isi makalah pengemb kuri sistemik
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK
(Studi Pada Sekolah Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan)
ABSTRAK
Makalah ini secara khusus mengkaji permasalahan pokok bagaimana
menghasilkan kurikulum pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja. Pengembangan desain kurikulum menggunakan frame work
sistemik, comprehensive, intercorrelation, observable dan measureable.
Kurikulum Pendidikan Kejuruan di spesifikan pada kurikulum SMK program
produktif Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan menerapkan
model kurikulum sistemik dari Romiszowski melalui 14 langkah penyusunan
kurikulum. Hasil kajian menggambarkan sosok desain kurikulum yang
mengedepankan logika menstrukturkan peta kompetensi pada struktur pekerjaan.
Struktur isi kurikulum dikelompokkan pada jenis pekerjaan melalui penawaran
paket-paket pembelajaran, sehingga pada pengembangannya dapat melayani
warga masyarakat yang berminat mempelajari materi Kompetensi Keahlian
Teknik Kendaraan Ringan secara parsial (non-reguler). Keunggulan desain
kurikulum yang dihasilkan terletak pada proses pengembangannya yang
dilakukan secara logik dan komprehensif, kompetensi disusun berdasarkan jenis
pekerjaan, sedangkan keterbatasannya disebabkan faktor adalah adanya
kesulitan untuk melibatkan DU/DI karena jadwal kerja yang padat, tim
pengembang kurikulum di sekolah yang kurang menguasai materi, bersifat pasif,
dan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar.
Kata Kunci : Kurikulum SMK Program Produktif, Kurikulum Sistemik
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN DENGAN MODEL SISTEMIK
(Studi Pada Sekolah Menengah Kejuruan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan)
1. PENDAHULUAN
Upaya untuk menghasilkan lulusan pendidikan kejuruan dalam hal ini
SMK yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perlu didukung dengan
kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan
dunia kerja. Banyaknya kritikan terhadap mutu lulusan SMK menandakan
strategisnya posisi kurikulum agar relevan dengan dunia kerja, seperti yang
dikemukakan Soemardi (1991), Harjoko (1994), dan Karl Frey (1992) dalam
Bukit (1997:6-9), menyatakan bahwa saat ini: (1). tamatan SMK kurang
menguasai pekerjaan praktik lapangan, (2). sikap sebagai teknisi perlu
dikembangkan meliputi disiplin, ketekunan, kesungguhan, dan kecermatan, (3)
kurangnya guru yang memiliki pengalaman industri, (4) lemahnya sumber daya
fisik seperti; mesin, alat dan bahan, serta kekurangan dana operasional buat
penyelenggaraan praktik yang efektif, dan (5) masih lemahnya hubungan
sinergis antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Permasalahan ini juga
ditemukan oleh Djohar A. (2003) bahwa “peta kompetensi SMK tidak luwes
terhadap perubahan, memiliki keterampilan tunggal yang cepat usang, dan tidak
mampu mengembangkan dirinya”. Dalam rangka mengantisipasi masalah
tersebut maka perlu dikembangkan program diklat yang cocok diterapkan di
SMK untuk meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi kejuruan yang
relevan dengan tuntutan pembangunan, masyarakat, dan DU/DI.
Kurikulum SMK memuat tiga bagian kurikulum yaitu kurikulum
program normatif, adaptif, dan produktif. Hubungan ketiga bagian tersebut,
dapat digambarkan bahwa, Inti (core) struktur kurikulum SMK terletak pada
program produktif, kemudian program adaptif dan normatif mengitari di
sekeliling core untuk memberikan dukungan dan penyesuaian.
Isi kurikulum perlu dirancang dengan tujuan memberikan pengalaman
belajar kepada siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensinya secara
tuntas melalui proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Hadiwaratama (1981:9) menyatakan bahwa: “Tingkat pendidikan formal siswa,
akan memberikan dasar kemampuan menguasai suatu bidang pekerjaan, maka
jenjang pendidikan mencerminkan batas kualifikasi seseorang untuk menduduki
suatu jenjang pekerjaan”. Jabatan sebagai juru teknik/mekanik yang akan
disandang oleh lulusan perlu dipersiapkan oleh SMK.
Fakta lain menggambarkan bahwa kurikulum disusun (KTSP)
menggunakan acuan dari kurikulum SMK tahun-tahun sebelumnya., dan ada
juga yang menggunakan acuan dari kurikulum diklat lembaga training industri di
bawah bimbingan dinas pendidikan melalui kerja pengawas SMK. Belum
optimalnya jalinan kerjasama sinergis dengan DU/DI, terdapat kondisi dimana
SI program adaptif dan normatif telah distandarkan oleh BSNP sedangkan SI
kurikulum program produktif belum disusun dalam kebijakan BSNP, sehingga
dampaknya tidak menutup kemungkinan terjadinya sistem duplikasi dokumen
kurikulum tanpa analisis, oleh karena itu kerjasama sinergis antara SMK dengan
industri penting dilakukan untuk sinkronisasi kompetensi dan ruang lingkup
materi yang perlu dimiliki oleh lulusan yang akan memasuki dunia kerja.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis merumuskan permasalahan
berkenaan dengan ”desain kurikulum yang bagaimana yang cocok diterapkan
di SMK program produktif yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja?”,
sehingga penyelenggaraan pendidikan program produktif memiliki tingkat
relevansi yang lebih tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Secara lebih rinci,
pertanyaan yang dikaji adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum program produktif kompetensi keahlian teknik kendaraan
ringan seperti apakah yang relevan dengan tuntutan dunia kerja?.
2. Apa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari desain kurikulum
yang dikembangkan?.
2. TUJUAN
Makalah ini secara umum mengkaji tentang desain kurikulum program
produktif SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang
relevan dengan tuntutan dunia kerja. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan desain kurikulum program produktif kompetensi keahlian
teknik kendaraan ringan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja.
2. Menemukan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari
desain kurikulum program produktif pada Kompetensi Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan yang telah dikembangkan.
3. DUKUNGAN TEORI
Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam mengimbangi
berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni, psikologi, sosial politik,
ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan
gambaran mengenai arah dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan
diimplementasikan oleh implementator kurikulum. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Oliva (1992:12), bahwa “Curriculum is a product of its time, cure
and respond to changed by social forces, philosophy position, psychology
principles, educational leadership at a moment in history”. Daeng Sudirwo
(2002;5), bahwa “kurikulum SMK haruslah dapat mengantisipasi kebutuhan
tenaga kerja, sehingga lulusannya memiliki kemampuan sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja”.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, mengandung makna bahwa
kurikulum itu akan dan harus berubah (adanya pengembangan) sejalan dengan
perubahan yang terjadi dalam setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan
kurikulum adalah untuk mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat,
pandangan terhadap psikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
pendidikan, serta dalam rangka menjalankan fungsinya kepada masyarakat.
Secara konseptual kurikulum SMK berada pada posisi model kurikulum
teknologis, Model Kurikulum teknologis atau sering juga disebut sebagai
kurikulum kompetensi, kurikulum mengarahkan pada pemuatan isi sesuai
dengan tuntutan kehidupan (pekerjaan), isi kurikulum disesuaikan dengan
tututan pekerjaan hidup (life skills), mata pelajaran disusun berdasarkan
karakteristik kompetensi yang perlu dikuasai, model pembelajaran tuntas lebih
banyak digunakan pada model kurikulum ini, evaluasi pembelajaran diarahkan
pada keterampilan hidup, dan siswa dipandang sebagai calon orang dewasa.
Model-model pengembangan kurikulum yang disajikan dalam tulisan ini,
dipilih beberapa model-model yang sesuai dengan topik kajian. Pemilihan
model-model pengembangan kurikulum dikaitkan dengan pokok permasalahan
desain kurikulum program produktif di SMK khususnya pada Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang bagaimana yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja. Model yang disajikan diantaranya adalah model Desain
Sistem Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank, dan Model Sistematik
Romiszowski.
Model pengembangan desain sistem pelatihan berbasis kompetensi dari
Blank (1982:11), mengandung tiga unsur pokok, yaitu; pemilihan kompetensi
yang sesuai, menentukan indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pengajaran.
Desain yang dituliskan oleh Blank (1982:26), menawarkan 12 langkah
pengembangan kurikulum, yang terbagi kedalam dua tahapan yaitu tahap
menganalisis kompetensi yang diperlukan dalam pekerjaan dan tahap
mengembangkan program pelatihan untuk membantu peserta didik dalam
menguasai kompetensi kerja sesuai dengan perangkat kompetensi yang telah
dideskripsikan. Ringkasnya langkah yang dituliskan oleh Blank di atas dapat
disederhanakan dengan: (1) merinci secara tepat apa yang harus dipelajari
siswa, (2) menyediakan pengajaran dengan kualitas yang paling baik, (3)
menolong siswa untuk dapat mempelajari setiap tugasnya sebelum melanjutkan
ke tugas berikutnya, dan kemudian (4) meminta kepada setiap peserta didik
untuk mendemonstrasikan kompetensi yang telah dicapainya.
Model sistematik Romiszowski menerapkan salah satu pendekatan sistem
(system Approach). Pendekatan sistematik dalam mengembangkan suatu
kurikulum adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada struktur dan
keteraturan yang direncanakan sejak awal untuk menghasilkan hal-hal yang
spesifik. Menurut Hamalik Oemar (2000:68-70), “model sistematik ini dapat
digunakan untuk mengembangkan program pendidikan kurikulum, desain
pembelajaran, dan desain program pelatihan”. Pengembangan kurikulum dalam
tulisan ini berdasarkan pada 14 langkah pengembangan kurikulum J.
Romiszowski. sebagai berikut: deskripsi tugas, analisis tugas, menetapkan
kemampuan, spesifikasi kemampuan, kebutuhan pendidikan dan latihan,
perumusan tujuan kompetensi/kemampuan, kriteria keberhasilan, organisasi dan
isi, pemilihan strategi pengajaran, uji coba program, evaluasi, implementasi
program, monitoring, dan perbaikan dan penyesuaian (feedback).
Kurikulum SMK berpusat pada subject, yaitu berupa mata pelajaran
yang terpisah pisah, yang secara logis materi yang diberikan adalah mata
pelajaran yang dianggap penting dapat mengembangkan kemampuan
matematika, fisika, bahasa, kimia (adaptif) yang diajarkan dan materi yang
berkenaan dengan emosi, seperti seni rupa, olah raga, agama (normatif),
diberikan untuk mendukung pencapaian penguasaan kompetensi kejuruan
(produktif). Implikasinya guru hendaknya merupakan orang yang menguasai
suatu cabang ilmu, ahli (a master teacher) yang bertugas membimbing untuk
memudahkan siswa menyimpulkan materi.
Pada kurikulum SMK terdapat label mata pelajaran yang terkesan
terpisah-pisah, meskipun pada kenyataannya tidak demikian. Langkah-langkah
dalam pengembangan kurikulum SMK yaitu diawali orientasi atau fokus pada
pekerjaan, kemudian dirinci kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan materi
atau bahan belajar yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi-kompetensi
tersebut dengan menunjukkan performance, menentukan sumber belajar dan
membuat instrumen evaluasi. Materi atau bahan belajar yang dibutuhkan tidak
ditafsirkan sebagai mata pelajaran, tetapi mata pelajaran merupakan label dari
kumpulan materi atau bahan yang dibutuhkan untuk membantu mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Pengembangan desain kurikulum SMK ditempuh dengan melakukan
langkah mengidentifikasi SKL yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian
mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengacu
pada standar isi yang telah ditetapkan oleh BSNP, kemudian guru dan pihak-
pihak terkait merumuskan indikator pancapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar, menetapkan alat evaluasi (uji kompetensi), merumuskan
materi/bahan ajar, metode, media dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.
Senada dengan pengembangan kurikulum SMK di atas. Sukmadinata
(2004:93), merumuskan langkah penyusunan desain kurikulum SMK sebagai
berikut; 1). merumuskan tujuan, 2). merumuskan kompetensi, 3). merumuskan
pembelajaran dan bahan pembelajaran, 4). menghitung waktu pembelajaran, 5).
menentukan struktur dan sebaran mata pelajaran.
Untuk kebutuhan makalah ini, dalam proses pengembangan desain
kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan
Ringan, mengacu pada 1). kebijakan yang ditetapkan Departemen Pendidikan
Nasional, 2). prosedur pengembangan kurikulum yang ditawarkan oleh
Sukmadinata (2004:93), dan kemudian dikemas dengan 3). penyusunan desain
program kurikulum sistemik dari Romiszowski, yang disederhanakan oleh
Hamalik (2000:71).
4. METODE PENGEMBANGAN
Metode yang digunakan adalah Research & Development, Borg dan Gall
(1979:624), ”education research and development is a process used to develop
and validate education product”. Pada penelitian dan pengembangan ini,
dilakukan penyederhanaan langkah menjadi tiga tahap yaitu: ”tahap studi
pendahuluan, pengembangan dan pengujian dan validasi”. Sukmadinata
(2006:184)
Validasi desain kurikulum program produktif yang dikembangkan,
peneliti melakukan dua langkah yaitu; validasi ahli sebelum desain kurikulum
tersebut diimplementasikan artinya dilakukan pada saat desain kurikulum
program produktif selesai disusun dengan mengacu kepada data hasil studi
pendahuluan oleh Pembimbing Disertasi, DU/DI, Pengawas SMK, Ketua
Kompetensi, dan guru mata pelajaran program produktif dan keahlian berkaitan
dengan struktur isi kurikulum, dan kejelasan rumusan dan uraian (keterbacaan).
Kedua, validasi dilakukan setelah menempuh tahap ujicoba (terbatas dan luas).
Pada tahap ini dilakukan uji produk dan sosialisasi hasil kegiatan uji produk
yaitu menguji ”keampuhan” produk yang dihasilkan, dengan melakukan
pengujian learning package mengacu pada desain kurikulum produktif yang
dikembangkan.Teknik dan Alat Pengumpul data. Alat/ Instrumen penelitian
untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan
observasi, panduan wawancara, kuisioner, instrument tes, dan panduan studi
dokumentasi.
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang
bersifat kualitas dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sementara itu data yang
bersifat kuantitatif dianalisis secara deskripstif kuantitatif dengan perhitungan
rerata dan persentase uji statistik.
5. PENGEMBANGAN KURIKULUM DENGAN MODEL SISTEMIK
Desain kurikulum program produktif SMK pada Kompetensi Keahlian
Teknik Kendaraan Ringan yang dikembangkan, dihasilkan melalui (1) analisis
potensi yang ada di SMK, (2) menganilisis peluang dan tantangan yang ada pada
dunia kerja, dan (3) menganalisis standar kompetensi lulusan dan SKKD. Isi
kurikulum diorganisasikan menggunakan pendekatan berbasis kompetensi.
Pendekatan berbasis kompetensi dimaksudkan bahwa kurikulum harus memuat
materi pembelajaran yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai kompetensi
sebagaimana yang tuntutan kompetensi pekerjaan dipersyaratkan dunia kerja.
Komponen tujuan dalam desain kurikulum program produktif dituliskan secara
sistematis mulai dari tujuan umum SMK dan tujuan khusus SMK sebagai salah
satu dari satuan pendidikan tingkat menengah, dan lebih spesifik dituliskan
tujuan yang harus dicapai oleh Kompetensi Keahlian dalam hal ini adalah
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
Lingkup Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ditekankan
pada bidang penguasaan kompetensi pekerjaan jasa perawatan dan perbaikan
lingkup pekerjaan bagi lulusan yang relevan sebagai teknisi/mekanik, pelayanan
suku cadang, operator teknisi perakitan/ teknisi produksi. Berdasarkan lingkup
kompetensi keahlian di atas, dirumuskan standar kompetensi lulusan (SKL)
mengacu pada BSNP yang terbagi pada SKL kompetensi umum dan SKL
kompetensi kejuruan. Kedua SKL tersebut dijabarkan ke dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh lulusan Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dengan mengacu pada dokumen Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2008 yang terdiri dari 26
standar kompetensi dan 96 kompetensi dasar.
Struktur kurikulum program produktif dan substansi kajian
diorganisasikan dengan sistem paket-paket pembelajaran yang dipelajari secara
mandiri dan tuntas, melalui pengorganisasian tersebut siswa dapat mengambil
paket pembelajaran yang benar-benar diminatinya secara tuntas untuk kemudian
setelah melewati mekanisme uji kompetensi siswa dapat bekerja sesuai dengan
kompetensi pekerjaan yang telah dikuasainya. Kemudian, melalui struktur
kurikulum program produktif yang dikembangkan dapat melayani warga
masyarakat yang berminat mempelajari secara parsial (non-reguler) berdasarkan
paket pembelajaran yang ditawarkan di sekolah.
Kompetensi dikelompokkan dalam paket-paket pembelajaran untuk
memfasilitasi belajar sesuai dengan minat siswa dan sebagai antisipasi
pelaksanaan multy entry- multy exit. Beban belajar ditetapkan berdasarkan
sebaran kompetensi per paket pembelajaran. Metoda pembelajaran yang
digunakan diawali mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari
bagian-bagian. Sistem evaluasi dilakukan dengan memberikan penilaian
terhadap aspek penguasaan pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja,
penilaian ditekankan untuk mendeskripsikan hasil belajar pada aspek sikap dan
kemampuan kerja siswa.
Penjabaran kurikulum secara operasional dengan menerapkan desain
kurikulum sistemik dari J. Romiszowski, yaitu sebagai berikut:
Rumusan Tujuan Diklat
Organisasi Isi dan Sumber Belajar
Penetapan Strategi Pembelajaran
Strategi Bimbingan
Implementasi Program
Monitoring
Evaluasi
Menyusun Kriteria Keberhasilan
Perbaikan dan Penyesuaian
Deskripsi Tugas
Analisis Tugas
Analisi Kebutuhan Diklat
Kemampuan Akhir
Ujicoba Program
Spesifikasi Kemampuan(Skills, Knowledge, dan Attitudes)
( Model Sistemik Romiszowski 1981:20)
Diagram Alur Pengembangan Kurikulum Program ProduktifModel Sistemik
Perkembangan desain kurikulum yang dihasilkan, dimana faktor
pembedanya terdapat aspek tujuan yang ditambahkan adanya penulisan rumusan
tujuan SMK, tujuan kompetensi keahlian, dan penulisan standar kompetensi
lulusan. Penetepan SK/KD mengacu pada spektrum kompetensi keahlian.
Dituliskan rumusan analisis jenis pekerjaan berdasarkan struktur jenis pekerjaan
yang ada di industri dalam hal ini struktur pekerjaan seorang mekanik, berikut
dengan perincian tugas-tugas mengacu pada tugas-tugas tuntutan pekerjaan
seorang mekanik. Jenis kompetensi yang harus dikuasai mencakup kemampuan
pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan serta dirumuskan
dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, jumlah kompetensi yang
digunakan mengacu pada spektrum kompetensi keahlian.
Desain kurikulum program produktif pada SMK Kompetensi Keahlian
Teknik Kendaraan Ringan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan diskusi
mendalam pada Focus Discussion Group (FDG). FGD beranggotakan peneliti,
guru produktif, ketua kompetensi keahlian, dan Pihak DU/DI. Tugas FGD
tersebut pada tahap awal adalah untuk penyiapan dan penyusunan draft, reviu
dan revisi, serta finalisasi draft kurikulum program produktif.
Perkembangan sosok desain kurikulum program produktif yang
dikembangkan disarikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1
Perkembangan Sosok Konstruks Desain Kurikulum Program Produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
NO
ASPEK DRAFT 1 DRAFT 2 DRAFT 3/ FINAL
1 Tujuan berdasarkan struktur pekerjaan
Lebih spesifik pada rumusan tujuan pada komponen tugas
sesuai komponen tugas pekerjaan mengacu standar kompetensi lulusan
2 Isi (Penetepan SK/KD):
Kurikulum SMK Tahun 2004 Kombinasi antara spektrum dan kurikulum SMK Tahun 2004
Spektrum Kompetensi Keahlian
a Jenis Pekerjaan, Berdasarkan karakteristik mata pelajaran program produktif
Berdasarkan karakteristik dan tuntutan kompetensi pada mata pelajaran
disesuaikan struktur jenis pekerjaan yang ada di industri (struktur pekerjaan mekanik)
b Tugas-Tugas, Mengacu pada tugas-tugas sesuai struktur pekerjaan
Mengacu pada tugas-tugas sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan
tugas-tugas dijabarkan sesuai dengan tuntutan struktur pekerjaan
c Jenis Kompetensi,
Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan
Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan
Mencakup kemampuan pengetahuan kerja, sikap kerja, dan performansi pekerjaan
d Jumlah Kompetensi
Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian
Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian
Mengacu pada spektrum kompetensi keahlian
e Rumusan Kompetensi
Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Dirumuskan dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
f Pengelompokkan Kompetensi dikelompokkan Kompetensi dikelompokkan Pengelompokkan kompetensi di
15
kompetensi dalam
pada rumpun mata pelajaran disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan pada setiap rumpun mata pelajaran.
masukan dalam paket-paket pembelajaran untuk memfasilitasi belajar sesuai dengan minat
g Sebaran Kompetensi
Mata pelajaran kompetensi dasar dipusatkan pada tingkat I dan Mata pelajaran kompetensi kejuruan disebar mulai tingkat II
Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai implementasi harapan siswa tingkat I praktik di bengkel kerja otomotif
Pada tingkat I sudah mulai diperkenalkan kompetensi kejuruan sebagai antisipasi pelaksanaan multy entry multy exit
3 Metoda mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi yang dipelajari
Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi
Mulai dari mengenalkan secara keseluruhan kemudian mempelajari bagian-bagian untuk setiap kompetensi
4 Evaluasi Pembobotan nilai ditekankan pada aspek sikap dan kemampuan kerja
Memberikan penilaian pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada kemampuan kerja
Memberikan penilaian dengan bobot pada penguasaan aspek pengetahuan, sikap, dan kemampuan praktik kerja. Pembobotan nilai ditekankan pada sikap dan kemampuan kerja
6. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai sosok desain kurikulum yang
dihasilkan, terdapat beberapa faktor yang mendukung terhadap kurikulum
program produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan yang
telah dihasilkan dengan menggunakan model sistemik, baik dari aspek proses
penyusunannya maupun dari desainnya itu sendiri, yaitu antara lain :
1) Dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan tuntutan kerja dan kesiapan
sekolah.
2) Pengembangan kurikulum ditempuh dengan tahapan: merumuskan tuntutan
pekerjaan, tujuan ditetapkan berdasarkan SKL dan SKKD, penetapan nama
mata pelajaran berdasarkan karakteristik kompetensi, penetapan waktu dan
jumlah jam pelajaran disesuaikan dengan pembobotan pencapaian
kompetensi, rumusan silabus dan RPP disesuaikan dengan kebijakan yang
ada di sekolah, media/metode pembelajaran dapat disesuaikan dengan
perhitungan rasio siswa dan ketersediaan sara pembelajaran khususnya sarana
pembelajaran praktik; dan sistem evaluasi mengintegrasikan pengukuran
kognitif, afeksi dan psikomotorik untuk mengukur kemampuan kerja siswa.
3) Memungkinkan adanya pengembangan kelompok mata pelajaran baru yang
nama mata pelajarannya kurang dikenal dalam kurikulum-kurikulum
sebelumnya.
4) Silabus berisi informasi yang lengkap tentang mata pelajaran membawa
dampak pada pembelajaran yang sistematik.
5) Kejelasan materi apa yang akan disampaikan dapat menuntun siswa untuk
lebih siap belajar dengan memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana
proses pembelajaran yang akan dilalui.
Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dari kurikulum program
produktif yang dihasilkan, antara lain :
1) Memerlukan cukup banyak waktu untuk menggali informasi dan merumuskan
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan para lulusan dan
tuntutan DU/DI.
2) Sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan
praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum
3) Keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal merupakan
keharusan, sedangkan DU/DI memiliki jadwal kerja yang padat sehingga
memerlukan tim pengembang kurikulum yang aktif dan kreatif.
4) Penyusunan silabus yang berisi gambaran lebih menyeluruh tentang paket
pembelajaran (mata pelajaran) yang dikembangkan memerlukan waktu
penyusunan dan pemikiran yang lebih menguras tenaga.
5) Penyusunan kurikulum memerlukan waktu yang luang, tenaga yang banyak,
dan biaya yang besar.
6) Beragamnya ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang kurang
sesuai baik dari segi kuantitasnya dibandingkan dengan jumlah rombongan
belajar dan kualitasnya (spesifikasi) dibandingkan dengan perkembangan
teknologi saat ini.
7. SIMPULAN DAN PENUTUP
Simpulan mengenai sosok desain kurikulum yang dikembangkan. Sosok
desain kurikulum memuat rasionalisasi penyusunan desain kurikulum program
produktif, rumusan tujuan sesuai dengan cakupan kompetensi kerja Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan mengacu pada spektrum kompetensi
keahlian Tahun 2008. Struktur kompetensi lebih spesifik diuraikan pada jenis-
jenis pekerjaan yang ada di tempat kerja sesuai dengan payung kelompok mata
pelajarannya, melalui penawaran paket-paket pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ingin dikuasai.
Faktor-faktor pendukung desain kurikulum yang dikembangkan, antara
lain : dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan kerja dan kesiapan sekolah,
prosedur pengembangan ditempuh mengacu pada dasar teori, kebijakan, dan
kondisi empirik, memungkinkan adanya pengembangan secara berkelanjutan,
silabus berisi informasi yang lengkap sistematik, dan urutan materi yang jelas.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah memerlukan cukup banyak waktu dan
biaya, sulitnya membentuk tim yang solid dan menguasai materi secara teori dan
praktik yang berperan sebagai pengembangan kurikulum dan sulitnya
melibatkan DU/DI dalam penyusunan kurikulum sejak awal, dan beragamnya
ketersediaan sarana penunjang pembelajaran praktik yang ada di sekolah.
Berdasarkan hasil kajian berkenaan dengan pengembangan desain
kurikulum yang telah dikembangkan, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian bersama sesama para pengembang kurikulum yaitu;
a. Pengembangan kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila
melibatkan pihak sekolah, dan pihak industri secara sinergis.
b. Pengembangan kurikulum program produktif harus memahami dan
memiliki pengalaman kerja di industri sehingga dapat mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di industri.
c. Pengembang kurikulum harus memahami prosedur pengembangan
kurikulum dan menggunakan acuan model/desain pengembangan
kurikulum yang teruji baik secara teoritik maupun secara praktik.
d. Implementasi kurikulum SMK program produktif akan efektif apabila
didukung dengan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran
dan didukung sarana pembelajaran yang sesuai rencana pembelajaran.
e. Evaluasi pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga
pada proses belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
f. Pengakuan hasil belajar siswa oleh pihak dunia kerja perlu menjadi agenda
dalam pengelolaan SMK melalui kegiatan UJK atau program sertifikasi
kompetensi dari industri atau asosiasi profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Blank, E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs: New Jersey. Prentice-Hall Inc.
Bukit, M. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum: Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Deborah, B. (1998). Vocational Education’s Image for the 21 st Century. [On-line]. Tersedia: http://www.ericdigest.org/1999-2/21st.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan: Studi pada SMK Program Keahlian Teknik Mesin Perkakas:
Ellibeee, M (1997). A Grounded Theory of Essential Attributes of Quality Education-for-work Curriculum, Journal of Vocational Education Volume 22, No.1 1997.
Finch & Crunkilton (1999). “Curriculum development in Vocational and Technical Education”: Boston. Allyn and Bacon.
Hamalik. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, Said Hamid. (2004). “Implementasi Kurikulum dan Guru”: Jurnal Inovasi Kurikulum. Hipkin. 01, (1), 1-9
Imel, Susan. (1990). Vocational Education Performance Standards. [On-line]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/pre-9215/vocational.htm
(10 Januari 2008).Kerka, Sandar. (1998). Competency Based Education and Training. [On-line].
Tersedia: http://www.cete.org/acve/docgen.asp?tbl=mr&ID=65 Kerka, Sandra. (1992). Higher Order Thinking Skills in Vocational Education.
[On-line]. http://www.ericae.net/edo/ed350487.htm (5 Desember 2007).McAshan. (1979). Competency-Based Education and Behavioral Objectives.
USA: Educational Technology Publication.Miller-Seller. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. Longman: New
York&London.Mukhidin. (2002). “Strategi Pengembangan Peningkatan Mutu SMK di Jawa
Barat.” : Jurnal Mimbar Pendidikan. 03 (XXI), 27-30.Naylor, M. (1989). Retaining At-Risk Students in Career and Vocational.
Terdapat di [On-line]. http://www.ericdigests.org/pre-9212/risk.htm Oliva. F.P. (1992). Developing the Curriculum. United States: HarperCollins.Ramlee and Ruhizan. 2006. “A Comparative Study Of Technical Vocational
Education And Training In The Asia Pasific”: Journal of The Comparative Education Society of Asia (COMPARE).
Romiszowski. (1981). Designing Instructional System. New York: Nichols Publishing.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Supriadi, D. (Eds) (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dikmenum dan Dikmenjur.