isi paper gizi - probiotik.docx

67
BAB I PENDAHULUAN Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke budaya orang barat dan sedentari berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol terutamaterhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. 1,2 Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa terdapat lebih dari 1.9 milyar penduduk dunia yang memiliki BMI ≥25kg/m2 (overweight), di antaranya terdapat lebih dari 600 juta penduduk memiliki BMI ≥30kg/m2 atau mengalami obesitas. 1 Di Indonesia sendiri, prevalensi berat badan lebih pada tahun 2013 adalah sebesar 13.5% dan obesitas sebesar 15.4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 1

Upload: jodie-suwandi

Post on 07-Jul-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga

obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani.

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup

yang menjurus ke budaya orang barat dan sedentari berakibat pada perubahan pola

makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi

lemak dan kolesterol terutamaterhadap penawaran makanan siap saji (fast food)

yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. 1,2

Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa

terdapat lebih dari 1.9 milyar penduduk dunia yang memiliki BMI ≥25kg/m2

(overweight), di antaranya terdapat lebih dari 600 juta penduduk memiliki BMI

≥30kg/m2 atau mengalami obesitas. 1 Di Indonesia sendiri, prevalensi berat badan

lebih pada tahun 2013 adalah sebesar 13.5% dan obesitas sebesar 15.4%.

Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak

19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Prevalensi

obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun

2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Selain itu, Departemen

Kesehatan Indonesiajuga melakukan pendataan status gizi berdasarkan nilai

lingkar perut dengan kriteria WHO Asia Pasifik, dimana nilai LP >90cm pada

laki-laki dan LP >80cm pada perempuan dinyatakan sebagai obesitas sentral.

Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari

prevalensi padatahun 2007 (18,8%). DKI Jakarta menduduki peringkat tertinggi

dengan angkasebesar 39.7%.2

Obesitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti penampilan kurang

menarik dan kurang rasa percaya diri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Lew dan Garfinkel pada tahun 1979, obesitas meningkatkan risiko kematian untuk

semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat

dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 1,9 kali lebih besar

1

Page 2: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

dibandingkan dengan berat badan rata-rata baik pada pria maupun wanita.

Kenaikan mortalitas di antara penderita obes merupakan akibat dari penyakit -

penyakit yang mengancam kehidupan seperti DM tipe 2 (Inoue et al., 2000). 3

Studi beberapa dekade terakhir ini telah menghubungkan hubungan

mikrobiota di dalam usus dengan perkembangan gangguan metabolik terutama

diabetes dan obesitas.(5 micgut) Baik studi pada binatang dan manusis, obesitas

dikaitkan dengan komposisi yang berbeda pada mikrobiota usus. Sebuah studi

memaparkan bahwa mikrobiota usus pada manusia normal dan tikus didominasi

oleh 60% sampai 80% Firmicutes dan 20% Bacteroidetes.6,9 Studi lainnya

memaparkan bahwa peningkatan populasi Clostridia akan meningkatkan efisiensi

metabolisme karbohidrat, mengekstrak energi lebih besar pada asupan kalori,

memungkinkan untuk memanfaatkan energi yang lebih tinggi. 9

Beberapa penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir menujukkan hasil

yang baik antara konsumsi probiotik dan kaitannya dengan obesitas. Sebagai

contoh, penelitian yang dilakukan oleh Kim et el pada tahun 2013 menunjukkan

bahwa konsumsi perbiotik Lactobacillus rhamnosus GG dapat membantu

menurunkan berat badan dan massa lemak, serta dapat meningkatkan ekspresi gen

untuk metabolisme glukosa yang dapat membantu mengatasi masalah obesitas.

2

Page 3: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

BAB II

OBESITAS

2.1. Definisi obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terdapat massa jaringan adiposa yang

berlebihan. Obesitas sering dianggap sebagai peningkatan berat badan, tetapi

individu yang berotot mungkin memiliki kelebihan berat badan tanpa peningkatan

adipose.3

Meskipun bukan ukuran langsung dari adiposa, metode yang paling

banyak digunakan untuk menentukan obesitas adalah dengan indeks massa tubuh

(BMI), yang sama dengan berat badan/ tinggi badan kuadrat (kg/m2). Pendekatan

lain untuk mengukur obesitas termasuk antropometri (ketebalan kulit),

densitometri (berat dalam air), CT-Scan atau MRI, dan impendansi listrik. Wanita

memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data

morbiditas, BMI 30 paling sering digunakan sebagai ambang batas untuk obesitas

pada pria dan wanita. Studi epidemiologi skala besar menunjukkan bahwa semua

penyebab, metabolisme, kanker, dan morbiditas kardiovaskular mulai meningkat

(meskipun pada tingkat yang lambat) ketika BMI ≥ 25, menunjukkan bahwa cut-

off untuk obesitas harus diturunkan. Kebanyakan penulis menggunakan istilah

kelebihan berat badan (bukan obesitas) untuk menggambarkan individu dengan

BMI antara 25 dan 30. BMI antara 25 dan 30 harus dianggap sebagai tanda medis

yang signifikan dan layak untuk dilakukan terapi intervensi, terutama dengan

adanya faktor risiko yang dipengaruhi oleh adiposit, seperti hipertensi dan

intoleransi glukosa.3

Distribusi jaringan adiposa yang berbeda-beda memiliki implikasi yang

besar terhadap morbiditas. Khusus, lemak intraabdominal dan jaringan abdomen

subkutan lebih berarti daripada lemak subkutan di bagian bokong dan ekstremitas

bawah. Perbedaan yang paling mudah dibuat secara klinis adalah dengan

menentukan rasio pinggang-pinggul, dengan rasio > 0,9 pada wanita dan > 1,0

pada pria menjadi tidak normal.

3

Page 4: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Komplikasi yang paling penting dari obesitas, seperti resistensi insulin,

diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan hiperandrogenisme pada wanita, lebih

berhubungan terhadap lemak tubuh intraabdominal dan/atau tubuh bagian atas

daripada keseluruhan adiposit. Mekanisme yang mendasari hubungan ini tidak

diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan fakta bahwa adiposit

intraabdominal lebih aktif dalam lemak daripada yang lainnya. 3

2.2. Prevalensi obesitas

Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30kg/m2

melebihi 250 juta orang yaitu sekitar 7% dari populasi orang dewasa di dunia.

Bila kita mempertimbangkan masing-masing Negara, kisaran prevalensi obesitas

meliputi hampir semua spectrum, dari < 5% di China dan Jepang. Angka obesitas

tertinggi di dunia berada di Kepulauan Pasifik pada populasi Melaesia, Polinesia

dan Mikronesia.4

Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya

mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah maknaan yang tersedia.

Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjdi di negara – negara yang

sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada

populasi Negara – negara ini, termasuk di Indonesia. Walaupun belum ada

penelitian yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini sudah

menunjukkan terjadinya jumlah penambahan penduduk dengan obesitas

khususnya di kota-kota besar. Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah

sub urban di daerah Koja, Jakarta utara pada tahun 1982, mendapatkan prevalensi

obesitas sebesar 4,2%; di daerah Kyu Putih, Jakarta Pusat pada tahun 1992

prevalensi obesitas sudah mencapai 17,1%, di mana ditemukan prevalensi obesitas

pada laki-laki dan perempuan masing-masing, 10,9% dan 24,1%.4

Data dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES)

menunjukkan bahwa persen dari populasi orang dewasa Amerika dengan obesitas

(BMI> 30) telah meningkat dari 14,5% (antara tahun 1976 dan 1980) menjadi

30,5% (antara 1999 dan 2000). Sebanyak 64% dari orang dewasa AS, umur >20

4

Page 5: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

tahun dengan kelebihan berat badan (didefinisikan sebagai BMI> 25) antara tahun

1999 dan 2000. Ekstrim obesitas (BMI >40) juga meningkat dan mempengaruhi

4,7% dari populasi. Peningkatan prevalensi obesitas yang signifikan menimbulkan

keprihatinan besar. Obesitas lebih sering terjadi pada wanita dan orang miskin;

prevalensi pada anak juga meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan.3

Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral,

sangat erat hubungan nya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik

merupakan suatu kelompok kelainan metabolik yang selain obesitas meliputi,

resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan

hemostatis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-

sendiri atau bersama-saa merupakan factor resiko utama untuk terjadinya

aterosklerosis dengan maifestasi penuakit jantung coroner dan/atau strokrae.

Mekanisme dasar bagaimana komponen-komponen indrom metabolic ini dapat

terjadi pada obesitas sentral hingga saat ini masih dalam penelitian.4

Insidensi obesitas di negara – negara berkembang makin meningkat,

sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama

jumlahnya dengn mereka yang menderita karena kelaparan. Beban finansial,

resiko kesehatan dan dampak pada kualitas hidup berhubungan dengan epidemik

tersebut sehingga memerlukan pemahaman mendalam tentang mekanisma

molecular nyang mengatur berat badan untuk kemudian dapat mengidentifikasi

cara-cara pegobatan baru untuk mengatasinya.4

2.3. Klasifikasi obesitas

5

Page 6: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan

IMT Menurut WHO

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang < 18.5

Kisaran Normal 18.5 – 24.9

Berat Badan Lebih > 25

Pra-Obes 25.0 – 29.9

Obes Tingkat I 30.0 – 34.9

Obes Tingkat II 35.0 – 39.9

Obes Tingkat III > 40

Sumber : WHO technical series, 2000

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar

Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)Risiko Ko-Morbiditas

< 90 cm (Laki-Laki)

< 80 cm (Perempuan)

≥90 cm (Laki-Laki)

≥80 cm (Perempuan)

Berat Badan Kurang < 18.5 Rendah (risiko

meningkat pada

masalah klinis

lain)

Sedang

Kisaran Normal 18.5 – 22.9 sedang Meningkat

Berat Badan Lebih ≥ 23.0

Berisiko 23.0 – 24.9 meningkat Moderat

Obes I 25.0 – 29.9 moderat Berat

Obes II ≥ 30.0 Berat Sangat berat

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining

Obesity and its Treatment (2000)

2.4. Penyebab obesitas

6

Page 7: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Meskipun jalur molekuler yang mengatur keseimbangan energi mulai

diketahui, penyebab obesitas tetap sulit dipahami. Pada satu tingkat, patofisiologi

obesitas tampak sederhana: yaitu kelebihan kronis asupan gizi terhadap tingkat

pengeluaran energi. Namun, karena kompleksitas neuroendokrin dan metabolik

sistem yang mengatur asupan energi, penyimpanan, dan pengeluaran, sehingga

sulit menentukan parameter yang relevan (misalnya, asupan makanan dan

pengeluaran energi) dari waktu ke waktu pada manusia.3

2.4.1. Gen dan lingkungan

Sulit untuk membedakan peran gen dan faktor lingkungan. Efek genetik

ini tampaknya berhubungan baik dengan asupan energi dan pengeluaran energi.

Apapun peran gen, jelas bahwa lingkungan memainkan peran kunci dalam

obesitas, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa kelaparan mencegah obesitas

bahkan individu yang paling rawan obesitas. Faktor budaya juga penting-ini

berhubungan dengan ketersediaan, komposisi diet dan perubahan tingkat aktivitas

fisik. Dalam masyarakat industri, obesitas lebih sering terjadi pada perempuan

miskin, sedangkan di negara-negara terbelakang, wanita kaya yang lebih sering

obesitas. Pada anak-anak, obesitas berkorelasi dengan waktu yang dihabiskan

untuk menonton televisi. Data epidemiologi dan eksperimen menunjukkan bahwa

kurang tidur menyebabkan peningkatan obesitas.3

7

Page 8: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Tabel 2.3. Sindrom Genetik Spesifik

Sumber : Harrison’s Principles of International Medicine, 17th Edition

2.5. Patogenesis obesitas

Obesitas diperoleh dari peningkatan asupan energi, penurunan pengeluaran

energi, atau kombinasi dari keduanya. Dengan demikian, mengidentifikasi

etiologi obesitas harus melibatkan pengukuran kedua parameter tersebut. Namun,

hampir tidak mungkin untuk melakukan pengukuran langsung dan akurat dari

asupan energi pada individu yang hidup bebas, dan obesitas, khususnya.3

Ketika cadangan lemak habis, sinyal adipostat rendah, dan hipotalamus

merespon dengan merangsang rasa lapar dan penurunan pengeluaran energi untuk

menghemat energi. Sebaliknya, ketika cadangan lemak berlimpah, sinyal

meningkat, dan hipotalamus merespon dengan menurunkan rasa lapar dan

meningkatkan pengeluaran energi.3

2.5.1 Leptin pada obesitas

Sebagian besar orang obesitas memiliki kadar leptin yang tinggi tetapi

tidak memiliki mutasi, baik leptin atau reseptornya. Hal ini terjadi karena

8

Page 9: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

“resistensi leptin”. Mekanisme resistensi leptin, dan apakah itu dapat diatasi

dengan meningkatkan kadar leptin, belum diketahui. Beberapa data menunjukkan

bahwa leptin mungkin tidak efektif melintasi sawar darah otak.3

2.6. Evaluasi obesitas

Lima langkah utama dalam evaluasi obesitas adalah (1) difokuskan sejarah

terkait obesitas, (2) pemeriksaan fisik untuk menentukan tingkat dan jenis

obesitas, (3) kondisi komorbiditas, (4) tingkat kebugaran, dan (5) kesiapan pasien

untuk mengadopsi perubahan gaya hidup.3

Tiga pengukuran antropometri kunci penting untuk mengevaluasi tingkat

obesitas yaitu berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang. Indeks massa

tubuh (BMI), dihitung sebagai berat badan (kg) / tinggi badan (m) kuadrat, atau

sebagai berat (lbs) / tinggi (inci) 2 x 703, digunakan untuk mengklasifikasikan

status berat badan dan risiko penyakit (Tabel 75-2). BMI digunakan karena

memberikan perkiraan lemak tubuh dan berhubungan dengan risiko penyakit.3

Kelebihan lemak perut, dinilai oleh pengukuran lingkar pinggang atau

rasio pinggang-pinggul, secara independen terkait dengan risiko yang lebih tinggi

untuk diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular. Pengukuran lingkar

pinggang adalah pengganti untuk jaringan adiposa visceral dan harus dilakukan

pada bidang horisontal di atas puncak iliaka. Cut poin yang menentukan risiko

yang lebih tinggi untuk pria dan wanita berdasarkan etnisitas telah diusulkan oleh

International Diabetes Federation .3

Tabel 2.4. Nilai spesifik berdasarkan etnis untuk lingkar pinggang

9

Page 10: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Sumber : Harrison’s Principles of International Medicine, 17th Edition

2.6.1. Kesehatan fisik

Beberapa studi prospektif telah menunjukkan bahwa kesehatan fisik, yang

diukur dengan tes latihan treadmill maksimal, merupakan prediktor penting dari

semua penyebab kematian tidak tergantung dari BMI dan komposisi tubuh.

Observasi ini menyoroti pentingnya olahraga selama pemeriksaan serta

menekankan aktivitas fisik sebagai pendekatan pengobatan.3

2.6.2. Obesitas yang berhubungan dengan kondisi komorbid

Evaluasi kondisi komorbiditas harus didasarkan pada gejala, faktor risiko,

dan indeks kecurigaan. Semua pasien harus memiliki panel lipid puasa (total,

LDL, dan HDL kolesterol dan trigliserida) dan glukosa darah diukur bersama

dengan tekanan darah. Gejala dan penyakit yang secara langsung atau tidak

langsung berhubungan dengan obesitas tercantum pada Tabel 2.4. Meskipun

individu bervariasi, jumlah dan tingkat keparahan kondisi komorbiditas organ-

spesifik biasanya meningkat dengan meningkatnya tingkat obesitas. Pasien

berisiko mutlak sangat tinggi meliputi: penyakit jantung koroner; adanya penyakit

aterosklerosis lain seperti penyakit arteri perifer, aneurisma aorta abdominal, dan

penyakit arteri karotis gejala; diabetes tipe 2; dan apnea tidur.3

Tabel 2.5. Sistem organ yang terkait obesitas

10

Page 11: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Sumber : Harrison’s Principles of International Medicine, 17th Edition

11

Page 12: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

2.7. Tatalaksana obesitas

2.7.1. Tujuan pengobatan

Tujuan dari pengobatan obesitas harus memfokuskan pada penurunan

berat badan sendiri yang didefinisikan sebagai mencapai berat terbaik dalam

keseluruhan konteks kesehatan. Mencapai berat badan ideal atau persentase lemak

tubuh tidak selalu realistis. Tergantung kepada jenis dan tingkat keparahan

obesitas yang ada dan usia serta gaya hidup individu.5

Gambar 2.1. Algoritma patofisiologi dan manajemen perawatan

Sumber : Harrison’s Principles of International Medicine, 17th Edition

12

Page 13: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Orang obesitas yang berhasil menurunkan berat badan (5%-10%) dapat

meningkatkan kesehatan mereka dalam jangka pendek dengan mengurangi

komorbiditas penyakit yang terkait dengan obesitas. Sebuah tinjauan studi di

mana pasien mengalami penurunan berat badan 10% atau kurang menunjukkan

bahwa mereka juga telah mengalami peningkatan kontrol glikemik, penurunan

tekanan darah, dan kadar kolesterol.5

Studi klasik tentang kelaparan yang dilakukan oleh Keys (1950)

menemukan bahwa selama 10 hari pertama setelah penggunaan cadangan

glikogen, sekitar 8%-12% dari pengeluaran energi

adalah dari protein dan sisanya adalah dari lemak. Penggunaan lemak, lebih dari

dua kali kilokalori protein, tidak hanya lebih effrcient tetapi juga, cadangan

protein penting untuk jaringan.5

Tabel 2.6. Panduan pemilihtan terapi

Sumber : Harrison’s Principles of International Medicine, 17th Edition

2.7.2. Modifikasi gaya hidup

Modifikasi perilaku terus menjadi landasan dalam intervensi obesitas. Ini

berfokus pada restrukturisasi lingkungan pasien untuk mengurangi perilaku-

perilaku atau kebiasaan yangc menyebabkan obesitas. Selain nutrisi dan aktivitas

fisik, komponen kunci dari modifikasi perilaku mencakup pengendalian diri,

penetapan tujuan, kontrol stimulus, pemecahan masalah, restrukturisasi kognitif,

dan mencegah kekambuhan (Berkel et al., 2005).5

Pengendalian diri dengan catatan harian tempat dan waktu asupan

makanan, serta pikiran dan perasaan yang menyertainya, membantu dalam

pengaturan emosional ketika makan. 5

13

Page 14: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Tabel 2.7. Strategi modifikasi gaya hidup

Lifestyle Modification Strategies

Setting Easy-To-Aachieve Short-Term Goals

Increase number of minutes of walking on weekends

Include one fruit at lunch

Self-Monitoring

Food and activity records

Regular weight in (i.e., daily or weekly)

Stimulus Control

Shop when not hungry and with a grocery list

Make eating a singular activity (e.g., turn off the television)

Confronting Barriers

Problem solving steps

Planning ahead (e.g., healthful snacks on hand)

Stress Management

Daily meditation or yoga

Progressive relaxation

Social Support

Organized commercial support meetings or classes

Family, friends, co-workers as support systems

Contracting

Realistic, simple, and achievable healthful goals

Useful for short-term changes

Sumber : Modified from Fareyt JP : Need for lifestyle intervention : how to begin, Ann J

Cardiovanc 96:11E-14E, 2005 in Harrison’s Principles of International Medicine, 17th

Edition

2.7.3. Modifikasi diet

14

Page 15: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Keberhasilan program penurunan berat badan berhubungan dengan

mengganti makan dengan olahraga, modifikasi perilaku, edukasi nutrisi, dan

dukungan psikologis. Ketika pendekatan ini gagal untuk menurunkan lemak

tubuh, obat dapat digunakan dalam program ini dan, dalam kasus obesitas ekstrem

atau morbid (BMI 40 atau lebih), intervensi bedah mungkin diperlukan.5

Program penurunan berat badan harus menggabungkan keseimbangan

nutrisi diet dengan modifikasi gaya hidup dan olahraga. Memilih strategi yang

tepat tergantung pada tujuan dan risiko kesehatan pasien. Pilihan pengobatan

meliputi :

Diet rendah kalori, meningkatkan aktivitas fisik, dan modifikasi gaya

hidup

Diet rendah kalori, meningkatkan aktivitas fisik, dan modifikasi gaya

hidup ditambah farmakoterapi

Bedah ditambah regimen diet yang ditentukan sendiri, aktivitas fisik, dan

modifikasi gaya hidup.

Pencegahan kenaikan berat badan melalui keseimbangan energi

2.7.4. Diet Pembatasan Energi

Diet pembatasan energi adalah metode yang paling banyak digunakan

untuk menurunkan berat badan. Diet nutrisi harus adekuat, kecuali energi

sehingga cadangan lemak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

harian. Defisit kalori dari 500 - 1000 kkal per hari.

Diet rendah kalori karbohidrat (50%-55% dari total kilokalori), menggunakan

sumber seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Diet juga

harus mencakup protein yang cukup, sekitar 15%-25% dari total kilokalori, untuk

mencegah konversi protein menjadi energi. Kandungan lemak tidak boleh

melebihi 30% dari total kalori. Diperlukannya serat ekstra untuk mengurangi

kepadatan kalori, sehingga tetap kenyang, menunda lapar, dan untuk mengurangi

efisiensi penyerapan usus.5

2.7.5. Manajemen Farmakoterapi

15

Page 16: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Farmakoterapi yang tepat dapat meningkatkan diet, aktivitas fisik, dan

terapi perilaku sebagai pengobatan untuk pasien dengan BMI 30 atau lebih tinggi

atau pasien dengan BMI 27 atau lebih tinggi yang juga memiliki faktor risiko

yang signifikan atau penyakit. Agen ini bisa menurunkan nafsu makan,

mengurangi penyerapan lemak, atau meningkatkan pengeluaran energi. Selain

dengan terapi obat, dokter juga perlu memantau efikasi dan keamanannya.5

Obat yang tersedia dapat dikategorikan sebagai obat yang bekerja di

sistem saraf pusat (SSP) dan obat yang bekerja di luar SSP. Obat yang bekerja di

SSP dibagi dalam kategori obat katekolaminergik, serotoninergik, dan obat

kombinasi katekolaminergik-serotoninergik. Efek samping yang umum dari obat

yang bekerja di SSP adalah mulut kering, sakit kepala, insomnia, dan konstipasi.3

Saat ini hanya sibutramine (Meridia) dan orlistat yang disetujui oleh Food and

Drug Administration (FDA) untuk penggunaan jangka panjang dalam pengobatan

obesitas. Sibutramine adalah kombinasi dari obat katekolaminergik dan

serotoninergik yang menghambat ambilan kembali serotonin dan norepinefrin di

SSP untuk meningkatkan rasa kenyang, mengurangi rasa lapar, dan mengurangi

penurunan tingkat metabolisme yang sering terjadi dengan penurunan berat badan.

Karena stimulasi dari sistem saraf simpatik, pasien yang memakai sibutramine

mungkin mengalami efek samping kardiovaskular, dan tidak dianjurkan untuk

pasien dengan riwayat CAD dan gangguan yang terkait.5

Sejumlah penelitian menunjukkan manfaat sibutramine sebagai obat

penurun berat badan dan memelihara berat badan pada obesitas dengan diabetes

tipe 2 (Li et al., 2005). Namun, keamanannya masih belum pasti (Norris et al.,

2005). Sibutramine tidak boleh dikombinasi dengan obat antidepresan tertentu

seperti inhibitor monoamine oxidase atau selective serotonin reuptake inhibitor

atau obat lainnya yang bekerja di saraf pusat seperti pseudoefedrin atau ephedra.

Interaksi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Katekholaminergik (terkait

dengan neurotransmitter otak norepinephrine, epinephrine, dan dopamine) obat

bekerja di otak, meningkatkan ketersediaan norepinefrin. Daftar obat

katekolaminergik yang dapat digunakan dalam jangka pendek untuk menurunkan

berat badan.5

16

Page 17: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

2.8. Komplikasi obesitas

Obesitas memiliki banyak efek samping pada kesehatan. Obesitas

dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, dengan 50-100% peningkatan risiko

kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan individu normal, sebagian

besar karena penyebab kardiovaskular. Obesitas dan kelebihan berat badan

bersama-sama adalah penyebab kedua kematian yang dapat dicegah di Amerika

Serikat, sekitar 300.000 kematian per tahun. Angka kematian meningkat karena

obesitas meningkat, terutama ketika obesitas berhubungan dengan peningkatan

lemak intraabdominal. Harapan hidup individu yang obesitas menurun 2-5 tahun,

dan pria 20-30 tahun dengan BMI> 45 mungkin kehilangan 13 tahun kehidupan.3

2.8.1. Resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2

Hiperinsulinemia dan resistensi insulin adalah ciri-ciri dari obesitas,

meningkat dengan penambahan berat badan dan menurun dengan penurunan berat

badan (Chap. 236). Resistensi insulin lebih kuat terikat dengan lemak

intraabdominal daripada lemak di tempat lainnya. Ikatan molekul antara obesitas

dan resistensi insulin pada jaringan seperti lemak, otot, dan hati telah dipelajari

selama bertahun-tahun. Faktor utama meliputi: (1) insulin itu sendiri, yang

menginduksi reseptor downregulation; (2) asam lemak bebas, diketahui

meningkat dan mengganggu kerja insulin; (3) akumulasi lipid intraseluler; dan (4)

berbagai peptida yang dihasilkan oleh adiposit, termasuk sitokin TNF-α dan IL-6,

RBP4, dan "adipokines" adiponektin dan resistin, yang diproduksi oleh adiposit,

yang dapat memodifikasi kerja insulin. Meskipun resistensi insulin hampir

universal, banyak orang obesitas tidak menderita diabetes, menunjukkan bahwa

timbulnya diabetes membutuhkan interaksi antara obesitas yang diinduksi oleh

resistensi insulin dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi diabetes, seperti

gangguan sekresi insulin. Obesitas, bagaimanapun, adalah faktor risiko utama

untuk diabetes, dan sebanyak 80% dari pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

mengalami obesitas. Penurunan berat badan dan olahraga berhubungan dengan

17

Page 18: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

peningkatan sensitivitas insulin dan sering meningkatkan kontrol glukosa pada

diabetes.3

2.8.2. Gangguan reproduksi

Gangguan yang mempengaruhi reproduksi berhubungan dengan obesitas

pada pria dan wanita. Hipogonadisme laki-laki berhubungan dengan peningkatan

jaringan adiposa. Pada pria > 160% berat badan ideal, testosteron dan hormon

seks pengikat globulin (SHBG) sering berkurang, dan tingkat estrogen (yang

berasal dari konversi androgen adrenal di jaringan adiposa) meningkat (Chap.

340). Ginekomastia dapat ditemukan. Testosteron bebas dapat menurun pada pria

obesitas yang berat badannya> 200% berat badan ideal.3

Obesitas telah lama dikaitkan dengan gangguan menstruasi pada wanita,

terutama pada wanita dengan obesitas tubuh bagian atas. Temuan umum

peningkatan produksi androgen, penurunan SHBG, dan peningkatan konversi

perifer androgen ke estrogen. Wanita obesitas dengan oligomenore memiliki

sindrom polikistik ovarium (PCOS), dengan anovulasi dan hiperandrogenisme

ovarium; 40% dari wanita dengan PCOS mengalami obesitas. Kebanyakan wanita

obesitas dengan PCOS juga resistensi insulin, menunjukkan bahwa resistensi

insulin, hiperinsulinemia, atau kombinasi dari keduanya menjadi penyebab atau

berkontribusi terhadap patofisiologi ovarium pada PCOS baik orang obesitas dan

tidak obesitas. Pada wanita obesitas dengan PCOS, penurunan berat badan atau

pengobatan dengan obat sensitisasi insulin mengembalikan menstruasi normal.

Peningkatan konversi androstenedion menjadi estrogen, terjadi lebih besar pada

wanita obesitas tubuh bagian bawah, dan dapat berperan pada peningkatan

kejadian kanker rahim pada wanita postmenopause dengan obesitas.3

2.8.3. Penyakit kardiovaskular

Framingham Study mengungkapkan bahwa obesitas merupakan faktor

risiko independen untuk insidens penyakit kardiovaskular pada pria dan wanita

[termasuk penyakit koroner, stroke, dan gagal jantung kongestif (CHF)]. Rasio

pinggang/pinggul menjadi prediktor terbaik risiko ini. Efek hipertensi dan

intoleransi glukosa yang berhubungan dengan obesitas membuat dampak obesitas

18

Page 19: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

lebih nyata. Efek obesitas terhadap mortalitas kardiovaskular pada wanita dapat

dilihat di BMI 25. Obesitas, terutama obesitas abdomen, terkait dengan profil lipid

aterogenik; dengan peningkatan kolesterol lipoprotein low-density (LDL),

lipoprotein densitas sangat rendah, dan trigliserida; dan dengan penurunan

kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan penurunan pelindung adipokine

adiponektin pembuluh darah (Chap. 350). Obesitas juga berhubungan dengan

hipertensi. Pengukuran tekanan darah pada obesitas membutuhkan penggunaan

ukuran manset yang lebih besar. Obesitas yang diinduksi hipertensi dikaitkan

dengan peningkatan resistensi perifer dan curah jantung, peningkatan simpatik

sistem saraf, peningkatan sensitivitas garam, dan insulin-mediated retensi garam;

sering responsif terhadap penurunan berat badan.3

2.8.4. Penyakit paru - paru

Obesitas dapat dikaitkan dengan sejumlah kelainan paru. Obesitas

mengurangi pengembangan dinding dada, peningkatan kerja pernapasan,

peningkatan ventilasi per menit karena peningkatan tingkat metabolisme, dan

penurunan kapasitas residual fungsional dan volume cadangan ekspirasi (Chap.

246). Obesitas berat mungkin berhubungan dengan obstructive sleep apnea dan

"sindrom obesitas hipoventilasi" dengan hipoksia dan hiperkapnea.3

2.8.5. Batu empedu

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan sekresi kolesterol oleh empedu,

cairan empedu jenuh, dan insiden yang lebih tinggi dari batu empedu, terutama

batu empedu kolesterol. Seseorang dengan berat badan diatas 50% berat badan

ideal memiliki peningkatan enam kali lipat kejadian batu empedu simtomatik.

Puasa meningkatkan cairan empedu jenuh dengan mengurangi komponen

fosfolipid. Puasa dapat menginduksi kolesistitis merupakan komplikasi dari diet

ekstrim.3

2.8.6. Kanker

Obesitas pada laki-laki berhubungan dengan kematian yang lebih tinggi

dari kanker, termasuk kanker kerongkongan, usus besar, rektum, pankreas, hati,

dan prostat; obesitas pada wanita dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi

19

Page 20: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

dari kanker kandung empedu, saluran empedu, payudara, endometrium, serviks,

dan ovarium. Hal ini terjadi karena peningkatan tingkat konversi androstenedion

menjadi estron di jaringan adiposa orang obesitas. Baru-baru ini diperkirakan

bahwa obesitas menyumbang 14% dari kematian akibat kanker pada pria dan 20%

pada wanita di Amerika Serikat.3

2.8.7. Tulang, sendi, dan penyakit kutaneus

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko osteoarthritis. Prevalensi

gout mungkin juga akan meningkat. Di antara masalah kulit yang berhubungan

dengan obesitas adalah acanthosis nigricans, dimanifestasikan oleh penggelapan

dan penebalan kulit lipatan di leher, siku, dan ruang interphalangeal dorsal.

Kerapuhan kulit meningkat terutama di lipatan kulit, meningkatkan risiko infeksi

jamur dan ragi. Akhirnya, stasis vena meningkat pada obesitas.3

2.9. Prognosis obesitas

Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidaknya

komplikasi. Obesitas yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya

tinggi. Pasien dengan obesitas sentral terutama wanita, beresiko memiliki banyak

komplikasi medis, seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus. 4

BAB III

GUT MICROBIOTA

20

Page 21: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Bayi manusia lahir dari suatu lingkungan yang terpapar dengan

mikroorganisme dari jalan lahir dan sewaktu menyusui terdapat mikrooranisme

dari ASI. Melalui lingkungan yang sangat oksidatif pada saluran pencernaan,

koloni primer yang tinggal adalah bakteri anaerob seperti proteobacteria, dimana

dapat bertahan hidup pada lingkungan rendah konsentrasi oksigen agar bisa

berkolonisasi, contohnya dari genus bacteroides dan anggota dari genus phyla

seperti Actinobacteria dan Firmicutes. Selama tahun pertama kehidupan,

mikrobiota usus berkembang sampai anak mencapai usia 1-2 tahun.6

Gambar 3.1. Perkembangan mikrobiota 7

Sumber : Lozupone CA, Stombaugh JI, Gordon JI, Jansson JK, Knight R. Diversity,

stability and resilience of the human gut mikrobiota. Macmillan; 11 september 2012.

Saluran pencernaan janin sampai lahir masih steril, setelah bayi lahir

barulah terjadi invasi kolonisasi. Tergantung dari cara melahirkan, koloni yang

berinvasi dapat berasal dari kulit (operasi sesar) ataupun dari vagina (persalinan

normal). Dalam minggu kehidupan yang pertama, terdapat penurunan dari

aktivitas TLRs, yang dimana dapat terjadi perubahan stabilitas formasi dari

bakteri usus. Pada saat yang sama, sistem imun “mempelajari” bagaimana

membedakan antara bakteri yang fisiologis dan patologis. Pada usia dewasa,

sudah terdapat kolonisasi yang tetap, yang kebanyakan didominasi oleh

21

Page 22: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Bacteroidetes dan Firmicutes. Penyakit yang berbeda-beda akan mengakibatkan

perubahan signifikan dari mikrobiota yang terhubung dengan produksi dari sitokin

inflamasi.7

Gambar 3.2. Transisi komposisi dari mikroba usus 8

Sumber : Clemente JC, Luke K. Ursell, Laura WP, Rob K. The Impact of the Gut Mikrobiota on Human Health: An Integrative View. Department of Chemistry &

Biochemistry, University of Colorado at Boulder, Boulder, CO 80309, USA Howard Hughes Medical Institute, Boulder, CO 80309, USA. 2012.

Mikrobiota usus didominasi oleh bakteri dan beberapa divisi yang spesifik

seperti Bacteroidetes dan Firmicutes. Walaupun terdapat jumlah variasi yang

besar dalam komposisi tiap masing masing mikroba, telah berhasil

dikelompokkan menjadi 3 kelompok varian atau “enterotype” berdasarkan genus

yang dominan (Bacteroides, Prevotella, atau Ruminococcus). Mikrobiota usus

normal didominasi oleh bakteri anaerob, yang dimana jumlahnya dapat mencapai

kelipatan 100 sampai 1000. Jumlah microba usus sekitar 5000-1000 spesies, dan

hanya sedikit yang diketahui jenisnya seperti bakteri Phyla (Firmicutes,

Actinobacteria, Bacteriodetes, Proteobacteria, Verrumicrobia, Fusobacteria dan

22

Page 23: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Cyanobacteria). Terdapat 2 cara distribusi microba pada saluran cerna. Pertama,

berat jenis mikroba berkembang pada kedua bagian usus distal dan proksimal

(pada lambung mengandung 101 sel mikroba/gram, duodenum 103 sel/gram,

jejunum 104 sel/gram, ileum 107 sel/gram dan usus besar sampai dengan 1012

sel/gram).1 Kedua, keragaman bakteri meningkat sesuai dengan jenis microba

sebelumnya. Banyak spesies bakteri terdapat di lumen, walaupun sedikit tetapi

terdiri dari spesiel yang cukup stabil, termasuk beberapa Proteobacteria dan

akkermansia muciniphila, yang menempel dan tinggal di dalam lapisan mucus

yang berdekatan dengan jaringan.6

Di dalam usus orang dewasa, terdapat sekitar 1014 sell bakteri, dimana

jumlahnya 10 kali lipat dibandingkan dengan sell manusia di dalam tubuh.

Mereka berkombinasi genom (microbiome) yang terdiri lebih dari 5 juta gene dan

menghasilkan biokimia dan aktivitas metabolik untuk menunjang fisiologi host.

Dan faktanya, kapasitas metabolik dari mikrobiota usus sama dengan kapasitas

dari hati, dan mikrobiota usus bisa dianggap sebagai organ tambahan. Bakteri ini

sangat esensial untuk menunjang aspek biologi dari host. Seperti contohnya dalam

hal memfasilitasi metabolisme pengaktifan polisakarida dan memproduksi

vitamin esensial yang didapatkan dari perkembangan dan diferensiasi epitel usus

host dan sistem imun; mikroba ini juga merupakan pertahanan terhadap invasi

dari mikroorganisme pathogen dan fungsi utama mempertahankan homeostasis

dari jaringan.6

3.1. Efek mikrobiota pada fisiologi host / pejamu

Pada usus, salah satu organ esensial memiliki sistem imun mukosa, yang

memiliki 2 fungsi. Pertama, dapat memfasilitasi absorbs dari nutrisi; dimana total

23

Page 24: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

luas permukaan saluran pencernaan kita kira-kira 200 m2. Kedua, dapat

meresistensi infeksi dan menghambat mikroba translokasi masuk ke dalam

jaringan pelindung. Mikrobiota yang memiliki kepadatan tinggi dan sel epitel usus

host terpisah oleh hanya beberapa micrometer mucus di dalam usus halus dan

sampai beberapa ratus micrometer di dalam usus besar, bergantung pada lokasi.

Dalam waktu yang sama juga, sistem imun mukosa menjaga dan mengatur

komposisi mikrobiota agar terhindar dari kondisi patologis, merestriksi

pertumbuhan mikroba dan melindungi tubuh dari reaksi mikroorganisme yang

terkena cairan kimia usus dan agen protector seperti Immunoglobulin A dan

antimikroba peptide. Sebaliknya, mikrobiota usus memiliki peran utama langsung

dalam aspek perkembangan dan regulasi dari jaringan imun host, populasi sel

imun dan mediator imun.6

Pada lapisan mucus koloni terbagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan dalam

dan luar yang disekresi oleh sel goblet dan dibuat dalam bentuk seperti gel dengan

protein glikosilat yang tinggi. Setiap lapisan mucus mempresentasikan mikroba

yang selektif untuk menempel melalui lectins dan glikosida, yang terekspresikan

hanya untuk mikroba spesifik dan juga menyediakan sumber nutrisi untuk

mikroba. 6

Mikrobiota usus telah banyak mempengaruhi aspek dari fisiologi host

yang dapat menyebabkan efek ke arah stimulasi atau inhibitor pada fisiologi host.

Mikrobiota memiliki pengaruh pada fungsi saluran pencernaan host,

meningkatkan maturasi dari GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), regenerasi

jaringan (termasuk villi usus) dan pergerakan usus, dan mengurangi permeabilitas

sel epitel yang bersusun di usus, serta meningkatkan pelindung lapisan usus.

Selain itu, mikrobiota usus juga mempengaruhi morfogenesis dari sistem vascular

di sekitar usus yang diperankan dengan meningkatkan glikosilasi dari receptor 1

aktifator (PAR1). Selanjutnya phosphorylates TF akan mempresentasikan ANG 1

(Epithelial expression of angiopoetin 1), yang akan merangsang untuk

meningkatkan vaskularisasi. Perubahan pada komposisi mikrobiota atau

terjadinya penurunan fungsi telah menunjukkan dampak pada metabolism, sikap

dan homeostasis jaringan. Dan lebih spesifiknya, mikrobiota usus juga dapat

24

Page 25: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

mengatur dari sistem saraf dari host, dengan menurunkan koneksi sinaps dan

meningkatkan perilaku seperti kecemasan dan persepsi nyeri. Pada metabolism

host, terlihat bahwa mikrobiota usus memfasilitasi energi untuk diet, untuk

merangsang metabolism host (melalui penurunan dari energi expenditure) dan

meningkatkan jaringan adipose. Mikrobiota usus dapat mempengaruhi dari

homeostasis jaringan seperti penurunan dari massa tulang dikarenakan efek fungsi

pada osteoclasts (yang menyebabkan reabsorbsi tulang) dan meningkatkan

sejumlah proinflamatori sel T Helper 17. 7

Gambar 3.3. Efek mikrobiota terhadap host 6

Sumber : Sommer F, Backhed F. The gut mikrobiota — masters of host development and physiology. Nature Reviews Microbiology AOP. 25 February 2013;

doi:10.1038/nrmicro2974Komposisi dari mikrobiota usus bergantung pada berbagai keadaan

lingkungan, termasuk penggunaan antibiotik, gaya hidup, diet dan higienitas. Sifat

genetik host juga memiliki peran, hiperimunitas (terjadi over-representasi dari

sitokin pro-inflamasi seperti interleukin 6, IL 12, TNF) atau sebaliknya

immunodefisiensi (terjadinya mutasi dari regulasi protein imun) dapat

mempengaruhi komposisi mikrobiota usus. Dan oleh Karena itu, faktor di atas

akan mempengaruhi perubahan mediator imun yang akan merangsang terjadinya

inflamasi kronik dan disfungsi metabolik. 7

Gambar 3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi mikroba usus dan efek

kesehatan pada host 8

25

Page 26: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Sumber : Clemente JC, Luke K. Ursell, Laura WP, Rob K. The Impact of the Gut Mikrobiota on Human Health: An Integrative View. Department of Chemistry &

Biochemistry, University of Colorado at Boulder, Boulder, CO 80309, USA Howard Hughes Medical Institute, Boulder, CO 80309, USA. 2012

3.2. Gut microbiota dan kaitannya dengan obesitas

Penyebab dari obesitas sekarang ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab,

termasuk dampak dari modernisasi terutama dari segi makanan dan gaya hidup

atau aktifitas fisik. Meskipun banyak intervensi telah direkomendasikan,

prevalensi obesitas saat ini terus meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir ini

diketahui bahwa mikrobiota di dalam dalam saluran pencernaan berhubungan

dengan obesitas. 9

Studi beberapa dekade terakhir ini telah menghubungkan hubungan

mikrobiota di dalam usus dengan perkembangan gangguan metabolik terutama

diabetes dan obesitas. Meskipun tidak sepenuhnya di ketahui, mikrobiota di dalam

usus terlibat dalam pengaturan dari beberapa fungsi fisiologis, termasuk

26

Page 27: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

pertumbuhan epitel-epitel usus, sirkulasi darah, dan mekanisme adaptif. Sebuah

teori baru menunjukkan bahwa mikrobiota sebagai kontributor terhadap regulasi

energi homeostatis. Dengan demikian, dengan kerentanan terhadap lingkungan,

mikrobiota di dalam usus dapat menimbulkan gangguan pada energi homeostatis,

yang dapat menyebabkan kelainana metabolik. 10

Mikrobiota di dalam usus orang dewasa di dominasi oleh dua filum

Firmicutes dan Bacteroidetes, yang mengklasifikasikan sekitar 90% dari semua

spesies bakteri di usus. Baik studi pada binatang dan manusis, obesitas dikaitkan

dengan komposisi yang berbeda pada mikrobiota usus. Banyak studi telah

menunjuk kearah penurunan relatif yang berlimpah pada Bacteroidetes bersamaan

dengan peningkatan relatif pada Firmicutes sebagai karakteristik dari “obesogenic

mikrobiota” tetapi temuan ini masih jauh dari kata konsisten. Obesitas juga

dihubungkan pada perbedaan di tingkatan spesies seperti : Clostridium

innocuum, Eubacterium dolichum, dan Catenibacterium mitsuokai, Lactobacillus

reuteri, Lactobacillus sakei, Actinobacteria, dan termasuk dari golongan Archae

seperti Methanobrevibacter smithii. 11

Pengamatan awal menunjukkan bahwa subjek tikus yang obesitas

memiliki perubahan yang menyeluruh pada proporsi dua devisi utama pada

bakteria. Manusia normal dan tikus memiliki 60% sampai 80% Firmicutes dan

20% Bacteroidetes.4 Penemuan pertama telah mengaitkan fakta bahwa tikus

dengan mutasi pada gen leptin (pada tikus obesitas metabolik ) memiliki

mikrobiota yang berbeda dibandingkan dengan tikus lain tanpa mutasi. Pada

model tikus obesitas, proporsi yang dominan dari filum di usus Bacteroidetes dan

Firmicutes telah mengalami perubahan yang signifikan pada penurunan

Bacteroidetes dan pingkatan pada Firmicutes (Ley, 2010). 10

Ley et al. (2006) adalah yang pertama melaporkan perubahan mikrobiota

usus yang sama dengan yang ditemukan pada tikus yang obesitas ( angka yang

tinggi pada firmicutes dan relatif sedikit pada Bacteroidetes) dengan 12 subjek

obesitas dibandingkan dengan 2 orang subjek yang kurus. Kemudian, Armougom

et al. (2009) mengonfirmasi pengurangan pada Bacteroidetes disertai dengan

peningkatan pada spesies Lactobacillus yang termasuk pada filum Firmicutes.

27

Page 28: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Turnbaugh et al. (2009b) and Furet et al. (2010) menunjukkan pola yang berbeda

berdasarkan representasi yang lebih rendah pada Bacteroidetes pada individu yang

obesitas dengan tidak ada perbedaan pada filum Firmicutes. Collado et al. (2008)

melaporkan terdapat peningkatan pada spesies Firmicutes (Staphylococcus

aureus) maupun spesies Bacteroidetes (Bacteroides/Prevotella) pada wanita yang

mengalami obesitas. Million et al. (2012) menggambarkan perubahan pada

komposisi Firmicutes berdasarkan peningkatan pada Lactobacillus reuteri dan

penurunan pada L. paracasei dan L. plantarum.10

Tabel 3.1. Mikrobiota usus yang berhubungan dengan obesitas 8

Jenis mikrobiota usus yang berhubungan dengan obesitas

Bacteroidetes ↓ Terdapat perubahan signifikan pada

mikrobiota usus yang berhubungan

dengan meningkatkan kejadian

obesitas

Lactobacillus ↑

Firmicutes/Bacteroidetes ratio ↓

Methanobrevibacter smithii ↓

Sumber : Clemente JC, Luke K. Ursell, Laura WP, Rob K. The Impact of the Gut Mikrobiota on Human Health: An Integrative View. Department of Chemistry &

Biochemistry, University of Colorado at Boulder, Boulder, CO 80309, USA Howard Hughes Medical Institute, Boulder, CO 80309, USA. 2012.

3.2.1. Intake energi yang diubah

Kumpulan bakteri yang terdapat di saluran pencernaan bertanggung jawab

terhadap sebagian besar dari energi yang kita dapat, sehingga kita dapat

mengubah menjadi sumber energi. Firmicutes yang meningkat pada tikus dan

manusia yang obesitas telah menunjukkan bahwa lebih mampu untuk memutus

karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan mengubah mereka menjadi energi yang

dapat diserap. Jika mikrobiota bergeser antara individu yang kurus dengan yang

obesitas, kelihatannya mungkin perubahan ini dapat mempengaruhi pada

efesiensi produksi energi/penyerapan di saluran cerna dan mungkin dapat

memfasilitasi dan menghambat perkembangan kea rah obesitas. Ketika di lakukan

penelitian melalui chip gen diamati bahwa bakteri yang berasal dari individu yang

28

Page 29: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

obesitas telah meningkatkan ekspresi gen terutama untuk motilitas, transkripsi,

metabolism sakarida.9

Berdasarkan hal tersebut, anda dapat menggabungkan gambaran-

gambaran mengenai obesitas. Memberatkan pada pola makan telah mendorong

populasi komensal ke arah lingkungan firmicutes yang berakhir pada peningkatan

populasi Clostridia. Peningkatan populasi Clostridia bekerja meningkatkan

efisiensi metabolisme karbohidrat, mengekstrak energi lebih besar pada asupan

kalori, memungkinkan untuk memanfaatkan energi yang lebih tinggi. Energi

berlebih jika tidak dipakai akan disimpan pada deposit lemak di dalam tubuh.

Untuk lebih memahami mengenain disposisi individu obesitas yang

meningkatkan konsumsi energi, kolon yang sehat telah di periksa berdasarkan

metabolik saluran pencernaan. Setelah pemeriksaan cecal baik manusia dan

tikusyang diperiksa membuktikan bahwa individu yang obesitas terdapat

peningkatan secara signifikan terhadap asam lemak rantai pendek (SCFAs).

SCFAs seperti asetat, propionate, dan butirat lebih banyak pada orang-orang

obesitas. SCFAs merupakan produk yang umum dari metabolism karbohidrat. Ini

tidak mengherankan bahwa kebanyakan SCFAs (terutama butirat) memproduksi

bakteri termasuk Clostridia cluster XIVa dan IV. Konsentrasi SCFAs di ukur pada

tikus kurus dan obesitas melalui NMR. Secara keseluruhan SCFAs meningkat

pada urin pada tikus obesitas dibandingkan dengan tikus kurus.9

3.2.2. Endotoxemia metabolik, inflamasi, dan sistem imun pada obesitas dan

sindrom metabolik

Obesitas dihubungkan dengan sejumlah gangguan metabolik lain yang

ditandai dengan kronik, sistemik, peradangan tingkat rendah. Meskipun

endotoksin (lipopolisakarida(LPS)), berasal dari dinding sel bakteri gram negatif,

bersirkulasi pada konsentrasi rendah pada darah orang yang sehat, sekarang ini

genetic dan obesitas karena pola makan dan maslah metabolik yang lain telah

dihubungkan dengan peningkatan yang substansial pada konsentrasi LPS keadaan

ini disebut endotoxemia metabolik.12

Konsumsi makanan tinggi lemak pada manusia maupun hewan menghasilkan

peningkatan yang signifikan dari konsentrasi endotoxin dan perubahan pada

29

Page 30: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

komposisi mikrobiota di usus, peningkatan angka endotoksis sistemik mungkin

akibat dari peningkatan permeabilitas usus yang disebabkan oleh perubahan

komposisi mikrobiota. Endotoxemia mungkin dapat berkontribus pada inflamasi

yang rendah, resistensi insulin, hyperplasia adipocyte, dan pengurangan fingsi sel

beta yang menjadi ciri khas sindrom metabolik.12

Toll-like receptors (TLRs) diekspresikan dalam protein trans membrane dalam

system imun bawaan yang dikenali sebagai molekul structural yang disimpan

berasal dari mikroba. Diluar potensial dari makanan tinggi lemak untuk

menginduksi metabolism endotoxemia, system imun mungkin memainkan peran

dalam mengatur mikrobiota usus dan mempengaruhi ekstensi dari perkembangan

kelainan metabolik. 12

30

Page 31: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

BAB IV

PROBIOTIK

4.1. Definisi probiotik

Ketika awal diperkenalkan, probiotik dimaknai sebagai makanan

tambahan (food supplements) yang bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan

seseorang dan didefinisikan sebagai suatu mikro-organisme dan substansi yang

bertujuan memperbaiki keseimbangan mikro-organisme dalam usus. Pada

perkembangan selanjutnya, probiotik didefinisikan sebagai mikro-organisme

hidup dalam bentuk makanan tambahan yang memberikan keuntungan melalui

kemampuan memodulasi mukosa, aktivitas imun sistemik dan fungsi epitel. FAO

(Food Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization)

mendefinisikan probiotik sebagai mikro-organisme hidup yang apabila diberikan

dalam jumlah cukup bermanfaat memperbaiki kesehatan inang.13

4.2. Mekanisme aksi probiotik

Probiotik memiliki berbagai mekanisme aksi meskipun dengan cara yang

tepat di mana mereka mengerahkan efek mereka masih belum sepenuhnya

dijelaskan. Ini berkisar dari bakteriosin dan produksi asam lemak rantai pendek,

menurunkan usus pH, dan kompetisi nutrisi untuk stimulasi fungsi penghalang

mukosa dan immunomodulation. Yang terakhir khususnya telah menjadi subyek

dari banyak penelitian dan ada bukti bahwa probiotik mempengaruhi beberapa

aspek dari respon imun yang diperoleh dan bawaan dengan menginduksi

fagositosis dan IgA sekresi, memodifikasi respon sel T, meningkatkan respon

Th1, dan tanggapan Th2.13,14

31

Page 32: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

4.3. Cara kerja probiotik 13

4.3.1. Produksi bahan- bahan anti mikrobal

Produk probiotik menekan jumlah, metabolisme dan produksi toksin oleh

bakteri usus.Selain itu ditemukan bahwa volatile fatty acids yang diproduksi oleh

Lactic Acid Bacteria (LAB) mampu mengendalikan kolonisasi Shigella sonnei

dan Entero Pathogenic Echeriecia Coli (EPEC).

4.3.2. Kompetisi pada reseptor adhesi

Probiotik nampaknya berperan sebagai pesaing (competitor) bagi galur

patogen untuk mengikatkan diri pada reseptor adesi sehingga galur patogen tak

mampu membentuk koloni dan dengan demikian tidak mampu menimbulkan

penyakit.

4.3.3. Kompetisi terhadap zat makanan

Meskipun usus merupakan sumber makanan yang berlimpah sehingga

teori mengenai persaingan antar mikroorganisme nampaknya tidak dapat diterima,

namun perlu diingat bahwa keberlangsungan mekanisme persaingan dengan

mikro-organisme patogen hanya memerlukan pelibatan satu jenis nutrient.

Temuan penelitian in vitro menunjukkan mikro-organisme usus dalam bentuk

koloni bersaing secara lebih efisien terhadap C. difficile berkaitan dengan

monomeric glucose, N-acetyl-glucosamine dan asam salisilat.

4.3.4. Stimulasi imunitas

Cara kerja bakteria probiotik dalam mendesak pertumbuhan bakteri

penyebab penyakit nampaknya diawali dari pengaruh kerjanya terhadap sistem

imun. Pada dekade belakangan ditemukan bahwa lactobacilli yang dimakan dapat

menstimulasi aktivitas makrofag terhadap beberapa spesies bakteri yang berbeda.

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh absorbsi antigen atau translokasi

lactobacilli melalui dinding usus langsung ke peredaran darah untuk kemudian

menstimulasi makrofag. Penelitian membuktikan bahwa lactobacilli yang

32

Page 33: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

disuntikkan intravena ditemukan hidup dalam hati, limpa dan paru disertai

aktivitas NK cell yang meningkat.

4.4. Preparat probiotik

Preparat probiotik yang beredar di pasaran terutama dari golongan LAB

seperti Lactobacilli, Streptococci, dan Bifidobacteria yang juga merupakan

komponen mikroflora gastrointestinal dan relatif tidak memberikan pengaruh

merugikan. Kemasan probiotik dapat mengandung satu atau beberapa galur

bakteri yang berbeda. Galur LAB seperti Lactobacillus acidophilus, L. casei, L.

gasseri, Enterococcus faecium dan Bifidobacterium bifidum yang dipakai dalam

probiotik terutama diisolasi dari intestinal. Penggunaan non-human derived

organisms dalam yoghurt (yoghurt starter bacteria) antara lain L. bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus juga memberikan perbaikan di bidang kesehatan

meskipun kemampuan bakteri yoghurt untuk membentuk koloni dalam usus

sangat diragukan.

Beberapa peneliti di USA membuktikan adanya penurunan secara

signifikan aktivitas enzim bakteri seperti glucuronidase, nitroreductase dan

azoreductase dengan pemberian L. acidophilus. Nampak bahwa aktivitas enzim -

enzim tersebut menurun selama Lactobacillus supplement dikonsumsi untuk

kemudian aktivitas enzim berangsurangsur pulih kembali seperti semula apabila

pemberian lactobacillus supplement dihentikan. Sejumlah industri farmasi telah

memproduksi dan memasarkan probiotik dengan tujuan yang sama yaitu

meningkatan kualitas hidup manusia. Berbagai kombinasi bakteri dengan mineral,

vitamin dan prebiotik telah beredar di pasaran baik sebagai kemasan bebas

maupun sebagai kemasan yang diresepkan. Untuk mencegah timbulnya reaksi

yang mengurangi bahkan menghilangkan tujuan kombinasi (bakteri, vitamin dan

mineral) nampaknya diperlukan proses pelapisan masing-masing bahan tersebut

dengan bahan pelapis yang tahan terhadap asam lambung. Kelebihan kemasan

semacam ini adalah jumlah bakteri hidup yang sampai ke usus tetap terjamin

dalam jumlah besar, tidak memerlukan penyimpanan khusus, bebas kalori, tanpa

33

Page 34: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

rasa dan praktis. Sedangkan makanan probiotik umumnya tidak stabil,

membutuhkan penyimpanan khusus, dibatasi masa kadaluarsa, dosis rendah

vitamin dan mineral, mengandung kalori dan memiliki rasa khas. 13,14

4.5. Kondisi – kondisi yang membutuhkan konsumsi probiotik

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan manusia untuk mengkonsumsi

probiotik, yaitu pada (1) chronic bowel problems atau adanya infeksi

berkepanjangan seperti Candidiasis, (2) sebagai prevensi terhadap keracunan

makanan ketika sedang berwisata (Bifidobacteria dan Acidophillus mampu

membunuh sebagian besar food-poisoning bacteria), (3) wanita dalam status

premenopause dan menopause untuk mereduksi osteoporosis, (4) individu dengan

hiperkholesterolemia, (5) individu dengan masalah kesehatan kronis (seperti

jerawat, masalah kulit, alergi, artritis, kanker), serta (6) individu yang

memperoleh pengobatan radiasi. 13

4.6. Probiotik pada produk makanan

Berbagai produk makanan yang mengandung strain probiotik yang luas

dan masih terus berkembang. Produk utama yang ada di pasar adalah yang

berbasis susu termasuk susu fermentasi, keju, es krim, buttermilk, susu bubuk, dan

yogurt. Aplikasi pada makanan non-dairy termasuk produk kedelai, sereal bar,

sereal, dan berbagai jus merupakan cara yang tepat untuk pengiriman probiotik

untuk konsumen.

Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi efektivitas

penggabungan strain probiotik dalam produk tersebut, antara lain keamanan,

kompatibilitas produk dengan mikroorganisme dan pemeliharaan kelangsungan

hidup melalui pengolahan makanan, kemasan, dan kondisi penyimpanan. pH

produk juga merupakan faktor yang signifikan yangmenentukan kelangsungan

hidup dan pertumbuhan probiotik yang dimasukkan.

34

Page 35: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Inovasi teknologi saat ini menyediakan cara untuk mengatasi masalah

stabilitas dan kelangsungan hidup probiotik dengan menawarkan pilihan baru

untuk media tampung bagi probiotik dan melindungi bakteri dari kerusakan yang

disebabkan oleh lingkungan eksternal. Dengan pengenalan sistem bentuk kering

bakteri probiotik, produsen minuman sekarang dapat memberikan kepada

konsumen produk yang mengandung probiotik dengan lebih baik lagi. 14

4.7. Probiotik dan kaitannya dengan obesitas

Tabel 4.1. Penelitian – penelitian mengenai probiotik yang terkait obesitas 15-33

Penelitian Probiotik Hasil

Yoe et al. 201315 Lactobacilus curvatus

HY7601 dengan atau

tanpa kombinasi

Lactobacillus plantarum

KY1032

BB turun Menurunkan akumulasi lipid

di hepar dan simpanan lemak Menurunkan kolesterol

plasma dan hepar Menurunkan aktivitas gen

yang mengsintesis enzim lemak

Menurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Park et al. 201316 Lactobacilus curvatus

HY7601 dan

Lactobacillus plantarum

KY1032

Menurunkan BB, akumulasi lemak

Menurunkan insulin plasma, kolesterol total, biomarker toksin hepar

Menurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Menurunkan oksidasi asam lemak

Wang et al. 2015 17 Lactobacillus paracasei CNCM I-4270, Lactobacillus rhamnosusI-3690 atau Bifidobacterium

Menurunkan BB Menurunkan infiltrasi

makrofag di jaringan lemak Menurunkan stenosis hepar Meningkatkan keseimbangan

35

Page 36: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

animalis subsp. lactis I-2494 insulin

An et al. 2011 18 Lactic acid bacterium (LAB)supplement (B. pseudocatenulatumSPM 1204, B. longum SPM 1205,and B. longum SPM 1207;

108 ~ 109 CFU)

Menurunkan BB dan akumulasi lemak

Menurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-C

Menurunkan biomarker toksin hepar

Chen et al. 2012 19Bifidobacterium adolescentis Menurunkan BB dan akumulasi lemak

Meningkatkan sensitivitas insulin

Zhao et al. 2012 20 Pediococcus pentosaceus LP28 /Lactobacillus plantarum SN13T

as comparato

Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterol

Menurunkan cadangan lemak

Menurunkan gen pembentukan lipid

Gauffin et al.

201221

Bacteroides uniformis CECT

7771

Menurunkan BB dan akumulasi lemak

Menurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-C

Menurunkan biomarker toksin hepar

Everard et al.

201322

Akkermansia muciniphila(alive versus heat- killed)

Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterol

Menurunkan cadangan lemak

Menurunkan gen pembentukan lipid

Everard et al.

201422

Saccharomyces boulardii

Biocodex

BB turun Menurunkan akumulasi lipid

36

Page 37: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

di hepar dan simpanan lemak Menurunkan kolesterol

plasma dan hepar Menurunkan aktivitas gen

yang mengsintesis enzim lemak

Menurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Kim et al. 201323 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan massa lemak

Meningkatkan sensitivitas insulin

Meningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosa

Meningkatkan adiponectin di jaringan lemak

Tabuchi et al.

200324

Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan HbA1c Meningkatkan toleransi

glukosa oral

Park et al. 201525 Lactobacillus rhamnosus GG Meningkatkan toleransi glukosa

Meningkatkan stimulasi insulin

Meningkatkan sensitivitas insulin

Yadav et al. 200626Lactococcus lactis Menurunkan BB Menurunkan HbA1c Meningkatkan toleransi

glukosa oral

Yadav et al. 201727 Lactobacillus casei/Lactobacillus

acidophilus

Menurunkan BB Menurunkan HbA1c Meningkatkan toleransi

glukosa oral

Ritze et al. 201428 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan

37

Page 38: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

kolesterol Menurunkan cadangan

lemak Menurunkan gen

pembentukan lipid

Yin et al. 201029 Bifidobacteria L66-5, L75-4, M13-4

and FS31-12

BB turun Menurunkan akumulasi lipid

di hepar dan simpanan lemak Menurunkan kolesterol

plasma dan hepar Menurunkan aktivitas gen

yang mengsintesis enzim lemak

Menurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Reichold A et al.

201430

Bifidobacteria adolescentis Menurunkan BB dan massa lemak

Meningkatkan sensitivitas insulin

Meningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosa

Meningkatkan adiponectin di jaringan lemak

Plaza-Diaz et al.

201431

Lactobacillus paracasei CNCMI-4034, Bifidobacterium breveCNCM I-4035 and Lactobacillusrhamnosus CNCM or mixture

of 3 strains

BB turun Menurunkan akumulasi lipid

di hepar dan simpanan lemak Menurunkan kolesterol

plasma dan hepar Menurunkan aktivitas gen

yang mengsintesis enzim lemak

Menurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)

Savcheniuk O et al.

201432,33

14 alive probiotic strains(Lactobacillus, Lactococcus,Bifidobacterium,

Menurunkan BB dan massa lemak

Meningkatkan sensitivitas insulin

Meningkatkan ekspresi gen

38

Page 39: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Propionibacterium,

Acetobacter)

untuk metabolism glukosa Meningkatkan adiponectin di

jaringan lemak

39

Page 40: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

BAB V

RESUME

Obesitas merupakan salah satu perilaku hidup tidak sehat yang sampai

sekarang menjadi fokus utama dalam kehidupan. Tingginya populasi manusia

dengan obesitas membuat dirinya rentan terkena penyakit yang membahayakan

seperti penyakit jantung coroner dan diabetes mellitus sehingga tidak sedikit yang

meninggal dunia. Tulang sebagai penopang badan juga terkena dampak akibat

berat badan yang berlebih. Pentingnya gaya hidup sehat dapat menjadi salah satu

solusi untuk obesitas,baik berupa olahraga yang teratur,pola makan yang sehat

dan istirahat yang cukup. Selain pola makan sehat, juga perlu diperhatikan

keadaan gut microbiota yang seimbang serta asupan probiotik. Karena faktor-

faktor inilah yang sering luput dari perhatian.

Melalui berbagai studi yang pernah dilakukan dalam kurun waktu kurang

dari 5 tahun terakhir, didapatkan bahwa mikrobiota dalam tubuh manusia

memiliki peranan penting pada pengaturan tubuh seseorang. Mikrobiota pada

usus memiliki beberapa fungsi pada usus yang sangat menguntungkan seperti

pencegahan infeksi masuk dengan melapisi usus,meningkatkan maturasi GALT

(Gut Associated Lymphoid Tissue), regenerasi jaringan (termasuk villi

usus),pergerakan usus, meningkatkan vaskularisasi usus dengan meningkatkan

glikosilasi dari receptor aktifator (PAR1).

Dalam beberapa tahun terakhir sudah banyak diadakan penelitian

mengenai hubungan antara obesitas dan gut microbiota baik pada hewan maupun

pada manusia. Berdasarkan penelitian-penelitian pada orang obesitas dan tikus

obesitas secara keseluruhan terdapat peningkatan pada golongan Firmicutes dan

penurunan pada golongan Bacteroidetes dibandingkan dengan orang normal. Pada

obesitas dari sekian golongan microbiota dalam Firmicutes yang meningkat,

terjadi penambahan populasi Clostridia sehingga membuat energi berlebih saat

metabolism yang berujung banyak kalori yang disimpan dalam tubuh. penyebab

obesitas

40

Page 41: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

Untuk mengatur kerja dari gut microbiota agar tetap seimbang

diperlukanlah terapi manipulasi dari luar. Salah satunya adalah intervensi

probiotik walaupun mekanisme secara pastinya belum diketahui tapi telah diteliti

melalui tikus percobaan dan pada individu dengan obesitas bahwa pemberian

probiotik mempunyai dampak positif seperti menurunkan resistensi insulin serta

meningkatkan sensitivitas insulin menurunkan berat tubuh, menurunkan

akumulasi lipid di hepar dan jaringan adiposa.

41

Page 42: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Obesity and Overweight Fact Sheets.

January. 2015. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

diakses pada tanggal 10 Juni 2016.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesahatan Dasar

2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/pokok2%2

0hasil%20riskesdas%202013.pdf diakses pada tanggal 10 Juni 2016.

3. Anthony Fauci, Eugene Braunwald, Dennis Kasper, Stephen Hauser, Dan

Longo, J. Jameson, Joseph Loscalzo. Harrison's Principles of Internal

Medicine. 17th Edition. USA: Mcgraw-hill. 2008.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

5. Lysen LK, Israel DA. Nutrition in Weight management. In: Mahan LK,

Escott-Stump S., eds. Krause’s Food & Nutrition Therapy. 13 th ed. St.

Louis: Saunders Elsevier.2012: 462-487

6. Sommer F, Backhed F. The gut mikrobiota — masters of host

development and physiology. Nature Reviews Microbiology AOP. 25

February 2013; doi:10.1038/nrmicro2974

7. Lozupone CA, Stombaugh JI, Gordon JI, Jansson JK, Knight R. Diversity,

stability and resilience of the human gut mikrobiota. Macmillan; 11

september 2012

8. Clemente JC, Luke K. Ursell, Laura WP, Rob K. The Impact of the Gut

Mikrobiota on Human Health: An Integrative View. Department of

Chemistry & Biochemistry, University of Colorado at Boulder, Boulder,

CO 80309, USA Howard Hughes Medical Institute, Boulder, CO 80309,

USA. 2012.

42

Page 43: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

9. J Kyle.Wolf ,G Robin, Lorenz , Gut Mikrobiota and obesity,etiology of

obesity (D Allison, Second Edition). 7 january 2012; DOI

10.1007/s13679-011-0001-8

10. Moreno-indias I, Cardona F, J.Tinahones F, Isabel Queipo-Ortuno M,

Impact of the gut mikrobiota on the development of obesity and type 2

diabetes mellitus. Frontiers in Microbiology. 2014 doi:

10.3389/fmicb.2014.00190

11. Sanmiguel C, Gupta A, A Mayer E, Gut Microbiome and Obesity:

APlausible Explanation for obesity. 2015 June. Curr Obes Rep.; 4(2):

250–261. doi:10.1007/s13679-015-0152-0.

12. DiBaise KJ, Frank DN., Mathur R , Impact of the Gut Mikrobiota on the

Development of Obesity: Current Concepts. Am J Gastroenterol Suppl

2012; 1:22– 27; doi: 10.1038/ajgsup.2012.5

13. Silvia JP, Freitas AC. Probiotic Bacteria : Fundamentals, Therapy, and

Technology. USA: Pan Standford. 2014.

14. Kobyliak N, Conte C, Cammarota G, et al. Probiotics in prevention and

treatment of obesity: a critical view. 2016; 10.1186/s12986-016-0067-0

15. Yoo SR, Kim YJ, Park DY, Jung UJ, Jeon SM, Ahn YT, et al. Probiotics

L. plantarum and L. curvatus in combination alter hepatic lipid metabolism

and suppress diet-induced obesity. Obesity (Silver Spring). 2013;21:2571–

8.

16. Park DY, Ahn YT, Park SH, Huh CS, Yoo SR, Yu R, et al.

Supplementation of Lactobacillus curvatus HY7601 and Lactobacillus

plantarum KY1032 in diet-induced obese mice is associated with gut

microbial changes and reduction in obesity. PLoS One. 2013;8:e59470.

17. Wang J, Tang H, Zhang C, Zhao Y, Derrien M, Rocher E, et al.

Modulation of gut microbiota during probiotic-mediated attenuation of

metabolic syndrome in high fat diet-fed mice. ISME J. 2015;9:1–15.

18. An HM, Park SY, do Lee K, Kim JR, Cha MK, Lee SW, et al. Antiobesity

and lipid-lowering effects of Bifidobacterium spp. in high fat diet-induced

obese rats. Lipids Health Dis. 2011;10:116.

43

Page 44: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

19. Chen J, Wang R, Li XF, Wang RL. Bifidobacterium adolescentis

supplementation ameliorates visceral fat accumulation and insulin

sensitivity in an experimental model of the metabolic syndrome. Br J Nutr.

2012;107:1429–34.

20. Zhao X, Higashikawa F, Noda M, Kawamura Y, Matoba Y, Kumagai T, et

al. The obesity and fatty liver are reduced by plant-derived Pediococcus

pentosaceus LP28 in high fat diet-induced obese mice. PLoS One.

2012;7(2):e30696.

21. Gauffin Cano P, Santacruz A, Moya A, Sanz Y. Bacteroides uniformis

CECT 7771 ameliorates metabolic and immunological dysfunction in mice

with high-fat-diet induced obesity. PLoS One. 2012;7:e41079.

22. Everard A, Belzer C, Geurts L, Ouwerkerk JP, Druart C, Bindels LB, et al.

Cross-talk between Akkermansia muciniphila and intestinal epithelium

controls diet-induced obesity. Proc Natl Acad Sci U S A. 2013;110:9066–

71.

23. Kim SW, Park KY, Kim B, Kim E, Hyun CK. Lactobacillus rhamnosus

GG improves insulin sensitivity and reduces adiposity in high-fat diet-fed

mice through enhancement of adiponectin production. Biochem Biophys

Res Commun. 2013;431:258–63.

24. Tabuchi M, Ozaki M, Tamura A, Yamada N, Ishida T, Hosoda M, et al.

Antidiabetic effect of Lactobacillus GG in streptozotocin-induced diabetic

rats. Biosci Biotechnol Biochem. 2003;67:1421–4.

25. Park KY, Kim B, Hyun CK. Lactobacillus rhamnosus GG improves

glucose tolerance through alleviating ER stress and suppressing

macrophage activation in db/db mice. J Clin Biochem Nutr. 2015;56:240–

6.

26. Yadav H, Jain S, Sinha PR. Effect of dahi containing lactococcus lactis on

the progression of diabetes induced by a high-fructose diet in rats. Biosci

Biotechnol Biochem. 2006;70:1255–8.

44

Page 45: ISI PAPER GIZI - probiotik.docx

27. Yadav H, Jain S, Sinha PR. Antidiabetic effect of probiotic dahi

containing Lactobacillus acidophilus and Lactobacillus casei in high

fructose fed rats. Nutrition. 2007;23:62–8.

28. Ritze Y, Bárdos G, Claus A, Ehrmann V, Bergheim I, Schwiertz A, et al.

Lactobacillus rhamnosus GG protects against non-alcoholic fatty liver

disease in mice. PLoS One. 2014;9:e80169.

29. Yin YN, Yu QF, Fu N, Liu XW, Lu FG. Effects of four Bifidobacteria on

obesity in high-fat diet induced rats. World J Gastroenterol.

2010;16:3394–401.

30. Reichold A, Brenner SA, Spruss A, Förster-Fromme K, Bergheim I,

Bischoff SC. Bifidobacterium adolescentis protects from the development

of nonalcoholic steatohepatitis in a mouse model. J Nutr Biochem.

2014;25:118–25.

31. Plaza-Diaz J, Gomez-Llorente C, Abadia-Molina F, Saez-Lara MJ,

Campaña-Martin L, Muñoz-Quezada S, et al. Effects of lactobacillus

paracasei CNCM I-4034, bifidobacterium breve CNCM I-4035 and

lactobacillus rhamnosus CNCM I-4036 on hepatic steatosis in zucker rats.

PLoS One. 2014;9:e98401.

32. Savcheniuk O, Kobyliak N, Kondro M, Virchenko O, Falalyeyeva T,

Beregova T. Short-term periodic consumption of multiprobiotic from

childhood improves insulin sensitivity, prevents development of non-

alcoholic fatty liver disease and adiposity in adult rats with glutamate-

induced obesity. BMC Complement Altern Med. 2014;14:247.

doi:10.1186/1472-6882-14-247.

33. Kondro M, Kobyliak N, Virchenko O, Falalyeyeva T, Beregova T, Bodnar

P. Multiprobiotic therapy from childhood prevents the development of

nonalcoholic fatty liver disease in adult monosodium glutamate-induced

obese rats. Curr Issues Pharm Med Sci. 2014;27:243–5.

45