repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/657/1/artikel ilmiah (eko widi … · web viewdata...
TRANSCRIPT
Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau
Eko Widi Sabrianto1, Henky Irawan2, Fadhliyah Idris3
1 Mahasiswa Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected] Dosen Prodi Budidaya Perairan, UMRAH, [email protected] Dosen Prodi Ilmu Kelautan, UMRAH, [email protected]
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
SABRIANTO, EKO WIDI. Hubungan Kedalaman Sedimen Terhadap Kelimpahan
Meiofauna di Pesisir Desa Teluk Bakau. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dibimbing oleh Henky
Irawan dan Fadhliyah Idris.
Teluk Bakau adalah salah satu desa yang berada di wilayah administrasi
Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. meiofauna
merupakan organisme multiseluler akuatik yang umumnya bertubuh kecil memanjang
dan hidup di antara pasir atau di dalam permukaan lumpur. Penentuan lokasi
penelitian menggunakan metode purposive sampling dan sampel meiofauna diambil
pada saat air laut dalam keadaan surut dengan menggunakan alat corer. Identifikasi
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali dan referensi identifikasi
menggunakan situs WoRMS (Word Register of Marine Species). Ukuran butiran
sedimen dianalisis dengan menggunakan software Gradistat versi 8.0 berdasarkan
data yang diayak pada saringan sedimen (sieve net). Hasil pengamatan meiofauna
1
ditemukan total 54 spesies meiofauna interstisial. Dari 54 jenis ini, kelompok
foraminifera paling banyak ditemukan dan lainnya kelompok ostracoda dan
nematoda. Hasil analisis meiofauna interstisial menunjukkan bahwa total individu
yang paling banyak ditemukan berasal dari spesies Triloculina ungeriana yaitu
sebanyak 17490 individu/m3 dengan komposisi 5.570%, paling sedikit yaitu dari
spesies Spiroloculina depressa sebanyak 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011%
dari total keseluruhan spesies. Nilai indeks keanekaragaman yang tertinggi terdapat
pada kedalaman 10-20 cm. Berdasarkan analisis fraksi sedimen menunjukkan bahwa
di pesisir desa Teluk Bakau memiliki jenis sedimen kerikil berpasir, pasir kerikil dan
campuran pasir kerikil.
Kata kunci: Meiofauna, Kedalaman, Sedimen, Gradistat, Teluk Bakau
PENDAHULUAN
Teluk Bakau adalah salah satu desa yang berada di wilayah administrasi
Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Teluk Bakau
merupakan kawasan pesisir yang merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami dari darat seperti sedimentasi dan
sifat-sifat laut diantaranya pasang surut.
Dari sekian banyak organisme akuatik yang ada yang menarik untuk dikaji dan
diteliti adalah meiofauna yang berada pada zona/ ruang interstisial. Meiofauna adalah
nama kolektif untuk salah satu komunitas laut yang paling beragam, termasuk
organisme kecil, protista uniseluler dan metazoa multiseluler yang hidup dalam
sedimen air, (Zeppili et al. 2015).
2
Menurut Suryani et al. (2014), sebagai fauna interstisial meiofauna merupakan
komponen penting perairan yang berperan dalam menyuburkan perairan dan sebagai
bioindikator pencemaran atau pengkayaan bahan organik, keberadaan meiofauna di
sedimen berperan aktif melakukan dekomposisi bahan organik dan merupakan
sumber makanan bagi makrofauna. Selain itu peran ekologis organisme meiofauna
adalah sebagai mineralisasi bahan organik dan melepaskan nutrien ke lapisan kolom
air diatasnya, (Ruswahyuni et al. 2013).
Di kawasan pesisir Teluk Bakau terdapat ekosistem pantai yang bersubstrat pasir
mulai dari yang paling halus hingga kerikil yang paling kasar yang merupakan habitat
meiofauna. Tingkat aktivitas dan karakteristik lingkungan seperti kandungan bahan
organik, tipe substrat, serta kondisi lain seperti faktor fisika, kimia, dan biologi
perairannya yang pada akhirnya perbedaan kondisi-kondisi seperti itu diduga dapat
mempengaruhi fungsi dan keberadaan meiofauna dialam secara vertikal.
Melihat penting dan besarnya peranan meiofauna dalam ekosistem perairan laut,
sudah selayaknya organisme ini mendapat perhatian yang lebih mendalam untuk
diteliti dan dipelajari sama seperti organisme laut lainnya secara ilmiah, baik dalam
aspek dinamika komunitas meiofauna terkait tingkat kedalaman sedimen sebagai
habitat meiofauna serta hubungan dengan kondisi parameter fisika-kimia perairan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelimpahan
meiofauna dengan melihat kedalaman sedimen yang berbeda yang dilihat dari indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominasi, dan kelimpahan serta
pengaruh terhadap beberapa parameter lingkungan sebagai pendukung kehidupan
organisme meiofauna yang terdapat pada pesisir desa Teluk Bakau.
3
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2017 – Desember 2017 yang berlokasi
di zona litoral pesisir desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel meiofauna
Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel parameter lingkungan
4
Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gps, multitester, salt
meter, corer, mikroskop, oven, saringan bertingkat, kamera, aquades, lugol 4%,
meiofauna dan sedimen.
Penentuan titik sampling meiofauna dan parameter lingkungan
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling yaitu pemilihan lokasi sampling berdasarkan tujuan tertentu. Penentuan titik
sampling meiofauna ditentukan dengan menggunakan metode acak (random
sampling) dengan menggunakan software Visual Sampling Plan (VSP). Penentuan
titik sampling dipilih langsung secara acak sebanyak 31 titik sampling dengan
tingkat kepercayaan 0.05 pada area penelitian. Penentuan 31 titik sampling
dikarenakan sampel berukuran kecil dan dapat ditemukan hampir di seluruh lokasi
penelitan sehingga penentuan diambil dengan nilai minimum untuk memudahkan
peneliti melakukan sampling. Penentuan sampling parameter lingkungan dilakukan
pada 3 titik yang berada di area tengah lokasi penelitian diantaranya satu titik di tepi,
satu titik di tengah dan satu titik di laut yang dianggap dapat mewakili kondisi
wilayah penelitian.
Pengambilan sampel meiofauna dan parameter lingkungan
Pengambilan sampel meiofauna hanya dilakukan pada saat air laut dalam keadaan
surut, ini diharapkan agar tidak ada mikroorganisme lain yang ikut terambil dalam hal
ini adalah plankton. Pengambilan sampel meiofauna dan fraksi sedimen
menggunakan alat corer dengan panjang 70 cm dengan diameter 1,5 inci (3,81 cm).
Pengambilan sampel parameter lingkungan dilakukan langsung di lapangan
5
menggunakan metode air poros meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan
oksigen terlarut (DO).
Kelimpahan
Untuk menghitung kelimpahan organisme meiofauna dihitung dengan
menggunakan rumus, (Odum 1971 in Trisnawati 2012) yaitu:
Y=10.000b
x a
Keterangan:Yi = kelimpahan individu (ind/m3) pada kedalaman ke ia = jumlah meiofauna yang tersaring pada kedalaman ib = luas lingkaran corer (cm3)10.000 = nilai konversi dari cm3 ke m3
Indeks keanekaragaman (H’)
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati
biota yang akan diteliti. Bila nilai indeks semakin tinggi maka komunitas biota
perairan itu semakin beragam dan tidak hanya didominasi oleh satu atau dua taksa
saja, (Romimohtarto & Juwana 2001).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan
Shannon – Wiener, (Fachrul 2007) yaitu:
H '=∑i=1
s
Pi∈Pi
Keterangan: H = indeks diversitas Shannon – WienerPi = ni/Nni = jumlah individu jenis ke-iN = jumlah total individu
6
Kisaran indeks keanekaragaman diklasifikasikan sebagai berikut, (Fachrul 2007):
H' < 1 = Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah
sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan tidak stabil
1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem
cukup seimbang, tekanan ekologis sedang
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi, produktivitas tinggi, stabilitas ekosistem
tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis
Indeks keseragaman (E)
Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui pola penyebaran individu pada
tiap taksa apakah keseragamanya merata atau tidak. Untuk mengetahui seberapa besar
kesamaan penyebaran jumlah individu tiap jenis biota digunakan indeks keseragaman
yaitu dengan rumus, (Fachrul 2007):
E= H 'ln (S)
Keterangan :E = Indek keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman S = jumlah spesiesE = 0 Kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-
masing spesies sangat jauh berbeda. E = 1 Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu
masing masing spesies relatif sama.
Indeks dominasi (D)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya dominasi jenis tertentu pada suatu ekosistem
dapat menggunakan indeks Simpson, dengan persamaanya adalah sebagai berikut,
(Fachrul 2007):
7
D=∑i=1
s
[ ¿N
] ²
Ketarangan: D = Indeks dominasi simpsonni = Jumlah individu taksa ke-iN = Jumlah total dari seluruh individuS = Jumlah genera
Nilai indeks dominasi berkisar antara 0 hingga 1, jika indeks dominasi mendekati
0 berarti tidak ada taksa yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan indeks
keseragaman yang besar. Namun jika dominasi mendekati 1 berarti ada salah satu
taksa yang mendominasi dan diikuti dengan indeks keseragaman yang semakin kecil,
(Titoyo 2009).
Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian lapangan berupa data primer dan sekunder (data
pendukung paramenter lingkungan) untuk kehidupan meiofauna disajikan dalam
bentuk tabel, gambar dan grafik. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif
berdasarkan dari hasil pengolahan kelimpahan, indeks keanekaragaman (H’), indeks
dominasi (D), dan indeks keseragaman (E). Sehingga didapatkan kesimpulan
keanekaragaman meiofauna interstisial di perairan desa Teluk Bakau. Data yang telah
dianalisis sebelumnya berupa data kelimpahan meiofauna pada kedalaman sedimen
masing-masing kemudian dilakukan uji korelasi dan uji signifikansi koefesien
korelasi sederhana (uji t) dua arah dengan menggunakan metode korelasi pearson
dengan bantuan softwere SPSS versi 16.0. Tujuannya adalah untuk melihat apakah
ada atau tidaknya hubungan korelasi antara kedalaman sedimen dengan kelimpahan
8
meiofauna pada pesisir desa Teluk Bakau serta untuk melihat seberapa besar tingkat
korelasi dan tingkat signifikansi keduanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis meiofauna interstisial
Hasil pengamatan meiofauna intertisial yang telah dilakukan di zona litoral pesisir
desa Teluk Bakau secara vertikal sampai kedalaman sedimen 50 cm pada setiap core
(31 titik) ditemukan total 54 spesies meiofauna intertisial. Pada masing-masing
kedalaman memiliki jumlah spesies yang berbeda diantaranya pada kedalaman 0-10
cm ditemukan 54 spesies, kedalaman 10-20 cm ditemukan 54 spesies, kedalaman 20-
30 cm ditemukan 50 spesies, kedalaman 30-40 cm ditemukan 49 spesies dan pada
kedalaman 40-50 cm ditemukan sebanyak 39 spesies meiofauna interstisial. Untuk
melihat jenis-jenis yang ditemukan pada pesisir desa Teluk Bakau dapat dilihat pada
tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jenis meiofauna yang ditemukan pada setiap kedalaman sedimen
No JenisKedalaman Sedimen (cm)
0-10 10-20 20-30 30-40 40-50
Foraminifera 1 Ammobaculites √ √ √ √ √2 Ammonia beccarii √ √ √ √ √3 Ammonia veneta √ √ √ √ √4 Anomalia bengalensis √ √ √ √ √5 Anomalina ammonoides √ √ √ √ √6 Anomalina grosserugosa √ √ - - -7 Botellina labyrinthica √ √ √ √ √8 Bucella √ √ √ √ √9 Cornuspira involvens √ √ √ √ -10 Cristellaria iota √ √ √ √ √11 Cristellaria orbicullaris √ √ √ √ √12 Cristellaria rotulata √ √ √ √ √
9
No JenisKedalaman Sedimen (cm)
0-10 10-20 20-30 30-40 40-5013 Cymbaloporetta bradyi √ √ √ √ √14 Discorbis australis √ √ √ √ √15 Dorothia pseudoturris √ √ √ √ √16 Eggerelloides scaber √ √ √ √ -17 Hauerina fragilissima √ √ √ √ √18 Hippocrepinella hirudinea √ √ √ √ √19 Hyalinea balthica √ √ √ √ -
20 Nodosaria arundinea √ √ √ √ √21 Orthoplecta clavata √ √ √ √ -
22 Pararotalia ozawai √ √ √ √ √23 Peneroplis pertusus √ √ √ √ √24 Peneroplis pertusus var.
carinatus√ √ √ √ √
25 Planorbulina acervalis √ √ √ √ -26 Plectofrondicularia helenae √ √ √ √ √27 Polystomella crispa √ √ √ - -28 Pseudorotalia schroeteriana √ √ - - -29 Pulvinulina exigua √ √ √ √ √30 Quinqueloculina √ √ √ √ √31 Reophax scorpiurus √ √ √ √ √32 Reophax speciosus √ √ √ √ √33 Rhabdammina abyssorum √ √ √ √ √34 Rosalina amaliae √ √ √ √ √35 Rotalia calcar √ √ √ √ √36 Rotalia lithothamnica √ √ √ √ √37 Saccammina socialis √ √ - - -38 Saccorhiza ramose √ √ - - -39 Sorites orbiculus √ √ √ √ -40 Spiroloculina bradyi √ √ √ √ -41 Spiroloculina depressa √ √ √ √ -42 Spiroloculina sp √ √ √ √ √43 Syringammina fragilissima √ √ √ √ √44 Technitella thompsoni √ √ √ √ √45 Textularia plana √ √ √ √ √46 Triloculina √ √ √ √ √47 Triloculina frigida √ √ √ √ √48 Trochammina labiata √ √ √ √ -49 Truncatulina praecincta √ √ √ √ -50 Truncatulina ungeriana √ √ √ √ √
Ostracoda51 Ambocythere √ √ √ √ √52 Bradleya mesembrina √ √ √ √ √
10
No JenisKedalaman Sedimen (cm)
0-10 10-20 20-30 30-40 40-50Nematoda
53 Desmoscolex abyssorum √ √ √ √ √54 Nematoda sp √ √ √ √ √
Jumlah 54 54 50 49 39
Dari 54 spesies meiofauna intertisial yang ditemukan di pesisir Desa Teluk Bakau,
kelompok foraminifera paling banyak ditemukan antara lain sebanyak 50 spesies,
selanjutnya kelompok ostracoda dan nematoda masing-masing sebanyak 2 spesies.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah total komposisi jenisnya pada gambar 3 di
bawah ini:
11
Gambar 3. Komposisi spesies meiofauna interstisial
Dari hasil analisis meiofauna interstisial pada gambar 3 diatas menunjukkan
bahwa total individu yang paling banyak ditemukan berasal dari spesies Truncatulina
ungeriana yaitu sebanyak 17490 individu/m3 dengan komposisi 5.570%. Untuk
spesies dengan jumlah individu paling sedikit yaitu dari spesies Spiroloculina
depressa sebanyak 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011% dari total keseluruhan
spesies. Spesies Truncatulina ungeriana dan spesies Spiroloculina depressa
merupakan spesies dari kelompok foraminifera. Menurut Natsir (2010), foraminifera
termasuk dalam filum protozoa yang mulai berkembang pada jaman kambrium
sampai resen. Mayoritas anggotanya hidup pada lingkungan laut dan mempunyai
ukuran yang beragam mulai dari 3 μm sampai 3 mm. Sampai sekarang jumlah
foraminifera resen (modern) yang ditemukan (di seluruh perairan dunia) planktonik
dan bentonik/bentik sekitar 12.000 spesies, (Puspitasari et al. 2012).
Kelimpahan dan indeks ekologi meiofauna interstisial
Hasil perhitungan kelimpahan meiofauna menunjukkan nilai yang berbeda-beda,
pada kedalaman sedimen 10-20 cm mengalami peningkatan dari nilai indeks pada
kedalaman 0-10 cm, dan selanjutnya terus terjadi penurunan nilai indeks pada
kedalaman 20-30 cm sampai pada kedalaman 40-50 cm yang mana menunjukkan
adanya perubahan nilai kelimpahan pada setiap kedalaman sedimen yang berbeda.
Tabel 2. Kelimpahan meiofauna berdasarkan kedalaman yang berbeda
Kedalaman (cm) Kelimpahan (Ind/m3)0-10 983833
10-20 99098220-30 42218430-40 267921
12
40-50 89518
Indeks ekologi menggambarkan besarnya angka kestabilan ekologi meiofauna
interstisial di pesisir desa Teluk Bakau. Hasil pengukuran indeks ekologi meiofauna
meliputi keanekaragaman, dominasi dan keseragaman pada masing-masing
kedalaman sedimen dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Indeks ekologi berdasarkan kedalaman yang berbeda
Kedalaman Indeks Nilai Indeks Kategori
0-10 cmKeanekaragaman (H') 3.6442 TinggiDominansi (C) 0.0294 RendahKeseragaman (E) 0.9136 Tinggi
10-20 cmKeanekaragaman (H') 3.6693 TinggiDominansi (C) 0.0283 RendahKeseragaman (E) 0.9199 Tinggi
20-30 cmKeanekaragaman (H') 3.6111 TinggiDominansi (C) 0.0304 RendahKeseragaman (E) 0.9231 Tinggi
30-40 cmKeanekaragaman 3.5104 TinggiDominansi (C) 0.0334 RendahKeseragaman (E) 0.9020 Tinggi
40-50 cmKeanekaragaman (H') 3.3549 TinggiDominansi (C) 0.0418 RendahKeseragaman (E) 0.9157 Tinggi
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman pada setiap kedalaman sedimen pada
pesisir desa Teluk Bakau memiliki nilai indeks yang berbeda-beda, berkisar antara
3.3549-3.6693 yang mana semuanya berkategori tinggi. Nilai indeks keanekaragaman
yang tertinggi terdapat pada kedalaman 10-20 cm. Nilai ini menunjukkan bahwa
komunitas meiofauna interstisial di daerah ini dalam keadaan baik dan masih
tergolong alami.
13
Parameter lingkungan
Menurut Aryuthaka (1992), kelangsungan hidup meiofauna pada habitatnya tidak
lepas dan sangat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia yang mana faktor-faktor ini
merupakan dua faktor pembatas distribusi populasi selain faktor tingkah laku dan
interaksi antara organisme. Komposisi dan ukuran komunitas meiofauna juga
dipengaruhi oleh kondisi berbagai faktor ekologi yang sangat spesifik dan dalam
habitat sangat spesifik. Hasil pengukuran parameter lingkungan pesisir desa Teluk
Bakau dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Indeks ekologi berdasarkan kedalaman yang berbeda
Parameter Satuan Rata-rata
Suhu oC 30.7Salinitas ‰ 30.2Derajat keasaman (pH) - 7.7Oksigen terlarut (DO) mg/L 7.4Fraksi sedimen Campuran kerikil berpasir
Secara keseluruhan nilai parameter lingkungan dan fraksi sedimen dengan ukuran
campuran kerikil berpasir di pesisir desa Teluk Bakau menunjukkan bahwa lokasi ini
mendukung untuk kehidupan dan perkembang biakan meiofauna interstisial.
14
Hubungan kedalaman sedimen terhadap kelimpahan meiofauna
Gambar 4. Kelimpahan meiofauna pada kedalaman sedimen yang berbeda
Hasil perhitungan kelimpahan organisme meiofauna interstisial pada pesisir desa
Teluk Bakau menunjukkan jumlah yang berfluktuasi pada setiap kedalaman
sedimennya. Pada kedalaman awal 0-10 cm menunjukkan nilai sebesar 983833
individu/m3 meiofauna, pada kedalaman 10-20 cm terjadi peningkatan jumlah
individu meiofauna sebanyak 990982 individu/m3, pada kedalaman selanjutnya 20-30
cm terjadi penurunan jumlah individu menjadi 442184 individu/m3 kemudian terjadi
penurunan lagi menjadi 267921 individu/m3 dan 89518 individu/m3 pada kedalaman
30-40 cm dan 40-50 cm.
Menurut Zulkifi (2008), yang mempengaruhi kelimpahan meiofauna interstisial
dalam sedimen diantaranya: 1) berkurangnya kandungan oksigen yang sejalan dengan
bertambahnya kedalaman sedimen dan, 2) berkurangnya jumlah nutrisi sedimen
(jumlah makanan) yang sejalan dengan bertambahnya kedalaman sedimen.
15
Tabel 5. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson
Correlations
kedalaman kelimpahan
kedalaman Pearson Correlation 1 -.956*
Sig. (2-tailed) .011
N 5 5
kelimpahan Pearson Correlation -.956* 1
Sig. (2-tailed) .011
N 5 5
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara kedalaman
sedimen dengan kelimpahan meiofauna (r) adalah -0,956. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat/tinggi antara kedalaman sedimen terhadap
kelimpahan meiofauna. Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r
negatif (-), berarti semakin tinggi kedalaman sedimen maka semakin rendah
kelimpahan meiofauna. Hasil uji signifikansi koefisien korelasi sederhana (uji t) dua
arah dengan tingkat signifikansi 0.05 menunjukkan hasil signifikansi lebih kecil yaitu
0.01 < 0.05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kedalaman sedimen
terhadap kelimpahan meiofauna.
Kesimpulan
16
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara vertikal sampai pada
kedalaman 50 cm di pesisir desa Teluk Bakau didapatkan total 54 spesies dengan
jumlah keseluruhan 314006 individu/m3 meiofauna interstisial. Truncatulina
ungeriana menjadi spesies yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 17490
individu/m3 dengan komposisi 5.570% dan Spiroloculina depressa menjadi spesies
yang paling sedikit yaitu 36 individu/m3 dengan komposisi 0.011%.
Indeks ekologi di pesisir desa Teluk Bakau berdasarkan kedalaman sedimen yang
berbeda yaitu kedalaman sedimen 0-50 cm menujukkan nilai indeks keseragaman
berkisar antara 3.3549-3.6693 dengan kategori tinggi, indeks dominasi berkisar antara
0.0283-0.0418 dengan kategori rendah menunjukkan bahwa tidak adanya jenis
tertentu yang mendominasi dan, Indeks keseragaman berkisar antara 0.9020-0.9199
dengan kategori tinggi. Hasil perhitungan kelimpahan organisme meiofauna
menunjukkan jumlah yang berfluktuasi pada setiap kedalaman sedimennya.
Kelimpahan tertinggi ada pada kedalaman 10-20 cm yaitu sebanyak 990982
individu/m3 dan terendah pada kedalaman 40-50 cm yaitu 89518 individu/m3.
Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan yang kuat antara kedalaman
sedimen terhadap kelimpahan meiofauna yang mana semakin tinggi kedalaman
sedimen maka semakin rendah kelimpahan meiofauna. Hasil uji signifikansi korelasi
sederhana (uji t) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap kedalaman
sedimen dengan kelimpahan meiofauna.
DAFTAR PUSTAKA
Aryuthaka, C. 1992. Meiofaunal Community in Khung Kraben Bay, Chanthaburi, East Thailand. Journal Thai Mar. Fish. Res. Bull 2: 45-47
17
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Askara. Jakarta.
Natsir, SM. 2010. Kelimpahan Foraminifera Resan pada Sedimen Permukaan di Teluk Ambon. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 2 (1): 10
Puspitasari, R., Marsoedi., Sartimbul, A., Suhartati. 2012. Kelimpahan Foraminifera Bentik pada Sedimen Permukaan Perairan Dangkal Pantai Timur Semenanjung Ujung Kulon, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Jurnal Penelitian Perikanan 1 (1): 2
Romimohtarto, K., Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Ruswahyuni., Widyorini, N., Munandar. 2013. Hubungan Kandungan Bahan Organik Sedimen dan Kelimpahan Biota Meiofauna pada Daerah Supralitoral Pantai Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung. Journal of Management of Aquatic Resources 2 (2) : 101-106.
Suryani., Mahatma, R., Khairijon. 2014. Struktur Komunitas Meiofauna di Kawasan Mangrove Desa Teluk Uma Kabupaten Karimun. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1 (2) : 1-10.
Titoyo, A. 2009. Distribusi Vertikal dan Horizontal Meiofauna di Pantai Wori Sulawasi Utara dan Teluk Kuta Lombok Nusa Tenggara Barat. [Skripsi]. Fakultas Biologi UNJ. Jakarta.
Trisnawati, N. 2012. Struktur Komunitas Meiofauna Intertisial di Substrat Padang Lamun Pulau Pari Kepulauan Seribu. [Skripsi]. FMIPA UI. Depok.
Zeppili, D., Sarrazin, J., Leduc, D., Arbizu, P.M. 2015. Is The Meiofauna A Good Indicator for Climate Change and Anthropogenic Impacts?. Marine Biodiversity 45 (3): 505-535
Zulkifli. 2008. Dinamika Komunitas Meiofauna Intertisial di Perairan Selat Dompak Kepulauan Riau. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
18