faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian...

71
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI BURUK SERTA UPAYA PENANGANANNYA DENGAN PENDAMPINGAN POLA ASUH DAN PEMBERIAN PMT DI KOTAMADYA KEDIRI Oleh : DR. INDASAH,Ir.,M.Kes SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2010

Upload: lamtram

Post on 18-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI BURUK SERTA UPAYA PENANGANANNYA DENGAN PENDAMPINGAN POLA ASUH DAN PEMBERIAN PMT DI

KOTAMADYA KEDIRI

Oleh : DR. INDASAH,Ir.,M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

2010

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

ii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konseling dalam Program KB ........................................ 7

2.2 Kontrasepsi Metode Efektif .............................................. 11

2.3 Konsep PUS ...................................................................... 30

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 36

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .............................................................. 37

3.2 Kerangka Kerja ................................................................. 38

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

iii

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................ 38

3.4 Kriteria Sampel ................................................................. 40

3.5 Variabel Penelitian ............................................................ 40

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 42

3.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 42

3.8 Alat Ukur yang Digunakan ............................................... 42

3.9 Tehnik Analisa Data .......................................................... 43

3.10 Etika Penelitian ................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44

LAMPIRAN

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Metode Kontrasepsi yang Diminati (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI) Tahun 2003 dan Survey se-Jawa Timur Tahun 2000 ...................................................... 3

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 41

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Konseling Pengaruh Konseling terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Metode Efektif dari PUS

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah gizi merupakan masalah yang pernah dialami semua negara,

terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah gizi dijumpai akibat

kekurangan berbagai jenis zat makanan. Kasus gizi kurang atau gizi buruk adalah

masalah gizi yang merupakan bentuk status gizi yang rendah. Kasus gizi buruk

banyak dijumpai pada anank-anak, khusunya anak balita. Karena pada masa ini

adalah masa yang paling rawan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Rendahnya status gizi masyrakat dapat mempengaruhi kualitas sumberdaya

manusia di suatu negara. Status gizi balita dapat dipengangaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya yaitu kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu tentang gizi.

Rendahnya tingkat pendidikan ibu juga memberikan andil yang besar terhadap

kasus gizi buruk balita yang masih sering dijumpai pada masyarakat. Pengetahuan

dan pemahaman ibu yang terbatas akan mempengaruhi pola pemenuhan gizi

balita. Ibu tidak paham pentingnya gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan

balita, sehingga penerapan pola konsumsi makan belum sehat dan seimbang,

Kasus gizi buruk balita masih dijumpai dan masih berlangsung hingga kini di

Kota Kediri. Salah satu faktor utama pemicunya adalah masih rendahnya tingkat

pendidikan ibu, sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang pentingya gizi

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

vi

bagi balita masih terbatas. Hal ini didukung pula pola konsumsi makan yang tidak

seimbang antara balita dan orang tua. Balita masih diberikan pola konsumsi

makan untuk orang dewasa.

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh

kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat

sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5

juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi

gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-

29%), sangat tinggi (=>30%). Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi

dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk

13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab

kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.

Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara

berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang

telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.

Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi

buruk. Namun penghitungan berat badan menurut panjang badan lebih memberi arti klinis. Anak

kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang masih seperti anak-anak lain, beraktivitas ,

bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai kurus dan

staminanya mulai menurun. Pada fase lanjut (gizi buruk) akan rentan terhadap infeksi, terjadi

pengurusan otot, pembengkakan hati, dan berbagai gangguan yang lain seperti misalnya

peradangan kulit, infeksi, kelainan organ dan fungsinya (akibat atrophy / pengecilan organ

tersebut).

Diagnosis kurang gizi selain ditegakkan melalui pemeriksaan antropometri (

penghitungan berat badan menurut umur /panjang badan) dapat melalui temuan klinis dijumpainya

keadaan klinis gizi buruk yang dapat dibagi menjadi kondisi marasmus, kwasiorkor dan bentuk

campuran (marasmik kwasiorkor). Tanda tanda marasmus adalah anak kurus, kulitnya kering,

didapatkan pengurusan otot (atrophy) sedangkan kwasiorkor jika didapatkan edema ( bengkak)

terutama pada punggung kaki yang tidak kembali setelah dilakukan pemijitan (pitting edema),

marasmik kwasiorkor adalah bentuk klinis campuran keduanya.

Pengertian di masyarakat tentang "Busung Lapar" adalah tidak tepat. Sebutan "Busung Lapar"

yang sebenarnya adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu

tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan,

yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini

terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda klinis pada "Busung Lapar" pada umumnya sama

dengan tanda-tanda pada marasmus dan kwashiorkor.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

vii

Moelek (2000) menyatakan bahwa pola pengasuhan mempunyai

kontribusi sebesar 30% terhadap penentuan status gizi5.Adanya pengaruh ini bisa

terjadi karena pola perilaku yang cenderung diikuti para anggota masyarakat dan

berbagai kepercayaaan, nilai dan aturan yang diciptakan lingkungan tersebut.

Pola pengasuhan anak adalah bagian dari budaya suatu kelompok dan dipengaruhi

kuat oleh budaya tersebut. Dalam budaya ini sang anak bukan hanya diajar untuk

membesarkan anaknya tetapi juga pada waktunya mereka nanti mau memelihara

anak mereka sendiri.Dalam proses pengasuhan, Ibu yang mempunyai peran utama

dalam menjalankan tugasnya membutuhkan informasi yang biasanya terkait erat

dengan budaya di wilayah setempat. Dari generasi ke generasi berikutnya terjadi

pengalihan simbol hinggga terbentuk suatu kebiasaan dan menjadi budaya

masyarakatsetempat. Sebagai contoh, sebuah penelitian tentang perilaku

pengasuhan yang telah menjadi tradisi masyarakat Desa Lero dalam memberikan

pengasuhan. Terdapat 46,9% ibu tidak memberikan kolostrum dalam penelitian

ini, jika dibandingkan dengan penelitian lain, 80% bayi baru lahir di Asia tidak

lagi menyusu selama 24 jam pertama dan kolostrum dibuang dengan alasan

kolostrum merupakan ASI yang basi dan kotor. Masih banyaknya Ibu yang

membuang kolostrumnya di daerah ini karena dengan alasan takut anaknya

mengalami “Coecoeyan”(dalam bahasa local) yang berarti akan selalu diikuti

setan. Pesan untuk selalu membuang cairan kental berwarna kekuning kuningan

sebelum anak disusui adalah informasi yang didapatkan oleh orang tua/kerabat

mereka.Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat bahwa ternyata masih

terdapat beberapa budaya-budaya yang salah dimasyarakat dan ini tentu saja

sangat berperan besar dalam kejadian gizi buruk di suatu daerah.

Penyebab utama kasus gizi buruk di kota metropolitan tampaknya bukan karena masalah

ekonomi atau kurang pengetahuan. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh

malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder adalah gangguan peningkatan berat badan atau gagal

tumbuh (failure to thrive) yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak.

Sedangkan penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut

malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan.

Dari uraian diatas diketahui bahwa Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk

antara lain : pendidikan ibu/pengasuh, pekerjaan bapak, pendapatan, jumlah keluarga, frekwensi

makan, komposisi asupan gizi seimbang, keragaman konsumsi, jumlah konsumsi, pemberian

colostrum/asi sampai 2 tahun, terjadinya infeksi/sering sakit.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

viii

Atas dasar permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

gerakan 3 dengan merumuskan dalam judul penelitian : “Faktor faktor yang mempengaruhi

kejadian gizi buruk serta upaya penangannya dengan pendampingan pola asuh dan pemberian

PMT di kota kediri”. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk antara lain :

pendidikan ibu/pengasuh, pekerjaan bapak, pendapatan, jumlah keluarga, frekwensi makan,

komposisi asupan gizi seimbang, keragaman konsumsi, jumlah konsumsi, pemberian colostrum/asi

sampai 2 tahun, terjadinya infeksi/sering sakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pendidikan ibu/pengasuh berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

2. Apakah pekerjaan bapak, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

3. Apakah pendapatan, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

4. Apakah jumlah keluarga, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

5. Apakah frekwensi makan, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

6. Apakah komposisi asupan gizi seimbang, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

7. Apakah keragaman konsumsi, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

8. jumlah konsumsi, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

9. Apakah pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

10. Apakah terjadinya infeksi/sering sakit berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

11. Apakah Pendampingan pola asuh berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

12. Apakah Pemberian PMT berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk serta upaya

penenganannya dengan pendampingan pola asuh dan pemberian PMT di kotamadya

kediri

Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh pendidikan ibu/pengasuh terhadap kejadian gizi buruk

2. Mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap kejadian gizi buruk

3. Mengetahui pengaruh pendapat terhadap kejadian gizi buruk

4. Mengetahui pengaruh jumlah keluarga terhadap kejadian gizi buruk

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

ix

5. Mengetahui pengaruh frekwensi makan terhadap kejadian gizi buruk

6. Mengetahui pengaruh komposisi asupan gizi seimbang terhadap kejadian gizi buruk

7. Mengetahui pengaruh keragaman konsumsi terhadap kejadian gizi buruk

8. Mengetahui pengaruh jumlah konsumsi terhadap kejadian gizi buruk

9. Mengetahui pengaruh pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun terhadap kejadian gizi buruk

10. Mengetahui pengaruh terjadinya infeksi/sering sakit terhadap kejadian gizi buruk

11. Mengetahui pengaruh Pendampingan pola asuh terhadap kejadian gizi buruk

12. Mengetahui pengaruh Pemberian PMT terhadap kejadian gizi buruk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Dari kurang gizi hingga

busung lapar. Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-

protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada

derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda.

MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering

juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai

MEP berat.

KURANG GIZI

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara

berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak

tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80%

dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:

* Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.

* Ukuran lingkaran lengan atas menurun.

*Maturasi tulang terlambat.

* Rasioberatterhadaptinggi,normalataucenderungmenurun.

*Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

MARASMUS

Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski masih anak-anak,

wajahnya terlihat tua, sangat kurus Karena kehilangan sebagian lemak dan otot-ototnya. Penderita

marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium

yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa

lapar. Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:

* Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.

* Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

x

* Beberapa diantaranya memiliki rambut yang mudah rontok.

* Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.

*Sering menderita diare atau konstipasi.

* Tekanandarahcenderungrendahdibandinganaknormal, dengan kadar hemoglobin

yang juga lebih rendah dari semestinya.

Tanda-tanda Marasmus:

1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

2. Wajah seperti orang tua.

3. Cengeng, rewel.

4. Perut cekung.

5. Kulit keriput.

6. Sering disertai diare kronik atau susah buang air besar.

KWASHIORKOR

Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak

penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh

di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini.

Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:

* Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut

anak terlihat sangat pasif.

* Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring

* Anemia.

* Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena

berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya.

* Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (perdarahan kecil

yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red.), yang

lambat laun kemudian menghitam. Setelah

mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit

sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.

* Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin

dan kenyal.

Tanda-tanda Kwashiorkor:

1. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada punggung kaki.

2. Wajah membulat dan sembab

3. Pandangan mata anak sayu.

4. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.

5. Rambut berwarna pirang, kusam dan mudah dicabut.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xi

6. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk.

7. Gangguan kulit berupa bercak merah coklat yang meluas dan berubah menjadi hitam

terkelupas.

8. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)

9. Sering disertai infeksi, anemia dan diare/mencret.

MARASMIK-KWASHIORKOR

Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan

gabungangejalayangmenyertai.

* Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua

penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.

* Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.

* Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti

gangguan pada ginjal dan pankreas.

* Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan

fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.

Tanda-tanda Marasmic-Kwashiorkor:

Merupakan gabungan tanda-tanda kedua jenis tersebut diatas.

GAGAL TUMBUH

Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang

diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak

dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk

mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal. Tanda-tanda

lainnya adalah:

Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal

Hilangnya lemak di bawah kulit secara signifikan

Berkurangnya massa otot

Dermatitis

Infeksi berulang

FAKTOR PENYEBAB

Secara umum masalah malnutrisi energi-protein (MEP) disebabkan beberapa faktor.Yang

paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimanapun MEP

tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.Berikut beberapa faktor penyebabnya:

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xii

* Faktor sosial; yang dimaksud di sini adalah rendahnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak balita yang diberi

makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi.

* Kemiskinan; sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di

negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan

paling mendasar, yaitu pangan pun seringkali tak bisa terpenuhi.

* Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya

ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi

penyebab munculnya penyakit MEP.

* Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi.

Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin

memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya

beragam penyakit.

Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.

Misalnya ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli

bahan pangan, serta pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita.

Gizi buruk juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab

anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit /

terkena infeksi.

Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :

1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi.

Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi

yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan

tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan

bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan

merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi

berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi

persentasi anak yang kekurangan gizi.

2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak

tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan

kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya

cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xiii

folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat

disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan

yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak

memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

3. Pola makan yang salah

Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita

di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka

semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada

timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi

ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan,

meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan

berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk

ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan.

Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan

menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.

Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak

benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan

memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini,

berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur,

santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak,

protein maupun kalori yang cukup

Sering sakit (frequent infection)

Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara terbelakang dan

yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine

yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti

misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya

lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.

Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan

memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi

AKIBAT GIZI BURUK

Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan

dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai konsekuensi yang

diterima anak itu sendiri.

Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena kondisi gizi

buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi ( kekurangan) asupan mikro/ makro nutien lain

yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan system pertahanan

tubuh terhadap microorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xiv

infeksi. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena

berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi ( mudah

kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah

kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh

Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak

dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak

buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan

sangat merugikan performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang

diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek

malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya

dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period

perkembangan otak (0-3 tahun) , dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang

sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih kembali).

Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu 'aset' yang vital

bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di kemudian hari.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap

perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan

perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,

penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,

gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah.

Kurang Gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya

manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase

akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah

generasi penerus bangsa

PENTINGNYA DETEKSI DAN INTERVENSI DINI

Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama

yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga

pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal

pengelolaan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan

"frekuen feeding" ( pemberian makan yang sering, pemantauan akseptabilitas diet ( penerimaan

tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan pemberian stimulasi. Perlunya

pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan

yang benar sesuai umur anak, Pada daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang

memadai.

Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining / deteksi dini

dan pelayanan pertama menjadi vital dalam pencegahan kasus gizi buruk saat ini. Penggunaan

kartu menuju sehat dan pemberian makanan tambahan di posyandu perlu digalakkan lagi.

Tindakan cepat pada balita yang 2x berturut-turut tidak naik timbangan berat badan untuk segera

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xv

mendapat akses pelayanan dan edukasi lebih lanjut, dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi

yang efektif. Termasuk juga peningkatan cakupan imunisasi untuk menghindari penyakit yang

dapat dicegah, serta propaganda kebersihan personal maupun lingkungan. Pemuka masyarakat

maupun agama akan sangat efektif jika mau membantu dalam pemberian edukasi pada

masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos-mitos yang salah pada

pemberian makan pada anak. Kasus gizi buruk mengajak semua komponen bangsa untuk peduli,

berrsama kita selamatkan generasi penerus ini untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.

MALNUTRISI PRIMER

Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya

kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral

lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun, meskipun dapat

dijumpai pada anak lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat

badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi)

terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak

adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Kasus

marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak, perut

buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering

digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran

yang menurun.

Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang

timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit

(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi

pembesaran hati. Anak tampak sering rewel, cengeng dan banyak menangis. Pada stadium lanjut

yang lebih berat anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.

Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga

mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. Pertumbuhan sel-sel otak baru atau mielinasi

sel otak juga terganggu yang berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak.

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita malnutri primer yang berat.

Kematian mendadak dapat terjadi karena gangguan otot jantung.

MALNUTRISI SEKUNDER

Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan

disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak Tetapi karena adanya gangguan pada

fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi

pada sistem saluran cerna, gangguan metabolisme, gangguan kromosom atau kelainan bawaan

jantung, ginjal dan lain-lain.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xvi

Data penderita gagal tumbuh di Indonesia belum ada, di negara maju kasusnya terjadi

sekitar 1-5%. Artinya bila di Indonesia terdapat sekitar 30 juta anak, maka diduga terdapat 300.000

– 500.000 anak yang kurang gizi bukan karena masalah ekonomi. Kasus tersebut bila tidak

ditangani dengan baik akan jatuh dalam keadaan gizi buruk.

Gambaran yang sering terjadi pada gangguan ini adalah adanya kesulitan makan atau

gangguan penyerapan makanan yang berlangsung lama. Tampilan klinis gangguan saluran cerna

yang harus dicermati adalah gangguan Buang Air Besar (sulit atau sering BAB), BAB berwarna

hitam atau hijau tua, sering nyeri perut, sering muntah, mulut berbau, lidah sering putih atau kotor.

Manifestasi lain yang sering menyertai adalah gigi berwarna kuning, hitam dan rusak disertai kulit

kering dan sangat sensitif. Berbeda pada malnutrisi primer, pada malnutrisi sekunder tampak anak

sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita

malnutrisi sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan

wajah atau kulit muka tampak segar.

PENANGANAN MALNUTRISI SEKUNDER

Bila kasus gizi buruk yang terjadi karena malnutrisi sekunder maka strategi

penanganannya berbeda. Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan

rumit. Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang

gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan lainnya.

Masukan data yang didapat harus cermat dan lengkap untuk menentukan apakah malnutrisi primer

atau sekunder. Data yang ada harus didukung status medis, status ekonomi, pendidikan dan sosial

yang akurat. Contohnya, pada keluarga tukang ojek di dapatkan satu anak gizi buruk tapi terdapat

satu adiknya yang status gizinya bagus jangan langsung divonis kurang gizi akibat kemiskinan.

Gizi buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi

yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk

identik dengan kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi

atau kurangnya pengetahuan dan pendidikan. Otak anak yang bergizi buruk dan bergizi normal.

otak yang dimiliki anak bergizi buruk tampak kosong, dengan rongga yang lebih besar. Sementara

itu, dari suatu referensi diketahui bahwa berat otak anak berusia dua tahun lebih kurang 1.200

gram, sementara otak dewasa hanya 1.450 gram. Berarti 80 persen otak telah terbentuk di usia

dini. Istilah lost generation adalah untuk menggambarkan potensi kecerdasan yang hilang akibat

anak-anak menderita gizi buruk. Ketika usia sekolah nanti, mereka tidak dapat berpikir cerdas

karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Apabila otak kosong ini diderita oleh 2,3 juta anak

balita, akan lahir bangsa yang bebal di tahun-tahun yang akan datang. Derita anak bergizi buruk

tentu bukan karena kesalahan mereka, melainkan salah kita semua. Kita semua telah menjelma

menjadi orang bebal yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman bangsa-bangsa lain.

Pemerintah jangan merasa rugi memberikan bantuan makanan gratis untuk anak-anak

balita ini. Merekalah calon-calon generasi muda yang akan memimpin bangsa ini. Kalau mereka

dibiarkan berjuang sendiri mengatasi gizi buruk yang dideritanya, negara pantas dijuluki state

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xvii

neglect, artinya mengabaikan kesejahteraan rakyatnya sendiri. Keluarga dikatakan kadarzi, bila

dapat melaksanakan seluruh perilaku tersebut. Bila salah satu perilaku belum dapat dilaksanakan,

maka keluarga tersebut belum Kadarzi

Yang perlu disampaikan agar keluarga biasa makan beraneka ragam makanan

1. Pengertian aneka ragam makanan yaitu :

Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan. Dari tiap

kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak jenisnya makin

baik. Adapun 4 kelompok bahan makanan tersebut adalah :

1. Makanan pokok, sebagai sumber zat tenaga : beras, jagung, ubi, singkong, mie,

dan lain-lain.

2. Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun : ikan, telur, ayam, daging, tempe,

kacang-kacangan, tahu, dll.

3. Sayuran dan buah-buahan, sebagai sumber zat pengatur : bayam, kangkung,

wortel, buncis, kacang panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya,

pisang, jeruk, semangka, nanas dan lain-lain.

2. Manfaat makan aneka ragam makanan, yaitu : Untuk melengkapi zat-zat gizi yang

diperlukan oleh tubuh agar dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan terhindar dari

penyakit kekurangan gizi.

3. Akibat tidak makan aneka ragam makanan, yaitu : Tubuh kekurangan zat gizi tertentu dan

lebih mudah terserang penyakit dan khusus balita pertumbuhan dan kecerdasannya

terganggu.

4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan aneka ragam makanan, yaitu :

1. Jelaskan tentang pentingnya makan aneka ragam makanan pada kesehatan,

pertumbuhan dan kecerdasan.

2. Memanfaatkan pekarangan disekitar rumah dengan menanam tanaman, beternak

ayam, bebek, ikan dan lain-lain agar dimakan oleh anggota keluarga dan hasil

pekarangan juga dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga.

3. Mengupayakan bantuan dari sektor pertanian, untuk mengusahakan penggunaan

lahan pertanian secara gotong royong bagi keluarga yang tidak mempunyai

pekarangan.

4. Anjurkan ibu untuk masak aneka ragam dengan menu yang disukai oleh anggota

keluarga.

Kriteria Keluarga mandiri Sadar Gizi

1. Biasa makan beraneka ragam makanan.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xviii

2. Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat

badan), khususnya balita dan ibu hamil.

3. Biasa menggunakan garam beryodium

4. Memberi dukungan kepada ibu melahirkan agar memberikan ASI saja pada bayi sampai

umur 4 bulan.

5. Biasa makan pagi.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar memantau pertumbuhan dan perkembangan kesehatan

anggota keluarganya.

1. Pengertian pertumbuhan, yaitu bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu.

2. Pengertian perkembangan, yaitu bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran,

penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.

3. Pengertian memantau pertumbuhan dan perkembangan kesehatan, yaitu : mengikuti

perkembangan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, terutama bayi, balita dan

ibu hamil.

4. Kegunaan memantau kesehatan dan pertumbuhan yaitu : a. Mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan anak balita. b. Mencegah memburuknya keadaan gizi c.

Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan Bayi

dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. d.

Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut.

5. Akibat bila tidak memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, yaitu : ¨ Tidak

mengetahui perkembangan pertumbuhan bayi, anak balita dan janin secara normal. ¨

Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita, dan ibu hamil, misalnya

kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesehatan

lain.

6. Tindakan yang perlu dilakukan oleh masyarakat:

a. Bila keluarga belum memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota

keluarganya:

Anjurkan kepada anggota keluarga/ibu menimbang bayi dan anak

balitanya setiap bulan ke Posyandu. Bila berat badan anak turun atau

tidak naik, maka anjurkan orang tua/ibu untuk memeriksakan anaknya

ke Petugas kesehatan di meja 5 Posyandu atau Puskesmas terdekat.

Anjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya

sesegera mungkin ke petugas kesehatan secara teratur, paling sedikit 4

kali selama masa kehamilan. Bila ibu hamil terlihat kurus, maka

anjurkan ibu tersebut untuk makan 1-2 piring lebih banyak dari

biasanya, dan minum tablet tambah darah setiap hari 1 tablet, sedikitnya

90 tablet selama masa kehamilan. Selain minum tablet tambah darah,

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xix

ibu dianjurkan makan-makanan sumber zat besi seperti : ikan, telur,

tempe, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

b. Bagaimana cara menemukan balita gizi buruk? Penemuan kasus balita gizi buruk

dapat dimulai dari:

Keluarga : melihat anak semakin kurus.

Posyandu : penimbangan bulanan di Posyandu

c. Penanggulangan masalah gizi tingkat keluarga:

Ibu membawa anak untuk ditimbang di Posyandu secara teratur

Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 4 bulan

Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun

Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatana anak.

Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluaraga

lainnya.

Ibu memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila anak balita

mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan.

d. Penanggulangan masalah gizi tingkat Posyandu:

Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di Posyandu serta

mencatat hasil penimbangan pada KMS.

Kader memberikan nasehat padaorang tua balita untuk memberikan

hanya ASI kepada bayi usia 0 - 4 bulan dan tetap memberikan ASI

sampai anak usia 2 tahun.

Kader memberikan penyuluhan MP-ASI sesuai dengan usia anak serta

makanan beraneka ragam untuk anggota keluarga lainnya.

Bagi anaka dengan berat badan tidak naik ("T") diberikan penyuluhan

gizi dan PMT Penyuluhan.

Kader memberikan PMT Pemulihan bagi balita dengan "3T" dan

"BGM" (Bawah Garis Merah).

Kader merujuk balita ke Puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan

penyakit penyerta lain.

Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan

kesehatan balita.

7. Hal-hal lain yang perlu diketahui keluarga mengenai pertumbuhan bayi dan balitanya:

(BGM) : yaitu bila berat badan bayi / balita berada di bawah Garis merah pada

KMS. Ini berarti bayi / balita tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan

perlu perhatian khusus.

Gizi Buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga secara klinis

terdapat dalam 3 tipe yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmus-

Kwashiorkor.

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xx

Yang perlu disampaikan pada ibu agar memberikan ASI saja ("ASI Eksklusif") pada bayi usia 0-4

bulan.

1. Pengertian pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja atau dikenal dengan istilah "ASI

Eksklusif", yaitu : tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI pada bayi

umur 0-4 bulan.

2. Kegunaan memberikan ASI saja, yaitu :

ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah

memberikannya pada bayi.

ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan

ormal pada bayi sampai berumur 4 bulan.

ASI yang pertama keluar disebut kolustrum berwarna kekuningan, dan

mengandung zat kekebalan untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu

harus diberikan kepada bayi dan jangan sekali-sekali dibuang.

Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan.

Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

3. Akibat tidak memberikan ASI saja pada bayi, yaitu :

Bila bayi umur 0-4 bulan diberi makanan lain selain ASI, dapat terjadi gangguan

alat pencernaan.

Bayi tidak mempunyai ketahanan tubuh untuk mencegah penyakit.

Bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret, kemungkinan bayi tidak

cocok dengan susu bubuk atau cara membuatnya tidak bersih, dan pengeluaran

biaya rumah tangga lebih banyak.

Mengurangi ikatan cinta kasih antara ibu dan anak.

Yang perlu disampaikan pada keluarga agar biasa makan pagi

1. Pengertian makan/sarapan pagi, yaitu : makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum

beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan.

Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari.

2. Manfaat makan/sarapan pagi, yaitu :

Untuk memelihara ketahanan tubuh, agar dapat bekerja atau belajar dengan baik.

Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan

pelajaran.

Membantu mencukupi zat gizi.

3. Akibat tidak makan pagi, yaitu :

Badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga.

Tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan pagi hari dengan baik.

Anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik dan malas.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxi

Orang dewasa hasil kerjanya menurun.

4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum biasa makan pagi, yaitu :

Jelaskan keuntungan seseorang bila membiasakan diri makan pagi.

Anjurkan makan pagi sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga.

Gunakan bahan makanan yang tersedia dan mudah dibuat dikeluarga atau mudah

didapat di daerah setempat.

Berikan contoh-contoh makan pagi yang sederhana dan bergizi.

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Post pendampingan pola asuh dan pemberian PMT

Pre pendampingan pola asuh dan pemberian PMT

Ibu /pengasuh balita gizi buruk

Faktor yang mempengaruhi gizi buruk : 1. pendidikan ibu/pengasuh, 2. pekerjaan bapak, 3. pendapatan, 4. jumlah keluarga, 5. frekwensi makan, 6. komposisi asupan gizi seimbang, 7. keragaman konsumsi, 8. jumlah konsumsi, 9. pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun,

10. terjadinya infeksi/sering sakit

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxii

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk serta upaya penangannya dengan pendampingan pola asuh dan pemberian PMT di kota kediri

B. Rumusan Hipotesa

1. Pendidikan ibu/pengasuh berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

2. Pekerjaan bapak, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

3. Pendapatan, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

4. Jumlah keluarga, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

5. Frekwensi makan, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

6. Komposisi asupan gizi seimbang, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

7. Keragaman konsumsi, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

8. Jumlah konsumsi, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

9. Pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun, berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

10. Infeksi/sering sakit berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

11. Pendampingan pola asuh berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

12. Pemberian PMT berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxiii

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang di pandang sebagai cara mencari kebenaran secara ilmiah

yang terdiri dari kegiatan sistemik dan terkontrol secara empirik terhadap sifat-sifat dan hubungan

antara berbagai variabel yang di duga ada dalam fenomena yang diteliti.

A.Rancangan Penelitian

1. Rancangan atau desain penelitian adalah petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. Dalam

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk digunakan

Rancangan penelitian analitik tipe “Cross Sectional” yang dimana penelitian menekankan

pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya 1x, pada

satu saat tidak ada follow up. (Nursalam; 2003)

2. Untuk mengetahui perbedaan kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan pola asuh dan

pemberian PMT digunakan desain eksperimental. Pengertian desain adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nasir, 2005 : 85). Desain penelitian yang digunakan adalah desain

praeksperimental dengan desain one-group pretes-posttest. Rancangan penelitian biasanya berbentuk "before after"

(Sugiono, 2008 : 299). Dalam desain ini perlakuan dikenakan pada suatu kelompok unit percobaan tertentu,

kemudian diadakan pengukuran terhadap dependent variable. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengukuran Perlakuan Pengukuran

(Pretest) (Posttest)

B.Kerangka Kerja

Tahap I

Kerangka kerja adalah pertahanan (langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah) mulai dari

pertahanan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu sejak awal penelitian dilaksanakan.

(Nursalam; 2003).

To X1 T1

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxiv

Untuk Mengetahui factor factor yang berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk

TAHAP II

Kerangka kerja untuk mengetahui kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah pendampingan pola

asuh dan pendampingan PMT

Populasi ibu/pengasuh balita gizi buruk dan tidak

Simple random

Sampling

Sampel sebagian ibu/pengasuh balita gizi buruk dan tidak

Penyajian Hasil

Pengumpulan data dengan kuisioner dan lembar observasi

21

Pendampingan pola asuh dan pemberian PMT

Kejadian Gizi buruk

Ibu/pengasuh balita dan balita gizi buruk rumah tangga

Total sampling

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxv

C. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008 : 115). Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu /pengasuh balita dan balita

dengan gizi buruk dan gizi baik untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi

kejadian gizi buruk . Sedangkan untuk mengetahui perbedaan kejadian gizi burtuk

sebelum dan sesudah pendampingan pola asuh dan pemberian PMT sebagai populasi

yaitu ibu/pengasuh balita dan balita di kotamadya kediri

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiono, 2008: 18). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu

/pengasuh balita dan balita dengan gizi buruk dan gizi baik untuk mengetahui factor-

faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk . Sedangkan untuk mengetahui

perbedaan kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah pendampingan pola asuh dan

pemberian PMT sebagai sampel yaitu ibu/pengasuh balita dan balita di kotamadya

kediri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96).

Termasuk kriteria inklusi meliputi :

1) Ibu/pengasuh balita dan balita dengan gizi buruk di kotamadya kediri.

kejadian Gizi buruk

Menganalisis perbedaan kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan pola asuh dan pemberian PTM

Out put

Ada perbedaan kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah dilakukan pendampingan pola asuh dan

pemberian PTM

Tidak ada perbedaan kejadian gizi buruk sebelum dan sesudah

dilakukan pendampingan pola asuh dan pemberian PTM

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxvi

2) Ibu/pengasuh balita yang bersedia diteliti.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003 :

97). Adapun yang termasuk kriteria eksklusi antara lain :

1) Ibu/pengasuh balita yang mengalami gangguan jiwa.

2) Ibu/pengasuh balita tidak bisa membaca dan menulis.

3) Ibu/pengasuh balita yang kondisi kesehatannya

memungkinkan untuk mengikuti penelitian.

Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Pada penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling yaitu pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu. (Sugiyono; 2008)

D. Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono;

2008)

TAHAP I

Variabel Independen (Variabel bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau terikat. (Sugiyono; 2008)

Pada penelitian ini variabel independennya adalah pendidikan, pekerjaan ayah, pendapatan,

jumlah keluarga inti, frekwensi makan, komposisi asupan gizi seimbang, keragaman konsumsi.

Pemberian colostrums/asi sampai 2 tahun, pemberian makanan padat terlalu dini, infeksi/sering

sakit, pola asuh,

Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya veriabel bebas. (Sugiyono; 2008)

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah kejadian gizi buruk.

TAHAP II

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxvii

Variabel adalah segala sesuatu yang bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2005 : 38). Pada penelitian ini variabelnya adalah variabel tunggal yaitu kejadian gizi

buruk antara sebelum dan sesudah pendampingan pola asuh dan pemberian PMT.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data menurut Arikunto yang dikutip Riduwan (2009 : 24)

adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan pengumpulan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang dipakai

dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah di kotamadya

kediri yang terdapat kasus balita gizi buruk.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan observasi, 1 bulan

Pendampingan pola asuh dan pemberian PMT

G.Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2003). Prosedur pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara acak.

Ketika jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai maka langkah selanjutnya adalah

membagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai dengan bentuk desain

penelitian (Sukardi, 2008 : 58).

H.Analisis Data

Analisa data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti dalam rangka menarik

kesimpulan atau menjawab pertanyaan (tujuan) penelitian. Langkah-langkah analisa data

adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian Data (Editing)

Editing adalah suatu tahapan jika data kuantitatif telah terkumpul, yakni

mengorganisir atau mengelompokkan fakta dari data guna tujuan penelitian. Tahap ini

lebih banyak berhubungan dengan proses pengolahan dan penataan data baik dengan

cara manual maupun menggunakan peralatan elektronis yang mutakhir. Dalam

penelitian proses editing dilakukan dengan seperangkat keras (hardware) berupa

computer dan perangkkat lunak (software) berupa program windows exel (Dajan, 2005

: 26).

27

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxviii

2. Pemberian Kode (Coding)

Coding adalah mengidentifikasi jenis jawaban atau fakta yang memiliki

karakteristik yang sama dan menyusunnya ke dalam kelompok atau kelas dinamakan

klasifikasi (Dajan, 2005 : 27). Dalam hal ini pemberian kode dilakukan dengan cara :

a. Pelaksanaan pendampinganpola asuh dan pemberian PMT:

1) Kode 0 : sebelum pendampinganpola asuh dan pemberian PMT

2) Kode 1 : setelah pendampinganpola asuh dan pemberian PMT

b. Indikator gizi buruk :

1) Kode 1 : gizi buruk

2) Kode 0 : tidak gizi buruk

3. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara sistemik

terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya bisa di deteksi. (Kasiram M;

2003)

Pengolahan data dilakukan setelah data yang terkumpul, kemudian dilakukan

pengelompokan data. Dilanjutkan dengan melakukan coding, editing, scoring, dan

tabulasi dengan menggunakan uji Spearmen Rank Corelation dengan tingkatan sig

0,05, analisa data menggunakan komputerisasi dengan SPSS 13.0 for windows.

Analisa data yang digunakan adalah analisis komparatif yaitu suatu teknik

analisis yang bertujuan mengetahui perbedaan antara variabel sebelum dan sesudah

pendampinganpola asuh dan pemberian PMT. Guna mengetahui ada atau tidak adanya

perbedaan kejadian gizi buruk antara sebelum dan sesudah pendampinganpola asuh

dan pemberian PMT dianalisis dengan uji statistik analitik parametrik karena variabel

penelitian dinyatakan dalam skala data rasio. Uji statistik yang digunakan adalah uji

Paired Sample T-Test (Teguh Wahyono, 2008 : 117). Uji Paired Sample T- Test

merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variable

dalam satu grup. Artinya analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua

sampel yang berhubungan atau dua sample berpasangan.

I.Etika Penelitian

1.Lembar Persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin

terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Responden yang bersedia diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan yang sudah disediakan. Jika responden tidak bersedia

untuk diteliti atau menolak, maka peneliti tidak akan memaksanya dan tetap menghormati

hak-hak responden.

2.Anonimity (tanpa nama)

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxix

Untuk menjaga kerahasiaan responden, responden tidak mencantumkan nama untuk

format pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing

lembar persetujuan.

3.Confidetiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kota Kediri

Sebagai wilayah kota yang merupakan salah satu Pemerintah Kota yang ada

di wilayah propinsi Jawa Timur, Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian

Barat Jawa Timur. Secara geografis, Kota Kediri terletak di antara 111, 05 derajat-

112, 03 derajat Bujur Timur dan 7, 45 derajat-7, 55 derajat Lintang Selatan

dengan luas 63, 404 Km2. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada

ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-

40%.

Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas,

yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian

timur sungai, meliputi Kecamatan. Kota dan kecamatan. Pesantren, sedangkan

dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan. Mojoroto yang

mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian

masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang

(300 m).

Secara administratif, Kota Kediri berada di tengah wilayah Kabupaten

Kediri dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Grogol

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat dan Kecamatan Ngadiluwih

3. Sebelah Timur : Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah

4. Sebelah Barat : Kecamatan Grogol dan Kecamatan Semen

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxx

Wilayah Kota Kediri, secara administratif terbagi menjadi 3 wilayah Kecamatan,

yaitu :

1. Kecamatan Kota, dengan luas wilayah 14,900 Km2 terdiri dari 17 Kelurahan

2. Kecamatan Pesantren, dengan luas wilayah 23,903 Km2 tediri dari 15 Kelurahan

3. Kecamatan Mojoroto, dengan luas wilayah 24,601 Km2 tediri dari 14 Kelurahan

B. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk

1. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap kejadian Gizi buruk

Tingkat pendidikan responden dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu tidak

sekolah, SD, SMP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dari total 30 responden

terdapat 0 responden yang tidak sekolah tetapi semuanya (100%) merupakan gizi

kurang. Responden yang lulusan SD sejumlah 13 responden, yang gizi buruk 5

responden (16,7 %), Responden yang memiliki pendidikan SLTP berjumlah 5

responden, yang gizi buruk 2 responden (6,7%). Responden yang memiliki

pendidikan SLTA berjumlah 12 responden, yang gizi buruk 7 responden (23,3%).

Responden yang memiliki pendidikan Perguruan tinggi 0. Hasil Regresi

linierdidapatkan nilai p = 0,782 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh perbedaan

jenis pekerjaan dengan kejadian gizi buruk. Distribusi responden berdasar jenis

pekerjaan dapat dilihat dalam tabel 8 dan gambar 5. Distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan bisa dilihat pada tabel gambar di bawah ini.

Tabel. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

pendidikan_ibu Total

SD SLTP SLTA

status_gizi buruk Count 5 2 7 14

% of Total 16,7% 6,7% 23,3% 46,7%

kurang Count 6 3 5 14

% of Total 20,0% 10,0% 16,7% 46,7%

baik Count 2 0 0 2

% of Total 6,7% ,0% ,0% 6,7%

Total Count 13 5 12 30

% of Total 43,3% 16,7% 40,0% 100,0%

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxi

Gambar Grafik Pendidikan Ibu responden

2. Pekerjaan Ayah

Pekerjaan responden dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu Tidak Bekerja,

Bekerja denan Penghasilan tidak tetap, bekerja dengan penghasilan tetap. Dari 30

responden yang tidak bekerja 2 responden (%) mempunyai gizi buruk 1

responden (3,3%). Responden yang bekerja dengan penghasilan tidak tetap ada

23 responden dan mempunyai gizi buruk 10 (33,3). Responden yang bekerja

dengan penghasilan tetap 5 responden, yang mempunyai gizi buruk 3 responden

(10%).. Untuk melihat pengaruh perbedaan jenis pekerjaan terhadap kejadian gizi

buruk digunakan uji Regresi linier. Hasil Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,138

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh perbedaan jenis pekerjaan dengan kejadian

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxii

gizi buruk. Distribusi responden berdasar jenis pekerjaan dapat dilihat dalam tabel

gambar di bawah ini.

Tabel Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

pekerjaan_ayah Total

tidak bekerja

bekerja dengan penghasilan tidak tetap

bekerja dengan penghasilan

tetap

status_gizi buruk Count 1 10 3 14

% of Total 3,3% 33,3% 10,0% 46,7%

kurang Count 1 11 2 14

% of Total 3,3% 36,7% 6,7% 46,7%

baik Count 0 2 0 2

% of Total ,0% 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 2 23 5 30

% of Total 6,7% 76,7% 16,7% 100,0%

Gambar Grafik Pendidikan Ibu responden

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxiii

3. Jumlah Keluarga yang Menjadi Tanggungan

Untuk sebaran jumlah tanggungan keluarga responden dikelompokkan dalam

3 kategori yaitu kurang dari sama dengan 4 orang, 5 – 7 orang, lebih dari 8 orang.

Responden yang memiliki tanggungan keluarga ≤ 4 berjumlah 16 responden,.

Responden yang memiliki tanggungan keluarga 5 – 7 orang sebanyak 11

responden. Responden dengan tanggungan keluarga > 8 orang berjumlah 3

responden. Berdasarkan hasil Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,044 yang berarti

bahwa ada perbedaan jumlah tanggungan keluarga terhadap kejadian gizi buruk.

Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga bisa dilihat dalam

gambar di bawah ini.

Gambar grafik distribusi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

C. Data Balita dengan Gizi Kurang dan Buruk

1. Frekuensi Makan dalam sehari

Untuk sebaran Frekuensi Makan dalam sehari responden

dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu kurang 3 kali, , 3 kali, lebih dari 3

kali. Responden yang memiliki Frekuensi Makan dalam sehari ≤ 3

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxiv

berjumlah 3responden. Responden yang memiliki Frekuensi Makan

dalam sehari 3 kali sebanyak 26 responden. Responden dengan Frekuensi

Makan dalam sehari > 3 berjumlah 1 responden. Berdasarkan hasil

Regresi linier didapatkan nilai p = 0,747 yang berarti bahwa Frekuensi

Makan dalam sehari keluarga responden tidak mempengaruhi kejadian

gizi buruk. Distribusi responden berdasarkan Frekuensi Makan dalam

sehari bisa dilihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar Grafik Frekuensi Makan dalam sehari

2. Komposisi Makanan

Untuk sebaran Komposisi Makanan dalam sehari responden

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu lengkap dan tidak lengkap.

Responden yang memiliki Komposisi Makanan Lengkap berjumlah 87

%, yang mempunyai gizi buruk ada 12 responden (40 %) sedangkan

yang mempunyai gizi kurang ada 12 responden (40 %). Responden yang

memiliki Komposisi Makanan tidak lengkap sebanyak 13 %, yang

mempunyai Gizi buruk ada 2 responden (6,7 %), sedangkan yang

mempunyai gizi kurang ada 2 responden (6,7 %).. Berdasarkan hasil

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxv

Regresi linierd idapatkan nilai p = 0,023 yang berarti bahwa perbedaan

Komposisi Makanan dalam sehari keluarga responden mempengaruhi

kejadian gizi buruk. Distribusi responden berdasarkan Komposisi

Makanan dalam sehari bisa dilihat dalam table dan gambar di bawah ini

Tabel Komposisi makanan yang dimakan balita

komposisi_makan Total

0 lengkap

status_gizi buruk Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

kurang Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 4 26 30

% of Total 13,3% 86,7% 100,0%

Gambar Grafik Komposisi makanan yang dimakan balita

3. Keragaman Makanan

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxvi

Untuk sebaran Keragaman Makanan dalam sehari responden

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu beragam dan kurang beragam.

Responden yang memiliki Keragaman Makanan beragam berjumlah 80

%, yang mempunyai gizi buruk ada 12 responden (40%) sedangkan yang

mempunyai gizi kurang ada 11 responden (36,7%). Responden yang

memiliki Keragaman Makanan kurang beragam sebanyak 20 %, yang

mempunyai Gizi buruk ada 2 responden (6,7 %), sedangkan yang

mempunyai gizi kurang ada 3 responden (10 %). Berdasarkan hasil

Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,018 yang berarti bahwa perbedaan

Keragaman Makanan dalam sehari keluarga responden mempengaruhi

kejadian gizi buruk. Distribusi responden berdasarkan Komposisi

Makanan dalam sehari bisa dilihat dalam table dan gambar di bawah ini.

Tabel keragaman makanan yang dimakan balita

keragaman_makan Total

0 beragam 0

status_gizi buruk Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

kurang Count 3 11 14

% of Total 10,0% 36,7% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

Gambar grafik keragaman makanan yang dimakan balita

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxvii

4. Takaran Setiap Makan

Untuk sebaran Takaran Setiap Makan dalam sehari responden

dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu kurang <5 sendok, , 5-10 sendoki,

lebih dari 10 sendok. Responden yang memiliki Takaran Setiap Makan

dalam sehari <5 berjumlah 5 responden. Responden yang memiliki

Takaran Setiap Makan dalam sehari 5-10 sendok sebanyak 20 responden.

Responden dengan Takaran Setiap Makan dalam sehari > 10 sendok

berjumlah 5 responden. Berdasarkan hasil Regresi linier didapatkan nilai

p = 0,015 yang berarti bahwa perbedaan Takaran Setiap Makan dalam

sehari keluarga responden mempengaruhi kejadian gizi buruk. Distribusi

responden berdasarkan Takaran Setiap Makan dalam sehari bisa dilihat

dalam gambar dibawah ini.

Gambar Grafik takaran makanan yang dimakan balita

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxviii

5. Pemberian Colustrum waktu lahir

Untuk sebaran Pemberian Colustrum waktu lahir responden

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu diberi dan tidak diberi. Responden

diberi Colustrum waktu lahir berjumlah 83 %, yang mempunyai gizi

buruk ada 13 responden (43,3 %) sedangkan yang mempunyai gizi

kurang ada 10 responden (33,3 %). Responden yang tidak diberi

Colustrum waktu lahir sebanyak 17 %, yang mempunyai Gizi buruk ada 1

responden (3,3 %), sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 4

responden (13,3 %). Berdasarkan hasil Regresi linierdidapatkan nilai p =

0,002 yang berarti bahwa perbedaan Pemberian Colustrum waktu lahir

tidak mempengaruhi kejadian gizi buruk. Distribusi responden

berdasarkan Pemberian Colustrum waktu lahir bisa dilihat dalam table

dan gambar dibawah ini.

Tabel pemberian colostrums pada balita

Colustrum Total

0 ya

status_gizi buruk Count 1 13 14

% of Total 3,3% 43,3% 46,7%

kurang Count 4 10 14

% of Total 13,3% 33,3% 46,7%

baik Count 0 2 2

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xxxix

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

Gambar grafik pemberian colostru,m pada balita

6. Pemberian ASI Eksklusif

Untuk sebaran Pemberian ASI Eksklusif responden dikelompokkan

dalam 2 kategori yaitu diberi dan tidak diberi. Responden diberi ASI

Eksklusif berjumlah 83 %, yang mempunyai gizi buruk ada 14

responden (46,7 %) sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 9

responden (30 %). Responden yang tidak diberi ASI Eksklusif sebanyak

17 responden, yang mempunyai Gizi buruk ada 0 responden (0%),

sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 5 responden (16,7 %)..

Berdasarkan hasil Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,024 yang berarti

bahwa perbedaan Pemberian ASI Eksklusif mempengaruhi kejadian gizi

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xl

buruk. Distribusi responden berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif bisa

dilihat dalam table dan gambar dibawah ini.

Tabel pemberian ASI Eksklusif pada balita

ASI Total

0 ya 0

status_gizi buruk Count 0 14 14

% of Total ,0% 46,7% 46,7%

kurang Count 5 9 14

% of Total 16,7% 30,0% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

Gambar Grafik pemberian colostrums pada balita

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xli

7. Makanan Padat Dini

Untuk sebaran Pemberian Makanan Padat Dini responden

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu diberi dan tidak diberi. Responden

diberi Makanan Padat Dini berjumlah 37 %, yang mempunyai gizi buruk

ada 3 responden (10 %) sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 8

responden (26,7 %). Responden yang tidak diberi Makanan Padat Dini

sebanyak 63 %, yang mempunyai Gizi buruk ada 11 responden (36,7 %),

sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 6 responden (20 %)..

Berdasarkan hasil Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,043 yang berarti

bahwa perbedaan Pemberian Makanan Padat Dini mempengaruhi

kejadian gizi buruk. Distribusi responden berdasarkan Pemberian

Makanan Padat Dini bisa dilihat dalam table dan gambar di bawah ini .

Tabel pemberian makanan padat dini pada balita

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlii

Makanan_padat_dini Total

0

diberi makanan padat dini 0

status_gizi buruk Count 11 3 14

% of Total 36,7% 10,0% 46,7%

kurang Count 6 8 14

% of Total 20,0% 26,7% 46,7%

baik Count 2 0 2

% of Total 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 19 11 30

% of Total 63,3% 36,7% 100,0%

Gambar Grafik pemberian makanan padat dini pada balita

8. Penyakit Infeksi Penyerta

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xliii

Untuk sebaran Penyakit Infeksi Penyerta responden

dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada dan tidak ada. Responden ada

Penyakit Infeksi Penyerta berjumlah 13 %, yang mempunyai gizi buruk

ada 3 responden (10 %) sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 1

responden (3,3%). Responden yang tidak ada Penyakit Infeksi Penyerta

sebanyak 87 %, yang mempunyai Gizi buruk ada 11 responden (36,7 %),

sedangkan yang mempunyai gizi kurang ada 13 responden (43,3 %)..

Berdasarkan hasil Regresi linierdidapatkan nilai p = 0,739 yang berarti

bahwa perbedaan Penyakit Infeksi Penyerta tidak mempengaruhi kejadian

gizi buruk. Distribusi responden berdasarkan Penyakit Infeksi Penyerta

bisa dilihat dalam table dan gambar dibawah ini .

Tabel Penyakit infeksi pada balita

Penyakit_Infeksi Total

0 memiliki 0

status_gizi buruk Count 11 3 14

% of Total 36,7% 10,0% 46,7%

kurang Count 13 1 14

% of Total 43,3% 3,3% 46,7%

baik Count 2 0 2

% of Total 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 26 4 30

% of Total 86,7% 13,3% 100,0%

Gambar Grafik penyakit infeksi pada balita

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xliv

HASIL Uji STATISTIK DENGAN ANALISIS REGRESI LINIER Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,567 2,428 4,352 ,000

pendidikan_ibu ,081 ,290 ,045 ,280 ,782

pekerjaan_ayah -,931 ,600 -,268 -1,553 ,138

jumlah_keluarga -,390 ,200 -,361 -1,951 ,067

frekuensi_makan ,269 ,820 ,059 ,328 ,747

komposisi_makan -5,187 2,083 -1,075 -2,490 ,023

keragaman_makan 5,340 2,059 1,213 2,593 ,018

jumlah_konsumsi ,194 ,095 ,343 2,035 ,057

Colustrum 5,052 1,402 1,148 3,604 ,002

ASI -3,708 1,508 -,843 -2,459 ,024

Makanan_padat_dini -1,193 ,547 -,351 -2,181 ,043

Penyakit_Infeksi ,324 ,959 ,067 ,338 ,739

Dari hasil analisis Regresi linier diperoleh hasil bahwa factor yang berpengaruh

terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang adalah : komposisi makan,

keragaman, colustrum, ASI, makanan padat dini

Analisis Regresi Linier TAHAP II Coefficients(a)

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlv

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,857 1,238 7,960 ,000

jumlah_keluarga -,333 ,155 -,308 -2,142 ,044

komposisi_makan -5,203 1,879 -1,078 -2,769 ,011

keragaman_makan 5,122 1,842 1,164 2,781 ,011

jumlah_konsumsi ,196 ,075 ,347 2,624 ,015

Colustrum 4,713 1,223 1,071 3,855 ,001

ASI -3,760 1,389 -,854 -2,707 ,013

Makanan_padat_dini -1,237 ,520 -,364 -2,379 ,026

a Dependent Variable: BB

Dari analisis regresi linier yang kedua diperoleh hasil bahwa factor yang

berpengaruh terhadap gizi buruk dan gizi kurang adalah komposisi makan,

keragaman, colustrum, ASI, makanan padat dini, jumlah keluarga dan jumlah

konsumsi.

D. Perkembangan Fisik Balita dengan Gizi Kurang dan Buruk selama diberikan

Pendampingan pola asuh dan Pemberian PMT

1. LILA

LILA Yaitu lingkar lengan balita yang diukur pada saat sebelum

pemberian PMT dan setelah pemberian PMT selama 1 bulan. Dari

grafik dapat dilihat perkembangan LILA masing masing balita

sebelum diberi PMT sampai selesai diberikan PMT adalah sebagai

berikut.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlvi

a. Balita Usia < 1 tahun

b. Balita Usia 1 – 2 tahun

c. Balita Usia 2 – 3 tahun

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlvii

d. Balita Usia 3 – 4 tahun

e. Balita > 4 tahun

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlviii

2. Tinggi Badan

a. Balita Usia < 1 tahun

b. Balita Usia 1 – 2 tahun

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

xlix

c. Balita Usia 2 – 3 tahun

d. Balita Usia 3 – 4 tahun

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

l

e. Balita > 4 tahun

3. Berat badan

Perkembangan berat badan balita sebelum dilakukan pemberian PMT

sampai selesai pemberian PMT dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

a. Balita Usia < 1 tahun

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

li

Safira sakit demam selama 4 hari,Frisa tidak naik berat badan selain

karena dirawat nenek dan tante juga sulit makan hanya mengutamakan

susu formula dan sakit (gizi baik)

b. Balita Usia 1 – 2 tahun

Dava Salsabila makan banyak tidur malam malam pernah dapat

susu, Ahmad Fajar rewel senang mainjarang tidur dan susah

makan, M.Nur Fadilah sering sariawan dan sakit diare.Naswa lahir

prematur bapaknya kuli bangunan,

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lii

c. Balita Usia 2 – 3 tahun

Elvina sering main makanan yang dimakan kurang bersih lingkungan

rumah kotor,Septi sakit,Devi ayu ,makannya susah sukanya bayam,

Rahmadani sakit selama 4 hari.

d. Balita Usia 3 – 4 tahun

Ryo setiawan mempunyai penyakit flak paru paru,Ilham diasuh tantenya

banyak main bapaknya meninggal ibu kerja di GG, Nilam Cahyani aktif

jarang tidur senang makan, Abil setiawan rewel jarang tidur makannya

banyak,Fara susah makan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

liii

e. Balita > 4 tahun

Eka Pratama sakit susah makan suka chiki/makanan ringan.Ferdi diasuh nenek ortu di luar kota sering main, Anggi suka makanan tak bergizi misalnya krupuk pakai kecap (gizi buruk) Agnes Dewi BB turun karena sakit, Mahendra aktivitas banyak tidak suka daging

E. Pengaruh Pemberian PMT terhadap Pertumbuhan Balita (LILA, Tinggi badan, Berat Badan)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Pair 1 lilapre 13,4200 30 1,50021 ,27390

lilapost 14,1067 30 ,92771 ,16938

Pair 2 pjpre 82,8600 30 7,18262 1,31136

pjpost 83,6100 30 7,17949 1,31079

Pair 3 bb_pre 9,9600 30 1,66808 ,30455

bb_post 10,6600 30 1,76119 ,32155

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Pair 1 lilapre - lilapost -,68667 1,25965 ,22998 -1,15703 -,21631 -2,986 29 ,006

Pair 2 pjpre - pjpost -,75000 1,06601 ,19463 -1,14806 -,35194 -3,854 29 ,001

Pair 3 bb_pre - bb_post

-,70000 ,47416 ,08657 -,87705 -,52295 -8,086 29 ,000

Dari analisiss data datat dilihat Ada perbedaan lila sebelum diberikan PMT

dengan sesudah diberikan PMT dengan nilai sig 0,006. Ada perbedaan Tinggi

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

liv

Badan sebelum diberikan PMT dengan sesudah diberika PMT dengan nilai Sig

0,001. Ada perbedaan Berat Badan sebelum diberikan PMT dengan sesudah

diberikan PMT dengan nilai Sig 0,000.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh pendidikan ibu/pengasuh terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan bantuan SPSS

dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,782 (lebih besar dari

0,05). Maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya

tidak ada keterkaitan antara Pendidikan ibu/pengasuh dengan kejadian gizi

buruk. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu. Jadi dapat

dikatakan bahwa pendidikan itu menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Menurut Y.B. Mantra yang dikutip oleh Notoatmojo (1985) Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola

hidup terutama dalam memotivasi untuk ikut serta dalam pembangunan

kesehatan, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Nursalam, 2001).

Menurut Koencoroningrat (1997) dalam Mubarak (2005) atau makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pengetahuan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan. Rendahnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak

balita yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi.

Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah

seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak

memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lv

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara

Pendidikan ibu/pengaruh dengan Kejadian gizi buruk pada Balita . Unsur

pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau

pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan secara teori makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki, namun untuk kejadian gizi buruk ini

ternyata pendidikan tidak mempengaruhi kejadian gizi buruk sehingga hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak menjamin terlepas dari masalah

gizi buruk.

5.2 Pengaruh pekerjaan terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan bantuan SPSS

dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,138 (lebih besar dari

0,05). Maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya

tidak ada keterkaitan antara Pekerjaan orang tua dengan kejadian gizi buruk.

Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2001) pekerjaan

adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan

keluarganya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan

antara Pekerjaan dengan Kejadian gizi buruk pada Balita . Dalam penelitian

ini pengkategorian jenis pekerjaan hanya dibagi 3 kategori yaitu tidak bekerja,

bekerja tidak tetap dan bekerja tetap sehingga disini tidak ada perbeaan jenis

pekerjaan karena tidak menutup kemungkinan yang bekerja tetappun belum

tentu mencukupi kebutu8han gizi balita.

5.3. Pengaruh jumlah keluarga terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan , dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,044 (lebih besar dari 0,05).Maka

kesimpulannya adalah terima hipotesis dalam penelitian ini, artinya ada

keterkaitan antara jumlah keluarga dengan kejadian gizi buruk. Hal ini

menunjukkan bahwa n jumlah keluarga mempengaruhi kejadian gizi buruk

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lvi

5.4. Pengaruh frekwensi makan terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan ,dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,747 (lebih besar dari 0,05).Maka

kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada

keterkaitan antara Frekwensi makan dengan kejadian gizi buruk. Makanan

alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak

tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah

dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang

baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga

mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan

mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di

rumah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara

frekwensi makan dengan Kejadian gizi buruk pada Balita . Sehingga angka

Kejadian gizi buruk pada balita tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila

dibandingkan dengan kejadian gizi kurang.

5.5. Pengaruh komposisi asupan gizi seimbang terhadap kejadian gizi buruk dan gizi

Kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,023 (lebih besar dari 0,05). Maka

kesimpulannya adalah terima hipotesis dalam penelitian ini, artinya ada

keterkaitan antara komposisi asupan gizi dengan kejadian gizi buruk.

Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi

sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan

politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.

Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat.

Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal

balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab

pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lvii

terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi

persentasi anak yang kekurangan gizi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara

komposisi asupan dengan Kejadian gizi buruk pada Balita . Sehingga Dengan

asupan makanan angka Kejadian gizi buruk pada balita terdapat perbedaan

yang signifikan bila dibandingkan dengan kejadian gizi kurang.

5.6. Pengaruh keragaman konsumsi terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang.

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan, dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,018 (lebih besar dari 0,05) artinya

terima hipotesis dalam penelitian ini, artinya ada keterkaitan antara

keragaman konsumsi dengan kejadian gizi buruk. Sehingga angka Kejadian

gizi buruk pada balita terdapat perbedaan yang signifikan dengan adanya

keragaman konsumsi balita bila dibandingkan dengan kejadian gizi kurang.

5.7. Pengaruh jumlah konsumsi terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan, dengan α= 0,05

setelah perhitungan kedua didapatkan didapatkan hasil signifikansi sebesar

0,15 (lebih besar dari 0,05). Maka kesimpulannya adalah terima hipotesis

dalam penelitian ini, artinya ada pengaruh antara juml;ah konsumsi dengan

kejadian gizi buruk. Sehingga angka Kejadian gizi buruk pada balita terdapat

perbedaan yang signifikan dengan jumlah konsumsi yang berbeda bila

dibandingkan dengan kejadian gizi kurang.

5.8. Pengaruh pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun terhadap kejadian gizi buruk dan

gizi kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan, dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,02 untuk colustrum dan 0,024 untuk

ASI (lebih besar dari 0,05). Maka kesimpulannya adalah terima hipotesis

dalam penelitian ini, artinya ada keterkaitan antara pemberian colustrum dan

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lviii

pemberian ASI dengan kejadian gizi buruk. Sehingga angka Kejadian gizi

buruk pada balita terdapat perbedaan yang signifikan dengan pemberian

colustrum dan pemberian ASI bila dibandingkan dengan kejadian gizi kurang.

5.9. Pengaruh terjadinya infeksi/sering sakit terhadap kejadian gizi buruk dan gizi

kurang

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,739 (lebih besar dari 0,05). Maka

kesimpulannya adalah tolak hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada

keterkaitan antara terjadinya infeksi dengan kejadian gizi buruk. Infeksi. Tak

dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi.

Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi

akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya

akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Infeksi Menjadi penyebab

terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara terbelakang dan

yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan

kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas

penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis

(TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya

lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan

saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan

kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem

pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara infeksi

dengan Kejadian gizi buruk pada Balita . Sehingga angka Kejadian gizi buruk

pada balita tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan

kejadian gizi kurang.

5.10. Pengaruh Pendampingan pola asuh terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lix

Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian

banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi

buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini

diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak

yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya

berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan

kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat

Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota

bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita

gizi buruk. Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat

tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan

anak . Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,

memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu (

misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini

menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein

maupun kalori yang cukup.

5.11. Pengaruh Pemberian PMT terhadap LILA,Tinggi Badan dan Berat Badan Balita gizi

buruk dan gizi kurang.

Berdasarkan uji statitstik Regresi linier menggunakan dengan α= 0,05

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0.006 LILA, 0.001 Tinggi Badan, 0,000

Berat badan. (lebih kecil dari 0,05) Maka kesimpulannya adalah terima

hipotesis dalam penelitian ini, artinya ada keterkaitan antara Pemberian PMT

dengan kejadian pertumbuhan LILA, Tinggi Badan dan Berta Badan.

Sehingga angka Kejadian gizi buruk pada balita bias diminimalisir dengan

pemberian PMT.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lx

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Tidak ada pengaruh pendidikan ibu/pengasuh terhadap kejadian gizi buruk dan

gizi kurang

2. Tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

3. Ada pengaruh jumlah keluarga terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

4. Tidak ada pengaruh frekwensi makan terhadap kejadian gizi buruk dan gizi

kurang

5. Ada pengaruh komposisi asupan gizi seimbang terhadap kejadian gizi buruk dan

gizi kurang.

6. Ada pengaruh keragaman konsumsi terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

7. pengaruh jumlah konsumsi terhadap kejadian gizi buruk dan gizi kurang

8. Ada pengaruh pemberian colostrum/asi sampai 2 tahun terhadap kejadian gizi

buruk dan gizi kurang

9. Tidak ada pengaruh terjadinya infeksi/sering sakit terhadap kejadian gizi buruk

dan gizi kurang

10. Ada pengaruh Pendampingan pola asuh dan Pemberian PMT terhadap kejadian

gizi buruk dan gizi kurang

B. SARAN

Gizi buruk dan Gizi Kurang dapat diatasi dengan melakukan Tindak bila

faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya ketersediaan pangan yang

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxi

tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, serta

pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita. Dari hasil penelitian hampir

semua penderita gizi buruk pada kondisi sasial ekonomi yang sangat

memprihatinkan.

Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk

memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari

dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka

masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal pengelolaan gizi buruk

adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya, dilanjutkan dengan "frekuen

feeding" ( pemberian makan yang sering, pemantauan akseptabilitas diet (

penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan infeksi dan

pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori dan protein

serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur anak, Pada

daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang memadai.

Posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak dalam melakukan skrining

/ deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam pencegahan kasus gizi

buruk saat ini. Penggunaan kartu menuju sehat dan pemberian makanan tambahan

di posyandu perlu digalakkan lagi. Tindakan cepat pada balita yang 2x berturut-

turut tidak naik timbangan berat badan untuk segera mendapat akses pelayanan

dan edukasi lebih lanjut, dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi yang efektif.

Termasuk juga peningkatan cakupan imunisasi untuk menghindari penyakit yang

dapat dicegah, serta propaganda kebersihan personal maupun lingkungan. Pemuka

masyarakat maupun agama akan sangat efektif jika mau membantu dalam

pemberian edukasi pada masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan

atau mitos-mitos yang salah pada pemberian makan pada anak. Kasus gizi buruk

mengajak semua komponen bangsa untuk peduli, berrsama kita selamatkan

generasi penerus ini untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxii

DAFTAR PUSTAKA

Andersen. P.P, Pelletier,D., dan Alderman,H.(edit),1995. Child Growth of Children : What Works.

Rationale and Guidance for Program. The World Bank.Washington. Ali Khomsan, 2006, Gizi Buruk dan Bangsa Yang Bebal Arifasno Napu, 2008, Penerapan Ilmu Gizi berbasis makanan khas daerah pada pendidikan formal,

Indonesion nutrition network Antonius Wiwan Koban, 2008, Sinar Harapan, 14 April 2008 Budhipramono, 2008, Pengaruh faktor Sosial Ekonomi dan Demografi Terhadap Status Gizi

Buruk Carriere,R,C.2000.Revitalizing and Optimizing Posyandu.Growth Monitoring and Promotion.

Makalah.Unicef.Jakarta Dwi Oetomo, 2007, Gizi Buruk Balita Di Surakarta Dikaji Dari Tingkat Pendidikan Ibu dan Pola

Konsumsi Makan Balita Gabr,M.,2001.IUNS in the Twenty century on the shoulders of the Twentieth Century giants of

nutrition. VIIth International Congress of Nutrition 27 – 29 Agustus 2001 Griffiths,M.,Dickin,K.,Favin,M.1996.Promoting the Growth of Children : What Works. Rationale

and Guidance for Programs. The Word Bank.Washington Judarwanto,W., 2008 Gizi buruk tidak selalu tidak mampu kontrofersi gizi buruk di kota

metropolitan Lorensius, Memulihkan Gizi Anak Dalam Waktu 30 hari Nurpudji, Web: www.net dan linknya Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta,

Salemba Medika Risduwan (2009 : 24), . Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung, Alfabeta

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxiii

Soekirman, Perlu Paradigma baru untuk menanggulangi masalah gizi makro di indonesia Sudikno , 2005, Studi Analisis kinerja Tenaga Pelasnana Gizi (TPG) Puskesma dalam

Penanggulangan Balita Gizi Buruk Sugiyono, 2005 : 38, Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Sugiyono; 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta Yetty Nancy, Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang, Tempo, selasa 20 Desember 2005 . Lampiran 1 :

INFORMED CONSENT

Saya sebagai Peneliti STIKes Surya Mitra Husada Kediri akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Gizi Buruk serta upaya penanganannya dengan pendampingan pola asuh dan pemberian PMT di Kotamadya Kediri”. Adapun Tujuan Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah keluarga, frekwensi makan, komponen asupan gizi seimbang, keragaman konsumsi, jumlah konsumsi, Pemberian ASI ekssklusif, infeksi, pendampingan pola asuh dan pemberian PMT terhadap kejadian GIZI buruk pada Balita. Dalam hal ini saya mengharapkan Bapak/ Ibu bersedia untuk kami jadikan responden dan mengijinkan putra/putri Bapak/Ibu untuk kami berikan PMT dan pendampingan pola asuhi. Dan mengenai identitas atau data akan dirahasiakan oleh peneliti. Demikian informasi penelitian ini saya buat. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Kediri,......................20... Peneliti

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxiv

(TIM)

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxv

LEMBAR PERSETUJUAN PENDAMPINGAN POLA ASUH DAN PEMBERIAN PMT

Bahwa saya menyatakan bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menyetujui dijadikan sebagai obyek penelitian dengan mengijinkan putra/putri saya untuk diberi pendampingan pola asuh dan pemberian PMT. Sebelum mengisi form saya diberi keterangan / penjelasan mengenai tujuan penelitian ini, dan saya telah mengerti bahwa penulis akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko apapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.

Kediri, 20 Responden

( )

INSTRUMEN PENELITIAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Gizi Buruk serta upaya penanganannya dengan pendampingan pola asuh dan pemberian PMT

di Kotamadya Kediri

No. Responden : ..............................

A. DATA UMUM

1. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT

2. Jenis Pekerjaan a. Tidak bekerja b. Bekerja tidak tetap c. Bekerja tetap

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxvi

3. Jumlah Keluarga

a. < 4 b. 4 - 6 c. > 6

4. Frekwensi makan

a. < 3 kali b. 3 kali c. > 3 kali

5. Komposisi Makanan

a. Tidak lengkap b. Lengkap c.

6. Keragaman konsumsi a. Tidak Beragam b. Beragam

7. Jumlah konsumsi

a. Sesuai takaran b. Tidak sesuai takanan

8. Colustrum/asi

a. Tidak diberi ASI selama 6 bulan b. Diberi ASI selama 6 bulan

9. Makanan Padat Dini

a. Diberi MPASI sebelum 6 bulan b. Tidak diberi MPASI sebelum 6 bulan.

10. Penyakit Infeksi

a. Ada b. Tidak

B. LEMBAR OBSERVASI

No. Uraian

1. Berat Badan

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxvii

2. Tinggi Badan

3. LILA

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Lampiran 2

Data balita gizi buruk kotamadya kediri

januari 2009

No Nama JK umur (bln)

BB (kg)

ORTU KEL.

1 Yonathan Putra (gizi buruk temporer) PMT-P/SGM3,motivasi

L 30 bl 9,5 Gidion/juwariyah Sukorame/bandar lor

2 Mahendra L 44 9,1 Mulyadi/dewi Sukorame RT32/RW10

3 Ferdian Indra (gizi buruk) penyuluhan

L 59 12 Suprianto Setono pande RT1/RW4

4 Agnes Dewi (KEP berat) SGM 3

P 43 10,3 BL 1,8

Yoyok/Haryuni Jl. Mangga 3 Kaliombo

5 Satrio Utomo (gizi buruk) entrasol SGM2 (lama)

L 23 6,6 Zaelani/Sunarsih Tempurejo RT14/RWV

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxviii

6 Rindi Tri Wahyu P 60 10,9 Endi/Rumini Bawang RT2/RW2

7 Aldi Pratama (Gizi buruk) SGM2 Biscuit (lama)

L 18 6,6 Imam Choiri/Damiyati

Ngletih RT14/RW3

8 Anggi Eka Ruliana P 40 9,2 Nina/Ruly Semampir rT7/RW5

9 Fatiyurah P 37 9,4 Mujais/tarbiyatun Ngadirejo RT2/RW1

10 Nilam Cahyanai P 25 7,1 Irwansyah/Yuli Dandangan RT1/RW12

11 Riki L 21 7 Wahyu/lilis Dandangan RT2/RW12

12 Riko L 21 7 Wahyu/lilis Dandangan RT2/RW12

13 Assyfa (Gizi buruk temporer) PMT-P/SGM3, motivasi

P 23 7 Ranindra/Irawati Bujel RT01/03

14 Randu(gizi buruk temporer) PMT-P/SGM3, motivasi

L 17 7,7 Sirin/Sri bunga Sukorame RT 12/03

15 Ayu Setiowati (gizi kurang) SGM

P 19 8,2 Nungki Dinar PasarMrican RT05/04

16 Abil Setiawan(gizi kurang) SGM

L 31 11,1 Rukminingsih Mrican Rt02/04

17 Tia Putra(gizi Buruk) SGM

L 17 6,7 Siti M Jl Gatot Subroto 95 rt05/03Mrican

18 Vrissa(gizi kurang) SGM

P 16 7,5 Karmiasih Semanding No 6 Rt1/3Mrican

19 Iswatun Khasanah(gizi kurang) SGM

P 30 10 Mrican Rt 06/06

20 Lora Indah(gizi kurang) SGM

P 18 8 Nurkhasanah Ngampel rt8/2Mrican

21 Damayanti Icha (gizi buruk) SGM

P 36 9,3 Susiana/gunawan Ngampel Jl Seruni rt 27 Mrican

22 Reva Sophiah Semampir RT9/RWI

23 Selvi Endah Semampir RT 18/RW2

24 Dava Salsabela Indah Purwanti Semampir RT20/RW3

25 Konsum (KEP berat) SGM 3

L 42 9,1 Tn. Susasnto Ngronggo

26 Titis Sasmita (KEP berat) SGM 3

P 42 9 Ny.Eny Rejomulyo

TABULASI SILANG status_gizi * pendidikan_ibu Crosstabulation

pendidikan_ibu Total

SD SLTP SLTA

status_gizi buruk Count 5 2 7 14

% of Total 16,7% 6,7% 23,3% 46,7%

kurang Count 6 3 5 14

% of Total 20,0% 10,0% 16,7% 46,7%

baik Count 2 0 0 2

% of Total 6,7% ,0% ,0% 6,7%

Total Count 13 5 12 30

% of Total 43,3% 16,7% 40,0% 100,0%

status_gizi * pekerjaan_ayah Crosstabulation

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxix

pekerjaan_ayah Total

tidak bekerja

bekerja dengan penghasilan tidak tetap

bekerja dengan penghasilan

tetap

status_gizi buruk Count 1 10 3 14

% of Total 3,3% 33,3% 10,0% 46,7%

kurang Count 1 11 2 14

% of Total 3,3% 36,7% 6,7% 46,7%

baik Count 0 2 0 2

% of Total ,0% 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 2 23 5 30

% of Total 6,7% 76,7% 16,7% 100,0%

status_gizi * komposisi_makan Crosstabulation

komposisi_makan Total

0 lengkap

status_gizi buruk Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

kurang Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 4 26 30

% of Total 13,3% 86,7% 100,0%

status_gizi * keragaman_makan Crosstabulation

keragaman_makan Total

0 beragam 0

status_gizi buruk Count 2 12 14

% of Total 6,7% 40,0% 46,7%

kurang Count 3 11 14

% of Total 10,0% 36,7% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

status_gizi * Colustrum Crosstabulation

Colustrum Total

0 ya

status_gizi buruk Count 1 13 14

% of Total 3,3% 43,3% 46,7%

kurang Count 4 10 14

% of Total 13,3% 33,3% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxx

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

status_gizi * ASI Crosstabulation

ASI Total

0 ya 0

status_gizi buruk Count 0 14 14

% of Total ,0% 46,7% 46,7%

kurang Count 5 9 14

% of Total 16,7% 30,0% 46,7%

baik Count 0 2 2

% of Total ,0% 6,7% 6,7%

Total Count 5 25 30

% of Total 16,7% 83,3% 100,0%

status_gizi * Makanan_padat_dini Crosstabulation

Makanan_padat_dini Total

0

diberi makanan padat dini 0

status_gizi buruk Count 11 3 14

% of Total 36,7% 10,0% 46,7%

kurang Count 6 8 14

% of Total 20,0% 26,7% 46,7%

baik Count 2 0 2

% of Total 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 19 11 30

% of Total 63,3% 36,7% 100,0%

status_gizi * Penyakit_Infeksi Crosstabulation

Penyakit_Infeksi Total

0 memiliki 0

status_gizi buruk Count 11 3 14

% of Total 36,7% 10,0% 46,7%

kurang Count 13 1 14

% of Total 43,3% 3,3% 46,7%

baik Count 2 0 2

% of Total 6,7% ,0% 6,7%

Total Count 26 4 30

% of Total 86,7% 13,3% 100,0%

HASIL REGRESI LINIER TAHAP I Var Independent semua Coefficients(a)

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN …publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/isi-gizi... · Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit

lxxi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,567 2,428 4,352 ,000

pendidikan_ibu ,081 ,290 ,045 ,280 ,782

pekerjaan_ayah -,931 ,600 -,268 -1,553 ,138

jumlah_keluarga -,390 ,200 -,361 -1,951 ,067

frekuensi_makan ,269 ,820 ,059 ,328 ,747

komposisi_makan -5,187 2,083 -1,075 -2,490 ,023

keragaman_makan 5,340 2,059 1,213 2,593 ,018

jumlah_konsumsi ,194 ,095 ,343 2,035 ,057

Colustrum 5,052 1,402 1,148 3,604 ,002

ASI -3,708 1,508 -,843 -2,459 ,024

Makanan_padat_dini -1,193 ,547 -,351 -2,181 ,043

Penyakit_Infeksi ,324 ,959 ,067 ,338 ,739

YANG BERPENGARUH TERHADAP Status Gizi adalah : komposisi makan, keragaman, colustrum, ASI, makanan padat dini TAHAP II Var Independent : yang signifikan ditambah dengan jumlah keluarga, jumlah konsumsi Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,857 1,238 7,960 ,000

jumlah_keluarga -,333 ,155 -,308 -2,142 ,044

komposisi_makan -5,203 1,879 -1,078 -2,769 ,011

keragaman_makan 5,122 1,842 1,164 2,781 ,011

jumlah_konsumsi ,196 ,075 ,347 2,624 ,015

Colustrum 4,713 1,223 1,071 3,855 ,001

ASI -3,760 1,389 -,854 -2,707 ,013

Makanan_padat_dini -1,237 ,520 -,364 -2,379 ,026

a Dependent Variable: BB