pengetahuan tumbuhan obat - islamic university
TRANSCRIPT
PEN
GETA
HU
AN
TUM
BU
HA
NO
BAT
OLEH
SUK
U B
ALI &
JAW
A D
I DESA
SIMPA
NG
BAYAT SU
MATER
A SELATA
N
PENGETAHUAN TUMBUHAN OBAT
OLEH SUKU BALI & JAWA DI DESA SIMPANG BAYAT SUMATERA SELATAN
SURAIDA, S.Si., M.SiTRY SUSANTI, S.Si., M.Si
MUHAMAD SHOLICHIN, S.PdBOBY SYEFRINANDO, S.Si., M.Si (Editor)
Dr. DARMAPUTRA, M.PKim (Editor)
Buku ini merupakan kajian perihal etnobotani untuk
mengeksplorasi pengetahuan masyarakat tentang
tumbuhan obat oleh etnis Bali dan Jawa di desa Simpang
Bayat, Sumatera Selatan. Kajian ini bertujuan guna
menyingkap jenis tumbuhan obat yang dipakai
masyarakat, cara pemanfaatan, dan nilai urgensi
budayanya.
Pelbagai jenis tumbuhan obat yang dipakai oleh etnis
tersebut, ditemukan sebanyak 29 spesies, yang
digolongkan menjadi 20 famili. Organ tumbuhan yang
kerap dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, rimpang,
dan batang. Khasiatnya meliputi obat mag, batuk, rematik,
diare, u, dan lain-lain. Sumber perolehan spesies
tumbuhan paling banyak dari pekarangan rumah.
Karya ini disusun untuk menggali pengetahuan
masyarakat setempat akan manfaat, potensi, cara
pengolahan, dan jenis tumbuhan obat yang berakar dari
local wisdom yang diwariskan secara turun-temurun
sehingga masyarakat dapat melestarikan pengetahuan
tersebut untuk generasi mendatang.
P E N G E T A H U A N+6281-7410-0434
penerbit_jivaloka
jivalokapublishing
PENERBIT JIVALOKA MAHACIPTAJl. Kadipolo, Sendangtirto, Berbah, Sleman, D.I.Yogyakarta Kodepos 55573
PENGETAHUAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU BALI & JAWA DI DESA SIMPANG BAYAT SUMATERA SELATAN
SURAIDA, S.Si., M.Si
TRY SUSANTI, S.Si., M.Si MUHAMAD SHOLICHIN, S.Pd
BOBY SYEFRINANDO, S.Si., M.Si (Editor) Dr. DARMAPUTRA, M.PKim (Editor)
JIVALOKA
2020
PENGETAHUAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU BALI & JAWA DI DESA SIMPANG BAYAT SUMATERA SELATAN
@ Suraida, dkk, 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved Penulis : Suraida, dkk Cover : Jivaloka Layout : Jivaloka Cetakan, I, 2020 vii + 90 hlm; 15 x 23 cm ISBN: 978-623-92850-9-8
Diterbitkan oleh:
CV. JIVALOKA MAHACIPTA
Kadipolo RT/RW 03/35 Sendangtirto Berbah Sleman D.I Yogyakarta Kodepos 55573 Email: [email protected] Phone: 08174100434 Facebook: @jivalokapublishing Isi bukan tanggung jawab percetakan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha ‘Alim yang kita
tidak mengetahui kecuali apa yang dikerjakan-Nya, atas
Iradah-Nya hingga buku yang berjudul “Pengetahuan
Tumbuhan Obat Oleh Suku Bali & Jawa di Desa
Simpang Bayat Sumatera Selatan” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam atas Nabi
Muhammad SAW pembawa risalah pencerahan bagi
umat manusia.
Buku ini disusun untuk menggali pengetahuan
masyarakat setempat akan manfaat, potensi, cara
pengolahan dan jenis tumbuhan obat yang berakar dari
local wisdom yang diwariskan secara turun-temurun
sehingga masyarakat akan dapat melestarikan
pengetahuan tersebut untuk generasi mendatang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian buku ini banyak melibatkan pihak yang
memberikan motivasi baik moril maupun materiil, untuk
itu penulis dengan kerendahan hati menyampaikan
terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D, Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Fadilah, M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah &
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin.
3. Bapak Alex yang memberi izin kepada penulis
melakukan penelitian di Desa Simpang Bayat,
Provinsi Sumatera Selatan.
4. Bapak Zulkifli, S.Pt sebagai Kepala Bidang Tanaman
Pangan & Holtikultura Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Jambi.
5. Tim peneliti yang dengan kerja kerasnya mulai
mengumpulkan data, mengolah data, hingga
terselesaikannya buku ini.
6. Para narasumber yang berkenan memberikan dan
membantu data-data di lapangan.
Semoga buku ini dapat digunakan sebagai sumber
referensi ilmiah dalam mendokumentasikan
pengetahuan tanaman obat dan pemanfaatannya oleh
Suku Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat, Sumatera
Selatan. Buku ini dapat menjadi sitasi studi etnobotani
di Indonesia sehingga turut melestarikan kearifan
budaya lokal, agar tidak punah ditelan zaman.
Penulis menyadari dalam proses pembuatannya
buku ini begitu banyak kekurangan karena kami sebagai
manusia yang tidak lepas dari segala kekhilafan. Kritik
dan saran sungguh diharapkan demi penyempurnaan
buku ini. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi
para pembaca pecinta ilmu pengetahuan.
Jambi, April 2020
Penulis
ABSTRAKSI
Buku ini merupakan kajian perihal studi
etnobotani untuk mengeksplorasi pengetahuan
masyarakat tentang tumbuhan obat oleh etnis Bali dan
Jawa di desa Simpang Bayat, Sumatera Selatan. Data
dianalisis dengan menghitung persamaan nilai Index of
Cultural Significance (ICS). Kajian ini bertujuan guna
mengetahui jenis tumbuhan obat yang dipakai
masyarakat, cara pemanfaatan tumbuhan obat tersebut
dan nilai urgensi budayanya.
Pengetahuan masyarakat Etnis Bali dan Jawa
perihal tumbuhan obat berasal dari orang tua atau
secara turun-temurun dan pengalaman serta berguru.
Hasil kajian menunjukkan terdapat 18 famili dan 29
spesies tumbuhan yaitu Kunyit (Curcuma longa Linn.),
Lengkuas (Alpinia galanga Linn), Serai (Cymbopogon
citratus Stapf), Pepaya (Carica papaya Linn.), Kencur
(Kaempferia galanga Linn), Jahe Merah (Zingiber
officinale Roscoe), Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Swungle), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Cristm)
Swingle), Tebu Ireng (Saccharum Linn), Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata Pers), Kembang sepatu (Hisbicus
rosa-sinensis Linn), Lidah Buaya (Aloe vera Burm. F),
Sirih (Piper battle Linn.), Jambu Biji (Psidium guajava
Linn.), Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq),
Brotowali (Tinospora cordifolia Hook. F & Thomso),
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Bawang Putih (Allium sativum Linn), Sawo (Manilkara
zapota (Linn) P. Royen), Ciplukan (Physalis angulata
Linn), Daun Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn),
Lempuyang (Zingiber zerumbet (Linn) J. E. Smith), Pinang
(Areca catechu Linn), Bangle (Zingiber cassumunar Roxb),
Pulai (Alstonia scholaris Linn. R. Br), Randu (Ceiba
pentandra (Linn) Gaertn), Alang-alang (Imperata
cylindrical (Linn) Raeusch), Petai Cina (Leucaena
leucocephala De. Wit), Senduduk (Melastoma affine D.
Don), Duku (Lansium parasiticum (Osback) Sahnin &
Banned).
Organ tumbuhan yang paling banyak
dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, rimpang, dan
batang. Cara pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
meliputi proses direbus, diparut, ditumbuk, diremas,
diperas dan dipakai langsung. Khasiat tumbuhan obat
meliputi obat mag, batuk, rematik, diare, flu, dan lain-
lain. Sumber perolehan spesies tumbuhan paling banyak
dari pekarangan rumah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
ABSTRAKSI ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 11
A. Kajian Teoritik .............................................................................................. 11
1. Konsep Umum Etnobotani .................................................................... 11
2. Tumbuhan Obat ..................................................................................... 14
3. Suku Jawa .............................................................................................. 18
4. Suku Bali ................................................................................................ 19
B. Studi Relevan .............................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 25
A. Tempat dan Waktu ...................................................................................... 25
1. Tempat .................................................................................................. 25
2. Waktu .................................................................................................... 26
B. Alat dan Bahan ............................................................................................ 27
1. Alat ........................................................................................................ 27
2. Bahan .................................................................................................... 27
C. Prosedur Kerja.............................................................................................. 27
1. Metode Penelitian ................................................................................ 27
2. Penentuan Responden ........................................................................... 28
D. Analisis Data ................................................................................................. 29
1. Jenis Data ............................................................................................... 29
2. Sumber Data .......................................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 30
1. Pengumpulan Data ................................................................................ 30
a. Observasi ......................................................................................... 30
b. Wawancara ..................................................................................... 30
c. Dokumentasi.................................................................................... 31
d. Koleksi Sampel Tumbuhan ............................................................... 32
e. Identifikasi Tumbuhan .................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 33
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 39
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 39
1. Jenis Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Etnis Bali Dan
Etnis Jawa di Desa Simpang Bayat ......................................................... 39
2. Bagaimana Pemanfaatan Tumbuhan yang Dipakai Sebagai
alternatif Pengobatan Oleh Etnis Bali & Jawa ........................................ 94
3. Nilai Penting Budaya Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .................. 109
B. Pembahasan ................................................................................................ 117
1. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Etnis
Bali & Jawa di Desa Simpang Bayat ........................................................ 117
2. Cara Pemanfaatan Tumbuhan yang Dipakai Pengobatan
Oleh Etnis Bali & Jawa Di Desa Simpang Bayat ...................................... 120
3. Nilai Penting Budaya Tumbuhan yang Dipakai Sebagai Tumbuhan
Obat Oleh Etnis Bali & Jawa di Desa Simpang Bayat .............................. 123
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 127
A. Kesimpulan .................................................................................................. 127
B. Saran ............................................................................................................ 130
BIBLIOGRAFI ....................................................................................................... 131
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 137
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Table state of arts ............................................................................... 21
Tabel 4.1 Tabel Jenis-Jenis Tumbuhan ............................................................... 39
Tabel 4.2 Tabel Cara Pemanfaatan Tumbuhan Oleh Etnis Jawa ......................... 99
Tabel 4.3 Tabel Cara Pemanfaatan Tumbuhan Oleh Etnis Bali ........................... 105
Tabel 4.4 Tabel Nilai Penting Budaya Tumbuhan ............................................... 109
Tabel 4.5 Tabel Nilai kategorisasi Index Cultural Significance (ICS ..................... 114
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Desa Simpang Bayat ............................................................... 25
Gambar 4.1 Kunyit (Curcuma longa Linn.) ......................................................... 45
Gambar 4.2 Lengkuas (Alpinia galanga (Linn.) Willd. ......................................... 46
Gambar 4.3 Serai (Cymbopogon citrates Stapf.) ................................................ 48
Gambar 4.4 Pepaya (Carica papaya Linn.) ......................................................... 50
Gambar 4.5 Pulai (Alstonia scholaris Linn. R. Br.) ............................................... 52
Gambar 4.6 Daun Senduduk (Melastoma affine D. Don.) .................................. 54
Gambar 4.7 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.) ........................................ 56
Gambar 4.8 Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walpers.) .................. 58
Gambar 4.9 Kencur (Kaempferia galanga Linn.) ................................................ 59
Gambar 4.10 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.) ....................... 61
Gambar 4.11 Randu (Ceiba petandra (Linn.) Gaertn.) ........................................ 62
Gambar 4.12 Duku (Lansium parasiticum (Osbeck. Sahnin &Banned) ............... 64
Gambar 4.13 Tebu Ireng (Saccharum officinarum Linn.) .................................... 66
Gambar 4.14 Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)............................................. 67
Gambar 4.15 Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) ........................................ 69
Gambar 4.16 Lidah Buaya (Aloe vera Burm.F.) .................................................. 70
Gambar 4.17 Pinang (Areca catechu Linn.) ........................................................ 72
Gambar 4.18 Kembang Sepatu (Hisbicus rosa-sinensis Linn.) ............................ 73
Gambar 4.19 Alang-alang (Imperata cylindrical (Linn.) Raeusch.) ...................... 75
Gambar 4.20 Sirih (Piper battle Linn.) ................................................................ 77
Gambar 4.21 Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) ............................................... 79
Gambar 4.22 Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq.) .................... 81
Gambar 4.23 Brotowali (Tinospora cordifolia Hook.F. & Thoms.) ...................... 82
Gambar 4.24 Bawang putih (Allium sativum Linn.) ............................................ 84
Gambar 4.25 Petai Cina (Leucaena leucocephala De. Wit.) ............................... 85
Gambar 4.26 Sawo (Manilkara zapota (Linn.) P. Royen.) ................................... 87
Gambar 4.27 Ciplukan (Physalis angulata Linn.) ................................................ 89
Gambar 4.28 Daun Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn.) .............................. 90
Gambar 4.29 Lempuyang (Zingiber zerumbet (Linn.) J.E.Smith.) ........................ 92
Gambar 4.30 Presentase Bagian Tumbuhan Yang Digunakan ............................ 94
Gambar 4.31 Presentase Sumber Perolehan Tumbuhan ................................... 97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan,
mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang
melimpah, dan menduduki posisi kedua terbesar di
dunia setelah Brazil, sebagai negara megabiodiversity
dengan hutan tropisnya (Ningsih, 2016, hlm. 11).
Indonesia mempunyai 20.000 jenis tumbuhan obat,
1.000 jenis tumbuhan yang didokumentasikan dan 300
jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional
(Hariana, 2005, hlm. 1-3).
Keanekaragaman hayati yang dianugerahkan
oleh Allah merupakan amanat kepada umat manusia.
Manusia diperintahkan untuk menjaga dan memelihara
amanat tersebut, yakni dengan memanfaatkan
keanekaragaman tersebut bagi kehidupan (Murtadha,
2007, hlm. 61-69).
Tanda bukti kebesaran Allah dalam kitab suci al-
Qur’an adalah keanekaragaman hayati. Hal ini terdapat
dalam surat As-Syu’ara: ayat 7-8, yakni:
1
لك لءایة وما كان )٨( أولم یروا إلى ٱلأرض كم أنبتنا فیھا من كل زوج كریم ) ٧( إن فى ذ
ؤمنین أكثرھم م
“Tiadakah mereka melihat bumi, betapa banyak Kami
tumbuhkan pasangan pelbagai jenis tumbuhan yang
baik dalamnya? Sungguh, dalam (semua) itu ada tanda
(Kebesaran Tuhan), tapi kebanyakan mereka tiada
percaya”. Makna ayat tersebut bahwa keanekaragaman
yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan sebagai satu di
antara makhluk ciptaan Allah, bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, obat-
obatan, spiritual dan estetika dalam kehidupan sehari-
hari.
Masyarakat Indonesia secara etnografis terdiri
dari berbagai suku dengan kebudayaannya masing-
masing. Keanekaragaman budaya ini berbeda satu sama
lain baik dari segi bahasa serta adat istiadatnya. Etnis
masyarakat punya kearifan lokal (local wisdom) secara
tradisional dalam memanfaatkan tumbuhan obat.
Terlihat dari jenis tumbuhan, organ tumbuhan yang
dimanfaatkan, cara pengobatan, hingga penyakit yang
dapat disembuhkan. Ini merupakan pengetahuan
masyarakat secara turun-temurun. Bagi setiap etnis,
pengetahuan lokal ini adalah hal spesifik, disesuaikan
2
dengan lingkungan tempat tinggal masing-masing
(Muktiningsih, 2001, hlm. 25).
Manusia sudah sejak zaman dahulu kala, dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya selalu mengandalkan
lingkungan sekitarnya. Telah lama masyarakat Indonesia
memanfaatkan tanaman obat sebagai satu di antara
berbagai cara dalam menghadapi masalah kesehatan
(Kumalasari, 2006, hlm. 1).
Berdasarkan pengetahuan masyarakat secara
turun-temurun, pengobatan tradisional merupakan
sistem pengobatan dengan cara non medis pada tradisi
tertentu (Irmawati, 2016, hlm. 16). Kebudayaan suku
bangsa asli Indonesia merupakan sistem pengetahuan
pemanfaatan tumbuhan obat secara turun-temurun.
Perkembangan yang terjadi saat ini, agar tidak
menghilangkan pengetahuan masyarakat perihal
pemanfaatan tumbuhan, maka eksplorasi itu perlu
dilakukan, guna menggali pengetahuan masyarakat,
mengenai pengobatan tradisional secara etnis serta
pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia. Satu di
antaranya adalah etnis Bali dan Jawa di desa Simpang
Bayat, Sumatera Selatan.
3
Desa Simpang Bayat merupakan kawasan
pedesaan yang terletak di provinsi Sumatra Selatan.
Kecamatan Bayung Lencir merupakan kecamatan yang
membatasi wilayah provinsi Sumatera Selatan dan
provinsi Jambi, yaitu di kecamatan Mestong, kabupaten
Muaro Jambi. Luas wilayah desa Simpang Bayat kurang
lebih 22.000 ha dan mayoritas kawasan desa Simpang
Bayat merupakan kawasan yang masih dipenuhi dengan
hutan dan kebun masyarakat. Sehingga mayoritas
masyarakat desa Simpang Bayat berprofesi sebagai
petani dan berkebun.
Di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan
seperti desa Simpang Bayat, di kawasan hutan dan
sekitarnya masih banyak sekali potensi tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Masyarakat
pedesaan yang khususnya bertempat tinggal di dekat
hutan, seringkali memakai tumbuhan yang berkhasiat
obat untuk dipakai obat tradisional. Hal tersebut
dilakukan karena kepercayaan dari masyarakat yang
kental unsur budayanya, diwariskan turun-temurun dari
nenek moyang mereka.
Budaya tradisi masyarakat setempat
mempengaruhi budaya pengobatannya. Persepsi
masyarakat mengenai sakit, sehat, dan keanekaragaman
jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional,
4
terwujud lewat sosialisasi turun-menurun dan
dipercayai. Pengobatan tradisional merupakan upaya
pengobatan di luar ilmu kedokteran, yang berakar pada
tradisi tertentu (Rahayu, 2006, hlm. 245).
Penelitian perihal tumbuhan obat banyak
dilakukan di Indonesia, namun masih banyak pula
tumbuhan obat tradisional yang dikonsumsi berbagai
etnis di Indonesia, belum didokumentasikan terutama
berbagai etnis di wilayah Sumatera. Desa Simpang Bayat
punya beragam suku/etnis antara lain etnis Bali,
Melayu, Banjar, Bali, Bugis, Batak, dan Madura. Budaya
pemanfaatan obat tradisional juga terdapat pada
masyarakat desa Simpang Bayat yang telah dikenal
masyarakat dari dahulu kala tanpa memakai pengobatan
modern. Kondisi ini didukung oleh wilayah desa Simpang
Bayat yang wilayah hutannya cukup luas dengan
berbagai tumbuhan termasuk tumbuhan obat.
Satu di antara etnis di desa Simpang Bayat yang
hingga sekarang menjaga tradisi dari leluhur adalah
etnis Bali dan Jawa. Selain menjaga tradisi, etnis Bali
dan Jawa juga lebih menghargai alam sehingga etnis ini
berpotensi mempunyai pengetahuan yang lebih besar
tentang tumbuhan obat. Hingga saat ini belum ada data
tentang tumbuhan obat tradisional yang berada di desa
Simpang Bayat dan cara pemanfaatannya.
5
Etnis Bali dan Jawa dalam pemanfaatan jenis
tumbuhan yang ada di alam tidak memakai semua jenis
tumbuhan yang ada di alam sebagai obat. Hal ini
dipengaruhi oleh kepercayaan dan pengetahuan turun-
temurun yang seringkali dihubungkan dengan nilai-nilai
religius. Walaupun etnis Bali dan Jawa telah berbaur di
masyarakat umum, etnis ini masih terkenal akan
kepercayaan leluhurnya. Hal ini terlihat dari keberadaan
dalam masyarakatnya dengan adanya dukun penyakit
dalam, dukun magis ataupun dukun beranak.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik
untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan apa saja yang
dipakai oleh etnis Bali dan Jawa yang berkhasiat sebagai
tumbuhan obat. Mengingat ilmu pengobatan tradisional
ini umumnya tidak didokumentasikan seperti ilmu
umumnya, dan hanya sebatas pengetahuan yang
disampaikan sebatas lisan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yakni :
1. Apa saja jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai tumbuhan obat oleh etnis Bali dan Jawa
6
di desa Simpang Bayat, kecamatan Bayung Lencir,
provinsi Sumatera Selatan?
2. Bagaimana pemanfaatan tumbuhan yang dipakai
sebagai alternatif pengobatan oleh masyarakat
etnis Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat,
kecamatan Bayung Lencir, provinsi Sumatera
Selatan?
3. Bagaimana nilai urgensi budaya atau Index of
Cultural Significance (ICS) tumbuhan yang dipakai
sebagai obat tradisional di desa Simpang Bayat,
kecamatan Bayung Lencir, provinsi Sumatera
Selatan?
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka
kajian ini bertujuan :
1. Ingin mengetahui jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh
masyarakat Etnis Bali dan Jawa di desa Simpang
Bayat, kecamatan Bayung Lencir, provinsi
Sumatera Selatan.
2. Ingin mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan
yang dipakai sebagai alternatif pengobatan oleh
7
masyarakat Etnis Bali dan Jawa di desa Simpang
Bayat, kecamatan Bayung Lencir, provinsi
Sumatera Selatan.
3. Ingin mengetahui nilai urgensi budaya atau Index
Cultural Significance (ICS) tumbuhan yang dipakai
sebagai obat tradisional yang berada di desa
Simpang Bayat, kecamatan Bayung Lencir,
provinsi Sumatera Selatan.
D. MANFAAT
Perihal manfaat yang diharapkan secara teoritis
maupun praktis adalah:
1. Sebagai sumber informasi ilmiah perihal
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional yang ada di sekitar kita.
2. Melestarikan warisan budaya mengenai tumbuhan
yang dapat dipakai sebagai obat di desa Simpang
Bayat, kecamatan Bayung Lencir, provinsi
Sumatera Selatan.
3. Memberikan informasi awal bagi penulis lebih
lanjut yang mengkaji secara mendalam perihal
tumbuhan yang dapat dipakai sebagai obat
tradisional.
8
4. Memperkaya pengetahuan tentang tumbuhan obat
tradisional bagi penulis dan masyarakat yang
berminat dalam pemanfaatan tumbuhan obat
sebagai pengobatan tradisional dan menambah
kepustakaan di bidang penelitian.
5. Untuk upaya menjaga pelestarian budaya dari
nenek moyang mengenai tumbuhan obat oleh
generasi muda saat ini agar dapat disampaikan
pada generasi selanjutnya.
9
`
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Konsep Umum Etnobotani
Istilah etnobotani (dari kata “etno” bermakna
budaya dan “botani” yaitu tumbuhan) merupakan
bidang kajian perihal relasi antara tumbuhan dan
manusia. Kajian perihal sistem pengetahuan
masyarakat lokal tentang botani disebut etnobotani.
Ilmu ini terkait perihal pendayagunaan berbagai
tumbuhan oleh masyarakat sekitar guna
meningkatkan taraf kehidupan (Kandowangko, 2011,
hlm. 11).
Maka, etnobotani bermakna kajian perihal
relasi masyarakat lokal dengan tradisinya, terkait
dengan tumbuhan atau tanaman di sekitarnya. Ini
bermakna, wilayah etnobotani bukan sekedar
membahas karakteristik etnisitas, juga bukan hanya
mengkaji biologi taksonomi kelompok tumbuhan,
melainkan juga perilaku etnis tersebut menyangkut
eksistensi kelompok tumbuhan dan kelangsungan
etnisnya (Salam, 2004, hlm. 1).
11
Etnobotani merupakan kajian perihal relasi
antara lokalitas tradisi dengan berbagai tumbuhan di
sekitarnya. Maka, diasumsikan bahwa etnobotani
terkait dengan kajian masyarakat petani, dan
kelompok-kelompok tradisional. Namun, hal itu tak
selamanya benar, sebab cakupannya bukan hanya
dibatasi oleh ekologi, simbolis, dan ritual etnis
(Hakim, 2014, hlm.5).
Kearifan lokal yang dikembangkan oleh
masyarakat tradisional berupa pengetahuan aplikatif
bagi keberlangsungan eksistensi kebudayaan
mereka. Termasuk perihal pola pengetahuan yang
terkait dengan dokumentasi dan relasi antara
kompleksitas etnis dan pemanfaatan tumbuhan,
yang berfokus pada berbagai pola masyarakat dan
yang terkait dengannya. Hal ini termasuk soal
makanan, kosmetik, obat, pewarna, praktik
keagamaan, tekstil, konstruksi, pakaian, ritual, alat,
mata uang, sastra, dan seterusnya (Ketut, 2015, hlm.
267).
Kajian etnobotani terkait pendayagunaan
oleh etnis lokal perihal keragaman spesies
tumbuhan. Etnobotani membahas studi perihal
12
tumbuhan, termasuk proses klasifikasi, memberi
nama, memakai serta pengembangannya (Dyopi,
2011) dalam (Indri, 2016, hlm. 2).
Menurut (Purwanto, 1999) dalam (Indri,
2016, hlm. 4) kajian etnobotani di era kontemporer
adalah sebagai berikut:
a. Etnoekologi: terkait pengelolaan dan
pengetahuan lingkungan alam secara tradisional
dengan cara interaksi dan adaptasi antar
organisme.
b. Pertanian tradisional: terkait pengetahuan
tradisional perihal sistem pertanian dan varietas
tanaman.
c. Etnobotani kognitif: pandangan masyarakat
setempat terkait tumbuhan lewat analisis
simbolik ritual adat, mitos, serta konsekuensi
ekologisnya.
d. Budaya materi: pengetahuan tradisional dan
pemanfaatan tumbuhan dalam teknologi dan
seni.
e. Fitokimia tradisional: pengetahuan tradisional
perihal pemakaian tumbuhan terkait dengan
kandungan bahan kimia.
13
f. Paleoetnobotani: interaksi masa lalu antara
populasi manusia dengan dengan tumbuhan
berdasarkan pada interpretasi peninggalan
arkeologi.
2. Tumbuhan Obat
Tanaman obat tradisional adalah hal penting
dalam pengobatan tradisional. Di 30 tahun terakhir
WHO menyebutkan bahwa pengobatan tradisional
sebagai istilah “traditional medicine”. Para ilmuan
lebih memilih istilah “traditional healing”. Ada pula
yang menyebut “folk medicine”, alternative medicine”,
“etnomedicine” dan “indigeneous medicine”, dalam
kehidupan sehari-hari memakai tanaman obat
sebagai ramuan. Ramuan tersebut dipakai, bukan
saja sebagai pengetahuan, tetapi juga keterampilan
mencampur tanaman obat sebagai bahannya.
Keahlian dukun meramu berbagai bahan alamiah,
yang berasal dari tumbuhan dan tubuh hewan jadi
jamu yang manjur efeknya adalah keahlian khas
(Rasna, 2014, hlm. 91).
Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang
sebagian, seluruh tumbuhan atau sel tumbuhan
14
tersebut dipakai sebagai obat, bahan atau
ramuan obat-obatan. Tumbuhan obat dipakai
untuk penyembuhan suatu penyakit atau
pencegahan penyakit. Pengobatan dilaksanakan
dengan meracik sendiri ataupun dari dukun
kampung (Nur Aeni, 2016, hlm.1-2).
Pengertian obat menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI. No.949/MenKes/Per/VI/2000, adalah
sediaan atau paduan-paduan yang siap dipakai
untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi.
Obat alami asli Indonesia dikategorikan
dalam tiga hal; pertama jamu ramuan tradisional
yang belum diuji klinis. Kedua, obat herbal yaitu
obat berasal dari alam yang sudah melewati tahap uji
praklinis. Ketiga, fitofarmaka adalah obat dari bahan
alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis
(Winarsih, 1992, hlm. 3).
Menurut departemen RI, mendefenisikan
tumbuhan obat Indonesia tercantum dalam SK
15
Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978,
yaitu:
a. Organ tumbuhan yang dipakai sebagai bahan
obat tradisonal atau jamu.
b. Organ tumbuhan yang diekstraksi dipakai untuk
obat.
Bagi Warida (2016, hlm. 2) bahwa terdapat
tiga hal menjadi argumen bahwa tumbuhan tersebut
dikatakan sebagai tumbuhan obat yaitu:
a. Tumbuhan atau organ tumbuhan untuk
memperkuat fungsi organ tumbuh.
b. Tumbuhan atau organ tumbuhan untuk
menghilangkan penyakit.
c. Tumbuhan atau organ tumbuhan untuk menjaga
sistem kekebalan tubuh.
Tumbuhan berfungsi di antaranya sebagai
produsen berbagai obat yang berguna sebagai
penjaga kesehatan. Penemuan tersebut bukan
berdasarkan rasionalitas melainkan instingtif yang
dituturkan secara lisan turun-temurun. Setiap etnis
atau daerah punya keunikan sendiri dalam
pengobatan alami. Hal itu terjadi karena kondisi dari
16
alam, berkaitan dengan tersedianya tumbuh-
tumbuhan obat di daerah masing-masing, adanya
falsafah budaya dan adat istiadat yang berbeda
(Jumiarni, 2017, hlm.46).
Pengobatan tradisional selain dipakai untuk
pertolongan pertama dan tanaman obat tradisonal
mudah didapatkan, selain itu tidak memerlukan
biaya yang besar, berdasarkan pengalaman sehari-
hari dari nenek moyang mereka (Warida, 2016,
hlm.2).
Fungsi tumbuhan obat dalam penyembuhan
adalah pengobatan tertua. Faktanya, berbagai
tumbuhan obat yang dipakai sudah lama dikenal
jauh sebelum perkembangan ilmu pengetahuan. Hal
ini terlihat di 15 desa di kecamatan Kintamani,
kabupaten Bangli, provinsi Bali, adanya 47 spesies
tanaman obat ditemukan dapat mengurangi penyakit
gangguan saluran kencing. Tumbuhan obat dipakai
dengan cara, kulit kayu dan bunga diramu, direbus
daun dan akarnya, dan seluruh bagian tumbuhan
diramu (Jumiarni, 2017, hlm. 46).
17
3. Suku Jawa
Orang Jawa sudah hidup dan berkembang
dari zaman dahulu hingga sekarang, dengan
memakai bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-
harinya, dan sebagian besar menghuni pulau Jawa.
Masyarakat suku Jawa mayoritas penganut agama
Islam. Namun, juga ada yang beragama Hindu,
Budha, Nasrani, Katolik, dan Kristen (Marzuki, hlm.
2-3).
Hasil penelitian Jacob (1978, hlm.106-107)
ditemukan bahwa orang Jawa berciri kefalometrik
dengan kepala berbentuk mesocephal (bulat) bentuk
muka leptoprosope (sempit), tipe meshorini (dahi
lebar dengan bentuk hidung sedang). Masyarakat
Jawa termasuk sub ras sekunder Mongoloid berasal
dari sub ras Deutero Melayu. Adapun ciri-cirinya:
rambut coklat tua sampai hitam, kulit kuning
langsat sampai sawo matang, muka bulat, persegi
dan lebar, batang hidung rendah dan melebar, tebal
bibir sedang, bentuk kepala bundar dengan dahi
curam serta agak melengkung.
18
Orang Jawa dikenal punya tradisi minum
jamu dari ramuan tumbuh-tumbuhan obat untuk
mengatasi berbagai penyakit serta menjaga kondisi
tubuh agar selalu sehat (Limananti, 2003, hlm.11-
20).
4. Suku Bali
Tradisi orang Hindu Bali punya pelbagai
kearifan lokal dengan kontribusi dan potensinya
yang perlu dilestarikan. Kemajuan sains dan
teknologi berkontribusi bagi pengembangan dalam
bidang kesehatan, pangan dan lingkungan.
Kemajuan IPTEK perihal fenomena yang terjadi di
alam ini berkaitan dengan kearifan lokal, dari
pengetahuan informal orang-orang tradisional yang
berasal dari pengalaman hidup sehari-hari. Ini
bermakna, bahwa adanya kearifan lokal berpotensi
berkontribusi dalam penyampaian data awal,
gagasan, serta sumber inspirasi untuk membuka
rahasia alam. Orang tradisional senantiasa
melakukan perkembangan pengetahuan non formal
dan kearifan lokal, yang bersifat praktis bagi
keberlangsungan perkembangan budaya, adat
istiadat dan kehidupan mereka (Surata, 2015, hlm.
266-267).
19
Adanya pengetahuan lokal dengan
memanfaatkan tumbuhan obat terkait aspek
etnobotani, yakni perihal kajian sistem pengetahuan
yang mendokumentasikan dan menerangkan
hubungan antara tumbuhan dan budaya setempat.
Hal ini terfokus pada tumbuhan yang dipakai, cara
pemanfaatannya, dan dipersepsikan pada berbagai
lingkungan masyarakat, seperti obat, makanan,
praktik keagamaan, pewarna, kosmetik, pakaian,
tekstil, konstruksi, sastra, alat, mata uang, ritual
serta kehidupan sosial (Surata, 2015, hlm.267).
Maka pengetahuan dan kearifan lokal dari
pengobatan masyarakat Bali telah tertulis di dalam
Lontar Usada Bali berisi ramuan tradisional
komposisi obat herbal disertai cara pemakaiannya
(Gebby, 2017, hlm. xx).
Umumnya, masyarakat Bali berdomisili di
daerah pedesaan dan percaya adanya keampuhan
pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan
modern. Pelbagai kelompok masyarakat adat di Bali
umumnya memanfaatkan lebih dari 10 spesies
tumbuhan obat yang didapatkan dari pekarangan
rumah (Gebby, 2017, hlm. xx).
20
B. Studi Relevan
Kajian ini dapat disintesiskan dalam Table State
of Arts berikut ini:
Tabel 2.1
Table state of arts
No Nama
Peneliti,Tahun,
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Gebby Agnessya
Esa Oktavia, dkk
(2017), “Studi
Etnobotani
Tanaman Obat di
Sekitar Kawasan
Danau Buyan-
Tamblingan, Bali”
Masyarakat di
sekitar Danau
Buyan-Tamblingan
memanfaatkan
tumbuhan sebagai
tumbuhan obat
sebanyak 69
spesies, yang terdiri
dari 59 ordo dan 36
famili. Floristic region dari semua
jenis tumbuhan
yang
terdokumentasi
masih didominasi
oleh Malesiana
(21,95%),
dilanjutkan dengan
India (18,90%),
Indochina (16,46),
dan Asia Timur
Pemanfaatan
tumbuhan
difungsikan
sebagai obat
guna
mengobati
penyakit di
masyarakat.
Tempat
penelitian
dan cara
pengolaha
nya
21
(9,15). Sementara
jenis tumbuhan
yang berasal dari
Benua Amerika
(Utara, Tengah, dan
Selatan) dan Afrika
sebesar 15,25%
dan 7,32% secara
berturut-turut. Hal
ini mengungkapkan
bahwa penggunaan
tumbuhan
introduksi,
khususnya dari
Benua Amerika,
yang dalam sejarah
dibawa oleh orang
Belanda (VOC)
pertama kali pada
abad 16 (Sujarwo
dan Caneva, 2015)
telah menjadi
bagian penting dari
masyarakat Bali.
2. I Wayan Rasna,
W.S. Binawati
(2014),
“Keterampilan
Mengelolah
Tanaman Obat
Tradisional Untuk
Penyakit Anak
Hasil penelitian di
peroleh bahwa
keterampilan para
remaja di
Kabupaten
Buleleng,
Jembrana, Gianyar,
Badung, Kodya
Pemanfaatan
tumbuhan
difungsikan
sebagai obat
guna
mengobati
penyakit di
masyarakat.
Tempat dan
metode
penelitian.
22
Pada Remaja Bali:
Sebuah Kajian
Ekoliguistik”
Denpasar, dan
Tabanan tergolong
cukup masing-
masing dengan
nilai 57, 5, 65, 65,
57, 5, 55, dan 62,
5. Kabupaten yang
para remajanya
punya nilai baik
adalah Karangasem
75, Klungkung 75
dan Bangli 72,5.
Hal ini memberikan
gambaran bahwa
remaja yang punya
keterampilan baik
dalam mengolah
obat tradisional
ialah Klungkung,
Karangasem, dan
Bangli. Setelah
ditelusuri, itu
disebabkan oleh
keyakinan yang
kuat terhadap obat
tradisional.
Karenanya, yang
bersangkutan
kerap berurusan
23
dengan obat
tradisional.
Sehingga, mereka
terbiasa berurusan
dengan tanaman
obat tradisional
(TOT).
3. Wa Ode Jumiarni,
Oom
Komalasari(2017)
“Eksplorasi Jenis
dan Pemanfaatan
Tumbuhan Obat
Pada Masyarakat
Suku Muna di
Permukiman Kota
Wuna”.
Hasil penelitian
diperoleh bahwa
ada 34 jenis
tanaman obat yang
dimanfaatkan oleh
orang suku Wuna,
kecamatan
Tongkuno,
kabupaten Muna.
Ada 31 jenis yang
teridentifikasi
nama spesiesnya
dan 3 spesies
belum
teridentifikasi.
Pemanfaatan
tumbuhan
difungsikan
sebagai obat
guna
mengobati
penyakit di
masyarakat.
Tempat
penelitian
dan cara
pengolahany
a
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Riset ini dilaksanakan di desa Simpang
Bayat, kecamatan Bayung Lencir, kabupaten Musi
Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan Bagian Utara.
Gambar: Peta Desa Simpang Bayat
(Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin)
25
Menurut data, desa Simpang Bayat
merupakan desa yang berposisi di daerah kecamatan
Bayung Lencir, kabupaten Musi Banyuasin, provinsi
Sumatera Selatan, berada pada posisi jalan lintas
Palembang-Jambi. Desa Simpang Bayat ini berdiri
pada tahun 1979 dengan luas wilayah 22000 ha, dan
punya 3 dusun yakni dusun 1 Simpang Bayat,
dusun 2 Simpang Bayat, dusun 3 Simpang Bayat
(Selaro), terdapat 13 RT dengan jumlah kepala
keluarga 994 dengan jumlah penduduk 3.811 jiwa.
Desa Simpang Bayat wilayahnya terdiri atas
pemukiman, Perseroan Terbatas (PT), lahan, dan
perkebunan. Ladangnya terdiri atas perkebunan
seperti karet dan sawit, dan lahan sawah. Jarak dari
Desa Simpang Bayat ke kecamatan ± 5 Km, dari desa
Simpang Bayat ke kabupaten dapat ditempuh
dengan jarak sejauh ± 152 km, dan dari desa ke
provinsi perlu jarak ± 205 km.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan selama
kurang lebih 1 bulan. Dimulai dari bulan Februari
hingga Maret.
26
B. Alat dan Bahan1. Alat
Alat yang dipakai adalah pena, pensil, buku
tulis, gunting, handphone yang digunakan untuk
memotret objek sekaligus sebagai perekam.
2. BahanBahan yang dipakai adalah kardus, kertas
koran, kertas karton, alkohol 70% dan jenis
tumbuhan yang dipakai sebagai tumbuhan obat.
C. Prosedur Kerja1. Metode Penelitian
Kajian ini memakai metode deskriptif
kualitatif, dengan teknik observasi, wawancara,
dokumentasi, koleksi sampel tumbuhan dan
identifikasi tumbuhan yang berkhasiat sebagai
tumbuhan obat di desa Simpang Bayat.
Tumbuhan dianalisis secara kualitatif yaitu
dengan mengelompokkan jenis tumbuhan,
meliputi nama daerah, nama latin, bagian yang
dipakai, serta manfaat dari tumbuhan tersebut.
Sedangkan analisis data secara kuantitatif yaitu
dengan menghitung nilai ICS, angka hasil
perhitungan ICS menunjukkan tingkat
kepentingan setiap jenis tumbuhan yang berguna
oleh masyarakat (Cavalera, 2016, hlm. 6).
27
2. Penentuan Responden
Teknik pemilihan responden yang dipakai
dalam kajian ini adalah “Purposive sampling dan
Snowball sampling”. Bagi Sugiyono (2013, hlm. 54)
purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari
sumber data dengan melalui pertimbangan tertentu,
persyaratan yang dibuat sebagai kriteria perlu
dipenuhi sebagai sampel. Dasar pertimbangan
ditentukan oleh peneliti, dan sampel yang diambil
secara purposive :
a. Punya pengetahuan cukup perihal
populasinya.
b. Menguasai materi penelitian dengan segala
problemnya.
Teknik snowball sampling termasuk dalam
teknik non-probability (sampel dengan probabilitas
yang tidak sama). Untuk metode pengambilan
sampel semacam ini spesifik dipakai untuk data-data
yang bersifat komunitas dari subjektif
responden/sampel. Maka, objek sampel itu langka
dan bersifat mengelompok pada suatu himpunan.
Maka, snowball sampling mengambil sampel dengan
berantai (multi level) (Sugiyono, 2010, hlm. 124).
28
D. Analisis Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh dari lapangan. Berupa wawancara
dengan masyarakat di desa Simpang Bayat,
dokumentasi, koleksi sampel tumbuhan atau
berbagai keterangan berkaitan dengan tujuan
penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data
penunjang dari data primer, berupa data-data
dari sumber-sumber yang sebelumnya. Data
didapatkan di jurnal, koran, artikel, buku,
internet, dan lain-lain. Data ini bertujuan
untuk melengkapi informasi dan memperkuat
temuan ketika berada di lapangan.
2. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara,
dokumentasi lapangan, koleksi sampel tumbuhan,
buku, juga dari internet berupa jurnal terkait studi
etnobotani, serta artikel.
29
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan proses kompleks,
yang tersusun dari berbagai proses biologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses ingatan
serta pengamatan. Jadi, observasi merupakan
pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap suatu objek, dalam satu periode dengan
mencatat secara sistematis perihal yang diamati
(Noor, 2011, hlm. 78). Observasi dalam kajian ini
untuk mendapatkan gambaran umum tentang
objek penelitian dan langsung dengan
pemanfaatannya.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses
memperoleh data secara langsung dengan
berbagai pertanyaan kepada nara sumber
(Subagyo, 2006, hlm. 39). Wawancara yang
penulis lakukan untuk mendapatkan data
mengenai spesies-spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat desa Simpang
Bayat, kecamatan Bayung Lencir, provinsi
Sumatra Selatan. Wawancara merupakan suatu
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya-jawab, sehingga dapat
30
dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang dilakukan dalam kajian
ini adalah wawancara tidak terstruktur. Peneliti
tidak memakai pedoman wawancara yang
tersusun sistematis, melainkan hanya garis besar
pertanyaan. Namun, apabila jawaban oleh
responden telah jauh menyimpang, maka peneliti
dapat bertanya ulang, sehingga memperoleh
jawaban yang tepat.
Setiap pertanyaan menginventarisasikan
pengetahuan responden tentang tumbuhan yang
dapat dipakai sebagai obat tradisional. Setiap
jawaban dari pertanyaan yang diajukan ditulis
melalui lembar kerja atau direkam melalui
perekam suara pada saat wawancara. Wawancara
dilakukan dengan mendatangi rumah responden.
c. Dokumentasi
Dokumentasi tumbuhan yang dipakai
sebagai obat menggunakan foto, sedangkan
pendokumentasian wawancara memakai perekam
suara (audio handphone) pada saat narasumber
menyampaikan informasi terkait tumbuhan obat
tradisional. Dokumentasi dilakukan dengan
tujuan untuk menunjang dan pengingat agar
tumbuhan yang diteliti tepat dan tidak keliru.
31
d. Koleksi Sampel Tumbuhan
Koleksi sampel tumbuhan dilaksanakan
dengan meminta responden menunjukkan secara
langsung dan mengambil sampel tumbuhan yang
dipakai untuk obat tradisional. Lantas, sampel
dikoleksi, dan diproses untuk herbarium. Untuk
jenis buah, biji dan umbi-umbian tidak
dimungkinkan dengan memakai herbarium maka
sampel yang dipakai yaitu dengan memakai
awetan basah, yakni dengan memasukkan sampel
ke dalam toples kaca yang berisi cairan alkohol
70% dan ukuran toplesnya disesuaikan dengan
besar kecilnya spesimen yang diawetkan.
e. Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan
cara mencocokkan jenis sampel yang dibuat
dalam bentuk herbarium dengan buku panduan
kunci determinasi dan identifikasi tumbuhan,
kemudian menanyakan langsung tumbuhan
tersebut kepada para ahli di bidang botani.
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui jenis
tumbuhan sampai tingkat spesies atau minimal
pada tingkat genus. Identifikasi dilakukan di
Dinas Pertanian Kota Jambi.
32
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyusunan
data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan,
foto, dokumen resmi, dokumen pribadi, dan lain
sebagainya. Data tersebut direduksi lantas diurutkan,
dikoordinasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan
suatu uraian dasar (Moleong, 2013, hlm. 247). Data-
data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam
bentuk tabulasi, dianalisa secara deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif yaitu dengan memakai
persamaan analisis nilai kepentingan budaya Index of
Cultural Significance (ICS) tumbuhan berguna
didasarkan pada formula yang dikembangkan oleh
Turner (1988). Analisis ini bertujuan untuk
mengevaluasi atau mengukur kepentingan suatu jenis
tumbuhan bagi masyarakat lokal. Hasil kuantifikasi
nilai penting budaya (ICS) kemudian dianalisis merujuk
kepada konsep oleh Zuhud (2007) yaitu konsep
stimulus tri amar konservasi, yakni sikap-sikap yang
dijadikan suatu aksi berbuat atau tidak berbuat
merupakan suatu proses stimulus yang dibedakan atas
stimulus alami, manfaat, dan rela (keyakinan/religi)
(Helida, 2016, hlm. 7).
33
Rumus ICS sebagai berikut :
n
ICS = Σ (q x i x e) ni
I=1
Bila kegunaan yang dimiliki suatu spesies
tumbuhan lebih dari sekali maka formula perhitungan
berkembang menjadi :
n ICS = ∑ (q1 x i1x e1)n1 + (q2 x i2x e2)n2 +
….+(qn x inx en)nn
I=1
Keterangan: ICS = Indeks of cultural significane,
adalah persamaan jumlah nilai guna suatu jenis
tumbuhan dari kegunaan I hingga ke n, n menunjukkan
kegunaan terakhir dari suatu jenis tumbuhan,
sedangkan huruf I menunjukan nilai I hingga ke n
secara beruntun. Perhitungan nilai dari suatu jenis
tumbuhan dihitung parameter sebagai berikut: q = nilai
kualitas (quality value) dihitung dengan memakai cara
memberikan skor atau nilai kualitas dari suatu jenis
tumbuhan, i = nilai intensitas (intensity value) yaitu
menggambarkan intensitas pemanfaatan dari jenis
tumbuhan berguna dengan memberikan nilai, e = nilai
eksklusivitas (exclusivity value) (Ruqayah, dkk, 2004,
hlm. 87-88).
34
q = nilai kualitas suatu tumbuhan berdasarkan
kegunaan sebagai tumbuhan obat, yaitu dengan
memberikan skor atau nilai kualitas kegunaan suatu
jenis tumbuhan.
Nilai Keterangan
1 Digunakan sebagai obat magh, flu, patah
tulang, sakit kuning,
Obat mata, cacar, gatal-gatal, diabetes, luka
gores dan kolesterol
2 Digunakan sebagai obat sakit gigi, panas
dalam dan darah tinggi
3 Digunakan sebagai obat malaria dan
rematik
4 Digunakan sebagai obat batuk
5 Digunakan sebagai obat diare dan demam
i = nilai intesitas, yaitu menggambarkan
intensitas kegunaan dari jenis tumbuhan
berguna.
Nilai Keterangan
1 Nilai penggunaannya sedikit
2 Intesitas penggunaanya rendah
3 Intensitas penggunaanya sedang
4 Secara moderat intesitas penggunaanya
tinggi
35
5 Sangat tinggi nilai intesitas penggunaanya
e = nilai ekslusivitas
Nilai Keterangan
0,5 Sumber sekunder atau merupakan bahan
yang sifatnya sekunder
1 Terdapat beberapa jenis yang ada
kemungkinan menjadi pilihan
2 Paling disukai dan merupakan pilihan utama
dan tidak ada duanya
Tabel 3.1 Nilai kategorisasi Index Cultural Significance
(ICS)
No Predikat Skore
1 Sangat Tinggi > 100
2 Tinggi
50 - 99
3 Sedang
20 - 49
4 Rendah
5 - 19
5 Sangat Rendah
1 - 4
6 Tidak Ada
0 Sumber: (Muraqmi, dkk, 2015, hlm. 51).
36
G. TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan adalah peneliti
tinggal di lokasi penelitian hingga maksimal
kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
a. Gangguan dari dampak peneliti pada
konteks.
b. Kekeliruan (biases) peneliti.
c. Mengkompensasikan pengaruh dari berbagai
kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat (Moleong, 2013, hlm. 327).
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari
secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara
dalam kaitan dengan proses analisis konstan atau
tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai
pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan
dan apa yang tidak dapat. Ketekunan pengamatan
bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong,
2013, hlm. 329).
3. Triangulasi.
37
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data (Sugiyono, 2013, hlm. 125).
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan
Oleh Etnis Bali dan Etnis Jawa di Desa
Simpang Bayat
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan
di desa Simpang Bayat kecamatan Bayung Lencir,
provinsi Sumatera Selatan diperoleh 26 jenis
tumbuhan yang dipakai oleh etnis Jawa yang berada
di desa Simpang Bayat sebagai obat herbal tradisional
dan 17 jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai sebagai
obat herbal tradisional oleh etnis Bali di desa
Simpang Bayat. Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut
dapat ditabulasikan pada Tabel 4.1 di bawah ini:
No Famili/
NamaUmum/
Nama
Ilmiah
Pemanfaatan
Suku Jawa
Suku Bali
Organ Khasiat Organ
Khasiat
1. Zingiberaceae/ Rimpang Mag
Rimpang Batuk
Kunyit/
Curcuma longa Linn.
39
2. Zingiberaceae/ Rimpang Kolesterol
Rimpang Diare
Lengkuas/
Alpinia galangal (Linn.) Willd.
3. Poaceae/ Batang Flu
Batang Patah Tulang
Serai/
Cymbopogon citrates Stapf.
4. Caricaceae/ Daun Malaria
Daun Malaria
Pepaya/
Carica papaya Linn.
5. Opocynaceae/ Kulit Malaria
Kulit Malaria
Pulai/
Alstonia scholaris Linn. R.Br.
6. Melastomataceae/ Daun Demam
Daun Darah Tinggi
Senduduk/
Melastoma affine D. Don.
7. Zingiberaceae/ Rimpang Diare
Rimpang Batuk
Kencur
Kaempferia galangal Linn.
8. Zingiberaceae/ Rimpang Demam
Rimpang Demam
40
Jahe Merah/
Zingiber officinale Roscoe
9. Myrtaceae/ Daun Darah Tinggi
Daun Kolesterol
Salam/
Syzygium polyanthum (Wight.)Walpers.
10. Rutaceae/ Buah Batuk
Buah Batuk
Jeruk Nipis/
Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.
11. Malvaceae Daun Demam
Daun Demam
(Bombacaceae)/
Randu/
Ceiba pentandra (Linn.) Geartn.
12. Meliaceae/ - -
Kulit Buah Diare
Duku/
Lnsium parasiticum (Osback.) Sahnin & Swigle.
13. Poaceae/ Batang Demam
Batang 1. Demam
Tebu Ireng/
2. Batuk
Saccharum Linn.
14. Zingiberaceae/ - -
Rimpang Sakit Kuning
41
Bangle/
Zingiber cassumunar Roxb.
15. Cassulaceae/ Daun Demam
Daun Demam
Cocor Bebek/
Kalanchoe pinnata Pers.
16. Xantorrhoeaceae/ Daun Panas dalam
Daun Rematik
Lidah Buaya/
Aloe vera Linn.
17. Arecaceae/ - -
Buah Diare
Pinang/
Areca catechu Linn.
18. Malvaceae/ Daun Demam
- -
Kembang sepatu/
Hisbicus rosa-sinensis Linn.
19. Poaceae/ Akar Panas
- -
Alang-alang/
Imperata cylindrical (Linn.) Raeusch.
20. Piperaceae/ Daun Pembersih mata
- -
Daun Sirih/
Piper battle Linn.
42
21. Myrtaceae/ Daun Diare
- -
Jambu Biji/
Psidium guajava Linn.
22. Lamiaceae/ Daun 1. Diabetes
- -
Kumis kucing/ 2. Batuk
Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq.
23. Manispermaceae/ Batang 1. Demam
- -
Brotowali/ 2. Rematik
Tinospora cordifolia Hook.F. & Thomso.
24. Alliaceae/ Umbi 1. Obat gatal
- -
Bawang Putih/ 2. Sakit gigi
Allium sativum Linn.
25. Fabaceae/ Daun Luka gores
- -
Petai cina/
Leucaena leucocephala De. Wit.
26. Sapotaceae/ Buah Diare
- -
Sawo/
Manilkara zapota (Linn.) P.Royen.
27. Solanaceae/ 1 pohon Cacar
- -
43
Ciplukan/ Ciplukan
Physalis angulata Linn.
28. Euphorbiaceae/ Getah Sakit gigi
- -
Daun Patah tulang/
Euphorbia tirucalli Linn.
29. Zingiberaceae/ Rimpang 1. Demam - -
Lempuyang/ 2. Malaria
Zingiber zerumbet (Lin.) J.E.Smith.
Berdasarkan tabel di atas jenis-jenis tumbuhan
obat yang dipakai sebagai obat tradisional oleh etnis Bali
dan Jawa di desa Simpang Bayat dikelompokkan
menjadi 18 famili, dengan jenis tumbuhan terbanyak
berasal dari famili Zingiberaceae yaitu 5 jenis tumbuhan.
Dari 29 jenis tumbuhan tersebut didapatkan di
sekitar pekarangan rumah dan beberapa jenis tumbuhan
didapatkan masyarakat dari luar halaman desa (kebun).
Berikut gambaran umum dari pelbagai tumbuhan
tersebut:
44
1. Kunyit (Curcuma longa Linn.)
Gambar 4.1. Kunyit (Curcuma longa Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi ilmiah tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa Linn.
45
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan punya batang basah dengan
tinggi hingga 0,75 m. Termasuk tanaman herba
tahunan yang menghasilkan umbi berbentuk
rimpang dengan warna kuning tua atau jingga
terang. Daunnya berbentuk lonjong. Bunga
termasuk tipe majemuk dengan warna merah atau
merah muda. Perbanyakan tanaman ini dengan
anakan (Kurdi, 2010, hlm. 146).
c. Metabolit Sekunder
Kandungan ilmiah yang terkandung dalam
kunyit ialah Tumeron, Zingiberon, Seskuiterpena
alcohol, Kurkumin, Zat pahit, Lemak hars,
Vitamin C (Kurdi, 2010, hlm. 147).
2. Lengkuas (Alpinia galanga (Linn.) Willd.)
Gambar 4.2. Lengkuas (Alpinia galanga (Linn.) Willd) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
46
a. Klasifikasi ilmiah tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (Linn.) Willd.
b. Deskripsi Tumbuhan
Habitus herba, tegak, tinggi 2 m. Rimpang
berserat kasar, beraroma khas, juga akar serabut.
Batang semu terdiri atas beberapa pelepah daun.
Daun berbentuk bulat panjang dengan
pertulangan daun menyirip, yang berbentuk
lanset. Bunga muncul pada bagian ujung (Untoro,
2016, hlm. 59).
c. Metabolit sekunder
Kandungan kimianya berupa metabolit
sekunder seperti flavonoid, alkaloid, steroid,
terpenoid, dan lain-lain. Berdasarkan hasil uji
fitokimia dalam fraksi etil asetat rimpang lengkuas
47
merah (Alpinia purpurata) dilaporkan mengandung
senyawa alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid,
fenolik, dan steroid (Untoro, 2016, hlm. 59).
3. Serai (Cymbopogon citrates Stapf.)
Gambar 4.3. Serai (Cymbopogon citrates Stapf.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub-Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-Kelas : Commelinidae
48
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon citratus Stapf.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk semak tahunan,
batangnya tidak berkayu dan berwarna putih
kotor. Daunnya bertipe tunggal, berbentuk lanset,
punya pelepah dengan pangkalnya memeluk
batang dan berwarna hijau. Perbungaan
berbentuk malai dengan karangan bunga
berseludang, warna bunga kuning keputihan.
Buahnya berbentuk bulat panjang dan pipih yang
berwarna putih kekuningan (Kurdi, 2010, hlm.
293).
c. Metabolit sekunder
Minyak atsiri (geraniol, sistronelal, dan
eugenolmetileter) (Kurdi, 2010, hlm. 294).
49
4. Pepaya (Carica papaya Linn.)
Gambar 4.4. Pepaya (Carica papaya Linn.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk semak yang
berbentuk pohon, batangnya lurus bulat silindris,
kadang-kadang punya percabangan, bagian dalam
batang berongga seperti spons dengan tinggi
50
antara 2,5-10 m. Daunnya bertangkai panjang
seperti pita dan helaiannya berbentuk jari,
daunnya berjejal pada ujung batang dan ujung
cabangnya. Bunga hampir selalu berkelamin satu
dan berumah dua. Bunga jantannya terletak pada
tandan dan bertangkai panjang, kelopaknya
sangat kecil, mahkota bunga berbentuk terompet.
Bunga betina umumnya berdiri daun mahkotanya
lepas atau hampir lepas dan berwarna putih
kekuning-kuningan. Buahnya berwarna hijau dan
kuning kemerahan apabila sudah masak. Bijinya
banyak yang dibungkus dengan selaput berisi
cairan. Habitatnya bisa ditanam mulai dari
dataran rendah hingga ketinggian 100 mdpl.
Tumbuhan ini ditanam di halaman rumah, di
kebun, dan di perkebunan (Kurdi, 2010, hlm. 267-
268).
c. Metabolit sekunder
Punya kandungan senyawa saponin,
alkaloid papaina, pseudokarpaina, karpaina,
glikosidakarposid, karisina, fitoklimasa,
papayatimina, pectin, karatinoid, asam
galakturonat, dan galaktosa. (Kurdi, 2010, hlm.
268).
51
5. Pulai (Alstonia scholaris Linn. R. Br.)
Gambar 4.5. Pulai (Carica papaya Linn. R. Br.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris Linn. R. Br.
52
b. Deskripsi Tumbuhan
Pulai (Alstonia scholaris) yang adalah suku
kamboja-kambojaan, tersebar hampir di seluruh
Nusantara. Di Pulau Jawa, pulai terdapat di hutan
jati, hutan campuran serta hutan kecil yang ada
di pedesaan. Tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 900 mdpl. Ditanam di pekarangan
rumah atau sebagai pohon hias. Pohon ini
tingginya berkisar antara 20-25 m. Batangnya
lurus dengan diameter hingga 60 cm, berkayu,
dan percabangannya tipe menggarpu. Pohonnya
berkulit batang yang rapuh, dengan rasa yang
sangat pahit, dan mengeluarkan getah putih.
Daunnya termasuk tunggal tersusun melingkar 4-
9 helai, tangkainya panjang 7,5 - 15 mm, bentuk
lonjong hingga lanset atau lonjong hingga bulat
telur sungsang, permukaan atasnya licin,
permukaan bawahnya buram, tepinya rata, tulang
daun menyirip, dengan panjang 10-23 cm,
lebarnya 3-7,5 cm, berwarna hijau. Perbungaan
termasuk majemuk, tersusun dalam malai,
bergagang panjang, yang keluar dari ujung
tangkai. Bunganya wangi berwarna hijau terang
sampai putih kekuningan, berambut halus rapat.
Buahnya berupa buah bumbung, berbentuk pita
dengan panjang 20-50 cm, menggantung. Bijinya
53
kecil dengan panjang 1,5-2 cm, dan berambut
pada bagian tepinya dan jambul pada ujungnya.
Perbanyakannya dengan biji atau setek batang
dan cabang (Indartik, 2009, hlm. 163).
c. Metabolit sekunder
Kulit kayu tumbuhan ini rasanya pahit dan
tidak berbau serta mengandung kimia ekitamin
(ditamin), alkaloida ditain, alstonin, ekitenin,
ekitamidin, ekitin, ekiserin, triterpen, porfirin, dan
triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daunnya
mengandung pikrinin, sedangkan bunga pulai
berasam ursolat dan lupeol (Indartik, 2009, hlm.
165).
6. Senduduk (Melastoma affine D. Don.)
Gambar 4.6. Daun Senduduk (Melastoma affine D. Don.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
54
a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomataceae
Genus : Melastoma
Species : Melastoma affine D. Don.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman sikaduduak atau senduduk
(Melastoma malabathricum L) adalah kelas
tanaman perdu. Tumbuh di daerah terbuka,
pinggiran sungai, daerah pegunungan, tanah
lapang, tempat pembuangan sampah, hutan
primer dan sekunder, di tepi jalan, di padang
rumput, dan tersebar di seluruh daerah Asia
Tenggara, juga di bawah perkebunan kelapa sawit.
Semua bagian dari tanaman yaitu akar, daun, dan
batang. Secara tradisional kerap dipakai sebagai
obat di Indonesia, Malaysia dan India, namun
tidak didukung oleh data klinis (Diza, dkk. 2019,
hlm. 60).
55
c. Metabolit sekunder
Daun senduduk mengandung senyawa
flavonoid (Diza, dkk. 2019, hlm. 60).
7. Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)
Gambar 4.7. Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Roscoe.
56
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan berbatang semu dengan tinggi
mencapai 1 m. Akarnya berbentuk rimpang
dengan akar berwarna kuning hingga kemerahan
dan bau menyengat. Daun menyirip dengan
panjang 15–23 mm dengan lebar 8-15 mm.
Tangkai daun berbulu halus. Bunga muncul dari
dalam tanah berbentuk bulat telur dengan
panjang 3,5–5 cm. Bibir bunga dan kepala putik
berwarna ungu (Hidayat & Napitipulu, 2015, hlm.
147).
c. Metabolit sekunder
Tumbuhan ini bagian yang namanya
rimpang dan mengandung minyak asiri.
Kandungannya terdiri dari limonene, α-pinen, β-
fellandren, camfen, borneol, sineol, nonilaldehid,
desilaldehid, metilheptepthenon, farnesen,
bisabolen, 1- β – kurkumen, humulen, dan
zingiberen (Hidayat & Napitipulu, 2015, hlm. 147).
57
8. Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walpers.)
Gambar 4.8. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walpers.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium polyanthum (Wight.) Walpers.
58
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini terdapat pada tanah yang
berjenis latosol kehitaman, dengan ketinggian 0–1500
m di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-
4.000 mm/tahun. Tanaman ini belum dibudidayakan,
sehingga sebagian besar tumbuh begitu saja tanpa
pemeliharaan. Pembudidayaan tanaman ini dapat
dilakukan secara generatif dengan biji dan vegetatif
melalui stek atau cangkok (Harismah & Chusniatun,
2016, hlm. 115). c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini mengandung zat kimia minyak
atsiri 0,2% (sitral, eugenol), tannin, flavonoid (katekin
dan rutin), dan metil kavicol (methyl chavicol) yang
dikenal sebagai estragole atau p-allylanisole. Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan (Harismah dan
Chusniatun, 2016, hlm. 112).
9. Kencur (Kaempferia galangal Linn)
Gambar 4.9. Kencur (Kaempferia galangal Linn) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
59
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super divisi : Embryophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia L
Spesies : Kaempferia galanga Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Kencur punya batang berbentuk basal
berukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuhnya di
dalam rumpun. Lantas, kencur berdaun hijau
berbentuk tunggal yang pinggir daunnya berwarna
merah kecoklatan. Kencur punya bunga yang tunggal
berbentuk seperti terompet panjang bunganya 3-5 cm
(Soleh, dkk, 2019, hlm. 258).
c. Metabolit sekunder
Kencur ada beberapa senyawa; minyak atsiri,
saponin, flavonoid, polifenol, dan hal ini banyak
manfaat (Soleh, dkk, 2019, hlm. 258).
60
10. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.)
Gambar 4.10. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk perdu yang punya
percabangan banyak, punya tinggi 6 m, daunnya
bulat-telur, bunganya berbentuk bintang dan
61
berwarna putih. Buahnya bulat rata, berkulit
tipis, dan berwarna hijau kekuning-kuningan
kalau sudah tua. Habitatnya banyak di tanam,
pekarangan rumah atau kebun (Kurdi, 2010, hlm.
133).
c. Metabolit sekunder
Tumbuhan ini banyak mengandung minyak
atsiri, asam sitral, linna, lisasetat, d-limonen,
Linaliol, Dihidrokumarinsalkohol, terpinol, pinen,
dan kamfem (Kurdi, 2010, hlm. 134).
11. Randu (Ceiba pentandra (Linn.) Geartn.)
Gambar 4.11. Randu (Ceiba pentandra (Linn.) Geartn.))
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
62
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra (Linn.) Gaertn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini hidup di daerah dengan
ketinggian mencapai 8-30 m, batang pohon
utamanya cukup besar hingga mencapai diameter
3 m. Terdapat duri-duri tempel besar yang
berbentuk kerucut di batangnya. Pohon kapuk ini
tumbuh seadanya di sekitar pekarangan rumah
sehingga budi daya kapuk secara teratur dan baik
pun sulit ditemukan. Pada saat Indonesia menjadi
penghasil kapuk terbesar, pohon ini banyak
ditemukan di berbagai tempat seperti di pinggir
jalan menuju pedesaan (Pratiwi, 2014, hlm. 54-
55).
63
c. Metabolit Sekunder
Tumbuhan ini bersenyawa metabolit
sekunder pada bagian daun, biji, batang, dan
akar. Metabolit sekunder ini bersifat antioksidan,
antibakteri, antifungi, dan anti inflamasi (Pratiwi,
2014, hlm. 59).
12. Duku (Lansum parasiticum (Osback.) Shnin &
Banned.)
Gambar 4.12. Duku (Lansum parasiticum (Osback.) Shnin & Banned)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
64
Divisi : Magnoliopshyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Lansum
Spesies : Lansum parasiticum (Osbeck.) Sahnin & Banned.)
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman duku (Lansium parasiticum)
adalah tanaman khas wilayah tropis di Asia
tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan
Indonesia. Buahnya berbentuk bulat dengan kulit
buahnya agak tebal (± 6 mm) dan tidak bergetah
bila masak, buahnya berdaging tebal dengan biji
kecil terletak di bagian dalam daging buah. Di
samping itu, buahnya berbau harum serta
memiliki rasa manis hingga masam (Naufal, dkk.
2017, hlm. 168).
c. Metabolit sekunder
Ekstrak kulitnya mengandung beberapa
senyawa bioaktif yaitu alkaloid, flavonoid,
triterpenoid, dan saponin (Naufal, dkk. 2017, hlm.
169).
65
13. Tebu Ireng (Saccharum officinarum Linn.)
Gambar 4.13. Tebu Ireng (Saccharum officinarum Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae atau Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum Linn.
66
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini tumbuh di Indonesia. Menurut
data yang diperoleh, perkebunan tebu di Indonesia
sekitar 321 hektar, 64,74% di antaranya terdapat
di pulau Jawa. Luas areal tebu di Indonesia pada
sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan
0,71% pertahun (Fama, 2017, hlm.147).
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini airnya punya komponen
antioksidan untuk menangkal penyakit
hiperlipidemia (Fama, 2017, hlm. 147).
14. Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)
Gambar 4.14. Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
67
Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber cassumunar Roxb.
a. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini berbatang semu, seperti jahe,
tingginya mencapai 1,5 meter dan merupakan
tumbuhan berumpun. Rimpangnya berasa pedas,
pahit dan baunya tidak enak, dan berwarna
kuning. Habitatnya tumbuh dengan ketinggian
1300 mdpl, dan banyak ditanam di halaman
rumah (Kurdi, 2010, hlm. 63).
b. Metabolit Sekunder
Tanaman ini punya kandungan Mineral,
Asam organik, Lemak, Gom albuminoit, Minyak
atsiri (sineol, pinen, sesquiterpen), Gula, Damar
(pahit) (Kurdi, 2010, hlm. 64).
68
15. Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.)
Gambar 4.15. Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata Pers.
69
b. Deskripsi Tumbuhan
Kalanchoe pinnata (Crassulaceae), adalah
tanaman “cocor bebek”. Di Indonesia termasuk
tanaman herba yang tumbuh sepanjang tahun
dan punya daun berair. Tanaman ini dikenal di
masyarakat Indonesia untuk menyembuhkan
berbagai penyakit di antaranya batuk, demam,
dan berbagai penyakit kulit (Mayanti, dkk. 2011.
hlm, 380).
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini punya kandungan kimia sterol
dan bufadienolida (Mayanti, dkk. 2011, hlm. 380).
16. Lidah Buaya (Aloe vera Burm. F)
Gambar 4.16. Lidah Buaya (Aloe vera Burm. F)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
70
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae.
Sub Kingdom : Tracheobionta.
Super Divisi : Spermatophyta.
Divisi : Magnoliopsida.
Kelas : Liliopsida.
Ordo : Asparagales.
Genus : Aloe.
Spesies : Aloe vera Burm. F.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini hidup liar di tempat yang
berhawa panas atau di dalam pot di pekarangan
rumah sebagai tanaman hias. Daunnya agak
runcing berbentuk taji, getas, tebal, dan tepinya
bergerigi atau berduri kecil, permukaannya
berbintik-bintik dengan panjang 15-36 cm,
bunganya berwarna kuning kemerahan (jingga).
Akarnya berupa akar serabut yang pendek dan
berada di permukaan tanah. Panjang akarnya
berkisar antara 50-100 cm (Kurdi, 2010, hlm. 211-
213).
c. Metabolit Sekunder
Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin,
aloenin, aloesin, bebabarboloin, dammar (Kurdi,
2010, hlm. 213).
71
17. Pinang (Areca catechu Linn.)
Gambar 4.17. Pinang (Areca catechu Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes/Palmales/Arecales
Family : Palmae/Arecaceae
Sub Family : Arecoideae
Genus : Areca
Species : Areca catechu Linn.
72
b. Deskripsi Tumbuhan
Pinang (Areca catechu L.) merupakan famili
Palmaceae yang bermanfaat sebagai bahan
penyegar sampai bahan baku industri farmasi.
Pinang terdapat di semua wilayah Indonesia,
namun penyebarannya terbesar dan sekaligus
sebagai daerah pengekspor biji pinang terdapat di
pulau Sumatera, yaitu propinsi Aceh dan Jambi
(Baiti, dkk. 2018, hlm. 12).
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini bersenyawa yang punya
khasiat anti bakteria adalah flavonoid, alkaloid,
dan tanin (Baiti, dkk. 2018, hlm. 13).
18. Kembang Sepatu (Hisbicus rosa-sinensis Linn.)
Gambar 4.18. Kembang Sepatu (Hisbicus rosa-sinensis Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
73
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Divisi : Magnoliophyta
Famili : Malvaceae
Ordo : Malvales
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk perdu dengan
tinggi 1-4 meter dan percabangannya banyak.
Daunnya tunggal, bertangkai dengan panjang 1-
3.7 cm, yang letaknya berseling. Daunnya
berbentuk bulat telur, oval dengan ujungnya
meruncing, pangkalnya runcing, tepinya bergerigi
kasar, tulang daunnya menjari dengan panjang
3.5-9.5 cm, lebar 2-6 cm dan warnanya hijau.
Daun penumpunya berbentuk garis. Bunganya
tunggal keluar dari ketiak daun, tegak atau sedikit
menggantung, dengan tangkai bunganya beruas,
ada yang berwarna merah, dadu, oranye, kuning,
putih dan sebagainya dengan mahkota bunganya
tunggal atau bertumpukan (Kinho, dkk. 2011,
hlm. 25).
74
c. Metabolit Sekunder
Tumbuhan ini berbahan kimia di antaranya
cyanidingdiglucosid, lendir, hibisetin, dan zat
pahit. Punya efek farmakologis di antaranya
antiviral, antiradang (anti-inflamasi), antidiuretik,
meluruhkan dahak, dan menormalkan siklus haid
(Kinho, dkk. 2011, hlm. 25).
19. Alang-alang (Imperata cylindrical (Linn.) Raeusch.)
Gambar 4.19. Alang-alang (Imperata cylindrical (Linn.) Raeusch.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
75
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Impreta cylindrica (Linn.) Raeusch.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk dalam herba,
rumput, yang merayap dengan tinggi 30-180 cm.
Batangnya rimpang dan merayap di bawah tanah,
batangnya tegak membentuk satu perbungaan,
padat, pada bukunya berambut jarang. Daunnya
termasuk tunggal, dengan pangkal saling
menutup, helaiannya berbentuk pita dengan
ujung runcing tajam, tegak, kasar, dan berambut
jarang, ukurannya 12-80 cm x 35-18cm.
Bunganya bersusun bulir majemuk, agak
menguncup, panjangnya 6-28 cm, setiap
cabangnya memiliki 2 bulir, cabang 2,5-5 cm,
tangkai bunganya 1-3 mm, gluma 1, ujungnya
bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam), bulat telur
melebar, silia pendek 1,5 2,5 mm. Lemma 2
(sekam), memanjang, runcing 0,5-2,5 mm. Palea
(sekam), 0,75-2mm. Benang sarinya terdiri dari
kepala sari 2,5-3,5 mm, berwarna putih
kekuningan atau ungu. Putiknya terdiri dari
kepala putik berbentuk bulu ayam. Buahnya
bertipe padi. Bijinya berbentuk jorong dengan
panjangnya 1 mm lebih (Kurdi, 2010, hlm. 18-19).
76
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini punya rasa manis dan sifatnya
sejuk, diuretik (peluruh kemih), anti piretik
(penurunan panas), hemostatik (menghentikan
perdarahan), masuk median paru-paru, lambung,
dan usus kecil (Kurdi, 2010, hlm. 20).
20. Daun Sirih (Piper battle Linn.)
Gambar 4.20. Daun Sirih (Piper battle Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Superkingdom : Trachebionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliopsida
77
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini jenisnya merambat hingga
mencapai 15 m. Batangnya berwarna cokelat
kehijauan, bentuknya bulat, beruas dan
merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya
termasuk tunggal yang bentuknya jantung,
ujungnya runcing, dan tumbuh berseling-seling,
bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap
bila diremas. Panjang 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm.
Bunganya termasuk majemuk berbentuk bulir dan
terdapat daun pelindung ±1 mm berbentuk bulat
panjang, pada bulir jantan, panjangnya sekitar 1,5
– 3 cm dan terdapat 2 benang sari yang pendek,
sedangkan pada bulir betina panjangnya 1,5–6 cm
terdapat kepala putik 3 – 5 buah berwarna putih
dan hijau kekuningan. Buahnya buni, bentuknya
bulat dan berwarna hijau keabu-abuan (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hlm. 364).
78
c. Kandungan Ilmiah Tumbuhan
Bagian yang dimanfaatkan adalah daun.
Daunnya terkandung minyak terbang
(bethlephenol), seskeuiterpen, gula, pati, zat
samak, diatase, dan kavikol (Hidayat & Napitipulu,
2015, hlm. 364).
21. Jambu Biji (Psidium guajava Linn.)
Gambar 4.21. Jambu Biji (Psidium guajava Linn.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
79
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini termasuk perdu, tinggi 5-10
meter. Berbatang kayu, bulat, kulit kayu licin,
mengelupas, bercabang, warna cokelat kehijauan.
Daunnya tunggal, bulat telur, ujung tumpul,
pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm,
lebar 3-6 cm, pertulangannya menyirip, berwarna
hijau kekuningan. Bunganya tunggal terletak di
ketiak daun, mahkotanya bulat telur, panjang 1,5
cm, berwarna putih kekuningan. Buahnya buni,
bulat telur, berwarna putih kekuningan (Kurdi,
2010, hlm. 144-145).
c. Metabolit Sekunder
Tumbuhan ini mengandung minyak atsiri,
zat samak, Tri terpinoid; Leukosianidin, Kuersetin,
Asam arjunalot, Resin, dan minyak lemak (Kurdi,
2010, hlm. 145).
80
22. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq.)
Gambar 4.22. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus(Blume.) Miq.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphoon aristatus (Blume.) Miq.
81
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini berbatang basah, tinggi 1,5
m. Berdaun bulat telur, bunga berwarna putih
mirip kumis kucing. Batangnya berbentuk empat
persegi dan mudah dipatahkan. Habitatnya
tumbuh liar di ladang, di tepi sungai dan di tanah
yang lembab hingga ketinggian 700 mdpl, ada juga
yang ditanam sebagai tanaman hias (Kurdi, 2010,
hlm. 149-150).
c. Metabolit Sekunder
Tumbuhan ini mengandung zat lemak,
genkosid orthosifonin, minyak atsiri, minyak
lemak, garam kalium, saponin, sapofonin (Kurdi,
2010, hlm. 149-150).
23. Brotowali (Tinospora cordifolia Hook.F. & Thomso.)
Gambar 4.23. Brotowali (Tinospora cordifolia Hook. F. & Thomso.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
82
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora cordifolia Hook. F. & Thomso.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk perdu memanjat,
berbatang sebesar jari manis, dengan banyak
mata dan kutil, tidak beraturan, pahit, tidak keras
dan berair. Daunya berbentuk jantung atau panah
dengan tangkai panjang dan besar. Bunganya
berwarna hijau muda, tiga seuntai dalam lembaga
dan tidak sempurna. Buahnya terdapat dalam
tandan berwarna merah muda. Habitatnya
tumbuh liar di hutan dan di ladang (Kurdi, 2010,
hlm. 34).
c. Metabolit Sekunder
Pikon kimia, retine, Alkaloida, Berberin, dan
Columbine (Kurdi, 2010, hlm. 35).
83
24. Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
Gambar 4.24. Bawang Putih (Allium sativum Linn.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Bawang putih selain sebagai bahan bumbu
dapur juga bahan untuk pengobatan tradisional.
Merupakan tumbuhan herbal annual, tumbuhnya
tegak, tinggi 30-60 cm, batangnya kecil 0,5-1 cm, daun
84
membentuk batang semu. Bunganya muncul di setiap
umbi. Umbi lapisnya berupa umbi majemuk yang
bentuknya hampir bundar, garis tengahnya 4-6 cm
terdiri atas 8-20 siung seluruhnya diliputi 3-5 selaput
tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siungnya
diselubungi oleh dua selaput serupa kertas, selaput
luar warna agak putih dan agak longgar, selaput
dalamnya berwarna merah muda dan melekat pada
bagian yang padat (Hidayat & Napitipulu, 2015, hlm.
51).
c. Metabolit Sekunder
Kandungan ilmia yang terdapat pada bawang
putih ialah terdiri atas alliin sulfur (Hidayat &
Napitipulu, 2015, hlm. 51).
25. Petai Cina (Leucaena leucocephala De. Wit.)
Gambar 4.25. Petai Cina (Leucaena leucocephala De. Wit.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
85
a. Klasifikasi TumbuhanKingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Mimosales
Famili : Mimosaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena leucocephala De. Wit.
b. Deskripsi TumbuhanTumbuhan ini berbatang keras dan
berukuran tidak besar. Daunnya termasuk majemuk dan terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunga berjambul berwarna putih dan disebut cangkaruk. Akar pada tumbuhan petai cina bersistem akar tunggang (radix primaria). Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa), namun berukuran jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk dalam buah polong–polongan, berisi biji–biji kecil berjumlah cukup banyak. Biji bentuknya lonjong dan pipih, jika sudah tua biji tersebut berwarna coklat. Tumbuhan ini cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis yang hangat dengan suhu harian (20 – 300˚c) (Marissa dan Rasmi, 2016, hlm. 87-88).
86
c. Metabolit Sekunder
Kandungan yang terdapat pada daun petai
cina (Leucaena leucocephala) adalah flavonoid,
saponin, tanin, vitamin A dan vitamin B1. Biji
mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan
protein (Marissa dan Rasmi, 2016, hlm. 88).
26. Sawo (Manilkara zapota (Linn.) P. Royen)
Gambar 4.26. Sawo (Manilkara zapota (Linn.) P. Royen)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
87
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Dilleniidae
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Spesies : Manilkara zapota (Linn.) P. Royen.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini merupakan tumbuhan tropis
yang luas penyebarannya. Sawo manila dikenal
luas oleh masyarakat karena buahnya manis.
Sedangkan, buah sawo yang masih muda dapat
dipakai untuk mengatasi penyakit saluran cerna
(Melzi dan Rina, 2017, hlm. 15).
c. Metabolit sekunder
Tumbuhan ini mengandung senyawa
metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin,
saponin, dan fenolik, senyawanya tersebut dapat
diprediksi beraktivitas biologis sebagai antibakteri
(Melzi dan Rina, 2017, hlm. 17).
88
27. Ciplukan (Physalis angulata Linn.)
Gambar 4.27. Ciplukan (Physalis angulata Linn.) (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Devisi : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sun kelas : Aseteridea
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalis
Spesies : Physalis angulata Linn.
89
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan
semusim, berlokasi di tempat kosong, tidak terlalu
becek seperti pinggir kebun, pinggiran selokan,
dan lereng tebing sungai. Tumbuh pada
ketinggian 0 – 1800 mdpl (Kurdi, 2010, hlm. 68).
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini punya kandungan kimia
seperti Asam sitrun, Chlorogenik acid, C27H44O-
H2O, dan fisalin, Buahnya mengandung asam
malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan
gula. Sedangkan bijinya mengandung Claidic acid
(Kurdi, 2010, hlm. 69).
28. Daun Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn.)
Gambar 4.28. Daun Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
90
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia tirucali Linn.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan ini berasal dari Afrika Tropis.
Tingginya 2-6 m dengan pangkal berkayu,
bercabang banyak dan bergetah seperti susu
beracun. Beranting bulat silindris berbentuk
pensil, beralur halus, membujur dan berwana
hijau. Setelah tumbuh sekitar satu jengkal,
rantingnya bercabang dua sehingga tampak
percabangan yang terpatah-patah. Daun jarang,
terdapat pada ujung ranting yang muda, kecil-
kecil, dan lanset, panjang 7-25 cm. Bunganya
termasuk majemuk, susunannya seperti
mangkuk, berwarna kuning kehijauan, keluar dari
ujung ranting. Jika masak buahnya akan pecah
dan akan melemparkan biji-bijinya (Kinho, dkk,
hlm. 39).
91
c. Metabolit Sekunder
Tanaman ini bergetah yang sifatnya asam
(acrid latex) dan mengandung senyawa
euphorbone, taraksasterol, α-laktucerol, euphol,
senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam
ataupun kerusakan pada selaput lendir,
kautschuk (zat karet) dan zat pahit. Herba patah
tulang mengandung sapogenin, glikosid, dan asam
ellaf (Kinho, dkk, hlm. 39-40).
29. Lempuyang (Zingiber zerumbet (Linn.) J.E. Smith)
Gambar 4.29. Lempuyang (Zingiber zerumbet (Linn.) J.E. Smith.)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
92
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Mangnoliopsida
Super Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Mill
Spesies : Zingiber zerumbet (Linn.) J.E.
Smith.
b. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini termasuk herba berbatang
semu. Daunnya berbentuk lonjong. Berbunga
keluar dari batang dan di bawah tanahnya
berbentuk bonggol, waktu muda kuncup berwarna
hijau, setelah tua berwarna merah, mahkota
bunganya berwarna putih merah muda.
Rimpangnya agak kecil, lebih berserat rasa pedas
berbau khas. Habitatnya tumbuh liar pada daerah
yang dinaungi oleh pohon-pohon besar pada
ketinggian 1-1200 m dpl (Kurdi, 2010, hlm. 222-
223).
93
c. Metabolit sekunder
Minyak atsiri (Zerumbon, Limonen) (Kurdi,
2010, hlm. 223).
2. Bagaimana Pemanfaatan Tumbuhan yang
Dipakai Sebagai Alternatif Pengobatan Oleh
Etnis Bali & Jawa
Dari hasil kajian yang ditampilkan pada
Tabel 4.1 diketahui bahwa bagian tumbuhan
yang dipakai dalam pengobatan tradisional
berupa batang, daun, akar, buah, rimpang dan
umbi. Sedangkan jumlah bagian tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat dapat dilihat
pada Gambar 4.30 sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
Suku Jawa
Suku Bali
Jumlah Bagian Tumbuhan Obat
Bagian Tubuhan
Gambar 4.30. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan Oleh Etnis Jawa & Bali
94
Pada Gambar 4.30 dapat dilihat bahwa
bagian tumbuhan yang paling banyak dipakai
untuk obat tradisional oleh masyarakat etnis
Jawa di desa Simpang Bayat adalah daun yaitu
sebanyak 11 jenis tumbuhan, lalu bagian yang
termasuk rimpang 5 jenis tumbuhan, batang
sebanyak 5 jenis tumbuhan, bagian buah
sebanyak 2 tumbuhan, bagian akar 1 jenis
tumbuhan dan bagian umbi 1 jenis tumbuhan.
Selanjutnya untuk etnis Bali di desa Simpang
Bayat, adalah bagian tumbuhan yang kerap
dipakai untuk obat adalah bagian daun dengan
jumlah 6 jenis tumbuhan, rimpang dengan
jumlah 5 jenis tumbuhan, buah dengan jumlah 3
jenis tumbuhan, batang dengan jumlah 2 jenis
tumbuhan.
Bagian tumbuhan yang kerap dipakai
obat tradisional oleh etnis Bali dan Jawa di desa
Simpang Bayat adalah daun, yaitu dengan
jumlah 11 jenis. Apabila diperhatikan dari bagian
tumbuhan yang dipakai untuk bahan obat
tradisional, adalah bagian daun adalah yang
berjumlah paling banyak, oleh sebab daun tidak
terlalu mempengaruhi kelangsungan hidup dari
tumbuhan tersebut apabila daunnya diambil.
95
Pemanfaatan daun sebagai obat tidak merusak
tumbuhan karena daun ini mudah tumbuh lagi.
Cara pemanfaatan bagian daun juga cukup
mudah apabila dibandingkan bagian lain dari
tumbuhan serta berkhasiat yang lebih baik
(Kasrina dan Veriana, 2014, hlm. 357).
Pengolahan bagian daun dari tumbuhan
sebagai obat merupakan satu usaha konservasi
terhadap tumbuhan obat. Pemanfaatan daun
sebagai obat tidak berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup dari tumbuhan. Bagian
organ tumbuhan yang perlu dibatasi
penggunaannya dalam pengobatan adalah bagian
organ batang, akar, kulit kayu dan umbi, karena
penggunaan bagian-bagian tumbuhan ini dapat
langsung mempengaruhi hidup tumbuhan
(Elfirda, 2017, hlm. 25).
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan
yang dipakai untuk obat tradisional oleh etnis
Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat,
kecamatan Bayung Lencir bersumber dari
pekarangan rumah dan tumbuh liar di hutan
sekitar desa. Berikut ini data sumber perolehan
tumbuhan yang dipakai sebagai obat di desa
Simpang Bayat.
96
Berdasarkan gambar di atas sumber
perolehan tumbuhan yang dipakai obat
tradisional didapatkan dari pekarangan rumah
dan hutan sekitar desa Simpang Bayat. Adapun
tumbuhan yang diperoleh di pekarangan rumah,
yaitu Kunyit (Curcuma longa Linn), Lengkuas
(Alpinia galanga (Linn.) Wild), Serai (Cymbopogon
citratus Stapf), Pepaya (Carica papaya Linn),
Kencur (Kaempferia galanga Linn), Jahe Merah
(Zingiber officinale Roscoe), Salam (Syzygium
polyanthum (Wigt) Walpers), Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia (Cristm.) Swingle), Tebu Ireng
0
5
10
15
20
25
Hutan Pekarangan
Hutan 23
Pekarangan 6
Sumber Perolehan Tumbuhan Obat
Sumber Perolehan
Gambar 4.31. Sumber Perolehan Tumbuhan Yang di Gunakan Oleh Etnis Jawa dan Etnis Bali
97
(Saccharum officinarum Linn.), Lidah Buaya (Aloe
vera Burm. F) Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata
Pers), Kembang Sepatu (Hisbicus rosa-sinensis
Linn.), Sirih (Piper batle Linn.), Jambu Biji
(Psidium guajava Linn.), Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq), Brotowali
(Tinospora cordifolia Hook. F. & Thomso), Bawang
Putih (Allium sativum Linn.), Sawo (Manilkara
zapota (Linn.) P. Royen), Ciplukan (Physalis
angulata Linn.), Daun Patah tulang (Euphorbia
tirucalli Linn), Lempuyang (Zingiber zerumbet
(Linn.) J.E. Smith), Pinang (Areca catechu Linn.),
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.). Sedangkan
tumbuhan yang diperoleh dari hutan, yaitu Pulai
(Alstonia scholaris), Randu (Ceiba pentandra),
Alang-alang (Imperata cylindrica), Petai Cina
(Leucaena leucocephala), Senduduk (Melastoma
affine D. Don.), Duku (Lnsium parasiticum
(Osbeck.) Sahnin & Banned.).
98
Tabel 4.2. Cara Pemanfaatan Tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai Obat Oleh Etnis Jawa di Desa
Simpang Bayat.
No Nama Tumbuhan
Khasiat Cara Penggolahan
1 Kunyit
Curcuma longa Linn.
Mag Siapkan kunyit secukupnya lalu di parut hingga halus, lantas diparut, diperas hingga mendapatkan sari dari kunyit setelah itu diminum 2 kali sehari
2 Lengkuas
Alpinia galanga (Linn.) Wild.
Kolesterol Siapkan lengkuas secukupnya lalu diparut hingga halus, setelah diparut, diperas hingga mendapatkan sari dari lengkuas tersebut, lantas diminum 3 kali sehari
3 Serai
Cymbopogon citratus Stapf.
Flu Siapkan beberapa batang serai, lalu digeprek hingga pipih, lantas direbus hingga mendidih, setelah itu saring dan dinginkan air rebusan serai dan diminum saat flu
4 Pepaya
Carica papaya Linn.
Malaria Siapkan beberapa daun papaya lalu direbus hingga
99
mendidih, lantas disaring dan dinginkan, diminum 2 kali sehari
5 Pulai
Alstonia scholaris Linn. R. Br.
Malaria Siapkan dan bersihkan kulit pohon pulai lalu direbus hingga mendidih lantas disaring dan diminum 2 kali sehari
6. Daun
Senduduk
Melastoma affine D.Don.
Demam Siapkan dan bersihkan beberapa helai daun senduduk, direbus hingga mendidih, lantas dinginkan dan saring, diminum 2 kali sehari
7. Kencur
Kaempferia galanga Linn.
Diare Siapkan dan bersihkan beberapa kencur lalu diiris kecil-kecil, direbus hingga mendidih, lantas disaring dan dinginkan, diminum 2 kali sehari kala diare
8 Jahe Merah
Zingiber officinale Roscoe.
Demam Siapkan dan bersihkan beberapa jahe merah, lalu iris kecil-kecil, direbus hingga mendidih, dinginkan dan saring, diminum 2 kali sehari saat demam.
100
9 Salam
Syzygium polyanthum (Wight.) Walpers.
Darah Tinggi
Siapkan dan bersihkan beberapa helai daun salam, direbus hingga mendidih, disaring dan dinginkan, diminum 2 kali sehari
10 Jeruk Nipis
Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle
Batuk Siapkan 1 buah jeruk nipis lalu diperas hingga airnya keluar lalu disaring dan ditambahkan kecap manis
11 Randu
Ceiba pentandra (Linn.) Gaertn.
Demam/Panas
Siapkan 1 helai daun randu lalu diremas hingga sedikit layu, lantas dioles minyak sayur sedikit pada daun randu, lalu tempelkan di kepala
12 Tebu Ireng
Saccharum officinarum Linn.
Demam Siapkan dan bersihkan beberapa batang tebu lalu diperas hingga mengeluarkan air lantas diminum
13 Cocor Bebek
Kalanchoe piñata Pers.
Demam Siapkan 1 helai daun cocor bebek lalu diremas sedikit lantas ditempelkan di kepala
14 Lidah Buaya
Aloe vera Burm. F.
Demam Siapkan beberapa daun lidah buaya lalu kupas dan ambil bagian dalamnya lantas direbus hingga mendidih, lalu dinginkan dan minum 2 kali sehari
101
15 Kembang
Sepatu
Hisbicus rosa-sinensis Linn.
Demam/Panas
Ambil 1 helai daun kembang sepatu lalu di remas sedikit lantas tempelkan di kepala
16 Alang-alang
Imperata cylindrica (Linn.) Raeusch.
Panas Dalam
Siapkan dan bersihkan beberapa akar alang-alang lalu direbus sampai mendidih lalu saring dan dinginkan, minum di pagi hari
17 Sirih
Piper batle Linn.
Pembersih Mata
Siapkan beberapa helai daun sirih lalu rebus hingga mendidih lantas dinginkan dan dipakai buat membersihkan mata
18 Jambu Biji
Psidium guajava Linn.
Diare Ambil beberapa helai daun yang masih muda kemudian dimakan langsung dengan sedikit ditambah garam
19 Kumis Kucing
Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq.
- Diabetes
- Batuk
Ambil beberapa helai daun kumis kucing, rebus sampai mendidih, disaring dan didinginkan. Penggunaan penyakit diabetes diminum 2 kali sehari, untuk batuk diminum di pagi hari kala masih hangat
20 Brotowali
Tinospora cordifolia Hook. F. &
- Rematik- Demam
Siapkan dan bersihkan batang brotowali lalu iris kecil-kecil lantas direbus sampai mendidih, disaring dan
102
Thomso. dinginkan. Penggunaan obat rematik diminum 2 kali sehari, untuk demam diminum kala masih hangat di pagi dan malam hari
21 Bawang Putih
Allium sativum Linn.
- Gatal- Sakit
Gigi
Siapkan 1 siung bawang putuh lalu dikupas. Untuk gatal tinggal dioles di bagian gatal, untuk sakit gigi bisa dioles di bagian yang sakit untuk memijat atau dimasukan ke dalam gigi berlubang
22 Petai cina
Leucaena leucocephala De. Wit.
Luka Gores
Ambil beberapa helai daun petai cina lalu ditumbuk hingga halus, lantas taruh atau balurkan di bagian yang terdapat luka gores lantas tutup dengan plastik atau kain bersih
23 Sawo
Manilkara zapota (Linn.)P.Royen.
Diare Siapkan beberapa buah sawo yang muda lalu parut sawo hingga halus, lantas peras dan saring hingga mendapatkan sari dari parutan buah sawo lantas diminum
24 Ciplukan
Physalis angulata Linn.
Cacar Air Ambil 1 batang pohon ciplukan yang terdiri dari akar, batang, daun dan buahnya. Lantas direbus hingga mendidih, lalu dinginkan dan dipakai mandi
103
25 Daun Patah
Tulang
Euphorbia tirucalli Linn.
Sakit Gigi Ambil getah dari daun patah tulang lalu ditaruh di kapas, lantas masukkan kapas yang dikasih getah tersebut ke dalam gigi yang berlubang
26 Lempuyang Zingiber zerumbet (Linn.) J.E.Smith.
- Demam
- Malaria
Untuk obat demam lempuyang diparut lalu diperas dan diambil sarinya. Sedangkan untuk obat malaria lempuyang diiris kecil-kecil lalu direbus, disaring dan didinginkan, diminum 2 kali sehari
104
Tabel 4.3. Cara Pemanfaatan Tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai Obat Oleh Etnis Bali di Desa
Simpang Bayat.
No Nama Tumbuhan
Khasiat Cara Penggolahan
1 Kunyit
Curcuma longa Linn.
Batuk Siapkan kunyit secukupnya lalu diparut hingga halus, lantas diparut, diperas hingga mendapatkan sari dari kunyit lalu ditambahkan madu atau gula aren, diminum 2 kali sehari
2 Lengkuas
Alpinia galanga (Linn.) Willd.
Diare Siapkan lengkuas secukupnya, diparut hingga halus, lantas diparut, diperas hingga mendapatkan sari dari lengkuas lalu ditambahkan gula dan garam
3 Serai
Cymbopogon citratus Stapf.
Patah Tulang
Siapkan beberapa batang serai lalu ditumbuk hingga halus lantas balutkan ke bagian tulang yang patah lalu balut pakai kain atau plastik
4 Pepaya
Carica papaya Linn.
Malaria Siapkan beberapa daun papaya lalu direbus hingga mendidih, lantas saring dan dinginkan, diminum 2 kali sehari
105
5 Pulai
Alstonia scholaris Linn. R. Br.
Malaria Siapkan dan bersihkan kulit pohon pulai lalu direbus hingga mendidih, lantas saring dan diminum 2 kali sehari
6. Daun
Senduduk
Melastoma affine D.Don.
Darah Tinggi
Siapkan dan bersihkan beberapa helai daun senduduk lalu direbus hingga mendidih lantas dinginkan dan saring, diminum 2 kali sehari
7. Kencur
Kaempferia galanga Linn.
Batuk Siapkan dan bersihkan beberapa kencur lalu parut hingga mendapatkan sari dari kencur, lantas minum 2 kali sehari
8 Jahe Merah
Zingiber officinale Roscoe.
Demam Siapkan dan bersihkan beberapa jahe merah, lalu iris kecil-kecil, rebus hingga mendidih, dinginkan dan saring, diminum 2 kali sehari saat demam.
9 Daun Salam
Syzygium polyanthum (Wight) Walpers.
Kolesterol Siapkan dan bersihkan beberapa helai daun salam, lalu direbus hingga mendidih, disaring dan dinginkan, diminum 2 kali sehari
106
10 Jeruk Nipis
Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.
Batuk Siapkan 1 buah jeruk nipis lalu diperas hingga airnya keluar lalu disaring dan di tambahkan kecap manis
11 Randu
Ceiba pentandra (Linn.) Gaertn.
Demam/panas
Siapkan 1 helai daun randu lalu diremas hingga sedikit layu, lantas oles minyak sayur sedikit pada daun randu, lantas tempelkan di kepala
12 Tebu Ireng
Saccharum officinarum Linn.
Demam Siapkan dan bersihkan beberapa batang tebu lalu diperas hingga mengeluarkan air lantas diminum
13 Cocor Bebek
Kalanchoe pinnata Pers.
Demam Siapkan 1 helai daun cocor bebek lalu diremas sedikit lantas ditempelkan di kepala
14 Lidah Buaya
Aloe vera Burm.F.
Rematik Siapkan beberapa daun lidah buaya lalu kupas dan ambil bagian dalamnya, direbus hingga mendidih, lantas dinginkan dan minum 2 kali sehari
15 Pinang
Areca catechu Linn.
Diare Siapkan beberapa buah pinang yang dimasak lalu ambil bagian dalam dari buah pinang tersebut, lantas direbus hingga mendidih. Minumlah kala dalam keadaan hangat
107
16 Bangle
Zingiber cassumunar Roxb.
Sakit kuning
Siapkan dan bersihkan beberapa bangle lalu parut hingga halus dan mendapatkan sari bangle, diminum 2 kali sehari
17 Duku
Lnsium parasiticum (Osbeck.) Sahnin & Banned.
Diare Siapkan dan bersihkan kulit buah duku lalu rebus hingga mendidih lantas minum dalam keadaan hangat
108
3. Nilai Penting Budaya Tumbuhan yang Dipakai
Obat Tradisional.
Berdasarkan wawancara dengan 10
responden dan masing-masing didapat nilai
penting budaya tumbuhan dengan perhitungan
sesuai rumus ICS (Index Cultural Signifikan) dan
syarat ketentuan nilai ICS maka di dapat nilai
setiap tumbuhan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4. Nilai penting budaya tumbuhan yang
dipakai obat tradisional.
No Nama Tumbuhan
Khasiat Nilai ICS
Q I E Q×I×E ICS
1 Kunyit Rimpang : Obat Magh
1 3 1 1x3x1 23
Rimpang : Obat Batuk
4 5 2 4x5x2
2 Lengkuas Rimpang : Obat
Rematik
3 3 1 3x3x1 24
Rimpang : Obat Diare
5 3 1 5x3x1
3 Serai Batang : Obat Flu
1 2 1 1x2x1 8
Batang : Obat Patah
Tulang
1 3 2 1x3x2
4 Pepaya Daun : Obat Malaria
3 5 2 3x5x2 30
109
5 Pulai Kulit : Obat Malaria
3 3 1 3x3x1 9
6 Daun Senduduk
Daun : Obat Demam
Panas
5 4 2 5x4x2 46
Daun : Obat Darah
Tinggi
2 3 1 2x3x1
7 Kencur Rimpang : Obat Diare
5 3 1 5x3x1 55
Rimpang : Obat Batuk
4 5 2 4x5x2
8 Jahe Merah Rimpang : Obat
Demam
5 4 2 5x4x2 40
9 Daun Salam Daun : Obat Darah
Tinggi
2 3 1 2x3x1 9
Daun : Obat
Kolesterol
1 3 1 1x3x1
10 Jeruk Nipis Buah : Obat Batuk
4 5 2 4x5x2 40
11 Randu Daun : Obat Demam
5 4 1 5x4x1 20
12 Duku Kulit Buah : Obat
Diare
5 3 1 5x3x1 15
13 Tebu Ireng tang : Obat 5 2 1 5x2x1 22
110
Demam Batang : Obat Batuk
4 3 1 4x3x1
14 Bangle Rimpang : Obat
Sakit
Kuning
1 3 2 1x3x2 6
15 Cocor Bebek Daun : Obat Demam
Panas
5 4 1 5x4x1 20
16 Lidah Buaya Daun : Obat Panas
Dalam
2 3 1 2x3x1 24
Daun : Obat Rematik
3 3 2 3x3x2
17 Pinang Buah : Obat Diare
5 4 1 5x4x1 20
18 Kembang Sepatu
Daun : Obat Dema
Panas
5 4 1 5x4x1 20
19 Alang-alang Akar : 2 5 2 2x5x2 20
111
Obat Panas
Dalam 20 Sirih Daun :
Obat
Pembersih Mata
1 5 2 1x5x2 10
21 Jambu Biji Daun : Obat Diare
5 4 2 5x4x2 40
22 Kumis Kucing
Daun : Obat Diabetes
1 3 2 1x3x2 14
Daun : Obat Batuk
4 2 1 4x2x1
23 Brotowali Batang : Obat Demam
5 2 1 5x2x1 28
Batang : Obat
Rematik
3 3 2 3x3x2
24 Bawang Putih
Umbi : Obat Gatal
1 3 2 1x3x2 12
Umbi : Obat Sakit
Gigi
2 3 1 2x3x1
25 Petai Cina Daun : Obat Luka
Gores
1 3 1 1x3x1 3
26 Sawo Buah : Obat Diare
5 3 1 5x3x1 15
27 Ciplukan 1 Pohon : Obat Cacar
1 5 2 1x5x2 10
28 Pohon Patah Tulang
Getah : Obat Sakit
2 1 1 2x1x1 2
112
Gigi
29 Lempuyang Rimpang : Obat
Demam
5 3 1 5x3x1 24
Rimpang : Obat
Malaria
3 3 1 3x3x1
Berdasarkan perhitungan tabel 4.4,
didapatkan nilai ICS dari wawancara informan
sesuai dengan kaidah penilaian, menurut
penelitian khusus etnobotani, terdapat 5 spesies
tumbuhan dengan nilai ICS tertinggi, yaitu
kencur dengan nilai ICS 55, lantas daun
senduduk dengan nilai ICS 46, setelah itu jahe
merah, jeruk nipis dan jambu biji dengan nilai
ics 40. Ini bukti bahwa tumbuhan tersebut lebih
dari satu kali penggunaanya sebagai obat dan
tergolong paling banyak digemari.
Berdasarkan tabel 4.4 ICS (index of
cultural significance) angka hasil perhitungan ICS
menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis
tumbuhan bermanfaat oleh etnis Bali dan Jawa.
Berdasarkan hasil analisis data tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh etnis Bali dan Jawa di desa
simpang bayat diperoleh sebagai berikut:
113
Tabel 4.5 Nilai kategorisasi Index Cultural Significance
(ICS)
No Predikat Skor Spesies Tumbuhan Jumlah
1. Sangat
Tinggi
>100 - -
2. Tinggi 50 –
99
Kunyit (Curcuma
longa Linn.)
1
3. Sedang 20 –
49
Daun Senduduk
(Melastoma affine D.
Don.)
Jahe Merah (Zingiber
officinale Roscoe)
Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia (Cristm.)
Swingle.)
Jambu Biji (Psidium
guajava Linn.)
Pepaya (Carica
papaya Linn.)
Brotowali (Tinospora
cordifolia Hook. F. &
Thoms)
Lengkuas (Alpinia
galanga (Linn.) Willd)
16
114
Lidah Buaya (Aloe
vera Burm. F)
Lempuyang (Zingiber
zerumbet (Linn.)
J.E.Smith)
Kunyit (Curcuma
zedoaria Linn.)
Tebu Ireng
(Saccharum
officinarum Linn)
Randu (Ceiba
pentandra (Linn.)
Gaertn.)
Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata
Pers.)
Pinang (Areca
catechu Linn.)
Kembang sepatu
(Hisbicus rosa-
sinensis Linn.)
Alang-alang
(Imperata cylindrical
(Linn.) Raeusch.)
115
4. Rendah 5 –
19
Duku (Lnsium
parasiticum (Osbeck.)
Sahnin & Banned.)
Sawo (Manilkara
zapota (Linn.) P.
Royen.)
Kumis kucing
(Orthosiphon
aristatus (Blume.)
Miq.)
Ciplukan (Physalis
angulata Linn.)
Daun Sirih (Piper
battle Linn.)
Bawang Putih (Allium
sativum Linn.)
Pulai (Alstonia
scholaris Linn. R.
Br.)
Serai (Cymbopogon
citrates Stapf.)
Daun Salam
(Syzygium
polyanthum (Wight)
10
116
Walpers.)
Bangle (Zingiber
cassumunar Roxb.)
5. Sangat
Rendah
1 – 4 Petai Cina (Leucaena
leucocephala De.
Wit.)
Daun Patah tulang
(Euphorbia tirucalli
(Linn.) J.E.Smith.)
2
6. Tidak
ada
0 - -
Total 29
Berdasarkan hasil analisis ICS pada tabel
4.5 di atas, di desa Simpang Bayat ditemukan
jenis tumbuhan dengan nilai dari tinggi, sedang,
rendah, dan sangat rendah.
B. Pembahasan
1. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan
Etnis Bali dan Jawa di Desa Simpang Bayat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10
responden terdapat 29 jenis tumbuhan dalam 20
famili yang dipakai sebagai tumbuhan obat oleh
117
etnis Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat, yaitu
Kunyit (Curcuma longa Linn), Daun Senduduk
(Melastoma affine D. Don), Jahe Merah (Zingiber
officinale Roscoe), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
(Cristm) Swingle), Jambu Biji (Psidium guajava
Linn), Pepaya (Carica papaya Linn), Brotowali
(Tinospora cordifolia Hook.F. & Thoms), Lengkuas
(Alpinia galanga (Linn.) Willd.), Lidah Buaya (Aloe
vera Burm.F), Lempuyang (Zingiber zerumbet
(Linn.) J.E.Smith.), Kunyit (Curcuma zedoaria
Linn), Tebu Ireng (Saccharum officinarum Linn),
Randu (Ceiba pentandra (Linn) Gaertn.), Cocor
Bebek (Kalanchoe pinnata Pers), Pinang (Areca
catechu Linn), Kembang Sepatu (Hisbicus rosa-
sinensis Linn.), Alang-alang (Imperata cylindrical
(Linn) Raeusch), Duku (Lnsium parasiticum
(Osbeck.) Sahnin & Banned.), Sawo (Manilkara
zapota (Linn.) P. Royen), Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (Blume.) Miq.), Ciplukan
Physalis angulata Linn.), Daun Sirih (Piper battle
Linn.), Bawang Putih (Allium sativum Linn.), Pulai
(Alstonia scholaris Linn. R. Br.), Serai
(Cymbopogon citrates Stapf.), Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walpers.), Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb), Petai cina (Leucaena
118
leucocephala De. Wit), Daun Patah tulang
(Euphorbia tirucalli (Linn.) J.E.Smith).
Menurut Kurniawan P. Bondjolu (2019,
hlm. 41-42) terdapat 32 jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat-obatan seperti
Temulawak (Curcuma aeruginosa Roxb), Kumis
Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.),
Jambu (Psidium guajava Linn.), dan Jahe
(Zingiber officinale Roscoe.).
Berdasarkan tabel 4.1 tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh etnis
Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat,
kecamatan Bayung Lencir adalah sebanyak 29
spesies tumbuhan yang dikelompokkan dalam 20
famili. Jumlah ini cukup terbilang tinggi pada
etnis Jawa dibandingkan dengan penelitian
Elfrida di desa Sukorejo, kecamatan Langsa
Timur dan cukup terbilang rendah pada etnis
Bali dibandingkan dengan penelitian Gebby
(2017) di sekitar Danau Buyan Tamblingan Bali
yang masing-masing tercatat 20 dan 69 jenis
tumbuhan.
Dari jenis tumbuhan yang dipakai untuk
obat tradisional yang kerap digunakan oleh
responden, dapat dilihat bahwa tumbuhan
119
tersebut terbilang mudah untuk didapatkan di
sekitar lingkungan mereka atau budidaya dan
jenis tanaman sebagai bumbu dapur sehari-hari
oleh masyarakat etnis Bali dan Jawa di desa
Simpang Bayat. Sehingga mereka cenderung
memakai pengobatan tradisional karena murah
dan mudah untuk diperoleh. Selain itu penyakit
yang kerap mengidap masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari umumnya seperti penyakit
demam, batuk, dan diare. Menurut penelitian
Elfirda (2017, hlm. 26) tumbuhan berkhasiat
obat yang ada di desa Sukarejo ditemukan di
pekarangan rumah, tumbuh secara liar maupun
sengaja ditanam dan ada yang ditemukan di
ladang dan sawah yang letaknya tidak jauh dari
rumah responden, sengaja ditanam namun tetap
berada di desa Sukarejo.
2. Cara Pemanfaatan Tumbuhan yang Dipakai
Pengobatan oleh Etnis Bali & Jawa di Desa
Simpang Bayat.
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 tentang
cara pemanfaatan tumbuhan obat yang dipakai
etnis Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat,
kecamatan Bayung Lencir. Tumbuhan diolah
120
dengan cara direbus ada 17 spesies, yaitu Kunyit
(Curcuma longa Linn.), Serai (Cymbopogon
citratus Stapf.), Pepaya (Carica papaya Linn.),
Pulai (Alstonia scholaris Linn. R. Br.), Daun
senduduk (Melastoma affine D. Don.), Kencur
(Kaempferia galanga Linn.), Jahe Merah (Zingiber
officinale Roscoe.), Daun Salam (Syzygium
polyanthum(Wight) Walpers.), Alang-alang
(Imperata cylindrica(Linn.) Raeusch.), Lidah
Buaya (Aloe vera Burm. F.), Sirih (Piper batle
Linn.), Kumis kucing (Orthosiphon
aristatus(Blume.) Miq.), Brotowali (Tinospora
cordifolia Hook. F. & Thomso.), Ciplukan
(Physalis angulata Linn.), Lempuyang (Zingiber
zerumbet(Linn.) J.E. Smith), Pinang (Areca
catechu Linn.), Duku (Lnsium
parasiticum(Osbeck.) Sahnin & Banned).
Selain pengolahan dengan cara direbus,
etnis Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat juga
memanfaatkan tumbuhan obat dengan cara
pengolahan seperti diparut, ditumbuk, diremas,
diperas dan digunakan langsung. Ada 3 spesies
tumbuhan yang diolah dengan cara diparut,
yaitu Lengkuas (Alpinia galanga (Linn.) Wild.),
Sawo (Manilkara zapota (Linn.) P. Royen.), Bangle
121
(Zingiber cassumunar Roxb). Pengolahan dengan
cara diremas ada 3 spesies, yaitu Randu (Ceiba
pentandra (Linn.) Gaertn.), Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata Pers.), Kembang Sepatu
(Hisbicus rosa-sinensis Linn.). Pengolahan
tumbuhan dengan cara diperas ada 2 spesies,
yaitu Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.)
Swingle), Tebu Ireng (Saccharum sp Linn.).
Selanjutnya pengolahan tumbuhan dengan cara
ditumbuk ada 1 spesies, yaitu Petai Cina
(Leucaena leucocephala De. Wit.). Ada 3 jenis
tumbuhan yang dipakai secara langsung, yaitu
Jambu Biji (Psidium guajava Linn.), Bawang
Putih (Allium sativum Linn.), Daun Patah Ulang
(Euphorbia tirucalli Linn.).
Pada setiap jenis tumbuhan yang dipakai
oleh etnis Bali dan Jawa yang digunakan sebagai
obat tradisional sebagian besar didapatkan dari
pekarangan rumah atau hutan sekitar tempat
tinggal mereka. Bagian yang dimanfaatkan
berbeda-beda mulai dari rimpang, daun, batang,
akar, kulit, buah, dan getah. Pada penelitian ini
bagian yang paling banyak digunakan adalah
daun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Kasrina dan Veriana (2014, hlm. 357).
122
Pengambilan daun untuk dimanfaatkan sebagai
obat tidak akan merusak tumbuhan karena
mudah untuk tumbuh lagi. Cara pemanfaatan
bagian daun juga lebih mudah dibandingkan
bagian lain dari tumbuhan dan berkhasiat lebih
baik. Bagi Elfrida (2017, hlm. 23) Setiap
responden punya cara tertentu dalam
pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat untuk
menyembuhkan beragam jenis penyakit, yang
didapat oleh mereka dari ahli pengobatan, juga
informasi secara turun-temurun.
3. Nilai Penting Budaya Tumbuhan yang Dipakai
Sebagai Tumbuhan Obat Oleh Etnis Bali &
Jawa di Desa Simpang Bayat
Hasil penelitian dan perhitungan data
sesuai tabel 4.5 memperlihatkan bahwa etnis
Bali dan Jawa masih bergantung pada sejumlah
besar spesies tumbuhan yang ada di sekitar desa
Simpang Bayat untuk dipakai sebagai obat
tradisional. Hasil perhitungan ICS berikut 1
spesies dengan ICS kategori tinggi berdasarkan
kualitas, intensitas, dan ekslusivitas menurut
etnis Bali dan Jawa yaitu kencur dengan nilai
123
ICS 55 dalam penggunaan sebagai obat diare dan
batuk dengan pemanfaatan organ tumbuhan
rimpang.
Bagi Muraqmi (2015, hlm. 51) ICS (Index of
Cultural Significance) adalah hasil analisis
etnobotani kuantitatif yang menunjukkan nilai
kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan
bermanfaat yang didasarkan pada keperluan
masyarakat. Angka hasil perhitungan ICS (Index
of Cultural Significance) menunjukkan tingkat
kepentingan setiap jenis tumbuhan bermanfaat
oleh masyarakat.
Berdasarkan tabel 4.5, tidak ditemukan 1
jenis tumbuhan yang bernilai ICS (Index of
Cultural Significance) kategori sangat tinggi (>100)
menurut etnis Bali dan Jawa. Hal ini berarti nilai
kualitas, intensitas, dan eklusivitas
menunjukkan bahwa jenis tumbuhan yang ada
di desa Simpang Bayat punya nilai kepentingan
sedang, rendah dan sangat rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa tumbuhan yang ada di
desa Simpang Bayat tidak dipakai secara terus-
menerus dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
jenis tumbuhan yang berada di desa Simpang
Bayat hanya dipakai sebagai tumbuhan obat dan
124
sebagian dipakai sebagai bahan masakan.
Menurut (Turner, 1998) dalam (Rahayu, 2012,
hlm. 317) menyatakan bahwa semakin banyak
kebutuhan penggunaan tumbuhan maka akan
semakin besar kepentingan dari tumbuhan
tersebut.
Bagi Rahayu, dkk. (2012, hlm. 113-114)
tingkat pengetahuan tentang penggunaan dan
pengelolaan keanekaragaman jenis tumbuhan
dari setiap kelompok masyarakat itu beragam,
disebabkan perbedaan tingkat dari kebudayaan
serta kondisi dari lingkungan setempat.
Berdasarkan hasil kajian di berbagai daerah di
Indonesia, setiap suku bangsa punya
pengetahuan yang baik perihal keanekaragaman
jenis tumbuhan bermanfaat yang tumbuh di
sekitar lokasi pemukiman mereka. Namun, yang
dipakai dalam kehidupannya sehari-hari tidak
lebih dari 10% jumlah jenis keseluruhan yang
diketahui kegunaannya.
125
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian pembahasan perihal studi
etnobotani tumbuhan obat yang dipakai oleh etnis
Bali dan Jawa di desa Simpang Bayat, Sumatera
Selatan, dapat disimpulkan. Pertama, jenis-jenis
tumbuhan obat yang dipakai oleh etnis Bali dan
Jawa di desa Simpang Bayat, kecamatan Bayung
Lencir, provinsi Sumatera Selatan, ditemukan
sebanyak 29 spesies tumbuhan obat yang
dikelompokkan menjadi 20 famili.
Dari 29 spesies tumbuhan obat tersebut
yaitu Kunyit (Curcuma longa Linn), Daun
Senduduk (Melastoma affine D. Don), Jahe Merah
(Zingiber officinale Roscoe), Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia (Cristm) Swingle), Jambu Biji (Psidium
guajava Linn), Pepaya (Carica papaya Linn),
Brotowali (Tinospora cordifolia Hook. F. & Thoms),
Lengkuas (Alpinia galanga (Linn) Willd), Lidah
Buaya (Aloe vera Burm. F), Lempuyang (Zingiber
zerumbet (Linn) J. E. Smith), Kunyit (Curcuma
zedoaria Linn), Tebu Ireng (Saccharum officinarum
Linn), Randu (Ceiba pentandra (Linn) Gaertn),
Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers), Pinang
127
(Areca catechu Linn), Kembang Sepatu (Hisbicus
rosa-sinensis Linn), Alang-alang (Imperata
cylindrical (Linn) Raeusch), Duku (Lnsium
parasiticum (Osbeck) Sahnin & Banned), Sawo
(Manilkara zapota (Linn) P. Royen), Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq), Ciplukan
(Physalis angulata Linn), Sirih (Piper battle Linn),
Bawang Putih (Allium sativum Linn), Pulai
(Alstonia scholaris Linn. R. Br), Serai (Cymbopogon
citrates Stapf), Salam (Syzygium polyanthum
(Wight) Walpers), Bangle (Zingiber cassumunar
Roxb), Petai Cina (Leucaena leucocephala De. Wit),
Daun Patah tulang (Euphorbia tirucalli (Linn.) J. E.
Smith).
Kedua, pemanfaatan jenis tumbuhan obat
yang dipakai oleh etnis Bali dan Jawa di desa
Simpang Bayat, kecamatan Bayung Lencir,
provinsi Sumatera Selatan, selain dipakai sebagai
bumbu dapur tumbuhan, dapat pula dijadikan
sebagai tumbuhan obat tradisional, beberapa cara
pengolahan tumbuhan obat oleh etnis Bali dan
Jawa di desa Simpang Bayat di antaranya yaitu
direbus, diparut, ditumbuk, diremas, diperas, dan
dipakai langsung.
Tumbuhan yang diolah dengan cara direbus
ada 17 spesies, Kunyit (Curcuma longa Linn), Serai
(Cymbopogon citratus Stapf), Pepaya (Carica
128
papaya Linn), Pulai (Alstonia scholaris Linn. R.
Br), Daun Senduduk (Melastoma affine D. Don),
Kencur (Kaempferia galanga Linn), Jahe Merah
(Zingiber officinale Roscoe), Daun Salam (Syzygium
polyanthum (Wight Walpers), Alang-alang
(Imperata cylindrica (Linn Raeusch), Lidah Buaya
(Aloe vera Burm. F), Sirih (Piper batle Linn), Kumis
Kucing (Orthosiphon aristatus (Blume Miq),
Brotowali (Tinospora cordifolia Hook. F. & Thomso),
Ciplukan (Physalis angulata Linn), Lempuyang
(Zingiber zerumbet (Linn) J. E. Smith), Pinang
(Areca catechu Linn), Duku (Lnsium parasiticum
(Osbeck) Sahnin & Banned).
Pengolahan dengan cara diremas ada 3
spesies, yaitu Randu (Ceiba pentandra (Linn)
Gaertn), Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers),
Kembang sepatu (Hisbicus rosa-sinensis Linn).
Pengolahan tumbuhan dengan cara diperas ada 2
spesies, yaitu Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
(Cristm) Swingle), Tebu Ireng (Saccharum sp Linn).
Selanjutnya pengolahan tumbuhan dengan cara
ditumbuk ada 1 spesies, yaitu Petai Cina
(Leucaena leucocephala De. Wit). Ada 3 jenis
tumbuhan yang dipakai secara langsung, yaitu
Bawang Putih (Allium sativum Linn.), Jambu Biji
(Psidium guajava Linn), Daun Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli Linn). Kemudian khasiat
129
tumbuhan yang dipercaya sebagai obat tradisional
oleh etnis Bali dan Jawa ialah sebagai obat Mag,
Batuk, Rematik, Diare, Flu, Patah Tulang, Malaria,
Demam Panas, Darah Tinggi, Kolesterol, Sakit
Kuning, Panas Dalam, Diabetes, Obat Pembersih
Mata, Gatal-gatal, Sakit gigi, Cacar dan Luka
Gores.
Ketiga, urgensi nilai budaya tumbuhan yang
dipakai sebagai obat tradisional oleh etnis Bali
dan Jawa di desa Simpang Bayat, kecamatan
Bayung Lencir, provinsi Sumatera Selatan,
bernilai tertinggi berdasarkan kualitas, intensitas,
dan esklusivitas yaitu kencur dengan nilai ICS 55
dalam penggunaan sebagai obat diare dan batuk
dengan pemanfaatan organ tumbuhan rimpang.
B. Saran
Pertama, perlu diadakannya upaya
pelestarian budaya dari nenek moyang, perihal
tumbuhan obat tradisional oleh generasi muda
masa kini, sebagai warisan para leluhur untuk
disampaikan pada generasi selanjutnya. Kedua,
perlu adanya konservasi tanaman obat supaya
keberadaannya tidak habis. Hal ini dapat
dilakukan pada tingkat rumah tangga maupun
tingkat pemerintah.
130
BIBLIOGRAFI
Aserani Kurdi. 2010. Tanaman Herbal Indonesia Cara Mengolah dan Memanfaatkanya bagi Kesehatan. Hal. 1-337
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2004. Surat Keputusan Kepala BPOM No. Hk 00.05.4.2411 Tanggal 17 Mei 2004
Claudia Cavalera, 2016. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat di Gadangan-Karangrejo, Tulungagung Sebagai Kajian Konservasi Ex-situ Tumbuhan Berhasiat Obat. Universitas Nusantara PGRI Kediri
Departemen Agama Republik Indonesia -- Al-Qur'an dan Terjemahannya
Marzuki, Tradisi dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam. Universitas Negeri Yogyakarta
Departemen Kesehatan. (1978). Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149/SK/Menkes/IV/1978 TENTANG Defenisi Tanaman Obat.
Elfrida, Dkk. 2017. Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat Berdasarkan Pengetahuan Lokal Pada Suku Jawa di Desa Sukorejo Kecamatan Langsa Timur Tahun 2016. Jurnal Jeumpa, Hal. 21-29.
Gebby Agnessya Esa Oktavia, dkk. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di kawasan sekitar danau Buyan-Tamblingan-Bali. Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 1, Januari 2017 [xx–xx]
Hariwijaya, M., & Triton. (2007). Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal & Skripsi: Tugu Publisher.
Hakim, L. (2014). Etnobotani Dan Manajemen Kebunpekarangan Rumah: Ketahanan Pangan, Kesehatan Dan Agrowisata. Malang: Selaras
Hariana, A. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Jakarta: Penebar Swadaya.
131
Hidayat, S, & Napitupulu, R, M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta Timur: Agriflot
Asvic Helida, Dkk. 2016. Makna Nilai Penting Budaya Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Bagi Masyarakat di Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. LIPI Berita Biologi, Volume 15 No. 1.
Indartik. Potensi Pasar Pulai (Alstonia scholaris) Sebagai Bahan Baku Industri Obat Herbal: Studi Kasus Jawa Bawat dan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 6 No. 2 Juni 2009, Hal. 159 - 175
I Wayan Rasna, W.S. Binawati. Keterampilan Mengelolah Tanaman Obat Tradisional Untuk Penyakit Anak Pada Remaja Bali: Sebuah Kajian Ekoliguistik. Vol 14 No 1, Februari 2014
Indah Yulia Ningsih. Studi Etnofarmasi Penggunaan Tumbuhan Obat Oleh Suku Tengger di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016
I Ketut Surata, dkk. Studi Etnobotanik Tanaman Upacara Hindu Bali sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal. Vol 05, Nomor 02, Oktober 2015
Irmawati. (2016). Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Pada Masyarakat Di Desa Baruga Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
Indri, A. A. (2016). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Desa Cihideung Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pasundan
Jacob, T. 1978. Beberapa Pokok Persoalan tentang Hubungan Antar Ras dan Penyakit di Indonesia. Berkala Ilmu Kedokteran. 105-114
132
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.
Julianus Kinho, dkk. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid 1. Hal 1-107
Ketut, I. S., Wayan, I. G & Made, I. S. (2015). Studi Etnobotani Tanaman Upacara Hind Bali Sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal. Jurnal Kajian Bali. 6(2): 265-284.
Kasrina dan T. Veriana. 2014. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat D Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi Fkip UNS. Hal 354-359.
Kumalasari, L. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No.1, April 2006, 01 – 07.
Kurniawan P, Dkk. 2019. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Pamona di Desa Bumyumpondoli Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Biocelebes, Volume 13 Nomor 1.
Kandowangko, N. Y., & Solang, M. (2011). Kajian Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provini Gorontalo Laporan Penelitian Etnobotani Tanaman Obat; Universitas Negeri Gorontalo.
Kusdianti. 2012. Inventarisasi Tumbuhan Yang Berpotensi Obat di taman Wisata itu Lembang, Bandung. Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.
Limananti, A., Triratnawati, A. 2003. Ramuan Jamu Cekok sebagai Penyembuh Kurang Nafsu Makan pada Anak. Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
133
Diakses 28 Oktober 2013 di http//:repository.iu.ac.id/dokumen/lihat/46.pdf
Murtadha. Islam Ramah Lingkungan. Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyati Rahayu, dkk. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. Vol 7 Nomor 3 Tahun 2016, Halaman 245-250.
Muhammad Untoro, dkk. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 19 (2) (2016) : 58 – 62
Mardhatilla Ana Fama, dkk. Pengaruh Pemberian Air Tebu Hitam terhadap Kadar Low-Density Lipoprotein (LDL). Vol 2 No 3 Oktober 2017. Hal 146-152
Marissa Herani Praja & Rasmi Zakiah Oktarlina. Uji Efektivitas Daun Petai Cina (Laucaena glauca) Sebagai Antiinflamasi dalam Pengobatan Luka Bengkak. Majority, Volume 5, Nomor 5, Desember 2016. Hal. 86-87
Melzi Octaviani & Rina Prastika. Uji Aktivitas Anti Bakteri Sari Buah Sawo Manila (Manilkara zapota (L.) van Royen) Muda dan Masak Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. Vol. 6, No. 1, September 2017
Miftakhul Baiti, dkk. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ethanol Biji Buah Pinang (Areca Catechu L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococus Aureus Secara In Vitro. JMJ, Volume 6, Nomor 1, Mei 2018, Hal: 10 – 19
Mulyati Rahayu, dkk. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. Biodiversitas Vol. 7, No. 3, Juli 2006, hal. 245-250
134
Naufal Rafif Putranta & Sofyan Musyabiq Wijaya. Efektifitas Ekstrak Kulit Duku (Lansium domesticum corr) sebagai Larvasida Aedes aegypti. Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|165-170
Nur Aeni, Dkk. (2016). Identifikasi Tumbuhan Obat di Kecamatan Kunto Darussalam Rokan Hulu. Hal 1-6
Rina Hidayati Pratiwi. Potensi Kapuk Randu (Ceiba Pentandra Gaertn) Dalam Penyediaan Obat Herbal. E-Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan.Volume 1 Nomor 1 Mei 2014. Hal. 53-60
Ruqayah, dkk. (2004). Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Bogor : Puslit Biologi.-LIPI
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Subagyo, Joko. P. (2011). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Siti Warida, dkk. Identifikasi Tumbuhan Obat yang Ada di Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pangaraian. September 2016.
S.R Muktiningsih, dkk. Review Tanaman Obat yangDigunakan Oleh Pengobatan Tradisional di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bali dan Sulawesi Selatan. Vol XI Nomor 4 Tahun 2001
Tri Mayanti, dkk. Senyawa Bufadienolida yang bersifat Insektisida, Daigremontianin dari Daun Cocor Bebek (Kalanchoe daigremontiana). Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011. Hal. 379‐383
Tukan, J.S. 1993. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga. Jakarta: Erlangga.
Turner, N. J. (1988). The Importance a Rose: Evaluating. The Culture Significanse of Plants in Thompson and
135
Lilloet Interior Salish. American Antrophologis (90) 1988
Winarsih & M. Noerhadi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Media Litbangkes Vol, II/No.03/1992
Wa Ode Jumiarni & Oom Komalasari. Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Suku Muna di Permukiman Kota Wuna. Vol 22 No 1 Tahun 2017. Hlm.45-56.
Yulia Helmi Diza, dkk. Pembuatan Tablet Effervescent Berbahan Aktif Sediaan Kering Ekstrak Daun Senduduk dan Bakteri Asam Laktat Asal Dadih Sijunjung Sebagai Minuman Fungsional. Jurnal Litbang Industri - Vol. 9. No. 1, Juni 2019: 59 – 67
136
BIOGRAFI PENULIS
Suraida, S.Si., M.Si adalah
seorang dosen di bidang Biologi
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Beliau
lahir di Indragiri Hilir pada 20 Desember 1978. Prestasi
akademik di bidang biologi dimulai sejak 1998 ketika
mengikuti pendidikan Sarjana S1 pada Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada, dan menyelesaikan gelar
Master pada tahun 2005 dari Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Beliau bergabung dalam organisasi di
antaranya Asosiasi Dosen Biologi (ADBPB) PTKI dan
Perkumpulan Indonesia Approach Education (IA
EDUCATION). Beliau memiliki beberapa Hak Karya
Cipta Publikasi Hasil Penelitian yang dipublikasikan pada
jurnal-jurnal ilmiah.
137
Try Susanti, S.Si., M.Si adalah seorang
dosen di bidang Biologi Fakultas
Tarbiyah & Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Beliau lahir
di Bukittinggi pada 03 Maret 1976.
Prestasi akademik di bidang biologi
dimulai sejak 1999 ketika mengikuti
pendidikan Sarjana S1 pada Program Studi Biologi FMIPA
Universitas Andalas, dan menyelesaikan gelar Master
pada 2009 dari Pasca Sarjana Universitas Andalas. Sejak
2007-2009; 2010-2012; 2012-2014 Beliau menjabat Sebagai
Ketua Program Studi Tadris Biologi dan Anggota Senat
FTK IAIN STS Jambi, Tahun 2014-2018 kembali menjabat
Sebagai Ketua Program Studi/Jurusan Tadris Biologi FTK
IAIN/UIN STS Jambi, Tahun 2018-2020 menjabat sebagai
Ketua Penjamin Sistem Mutu FTK UIN STS Jambi, Tahun
2020 hingga sekarang menjabat sebagai ketua Program
Studi di Fakultas Sains dan Teknologi UIN STS Jambi, di
samping itu juga mengajar di Program Studi S1
Universitas Terbuka Jambi, Asesor Akreditasi
Sekolah/Madrasah Provinsi Jambi serta Fasililator Dosen
Tanoto Foundation. Beliau Aktif dalam berbagai
organisasi diantaranya Masyarakat Biodiversitas
138
Indonesia, Pengurus Asosiasi Dosen Biologi (ADBPB)
PTKI, Perhimpunan Biologi Indonesia Jambi. Beliau
memiliki beberapa Hak Karya Cipta Publikasi Hasil
Penelitian. Penelitiannya dipublikasikan pada jurnal-
jurnal ilmiah.
Muhamad Sholichin, S.Pd., adalah
alumni di Jurusan Tadris Biologi
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada
tahun 2020. Beliau lahir di Saleh
Agung, 24 Maret 1997. Selama
menempuh S1 bergabung dalam organisasi dan kegiatan
sebagai Ketua Badan Pengurus Harian Jurusan Tadris
Biologi Bidang Kewirausahaan periode 2017/2018 dan
aktif sebagai Kosma angkatan 2016 periode tahun 2016-
2020.
139