icha san documen
DESCRIPTION
icha san dokumenTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBATASAN CAIRAN UNTUK PENYAKIT GAGAL GINJAL
DI RUANGAN PENYAKIT DALAM WANITA
RSUP. DR. M.DJAMIL
PADANG
A. Latar Belakang
Ginjal berfungsi sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengekskresikan solut dan air secara selektif. Sistem ekskresi yang terganggu
menyebabkan menumpuknya zat-zat toksik dalam tubuh yang kemudian menyebabkan
sindrom uremi. Keadaan ini dapat menyebabkan terganggunya sistem organ lain yaitu
sistem kardiovaskuler, sistem neurologis, sistem gastrointestinal, sistem respirasi, sistem
dermatologis, sistem hematologi, sistem endokrin dan lain-lain. Fungsi ginjal akan
terganggu secara bermakna bila mengalami gagal ginjal kronik/terminal. Berdasarkan
estimasi WHO, secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal
kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. Jumlah
pasien gagal ginjal kronik di Indonesia berdasarkan pusat data dan informasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 50 juta orang per satu
juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut.
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronik bisa ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sering kali
mengalami kegagalan dalam diet, pembatasan cairan dan pengobatan yang bisa
memberikan dampak besar dalam morbiditas dan kelangsungan hidup klien. Dilaporkan
lebih dari 50% pasien yang menjalani terapi hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan
asupan cairan (Baines & Jindal, 2000 ; Kutner, 2001, Tsay, 2003 dalam Barnet et al,
2008).
Kepatuhan dalam pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh akan terjadi penumpukan zat-
zat berbahaya dari tubuh hasil metabolisme dalam darah. Sehingga penderita merasa sakit
pada seluruh tubuh dan jika hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kematian. Pada
dasarnya penderita gagal ginjal baik akut maupun kronik sangat tergantung pada balance
cairan yang masuk dan yang keluar (Sunarni, 2009).
Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh klien, terutama jika mereka
mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa kering seperti diuretik,
sehingga menyebabkan rasa haus dan klien berusaha untuk minum. Hal ini karena dalam
kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan
dibandingkan dengan makanan (Potter & Perry, 2008).
Pada klien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan
maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar
tubuh seperti tangan, kaki, muka, dirongga perut disebut acites dan ke paru- paru
sehingga membuat sesak nafas. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan
memperberat kerja jantung. Secara tidak langsung berat badan klien juga akan mengalami
peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5
kg/24 jam). Karena itulah perlunya klien gagal ginjal kronik mengontrol dan membatasi
jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan penting agar
klien yang menderita gagal ginjal tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan
sesudah terapi hemodialisis (Brunner & Suddart, 2002 Hudak & Gallo).
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal harus diawasi dengan seksama
karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh.
Asupan yang terlalu bebas dapat mengakibatkan beban sirkulasi menjadi berlebihan,
edema dan intoksikasi air. Sedangkan asupan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan
dehidrasi, hipotensi dan memperberat gangguan fungsi ginjal. Parameter yang tepat untuk
diamati selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah
pengukuran berat badan harian (Suwitra, 2006).
B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional umum : Setelah mendapatkan bimbingan dan penyuluhan
secara individual peserta mengerti dan memahami tentang asupan cairan pada pasien
gagal ginjal kronik.
b. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah dilakukan bimbingan dan penyuluhan
diharapkan pasien dapat:
Mengerti dan memahami peran dan fungsi ginjal dalam pengaturan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Mengerti dan memahami patofisiologis gagal ginjal kronik
Mengerti dan memahami tentang pembatasan asupan cairan pada pasien
gagal ginjal kronik
Mengerti dan memahami dampak jika pasien gagal ginjal kronik tidak patuh
terhadap pembatasan cairan.
Mengerti dan memahami tentang tips membatasi/ mengontrol asupan cairan
bagi pasien gagal ginjal kronik.
C. Rencana kegiatan
1. Topik : Pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
2. Sasaran : Anggota keluarga pasien di ruangan penyakit dalam wanita
RSUP. Dr.M.Djamil padang
3. Metode : Ceramah, Role model
4. Media : Leaflet, infocus, laptop
5. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Kamis, 5 februari 2015
b. Waktu : 09.30 wib s/d 10.00 wib
c. Tempat : Ruangan Penyakit Dalam Wanita RSUP. Dr.M, Djamil Padang
6. Pengorganisasia
a. Penanggung jawab : Arkis, S.Kep
b. Moderator :
c. Penyaji : Arkis, S.Kep
d. Observer : Amal Budiman, S.Kep
e. Fasilitator
1) Anizah Hariyani, S.Kep
2) Arini Y Amajihono, S.Kep
3) Didik Darmadi, S.Kep
4) M. Yanes, S.Kep
5) Rahmi Wati, S.Kep
6) Rika Irawati, S.Kep
7) Vina Mutia Dewi, S.Kep
8) Vebi Habibullah, S.Kep
9) Yola Puspitasari, S.Kep
D. Setting Tempat
Keterangan :
: Pembimbing Akademik
: Pembimbing Klinik
: Moderator
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Audien
E. Strategi pelaksanaan kegiatan
Tahap
Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Media
Pembukaan Membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dan
manfaat dari
pembelajaran
Menyebutkan materi
yang
akan di sampaikan
Menggali pengetahuan
pasien
Menjawab
salam
Mendengarkan
keterangan
penyaji
Wawancara
Penyajian Mengerti dan memahami
peran dan fungsi ginjal
dalam pengaturan
keseimbangan cairan
dalam tubuh.
Mengerti dan memahami
patofisiologis gagal
ginjal kronik
Mengerti dan memahami
tentang pembatasan
asupan cairan pada
pasien gagal ginjal
kronik
Mengerti dan memahami
dampak jika pasien gagal
ginjal kronik tidak patuh
Memperhatikan dan
mendengarkan
keterangan penyaji
Memberi pertanyaan
tentang hal-hal yang
belum dimengerti
yang berhubungan
dengan materi yang
di sampaikan
Wawancara
, bimbingan
serta Tanya
jawab
terhadap pembatasan
cairan.
Mengerti dan memahami
tentang tips membatasi/
mengontrol asupan
cairan bagi pasien gagal
ginjal kronik.
Penutup Menanyakan pada
peserta tentang materi
yang telah di sampaikan
dan berikan
Reinsforcement
Memberi kesimpulan
Membagikan leaflet
Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
pasien
Mengucapkan salam
Penutup
mendengarkan dan
bertanya
Wawancara
, leaflet
F. Uraian Tugas
1. Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Membuat kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan
e. Memimpin acara sampai selesai
3. Penyaji
Menjelaskan dan menyampaikan topic penyuluhan kepada audiens
Observer
a. Melakukan pemantauan terhadap jalannya seluruh kegiatan penyuluhan
b. Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam penyuluhan
b. Mempfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktura. 90% audiens dapat mengikuti acara penyuluhan
b. Media dan alat sesuai dengan yang direncakan
c. Setting tempat sesuai dengan yang direncakan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncakan
b. Peserta berperan aktif dalam kegiatan
c. Tidak ada gangguan selama kegiatan
d. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi akhir
Setelah mengikuti penyuluhan sebagian besar peserta mampu :
1. 70% audiens dapat mengerti dan memahami tentang komposis cairan tubuh
2. 70% audiens dapat mengerti dan memahami pembatasan asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik
3. 70% audiens dapat mengerrti dan memahami tentang diit pada pasien gagal ginjal
kronik
4. 70% audiens dapat mengerti dan memahami tentang tips membatasi/ mengontrol
asupan cairan bagi pasien gagal ginjal kronik
MATERI PENYULUHAN KESEHATAAN
ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Peran Dan Fungsi Ginjal
Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan
peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA). Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral. Penyebab gagal ginjal kronik adalah Infeksi, penyakit peradangan, penyakit
vaskuler hipertensif, gangguan jaringan.
B. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan
nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi
glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal
ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang
ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan
ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium.
Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi
ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi
hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis)
menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan
penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah,
penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan
(akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan
perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.
C. Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
1. Masalah cairan
Mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah utama bagi
pasien gagal ginjal kronik karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat
bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan. Namun
bagi pasien penyakit gagal ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan
cairan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. (YGDI, 2008).
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal harus diawasi dengan
seksama karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang dapat dipakai untuk
mengetahui hidrasi tubuh. Asupan yang terlalu bebas dapat mengakibatkan beban
sirkulasi menjadi berlebihan, edema dan intoksikasi air. Sedangkan asupan yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan memperberat
gangguan fungsi ginjal. Parameter yang tepat untuk diamati selain data asupan
dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan
harian (Suwitra, 2006).
2. Batasan Asupan Cairan
Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena
meminimalkan resiko kelebihan cairan pada pasien hemodialisa. Jumlah cairan
yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edem paru ataupun
hipertensi. Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang
dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat
seimbang dengan air yang keluar, baik melalui insensible water loss (IWL).
Dalam melakukan pembatasan asupan cairan, cairan yang masuk bergantung pada
haluarin urine. Berasal dari insensible water loss ditambah dengan haluaran urine
per 24 jam yang diperoleh untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang
(Almatsier, 2006 Brunner & Suddart, 2002)
Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan
misalnya: jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam adalah 400 ml,
maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 + 500 ml = 900 ml. Apabila
pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan maka cairan akan menumpuk di
dalam tubuh sehingga berat badan meningkat. Peningkatan berat badan akibat
asupan cairan pasien yang tidak terkontrol tersebut menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi, edema (bengkak) pada paru, kaki. Pasien juga akan merasa
tidak nyaman karena sesak nafas, lelah, dan lemas.
Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena
meminimalkna risiko kelebihan cairan. Jumlah cairan yang tidak seimbang dapat
menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi. Ketidakseimbangan
cairan juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.
D. Dampak tidak patuh pasien gagal ginjal dalam pembatasan cairan
1. Pembengkakan tangan, pergelangan kaki, dan / atau kaki
2. Peningkatan ukuran pembuluh darah di leher
3. Peningkatan berat badan
4. Denyut jantung yang cepat
5. Peningkatan tekanan darah
6. Peningkatan buang air kecil
7. Perubahan status mental
Berdasarkan proses penyakit yang berbeda- beda, penyakit paling umum
yang berhubungan dengan GGK adalah sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan cairan
Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan, dehidrasi
2. Ketidakseimbangan elektrolit
Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan
refleks tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot,
parastesia, psikosis, tetani
Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan
EKG
3. Ensefalopati dan neuropati uremik
Gatal gatal
Kram dan kelemahan otot
Bicara tidak jelas
Konsentrasi buruk
Mengantuk
Pucat
Kelemahan
Perdarahan ( stomatitis, feses berdarah )
4. Disfungsi pertumbuhan
Pertumbuhan tulang yang abnormal
Malnutrisi dan pelisutan otot
Selera makan buruk
Ketidakteraturan menstruasi.
E. Tips Membatasi atau Mengontrol Asupan Cairan bagi Pasien Gagal Ginjal
Kronik
1. Makanan yang asin dan pedas akan membuat haus, untuk itu batasi konsumsi
makanan yang mengandung terlalu banayak sodium dan pedas
2. Berhati-hatilah terhadap makanan yang mengandung cairan. Cairan tidak hanya
apa yang kita minum tapi juga apa yang dimakan.
3. Usahakan lebih banyak mengkonsumsi minuman yang dingin dibandingkan
dengan minum yang panas serta unakan juga gelas yang kecil saat minum.
4. Hindari bibir kering. Bibir kering dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang
menimbulkan keinginan untuk minum. Banyak cara agar mulut tidak sering antara
lain dengan kumur-kumur, menggosok gigi, menghisap permen atau mengolesi
bibir dengan es batu mengkonsumsi satu potong jeruk dingin.