isi makalah hepar
DESCRIPTION
abses heparTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah dan biasanya terjadi akibat
infeksi dari bakteri. Pus (nanah) terbentuk dari sel darah putih yang sudah
mati. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tertentu misalnya pada hati dan setelah
menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah
yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses bisa terjadi di beberapa tempat baik itu paru-paru, otak,
abdomen, termasuk hepar. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber
dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi
dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Abses hati merupakan
masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang seperti
di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan
dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang
buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus
abses hati di daerah perkotaan.1
Secara umum abses hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik
dan abses hati piogenik di mana kasus abses hati amebik lebih sering terjadi
dibanding abses hati piogenik. Abses hati amebik biasanya disebabkan oleh
infeksi Entamoeba hystolitica sedangkan abses hati piogenik disebabkan oleh
infeksi Enterobacteriaceae, Streptococci, Klebsiella, Candida, Salmonella,
dan golongan lainnya. Abses hati sering timbul sebagai komplikasi dari
peradangan akut saluran empedu. Abses hati piogenik merupakan kasus yang
1 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,
(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 2.
ABSES HEPAR Page 1
relatif jarang, pertama kali ditemukan oleh Hipppocrates (400SM) dan
dipublikasikan pertama kali oleh Bright pada tahun 1936.2
Berdasarkan pemaparan di atas, selanjutnya dalam makalah ini akan
dibahas secara lengkap tentang konsep medis yang berkaitan dengan demam
abses hepar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi abses hepar?
2. Bagaimana epidemiologi dari abses hepar?
3. Bagaimana klasifikasi dari abses hepar?
4. Bagaiamana etiologi dari abses hepar?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari abses hepar?
6. Bagaimana patofisiologi dari abses hepar?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari abses hepar?
8. Bagaimana komplikasi dari abses hepar?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari abses hepar?
10. Bagaimana prognosis dari abses hepar?
11. Bagaimana pencegahan dari abses hepar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa defenisi dari abses hepar
2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari abses hepar
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari abses hepar
4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari abses hepar
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari abses hepar
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari abses hepar
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostik dari
abses hepar
8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari abses hepar
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari abses hepar
10. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari abses hepar
11. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari abses hepar
2 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, h.2.
ABSES HEPAR Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Abses Hepar
Menurut Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) (2013) abses
hati merupakan kista berisi nanah yang terdapat di hati. Prevalensi abses hati
yang tinggi erat hubungannya dengan sanitasi yang buruk dan status ekonomi
yang rendah. Penyebab abses hati dapat disebabkan oleh infeksi dari bakteri,
parasit ataupun jamur. Di negara yang sedang berkembang, abses hati amuba
lebih sering didapatkan secara endemik dibandingkan dengan abses hati
piogenik. Abses hati piogenik disebabkan oleh infeksi bakteri seperti E. coli,
S. Faecalis, P. Vulgaris, dan Salmonella typhi. Sedangkan abses hati amebik
disebabkan oleh organisme mikroskopis parasit yaitu E. Histolytica.3
Abses hati adalah penumpukan jaringan nekrotik dalam suatu rongga
patologis yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hati.
Penyakit ini telah ditemukan sejak zaman Hipokrates, merupakan penyakit
serius yang membutuhkan diagnosis dan tata laksana yang cepat.4
Abses hati adalah infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
system gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau
sel darah di dalam parenkim hati.5
3 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official
website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,
(diakses tanggal 20 April 2016).4 Yuridyah Prianti, dkk., “Abses Hati pada Anak”, Sari Pediatri, vol. 7 no. 1(Juni 2005),
h. 1.5 Aru W. Sudoyo, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV (Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2007), h. 460.
ABSES HEPAR Page 3
B. Epidemiologi Abses Hepar
Di negara yang sedang berkembang abses hati amebik (AHA)
didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering terjadi.6
Insiden abses hati amebik di RS di Indonesia berkisar antara 5-15%
pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan abses
hati amebik pada pria memiliki rasio 3,4-8,5 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita.7
Penelitian epidemologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria
dan wanita berkisar antara 3:1 sampai 22:1, dengan usia tersering pada
dekade keempat. Penularan umumnya melalui jalur oral-fektal dan dapat juga
oral-anal-fektal. Usia yang sering dikenai berkisar antara 20-50 tahun
terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak.8
Sedangkan, abses hati piogenik (AHP) terbanyak ditemukan di daerah
tropis dengan kondisi hygiene/sanitasi kurang 8-15 per 100.000 kasus AHP
yang memerlukan perawatan di RS. AHP lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan dengan perempuan, dengan rentang usia lebih dari 40 tahun.9
C. Klasifikasi Abses Hepar
Abses hati dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Abses hati piogenik (AHP)
AHP ini merupakan kasus yang relative jarang terjadi, pertama
ditemukan oleh Hippoccrates (400 SM), dan dipublikasikan pertama kali
oleh Bright pada tahun 1936.10 Dikenal juga sebagai hepatic abscess, 6 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h. 19, http://
www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288 (diakses tanggal 20 April 2016).7 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official
website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,
(diakses tanggal 20 April 2016).8 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,
2012) h. 500. 9 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h.19,
http://www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288, (diakses tanggal 20 April 2016)10 Aru W. Sudoyo, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV (Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2007), h. 460.
ABSES HEPAR Page 4
bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic
abscess.
2. Abses hati amebik (AHA)
AHA masih merupakan masalah kesehatan dan sosial di daerah
seperti Asia Tenggara , Afrika, dan Amerika Latin, terutama didaerah yang
banyak didapatkan strain virulen Entamoeba histolytica dan daerah dengan
keadaan sanitasi buruk, status sosial ekonomi yang rendah, serta status gizi
yang kurang baik. Penyakit ini tidak hanya mengenai daerah tropis atau
subtropis, tetapi juga hampir mengenai seluruh dunia.11 AHA merupakan
salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal.
D. Etiologi Abses Hepar
1. Abses hati piogenik (AHP)
Infeksi terutama disebabkan oleh bakteri gram negatif dan
penyebab yang terbanyak adalah E. coli penyebab lainnya, yaitu S.
faecalis, P. fulgaris dan Salmonella typhi. Dapat pula bakteri anaerob
seperti bakteroides, aerobakteria, aktinomises, dan sptreptokokus anaerob.
Untuk penetapan kuman penyebab peerlu dilakukan biakan darah, pus
empedu dan suap secara aerob maupun anaerob.12
Abses piogenik disebabkan oleh Enterobactericeae,Microaerophilic
streptococci, Anaerobic streptococci, Klebsiellapneumoniae, Bacteriodes,
Fusobacterium, Staphilococcusaereus, Staphilococcusmilleri, Candida
albicans, Aspergillus, Eikenellacorrodens, Yersinisenterolitica, Salmonella
thypii, Brucella melitensis dan fungal.13
Penyebab terseringnya adalah infeksi saluran empedu (30% -60%):
obstruksi empedu dan kondisi peradangan sekunder (misalnya, kolesistitis,
choledocholithiasis, dan kolangitis, terutama pada pasien dengan
keganasan saluran empedu dengan stent empedu). Infeksi dari organ-organ 11 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,
2012) h. 500.12 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi, h. 499.13 Fionna Pohan, “Abses Hati”, Presentasi Kuliah, h. 8, http://www.slideshare.net/
fionnapohan/abses-hati, (diakses tanggal 20 April 2016).
ABSES HEPAR Page 5
pencernaan atau organ pelvis melalui sirkulasi portal (24%): contoh
termasuk usus buntu, divertikulitis, dan perforasi usus. Tidak diketahui
(20%). Penyebaran hematogen sekunder dengan bakteremia (15%): infeksi
endokarditis, pielonefritis, infeksi mulut yang tidak diobati, semua
penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh pada anak-anak (misalnya,
leukemia).14
2. Abses hati amebik (AHA)
Abses hati amubik disebabkan oleh strain virulen Entamoeba
hystolitica yang tinggi. Sebagai host definitif, individu-individu yang
asimptomatis mengeluarkan tropozoit dan kista bersama kotoran mereka.
Infeksi biasanya terjadi setelah meminum air atau memakan makanan yang
terkontaminasi kotoran yang mengandung tropozoit atau kista tersebut.
Dinding kista akan dicerna oleh usushalus, keluarlah tropozoit imatur.
Tropozoit dewasa tinggal di usus besar terutama sekumpula Strain
Entamoeba hystolitica tertentu dapat menginvasi dinding kolon. Strain ini
berbentuk tropozoit besar yang mana di bawah mikroskop tampak menelan
sel darah merah dan sel PMN. Pertahanan tubuh penderita juga berperan
dalam terjadinya amubiasis invasif.15
Beberapa spesies amuba dapat hidup sebagai parasite non pathogen
dalam mulut dan usus. Tetapi hanya E. Histolytica dapat menyebabkan
penyakit. Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E. Histolytica
yang memberi gejala amubasis invasive sehingga ada dua jenis E.
Histolytica, yaitu strain pathogen dan non-patogen. Bervariasinya virulensi
berbagai strain E. Histolytica ini berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hati.
Siklus hidup E. Histolytica dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu
tropozit dan kista, tropozoit adalah bentuk motil yang biasanya hidup 14 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official
website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,
(diakses tanggal 20 April 2016).15 Fionna Pohan, “Abses Hati”, Presentasi Kuliah, h. 8, http://www.slideshare.net/
fionnapohan/abses-hati, (diakses tanggal 20 April 2016).
ABSES HEPAR Page 6
komensal dalam usus. Bentuk ini dapat bermultiplikasi dengan cara
membelah diri menjadi dua atau menjadi kista. Tropozoit tumbuh dalam
keadaan anaerob dan hanya perlu bakteri atau jaringan untuk kebutuhan
zat gizinya. Tropozoit ini tidak berperan dalam penularan dan mati bila
terpajan hidroklorida atau enzim pencernaan. Jika terjadi diare, tropozoit
berpseudopadia dengan ukuran 10-20 um yg keluar sampai yang ukuran
50um. Bila tidak diare, tropozoit akan membentuk kista sebelum keluar
bersama tinja.
Kista akan berinti empat setelah melakukan dua kali pembelahan
dan berperan dalam penularan karena tahan terhadap perubahan
lingkungan, tahan asam lambung dan enzim pencernaan. Kista berbentuk
bulat dengan diameter 8-20 cm dan berdinding kaku. Pembentukan kista
ini dipercepat dengan berkurangnya bahan makanan atau perubahan
osmolaritas media.16
E. Manifestasi Klinis Abses Hepar17
1. Abses hepar piogenik (AHP)
a. Nyeri perut kanan atas
b. Demam dapat bersifat intermitten, remitten, atau kontinue
c. Menggigil
d. Batuk
e. Sesak napas
f. Sakit perut
g. Mual muntah
h. Penurunan BB
i. Gejala klinis lebih berat dari AHA
2. Abses hepar amebik (AHA)
a. Nyeri perut kanan atas16 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,
2012) h. 500.17 Faradillah A. Suryadi, “Abses Hepar”, Presentasi Tugas Kuliah, h.19, http://
www.slideshare.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288, (diakses tanggal 20 April 2016).
ABSES HEPAR Page 7
b. Terasa seperti ditekan/ ditusuk
c. Bertambah nyeri bila berubah posisi atau batuk
d. Berkurang jika berbaring ke arah kiri
e. Demam
f. Anoreksia
g. Mual dan muntah
h. Penurunan BB
Tabel manifestasi klinis yang membedakan18:
Abses hati piogenik Abses hati amoebik
Masa inkubasi 1-16 minggu 1-12 minggu
demam Tinggi, hektik Derajat rendah
Toksisitas Dapat terlihat jelas Minimal atau tidak
ada
Pada Hati
Nyeri tekan
pembengkakan
Biasa
Tidak sering
Bervariasi, mungkin
intercostal
Sering
Ikterus 25% 5%
Jari tabuh Bila kronik Tidak pernah ada
Kejadiaan
sebelumnya
Infeksi /pembedahan
intra-abdomen
Disentri pada 20%
Mikroskopis
tinja
normal Kista / trofozoit E.
histolytics pada 15%
Kultur darah Positif pada 34% Negative
Aspirat abses
Gram
Kultur
Trofozoit
Positif
Positif
negatif
Negative
Negative
Kadang-kadang
positif
Serologi negatif Positif
18 Mandal, dkk., Lecture Notes Penyakit Infeksi edisi ke enam (Jakarta: Erlangga, 2008) h.
ABSES HEPAR Page 8
amoebik
Jumlah abses Multipel pada 35% Jarang multiple
F. Patofisiologi Abses Hepar
1. Abses hepar piogenik (AHP)
Dahulu, abses hati piogenik lebih banyak terjadi melalui infeksi
aorta, terutama pada anak muda, dan sekunder akibat peradangan
appendiksitis. Tetapi, sekarang absesi hati piogenik sering terjadi sekunder
akibat obstruksi dan infeksi saluran empedu. Abses hati giogenik dapat
terjadi melalui infeksi yang berasal dari vena portal yaitu infeksi pelvis
atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pilflebitis porta atau emboli septik
saluran empedu yang merupakan sumber infeksi yang tersering.
Kolangitis septik dapat menyebabkan penyumbatan penyumbatan saluran
empedu sepperti juga batu empedu, kanker, striktur saluran empedu, atau
anomaly saluran empedu kongenital.19
2. Abses hepar amebik (AHA)
Mekanisme amubiasis hati dimulai dengan penempelan E.
Histolytica pada mukosa usus, kerusakan sawar intestina, dan lisis sel
epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon imun seluler,
selain disebabkan enzim atau toksin parasit, juga disebakan penyakit
tuberculosis, malnutrisi, keganasan, dan penyebaran amuba ke hati.
Penyebaran amuba dari usus kehati sebagian besar melalui vena porta.
Dihati, terjadi focus akumulasi neutrophil dari portal yang disertai nekrosis
dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu, dan granuloma
diganti jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis
seperti jaringan fibrosa. Amubiasia hati ini dapat terjadi berbulan-bulan
atau tahunan setelah amubiasis intestinal dan sekitar 50 % amubiasis hati
terjadi tanpa riwayat disentri amubiasis.20
19 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi (Jakarta: Sagung Seto,
2012) h. 499.20 Ali Sulaiman, dkk., Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi, h. 499.
ABSES HEPAR Page 9
G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik Abses Hepar21
1. Darah Rutin
Pada pemeriksaan laboratorium yang diperiksa adalah darah rutin
yaitu kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan
percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan
kadar albumin dan glubulin dalam darah. Banyak penderita abses hepar
tidak mengalami perubahan bermakna pada tes laboratoriumnya. Pada
penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan
leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis justru
sebaliknya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang
tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah,
peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum
bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang
memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang
disebabkan abses hati.
Abnormalitas tes fungsi hati lebih jarang terjadi dan lebih ringan
pada abses hati amebik dibanding abses hati piogenik. Hiperbilirubinemia
didapatkan hanya pada 10 % penderita abses hepar. Karena pada abses
hepar amebik terjadi proses destruksi parenkim hati, maka PPT (plasma
protrombin time) meningkat.
2. Serologis
Pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan meliputi IHA (Indirect
Hemagglutination), GDP (Gel Diffusion Precipitin), ELISA (Enzyme-
linked Immunosorbent Assay), counterimmunelectrophoresis, indirect
immunofluorescence, dan complement fixation. IHA dan GDP merupakan
prosedur yang paling sering digunakan. IHA dianggap positif jika
pengenceran melampaui 1 : 128. Sensitivitasnya mencapai 95%. Bila tes
21 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,
(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 11.
ABSES HEPAR Page 10
tersebut diulang, sensitivitasnya dapat mencapai 100%. IHA sangat
spesifik untuk amubiasis invasif. Tetapi, hasil yang positif bisa didapatkan
sampai 20 tahun setelah infeksi mereda.
3. USG
USG memiliki sensitivitas yang sama dengan CT scan dalam
mengidentifikasi abses hepar. Rendahnya biaya dan sifat non-radiasi
membuat USG menjadi pilihan untuk mendiagnosis abses hepar. Abses
hepar amebik biasanya besar dan multipel.
Hasil USG akan terlihat:
a. Bentuk bulat atau oval
b. Tidak ada gema dinding yang berarti
c. Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal.
d. Bersentuhan dengan kapsul hati
e. Peninggian sonik distal (distal enhancement)
Menurut Middlemiss (I964) gambaran radiologis dari abses hati
adalah sebagai berikut :
a. Peninggian dome dari diafragma kanan.
b. Berkurangnya gerak dari dome diafragma kanan.
c. Pleural efusion.
d. Kolaps paru.
e. Abses paru.
4. CT-Scan
a. Hipoekoik (lebih redup)
b. Massa oval dengan batas tegas
c. Non-homogen
5. Kriteria diagnostik untuk abses amubiasis
a. Kriteria Sherlock:
1) Hepatomegali yang nyeri tekan
2) Respon baik terhadap obat amoebisid
3) Leukositosis
4) Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang kurang
ABSES HEPAR Page 11
5) Aspirasi pus
6) Pada USG didapatkan rongga dalam hati
7) Tes hemaglutinasi positif
b. Kriteria Ramachandran:
1) Hepatomegali yang nyeri
2) Riwayat disentri
3) Leukositosis
4) Kelainan radiologis
5) Respon terhadap terapi amoebisid
c. Kriteria Lamont dan Pooler:
1) Hepatomegali yang nyeri
2) Kelainan hematologis
3) Kelainan radiologis
4) Pus amoebik
5) Tes serologic positif
6) Kelainan sidikan hati
7) Respon yang baik dengan terapi amoebisid
H. Komplikasi Abses Hepar22
Sistem plueropulmonum merupakan sistem tersering terkena. Secara
khusus, kasus tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus kanan hepar.
Hal ini dikarenakan facies diaphragm hepar yang berdekatan dengan system
pleuropulmonum terutama di lobus kanan. Abses menembus diagfragma dan
akan timbul efusi pleura, empyema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula
bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur
abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang
berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada. Komplikasi abses hati
amoeba umumnya berupa perforasi abses ke berbagai rongga tubuh dan ke
kulit. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke pleura dan perikard. Insidens
22 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,
(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 13.
ABSES HEPAR Page 12
perforasi ke rongga pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura yang
besar dan luas yang memperlihatkan cairan coklat pada aspirasi. Perforasi
dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus sehingga didapat sputum yang
berwarna khas coklat. Perforasi ke perikard menyebabkan efusi perikard dan
tamponade jantung.
Komplikasi ke kaudal terjadi ke rongga peritoneum. Perforasi akut
menyebabkan peritonitis umum. Abses kronis, artinya sebelum perforasi,
omentum dan usus mempunyai kesempatan untuk mengurung proses
inflamasi, menyebabkan peritonitis lokal. Perforasi ke depan atau ke sisi
terjadi ke arah kulit sehingga menimbulkan fistel yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi sekunder.
Gambar 1: Perforasi ke Depan menyebabkan Kebocoran
Sumber: Pande Putu (2009)
I. Penatalaksanaan Abses Hepar23
1. Antibiotik
Terapi medikamentosa adalah antibiotik yang bersifat amubisid
seperti metronidazol atau tinidazol. Dosis 50 mg/kgBB/hari diberikan tiga
kali sehari selama 10 hari, dapat menyembuhkan 95% penderita abses
amuba hepar. Pemberian intravena sama efektifnya, diperlukan pada
23 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah,
(Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 2009) h. 14.
ABSES HEPAR Page 13
penderita yang mengalami rasa mual atau pada penderita yang keadaan
umumnya buruk. Hasil yang positif pada pemberian metronidazol secara
empiris dapat memperkuat diagnosis abses amuba hepar. Perbaikan gejala
klinis terjadi dalam beberapa hari dan pemeriksaan radiologis
menunjukkan penurunan ukuran abses dalam 7 sampai 10 hari.
Metronidazol mudah didapat dan aman, walaupun merupakan
kontraindikasi pada kehamilan. Efek samping yang dapat terjadi ialah
mual dan rasa logam. Neuropati perifer kadang-kadang dapat terjadi.
Emetin, dehidroemetin, dan klorokuin berguna pada abses amuba hepar
yang mengalami komplikasi atau bila pengobatan dengan metronidazol
gagal. Emetin dan dehidroemetin diberikan secara intramuskular. Emetin
memiliki "therapeutic range" yang sempit. Dapat terjadi proaritmia, efek
kardiotoksik yang diakibatkan akumulasi dosis obat. Penderita yang
mendapat obat ini harus tirah baring dan dilakukan pemantauan vital sign
secara teratur. Emetin dan dehidroemetin diindikasikan terutama untuk
penderita yang mengalami komplikasi paru, karena biasanya keadaan
umumnya buruk dan memerlukan terapi "multidrug" untuk mempercepat
perbaikan gejala klinis. Kombinasiklorokuin dan emetin dapat 90%
penderita amubiasis ekstrakolon yang resisten.
Gambar 2: Metronidazol
Sumber: Pande Putu (2009)
2. Aspirasi
Selain diberi antibiotika, terapi abses juga dilakukan dengan
aspirasi. Dalam hal ini, aspirasi berguna untuk mengurangi gejala-gejala
ABSES HEPAR Page 14
penekanan dan menyingkirkan adanya infeksi bakteri sekunder. Aspirasi
juga mengurangi risiko ruptur pada abses yang volumenya lebih dari 250
ml, atau lesi yang disertai rasa nyeri hebat dan elevasi diafragma. Aspirasi
juga bermanfaat bila terapi dengan metronidazol merupakan kontraindikasi
seperti pada kehamilan. Aspirasi bisa dilakukan secara buta, tetapi
sebaiknya dilakukan dengan tuntunan ultrasonografi sehingga dapat
mencapai sasaran yang tepat. Aspirasi dapat dilakukan secara berulang-
ulang secara tertutup atau dilanjutkan dengan pemasangan kateter penyalir.
Pada semua tindakan harus diperhatikan prosedur aseptik dan antiseptik
untuk mencegah infeksi sekunder.
3. Drainase Perkutan
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,
peritoneum, dan perikardial. Tingginya viskositas cairan abses amuba
memerlukan kateter dengan diameter yang besar untuk drainase yang
adekuat. Infeksi sekunder pada rongga abses setelah dilakukan drainase
perkutan dapat terjadi.
4. Operasi
Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak
berhasil membaik dengan cara yang lebih konservatif. Laparotomi
diindikasikan untuk perdarahan yang jarang terjadi tetapi mengancam jiwa
penderita, disertai atau tanpa adanya ruptur abses. Tindakan operasi juga
dilakukan bila abses amuba mengenai sekitarnya. Penderita dengan
septikemia karena abses amuba yang mengalami infeksi sekunder juga
dicalonkan untuk tindakan bedah, khususnya bila usaha dekompresi
perkutan tidak berhasil. Jika tindakan laparotomi dibutuhkan, maka
dilakukan dengan sayatan subkostal kanan. Abses dibuka, dilakukan
penyaliran, dicuci dengan larutan garam fisiologik dan larutan antibiotik
serta dengan ultrasonografi intraoperatif.
Indikasi operasi pada abses hepar antara lain:
a. Terapi antibiotika gagal
b. Aspirasi tidak berhasil
ABSES HEPAR Page 15
c. Abses tidak dapat dijangkau dengan aspirasi ataupun drainase
d. Adanya komplikasi intraabdominal
5. Hepatektomi
Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati
yang terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau
multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit saluran
empedu. Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah hati yang
terkena abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati.
J. Prognosis Abses Paru
Prognosa abses hati tergantung dari investasi parasit, daya tahan host,
derajat dari infeksi, ada tidaknya infeksi sekunder, komplikasi yang terjadi,
dan terapi yang diberikan. Prognosis yang buruk, apabila terjadi
keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang
memperlihatkan penyebab bakterial organisme multipel, tidak dilakukan
drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleura atau
adanya penyakit lain.24
K. Pencegahan Abses Paru
Pengobatan yang tepat dari infeksi perut dan infeksi lainnya dapat
mengurangi risiko terjadinya abses hati piogenik. Untuk abses hati amebik,
pencegahan dapat dilakukan dengan meminum air murni dan tidak makan
sayuran mentah atau buah dikupas ketika bepergian di negara-negara tropis
dengan sanitasi yang buruk.25
ل�وا ل� و� وا م� ل ل� و� و� و� ل� � و ال ل�ا و�ا و� � ل�ا �ي و� ل وا ! و و�ا و� � و ال م#ي ل و ا م ل% م& و'ا م� م) و( ل*و م� م+ ل�Terjemahnya:
24 Pande Putu Perdani W, “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, h.
17.
25 Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”, Official
website Indonesian Association for The Study of The Liver, http://pphi-online.org/alpha/?p=646,
(diakses tanggal 20 April 2016).
ABSES HEPAR Page 16
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”26
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma
halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh
kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai
sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam
parenkim hati. Abses hati merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa
negara yang berkembang seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang
tinggi biasanya berhubungan dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang
rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan
26 https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19 April
2016).
ABSES HEPAR Page 17
bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan. Secara umum abses hati
dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik di mana kasus
abses hati amebik lebih sering terjadi dibanding abses hati piogenik.
Saran
Makalah ini dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa keperawatan
maupun para pembaca yang ingin mengetahui tentang penyakit abses hepar.
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami
mengundang kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik serta saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://khultur.wordpress.com/2011/12/23/al-maidah-ayat88/ (diakses tanggal 19
April 2016).
Mandal, dkk. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi edisi ke enam. Jakarta:
Erlangga.
Perdani W, Pandu Putu. 2009. “Referet: Abses Hepar”, Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI), “Artikel Umum: Abses Hati”,
Official website Indonesian Association for The Study of The Liver,
http://pphi-online.org/alpha/?p=646, (diakses tanggal 20 April 2016).
ABSES HEPAR Page 18
Pohan, Fionna. “Abses Hati”. Presentasi Kuliah. http://www.slideshare.net/fionna
pohan/abses-hati (diakses tanggal 20 April 2016).
Prianti, Yuridyah, dkk. 2005. “Abses Hati pada Anak”, Sari Pediatri, vol. 7 no. 1
Sudoyo, Aru W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Sulaiman, Ali dkk. 2012. Buku ajar ilmu penyakit hati edisi 1 revisi. Jakarta:
Sagung Seto.
Suryadi, Faradillah A. “Abses Hepar”. Presentasi Tugas Kuliah. http://www.slide
share.net/mynameisfarah/abses-hepar-28545288 (diakses tanggal 20 April
2016).
ABSES HEPAR Page 19
LAMPIRAN
ABSES HEPAR Page 20