ilmu pendidikan jow_ laporan kelarutan

Upload: muhammad-alfikri-ridhatullah

Post on 02-Mar-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kurva kelarutan

TRANSCRIPT

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 1/9

    ilmu pendidikan jowilmu pendidikan jow

    Selasa, 07 Juni 2011Selasa, 07 Juni 2011

    laporan kelarutan

    Modul 1

    Kelarutan

    TUJUAN PERCOBAAN

    Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :

    Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif.

    Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat.

    LANDASAN TEORI

    Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),

    untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat

    terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan

    jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

    Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut

    miscible. Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya kelarutan,

    sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut-

    pelarut dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut.

    Dalam besaran kuantitatif kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam

    larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi

    spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Suatu

    larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam

    konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada

    temperatur tertentu. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam

    keadaan setimbang dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan

    yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya pada

    temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut, keadaan lewat jenuh mungkin

    terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk pembentukan kristal permulaan

    lebih mudah larut daripada kristal besar, sehingga menyebabkan sulitnya inti terbentuk dan

    tumbuh dengan akibat kegagalan kristalisasi. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada

    sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu dipengaruhi pula oleh faktor

    temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada

    terbaginya zat terlarut (Martin dkk, 1993).

    Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara, menurut U.S Pharmacopea dan

    National Formulary, kelarutan dinyatakan sebagai jumlah dalam mililiter(ml) pelarut(solven)

    dimana akan larut 1 gram zat terlarut(solut). Secara kuantitatif kelarutan suatu zat

    dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut (solut) di dalam larutan (solven) pada suhu dan

    tekanan tertentu. Satuan bagi kelarutan dapat berupa molaritas, molalitas dan persentase.

    Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui secara pasti, harga kelarutannya digambarkan

    dengan menggunakan istilah umum tertentu seperti table berikut.

    Istilah Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk 1 Bagian Zat Terlarut

    Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian pelarut.

    Mudah larut 1 - 10 bagian pelarut.

    Larut 10 30 bagian pelarut.

    Agak sukar larut 30 100 bagian pelarut.

    Sukar larut 100 1.000 bagian pelarut.

    Sangat sukar larut 1.000 10.000 bagian pellarut.

    Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian pelarut.

    Dalam formulasi sediaan-sediaan farmasi, data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting

    untuk diketahui , karena sediaan cair atau likuida seperti sirup, eliksir, obat tetes mata,

    Join this siteJoin this sitew ith Google Friend Connect

    Members (5)

    Already a member? Sign in

    PengikutPengikut

    2011 (24)

    Juni (5)

    pengaruh pH daninhibitoraktivitas enzim

    makalahparatiroid

    laporan disolusi

    laporan viskositasdan rheology

    laporan kelarutan

    Mei (6)

    April (13)

    Arsip BlogArsip Blog

    sogay

    saya orang baikbaik hahahaha

    Lihat profil lengkapku

    Mengenai SayaMengenai Saya

    0BagikanBagikan Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 2/9

    injeksi, dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan solida

    seperti tablet atau kapsul, data kelarutan sangat penting untuk memperhitungkan

    kemampuan atau kecepatan absorbsi dalam saluran cerna. Oleh karena itu salah satu cara

    untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan dengan menaikkan kelarutan zat

    aktifnya di dalam air.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, adalah

    pH

    Zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi pada umumnya bersifat asam dan basa

    lemah. Kelarutan suatu zat asam atau basalemah sangat dipengaruhi pH. Untuk menjamin

    suatu larutan homogen yang jernih dan keefektifan terapi maksimumnya, maka pembuatan

    sediaan farmasi harus disesuaikan dengan pH optimumnya.

    Kelarutan asam-asam lemah akan meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena

    berbentuk garam yang mudah larut. Sedangkan kelarutan basa-basa lemah akan brtambah

    dengan menurunnya pH larutan.

    Hubungan antara pH dengan kelarutan asam dan basa lemah, digambarkan melalui

    persamaan berikut:

    HA padat HA larut

    HA lar + H2O H3O + A-H3O+A-

    Untuk asam lemah :

    pHp = pKa + log (s-so)/so

    untuk basa lemah :

    pHp = pKa pKb+ log (s-so)/so

    Dimana, masing-masing adalah

    pHp : Harga pH terendah/ tertinggi dan pada pH tersebut asam atau basa lemah masih dapat

    larut. Dibawah atau diatas pH tersebut, zat akan mengendap sebagai asam atau basa lemah

    yang tidak terdisosiasi.

    So : Kelarutan molar fraksi yang tidak terdisosiasi.

    S : Konsentrasi molar zat dalamlarutan baik dalam bentuk terionisasi (A) atau tidak

    terionisasi (HA)

    2. Suhu

    Kenaikan temperature akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui

    penyerpan panas/kalor (reaksi endotermik), dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses

    melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor(reaksi eksotermik).

    Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu larutan, titik leleh zat padat

    dan panas peleburan molar zat tersebut.

    Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat dalam larutan ideal mengikuti persamaan Vant Hoff,

    yaitu sebagai berikut:

    {-log x_2^1= Tf/(2.303.R) x (T0-T)/(T0.T) }

    Dimana, masing masing adalah :

    x_2^1 = kelarutan ideal dalam fraksi mol

    T = suhu mutlak larutan

    To = titik leleh zat dalam suhu mutlak

    Tf = panas peleburan

    R = konstanta gas

    Persamaan diatas tidak berlaku pada kondisi dimana T>TO, yang berat suhu larutan diatas

    titik leleh zat terlarut, karena pada kondisi tersebut zat terlarut akan tercampur dengan

    pelarut dalam setiap perbandingan.

    Jenis Pelarut dan Konstanta Dielektrik.

    Polaritas pelarut sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat . Pelarut polar akan melarutkan

    zat-zat polar dan ionik, hal ini disebabkan tetapan dielektrik pelarut polar yang tinggi

    sehingga dapat dengan mudah melarutkan zat-zat yang memiliki tetapan dielektrik yang

    hampir sama/ mendekati. Sedangkan zat yang bersifat nonpolar sukar larut didalamnya.

    Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme, sebagai berikut:

    Mengurangi gaya tarik antara ion berlawanana dalam kristal

    Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik

    Membentuk ikatan hidrogen dengan zat trelarut

    Pelarut nonpolar memiliki konstanta dielektrik yang rendah, sehingga dapat melarutkan zat-

    zat yang besifat nonpolar. Pelarut nonpolar melarutkan zat-zat nonpolar dengan tekanan

    internal yang sama melalui induksi antaraksi dipol.

    Besarnnya konstanta dielektrik pelarut dapat diatur dengan menambahkan pelarut lain.

    Konstanta dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan dari konstanta

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 3/9

    dielektrik masing-masing pelarut setelah dikalikan dengan presentase volume masing-

    masing komponen pelarut.

    Fenomena dimana suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campur daripada pelarut

    tunggalnya dikenal dengan fenomena dengan fenomena co-solvency. Pelarut-pelarut yang

    umum digunakan dalam bidang farmasi sebagai pelarut campur(cosolvent) terutama dalam

    pembuatan eliksir adalah air, etanol, gliserin dan propilan glikol.

    Bentuk dan ukuran Partikel Zat Terlarut

    Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan , karena semakin kecil partikel, rasio antara

    luas permukaan dan volume meningkat. Meningkatnya luas permukaan memungkinkan

    interaksi antara solut dan solvent lebih besar. Pengaruh ukuran partikel terhadap kelarutan

    digambarkan dalam persamaan berikut.

    log S/(So ) = (2..V)/(2,303.R.T.r)

    Dengan demikian semakin besar ukuran molekul, maka semakin berkurang kelarutan suatu

    senyawa. Walaupun demikian pengaruh ukuran partikel terhadap kelarutan tidak akan

    terlihat dengan jelas, kecuali bila ukuran partikel obat direduksi menjadi ukuran mikro.

    Adanya zat lain

    Penambahan zat lain yang mempengaruhi kelarutan diantaranya adalah ion sejenis dan

    penambahan surfaktan. Ion sejenis akan memurunkan kelarutan senyawa elektrolit yang non

    polar, karena mempengarui harga ksp.

    Surfaktan merupakan molekul ampifil yang mengendung gugus polar dan non polar. Pada

    konsentrasi rendah dalam suatu larutan akan berada pada permukaan / antarmuka larutan

    dan memberikan efek menurunkan tegangan permukaan. Pada konsentrasi diatas KMKakan

    membentuk misel yang berperan dalam solubilisasi miselar. Solubilisasi miselar adalah

    suatu pelarut spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut air melelui interaksi

    yang irreversible dengan misel pada surfaktan sehingga membentuk suatu larutan yang

    strabil secara termodinamika.

    Cara Meningkatkan Kelarutan

    Kelarutan suatu zat (solut) dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, antara lain:

    1.) Pembentukan Kompleks

    Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van der waals

    dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang

    bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam

    beberapa kompleks logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks

    molekuler adalah persyaratan ruang. Jika pendekatan dan asosiasi yang dekat dari molekul

    donor dan molekul akseptor dihalangi oleh faktor ruang, kompleks akan atau mungkin

    berbentuk ikatan hidrogen dan pengaruh lain harus dipertimbangkan. Polietilen glikol,

    polistirena, karboksimetil-selulosa dan polimer sejenis yang mengandung oksigen nukleofilik

    dapat berbentuk kompleks dengan berbagai obat. Semakin stabil kompleks organik

    molekuler yang terbentuk, makin besar reservoir obat yang tersedia untuk pelepasan. Suatu

    kompleks yang stabil menghasilkan laju pelepasan awal yang lambat dan membutuhkan

    waktu yang lama untuk pelepasan sempurna (Martin dkk, 1993).

    Cara ini membuat pentingnya pembuatan kompleks molekuler. Dibawah kompleks ini

    diartikan senyawa yang antara lain terbentuk melalui jembatan hidrogen atau gaya dipol-

    dipol, juga melalui antar aksi hidrofob antar bahan obat yang berlainan seperti juga bahan

    obat dan bahan pembantu yang dipilih. Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan

    suatu perubahan sifat yang lebih penting dari bahan obat, seperti ketetapan dan daya

    resorbsinya, sehingga dalam setiap kasus diperlukan suatu pengujian yang cermat dan

    cocok. Pembentukan kompleks sekarang banyak dijumpai penggunaannya untuk perbaikan

    kelarutan, akan tetapi dalam kasus lain juga dapat menyebabkan suatu perlambatan

    kelarutan.

    2.) Penambahan Kosolven

    Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk membantu melarutkan

    atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat, cara ini disebut kosolvensi. Cara ini cukup

    potensial dan sederhana dibanding beberapa cara lain yang digunakan untuk meningkatkan

    kelarutan dan stabilitas suatu bahan. Penggunaan kosolven dapat mempengaruhi polaritas

    sistem, yang dapat ditunjukkan dengan pengubahan tetapan dielektrikanya.

    Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah rutin digunakan

    sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa berair. Pada

    beberapa kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat meningkatkan kelarutan obat

    hingga beberapa kali lipat, namun bisa juga peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan

    dalam beberapa kasus penggunaan kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam

    larutan berair. Efek peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap

    solven (air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin kelarutan

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 4/9

    semua komponen dalam formulasi dan meminimalkan resiko pengendapan karena

    pendinginan atau pengenceran oleh cairan darah. Akibatnya, hal ini akan mengurangi iritasi

    jaringan pada tempat administrasi obat.

    3.) Penambahan Surfaktan

    Surfaktan atau zat aktif permukaan adalah molekul yang struktur kimianya terdiri dari dua

    bagian dan mempunyai perbedaan afinitas terhadap berbagai pelarut yaitu bagian hidrofobik

    dan hidrofilik. Bagian hidrofobik terdiri dari rantai panjang hidrokarbon terhalogenasi atau

    teroksigenasi, bagian ini mempunyai afinitas terhadap minyak atau pelarut non polar,

    sedangkan bagian hidrofilik dapat berupa ion, gugus polar, atau gugus-gugus yang larut

    dalam air. Oleh karena itu surfaktan seringkali disebut ampifil karena mempunyai afinitas

    tertentu baik terhadap pelarut polar maupun non polar. Surfaktan secara dominan terhadap

    hidrofilik, hidrofobik atau berada di antara minyak air. Ampifilik merupakan sifat dari surfaktan

    yang menyebabkan zat terabsorpsi pada antarmuka, apakah cair/gas, atau cair/cair. Agar

    surfaktan terpusat pada antarmuka, harus diimbangi dengan jumlah gugus-gugus yang larut

    air dan minyak. Bila molekul terlalu hidrofilik atau hidrofobik maka tidak akan memberikan

    efek pada antarmuka. Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan akan menurunkan

    tegangan permukaan dan adsorpsi di antara cairan akan menurunkan tegangan antarmuka.

    Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat

    yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi sampai Critical

    Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi kompleks dengan

    obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi

    obat karena surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama. Sifat

    terpenting misel adalah kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya

    sukar larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut solubilisasi

    yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi dengan misel surfaktan

    membentuk larutan yang jernih dan stabil secara termodinamika.

    Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar dengan

    permukaan cairan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan antarmuka adalah gaya

    persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, dan seperti

    tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil

    daripada tegangan permukaan karena gaya adhesif antar dua fase cair yang membentuk

    suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada

    bersama-sama. Apabila dua cairan bercampur dengan sempurna, tidak ada tegangan

    antarmuka yang terjadi. Surfaktan terbagi menjadi :

    a. surfaktan anionik

    Surfaktan yang larut dalam air dan berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion negatif

    bertindak sebagai surfaktan misalnya Natrium lauril sulfat.

    b. surfaktan kationik

    Surfaktan yang larut dalam air, berionisasi menjadi ion negatif dan ion positif. Ion postif

    bertindak sebagai surfaktan, misalnya N-setil n-etil morfolium etosulfat.

    c. surfaktan amfoter

    Surfaktan yang molekulnya bersifat amfoter, misalnya : Asil aminopropiona, Imidazolinum

    betaine.

    d. surfaktan nonionik

    Surfaktan non ionik adalah surfaktan yang larut dalam air tetapi tidak berionisasi, misalnya :

    tween dan span (Martin dkk, 1993).

    MONOGRAFI ZAT AKTIF

    Zat aktif yang digunakan pada saat praktikum adalahAsam Salisilat, dengan monografi

    sebagai berikut (Farmakope Indonesia, Ed. IV, 1995. Hal 51) :

    ACIDUM SALICYLICUM

    Asam Salisilat

    C7H6O3 BM 138,12

    Asam Salisialat mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 101,0 % C7H6O3

    dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

    Pemerian :

    Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak

    manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat

    dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah

    mirip mentol.

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 5/9

    Kelarutan :

    Sukar larut dalm air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut

    dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

    Identifikasi umum salisilat:

    Tambahkan Besi (III) klorida LP ke dalam larutan encer : terjadi warna ungu.

    Tambahkan asam ke dalam larutan pekat; terbentuk endapan hablur putih asam salisilat

    yang melebur pada suhu antara 198o dan 161o.

    Penetapan kadar :

    Timbang seksama lebih kurang 500mg, larutkan dalam 25ml etanol encer P yang sudah

    dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan

    natrium hidroksida 0,1 N.

    1 ml natrium hodroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3 .

    Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

    Khasiat dan penggunaan Keratolitikum, antifungi.

    ALAT DAN BAHAN

    Alat : Bahan :

    Bejana Air suling

    Erlenmeyer Asam salisilat

    Pipet volum Indikator fenolftalein

    Buret NaOH 1N

    Gelas ukur Larutan dapar phosfat pH 4,5,6,& 7

    Pengocok orbital Tween 80

    PROSEDUR KERJA

    Pengaruh Pelarut Campur (Cosolven) Terhadap Kelarutan suatu Zat

    Dibuat pelarut campur dengan komposisi sebagai berikut:

    Air (%v/v) Alkohol (%v/v) Propilen glikol (%v/v)

    60 20 15

    60 30 10

    60 35 5

    60 40 0

    Ambil 50 ml campuran, lalu larutkan 1 gr asam salisilat kedalam masing-masing campuran

    pelarut

    Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan

    yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai

    kondisi kembali jenuh.

    Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa

    menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 0,1 N.

    Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konstanta dielektrik campuran pelarut.

    Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    Buatlah 20 ml larutan seri yang mengadung Tween 80 deengan konsentrasi:

    ((0,4|0,8|4,010,0)mg tween 80)/(100 ml air)

    kemudian tambahkan 1 gr asam salisilat kedalam sitiap komposisi pelarut.

    Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan

    yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai

    kondisi kembali jenuh.

    Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa

    menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 0,1 N.

    Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi survaktan, serta tentukan

    KMK (konsentrasi misel kritis) Tween 80.

    Pengaruh ph Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    Buatlah 100 ml larutan dapar fosfat dengan ph 4, 5, 6, 7.

    Ambil 25 ml dari setiap larutan, lalu tambahkan 0,5 mg asam salisilat.

    Kocok larutan dengan menggunakan pengocok orbotal selama 1 jam. Jika ada endapan

    yang terlarut selama pengocokan, tambahkan tertentu sejumlah asam salisilat sampai

    kondisi kembali jenuh.

    Saring larutan, lalu tentukan kadar asam salisilat terlarut dangan titrasu asam basa

    menggunakan indikator fenolftalin dan penitir NaOH 1N.

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 6/9

    Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat dengan ph larutan yang diperoleh.

    PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

    PERHITUNGAN

    Pelarut Campur (Cosolvent)

    Kd campur1 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG)

    =(% 60 x 80)+(% 20 x 20)+(% 20 x 50)

    = 62

    Kd campur2 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG)

    =(% 60 x 80)+(% 30 x 20)+(% 10 x 50)

    = 59

    Kd campur3 =(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG)

    =(% 60 x 80)+(% 35 x 20)+(% 5 x 50)

    = 57,5

    Kd campur4=(% air x Kd air)+(% alkohol x Kd alkohol)+(% PEG x Kd PEG)

    =(% 60 x 80)+(% 40 x 20)+(% 0 x 50)

    = 56

    PENIMBANGAN BAHAN

    Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    1 tetes tween 80 = (20 mg tween 80)/(100 ml air)

    Ket: 1 tetes tween diencerkan dg air dalam labu sampai 100 ml

    1.) Perhitungan volume yang diambil dari larutan stok

    M1 = Konsentrasi tween stok ((20 mg)/(100 ml ))

    M2 = Konsentrasi tween yang diinginkan

    V1 = Volume yang diambil dari larutan stok

    V2 = Volume diencerkan sampai batas yang ditentukan (50 ml air)

    Labu Takar 1

    M1 x V1 = M2 x V2

    (20 mg)/(100 ml) x V1 = (0,6 mg)/(100 ml) x 50 ml

    V1 = 1,5 ml

    Labu Takar 2

    M1 x V1 = M2 x V2

    (20 mg)/(100 ml) x V1 = (2 mg)/(100 ml) x 50 ml

    V1 = 5 ml

    Labu Takar 3

    M1 x V1 = M2 x V2

    (20 mg)/(100 ml) x V1 = 6mg/(100 ml) x 50 ml

    V1 = 15 m

    Labu Takar 4

    M1 x V1 = M2 x V2

    (20 mg)/(100 ml) x V1 = (10 mg)/(100 ml) x 50 ml

    V1 = (50 ml x 10 mg)/(20 mg)

    V1 = 25,0 ml

    HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    HASIL PENGAMATAN

    Pengaruh Pelarut Campur (Cosolvent) Terhadap Kelarutan suatu Zat

    Perbandingan Cosolvent Konstanta Dielektrik Volume NaOH (ml) Kadar Asam Salisilat

    Air Alkohol PEG

    60 20 20 62 64,6 0,129

    60 30 10 59 74,5 0,149

    60 35 5 57,5 79,5 0,159

    60 40 0 56 Tumpah -

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 7/9

    Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan suatu Zat

    Konsentrasi Tween 80 (ml) Volume NaOH (ml) Kadar Asam Salisilat

    0,6 8 0,016

    2 8 0,016

    6 11 0,022

    10 12 0,024

    Pengaruh pH Terhadap Kelarutan suatu Zat

    pH Volume NaOH (ml) Kadar Asam Salisilat

    4 2,5 0,1 N

    5 3,2 0,128 N

    6 4 0,16 N

    7 5,7 0, 228 N

    PERHITUNGAN

    Pengaruh Pelarut Campur (Cosolvent) Terhadap Kelarutan suatu Zat

    C1 V1N1 =V2N2

    50 ml x N1=64,6 ml x 0,1 N

    N1 = 0, 1292 N

    C2 V1N1 =V2N2

    50 ml x N1=74, 5 ml x 0,1 N

    N1 = 0, 149 N

    C3 V1N1 =V2N2

    50 ml x N1=79, 5 ml x 0,1 N

    N1 = 0,159 N

    Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan suatu Zat

    C1 V1N1 =V2N2

    50 ml x N1=8 ml x 0,1 N

    N1 = 0, 016 N

    C2 V1N1 =V2N2

    50 ml x N1=8ml x 0,1 N

    N1 = 0, 016 N

    C3 V1N1=V2N2

    50 ml x N1= 11 ml x 0,1 N

    N1 = 0, 022 N

    C4 V1N1=V2N2

    50 ml x N1=12 ml x 0,1 N

    N1 = 0,024 N

    Pengaruh pH Terhadap Kelarutan suatu Zat

    C1 V1N1 =V2N2

    25 ml x N1=2,5 ml x 1 N

    N1= 0,1 N

    C2 1N1 =V2N2

    25 ml x N1=3,2 ml x 1 N

    N1= 0,128 N

    C3 V1N1 =V2N2

    25 ml x N1=4 ml x 1 N

    N1= 0,16 N

    C4 V1N1 =V2N2

    25 ml x N1= 5, 7ml x 1 N

    N1= 0, 228 N

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 8/9

    PEMBAHASAN

    Kelarutan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu proses formulasi sediaan obat.

    Pada sediaan liquida, data kelarutan juga sangat diperlukan karena sediaan tersebut

    memerlukan suatu pembawa cair..

    pada sediaan tablet data kelarutan sangat penting untuk memperkirakan kecepatan absorpsi

    obat dalam saluran cerna. Dan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

    ketersediaan hayati suatu obat (zat aktif) di dalam tubuh khususnya

    Pengaruh Pelarut Campuran (cosolven)Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    Cosolvensi adalah suatu peristiwa dimana suatu zat lebih mudah larut didalam pelarut

    gabungan dibandingkan dengan pelarut tunggal. Hal tersebut dikarenakan pengaruh nilai

    konstanta dieletrik. Konstanta dielektrik pelarut harus mendekati nilai konstanta dielektrik

    zat, agar zat tersebut mudah melarut. Sehingga digunakan pelarut campuran agar didapat

    nilai konstanta dielektrik pelarut yang mendekati nilai konstanta dielektrik zat.

    Pada praktikum kali ini digunakan pelarut campuran air, alkohol dan propilen glikol dengan

    perbandingan yang berbeda-beda. Adapun pengaruhnya dapat dilihat pada grafik berikut:

    Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai kontanta dielektrik suatu

    campuran, maka kelarutan asam salisilat juga meningkat. Sehingga dari hasil percobaan

    cosolveb yang paling baik untuk melarutkan asam salisilat adalah dengan perbandingan air :

    alkohol : PEG yaitu 60 : 20 : 20 dengan konstanta dielektrik 62.

    Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang diserap pada permukaan untuk menurunkan

    tegangan permukaan zat sampai dengan titik KMK. Titik KMK adalah titik dimana

    penambahan surfaktan tidak lagi mempengaruhi tegangan permukaan.

    Setelah dilalui titik KMK maka penambahan surfaktan berpengaruh terhadap solubilisasi

    miselar dimana pada keadaan ini akan terjadi pelarutan spontan zat melalui interaksi misel

    dan surfaktan sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamika.

    Pada percobaan kali ini, digunakan surfaktan tween 8o dengan konsntrasi berbeda-beda.

    Adapun pengaruhnya dapat dilihat dari grafik berikut:

    Dari grafik diatas, dapat dilihat nilai KMK terjadi pada saat konsentrasi surfaktan 2 g/100 ml.

    Awalnya grafik konstan sampai titik KMK, dan setelah titik KMK dilalui, maka grafik akan

    naik. Hal tersebut terjadi karena surfaktan tidak lagi berperan dalam penurunan tegangan

    permukaan, tetapi berpengaruh dalam proses solubilisasi miselar.

    Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat

    Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH. Hal ini karena reaksi asam basa

    yang terjadi dari asam salisilat dan NaOH dan akan membentuk garam. Sehingga asam

    salisilat dapat terionisasi dan menjadi mudah larut.

    Asam salisilat merupakan zat yang bersifat asam, sehingga kelarutannya akan meningkat

    seiring dengan peningkatan pH. Adapun hasil dari percobaan dapat dilihat dari grafik berikut:

    Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa hasil percobaan menunjukkan kesamaan dengan

    literatur, dimana semakin tinggi nilai pH, maka kelarutan asam salisilat akan meningkat.

    KESIMPULAN

    Kecepatan pengadukan suatu larutan, mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Semakin

    tinggi proses pengadukan, semakin tinggi tigkat kelarutannya

    Penambahan ion sejenis menurukan tingkat kelarutan , sedangkan penambahan surfaktan

  • 10/4/13 ilmu pendidikan jow: laporan kelarutan

    ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html 9/9

    Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

    Langganan: Poskan Komentar (Atom)

    Diposkan oleh sogay di 03.40

    meningkatkan kelarutan suatu zat.

    Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik, maka kelarutan zat semakin meningkat.

    Konsentrasi asam salisilat yang paling tinggi, didapat dengan gabungan pelarut air: alkohol:

    PEG adalah 60:20:20 dengan konstanta dielektrik adalah 62.

    Semakin tinggi konsentrasi surfaktan, maka kelarutan semakin meningkat karena terjadi

    proses solubilisasi miselar.

    Titik KMK terjadi pada saat konsentrasi surfaktan 2 g/100 ml.

    Kelarutan asam salisilat meningkat seiring dengan peningkatan pH.

    DAFTAR PUSTAKA

    Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

    Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI.

    Hudayana, yasser. 2010. Faktor yang mempengaruhi kelarutan.

    http://akmsmkn1pas.blogspot.com/2010/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi. html

    Rekomendasikan ini di Google

    Masukkan komentar Anda...

    Beri komentar sebagai: Google Account

    PublikasikanPublikasikan

    PratinjauPratinjau

    Tidak ada komentar:

    Poskan Komentar

    Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.