inovasi obesitas dengan aplikasi nola j pender

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style. Obesitas pada masa anak merupakan faktor yang berhubungan dangan meningkatnya mortalitas dan morbiditas pada dewasa. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner, aterosklerosis, kanker kolorektal, asam urat dan artritis. Obesitas yang menetap sejak masa anak-anak sampai dewasa memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung iskemik Hasil Riskedas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti D.I. Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalensi nasional. Angka obesitas pada anak-anak di Indonesia hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%. Semakin bertambahnya jumlah anak Indonesia yang mengalami obesitas disebabkan karena anak-anak juga suka makan di luar rumah, seperti rumah makan fast-food. Anak-anak di usia sekolah sudah mulai

Upload: thomz-ari

Post on 13-Jul-2016

99 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Konsep keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang

dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi

dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena

kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style. Obesitas pada masa anak

merupakan faktor yang berhubungan dangan meningkatnya mortalitas dan morbiditas

pada dewasa. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner,

aterosklerosis, kanker kolorektal, asam urat dan artritis. Obesitas yang menetap sejak

masa anak-anak sampai dewasa memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung

iskemik

Hasil Riskedas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas

pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti D.I. Aceh

(11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%),

Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah

(10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%)

berada di atas prevalensi nasional. Angka obesitas pada anak-anak di Indonesia

hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%. Semakin bertambahnya jumlah

anak Indonesia yang mengalami obesitas disebabkan karena anak-anak juga suka

makan di luar rumah, seperti rumah makan fast-food. Anak-anak di usia sekolah

sudah mulai dapat memilih dan menentukan makanan yang disukai, serta suka sekali

‘jajan’. Jajan yang dibeli adalah seperti es, gula-gula atau makananlain yang tinggi

kalori dan lemak, serta rendah serat (Wijayanti, 2007).

Obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik

meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan

prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi

melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik.

Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah pada

sedentary life style.

Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas

adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan

Page 2: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat. Sedangkan

perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food,

makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink). Selain pola makan dan

perilaku makan, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor penyebab terjadinya

kegemukan dan obesitas pada anak sekolah. Keterbatasan lapangan untuk bermain

dan kurangnya fasilitas untuk beraktivitas fisik menyebabkan anak memilih untuk

bermain di dalam rumah. Selain itu, kemajuan teknologi berupa alat elektronik

seperti video games, playstation, televisi dan komputer menyebabkan anak malas

untuk melakukan aktivitas fisik.

Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif

dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan

menghasilkan karya tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan.

Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan

teori kognitif social (social cognitive theory) yang  konsisten dengan semua teori

yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah

suatu yang hal logis dan ekonomis.

Data tentang obesitas atau anak-anak yang mengalami malnutrisi akan dapat

terus bertambah. Oleh sebab itu perlu adanya promosi kesehatan berkaitan dengan

perilaku olahraga dan diet untuk menurunkan berat badan pada anak yang obesitas.

B. Tujuan

Anak mampu memahami dan menjalankan aktivitas fisik dan diet untuk menurunkan

berat badan

C. Manfaat

Sebagai pengembangan aplikasi teori keperawatan HPM dalam pemberian inovasi intervensi keperawatan pada kasus obesitas

D. Metode Penyusunan

Penyusunan rencana program inovasi berdasarkan studi literatur dari jurnal terdahulu

terkait rencana.

Page 3: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

a. Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi

perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi

kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).

b. Penentuan Obesitas

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT), seperti pada tabel 1.Indeks Massa Tubuh (IMT)

merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa,

dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi

badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT : IMT = BB

TB²

c. Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung.

a). Genetik

Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang

tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab

kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa

factor genetic merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).

Menurut penelitian , anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan

normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu orang

tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 – 50 %.

Page 4: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang factor

keturunan menjadi 70–80% (Purwati, 2001).

b). Hormonal

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam

tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi

akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme

basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat

badannya (Wirakusumah, 1997). Selain hormon tiroid hormone insulin juga

dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin

mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang

yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam

tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah

hormone leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab hormone ini

berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus

yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).

c). Obat-obatan

Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam

tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu

makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative

lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan

memicu terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).

d). Asupan makan

Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang.

Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat

badan, berat badan lebih (over weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan

Energi yang tinggi (banyak mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan

kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan

energi yang positip ini (Gibney, 2009). Perlu diyakini bahwa obesitas hanya

mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan

makanan sumber energi. Dan kelebihan makanan itu sering tidak disadari oleh

penderita obesitas (Moehyi, 1997).

Page 5: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan,

pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga. Kebiasaan makan

berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana

makanan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang

memakan, dan seberapa banyak yang dimakan. Ketersediaan pangan juga

mempengaruhi asupan makan, semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga,

memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi (Soekirman, 2000).

Ketersediaan pangan sangat dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan

pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Sedangkan kedua hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kemiskinan.

e). Aktivitas Fisik

Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi

juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.

Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya

berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan

aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi

diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh

kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan

jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi

semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan

(Moehyi, 1997).

d. Dampak terjadinya kegemukan (obesitas)

Menurut Budiyanto (2002: 22), kegemukan (obesitas) dapat menimbulkan

terjadinya berbagai macam jenis penyakit yang serius, antara lain:

1. Diabetes Militus (DM),

2. Hipertensi (Darah tinggi) dan Stroke

3. Ganguan Ortopedik

4. Jantung

5. Coronary Artery Disease

Page 6: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

6. Ginjal

7. Gallbladder Disorders dan bahkan risiko kematian.

e. Gerak dasar dan aktifitas jasmani

Bergerak dan bermain bagi anak-anak terutama yang masih berusia dini

merupakan sebuah pekerjaan dan menjadi kebutuhan paling utama dalam

kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan gerak dasar sangat identik

dengan domain ranah psikomotorik dari aspek jasmaniah yang memberikan

sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan ranah kognitif (kecerdasan

intelektual/IQ) dan ranah afektif (sikap). Konsep gerak dasar sangat erat

hubungannya dengan ketrampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anak-

anak sebagai dasar untuk melakukan aktivitas yang lebih rumit dan kompleks.

Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar utama

merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak

terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga

hal yaitu:

1. Keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu perilaku gerak yang mengubah atau

berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak dasar lokomotor

tersebut meliputi: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat,

meloncat, berguling, dan memanjat.

2. Ketrampilan gerak dasar nonlokomotor, yaitu perilaku gerak yang melibatkan

anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau

poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat dan melakukan pola gerak

yang dinamis. Contoh gerak dasar nonlokomotor tersebut meliputi: menarik,

mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan

memutar.

3. Ketrampilan gerak dasar manipulatif, yaitu perilaku gerak yang digambarkan

dan mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta

kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan

secara terkoordinir. Contoh gerak dasar manipulatif tersebut meliputi:

menendang, menangkap, mengeblok, memukul, dan menggenggam.

Page 7: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

Aktivitas jasmani adalah segala bentuk gerak yang dilakukan oleh

manusia yang menggunakan atau melibatkan sekelompok otot tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu, J. Matakupan, (1995: 32). Melalui aktivitas jasmani

yang dilakukan oleh seorang anak, anak akan mendapatkan banyak

pengalaman gerak, kebugaran jasmani, mengenal jati diri dan lingkungannya.

Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh anak juga

dapat memberikan manfaat lain, yaitu untuk mencegah terjadinya kegemukan

(obesitas).

Anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan cenderung

lebih cepat mengalami kegemukan. Bermain atau beraktivitas jasmani selain

untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, beraktivitas jasmani juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan kelebihan energi, meningkatkan

pengalaman gerak dan memperhalus keterampilan atau teknik selain itu juga

dapat membakar timbunan lemak dalam tubuh. Masa kanak-kanak adalah

masa yang paling krusial dalam proses tumbuh kembangnya, baik secara fisik,

psikis maupun sosial. Anak harus dilatih dan berikan banyak pengalaman dan

penguasaan gerak dasar yang bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan

datang. Pengalaman dan penguasaan gerak yang dikuasai oleh anak sejak

masa kanak-kanak akan dibawanya ketahap selanjutnya untuk berkompetisi

dan mempertahankan hidup. Pengalaman atau penguasaan gerak dapat

diperoleh anak melalui orangtua, guru, pelatih, teman atau lingkungan (secara

otodidak). Orangtua atau keluarga merupakan pelaku awal yang terbaik yang

memberikan, mengajarkan dan melatihkan banyak pengalaman dan

penguasaan gerak sebagai pondasi atau dasar gerak selanjutnya. Seorang anak

yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan beresiko/rentan terhadap

kegemukan begitu juga sebaliknya anak yang mengalami kegemukan juga

cenderung malas bergerak/beraktivitas jasmani.

Anak yang mengalami kegemukan akan cenderung malas beraktivitas

jasmani/bergerak (manja) sehingga dapat berakibat pada kurangnya

pengalaman gerak, tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya menjadi

terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya akan relatif kurang baik.

Gerak atau aktivitas jasmani yang disarankan untuk menjaga kebugaran

jasmani bagi anak adalah minimal tiga kali dalam satu Minggu dengan durasi

Page 8: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

waktu 60-90 menit dengan intensitas sedang. Melalui aktivitas jasmani yang

terukur ini diharapkan dapat membantu menjaga kebugaran jasmani dan

membantu penyaluran tenaga serta pembakaran lemak sehingga dapat

mencegah terjadinya kegemukan, (Djoko Pekik Irianto: 2000: 22)

B. Health Promotion Model atau model promosi kesehatan

a. Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:

a).    Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory)

Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis.

Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan

dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu :

Hasil tindakan bersifat positif

Pengambilan tidakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan

b).    Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)

Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang

saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada :

Pengarahan diri (self direction)

Pengaturan diri (self regulation)

Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy)

b. Penjelasan model HPM pender

1. Karakteristik dan pengalaman individu

a.   Perilaku sebelumnya

Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung

dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:

1) Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi

kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang

mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis.

Page 9: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

2) Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy,

manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku

tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu

ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam

memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan

melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu

pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan

dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien

bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan

meningkatkan level/ kadar  efficacy dan pengaruh positif melalui

pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.

b. Faktor Personal

Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor

faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara

alami oleh target perilaku

c. Faktor Biologis Personal 

Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas,

status menopause, kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan.

d.  Faktor Psikologis Personal 

Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi,

kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat

e. Faktor social kultural 

Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

Page 10: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand

Affect)

a.    Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)

Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi

terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat

merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif.

b.    Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to Actions)

Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian

empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang

nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan

perilaku promosi kesehatan, Hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi

maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas : persepsi mengenai

ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan

waktu untuk tindakan-tindakan khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat

sebagai suatu blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku yang

diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan

perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan

makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku / gayahidup yang lebih

sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya

membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-perilaku yang

diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka

tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan

harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier

tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi prornosi

kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan

seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan.

c.    Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)

Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan

dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan

secara nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang

ada dalarn tujuan. Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan

Page 11: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau

harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya benefit

dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan

dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-

perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam

performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/

menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak

terampil

Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi :

1).  Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan

evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar pribadi

atau umpan balik yang diberikan

2).  Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang lain dan

hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan orang lain.

3).  Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.

4).  Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana seseorang

menyatakan kemampuannya

5).  Dalam HPM,  self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity

related affect. Makin positif  affeck, makin besar persepsi eficacynya,

sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy

yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk

melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku

promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak

langsung dengan mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam

melaksanakan rencana tindakan.

Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan Aktivitas)

      Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,

didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat

ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan didalam memori

Page 12: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-

respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu :

emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),

menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana tindakan itu

terjadi (context-related).

      Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu

akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya.

Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan

perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan

dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif

kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan

perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara

afek  positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut

merupakan hal yang penting untuk diketahui. 

      Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang

dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih

mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari

pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa

perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif

harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam

beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara

lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak rnengherankan karena

kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih banyak dibandingkan

perasaan senang, gembira dan tenang.  Berdasarkan teori kognitif social,

terdapat hubungan antara  self-efficacy dan activity related affect.

      McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat latihan

merupakan predictor yang penting terhadap Efficacy setelah latihan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan pengaruhnya

terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai

sumberi informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related

Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun

Page 13: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

tidak langsung melalui  self-efficacy dan komitmen terhadap rencana

tindakan.

Interpersonal Influences

Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku,

kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau

tidak  bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal

pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara

kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal

meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial

(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui

mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal

ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang

untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial

mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh

individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber

dukungan yang diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan

komponen berikutnyadari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang

penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh

interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung

maupun tidak langsung melalui tekanan social atau dorongan untuk

komitmen terhadap rencana tindakan

      Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh

pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku

dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin

akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan

dukungan social bagi mereka.

Pengaruh Situasional (Situational Influences)

Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat

memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh situasi

pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada,

kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan

Page 14: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten

dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka

rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan

yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan

meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan mengancarn.

Lingkungan yang menarik  juga lebih diinginkan untuk melaksanakan

perilaku kesehatan

Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh

langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara

langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan

yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan.

Sebagai contoh, sutau lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan

menciptakan klarakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut

seperti yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan

kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada

penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai

determinan yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka

dapat dipegang sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru

yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerirnaan dan pemelihaman perilaku

kesehatan.

3. Hasil Perilaku

Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu

peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke

arah perilaku yang di harapkan

o   Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)

Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.

Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku.

Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi

menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif:

Page 15: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

o   Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan

tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara

sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi

o   Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,

membawa dan memperkuat perilaku

o   Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat

yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan

kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahvva perencanaan

tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di

implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman

sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik” namun gagal membentuk

suatu nilai perilaku kesehatan

o    Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan

 Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada

alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian

dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi

perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi

dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level

kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti

bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon

terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan

untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi

dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat

lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi.

Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi

perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu Melawan pilihan

kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh

dari “memberi” pilihan kompetetisi adalah memilih makanan tinggi lemak

dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan

melewati pusat rekreasi; selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk

melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi

dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya

Page 16: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang

harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan

pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/thengtintungkan dapat

terjadi. Pilihan kompetisi  dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan

waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada

hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan

yang positif.  Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk

mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat

mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah

dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan

kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen 

yang kuat untuk trieteneanikati tindakan dapat mendukung pengabdian untuk

melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau

pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan

secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan

sebagaimana penganth tanggung jawab modera

o   Perilaku Prornosi Kesehatan

Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku

sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi

kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun

harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah

langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien.

Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya

hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan

pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan

Page 17: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

BAB III

RENCANA INOVASI

A. Rancangan inovasi keperawatan kasus obesitas pada anak

Aktivitas fisik & diet terhadap penurunan berat badan pada obesitas anak dengan

pendekatan teori HPM Nola J Pender

B. Tujuan

Menganalisa rancangan pemberian Aktivitas fisik & diet terhadap penurunan berat

badan pada obesitas anakdengan pendekatan teori HPM Nola J Pender

C. Pelaksanaan Inovasi

Berdasarkan studi literatur jurnal penelitian yang telah dilaksanakan terkait kasus

obesitas terdapat banyak pilihan intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan

berat badan pada obesitas anak. Aktivitas fisik dan diet merupakan salah satu

intervensi yang dapat diberikan, dalam makalah ini melakukan pemberian intervensi

aktivitas fisik & diet dengan pendekatan aplikasi teori keperawatan HPM Nola J

Pender sehingga hasilnya diharapkan lebih maksimal.

Langkah yang dilakukan :

1. Karakteristik dan pengalaman individu

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand

Affect)

3. Hasil Perilaku

Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu

peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku

yang di harapkan.

Merencanakan

Page 18: Inovasi Obesitas Dengan Aplikasi Nola J Pender

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah merupakan

suatu upaya komprehensif yang melibatkan stakeholder yang ada di wilayah. Stakeholders

mempunyai peran sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan, melalui koordinasi

dengan kepala Puskesmas. Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan

obesitas pada anak sekolah meliputi promosi, penemuan dan tatalaksana kasus yang dalam

pelaksanaannya melibatkan anak, orangtua, guru, komite sekolah dan stakeholder