uji kualitas air sumur pompa tangan secara …repository.utu.ac.id/494/1/bab i_v.pdf · air tanah...
TRANSCRIPT
UJI KUALITAS AIR SUMUR POMPA TANGAN
SECARA BAKTERIOLOGIS PASCA TSUNAMI
DI KELURAHAN KAMPUNG BELAKANG
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
ZULHAMDI
NIM : 08C10104033
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan,
tumbuhan dan jasad-jasad lain. Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi
persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif.
Air yang tidak tercemar didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung
bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga
air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat,
diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan
(Sunu, 2001).
Kualitas air minum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yang
mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air minum, meliputi
parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter bak teriologis dan
kimia (anorganik) merupakan parameter yang terkait langsung dengan kesehatan,
sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan parameter yang tidak
berhubungan langsung dengan kesehatan (Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010).
Parameter bakteriologis air pada dasarnya terdiri dari beberapa jenis
bakteri (jenis patogen) yang merupakan bagian dari mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit, seperti penyakit saluran pencemaan. Agent ini dapat
hidup di dalam berbagai media, hewan, dan manusia secara berantai serta
2
menjalani siklus hidupnya sehingga merupakan mekanisme untuk
mempertahankan hidupnya (Soemirat, 2004).
Pemenuhan kebutuhan air minum sendiri sangat tergantung pada faktor
cakupan layanan air minum dan kondisi sanitasi pada masyarakat, baik pedesaan
atau perkotaan. Standart kebutuhan air di Indonesia untuk masyarakat pedesaan
adalah 60 lt/org/hr, sedang untuk masyarakat perkotaan150 lt/org/hr. Sanitasi juga
sangat berperan dalam proses pengelolaan, pendistribusian dan konsumsi air
minum pada masyarakat.
Pemerintah Indonesia melalui Bappenas, BPS dan UNDP mengetengahkan
beberapa fakta menarik terkait dengan air minum dan sanitasi. Disebutkan bahwa
hingga saat ini di setiap Kabupaten/Kota dimasing-masing Propinsi, terdapat
perbedaan yang cukup signifikan untuk menjadi perbandingan ( SDM, 2004).
Target pemenuhan Air Minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan
sanitasi sebesar 63,5%, sesuai dengan komitmen para Pemimpin Dunia di
Johannesburg. Komitmen yang menghasilkan “Millenium Development Goals”
(MDGs) ini menyatakan bahwa pada tahun 2015 separoh penduduk dunia yang
saat ini belum mendapatkan akses terhadap air minum (Save Drinking Water)
harus telah mendapatkannya. Sedang pada tahun 2015 seluruh penduduk dunia
harus telah mendapatkan akses terhadap air minum (Summit, 2002).
Untuk mencapai hal itu harus terjadi perubahan paradigma dari air bersih
menjadi air minum yang lebih memenuhi syarat kualitasnya sehingga layak untuk
dijadikan sebagai sumber air minum. Air tersebut tentunya harus melalui proses,
perlakuan dan pengolahan yang layak sehingga aman dikonsumsi manusia.Untuk
mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut tentunya tidak lepas dari upaya untuk
3
meningkatkan kualitas air minum itu sendiri baik secara fisik, kimia, bakterilogis
dan radioaktif. Kualitas yang bagus dalam pemenuhan kebutuhan air dan sanitasi
terhadap berbagai kebutuhan manusia, derajat kesehatan dan kesejahteraan yang
optimal bisa diwujudkan. Harus diakui salah satu kebutuhan pokok yang
menyangkut aspek kesehatan dan kehidupan sehari-hari adalah kebutuhan air
minum (Summit, 2002).
Propinsi Aceh pada wilayah pesisir digolongkan sebagai wilayah dengan
sumber daya air tanah memadai, baik untuk air tanah dangkal maupun air tanah
dalam. Potensinya mulai dari tinggi (debit pompa > 10 liter per detik), sedang (5 –
10 liter per detik) hingga kecil (< 5 liter per detik). Air tanah dalam dan air tanah
dangkal umumnya bersifat tawar. Banda Aceh mempunyai potensi air tanah yang
tinggi hingga sedang, sedangkan Lhok Seumauwe, Sigli, Lhok Nga, Teunom,
Meulaboh, dan Tapaktuan tergolong mempunyai potensi air tanah sedang. Potensi
air tanah tersebut dapat dimanfaatkan melalui sumur gali (sumur dangkal) dan
sumur bor (sumur dalam). Kecuali di Banda Aceh, potensi air tanah dangkal
diperkirakan lebih besar dari potensi air tanah dalam (PIBA, 2010).
Pada tahun 2004 silam tepatnya pada tanggal 26 desember telah terjadi
Tsunami yang melanda propinsi Aceh. Semua badan air dan sumber air di daerah
pesisir yang terkena bencana tsunami mengalami kerusakan oleh material bawaan
tsunami dan pencemaran, sehingga sama sekali tidak berfungsi selama beberapa
waktu setelah bencana, baik sebagai sumber air, aliran air dan drainase kota,
maupun septik tank. Aliran air dari hulu sungai diharapkan dapat mengurangi
salinitas yang tinggi di sungai dan daerah estuari di pantai, sedangkan untuk
4
daerah-daerah yang datar dilakukan pengerukan sungai. Untuk proses desalinisasi
sumber air dangkal digunakan intervensi teknologi (PIBA, 2010).
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di
propinsi aceh. Kabupaten ini memiliki 12 kecamatan dengan luas wilayah ± 5058
Km. Pasca Tsunami daerah pesisir pantai yang ada di kabupaten ini mengalami
krisis air bersih baik untuk konsumsi maupun untuk MCK. Lebih dari 10 desa
pesisir mengalami krisis air yang sangat mendesak, salah satunya adalah desa
kampung belakang.
Sumber air yang berasal dari sumur pompa tangan saat ini menjadi sumber
air konsumsi bagi warga, meskipun telah tertera larangan untuk dikonsumsi. Hal
ini secara ilmu kesehatan tentunya akan membahayakan kesehatan manusia itu
sendiri. Data mutakhir yang diperoleh dari puskesmas suak ribee adalah sebanyak
10 jiwa (April-Agustus) dari 104 jiwa dalam 10 desa wilayah kerja puskesmas
terserang penyakit diare yang kemungkinan besar disebabkan oleh air minum
yang dikonsumsi berasal dari air sumur pompa tangan tersebut. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa salah satu bakteri yang paling berpengaruh dalam
menyebabkan timbulnya diare adalah bakteri E. Coli. Hal ini yang kemudian
dirasa perlu untuk mengetahui berapa kadar/jumlah bakteri E. Coli yang terdapat
pada air yang berasal dari sumur pompa tangan tersebut yang dapat menyebabkan
penyakit diare pada warga desa kampung belakang (Puskesmas Suak Ribee,
2012).
Desa Kampung Belakang terletak di daerah persisir pantai yang memiliki
637 Kepala Keluarga dari 5 dusun di Desa Kampung Belakang Kecamatn Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, Desa Kampung Belakang merupakan lokasi
5
rawan bencana tsunami. Saat ini sumber air bersih warga adalah sumur pompa
tangan dan sumur gali. Sumur pompa tangan merupakan sumber air bersih yang
banyak dipakai oleh warga, meskipun pada beberapa lokasi yang terdapat air,
secara fisik memeliki tingkat warna yang kurang jernih, berbau dan berasa, karena
mayoritas penduduk Desa Kampung Belakang menggunakan sumber air dangkal.
Saat ini jumlah sumur pompa tangan adalah 150 unit, (Kantor Desa Kampung
Belakang, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka masalah yang
diangkat dari penelitian ini dapat dirumuskan yaitu meneliti keberadaan bakteri
E.Coly sebagai penyebab penyakit diare yang terdapat dalam air yang berasal dari
sumber air sumur pompa tangan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas air sumur pompa tangan untuk pemenuhan
rumah tangga di desa Kampung Belakang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui kualitas air yang ditinjau berdasarkan bakteriologis E. Coli.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses
pendidikan
2. Untuk menambahkan wawasan kepada masyarakat terhadap manfaat
pentingnya air bersih sebagai air konsumsi dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai
bakteriologis pada air.
2. Sebagai bahan masukan kepada peneliti selanjutnya dalam meneliti
masalah air di lingkungan masyarakat.
3. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan air yang terbebas dari bakteriologis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar (Allafa, 2008).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,
gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering
disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan
dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion
hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).
Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak
termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air
tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan
oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).
8
2.2. Macam dan Sumber Air
Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum
dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,
dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-
kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan
pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :
2.2.1 Air Hujan
Air hujan atau air angkasa merupakan sumber utama air dibumi. Walaupun
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra, 2006).
2.2.2 Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudiaan akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya (Chandra,
2007).
2.2.3 Air Tanah
Air tanah (ground water) barasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan
bumi yang kemudiaan mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air
hujan tersebut, didalam perjalnannya kebawah tanah, membuat air tanah menjadi
lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2006).
9
Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap
kedalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno,
1996).
a. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan
tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih.
Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi
kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada
musim.
b. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.
Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal,
sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit
dipengaruhi oleh perubahan musim
c. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,
keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng
gunung atau sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus
lalu keluar sebagai mata air.
10
b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi
syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk
tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air
angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi
yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat
terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin
membahayakan kesehatan (Azhar, 1990).
2.3. Sarana Air Bersih
2.3.1. Sumur
2.3.1.1. Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan
tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif
dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran
manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena
lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi
dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,
misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.
11
Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak
terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik
bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.
Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari
sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di
bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber
pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari
dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10
meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding)
sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang,
2000).
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa.
Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir
sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):
1. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage
pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada
keadaan serta kemiringan tanah.
12
a. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
b. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti
kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007).
2. Dinding Sumur Gali
a. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan
tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali
bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air
sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa
beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam
keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar
dari pipa beton (Machfoedz, 2004).
b. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,
2000).
3. Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :
a. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk
mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan
(Entjang, 2000).
b. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari
permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir
(Machfoedz, 2004).
13
c. Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus
dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu
kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2006).
4. Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
a. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari
dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan
tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
b. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004).
5. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang
(2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya
10m, Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya
pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil
dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan
untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu
tertutup. Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam
tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3
meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1
meter.
14
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun
sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
2.3.1.2.Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun
lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit
dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi
dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat
diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.
2.3.2. Perlindungan Mata Air
Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang
menampung/menangkup air dari mata air. Walaupun mata air biasanya berasal
dari air tanah yang terlindung, ada kemungkinan terjadi kontaminasi pada tempat
penangkapan juga kontaminasi langsung terhadap mata air yang disebabkan oleh
manusia atau binatang, harus dicegah melalui bangunan perlindungan.
2.3.3. Penampungan Air Hujan
Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih biasanya
memanfaatkan suatu permukaan yang luas seperti atap rumah yang miring ke arah
talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke dalam suatu tangki reservoir
(PAH). Hujan pertama biasanya membawa kotoran yang ada pada atap, sehingga
tidak dialirkan ke dalam tangki.
15
2.4. Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia
Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh manusia sebagian
terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat badan. Jika tubuh tidak cukup
mendapat air atau kehilangan air hanya sekitar 5% dari berat badan (pada anak
besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat menyebabkan berat. Sedangkan
kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat menyebabkan kematian.
Karenanya orang dewasa perlu minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200
gram setiap harinya (Soemirat, 2004).
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhutubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan (Harini, 2007).
2.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
2.5.1. Penyakit Menular
Menurut Chandra (2006), Penyakit yang menyerang manusia dapat
ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air.
Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau
water-related disese. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya
agens dan terkandang vektor. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat
ditularkan melalui air berdasarkan tipe agens penyebabnya :
a. Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomielitis..
b. Penyakit bakterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.
c. Penyakit protozoa, misalnya, amebiasis, giardiasis.
16
d. Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.
e. Leptospiral, misalnya, weil’s disease.
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya
terkadang membutuhkan hospes, biasa disebut sebagai aquatic host. Hospes
akuatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagi menjadi dua,
yaitu :
a. Water multiplied
Contoh penyakit dari hospes semacam ini adalah skitosomiasis (vektor
keong).
b. Not multiplied
Contoh agens penyakit dari hospes semacam ini adalah cacing Guinea dan
fish tape worm (vektor cyclop).
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengn air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu :
a. Waterborne mechanism
Didalam mekaanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit, kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler,
dan poliomielitis.
b. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan, pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
1. Infeksi melalui alat pencernaan,seperti diare pda anak-anak.
17
2. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
3. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
c. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup didalam air. Contohnya skistosomiasis dan
penyakit akibat dracunculus medinesis.
d. Water-related insect vektor mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penykit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2.6 Pengertian Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke
dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri
dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya
dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur
sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat di tanah, air, udara, dalam
simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan
18
dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi
dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel
(Wikipedia, 2012).
2.7 Bakteri Escherichia Coli
Bakteri Escherichia coli dikenal sebagai salah satu bakteri yang
menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia, bakteri ini termasuk dalam
kelempok bakteri berbentuk batang pendek dan tubuh ideal pada suhu 20-40
derajat celcius, keberadaannya pertama kali dikenali oleh Theodor Escherichia
pada 1885.
Dapat dikatakan bahwa sebagian kecil Bacteri Escherichia coli yang
membahayakan manusia yaitu sebagai penyebab gangguan pencernaan pada
manusia,selain itu bakteri ini juga mempunyai mamfaat bagi manusia , Bacteri
Escheichia coli hidup di dinding usus besar manusia dan berfungsi sebagai
pengurai sisa-sisa makanan yang tidak terserap dalam sistem percenaan manusia,
bakteri ini juga sering digunakan dalam proses rekayasa genetika media kloning,
hal ini dikarenakan struktur genetika yang dimiliki oleh bakteri ini sederhana
sehingga bisa dengan mudah untuk dijadikan untuk dijadikan media dalam proses
rekayasa, dalam proses rekayasa tersebut bakteri ini berperan sebagai vector yang
meyisipkan bagian tertentu dalam setiap prosesnya.
19
Escherichia coli dalam tubuh manusia diketahui vitamin K2 dan
mencegah timbulnya bakteri lain didalam tubuh.Industri- industri juga bergantung
sangat besar pada bakteri ini dalam proses produksi, terutama fermentasi. Tanpa
bakteri Escherichia coli, mustahil ada produksi obat seperti insulin, antibiotik,
high value,chemicals, propanediol,lactate, dan sebagainya.
Escherichia coli pertama kalinya ditemukan hidup dalam usus besar
manusia dan berperan dalam pencernaan akhir serta menghambat pertumbuhan
bakteri patogen, selain itu berperan mendeteksi bakteri sallmonela thypi,
penyebab penyakit tipes sebagian kecil bakteri E. Coli bisa merangsang timbulnya
penyakit diare dan sindrom diare lanjutan dan hemolitik uremik.
2.7.1 Bentuk Bakteri Esche richia Coli
Secara morfologis bakteri ini memiliki bentuk batang yang pendek dengan
ukuran panjng berkisar 0.5 hingga 1.0 mikrometer dan memiliki lebar 1.3 hingga
mikrometer, setiap selnya memilki flagela yang berfungsi sebagai alat gerak dan
tersebar merata diseluruh permukaan selnya tersebut.
Bakteri ini tidak hanya bermanfaat saja bagi tubuh manusia, namun ada
juga jenis bakteri ini yang berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia. Jenis
bakteri yang berbahaya ini adalah Enterohemorrhagic Escherichia Coli (EHEC).
Jenis bakteri Escherichia coli yang satu ini bisa menyebabkan diare berdarah pada
manusia.
Serta ada juga bakteri Escherichia coli O157:H7 yang bisa menyebabkan
kekurangan darah atau yang disebut juga anemia bahkan bakteri ini b isa
menyebabkan gagal ginjal.pada kasus infeksi, bakteri ini juga bisa merusak
keseimbangan elektrolitdalam membran mucus dan menyebabkan dinding usus
20
Pengambilan Sampel
Persiapan
Pemeriksaan Air
Positif
sulit untuk menyerap air sehingga terjadilah gangguan pencernaan seperti diare
(AnneAhira, 2012).
2.8 Persyarataan Kualitas Air Minum
Berdasarkan Menkes RI (2010), menetapkan persyaratan kualits air minum
terdiri dari parameter waajib dan tambahan (lampiran 1).
2.9 Skema Penelitian
Gambar 2.1 : Langkah-langkah Penelitian
Keterangan :
1. Persiapan yaitu mempersiapkan alat dan bahan :
a. Alat :
1) Inkubator 37 ºC dan Inkubator 44ºC
2) Oven
Hasil Negatif
21
3) Tabung reaksi
4) Rak tabung reaksi
5) Lampu bunsen
6) Autocleve
7) Petri dish
8) Tabung Durham
9) Ose cicin dan Jarum
10) Pipet tetes
b. Bahan :
1) Sampel air sumur pompa tangan
2) Alkohol 70%
3) Media laktosa cair (sudah steril)
4) Media BGLB/BGBL (Briliant Green Bile Lactose Broth)
5) Media LB (Lactose Bile Broth)
6) Media EMB (Eosin Methylene Blue Agar) dan EA (sudah steril)
7) Pewarna gas
8) Kapas, karet, kertas payung, dan korek api
9) Pengambilan sampel yaitu sampel yang diambil adalah jenis air sumur
pompa tangan yang kemudian dimasukkan kedalam botol air yang telah di
seterilkan.
10) Pemeriksaan air yaitu memeriksa kadar bakteri E. Coli di dalam air sumur
pompa tangan dengan mengikuti langkah-langkah pemeriksaan pada alat
yang ada di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
22
11) Hasil pemeriksaan yaitu kadar bakteriologi air E. Coli pada masing-
masing sampel air sumur pompa tangan.
a) Positif yaitu bila kadar bakteri E. Coli pada air menunjukkan > 0 dari jumlah
per 100 ml sampel.
b) Negatif yaitu bila kadar bakteri E. Coli pada air menunjukkan < 0 dari jumlah
per 100 ml sampel.
2.10 Hipotesis Penelitian
Adanya kandungan kadar bakteri E. Coli dalam sumber air sumur pompa
tangan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen yang
dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh dengan
menggunakan motede MPN (Most Probable Number) dengan pendekatan Cross
Sectional (Notoatmodjo, 2005) yaitu data yang diteliti dan diukur dalm waktu
yang bersamaan pada sumber air sumur pompa tangan yang mempengaruhi
keberadaan bakteri E. Coli pada air .
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Kampung Belakang Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada
tanggal 23 Oktober 2012 sampai dengan 26 November 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumber air sumur pompa
tangan yang ada di wilayah Kampung Belakang Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat, Menurut hasil Observasi dan Wawancara di Wilayah
Kampung Belakang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang
berjumlah 150 sumber air sumur pompa tangan.
24
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada
rumusan (Arikunto, 2002) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel
pada subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari
100 dapat diambil 10-20% dari populasi. Penentuan jumlah sample penelitian
menggunakan teknik pengambilan sample secara Purposive Sampling.
150 x 10% = 15
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
menggunakan MPN ( Most Probable Number ) dalam penentuan kadar bakteri
E. Coli. Cara kerja dalam metode MPN :
Metode MPN menggunakan tabung 3-3-3 atau 5-5-5 dengan tahapan sebagai
berikut (Greenberg, 2005) :
1. Tes Presumtif : Tabung 3-3-3 diisi sampel air minum sebanyak 10 ml,
1 ml, 0,1 ml ke dalam tabung yang berisi LB.
2. Tabung yang berisi LB 3X kuat di isi dengan sampel air 10 ml, Tabung
yang berisi LB 1X kuat di isi dengan sampel air 1 ml dan 0,1 ml lalu
diinkubasi dengan pengamatan 2×24 jam dalam inkubator 37ºC.
3. Tes Konfirmasi/Penegasan, Pada tabung reaksi dan tabung Durham yang
berisi gelembung gas cairan dalam tabung tersebut diambil 2 tetes
dimasukkan ke tabung reaksi yang bermedia kaldu BGLB dengan
25
menggunakan Ose cincin kedalam tabung Durham lalu diinkubasi selama
1x24 jam.
4. Tes Pelengkap, Hasil yang positif dipindahkan ke tabung reaksi yang
berisi kaldu laktosa dan medium agar.
Penghitungan MPN memakai rumus (Greenberg, 2005).
100 x jumlah tabung positif gas/semua tabung yang negatif (ml ) x jumlah
semua tabung (ml)
3.5 Aspek Pengukuran
3.5.1 Kandungan Bakteri E. Coli
Positif : Bila kadar bakteri E. Coli pada air menunjukkan > 0 dari jumlah per 100
ml sampel.
Negatif : Bila kadar bakteri E. Coli pada air menunjukkan < 0 dari jumlah per 100
ml sampel.
3.6 Teknis Analisis Data
Teknis penelitian ini hipotesis tentang bakteri E. Coli dalam air, Analisis
pemeriksaan bakteri E. Coli dengan menggunakan metode MPN.
3.6.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi data umum
dan data khusus.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Air Sumur Pompa Tangan
Gambaran umum Desa Kampung Belakang memeliki 637 kepala keluarga
dengan jumlah penduduk sebanyak 2010 yang terdiri dari 1028 laki- laki dan 982
perempuan. Sumber air yang digunakan oleh masyarakat Desa Kampung
Belakang berasal dari air sumur gali dan sumur pompa tangan dengan keadaan
fisik air yang kurang baik. Untuk pemeriksaan air sumur pompa tangan di Desa
Kampung Belakang Kecamatan Johan Pahlawan pada tanggal 19 November 2012
dengan jumlah sampel sebanyak 15 sampel yaitu untuk lorong berlian diambil 4
(Empat) sampel, lorong Intan 3 (Tiga) sampel, lorong Permata 1 (Satu) sampel,
lorong Jamrud 2 (Dua) sampel dan lorong Mutiara 5 (lima) sampel , sumber air
yang diambil sebagai sampel berasal dari air sumur pompa tangan yang ada
disetiap rumah warga yang berada desa Kampung Belakang.
4.2 Hasil Penelitian
a. Hasil Uji Laboratorium
Bedasarkan hasil pengambilan sampel di Desa Kampung Belakang
menunjukan bahwa dari pada air sumur pompa tangan, ada yang positif tercemar
oleh bakteri jenis E. Coli dan ada juga yang negatif atau tidak tercemar oleh
bakteri. Hasil uji di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
27
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Pasca Tsunami Di Desa
Kampong Belakang Kecamatan Johan Pahlawan.
No Kode
Sampel
Uji Laboratorium Jenis Bakteri Jumlah
Positif Negatif
1. A1 - + - - 2. A2 + - E. Coli 13
3. A3 - + - - 4. A4 - + - -
5. A5 + - E. Coli 44 6. A6 + - E. Coli 89 7. A7 + - E. Coli 147
8. A8 - + - - 9. A9 + - E. Coli 78
10. A10 + - E. Coli 113 11. A11 - + - - 12. A12 - + - -
13. A13 - + - - 14. A14 + - E. Coli 35
15. A15 + - E. Coli 2
Sumber : UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh (November 2012).
Berdasarkan dari hasil uji Laboratorium yang ada pada tabel diatas dapat
dilihat dari 15 sampel air sumur pompa tangan yang diteliti, terdapat 8 sampel
yang positif tercemar bakteri E. Coli yaitu sampel A2, A5, A6, A7, A9, A10, A14
dan A15. Sedangkan pada sampel A1, A3, A4, A8, A11, A12 dan A13 tidak
tercemar bakteri E. Coli (negatif).
b. Hasil Angket Air Sumur Pompa Tangan.
Berdasarkan hasil dari pengisian angket dan wawancara terhadap 15
sampel air sumur pompa tangan pada pemilik rumah, ada terdapat beberapa rumah
memiliki sumber air jernih (tidak bewarna) dan ada juga yang memiliki air yang
kurang jernih (bewarna), sampel diperoleh pada hari yang sama dan waktu yang
berbeda serta pemilik air sumur pompa tangan yang berbeda.
Hasil angket terhadap 15 sampel air sumur pompa tangan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
28
Tabel 4.2. Hasil Angket Air Sumur Pompa Tangan di Desa Kampung
Belakang.
NO. Kode Sampel Waktu Pengambilan Sampel
Hari / Tanggal Waktu
1. A1 Senin, 19-11-2012 07.10 2. A2 Senin, 19-11-2012 08.05
3. A3 Senin, 19-11-2012 07.40 4. A4 Senin, 19-11-2012 07.20
5. A5 Senin, 19-11-2012 09.12 6. A6 Senin, 19-11-2012 08.00 7. A7 Senin, 19-11-2012 09.05
8. A8 Senin, 19-11-2012 08.20 9. A9 Senin, 19-11-2012 08.42
10. A10 Senin, 19-11-2012 08.45 11. A11 Senin, 19-11-2012 08.35 12. A12 Senin, 19-11-2012 09.00
13. A13 Senin, 19-11-2012 08.28 14. A14 Senin, 19-11-2012 07.52
15. A15 Senin, 19-11-2012 08.55
Sumber : Data Primer (November 2012).
4.3 Pembahasan
Dari hasil tabel 4.1 15 sampel air sumur pompa tangan yang terdapat di
Desa Kampung Belakang Kecamatan Johan Pahlawan mendapatkan hasil yang
berbeda-beda, 8 diantaranya positif tercemar bakteri yaitu bakteri E. Coli
dikarenakan jarak antara saptitank dan drainase atau saluran air limbah ± 10m
dengan sumber air sehingga sumber air dengan mudah bisa tercemar, serta jarak
rumah sangat dekat dengan rumah yang lainnya dengan jarak ± 1-3m. Jika air
sumur pompa tangan dikonsumsi bisa menyebabkan penyakit dan berdampak bagi
kesehatan manusia.
Data Bapenas menyebutkan sekitar 60 persen-70 persen sumur milik
warga Perkotaan di Indonesia tercemar E. Coli. Bakteri tersebut berasal dari
jamban yang berdekatan dengan sumur. Sumur tersebut terdapat di kawasan
perumahan-perumahan yang berlahan sempit, kumuh, dan lingkungannya tidak
29
sehat serta sulit mendapatkan air bersih dari Perusahaan Air Minum. Sumur di
kawasan seperti ini baik yang dibuat pengembang perumahan itu atau pribadi
oleh warga pada umumnya tidak memperhatikan jarak antara septik tank dan
sumur. Bahkan banyak ditemukan septik tank dan sumur antara rumah yang
bertetangga saling berdekatan.
Dalam membangun sumur gali agar aman bakteri E. Coli adalah jarak
sumur dengan septik tank (kakus), lubang galian sampah, lubang galian untuk air
limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak ini pun tergantung pada
keadaan tanah dan kemiringan tanah. Pada umumnya dapat dikatakan jarak yang
benar-benar aman adalah tidak kurang dari 15 meter dan diusahakan agar
letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat sumber pengotoran seperti yang
disebutkan di atas.
Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992
tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal
sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang
resapan/tangki septic tank) harus lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur
untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter (Kompasiana,
2012).
Sumber air sumur pompa tangan pada sampel A2, A5, A6, A7, A9, A10,
A14 dan A15 positif tercemar oleh bakteri E. Coli sehingga tidak termasuk
kedalam persyaratan kualitas air minum. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, pasal 3 disebutkan bahwa air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
30
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.
Berdasarkan parametre wajib bakteri E. Coli dalam air pada persyaratan kualitas
air minum dalam satuan jumlah per 100 ml sampel kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 0. Sehingga air dikatakan positif mengandung E. Coli
apabila kadar bakteri E. Coli pada air menunjukkan > 0 dari jumlah per 100 ml
sampel sedangakan air dikatakan negatif mengandung E. Coli apabila kadar
bakteri E. Coli pada air menunjukkan < 0 dari jumlah per 100 ml sampel.
Bakteri Escherichia Coli dapat menyebabkan terjadinya epidemik
penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare
dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita
penyakit-penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga
sudah dikotori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut
karena dalam feses manusia baik dalam keadaan sakit maupun sehat terdapat
bakteri ini dalam tubuhnya.
Bakteri Escherichia Coli dapat juga menimbulkan pneumonia,
endokarditis, infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan
penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor
urinarius (pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit
(infeksi nosokomial). Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-
baiknya di rumah sakit yaitu berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic
dengan benar (Psychologymania, 2012).
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil uji laboratorium di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumber air yang diteliti berasal dari air sumur pompa tangan.
2. Air sumur pompa tangan dengan kode sampel A1, A3, A4, A8, A11, A12,
dan A13 negatif tidak tercemar bakteri.
3. Air sumur pompa tangan dengan kode sampel A2, A5, A6, A7, A9, A10,
A14 dan A15 positif tercemar bakteri.
4. Bakteri yang terdapat pada air sumur pompa tangan dengan jenis E. Coli
5. Pencemaran bakteri E. Coli pada air sumur pompa tangan yang paling
tinggi terdapat pada sampel A7 dengan jumlah 147 sedangkan yang
terendah terdapat pada sampel A15 dengan jumlah 2.
5.2. Saran
1. Kepada masyarakat yang berada di Desa Kampung Belakang sebaiknya
tidak mekonsumsi air yang bersumber dari air sumur pompa tangan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menghindari dari ancaman penyakit yang
akan berdampak terhadap kesehatan.
2. Setiap masyarakat yang berada di Desa Kampung Belakang harus selalu
memperhatikan higienitas lingkungan sekitar tempat tinggal, seperti jarak
antara septitank dengan sumber air, kebersidan drainase atau saluran air
32
limbah rumah tangga serta tempat pembuangan sampah yang ada disekitar
perkarangan rumah.
3. Bagi Pukesmas Suak Ribee diharapkan harus melakukan pengontrolan
rutin terhadap lingkungan masyarakat yang ada di Desa Kampung
Belakang dan memberikan penyuluhan tentang bahaya air yang
terkontaminasi dengan bakteri jika dikosumsi dalam tubuh manusia.
4. Bagi Dinas Kesehatan dan Pukesmas Suak Ribee agar lebih
memperhatikan sumber air yang ada pada masyarakat diwilayah kerjanya
dengan melakukan pemeriksaan lengkap terhadap syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990 dan persyaratan kualitas air minum
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.
DAFTAR PUSTAKA
Allafa, 2008. Air Bersih, Diperoleh : http ://www.indoskripsi.com. [Diakses tanggal
22 Oktober 2012].
AnneAhira. 2012. Mengenal Bakteri Escherichia Coli. Diperoleh: http://www.anneahira.com/bakteri-escherichia-coli.htm. [Diakses tanggal
1November 2012].
Arikunto. Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Rineka Cipta.
Jakarta.
Budiman. Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010.
Jakarta.
Entjang. Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Alumni, Bandung.
Harini. 2007. Air Bersih Yang Dilupakan. Diperoleh : http://www.buletincf.com . [Diakses tanggal 15 Oktober 2012].
Indonesia public health . 2011. Pemeriksaan Bakteriologis Air. Diperoleh : http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2011/12/pemeriksan
-bakteriologis-air/. [Diakses tanggal 10 April 2012].
Joeharno. Said. 2000. Peningkatan Kualitas Air Sumur. Udayana Press, Denpasar.
Kompasiana. 2012. Anda Tinggal diperumahan? Waspadalah. Diperoleh :
http://green.kompasiana.com/polusi/2012/05/13/anda-tinggal-di perumahanwaspadalah/. [Diakses tanggal 8 Desember 2012].
Kusnoputranto. H. 2000. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Notoatmodjo. Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Piba, 2010. Sumber Daya Air Tanah. Diperoleh : http://piba.tdmrc.org/content/sumber-daya-air-tanah. [Diakses tanggal 9
April 2012].
psychologymania . 2012. Penyakit Yang di Sebabkan Oleh Bakteri Escherichia
Coli. Diperoleh : http://www.psychologymania.com/2012/08/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri.html. [Diakses Tanggal 04 Desember 2012].
Scribd. 2012. Kualitas Bakteriologis Air. Diperoleh: http://www.scribd.com/doc/52049468/6/Kualitas-Bakteriologis-Air-41. [Diakses tanggal 11 April 2012].
Soemirat. Juli. 2004. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sunu. P. 2001, Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO14001, PT. Grasindo, Jakarta.
Wikipedia. 2012. Bakteri. Diperoleh : http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri. [Diakses
tanggal 23 Oktober 2012].