iii (2) jadi
DESCRIPTION
angular cheilitis, glossitisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh
manusia, tetapi baik bagi tenaga kesehatan terutama dokter gigi merupakan
bagian tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh
seseorang karena merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan
untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang
optimal. Bahan-bahan makanan sangat berperan dalam mempertahankan
kesehatan tubuh, baik kesehatan secara umum maupun kesehatan rongga
mulut. Secara spesifik kurangnya asupan makanan yang bergizi pada tubuh
dapat diketahui dengan timbulnya penyakit pada rongga mulut.
Penyakit pada rongga mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan
mukosa berkeratin, pada umumnya dapat memberikan keluhan atau tanpa
keluhan, dapat terasa nyeri atau tidak nyeri, dapat merupakan kelainan warna,
kelainan yang bersifat jinak atau ganas. Kelainan di rongga mulut tidaklah
menunjukkan penyakit yang terlokalisir saja tetapi dapat menunjukkan
manifestasi dari seluruh kesehatan tubuh.
Angular cheilitis merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut
yang terjadi pada mukosa berkeratin, yaitu pada sudut mulut. Angular
cheilitis dapat dikenali sebagai simtom dari defisiensi nutrisi yang banyak
dijumpai pada anak usia sekolah. Prevalensi terjadinya angular cheilitis
menurut beberapa penelitian menunjukkan angka yang cukup tinggi, pada
penelitian yang dilakukan Maria R Crivelli, dkk (2006) mengenai prevalensi
lesi oral pada anak sekolah dasar umur 4-13 tahun di Argentina berdasarkan
tingkatan ekonomi, dilaporkan bahwa 1,1% anak sekolah dasar dengan
tingkat ekonomi tinggi menderita angular cheilitis, sedangkan 6,5% pada
anak sekolah dasar dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah. Dari
penelitian Martinez P.dkk melaporkan 2,5% menderita angular cheilitis pada
populasi anak usia sekolah di Amerika Serikat. Selain itu, penelitian yang
diadakan di India, dari 1190 pasien yang mengunjungi departemen Oral
1
Medicine, dilaporkan bahwa 41,2% menderita lesi oral dan 0,58%
diantaranya menderita angular cheilitis.
Angular cheilitis dapat terjadi dengan berbagai pola etiologi yang
berhubungan erat dengan kondisi kesehatan dan kondisi lingkungan. Secara
garis besar faktor-faktor etiologi angular cheilitis yaitu defisiensi nutrisi,
defisiensi imun, infeksi bakteri dan jamur, serta trauma mekanis. Defisiensi
nutrisi dapat sebagai penyebab angular cheilitis terutama defisiensi vitamin B
kompleks (riboflavin), zat besi, dan asam folat.
Menurut Bamji M.S, penelitian di Hyberabad pada 407 orang anak-
anak usia 5-13 tahun telah ditunjukkan bahwa diantara simtomp defisiensi
nutrisi yang paling jelas adalah angular cheilitis yaitu 41,3%. Selain angular
cheilitis, penyakit yang berkesinambungan dalam manifestasinya adalah
glossitis. Penyakit tersebut menyerang lidah, padahal lidah merupakan salah
satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki banyak fungsi. Lidah
memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan, persepsi rasa,
bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat mencerminkan
kondisi kesehatan seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui kesehatan oral dan kesehatan umum pasien. Lidah dapat
mengalami anomali berupa kelainan perkembangan, genetik, dan
enviromental. Penyakit-penyakit lokal dan sistemik juga mempengaruhi
kondisi lidah dan menimbulkan kesulitan pada lidah yang biasanya menyertai
keterbatasan fungsi organ ini. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding
yang sangat luas yang berkisar dari proses benigna yang idiopatik sampai
infeksi, kanker dan kelainan infiltratif. Dan yang sering terjangkit kedua
penyakit tersebut adalah anak usia sekolah. Padahal anak usia sekolah adalah
investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas
bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya
peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta
benar. Dalam masa tubuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan
makanan pada anak tidak dapat selalu dilaksanakan dengan benar dan
2
menyimpang. Penyimpangan ini berperan dalam mendukung terjadinya
gangguan-gangguan kesehatan pada anak, khususnya pada rongga mulut.
Atas fakta tersebut diatas, maka penyusun tertarik untuk membahas penyakit
Oral Medicine yaitu angular cheilitis dan glossitis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja etiologi dari penyakit glositis dan angular cheilitis?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine?
1.2.3 Apa saja prognosis glositis maupun angular cheilitis?
1.2.4 Bagaimana rencana perawatan yang sesuai untuk glositis dan angular
cheilitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan etiologi dari penyakit
glositis dan angular cheilitis.
1.3.2 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan pemeriksaan dalam
bidang Oral Medicine.
1.3.3 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan prognosis glositis maupun
angular cheilitis.
1.3.4 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan rencana perawatan yang
sesuai untuk glositis dan angular cheilitis.
3
1.4 Mapping
4
Defisiensi nutrisi
Gejala
Pemeriksaan
Objective
Pemeriksaan klinis
Subjective
Pemeriksaan penunjang
Dagnosa
Anamnesa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Glositis
Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah
yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga
menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat. Glossitis bisa terjadi secara
akut maupun kronis. Penyakit ini juga merupakan kondisi murni dari lidah itu
sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang penampakannya
ada pada lidah. Biasanya kondisi ini bisa menyerang pada semua tingkatan
usia. Tetapi nampaknya kelainan ini sering menyerang pada laki-laki
dibandingkan pada wanita. Terdapat beberapa penyabab dari glossitis ini,
bisa lokal maupun sistemik. Bakteri dan infeksi virus dapat merupakan
penyebab lokal dari glossitis. Trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang
terbakar,gigi atau peralatan gigi merupakan penyebab lokal yang lain. Iritasi
lokal seperti dari tembakau, alkohol dan makanan yang pedas ataupun makan
yang berbumbu dapat juga menciptakan kondisi glossitis ini,Suatu reaksi
alergi dari pasta gigi,obat kumur dan bahan bahan lain yang diletakkan di
dalam mulut merupakan salah satu penyebab lokal.
Glossitis sistemik merupakan hasil dari kelainan nutrisi, penyakit kulit
dan infeksi sistemik.Seseorang dengan kekurangan gizi atau malnutrisi atau
kurangnya asupan vitamin B dalam dietnya juga menyebablkana glossitis ini
terbentuk.Penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme,
aphthous ulcers, and pemphigus vulgaris juga bisa menyebabkan
glossitis.Infeksi seperti syphilis and human immunodeficiency virus (HIV)
kemungkinan memberikan tanda bahwa glossitis ini merupakan gejala yang
pertama kali akan muncul nantinya. Kadangkala penyebab dari glossitis ini
adalah keturunan. Suatu pemeriksaan yang mendalam merupakan hal yang
perlu dilakukan guna untuk mendapatkan penyebab dari glossitis ini secara
pasti. Kadangkala bila penyebabnya tidak jelas dan tidak ada kemajuan
setelah dilakukan perawatan, maka perlu dilakukan biopsi.
5
2.2 Angular Cheilitis
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir
mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan
berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan
yang menyebar, bentuknya seperti fisur-fisur, kulit yang nampak terkikis,
ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif
seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. (Dowl W,2010). Istilah perleche
sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang disebabkan defisiensi
vitamin B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan untuk semua
angular cheilitis dengan berbagai etiologi. (Dowl W,2010)
Angular Cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut
mulut yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan
rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat
berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta.
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada
sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas
ke mukosa pipi. Angular cheilitis selama ini menjadi masalah yang serius
karena perkembangannya yang cepat, karena itu tidak boleh ada
keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular cheilitis telah terjadi
dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia tertentu,
dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak-anak dan orangtua. Baik anak-
anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis
kelamin. Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi
dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir,
sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik
seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis.
Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun,
tergantung etiologinya. (Dowl W,2010)
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Etiologi dari Penyakit Glossitis dan Angular Cheilitis
Glossitis
Glossitis atau perubahan penampilan lidah dapat menjadi primer
atau merupakan gejaladari penyakit lainnya. Glossitis terjadi ketika ada
suatu peradangan akut atau kronis pada lidah yang menyebabkan lidah
membengkak dan berubah warna. Diantara penyebab dari glossitis
antara lain:
- Virus atau infeksi (termasuk herpes simplex oral).
- Iritasi atau cedera luka bakar, tepi yang kasar pada gigi atau
trauma lainnya.
- Paparan terhadap iritasi seperti tembakau, alcohol, makanan
panas atau bumbu.
- Maag atau gastritis sekunder terhadap infeksi helicobacter
pylori.
- Reaksi alergi terhadap pasta gigi, obat kumur, penyegar nafas,
pewarna dalam permen, plastic pada gigi palsu.
- Penyakit seperti anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa dan
defisiensi vitamin Blainnya, oral lichen planus, eritema ragam,
borok aphthous, pemfigus vulgaris, sifilis danganggguan
lainnya.
- Jika lesi berwarna merah terang, dapat disebabkan oleh
kekurangan vitamin B kompleks.
- Minum antibiotikspektrum luas.
- Infeksi jamur.
Namun secara umum, penyakit yang menyerang pada lidah ini
biasanya disebabkan oleh:
- Defisiensi zat besi (Fe)
- Defisiensi vitamin B kompleks
7
Angular Cheilitis
Etiologi angular cheilitis dapat berupa defisiensi nutrisi, defisiensi
imun, infeksi bakteri dan faktor mekanikal. Penyebab angular cheilitis
yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi
nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin
B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan
angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi
berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling
berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah.
Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial
ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola
makan anak dan pengetahuan gizi. Infeksi bakteri dan faktor mekanikal
sebagai etiologi angular cheilitis sering terjadi pada anak yang
mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan menghisap
jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan
tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk
agen infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis. Beberapa faktor
yang menyebabkan angular cheilitis tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
- Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan
cream yang awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada
permukaan lembab dimulut dan bisa menyebabkan rasa sakit.
Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan
mengubah indera perasa. Kandidiasis lebih sering terjadi pada
anak yang masih muda dan orangtua dan juga pada orang yang
sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa dipicu oleh perawatan
antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri mulut.
Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera
mengurangi dosis atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat
digunakan untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini.
(Murai J.J et al.,2008)
8
Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular
cheilitis sering terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan
buruk seperti menjilat sudut bibir dan menghisap jari. Hal tersebut
menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa
disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen
infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis. (Murai J.J et
al.,2008)
- Trauma
Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti
mekanik, kimia, dan termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:
1. Trauma cups yang tajam
2. Peralatan ortodonti
3. Menggigit bibir atau pipi
Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi,
bentuk dan ukuran ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab
yang dicurigai. Ulserasi biasanya mulai sembuh dalam 10 hari.
Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari ulserasi
harus dicurigai. (Hari S,2010)
- Gigi Tiruan
Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana
ketidaknormalan anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau
sebagian dengan stabilitas yang tidak baik, kehilangan vertikal
dimensi atau lingual yang terletak pada gigi anterior,
kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa
memakai gigi tiruan. Pada kasus ini, pasien sering mengalami
bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang lama. Selain
itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat
menyebabkan penutupan mulut yang kurang tepat sehingga
menyebabkan saliva memenuhi sudutmulut dan terjadi
infeksi. Bagian-bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan
oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular
cheilitis. Selain itu, gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan
9
saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi. (Murai J.J et
al.,2008)
- Status Gizi Anak
Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak
adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya
disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat
besi dan asam folat.Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap
faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan
kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh
adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi
lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi
keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola
makan anak dan pengetahuan gizi. (Devani et al,2007; Atmarita
S,2006)
Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak
yang buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam
bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktivitas yang
lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini makin
menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang
ada. Hasil- hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa
mengenai besarnya peranan kekurangan gizi pada usia dini
terhadap terjadinya penyakit degenerative pada dewasa yang
justru merupakan usia produktif. (Deritana N et al.,2007)
- Manifestasi berbagai penyakit sistemik
Banyak pasien yang menderita penyakit yang
mempengaruhi seluruh tubuh dan menunjukkan tanda-tanda dan
gejala oral yang spesifik, seperti:
1. Gangguan hematologis: anemia karena defisiensi zat besi.
2. Gangguan endokrin: Diabetes mellitus.
3. Infeksi virus: infeksi human immunodeficiency virus.
4. Penyakit ganas: penyakit ganas lanjutan, leukemia.
10
Gangguan hematological asien yang menderita anemia.
Kekurangan zat besi memiliki kecenderungan untuk beberapa
penyakit mukosa oral yaitu meliputi:
a. Ulserasi apthous.
b. Angular cheilitis: nyeri dan retak pada sudut mulut
disebabkan oleh jamur kandida albicans dan/oleh bakteri
staphylococcus aureus.
c. Atrofi mukosa: mukosa nampak memerah dan halus Hal ini
penting untuk memikirkan defisinesi zat besi, anemia
pada pasien dengan ulserasi apthous dan angular cheilitis. Jika
kekurangan zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab
lain harus diselidiki. (Murai J.J et al.,2008)
d. Infeksi Virus: Tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel
tunggal dan mampu berkembang secara mandiri, virus
terdiri dari fragmen nuklir kecil dikelilingi oleh lapisan
protein. Mereka tidak dapat membagi atau mereplikasi sendiri
dan untuk dapat bertahan harus mendapatkan akses hidup di
dalam sel-sel hospes. (Susan ZL,2009). Setelah masuk
mereka menggunakan proses sendiri sel inang sintetik
untuk mereproduksi dan dan dalam prosesnya sering merusak
sel inang. Dalam kasus lain, tuan rumah akan menghancurkan
virally sel yang terinfeksi dalam rangka mengkilangkan virus.
(Susan ZL,2009;Irelands R,2006)
Hal ini merupakan seluler kehancuran yang bertanggungjawab
untuk banyak klinis fitur dari infeksivirus yang mempengaruhi
rongga mulut. Waktu yang dibutuhkan bagi virus untuk
menginfeksi host, replikasi dan untuk kerusakan sel dan
dengan demikian gejala klinis mungkin terjadi banyak hal, 3-
21 hari dan dikenal sebagai masa inkubasi. (Susan
ZL,2009;Irelands R,2006)
Kebanyakan virus dengan infeksi berat antara 10 dan 14 hari,
setelah tuan rumah telah merespon kekebalan tubuh yang
11
efektif dan infeksi terselesaikan. Infeksi lain kurang virulen
mungkin berlangsung hanya beberapa hari. Pada infeksi virus
umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih muda
dan infeksi virus yang terjadi pada kelompok usia yang lebih
tua kemungkinan imunosupresi yang mendasarinya. (Susan
ZL,2009;Irelands R,2006)
3.2 Pemeriksaan dalam Bidang Oral Medicine
Pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine harus melalui beberapa
tahapan yaitu:
A. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi
sebanyak mungkin dari pasien meliputi keluhan utama (anamnesis),
riwayat medis dan riwayat dental. Keluhan utama merupakan alasan
spesifik mengapa pasien datang ke klinik atau rumah sakit, dicatat dalam
bahas apa adanya menurut pasien yang nantinya merupakan dasar utama
yang menyediakan informasi tentang gejala atau hal patoligis yang akan
kita cari dalam pemeriksaan selanjutnya.
Riwayat penyakit dental merupakan langkah yang penting untuk
menggali informasi terkait keluhan utama pasien. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat
penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang
menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan
menyebar, kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri pada saat makan atau
mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal dari daerah
periapikal. Faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri
adalah spontanitas, intensitas, dan durasinya. Seorang klinisi yang pandai
akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan
subjektif, sedangkan pemeriksaan objektif dan radiografi digunakan
untuk konfirmasi (Torabinejad, 2002). Sangat sakit biasanya belum lama
dan membuat pasien cepat ke dokter. Pemeriksaan subjektif dilakukan
dengan anamnesa keluhan yang menjadi alasan pasien mencari
12
pertolongan pengobatan. Terdapat dua jenis anamnesa berdasarkan cara
mendapatkannya, yaitu:
- Autoanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada
pasien karena pasien kuasa atau mampu melakukan tanya jawab.
- Alloanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan secara tak langsung
karena pasien tak kuasa mampu melakukan tanya jawab. Misal:
belum dewasa atau masih kanak-kanak, tidak sadar, tidak dapat
berkomunikasi, dalam keadaan gangguan jiwa.
B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif dilakukan dengan pengamatan intraoral
maupun ekstraoral. Pemeriksaan obyektif terdiri dari:
Inspeksi
Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai
pasien. Inspeksi juga merupakan proses observasi. Dokter gigi
menginspeksi untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
fisik yang signifikan.
Palpasi
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah
langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk
menambah data yang telah diperoleh melaluiinspeksi sebelumnya..
Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh yang dilakukan
melalui indera peraba. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan
pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik termasuk
posisi, ukuran, kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas. Jenis-
jenis palpasi adalah sebagai berikut:
1. Palpasi ringan: perawat memberikan tekanan perlahan, lembut
dan hati2, sedalam kira-kira 1 cm.
2. Palpasi dalam: untuk memeriksa kondisi organ, penekanan
sedalam 2-4 cm.
13
Perkusi
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk
permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan
posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di
bawahnya. Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan
ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan
konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan adanya cairan di
dalam rongga tubuh. Perkusi juga dapat dilakukan dengan
menggunakan alat-alat tertentu.
Sonde
Termis
Pemeriksaan klinis ini meliputi:
1. Pemeriksaan Ekstra-oral
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama
pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-
besar dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri
wajah, dan kelenjar limfe. Pemeriksaan ekstraoral meliputi
pemeriksaan terhadap:
a. Bentuk muka atau wajah
b. Bentuk bibir
c. Sendi rahang
2. Pemeriksaan Intra-oral
Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi,
antara lain:
a. Gigi yang hilang
b. Keadaan gigi yang tinggal
c. Oral Hygiene
3.3 Prognosis Penyakit Glositis dan Angular Cheilitis
Prognosis adalah memprediksi atau meramalkan kemungkinan
terjadinya penyakit, lama dan akibat yang di timbulkan berdasarkan
patogenesis penyakit, dan adanya faktor resiko untuk penyakit. Ditentukan
14
setelah diagnosis dan sebelum rencana terapi di tetapkan. Prognosis selain
berdasarkan pada informasi spesifik mengenai penyakit, juga di pengaruhi
oleh pengalaman klinisi.
- Prognosis sangat bagus (exellent) jika kerjasama pasien bagus, tidak
ada faktor sistemik atau lingkungan.
- Prognosis bagus, bila ada satu atau lebih keadaan berikut:
kemungkinan untuk mengontrol faktor etiologi, kerjasama pasien
cukup, tidak ada faktor sistemik atau lingkungan, atau bila ada faktor
sistemik dapat dikontrol.
- Prognosis sedang (Fair Prognosis) bila ada satu atau lebih keadaan
berikut: dapat dilakukan pemeliharaan, kerjasama penderita dapat
diterima, ada faktor sistemik atau lingkungan ringan.
- Prognosis jelek, bila ada satu atau lebih keadaan berikut: sulit
melakukan pemeliharaan daerah dan atau kerjasama pasien diragukan,
ada faktor sistemik atau lingkungan.
3.4 Rencana Perawatan Penyakit Glositis dan Angular Cheilitis
Glossitis
Perawatan dari glosotis ini tergantung dari kasusnya. Antibiotics
dipergunakan bila kelainan ini melibatkan bakteri. Bila penyebabnya
adalah defisiensi besi, maka diperlukan supplement yang memadai yaitu
harus diberikan zat besi yang merupakan ciri defisiensi utama dari
glossitis ini. Pembengkakan dan rasa tidak nyaman di mulut dilakukan
pemberian obat obatan yang diberikan secara oral. Obat kumur yaitu
campuran setengah teh baking soda dan dicampur dengan air hangat
akan membantu keadaan ini..Bila pembengkakan dirasakan parah, bisa
diberikan kortokosteroid. Diet cair nampaknya harus diberikan pada
seseorang dengan glossitis ini.
Angular Cheilitis
Terapi pertama kali yang dapat dilakukan adalah terapi
simptomatis. Terapi ini berfungsi untuk menghilangkan keluhan-keluhan
yang ada, misalnya perih saat mengkonsumsi makanan yang pedas dan
15
asam. Untuk menghilangkan keluhan seperti ini dapat digunakan cream,
misalnya Decubal cream (merk dagang). Cream ini berfungsi sebagai
pelembab. Cream ini mengandung lanolin dalam bentuk murni dan
bersifat hipoalergenik. Decubal cream juga mengandung zat lemak yang
sama dengan zat-zat lemak yang terdapat pada kulit, sehingga membuat
cream ini mudah meresap ke dalam kulit dan melumasi mukosa sudut
mulut.
Selain Decubal cream, juga dapat diberikan Solcoseryl. Solcoseryl
merupakan obat topical lesi mulut. Solcoseryl ini berfungsi
meningkatkan regenerasi sel dan bekerja degam cara merekat pada
mukosa dengan membentuk suatu selaput yang dapat melindungi
mukosa terhadap iritasi selama makan.
Selanjutnya dapat diberikan anti jamur, misalnya Mikostatin dan
Polyene. Anti jamur ini bersifat fungisidal, artinya dapat berikatan
dengan sterol pada dinding membran sehingga merusak permeabilitas
dinding jamur dan metabolisme sel jamur. Dapat diberikan tiap 6 jam
selama 4 minggu. Selain anti jamur, juga dapat diberikan antibiotik,
dalam hal ini adalah Efisol liquid yang bekerja dengan cara
memusnahkan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang
bersifat pathogen. Penggunannya dengan cara kumur-kumur. Jika
terdapat kekurangan vitamin dan zat besi, maka juga diberikan suplai
vitamin dan zat besi. Hal ini bisa didapatkan dari produk makanan
olahan yang mengandung susu, cereal atau biji bijian, kemudian sayuran
yang berdaun dan sebagainya.
Yang paling penting sebelum terapi di atas adalah Dental Health
Education. Artinya pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan mulut
juga memegang peranan penting. Misalnya saja tanpa kita sadari,
kebiasaan membasahi bibir, terutama pada sudut mulut dengan saliva
mengakibatkan Candida dan bakteri berkumpul pada sudut tersebut dan
akhirnya dapat menginfeksi jaringan mukosa ketika sistem imun tubuh
menurun. Hasil dari infeksi tersebut secara klinis, mukosa sudut mulut
menjadi merah, lunak dan berulserasi, setelah itu menjadi fisura
16
eritematosa yang dalam dan melebar dari sudut mulut ke kulit sekitar
bibir, selanjutnya menimbulkan ulkus dan keropeng dan membentuk
nodula-nodula. Bila terdapat faktor predisposisi denture atau gigi palsu,
maka diperlukan perawatan atau pembuatan denture atau gigi tiruan
yang baru.
Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi
spesifik yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk
disembuhkan dan dapat bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat
adanya infeksi merupakan etiologi sekunder, jika penyebab utama tidak
dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan
kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut pada
anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan
lain. Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara
local tidak akan berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B
perawatannya dengan memeberikan suplemen vitamin B kompleks atau
multivitamin yang mengandung vitamin B .Akan tetapi,defisiensi satu
jenis vitamin biasanya diikuti gejala defisiensi nutrisi,maka dalam
perawatannya pemberian multivitamin lebih efektif daripada pemberian
vitamin B kompleks saja. Dilaporkan pengobatan penyakit akibat
defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam waktu
3 minggu (Decker RT,2005). Pemberian antimikroba pada penderita
angular cheilitis yang disebabakan defisiensi nutrisi hanya berfungsi
menyingkat waktu penyembuhan.
17
BAB IV
KESIMPULAN
Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah
yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga
menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat sedangkan Angular chelitis
adalah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan
penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.
Etiologi dari glositis dan angular chelitis sangat beragam, bisa karena
bakteri dan infeksi virus, trauma, tembakau dan makanan pedas, alergi pasta
gigi dan bisa karena malnutrisi, juga bisa karena penyakit sistemik.
Pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine harus melalui beberapa
tahapan yaitu pemeriksaan Subjektif dan objective.
Prognosis selain berdasarkan pada informasi spesifik mengenai penyakit,
juga di pengaruhi oleh pengalaman klinisi.
Rencana perawatan yang dapat dilakukan kepasa pasien glositis dan
angular chelitis beragam tergantung pada etiologi.
18