isbn: 001 prosiding seminar nasional pertanian ramah...

11
Prosiding BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Seminar Nasional ISBN: 001.......... Bogor, 29 Mei 2013 Pertanian Ramah Lingkungan Penyunting: Yiyi Sulaeman, Ladiyani Retno Widowati, Chendy Tafakresnanto, Woro Estiningtyas, Sri Wahyuni, Eni Maftu'ah Edi Husen, Science.Innovation.Networks www.litbang.deptan.go.id Science.Innovation.Networks www.litbang.deptan.go.id

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Prosiding

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

Seminar Nasional

ISBN: 001..........

Bogor, 29 Mei 2013

Pertanian Ramah Lingkungan

Penyunting: Yiyi Sulaeman, Ladiyani Retno Widowati, Chendy Tafakresnanto, Woro Estiningtyas, Sri Wahyuni, Eni Maftu'ah

Edi Husen,

Science.Innovation.Networks

www.litbang.deptan.go.id

Science.Innovation.Networks

www.litbang.deptan.go.id

Page 2: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

POTENSI PENGAIRAN SUMUR DANGKAL DI LAHAN TADAH HUJAN UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI NTB

Ahmad Suriadi, Moh. Nazam, dan Fitria Zulhaedar Peneliti Badan Litbang Pertanian pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, Jl. Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat Po Box 1017, Mataram Email: [email protected]

Abstrak. Pertanian adalah salah satu sektor yang rentan dan potensial terkena dampak perubahan iklim. Adanya variasi hujan tahunan dan antar tahun sangat mempengaruhi sistem pertanian di Indonesia. Wilayah Indonesia yang berada pada lintang utara diprediksi akan mengalami lebih banyak hujan dengan perubahan 2-3 persen pertahun. Sedangkan keadaan ini akan berbalik pada wilayah Indonesia yang berada pada lintang selatan (BMKG 2011). Ini menunjukkan bahwa wilayah NTB diprediksi akan mengalami penurunan jumlah hujan. Dampak yang nyata dari perubahan iklim ini adalah meningkatnya resiko kekeringan dan secara umum akan memicu kemarau panjang.Lahan tadah hujan merupakan sumber daya fisik yang potensial untuk pengembangan pertanian seperti padi, palawija, dan tanaman hortikultura. Namun demikian lahan ini sangat rentan terhadap perubahan iklim sehingga produktivitasya juga sangat ditentukan oleh curah hujan. Salah satu usaha yang sangat potensi untuk diterapkan dilahan tadah hujan adalah dengan membuat sumur dangkal disetiap lahan petani untuk menampung kelebihan air hujan pada musim penghujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pengairan sumur dangkal di lahan tadah hujan yang berkelanjutan untuk mengantisipasi perubahan iklim. Lokasi pengkajian terletak di Desa Gapura Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, merupakan hamparan lahan tadah hujan dengan tanah yang didominasi oleh vertsiols.Volume air sumur yang dibuat sebanyak 5 buah (diameter 1,5 meter dan dalam sumur 7-9 meter) bervariasi pada setiap sumur dan setiap bulan. Secara umum, ada kecenderungan volume sumur menurun setiap bulan dan hal ini dapat dipahami bahwa mata air sumur tersebut berasal dari mata air permukaan sehingga besar kecilnya mata air tersebut sangat ditentukan oleh curah hujan yang ada di sekitar lokasi tersebut.Namun demikian penurunan volume tersebut tidak berbeda jauh.Volume air sumur bulan Mei pada masing-masing petani kooperator adalah 4,70 m3, 4,40 m3, 3,06 m3, 2,30 m3 dan 2,14m3, sedangkan pada bulan Oktober.adalah 3,46 m3, 3,43 m3, 2,23 m3, 1,41 m3 dan1,77 m3. Rata-rata penurunan volume sumur setiap bulan untuk semua sumur yang dibuat adalah 0,14 m3. Demikian juga kapasitas recharge sumur berbeda-beda dan kapasitas recharge yang paling tinggi diperoleh pada sumur Aq. Eko dan diikuti pada sumur H Mukarap, Irwanto, H Suman dan Aq. Uda. Hasil pumping test dari bulan Mei 2012 sampai bulan Oktober 2012 menunjukan debit pada awal pengisian sumur cukup tinggi, namun melandai pada dua jam selanjutnya dan secara umum waktu yang diperlukan untuk mencapai volume semula sumur setelah dikuras ratarata 2 hari. Dengan demikian potensi volume air sumur yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman dari bulan Mei sampai Oktober adalah 354,1; 368,9; 242,5,;183,8 dan 187,1 pada sumur Aq. Uda, Aq Eko, H. Mukarap, Irwanto dan H.Suman.

33

385

Page 3: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Suriadi et al.

Kata kunci: Sumur dangkal, tadah hujan, perubahan iklim, kapasitas recharge

Abstract. Agriculture is a sector that is vulnerable and exposed to potential adverse impacts of climate change. The variation in annual rainfall between years and greatly affects agricultural systems in Indonesia. Real impact of climate change is increasing the risk of drought events and generally will trigger droughts. Rainfed lands usually very vulnerable to climate change as its productivity largely determined by rainfall. An effort which may very potential to be applied in rainfed is making shallow wells in each farmer's land to collect the excess rainfall during the rainy season. The purpose of this study was to determine the potential use of shallow irrigation wells in rainfed for climate change adaptation. The experiment was conducted in farmer land in the Village Gapura, Sub-district Pujut Central Lombok where rainfed land was dominated by vertsiols soil type. There was 5 wells (diameter of 1.5 meters and depth of 7-9 meters) were measured its volume every month by the method of pumping test. Results indicated that the well volume varies in each well and every month. In general, there is a tendency of wells volume declined every month due to rainfall variation in location, althouigh the decrease in volume was not significant. The volume of wells in May of each farmer cooperators was 4,70 m3, 4,40 m3, 3,06 m3 , 2.30 m3 and 2,14 m3 for Aq. Eko Irwanto, H. Mukarap, Aq. Uda dan H. Suman respectively, while on Oktober was 3,46 m3 , 3, 43 m3 , 2.23 m3 , 1,41 m3 and 1,77 m3. In general, the average decrease of wells volume each month was 0,14 m3. Furthermore, the recharge capacity of wells was vary in each well and the highest recharge capacity was obtained at Aq. Eko well and followed by H Mukarap, Irwanto, H Suman and Aq. Uda wells. Pumping test results from May 2012 to October 2012 show that discharge at the beginning of filling the well was quite high, and slowing down at further two hours. In general the time required to reach the original volume after drained the well was 2 days. Thus the potential volume of water wells that can be used to irrigate crops from May to October was 354.1 m3; 368.9 m3; 242.5 m3; 183.8 m3 and 187.1 m3 for Aq . Uda , Aq Eko , H. Mukarap , Irwanto and H.Suman, respectively.

Keywords: Shallow wells, rainfed, climate change, adaptation, recharge capacity.

PENDAHULUAN

Pertanian adalah salah satu sektor yang rentan dan potensial terkena dampak perubahan iklim. Adanya variasi hujan tahunan dan antar tahun sangat mempengaruhi Sistem Pertanian di Indonesia (Mertz et al. 2009). Wilayah Indonesia yang berada pada lintang utara diprediksi akan mengalami lebih banyak hujan dengan perubahan 2-3 persen pertahun. Sedangkan keadaan ini akan berbalik pada wilayah Indonesia yang berada pada lintang selatan (BMKG 2011). Ini menunjukkan bahwa wilayah NTB diprediksi akan mengalami penuruan jumlah hujan. Dampak yang nyata dari perubahan iklim ini adalah meningkatnya resiko kekeringan dan secara umum akan memicu kemarau panjang.

Di Wilayah Propinsi NTB, perubahan iklim ditandai dengan terjadinya musim kemarau yang panjang dan menurunnya produktivitas lahan. Produktivitas lahan bervariasi mengikuti ritme curah hujan yang tidak menentu. Dilahan pertanian tadah

386

Page 4: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Potensi Pengairan Sumur Dangkal di Lahan Tadah Hujan

hujan, sumber air utama berasal dari air hujan. Oleh karena itu tinggi rendahnya produktivitas lahan tadah hujan berkorelasi dengan pola curah hujan. Rata-rata curah hujan tahunan beragam menurut musim dan wilayah. Menurut data BPS (2010), Propinsi NTB memiliki distribusi curah hujan yang tidak merata disetiap wilayah, 80% curah hujan tahunan terjadi antara bulan Desember-Maret. Periode Mei-November benar-benar kering dan menghasilkan kurang dari 10% curah hujan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan menurunnya produksi pertanian terutama tanaman pangan seperti padi, palawija dan sayuran.

Lahan tadah hujan merupakan sumber daya fisik yang potensial untuk pengembangan pertanian seperti padi, palawija, dan tanaman hortikultura. Sawah tadah hujan mampu memiliki potensi untuk menggantikan sawah beririgasi teknis yang berubah fungsi tata guna lahnnya seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi (Roseline, et al. 2012). Propinsi NTB memiliki luas areal sawah tadah hujan seluas 33.984 ha yang tersebar dibeberapa Kabupaten maupun Kota (BPS 2010).Namun produktivitas lahan tersebut masih sangat rendah. Pada umumnya lahan sawah tadah hujan ini hanya ditanami padi sekali dalam setahun yaitu pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau tidak ditanami/bera sampai pada musim tanam berikutnya, bahkan pada beberapa daerah atau lokasi lahan tidur akibat kurangnya ketersediaan air banyak dimanfaatkan sebagai areal penggembala ternak (Ma’shum 1997).

Salah satu usaha yang sangat potensi untuk diterapkan dilahan tadah hujan adalah dengan membuat sumur dangkal disetiap lahan petani untuk menampung kelebihan air hujan pada musim penghujan.Air tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman dengan sistem sumplemen irigasi yang efisien pada tanaman yang bernilai tinggi. Dalam Gany (2011) disebutkan bahwa aplikasi air untuk peningkatan”produksi pertanian per tetes air” (crop per drop) merupakan upaya yang mencakup efisiensi dan produktivitas dan sistem pertanaman yang ditunjang oleh tadah hujan.Pengembangan efisiensi air irigasi tidak hanya dikembangkan di zona yang langka airnya, tapi sampai saat ini sudah berkembang menjangkau ke daerah basah. Dalam lima tahun terakhir, penggunaan irigasi mikro di dunia meningkat sangat tajam dari tiga juta ha sampai lebih dari enam juta ha saat ini.

Dengan demikian salah satu strategi untuk meningkatkan produktifitas lahan tadah hujan dalam rangka antisipasi perubahan iklim adalah melalui pendekatan pengkajian potensi pengairan sumur dangkal di lahan tadah hujan untuk adaptasi perubahan iklim di Propinsi NTB.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pengairan sumur dangkal di lahan tadah hujan yang berkelanjutan untuk mengantisipasi perubahan iklim.

387

Page 5: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Suriadi et al.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Gapura Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dari bulan Januari sampai Desember 2012.Kegiatan penelitian diawali dengan penentuan titik mata air tanah dangkal di setiap lahan petani menggunakan alat manual yang biasa digunakan oleh tenaga penggali sumur, tanpa menggunakan terameter karena keterbatasan anggaran. Sumur dangkal didesain pada setiap lahan petani sebanyak 5 titik dengan diameter 1,5 m dan yang kedalamannya bervariasi mulai dari 7 meter sampai 9 meter.Variasi ini terjadi karena masing-masing sumur mempunyai kedalaman air rembesan yang berbeda.

Pengukuran volume dan debit air sumur dilakukan setiap bulan mulai dari bulan Mei sampai Oktober 2012 dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas recharge masing-masing sumur. Pengamatan dan pengukuran debit air sumur dilakukan per satu jam dimulai dari waktu pengurasan hingga air sumur mencapai tinggi semula. Debit dan volume sumur dianalisis untuk mengetahui potensi ketersediaan air pada bulan pengamatan (MK I) dan kemampuannya untuk mengairi areal pertanian disekitarnya.Untuk mengetahui hubungan antara faktor volume air sumur dengan waktu pengukuran dilakukan uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Gapura merupakan hamparan lahan tadah hujan dengan vertsols yang merupakan jenis tanah dominan dijumpai di daerah tersebut. Tanah dengan jenis vertisols merupakan tanah yang berasal dari landform kipas volkan bagian atas, terbentuk dari bahan bereaksi batu kapur berseling basalt. Sifat morfologi dari tanah tersebut antara lain terdapat bidang luncur (slickenside) pada permukaan ped, berukuran kasar dan berbentuk tiang atau prisma. Warna tanah adalah hitam sampai kelabu sangat gelap, tekstur umumnya liat berat, konsistensi sangat teguh (lembab), sangat lekat dan plastis (basah), dengan rincian pada Tabel 1. Pada musim kering permukaan tanah mengalami retak-retak selebar 1–5 cm sampai kedalaman hampir mencapai horizon C.Fisiografi lokasi penelitian agak datar dengan kemiringan kurang dari 8% yang mengarah timur-barat.

388

Page 6: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Potensi Pengairan Sumur Dangkal di Lahan Tadah Hujan

Tabel 1. Nilai Maksimum, minimum, rata-rata dan KK dari beberapa sifat Vertisol tadah Hujan Lombok (disarikan dari pengukuran 209 contoh tanah pewakil)

Sifat Tanah Maksimum Minimum Rata-rata Koefisien Keragaman (KK)

Lempung (%) 38,54 64,25 45,82 14,90 pH (1:5 tanah:air) 6,30 7,55 6,94 3,86 COLE 0,05 0,16 0,11 19,46 C-Organik (%) 0,58 1,46 0,78 21,96 CaCO3 (%) 4,75 13,08 8,36 22,70 DHL (mS/cm) 0,03 0,22 0,08 27,91 ESP (%) 1,76 9,05 5,01 34,80 Stabilitas Agregat (%) 22,78 97,09 39,70 35,82

Sumber : Kusnarta et al. (2011)

Pola curah hujan yang eratik dan distribusinya yang tidak merata serta bulan basah yang relatif singkat yaitu 3-4 bulan menyebabkan produktifitas lahan tadah hujan di Desa Gapura menjadi rendah.Perubahan pola iklim dan curah hujan yang semakin kecil juga mendorong penurunan produktivitas lahan yang umumnya mempunyai IP 100 sampai 200. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut adalah dengan melakukan konservasi kelebihan air hujan di musim penghujan melalui sumur dangkal pada setiap lahan petani. Sumur dangkal yang dibuat dengan diameter 1,5 m dan kedalaman 7-9 m ini sudah menjumpai mata air permukaan atau air tanah dangkal. Air tanah dangkal atau air freatis merupakan air yang berada di antara muka bumi hingga lapisan kedap air (impermiabel). Kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya terutama dari air hujan yang meresap ke dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan yang selanjutnya mengalir menuju daerah lepasan. Jumlah curah hujan berregresi linier dengan air tanah dangkal.

Dinamika volume air sumur setiap bulan pada masing–masing sumur petani dapat dilihat pada Tabel 2. Tinggi permukaan air sumur dangkal di masing-masing lahan petani kooperator menurun seiring dengan menurunnya intensitas curah hujan. Tinggi air sumur bulan Mei pada masing–masing petani koorperatif adalah 285 cm, 266 cm, 119 cm, 180 cm dan 293 cm. Tinggi air sumur ini terus mengalami penurunan setiap bulan sampai awal musim penghujan. Demikian juga volume air sumur bervariasi pada setiap sumur dan setiap bulan (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh diameter dan kedalaman sumur yang berbeda pada setiap sumur petani. Volume air sumur yang paling tinggi diperoleh pada sumur Aq. Eko dan terendah diperoleh pada sumur H. Suman.

389

Page 7: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Suriadi et al.

Tabel 2. Volume air setiap bulan sumur dangkal pada setiap petani di lokasi pengkajian

No Sumur Diameter Kedalaman Tinggi Air

Volume (m3) tiap bulan Mei Juni Juli Agt Sep Okt

1 Suman 1.050 7,18 1,19 2,25 2,14 2,16 2,01 1,87 1,77 2 Aq. Eko 1.500 7,94 2,93 4,40 4,21 4,04 3,94 3,78 3,43 3 Mukarap 1.130 7,07 2,66 3,06 2,79 2,78 2,60 2,35 2,23 4 Irwanto 1.280 7,40 1,80 2,30 2,43 2,26 1,98 1,61 1,41 5 Aq Uda 1.650 6,92 2,85 4,70 3,85 3,86 3,73 2,48 3,46

Dinamika volume air sumur setiap bulan pada masing-masing sumur petani dapat dilihat pada Gambar 1. Secara umum, ada kecenderungan volume sumur menurun setiap bulan dan hal ini dapat dipahami bahwa mata air sumur tersebut berasal dari mata air permukaan yang besar kecilnya mata air tersebut sangat tergantung pada curah hujan (Gambar 1). Namun demikian penurunan volume tersebut tidak berbeda jauh. Volume air yang tertinggi terdapat pada bulan Mei dan selanjutnya menurun sampai mencapai titik terendah pada bulan Oktober. Penurunan volume sumur setiap bulan pada masing-masing petani juga bervariasi. Penurunan air sumur setiap bulan yang paling sedikit diperoleh pada sumur H. Suman yaitu sekitar 0,089 m3 dan yang paling tinggi diperoleh pada sumur Amril (Aq. Uda). Hal ini mungkin disebabkan oleh volume air sumur dimana semakin tinggi volume tampung, semakin tinggi laju penurunan air sumur, dimana volume air sumur yang paling sedikit diperoleh pada sumur H. Suman.

Gambar 1. Hubungan volume air sumur dengan waktu pengisian pada lahan petani

390

Page 8: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Potensi Pengairan Sumur Dangkal di Lahan Tadah Hujan

Pumping test dilakukan setiap bulan pada masing-masing sumur pada akhir musim penghujan yaitu mulai bulan Mei sampai bulan Oktober 2012 (Gambar 2). Pumping test ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan sumur tersebut diisi kembali setelah dikuras. Hal ini penting untuk menentukan jumlah air yang tersedia untuk tanaman dan menentukan luas lahan yang akan ditanam dan kemampuan air sumur untuk kembali pada posisi semula setelah dikuras.

Hasil pumping test pada bulan Mei disajikan pada Gambar 2. Dapat dilihat bahwa volume air sumur berkorelasi positif dengan waktu pengukuran dengan nilai regresi yang hampir sama dari 0,92 sampai 0,97. Hal ini menggambarkan peningkatan volume air sumur berkorelasi positif dengan jam pengukuran. Debit air sumur tertinggi bulan Mei diperoleh dari sumur Aq. Eko dan diikuti oleh Irwanto, H. Mukarap, Aq. Uda dan H. Suman. Meskipun Aq. Uda memiliki volume tertinggi tetapi debitnya cenderung lebih kecil dibanding sumur lainnya, hal ini karena sumur Aq. Uda memiliki diameter lebih lebar dibanding sumur lainnya.

Gambar 2. Hubungan volume sumur dengan jam pengukuran volume pada setiap sumur pada bulan Mei 2012

Kapasitas recharge pada setiap sumur pada bulan Juni dapat dilihat pada Gambar 3. Kapasitas recharge pada bulan ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei. Hal ini dapat dilihat dari nilai persamaan yang diperoleh pada masing-masing sumur.Sumur Aq Eko tidak dilaksanakan pumping test karena pada saat itu, sumur tersebut masih dalam perbaikan. Dapat hasil pengukuran diperoleh bahwa volume awal tertinggi pada sumur Aq Uda diikuti H. Mukarap, Irwanto dan H. Suman. Namun kapasitas recharge yang paling rendah diperoleh pada sumur Aq. Uda (Amril). Hal ini menggambarkan bahwa salah satu

391

Page 9: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Suriadi et al.

yang mempengaruhi besar kecilnya recharge adalah diameter sumur dimana sumur Aq. Uda mempunyai diameter yang tinggi dibandingkan dengan sumur lainnya.

Gambar 3. Hubungan volume sumur dengan jam pengukuran volume pada setiap sumur pada bulan Juni 2012

Kapasitas recharge sumur pada bulan Juli dapat dilihat pada Gambar 4. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa waktu pengukuran hanya dilakukan selama 4 jam. Hubungan yang paling tepat antara debit dengan lama recharge dari data yang ada selama 4 jam adalah linear. Ini artinya bahwa volume sumur akan terus bertambah seiring dengan waktu, namun kenyataannya dilapangan sesungguhnya kondisi tersebut tidaklah terlalu tepat. Hal ini karena semua air sumur tidak pernah mencapai sejajar dengan pernukaan tanah. Volume air sumur akan bertambah sampai sejajar dengan muka air tanah.

Gambar 4. Hubungan volume sumur dengan waktu pengukuran volume pada setiap sumur pada bulan Juli 2012

392

Page 10: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Potensi Pengairan Sumur Dangkal di Lahan Tadah Hujan

Volume masing-masing sumur mengalami penurunan hingga bulan Oktober.Pola curah hujan yang menurun merupakan salah satu faktor penyebab turunnya volume air hujan. Debit dan keberadaan muka air tanah pada zone penjenuhan sangat dipengaruhi oleh pasokan air dari daerah imbuhan (recharge zone) yang berada di atasnya, semakin banyak pasokan yang diimbuhkan semakin banyak debit yang tersimpan dalam zone ini (Mutowal, 2012).Secara umum, kemampuan recharge setiap sumur berbeda-beda. Kemampuan recharge yang paling tinggi diperoleh pada sumur Aq. Eko dan diikuti berturut-turut pada sumur H Mukarap, Irwanto, H Suman dan Aq. Uda (Gambar 5).

Gambar 5.Trend debit air sumur di lahan petani bulan Mei-Oktober 2013

Hasil pumping test dari bulan Mei 2012 sampai bulan Oktober 2012 menunjukkan debit pada awal pengisian sumur cukup tinggi, namun melandai pada dua jam selanjutnya dan secara umum waktu yang diperlukan untuk mencapai volume semula sumur setelah dikuras rata rata 2 hari. Kapasitas recharge yang paling tinggi diperoleh pada sumur Aq. Eko diikuti berturut-turut dari tinggi sampai rendah oleh sumur Irwanto, H. Mukarap, H. Suman dan Aq. Uda.Dengan demikian potensi volume air sumur yang bisa dipakai untuk mengairi tanaman dari bulan Mei sampai Oktober adalah 354,1, 368,9, 242,5, 183,8 dan 187,1 pada sumur Aq. Uda, Aq Eko, H. Mukarap, Irwanto dan H.Suman.

393

Page 11: ISBN: 001 Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkunganntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/9_surpotensipengairan.pdf · 2016. 9. 20. · volume air sumur yang dapat digunakan

Suriadi et al.

KESIMPULAN

1. Rata-rata penurunan volume sumur setiap bulan (Mei-Oktober) untuk semua sumur adalah 0,14 m³.

2. Kapasitas Recharge setiap sumur berbeda-beda, paling tinggi diperoleh pada sumur Aq. Eko dan diikuti berturut-turut dari tinggi sampai rendah oleh sumur Irwanto, H. Mukarap, H. Suman dan Aq. Uda.

3. potensi volume air sumur yang bisa dipakai untuk mengairi tanaman dari bulan Mei sampai Oktober adalah 354,1; 368,9; 242,5; 183,8 dan 187,1 pada sumur Aq. Uda, Aq Eko, H. Mukarap, Irwanto dan H.Suman.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG. 2011.Laporan kondisi iklim di NTB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika NTB.

Badan Pusat Statistik. 2010. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat.

Brouwer, C dan Heibloem, M. (1986). Irrigation Water Management: Irrigation Water Needed. FAO. Rome.

Gany, A., dan Hafied A. 2011. Prospek Pengembangan irigasi Mikro Pada Lahan Kering Berbasis Kearifan Lokal Untuk Menjaga Ketahanan Pangaan. Makalah dalam Seminar Potensi Lahan Kering Menjaga Ketahanan Pangan yang Berbasis Kearifan Lokal.Kupang, KNI-ICID dan Komprov NTT.

Kusnarta, IGM., et al. 2011. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Dominan Terhadap Struktur Vertisol Tadah Hujan Lombok. Tesis, Fakultas Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Ma’shum, M. 1997. Kemangkusan (Efficiency) Pemupukan dilahan kering. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Mataram 12-14 Maret 1997

Mertz, O., Halsnaes, K., Olesen, J.E. and Rasmussen, K. (2009) Adaptation to climate change in developing countries. Environmental Management 43, 743–752.

Mutowal. 2012.Identifikasi Air Tanah Dan Pemanfaatannya Untuk Pertanian. (http://dinpertan.grobogan.go.id/penyuluhan-pertanian/137-identifikasi-air-tanah-dan-pemanfaatanya-untuk-pertanian.html, diakses 17 Desember 2012).

National Academy of Science, 2007.

Roseline, et. al. 2012. Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah Pada Sawah Tadah Hujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.ITB.

394