repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/artikel ilmiah (aldi fitr…  · web...

24
Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Aldi Fitra Wiranata, Ita Karlina, Yales Veva Jaya Email : [email protected] Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK WIRANATA, ALDI FITRA. Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dibimbing oleh Ita Karlina dan Yales Veva Jaya. Penelitian mengenai Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove telah dilakukan di Perairan Batu Licin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan makrozoobentos pada habitat lamun dan mangrove serta tekstur substrat yang merupakan habitat ekosistem tersebut. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling di 2 stasiun yaitu habitat lamun dan mangrove di perairan Batu Licin. Untuk penentuan titik sampling menggunakan metode Random Sampling sebanyak 30 titik di kedua stasiun. Makrozoobentos diambil menggunakan core sampler diameter 3”. Identifikasi makrozoobentos menggunakan acuan WoRMS dan seashellhub. Tekstur sedimen diayak dengan ayakan 8 tingkat, kemudian di analisis skala Wenthwort dan dilanjutkan analisis Shepard Diagram. Data makrozoobentos dilakukan perhitungan kelimpahan dan indeks ekologi. Uji perbandingan makrozoobentos di habitat ekosistem lamun dan mangrove menggunakan Independent Samples T Test (α = 0,05) dengan tingkat keakuratan 95% dibantu oleh software SPSS 16.00. Dari hasil pengamatan, makrozoobentos pada habitat lamun terdiri dari 13 family, 23 spesies. Diantaranya 1

Upload: others

Post on 24-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan

Aldi Fitra Wiranata, Ita Karlina, Yales Veva Jaya

Email : [email protected]

Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

WIRANATA, ALDI FITRA. Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dibimbing oleh Ita Karlina dan Yales Veva Jaya.

Penelitian mengenai Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove telah dilakukan di Perairan Batu Licin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan makrozoobentos pada habitat lamun dan mangrove serta tekstur substrat yang merupakan habitat ekosistem tersebut. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling di 2 stasiun yaitu habitat lamun dan mangrove di perairan Batu Licin. Untuk penentuan titik sampling menggunakan metode Random Sampling sebanyak 30 titik di kedua stasiun. Makrozoobentos diambil menggunakan core sampler diameter 3”. Identifikasi makrozoobentos menggunakan acuan WoRMS dan seashellhub. Tekstur sedimen diayak dengan ayakan 8 tingkat, kemudian di analisis skala Wenthwort dan dilanjutkan analisis Shepard Diagram. Data makrozoobentos dilakukan perhitungan kelimpahan dan indeks ekologi. Uji perbandingan makrozoobentos di habitat ekosistem lamun dan mangrove menggunakan Independent Samples T Test (α = 0,05) dengan tingkat keakuratan 95% dibantu oleh software SPSS 16.00. Dari hasil pengamatan, makrozoobentos pada habitat lamun terdiri dari 13 family, 23 spesies. Diantaranya Strombidae (7.90%), Neritidae (12.37%), Nassariidae (7.56%), Buccinidae (4.47%), Fasciolariidae (9.28%), Littorinidae (4.81%), Cerithiidae (9.28%), Arcidae (4.12%), Veneridae (26.12%), Mactridae (6.87%), Gecarcinucidae (2.06%), Portunidae (3.44%), Chlorodiellinae (1.72%). Pada habitat mangrove terdiri dari, 10 family, 20 spesies. Diantaranya Potamididae (31.94%), Littorinidae (8.54%), Cerithiidae (21.95%), Collumbelldae (2.2%), Neritidae (5.37%), Cardiidae (4.39%), Trochidae (5.61%), Assimineidae (5.12%), Nassariidae (4.15%), Buccinidae (10.73%). Kelimpahan makrozoobentos pada stasiun I (Lamun) dan II (Mangrove) ada perbedaan. Dimana mangrove lebih tinggi (1124 ind/m3) dan lamun (798 ind/m3). Tekstur sedimen di Lamun dan Mangrove mempunyai perbedaan karakter. Lamun mempunyai karakter kerikil berlumpur sedangkan mangrove pasir berlumpur.

Kata kunci : makrozoobentos, habitat, perbandingan, substrat.

1

Page 2: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

PENDAHULUAN

Batu Licin adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Bintan

Kecamatan Bintan Timur. Perairan Batu Licin memiliki keanekaragaman hayati

yang tinggi dan berbagai habitat bagi ekonomis penting banyak di manfaatkan dan

digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah penangkapan biota laut, jalur

transportasi, dan daerah pembesaran biota laut yang ada di perairan batu licin,

(Kristoval 2017).

Kawasan pada ekosistem lamun dan mangrove sangat banyak biota-biota yang

hidup pada bagian dasar sedimen, di antaranya makrozoobentos. Makrozoobentos

merupakan hewan invertebrata yang hidup di bawah atau di dasar perairan,

dengan pergerakannya relatif lambat yang dipengaruhi oleh substrat.

Makrozoobentos dapat hidup di ekosistem lamun maupun mangrove. Selain itu,

organisme ini banyak ditemukan di perairan laut, estuari, maupun perairan tawar,

(Marpaung 2013).

Sebagai bagian dari habitat makrozoobentos, substrat merupakan komponen

penting bagi kehidupan makrozoobentos. Karena, substrat sangat berperan penting

sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi struktur komunitas

makrozoobentos. Substrat berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan

memijah bagi makrozoobentos. Substrat dapat dibagi beberapa kategori,

diantaranya substrat berlumpur, berpasir, lumpur berpasir, lumpur berbatu dan

pasir berbatu, (Riniatsih dan Edi 2009).

Menurut Vyas dan Bhawsar (2013), makrozoobentos berkontribusi sangat

besar terhadap fungsi ekosistem perairan. Vyas et al. (2012), menambahkan

bahwa makrozoobentos memegang peranan penting seperti proses mineralisasi

2

Page 3: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

dalam sedimen dan siklus material organik. Serta berperan dalam transfer energi

melalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai

penyeimbang nutrisi dalam lingkungan perairan, (Sharma et al. 2013).

Hasil survey peneliti mengamati ke lokasi penelitian, kondisi ekosistem lamun

dan mangrove di perairan Batu Licin termasuk baik dan mempunyai substrat yang

berbeda. Ekosistem lamun mempunyai substrat lumpur sedangkan ekosistem

mangrove mempunyai substrat lumpur berbatu. Oleh karena itu faktor yang

menarik untuk diteliti adalah keberadaan jenis makrozoobentos pada dua tempat

yang berbeda antara ekosistem lamun dan ekosistem mangrove serta tekstur

substratnya.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan makrozoobentos

pada habitat lamun dan mangrove dan untuk mengetahui tekstur substrat yang

merupakan habitat makrozoobentos di ekosistem lamun dan ekosistem mangrove

di perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Desember 2017 di Perairan Batu

Licin. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut :

3

Page 4: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Gambar 1. Peta Lokasi PenelitianAlat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan pada peneitian ini adalah multitester,

hendrefraktometer, kantong plastik, aquades, tissue, kamera core sampler, sampel

makrozoobentos dan sampel sedimen.

Metode Penelitian dan Jenis Data

Metode yang digunakan adalah metode survey yang bersifat deskriptif dimana

variabel yang diamati terdiri dari variabel utama seperti, kelimpahan,

keanekaragaman, keseragaman, dominansi, jenis makrozoobentos dan jenis

substrat. Adapun variabel pendukung yaitu parameter kualitas perairan fisika dan

kimia meliputi suhu, salinitas, DO dan pH. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah berupa data primer. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan

secara langsung ke lapangan melalui pengukuran parameter lingkungan dan

parameter biologi (Makrozoobentos).

Penentuan Stasiun

Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling

berdasarkan habitat lamun dan mangrove. Penentuan titik sampling ditentukan

menggunakan metode acak (Random Sampling) dimana habitat lamun dan

mangrove mempunyai masing – masing 30 titik sampling yang koordinatnya

ditentukan menggunakan software VSP (Visual Sampling Plan). Pendekatan

kepada normal ini makin baik jika ukuran sampel n semakin besar. Biasanya

untuk n ≥ 30, maka pendekatan ini sudah bisa berlaku. Apabila populasi yang

disampel sudah berdistribusi normal, maka rata-rata sampel juga berdistribusi

normal meskipun ukuran sampel n < 30, (Akbar 2015). Berikut ini jumlah titik

sampling dan koordinat dapat dilihat pada Tabel 1.

4

Page 5: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Tabel 1. Jumlah Titik Sampling dan Koordinat.

Stasiun 1 Titik Sampling X Coord Y Coord Stasiun 2 Titik

Sampling X Coord Y Coord

Lamun 1 104.5287 0.8252 Mangrove

1 104.5281 0.83012 104.5256 0.8241 2 104.5264 0.82873 104.528 0.8247 3 104.5282 0.82994 104.5248 0.825 4 104.5259 0.82795 104.5285 0.8246 5 104.5278 0.82916 104.5267 0.8248 6 104.5275 0.82917 104.5291 0.8254 7 104.5266 0.82718 104.5251 0.8244 8 104.5271 0.82879 104.5276 0.825 9 104.5289 0.829910 104.5257 0.8245 10 104.5256 0.826911 104.5282 0.8251 11 104.5265 0.829312 104.5294 0.8247 12 104.5279 0.829713 104.5272 0.8243 13 104.527 0.827714 104.526 0.8249 14 104.5267 0.828215 104.5284 0.8255 15 104.5286 0.829416 104.5253 0.824 16 104.5263 0.827417 104.5278 0.8246 17 104.5272 0.829818 104.525 0.8248 18 104.5269 0.828419 104.5275 0.8254 19 104.5287 0.829620 104.5263 0.8244 20 104.5257 0.827621 104.5287 0.825 21 104.5276 0.828822 104.5269 0.8246 22 104.5262 0.828123 104.5294 0.8252 23 104.5281 0.829324 104.5249 0.8242 24 104.5271 0.827325 104.5274 0.8248 25 104.5265 0.828926 104.528 0.8257 26 104.5284 0.830127 104.5264 0.8247 27 104.5261 0.827128 104.5289 0.8253 28 104.527 0.829429 104.5258 0.8243 29 104.5277 0.829830 104.5283 0.8249 30 104.5268 0.8279

Pengambilan dan Penanganan Sampel Makrozoobentos

Pengambilan sampel dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan.

Pengambilan sampel dilakukan pada waktu surut dengan alasan agar

mempermudah dalam pengambilan serta tidak terkendala arus dan gelombang.

Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan alat core sampler dengan

diameter 3inci (7,62cm) dengan panjang 25 cm. Pengambilan sampel

makrozoobentos dengan kedalaman 20 cm. kemudian sampel makrozoobentos

disaring dengan saringan standar nomor 35 (0,5 mm). Hasilnya disimpan dalam

kantong plastik yang telah diberi kertas label dengan code L untuk lamun,

5

Page 6: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

sedangkan M untuk mangrove dan diawetkan dengan alkohol 70 % lalu

dimasukkan ke dalam ice box dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi

jenisnya.

Diameter = 3 inchi (7,62 cm)r2 = 58,06 cm

Luas lingkaran = π r2

Gambar 2. Core Sampler

Setiap jenis sampel makrozoobentos yang didapat pada core sampler

ditempatkan dalam kantong plastik yang berbeda yang sudah diberi kertas label

dan code pada habitat masing - masing. Penanganan sampel makrozoobentos

selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan air asin langsung dari perairan

tersebut, dan diberikan alkohol. Hal ini bertujuan agar makrozoobentos yang

didapat tidak mati ataupun rusak struktur tubuhnya ketika dianalisis di

laboraturium. Kemudian setiap sampel yang diperoleh didokumentasikan sesuai

dengan prosedur dan diidentifikasi dengan acuan identifikasi merujuk pada

seashellhub dan WoRMS (Word Register of Marine Species).

Kelimpahan

Untuk menghitung kelimpahan organisme meiofauna dapat dihitung dengan

menggunakan rumus, (Trisnawati 2012) yaitu :

Y = 10.000 x abDimana : Yi = kelimpahan individu (ind/m3) pada kedalaman ke ia = jumlah meiofauna yang tersaring pada kedalaman ib = luas lingkaran corer (cm3)10000 = nilai konversi dari cm3 ke m3

6

Page 7: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati

biota yang akan diteliti. Bila nilai indeks semakin tinggi maka komunitas biota

perairan itu semakin beragam dan tidak hanya didominasi oleh satu atau dua taksa

saja, (Romimohtarto dan Juwana 2001). Persamaan yang digunakan untuk

menghitung indeks ini adalah persamaan Shannon – Wiener, (Fachrul 2007) :

H′ = ∑i=1

s

Pi ln Pi

Dimana : H’ = indeks diversitas Shannon – Wiener Pi = ni/N ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu

Kisaran indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut,

(Fachrul 2007):

H' < 1 = Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah

sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan tidak stabil

1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem

cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi, produktivitas tinggi, stabilitas ekosistem

tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui pola penyebaran individu

pada tiap taksa apakah keseragamanya merata atau tidak. Untuk mengetahui

seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu tiap jenis biota digunakan

indeks keseragaman yaitu dengan rumus, (Fachrul 2007):

E = H′

7

Page 8: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Ln (S)

Dimana :E = Indek keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman S = jumlah spesiesE = 0 Kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing

spesies sangat jauh berbeda. E = 1 Kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing masing spesies relatif

sama.

Indeks Dominasi (D)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya dominasi jenis tertentu pada suatu

ekosistem dapat menggunakan indeks Simpson, dengan persamaanya adalah

sebagai berikut, (Fachrul 2007) :

D = ∑i=1

s

[ ¿N ]2

Dimana : D = Indeks dominasi simpsonni = Jumlah individu taksa ke-iN = Jumlah total dari seluruh individuS = Jumlah genera

Nilai indeks dominasi berkisar antara 0 hingga 1, jika indeks dominasi

mendekati 0 berarti tidak ada taksa yang mendominasi dan biasanya diikuti

dengan indeks keseragaman yang besar. Namun jika dominasi mendekati 1 berarti

ada salah satu taksa yang mendominasi dan diikuti dengan indeks keseragaman

yang semakin kecil, (Titoyo 2009).

Tekstur Sedimen

Pengambilan sampel sedimen berdasarkan titik sampling di habitat lamun dan

mangrove. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan core sampler

selanjutnya substrat yang telah diambil dikeringkan lalu diukur dengan cara

ayakan bertingkat menggunakan ukuran mata ayakan (meshes). Setelah diayak,

sampel sedimen yang tertinggal pada setiap ukuran saringan dikeringkan kembali

8

Page 9: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

untuk ditimbang masing – masing beratnya sehingga diperoleh distribusi berat

sedimen berdasarkan rentang ukuran kerapatan jaring saringan, (Kristoval 2017).

Perhitungan persentase berat sedimen dapat diketahui dari masing – masing fraksi

sedimen tersebut dengan menggunakan persamaan :

Persen Berat = Berat fraksi i x 100 %Berat total sampel

Dimana, berat fraksi i = berat tiap – tiap fraksi ukuran butir (gram/g).

Setelah dilakukan perhitungan berat sedimen dapat diklasifikasikan

menggunakan skala Wenthwort dan di analisis dengan menggunakan analisis

shepard diagram.

Tabel 2. Partikel – Partikel Sedimen

Kelas Ukuran Butir Diameter Butir (mm)Boulders (Kerikil Besar) < 256Gravel (Kerikil Kecil) 2 – 256Very coarse sand (Pasir Sangat Kasar) 1 – 2Medium sand (Pasir Sedang)Fine sand (Pasir Halus)Very fine sand (Pasir Sangat Halus)Silt (Debu)Clay (Lembung)Dissolvod material (Material Terlarut)

0,25 – 0,50,125 – 0,250.0625 – 0,1250,002 – 0,06250,0005 – 0,002< 0,0005

Analisis Perbandingan Makrozoobentos pada Habitat Lamun dan Mangrove

Uji perbandingan makrozoobentos di habitat ekosistem lamun dan mangrove

menggunakan Independent Samples T Test (α = 0,05) dengan tingkat keakuratan

95% dibantu oleh software SPSS 16.00. Uji Independent Samples T Test adalah

uji digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua

kelompok sampel yang tidak berhubungan (Hidayat et al. 2015). Maka dari itu Uji

ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kelimpahan dan

keanekaragaman makrozoobentos antara dua ekosistem (Lamun dan Mangrove)

9

Page 10: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

yang tidak saling berhubungan. Sedangkan perbandingan jenis makrozoobentos

dan tekstur sedimen di analisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Makrozoobentos pada Habitat Lamun

Berdasarkan hasil pengamatan, makrozoobentos yang ditemukan selama

penelitian di Perairan Batu Licin pada habitat lamun terdiri dari 13 family dengan

23 spesies.

Strombidae

Neritidae

Nassariidae

Buccinidae

Fasciolariidae

Littorinidae

Cerithiidae

Arcidae

Veneridae

Mactridae

Gecarcinucidae

Portunidae

chlorodiellinae

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Gambar 3. Family Makrozoobentos di Habitat Lamun

Family makrozoobentos pada seluruh titik pengamatan terdiri dari Strombidae

(7.90%), Neritidae (12.37%), Nassariidae (7.56%), Buccinidae (4.47%),

Fasciolariidae (9.28%), Littorinidae (4.81%), Cerithiidae (9.28%), Arcidae

(4.12%), Veneridae (26.12%), Mactridae (6.87%), Gecarcinucidae (2.06%),

Portunidae (3.44%), Chlorodiellinae (1.72%).

Identifikasi Makrozoobentos pada Habitat Mangrove

10

Page 11: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Berdasarkan hasil pengamatan, makrozoobentos yang ditemukan selama

penelitian di Perairan Batu Licin pada habitat mangrove terdiri dari, 10 family

dengan 20 spesies.

Potam

ididae

Littorinidae

Cerithiidae

Collumbellidae

Neritidae

Cardiidae

Trochidae

Assimineidae

Nassariidae

Buccinidae

0

5

10

15

20

25

30

35

Gambar 4. Family Makrozoobentos pada Habitat Mangrove

Kelimpahan Individu

Berikut ini adalah hasil perhitungan rata – rata nilai kelimpahan

makrozoobentos pada tiap titik sampling dalam satu stasiun

Tabel 3. Nilai kelimpahan individu tiap stasiun.

Kelimpahan Stasiun I (Lamun) (ind/m3) Stasiun II (Mangrove) (ind/m3)Kelimpahan Individu 798 1124

Hasil perhitungan individu pada kedua stasiun penelitian adalah 798 ind/m3 di

lamun dan 1124 ind/m3 di mangrove.

Dari kedua stasiun penelitian, stasiun II mempunyai kelimpahan yang lebih

tinggi dari kelimpahan di stasiun I. Hal ini diduga adanya kandungan organik

yang tinggi pada substrat sebagai salah satu sumber bahan makanan. Sedangkan

pada stasiun I nilai kelimpahannya lebih rendah disebabkan karena lokasi stasiun

11

Page 12: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

yang langsung berhadapan dengan laut dan beberapa faktor fisika kimia

mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos.

Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (D)

Indeks Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (D) merupakan

kajian indeks yang sering digunakan untuk menduga kondisi suatu lingkungan

perairan berdasarkan komponen biologis. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai

indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (D)

makrozoobentos pada masing – masing stasiun seperti dilihat pada tabel 7.

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi.

Indeks StasiunI (Lamun) II (Mangrove) Patokan Keterangan

Keanekaragaman (H’) 3,0126 2,9533 H’ > 3.0 Keanekaragaman tinggi dan sedang

Keseragaman (E) 0,9608 0,9858 E = 1 Relatif samaDominansi (D) 0,0547 0,0539 D = 1 Tidak ada yang

mendominansi

Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman (H’) pada kedua Stasiun

penelitian tergolong keanekaragaman tinggi pada lamun dan keanekaragaman

sedang pada mangrove. Nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada

stasiun I (Lamun) sebesar 3,0126 dan terendah pada stasiun II (Mangrove) sebesar

2,9533. Namun keduanya tergolong dalam kategori tinggi yang mana

menunjukkan kondisi lingkungan perairan yang baik dan mendukung kehidupan

biota di dalamnya.

Indeks keseragaman (E) menunjukan komposisi individu tiap jenis yang

terdapat dalam suatu komunitas berada dalam keseimbangan. Nilai indeks

keseragaman (E) yang diperoleh pada kedua stasiun Indeks keseragaman yang

tertinggi terdapat pada stasiun II (Mangrove) sebesar 0,9858 dan terendah pada 12

Page 13: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

stasiun I (Lamun) sebesar 0,9608. Berdasarkan nilai indeks keseragaman di

stasiun I dan II pada perairan Batu Licin umumnya memperlihatkan nilai

keseragaman yang tinggi. Dengan kata lain penyebaran individunya cenderung

bersifat seragam atau relatif sama.

Indeks dominansi (D) berguna untuk menghitung adanya jenis tertentu yang

mendominansi suatu komunitas. Jumlah jenis yang ada pada komunitas tersebut

juga turut menentukan besarnya nilai indeks tersebut. Pada kedua stasiun

penelitian di perairan Batu Licin menunjukan nilai relatif yang sama antar stasiun.

Nilai indeks dominansi yang tertinggi terdapat pada stasiun I (Lamun) 0,0547,

sedangkan terendah pada stasiun II (Mangrove) sebesar 0,0539. Berdasarkan nilai

indeks dominansi (D) di perairan Batu Licin tersebut maka keduanya tergolong

kategori rendah dan umumnya mendekati 0 yang berarti tidak ada jenis yang

mendominansi.

Perbandingan Kelimpahan dan Keanekaragaman Habitat Lamun

dan Habitat Mangrove

Uji independent t-test digunakan untuk membandingkan dua keanekaragaman

makrozoobentos pada habitat yang berbeda yaitu habitat lamun dan mangrove di

perairan Batu Licin. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh data antar stasiun

penelitian yang dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Uji Independent samples t-test kelimpahan dan keanekaragaman padakedua stasiun.

Indeks F Sig t – hitung Df HasilKelimpahan 3,343 0,075 -0,400 38 Ada perbedaanKeanekaragaman 3,344 0,075 -0,401 38 Ada perbedaan

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa kelimpahan makrozoobentos pada

stasiun I (Lamun) dan II (Mangrove) ada perbedaan. Kelimpahan mangrove lebih

tinggi dari pada kelimpahan lamun. Untuk indeks keanekaragaman

13

Page 14: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

makrozoobentos pada stasiun I (Lamun) dan stasiun II (Mangrove) ada perbedaan

yang signifikan.

Analisis Tekstur Sedimen pada Habitat Lamun dan Mangrove

Shepard Diagram

25%

50%

75%

25%

50%

75%

75% 50% 25%75% 50% 25%75% 50% 25%

1

2 3

4

5 6 7 8

9 10 11 12

Gravel Sand

Silt

1 - Clay2 - Sandy clay3 - Silty clay4 - Sandy silty clay5 - Clayey sand6 - Silty clayey sand7 - Sandy clayey silt8 - Clayey silt9 - Sand10 - Silty sand11 - Sandy silt12 - Silt

Shepard Diagram

75% 50% 25%75% 50% 25%75% 50% 25%

1

2 3

4

5 6 7 8

9 10 11 12

Gravel Sand

Silt

1 - Clay2 - Sandy clay3 - Silty clay4 - Sandy silty clay5 - Clayey sand6 - Silty clayey sand7 - Sandy clayey silt8 - Clayey silt9 - Sand10 - Silty sand11 - Sandy silt12 - Silt

Tekstur sedimen di Lamun dan Mangrove mempunyai perbedaan karakter.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh gambar di atas bahwa pada habitat

makrozoobentos di lamun mempunyai karakter kerikil berlumpur sedangkan

habitat makrozoobentos di mangrove di dominasi pasir berlumpur. Karakteristik

sedimen yang paling penting adalah ukuran butiran sedimen. Hal ini terkait

dengan kemampuan sedimen tersebut untuk mengikat bahan organik dan nutrien

yang dibutuhkan oleh ekosistem lamun dan biota asosiasi yang hidup di

dalamnya, (Korwa et al. 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

perbandingan kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos di perairan Batu

Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan, yang telah di uji dengan uji

independent samples t – test menunjukkan bahwa kelimpahan makrozoobentos

14

Page 15: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

pada habitat lamun dan mangrove ada perbedaan, sedangkan pada

keanekaragaman makrozoobentos pada habitat lamun dan mangrove terdapat

perbedaan yang signifikan. Dikarenakan perairan Batu Licin menunjukan perairan

yang baik dan bagus dan mendukung kehidupan biota di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. 2015. Keanekaragaman Meiofauna Interstisial di Perairan Pulau Pucung Desa Malang Rapat. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Askara. Jakarta.

Hidayat, B., Fatma, I., Muliadi. 2015. Implementasi Indenpenden T-Test pada Aplikasi Pembelajaran Multimedia Ragam dan Gerak Seni Tari Daerah Kalimantan Selatan. Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer 2 (1): 11-21

Korwa, J., I., S. Esry, T., O. Rignolda, D. 2013. Karakteristik Sedimen Litoral di Pantai Sindulang Satu. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1 (1): 48-54

Kristoval, T. 2017. Studi Ekologi Kepiting Bakau dan Kepiting Ranjungan di Perairan Batu Licin Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Marpaung, Anggi., A., F. 2013. Keanekaragaman Makrozobenthos di Ekosistem Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Riniatsih, I., Edi, W., K.. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bilvavia di Pantai Sluke Kabupaten Rembang. Jurnal Imu Kelautan. 14 (1): 50-59

Romimohtarto, K., Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Sharma R. Kumar A, Vyas V. 2013. Diversity of macrozoobenthos inMorand River-A Tributary of Ganjal River in Narmada Basin. Intl JAdv Fish Aquat Sci 1 (1): 57-65.

Titoyo, A. 2009. Distribusi Vertikal dan Horizontal Meiofauna di Pantai Wori Sulawasi Utara dan Teluk Kuta Lombok Nusa Tenggara Barat. [Skripsi]. Fakultas Biologi UNJ. Jakarta.

Trisnawati, N. 2012. Struktur Komunitas Meiofauna Intertisial di Substrat Padang Lamun Pulau Pari Kepulauan Seribu. [Skripsi]. FMIPA UI. Depok.

15

Page 16: repository.umrah.ac.idrepository.umrah.ac.id/659/1/ARTIKEL ILMIAH (ALDI FITR…  · Web viewmelalui bentuk rantai makanan sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi

Vyas V, Bharose S, Yousuf S, Kumar A. 2012. Distribution of makrozoobenthos in River Narmada near water intake point. Nat SciRes 2 (3): 18-25.

Vyas V, Bhawsar A. 2013. Benthic community structure in Barna Stream network of Narmada River Basin. Intl J Environ Biol 3 (2): 57-63.

16