repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/artikel ilmiah (eko widi …  · web viewdata...

28
Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau Eko Widi Sabrianto 1 , Henky Irawan 2 , Fadhliyah Idris 3 1 Mahasiswa Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected] 2 Dosen Prodi Budidaya Perairan, UMRAH, [email protected] 3 Dosen Prodi Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected] Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK SABRIANTO, EKO WIDI. Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dibimbing oleh Henky Irawan dan Fadhliyah Idris. Teluk Bakau adalah salah satu desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. meiofauna merupakan organisme multiseluler akuatik yang umumnya bertubuh kecil memanjang dan hidup di antara pasir atau di dalam 1

Upload: others

Post on 05-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau

Eko Widi Sabrianto1, Henky Irawan2, Fadhliyah Idris3

1 Mahasiswa Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected] Dosen Prodi Budidaya Perairan, UMRAH, [email protected] Dosen Prodi Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected]

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

SABRIANTO, EKO WIDI. Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan

Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dibimbing oleh Henky

Irawan dan Fadhliyah Idris.

Teluk Bakau adalah salah satu desa yang berada di wilayah administrasi

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. meiofauna

merupakan organisme multiseluler akuatik yang umumnya bertubuh kecil memanjang

dan hidup di antara pasir atau di dalam permukaan lumpur. Penentuan lokasi

penelitian menggunakan metode purposive sampling dan sampel meiofauna diambil

pada saat air laut dalam keadaan surut dengan menggunakan alat corer. Identifikasi

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali dan referensi identifikasi

menggunakan situs WoRMS (Word Register of Marine Species). Ukuran butiran

sedimen dianalisis dengan menggunakan software Gradistat versi 8.0 berdasarkan

data yang diayak pada saringan sedimen (sieve net). Hasil pengamatan meiofauna

1

Page 2: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

ditemukan total 54 spesies meiofauna interstisial. Dari 54 jenis ini, kelompok

foraminifera paling banyak ditemukan dan lainnya kelompok ostracoda dan

nematoda. Hasil analisis meiofauna interstisial menunjukkan bahwa total individu

yang paling banyak ditemukan berasal dari spesies Triloculina ungeriana yaitu

sebanyak 17490 individu/m3 dengan komposisi 5.570%, paling sedikit yaitu dari

spesies Spiroloculina depressa sebanyak 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011%

dari total keseluruhan spesies. Nilai indeks keanekaragaman yang tertinggi terdapat

pada kedalaman 10-20 cm. Berdasarkan analisis fraksi sedimen menunjukkan bahwa

di pesisir desa Teluk Bakau memiliki jenis sedimen kerikil berpasir, pasir kerikil dan

campuran pasir kerikil.

Kata kunci: Meiofauna, Kedalaman, Sedimen, Gradistat, Teluk Bakau

PENDAHULUAN

Teluk Bakau adalah salah satu desa yang berada di wilayah administrasi

Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Teluk Bakau

merupakan kawasan pesisir yang merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut

yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami dari darat seperti sedimentasi dan

sifat-sifat laut diantaranya pasang surut.

Dari sekian banyak organisme akuatik yang ada yang menarik untuk dikaji dan

diteliti adalah meiofauna yang berada pada zona/ ruang interstisial. Meiofauna adalah

nama kolektif untuk salah satu komunitas laut yang paling beragam, termasuk

organisme kecil, protista uniseluler dan metazoa multiseluler yang hidup dalam

sedimen air, (Zeppili et al. 2015).

2

Page 3: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Menurut Suryani et al. (2014), sebagai fauna interstisial meiofauna merupakan

komponen penting perairan yang berperan dalam menyuburkan perairan dan sebagai

bioindikator pencemaran atau pengkayaan bahan organik, keberadaan meiofauna di

sedimen berperan aktif melakukan dekomposisi bahan organik dan merupakan

sumber makanan bagi makrofauna. Selain itu peran ekologis organisme meiofauna

adalah sebagai mineralisasi bahan organik dan melepaskan nutrien ke lapisan kolom

air diatasnya, (Ruswahyuni et al. 2013).

Di kawasan pesisir Teluk Bakau terdapat ekosistem pantai yang bersubstrat pasir

mulai dari yang paling halus hingga kerikil yang paling kasar yang merupakan habitat

meiofauna. Tingkat aktivitas dan karakteristik lingkungan seperti kandungan bahan

organik, tipe substrat, serta kondisi lain seperti faktor fisika, kimia, dan biologi

perairannya yang pada akhirnya perbedaan kondisi-kondisi seperti itu diduga dapat

mempengaruhi fungsi dan keberadaan meiofauna dialam secara vertikal.

Melihat penting dan besarnya peranan meiofauna dalam ekosistem perairan laut,

sudah selayaknya organisme ini mendapat perhatian yang lebih mendalam untuk

diteliti dan dipelajari sama seperti organisme laut lainnya secara ilmiah, baik dalam

aspek dinamika komunitas meiofauna terkait tingkat kedalaman sedimen sebagai

habitat meiofauna serta hubungan dengan kondisi parameter fisika-kimia perairan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelimpahan

meiofauna dengan melihat kedalaman sedimen yang berbeda yang dilihat dari indeks

keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominasi, dan kelimpahan serta

pengaruh terhadap beberapa parameter lingkungan sebagai pendukung kehidupan

organisme meiofauna yang terdapat pada pesisir desa Teluk Bakau.

3

Page 4: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2017 – Desember 2017 yang berlokasi

di zona litoral pesisir desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten

Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel meiofauna

Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel parameter lingkungan

4

Page 5: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gps, multitester, salt

meter, corer, mikroskop, oven, saringan bertingkat, kamera, aquades, lugol 4%,

meiofauna dan sedimen.

Penentuan titik sampling meiofauna dan parameter lingkungan

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling yaitu pemilihan lokasi sampling berdasarkan tujuan tertentu. Penentuan titik

sampling meiofauna ditentukan dengan menggunakan metode acak (random

sampling) dengan menggunakan software Visual Sampling Plan (VSP). Penentuan

titik sampling dipilih langsung secara acak sebanyak 31 titik sampling dengan

tingkat kepercayaan 0.05 pada area penelitian. Penentuan 31 titik sampling

dikarenakan sampel berukuran kecil dan dapat ditemukan hampir di seluruh lokasi

penelitan sehingga penentuan diambil dengan nilai minimum untuk memudahkan

peneliti melakukan sampling. Penentuan sampling parameter lingkungan dilakukan

pada 3 titik yang berada di area tengah lokasi penelitian diantaranya satu titik di tepi,

satu titik di tengah dan satu titik di laut yang dianggap dapat mewakili kondisi

wilayah penelitian.

Pengambilan sampel meiofauna dan parameter lingkungan

Pengambilan sampel meiofauna hanya dilakukan pada saat air laut dalam keadaan

surut, ini diharapkan agar tidak ada mikroorganisme lain yang ikut terambil dalam hal

ini adalah plankton. Pengambilan sampel meiofauna dan fraksi sedimen

menggunakan alat corer dengan panjang 70 cm dengan diameter 1,5 inci (3,81 cm).

Pengambilan sampel parameter lingkungan dilakukan langsung di lapangan

5

Page 6: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

menggunakan metode air poros meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan

oksigen terlarut (DO).

Kelimpahan

Untuk menghitung kelimpahan organisme meiofauna dihitung dengan

menggunakan rumus, (Odum 1971 in Trisnawati 2012) yaitu:

Y=10.000b

x a

Keterangan:Yi = kelimpahan individu (ind/m3) pada kedalaman ke ia = jumlah meiofauna yang tersaring pada kedalaman ib = luas lingkaran corer (cm3)10.000 = nilai konversi dari cm3 ke m3

Indeks keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati

biota yang akan diteliti. Bila nilai indeks semakin tinggi maka komunitas biota

perairan itu semakin beragam dan tidak hanya didominasi oleh satu atau dua taksa

saja, (Romimohtarto & Juwana 2001).

Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan

Shannon – Wiener, (Fachrul 2007) yaitu:

H '=∑i=1

s

Pi∈Pi

Keterangan: H = indeks diversitas Shannon – WienerPi = ni/Nni = jumlah individu jenis ke-iN = jumlah total individu

6

Page 7: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Kisaran indeks keanekaragaman diklasifikasikan sebagai berikut, (Fachrul 2007):

H' < 1 = Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah

sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan tidak stabil

1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem

cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi, produktivitas tinggi, stabilitas ekosistem

tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

Indeks keseragaman (E)

Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui pola penyebaran individu pada

tiap taksa apakah keseragamanya merata atau tidak. Untuk mengetahui seberapa besar

kesamaan penyebaran jumlah individu tiap jenis biota digunakan indeks keseragaman

yaitu dengan rumus, (Fachrul 2007):

E= H 'ln (S)

Keterangan :E = Indek keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman S = jumlah spesiesE = 0 Kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-

masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1 Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu

masing masing spesies relatif sama.

Indeks dominasi (D)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya dominasi jenis tertentu pada suatu ekosistem

dapat menggunakan indeks Simpson, dengan persamaanya adalah sebagai berikut,

(Fachrul 2007):

7

Page 8: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

D=∑i=1

s

[ ¿N

] ²

Ketarangan: D = Indeks dominasi simpsonni = Jumlah individu taksa ke-iN = Jumlah total dari seluruh individuS = Jumlah genera

Nilai indeks dominasi berkisar antara 0 hingga 1, jika indeks dominasi mendekati

0 berarti tidak ada taksa yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan indeks

keseragaman yang besar. Namun jika dominasi mendekati 1 berarti ada salah satu

taksa yang mendominasi dan diikuti dengan indeks keseragaman yang semakin kecil,

(Titoyo 2009).

Analisis Data

Data yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data

pendukung paramenter lingkungan) untuk kehidupan meiofauna disajikan dalam

bentuk tabel, gambar dan grafik. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif

berdasarkan dari hasil pengolahan kelimpahan, indeks keanekaragaman (H’), indeks

dominasi (D), dan indeks keseragaman (E). Sehingga didapatkan kesimpulan

keanekaragaman meiofauna interstisial di perairan desa Teluk Bakau. Data yang telah

dianalisis sebelumnya berupa data kelimpahan meiofauna pada kedalaman sedimen

masing-masing kemudian dilakukan uji korelasi dan uji signifikansi koefesien

korelasi sederhana (uji t) dua arah dengan menggunakan metode korelasi pearson

dengan bantuan softwere SPSS versi 16.0. Tujuannya adalah untuk melihat apakah

ada atau tidaknya hubungan korelasi antara kedalaman sedimen dengan kelimpahan

8

Page 9: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

meiofauna pada pesisir desa Teluk Bakau serta untuk melihat seberapa besar tingkat

korelasi dan tingkat signifikansi keduanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis meiofauna interstisial

Hasil pengamatan meiofauna intertisial yang telah dilakukan di zona litoral pesisir

desa Teluk Bakau secara vertikal sampai kedalaman sedimen 50 cm pada setiap core

(31 titik) ditemukan total 54 spesies meiofauna intertisial. Pada masing-masing

kedalaman memiliki jumlah spesies yang berbeda diantaranya pada kedalaman 0-10

cm ditemukan 54 spesies, kedalaman 10-20 cm ditemukan 54 spesies, kedalaman 20-

30 cm ditemukan 50 spesies, kedalaman 30-40 cm ditemukan 49 spesies dan pada

kedalaman 40-50 cm ditemukan sebanyak 39 spesies meiofauna interstisial. Untuk

melihat jenis-jenis yang ditemukan pada pesisir desa Teluk Bakau dapat dilihat pada

tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Jenis meiofauna yang ditemukan pada setiap kedalaman sedimen

No JenisKedalaman Sedimen (cm)

0-10 10-20 20-30 30-40 40-50

Foraminifera 1 Ammobaculites √ √ √ √ √2 Ammonia beccarii √ √ √ √ √3 Ammonia veneta √ √ √ √ √4 Anomalia bengalensis √ √ √ √ √5 Anomalina ammonoides √ √ √ √ √6 Anomalina grosserugosa √ √ - - -7 Botellina labyrinthica √ √ √ √ √8 Bucella √ √ √ √ √9 Cornuspira involvens √ √ √ √ -10 Cristellaria iota √ √ √ √ √11 Cristellaria orbicullaris √ √ √ √ √12 Cristellaria rotulata √ √ √ √ √

9

Page 10: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

No JenisKedalaman Sedimen (cm)

0-10 10-20 20-30 30-40 40-5013 Cymbaloporetta bradyi √ √ √ √ √14 Discorbis australis √ √ √ √ √15 Dorothia pseudoturris √ √ √ √ √16 Eggerelloides scaber √ √ √ √ -17 Hauerina fragilissima √ √ √ √ √18 Hippocrepinella hirudinea √ √ √ √ √19 Hyalinea balthica √ √ √ √ -

20 Nodosaria arundinea √ √ √ √ √21 Orthoplecta clavata √ √ √ √ -

22 Pararotalia ozawai √ √ √ √ √23 Peneroplis pertusus √ √ √ √ √24 Peneroplis pertusus var.

carinatus√ √ √ √ √

25 Planorbulina acervalis √ √ √ √ -26 Plectofrondicularia helenae √ √ √ √ √27 Polystomella crispa √ √ √ - -28 Pseudorotalia schroeteriana √ √ - - -29 Pulvinulina exigua √ √ √ √ √30 Quinqueloculina √ √ √ √ √31 Reophax scorpiurus √ √ √ √ √32 Reophax speciosus √ √ √ √ √33 Rhabdammina abyssorum √ √ √ √ √34 Rosalina amaliae √ √ √ √ √35 Rotalia calcar √ √ √ √ √36 Rotalia lithothamnica √ √ √ √ √37 Saccammina socialis √ √ - - -38 Saccorhiza ramose √ √ - - -39 Sorites orbiculus √ √ √ √ -40 Spiroloculina bradyi √ √ √ √ -41 Spiroloculina depressa √ √ √ √ -42 Spiroloculina sp √ √ √ √ √43 Syringammina fragilissima √ √ √ √ √44 Technitella thompsoni √ √ √ √ √45 Textularia plana √ √ √ √ √46 Triloculina √ √ √ √ √47 Triloculina frigida √ √ √ √ √48 Trochammina labiata √ √ √ √ -49 Truncatulina praecincta √ √ √ √ -50 Truncatulina ungeriana √ √ √ √ √

Ostracoda51 Ambocythere √ √ √ √ √52 Bradleya mesembrina √ √ √ √ √

10

Page 11: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

No JenisKedalaman Sedimen (cm)

0-10 10-20 20-30 30-40 40-50Nematoda

53 Desmoscolex abyssorum √ √ √ √ √54 Nematoda sp √ √ √ √ √

Jumlah 54 54 50 49 39

Dari 54 spesies meiofauna intertisial yang ditemukan di pesisir Desa Teluk Bakau,

kelompok foraminifera paling banyak ditemukan antara lain sebanyak 50 spesies,

selanjutnya kelompok ostracoda dan nematoda masing-masing sebanyak 2 spesies.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah total komposisi jenisnya pada gambar 3 di

bawah ini:

11

Page 12: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Gambar 3. Komposisi spesies meiofauna interstisial

Dari hasil analisis meiofauna interstisial pada gambar 3 diatas menunjukkan

bahwa total individu yang paling banyak ditemukan berasal dari spesies Truncatulina

ungeriana yaitu sebanyak 17490 individu/m3 dengan komposisi 5.570%. Untuk

spesies dengan jumlah individu paling sedikit yaitu dari spesies Spiroloculina

depressa sebanyak 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011% dari total keseluruhan

spesies. Spesies Truncatulina ungeriana dan spesies Spiroloculina depressa

merupakan spesies dari kelompok foraminifera. Menurut Natsir (2010), foraminifera

termasuk dalam filum protozoa yang mulai berkembang pada jaman kambrium

sampai resen. Mayoritas anggotanya hidup pada lingkungan laut dan mempunyai

ukuran yang beragam mulai dari 3 μm sampai 3 mm. Sampai sekarang jumlah

foraminifera resen (modern) yang ditemukan (di seluruh perairan dunia) planktonik

dan bentonik/bentik sekitar 12.000 spesies, (Puspitasari et al. 2012).

Kelimpahan dan indeks ekologi meiofauna interstisial

Hasil perhitungan kelimpahan meiofauna menunjukkan nilai yang berbeda-beda,

pada kedalaman sedimen 10-20 cm mengalami peningkatan dari nilai indeks pada

kedalaman 0-10 cm, dan selanjutnya terus terjadi penurunan nilai indeks pada

kedalaman 20-30 cm sampai pada kedalaman 40-50 cm yang mana menunjukkan

adanya perubahan nilai kelimpahan pada setiap kedalaman sedimen yang berbeda.

Tabel 2. Kelimpahan meiofauna berdasarkan kedalaman yang berbeda

Kedalaman (cm) Kelimpahan (Ind/m3)0-10 983833

10-20 99098220-30 42218430-40 267921

12

Page 13: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

40-50 89518

Indeks ekologi menggambarkan besarnya angka kestabilan ekologi meiofauna

interstisial di pesisir desa Teluk Bakau. Hasil pengukuran indeks ekologi meiofauna

meliputi keanekaragaman, dominasi dan keseragaman pada masing-masing

kedalaman sedimen dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indeks ekologi berdasarkan kedalaman yang berbeda

Kedalaman Indeks Nilai Indeks Kategori

0-10 cmKeanekaragaman (H') 3.6442 TinggiDominansi (C) 0.0294 RendahKeseragaman (E) 0.9136 Tinggi

10-20 cmKeanekaragaman (H') 3.6693 TinggiDominansi (C) 0.0283 RendahKeseragaman (E) 0.9199 Tinggi

20-30 cmKeanekaragaman (H') 3.6111 TinggiDominansi (C) 0.0304 RendahKeseragaman (E) 0.9231 Tinggi

30-40 cmKeanekaragaman 3.5104 TinggiDominansi (C) 0.0334 RendahKeseragaman (E) 0.9020 Tinggi

40-50 cmKeanekaragaman (H') 3.3549 TinggiDominansi (C) 0.0418 RendahKeseragaman (E) 0.9157 Tinggi

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman pada setiap kedalaman sedimen pada

pesisir desa Teluk Bakau memiliki nilai indeks yang berbeda-beda, berkisar antara

3.3549-3.6693 yang mana semuanya berkategori tinggi. Nilai indeks keanekaragaman

yang tertinggi terdapat pada kedalaman 10-20 cm. Nilai ini menunjukkan bahwa

komunitas meiofauna interstisial di daerah ini dalam keadaan baik dan masih

tergolong alami.

13

Page 14: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Parameter lingkungan

Menurut Aryuthaka (1992), kelangsungan hidup meiofauna pada habitatnya tidak

lepas dan sangat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia yang mana faktor-faktor ini

merupakan dua faktor pembatas distribusi populasi selain faktor tingkah laku dan

interaksi antara organisme. Komposisi dan ukuran komunitas meiofauna juga

dipengaruhi oleh kondisi berbagai faktor ekologi yang sangat spesifik dan dalam

habitat sangat spesifik. Hasil pengukuran parameter lingkungan pesisir desa Teluk

Bakau dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Indeks ekologi berdasarkan kedalaman yang berbeda

Parameter Satuan Rata-rata

Suhu oC  30.7Salinitas  ‰ 30.2Derajat keasaman (pH) - 7.7Oksigen terlarut (DO) mg/L 7.4Fraksi sedimen Campuran kerikil berpasir

Secara keseluruhan nilai parameter lingkungan dan fraksi sedimen dengan ukuran

campuran kerikil berpasir di pesisir desa Teluk Bakau menunjukkan bahwa lokasi ini

mendukung untuk kehidupan dan perkembang biakan meiofauna interstisial.

14

Page 15: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Hubungan kedalaman sedimen terhadap kelimpahan meiofauna

Gambar 4. Kelimpahan meiofauna pada kedalaman sedimen yang berbeda

Hasil perhitungan kelimpahan organisme meiofauna interstisial pada pesisir desa

Teluk Bakau menunjukkan jumlah yang berfluktuasi pada setiap kedalaman

sedimennya. Pada kedalaman awal 0-10 cm menunjukkan nilai sebesar 983833

individu/m3 meiofauna, pada kedalaman 10-20 cm terjadi peningkatan jumlah

individu meiofauna sebanyak 990982 individu/m3, pada kedalaman selanjutnya 20-30

cm terjadi penurunan jumlah individu menjadi 442184 individu/m3 kemudian terjadi

penurunan lagi menjadi 267921 individu/m3 dan 89518 individu/m3 pada kedalaman

30-40 cm dan 40-50 cm.

Menurut Zulkifi (2008), yang mempengaruhi kelimpahan meiofauna interstisial

dalam sedimen diantaranya: 1) berkurangnya kandungan oksigen yang sejalan dengan

bertambahnya kedalaman sedimen dan, 2) berkurangnya jumlah nutrisi sedimen

(jumlah makanan) yang sejalan dengan bertambahnya kedalaman sedimen.

15

Page 16: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Tabel 5. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson

Correlations

kedalaman kelimpahan

kedalaman Pearson Correlation 1 -.956*

Sig. (2-tailed) .011

N 5 5

kelimpahan Pearson Correlation -.956* 1

Sig. (2-tailed) .011

N 5 5

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara kedalaman

sedimen dengan kelimpahan meiofauna (r) adalah -0,956. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi hubungan yang kuat/tinggi antara kedalaman sedimen terhadap

kelimpahan meiofauna. Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r

negatif (-), berarti semakin tinggi kedalaman sedimen maka semakin rendah

kelimpahan meiofauna. Hasil uji signifikansi koefisien korelasi sederhana (uji t) dua

arah dengan tingkat signifikansi 0.05 menunjukkan hasil signifikansi lebih kecil yaitu

0.01 < 0.05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kedalaman sedimen

terhadap kelimpahan meiofauna.

Kesimpulan

16

Page 17: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara vertikal sampai pada

kedalaman 50 cm di pesisir desa Teluk Bakau didapatkan total 54 spesies dengan

jumlah keseluruhan 314006 individu/m3 meiofauna interstisial. Truncatulina

ungeriana menjadi spesies yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 17490

individu/m3 dengan komposisi 5.570% dan Spiroloculina depressa menjadi spesies

yang paling sedikit yaitu 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011%.

Indeks ekologi di pesisir desa Teluk Bakau berdasarkan kedalaman sedimen yang

berbeda yaitu kedalaman sedimen 0-50 cm menujukkan nilai indeks keseragaman

berkisar antara 3.3549-3.6693 dengan kategori tinggi, indeks dominasi berkisar antara

0.0283-0.0418 dengan kategori rendah menunjukkan bahwa tidak adanya jenis

tertentu yang mendominasi dan, Indeks keseragaman berkisar antara 0.9020-0.9199

dengan kategori tinggi. Hasil perhitungan kelimpahan organisme meiofauna

menunjukkan jumlah yang berfluktuasi pada setiap kedalaman sedimennya.

Kelimpahan tertinggi ada pada kedalaman 10-20 cm yaitu sebanyak 990982

individu/m3 dan terendah pada kedalaman 40-50 cm yaitu 89518 individu/m3.

Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan yang kuat antara kedalaman

sedimen terhadap kelimpahan meiofauna yang mana semakin tinggi kedalaman

sedimen maka semakin rendah kelimpahan meiofauna. Hasil uji signifikansi korelasi

sederhana (uji t) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap kedalaman

sedimen dengan kelimpahan meiofauna.

DAFTAR PUSTAKA

Aryuthaka, C. 1992. Meiofaunal Community in Khung Kraben Bay, Chanthaburi, East Thailand. Journal Thai Mar. Fish. Res. Bull 2: 45-47

17

Page 18: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/ARTIKEL ILMIAH (EKO WIDI …  · Web viewData yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data pendukung

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Askara. Jakarta.

Natsir, SM. 2010. Kelimpahan Foraminifera Resan pada Sedimen Permukaan di Teluk Ambon. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 2 (1): 10

Puspitasari, R., Marsoedi., Sartimbul, A., Suhartati. 2012. Kelimpahan Foraminifera Bentik pada Sedimen Permukaan Perairan Dangkal Pantai Timur Semenanjung Ujung Kulon, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Jurnal Penelitian Perikanan 1 (1): 2

Romimohtarto, K., Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Ruswahyuni., Widyorini, N., Munandar. 2013. Hubungan Kandungan Bahan Organik Sedimen dan Kelimpahan Biota Meiofauna pada Daerah Supralitoral Pantai Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung. Journal of Management of Aquatic Resources 2 (2) : 101-106.

Suryani., Mahatma, R., Khairijon. 2014. Struktur Komunitas Meiofauna di Kawasan Mangrove Desa Teluk Uma Kabupaten Karimun. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1 (2) : 1-10.

Titoyo, A. 2009. Distribusi Vertikal dan Horizontal Meiofauna di Pantai Wori Sulawasi Utara dan Teluk Kuta Lombok Nusa Tenggara Barat. [Skripsi]. Fakultas Biologi UNJ. Jakarta.

Trisnawati, N. 2012. Struktur Komunitas Meiofauna Intertisial di Substrat Padang Lamun Pulau Pari Kepulauan Seribu. [Skripsi]. FMIPA UI. Depok.

Zeppili, D., Sarrazin, J., Leduc, D., Arbizu, P.M. 2015. Is The Meiofauna A Good Indicator for Climate Change and Anthropogenic Impacts?. Marine Biodiversity 45 (3): 505-535

Zulkifli. 2008. Dinamika Komunitas Meiofauna Intertisial di Perairan Selat Dompak Kepulauan Riau. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

18