repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/jurnal.docx · web viewgedung di kota...

29
Analisis Implementasi Kebijakan Publik Tentang Bangunan Gedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih Email : [email protected] Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Kebijakan publik mengenai bangunan gedung di Kota Tanjungpinang dalam hal ini, izin mendirikan bangunan bertujuan agar adanya ketertiban bangunan-bangunan yang dibangun oleh masyarakat dan tidak melanggar aturan yang ada, serta menimbulkan kenyamanan kepada masyarakat sekitar. Kebijakan Publik adalah Pemerintah seharusnya memperhatikan setiap kebijakan yang dibuat baik kebijakan top-down maupun bottom-up dan kegiatan pemerintah dilakukan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat yang dimana pemerintah sudah harus mengetahui maksud dan tujuan dari kebijakan yang dibuatnya, dan memastikan tidak merugikan masyarakat serta memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya yang ada di setiap instansi-instansi pemerintahan yang mengatasi masalah IMB ini kurang memadai atau kurang sehingga para pelayanan publik tidak ekstra dalam melayani masyarakat. Dari berbagai wawancara dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasana yang diberikan pemerintah belum cukup untuk melayani masyarakat yang akan mengurus masalah IMB di Kota Tanjungpinang. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk bangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB 1

Upload: lamxuyen

Post on 16-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Analisis Implementasi Kebijakan Publik Tentang Bangunan Gedung Di Kota Tanjungpinang

(Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan)

Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Email : [email protected]

Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Kebijakan publik mengenai bangunan gedung di Kota Tanjungpinang dalam hal ini, izin mendirikan bangunan bertujuan agar adanya ketertiban bangunan-bangunan yang dibangun oleh masyarakat dan tidak melanggar aturan yang ada, serta menimbulkan kenyamanan kepada masyarakat sekitar. Kebijakan Publik adalah Pemerintah seharusnya memperhatikan setiap kebijakan yang dibuat baik kebijakan top-down maupun bottom-up dan kegiatan pemerintah dilakukan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat yang dimana pemerintah sudah harus mengetahui maksud dan tujuan dari kebijakan yang dibuatnya, dan memastikan tidak merugikan masyarakat serta memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya yang ada di setiap instansi-instansi pemerintahan yang mengatasi masalah IMB ini kurang memadai atau kurang sehingga para pelayanan publik tidak ekstra dalam melayani masyarakat. Dari berbagai wawancara dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasana yang diberikan pemerintah belum cukup untuk melayani masyarakat yang akan mengurus masalah IMB di Kota Tanjungpinang. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk bangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum (Wikipedia.org). Perda Nomor 7 Tahun 2010 Kota Tanjungpinang Tentang Bangunan Gedung Perda ini dibuat oleh pemerintah Kota Tanjungpinang dengan tujuan agar pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat lebih teratur.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Kenyamanan, Perizinan

1

Page 2: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

I. PENDAHULUAN

Pembangunan didaerah Kota Tanjungpinang yang semakin maju membuat

perkembangan dalam pembangunan menjadi semakin meningkat, kawasan

perkotaan dari waktu ke waktu terus mengalami kemajuan mengingat perkotaan

merupakan tempat yang strategis bagi berbagai kegiatan khusus yang berkaitan

dengan ekonomi. Akibat yang timbul adalah semakin pesatnya laju pertumbuhan

penduduk sehingga membuat ruang untuk menampung dan menunjang segala

aktivitas penduduknya semakin tingginya kebutuhan akan ruang, pemerintah

dituntut untuk mampu mengendalikan agar tetap sesuai dan selaras dengan

rencana tata ruang yang ditetapkan Kota Tanjungpinang.

Kota Tanjungpinang yang belakangan ini telah mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat dalam pembangunan berbagai sektor, khususnya pada sektor

pembangunan yang berkelanjutan seperti Gedung perkantoran, pertokoan dan

perumahan serta bangunan-bangunan lainnya. Hal ini membuat kota

Tanjungpinang sangat padat oleh bangunan, sehingga ada sebagian titik-titik

pembangunan yang sangat pesat pembangunanya, seperti daerah Bintan Center

yang mungkin sekarang bisa dibilang daerah pusat kota, karena banyak sekali

pembangunan yang ada disana dan ada juga pembangunan yang sedang

berlangsung dan seperti daerah D’green City Center di tempat tersebut sedang

mengalami pesatnya pembangunan dan yang kita ketahui di daerah Dompak ini

akan menjadi pusat pemerintahan provinsi, maka dari itu di tempat tersebut akan

banyak sekali pembangunan yang dibuat.

Maka pemerintah Kota Tanjungpinang mengeluarkan Peraturan Daerah

yang bertujuan untuk mengatur pembangunan yang ada di Kota Tanjungpinang,

2

Page 3: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga sebagai sarana perizinan dalam rangka

mendirikan/ mengubah bangunan yang dapat digunakan sebagai standar

penyesuaian bangunan yang dapat melindungi keamanan masyarakat serta

lingkungan sekitarnya. Selain itu, IMB juga dapat digunakan sebagai jaminan

hukum yang sah kepada masyarakat terhadap kepemilikan gedung. Sehingga

pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) dalam masalah pembangunan

yaitu “Perda Kota Tanjungpinang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan

Gedung di Kota Tanjungpinang”. Perda ini dibuat oleh pemerintah Kota

Tanjungpinang dengan tujuan agar pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat

lebih teratur. Adapun isi Perda tersebut adalah sebagai berikut :

1. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut IMB, adalah

perizinan yang diberikan Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan

gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi atau

merawat bangunan gedung sesuai persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku.

2. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang

dilakukan pemilik bangunan gedung kepada pemerintah kota

Tanjungpinang untuk mendapat izin mendirikan bangunan gedung.

3. Setiap perorangan/ badan yang mendirikan bangunan gedung wajib

memiliki IMB dari Pemerintah Kota, kecuali bangunan gedung fungsi

khusus.

4. IMB adalah surat bukti dari Pemerintah Kota bahwa pemilik bangunan

gedung dapat mendirikan bangunan sesuai dengan rencana teknis

bangunan gedung yang telah disetujui oleh Pemerintah Kota.

3

Page 4: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

5. Walikota menerbitkan izin mendirikan bangunan gedung untuk kegiatan:

a. pembangunan bangunan gedung baru, dan prasarana bangunan gedung.

b. Rehabilitasi/ renovasi bangunan gedung dan prasarana bangunan

gedung, meliputi perbaikan/ perawatan, perubahan, perluasan/

pengurangan.

c. pelestarian/ pemugaran.

6. Setiap rehabilitasi sedang dan rehabilitasi berat serta renovasi bangunan

gedung, dan/atau prasarana bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada

huruf b dengan peralihan fungsi bangunan gedung wajib kembali memiliki

IMB baru.

7. IMB merupakan bagian dari persyaratan untuk mendapat pelayanan utilitas

umum.

8. Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam IMB harus dibongkar atau dilakukan penyesuaian-penyesuaian

sehingga memenuhi ketentuan dalam IMB.

Banyak fenomena yang terjadi di Kota Tanjungpinang seperti banyaknya

bangunan-bangunan yang berdiri tanpa izin karena di akibatkan oleh beberapa

faktor, seperti lamanya proses pengeluaran IMB dari dinas-dinas terkait yang

dalam fenomena ini pengurusan IMB tidak di titik pusatkan di satu dinas saja,

melaikan dari beberapa dinas yang mengurus IMB ini, dan diambil dari salah satu

surat kabar dalam penjelasannya “Kepala Dinas Tata Kota dan pengawas

Bangunan (DTKPB) Kota Tanjungpinang Efiyar mengatakan, dari catatan Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) tahun 2015 saja, ada 92 berkas IMB yang

dikeluarkan setelah bangunan berdiri. Hal itu tentu menjadi ironi bagi

4

Page 5: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

pembangunan di Kota Gurindam ini, karena pembangunan yang dilakukan tanpa

mengantongi izin terlebih dulu, dan tentu akan berdampak pada lingkungan.

"(Sebagian) Mereka sudah dapat Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) dari

Tata Kota. Cuma belum ada IMB, mereka udah bangun. Itu salah, seharusnya

selesaikan perizinan terlebih dulu baru mulai bangun," katanya, Kamis (7/4/2016).

"Seharusnya setelah SKRK keluar mereka teruskan ke BLH. Di BLH nanti dibuat

Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL). Baru urus

IMB. Setelah perizinan selesai barulah mulai membangun. Jangan perizinan masih

diproses pembangunan jalan," katanya. (Batam.tribunnews.com, Tanjungpinang).

Berdasarkan fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan penelitian yang berjudul

“Analisis Implementasi Kebijakan Publik Tentang Bangunan Gedung di Kota

Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan)”.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, dimana peneliti hanya menguraikan dan menjelaskan penelitian sesuai

dengan kondisi sebenarnya tanpa menghubungkan atau mengkaitkan terhadap

unsur-unsur yang lain dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012:14) penelitian

deskriptif: “Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Satuan

5

Page 6: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Polisi Pamong Praja, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang. Alasan

peneliti mengambil lokasi penelitian pada Instansi tersebut karena Instansi ini

yang langsung berhubungan dengan penertipan IMB di Kota Tanjungpinang, dan

mendorong peneliti untuk lebih jauh meneliti tentang implementasi dari instansi

yang bersangkutan.

Data yang diperoleh dari responden secara langsung melalui wawancara,

data primer yang ingin diperoleh menyangkut peran instansi dalam melaksakan

penertipan IMB. Data yang diperoleh dari pihak kedua atau buku-buku dimana

data tersebut telah diolah, antara lain :

1. Struktur Organisasi dan Manajemen di Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan

Hidup, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang.

2. Visi, Misi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup,

Kecamatan, dan Kelurahan Kota Tanjungpinang.

Penulis melakukan pengamatan di beberapa dinas yang terkait tentang

IMB dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Maksudnya pengamatan dengan

menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, akan tetapi kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diamati telah

dituangkan dalam kertas observasi.

Dimana penulis dalam penelitian menggunakan observasi partisipan,

maksudnya pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka

6

Page 7: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

karena mengingat data yang diambil lebih bersifat objektif. Dengan

mempergunakan alat pengumpulan data berupa daftar ceklist.

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan

sipenjawab, Nazir (1998:234). Dengan jalan melakukan tanya jawab langsung

kepada pegawai dinas yang bersangkutan dengan IMB di Kota Tanjungpinang.

Dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara.

Maksudnya adalah alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan dalam kegiatan

interview. Dalam hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan

disusun dalam Pedoman Wawancara, dan handphone camera yang dilengkapi

aplikasi perekam.

Bahan dokumentasi yaitu berupa dokumen pegawai pada kantor dinas

yang melaksanakan IMB di Kota Tanjungpinang.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Komunikasi menurut Edward III (Agustino, 2012:149) adalah

“Komunikasi menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para

pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan”.

Terdapat tiga indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel

komunikasi, yaitu: Transmisi, Kejelasan, dan Konsistensi

a. Transmisi

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Tranmisi dapat diartikan dengan sosialisasi yang

7

Page 8: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

dimana penyaluran komunikasi dilakukan dengan cara sosialisasi agar terciptanya

implementasi yang baik.

Dari beberapa pendapat informan yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Instansi-instansi terkait dengan IMB sudah

cukup baik dan maksimal, dan sosialisasi tersebut dilakukan di media elektronik,

media massa, dan dilakukan dengan sebaik mungkin.

b. Konsistensi

Konsistensi; perintah yang diberikan dalam melaksanakan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan atau dijalankan. Para

informan mengatakan bahwa konsistensi mereka dalam memberikan informasi

mengenai hal IMB sudah baik, maupun itu melalui baliho, brosur atau

komunikasi lainnya, dan dalam hal penegakan penertiban juga Dinas Satpol PP

bekerja dengan baik dalam hal konsistensi ini.Konsistensi perintah yang

diberikan dalam melaksanakan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas

untuk diterapkan atau dijalankan.

c. Sumber Daya

Sumber daya merupakan hal penting lainnya dalam mengimplementasikan

kebijakan”, agar memenuhi semua kebutuhan untuk mencapai semua keberhasilan

implementasi tentu saja dibutuhkan sumber daya baik itu tenaga dan sumber daya

lainnya. Dan didalam Sumber Daya ada beberapa Indikator diantaranya : Staf,

Informasi, Wewenang, dan fasilitas.

Adapun indikator yang ada di sumberdaya yang bertujuan untuk lebih

melihat keberhasilan sumber daya itu sendiri ialah :

8

Page 9: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

(1) Staf

Dari kesimpulan staf bahwa sumber daya yang ada di setiap instansi-

instansi pemerintahan yang mengatasi masalah IMB ini kurang memadai atau

kurang sehingga para pelayanan publik tidak ekstra dalam melayani masyarakat.

Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung dua pengertian.

Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi.

Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang

dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua,

SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau

usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang

mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat (Menurut

Sumarsono, 2013)

Dari pendapat sumarsono diatas bahwa untuk menghasilakan barang dan

jasa yang berkualitas harus juga melihat sumber dayanya yang akan ditingkatkan

demi tercapainya sebuah efektif dan efesiensi sebuah keberhasilan kebijakan

publik yang diinginkan pemerintah dan yang diharapkan masyarakat dalam

mengurus ke instansi-instasi yang menjadi alur pengurusan IMB di Kota

Tanjungpinang.

(2) Fasilitas

Fasilitas adalah “fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam

implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi,

mengerti apa yang harus dilakukan dan memiliki wewenang untuk

melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan

9

Page 10: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

prasarana) makan implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.” Dari

wawancara yang telah dilakukan Inf1 mengatakan “ya, kalau SDMnya sudah

cukup, sarana prasarana kurang, terutama untuk kelapangan, seperti mobil,

kemudian aplikasi, saya maunya kan aplikasi secara online” dan dari Inf2

menyampaikan “Masih kurang karena kami baru lebih dari dinas tata kota ke

dinas PU, jadi saat ini kita masih baru jadi sarana dan prasarananya masih

kurang, contoh di pemeriksaan teknis untuk pemakaian kerja SOTK terkadang

harus mengeluarkan dana sendiri.

Hal diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasana yang diberikan

pemerintah belum cukup untuk melayani masyarakat yang akan mengurus

masalah IMB di Kota Tanjungpinang.

(3) Diposisi

Disposisi adalah ”kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan

salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi

kebijakan yang efektif”

Pengankatan birokrat, disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan

hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan apabila personil

yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-

pejabat tinggi. Sebagian besar bagaimana sikap pelayanan publik yang diberikan

ke masyarakat untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang telat di buat.

Dapat dilihat bagaimana para pelayan publik untuk melayani masyarakat

dengan sikap yang baik, tetapi diinginkan juga melihat bagaimana sikap para

masyarakat sebagai pemohon izin mendirikan bangunan di Kota Tanjungpinang,

Selagi mereka memahami persyaratan yang mereka harus bawa untuk penerbitan

10

Page 11: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

IMB mereka ikuti alur pengurusaanya, dan sejauh ini dilihat baik sikap

masyarakat terhadap pegawai pelayanan publik.

Instansi-instansi pemerintahan dalam hal pengurusan IMB di Kota

Tanjungpinang dengan memberikan informasi yang baik dan benar kepada

masyarakat agar terciptanya sebuah pelayanan publik yang baik pula, dan pada

sikap pegawai yang sebagai mana melayani masyarakat yang mengurus harus baik

dalam memberikan informasinya sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan

dalam pelayanan.

Menurut Edward III (Agustino, 2012:152-153) Insentif adalah “menyatakan

bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi kecenderungan para

pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya

orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif

oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan”.

Manipulasi Insentif atau menggunakan jasa pihak orang ke-3 dalam hal

pengurusan administrasi dalam hal IMB ini bukan menjadi rahasia lagi.

Variabel Disposisi ini juga menentukan keberhasilan perjalanan

implementasi yang dimana para pelayanan publik ikut andil dalam menjalankan

roda administrasi, dan para pelayanan publik harus mengerti dengan apa yang

mereka laksanakan, karena jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka

para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui untuk melaksananya,

sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.

Dari pendapat Edward diatas bahwa dapat dilihat Disposisi keinginan semua

para pelaksana dalam menjalankan roda administasi dengan baik, dan lancar.

Untuk mencapai itu semua tentulah harus memiliki jiwa pelayanan publik yang

11

Page 12: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

baik, dan serta para masyarakat yang melakukan pelayanan disetiap instansi

harusnya juga memiliki rasa kepedulian yang tinggi dalam mengurus, sehingga

para pelayanan administrasi dan masyarakat mencapai tujuan bersama haruslah

saling memahami dengan semua yang di pertanggung jawabkan, sehingga tidak

akan terjadinya manipulasi insentif ketika ada praktik-praktik administrasi yang

dimana ketika para masyarakat tidak mengetahui gimana cara pengurusam, tetapi

juga para masyarakat tidak juga menggunakan jasa orang lain untuk

pengurusannya.

Yang mempengaruhi keberhasilan Implementasi Kebijakan Publik adalah

Struktur Birokrasi. Walaupun sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan

tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan, dan

mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan

kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan atau direalisasikan karena terdapatnya

kelemahan dalam struktur birokrasi. Menurut Edward III (Agustino, 2012:153-

154) Standart Operating Prosudures (SOPs) adalah adalah suatu kegiatan rutin

yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan/ administrator/

birokrat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan

standar yang ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan.

Menurut Laksmi (2008) Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah

dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang

paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Dari pendapat laksmi diatas dalam pengurusan IMB SOP yang diberikan

oleh Instansi-instansi terkait mengennai IMB dalah maksimal 14 hari kerja

12

Page 13: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

tentunya menjadi permasalahan SOP di instansi terkait dalam hal IMB ini, tidak

begitu efektif dan tidak menghemat biaya, dikarenakan dalam pengurusan IMB ini

tidak tertitik pada satu instansi aja melainkan ada beberapa instansi yang

mengurus masalah IMB ini, dan tentunya biaya akan semakin banyak keluar

ketika masyarakat yang mengurus permohonan IMB ini akan ke instansi-instansi

yang bersangkutan dan tidk dalam 1 (satu) Instansi saja.

Berdasarkan dari tinjauan awal yang dilakukan oleh beberapa pihak dan

peneliti mengambil penelitian-penelitian terdahulu agar memperkuat penelitian

yang akan dilakukan ini, seperti penelitian dilakukan oleh Syapril, (Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2014) dengan judul

penelitian Implemetasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang No 7

Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung di Kota

Tanjungpinang. Di penelitian tersebut ini mengambil masalah banyaknya

bangunan yang tidak sebanding dengan IMB yang dimiliki oleh gedung tersebut,

dan kurangnya pengawasan oleh Dinas Tata Kota mengenai ketidaksesuaian

bentuk bangunan dengan IMB yang diperoleh masyarakat atau pengembang

pertokoan di Kota Tanjungpinang, dan Dinas Tata Kota juga tidak mempunyai

keberanian untuk melakukan eksekusi pada bangunan-bangunan yang tidak ber-

IMB. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Implementasi

Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung

dalam hal ini adalah kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) belum

terlaksana dengan baik. Serta faktor pendukung adanya ketetapan kebijakan

Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung yang

13

Page 14: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

didalamnya telah termuat segala ketetapan yang mengatur tentang bangunan

gedung beserta sanksi pelanggarannya.

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang

sedang berjalan adalah peneliti lebih menekan kepada Implementasi Peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang yang dimana terfokuskan kepada alur pelayanan

pembuatan surat izin mendirikan bangunan, masih banyak masalah yang terjadi

diantara lain, masalah tentang perizinan pembangunan dan penerapan bangunan-

bangunan yang di bangun secara liar/ tidak ada izin mendirikan bangunan, dan

alur secara administratifnya dan secara teknis tentang penerapan IMB, bangunan

yang menyalahi aturan pada proses pembangunannya seperti tidak memiliki ruas

jalan yang sesuai dengan aturan yang ada, agar terhindar dari masalah-masalah

pembangunan dimana sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur untuk

mengatasi masalah tatanan pembangunan di Kota Tanjungpinang, sehingga

sebelum bangunan yang akan dibangun itu melanggar aturan, maka pemerintah

berusaha menghindari kesalahan-kesalahan tentang masalah bangunan yang

selama ini terjadi agar terciptanya pembangunan yang baik, rapi, tentram, sesuai

dengan kegunaan bangunan tersebut.

14

Page 15: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan, diperoleh sebuah kesimpulan untuk

menjawab rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini adalah

Implementasi Kebijakan Publik mengenai Bangunan Gedung di Kota

Tanjungpinang dalam hal alur pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

sudah cukup baik walaupun masih ada beberapa yang menjadi hambatan untuk

melaksanakan implementasi mengenai IMB ini yaitu seperti fasilitas yang

diberikan pemerintah Kota Tanjungpinang dalam membantu Instansi-instansi

yang mengurus masalah IMB ini dinilai belum cukup memadai, dan seperti

sumber daya yang masih kurang untuk membantu memperlancar proses

pengurusan IMB yang akan diurus oleh masyarakat.

15

Page 16: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, kesimpulan juga diambil dari

beberapa tolak ukur teori yang dipakai untuk penelitian ini dengan sebagai

berikut:

1. Dari tolak ukur yang pertama yaitu komunikasi dapat disimpulkan dari

pembahasan dalam penelitian ini bahwa sebuah komunikasi yang

dilakukan oleh instansi-instansi dalam hal alur pengurusan IMB di Kota

Tanjungpinang sudah lancar dan tidak ada kendala sedikit pun, karena

pemerintah Kota Tanjungpinang sudah melakukan komunikasi baik

berupa media online maupun media cetak.

2. Dari tolak ukur yang kedua yaitu Sumberdaya dapat disimpulkan bahwa

keadaan sumberdaya yang ada di pemerintahan Kota Tanjungpinang

kurang memadai dalam hal ini seperti pegawai/ staf didalam sebuah

instansi pemeritahan yang menjalankan sebuah proses alur pengurusan

IMB ini, karena pegawai/ staf yang berada di instansi tersebut belum

cukup dan masih kurang.

3. Tolak ukur yang ketiga yaitu Disposisi, dapat disimpulkan disposisi yang

terjadi di penelitian ini ialah didalam menjalankan sebuah tanggung jawab

yang telah diberikan para pegawai di sebuah instansi pemerintah telah

menjalankan tugasnya dengan yang semestinya dan sesuai dengan

prosedur yang ada, tetapi didalam tolak ukur disposisi ini terjadi sebuah

praktek-praktek yang dimana ada beberapa pegurusan IMB dilakukan oleh

pihak ketiga tidak setiap masyarakat yang mempunyai waktu untuk

mengurus IMB itu sendiri, dan para pihak ketiga ini diberikan surat kuasa

16

Page 17: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

untuk mengurus IMB yang tidak mempunyai waktu untuk mengurus

sendiri.

4. Struktur birokrasi merupakan tolak ukur yang keempat dalam teori yang

dipakai di penelitian ini dan kesimpulan yang dapat diambil adalah

didalam sebuah struktur organisasi ini terdapat sebuah standart kerja yaitu

Standard Operasional Prosedure (SOP) yang dinilai cukup lama oleh para

pengurus IMB di Kota Tanjungpinang dikarenakan dalam proses

pengurusan IMB dari rekomendasi IMB sampai penerbitan IMB itu adalah

14 hari kerja yang dimana itu menjadi keterhambatan masyarakat yang

mengurus karena tidak di satu titik instansi yang mengurus masalah IMB

ini tetapi ada beberapa instansi yang menjadi alur pengurusan IMB ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Abdul Wahab, Solichin. 2014. Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusun Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV Pusaka Setia

Kismartini. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Universitas Terbuka

Nugroho, Riant D, 2003. Kebijkan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Parson, Wayne, 2005. Public Policy Penghantar Teori dan Praktis Analisis Kebijakan, Kencana : PT Fajar Interpratama Mandiri

Setiawan, Guntur, 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

Subarsono AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

17

Page 18: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

Wibawa, Samodra dkk., 1994, Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Widodo, Joko. 2006. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Malang:Bayumedia Publishing

Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta

----------------. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

--------------. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Winarno, Budi, 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus, Jogjakarta: CAPS

Dokumen

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang No 7 tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung Kota Tanjungpinang.

Keputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 84 Tahun 2004 Tentang Garis Sempadan Bangunan

Amirudin Rohmat pada tahun 2013. Pelaksanaan Peraturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Implikasinya Terhadap Tata Ruang di Kabupaten Batang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Heru Fatamorgana pada tahun 2014. Penelitian Analisa Pengawasan Dinas Tata Kota dan Pemakaman Kota Tanjungpinang Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Tanjungpinang Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Mareci Susi Afrisca Sembiring pada tahun 2015. Efektivitas Advis Planning Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Pemantangsiantar. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Mukti Satrio pada tahun 2013. Penerbitan IMB yang Melanggar Tata Ruang. Universitas Brawijaya.

Syapril pada tahun 2014. Implemetasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang No 7 Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung di Kota Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Websitehttps://id.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan. (Rabu, 01-02-2017)

18

Page 19: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/393/1/Jurnal.docx · Web viewGedung Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Izin Mendirikan Bangunan) Rachmat Hidayat, Alfiandri, Fitri Kurnianingsih

http://batam.tribunnews.com/2016/12/08/dinas-tata-kota-lakukan-pengawasan-untuk-atasi-pelanggaran-dokumen-imb-di-tanjungpinang (Minggu, 12-02-2017)

http://batam.tribunnews.com/2016/04/07/ternyata-masih-banyak-warga-tanjungpinang-yang-urus-imb-setelah-bangunan-selesai. (Selasa, 14-02-2017)

https://informasiana.com/pengertian-komunikasi/ (Kamis, 29-06-2017)

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-sosialisasi-menurut-para-

ahli.html (Kamis, 29-06-2017)

http://humancapitaljournal.com/pengertian-sumber-daya-manusia/ (Kamis, 29-06-

2017)

http://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-tujuan-fungsi-dan-manfaat-

sop.html (Kamis, 29-06-2017)

19