naskah publikasi - repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/2915/1/rizki...
TRANSCRIPT
PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN MISKIN PENGGUNA
BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
RIZKI AMALIA
NIM. 120563201076
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
1
PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PASIEN MISKIN PENGGUNA BPJS DI
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG
RIZKI AMALIA
Dr. H. Rumzi Samin, S.Sos., M.Si.
[email protected] / [email protected]
Dr. Fitri Kurnianingsih, S.Sos, M.Si.
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien
Miskin Pengguna BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Kota
Tanjungpinang. Untuk mengetahui hambatan-hambatan pelayanan BPJS di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Kota Tanjungpinang.
Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purvosive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan perimbangan tertentu yang berjumlah 16 orang, key
informan 1 orang, pegawai/petugas kesehatan berjumlah 3 orang, pegawai BPJS berjumlah 2
orang, dan pasien pengguna BPJS miskin berjumlah 10 orang.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, yaitu
menganalisa data yang diperoleh di lapangan dalam bentuk kualitatif dan diberikan
penjelasan-penjelasan/kesimpulan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan atau kalimat
yang dapat memberikan gambaran di lapangan tentang Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien
Miskin Pengguna BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.
Hasil yang didapat berdasarkan analisis dalam penelitian ini yaitu (1) Fasilitas rawat
inap kelas 3 sudah optimal. Fasilitas kursi antrian masih belum optimal. Sarana komunikasi
yang tersedia sudah maksimal. Fasilitas obat yang diperoleh sudah ditentukan sesuai dengan
Formolarium Nasional (Fornas) dan obat yang diperoleh belum optimal. (2) Komunikasi
pegawai dengan pasien belum ramah, pengecekan dokter terhadap pasien masih kurang
maksimal. Pelayanan administrasi masih belum maksimal. Prosedur pelayanan juga dianggap
belum optimal. (3) Pelayanan di UGD dianggap sudah maksimal. Respon terhadap pasien
yang kartu BPJSnya bermasalah belum maksimal. Keluhan atau saran dari pasien sudah
disediakan kotak saran. (4) Ketersediaan obat belum maksimal. (5) Pasien selalu mendapat
perhatian yang terakhir, mulai dari pendaftaran, konsultasi kesehatan, dan fasilitas yang
diterima. Komunikasi pegawai belum mengayomi.
Kesimpulan terhadap Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien Miskin Pengguna BPJS di
Rumah sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang belum berjalan secara
optimal dan maksimal. Adapun saran diharapkan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang dapat meningkatkan fasilitas sarana dan ketersediaan obat-
obatan, komunikasi bersifat mengayomi, intensitas pengecekan dokter terhadap pasien,
respon terhadap keluhan pasien, selain itu diharapkan pelayanan kesehatan kepada pasien
tidak dibeda-bedakan.
Kata kunci: Pelayanan, Pasien Miskin, Rumah Sakit
2
ABSTRACT
The purpose of the research was to find out the health services for poor patients of
BPJS users at the Hospital of Riau Islands Province, Tanjungpinang City. To find out the
obstacles to BPJS services at the Riau Islands Province Hospital, Tanjungpinang City.
Informants in this research used purvosive sampling technique that is the technique of
sampling data sources with a certain balance of 16 people, as key informant is 1 person,
employee/health worker are 3 people, BPJS employee are 2 people, and patient with poor
BPJS users are 10 people.
The data analysis technique in this research uses qualitative techniques, namely
analyzing the data obtained in the field in qualitative form and given
explanations/conclusions using questions or sentences that can provide an overview in the
field of poor patients BPJS users at the Hospital of the Riau Islands Province Tanjungpinang
city.
The results obtained based on the analysis in this study are (1) class 3 inpatient
facilities are optimal. Queue seat facilities are still not optimal. The available communication
facilities are maximal. The medicinal facilities obtained have been determined according to
the national formolarium (Fornas) and the drugs obtained are not optimal. (2)
communication of employees with patients is not friendly, checking doctors for patients is
stilln not optimal. Administrative services are still not optimal. Service procedures are also
considered not optimal. (3) services at the are considered to be maximal. Response to
patients whose BPJS cards have problems is not maximal. Complaints or suggestion from
petients have provided a suggestions box. (4) availability of drugs is not maximal. (5) petients
always receive the last attention, starting from registration, health consultation, and facilities
received. Communication employees have not protected.
Conclusions on health services towards poor patients BPJS users in the Hospital of
Riau Islands Province Tanjungpinang have not run optimally and maximally. As for the
suggestion, hoped the Tanjungpinang regional general Hospital of Riau Province can
improve facilities and availability of medicines, protect the communication, intensity of
checking doctors for patients, respond to patient complaints, and health services to patients
are not discriminated.
Keywords: service, Poor Patients, Hospital
3
A. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu daerah otonomi
daerah yang sudah mempunyai wewenang
untuk mengatur daerahnya sendiri demi
terciptanya visi dan misi daerah tersebut.
Salah satunya dalam hal pembangunan.
Pembangunan di bidang kesehatan
merupakan bagian dari pembangunan
nasional. Pemerintah sebagai instansi
tertinggi yang bertanggung jawab atas
pemeliharaan harus pula memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan penyediaan
sarana pelayanan kesehatan.
Pemerintah mengambil kebijakan
strategis untuk menggratiskan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak
Januari 2005 program ini menjadi Program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Masyarakat (PJPKM) yang populer
dengan nama Askeskin. Pada tahun 2008
program askeskin ini di ubah namanya
menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS).
Dengan telah dikeluarkannya UU
No.24 Tahun 2011, dimana dijelaskan
bahwa BPJS Kesehatan (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh
rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai
Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan
Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS
Ketenagakerjaan (dahulu bernama
Jamsostek) merupakan program
pemerintah dalam kesatuan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember
2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya
bernama Askes (Asuransi Kesehatan),
yang dikelola oleh PT Askes Indonesia
(Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun
4
2011 tentang BPJS, PT. Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS
Kesehatan sejak tanggal 1 Januari
2014.Setiap warga negara Indonesia dan
warga asing yang sudah berdiam di
Indonesia selama minimal enam bulan
wajib menjadi anggota BPJS.
Setiap perusahaan wajib
mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota
BPJS. Sedangkan orang atau keluarga
yang tidak bekerja pada perusahaan wajib
mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta
BPJS akan ditarik iuran yang besarnya
ditentukan kemudian. Sedangkan bagi
warga miskin, iuran BPJS ditanggung
pemerintah melalui program Bantuan
iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya
wajib bagi pekerja di sektor formal, namun
juga pekerja informal. Pekerja informal
juga wajib menjadi anggota BPJS
Kesehatan. Para pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan membayar iuran
sesuai dengan tingkatan manfaat yang
diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal
diharapkan bisa dimulai secara bertahap
pada 2014 dan pada 2019, diharapkan
seluruh warga Indonesia sudah memiliki
jaminan kesehatan tersebut. Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan
BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk
menanggung segala jenis penyakit namun
dengan melakukan upaya efisiensi.
Permasalahan kesehatan dalam hal
pelayanan kesehatan sering kali menjadi
permasalahan yang sangat penting dalam
sistem birokrasi lembaga pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, baik dalam
sektor pemerintah maupun sektor swasta.
Biaya pengobatan menjadi salah satu
permasalahan bagi masyarakat pengguna
layanan kesehatan. Biaya yang semakin
tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh
masyarakat akan berdampak pada
kunjungan masyarakat ke rumah sakit atau
ke pengobatan itu sendiri. Hal ini tentunya
akan berdampak pada penurunan derajat
5
kesehatan masyarakat. Mengatasi masalah
tersebut, Pemerintah Kota Tanjungpinang
meluncurkan sebuah kebijakan yang
merupakan salah satu langkah Pemerintah
Kota Tanjungpinang dalam pemberian
layanan kesehatan bagi masyarakat
Tanjungpinang melalui program BPJS.
Melalui program ini diharapkan dapat
memenuhi hak dasar masyarakat dalam
pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.
Pengetahuan masyarakat yang
semakin meningkat, akan berpengaruh
terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan kualitas pelayanan
kesehatan, di samping itu pelayanan
kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Provisni Kepulauan Riau Tanjungpinang
juga banyak disorot oleh masyarakat yang
mengenai kinerja dan tenaga tenaga
kesehatan. Selain masyarakat juga
mengkritisi berbagai aspek yang terdapat
dalam pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Provisni
Kepulauan Riau Tanjungpinang. Di
Rumah Sakit Umum Daerah Provisni
Kepulauan Riau Tanjungpinang, sumber
daya manusia terbanyak yang saling
berinteraksi secara langsung dengan pasien
adalah perawat. Sehingga pelayanan yang
dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai
sendiri oleh pasien yang berinteraksi
langsung kepada perawat baik apa
buruknya pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Provisni Kepulauan Riau
Tanjungpinang.
Keluarga pasien seringkali mengeluh
karna kurang puasnya dengan pelayanan
kesehatan yang kurang ramah dan kurang
sigapnya petugas rumah sakit dalam
memberikan pelayanan, baik dari segi cara
berkomunikasi atau tata cara penyampaian
informasi kepada pasien rawat inap. Ini
juga didukung dengan pernyataan
sekretaris komisi I Rika Adrian, SH
menyatakan bahwa ada beberapa kasus
yang berujung pada pengaduan terhadap
anggota dewan secara pribadi, yang
6
menyampaikan pelayanan yang kurang
baik dari rumah sakit. Sehingga kami
harus melakukan pengawasan terhadap
kinerja dan fasilitas rumah sakit. Terutama
apakah sudah memenuhi standart
pelayanan minimal. Rika Adrian
menambahkan lagi dengan pernyataan
harapan yang besar terhadap pekerja
medis,dokter dan pegawai yang ada
dilingkungan rumah sakit dapat
memberikan pelayanan yang ramah dan
cepat karna masyarakat semakin
hari,semakin tinggi pula harapannya
kepada petugas pelayanan publik,
Tanjungpinang, Rabu (6/1/2016).
1. Mereka menganggap bahwa pasien
yang menggunakan BPJS mendapat
pelayanan dan perlakuan yang
berbeda dengan pasien lain yang tidak
menggunakan BPJS di rumah sakit,
baik yang dirawat maupun yang hanya
berobat.
2. Pasien miskin pengguna BPJS
mendapat tempat yang terbatas, alur
adminstrasi yang terkesan berbelit-
belit.
3. Selain itu pegawai rumah sakit sibuk
mengobrol maupun bermain
handphone dalam melaksanakan tugas
mereka.
Untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan pada pasien miskin pengguna
BPJS dapat dilakukan berbagai upaya
mempermudah alur pengurusan
persyaratan pasien BPJS, pembagian tugas
perawat dalam perawatan kepada pasien,
yang melengkapi sarana dan prasarana
rawat inap BPJS, akan tetapi upaya
tersebut belum dapat mengurangi persepsi
pasien terhadap Pelayanan Kesehatan
Kepada Pasien Miskin Pengguna BPJS di
Rumah Sakit Umum Daerah Provisni
Kepulauan Riau Tanjungpinang.
Berkaitan dengan pentingnya
pelayanan untuk menciptakan pelayanan
yang baik terhadap masyarakat diseluruh
Kota Tanjungpinang, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penulisan dengan judul
7
“Pelayanan Kesehatan Kepada Pasien
Miskin Pengguna BPJS di Rumah Sakit
Umum Deerah Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang”.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang dilakukan
adalah bersifat deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrument kunci (sugiyono,2006)
Kualitatif menurut Sugiyono
(2003:15) adalah data yang dinyatakan
dalam bentuk kata, kalimat, sketsa, atau
gambar. Jadi penulis menyimpulkan
penelitian Deskriptif Kualitatif adalah
menggambarkan dan mencari informasi
sebesar-besarnya tentang objek penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang. Alasan
dipilihnya lokasi ini penulis mendapatkan
adanya masalah-masalah yang tidak
sengaja atau sesuai yang diceritakan oleh
pasien atau masyrakat Tanjungpinang
dalam hal melakukan pelayanan khususnya
pelayanan BPJS.
3. Informan Peneliti
Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami
data, informasi atau pun fakta dari satu
objek penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan sugiyono (2009:216)
menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus
tertentu yang ada pada situasi sosial
tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi
ditransferkan ke tempat lain pada situasi
sosial yang memiliki kesamaan dengan
situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan
dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber, atau pasrtisipan, informan”.
8
Informan Penelitian adalah orang
yang benar-benar mengetahui atau pelaku
yang terlibat langsung dengan permasalah
penelitian. Jumlah yang dibutuhkan dalam
penelitian kualitatif tidak ditetapkan,
proses penelitian berlangsung dari satu
responden ke responden lainnya.
Penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk membuat generalisasi
dari hasil peneliti yang telah tercermin
dalam focus penelitian ditentukan secara
sengaja atau purvosive sampling.
Purvosive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan
perimbangan tertentu (dalam
Sugiyono:2013-219).
Dalam penelitian ini menggunakan
informan untuk memperoleh berbagai
informasi yang diperlukan selama proses
penelitian. Informan yang menurut penulis
dapat bertanggung jawab apa yang
menjadi permasalahan penelitian.
Informan penelitian ini meliputi, sebagai
berikut:
Tabel I.I
Informan Penelitian
N
O STATUS JABATAN
JUM
LAH
1 Key
informan
Wadik
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Provinsi
Kepulauan
Riau
1
2 Informan
1
Pegawai/Per
awat
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Provinsi
Kepulauan
Riau
3
3 Informan
2
Pegawai
BPJS
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Provinsi
Kepulauan
Riau
2
4 Informan
3
Pasien
miskin
Rumah
Sakit
Umum
10
9
Daerah
Provinsi
Kepulauan
Riau
Sumber: Olahan data tahun 2018
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang
diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara ) yaitu data yang
di peroleh langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang sudah di
susun.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data
penelitian yang di peroleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Yaitu data yang di peroleh dari sumber
lain untuk melengkapi data primer seperti
foto-foto, rekaman video, data dari website
dengan cara data save.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung dilapangan
terhadap objek-objek yang diteliti sehingga
dapat melihat secara langsung situasi dan
keadaan sebenarnya. Mencatat setiap
gejala yang berhubungan dengan objek
penelitian dalam keadaan asli atau
sebagaimana keadaannya sehari-hari.
Menurut Hadi dalam Sugiyono
(2011;157), mengatakan bahwa ”teknik
observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis”.
Dua diantara terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah
daftar checklist.
b. Wawancara
Teknik wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan atau melalui
wawancara, dimana dua orang atau lebih
secara fisik langsung berhadap-hadapan
yang satu dapat melihat muka yang lain
dan masing-masing dapat menggunakan
saluran komunikasi secara wajar dan
lancar. Wawancara mengumpulkan data
dengan mewawancarai responden yang
10
mempunyai otoritas dan pengetahuan yang
dibutuhkan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan
memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis dalam rangka penulisan.
Menurut Sugiyono (2011:157),
mengatakan bahwa “wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi
pendahuluam untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil. dalam
penelitian ini alat pengumpulan data yang
digunakan adalah pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Berupa foto atau gambar – gambar
yang diperoleh dari penelitian yang
diambil untuk mendukung hasil temuan
dilapangan dan berkaitan dengan
permasalahan yang diambil di Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Tanjungpinang. alat yang digunakan
adalah Kamera.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bukti Langsung (Tangibles)
Fasilitas rawat inap yang didapat
oleh pasien miskin pengguna BPJS adalah
rawat inap kelas 3, sementara itu untuk
pelayanan terhadap pasien, pihak rumah
sakit dan karyawan BJS akan berupaya
memberikan pelayanan terbaik, sarana
komunikasi yang tersedia juga
memudahkan pasien untuk berobat.
Obat yang diperoleh pasien miskin
pengguna BPJS sudah ditentukan sesuai
dengan Formolarium Nasional (Fornas),
selain itu obat yang tidak ada di apotik
rumah sakit, dapat diperoleh pasien dengan
membeli di apotik lain.
Selama kartu BPJSnya tidak
bermasalah maka pendaftaran berobat
melalui jalur BPJS akan lancar. Ini berlaku
untuk semua pengguna BPJS, termasuk
pasien miskin pengguna BPJS juga akan
dapat mendaftar berobat jika kartunya
tidak bermasalah.
Pasien yang berobat melalui jalur
BPJS setiap harinya lebih ramai
11
dibandingkan dengan pasien dari jalur
umum, sehingga hal ini berpengaruh
dengan lama pelayanan yang diberikan.
Pegawai rumah sakit dalam
memberikan pelayanan pasien pengguna
BPJS sudah baik, komunikasi antara
pegawai dengan pasien juga cukup baik,
walaupun kadang-kadang ada ucapan-
ucapan yang tidak mengenakkan. Sarana
komunikasi juga cukup jelas dan baik, hal
itu dapat dilihat dari kemudahan pasien
yang datang untuk melakukan pengobatan
menggunakan BPJS.
Kemudahan fasilitas sudah cukup
memadai, dalam proses pelayanan
kesehatan juga sudah memadai dan cukup
baik. Fasilitas yang diberikan dan
pelayanan kesehatan dianggap sudah
cukup baik dan memadai terhadap pasien
miskin pengguna BPJS.
Fasilitas berupa kursi yang
terssedia masih dianggap kurang, hal ini
dapat dilihat jika pasien yang datang
berobat cukup ramai, karena fasilitas
berupa kursi antrian tidak cukup banyak
pasien yang tidak dapat duduk di kursi dan
berdiri.
2. Kehandalan (Reliability)
Pelayanan yang diberikan dianggap
sudah profesional, tidak ada pembedaan
antara pasien miskin pengguna BPJS dan
non BPJS, hanya saja pada saat mendaftar
dibedakan dan terkesan agak dipersulit
ditambah dengan syarat-syarat yang
terdang juga berbelit-belit.
Prosedur pelayanan yang ada
dirumah sakit sudah cukup bagus, sama
saja halnya dengan yang tidak
menggunakan BPJS yang terpenting tau
cara untuk melakukan pendaftaran pada
saat akan berobat. Pelayanan yang lambat
disebabkan oleh antrian ramai, selain itu
ada beberapa pasien yang membawa
persyaratan tidak lengkap, misalnya belum
mempotokopi KTP hal inilah yang
membuat pelayanan terasa lama selain itu
dokter yang menangani pasien rawat inap
juga hanya mengecek pasien terkadang 1x
dalam seminggu.
12
Pelayanan lambat dikarenakan
antrian yang cukup ramai, dokter yang
bertugas juga dianggap jarang ada
ditempat sehingga banyak pasien yang
tidak mendapatlan penanganan yang baik
dari dokter yang bertugas.
Prosedur pelayanan kesehatan
rawat inap pasien BPJS di rumah sakit
umum daerah cukup berbelit bagi
pengguna BPJS, pasien harus melalui
beberapa alur agar bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat inap seperti
harus fotokopy KTP terdahulu terkadang
ada pasien BPJS, kartu BPJS nya tidak
terdaftar dirumah sakit sehingga membuat
pasien kewalahan mengurus persyaratan
BPJS untuk rawat inap di rumah sakit.
Sedangkan kehandalan perawat dan dokter
diinstansi rawat inap semua melakukan
sesuai dengan peraturan yang ada, dalam
melakukan pemeriksaan dokter sudah
menggunakan alat-alat standar pelayanan
kesehatan, selanjutnya dokter mengecek
pasien rawat inap hanya 1x dalam
seminggu.
3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Keluhan pasien peserta BPJS
diantaranya mengeluhkan pasien pengguna
BPJS kurang informasi dari petugas BPJS
sehingga mereka kira sudah punya kartu
pada saat mereka sakit, kartu mereka
sudah aktif ternyata belum aktif sehingga
mereka dikenakan biaya. Pasien pengguna
BPJS juga ada yang mengeluhkan obat
BPJS terkadang tidak ada dirumah sakit
sehingga mereka harus membeli obat di
luar, yang itu juga masih memerlukan
biaya tambahan.
Dalam mengatasi keluhan pasien
pengguna BPJS dapat melalui media cetak.
Sedangkan untuk obat yang tidak ada di
rumah sakit dapat dibeli di luar, pihak
BPJS siap memberikan informasi kepada
masyarakat pengguna BPJS yang belum
jelas.
Informasi telah diberikan melalui
tulisan yang ada di depan ruang tunnggu
pasien, di informasi yang berkaiatan
dengan tempat pendaftaran mengenai
BPJS dan non BPJS tempatnya berbeda,
13
bagi yang menggunakan BPJS diharapkan
kartu BPJS tersebut telah aktif dan baru
bisa digunakan. Pegawai maupun perawat
yang ada dirumah sakit disini juga siap
memberikan informasi bagi masyarakat
yang membutuhkan informasi lebih jelas
untuk mengurus pelayanan kesehatan
pasien BPJS.
4. Jaminan (Assurance)
Pelayanan di rumah sakit
diupayakan dilakukan sebaik mungkin
baik itu pengguna BPJS maupun non
BPJS. Cara pelayanan bagi pasien yang
kartunya bermasalah, pelayan kesehatan
tetap diberikan terhadap pasien yang kartu
BPJSnya bermasalah, sehingga tidak ada
alasan pasien miskin terlantar dikarenakan
kartu BPJSnya bermasalah.
5. Empati (Empathy)
Pelayanan kesehatan kepada pasien
tidak dibeda-bedakan, pelayanan yang
diberikan terhadap semua pasien sama
menurut petugas rumah sakit, akan tetapi
pada kenyataannya untuk pasien miskin
pengguna BPJS selalu mendapat perhatian
yang terakhir, mulai dari pendaftaran,
konsultasi kesehatan, fasilitas yang
diterima, bahkan ucapan-ucapan yang
dilontarkan oleh petugas rumah sakit
terkadang tidak mempertimbangkan
perasaan pasien.
D. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan Kepada
Pasien Miskin Pengguna BPJS di Rumah
sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan
Riau Tanjungpinang belum berjalan secara
optimal dan maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari dimensi sebagai berikut:
1. Bukti Langsung (Tangibles)
Sarana fasilitas rawat inap yang
didapat oleh pasien miskin pengguna BPJS
yaitu rawat inap kelas 3 sudah optimal.
Fasilitas seperti kursi antrian masih belum
optimal. Sedangkan sarana komunikasi
yang tersedia sudah maksimal. Fasilitas
obat yang diperoleh sudah ditentukan
sesuai dengan Formolarium Nasional
14
(Fornas) dan obat yang diperoleh belum
optimal.
2. Kehandalan (Reliability)
Pelayanan yang diberikan berupa
komunikasi pegawai dengan pasien belum
ramah, kemudian pengecekan dokter
terhadap pasien masih kurang maksimal.
Sedangkan pelayanan berupa administrasi
masih belum maksimal. Sementara untuk
prosedur pelayanan juga dianggap belum
optimal.
3. Daya Tanggap (responsiveness)
Daya tanggap atau respon terhadap
pasien yang sakit mendadak bisa langsung
direspon di UGD dan surat rujukan dari
puskemas bisa diurus kemudian, hal ini
dianggap sudah maksimal. Sedangkan
respon terhadap pasien yang kartu
BPJSnya bermasalah belum maksimal.
Sementara untuk mengatasi keluhan atau
saran dari pasien sudah disediakan kotak
saran. Untuk pengumuman atau
pemberitahuan penting sudah optimal.
4. Jaminan (assurance)
Ketersediaan obat belum maksimal.
Pelayanan menjadi tidak optimal bilamana
karu BPJS miskin bermasalah, semisal
data tidak terbaca, kartu belum aktif.
5. Empati (Empathy)
Pelayanan yang diberikan terhadap
pasien miskin pengguna BPJS masih
belum maksimal karena selalu mendapat
perhatian yang terakhir, mulai dari
pendaftaran, konsultasi kesehatan, dan
fasilitas yang diterima. Komunikasi
pegawai rumah sakit kepada pasien
dibeberapa kesempatan belum mengayomi.
Empati yang diperlihatkan terhadap
keluhan keluhan pasien belum ditanggapi
dengan sepenuh hati.
B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin
disampaikan sebagai berikut:
1. Bukti Langsung (Tangibles)
Fasilitas seperti kursi disiapkan
dengan cara mencukupi keperluan yang
dibutuhkan. Ketersediaan obat perlu
diperhatikan dan dilengkapi, sehingga
pasein dapat memperoleh obat tanpa harus
15
membeli di luar sehingga tidak harus
mengeluarkan biaya tambahan.
2. Kehandalan (Reliability)
Cara komunikasi yang
disampaikan diharapkan lebih bersifat
mengayomi. Dokter yang menangani
pasien rawat inap dalam mengecek pasien
diharapkan intensitasnya perlu ditambah.
Prosedur pelayanan lebih disederhanakan,
dan prosedur pengaktifan kartu BPJS yang
bermasalah supaya dapat dipermudah.
3. Daya Tanggap (responsiveness)
Cara merespon keluhan
Pengguna BPJS yang kartunya
dinonaktifkan dapat lebih dipercepat,
selanjutnya diharapkan penanganan
kesehatan tetap diberikan walaupun kartu
BPJSnya belum aktif dengan ketentuan
tetap diurus untuk pengaktifannya. Selain
itu waktu pengaktifan juga dapat dilakukan
secepat mungkin.
4. Jaminan (assurance)
Cara pelayanan bagi pasien yang
kartunya bermasalah, pelayan kesehatan
tetap diberikan terhadap pasien yang kartu
BPJSnya bermasalah, sehingga tidak ada
alasan pasien miskin terlantar dikarenakan
kartu BPJSnya bermasalah.
5. Empati (Empathy)
Cara melayani dengan empati yaitu
pelayanan kesehatan kepada pasien tidak
dibeda-bedakan, mengedepankan rasa
kemanusiaan, prinsip keadilan, pelayanan
yang diberikan terhadap semua pasien
hendaknya disamakan, karena pada
kenyataannya untuk pasien miskin
pengguna BPJS selalu mendapat perhatian
yang terakhir, mulai dari pendaftaran,
konsultasi kesehatan, fasilitas yang
diterima, bahkan ucapan-ucapan yang
dilontarkan oleh petugas rumah sakit
terkadang tidak mempertimbangkan
perasaan pasien.
Demikian saran ini disampaikan
dengan harapan agar pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau Tanjungpinang bagi
pasien miskin khususnya dan pasien
umumnya agar dapat lebih ditingkatkan
lagi demi terciptanya kepuasan masyarakat
16
dalam menggunakan jasa layanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Hutasoit, C.S,2011. Pelayanan Publik
Teori Dan Aplikasi,
Jakarta:Magnascript: Jakarta.
Indiahono, Dwiyanto, 2009, Perbandingan
Administrasi Publik,
Yogyakarta: Gava Media.
Hardiyansyah, 2011, Kualitas Pelayanan
Publik Konsep, Dimensi,
Indicator dan
implementasinya. Yogyakarta:
Gava Media.
Moernir.H.A.S.2008. Manajemen
Pelayanan Umum Indonesia.
PT.Bumi Aksara.Jakarta.
Sinambela, Poltak Lijan, 2006, Reformasi
Pelayanan Publik. Jakarta PT.
Bumi Aksara.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung : Alfabeta.
Ratminto dan Winarsih, atik septi 2008,
Manajemen Pelayanan. Sinergi
Visi Utama: Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Yamit,Zuliant. 2004. Manajemen Kualitas
Produk dan Jasa. Ekonesia:
Jakarta.
Sedarmayanti. 2009. Reformasi
Administrasi Publik, Reformasi
Birokrasi, dan kepemimpinan
masa depan. PT. Refika
Aditama: Bandung.
Pasolong, Harbani. 2010, Teori
Administrasi Publik. Alfabeta:
Bandung
JURNAL:
Desy Afriyanti, 2014, “Kualitas
Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau.” SKRIPSI,
Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjungpinang, Program
Studi Ilmu Administrasi Negara,
tidak dipublikasikan.
Marlinda, 2011, “Pelayanan Pegawai
Kecamatan Dalam Pembuatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Studi Pada Kecamatan
TanjungPinang Barat Kota
Tanjungpinang.” SKRIPSI,
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan
Ilmu Poilitik Raja Haji,
Tanjungpinang, Program Studi
Ilmu Pemerintahan,tidak
dipublikasikan.
Matovani Erwina Andi, 2015, “Kualitas
Pelayanan Kantor
Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan Kelas II Kijang
Terhadap Agen Pelayaran
Swasta.” Mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Haryanto Roni, 2015, “Kualitas
Pelayanan Di Puskesmas
Kecamatan Pulau Laut
Kabupaten Natuna.” Mahasiswa
Ilmu Administrasi Negara,
17
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, Universitas Maritim Raja
Ali Haji
Azizi Rizki Okky, 2014. “Kualitas
Pelayanan Pada Unit Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Kepulauan Riau
Tanjungpinang.” Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik
Hidayati Enny, 2014. “Kualitas Pelayanan
Jasa Keagean Dalam Menunjang
Pelayanan Kapal Di Pelabuhan
Bandar Bentan Telani- Lagoi.”
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik
DOKUMEN:
Undang-Undang No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Undang-Undang No 24 Tahun 2011
Tentang Jaminan Sosial
Undang-Undang No 63 Tahun 2003
Tentang Pelayanan Publik
WEBSITE
(Sumber Blog:
https://id.wikipedia.org/wiki/BPJ
S_Kesehatan
(Sumber Blog : Teori Para Ahli Tjptono
dalam Saputro (2010:24) (25
April 2016 pukul 19.30 Wib)