iii (2) jadi

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh manusia, tetapi baik bagi tenaga kesehatan terutama dokter gigi merupakan bagian tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal. Bahan-bahan makanan sangat berperan dalam mempertahankan kesehatan tubuh, baik kesehatan secara umum maupun kesehatan rongga mulut. Secara spesifik kurangnya asupan makanan yang bergizi pada tubuh dapat diketahui dengan timbulnya penyakit pada rongga mulut. Penyakit pada rongga mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan mukosa berkeratin, pada umumnya dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan, dapat terasa nyeri atau tidak nyeri, dapat merupakan kelainan warna, kelainan yang bersifat jinak atau ganas. Kelainan di rongga mulut tidaklah menunjukkan penyakit yang terlokalisir saja tetapi dapat menunjukkan manifestasi dari seluruh kesehatan tubuh. 1

Upload: ari-kurniasari

Post on 16-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

angular cheilitis, glossitis

TRANSCRIPT

Page 1: III (2) jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh

manusia, tetapi baik bagi tenaga kesehatan terutama dokter gigi merupakan

bagian tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh

seseorang karena merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan

untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang

optimal. Bahan-bahan makanan sangat berperan dalam mempertahankan

kesehatan tubuh, baik kesehatan secara umum maupun kesehatan rongga

mulut. Secara spesifik kurangnya asupan makanan yang bergizi pada tubuh

dapat diketahui dengan timbulnya penyakit pada rongga mulut.

Penyakit pada rongga mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan

mukosa berkeratin, pada umumnya dapat memberikan keluhan atau tanpa

keluhan, dapat terasa nyeri atau tidak nyeri, dapat merupakan kelainan warna,

kelainan yang bersifat jinak atau ganas. Kelainan di rongga mulut tidaklah

menunjukkan penyakit yang terlokalisir saja tetapi dapat menunjukkan

manifestasi dari seluruh kesehatan tubuh.

Angular cheilitis merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut

yang terjadi pada mukosa berkeratin, yaitu pada sudut mulut. Angular

cheilitis dapat dikenali sebagai simtom dari defisiensi nutrisi yang banyak

dijumpai pada anak usia sekolah. Prevalensi terjadinya angular cheilitis

menurut beberapa penelitian menunjukkan angka yang cukup tinggi, pada

penelitian yang dilakukan Maria R Crivelli, dkk (2006) mengenai prevalensi

lesi oral pada anak sekolah dasar umur 4-13 tahun di Argentina berdasarkan

tingkatan ekonomi, dilaporkan bahwa 1,1% anak sekolah dasar dengan

tingkat ekonomi tinggi menderita angular cheilitis, sedangkan 6,5% pada

anak sekolah dasar dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah. Dari

penelitian Martinez P.dkk melaporkan 2,5% menderita angular cheilitis pada

populasi anak usia sekolah di Amerika Serikat. Selain itu, penelitian yang

diadakan di India, dari 1190 pasien yang mengunjungi departemen Oral

1

Page 2: III (2) jadi

Medicine, dilaporkan bahwa 41,2% menderita lesi oral dan 0,58%

diantaranya menderita angular cheilitis.

Angular cheilitis dapat terjadi dengan berbagai pola etiologi yang

berhubungan erat dengan kondisi kesehatan dan kondisi lingkungan. Secara

garis besar faktor-faktor etiologi angular cheilitis yaitu defisiensi nutrisi,

defisiensi imun, infeksi bakteri dan jamur, serta trauma mekanis. Defisiensi

nutrisi dapat sebagai penyebab angular cheilitis terutama defisiensi vitamin B

kompleks (riboflavin), zat besi, dan asam folat.

Menurut Bamji M.S, penelitian di Hyberabad pada 407 orang anak-

anak usia 5-13 tahun telah ditunjukkan bahwa diantara simtomp defisiensi

nutrisi yang paling jelas adalah angular cheilitis yaitu 41,3%. Selain angular

cheilitis, penyakit yang berkesinambungan dalam manifestasinya adalah

glossitis. Penyakit tersebut menyerang lidah, padahal lidah merupakan salah

satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki banyak fungsi. Lidah

memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan, persepsi rasa,

bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat mencerminkan

kondisi kesehatan seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk

mengetahui kesehatan oral dan kesehatan umum pasien. Lidah dapat

mengalami anomali berupa kelainan perkembangan, genetik, dan

enviromental. Penyakit-penyakit lokal dan sistemik juga mempengaruhi

kondisi lidah dan menimbulkan kesulitan pada lidah yang biasanya menyertai

keterbatasan fungsi organ ini. Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding

yang sangat luas yang berkisar dari proses benigna yang idiopatik sampai

infeksi, kanker dan kelainan infiltratif. Dan yang sering terjangkit kedua

penyakit tersebut adalah anak usia sekolah. Padahal anak usia sekolah adalah

investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas

bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya

peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan

berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal

tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta

benar. Dalam masa tubuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan

makanan pada anak tidak dapat selalu dilaksanakan dengan benar dan

2

Page 3: III (2) jadi

menyimpang. Penyimpangan ini berperan dalam mendukung terjadinya

gangguan-gangguan kesehatan pada anak, khususnya pada rongga mulut.

Atas fakta tersebut diatas, maka penyusun tertarik untuk membahas penyakit

Oral Medicine yaitu angular cheilitis dan glossitis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja etiologi dari penyakit glositis dan angular cheilitis?

1.2.2 Bagaimana pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine?

1.2.3 Apa saja prognosis glositis maupun angular cheilitis?

1.2.4 Bagaimana rencana perawatan yang sesuai untuk glositis dan angular

cheilitis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan etiologi dari penyakit

glositis dan angular cheilitis.

1.3.2 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan pemeriksaan dalam

bidang Oral Medicine.

1.3.3 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan prognosis glositis maupun

angular cheilitis.

1.3.4 Mengetahui, memahami, dan menjelaskan rencana perawatan yang

sesuai untuk glositis dan angular cheilitis.

3

Page 4: III (2) jadi

1.4 Mapping

4

Defisiensi nutrisi

Gejala

Pemeriksaan

Objective

Pemeriksaan klinis

Subjective

Pemeriksaan penunjang

Dagnosa

Anamnesa

Page 5: III (2) jadi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Glositis

Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah

yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga

menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat. Glossitis bisa terjadi secara

akut maupun kronis. Penyakit ini juga merupakan kondisi murni dari lidah itu

sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang penampakannya

ada pada lidah. Biasanya kondisi ini bisa menyerang pada semua tingkatan

usia. Tetapi nampaknya kelainan ini sering menyerang pada laki-laki

dibandingkan pada wanita. Terdapat beberapa penyabab dari glossitis ini,

bisa lokal maupun sistemik. Bakteri dan infeksi virus dapat merupakan

penyebab lokal dari glossitis. Trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang

terbakar,gigi atau peralatan gigi merupakan penyebab lokal yang lain. Iritasi

lokal seperti dari tembakau, alkohol dan makanan yang pedas ataupun makan

yang berbumbu dapat juga menciptakan kondisi glossitis ini,Suatu reaksi

alergi dari pasta gigi,obat kumur dan bahan bahan lain yang diletakkan di

dalam mulut merupakan salah satu penyebab lokal.

Glossitis sistemik merupakan hasil dari kelainan nutrisi, penyakit kulit

dan infeksi sistemik.Seseorang dengan kekurangan gizi atau malnutrisi atau

kurangnya asupan vitamin B dalam dietnya juga menyebablkana glossitis ini

terbentuk.Penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme,

aphthous ulcers, and pemphigus vulgaris juga bisa menyebabkan

glossitis.Infeksi seperti syphilis and human immunodeficiency virus (HIV)

kemungkinan memberikan tanda bahwa glossitis ini merupakan gejala yang

pertama kali akan muncul nantinya. Kadangkala penyebab dari glossitis ini

adalah keturunan. Suatu pemeriksaan yang mendalam merupakan hal yang

perlu dilakukan guna untuk mendapatkan penyebab dari glossitis ini secara

pasti. Kadangkala bila penyebabnya tidak jelas dan tidak ada kemajuan

setelah dilakukan perawatan, maka perlu dilakukan biopsi.

5

Page 6: III (2) jadi

2.2 Angular Cheilitis

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir

mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan

berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan

yang menyebar, bentuknya seperti fisur-fisur, kulit yang nampak terkikis,

ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif

seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. (Dowl W,2010). Istilah perleche

sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang disebabkan defisiensi

vitamin B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan untuk semua

angular cheilitis dengan berbagai etiologi. (Dowl W,2010)

Angular Cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut

mulut yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir,

berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan

rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat

berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta.

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada

sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas

ke mukosa pipi. Angular cheilitis selama ini menjadi masalah yang serius

karena perkembangannya yang cepat, karena itu tidak boleh ada

keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular cheilitis telah terjadi

dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia tertentu,

dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak-anak dan orangtua. Baik anak-

anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis

kelamin. Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi

dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir,

sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik

seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis.

Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun,

tergantung etiologinya. (Dowl W,2010)

6

Page 7: III (2) jadi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Etiologi dari Penyakit Glossitis dan Angular Cheilitis

Glossitis

Glossitis atau perubahan penampilan lidah dapat menjadi primer

atau merupakan gejaladari penyakit lainnya. Glossitis terjadi ketika ada

suatu peradangan akut atau kronis pada lidah yang menyebabkan lidah

membengkak dan berubah warna. Diantara penyebab dari glossitis

antara lain:

- Virus atau infeksi (termasuk herpes simplex oral).

- Iritasi atau cedera luka bakar, tepi yang kasar pada gigi atau

trauma lainnya.

- Paparan terhadap iritasi seperti tembakau, alcohol, makanan

panas atau bumbu.

- Maag atau gastritis sekunder terhadap infeksi helicobacter

pylori.

- Reaksi alergi terhadap pasta gigi, obat kumur, penyegar nafas,

pewarna dalam permen, plastic pada gigi palsu.

- Penyakit seperti anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa dan

defisiensi vitamin Blainnya, oral lichen planus, eritema ragam,

borok aphthous, pemfigus vulgaris, sifilis danganggguan

lainnya.

- Jika lesi berwarna merah terang, dapat disebabkan oleh

kekurangan vitamin B kompleks.

- Minum antibiotikspektrum luas.

- Infeksi jamur.

Namun secara umum, penyakit yang menyerang pada lidah ini

biasanya disebabkan oleh:

- Defisiensi zat besi (Fe)

- Defisiensi vitamin B kompleks

7

Page 8: III (2) jadi

Angular Cheilitis

Etiologi angular cheilitis dapat berupa defisiensi nutrisi, defisiensi

imun, infeksi bakteri dan faktor mekanikal. Penyebab angular cheilitis

yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi

nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin

B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan

angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi

berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling

berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah.

Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial

ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola

makan anak dan pengetahuan gizi. Infeksi bakteri dan faktor mekanikal

sebagai etiologi angular cheilitis sering terjadi pada anak yang

mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan menghisap

jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan

tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk

agen infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis. Beberapa faktor

yang menyebabkan angular cheilitis tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

- Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan

cream yang awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada

permukaan lembab dimulut dan bisa menyebabkan rasa sakit.

Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan

mengubah indera perasa. Kandidiasis lebih sering terjadi pada

anak yang masih muda dan orangtua dan juga pada orang yang

sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa dipicu oleh perawatan

antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri mulut.

Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera

mengurangi dosis atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat

digunakan untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini.

(Murai J.J et al.,2008)

8

Page 9: III (2) jadi

Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular

cheilitis sering terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan

buruk seperti menjilat sudut bibir dan menghisap jari. Hal tersebut

menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa

disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen

infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis. (Murai J.J et

al.,2008)

- Trauma

Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti

mekanik, kimia, dan termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:

1. Trauma cups yang tajam

2. Peralatan ortodonti

3. Menggigit bibir atau pipi

Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi,

bentuk dan ukuran ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab

yang dicurigai. Ulserasi biasanya mulai sembuh dalam 10 hari.

Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari ulserasi

harus dicurigai. (Hari S,2010)

- Gigi Tiruan

Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana

ketidaknormalan anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau

sebagian dengan stabilitas yang tidak baik, kehilangan vertikal

dimensi atau lingual yang terletak pada gigi anterior,

kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa

memakai gigi tiruan. Pada kasus ini, pasien sering mengalami

bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang lama. Selain

itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat

menyebabkan penutupan mulut yang kurang tepat sehingga

menyebabkan saliva memenuhi sudutmulut dan terjadi

infeksi. Bagian-bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan

oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular

cheilitis. Selain itu, gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan

9

Page 10: III (2) jadi

saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi. (Murai J.J et

al.,2008)

- Status Gizi Anak

Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak

adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya

disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat

besi dan asam folat.Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap

faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan

kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh

adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi

lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi

keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola

makan anak dan pengetahuan gizi. (Devani et al,2007; Atmarita

S,2006)

Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak

yang buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam

bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktivitas yang

lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini makin

menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang

ada. Hasil- hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa

mengenai besarnya peranan kekurangan gizi pada usia dini

terhadap terjadinya penyakit degenerative pada dewasa yang

justru merupakan usia produktif. (Deritana N et al.,2007)

- Manifestasi berbagai penyakit sistemik

Banyak pasien yang menderita penyakit yang

mempengaruhi seluruh tubuh dan menunjukkan tanda-tanda dan

gejala oral yang spesifik, seperti:

1. Gangguan hematologis: anemia karena defisiensi zat besi.

2. Gangguan endokrin: Diabetes mellitus.

3. Infeksi virus: infeksi human immunodeficiency virus.

4. Penyakit ganas: penyakit ganas lanjutan, leukemia.

10

Page 11: III (2) jadi

Gangguan hematological asien yang menderita anemia.

Kekurangan zat besi memiliki kecenderungan untuk beberapa

penyakit mukosa oral yaitu meliputi:

a. Ulserasi apthous.

b. Angular cheilitis: nyeri dan retak pada sudut mulut

disebabkan oleh jamur kandida albicans dan/oleh bakteri

staphylococcus aureus.

c. Atrofi mukosa: mukosa nampak memerah dan halus Hal ini

penting untuk memikirkan defisinesi zat besi, anemia

pada pasien dengan ulserasi apthous dan angular cheilitis. Jika

kekurangan zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab

lain harus diselidiki. (Murai J.J et al.,2008)

d. Infeksi Virus: Tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel

tunggal dan mampu berkembang secara mandiri, virus

terdiri dari fragmen nuklir kecil dikelilingi oleh lapisan

protein. Mereka tidak dapat membagi atau mereplikasi sendiri

dan untuk dapat bertahan harus mendapatkan akses hidup di

dalam sel-sel hospes. (Susan ZL,2009). Setelah masuk

mereka menggunakan proses sendiri sel inang sintetik

untuk mereproduksi dan dan dalam prosesnya sering merusak

sel inang. Dalam kasus lain, tuan rumah akan menghancurkan

virally sel yang terinfeksi dalam rangka mengkilangkan virus.

(Susan ZL,2009;Irelands R,2006)

Hal ini merupakan seluler kehancuran yang bertanggungjawab

untuk banyak klinis fitur dari infeksivirus yang mempengaruhi

rongga mulut. Waktu yang dibutuhkan bagi virus untuk

menginfeksi host, replikasi dan untuk kerusakan sel dan

dengan demikian gejala klinis mungkin terjadi banyak hal, 3-

21 hari dan dikenal sebagai masa inkubasi. (Susan

ZL,2009;Irelands R,2006)

Kebanyakan virus dengan infeksi berat antara 10 dan 14 hari,

setelah tuan rumah telah merespon kekebalan tubuh yang

11

Page 12: III (2) jadi

efektif dan infeksi terselesaikan. Infeksi lain kurang virulen

mungkin berlangsung hanya beberapa hari. Pada infeksi virus

umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih muda

dan infeksi virus yang terjadi pada kelompok usia yang lebih

tua kemungkinan imunosupresi yang mendasarinya. (Susan

ZL,2009;Irelands R,2006)

3.2 Pemeriksaan dalam Bidang Oral Medicine

Pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine harus melalui beberapa

tahapan yaitu:

A. Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi

sebanyak mungkin dari pasien meliputi keluhan utama (anamnesis),

riwayat medis dan riwayat dental. Keluhan utama merupakan alasan

spesifik mengapa pasien datang ke klinik atau rumah sakit, dicatat dalam

bahas apa adanya menurut pasien yang nantinya merupakan dasar utama

yang menyediakan informasi tentang gejala atau hal patoligis yang akan

kita cari dalam pemeriksaan selanjutnya.

Riwayat penyakit dental merupakan langkah yang penting untuk

menggali informasi terkait keluhan utama pasien. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat

penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang

menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan

menyebar, kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri pada saat makan atau

mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal dari daerah

periapikal. Faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri

adalah spontanitas, intensitas, dan durasinya. Seorang klinisi yang pandai

akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan

subjektif, sedangkan pemeriksaan objektif dan radiografi digunakan

untuk konfirmasi (Torabinejad, 2002). Sangat sakit biasanya belum lama

dan membuat pasien cepat ke dokter. Pemeriksaan subjektif dilakukan

dengan anamnesa keluhan yang menjadi alasan pasien mencari

12

Page 13: III (2) jadi

pertolongan pengobatan. Terdapat dua jenis anamnesa berdasarkan cara

mendapatkannya, yaitu:

- Autoanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada

pasien karena pasien kuasa atau mampu melakukan tanya jawab.

- Alloanamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan secara tak langsung

karena pasien tak kuasa mampu melakukan tanya jawab. Misal:

belum dewasa atau masih kanak-kanak, tidak sadar, tidak dapat

berkomunikasi, dalam keadaan gangguan jiwa.

B. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan objektif dilakukan dengan pengamatan intraoral

maupun ekstraoral. Pemeriksaan obyektif terdiri dari:

Inspeksi

Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan

merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai

pasien. Inspeksi juga merupakan proses observasi. Dokter gigi

menginspeksi untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda

fisik yang signifikan.

Palpasi

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah

langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk

menambah data yang telah diperoleh melaluiinspeksi sebelumnya..

Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh yang dilakukan

melalui indera peraba. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan

pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik termasuk

posisi, ukuran, kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas. Jenis-

jenis palpasi adalah sebagai berikut:

1. Palpasi ringan: perawat memberikan tekanan perlahan, lembut

dan hati2, sedalam kira-kira 1 cm.

2. Palpasi dalam: untuk memeriksa kondisi organ, penekanan

sedalam 2-4 cm.

13

Page 14: III (2) jadi

Perkusi

Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk

permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan

posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di

bawahnya. Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan

ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan

konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan adanya cairan di

dalam rongga tubuh. Perkusi juga dapat dilakukan dengan

menggunakan alat-alat tertentu.

Sonde

Termis

Pemeriksaan klinis ini meliputi:

1. Pemeriksaan Ekstra-oral

Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama

pencatatan riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-

besar dan berat, cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri

wajah, dan kelenjar limfe. Pemeriksaan ekstraoral meliputi

pemeriksaan terhadap:

a. Bentuk muka atau wajah

b. Bentuk bibir

c. Sendi rahang

2. Pemeriksaan Intra-oral

Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi,

antara lain:

a. Gigi yang hilang

b. Keadaan gigi yang tinggal

c. Oral Hygiene

3.3 Prognosis Penyakit Glositis dan Angular Cheilitis

Prognosis adalah memprediksi atau meramalkan kemungkinan

terjadinya penyakit, lama dan akibat yang di timbulkan berdasarkan

patogenesis penyakit, dan adanya faktor resiko untuk penyakit. Ditentukan

14

Page 15: III (2) jadi

setelah diagnosis dan sebelum rencana terapi di tetapkan. Prognosis selain

berdasarkan pada informasi spesifik mengenai penyakit, juga di pengaruhi

oleh pengalaman klinisi.

- Prognosis sangat bagus (exellent) jika kerjasama pasien bagus, tidak

ada faktor sistemik atau lingkungan.

- Prognosis bagus, bila ada satu atau lebih keadaan berikut:

kemungkinan untuk mengontrol faktor etiologi, kerjasama pasien

cukup, tidak ada faktor sistemik atau lingkungan, atau bila ada faktor

sistemik dapat dikontrol.

- Prognosis sedang (Fair Prognosis) bila ada satu atau lebih keadaan

berikut: dapat dilakukan pemeliharaan, kerjasama penderita dapat

diterima, ada faktor sistemik atau lingkungan ringan.

- Prognosis jelek, bila ada satu atau lebih keadaan berikut: sulit

melakukan pemeliharaan daerah dan atau kerjasama pasien diragukan,

ada faktor sistemik atau lingkungan.

3.4 Rencana Perawatan Penyakit Glositis dan Angular Cheilitis

Glossitis

Perawatan dari glosotis ini tergantung dari kasusnya. Antibiotics

dipergunakan bila kelainan ini melibatkan bakteri. Bila penyebabnya

adalah defisiensi besi, maka diperlukan supplement yang memadai yaitu

harus diberikan zat besi yang merupakan ciri defisiensi utama dari

glossitis ini. Pembengkakan dan rasa tidak nyaman di mulut dilakukan

pemberian obat obatan yang diberikan secara oral. Obat kumur yaitu

campuran setengah teh baking soda dan dicampur dengan air hangat

akan membantu keadaan ini..Bila pembengkakan dirasakan parah, bisa

diberikan kortokosteroid. Diet cair nampaknya harus diberikan pada

seseorang dengan glossitis ini.

Angular Cheilitis

Terapi pertama kali yang dapat dilakukan adalah terapi

simptomatis. Terapi ini berfungsi untuk menghilangkan keluhan-keluhan

yang ada, misalnya perih saat mengkonsumsi makanan yang pedas dan

15

Page 16: III (2) jadi

asam. Untuk menghilangkan keluhan seperti ini dapat digunakan cream,

misalnya Decubal cream (merk dagang). Cream ini berfungsi sebagai

pelembab. Cream ini mengandung lanolin dalam bentuk murni dan

bersifat hipoalergenik. Decubal cream juga mengandung zat lemak yang

sama dengan zat-zat lemak yang terdapat pada kulit, sehingga membuat

cream ini mudah meresap ke dalam kulit dan melumasi mukosa sudut

mulut.

Selain Decubal cream, juga dapat diberikan Solcoseryl. Solcoseryl

merupakan obat topical lesi mulut. Solcoseryl ini berfungsi

meningkatkan regenerasi sel dan bekerja degam cara merekat pada

mukosa dengan membentuk suatu selaput yang dapat melindungi

mukosa terhadap iritasi selama makan.

Selanjutnya dapat diberikan anti jamur, misalnya Mikostatin dan

Polyene. Anti jamur ini bersifat fungisidal, artinya dapat berikatan

dengan sterol pada dinding membran sehingga merusak permeabilitas

dinding jamur dan metabolisme sel jamur. Dapat diberikan tiap 6 jam

selama 4 minggu. Selain anti jamur, juga dapat diberikan antibiotik,

dalam hal ini adalah Efisol liquid yang bekerja dengan cara

memusnahkan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang

bersifat pathogen. Penggunannya dengan cara kumur-kumur. Jika

terdapat kekurangan vitamin dan zat besi, maka juga diberikan suplai

vitamin dan zat besi. Hal ini bisa didapatkan dari produk makanan

olahan yang mengandung susu, cereal atau biji bijian, kemudian sayuran

yang berdaun dan sebagainya.

Yang paling penting sebelum terapi di atas adalah Dental Health

Education. Artinya pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan mulut

juga memegang peranan penting. Misalnya saja tanpa kita sadari,

kebiasaan membasahi bibir, terutama pada sudut mulut dengan saliva

mengakibatkan Candida dan bakteri berkumpul pada sudut tersebut dan

akhirnya dapat menginfeksi jaringan mukosa ketika sistem imun tubuh

menurun. Hasil dari infeksi tersebut secara klinis, mukosa sudut mulut

menjadi merah, lunak dan berulserasi, setelah itu menjadi fisura

16

Page 17: III (2) jadi

eritematosa yang dalam dan melebar dari sudut mulut ke kulit sekitar

bibir, selanjutnya menimbulkan ulkus dan keropeng dan membentuk

nodula-nodula. Bila terdapat faktor predisposisi denture atau gigi palsu,

maka diperlukan perawatan atau pembuatan denture atau gigi tiruan

yang baru.

Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi

spesifik yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk

disembuhkan dan dapat bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat

adanya infeksi merupakan etiologi sekunder, jika penyebab utama tidak

dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan

kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut pada

anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan

lain. Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara

local tidak akan berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik.

Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B

perawatannya dengan memeberikan suplemen vitamin B kompleks atau

multivitamin yang mengandung vitamin B .Akan tetapi,defisiensi satu

jenis vitamin biasanya diikuti gejala defisiensi nutrisi,maka dalam

perawatannya pemberian multivitamin lebih efektif daripada pemberian

vitamin B kompleks saja. Dilaporkan pengobatan penyakit akibat

defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam waktu

3 minggu (Decker RT,2005). Pemberian antimikroba pada penderita

angular cheilitis yang disebabakan defisiensi nutrisi hanya berfungsi

menyingkat waktu penyembuhan.

17

Page 18: III (2) jadi

BAB IV

KESIMPULAN

Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah

yang ditandai dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga

menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat sedangkan Angular chelitis

adalah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan

penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.

Etiologi dari glositis dan angular chelitis sangat beragam, bisa karena

bakteri dan infeksi virus, trauma, tembakau dan makanan pedas, alergi pasta

gigi dan bisa karena malnutrisi, juga bisa karena penyakit sistemik.

Pemeriksaan dalam bidang Oral Medicine harus melalui beberapa

tahapan yaitu pemeriksaan Subjektif dan objective.

Prognosis selain berdasarkan pada informasi spesifik mengenai penyakit,

juga di pengaruhi oleh pengalaman klinisi.

Rencana perawatan yang dapat dilakukan kepasa pasien glositis dan

angular chelitis beragam tergantung pada etiologi.

18