isi paper psikiatri.docx

18
BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1895 Sigmund Freud memperkenalkan konsep neurosis kecemasan (anxiety neurosis), yang terdiri dari gejala psikis dan somatik akut dan kronis. Neurosis kecemasan akut dari Freud adalah serupa dengan gangguan panik DSM – IV. Freud adalah yang pertama kali menyatakan hubungan antara serangan panik dengan agorafobia. Istilah “agorafobia” telah diajukan pada tahun 1871 untuk kondisi dimana pasien tampaknya takut berada ditempat publik tanpa disertai teman atau saudara. Pada tahun 1980 DSM-III secara resmi mengeluarkan diagnosis neurosis kecemasan dan memperkenalkan diagnosis gangguan panik. Karena gangguan panik dimasukkan sebagai diagnosis pada tahun 1980 dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder edisiketiga (DSM-III), banyak data penelitian tentang gangguan dan pengalaman klinis dengan pasien terkena telah dikumpulkan. Kemampuan petugas pelayanan kesehatan untuk mengenali gejala gangguan panik telah meningkat sejak tahun 1980, yang paling penting terapi efektif dan spesifik telah dikembangkan dan telah terbukti efektif. Semua petugas pelayanan kesehatan harus mampu mengenali gejala gangguan panik, sehingga pasien yang menderitanya dapat memperoleh terapi yang sesuai, termasuk obat farmakoterapeutik dan psikoterapi. 1

Upload: agnesi-nurzakyyah

Post on 16-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Pada tahun 1895 Sigmund Freud memperkenalkan konsep neurosis kecemasan (anxiety neurosis), yang terdiri dari gejala psikis dan somatik akut dan kronis. Neurosis kecemasan akut dari Freud adalah serupa dengan gangguan panik DSM IV. Freud adalah yang pertama kali menyatakan hubungan antara serangan panik dengan agorafobia. Istilah agorafobia telah diajukan pada tahun 1871 untuk kondisi dimana pasien tampaknya takut berada ditempat publik tanpa disertai teman atau saudara.Pada tahun 1980 DSM-III secara resmi mengeluarkan diagnosis neurosis kecemasan dan memperkenalkan diagnosis gangguan panik. Karena gangguan panik dimasukkan sebagai diagnosis pada tahun 1980 dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder edisiketiga (DSM-III), banyak data penelitian tentang gangguan dan pengalaman klinis dengan pasien terkena telah dikumpulkan. Kemampuan petugas pelayanan kesehatan untuk mengenali gejala gangguan panik telah meningkat sejak tahun 1980, yang paling penting terapi efektif dan spesifik telah dikembangkan dan telah terbukti efektif. Semua petugas pelayanan kesehatan harus mampu mengenali gejala gangguan panik, sehingga pasien yang menderitanya dapat memperoleh terapi yang sesuai, termasuk obat farmakoterapeutik dan psikoterapi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidakdiperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Karena pasien dengan serangan panik seringkali datang ke klinik medis, gejala mungkin keliru didiagnosis sebagai suatu kondisi medis yang serius (sebagai contoh, infark miokardium) atau suatu yang dinamakan gejala histerikal.1Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan adalah bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun. Selama serangan, pasien mengalami rasa takut dan gejala-gejala autonom mendadak yang semakin meningkat, mereka tidak mampu melakukan apa-apa sampai serangan selesai. Mereka juga mengalami perasaan akan kiamat atau akan mati, dan gejala-gejala somatik seperti sesak nafas, palpitasi, nyeri dada, tremor, pingsan, pusing, perasaan tersedak atau tercekik. Sebenarnya, takutmati, menjadi gila atau hilang kontrol merupakan tanda-tanda kardinal. Serangan biasanya berlangsung selama beberapa menit saja.1,2Gangguan panik sering disertai agorafobia, yaitu rasa takut sendirian ditempat umum, terutama tempat yang sulit untuk keluar dengancepat saat terjadi serangan panik. Agorafobia merupakan fobia yang paling mengganggu, karena terjadinya agorafobia dapat mengganggu dalam situasi kerja atau sosial diluar rumah.1,3Gangguan panik bertahan karena seseorang takut akan sensasi somatik yang disebabkan oleh serangan panik. Namun, satu-satunya bahaya bersifat subjektif, akibat intrerpretasi seseorang terhadap panik, pemaknaan atau konsekuensinya (misalnya sebagai ancaman atau bahaya). Peningkatan rangsangan sisten syaraf autonom terjadi kemudian dicatat serta direspon sebagai ketakutan, yang kemudian menyebabkan serangan panik selanjutnya. Dengan demikian kondisi ketakutan terhadap pola rasa takut terjadi, anxietas sendiri menjadi stimulus fobik. Individu mungkin berhenti melakukan latihan fisik karena menyebabkan peningkatan denyut jantung yang menyebabkan pola rasa takut bekerja kembali menyebabkan serangan rasa panik selanjutnya.DSM Edisi keempat (DSM IV) memasukkan gangguan panik didalam gangguan yang predominan didalamnya dan memiliki diagnosis untuk gangguan panik dengan agorafobia dan gangguan panik tanpa agorafobia. DSM-IV juga mengandung kriteria diagnostik untuk agorafobia tanpa riwayat gangguan panik. Serangan panik sendiri dapatterjadi pada berbagai gangguan mental (sebagai contoh, gangguan depresif) dan kondisi medis (sebagai contoh, putus obat atau intoksikasi zat), terjadi serangan panik tidak sendirinya mengarahkan diagnosis.1

2.2 Sejarah Pengertian gangguan panik mungkin berasal dari konsep sindrom jantung irritable,yang ditemukan pada serdadu di perang saudara amerika oleh Jacob Mendes Da Costa. Syndrome Da Costa memiliki banyak gejala psikis dan somatik yang sekarang dimasukkan dalam kriteria diagnostik untuk gangguan panik. Pada tahun 1895 Sigmund Freud memperkenalkan konsep neurosis kecemasan (anxiety neurosis), yang terdiri dari gejala psikis dan somatik akut dan kronis. Neurosis kecemasan akut dari Freud adalah serupa dengan gangguan panik DSM-IV. Freud adalah yang pertama kali menyatakan hubungan antara serangan panik dengan agorafobia. Istilah agorafobia telah diajukan pada tahun 1871 untuk kondisi dimana pasien tampaknya takut berada ditempat publik tanpa disertai teman atau sanak saudara. Kata ini didapatkan dari bahasa Mesir agora dan phobos yang berarti ketakutan akan tempat jualan.12.3 Epidemiologi Penelitian epidemiologis telah melaporkan prevalensi seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5 3 % dan untuk serangan panik adalah 3-4%.1 Gangguan panik terjadi pada 1-2% populasi umum, lebih sering pada perempuan daripada laki-laki, dan dapat memburuk pada saat pramenstruasi. Usia wanita adalah 20-40 tahun. 2 Tetapi gangguan panik dan agorafobia dapat berkembang pada setiap usia. Gangguan panik pernah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja dan kemungkinan kurang didiagnosis pada mereka. 1,32.4EtiologiTerdiri atas faktor biologik, genetik dan psikososial :2.4.1. Faktor BiologisPenelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai temuan: satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik terkait dengan suatu kisaran abnormalitas biologis dalam struktur dan fungsi otak. Sebagian besar penelitian dilakukan dengan penggunaan stimulan biologis untuk menginduksi serangan panik pada pasien dengan gangguan panik. Penelitian tersebut dan penelitian lainnya menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan panik menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat pada stimulus berulang, dan berespon berlebihan pada stimulus sedang. 1,3,4Sistem neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-amino butyric acid (GABA). Disfungsi serotonergik cukup terlihat pada gangguan panik dan berbagai penelitian dengan obat campuran agonis-antagonis serotonin menunjukkan peningkatan angka anxietas. Respon tersebut dapat disebabkan oleh hipersensitivitas serotonin pasca sinaps pada gangguan panik. Terdapat bukti praklinis bahwa lemahnya transmisi inhibisi lokal GABAnegik di amiglada basolateral, otak tengah, dan hipotalamus dapat mencetuskan respon fisiologis mirip anxietas. Keseluruhan data biologis mengarahkan pada suatu fokus di batang otak ( terutama neuron noradrenergik pada lokus ceruleus dan neuron serotonergik pada raphe nucleus media), sistim limbik (mungkin bertanggung jawab dalam pembentukan anxietas antisipatorik) dan korteks prafrontal (mungkin bertanggung jawab dalam pembentukan penghindaran fobik). Diantara berbagai neurotransmitter yang terlibat, sistem noradrenergik juga menarik banyak perhatian, terutama reseptor 2 prasinaps yang memegang peran signifikan. Reseptor ini diidentifikasi melalui percobaan farmakologis dengan agonis-2 klonidin (Catapres) dan antagonis reseptor 2 yohimbin, yang merangsang letupan pada locus ceruleus dan menimbulkan tingkat aktivitas mirip panik yang tinggi pada pasien dengan gangguan panik.1,3a. Zat Pencetus PanikZat yang mencetuskan panik (sering disebut panikogen) menginduksi serangan panik pada mayoritas pasien dengan gangguan panik dan sebagian kecil pada orang tanpa gangguan panik atau dengan riwayat serangan panik. Penggunaan zat yang menginduksi sangat terbatas pada lingkungan penelitian, tidak ada alasan indikasi klinis untuk menstimulasi serangan panik pada pasien. Zat penginduksi panik neurokimia yang bekerja melalui sistem neurotransmitter spesifik, mencakup yohimbin (yocon), suatu antagonis reseptor - 2 adrenergik, flenfuramin (pondimin), agen pelepas serotonin, m-klorofenilpiperazin (mCPP), suatu agen dengan berbagai efek serotonergik, -obat karbolin, agonis kebalikan reseptor GABAB, kolesistokinin dan kafein. Zat penginduksi panik neurokimia dianggap terutama memenuhi reseptor noradrenergik, serotonergik, GABA di sistem saraf pusat secara langsung. Zat yang disebut penginduksi panik pernapasan menyebabkan rangsangan pernapasan dan pergeseran keseimbangan asam basa. Zat ini mencakup karbondioksida, natrium laktat dan bikarbonat.1,3

b. Pencitraan OtakStudi pencitraan struktur otak contohnya MRI, pada pasien dengan gangguan panik menyebabkan keterlibatan patologis lobus temporalis, terutama hipokampus. Studi pencitraan otak fungsional, contonya positron emission tomoghraphy (PET), melibatkan adanya disregulasi aliran darah otak. 1,3

c. Prolapsus katup mitralis Walaupun perhatian besar sebelumnya diberikan dalam suatu hubungan prolapsus katup mitral dan gangguan panik, penelitian hampir seluruhnya menghilangkan adanya kepentingan atau relevansi klinis dari hubungan tersebut. Prolapsus katup mitralis adalah suatu sindrom heterogen yang terdiri dari prolapsus satu daun katup mitralis, yang menyebabkan klik midsistolik pada auskultasi jantung.1,3

2.4.2. Faktor GenetikaBerbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko empat hingga delapan kali untuk gangguan panik diantara kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan kerabat derajat pertama pasien psikiatri lain.1,3

2.4.3. faktor Psikososiala. Teori Perilaku Kognitifteori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah respons yang dipelajari baik dari perilaku menirukan perilaku orangtua maupun melalui prosespembelajaran klasik. Teori perilaku lainnya menyatakan suatu hubungan antara sensasi gejala somatik ringan (seperti palpitasi) dan timbulnya serangan panik.1,3 b. Teori Psikoanalitikteori psikoanalitik mengonseptualisasi serangan panik sebagai serangan timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan anxietas. Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panik kemungkinan melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenitas serangan panik mungkin berhubungan dengan faktor neurologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.1,3

2.5 Diagnosis 2.5.1. Serangan Panik1,3Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Serangan Panik

Catatan : Serangan panik bukanlah gangguan yang diberi kode. Buatlah kode diagnosis spesifik saat serangan panik terjadi (misalnya, gangguan panik dengan agorafobia).Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, dimana empat atau lebih gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit

1. Palpitasi, jantung berdebar atau denyut jantung meningkat2. Berkeringat3. Gemetar4. Rasa nafas pendek atau tercekik5. Rasa tersedak6. Nyari dada atau perasaan tidak nyaman7. Mual atau gangguan abdomen8. Perasaan pusing, tidak stabil, kepala terasa ringan atau pingsan9. Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri10. Rasa takut kehilangan kendali atau menjadi gila11. Rasa takut mati12. Parestesi (kebas atau rasa kesemutan)13. Menggigil atau rona merah di wajah

Dari American Psychiatric Association. Diagnosis and Statistical Manual of Mental Dissorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association, copyright 2000, dengan izin

2.5.1. Gangguan Panik 1,3DSM-IV memiliki dua kriteria diagnostik untuk gangguan panik :a) Gangguan Panik Tanpa AgorafobiaTabel 2. Gangguan Panik Tanpa Agorafobia

A. BAIK (1) dan (2):

1) Serangan panik berulang yang tidak terduga

2) Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan (atau lebih) oleh salah satu (atau lebih) hal berikut ini :a) Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahanb) Khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (contoh, hilang kendali, serangan jantung, menjadi gila)c) Perubahan perilaku yang bermakna terkait serangan

B. Tidak ada agorafobia

C. Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, obat yang disalah gunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme)

D. Serangan panik tidak dapat dimasukkan kedalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik, gangguan obsesif-kompulsif (misalnya terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik (misalnya sebagai respon terhadap stimuli yang berhubungan dengan stresor parah atau gangguan cemas perpisahan.

Dari American Psychiatric Association. Diagnosis and Statistical Manual of Mental Dissorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association, copyright 2000, dengan izin

b) Gangguan Panik dengan AgorafobiaTabel 3. Kriteria diagnostik untuk gangguan panik dengan agorafobia

A. Baik (1) dan (2):1) Serangan panik berulang yang tidak terduga

2) Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan (atau lebih) oleh salah satu (atau lebih) hal berikut ini :a) Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahanb) Khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (contoh, hilang kendali, serangan jantung, menjadi gila)c) Perubahan perilaku yang bermakna terkait serangan

B. Terdapat agorafobia

C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, obat yang disalah gunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme)

D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lainnya, seperti fobia sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik, gangguan obsesif-kompulsif (misalnya terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pascatraumatik (misalnya sebagai respon terhadap stimuli yang berhubungan dengan stresor parah atau gangguan cemas perpisahan.

Dari American Psychiatric Association. Diagnosis and Statistical Manual of Mental Dissorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association, copyright 2000, dengan izin

2.5.3 Agorafobia tanpa Riwayat Gangguan Panik 1,3 Tabel 4. Kriteria diagnostik untuk Agorafobia tanpa Riwayat Gangguan Panik

A. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip panik (misalnya pusing atau diare)B. Tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan panikC. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umumD. Jika ditemukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan, rasa takut yang dijelaskan dalam kriteria A jelas melebihi dari apa yang biasanya berhubungan dengan kondisi

Dari American Psychiatric Association. Diagnosis and Statistical Manual of Mental Dissorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association, copyright 2000, dengan izin

Menurut PPDGJ-III Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik), pedoman diagnostiknya adalah :

Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan: Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi. 52.6 Gambaran Klinis Gangguan panikDSM-IV-TR menekankan bahwa setidaknya serangan pertama harus tidak diduga (tanpa syarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik. Klinisi harus berupaya mendapatkan setiap kebiasaan atau situasi yang biasanya mendahului serangan panik pasien. Serangan sering dimulai dengan periode meningkatnya gejala dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah rasa takut yang ekstrim dan rasa kematian serta ajal yang mengancam. Tanda fisik sering mencakup takikardi, palpitasi, dyspnea, dan berkeringat. Pasien sering mencoba pergi untuk mencari pertolongan. Serangan biasanya bertahan sampai 20-30 menit dan jarang lebih dari 1 jam. AgorafobiaPasien agorafobia secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit untuk mendapatkan bantuan. Mereka lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota keluarga ditempat tertentu.1,3 Gejala PenyertaGejala depresif seringkaliditemukan pada serangan panik dan agorafobia dan pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.1,3

2.7 Diagnosis Banding Gangguan PanikDiagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. Untuk gangguan medis misalnya infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi dan feokromositoma. Sedangkan diagnosis banding psikiatri untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress pasca traumatik, skizofrenia dan gangguan depresi.1,3 Agorafobia tanpa riwayat gangguan panikDiagnosis banding agorafobia tanpa riwayat gangguan panik mencakup semua gangguan medis yang menyebabkan anxietas dan depresi. Diagnosis banding psikiatri mencakup gangguan depresi berat, skizofrenia dan gangguan kepribadian paranoid.1,32.8 Terapi2.8.1. Farmakoterapi Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)Semua SSRI efektif untuk gangguan panik. Paroksetin memiliki efek sedatif dan cenderung segera membuat pasien tenang. Flouksamin dan setralin adalah obat berikutnya yang paling baik ditoleransi. Satu pendekatan bagi pasien dengan gangguan panik adalah dengan memulai paroksetin 5 sampai 10 mg perhari selama 1 sampai 2 minggu hingga maksimum 60 mg. Jika sedasi tidak dapat ditoleransi,dosis paroksetin diturunkan bertahap hingga 10 mg perhari dan diganti dengan fluoxetin pada 10 mg perhari dan dititrasi meningkat dengan perlahan.3Obat diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat mencegah kekambuhan.4 Benzodiazepin Pemakaian benzodiazepin dalam pengobatan gangguan panik adalah terbatas karena permasalahan ketergantungan, gangguan kognitif dan penyalahgunaan. Alprazolam adalah benzodiazepin yang paling luas digunakan untuk gangguan panik, walaupun clonazepam dua kali lebih kuat daripada alprazolam dan lorazepam yang kira-kira setengah kali kekuatan alprazolam, juga terapi yang efektif. Dosis efektif alprazolam pada umumnya sekitar 4-6 mg/hari. Setelah 4-12 minggu, dosis benzodiazepin secara perlahan dapat diturunkan. Ketergantungan dapat terjadi pada pasien yang diobati selama beberapa bulan, jadi memerlukan penurunan dosis benzodiazepin secara perlahan-lahan, khususnya alprazolam, jika ingin menghentikan pengobatan.1,3 Obat Trisiklik dan tetrasiklikImipramine atau clomipramine dapat dimulai dengan dosis 25-50 mg/hari, dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari dengan selang waktu beberapa hari sampai 1 minggu, sampai tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan sindrom panik (biasanya sampai sekitar 150-200 mg/hari), dengan efek samping obat yang dapat ditoleransi oleh penderita.6Pasien gangguan panik memerlukan dosis penuh clomipramine dan imipramine dan biasanya memerlukan waktu 8-12 minggu untuk menunjukkan respons.1 Dosis efektif dipertahankan sekitar 6 bulan , kemudian dikurangi secara perlahan-lahan sampai 1-2 bulan.6 Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa MAOIs adalah lebih efektif dibandingkan obat trisiklik dan laporan anekdotal menyatakan bahwa pasien yang tidak berespon terhadap obat trisiklik kemungkinan berespons terhadap MAOIs, pasien gangguan panik tampaknya tidak mengalami efek samping awal overstimulasi yang dapat terjadi pada obat trisiklik. Dosis yang digunakan berlangsung 8-12 minggu.1,32.8.2. Terapi Perilaku dan Kognitif Terapi KognitifInstruksi tentang kepercayaan yang salah dari berpusat pada kecenderungan pasien untuk keliru menginterpretasikan sensasi yang ringan sebagai tanda untuk ancaman serangan panik, kiamat atau kematian. Informasi tentang serangan panik adalah penjelasan bahwa serangan panik terbatas dan tidak mengancam kehidupan.

Penerapan RelaksasiTujuan aplikasi relaksasi adalah memberikan pasien rasa kendali mengenai tingkat anxietas dan relaksasi. Melalui penggunaan teknik standar relaksasi otot dan membayangkan situasi yang membuat santai.

Latihan pernafasan Karena hiperventilasi yang berhubungan dengan serangan panik mungkin berkaitan dengan jumlah gejala seperti pusing dan pingsan, satu pendekatan langsung untuk mengendalikan serangan panik adalah melatih pasien mengendalikan dorongan untuk melakukan hiperventilasi. Pemaparan in VivoTeknik melibatkan pemaparan yang semakin besar terhadap stimulus yang ditakuti, dengan berjalannya waktu, pasien mengalami desensitisasi terhadap pengalaman.1,32.8.3. Terapi Psikososial Lain 1,3 Terapi KeluargaTerapi keluarga yang ditujukan pada edukasi dan dukungan sering bermanfaat. Psikoterapi Berorientasi TilikanTerapi berfokus membantu pasien mengerti arti anxietas yang tidak disadari yang telah dihipotesiskan, simbolisme situasi yang dihindari, kebutuhan untuk menekan impuls dan keuntungan sekunder gejala tersebut. Psikoterapi Kombinasi dan FarmakoterapiIntervensi psikoterapeutik membantu pasien menghadapi rasa takut keluar rumah. Disamping itu, beberapa pasien akan menolak obat karena mereka yakin bahwa obat akan menstigmatisasi mereka sebagai orang sakit jiwa sehingga intervensi terapeutik dibutuhkan untuk membantu mereka mengerti dan menghilangkan resistensi mereka terhadap farmakoterapi.2.9 PrognosisPrognosis baik dengan pengobatan (50-60% sembuh dengan obat-obatan, 80-100% dengan terapi perilaku kognitif). Namun, penelitian follow-up selama 20 tahun memperlihatkan hanya kurang dari 50% yang benar-benar bebas panik. Gangguan panik yang tidak diobati sering berkembang menjadi gangguan psikiatri lain, seperti gangguan depresif. 2

KESIMPULAN

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Karena pasien dengan serangan panik seringkali datang ke klinik medis, gejala mungkin keliru didiagnosis sebagai suatu kondisi medis yang serius. Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki, gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda. Faktor yang berperan dalam terjadinya gangguan panik, diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Beberapa golongan obat yang efektif untuk gangguan panik adalah obat trisiklik dan tetrasiklik, Monoamine Oksidase Inhibitors (MAOIs), Serotonin Spesific Inhibitors (RSSI) dan Benzodiazepine. Terapi perilaku dan kognitif dapat berupaterapi kognitif, penerapan relaksasi, latihan pernafasan dan pemaparan in vivo. Terapi psikososial lain juga mendukung, seperti terapi keluarga, psikoterapi berupa tilikan dan psikoterapi kombinasi dan farmakoterapi. Prognosis baik dengan pengobatan (50-60% sembuh dengan obat-obatan, 80-100% dengan terapi perilaku kognitif).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Paikiatri Klinis Jilid 2. Terjemahan oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara,2010: 32-46.2. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Terjemahan oleh Roan WM dan Hartanto H. Jakarta:EGC,2011: 198-200.3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Terjemahan oleh Profitasari dan NisaTM. Jakarta:EGC,2010 : 233-241.4. Elvira, Sylvia D dan Irmia Kusumadewi. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:FKUI,2010:235-240.5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,2001.6. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,2001:52-57.1