slide jadi 2
TRANSCRIPT
1. Apa yang menjadi latar penyebab siswa SDN
Tanjungrejo 5 turun ke jalan?
2. Bagaimanakah gambaran kehidupan anak jalanan
siswa SDN Tanjungrejo 5?
3. Bagaimanakah aktivitas belajar anak jalanan siswa
SDN Tanjungrejo 5 pada saat di luar sekolah?
4. Bagaimanakah aktivitas belajar anak jalanan siswa
SDN Tanjungrejo 5 pada saat di sekolah?
5. Bagaimanakah hasil belajar yang diperoleh anak
jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5?
6. Apa saja masalah-masalah dalam pembelajaran yang
dihadapi guru dan anak jalanan siswa SDN
Tanjungrejo 5?
1.
2.
1. Anak Jalanan
2. Aktivitas Belajar
3. Hasil Belajar
4. Masalah-masalah dalam Pembelajaran
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, bersifat deskriptif,
dan jenis penelitian yang digunakan
adalah studi kasus.
Peneliti dalam penelitian kualitatif
merupakan instrumen utama.
Kehadiran peneliti di lapangan
berhubungan langsung dengan subjek
penelitian.
Lokasi dalam penelitian ini adalah SDN
Tanjungrejo 5 yang beralamat di Jalan Mergan
Lori Gang III Kecamatan Sukun Kota Malang.
1. Data primer
2. Data sekunder
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif
Reduksi
Data
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan
Penyajian
Data
1. Ketekunan pengamatan
2. Perpanjangan kehadiran
3. Triangulasi
a. Penjajagan
b. Melakukan Kajian Pustaka
c. Menyusun Rencana Penelitian
d. Perijinan
e. Menjajaki dan Menilai Lapangan
f. Memilih Informan
g. Persiapan Pengumpulan Data
a. Eksplorasi Awal
b. Eksplorasi Mendalam
c. Mengecek dan Mengkonfirmasikan Hasil Penelitian
Penyebab siswa SDN Tanjungrejo 5 turun ke jalan karena alasan
ekonomi. Anak tersebut bekerja di jalan untuk membantu orang tua
dalam mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup.
Pekerjaan yang digeluti orang tua anak jalanan meliputi: tukang
rombeng atau tukang rosok, tukang becak, dan pengamen, dengan
penghasilan hanya berkisar antara Rp 35.000,00 sampai Rp 40.000,00
per hari.
2.
Anak Jalanan Siswa SDN Tanjungrejo 5 mengikuti pembelajaran
sebagaimana dan siswa pada umumnya, seperti yang dilakukan oleh HLF
dan RN, anak jalanan yang duduk di kelas 1 dan 3, mereka merupakan
siswa yang rajin, namun ada juga anak yang sering membolos dan
membuat ulah seperti IDR dan JY yang duduk di kelas 2. Pada jam istirahat
mereka bermain dengan teman sebayanya yang bukan anak jalanan. Akan
tetapi ada juga sikap yang tidak mengenakkan yang dialami mereka, seperti
RN yang sering diejek oleh teman-temannya karena penampilannya yang
selalu terlihat lusuh. Selain itu ada juga anak jalanan yang memiliki
kebiasaan buruk, seperti IDR dan JY yang sering menghutang di kantin.
Anak jalanan tersebut tinggal bersama orang tuanya di daerah
penampungan Putrayudha 1 dan 2. Tempat tinggal mereka sangat
meprihatinkan dan jauh dari kelayakan, dindingnya terbuat dari
papan dan bambu dengan penghuni yang sangat banyak. Rumah
tersebut kecil dengan
Sedangkan kehidupan di jalanan berlangsung ketika siang, sore,
sampai malam hari. pekerjaan mereka sebagai pengamen di
tempat-tempat keramaian seperti pusat pertokoan, ruko, warnet
temapat makan, dan lesehan yang terdapat di daerah ITN,
Sumbersari, Gajayana, Dinoyo, Soekarno Hatta, Galunggung,
Dieng, Pulosari, dan alun-alun Kota Malang.
HLF merupakan siswa anak jalanan yang duduk di kelas1, merupakan siswa
yang rajin dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. IDR dan JY duduk di kelas
2. IDR merupakan siswa yang sulit dikendalikan dan sering membuat masalah.
Sedangkan JY merupakan siswa yang lambat dlam mengikuti pembelajaran.
Akibat sikap IDR tersebut guru sering memberi hukuman meskipun sebenarnya
IDR adalah siswa yang pandai dan cepat dalam mengikuti pembelajaran.
Terakhir, RN yang duduk di kelas 3, merupakan siswa yang pasif dan pendiam
dikarenakan kurang percaya diri dalam bergaul dengan temannya. RN sering
diejek dan dijauhi siswa laki-laki. Aktivitas belajar anak jalanan siswa SDN
Tanjungrejo 5 pada dasarnya sama seperti siswa lain pada umumnya.
HLF mengerjakan tugas, sepulang sekolah sebelum bekerja. Kadang juga
belajar secara kelompok dengan temannya yang bernama DE, NND, dan RZ
yang bukan merupakan anak jalanan.
IDR dan JY belajar di sanggar belajar yang bertempat di Putrayudha 2 yang
memang diperuntukkan bagi anak jalanan. Sanggar tersebut merupakan
wujud kerja sama antara Aliansi Masyarakat Miskin Malang dengan HMJ
HKn UM. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari Jumat-Minggu. Selain
belajar mereka juga mempelajari keterampilan lain seperti menari dan
membuat kerajinan tetentu. Sedangkan RN lebih sering belajar secara
mandiri di rumah tanpa bimbingan dari orang tua.
Melalui hasil rekap nilai semester 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang
diperoleh anak jalan siswa SDN Tanjungrejo 5 sebagian besar masih rendah
dan jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata
yang diperoleh subjek kelas 2 yaitu IDR dan JY adalah 47,88 dan 50,13
dengan kriteria ketuntasan minimal 67. Sama halnya dengan subjek kelas 3
yaitu RN, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 49,5 dengan kriteria ketuntasan
minimal 64. Akan tetapi ada juga anak jalanan yang nilainya tergolong sangat
baik dan selalu di atas kriteria ketuntasan minimal yang telah di tetapkan. Nilai
rata-rata subjek kelas 1 yaitu HLF adalah 80,88 dengan kriteria ketuntasan
minimal 70.
Masalah terutama pada siswa anak jalanan laki-laki yang sering
membuat ulah yaitu mengganggu temannya dan memukul temannya di kelas.
Hal tersebut sebenarnya dilakukan untuk mendapatkan perhatian dari guru
dan temannya. Kehidupan di jalanan yang membuat mereka berbuat seprti itu.
Kehidupan jalanan yang cenderung keras dan penuh tekanan mengakibatkan
skap mereka tidak jauh beda dengan keseharian di jalanan.Selain itu, hasil
belajar mereka yang masih tergolong rendah disebabkan kurangnya minat dan
dukungan dari orang tua terhadap pendidikan. Bahkan mereka sering tidak
mengerjakan tugas dari guru dan sering membolos.
Fasilitas belajar yang mereka miliki sangat kurang, terlihat dari
kondisi pakaian yang selalu lusuh dan tampak kotor setiap hari, buku
penunjang yang tidak dimiliki dan alat tulis yang kurang memadai.
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah dalam pembelajaran yang dihadapi, misalnya ketika
siswa anak jalanan membuat ulah atau mengganggu
temannya, guru menasehati, memberi teguran dan
peringatan, tetapi secara lembut. Dorongan dan pujian juga
sering diberikan guru mengingat anak jalanan merupakan
siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda jika
dibandingkan dengan siswa lain. Siswa anak jalanan,
terutama siswa laki-laki, cenderung dapat berbuat kasar dan
tega kepada temannya, sehingga untuk menghadapinya
harus dengan penuh perhatian dan kesabaran. Jika hanya
dengan cara dimarahi saja, siswa anak jalanan tersebut
malah akan semakin menentang dan membuat ulah.
Sedangkan untuk kendala yang berhubungan
dengan fasilitas, dari pihak guru dan sekolah telah
mengusahakan bantuan dari berbagai pihak, baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun dari lembaga
atau yayasan.
1. Siswa SDN Tanjungrejo 5 turun ke jalan untuk bekerja dikarenakan
kesulitan perekonomian. Mereka bekerja sebagai pengamen di jalan untuk
membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan orang tua anak
jalanan tergolong pekerjaan yang tidak tetap dan kurang mapan. Pekerjaan
tersebut meliputi: pengrosok, pemulung, pengamen, tukang becak dan
peminta-minta, dengan penghasilan antara Rp 35.000,00 sampai Rp
40.000,00 per hari.
2. Setiap hari anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5 mengikuti pembelajaran
di sekolah pada pagi sampai siang hari. Ketika jam istirahat, mereka juga
bermain dan bergaul bersama teman-temannya. Mereka tidak kehilangan
keceriaan dan pergaulan dengan teman meskipun terkadang ada juga ejekan
atau celaan yang mereka dapat dari siswa lain yang bukan merupakan anak
jalanan.
3. Aktivitas belajar yang dilakukan anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5
tidak banyak berbeda dengan siswa lain pada umumnya, yaitu meliputi:
kegiatan seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan
sebagainya. Sikap mereka kadang semaunya sendiri dan sulit untuk
dikendalikan. Hal ini dikarenakan keadaan mental yang dimiliki siswa anak
jalanan berbeda dengan siswa lain yang bukan merupakan anak jalanan,
sehingga mengakibatkan kebutuhan akan perhatian dan penerimaan dari
pihak lain menjadi lebih besar.
4. Anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5 juga melakukan aktivitas belajar
secara mandiri di rumah, belajar kelompok dengan teman, dan mengikuti
sanggar belajar dari yayasan atau lembaga tertentu. Sanggar belajar
tersebut seperti yang terdapat di daerah penampungan
5. Melalui hasil rekap nilai semester 1 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata yang diperoleh anak jalan siswa SDN Tanjungrejo 5 masih
rendah dan di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan. Nilai rata-rata yang diperoleh subjek kelas 2 yaitu IDR dan
JY adalah 47,88 dan 50,13 dengan kriteria ketuntasan minimal 67.
Sama halnya dengan subjek kelas 3 yaitu RN, nilai rata-rata yang
diperoleh adalah 49,5 dengan kriteria ketuntasan minimal 64. Akan
tetapi ada juga anak jalanan yang nilainya tergolong sangat baik dan
selalu di atas kriteria ketuntasan minimal yang telah di tetapkan. beda.
Nilai rata-rata subjek kelas 1 yaitu HLF adalah 80,88 dengan kriteria
ketuntasan minimal 70. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
pembagian waktu antara belajar, bermain, dan bekerja, serta
dukungan dari pihak orang tua terhadap pendidikan.
6. Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran anak jalanan siswa
SDN Tanjungrejo 5 yaitu: pertama, tingkah laku siswa anak jalanan
yang sulit dikendalikan, terutama siswa laki-laki. Mereka cenderung
suka membuat ulah dan mengganggu teman. Kedua, hasil belajar
yang rendah Hal tersebut disebabkan kurangnya minat, kesempatan
belajar, dan dukungan dari pihak orang tua anak jalanan terhadap
pendidikan. Ketiga, fasilitas belajar sangat kurang. Hal ini terlihat dari
kondisi seragam sekolah anak jalanan yang terlihat lusuh setiap hari,
serta buku penunjang untuk belajar dan alat tulis yang kurang
memadai. Berbagai masalah tersebut tak lain dikarenakan beban
perekonomian yang harus mereka tanggung. Tuntutan perekonomian
tersebut selain telah mengganggu pembagian waktu belajar anak,
juga sangat berpengaruh terhadap dukungan orang tua dan fasilitas
yang diperoleh anak.
7. Sikap yang lembut dan penuh perhatian selalu dilakukan oleh guru
dalam membelajarkan anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5. Selain
itu, pujian dan dorongan juga sering diberikan untuk memupuk
motivasi belajar anak jalanan. Hal tersebut dilakukan karena anak
jalanan merupakan siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda
jika dibandingkan dengan siswa lain. Sedangkan untuk kendala yang
berhubungan dengan fasilitas, oleh pihak guru dan sekolah telah
diusahakan bantuan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, maupun dari lembaga atau yayasan. Bantuan
yang diperoleh dari pemerintah pusat dan daerah yaitu melalui
program GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh). Sedangkan
bantuan yang diperoleh dari lembaga atau yayasan misalnya berasal
dari YDSF (Yayasan Dana Sosial Al-Falah) Masjid Ahmad Yani.
Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup ditambah
lagi jumlah anggota keluarga yang banyak, menuntut anak terpaksa harus
bekerja di jalanan untuk membantu perekenomian keluarga.
Kondisi tersebut menurut Suyanto (2010:187) tergolong Children on the
street, sedangkan menurut Departemen Sosial (2001:25-26), penyebab
keberadaan anak jalanan tersebut termasuk dalam tingkat mikro
(immediate causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan
keluarganya, baik secara berkaitan maupun berdiri sendiri, diantaranya
yaitu ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar.
Pada dasarnya Anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5 berasal dari keluarga
yang kurang mampu. Lokasi tempat tinggal anak jalanan tersebut berada di
daerah penampungan, yaitu Putrayudha 1 dan Putrayudha 2 dengan kondisi
rumah rumah yang tidak layak huni dan sangat kecil, serta jumlah anggota
keluarga yang banyak. Mereka bekerja sebagai pengamen, dengan wilayah kerja
meliputi: perempatan ITN, Sumbersari, jalan raya Sengkaling, Soekarno Hatta,
Dieng, Galunggung, Pulosari, dan alun-alun Kota Malang. Penghasilan yang
diperoleh antara Rp 10.000,00 sampai Rp 20.000,00 per hari. Uang tersebut
sebagian diberikan pada orang tua untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,
dan sisanya digunakan untuk uang saku sekolah.
Mereka bukan saja rawan dari ancaman tertabrak kendaraan, tetapi juga rentan
terhadap serangan penyakit akibat kondisi lingkungan yang buruk. Selain itu,
anak jalanan juga rawan dipalak, tindak kekerasan dan pelecehan seksual dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kondisi dan kehidupan anak jalanan
tersebut menurut Suyanto (2010:186) digambarkan dengan istilah ‘marginal,
rentan, dan eksploitatif’.
Aktivitasbelajar anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5 pada saat di
sekolah tidak banyak berbeda dengan siswa lain, mereka melakukan
aktivitas belajar di kelas, dan bermain serta bergaul dengan temannya
pada saat istirahat. Sebagaimana dikemukakan Diedrich (dalam
Hamalik, 2010:90-91) bahwa aktivitas belajar terdiri dari:
(1) kegiatan-kegiatan visual (visual activities),
(2) kegiatan-kegiatan lisan (oral activities),
(3) kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities),
(4) kegiatan-kegiatan menulis (writing activities),
(5) kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities),
(6) kegiatan-kegiatan motorik (motor activities),
(7) kegiatan-kegiatan mental (mental activities),
(8) kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities),
Aktivitas belajar yang dilakukan anak jalanan di SDN Tanjungrejo 5 pada
saat di luar sekolah biasanya dilakukan sebelum atau setelah bekerja di
jalan secara mandiri, kelompok ataupun dengan bantuan sanggar belajar
yang ada di daerah penampungan tempat tinggalnya.
Sebagaimana menurut Poerwadarminta (2003:23), bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan-kegiatan yang menunjang keberhasilan belajar.
Melalui sanggar belajar tersebut, tanak jalanan tidak hanya memperoleh
pengetahuan akademik saja, melainkan pengetahuan lain yang lebih luas,
misalnya keterampilan akan suatu kerajinan atau kesenian, maupun
kemampuan sosial
Masa anak yang berkisar antara usia 6-12 tahun ini merupakan proses
pertumbuhan baik fisik maupun jiwa (Soejanto, 2005). Perhatian, bimbingan, dan
pengawasan dari orang tua sangat diperlukan dalam setiap tahap perkembangan
anak. Akan tetapi yang terjadi pada anak jalanan di SDN Tanjungrejo 5, dukungan
orang tua terhadap pendidikan minim mengakibatkan kurangnya minat,
kesempatan, dan fasilitas yang diperoleh anak jalanan, sehingga hasil belajar
yang diperoleh pun tidak dapat optimal, sehingga sebagian besar nilai yang
diperoleh anak jalanan siswa SDN Tanjungrejo 5 masih tergolong rendah, hal ini
terlihat dari hasil rekap raport semester 1.
Namun tidak semua anak jalanan memperoleh nilai yang rendah bila
dibandingkan dengan siswa lain, Hal ini menunjukkan bahwa meskipun anak
jalanan harus melakukan dua aktivitas yaitu sekolah dan bekerja, namun
tidak menghilangkan semangat mereka untuk belajar dan tetap terus sekolah.
Saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan anak jalanan cenderung mencari
perhatian guru dengan sering membuat ulah atau mengganggu teman,
bahkan sampai tega berbuat kasar kepada temannya. Hal tersebut
dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari mereka kurang mendapatkan
perhatian yang cukup dari orang tua, baik secara fisik maupun psikis.
Perhatian dan kesabaran penuh dari seorang guru sangat diperlukan dalam
membelajarkan anak jalanan. Sikap anak jalanan yang sulit dikendalikan
dapat diatasi misalnya dengan cara dinasehati, diberi teguran dan
peringatan secara lembut. Selain itu, pujian dan dorongan juga sangat
diperlukan untuk membangun motivasi pada anak jalanan agar hasil
belajarnya pun dapat optimal
S
M
M fasilitas pendidikan yang dimiliki anak jalanan memang sangat kurang
memadai
SBantuan tersebut diperoleh baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
maupun dari lembaga atau yayasan. Bantuan yang diperoleh misalnya berupa
uang tunai (beasiswa), dan buku.
Turunnya siswa SDN Tanjungrejo 5 ke jalan pada dasarnya dikarenakan
kondisi perekonomian keluarga yang kekurangan menyebabkan mereka harus
bekerja untuk mencari penghasilan.
Wilayah kerja anak jalanan tersebut meliputi: daerah Sumbersari, ITN, Dinoyo,
Galunggung, Dieng, Soekarno Hatta, Pulosari, dan alun-alun Kota Malang.
Setiap hari setelah pulang dari sekolah sampai pada malam hari mereka
bekerja untuk mendapatkan Rp 10.000,00 sampai Rp 20.000,00 per hari.
Aktivitas belajar anak jalanan di sekolah tidak berbeda satu sama lain.
Pergaulan dengan siswa lain meskipun kadang ada juga ejekan atau olokan
yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk aktivitas di luar sekolah mereka,
selain belajar secara mandiri di rumah, ada juga anak jalanan yang belajar
secara berkelompok, dan mengikuti sanggar belajar yang memang
diperuntukkan bagi anak miskin dan pengamen.
Kondisi mental anak jalanan sedikit berbeda dibandingkan siswa lain yang
bukan merupakan anak jalanan, mereka cenderung sesukanya sendiri dan sulit
dikendalikan. Hal ini merupakan wujud dari ingin diperhatikan dan diterima
orang lain.Sebagian besar nilai anak jalanan masih rendah dan di bawah kriteria yang
telah ditetapkan, namun ada juga anak jalanan yang mendapatkan nilai
yang baik. Hal ini terjadi karena minimnya fasilitas pendidikan yang mereka
peroleh dan kurangnya pembagian waktu juga dukungan orang tua dari
masing-masing anak jalanan.Penanganan yang diberikan untuk membantu permasalahan anak jalanan
antara lain sikap yang lembut dan penuh perhatian, serta pujian dan dorongan
dari guru sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun
motivasi pada anak jalanan agar hasil belajarnya pun dapat optimal .
Sedangkan untuk kelengkapan fasilitas belajar telah diusahakan oleh pihak
sekolah bantuan berupa beasiswa seperti dari pemerintah pusat dan daerah,
serta dari yayasan atau lembaga tertentu seperti YDSF Masjid Ahmad Yani.
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Masyarkat
3. Bagi Sekolah
4. Bagi Peneliti Lain