ipa demonstrasi

49
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK BAHASAN RANGKA MANUSIA PADA SISWA KELAS IV SDN KANIGORO 02 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH : ELY SUMANTA NPM 09141062 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Upload: samsul-mutakim

Post on 07-Aug-2015

101 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ipa demonstrasi

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK

BAHASAN RANGKA MANUSIA PADA SISWA KELAS IV SDN

KANIGORO 02 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH :ELY SUMANTANPM 09141062

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKI PGRI MADIUN2012

Page 2: ipa demonstrasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan

pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai

materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral

pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.

Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga

menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa

senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya

yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,

mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu

menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal

Page 3: ipa demonstrasi

semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu

pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan

dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor

diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,

karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan

kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan

guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting

dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu

memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata

pelajaran yang akan disampaikan.

Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang

Nomor 2 tahuan 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat

jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung

jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:

3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu

dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang disesuaikan dengan jenis dan

tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang

Page 4: ipa demonstrasi

merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata

pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto, 1988 :2). Tujuan

instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan kemudian

dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).

Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran IPA

di Sekolah Dasar, khususnya di SDN Kanigoro 02 masih banyak mengalami

kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA

dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran IPA

peringkat nilainya menempati urutan paling bawah dari enam mata pelajaran yang

diebtanaskan, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran

dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari

konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran

khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai dengan baik dan

hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode

pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep IPA.

Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau

pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang

akan menyampaikan materi pelajaran.

Page 5: ipa demonstrasi

Sedangkan penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam

proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru,

dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang

pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru

dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas

maka dalam penelitian in memilih judul “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Rangka Manusia Pada Siswa

Kelas IV SDN Kanigoro 02 Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA Pokok Bahasan Rangka

Manusia dengan diterapkannya metode demonstrasi?

2. Bagaimanakah pengaruh metode demostrasi terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

metode demonstrasi.

Page 6: ipa demonstrasi

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode

demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA Pokok Bahasan

Rangka Manusia dengan metode demonstrasi.

2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan

bantuan metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapi

dengan baik.

3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah

satu alternative cara pembelajaran IPA Pokok Bahasan Rangka Manusia pada

siswa dengan pemanfaatan metode pengajaran dalam mencapai tujuan

intruksional.

E. Batasan Masalah

1. Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada pokok bahasan

Rangka Manusia

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas IV SDN Kanigoro 02.

Page 7: ipa demonstrasi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,

1996: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan

belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan

dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-

lain. (Soetomo, 1993: 120).

Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Page 8: ipa demonstrasi

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

B. Hakikat IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi

juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan

asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam

yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

Page 9: ipa demonstrasi

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana

konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil

(produk).

C. Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

200: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

Page 10: ipa demonstrasi

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan

perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak

lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

Page 11: ipa demonstrasi

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran IPA.

D. Prestasi Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang

dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,

hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta

perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan

oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi

belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara

Page 12: ipa demonstrasi

langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar IPA.

E. Metode Demonstrasi

Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di

mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya

serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu

disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini,

siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh

guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim

guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai

mendidih 100 C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,

mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan

oleh guru tersebut.

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik

dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang

diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.

Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa

mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya

Page 13: ipa demonstrasi

penggunaan kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya

membuat kertas, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari

sesuatu benda ata alat seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari mesin jahit.

Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya sesuatu alat atau mesin seperti

penggunaan gunting dan jalannya mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri

demonstasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan sesuatu alat

itu seperti menggunakan gunting untuk memotong kain. Dengan demikian siswa

akan mengerti cara-cara penggunaan seautu alat atau perkakas, atau suatu mesin,

sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga

mereka akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek. Misalnya

cara memasak roti yang terbaik.

Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat

memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.

2. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin

tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.

3. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi

yang berhasil. Bila tidak anda harus mengambil kebijaksaaan lain.

4. Apakah anda telah meneliti alat-alat, atau telah mencoba terlebih dahulu, agar

demonstasi itu berhasil.

Page 14: ipa demonstrasi

5. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.

6. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan

bila perlu, dan siswa bisa bertanya.

7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa

untuk mengamati dengan baik dan tertanya.

8. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu

berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

Penggunaan teknik demonstasi sangat menunjang proses interaksi

mengajar belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi

perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan,

kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi

melalui pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa

lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya

memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan

demonstasi itu siswa dapat partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman

langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita

masih melihat juga kelemahan teknik ini ialah:

Bila alatnya telalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat,

menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa.

Dalam hal ini dituntut pula guru harus mampu menjelaskan proses belangsungnya

demonstrasi, dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh siswa. Juga bila

Page 15: ipa demonstrasi

waktu tidak tersedia dengan cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-

putus, atau tidak dijalankan tergesa-gesa, sehingga hasilnya memuaskan. Dalam

demonstasi bila siswa tidak diikutsertakan, maka proses demonstrasi akan kurang

dipahami oleh siswa, sehingga kurang berhasil adanya demonstrasi itu.

Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu

menyertai dengan teknik yang lain, atau menkombinasikan dengan lain, sehingga

mampu mengatasi teknik inti yang sedang dimanfaatkan itu.

F. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan

kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000: 28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi

Page 16: ipa demonstrasi

sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan

mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.

Page 17: ipa demonstrasi

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya

agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).

Page 18: ipa demonstrasi

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang

aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara

siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki

hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang

lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan

belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada

siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha

untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu

perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,

kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan

akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya

Page 19: ipa demonstrasi

banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan

usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang

besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar

dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam

kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.

Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan

lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai

yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi

siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi

yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang

dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan

lain sebagainya.

G. Gaya Belajar

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki

bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya

dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai

penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang

Page 20: ipa demonstrasi

dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu

oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,

yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan

oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk

mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan

mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik

kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka

cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka

mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.

Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.

Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara

belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya

rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan

belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa

siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua

lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila

tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka

sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan

penuh dengan variasi.

Page 21: ipa demonstrasi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)

penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social

eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru

secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Page 22: ipa demonstrasi

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

SDN Kanigoro 02 Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober

- Desember tahun pelajaran 2012/2013.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV Tahun Pelajaran

2012/2013 pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Rangka Manusia.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2000: 3).

Page 23: ipa demonstrasi

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 24: ipa demonstrasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi .

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana awal/rancangan

Rencana awal/rancangan

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

Page 25: ipa demonstrasi

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

Page 26: ipa demonstrasi

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA pada pokok

bahasan Rangka Manusia Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.

Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-

soal ini berjumlah 20 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas

pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi

butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini

dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

Page 27: ipa demonstrasi

(Suharsimi Arikunto, 2001:

72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar

dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf

kesukaran adalah:

Page 28: ipa demonstrasi

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

Page 29: ipa demonstrasi

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir

soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan belajar dengan metode demonstrasi, observasi aktivitas

siswa dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

Page 30: ipa demonstrasi

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari

Page 31: ipa demonstrasi

atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

Page 32: ipa demonstrasi

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.