igd

21
1. PENDAHULUAN Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi- kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar. Pelayanan yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama pasien masuk terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan. Standar operasional prosedur dan alur pelayanan :

Upload: oktaria-rezki

Post on 14-Jul-2016

31 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pasien beresiko tinggi

TRANSCRIPT

Page 1: IGD

1. PENDAHULUAN

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit

dimana semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi

pengaruh yang besar bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu

sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang

menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak

gawat. IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan

darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai

dengan standar.

Pelayanan yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam

pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih

memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.

Kepuasan muncul dari kesan pertama pasien masuk terhadap pelayanan keperawatan yang

diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan

pelayanan keperawatan.

Standar operasional prosedur dan alur pelayanan :

• Pelayanan triase

• Ruang resusitasi

• Ruang observasi

• Pelayanan rekam medik 24 jam

• Standar fasilitas medik

• Standar tenaga kerja yang kompeten

Pasal 23 Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 : Gawat Darurat harus ada

selama 24 jam. Semua fasilitas yang tersedia di IGD sesuai dengan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan emergensi.

Page 2: IGD

II. INSTALASI GAWAT DARURAT

A. Jenis Pelayanan Emergency Yang Paling Sering Dilakukan.

Tindakan penyelamatn jiwa pada pasien henti napas dan henti jantung Penanganan pasien sesak napas Penanganan serangan jantung Penanganan pasien tidak sadar Penanganan pasien kecelakaan Penanganan pasien cidera, missal cidera tulang, cidera kepala dan lain- lain Penanganan pasien dengan perdarahan Penanganan kasus stroke Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak Penanganan pasien keracunan Penanganan dengan pasien sakit perut hebat Penanganan medis korban bencana / disaster

B. Pelayanan 24 jam Ambulan Gawat Darurat

Untuk transportasi pasien dengan perawat ambulan sebagai pendamping Untuk MEDIVAC ( Medical evacuation ) yaitu, transportasi pasien dengan tim

Medivac ( dokter dan perawat ) sebagai pendamping ; Ambulan stand by.

C. Fasilitas Gawat Darurat Yang Tersedia Meliputi, Ruang tunggu Ventilasi Mekanik Defibrilator Bedside Monitor Pulse Oximetry Monitor tekanan darah Elektrocardiografi (ECG) Peralatan Resusitasi

III. RUANG LINGKUP PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

1. Pasien dengan kasus True EmergencyYaitu pasien yang tiba – tiba dalam keadaan gawat darurat dan terancam nyawanya atau anggota badannya bila tidak mendapat pertolongan segera.

2. Pasien dengan kasus False EmergancyYaitu pasien dengan :

Page 3: IGD

Pasiennya gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat Keadaannya gawat tetapi tidak mengancam nyawa atu anggota badannya Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

IV. KRITERIA PASIEN YANG DITANGANI

Dalam pelayanan IGD tidak diperbolehkan menolak pasien gawat darurat karena keluarga pasien tidak sanggup membayar . IGD harus menerima semua pasien dan menangani sesuai klarifikasi sebagai berikut :

1. Pasien Gawat DaruratPasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

2. Pasien Gawat Tidak DaruratPasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.Misal ; kanker stadium empat.

3. Pasien Tidak Gawat DaruratPasien yang harus mendapat pertolongan segera tetapi tidak mengancam nyawa.

4. Pasien Tidak Gawat Tidak DaruratPasien dengan ulkus tropikum.

Penatalaksanaan Pasien di Instalasi Gawat Darurat

Setiap IGD Rumah Sakit harus mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP)

mengenai penatalaksanaan pasien di IGD. Penanganan penderita gawat darurat harus

mengikuti prinsip dasar yang sudah berlaku umum, yaitu berdasar prioritas A (airway), B

(breathing), C (circulation).Untuk langkah berikutnya yaitu D-E dan seterusnya dapat

berlainan sesuai kasus yang dihadapi. Pada penderita gawat darurat, waktu sangat penting

karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai

Initial assessment (penilaian awal) lalu kita harus melakukan primary survey, secondary

survey, dan terapi cairan.

A. Initial Asesment ( Penilaian Awal )1. Persiapan

a. Fase Pra Rumah Sakit Koordinasi yang baik antara dokter dirumah sakit dan petugas lapangan Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum

penderita mulai di angkut dari tempat kejadian Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan dirumah sakit seperti

waktu kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.

Page 4: IGD

b. Fase Rumah Sakit Perencanaan sebelum penderita tiba. Perlengkapan airway sudah dipersiapkan , dicoba dan diletakkan ditempat

yang mudah dijangkau. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada

tempat yang mudah dijangkau. Pemberitahuan terhadap tenaga laboraturium dan radiologi apabila

sewaktu – waktu dibutuhkan. Pemakaian alat – alat peroteksi diri.

2. TriaseTriase berasal dari bahasa perancis trier, yaitu berarti “ menseleksi “ , yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban, saat sumbe daya terbatas.

Perhatian dititik beratkan pada pasien atau korban dengan kondisi medis yang paling urgent

dan paling besar kemungkinannya untuk diselamatkan.

TUJUAN: Pada saat IGD penuh dan sumber daya terbatas maka dengan sumber daya

yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.

KEBIJAKAN :

1. Memilih korban berdasarkan : Beratnya cidera Besarnya kemungkinan untuk hidup Fasilitas yang ada atau kemungkinan keberhasilan tindakan

2. Triase tidak disertai tindakan3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik / pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan

segera mungkinSa lah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori:

1. Segera (Immediate) –MERAHPasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan dapat hidup biladitolong segera. Misalnya : tension pneumotoraks, cardiac arrest, distress pernafasan dan perdarahan hebat.

2. Tunda (Delayed)- KUNING Pasien perlu tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Pasien dapatmenunggu giliran pengobatan tanpa bahaya. Misalnya : fraktur tertutup pada ekstremitas (perdarahan terkontrol), trauma tulang belakang, trauma kepala tanpagangguan kesadaran.

Page 5: IGD

3. Minor -HIJAUPasien mendapat cedera minimal dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor, memar dan lecet.

4. Morgue-HITAMPasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski mrendapatpertolongan. Misalnya : cedera kepala berat, luka bakar derajat III hampir di seluruhtubuh, dan kerusakan organ vital

Pelaksanaan S.T.A.R.T Triage algorithm

Untuk memudahkan pelaksanaan triase maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai

berikut:

Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :

a.

Multiple Causalties

Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak

melampui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan

masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani lebih dahulu.

b.Mass Casualties

Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampui rumah

sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita

dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu,

perlengkapan dan tenaga paling sedikit

B. Primary Survey (ABCDE)

Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-

tanda vital dan mekanisme trauma. Tanda vital penderita harus dinilai secara cepat dan

efisien. Tujuan : untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life saving.

1. Airway (jalan nafas) Pemeriksaan jalan napas

Page 6: IGD

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan

Pengelolaan jalan napas

a. Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.

b. Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.

c. Pengelolaan jalan nafas tanpa alat :

i. Membuka jalan nafas dengan proteksi servikal

Chint lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah kedepan.Caranya : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat. Head Tilt

Dilakukan bila jalan napas tertutup oleh lidah pasien. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan kebawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun terangkat kedepan.

Jaw thurst

Caranya : Dorong dorong sudut rahang kiri dan kanan kea rah depan sehingga barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik CrossFinger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan danmenekan gigi atas dan bawah.Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukanpembersihan manual dengan sapuan jari.Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanyasumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut,bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dandilakukan maneuver Heimlich.

Page 7: IGD

ii . Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga

mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing

lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien ( kecuali pada dugaan fraktur tulang leher ) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu kebawah bila otot rahang lemas.

Gunakan 2 jari ( jari telunjuk dan jari tengah ) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan / kassa / kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakkan menyapu.

iii. Mengatasi sumbatan napas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal thrustCaranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korbandengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkansisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan dibawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tanganlainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas.Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Chest thrustBila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari

telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara

kedua putting susu pasien). Bila penderita tidak sadar, tidurkan terlentang,

lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

Black Blow

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif

atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban

di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae).

d. Pengelolaan dengan alat

Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan

sempurna dan fasilitas tersedia.

Page 8: IGD

Peralatan dapat berupa :

a. Pemasangan Pipa ( tube )

Dipasang jalan napas buatan Dipasang jalan napas buatan dengan pipa, bias berupa pipa orofaring ( mayo ) pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.

Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh kebelakang yang dapat menutup jalan napas terutama bagi pasien yang tidak sadar.

Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.

b. Pengisapan benda cair ( suctioning ) Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair , pengisapan dilakukan dengan

alat bantu pengisap ( pengisap manual atau dengan mesin ). Pada penderita trauma basic crani maka digunakan suction yang keras untuk

mencegah suction masuk kedasar tengkorak.

c. Membersihkan benda asing padat pada jalan nafas Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka

tidak mungkin dilakukan sapuan jari maka digunakan alat bantu berupa laringoskop alat pengisap, alat penjepit .

d. Membuka jalan nafas Dapat dilakukan krikotorotomi atau trakeostomi Cara ini dipilih bila yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin

dilakukan , dipilih tindakan krikotiratomi dengan jarum . Untuk petugas medis yang terlatih , dapat melakukan krikotiratomi dengan pisau atau trakeostomi.

e. Proteksi Servikal Dalam mengelola jalan nafas jangan sampai melakukan kontrol servikal terutama

pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher. Dipasang dari tempat kejadian . Usahakan leher jangan banyak bergerak .

Posisi kepala harus “ in line “ ( segaris dengan sumbu vertical tubuh ).

2. Breathing (Pernafasan)

Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan bantuan untuk

menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas karbon dioksida.

Page 9: IGD

Tujuan : menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.

Tindakan :

Tanpa alat : memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulutatau dari mulut ke hidung sebanyak 2 kalitiupan awal dan diselingi ekhsalasi .

Dengan alat : memberikan pernafasan buatan dengan alat “ AMBU bag “ yang dapat pula ditambahkan oksigen . Dapat juga diberikan dengan menggunakan ventilator atau respirator.

3. Circulation (Perdarahan)Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu.

Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal.

Gangguan sirkulasi ditandai dengan :

a. Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun, perfusi otak berkurang yang akan menyebabkan penurunan

kesadaran, tetapi penderita yang sadar belum tentu normovolemik.

b. Warna kulit

Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemi. Pasien tampak pucat, ekstremitas dingin, berkeringat dingin dan capillary refill time lebih dari 2 detik.

c. NadiNadi yang cepat dan kecil merupakan tanda dari hipovolemi.

4. Disability (Status neurologis)Tindakan :1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCSMetode Penilaian Derajat Skala Koma Glasgow GCS (Glasgow Coma Scale- Score) :

A. Eye-SCORE (kemampuan membuka mata/eye opening responses). Nilai 4 : Membuka mata spontan ( normal ) Nilai 3 : Dengan kata – kata akan membuka mata bila diminta Nilai 2 : Membuka mata bila diberi rangsangan nyeri Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupun diberikan rasa nyeri

B. Verbal-SCORE (memberikan respon jawaban secara verbal/verbal response Nilai 5 : Memiliki oerintasi baik karena dapat memberikan jawaban dengan baik dan

benar pada pertanyaan – pertanyaan yang di ajukan ( nama, umur dll )

Page 10: IGD

Nilai 4 : Memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya seperti bingung( confused conservation )

Nilai 3 : Memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawaban hanya berupa kata – kata tidak jelas ( inappropriate words )

Nilai 2 : Memberikan jawaban berupa suara yang tidak jelas bukan merupakan kata ( incomprehensible sound )

Nilai 1 : Tidak memberikan jawaban berupa suara apapun

C. Motor-SCORE (menilai respon motorik ekstremitas/motor responses) Niali 6 : Dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai permintaan Nilai 5 : Dapat menggerakan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (localized pain) Nilai 4 : Respon gerakkan menjauhi rangsang nyeri (withdrawal) Nilai 3 : Respon gerak abnormal berupa fleksi ekstremitas Nilai 2 : Respon gerak abnormal berupa gerak ekstensi Niali 1 : Tidak ada respon berupa gerak

2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi.

3. Evaluasi dan Re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

5. Exposure

Pasien harus benar-benar buka pakaian, biasanya dengan memotong pakaian. Kita harus menutupi pasien dengan selimut hangat untuk mencegah hipotermia. Cairan infus harus dihangatkan dan lingkungan yang hangat dipertahankan.

6. Tambahan terhadap primary survey

Monitoring EKG Kateter urin dan lambung Monitor saturasi, nadi dan tekanan darah Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan lainnya

C. Secondary Survey

Ketika survei primer selesai dan tanda-tanda vital normal, survei sekunder dapat dimulai. Survey sekunder adalah mencari perubahan yang dapat berkembang menjadi gawat dan mengancam jiwa harus segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe). Survei sekunder seperti pemeriksaan fisik, X-ray dan termasuk penilaian ulang dari msemua tandatanda vital. Setiap daerah tubuh harus benar-benar diperiksa .

Secondary Survey meliputi anamnesis ( riwayat alergi, obat yang diminum sebelumnya, penyakit sebelumnya, dan lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan ) dan pemeriksaan fisik lengkap .

Tujuan : Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut .

Tambahan terhadap secondary survey

Page 11: IGD

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil.

2. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan tambahanbiasanya dilakukan di ruangan lain.

3. Pemeriksaan tambahan yang biasanya yang diperlukan

CT Scan kepala, Abdomen dll USG Abdomen Foto Ekstremitas Foto vertebra tambahan Urografi dengan kontras

Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan1. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.

2. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin.

3. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan.

D. Terapi Cairan

Terapi cairan adalah Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok dengan mengganti volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi. Tujuannya adalah Ketika terjadi gangguan homoestasis, harus segera diberikan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

Penilaian klinis kebutuhan cairan :

Nadi ada dan penuh berarti volume sirkulasi adekuat Ekstremitas telapak tangan atau kaki kemerahan/pink dan Capillary refill time kembali

cepat < 2 detik berarti sirkulasi adekuat Edema perifer dan ronki paru mungkin terjadi hipervolumia Takikardi saat istirahat, tekanan darah menurun bisa jadi sirkulasi abnormal Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering dan kulit tampak keriput : deficit cairan

berat Produksi urin yang rendah bias jadi karena hipovolumia

Jalur masuk cairan

Enteral : oral atau lewat pipa nasogastric Parenteral : leawt jalur pembuluh darah vena Intraoseous : pada pasien balita

Jenis – jenis cairan

Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat iso-osmolar

Page 12: IGD

Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di intravaskuler Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume terutama kehilangan cairan

intertisial Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema perifer Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA), dan NaCl 0,95%

Koloid

Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik Sebagian besar menetap di intravaskuler Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan ekstravaskuler ke

intravaskuler Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis Harganya mahal Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak akan menyebabkan

edema perifer Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin

Pemberian Cairan

Dehidrasi ringan atau sedang→ Sejumlah cairan dibagi dalam waktu 24 jam pertama sambil diawasi perubahan gejala klinis yang terjadi, perubahan Ht, plasma elektrolit dan perubahan tekanan vena sentral.

Dehidrasi berat→ Tahap 1 : Rehidrasi cepat diberikan cairan 20 – 40 ml/ Kg BB dalam 1- 2 jam→ Tahap 2 : Setengah sisa defisit tahap 1 diberikan dalam waktu 6 jam→ Tahap 3 : Sisa deficit diberikan selama 16 – 17 jam

Monitoring dalam pemberian cairan

Menjaga supaya pemberian cairan tidak mengalami kelebihan atau kekurangan,meliputi:

a. Perubahan gejala klinis yang mencerminkan fungsi susunan saraf pusat,misalnya :

penurunan kesadaran.

b. Perubahan sistem kardiovaskuler, meliputi : Nadi, tekanan darah, hilangnya kolaps

vena perifer.

c. Perubahan turgor.

d. Perubahan produksi urine.

e. Perubahan-perubahan haematokrit, elektrolit dan lain sebagainya

E. Tranfusi Darah

Page 13: IGD

Penyediannya juga membutuhkan golongan darah donor dan resipien serta cross check darah

Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap seperti malaria, hepatitis, HIV dan lain – lain

Dapat menyebabkan reaksi tranfusi Untuk resusitasi biasanya dalam bentuk Whole Blood Concentrate (WCB) Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat RED ( Rare Expensive Dangers )

Rare = penyediaannya terbatas, Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya

karena bisa menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit.

Dalam penatalaksanaan transfusi darah, kita harus melihat gejala klinis dan tingkat perdarahan.

Minimal : 10 – 15 % EBV ( Estimed Blood Volume ) Shrock ringan, akral mulai dingin, kehilangan darah : 15 – 25 % EBV Shock sedang ( Tensi < 90 mmHg, Nadi > 120 kali per menit ), kehilangan

darah : 25 -35 % EBV Shock berat, perfusi sangat buruk, tensi tidak terukur, nadi tidak teraba,

gangguan kesadaran, kehilangan darah : >35 % EBV.

Cara Pemberian :

Perdarahan sampai dengan 10% EBV, tubuh masih dapat mentolerir dengan baik Perdarahan 10 - 15 % EBV : diganti dengan cairan kristaloid sebanyak 2,5 – 3 kali

perkiraan jumlah darah yang hilang Perdarahan 15 - 25 % EBV : diganti dengan cairan koloid sejumlah darah yang hilang Perdarahan > 25 % EBV : diganti darah sejumlah darah yang hilang

Kehilangan darah 30-50% EBV masih dapat diatasi sementara dengan cairan sampai transfusi darah tersedia.

Pergantian cairan sesuai perkiraan jumlah darah yang hilang (Estimate Blood Loss) :

I. Kristaloid (Ra, NaCl 0,9 %, RA) : 2 – 4 kali EBL

II. Koloid

Gelatin : 2 kali EBL Dekstran HES : 1 kali EBL

V. KESIMPULAN

IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan

daruratkepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai

dengan standar. Standar operasional prosedur dan alur pelayanan : Pelayanan triase, Ruang

Page 14: IGD

resusitasi, Ruang observasi, Pelayanan rekam medik 24 jam, Standar fasilitas medic, Standar

tenaga kerja yang kompeten. Dalam melakukan penatalaksanaan penderita gawat darurat,

kita menggunakan prinsip “Time saving is life saving” yang berarti diperlukan penanganan

secara cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa pasien serta mencegah kecacatan. Penderita

gawat darurat harus dievaluasi dengan cepat dan tepat agar dapat dilakukan prioritas terapi. baik

primary survey maupun secondary survey harus dilakukan secara terus menerus sehingga bisa

memantau perubahan kondisi pasien agar dapat memberikan terapi yang sesuai.Ketika penderita

datang ke IGD, penderita akan memasuki area triase dimana dokter akan dengan cepat dan tepat

menilai kondisinya sehingga dapat menentukan tindakan yang harus diambil.