repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/715/1/e-jurnal word.docx · web vieweksistensi...
TRANSCRIPT
EKSISTENSI PENGUNJUNG WARUNG KOPI DI KOTA
TANJUNGPINANG
E-Jurnal
Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
Oleh
ROMI
100569201113
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2018
ABSTRAK
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Eksistensi Pengunjung Warung Kopi Di Kota Tanjungpinang. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2008:292) pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif yaitu permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam.
Dalam kaitannya dengan penelitian yang di maksud dengan memahami situasi sosial secara mendalam adalah untuk mengungkapkan secara cermat permasalahan yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu Untuk mengetahui Eksistensi Pengunjung Warung Kopi Di Kota Tanjungpinang. Eksistensi secara umum adalah sebuah keberadaan yang dimana individu merasakan hal yang ada pada dirinya (kenyamanan) hal ini berkaitan penikmat kopi jika berada di Warung Kopi mereka lupa akan waktu yang berjalan, sehingga banyak yang menulis tentang karya ilmiah. Seperti halnya penggemar kopi yang memilih warung kopi sebagai tempat ngumpul mereka untuk bertemu dalam pekerjaan ataupun untuk bersantai diwarung tersebut, warung kopi merupakan pilihan yang pas bagi penggemar kopi terlebih lagi anak muda dikota Tanjungpinang.
Fasilitas yang diberikan menguntungkan bagi mereka dan hal ini juga mendukung bagi pengunjung di Warungkopi untuk bisa berinteraksi dengan mudah baik dalam urusan peribadi maupun kelompok. Dan salah satu informan juga mengatakan baik di kedai kopi mereka bisa mengenalkan diri pada siapapun baik itu lawan jenis ataupun tidak dari sinilah sebuah jaringan muncul dan menjadi semakin meluas akibat intraksi yang dijalankan melalui eksistensi diri yang membuat prilaku individu cendrung untuk mengenal lebih banyak individu lainnya. Pengunjung juga memamfaatkan warung kopi sebagai tempat istirahat kedua selain rumah mereka sendiri, selain itu fasilitas juga merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh warung kopi terutama wifi untuk para pengunjung baik itu pekerja maupun pelajar hal ini sering dibicarakan diberbagai kalangan masyarakat. Sehingga membentuk suatu kelompok sosial yang memperkuat suatu jaringan kelompok maupun individu.
Kata Kunci: Eksistensi, Warung Kopi
ABSTRACT
The purpose of this research is To know the existence of visitors Warung Kopi In Tanjungpinang. The research method that researchers use is a qualitative method. According Sugiyono (2008: 292) in general the reason to use qualitative methods of problems is not yet clear, holistic, complex, dynamic and full of meaning so it is impossible data on social situations are netted by quantitative research methods. In addition the researchers intend to understand the social situation in depth.
In relation to research that is meant by understanding the social situation in depth is to express carefully the problems related to research problems, namely To know the existence of Visitors Coffee Shop In Tanjungpinang City. Existence in general is an existence in which the individual feels that there is in them (comfort) it is related to coffee lovers if they are at Warung Kopi they forget the time running, so that many who write about the scientific work. Like coffee enthusiasts who choose a coffee shop as a place to gather them to meet in a job or to relax diwarung, coffee shop is the right choice for coffee fans especially young people in the town of Tanjungpinang.
The facilities provided are beneficial to them and it also supports for visitors in Warungkopi to be able to interact easily in both personal and group affairs. And one of the informants also said both in coffee shops they can introduce themselves to anyone either opposite sex or not from here a network emerges and becomes more widespread due to the intractions that run through the existence of self that makes individual behavior tends to know more other individuals. Visitors also memamfaatkan coffee shop as a second resting place in addition to their own homes, in addition to the facility is also a major thing that must be owned by coffee shops, especially wifi for visitors both workers and students it is often discussed in various circles of society. So as to form a social group that strengthens a network of groups and individuals.
Keywords: Existence, Coffee Shop
PENDAHULUAN
Warung kopi merupakan tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh
wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung
kopi modern. Kebiasaan minum kopi dan menghabiskan waktu di warung kopi
sambil menikmati berbagai fasilitas yang tersedia menjadikan gaya hidup bagi
berbagai kalangan dari berbagai profesi dan generasi dunia. Warung kopi tidak
hanya menyediakan minuman kopi dengan cita rasa yang nikmat, namun juga
berbagai fasilitas seperti free Wi-Fi, TV, layar lebar untuk menonton pertandingan
sepak bola dunia, ruang pertemuan, akustik music dan lain sebagainya.
Sejumlah penelitian di belahan dunia bahkan melihat fenomena warung
kopi ini sebagai “tempat ketiga” setelah rumah dan kantor, sebagai sebuah
institusi yang memungkinkan interaksi sosial terjadi di dalamnya. Di samping itu,
pertumbuhan dari sebuah organisasipun melihat adanya keuntungan yang
diperoleh dari fenomena “tempat ketiga” ini terhadap peluang dan keuntungan
bagi hubungan sebuah organisasi dengan para karyawannya dalam melihat
kebutuhan publik (Crick, 2011:63-77).
Starbucks sebagai salah satu warung kopi kelas dunia bahkan
mendominasi konsumsi kopi di Taiwan dan melayani sebagai “tempat ketiga”
bagi kehidupan para konsumennya. Penelitian menemukan bahwa dalam budaya
konsumen, Starbucks telah mempengaruhi budaya minum kopi lebih daripada
sekedar percakapan dari mulut ke mulut, melainkan telah menjadi gaya hidup dan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kegiatan mengkonsumsi kopi (Lin,
2012:119-128).
Sementara Robinson dan Deshano (2011:642-657) melihat fenomena
orang-orang yang terlibat dalam situs-situs berita lokal berusaha mencapai
perasaan masyarakat dengan memanfaatkan “tempat ketiga” khas Amerika yakni
warung kopi, perpustakaan dan titik-titik pertemuan masyarakat lainnya. Para
jurnalis warga (citizen journalists) berupaya untuk memenuhi kebutuhannya akan
pemberdayaan atas informasi dan koneksi komunal lokal dalam keterlibatannya
terhadap situs berita lokal dan blog online. Rosenbaum (2006:59-72)
menggambarkan bagaimana dan mengapa “tempat ketiga” seperti warung kopi
dan bar menjadi bermakna dalam kehidupan para pelanggannya.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pelanggan mengunjungi “tempat
ketiga” ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka, tetapi juga
memenuhi kebutuhan mereka akan persahabatan dan dukungan emosional.
Kebutuhan-kebutuhan yang lazim dilakoni oleh para pelanggan berusia tua, yang
sering mengalami kerenggangan pada hubungan sosial mereka. Oleh karena itu,
pelanggan tersebut bisa berpaling kepada “persahabatan komersial” mereka di
“tempat ketiga” untuk memperoleh dukungan penuh secara sosial.
Beberapa penelitian tersebut menggambarkan betapa masyarakat hampir di
seluruh belahan dunia Eropa, Asia dan Amerika sering memanfaatkan warung
kopi sebagai bagian dari aktifitasnya sehari- hari. Fenomena minum kopi dan
menghabiskan waktu di warung kopi ini juga telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Berkembangnya warung-warung kopi dengan merk lokal
di Indonesia pun kian marak dari tahun ke tahun.
Terjadinya beragam pemaknaan makna warung kopi yang ada pada saat
ini, tidak terlepas dari bagaimana proses komunikasi itu terjadi. Hal ini erat
kaitannya dengan konstruksi makna yang dibentuk oleh masyarakat dalam hal ini
pelanggan warung kopi itu sendiri. Dalam sebuah penelitian, Citra Abadi (2013:3)
menyebutkan bahwa: “Dalam memaknai suatu hal, individu memerlukan suatu
dasar yang dijadikan sebagai sebuah nilai dalam mendorong individu untuk
mengkonstruksi sebuah makna. Dengan adanya nilai yang dijadikan sebagai
pedoman untuk memaknai realitas, nilai tersebut akan mempengaruhi individu
dalam bertindak kedepannya. Interpretasi yang dilakukan oleh individu,
memunculkan sebuah motif dalam diri individu” Motif seseorang untuk
mengunjungi warung kopi pun tidaklah sama.
Artinya tentu ada sebuah tujuan yang mereka inginkan ketika berada di
sebuah warung kopi, apakah itu untuk dirinya sendiri ataukah untuk kepentingan
lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Motif ini juga sangat mempengaruhi
seseorang dalam memaknai realitas sosial di sekitarnya. Berdasarkan hasil pra
penelitian dalam bentuk observasi yang dilakukan terhadap para pengunjung di
warung-warung kopi di Kota Tanjungpinang, peneliti mengamati bahwa ada
begitu banyak pengunjung dari berbagai latar belakang yang berbeda
mengunjungi warung kopi tersebut.
Di beberapa warung kopi bahkan tampak dengan jelas sangat didominasi
oleh kalangan-kalangan tertentu, seperti wartawan, PNS dan para mahasiswa.
Pada penelitian ini peneliti melihat Kota Tanjungpinang merupakan salah satu
Kota yang terdapat warung kopi cukup banyak yang merupakan daerah Kepulaun
Riau adapun yang peneliti jabarkan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Warung kopi perkecamatan di Kota Tanjungpinang
No NAMA KECAMATAN YANG BERWI-FI TIDAK WI-FI
1 Tanjungpinang Timur 79 41
2 Tanjungpinang Barat 36 17
3 Tanjungpinang Kota 44 63
4 Bukit Bestari 62 21
Jumlah 363
Sumber : Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun
2017
Dari tabel 1.1 di atas, di jelaskan daerah kecamatan yang paling banyak
jumlah wifinya adalah kecamatan Tanjungpinang Timur 79 warung kopi, sesuai
pertumbuhan penduduknya sangat padat terdapat banyak usaha warung kopi di
daerah pasarnya berpusat di Km 9, sedangkan daerah yang paling sedikit jumlah
yang tidak memakai wifinya adalah Tanjungpinang Barat sebanyak 17 warung
kopi yang tidak memakai wifi, jadi dapat di ketahui pada tabel di atas jumlah
seluruh warung kopi yang telah terdata di Kota Tanjungpinang yaitu berjumlah
363 warung.
Perkembangan pembangunan warung kopi berfasilitas Wi-Fi khususnya di
kota Tanjungpinang tumbuh sangat pesat karena lagi maraknya pesaing warung
kopi dari tahun ke tahun cukup meningkat. Hampir semua sudut kota
Tanjungpinang dapat ditemukan warung kopi, mulai dari yang bentuknya
sederhana sampai dengan warung kopi bercorak modern desainnya. Dan biasa
dipastikan pula bahwa semua tempat ngopi tersebut selalu tidak pernah sepi
dikunjungi oleh pelanggannya masing-masing. Itupun oleh karena tempat ngopi
tersebut terasa nyaman, pelayanan warkop (Warung kopi) sangat memuaskan dan
sehingga pengunjung merasa bertahan lama-lama dalam keadaan santai, agar lebih
mudah peneliti membuat table sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Peningkatan Warung Kopi Pertahun Di Kota Tanjungpinang
No Tahun Jumlah Warung Kopi
1 2013 119
2 2014 172
3 2015 267
4 2016 334
5 2017 363
Sumber Data: Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Satu Pintu 2017
Jumlah warung kopi semakin meningkat dalam beberapa tahun, yang
menjadi sebagian dari usaha masyarakat Kota Tanjungpinang dari data diatas
dapat dilihat peningkatan yang terjadi dan kemungkinan akan terus meningkat
akibat permintaan konsumen yang semakin tinggi, hal ini juga memicu beberapa
usahawan memilih warung kopi sebagai usaha yang tidak terlalu rumit dan juga
modal yang kecil menjadi incaran baik dari kalangan masyarakat maupun
pengusaha.
Apalagi ditambah dengan jadwal pembukaan dan penutupan warkop dapat
dikatakan hampir dari pagi sampai subuh. Mulai dari pagi di buka jam 7.00
sampai malam, ditutup jam 3.00 dini hari. Itu Kalau lagi maraknya pertandingan
bola liga di TV. Salah satu alasan yang paling akurat dari para pelanggan tersebut
adalah selain Wi-Fi gratis, mereka juga menonton pertandingan sepak
bola,jaringan wi-fi koneksi cepat tidak di batasi jam,murah hanya membayar
segelas kopi saja dengan fasilitas tempat yang nyaman dan indah di pandang.
Meskipun Wi-Fi hanya dapat diakses di tempat yang bertandakan Wi-Fi
Hotspot, jumlah tempat-tempat umum yang menawarkan Wi-Fi hotspot
meningkat secara drastis. Hal ini disebabkan karena dengan dijadikannya tempat
mereka sebagai Wi-Fi hotspot berarti pelanggan mereka dapat mengakses internet
yang artinya memberikan nilai tambah bagi para pelanggan. Wi-Fi dibuat dengan
tujuan untuk membawa kemudahan dan kepraktisan bagi masyarakat kota
tanjungpinang. Wi-Fi diasosiasikan dengan kebebasan karena Wi-Fi memberikan
kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data
dari ruang meeting, kamar hotel, kampus, dan cafe yang bertanda “Wi-Fi
Hotspot”. WiFi membuat masyarakat tidak perlu direpotkan lagi untuk mencari
informasi.
Eksistensi tempat ngopi ber-Wifi ini menjadi potret baru dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir di kota Tanjungpinang. Tempat ngopi ber-Wifi ini di
kunjungi oleh para pengunjung yang mengakses internet. Sekarang warung kopi
berfungsi ganda: warkop-net (tempat ngopi dan warung internet). Memakai kata
“huni” karena pengunjungnya membutuhkan waktu lebih lama minimal dua jam
dan maksimalnya tidak terukur. Para pengunjung, biasanya, tetap membentuk
kelompok-kelompok komunitas pengunjung warung kopi. Hanya saja, yang
menjadi objek pembicaraan lebih fokus pada tayangan menu internet : seperti
facebook, youtube, games online dan layanan lainnya. Yang di maksud eksistensi
di sini ialah bagaimana cara pengunjung untuk mendapatkan jaringan agar mudah
mendapatkan berbagai macam informasi yang di inginkan pengunjung,dengan
menggunakan laptop dan henpon. Dulu bisa dikatakan harus ke warnet dulu atau
isi paket hp android baru bisa bermain, tapi sekarang hanya memesan segelas kopi
duduk santai saja sudah bisa mendapatkan informasi dan dengan segelas kopi
pengunjung sudah mendapatkan kemudahan dan mengalami pengiritan biaya.
Terkhusus pada penyediaan fasilitas internet, memang dalam beberapa
tahun belakangan ini tuntutan akan kebutuhan informasi yang update dan praktis
sehingga membuat pengusaha atau pengelola warung sengaja menyediakan
fasilitas tambahan berupa layanan akses internet yang mudah dan cepat, guna
memanjakan para pemgunjung yang datang. Pada umumnya, layanan internet
yang disediakan di sebuah kafe/warung menggunakan jaringan wireless atau yang
biasa kita sebut dengan istilah Wi-Fi (Wireless Fidelity).
Tempat ngopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat
minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai tempat mencari inspirasi dan
kenyamanan individu atau kelompok secara santai. Dari ruang itu berbagai
informasi, baik rumor, fakta dan data terus ter-update. Informasi dari berbagai
redaksi bergulir bagai bola salju, menggelinding dan makin membesar sampai
akhirnya menjadi konsumsi publik. Di tempat ini pula informasi itu akhirnya
kembali dalam bentuk umpan balik (feedback) yang biasanya dibumbuhi dengan
berbagai komentar. Dengan ngopi sekaligus ngenet telah membuat masyarakat di
kota Tanjungpinang mendapatkan suatu kesenangan tersendiri yaitu dapat
dikatakan dengan ngopi di warung kopi yang menggunakan fasilitas Wi-Fi suatu
kegiatan yang memberi kesenangan tersendiri kepada mereka, sehingga mereka
kalau mau minum kopi lebih tertarik minumnya di warung kopi yang ada Wifi,
hal ini yang membuat peneliti tertarik dalam melakukan penelitian yang berjudul:
“Eksistensi Pengunjung Warung kopi Di Kota Tanjungpinang)”
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif.
Menurut Sugiyono (2008:292) pada umumnya alasan menggunakan metode
kualitatif yaitu permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh
makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut di jaring dengan
metode penelitian kuantitatif. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi
sosial secara mendalam.
Dalam kaitannya dengan penelitian yang di maksud dengan memahami
situasi sosial secara mendalam adalah untuk mengungkapkan secara cermat
permasalahan yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu Eksistensi
Pengunjung Warung kopi di Kota Tanjungpinang.
PEMBAHASAN
a. Eksistensi Pengunjung Warung Kopi di Kota Tanjungpinang
Eksistensi secara umum adalah sebuah keberadaan yang dimana individu
merasakan hal yang ada pada dirinya (kenyamanan) hal ini berkaitan penikmat
kopi jika berada di Warung Kopi mereka lupa akan waktu yang berjalan, sehingga
banyak yang menulis tentang karya ilmiah, contohnya Filosofi Kopi yang cukup
terkenal di negara Indonesia karena penggemarnya yang luar biasa di Negara
Indonesia, hal ini juga di perbincangkan di Kota Tanjungpinang karena Kota
Tanjungpinang cukup banyak penikmat kopi terlebih lagi di kalangan remaja dan
dewasa. Sebagian besar Kopi di nikmati di tempat-tempat tertentu yang dimana
keberadaannya sangat di cari oleh pecinta Kopi, hal ini sangat berkaitan dengan
eksistensi yang di miliki oleh pengunjung Warung Kopi (Warkop).
Alasan Pengunjung menikmati kopi dengan berinteraksi sesama sahabat
mereka sehingga hubungan sosial yang terjalin cukup lama menjadikan
keberadaan mereka untuk memilih di Warung Kopi sebagai tempat interaksi yang
nyaman bagi mereka, keberadaan sesuatu yang nyaman tempat yang di pilih oleh
kelompok maupun individu adalah sesuatu yang tanpa disadari oleh manusia itu
sendiri seperti yang kita lihat diatas ini menunjukan adanya konsep teoritis yang
menjelaskan tentang. Manusia harus menemukan diri dalam situasi dan
berhadapan dengan berbagai kemungkinan atau alternative yang dia punyai. Bagi
Jasper dan Hiedegger, situasi itu menentukan pilihan, kemudian manusia
membuat pilihan dari berbagai kemungkinan tersebut (Muzairi, 2002:55).
Seperti halnya penggemar kopi yang memilih warung kopi sebagai tempat
ngumpul mereka untuk bertemu dalam pekerjaan ataupun untuk bersantai
diwarung tersebut, warung kopi merupakan pilihan yang pas bagi penggemar kopi
terlebih lagi anak muda dikota Tanjungpinang, warung kopi memang digemari
sejak tahun 60-an yang berawal dari sejarah kedaikopi orangtua terdahulu di Kota
Tanjungpinang seiring perkembangan zaman mengalami perubahan warung kopi
yang di deasain lebih unik dan bervariasi agar konsumen selalu betah dan nyaman
bagaikan rumah mereka sendiri seperti keterangan yang dijelaskan informan
diatas.
b. Keuntungan Pengunjung Warung kopi Dan Pemilik Warung Kopi Serta Karyawan Warung kopi.
Warung kopi banhyak dikenal diberbagai kalangan masyarakat Kota
Tanjungpinang dan hampir rata-rata masyarakat Kota Tanjungpinang adalah
pekerja keras yang mengandalkan tenaga mereka untuk bekerja dan ini
membutuhkan tenaga yang cukup lebih hal yang menarik bagi pekerja adalah
secangkir kopi merupakan hal yang wajib untuk dikonsumsi dalam bekerja
layaknya sebuah supleman tenaga tanpa bahan campuran dan pengawet, begitu
juga bagi pelajar atau mahasiswa mereka beranggapan kopi adalah penyemangat
dalam belajar yaitu obat tahan kantuk, dan melancarkan semangat mereka agar
tidak menurun.
Secara sosio cultural banyak keutungan bagi pengunjung warung kopi
yang dijelaskan beberapa informan diatas selain tempat untuk bersantai dan
membuang rasa suntuk hal ini juga mereferskan otak mereka dalam hal-hal yang
positif, seperti berkumpul bersama teman-teman mereka, melanjutkan pekerjaan
mereka dengan suasana yang berbeda yang menjadikan warung kopi sebagai salah
satu tujuan pengunjung untuk mengeksiskan diri mereka di dunia nyata dan juga
dunia maya, ini merupakan sesuatu yang sangat unik bagi peneliti, karena peneliti
melihat warung kopi bisa dijadikan sebagai sumber usaha yang tidak memerlukan
banyak modal tetapi memberikan banyak mamfaat dari berbagai kalangan, baik
pekerja, pelajar dan pengusaha dan banyak hal lain lagi yang didapatkan
pengunjung warung kopi tanpa di sadarinya.
Membentuk suatu kelompok sosial merupakan salah satu hal yang
terwujud didalam warung kopi dan mereka tidak menyadari akan hal ini,
hubungan sosial yang begitu kuat membuat individu menjalin hubungan secara
permanen dan kuat dalam sebuah interaksi sosial. Kelompok terbentuk karena ada
sejumlah orang yang bekerja sama dengan kesamaan tujuan yang cenderung
memiliki karakteristik sama sehingga mereka berpartisimpati satu sama lain.
Jalaluddin Rakhmat, mengatakan bahwa tidak semua himpunan orang di sebut
kelompok. Orang yang berkumpul di pasar bukanlah kelompok. Syarat di sebut
kelompok adalah kesadaran anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang
mempersatukan mereka (Suranto, 2011:19).
c. Fasilitas Warung kopi di Kota Tanjungpinang.
Warung kopi tentunya memiliki daya tarik tersendiri dimana persaingan
antar pedagang pasti memiliki keunikan ataupun kelebihan yang di miliki masing-
masing Warung Kopi fasilitas yang banyak diminati adalah menu yang spesial
seperti nama kopi yang enak dan fasilitas Warung yang mendukung dengan
adanaya jaringan WI-FI. fasilitas yang diberikan oleh pemilik Warung Kopi agar
daya tarik pelanggan menjadi lebih nyaman sesuai keinginan dalam menikmati
suasana saat berkomunikasi dalam segala hal, baik di bidang pekerjaan, tugas
kuliah maupun dalam berdiskusi satu sama laiinya dan menjadikan WIFI sebagai
alat untuk mempermudah usaha online yang dijalani.
Tanpa disadari Warung kopi yang dulunya berbentuk Tradisional hingga
sekarang mulai berkembang dengan teknologi yang canggih sehingga menarik
minat pelanggan dalam kebutuhan sehari-hari yang menjadikannya sebuah
kebiasaan sendiri (cara wujud manusia itu sendiri dalam eksistensi), eksis dalam
konsep memang luas cankupannya Sedangakan eksistensialisme sendiri adalah
gerakan filsafat yang menentang esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi
manusia (Ibid, 2005:185). Memahami eksistensialisme, memang bukan hal yang
mudah. Banyak pendapat perihal definisi dari eksistensi. Tapi, secara garis besar,
dapat ditarik benang merah, diantara beberapa perbedaan devinisi tersebut.
Bahwa, para eksistensialis dalam mendefinisikan eksistensialisme, merujuk pada
sentral kajiannya yaitu cara wujud manusia.
d. Aktifitas Pengunjung Warung Kopi di Kota Tanjungpinang.
Aktifitas pengunjung Warung Kopi merupakan kegiatan yang terus
dijalani setiap harinya oleh para pengunjung di Warung Kopi hal ini menjadi
aktifitas rutin penikmat kopi di Kota Tanjungpinang sesuai dengan alasan
informan memilih Warung Kopi sebagai tempat interaksi sosial dalam kehidupan
sehari-hari. Warung Kopi sebagai tempat untuk melanjuti pekerjaannya di kantor
dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh Warung Kopi sampai dengan
pembisnis yang ada di Kota Tanjungpinang terutama bisnis Online yang
dijalaninya. Warung kopi merupakan tempat ketiga bagi para pengunjung kopi
yakni tempat ngopi yang nyaman selain di Rumah dan di Kantor, beberapa hal
yang menakjubkan bagi para pengunjung kopi dalam berbagai tujuan yang ingi di
capai mereka.
Begitu juga dengan para pekerja yang membutuhkan informasi dengan
cepat mereka mencari informasi dengan melakukan interaksi sosial satu sama
lainnya dalam mencari informasi (wartawan), karena profesi sebagai wartawan
merupakan media yang sangat dibutuhkan masyarakat karena mengupdate berita
setipa harinya, dapat di simpulkan bahwasanya mereka akan lebih mudah
mendapatkan informasi jika mereka bergabung dengan mahasiswa dan para
pekerja lainnya layaknya anak muda pada zaman saat ini.
Dari berbagai profesi informan diatas mereka menjelaskan beberapa hal
yang menurut peneliti hal tersebut merupakan hal yang menarik karena peneliti
melihat adanya perbedaan satu sama lain antara pekerja kasar dan kantoran yang
memiliki perbedaan tujuan dimana mereka menginginkan hal-hal yang baru yang
bisa membuat mereka nyaman di warung kopi tersebut sebagai tempat ketiga bagi
mereka dan ini menunjukan perubahan bagi masyarakat yang terus berevolusi
setiap harinya mengalami perubahan dari zaman ke zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Amin. Beragama Dalam Belenggu Kapitalisme,dalam Fachrizal A
Halim, Beragama Kapitalisme, magelang : indonesiatara 2002
Arif, Saiful. Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002
Sulthani, Achyar.”Nikmatnya Minum Kopi “. Dalam Suara pembaruan on line,
di akses tanggal 6 Agustus 2008.
Wicaksana, Bachrul “Tak Sekedar Dagang kopi” dalam www. Harian
Republikan.com, di akses tanggal 20 oktober 2008.
Bryan S Turer, Teori-teori sosiologi Modernitas dan Postmodernitas, Di Terj.
Dari judul asli, The Teoriest of Modernity And postmordenity
Chaney, David. Lifestyle : Sebuah Pengantar komprehensif. Yogyakarta :
Jalasutra, 1996.
Siregar, Ashadi. ‘Popularisasi Gaya Hidup: Sisi Remaja dalam Komunikasi
Massa’
Dalam Idi subandy Ibrahim (ED), lifestyle Ecstasy : kebudayaan Pop
dalam Masyarakat komonitas Indonesia. Yogyakarta : Jalasutra, 1997
Wahid, Abdul. Islam Dan Idealitas manusia, Dilema Anak Buruh dan Wanita
Modern, sipress, Yogyakarta.
Winangun. Y.W. Wartaya. Masyarakat Bebas Struktur. Liminalitas dan
Komunitas,
Menurut victor Turner Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1990.
Wikipedia bahasa Indonesia, “Ensiklopedia Bebas”. Dalam www.sleman.go.id.
Di akses tanggal, 10 september 2008.
Emka, Moammar, Sex’s in The city : Jakarta Undercover. Yogyakarta: Galang
Press, 2002.
Ritzer,George, Teori Sosial postmodern, di Terjemahkan dari judul Asli The
Postmodern Social Theory, Kreasi Wacana Yogjakarta.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia
Utama, 1993.
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi : Sebuah Bunga Rampai Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia, 1985.
Lury,Celia. Budaya Konsumen. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,1997
Syeirozi, M. Safiq “Akar Kota mulai Terhempas” . Majalah ARENA UIN Sunan
kalijaga Yogyakarta, Edisi I/Th XXVIII/2006.
Nasution, Motode Research (penelitian) Jakarta PT Bumi Aksara, 2004.
Piliang,Yasraf Amir. Sebuah Dunia Yang Dilipat. Bandung : Mizan, 1998.
Karim, Rusli. Agama Modernisasi, Tiara Wacana Yogya,1994.
Soehadha, Moh. Pengantar Penelitian Sosiologi Kualitatif, buku Daras, Progeram
Studi Sosiologi Agama. Fakultas Ushululddin IAIN Sunan kalijaga
Yogyakarta, 2004.
Soedarisman, Poerwokoesoema, sejarah Lahirnya kota Yogyakarta. Yogyakarta
Lembaga Javanologi, 1986.