isi pkm-gt

16
1 A. PENDAHULUAN Produksi ikan nila terus meningkat dan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan ini. Peningkatan ini disebabkan naiknya permintaan konsumen untuk konsumsi lokal maupun ekspor dalam kondisi hidup.. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila adalah pertumbuhan yang semakin menurun, ukuran individu mengecil dan matang kelamin pada usia dini. Fenomena ini disebabkan oleh pengelolaan pembenihan dan induk yang tidak tepat. Sementara ketersediaan produk biologi ikan nila dengan spesifikasi kualitas standar produk dengan kuantitas yang kontinyu dirasakan masih sangat terbatas. Ikan nila (Oreochromis Sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat karena rasa yang enak, harga relatif murah, kandungan gizinya sangat tinggi. Ikan nila di kalangan pembudidaya ikan tercatat memiliki nilai ekonomi penting dalam bisnis ikan air tawar lokal maupun untuk ekspor, karena kemampuan tumbuhnya cepat, mudah berkembang biak, sangat toleran terhadap lingkungan serta relatif tahan terhadap penyakit, sehingga banyak dibudidayakan. Dengan potensi tersebut perkembangbiakan ikan nila hampir sulit dikontrol, sehingga untuk mempertahankan kualitas ikan nila yang mempunyai performa baik dari generasi ke generasi sulit dilakukan. Dampak yang dirasakan pembudidaya ikan nila adalah pendapatan berkurang akibat produksi ikan dan kualitas yang menurun. Perkembangan pembenihan ikan nila diawali dengan keberhasilan pemijahan buatan yang ditujukan untuk optimalisasi peningkatan produksi dan penyediaan benih secara kontinyu. Keberhasilan tersebut memberikan kemudahan untuk teknologi budidayanya, sehingga menjadi pemicu pembudidaya ikan untuk membudidayakan. Perkembangan budidaya

Upload: rizki-dwi-setiawan

Post on 27-Jun-2015

315 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI PKM-GT

1

A. PENDAHULUAN

Produksi ikan nila terus meningkat dan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan ini. Peningkatan ini disebabkan naiknya permintaan konsumen untuk konsumsi lokal maupun ekspor dalam kondisi hidup.. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila adalah pertumbuhan yang semakin menurun, ukuran individu mengecil dan matang kelamin pada usia dini. Fenomena ini disebabkan oleh pengelolaan pembenihan dan induk yang tidak tepat. Sementara ketersediaan produk biologi ikan nila dengan spesifikasi kualitas standar produk dengan kuantitas yang kontinyu dirasakan masih sangat terbatas.

Ikan nila (Oreochromis Sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat karena rasa yang enak, harga relatif murah, kandungan gizinya sangat tinggi. Ikan nila di kalangan pembudidaya ikan tercatat memiliki nilai ekonomi penting dalam bisnis ikan air tawar lokal maupun untuk ekspor, karena kemampuan tumbuhnya cepat, mudah berkembang biak, sangat toleran terhadap lingkungan serta relatif tahan terhadap penyakit, sehingga banyak dibudidayakan. Dengan potensi tersebut perkembangbiakan ikan nila hampir sulit dikontrol, sehingga untuk mempertahankan kualitas ikan nila yang mempunyai performa baik dari generasi ke generasi sulit dilakukan. Dampak yang dirasakan pembudidaya ikan nila adalah pendapatan berkurang akibat produksi ikan dan kualitas yang menurun.

Perkembangan pembenihan ikan nila diawali dengan keberhasilan pemijahan buatan yang ditujukan untuk optimalisasi peningkatan produksi dan penyediaan benih secara kontinyu. Keberhasilan tersebut memberikan kemudahan untuk teknologi budidayanya, sehingga menjadi pemicu pembudidaya ikan untuk membudidayakan. Perkembangan budidaya ikan nila pada kenyataannya mengalami penurunan kualitas genetik mulai generasi ke-6 karena kurang tepatnya pengelolaan induk - induk yang dikembangbiakan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Gustiano, 2009). Dilain pihak permintaan ikan nila merah semakin meningkat sehingga dirasakan sangat mendesak agar dicarikan solusinya. Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan nila merah dapat dilakukan dengan mempercepat pertumbuhannya melalui aplikasi pembalikan sex yang dikenal dengan teknologi sex reversal. Sex reversal adalah proses memproduksi ikan monosex atau memproduksi ikan dengan satu jenis kelamin yaitu jantan atau betina saja. Hal ini didasarkan pada pola pertumbuhan ikan yang berbeda antara ikan jantan dan betina.

Budidaya ikan nila tunggal kelamin jantan diyakini memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan dengan budidaya kelamin campuran. Produksi benih tunggal kelamin jantan pada ikan nila merah bertujuan meningkatkan hasil produksi, terutama dalam proses pembesaran. Pengarahan kelamin (sex reversal) merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh keturunan yang monoseks, baik jantan maupun betina. Sex reversal dapat dilakukan dengan memberikan hormon sintetis androgen dan

Page 2: ISI PKM-GT

2

estrogen untuk memicu pertumbuhan kelamin ikan yang diinginkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan benih tunggal kelamin jantan androgen dan estrogen secara cepat dan mudah adalah melalui penggunaan hormon androgen seperti 17α-metiltestosteron (MT), testosteron propionat, dan 11-ketotestosteron. Sejauh ini, androgen yang paling efektif untuk menghasilkan populasi monoseks jantan adalah 17α-metiltstosteron (Sucipto, 2007). Selanjutnya dinyatakan bahwa ikan nila jantan memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat (20 sampai 30 %) dibandingkan ikan nila betina. Upaya ini selaras dengan visi Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia yaitu dalam rangka mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya dan menjadi negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015.

Ikan nila merah tumbuh lebih cepat dalam pemeliharaan secara tunggal kelamin jantan (monosex) dibandingkan secara campuran (mix sex). Penelitian Fitzsimmons (2004), menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan nila tunggal kelamin jantan (monosex culture) memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, ukuran lebih besar dibanding ikan betina dan tekstur daging lebih kompak. Untuk itu penggunaan metode sex reversal dalam budidaya ikan nila tunggal kelamin jantan dapat diaplikasikan dalam budidaya ikan nila merah dengan tujuan mendapatkan ikan nila yang cepat besar, hasil panen yang seragam, dan memperpendek umur panen. Dengan melakukan pemfokusan pada pemeliharaan tipe ikan nila tunggal kelamin jantan atau monosex, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi guna meningkatkan hasil produksi ikan nila merah.

B. GAGASANIkan nila merah merupakan jenis ikan hibrida yang masuk ke Indonesia

pada tahun 1980. Nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan menempati posisi yang strategis di pasar ekspor karena warna dan bentuk tubuhnya mirip dengan ikan kakap merah sehingga banyak diminta negara importir untuk substitusi ikan kakap merah. Ikan nila merah termasuk salah satu jenis ikan yang dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur sekitar 6-8 bulan. Fekunditas ikan nila merah betina dapat mencapai 2000-2500 ekor larva setiap bertelur dengan selang waktu antara 4-6 minggu. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan dengan ikan nila betina lokal yang hanya menghasilkan anakan sekitar 1000-1500 ekor larva setiap bertelur (Mantau.Z,2005). Selain itu budidayanya dapat dilakukan di berbagai sistem pemeliharaan seperti: kolam air tenang, kolam air deras, keramba sungai maupun keramba jaring apung (KJA) di waduk atau danau.

Sex reversal merupakan metode untuk mendapatkan benih monosex baik jantan maupun betina. Sex reversal pada ikan dapat dikerjakan dengan tiga (3) metode yaitu hibridisasi, manipulasi kromosom dan hormonal.

Hibridisasi adalah metode kawin silang antar jenis atau lain jenis (strain/ras). Manipulasi kromosom dilakukan dengan kejutan suhu pada telur dalam fase pembelahan tertentu.dan rangsangan hormonal. Pada ikan nila merah, teknik hibridisasi dapat digunakan untuk menghasilkan benih hibrida yang lebih cepat pertumbuhannya dari kedua induknya atau untuk

Page 3: ISI PKM-GT

3

menghasilkan turunan yang dominan jantan. Namun demikian, heterosis tidak selalu terjadi bila dilakukan hibridisasi dan efeknya hanya dapat diketahui melalui serangkaian percobaan. Strain nila yang memungkinkan ialah jenis nila hitam (Oreochromis niloticus) dengan Aureus (Oreochromis aureus). Penerapan metode ini hanya untuk memperoleh ikan konsumsi dan tidak dapat digunakan sebagai induk. Namun cara ini kurang praktis dan memakan waktu lama untuk menghasilkan 100% ikan nila jantan (Fitzsimmons, 2004).

Manipulasi kromosom dapat dilakukan atas dasar gen yang membawa sifat kelamin. Kelamin jantan memiliki gen XY dan betina memiliki XX. Di dalam sel telur terdapat gen yang hanya membawa setengah dari sifat itu, yaitu X, sedangkan di dalam sperma terkandung pecahan dari XY. Sehingga ada sperma yang membawa kromosom X dan ada yang membawa kromosom Y. Jika terjadi pembuahan sel telur oleh sperma akan terbentuk gen rangkap, yaitu XX dan XY (Suyanto, 1998). Pada metode manipulasi kromosom terbentuknya monoseks jantan apabila dalam proses reproduksi menghasilkan ikan jantan yang mengandung gen penentu kelamin YY dan biasa disebut “jantan super”. Sedangkan jantan lokal hanya mempunyai sebuah Y. Jika jantan super dikawinkan dengan betina XX maka akan diperoleh turunan yang monosex jantan 100% (Mair et al, 1998).

Manipulasi kromosom dengan cara androgenesis adalah proses terbentuknya embrio dari gamet jantan tanpa kontribusi genetis dari gamet betina. Proses ini tidak umum terjadi sehingga perlu dilakukan proses buatan, yaitu dengan menonaktifkan bahan-bahan genetik yang terdapat pada telur dengan cara radiasi. Akibat dari radiasi tersebut semua embrio keturunan androgenesis berkembang tanpa peranan gamet betina dan bersifat haploid. dan biasanya individu yang haploid bentuknya cacat.

Embrio diploid androgenesis dapat diperoleh dengan cara memberi kejutan suhu terhadap telur yang telah diradiasi dan telah dibuahi oleh sperma (Cassani dan Caton, 1985).. Lama waktu kejutan suhu berbeda-beda untuk setiap jenis ikan. Pada ikan mas lama waktu kejutan suhu dilakukan selama 2 - 40 menit dengan suhu 40⁰C (Eddy, 1994). Pemberian kejutan suhu pada saat pembelahan mitosis I akan mencegah terjadinya pembelahan sel pertama dan akan menghasilkan duplikasi kromosom dari genom haploid paternal yang menjadi dua. Berdasarkan proses tersebut androgenesis akan menghasilkan ikan jantan homozigot XX dan YY, sehingga bila dikawinkan ikan androgenik dengan ikan betina akan terjadi beberapa kemungkinan, yaitu bila XX dikawinkan dengan jantan XX akan menghasilkan monosex betina 100% dan bila XX dikawinkan dengan jantan YY akan dihasilkan monosex jantan 100% (Rustidja,1999). Metode manipulasi kromosom hanya dapat dikerjakan oleh ahli genetik. Selain memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dan waktu yang cukup lama juga membutuhkan biaya yang besar. Jadi cara ini sulit di aplikasikan ke pembudidaya ikan.

Dalam merangsang perubahan kelamin pada ikan, perlakuan dengan hormon steroid yang diberikan secara eksogenus (dari luar tubuhnya) harus dimulai pada waktu yang tepat. Waktu yang tepat untuk perlakuan tersebut bergantung kepada saat terjadinya deferensiasi kelamin ikan. Periode yang baik untuk memberikan perlakuan adalah pada stadium larva atau pada saat ikan mulai makan atau antara sepuluh sampai tiga puluh hari setelah menetas.

Page 4: ISI PKM-GT

4

Untuk pengarahan kelamin ikan nila merah, peningkatan jumlah jantan secara signifikan terjadi apabila larva yang berumur lima sampai sembilan hari setelah menetas (ukuran 9 mm) diberi perlakuan hormon. Walaupun demikian keberhasilan pengarahan jenis kelamin untuk nila merah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti jenis dan dosis hormon yang digunakan, metode pemberian hormon, umur ikan serta lama perlakuan. Aplikasi monosex dengan penggunaan hormone secara oral dengan dosis tertentu mudah dikerjakan oleh para pembudidaya ikan (Guerrero III dan Guerrero, 2004).

Terdapat dua teknik manipulasi hormonal pada larva ikan nila merah, yakni melalui perendaman (dipping) dan pakan (oral).1. Teknik Perendaman (dipping)

Proses perlakuan dengan perendaman, dapat dilakukan dalam wadah kantong plastik yang biasa digunakan untuk packing ikan, bak fibre glass (bak serat kaca), atau wadah lain yang kedap air. Larutan hormon dibuat dengan cara melarutkan hormone 17α-metiltstosteron dalam 2-3 ml alkohol 90% dengan dosis hormon yang digunakan sebesar 5mg/l. Selanjutnya masukkan larutan hormon tersebut ke dalam media air perendaman yang sudah berisi larva ikan nila dan biarkan selama 6 jam. Setelah itu pindahkan larva ikan nila dalam kolam pembesaran.2. Teknik Pakan Berhormon

Teknik ini menggunakan prinsip mencampurkan hormon 17α-metiltstosteron ke dalam pakan yang digunakan untuk pemeliharaan ikan. Prosedur pembuatan pakan berhormon adalah:

a. Menimbang hormon 17 metiltestosteron dan pakan sesuai dengan dosis yang digunakan (misalnya 40 mg /kg atau 60 mg/kg pakan).

b. Melarutkan hormon dengan 300 ml alkohol 70% dan menampungnya dalam sprayer.

c. Menyemprotkan dan meratakan hasil semprotan kepada pakan sedemikian sehingga setiap butiran pakan mengandung hormon.

d. Menguapkan alkohol pada pakan (pakan berhormon tidak boleh terpenetrasi cahaya matahari). Pakan berhormon siap untuk digunakan setelah alkohol menguap. Penyimpanan pakan dapat dilakukan dalam wadah plastik gelap dan atau menyimpannya dalam refrigerator suhu 4 oC.

e. Dosis pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan erat kaitannya dengan bentuk pellet (Gambar 1) dan ukuran ikan (Tabel 1).

Gambar 1. Pakan ikan berbentuk pelet

Pemberian pakan berhormon pada benih ikan nila merah hanya selama 21 hari berturut-turut. Untuk 1000 ekor larva, minggu pertama berat benih

Page 5: ISI PKM-GT

5

ikan rata-rata 0,01 gram sehingga diberikan pakan sekitar 30% dari berat biomassa. Jadi pemberian pakan kira-kira sekitar 3 gram dengan 4 kali pemberian selama 7 hari. Pada minggu kedua berat benih ikan sudah mencapai rata-rata 0,05 gram, maka pemberian pakannya sekitar 25% dari berat biomassa kira-kira sekitar 12,5 gram pakan dengan pemberian 4 kali sehari selama 7 hari. Untuk minggu ketiga berat ikan sudah mencapai sekitar 0,1 gram per ekor.,maka pemberian pakan sebanyak 20% dari total biomassa yaitu sekitar 20 gram per hari selama 7 hari. Setelah 21 hari pemberian pakan berhormon dihentikan dan mulai diberikan dengan pakan yang tidak mengandung hormon. Sampai saat ini teknik penghormonan melalui oral paling banyak digunakan karena hasil yang diperoleh lebih dari 95 sampai 100% jantan bila dibandingkan dengan perendaman yang menghasilkan sekitar 70 sampai 80% . Tabel 1. Hubungan antara ukuran ikan dengan feeding management:

Ukuran ikan (gram)

Tingkat Pemberian Pakan (%)

Frekuensi Pemberian Pakan (kali)

20 8 5

50 6 5

100 5 4

150 4 4

200 4 3

250 3 3

Menurut studi yang telah dilakukan, setelah 5 hari berhenti dari pemberian pakan berhormon ikan nila jantan tidak mengandung kimiawi yang membahayakan manusia, namun setelah beberapa bulan sampai ikan dapat dikonsumsi maka dapat dikatakan aman untuk memakan ikan hasil jantanisasi tersebut.

Sejauh ini penggunaan metode sex reversal cenderung lebih banyak digunakan untuk menghasilkan ikan betina, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan induk saja dan secara komersial belum mengarah kepada tujuan untuk budidaya ikan nila merah tunggal kelamin jantan. Berikut prosedural pembentukan sel kelamin ikan betina dengan metode penggunaan estradiol 17-β.

Page 6: ISI PKM-GT

6

Gambar 2. Diagram alur metode sex reversal yang digunakan untuk menghasilkan ikan betina melalui pembentukan jantan super (YY)

Dalam budidaya ikan nila merah jantan sistem tunggal kelamin (monosex) akan diperoleh laju pertambahan berat badan sebesar 1,53–2,69 gram per hari dan pada ikan nila betina diperoleh laju pertambahan berat sebesar 0,83- 1,05 gram per hari dan untuk mencapai ukuran konsumsi hanya diperlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan Tidak demkian halnya dengan pemeliharan ikan nila merah dengan sistem campuran (mix sex), karena untuk mendapatkan ikan konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan selama 5-6 bulan. Dengan hasil seperti itu maka waktu panen untuk budidaya tungal kelamin jantan bisa mencapai 3 kali setahun, sedangkan untuk budidaya campuran (mix sex) hanya dapat dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Untuk itu dengan budidaya ikan nila merah tunggal kelamin jantan dapat mempercepat waktu panen sehingga dapat memperkecil biaya pemeliharaan. Hal ini juga dapat berdampak pada meningkatnya hasil produksi ikan nila merah dan pendapatan pembudidaya ikan nila merah.

Metode sex reversal dalam rangka pembentukan ikan nila merah tunggal kelamin jantan ini masih belum banyak diketahui oleh kalangan pembudidaya ikan nila merah khusunya para pembudidaya yang berada di daerah kabupaten – kabupaten. Oleh karena itu diharapkan Instansi yang terkait (Dinas Perikanan atau Instansi Riset Perikanan) dalam rangka pengembangan teknologi sex reversal budidaya ikan nila merah untuk tujuan maskulinisasi kepada pembudidaya ikan, adalah diperlukannya lebih banyak sosialisasi dari hasil riset yang sudah dikerjakan dengan melakukan penyuluhan, penyebaran brosur dan dapat lebih mempublikasikan tentang penggunaan metode sex

Page 7: ISI PKM-GT

7

reversal. Proses sex reversal ini tentu saja harus mengacu pada standar prosedur operasional (SPO) dari PPINN (Pusat Pengembangan Induk Nila Nasional) nomor 05 tahun 2004 tentang sex reversal ikan nila dan nomor 10 tahun 2004 tentang identifikasi jenis kelamin ikan dengan analisa gonad telah digunakan. Sehingga peningkatkan hasil produksi ikan nila merah dapat tercapai sesuai visi dan kisi Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014.

Dengan demikian diperlukan adanya suatu hubungan yang sinergis antara pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan dan para pakar di bidang perikanan serta kelompok pembudidaya ikan nila merah agar dapat terus mengembangkan metode sex reversal guna meningkatkan hasil produksinya.

C. KESIMPULAN

Budidaya ikan nila merah sebaiknya tidak dilakukan dengan cara pemeliharaan mix sex (campuran), tetapi dilakukan dengan teknik budidaya tunggal kelamin jantan (monosex). Pengarahan kelamin (sex reversal) dengan metode hormonal pada pemberian pakan atau perendaman dengan menggunakan hormon pejantan (17 methyltestosterone) yang merupakan salah satu teknik yang paling cocok yang dapat dilakukan untuk memperoleh keturunan tunggal kelamin jantan. Penggunaan teknik penghormonan dilakukan dengan dosis hormon yang digunakan pada metoda oral adalah 40 mg/kg pakan, sedangkan dengan metoda dipping cukup 1,0 mg/l.

Dengan menggunakan metode sex reversal secara hormonal akan didapatkan ikan nila yang cepat besar, hasil panen yang seragam, dan memperpendek umur panen. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas produksi, produktivitas ikan nila merah pada khususnya dan meningkatkan hasil perikanan budidaya perikanan air tawar pada umunya serta meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan nila merah.

Page 8: ISI PKM-GT

8

DAFTAR PUSTAKA

Cassani, J.R dan W.E.Caton. 1985. Induce triploidi in Grass Carp (Ctenopharingodon idella). Aquaculture, 46:37-44.

Eddy M. 1994. Pengaruh Lama Kejutan Panas Terhadap Androgenesis Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Fakultas Pertanian Unida Bogor. 38 hal.

Fitzsimmons, K. 2004. Introduction to Tilapia Sex-Determination and Sex-Reversal.

Guerrero III,R.D and L.A Gerrero, 2004. Effects of Androstenedione and Methyl Testosterone on Sex Reversal in Outdoor Net Enclosures.

Gustiano,R. 2009. Nila BEST. www.brkp.dkp.go.id . Diakses pada tanggal 14 Februari 2010 pukul 20.00 wib.

Mair,G.C,JB.Capili, JA Beardmore and Skibinski. 1988. The YY Male Tecnologi for Productions of Monosex Male Tilapia (orechromis niloticus) in David Penman (ed): Genetic in. Aquaculture and Fisheries manageman. University of Stirling Scotland. Pp.93-95.

Mantau, Z. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Jantan Dengan Rangsangan Hormon Metil Testosteron Dalam Tepung Pelet. Jurnal Litbang Pertanian, 24 (2). 5 hal

Rustidja,1999. Manajemen Peningkatan Mutu dan Produksi Masal Benih Serta Induk Ikan Nila,Mas dan Lele.Dirjen Deptan:Jakarta 20 hal..

Sucipto, Adi dkk. 2007. Breeding Program Produksi Nila Kelamin Jantan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Suyanto.S.R. 1988. Nila.Penebar Swadaya.Jakarta 105 hal.

.

Page 9: ISI PKM-GT

9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PELAKSANA

Nama lengkap : Rizki Dwi Setiawan

Tempat, tanggal lahir : Manado, 28 April 1990

Alamat Rumah : Jln Duku IV Rt 06 Rw 04 Jajar Laweyan Surakarta

Alamat Kos : Jln Permai 5 Gulon Rt 3/21 Jebres Surakarta

Hp : 085624118649

Jenis Kelamin : Laki-laki

Karya yang pernah dibuat : - Penggunaan Ekstrak Buah Naga sebagai Pewarna Makanan Berantioksidan

- Cake Pelangi Ubi Jalar Berantioksidan

- “Geplak Laut” Inovasi Olahan Ikan Baru Di TPI Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta

Penghargaan yang pernah diraih

: Juara Harapan III Lomba Cipta Produk Tingkat Nasional POLINELA Lampung

Surakarta, 17 Maret 2010

Rizki Dwi Setiawan

Page 10: ISI PKM-GT

10

Nama lengkap : Farid Udin

Tempat, tanggal lahir : Batang, 9 september 1989

Alamat Rumah : Jln Ki Mangun Sarkoro RT 3 RW 12 Setono Dekoro Pekalongan

Alamat Kos : Kos Al Ma’ruf

Jalan Bimasakti Rt 12 Rw 20 Kaplingan Jebres Surakarta Hp: 085740137415

Jenis Kelamin : Laki-laki

Karya yang pernah dibuat : - Enzim Papain sebagai Pengganti Enzim Renin dalam Pembuatan Keju Nabati (Cheese Analogue)

- Penggunaan Ekstrak Buah Naga sebagai Pewarna Makanan Berantioksidan

Penghargaan yang pernah diraih

:

Surakarta, 17 Maret 2010

Farid Udin

Page 11: ISI PKM-GT

11

Nama lengkap : Ita Noor Farikhah

Tempat, tanggal lahir : Jepara, 23 Agustus 1989

Alamat Rumah :

Alamat Kos :

Jenis Kelamin : Perempuan

Karya yang pernah dibuat :

Penghargaan yang pernah diraih

:

Surakarta, 17 Maret 2010

Ita Noor Farikhah