isi paper jalan raya

27
0707135 Cherry C.H BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurun waktu terakhir, program pembangunan sarana dan prasarana khususnya di kota-kota besar mengalami peningkatan yang signifikan, seiring dengan aktifitas manusia yang semakin hari semakin bertambah. Perkembangan pembangunan di Indonesia pada abad 21 memang berkembang dengan pesat antara lain pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk pelayanan umum, gedung perkantoran dan bisnis, pembangunan jalan jembatan, pembangunan jaringan DAS dan irigasi. Pembangunan jalan merupakan salah satu sarana dan infrastruktur yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi jalur darat. Seperti kita ketahui bahwa didalam pembangunan jalan tersebut terdapat beberapa perencanaan yang harus dilalui dengan matang agar dapat terfungsikan dengan optimal. Sampai saat ini, di Indonesia khususnya dikota – kota besar seperti Jakarta atau di Bandung sangat dirasakan kualitas pengadaan sarana transportasi jalur darat ini memang masih kurang baik dan terbatas. Itu terihat bahwa banyak beberapa bukti nyata yang memang Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 1

Upload: ankgamaunk

Post on 25-Jun-2015

415 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kurun waktu terakhir, program pembangunan sarana dan prasarana

khususnya di kota-kota besar mengalami peningkatan yang signifikan, seiring

dengan aktifitas manusia yang semakin hari semakin bertambah. Perkembangan

pembangunan di Indonesia pada abad 21 memang berkembang dengan pesat

antara lain pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan gedung-

gedung bertingkat untuk pelayanan umum, gedung perkantoran dan bisnis,

pembangunan jalan jembatan, pembangunan jaringan DAS dan irigasi.

Pembangunan jalan merupakan salah satu sarana dan infrastruktur yang

dapat digunakan sebagai sarana transportasi jalur darat. Seperti kita ketahui bahwa

didalam pembangunan jalan tersebut terdapat beberapa perencanaan yang harus

dilalui dengan matang agar dapat terfungsikan dengan optimal.

Sampai saat ini, di Indonesia khususnya dikota – kota besar seperti Jakarta

atau di Bandung sangat dirasakan kualitas pengadaan sarana transportasi jalur

darat ini memang masih kurang baik dan terbatas. Itu terihat bahwa banyak

beberapa bukti nyata yang memang sudah tidak bisa terelakan lagi salah satunya

adalah kemacetan yang cukup parah di kedua kota besar tersebut. Kemacetan lalu

lintas itu terjadi akibat jalan di kota tersebut sudah tidak dapat menampung lagi

volume kendaraan baik roda dua maupun empat yang semakin meningkat tak

terkendali. Sehingga diharapkan adanya pengembangan pembangunan jalan darat

yang dapat meminimalisir kondisi kenyataan diatas. Salah satunya pembangunan

jalan layang (fly over) di titik rawan macet agar dapat mengurangi angka

kemacetan juga didukung dengan pengelolaan distribusi kendaraan yang akan

turun ke jalan.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 1

Page 2: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

1.2 Maksud dan Tujuan

Pada penyusunan laporan tugas ini, sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki dan berbagai referensi, penyusun menyajikan kajian teori tentang historis,

klasifikasi, dan spesifikasi jalan di Indonesia, sedangkan yang menjadi maksud

dan tujuan penyusunan paper ini antara lain sebagai berikut :

Pembaca mengenal gambaran umum tentang pengertian transportasi

Pembaca mengetahui sejarah perkembangan jalan di Indonesia

Pembaca memahami klasifikasi dan spesifikasi jalan di Indonesia

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 2

Page 3: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Transportasi

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan,menggerakkan,

mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,

dimana tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk

tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas terdapat kata-kata usaha,

berarti transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses

bergerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa

dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses

perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung apa yang

dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut dan alih ini, bisa

bervariasi,tergantung pada :

Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut.

Jarak antara suatu tempat dengan tempat lain.

Maksud objek yang aka nada dipindahkan tersebut.

Ini berarti, alat-alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus cocok

dan sesuai dengan objek, jarak, dan maksud objek, baik dari segi kuantitasnya

maupun dari segi kualitasnya. Untuk mengetahui keseimbangan antara objek yang

diangkut dengan alat pendukung ini, dapatlah kita melihat ukuran ( standar )

kuantitas dan kualitas dari alat pendukung. Adapun standar kuantitas dan kualitas

alat pendukung ini dapat diidentifikasikan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut :

Aman: Apakah objek yang diangkut aman selama proses perpindahan dan

mencapai tujuan dalam keadaan utuh, tidak rusak atau hancur?

Cepat: Apakah objek yang diangkut dapat mencapai tujuan sesuai dengan

batasan waktu yang telah ditentukan?

Lancar: Apakah selama proses perpindahan, objek yang diangkut tidak

mengalami hambatan atau kendala?

Nyaman: Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut terjaga

keutuhannya dan situasi bagi sipengangkut menyenangkan?

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 3

Page 4: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Ekonomis: Apakah proses perpindahan memakan biaya yang tinggi dan

merugikan objek yang diangkut?

Terjamin kesediannya: Alat pendukung selalu tersedia kapan saja objek

yang diangkut membutuhkannya, tanpa mempedulikan waktu dan tempat.

Dalam ilmu transportasi, alat pendukung ini diistilahkan dengan sistem

transportasi yang didalamnya mencakup berbagai unsure (subsistem) berikut:

Ruang untuk bergerak (jalan).

Tempat awal/akhir pergerakan (terminal).

Yang bergerak (alat angkut/kendaraan dalam bentuk apapun).

Pengelolaan: yang mengkoordinasikan ketiga unsure sebelumnya.

Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang

diinginkan, tidaklah terlepas dari kehadiran seluruh subsistem tersebut diatas

secara serentak. Masing-masing unsure itu tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-

sendiri, kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu

saja komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem

transportasi) tidak dapat bekerja dan berfungsi.

Untuk menjamin berfungsinya system transportasi sebagai alat pendukung

proses perpindahan, dalam merencanakan dan mengembangkan system kita harus

merencanakan dan mengembangkan seluruh komponen tersebut, baik serempak

atau salah satunya, tergantung pada kondisi dan lingkungan di mana system

transportasi tersebut beroperasi.

2.2 Historis Perkembangan Jalan di Indonesia

Sejarah perkembangan jalan di Indonesia memang bisa dikatakan diawali

dengan sejarah pembangunan jalan raya di sepanjang Anyer sampai Panarukan

oleh Gubernur Willem Daendels. Sementara bangsa Romawi mulai membangun

jalan dengan pengaturan lapisan yang lebih baik dan perencanaan yang lebih

matang, pembangunan jalan di Indonesia berkembang sedikit demi sedikit

walaupun belum dibangun dengan perkerasan dan perencanaan yang baik seperti

bangsa Romawi.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 4

Page 5: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Pada ranah internasional, pada tahun 1595, ditemukan danau aspal

Trinidad oleh Sir Walter Religh. Bahan temuan ini mengawali sejarah teknologi

perkerasan yang digunakan untuk lapisan permukaan jalan. Pada tahun 1764,

Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan

dengan pendekatan ilmiah. Konstruksi jalan yang direncanakan meliputi lapisan

bawah berupa batuan besar yang dilapisi oleh kerikil sebagai lapisan atas. Lapisan

bawah ini didasarkan pada teori bangsa Romawi, yaitu lapisan bawah tersebut

digunakan untuk mentransfer berat jalan itu sendiri dan berat beban yang

melaluinya ke permukaan tanah. Selain itu, lapisan bawah ini dapat melindungi

tanah dari deformasi karena berat yang dibebankan padanya dibuat merata.

Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) Pembangunan—tepatnya pelebaran1

—Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) oleh perintah Gubernur-Jenderal

(Maarschalk en Gouverneur Generaal) Herman Willem Daendels merupakan

salah satu karya yang paling fenomenal di Indonesia. Jalan raya yang panjangnya

lebih kurang mencapai 1.000-km ini melintasi berbagai kota penting di pulau

Jawa, terutama pusat-pusat pemerintahan maupun kerajaan di masa itu, yaitu dari

Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa jalan ini menjadi jalan raya nasional pertama di Indonesia.

Melalui sistem kerja paksa (Rodi), seluruh rute jalan raya tersebut dapat

diselesaikan dalam tempo 1 (satu) tahun saja, yaitu pada tahun 1809.1

Pembangunan dilaksanakan dengan membagi seluruh ruas jalan ke dalam

berpuluh- puluh segmen, yaitu dengan cara menugaskan setiap kepala

pemerintahan setempat untuk bertanggung jawab atas keterbangunnya Jalan Raya

Pos itu di wilayah mereka. Pengerahan besar-besaran jumlah tenaga kerja

dilakukan karena terdapat ancaman dari Daendels untuk membunuh para pekerja

maupun mandor termasuk kepala pemerintahan setempat bila target pembangunan

tidak tercapai.

Tujuan pembangunan jalan ini lebih ditekankan pada fungsi strategi

militer pemerintah Hindia-Belanda yaitu mempertahankan pulau Jawa dari

serangan Inggris Raya. Dengan adanya jalur transportasi ini, pemerintah Hindia-

Belanda berharap:

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 5

Page 6: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

1) mobilisasi bantuan militer saat musuh menyerang menjadi lebih cepat;

2) dapat mengontrol pergerakan orang-orang pribumi dengan adanya patrol

patroli militer;

3) mempersingkat waktu tempuh komoditas perkebunan hasil sistem tanam

paksa(cuult ur - stelsel) dari tempat produksi hingga pelabuhan ekspor,

sehingga barang ekspor tidak rusak dan tidak jatuh harganya di pasaran; dan

4) perkembangan informasi yang terjadi begitu cepat dapat diketahui dengan

segera melalui jasa pengiriman kabar/surat.

Tidak banyak literatur yang menulis secara rinci sejarah pembuatan

berikut spesifikasi teknis Jalan Raya Pos. Akan tetapi bila menilik dari fungsi dan

waktu pembuatan, dapat diperkirakan jalan tersebut menggunakan metodeTelford-

Macadam atau paling tidak mendekati teknik tersebut. Metode tersebut ditemukan

pada akhir abad ke-18 di Eropa. Beberapa literatur menyatakan, jalan ini dibangun

tanpa perencanaan yang terlalu teknis, baik secara geometris maupun metode

perkerasan yang akan digunakan.

Thomas Telford (1757-1834) yang berkebangsaan Inggris menciptakan

konstruksi perkerasan jalan dengan menggunakan prinsip berdesak-desakannya

batu seperti pada jembatan lengkung karena ia memang ahli jembatan lengkung

dari batu. Kemiripan jalan yang ia rancang dengan jembatan lengkung adalah

penampang jalan bila dilihat secara melintang. Saat jalan (lengkungan) menerima

beban, maka konstruksi lengkung (seolah) melendut searah gaya/beban. Saat itu

terjadi, batu-batu menjadi terdesak dan saling merapat sehingga konstruksi

menjadi lebih kokoh. Namun, perkerasan ini dirasakan kurang praktis dan

memakan waktu yang cukup banyak karena batu-batu yang digunakan harus

disusun dengan tangan satu per-satu.

Pada saat yang bersamaan, tepatnya pada tahun 1815, pria Skotlandia,

John London McAdam (1756-1836) memperkenalkan konstruksi perkerasan jalan

dengan prinsip tumpang tindih menggunakan batu-batu pecah. Konstruksi ini

terdiri dari gradasi ukuran tumpukan batuan, yang berada di dasar perkerasan

adalah batu dengan ukuran yang terbesar berukuran 3—dan batu dengan ukuran

terkecil berada di permukaan perkerasan. McAdam juga membuat permukaan

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 6

Page 7: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

jalan lebih tinggi dari lingkungan sekelilingnya, sehingga air dapat mengalir dan

tidak merusak permukaan jalan. Keunggulan perkerasan jalan metode ini adalah

dapat dibuat dengan bantuan dengan mesin sehingga metode ini dianggap sangat

berhasil. Kedua metode perkerasan tersebut selanjutnya lazim digunakan

bersamaan pada sebuah konstruksi jalan raya. Oleh karena itu, kemudian dikenal

metode perkerasan jalan Telford-Macadam seperti tersebut di atas. Kata Macadam

berasal dari nama McAdam.

Dengan sistem perkerasan jalan seperti ini, pengguna jalan seperti para

penunggang kuda, kereta kuda, kendaraan militer, maupun gerobak pengangkut

barang dapat bergerak dengan lebih leluasa. Setelah terbangunnya Jalan Raya Pos

yang juga terkadang dikenal dengan Jalan Daendels ini, perjalanan darat

Surabaya-Batavia yang sebelumnya harus ditempuh dalam waktu 40 (empat

puluh) hari bisa dicapai dalam waktu 7 (tujuh) hari saja.

Era Baru Metode Perkerasan Jalan Raya Sejak tahun 1830-an dimana

kereta api dan infrastrukturnya dibangun dimana-mana— termasuk di Pulau Jawa

(lihat gambar-2)—sistem perkerasan jalan raya dengan metode perkerasan ini

tetap dikenal hingga ditemukannya kendaraan seperti sepeda maupun kendaraan

bermotor pada akhir abad ke-19.

Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor mulai banyak dimiliki

masyarakat, timbul pemikiran untuk membangun jalan raya yang lebih

menyamankan dan aman. Kendaraan dengan mesin yang dapat melaju lebih

kencang memberikan guncangan yang lebih keras dan ini sangat tidak nyaman

bagi para pengendara saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal ini yang

kemudian melahirkan metode perkerasan baru. Di Barat, konstruksi jalan raya

telah dikaji secara mendalam dimana mereka mulai memperhatikan seperti:

1) perhitungan tebal perkerasan;

2) konstruksi perkerasan dan lapisan penutup;

3) perencanaan geometris.

Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan penjajahan

maupun kolonialisme yang terjadi di sebagian besar wilayah dunia, termasuk

Indonesia di bawah penjajahan Belanda.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 7

Page 8: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Konstruksi perkerasan berlapis-lapis seperti ini dikenal dengan

konstruksisandw ich atau kue lapis, merupakan suatu konstruksi plaat elastis yang

terletak pada suatu landasan yang elastis pula (tanah dasar). Konstruksi seperti ini

termasuk sistem konstruksi statis tak tent (statisch onbepaald) bertingkat banyak.

Perbedaan kondisi tersebut dengan konstruksi statis tertentu—misalnya pada

jembatan gelagar—adalah:

a) pada konstruksi statis tertentu pembagian kekuatan-kekuatan (momen-

momen dan gaya- gaya) dari muatan pada bagian-bagian konstruksi dan

pandemen tidak bergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I)

bagian/batang konstruksi tersebut, sehingga perhitungan menjadi lebih

sederhana; sementara

b) pada konstruksi statis tidak tertentu pembagian kekuatan dari muatan pada

bagian konstruksi dan pandemen tergantung pada kekuatan dan ukuran (E

dan I) dari bagian konstruksi tersebut, sehingga perhitungan menjadi

rumit.

Perkembangan Metode Perkerasan Jalan Raya di Indonesia selanjutnya,

perkembangan cara perhitungan tebal konstruksi perkerasan di Indonesia

dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu

Tahap ke-1

: menitikberatkan kepada pengalaman-pengalaman di lapangan, sehingga

rumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus empiris;

Tahap ke-2

: menitikberatkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan teori

pendekatan yang dilengkapi dengan pengalaman; rumus yang diperoleh adalah

rumus-rumus teoretis yang dilengkapi dengan koefisien-koefisien hasil

pengalaman untuk keperluan praktik disertai pula dengan grafik atau nomogram;

Tahap ke-3

: mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan percobaan yang

intensif di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan analitis yang

dilengkapi dengan rumus empiris laboratorium.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 8

Page 9: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi

dan butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat

permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan

pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastik. Perkembangan konstruksi

perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix) mulai berkembang di

Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti aspal

beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain. Teknik-teknik tersebut kebanyakan

hanya mengembangkan jenis lapisan penutup tempat dimana muatan/beban

langsung bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi

menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat

mereduksi biaya pembuatan maupun perawatan(maintenan ce ).

Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah

ditemukan pada tahun 1828 di London tetapi konstruksi perkerasan ini baru mulai

berkembang pada awal 1900-an. Konstruksi perkerasan menggunakan semen atau

concrete pavement mulai dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada

awal tahun 1970 yaitu pada pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Metode ini

selain menghasilkan jalan yang relatif tahan terhadap air—musuh utama aspal—

juga dapat dikerjakan dalam waktu yang cukup singkat.

Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai

berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya

pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya. Sementara perencanaan

geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar pertengahan tahun 1960

dan baru berkembang dengan cukup pesat sejak tahun 1980.

2.3 Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan di Indonesia

Dalam perkembangannya pada abad ke-21 ini, jalan tidak hanya

dipandang sebagai prasarana distribusi dan komunikasi. Jalan memiliki andil yang

sangat besar dalam mengantarkan manusia ke keadaan yang kita sebut era modern

ini. Studi khusus mengenai jalan berikut perlindungannya diatur dalam peraturan-

peraturan maupun perundang-undangan resmi pemerintahan sehingga dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 9

Page 10: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Jalan-jalan yang ada, tentu saja tidak memiliki fungsi dan spesifikasi yang

sama antara jalan yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi

dan spesifikasi tersendiri. Tiap jalan diklasifikasi menurut ketentuan klasifikasi

tertentu.

Berikut Pengelompokan Kelas Jalan berdasarkan seluruh klasifikasi.

A. Kelas jalan berdasarkan peruntukannya:

Pengelompokan ini dapat diklasifikasi ke dalam dua sistem, yaitu

1) Jalan Umum: jalan yang dapat digunakan oleh publik

2) Jalan Khusus: jalan yang hanya dapat digunakan oleh pihak dengan kriteria

tertentu sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemilik jalan tersebut.

B. Kelas jalan berdasarkan sistemnya

Pengelompokan ini dapat diklasifikasi ke dalam dua sistem, yaitu Sistem

jaringan

jalan primer dan Sistem jaringan jalan sekunder.

Sistem Jaringan Jalan Primer: Sistem jaringan yang memiliki peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa yang berguna meningkatkan

pengembangan semua wilayah tingkat nasional dengan menghubungkan

semua simpul jasa distribusi atau dengan kata lain pusat kegiatan.

Sistem Jaringan Jalan Sekunder: Sistem jaringan yang berperan melayani

distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di kawasan perkotaan.

C. Kelas jalan berdasarkan fungsinya

Klasifikasi ini dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu kelas jalan I,

kelas jalan II, kelas jalan III, dan kelas jalan khusus.

Berikut merupakan definisi dan fungsi dari pengelompokan jalan di atas:

Jalan Arteri: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama yang

memiliki ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan Kolektor: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul

dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan

jumlah jalan masuk dibatasi.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 10

Page 11: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

Jalan Lokal: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat

dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan

jumlah jalan tidak dibatasi.

Jalan Lingkungan: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata

rendah.

D. Kelas jalan menurut statusnya

Klasifikasi ini dapat dikelompokkan ke dalam lima jalan, yaitu Jalan

Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kota, dan Jalan Desa.

Jalan Nasional: Jalan arteri dan jalan kolektor yang ada dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar-ibukota provinsi,

dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

Jalan Provinsi: Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau

antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

Jalan Kabupaten: Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang

tidak termasuk Jalan Nasional maupun Jalan Provinsi, yang

menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar-

ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,

antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan

sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Jalan Kota: Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan

pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar-persil, serta

menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

Jalan Desa: Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar

permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

E. Kelas jalan dan spesifikasinya berdasarkan penyediaan prasarana jalan.

Pengaturan jalan dalam pengelompokan kelas jalan ini mengikuti

peraturan LLAJ. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kelas jalan

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 11

Page 12: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

sudah diatur oleh pemerintah. Tata cara pengaturan kelas jalan ini terdapat di

dalam perundang-undangan, yaitu pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan. Ini terdapat pada bagian kedua mengenai ruang lalu lintas,

paragraf satu, pasal 19 dan pasal 20 yang berbunyi:

Pasal 19

1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:

a. Fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan

Jalan dan

Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan

b. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan

Bermotor.

2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan

Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter,

ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu

terberat 10 (sepuluh) ton;

b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat

dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu

lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu)

milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan

muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;

c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat

dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu

seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)

milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan

muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;

d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor

dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran

panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 12

Page 13: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10

(sepuluh) ton.

3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf c dapat ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8

(delapan) ton.

4) Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan diatur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jalan.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan kelas khusus sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 20

1) Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan dilakukan oleh:

a. pemerintah, untuk jalan nasional;

b. pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi;

c. pemerintah kabupaten, untuk jalan kabupaten; atau

d. pemerintah kota, untuk jalan kota.

2) Kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan Rambu

Lalu Lintas.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kelas jalan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 dan tata cara penetapan kelas jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.

F. Spesifikasi Jalan Berdasarkan Kelasnya

(Penjelasan UU 38/2004, Pasal 10)

1) JALAN BEBAS HAMBATAN (FREEWAY) :

Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan

menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan

tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang

milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan

median

2) JALAN RAYA (HIGHWAY) :

Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk

secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit masuk secara

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 13

Page 14: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah3) JALAN SEDANG (ROAD) :

Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan

masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan

lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter

4) JALAN KECIL (STREET) :

Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur

untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 14

Page 15: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

3.1 Kesimpulan

Setelah terselaikannya penjelasan tentang historis, klasifikasi, dan

spesifikasi jalan di Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Jalan raya yang pada hakikatnya dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia,

mulai dibangun seiring dengan keberadaan manusia sendiri. Jalan pada awalnya

hanya berupa jejak manusia yang berkeliling ke daerah sekitar untuk mencari

kebutuhan hidup. Jejak ini berfungsi sebagai penuntun arah bagi manusia. Seiring

dengan bertambahnya jumlah manusia, manusia melakukan aktivitas untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya secara berkelompok. Perpindahan

secara berkelompok ini kemudian menghasilkan jejak dengan jumlah yang lebih

banyak. Selain itu, jalan yang juga berfungsi sebagai petunjuk arah membuat

jejak-jejak kaki lebih sering dilalui oleh orang, sehingga jejak-jejak kaki ini

kemudian berubah menjadi jalan setapak, yang belum rata. Seiring dengan

berkembangnya sarana transportasi sederhana, seperti kuda, mulai dibuat jalan

yang lebih rata.

3.2 Saran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Dalam pengadaan transportasi darat jalan bukanlah hal yang mudah dan

instan, tetapi memerlukan berbagai prosedur dan tahapan yang harus

diperhitungkan setepat dan secermat mungkin.

Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan dan pengelompokan kelas jalan

sudah diatur oleh pemerintah. yaitu pada UU No. 38 Tahun 2004 tentang

jalan dan pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

jalan.

DAFTAR PUSTAKA

Miro, Fidel., (2005). Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi. Penerbit Erlangga, Bandung.

Tim Dosen., (1997). Sistem Transportasi. Penerbit Gunadarma, Jakarta.

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 15

Page 16: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

UU RI No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan PP RI No 8 Tahun 1990 Tentang Jalan Tol Kepres No 36 Tahun 2003 Tentang Penetapan Jenis Kendaraan Bermotor

dan Besarnya Tarif Tol di beberapa Jalan Tol Media Internet, www.google.com : http://en.wikipedia.org/wiki/Sejarah

Perkembangan jalan di Indonesia, http://en.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_jalan, http://en.wikipedia.org/wiki/Spesifikasi jalan.

***

LAMPIRAN

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 16

Page 17: Isi Paper Jalan Raya

0707135Cherry C.H

CONTOH VISUAL JALAN TOL

Historis, Klasifikasi, dan Spesifikasi Jalan di Indonesia | 17