, kasih sayang, harta milik, pergaulan dukungan. Jika dua tingkat kebutuhan pertama terpenuhi seseorang menjadi sadar akan perlunya kehadiran teman.
d. Kebutuhan Harga Diri. Kebutuhan akan prestasi, kecakupan, kekuasaan, dan kebebasan. Intinya hal ini merupakan kebutuhan untuk kemandirian atau kebebasan. Status, pengakuan, penghargaan, dan martabat. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan harga diri.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kebutuhan untuk menyadari kemampuan seseorang untuk kelanjutan pengembangan diri dan keinginan untuk menjadi lebih dan mampu untuk menjadi orang. (Kondisi kehidupan industri modern hanya memberi sedikit kesempatan untuk kebutuhan mengaktualisasikan diri untuk menemukan pentaraan.476
Motivasi yang ada pada diri guru selama ini mengantarkan lulusan
sekolah menjadi lulusan yang siap diterima masyarakat atau
produktivitasnya tinggi. Salah satu tugas yang dilaksanakan oleh guru di
SMA Muhammadiyah 1 Palembang adalah memberikan pelayanan
kepada peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah tersebut. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang
bertugas mendidik, guru memegan beberapa jenis peranan mau tidak
mau sudah dilakasakan secara profesional oleh guru, pada tataran
pelaksanaan kinerja kepala SMA Muhammadiyah 1 Palembang sangat
mengintruksikan guru dalam melengkapi perangkat pembelajaran sebelum
476
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality. New York: Harper and Raw Publishers Inc, 1954), hlm. 35-46.
265
proses pembelajaran dilaksanakan, menggunakan multimedia dalam
mengajar serta menyiapkan evaluasi.
Dalam mengoptimalkan kinerja guru, maka terdapat dua unsur yang
dapat dijadikan sebagai sarana dalam peningkatan kinerja guru, yaitu
kompetensi dan motivasi. Pertama, kompetensi guru adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam mengkombinasikan
sumber daya personal seperti pengetahuan, kemampuan, kualitas,
pengalaman, kapasitas kognitif, sumberdaya emosional, dan lainnya dan
sumberdaya lingkungannya seperti peka terhadap kemajuan sains dan
teknologi, memiliki jaringan dan komunikasi yang baik dalam masyarakat.
Karena itu, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi
empat unsur, yaitu pedagogik, keperibadian, profesional dan kompetensi
sosial.
Terkait dengan empat unsur kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru agar guru tersebut memiliki kinerja yang baik, maka dapat
dilihat dari tabel kompetensi guru berikut ini:
Tabel. 4. 7 Unsur Kompetensi Guru
NO K O M P E T E N S I A. Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik 3. Pengembangan kurikulum 4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi B. Kepribadian 8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional 9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan 10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru C. Sosial 11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
266
NO K O M P E T E N S I 12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan,
orangtua, peserta didik, dan masyarakat D. Profesional 13. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu 14. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang
reflektif
Kompetensi pedagogik adalah Sebuah kompetensi mengenai
bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian dari seorang guru yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia serta dapat menjadi suri tauladan yang baik. Kompetensi
profesional dalam pekerjaan adalah merupakan suatu profesi yang tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang karena memerlukan keahlian
khusus dan secara formal dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk
ijazah. Sedangkan kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat
sekitar.
Kedua, unsur yang mempengaruhi kenerja guru adalah motivasi,
oleh karena itu dalam upaya peningkatan kinerja guru maka unsur
motivasi sangat diperlukan. Motivasi adalah sesuatu yang dapat
menimbulkan dorongan atau semangat kerja, mampu membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan dunia
kerja seseorang. Motivasi ini dapat muncul secara internal maupun
eksternal. Secara internal berarti muncul dari dalam diri sendiri, seperti
semangat, minat, tanggung jawab personal dan lain sebagainya.
Sedangkan secara eksternal muncul karena adanya faktor-faktor dari luar
dirinya, seperti adanya sebuah penghargaan baik dalam bentuk pujian
maupun kompensasi tertentu seperti gaji atau yang lainnya, yang semua
267
itu dapat muncul dari luar dirinya misalnya dari lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun negaranya.
Terkait dengan motivasi guru, maka hal-hal yang dapat
mempengaruhi motivasi seorang guru adalah spirit atau dorongan dan
semangat untuk bekerja, responsible atau tanggung jawab terhadap
tugas, interest atau minat terhadap tugas, dan appreciation atau
penghormatan terhadap tugas guru. Untuk memudahkan penjelasan
mengenai empat hal yang mempengaruhi motivasi seorang guru tersebut,
maka unsur-unsurnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel. 4.8. Unsur Motivasi Guru
NO MOTIVASI
A. Spirit 1. Memiliki semangat yang tinggi untuk mengajar 2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk berkarya dan maju 3. Pantang menyerah dalam menghadapi berbagai macam
persoalan 4. Memiliki kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for
Acievement (NAch) 5. Memiliki harapan yang tinggi 6. Suka terhadap tantangan 7. Berorientasi kedepan B. Responsible 8. Tidak segera puas atas hasil yang sudah dicapai 9. Selalu mencari cara-cara guna mengatasi setiap hambatan
yang ada 10. Memiliki etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi
11. Merasa malu atas kegagalan/ tidak terealisasinya program. C. Interest 12. Memiliki minat dan bakat yang tinggi dalam menjalani proses
pembelajaran 13. Mampu melakukan komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat 14. Melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan 15. Memiliki metode pembelajaran yang beragam 16. Ikut terlibat dalam penentuan kebijakan terkait dengan proses
268
NO MOTIVASI
belajar-mengajar
D. Appreciation 17. Mendapatkan penghargaan, penghormatan, pengakuan
18. Terpenuhinya kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan kasih sayang (love needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), dan aktualisasi diri (self actualization).
19. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri
Melalui semangat bekerja yang tinggi (spirit), maka seorang guru
akan bersungguh-sungguh dalam bekerja, sehingga kinerjanya akan
meningkat dengan baik. Melalui tanggung jawab terhadap tugas
(Responsible), maka seorang guru akan berupaya untuk dapat memiliki
komitmen yang tinggi akan tugas yang diberikan kepada, sehingga semua
tuga yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat dijalankan dengan
sungguh-sungguh dan professional. Melalui minat yang tinggi terhadap
profesi guru (interest), maka minat yang muncul dari dalam hatinya
tersebut akan mempengaruhi aktifitas yang dijalankannya menuju aktifitas
yang lebih baik, karena seluruh aktifitasnya sesuai dengan bakat dan
minatnya tersebut. Dan yang terakhir, melalui penghargaan yang baik
terhadap seorang guru (appreciation), maka seorang guru akan berusaha
meningkatkan kinerjanya dengan baik. Contoh dari penghargaan ini
antara lain pujian secara lesan, penghargaan terkait dengan
kesejahteraan guru seperti gaji yang layak bagi GTT, pemberian
tunjangan sertifikasi guru, dan lain sebagainya. Beberapa motivasi
tersebut akan dapat mempengaruhi peningkatan kinerja guru.
Dari penjelasan tersebut, maka peningkatan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah yang ada di kota Palembang dapat dilakukan dengan
peningkatan kompetensi guru dan motivasi terhadap guru. Upaya
peningkatan kinerja guru tersebut merupakan tanggung jawab bersama,
mulai dari guru yang bersangkutan, kepala sekolah, komite sekolah,
269
masyarakat, Dinas Pendidikan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menegah
Daerah dan Majelis Pendidikan Wilayah Sumatera Selatan. Sebagai
contoh, yang harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan adalah
peningkatan kompetensi dan motivasi dirinya melalui peningkatan
kualifikasi pendidikan, mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan
dalam peningkatan mutu guru, menumbuhkan semangat diri, dan
tanggung jawab yang tinggi sebagai seorang guru. Sebagai kepala
sekolah yang hendaknya dilakukan adalah mengadakan berbagai
pelatihan dalam lembaganya terkait dengan peningkatan kompetensi
guru, serta memberikan semangat dan penghargaan terhadap para
gurunya. Dan untuk pemerintah, yang hendaknya dilakukan adalah
mengadakan berbagai pelatihan terhadap guru, serta terus
memperhatikan kesejahteraan guru melalui pemberian gaji yang layak,
maupun pelaksanaan program sertifikasi guru secara baik dan merata.
Penghargaan terhadap guru melalui pemberian gaji yang layak
serta program sertifikasi guru ini perlu dilakukan, karena hal tersebut
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja guru. Dengan
berbagai upaya tersebut, maka kinerja guru akan dapat optimal dan pada
akhirnya mutu pendidikan khususnya yang ada di SMA Muhammadiyah
akan dapat berkembang dengan baik.
Dalam meningkatkan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1
Palembang adalah belum ada keharusan untuk melakukan penelitian.
Padahal penelitian itu sangat dibutuhkan bagi setiap guru sebagai bentuk
pengembangan diri. Penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) hanya dilakukan oleh guru-guru tertentu yang mempunyai tujuan
untuk jenjang kenaikan pangkat, begitu juga yang di lakukan oleh guru
tetap yayasan, sebagai kelengkapan untuk kenaikan jenjang kepangkatan.
Hal ini sudah medapat perhatian khusus dari kepala sekolah, penelitian
yang dilaksanakan sebatas untuk persyaratan kenaikan pangkat, pada
dasarnya penelitian yang dilakukan oleh guru bisa memberikan wawasan
tambahan supaya bekerja profesional. Upaya yang di lakukan oleh kepala
270
sekolah adalah terhadap guru tidak tetap yayasan supaya ia menjadi guru
profesional adalah selalu mengikutsertakan dalam kegiatan
pengembangan diri seperti workshop, seminar, diklat, pelatihan-pelatihan,
MGMP dan pengajian rutin yang wajib dilaksanakan setiap bulan.
Peningkatan kinerja seorang guru, maka sebagaimana penjelasan
sebelumnya bahwa kinerja seorang guru dapat ditingkatkan melalui
kompetensi dan motivasi dan supervisi. Ketiga komponen ini merupakan
faktor yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam peningkatan kinerja
guru. Pertama, terkait dengan kompetensi, maka kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Kedua,
terkait dengan motivasi, maka hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi
seorang guru adalah spirit atau dorongan dan semangat untuk bekerja,
responsible atau tanggung jawab terhadap tugas, interest atau minat
terhadap tugas, dan appreciation atau penghormatan terhadap tugas
guru.. Ketiga, supervisi dimana tahapan yang dilakukan Plan, rencana
termasuk dalam penjadwalan, Act, eksen, pelaksanaan baik yang
dilakukan oleh Dinas pendidikan, Dikdasmen, dan kepala sekolah,
Monitor, melihat, mengontrol kegiatan dan hasil. Review, meninjau ulang
dari hasil kegiatan. Ketiga faktor yaitu kompetensi dan motivasi, supervisi
tersebut adalah faktor yang dapat dijadikan sebagai sarana dalam
peningkatan kinerja guru
Efektivitas dan efisien dalam pengelolaan kinerja guru dapat
peningkatan profesionalitas guru tersebut, maka mutu pendidikan di
sekolah juga akan semakin meningkat dengan baik. Peningkatan mutu
sekolah dapat dilakukan dengan memperhatikan komponen-komponen
dasar dalam pengelolaan lembaga sekolah. Bidang garapan yang perlu
diperhatikan secara umum meliputi; Pertama, pengelolaan terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran kurikulum sekolah memiliki kekhasan
dengan pendidikan ke Al-Islamanya akan tetapi perlu di pikirkan
bagaimana mengamankan kurikulum dasar yang menjadi pedoman bagi
271
seluruh sekolah dalam kelompok sekolah umum. Ciri khas kurikulum
dapat masuk kelompok sekolah menengah atas sehingga muatan ilmu
pengetahuan umum menjadi satu kekuatan yang harus sama dimiliki
lulusannya.
Kedua, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, tenaga
pendidik di tingkat sekolah adalah guru sesuai dengan peraturan
perundangan yang ada maka guru yang bersangkutan harus memiliki latar
belakang yang sesuai dengan bidang studi yang diampunya, kompetensi
yang dipersyaratkan, maka sama halnya dengan sekolah menengah
atas lainnya keberadaan tenaga laboratorium (laboran), pustakawan,
tata usaha dan lain-lainnya harus memenuhi standar kecukupan dan
kualitas. Ketiga pengelolaan fasilitas (sarana dan prasarana
sekolah), sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi standar
pelayanan minimal yang dipersyaratkan. Selain dilihat dari
pemenuhan sisi kuantitas juga memperhatikan sisi kualitas sarana
dan prasarana pendidikan.
Keempat, pengelolaan pembiayaan, aktivitas-aktivitas pemicu
biaya pendidikan pada tingkat sekolah harus dapat teridentifikasi
dengan baik, ketika kekhasan dalam penyelenggaraan pendidikan
tingkat sekolah umum memungkinkan adanya perbedaan dengan
pembiayaan pada tingkat yang sama. Biaya operasional dan biaya
kapital sekolah merupakan komponen pembiayaan yang harus
muncul. Kelima, pengelolaan peserta didik, peserta didik pada tingkat
sekolah umum swasta memiliki kekhususan dimana mereka datang
dari kelompok menengah kebawah pada tingkat sosial ekonomi dan
isu tingkat kemampuan yang di bawah sekolah umum lainnya. Akan
tetapi tidak kemudian proses layanan kesiswaan menjadi berbeda,
pada intinya harus sama dengan sekolah lainnya. Keenam,
pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, komite sekolah
menjadi andalan dalam menangkap anutusias masyarakat terhadap
sekolah. Sejalan dengan Efektivitas dan efisien dapat di lihat
272
pengelolaan sekolah menurut Kristiawan dkk lembaga pendidikan
harus menerapkan 7M di antaranya: Man (Manusia), Money
(dana/uang), Material (bahan-bahan), Machine (Mesin/peralatan), Method
(cara memproses), Market (Pasar), Minute (Waktu).477
SMA Muhammadiyah 1 Palembang di lihat dari sumber daya
manusianya (Man) sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, adanya sumber dana (Money) yang tepat guna dalam
penggunaan, bahan dan sarana prasarana (Material/Machine) yang efektif
dalam penggunaan, waktu dan pasar (Market/Minute), efesian dalam
penggunaannya dapat menjadikan SMA Muhammadiyah 1 Palembang
semakin mendapat nilai jual di tengah masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas dapat menciptakan sekolah
efektif, Peter Mortimore (1996) mengartikan sekolah efektif dapat
diartikan sebagai”A high perfoming school, through its well-establisshed
system promotes the highest academic and other achievements for the
maximum number of student regardless of its socio-economic background
of the families”. Sedangkan Taylor (1990) mengatakan bahwa sekolah
efektif adalah sekolah yang mengorganisasikan dan memanfaatkan
semua sumber daya yang dimilikinya untuk menjamin semua siswa
(tanpa memandang ras, jenis kelamin maupun status sosial ekonomi) bisa
mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah.478
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting
karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap mutu suatu
pendidikan. Apabila gurunya di sebuah lembaga pendidikan memiliki
kinerja yang tinggi, maka hal tersebut merupakan sebuah indikator bahwa
pendidikan yang berjalan di lembaga tersebut juga akan memiliki mutu
yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika guru yang berada di sebuah
lembaga pendidikan memiliki kinerja yang jelek, maka dapat dipastikan
477 Muhammad Kristiawan, Dian Safitri, Rena Lestari, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Budi Utama, 2017), hlm. 4. 478
Nurdin, Manajemen Sekolah Efektif dan Unggul, (jurnal, FIP Universitas Pendidikan Indonesia), hlm. 2.
273
bahwa mutu pendidikan yang berkembang dalam lembaga tersebut juga
jelek seiring dengan kinerja guru-gurunya yang jelek. Oleh karena itu,
peningkatan kinerja seorang guru dalam sebuah lembaga pendidikan
merupakan sebuah langkah yang sangat pentting untuk dilakukan. Dan
pengelolaan peningkatan kinerja guru tersebut merupakan sebuah
tanggung jawab bersama, baik guru sendiri sebagai subjek yang harus
memiliki kinerja yang optimal, maupun kepala sekolah sebagai pemimpin
lembaga, masyarakat, serta pemerintah baik daerah maupun pusat.
SMA Muhammadiyah 1 Palembang menyakini dengan dengan
pengelolaan kinerja guru, sudah sesuai dengan harapan sekolah karena
menghasilkan siswa-siswi yang berpotensi dan berprestasi, dan nantinya
dapat berguna bagi keluarga, bangsa dan negara. Dan sekolah
Muhammadiyah 1 Palembang dapat menjadi percontohan bagi SMA
Muhammadiyah di Wilayah Sumatera Selatan.
Model pengelolaan kineja guru yang ditemukan di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dimaknai sebagai inovasi manajemen
dalam meningkatkan kinerja guru, dimana kepala sekolah mengelola
kinerja guru yang berdampak positif pada kemajuan sekolah. Model ini
diangkat dari input, proses,output dan outcome. Pada bagan satu Input
yang dilakukan oleh kepala sekolah dilihat dari kualifikasi pendidikan
sudah baik, guru semuanya sudah S1 bahkan sudah S2, kualifikasi
pendidikan yang ada pada guru, tentunya ada perlakuan umum dan
khusus yang dilakukan oleh kepala sekolah. Perlakuan umum dan
perlakuan khusus kepala sekolah yang pada akhirnya dapat menjadikan
guru bekerja secara profesional, karena semakin tinggi tingkat
pendidikannya semakin bagus capaiannya, dengan kualifikasi akademik
yang di miliki sesuai dengan bidang studi akan berdampak positif terhadap
pekerjaan yang diemban karena sesuai dengan bidang dan keahliannya
masing-masing. Pada bagan kedua Proses, yang dilakukan oleh
pengelola sekolah melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta supervisi
yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah seperti, pelatihan dalam
274
bentuk penataran, seminar, diklat, MGMP, worksop, untuk menambah
wawasan guru menjadi guru profesional, guru profesional berdampak
pada siswa bisa meningkat prestasinya, bertambah kedisiplinannya,
bertambah giat melakukan ibadah, pihak manajemen sekolah selalu
memantau dan memonitoring setiap kinerja yang dilakukan oleh guru, dan
kegiatan ini selalu dilakukan berulang-ulang sehingga dalam proses ini
memberikan motivasi yang baik kepada guru. Pada bagan ketiga Output
menjelaskan bahwa kinerja guru berdampak positif terhadap hasil dan
tujuan sekolah, seperti meningkatnya disiplin terhadap siswa dan prestasi
siswa meningkat sehingga sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang
masih terpercaya di tengah masyarakat, meningkatnya animo masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini masih tetap banyak.
Keberhasilan SMA Muhammadiyah 1 Palembang di bidang akademik
tidak kalah saingan dengan sekolah-sekolah lainnya. Pada bagan
keempat outcome keberhasilan guru dalam proses belajar dan mengejar
terhadap siswa adalah banyaknya siswa yang diterima baik itu jalur
undangan, jalur tes di perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS)
serta ada juga diterima kerja. Keberhasilan-keberhasilan tersebut dapat
memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa SMA
Muhammadiyah 1 Palembang tidak kalah saing dengan sekolah-sekolah
swasta yang favorit di Provinsi Sumatera Selatan.
Di lihat dari Input, kepala sekolah bekerja sama dengan Pimpinan
Daerah Muhammadiyah dalam menerima tenaga pengajar sesuai dengan
kualifikasi akademik, jenjang pendidikan strata satu (S1), sesuai dengan
bidang studi yang dibutuhkan, untuk menjadi guru tetap yayasan minimal
dua tahun mengabdi dan sudah melengkapi persyaratan yang telah
ditentukan, kedua Proses, yang dikembang oleh kepala sekolah adalah
pendidikan dan pelatihan serta supervisi, yang dilakukan oleh kepala
sekolah dengan tujuan mencetak guru-guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang menjadi guru yang profesional yang dilakukan secara
runtinitas dan selalu memantau kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan
275
model pengelolaan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas sekolah
sebagaimana digambarkan di atas memiliki kesamaan dengan model
manajemen kinerja Deming dengan beberapa termenologi, peneliti
menggambarkan model manajemen Deming sebagai berikut:
Gambar. 4.5 Model (siklus) Manajemen Kinerja Deming
Model kinerja Deming dimulai dengan menyusun rencana,
sedangkan model pengembangan kinerja guru SMA Muhammadiyah 1
Palembang dimulai dengan menyusun rencana kerja dalam penyusunan
penjadwalan, setelah penyusunan jadwal berkoordinasi dengan kepala
sekolah, guru dan pengawas sekolah. Siklus kedua melakukan tindakan
pelaksanaan supervisi, dan ketiga memonitor, yaitu mengamati jalannya
kegiatan dan hasil. Dari model manajemen Deming dalam pra-observasi
(memeriksa kesiapan guru dalam menghadapi kegiatan kegiatan dalam
kelas) pada tahap keempat review yaitu melakukan peninjauan kembali
atas jalannya pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan yangtelah dicapai
serta melakukan tindakan perbaikan untuk memastikan pencapaian
tujuan. Melakukan pembinaan, pendampingan penampilan kinerja guru,
serta merefleksikan seluruh aktivitas dan mendiskusikan berbagai temuan
dalam pelasanaan, dan dibawah dalam rapat pimpinan.
Pengelolaan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang
disusun bersama dengan melibatkan semua guru dan karyawaan secara
demokratis, setelah disusun di sosialisakan kepada semua pihak untuk
diketahui bersama, sehingga program yang disusun mendapatkan
Rencana
Tindakan
Monitor
Review
276
dukungan dan perhatian dari semua pihak (Steakholder) dan program
tersebut di evaluasi, apabila di butuh perbaikan maka segera akan di
lakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan.
Desain Pengelolaan dimulai dengan Menyusun perencanaan
pembelajaran dan merumuskan harapan kerja. Sebelum melaksanakan
aktivitas sekolah guru rapat/bermusyawarah bersama untuk menyusun
perencanaan pembelajaran dan merumuskan harapan kerja dengan
proses komunikasi yang aktif dan efektif sehingga hasil musyawarah ini
bukan hanya milik kepala sekolah saja maupun pihak perserikatan, tetapi
milik bersama baik guru maupun staf, karena hasil musyawarah
merupakan hasil bersama. Dimana komponen masyarakat sekolah harus
melaksakan diamana Robert Bacal menjelaskan dalam buku manajemen
kinerja guru bahwa sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan
yang dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyedia
langsung. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas
serta pemahaman terhadap suatu pekerjaan yang akan dilakukan, ini
artinya ia memiliki sejumlah bagian yang harus di ikutsertakan, kalau
sistem manajemen kinerja hendak memberikan nilai tambah bagi
organisasi manajer dan karyawaan.479
Komunikasi berkesinambungan yang dilakukan oleh guru SMA
Muhammadiyah 1 Palembang sangat penting dikembangkan yang akan
membawa perencanaan pembelajaran dan harapan kerja lebih baik
karena akan menentukan prestasi selanjutnya. Hal demikian di kuatkan
pula oleh pemikiran Ken Blanschard dan Garry Ridge yang mengatakan
bahwa manajemen kerja harus ada suatu perencanaan yaitu dengan
penetapan tujuan, sasaran dan standar kerja sehingga dengan demikian
pelaksanaanya akan terarah dan terukur dengan baik.480
SMA Muhammadiyah 1 Palembang menentukan dukungan dalam
pecapaian tujuan kinerja selalu mencari peluang yang bisa berorientasi 479
Robert Bacal, Performance Management, Terj, Surya Darma dan Yanuar Irwan, Cet; 1 (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 27. 480
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017), hlm. 29-30.
277
masa depan karena pendidikan adalah proses jangka panjang yang
memperhatikan analisis kebutuhan yang bersifat inovatif, sehingga kepala
sekolah, guru, staf dan peserta didik akan seirama apa yang diharapkan
dalam pemikiran, dan bisa mencari solusi apa yang menghambat. Karena
mamajemen kinerja adalah penentuan sasaran yang jelas dan terarah dan
di dalamnya terdapat dukungan, bimbingan dan umpan balik agar tercipta
peluang yang baik untuk meraih sasaran dan tujuan tanpa adanya suatu
kendala yang menyertai peningkatan komunikasi atasan dan bawahan.
Hal ini karena pada dasarnya manajemen kinerja merupakan
proses komunikasi berkelanjutan antara atasan dan bawahan dengan
tujuan untuk memperjelas dan menyepakati fungsi pokok pekerjaan
bawahan. Sebagaimana pekerjaan bawahan berkontribusi pada
pencapaian tujuan organisasi. Sebagaimana Robert Bacal
mengemukakan bahwa komunikasi yang berkesinambungan merupakan
proses dimana kepala sekolah dan guru bekerja sama untuk saling
berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan
permasalahan yang mungkin timbul, sulosi yang dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah, bagaimana peran kepala sekolah dapat
membantu guru. Artinya pentingnya terletak pada kemampuan
mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu
menjadi besar.481
Peningkatan kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang telah
dilaksanakan secara sistematis dalam artinya kepala sekolah dan guru
telah memiliki rencana kerja baik itu secara tertulis maupun tertuang
dalam komunikasi lisan. Kepala sekolah menyampaikan kepada guru,
bahwa untuk zaman sekarang guru-guru mengajar sesuai dengan bidang
keahliannya, juga masih tetap harus banyak menambah pengetahuan
mengikuti seminar, workshop, pertemuan-pertemuan ilmiah, pengajian
rutin, dalam meningkatkan kompetensi yang ada pada dirinya. 481
Robert Bacal, Performance Management, Terj, Surya Darma dan Yanuar Irwan, Cet; 1 (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 28.
278
Dalam meningkatkan kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1
Palembang adalah Supervisi yang dilakukan Dinas pendidikan, Didasmen,
kepala sekolah dan teman sejawat. Pelasanaan supervisi ini sudah
terjadwal baik dari Dinas pendidikan maupun yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Hasil dari supervisi akan dinilai oleh kepala sekolah, bagi yang
belum mencapai hasil yang ditentukan, maka ditindak lanjuti di ikutkan
untuk menambah pengetahuannya melalui Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Worksop, serta pelatihan-pelatihan lainnya. Senada
dengan layanan supervisi yang dilaksnakan di sekolah SMA
Muhammadiyah 1 Palembang maka model Siklus Deming yang tepat
diterapkan di sekolah tersebut. Dimana model tersebut dimulai dari
rencana kerja, eksen atau pelaksanaan kerja, monitor/pengawasan,
penilaian dan review/pengulangan.482 artinya ditindak lanjuti kegiatan
tersebut.
Konstilasi teori teori model pengelolaan dan kinerja guru ini dapat
dijelaskan bahwa model yang ada merupakan hasil telaah penelitian yang
dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Palembang. Untuk mengetahui model
pengelolaan yang dikembangkan terhadap kinerja guru di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang, yaitu dengan mengambungkan beberapa
teori model pengelolaan/manajemen dan kinerja guru yang ada dalam
ilmu manajemen. Teori model pengelolaan diantaranya Planning,
Organizing, Actuating, Controlling (POAC) yang di kemukakan oleh
George. Terry, teori siklus manajemen kinerja Deming dimulai dari Plan
(menyusun rencana), Act (pelaksanaan), monitor (pengawasan/meninjau),
review (meninjau ulang kegiatan), teori siklus manajemen dan teori kinerja
guru, teori kompetensi guru serta teori guru profesional diantaranya:
Paymant (gaji), Knowledge and skill (pengetahuan dan keterampilan),
responsbility and purpose (tanggung jawab dan tujuan), the professional
482
Michael Armstrong, Armstrong’s Handbook Of Performance Management An Evidence-based Guide to Delivering High Performance (London : United Kingdom, 2009), hlm. 62.
279
ideal of sirvice (pelayanan profesional), unity ( Kesatuan) and, recognition
(Pengakuan).
Model pengelolaan kinerja guru yang ditemukan SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dimaknai sebagai inovasi manajemen
dalam meningkatkan kinerja guru, model ini diangkat dari data lapangan,
dimana kepala sekolah mengelola kinerja guru yang berdampak positif
pada guru. Model ini diangkat dari input, proses,output dan outcome. Input
yang dilakukan oleh kepala sekolah dilihat dari kualifikasi pendidikan baik
S1 dan S2, kualifikasi pendidikan yang sudah di tentukan, adanya
perlakuan umum dan khusus yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap jenjang pendidikan. Perlakuan ini dapat menjadikan guru bekerja
secara profesional, karena semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin
bagus capaiannya. Pada tahap proses, yang dilakukan oleh pengelola
sekolah pendidikan dan pelatihan serta supervisi yang dilakukan oleh
pihak manajemen sekolah seperti, pelatihan seperti penataran, seminar,
diklat, MGMP, worksop, untuk menambah wawasan guru menjadi guru
profesional, guru profesional berdampak pada siswa bisa meningkat
prestasinya, bertambah kedisiplinannya, bertambah giat melakukan
ibadah, pihak manajemen sekolah selalu memantau dan memonitoring
setiap kinerja yang dilakukan oleh sekolah. Dalam bidang output dari
pengelolaan kinerja guru berdampak pada hasil dan tujuan sekolah,
sehingga sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang masih terpercaya di
tengah masyarakat sehingga animo masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah ini masih tetap banyak. Keberhasilan SMA
Muhammadiyah 1 Palembang di bidang akademik tidak kalah saingan
dengan sekolah-sekolah lainnya, banyaknya siswa diterima di perguruan
tinggi negeri maupun swasta. Kemudian pada tahap outcome banyaknya
siswa yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS)
serta ada juga diterima kerja.
Model pengelolaan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala sekolah
dan jika dibandingkan dengan teori-teori model pengelolaan kinerja, dapat
280
dikembangkan oleh para pengelola, terutama yang menjabat sebagai
kepala sekolah, inovasi model yang dilakukan oleh kepala sekolah perlu
dilakukan sebaik mungkin. Untuk itu peneliti membuat rancangan model
yang akan ditawarkan, karena model pengelolaan yang digambarkan
pada hasil temuan tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan dan,
perlu adanya penambahan setiap tahap atau bagan dari input, proses,
output dan outcome dari pengelolaan kinerja guru. Penambahan tersebut
berupa setiap bagan satu dan dua perlu adanya control pimpinan, gegitu
juga antara bagan dua dan tiga, bagan tiga dan empat. Dan model ini
kemungkinan cocok untuk dilakukan oleh kepala sekolah. serta
pengawasan kepala sekolah di setiap bagan perlu adanya evaluasi, hal ini
sebagai rel untuk kemajuan sekolah tersebut. Untuk memantapkan model
pengelolaan kinerja guru, maka peneliti menawarkan model yang mungkin
bisa diterapkan di SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi Sumatera
Selatan.
281
Gambar 4.6. Rancangan Model Pengelolaan Kinerja Guru Yang di Tawarkan Kepada SMA Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan
Input
Guru Bidang Studi
Pendidikan
S1 S2
Proses
Pendidikan dan
Pelatihan
Supervisi
1.Penataran 2.Seminar 3.Diklat 4.Upgraing 5.MGMP 6.Worksop
1.Kepala sekolah 2.Dinas Pendidikan/DIKDASMEN
1.Monitoring 2.Review
Output
Guru
Profesional
1.Siswa Berprestasi 2.Disiplin Siswa Meningkat
Outcome
PTN PTS Dan Kerja
Control Control Control
Evaluasi
282
282
Model pengelolaan kinerja guru yang ditemukan di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang diangkat dari data lapangan dapat dimakani
sebagai inovasi manajemen dalam meningkat kinerja guru dimulai dari
input, proses, output,dan outcome, model pengelolaan tersebut
kemungkinan dapat memajukan sekolah yang tidak terlepas dari
pengawasan kepala sekolah. Keunikan pada tahap
pengawasan(supervisi) biasanya sudah terjadwal dan terprogram di
sekolah-sekolah lainnya dan kepala sekolah datang langsung masuk
kantor diruang kerjannya, tetapi ada perbedaan di SMA Muhammadiyah 1
Palembang kepala sekolah ketika datang langsung keliling dan memonitor
proses belajar mengajar terkadang masuk kekelas melihat proses belajar
mengajar. Kontrol yang dilakukan oleh kepala sekolah berfungsi sebagai
rel untuk kemajuan sekolah. Penialain yang dilakukan oleh kepala sekolah
sangat penting dalam memajukan sekolah Muhammadiyah, adanya
evaluasi kerja dan penghargaan yang di lakukan oleh kepala sekolah bisa
memberikan motivasi kepada semua guru.
Model yang ditawarkan ini bisa diterapkan kepada sekolah-sekolah
Muhammadiyah di wilayah Sumatera Selatan. Dengan pengelolaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah secara efektif dan efisien serta
memperhatikan lingkungan organisasi dan budaya kerja, bisa menjadikan
suatu lembaga pendidikan dalam mewujudkan visi dan misi sekolah dan
tujuan pendidikan nasional. Dengan pengelolaan kinerja guru yang baik
dan tersistimatis dalam memajukan lembaga pendidikan.
283
283
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian dengan judul model pengelolaan kinerja guru
telah mampu membuat guru memiliki kinerja yang baik di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang, merupakan studi inovasi dari model
pengelolaan kinerja guru. Tenuan dilihat dari sudut:
1. Model pengelolaan Kinerja di SMA Muhammadiyah adalah
merupakaan model pengelolaan yang berhasil dapat meningkatkan
kinerja guru, keberhasilan model tersebut dilihat dari model
pengelolaan kinerja guru dari fungsi manajemen Planning, Organizing,
Actuating, Controlling (POAC), bahwa POAC yang dilakukan juga
mendukung keberhasilan guru tersebut, Pertama tahap perencanaan
telah mampu melaksanakan tugasnya sebagai manajer untuk
melasakan rencana kerja yang telah dibuat sesuai dengan tujuan dan
visi, misi sekolah. Kedua, tahap Pengorganisasian peran dan
tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin mengorganisir
seluruh komponen yang ada disekolah dimulai dengan guru, staf tata
usaha dan peserta didik, dalam pelaksanaannya kepala sekolah di
bantu oleh wakilnya. Secara tidak langsung pendelegasian tugas
terorganisir. Penyelenggaran kerja dilaksnakan secara sistematis,
terpimpin, dan terarah. Ketiga, Pelaksanaan sebagai realisasi tujuan
program kerja yang disusun berdasarkan kebutuhan dan pencapaian
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah seperti: dalam Proses Belajar
Mengajar diantaranya: guru menggunakan metode pengajaran, guru
menggunakan alat pengajaran, menggunakan media pengajaran,
menggunakan bahan pengajaran, menggalakan keterlibatan siswa
dalam pengajaran dan menggadakan evaluasi dalam proses belajar
mengajar. Karena kepala sekolah menjadi barometer dalam proses
perencanaan, pemberian motivasi, dan pengawasan. Keempat,
284
Pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dibantu oleh
keempat wakil kepala sekolah, kegiatan pengawasan dilakukan
dengan layanan supervisi, baik supervisi kepala sekolah, teman
sejawat serta dari dinas pendidikan dan dikdasmen, pada tahap
pengawasan kerja tidak mengalami kendala.
2. Faktor yang mendukung kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 di Kota
Palembang dapat meningkat dengan baik dapat lihat diantaranya
adalah faktor kompetensi yang sudah terpenuhi, faktor semangat,
faktor bakat, faktor minat guru dalam menjalankan tugas profesinya
karena faktor kebutuhan sudah terpenuhinya kesejahteraan guru
melalui pemberian gaji dan sertifikasi, faktor sarana dan prasarana
yang menunjang, faktor adanya dorongan/motivasi melakukan amal
ibadah dan mendapatkan pahala sebagai bekal di akhirat, kualifikasi
pendidikan yang sudah baik. Metode pelaksanaan sesuai dengan
rencana kerja dan terarah sejalan dengan visi,dan misi tujuan
lembaga pendidikan. Faktor-faktor ini sudah mengarah pada tujuan
lembaga dilihat dari 7M (Man, Money, Material, Machine, Method,
Market, Minute) Sedangkan faktor yang menyebabkan belum
optimalnya kinerja guru terjadi pada guru tidak tetap, karena sertifikasi
guru belum merata guru serta pelayanan kesehatan yang mereka
belum dapatkan. dan ini dapat menyebabkan kinerja guru SMA
Muhammadiyah 1 sebagian kecil belum optimal.
3. Efektivitas dan efisien dalam model pengelolaan kinerja dalam
peningkatan kinerja guru dapat dilihat ketepatan dalam pelaksanaan
pengelolaan sekolah dalam 7M (Man, Money, Material, Machine,
Method, Market, Minute) dari sistem mulai dari input dan proses.
Dilihat dari input penerimaan guru melalui jalur test, kualifikasi
akademik, kompetensi dan keahlian-keahlian yang dimiliki oleh guru.
Kemudian dilihat dari proses upaya telah dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja guru, diantaranya dilakukan oleh kepala sekolah
pendidikan dan pelatihan seperti; pentaran, seminar, diklat, MGMP,
285
worksop, yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Majelis
Pendidikan Dasar dan Menegah, kepala sekolah, perserikatan dan
masyarakat. Dinas Pendidikan melakukan upaya pembinaan
profesional guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), upaya penekanan
kepada para kepala sekolah akan pentingnya kesejahteraan guru,
seleksi perekrutan guru, dan peningkatan kompetensi guru sekolah.
Bekerjasama dengan perserikatan dan komite sekolah beberapa
kepala sekolah juga melakukan upaya meningkatkan kesejahteraan
guru sekolah dengan menambah upah per jam bagi guru. Selain itu
untuk meningkatkan kompetensi guru maka kepala sekolah melalui
worksop, seminar, pengajian bulanan, maupun diklat lainnya yang
terkait dengan peningkatan kompetensi guru. Sedangkan efisiensi
pengelolaan dilihat dari ketepatan dalam mengelola seperti,
keuangan, waktu, relatif terlaksana yang membuat model
pengelolaan kinerja guru menjadi berhasil, keberhasilan-keberhasilan
itu tentunya didukung oleh unsur-unsur pengelolaan kinerja.
4. Model pengelolaan kinerja guru yang ditemukan di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dimaknai sebagai inovasi
manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
kinerja guru dilihat dari input, proses, output dan outcome serta
layanan supervisi kepala sekolah, dan supervisi pendidikan yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dengan tujuan
untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. Pengelolaan
kinerja guru tersebut sejalan dengan model kinerja Deming, Torrington
dan Hall, Ken Blanchard dan Garry Ridge dimana perpaduan ketiga
model tersebut dapat memecah teori bagaimana model pengelolaan
kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang Sumatera Selatan.
286
B. Implikasi
Dari pembahasan dan kesimpulan penelitian ini maka implikasi
terkait dengan model pengelolaan kinerja guru SMA di Muhammadiyah I
Palembang Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut:
Pertama, Pendekatan teori manajemen yang digunakan pada
kajian ini sepenuhnya ada sentuhan ilmu manajemen yang ada di sekolah.
Fungsi-fungsi manajerial yang sudah disusun bisa menjadi alat ukur yang
ideal, sebab dengan model manajemen kinerja yang tersusun dari
program rencana kerja, seorang manajer dapat mengelolah sumber daya
manusia. Maka dibutuhkan kompetensi kepala sekolah untuk
mempertahankan dan mengembangkan profesional guru.
Ada kekaguman pada sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang
dimana konsep-konsep manajemen dipakai sesuai dengan konsep
manajemen formal yang dianjurkan secara akademik. Ini memberikan
peluang yang besar bagi peneliti-peneliti di bidang manajemen pendidikan
Islam untuk melakukan pendekatan yang berbeda pada kajian manajemen
sekolah yang berbasis kinerja. Perpaduan kharisma seorang pemimpin
dan ilmu manajemen kinerja melahirkan pola baru yang unik pada
manajemen sekolah.
Rencana kerja yang dilakukan kepala sekolah kepada guru yang
dilakukan dalam pembelajaran dapat berhasil pada akhirnya, semua guru
telah menyusun dan membuat perangkat pembelajaran (silabus dan RPP)
berdasarkan hasil penelitian dilihat secara keseluruhan bahwa
pengelolaan kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang memiliki
kualifikasi baik dalam rumusan kompetensi inti (KI1, KI2, KI3, KI4) dan
kompetensi dasar, mendiskripsikan indikator, menyusun bahan ajar,
menentukan media pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran,
menentukan metode dan strategi, menetukan langkah-langkah
pembelajaran serta menyusun evaluasi pembelajaran. Kemudian dilihat
dari kesiapan isi dokumen silabus dan RPP sulit untuk membedakan
antara guru mata pelajaran satu dengan guru mata pelajaran lainnya,
287
karena criteria kompunen dalam penyusunan silabus dan RPP terpenuhi
semua.
Kedua, kepala sekolah SMA Muhammadiyah di Provinsi Sumatera
Selatan harus tetap menjaga agar guru memiliki tanggung jawab terhadap
profesinya setiap saat. Tanamkan kepada setiap guru bahwa kometmen
dalam menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing harus tetap
ditingkatkan. Seorang guru menyadari akatan pentingnya tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pendidikan. Guru hendaknya melakukan
pekerjaannya sebagai guru dengan penuh dedikasi dan
tanggungjawabnya yang penuh.
Profesi guru bisa dilihat dari usaha keras, keahlian dan berat
ringannya pekerjaan yang dimiliki wajar mendapat kompensasi yang adil
berupa gaji dan tunjangan lainnya. Tugas guru sebagai pembimbing,
pelatih, dan pengajar merupakan pekerjaan berat. Guru harus memeras
otak, mental, dan fisik untuk untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian juga, harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
diri dan jabatannya seperti mengikuti penetaran, seminar, diklat, MGMP,
worksop, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian diberi
kesempatan menduduki jabatan sesuai keahlian yang dimilikinya
(profesional).
Seorang dapat dikatakan profesional dalam melaksanakan
tugasnya apabila memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai
dengan bidang tugas yang dijalaninya. Alasan lain mengatakan bahwa
memang adakalanya kemapuan kepala sekolah itu muncul secara
alamiah, didukung oleh kesempatan dan pengalaman, tetapi efektivitas
jauh lebih besar apabila dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan. Pentingnya kemampuan seorang pemimpin
akan memberikan dampak baik secara administrasi bagi individu yang
bersangkutan maupun bagi lembaga yang dipimpinya.
Guru profesional adalah guru yang mampu melaksanakan tugas
sesuai dengan tuntutan profesi guru dan sangat penting kedudukannya
288
dalam sistem pendidikan. Sebab profesi keguruan mempunyai tugas
melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas
kiranya bahwa profesi guru dalam bidang pendidikan mengandung arti
peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara
optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesiona guru (pendidik)
merupakan keharusan. Terlebih lagi apabila melihat kondisi objektif saat
ini berkaitan dengan berbagai hal dalam masyarakat pendidikan, yaitu
IPTEK. Persaingan global bagi lulusan pendidikan, otonomi daerah, serta
implementasi kurikulum.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah
adalah memberikan pelayanaan kepada para siswa atau peserta didik
yang selaras dengan tujuan sekolah. Dalam keseluruhan proses
pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas mendidik, guru
memegang berbagai jenis peranan mau tidak mau harus dilaksanakan
secara profesional oleh guru. Guru merupakan ujung tombak dalam
proses pembelajaran yang lansung bertatap muka dengan peserta didik,
diharapkan berlaku profesional dan penuh pengabdian dalam
melaksanakan tugasnya. Setiap guru hendaknya menyiapkan perangkat
pembelajaran dan memegang teguh disiplin baik itu saat dawasi ataupun
tidak. Hendaknya guru senantiasa berusaha mengembangkan
kemampuan profesi guru dengan memperbanyak pengetahuan baik itu
pelatihan, penataran, upgrading, worksop, agar dapat meningkatkan
kemampuan kinerjannya.
Ketiga, Upaya untuk meningkatan pengelolaan kinerja guru
memerlukan faktor pendukung terutama dilakukan oleh seorang pemimpin
(kepala sekolah) diataranya yaitu kompetensi dan motivasi. Terkait
dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional
dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi merupakan modal utama
yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik termasuk kepala sekolah.
289
Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki dalam menjalankan tugas
dilakukan harus mempunyai kemampuan. Parameter kemajuan belajar
peserta didik dapat diukur dengan profesional gurnya. Guru profesional
sesungguhnya lebih banyak ditentukan oleh kualitas ilmunya, seperti guru
yang sudah S1 akan memberikan dampak kepada siswa meningkatnya
siswa berprestasi, meningkatnya disiplin siswa dalam proses belajar
mengajar. Kemudian untuk sudah S2 akan memberikan dampak kepada
guru lebih komunikatif dan mampu memberikan kesadaran kepada siswa.
Kemampuan/kecakapan seorang guru inilah yang dimiliki seorang guru
yang profesional. Alasan karena guru adalah orang yang paling sering
bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kedua motivasi seorang kepala sekolah merupakan faktor yang dapat
mendukung kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang yang kedua
adalah motivasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi seorang guru
adalah spirit atau dorongan dan semangat untuk bekerja, responsible atau
tanggung jawab terhadap tugas, interest atau minat terhadap tugas, dan
appreciation atau penghormatan terhadap tugas guru. Dari sini dapat
dijelaskan bahwa terdapat beberapa motivasi guru yang menyebabkan
semakin meningkatnya kinerja mereka, antara lain disebabkan oleh
antusias menjadi guru karena iman, akhlak, ilmu, amal ibadah dan
perjuangan keagamaan, hal ini merupakan sebuah motivasi yang
mendasari pendidikan Muhammadiyah masih tetap eksis dan hidup
sampai saat ini. Motivasi yang lainnya disebabkan oleh perasaan memiliki
tanggung jawab menjadi guru untuk mendidik para siswa menjadi
generasi yang handal. Motivasi lainnya disebabkan oleh penghargaan
yang tinggi kepada seorang guru, baik melalui penghargaan jabatan, gaji
dan kesejahteraan guru. Ketiga, supervisi (pengawan kepala sekolah),
merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja guru, karena dengan
pengawasan yang dilakukan kepala dapat meningkatkan disiplin kerja,
semangat kerja tinggi, dengan layanan supervisi yang dilakukan oleh
Dinas pendidikan, Dikdasmen, kepala sekolah dan teman sejawat menjadi
290
tolok ukur kinerja guru diktakan profesional. Sebab dengan program
supervisi yang dibuat dan ditindak lanjuti akan menambah kompetensi
bagi guru.
Efektivitas dan efisien dalam lembaga pendidikan merupakan hasil
dari pengelolaan kinerja guru berhubungan pada input, proses, output
dalam pengelolaan kinerja guru di lembaga pendidikan input sekolah
berhubungan dengan sumber daya manusia adalah termasuk kualifikasi
pendidikan, baik guru bidang studi, sarana dan prasarana yang ada
dilembaga pendidikan, pelayanan kebutuhan guru, pelayanan siswa
terhadap guru. Sedangkan proses merupakan tindak lanjut yang dilakukan
oleh kepala sekolah untuk meningkatkan profesional guru, yang dilkukan
oleh kepala sekolah diataranya pendidikan dan pelatihan, seperti
penetaran, seminar, diklat, MGMP, worksop, itu merupakan uapaya
kepala sekolah untuk mencetak guru profesional. Pengawasan yang
dilakukan oleh kepala sekolah memberikan dampak yang baik terhada
tenaga pengajar (guru). Output merupakan tujuan dari lembaga
pendidikan dalam mencetak guru profesional, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan siswa berprestasi dan disiplin belajar siswa meningkat.
Efektivitas dan efisien dapat di lihat pengelolaan sekolah
menurut Kristiawan dkk lembaga pendidikan harus menerapkan 7M di
antaranya: Man (Manusia), Money (dana/uang), Material (bahan-bahan),
Machine (Mesin/peralatan), Method (cara memproses), Market (Pasar),
Minute (Waktu).346
SMA Muhammadiyah 1 Palembang di lihat dari sumber daya
manusianya (Man) sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, adanya sumber dana (Money) yang tepat guna dalam
penggunaan, bahan dan sarana prasarana (Material/Machine) yang efektif
dalam penggunaan, waktu dan pasar (Market/Minute), efesian dalam
346 Muhammad Kristiawan, Dian Safitri, Rena Lestari, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Budi Utama, 2017), hlm. 4.
291
penggunaannya dapat menjadikan SMA Muhammadiyah 1 Palembang
semakin mendapat nilai jual di tengah masyarakat.
Inovasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan
profesional kinerja guru di SMA Muhammadiyah 1 Palembang dengan
melakukan pengawasan setiap input, proses, output dan outcome Dengan
adanya kontrol terhadap terhadap kemajuan sekolah Muhammadiyah.
Dan untuk memantapkan model pengelolaan kinerja guru tersebut
hendaknya setiap pemimpin hendaknya mengadakan evaluasi kinerja.
Dengan adanya evaluasi tersebut merupakan salah satu bentuk aprisiasi
keberhasilan seorang pemimpin sekolah serta berikan penghargaan
kepada guru yang berprestasi.
Model pengelolaan kineja guru yang ditemukan di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang dapat dimakanai sebagai inovasi
manajemen dalam meningkatkan kinerja guru, dimana kepala sekolah
mengelola kinerja guru yang berdampak positif pada kemajuan sekolah.
Model ini diangkat dari input, proses,output dan outcome. Pada bagan
satu Input yang dilakukan oleh kepala sekolah dilihat dari kualifikasi
pendidikan sudah baik, guru semuanya sudah S1 bahkan sudah S2,
kualifikasi pendidikan yang ada pada guru, tentunya ada perlakuan umum
dan khusus yang dilakukan oleh kepala sekolah. Perlakuan umum dan
perlakuan khusus kepala sekolah yang pada akhirnya dapat menjadikan
guru bekerja secara profesional, karena semakin tinggi tingkat
pendidikannya semakin bagus capaiannya, dengan kualifikasi akademik
yang di miliki sesuai dengan bidang studi akan berdampak positif terhadap
pekerjaan yang diemban karena sesuai dengan bidang dan keahliannya
masing-masing. Pada bagan kedua Proses, yang dilakukan oleh
pengelola sekolah melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta supervisi
yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah seperti, pelatihan dalam
bentuk penataran, seminar, diklat, MGMP, worksop, untuk menambah
wawasan guru menjadi guru profesional, guru profesional berdampak
pada siswa bisa meningkat prestasinya, bertambah kedisiplinannya,
292
bertambah giat melakukan ibadah, pihak manajemen sekolah selalu
memantau dan memonitoring setiap kinerja yang dilakukan oleh guru, dan
kegiatan ini selalu dilakukan berulang-ulang sehingga dalam proses ini
memberikan motivasi yang baik kepada guru. Pada bagan ketiga Output
menjelaskan bahwa kinerja guru berdampak positif terhadap hasil dan
tujuan sekolah, seperti meningkatnya disiplin terhadap siswa dan prestasi
siswa meningkat sehingga sekolah SMA Muhammadiyah 1 Palembang
masih terpercaya di tengah masyarakat, meningkatnya animo masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini masih tetap banyak.
Keberhasilan SMA Muhammadiyah 1 Palembang di bidang akademik
tidak kalah saingan dengan sekolah-sekolah lainnya. Pada bagan
keempat outcome keberhasilan guru dalam proses belajar dan mengejar
terhadap siswa adalah banyaknya siswa yang diterima baik itu jalur
undangan, jalur tes di perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS)
serta ada juga diterima kerja.
Model pengelolaan kineja guru yang ditemukan dalam bagan-
bagan dan di gambarkan tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan,
perlu adanya penambahan setiap tahap dari input, proses, output dan
outcome dari pengelolaan kinerja guru. Penambahan tersebut berupa
pengawasan kepala sekolah dan evaluasi kerja. Untuk memantapkan
model pengelolaan kinerja guru, maka peneliti menawarkan model yang
mungkin bisa diterapkan di SMA Muhammadiyah 1 Palembang Provinsi
Sumatera Selatan.
Dibawah ini rancangan model pengelolaan kinerja guru SMA
Muhammadiyah 1 Palembang yang ditawarkan untuk lebih meningkatkan
kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang di Provensi Sumatera
Selatan;
293
293
Gambar 5.1 Rancangan Model Pengelolaan Kinerja GuruYang di Tawarkan Kepada
SMA Muhammadiyah Provinsi Sumatera Selatan
Input
Sesuai Guru Bidang Studi
Kualifikasi S1 S2
Proses
Pendidikan dan
Pelatihan
Supervisi
1.Penataran 2.Seminar 3.Diklat 4.Upgraing 5.MGMP 6.Worksop
1.Kepala sekolah 2.Dinas Pendidikan/DIKDASMEN
1.Monitoring 2.Review
Output
Guru
Profesional
1.Siswa Berprestasi 2.Disiplin Siswa Meningkat
Outcome
PTN PTS Dan Kerja
Control Control Control
Evaluasi
294
294
Model pengelolaan kinerja guru yang diangkat dari data lapangan
dimulai dari input, proses, output, dapat memajukan sekolah yang tidak
terlepas dari pengawasan kepala sekolah. Pada tahap
pengawasan(supervisi) biasanya sudah terjadwal dan terprogram di
sekolah-sekolah lainnya dan kepala sekolah datang langsung masuk
kantor diruang kerjannya, tetapi ada perbedaan di SMA Muhammadiyah
kepala sekolah ketika datang langsung keliling dan memonitor proses
belajar mengajar terkadang masuk kelas melihat proses belajar mengajar.
Kontrol yang dilakukan oleh kepala sekolah berfungsi sebagai rel untuk
kemajuan sekolah. Penialain yang dilakukan oleh kepala sekolah sangat
penting dalam memajukan sekolah Muhammadiyah.
C. Rekomendasi
Merujuk pada temuan penelitian mengenai model pengelolaan
kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang di Provinsi Sumatera
Selatan, maka rekomendasi penulis sebagai berikut:
Pertama. Rekomendasi keilmuan dengan adanya Model
pengelolaan kineja guru yang ditemukan di SMA Muhammadiyah 1
Palembang dapat dimaknai sebagai inovasi manajemen dalam
meningkatkan kinerja guru. Model ini diangkat dari input, proses,output
dan outcome Bagan pertama input, bagan kedua proses, bagan ketiga
output dan bagan keempat outcome, diantara bagan satu dan bagan dua
adanya kontrol, juga bagan dua dan bagan tiga, serta bagan tiga dan
bagan kempat, kemudian adanya evaluasi kerja keseluruhan dengan
tujuan meliaht kemajuan sekolah yang tidak terlepas dari kepala sekolah.
Kontrol yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya menjadi rel untuk
kemajuan sekolah
Kedua. Kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah agar memberikan fasilitas dan memfasilitasi peningkatan
kinerja guru di setiap sekolah Muhammadiyah. Pemerintah sebagai pihak
yang berkompeten dalam pembinaan sumber daya manusia agar dapat
295
memberikan dukungan dan perhatian serius terhadap profesionalitas guru
di sekolah Muhammadiyah, dan melaksanakan pelatihan tingkat kota
bahkan Provinsi. Serta memberikan dukungan dengan melengkapi
fasilitas-fasilitas terutama fasilitas pengajaran bagi setiap sekolah. Bagi
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) melalui Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Kota Palembang hendaknya memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan yang di perlukan sekolah Muhammadiyah dengan
melengkapi kekurangan-kekurangan, sarana dan prasarana, pembiayaan,
perbaikan lingkungan sekolah dan kegiatan penunjang lainnya agar
penyelenggaraan pendidikan agar dapat berjalan dengan sukses.
Ketiga, kepala sekolah orang yang berperan penting dalam
memberikan tugas kepada guru harus mempertimbangkan kemampuan
yang dimiliki guru tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
berkewajiban melakukan penilaian terhadap berkewajiban melakukan
penilaian terhadap profesional guru secara sistematis dan terus menerus.
Selain itu, kepala sekolah sebagai pengambil keputusan, untuk proaktif
dalam penyelenggaraan dan pelatihan dan penetaran bagi peningkatan
kinerja guru, program ini bertujuan untk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk
kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan untuk menyiapkan guru
siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang.
Kepala sekolah adalah orang yang benar-benar diharapkan
menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan sekolah
menentukan baik dan buruknya pengelolaan administrasi personil (guru).
Pengelolaan guru sangat memerlukan pemimpin yang mandiri dan
profesional dengan kemampuan administrasi yang tangguh, agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kepala sekolah diharapkan dapat mengatur tugas-tugas guru dengan adil
dan bijaksana dan menempatkan sesuatu sesuai dengan yang
semestinya, disamping itu juga sangat perlu memberikan dorongan
semangat motivasi kerja agar kinerja guru dapat berjalan dengan sebaik-
296
baiknya serta menciptakan suasana yang kondusif sehingga setiap guru
menjalankan tugas merasa tenang dan gembira. Di sisi lain, setiap guru di
sekolah perlunya upaya dari diri sendiri dalam meningkatkan khazanah
pengetahuan sesuai dengan perkembangan disiplin keilmuan dengan cara
mengembangkan kompetensi guru dan berkonsultasi secara intensif
dengan kepala sekolah dalam membakali diri dengan kompetensi-
kompetensi yang memadai dalam mengajar dan mendidik.
Keempat, Kepada guru agar memiliki semangat dan kreativitas
bagi pengembangan diri. Peningkatan profesionalitas guru dengan
semangat artinya berusaha memperbaikan kompetensi yang dimiliki
melalui berbagai pendidikan dan pelatihan. Peningkatan profesionalitas
guru juga membutuhkan kreativitas dengan menemukan cara
memperbaiki kualitas kerja, meskipun tanpa dukungan fasilitas dan
anggaran yang memadai.
D. Kata Penutup
Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah (disertasi). Selanjutnya penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dan menyelesaikan karya ilmiah (disertasi) ini.
Hanya do’alah yang dapat penulis kirimkan semoga segala
pengorbanan yang diberikan mendapat pahala dari Allah SWT.
Selanjutnya harapan saya semua pihak dapat memberikan sumbang
saran demi untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari disertasi ini,
semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada
kita semua Amin Yarobbal’alamin. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Jambi, April 2020
Penulis,
Rulitawati NIM. DMP. 17.192
297
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid Warna. Jakarta: 2014. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo,
2012. Ace Suryadi dan Wiana Mulyana, Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan
dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Jakarta: Cardimas Metropole, 1993.
Achmad Badawi, Memotivasi Kinerja Guru Jakarta: Al-Wasat, 2015. Ahmad Al Hafisd, Hadits Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu,
http://www.dic.or.id/hadist-tentang-kewajiban-menuntut-ilmu/ di akses 15 Oktober 2018.
Ahmad Ibn Ali Abu Bakar al-Khatib al-Bahgdâdî, Târîh Bahgdâdî, vol. IX,
Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyâh, Beirût, t,t. Ahmad Susanto, Manajemen Kinerja Guru, Konsep Strategi dan
Implimentasi Jakarta: Prenada Media Grup, 2016. Al-Bukhari, Abu Abdillah, Muhammad Ismail, Al-Jami’ Ash-shahih al-
Mukhtashar, Bairut; Bairut: Dar Ibnu Katsir, 1987. Adler, Patricia A. & Peter Adler, “Teknik-Teknik Observasi”. Dalam
Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitatif Research. Penerjemah: Dariyatno, dkk Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ahmadi dan Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah dimensi professional
dan kekinian Yogyakarta: laks Bang Group, 2011. Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018,
bappeda.sumselprov.go.id, hlm.43. Azhar, Kualitas Pendidikan di Indonesia Tingkat Dunia, diakses dari
http://Azharmid, blogspot.co.id pada tanggal 18 Oktober pukul 19.30 WIB.
Barnawi dan Arifin Muhammad, Kinerja Guru Profesional Jakarta: Arruzz
Media, 2014. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
298
Creswell, Jhon W. Terjemahan Achmad Fawaid, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
________, : Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Singapore:
SagePublications Asia-Pacific Pte. Ltd. 2009. . Didik Prangbakat, Meningkatkan Mutu Pengelolaan Sekolah Dasar Melalui
Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2011.
Djaali, Psikologi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: Alfabeta, 2009. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan
Implementasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. _________,”Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Eneng Muslihah, Understanding the Relationship between School-Based
Management,Emotional Intelligence and Performance of Religious Upper Secondary School Principals in Banten Province ( Journal Higher Education Studies: Vol. 5, No.2015.
Fred R. David, Stategec Management Stratigis Jakarta: Salemba Empat,
2011. Farid Poniman, Yayan Hadiyat, Manajemen HR STIFIn, Terobosan
Mendongkrak Produktivitas Jakarta: Pt Gramedia, 2015. George R. Terry, Principles of Management, terj. Winardi Bandung:
Alumni, 2010. Gibson, Ivancevish dan Donaly, Organisasi dan Manajemen Prilaku,
Jakarta: Stuktur Press Erlangga, 1995. Global Islamic, Sofware Company, Mausu’ah al-Hadits As-Syarif, Ishdar
as-Tsani, 1991-1997. H. Muhammad Arifin, Journal International Education Studies; Vol. 8, No.
1; 2015, ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039, Published by Canadian Center of Science and Education.
299
H.E. Syarifudin, Manajemen Pendidikan Jakarta: Diadet Media, 2011. H.M. Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2013. Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Mencerdaskan
Bangsa Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya
Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Hikmat, Manajemen Pendidikan Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. https://npd.kemdikbud.go.id/appid=ukg, di akses tanggal, 14 Oktober,
2018 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Reset Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2016. _________,” Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010. Hikmat, Manajemen Pendidikan Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. http://sepdhani.wordpress.com/2018/09/13/tafsir-dan-pelajaran-surah-
yaasin-ayat 3.40/. Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Reset Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Irham Fahmi, Manajemen, Teori, Kasus dan Solusi Bandung: Alfabeta,
2014. Ismail Nawawai, Manajemen Perubahan, Teori dan Aplikasi pada
Organisasi Publik dan Bisnis Surabaya, Ghalia Indonesia, 2014.
Imam al-Jalil al-Hafizh Imanuddin Abi Fida’ Ismail Ibn Katsir, Tafsir al-
Qur’an Beirut: Maktabah Waladi li Turots, 774. James A. Stoner, R. Edward Freeman & Daniel R Gillet, Managemen
Terjemahan (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2005. Jason A. Colquit, Jeffery A, Le Pine and Michael J. Wesson,
Organizational Behavior Improving Performance and Commitment it the Workplace, International Edition New York: McGraw-Hill Companies Inc, 2009.
300
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik, Jakarta: Prenada Media Group, 2017.
________,” Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011.
Jhon Shield, Managing Employee Performance And Reward Ny:
Cambridge University Press, 2001. Jhon Whitmore, Coaching for Performance: Seni mengarahkan untuk
mendongkrak Kinerja, Terj. Dwi Heally Purnomo dan Lois Novianto Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.
John M. Ivancevish, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson,
Organizational Behavior and Management, Elghth Edition New York: McGraw-Hill Companies Inc, 2008.
James L. Gibson et.al. Organizations; Behavior, Structure, Processes, 14”
EditionSingapore: Mc Graw-Hill Internasional, Inc, 2009. Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson, Organizational
Behavior Improving Performance and Commitment in the Workplace Penn Plaza, New York, NY 10121. Copyright © 2015.
K. B. Everard, Geoffrey Morris and Ian Wilson, Effective School
Management London: EC1Y 1SP, A SAGE Publications Company 1995
Koswara, Rasto, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol. 1 No. 1, Agustus 2016.
Kunandar,Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Press, 2014. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013. Mada Sutapa, Model Pengembangan Sekolah Efektif Jurnal FIP UNY,
2017. Mahfuz Judeh, “Assessing the Influence of Job Characteristics and Self-
Efficacy on Job Performance: A Structural Equation Modeling Analysis”, European Journal of Social Sciences, No. 3, 2012, 355-365.
301
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru Jakarta; Gaung Persadah, 2010.
Martinis Yamin, Profesional Guru & Impementasi KTSP Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009. Michael Amstrong, Performance Management Key Strategies and
Practical Guideline, 3rd Edition London and Philadelphia: Kogan Page, 2006.
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif,terjemahan: Budi Puspo
Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Miles Mathethew B dan A. Michael Hubeman, Analisis Data Kualitatif. Terj.
Tjetjep Rohedi Rohidi Jakarta: UI Press, 2007. Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Cat. Ke-2 (Bogor:
Ghailia Indonesia, 2010. Muhammad Busro, Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia
Jakarta, Prenadamedia Group, 2018. Muhammad Yaumi, Model Perbaikan Kinerja Guru dalam Pembelajaran,
Makasar, Alaudin Press, 2014. Mujamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam Ma lang,Erlanga, 2009. Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif Jakarta: Referensi
GP. Press Group, 2013. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017. Muslich Shabir, Riyadhus Shalihin Jus1 Semarang: Karya Thoha Putra,
2004. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Bandung: Sinar Baru, 2010. Nana Syoadh Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Remaja Rosdakarya, 2007.
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah, Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2014.
302
Nasrullah Nursam, Journal of Islamic Education Management, Vol.2. N0. 2. Oktober, 2017.
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belaja dan Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan Bandung:
Rosdakarya, 2016. Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan Palembang: Grafika Telindo, 2011. Payman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Indenesia, 2015. Peraturan pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peter Salim, Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002. R.K Sahu, Performance Management System, New Delhi, 2007. Robert Kreitner, Angelo Kinici, Organizational Behavior/ Prilaku Organisasi
Jakarta: Salemba Empat, 2005. Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik Bandung: Refika
Aditama, 2012. Rosyada, D, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan Jakarta: PT. Kencana,2004.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Robert L. Cardy and Brian Leonard, Perfomance Management, Concepts,
Skill and Exercise New York: Park squere, 2015. Sara Bubb, Peter Early, Leading and Managing Comining Professional
Development London: A Sage Publication Company, 2007. SDM Kunci Kemajuan Bangsa, http://presidenri.go.id/berita-aktual-sdm-
kunci. tt.di akses tanggal 14 Oktober 2018 pukul. 16.30 Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, Al Idârah fi Al-Islam, Terj. Dimyauddin
Djuawaini Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
303
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya manusia Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Stephen P.Robins, Mary Cuolter, Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 1
Jakarta, Erlangga, 2016. Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, Tenth Edition New Jersey:
Prentice Hall, 2003. Sudarwan Danim, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2013. Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta, 2014. Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan Yogyakarta,
Aditya Media bekerja sama dengan FIP, UNY, 2009. Sukanto Reksohaddiprojo, Dasar-Dasar Manajemen Yogyakarta: BPFE,
2010. Supardi, Kinerja Guru, Ed. 1 Cet. 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2013. ________,” Sekolah Efektif Dasardan Praktiknya Konsep Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013. Surya Darma, Manajemen Kinerja, Falsafah dan Penerapannya
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta,
2008. Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Bandung: Alfabeta, 2017. Samsu al-Diin al-Qurtubi, Jami’al al-Bayan li al-Ahkam al-Qur’an Juz 1
Sofware Maktabah As Syamilah: Mauqi’u al-Taafsir, 2007. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta,
2010. Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Syarifuddin, Manajemen Pendidikan Jakarta: Diadit Media, 2011 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet, 9; Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
304
Udin Saefidin Saud, Pengembangan Profei Guru Bandung: Alfabeta, 2013.
Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan
Pendekatan Konfrehensif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.
Uhar Suhar Saputra, Administrasi Pendidikan, Bandung, 2010, Refika
Aditama. Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. User Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2011. Valarie J. Janesick, Tarian Desain Penelitian Kualitatif, Metapora,
Metodolatri dan Makna” Dalam Norman K. Denzin dan Yonna S. Lincoln.
Veithzal Rivai, dkk, Performance Appraisal, Sistem yang Tepat untuk
Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Cet Ke-4 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, cet.
ke-1 Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005. Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Kelima Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2017. William J. Rothwell, Carolyn K. Hohne, and Stephen B. King, Human
performance improvement: building practitioner competence (Oxford: Elsevier, 2007.
305
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul Disertasi: Model Pengelolaan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Muhammadiiyah di Provinsi Sumatera Selatan
A. Pedoman Wawan Cara
1. Kepala Sekolah/ Wakil Kepala Sekolah
a. Bagaimana kepala SMA Muhammadiyah menyusun program
kerja guru?
b. Apa saja acuan/pedoman/landasan kinerja kepala sekolah dalam
menyusun program kegiatan guru di SMA Muhammadiyah?
c. Seberapa penting penyusunan kerja guru bagi sekolah
Muhammadiyah ini?
d. Apakah kepala sekolah menyusun program kegiatan guru
berdasarkan skala prioritas
e. Bagaimana kepala sekolah menyusun program kegiatan kerja
guru secara periodik?
f. Bagaimanakah perencaaan yang diterapkan oleh anda untuk
meningkatkan kinerja guru dalam menciptakan prestasi pesert
anak didik?
g. Apakah program yang dilaksanakan oleh lembaga seirama
dengan perencanaan guru?
h. Apakah kolektivitas kerja dalam menyusun program kerja guru?
i. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru
sesuai kualivikasinya?
j. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru?
k. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
prinsip the right man and right place?
l. Bagaimana pelaksanaan kinerja guru?
m. Bagaimana pemotivasian kinerja guru?
n. Bagaimana pemberdayaan guru dalam bekerja?
o. Bagaimana penegakan disiplin bagi guru bekerja?
p. Bagaimana administrasi guru bekerja?
306
q. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan kepada
guru?
r. Bidang pengawasan apa saja yang dilakukan kepala sekolah
terhadap guru?
s. Bagaimana follow up dari hasil pengawasan terhadap guru?
t. Kapan dan apa saja media pengawasan yang digunakan kepala
sekolah terhadap guru?
u. Bagaimana alokasi biaya bagi guru yang bekerja di SMA
Muhammadiyah?
v. Bagaimana upaya kepala sekolah dalam mengoptimalisasi
kinerja guru di SMA Muhammadiyah?
w. Apakah pernah mengikuti atau mengikuti pelatihan
manajerialdalammemimpin sekolah ini
x. Apa saja harapan (hope) bagi perbaikan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah?
y. Anda sebagai pimpinan, perlukah mendorong dan memotivasi
guru dalam bekerja?
z. Adakah pembinaan yang diterapkan oleh anda sebagai pimpinan
untuk meningkatkan kinerja guru?
aa. Menurut anda perlukah tanggung jawab, minat dan
penghargaan atas tugas serta peluang untuk mengembangkan
guru, memperhatikan dan hubungan interporsonal sesama guru?
bb. Bagaimanakah anda mengembangkan aspek kualitas pribadi
guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi guru?
cc. Bagaimanakah anda mengimplementasikan potensi guru
dalam sebuah prestasi?
dd. Perlukah unsur kepribadian yang meliputi kedisiplinan, etos
kerja, kerja sama, inisiatif, tanggung jawab dan kejujuran menjadi
prinsip utama guru dalam dunia pendidikan?
307
ee. Bagaimanakah penyajian yang guru terapkan dalam materi
pembelajaran dan membimbing peserta didik untuk menjadi anak
yang berprestasi?
ff. Adakah pembinaan yang dilakukan pimpinan untuk mendorong
kinerja guru?
2. Pihak pengelola/perserikatan Sekolah
a. Bagaimana sistem rekrutmen guru pada SMA Muhammadiyah?
b. Apa saja standar/pertimbangan sistem rekrutmen dan
kompentensi yang diangkat menjadi guru di SMA
Muhammadiyah?
c. Bagaimana kualifikasi dan kompetensi diangkat menjadi guru di
SMAMuhammadiyah?
d. Bagaimana ketentuan kerja guru pada SMA Muhammadiyah?
e. Bagaimana sistem penggajian guru pada SMA Muhammadiyah?
f. Bagaimana pembinaan pelaksanaan kinerja guru di SMA
Muhammadiyah?
3. Guru SMA Muhammadiyah 1 Palembang
a. Apa makna manajemen kinerja di SMA Muhammadiyah?
b. Bagaimanakah perencaaan yang diterapkan oleh anda untuk
meningkatkan kinerja dalam menciptakan prestasi pesert a
didik?
c. Apakah perencanaan yang anda rencanakan seirama dengan
perencanaaan yang diprogramkan dalam lembaga?
d. Perlukah anda sebagai penyandang profesi pendidik, adanya
sebuah dorongan dan motivasi internal maupun eksternal dalam
bekerja?
e. Bagaimana sistem penggajian guru pada SMA Muhammadiyah?
f. Apa saja kebijakan kepala sekolah dalam membina kinerja guru?
g. Bagaimana dorongan kepala sekolah bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya pada SMA Muhammadiyah?
308
h. Bagaimana kompetensi multikultural kepala sekolah terhadap
beragam latar belakang pada SMA Muhammadiyah?
i. Bagaimana Kompetensi kerja sama tim kepala sekolah bagi guru
pada SMAMuhammadiyah?
j. Bagaimana dukungan fasilitas bagi guru dalam melaksanakan
tugas sekolah pada SMA Muhammadiyah?
k. Bagaimana ketersediaan teknologi bagi guru pada SMA
Muhammadiyah?
l. Apakah kolektivitas kerja dalam menyusun program kegiatan
guru?
m. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
dengan kualifikasinya?
n. Bangaimana kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru?
o. Bagaimana kepala sekolah kerja guru sesuai dengan the right
man and right place?
p. Bagaimana kepala sekolah menggerakan guru bekerja?
q. Bagaimana kinerja guru dalam bekerja?
r. Bagaimana pemotivasian kerja guru?
s. Bagaimana pemberdayaan guru?
t. Apa saja penegakan disiplin bagi guru?
u. Bagaimana administarasi kerja guru di SMA Muhammadiyah?
v. Bagaimana kepala mengadakan pengawasan terhadap guru?
w. Apakah guru medapatkan pelatihan dalam meningkatkan kerja?
x. Apakah guru mendapatkan dorongan membina profesi guru
melalui pendidikan lanjutan?
y. Apakah guru mendapatkan informasi terkini terkait regulasi dan
dinamika pengaturan sekolah dari Dinas Pendidikan dan
Dikdasmen?
z. Bagaimankah tekhnis atau langkah-langkah yang dilakukan
anda dalam mengimplementasikan manajemen kinerja anda?
309
4. Tenaga Administasi SMA Muhammadiyah 1 Palembang
a. Bagaimana administrasi kerja guru mengajar pada SMA
Muhammadiyah?
b. Bagaimana perangkat pendukung kerja guru pada SMA
Muhammadiyah?
B. Pedoman Observasi
1. Acuan/pedoman/landasan kerja guru dalam menyusun program
kegiatan kerja guru di SMA Muhammadiyah.
2. Kolektivitas kerja dalam menyususun program kegiatan kinerja
guru.
3. Kebijakan kepala sekolah mengorganisasikan kerja guru sesuai
dengan the right man and right place.
4. Aktivitas kepala sekolah dalam menggerakan guru bekerja sesuai.
5. Alat pemotivasian kerja guru.
6. Administrasi kerja guru di SMA Muhammadiyah.
7. Perangkat penegakan disiplin guru bekerja.
8. Aktivitas kepala sekolah melakukan pengawasan kepada guru
9. Media pengawasan yang digunakan kepala sekolah terhadap guru
10. Ketersedian fasilitas kerja guru pada SMA Muhammadiyah.
11. Perangkat pendukung kerja guru di SMA Muhammadiyah.
C. Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah Sekolah Muhammadiyah 1 Palembang
2. Visi dan Misi Sekolah
3. Letak geografis Sekolah Muhammadiyah
4. Struktur Organisasi dan pembagian tugas SMA Muhammadiyah
5. Data guru, Tenaga Administrasi dan siswa
6. Data sarana dan prasarana SMA Muhammadiyah 1 Palembang
7. Dokumen lain yang terkait
310
DAFTAR INFORMAN
No Inisial Nama Keterangan/Mata Pelajaran
1 BK Drs. Bukhori, M.Pd Pengawas Pembina Provinsi Sumatera Selatan
2 HR Dr. Hariyadi, M.Pd Ketua Majelis Dikdasmen Wilayah Muhammadiyah
3 MH Drs. H.M. Haitami, M.Pd.I
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Palembang
4 Ros Drs.H. Rosyadi,M.Pd Kepala Sekolah 5 FT Fatra,S.Si., M.Pd Wakil Kurikulum 6 MH Drs. H.M. Haitami,
M.Pd.I Wakil ISMUBA
7 ED Edy Susanto, M.Pd.I Waka Kesiswaan/Humas 8 AA Ahmad Arif, S.Pd Waka Sapras/Keu 9 IY Ida Yani,S. Ag Bahasa Arab 10 LI Linawati,S.Ag Bahasa Arab 11 MB M. Bustomi,M.Pd.I Pedk. Agama 12 AA Drs. H. Amirudin Aziz,
M.Si KMD
13 MM M.Mawardi,S. H PKN 15 DM Dewi Mulyati, S.Pd Bhs. Indonesia 16 BW Basuki Widodo, S.Pd Matematika Wajib 17 ES Eka Susilawati,S.Pd Sejarah Minat 18 W Waliani, S.Pd Bhs. Inggris 19 PA Pito Agustian, M.Pd Bhs. Inggris 20 YY Yayat Jauhari, S.Pd Biologi 21 GH Dra, Gita Hurustia, MM Kimia 22 KM Drs. H. Kurdi Mukti Kimia 23 SA Selvia Andriani Fisika 24 SD Septian Dini, S.Pd Kimia 25 MF Mustopa Orang tua siswa
311
CURRICULUM VITAE
Rulitawati, S.Ag., M.Pd.I, dilahirkan di Rambai Kaca kab. Lahat, pada tanggal 6 Mei 1972 dari pasangan Matzen dan Hj. Napsinah. Saat ini berdomisili di Palembang dengan alamat, Jl.Rawajaya, No. 480, Rt. 08, Rw. 03, Kec. Kemuning, Kel. Pahlawan Kota Palembang. Dengan email ita.ilet44@gmail,com. Hp. 081273992900. Dengan status berkeluarga dengan suami bernama Hery Fitriadi, dan anak bernama M. Aidil Fitriansyah, S.P (Sarjana Pertanian) dan Habibur Rachman (Mahasiswa).
Putri keenam dari tujuh bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 19 Rambai Kaca tamat tahun 1985,kemudian melanjutkan SMP Negeri 1 Jarai, tamat tahun 1988. Setelah menamatkan SMP meneruskan di SMA Negeri 1 Kota Pagaralam tamat pada tahun 1991. Berbekal ijazah SMA meneruskan ke IAIN Raden Fatah Palembang tamat tahun 1996 di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam, melanjutkan ke Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang tahun 2011, tamat tahun 2013. Saat ini sedang menempuh program Doktor (S3) Manajemen Pendidikan Agama Islam pada PPs UIN STS Jambi tahun 2017. Pada tahun 1998 mengajar di SMK Muhammadiyah 2, tahun 2000 mengajar di MA Al-Fatah Yayasan Pembangunan IAIN Raden Fatah Palembang. Sejak tahun 2011 menjadi dosen tetap di Universitas Muhammadiyah Palembang. Adapun karya ilmiah dan buku yang ditulis sebagai berikut:
1. Management Performance Model of Senior High School Teacher of Muhammadiyah in South Sumatera ( International Journal)
2. Transformational Of Leadership And School Management Behavior In Realizing Leadership School In SMAN 3 Palembang South Sumatera (Internasional Journal)
3. Model development of cooperative learning in inproving the quality of student learning in Islamic Religius education (Nasional Journal)
4. Effek of intraction of personal extraversion and agreeableness on work egagement (Nasional Journal)
5. Implimentasi Total Quality Management dan Manajemen Sekolah (Prosiding)
6. Tanggung Jawab dan Otoritas kepemimpinan dalam Pendidikan Islam (Prosiding)
7. Peran Perguruan Tinggi di era Revolusi 4.0. (Prosinding) 8. Tim Penulis Buku Pendidikan Agama Islam UMP 9. Tim Penulis Buku Fikih Ibadah Universitas Muhammadiyah Palembang. 10. Tim Penulis Buku Fikih Islam Universitas Muhammadiyah Palembang 11. Tim Penulis Buku Sejarah Gerakan Pembahruan Islam UMP 12. Tim Penulis Buku Islam dan Ilmu Ekonomi 13. Tim Penulis Profil Universitas Unggul dan Islami
312