ilmu dan teknologi kulit

Download Ilmu Dan Teknologi Kulit

If you can't read please download the document

Upload: dida-alimin

Post on 28-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah cara mengawetkan kulit

TRANSCRIPT

ILMU DAN TEKNOLOGI KULIT

2ILMU DAN TEKNOLOGI KULITPENGAWETAN KULIT

Disusun OlehDida Alimin1103055021

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISIiKATA PENGANTARiiBAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang1 1.2 Tujuan2 1.3 Manfaat2BAB II TINJAUAN PUSTAKA3PENGAWETAN KULIT3 2.1 Pengawetan Dengan Cara Pengeringan + Zat Kimia42.2 Pengawetan Kombinasi Penggaraman dan Pengeringan92.3 Pengawetan Dengan Cara Garam Basah92.4 Pengawetan Dengan Cara Pengasaman (pickling)10BAB III KESIMPULAN DAN SARAN123.1 Kesimpulan 123.2 Saran12DAFTAR PUSTAKA 13

2

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ilmu teknologi kulit ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ilmu teknologi kulit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penulis

2

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPemanfaatan kulit ternak / hewan untuk kepentingan manusia itu berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Berat kulit pada sapi, kambing, dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak . Potensi hasil ikutan berupa kulit di Indonesia masih sangat besar, hal ini disebabkan masih sedikitnya industri besar yang mengelola secara intensif, kalaupun ada kapasitasnya belum mampu memenuhi permintaan pasar. Sebelum era krisis moneter, pihak pemerintah dengan syarat tertentu masih mengizinkan industri-industri penyamakan kulit untuk mengimpor kulit mentah dan awetan dari luar negeri, dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kulit dalam negeri yang sepenuhnya belum mencukupi. Namun demikian sejak dimulainya krisis moneter, pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan untuk melarang impor kulit mentah maupun kulit setengah jadi dari luar negeri dengan alasan tingginya harga dasar barang (naik + 300-400%) dan pajak impor yang harus ditanggung oleh importir akibat fluktuasi rupiah oleh mata uang asing. Dengan langkah kebijakan tersebut para pengusaha dalam negeri tentunya harus menyediakan bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Masalah yang timbul, apakah mutu kulit mentah maupun kulit awetan yang dihasilkan oleh masyarakat di dalam negeri sudah memenuhi standar yang sesuai atau paling tidak telah mendekati standar kualitas yang telah ditetapkan. Sebuah fenomena yang patut kita ingat bahwa pada saat industri perkulitan mengalami kejayaan pesat, ekspor kulit samak (leather) merupakan sumber devisa negara non migas selain kayu, tekstil dan elektronik. Berdasarkan gambaran tersebut, tentunya banyak hal yang harus dikaji dan terpulang kepada, bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi khususnya ilmu dan teknologi pengolahan kulit ke depan serta kualitas SDM peternakan yang dimiliki. Pada bagian-bagian selanjutnya akan dikaji mengenai teknik penanganan dan pengolahan pada kulit.

3

1.2 Tujuan1. Mempertahankan struktur dan keadaan kulit dari pengaruh lingkungan untuk sementara waktu sebelum dilakukan proses pengolahan/penyelesaian.2. Untuk tujuan penyimpanan dalam waktu yang relatif lebih lama. 3. Agar kulit dapat terkumpul sehingga dapat dikelompokkan menurut besar dan kualitasnya serta mengantisipasi terjadinya over produksi karena stok kulit yang terlalu banyak.

1.3 Manfaat

Kita dapat mengetahui bagaiana cara penangana hasil sampingan pemotongan hewan seperti kulit dan kita juga dapat mengetahui cara pengawetan kulit dengan beberapa metode seperti pengeringan,penggaraman kering,penggaraman basah,dan pengasaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGAWETAN KULITKulit secara histologi adalah merupakan organ tubuh yang paling berat, dimana pada manusia meiliki berat sekitar 16% dari berat tubuh dan pada ternak sendiri hanya berkisar 10%. Presentasi ini cukup bervariasi pada beberapa jenis ternak, yakni pada ternak sapi berkisar 6-9%, domba 12-15% dan kambing 8-12% dari berat tubuh (Soeparno dkk, 2011). Pengawetan kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu cara atau proses untuk mencegah terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen dalam jaringan kulit. Prinsip pengawetan kulit adalah menciptakan kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme perusak kulit. Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air sampai tingkat serendah mungkin dengan batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak mampu untuk tumbuh ( 5-10%). Pengawetan kulit memiliki beberapa tujuan antara lain :1. Mempertahankan struktur dan keadaan kulit dari pengaruh lingkungan untuk sementara waktu sebelum dilakukan proses pengolahan/penyelesaian 2. Untuk tujuan penyimpanan dalam waktu yang relatif lebih lama 3. Agar kulit dapat terkumpul sehingga dapat dikelompokkan menurut besar dan kualitasnya serta mengantisipasi terjadinya over produksi karena stok kulit yang terlalu banyak Secara umum proses pengawetan kulit mentah yang dikenal di Indonesia terdiri atas 4 macam, yakni :1. Pengawetan dengan cara pengeringan + zat kimia2. Pengawetan dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringan3. Pengawetan dengan cara garam basah4. Pengawetan dengan cara pengasaman (pickling)

2.1 Pengawetan dengan cara pengeringan + zat kimiaKulit segar yang baru dilepas dari ternak selanjutnya dilakukan pengawetan dengan maksud untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam kulit hingga mencapai batas minimum kadar air yang diperlukan untuk persyaratan hidup bakteri perusak. Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :Pengeringan ialah suatu cara / proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar air yang dikandungnya dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penyerapan panas dalam kondisi terkendali, untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku). Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba yang ada dalam bahan pangan yang dikeringkan. Pengeringan ternyata dapat mengawetkan mikroba, seperti halnya mengawetkan hasil sampingan ternak yakni kulit. Selain itu, produk pangan kering umumnya tidak steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri tidak dapat tumbuh pada bahan kering, tetapi jika makanan tersebut dibasahkan kembali, maka pertumbuhan mikroba akan kembali terjadi. Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu :1.Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau kekuatan alam, misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-anginkan).2.Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan, dengan menggunakan peralatan/alat-alat pengering seperti oven. Tujuan pengeringan kulit yaitu :1.Mengurangi resiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan.2.Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan. Umumnya kulit mengandung air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume bahan tersebut.3.Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan penggunaannya. Misalnya rambak. Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :1.Bahan lebih awet2.Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pemrosesan, pengangkutan, dan penyimpanan.Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :1.Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu, dll.2.Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara :1.pengeringan langsung dengan sinar matahari 2.pengeringan buatan seperti dengan oven. Prinsip-prinsip pengeringan adalah untuk menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengurangi kadar air. Jika kita mengeringkan, ada 2 masalah pokok yang teribat di dalamnya, yaitu :1.Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan2.Penguapan air dari dalam bahanKedua hal di tersebut menentukan kecepatan pengeringan. Penguapan air dari dalam bahan tergantung dari banyak faktor sekeliling bahan yaitu : suhu, kelembaban, kecepatan aliran air, tekanan udara, serta waktu pengeringan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :1.Luas permukaan bahan2.Suhu pengeringan3.Aliran udara4.Tekanan uap di udaraBahan kulit dapat dikeringkan dengan cara :1.Alami , yaitu menggunakan panas alami dari sinar matahari, caranya dengan dijemur (sun drying) atau diangin-anginkan2.Buatan (artificial drying), yaitu menggunakan panas selain sinar matahari , dilakukan dalam suatu alat pengering Pengeringan dengan sinar matahariPengeringan dengan sinar matahari merupakan jenis pengeringan tertua, dan hingga saat ini termasuk cara pengeringan yang populer di kalangan pengrajin kulit terutama di daerah tropis. Teknik pengeringan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (dikeringanginkan),.Pengeringan dengan pemanas buatan Pengeringan dengan pemanas buatan mempunyai beberapa tipe alat dimana pindah panas berlangsung secara konduksi atau konveksi, meskipun beberapa dapat pula dengan cara radiasi. Alat pengering dengan pindah panas secara konveksi pada umumnya menggunakan udara panas yang dialirkan, sehingga enersi panas merata ke seluruh bahan. Alat pengering dengan pindah panas secara konduksi pada umumnya menggunakan permukaan padat sebagai penghantar panasnya. Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :1.Pencucian dan pembuangan dagingKulit yang baru dilepas dicuci dengan air mengalir dan kelebihan daging maupun lemak yang masih melekat dibuang. Pisau yang digunakan harus tajam dan bentuknya melengkung untuk mencegah robeknya kulit. Setelah semua lemak dan daging telah bersih selanjutnya dicuci kembali dengan air mengalir. 2.Pengetusan (Pentirisan)Kulit yang telah dicuci kemudian disampirkan atau ditiriskan diatas kuda-kuda kayu dan dibiarkan menetes selama 30 menit. 3.Pemberian zat kimiaKulit direndam dalam bak yang berisi zat kimia jenis Natrium Arsenat 0,5% selama 5-10 menit. Setelah proses tersebut selesai, kulit masih disampirkan diatas bak agar sisa-sisa zat kimia masih tetap menetes kembali ke dalam bak. 4.Pementangan Setelah zat kimia menetes dengan baik, kulit dipentang dan ditarik dengan tali pada kerangka kayu (pentangan kulit). Pentangan untuk kulit sapi, kerbau maupun kuda menggunakan kayu bulat dengan diameter kira-kira 5-10 cm yang menyerupai model bingkai gambar. Ukuran panjang maupun lebarnya disesuaikan dengan kondisi kulit dengan acuan bahwa pentangan tersebut dapat menampung luas maksimal dari kulit. Kulit yang akan dipentang dilubangi pada bagian pinggirnya dengan jarak kira-kira 2-3 cm dari batas pinggir kulit dan ditarik hingga posisi kulit terpentang dengan sempurna tanpa adanya pengkerutan dan pelipatan pada bagian pinggir maupun tengah. Proses pementangan untuk kulit kecil seperti domba, kambing maupun reptil dapat dilakukan diatas papan dan teknik pementangannya tidak perlu menggunakan tali tapi cukup dilakukan dengan menggunakan paku. 5.PengeringanKulit yang telah dipentang selanjutnya siap untuk dijemur. Proses pengeringan tidak boleh dilakukan terlalu cepat, sebab zat-zat kulit pada lapisan luar akan mengering lebih cepat dibanding pada bagian dalam dari kulit. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan zat-zat kulit (kolagen) mengalami proses gelatinisasi menjadi gelatin yang bersifat mengeras dan tentunya dapat menghalangi proses penguapan air pada bagian dalam. Bila hal tersebut terjadi mengakibatkan kulit akan membusuk pada saat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengantisipasi hal tersebut beberapa petunjuk teknis sederhana tentang posisi letak kulit dalam proses penjemuran kulit dibawah sinar matahari.Penjemuran pertama dimulai pada bagian daging (flesh). Pukul 09.00-11.00 dan pukul 15.00-17.00 penjemuran dilakukan dengan arah sinar matahari tegak lurus dengan permukaan kulit. Pada waktu siang hari yaitu pukul 11.00-15.00 penjemuran dengan arah sinar matahari sejajar dengan arah datangnya sinar matahari. Bila kulit pada bagian dagingnya telah kering, maka posisi kulit dapat dibolak balik sedemikian rupa hingga semua pengeringan dapat merata disemua permukaan kulit. Proses pengeringan kulit dapat selesai dalam waktu kurang lebih 2-3 hari dengan kondisi panas matahari yang cukup dan penguapan yang teratur. Beberapa petunjuk sederhana untuk mengetahui apakah proses pengeringan telah cukup, yakni apabila :a.Keadaan kulit terlihat tembus cahaya (transparan)b.Keadaan kulit tegang (kaku)c.Bagian daging dan bulu telah mongeringd.Penampang kulit bila diketuk akan berbunyi nyaring 6.PelipatanSetelah kulit menjadi kering selanjutnya dilepas dari pentangannya dan dilipat dua dengan arah lipatan membujur dari pangkal ekor menuju ke kepala sejajar dengan garis punggung dan membagi dua bagian tubuh yaitu kiri dan kanan. Bagian daging atau bulu dapat ditempatkan pada bagian dalam maupun luar. Setelah dilakukan pelipatan kemudian kulit dapat disimpan sebagai kulit awetan. Keuntungan pengeringan dengan sinar matahari :1.energi panas murah dan berlimpah2.tidak memerlukan peralatan yng mahal3.tenaga kerja tidak perlu mempunyai keahlian tertentuKerugian pengeringan dengan sinar matahari :1.tergantung dari cuaca2.jumlah panas matahari tidak tetap3.kenaikan suhu tidak dapat diatur, sehingga waktu penjemuran tidak dapat ditentukan dengan tepat.4.kebersihan sukar untuk diawasiKeuntungan pengeringan buatan :1.suhu dan aliran udara dapat diatur2.waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat3.kebersihan dapat diawasiKerugian pengeringan buatan :1.memerlukan panas selain sinar matahari berupa bahan bakar, sehingga biaya pengeringan menjadi mahal2.memerlukan peralatan yang relatif mahal harganya3.memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tertentu 2.2 Pengawetan dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringanKulit segar setelah bersih dari lemak, darah, sisa-sisa daging maupun kotoran yang melekat (seperti cara -1) kemudian direndam dalam dalam cairan garam (NaCl) jenuh dengan kadar kepekatan garam (salinitas) 20-24oBe selama 1-2 hari. Tingkat kepekatan garam tidak boleh berada dibawah 20oBe. Kadar salinitas tersebut diukur dengan alat yang disebut Baume meter. Bila tingkat salinitas mengalami penurunan maka sebaiknya ditambah dengan garam.Dalam proses ini memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian antara lain :Keuntungan:a. Selama waktu pengeringan kulit tidak lekas menjadi busuk sekalipun pengeringannya memerlukan waktu yang relatif lama misalnya pada saat musim penghujan.b. Kualitas kulit menjadi lebih baik dari pada yang dikeringkan saja (cara-1) oleh karena serat-serat kulit tidak melekat satu sama lain.c. Kulit sangat baik untuk disamak terutama dalam proses perendaman (soaking) yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama lagiKerugian:Biaya pengawetan yang dibutuhkan menjadi lebih banyak dibanding cara-1 karena jumlah penggunaan garamnya bertambah pula.

2.3 Pengawetan dengan cara garam basahKulit yang telah bersih dimasukkan ke dalam garam jenuh selama 24 jam (seperti pada cara-2). Setelah perendaman, kulit tidak lagi dikeringkan seperti (cara-2), tetapi kulit diletakkan pada lantai miring yang diatasnya telah ditaburi dengan garam. Kulit yang berada pada posisi paling bawah diletakkan dengan bagian bulu menghadap ke lantai dan bagian berdaging menghadap keatas.Seperti halnya cara-2 jenis pengawetan ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian antara lain :Keuntungan :Pengawetan tidak tergantung dengan sinar matahariSedikit sekali terjadi kerusakan kulitProses perendaman (soaking) dalam proses penyamakan kulit membutuhkan waktu yang singkatPelaksanaan cepat dan tidak membutuhkan ruangan yang luasKerugian :Untuk daerah tropik seperti di Indonesia pengawetan dengan menggunakan garam basah masih disangsikan keberhasilannya mengingat temperatur ruangan yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri khususnya bila penyimpanan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bakteri yang seringkali ditemukan pada kulit garaman adalah jenis bakteri halapofilik yang diketahui relatif tahan terhadap suasana garam.Biaya pengawetan sedikit lebih mahal karena pemakaian garam yang relatif lebih banyak serta membutuhkan penyimpanan dengan temperatur yang rendah.

2.4 Pengawetan dengan cara pengasaman (pickling)Teknik pengawetan ini terutama dipakai untuk mengawetkan kulit domba (terutama di New Zaeland, Australia, Amerika dan pabrik-pabrik kulit yang berskala besar lainnya). Untuk keperluan ekspor kulit dipickle selama 2 bulan atau lebih. Pengawetan kulit dengan cara dipickle dikerjakan untuk kulit-kulit yang telah dikeluarkan bulunya melalui proses pengapuran (liming), buang kapur (deliming) dan telah didegradasi sebagian protein penyusunnya yang disebut bating (beitzing).Dari keempat jenis pengawetan kulit tersebut, tentunya masing-masing jenis pengawetan memiliki keuntungan dan kerugian, namun pada prinsipnya proses pengawetan yang dilakukan tentunya mengarah kepada suatu upaya bagaimana kulit mentah tersebut memiliki umur simpan yang maksimal hingga memasuki tahap pengolahan. Selama proses penyimpanan tersebut struktur penyusun kulit sangat rentan sekali oleh pengaruh mikroorganisme. Selain itu tentunya perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur penyusun diupayakan dapat diminimalisir.Tingginya kadar air dan protein pada kulit menyebabkan kulit merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan fenomena ini menunjukkan bahwa, produk kulit mentah merupakan produk hasil sampingan pemotongan ternak yang memerlukan penanganan khusus setelah lepas dari tubuh ternakSelain zat-zat kimia tersebut, di dalam kulit yang masih segar terdapat pula beberapa jenis enzim yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam kulit itu sendiri yakni enzim cathepsin, collagenase, dan dopa oxidase. Enzim collagenase disintesis oleh sel fibroblast. Selama hewan masih hidup enzim tersebut dalam bentuk pro-collagenase yang tidak aktif, namun setelah hewan dipotong pro-collagenase tersebut akan menjadi aktif sebagai collagenase yang dapat mencerna serabut kolagen. Selama kulit masih segar setelah lepas dari tubuh dan sebelum mengalami pengawetan dalam kondisi lingkungan yang sesuai, enzim cathepsin bersama-sama dengan enzim collagenase mencerna zat-zat dalam kulit.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Pengawetan kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu cara atau proses untuk mencegah terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen dalam jaringan kulit.Berdasarkan gambaran tersebut, tentunya banyak hal yang harus dikaji dan terpulang kepada, bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi khususnya ilmu dan teknologi pengolahan kulit ke depan serta kualitas SDM peternakan yang dimiliki. Pada bagian-bagian selanjutnya akan dikaji mengenai teknik penanganan dan pengolahan pada kulit.sehinnga menjadi suatu produk unggulan yang bermanfaat bagi konsumen terutama pa da masyarakat.

3.2. Saran

Dapat dilakukan penelitian yang optimal sehingga produk yang dihasilkan benar benar bermanfaat terutama mengenai kandungan yang ada di dalam produk tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Gazali, irmang. 2013. Ilmu Pangan, Teknologi Pengawetan dan Pengolahan Kulit. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pada pukul 14.40 WIB.Hudaya, saripah. Ir.,MS. 2013. Teknologi Pangan dan Gizi, green word. Diakses pada tangga 19 oktober 2013 pada pukul 14.35 WIB.Soeparno., R.A.Rihastuti, Indratiningsih dan S.Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

LAMPIRANPERTANYAAN :1.Apa yang di sebut pickle dalam pengawetan kulit ?2.Apa yang di maksud dengan tekanan air di udara ?3.Apakah bahan yang di basahkan kembali akan dapat di masuki mikroorganisme kembali ?4.Pada suhu berapa pengeringan oleh matahari dan oven ?5.Apa yang di maksud dengan aliran udara pada proses pengeringan ?6.Berapa persen penyusutan kulit dalam proses pengeringan ?7.Apakah kelembaban udara sama dengan kelembaban air di udara ?8.Zat apa yang di cerna oleh enzim Cathepsin & Collagenase ?9.Tahan berapa lamakah bahan bahan kulit yang telah di awetkan ?10.Apa yang di maksud dengan perubahan fisik dan kimia dalam proses pengeringan ?JAWAB :1.yang di maksud dalam pickle dalam pengawetan kuliat ialah bahan-bahan yang digunakan untuk pengasaman dalam proses pengawetan/pengeringan kulit.2.Tekanan air di udara ialah aliran air yang tidak rata atau bergelombang karena adanya beda suhu dan tekanan antara permukaan media dengan air.3.Ya, kalau bahan atau media yang telah di keringkan lalu di basahkan kembali akan dapat di masuki atau dapat terkontaminasi kembali oleh mikroorganisme perusak apabila tidak langsung di olah atau dip roses dan di taruh di tempat yang lembab dan kotor.4.Suhu pengeringan oleh matahari biasanya mencapai 60-70C selama beberapa hari hingga kulit benar-benar kering sedangkan menggunakan oven dengan suhu 50-65C5.Aliran udara ialah suatu pergerakan udara yang terjadi di dalam suatu ruang untuk yang berputar dalam upaya untuk proses sirkulasi atau pergantian udara.6. Penyusutan pada kulit setelah proses pengeringan biasanya mencapai 5-7% dari keadaan segar kulit7. Tidak , Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara sedangkan kelembaban air di udara ialah jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas.8. polisakarida, lipid, fosfolipid, asam nukleat, collagen, dan protein.9.Kulit yang telah di awetkan dan di taruh di lam gudang dengan penumpukan berlapis kurang lebih 1 meter kurang lebih dapat bertahan selama 1 bulan lamanya.10.Perubahan fisik kulit pada pengeringan biasanya terjadi pada teksturnya seperti dari basah menjadi kering dan mudah sobek, mengkerut, perubahan warna yang disebabkan oleh bahan yang di tambahkan dalam proses pengeringan. Perubahan kimia hilangnya atau berkurangnya kadar Protein fiber dan globular KH, Lemak, Mineral, dll pada kulit