i pendahuluan (sma) adalah mengembangkan...

14
I Pendahuluan MA Negeri 1 Ambarawa merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Ambarawa. SMA Negeri 1 Ambarawa terletak di JL. Yos Sudarso No.46. Rentang kelas di SMA Negeri 1 Ambarawa yaitu X, XI, dan XII. struktur kurikulum pada tingkat satuan pendidikan di SMA, ada tiga jurusan yang dapat dipilih oleh peserta didik, yaitu jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. IPS dibagi menjadi beberapa mata pelajaran salah satunya adalah ekonomi akuntansi. Menurut Rudi Gunawan (2011:26) Tujuan pendidikan IPS adalah untuk membantu tumbuhnya pola berfikir ilmuwan social, mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi social masyarakat dalam rangka membantu tumbuhnya warga negara yang baik. Fungsi mata pelajaran ekonomi akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran, transaksi keuangan pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Mata pelajaran ekonomi akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan keaktifan,pemahaman, dan ketelitian dalam pembelajarannya. Karena itu dalam mata pelajaran ekonomi akuntansi pembelajarannya dilakukan secara sistematis karena materi akuntansi antara yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Oleh karena itu pembelajaran ekonomi akuntansi harus diselesaikan secara tuntas karena untuk bisa mengikuti materi yang selanjutnya peserta didik harus sudah benar-benar memahami dan menguasai materi sebelumnya, dibutuhkan metode yang tepat agar semua peserta didik dapat memahami dengan baik tentang materi yang diajarkan sehingga sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan oleh kurikulum. Menurut Mimin Haryati (2007:1) Kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman S

Upload: lamdan

Post on 31-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

I Pendahuluan

MA Negeri 1 Ambarawa merupakan

satu-satunya SMA Negeri yang ada di

Ambarawa. SMA Negeri 1 Ambarawa

terletak di JL. Yos Sudarso No.46.

Rentang kelas di SMA Negeri 1

Ambarawa yaitu X, XI, dan XII. struktur

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan

di SMA, ada tiga jurusan yang dapat

dipilih oleh peserta didik, yaitu jurusan

IPA, IPS dan Bahasa.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) adalah sekelompok disiplin

akademis yang mempelajari aspek-aspek

yang berhubungan dengan manusia dan

lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda

dengan seni dan humaniora karena

menekankan penggunaan metode ilmiah

dalam mempelajari manusia, termasuk

metoda kuantitatif dan kualitatif. IPS

dibagi menjadi beberapa mata pelajaran

salah satunya adalah ekonomi akuntansi.

Menurut Rudi Gunawan (2011:26) Tujuan

pendidikan IPS adalah untuk membantu

tumbuhnya pola berfikir ilmuwan social,

mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis

peserta didik terhadap kondisi social

masyarakat dalam rangka membantu

tumbuhnya warga negara yang baik.

Fungsi mata pelajaran ekonomi

akuntansi pada Sekolah Menengah Atas

(SMA) adalah mengembangkan

pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional,

teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui

prosedur pencatatan, pengelompokkan,

pengikhtisaran, transaksi keuangan

pengikhtisaran transaksi keuangan,

penyusunan laporan keuangan dan

penafsiran perusahaan berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK).

Mata pelajaran ekonomi akuntansi

merupakan salah satu mata pelajaran yang

membutuhkan keaktifan,pemahaman, dan

ketelitian dalam pembelajarannya. Karena

itu dalam mata pelajaran ekonomi

akuntansi pembelajarannya dilakukan

secara sistematis karena materi akuntansi

antara yang satu dengan yang lain saling

berkesinambungan. Oleh karena itu

pembelajaran ekonomi akuntansi harus

diselesaikan secara tuntas karena untuk

bisa mengikuti materi yang selanjutnya

peserta didik harus sudah benar-benar

memahami dan menguasai materi

sebelumnya, dibutuhkan metode yang

tepat agar semua peserta didik dapat

memahami dengan baik tentang materi

yang diajarkan sehingga sesuai dengan

harapan dan tujuan yang telah ditetapkan

oleh kurikulum. Menurut Mimin Haryati

(2007:1) Kurikulum adalah seperangkat

terencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman

S

Page 2: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Proses pembelajaran yang

diterapkan oleh guru ekonomi akuntansi di

SMA Negeri 1 Ambarawa adalah

menggunakan metode konvensional.

Penerapan metode konvensional ceramah

dilakukan dengan cara guru menjelaskan

materi menggunakan LCD dan peserta

didik hanya duduk, mendengarkan dan

mengerjakan tugas yang di berikan guru.

Proses pembelajaran seperti ini

menyebabkan kegiatan belajar mengajar

lebih terfokus pada guru dan kurang

terfokus pada peserta didik, dan

mengakibatkan kejenuhan dalam diri

peserta didik, sehingga partisipasi peserta

didik di dalam kelas kurang aktif dan

peserta didik cenderung menjadi

pasif.Aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran ekonomi akuntansi masih

tergolong rendah. Rendahnya aktivitas

peserta didik disebabkan kurangnya

keaktifan peserta didik pada saat proses

pembelajaran yang ditandai kurangnya

perhatian peserta didik pada saat

mengikuti pelajaran, terbukti ada peserta

didik yang mengantuk, berbicara dengan

teman sebangku bahkan ada peserta didik

yang bermain handphone.

Ketepatan pemilihan metode

pembelajaran sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

Menurut Hamzah B. Uno ( 2006:16) Hasil

pembelajaran adalah semua efek yang

dapat dijadikan sebagai indikator tentang

nilai dari penggunaan metode

pembelajaran di bawah kondisi yang

berbeda. Hasil belajar mata pelajaran

ekonomi akuntansi pada kompetensi dasar

Mencatat transaksi berdasarkan

mekanisme debet dan kredit

memperlihatkan bahwa hasil yang dicapai

oleh peserta didikkelas XI IPS – 4 dinilai

kurang memuaskan. Hal ini terbukti dari

sebanyak 17 dari 29 peserta didik berada

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum

yaitu sebesar 75.

Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh

sekolah, peserta didik dianggap kompeten

jika nilai hasil belajar pada kompetensi

dasar Mencatat transaksi berdasarkan

mekanisme debet dan kredit mencapai

nilai 75. Namun hasil belajar peserta didik

kelas XI IPS-4 hanya 12 peserta didik

yang mencapai KKM, hal ini menunjukan

bahwa peserta didik belum sepenuhnya

memahami dan menguasai materi yang

disampaikan oleh guru sehingga tujuan

pembelajaran belum tercapai. Tujuan

pembelajaran adalah suatu pernyataan

yang spesifik yang dinyatakan dalam

perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk

Page 3: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar menurut teori

kontruktivisme adalah kegiatan manusia

membangun atau menciptakan

pengetahuan dengan cara mencoba

memberi makna pada pengetahuan sesuai

pengalamannya.Belajar merupakan

aktivitas yang dilakukan peserta didik

untuk mendapatkan perubahan dalam

dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau

pengalaman-pengalaman. Perubahan

tersebut dapat berupa perubahan

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Menurut Agus Suprijono (2009:30)

Gagasan kontruktivisme mengenai

pengetahuan dapat dirangkum

sebagai berikut:

1. Pengetahuan bukanlah gambaran

dunia kenyataan belaka, tetapi

selalu merupakan kontruksi

kenyataan melalui kegiatan

subjek.

2. Subjek membentuk skema

kognitif, kategori, konsep dan

struktur yang perlu untuk

pengetahuan.

3. Pengetahuan dibentuk dalam

struktur konsep seseorang.

Struktur konsep membentuk

pengetahuan jika konsep itu

berlaku jika berhadapan dengan

pengalalaman-pengalaman

seseorang.

Hal ini berarti pembelajaran

diusahakan agar dapat memberikan kondisi

terjadinya proses pembentukan tersebut

secara optimal pada diri peserta didik.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran

peseta didik harus aktif sehingga peserta

didik menjadi pusat kegiatan belajar di

kelas.

Salah satu tokoh yang mencetuskan

pendekatan konstruktivisme adalah

Vygotsky. Vygotsky, yang menekankan

pada konstruktivisme sosial.

kontruktivisme menekan pentingnya

lingkungan sosial dalam belajar dengan

menyatakan bahwa integrasi kemampuan

dalam belajar dengan menyatakan bahwa

integrasi kemampuan dalam belajar

kolaboratif dan kooperatif akan dapat

meningkatkan pengubahan secara

konseptual.

Keterlibatan dengan orang lain

membuka kesempatan bagi peserta didik

untuk mengevaluasi dan memperbaiki

pemahaman mereka saat mereka bertemu

dengan pemikiran orang lain dan saat

mereka berpatisipasi dalam pencarian

pemahaman bersama. menurut Vygotsky,

fungsi mental tingkat tinggi biasanya ada

dalam percakapan atau komunikasi dan

kerja sama di antara individu-individu

(proses sosialisasi) sebelum akhirnya itu

Page 4: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

berada dalam diri individu (internalisasi).

Oleh karna itu , pada seseorang berbagi

pengetahuan dengan orang lain, dan

akhirnya pengetahuan itu menjadi

pengetahuan personal.

Interaksi sosial dengan

lingkungan akan membuat pengetahuan

yang dimiliki semakin berkembang.

Peserta didiksaat mendapatkan stimulus

dari lingkungannya, ia akan menangkap

dengan alat inderanya dan mengolah

menjadi informasi sehingga interaksi

dengan lingkungan sangat penting.

Ketidakmampuan anak untuk

mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang

lain atau orang yang lebih dewasa

membuktikan bahwa interaksi sosial

sangat penting dalam perkembangan

kognitif. Bentuk dari interaksi tersebut

dapat berupa komunikasi dan kerjasama

antar individu.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share

Metode pembelajaran tipe Think Pair

Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan

Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan

pembelajaran gotong royong. Pembelajaran

tipe ini memberi peserta didik untuk bekerja

sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

metode think pair sharedapat digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan anak usia didik. “Menurut Anita Lie,

Teknik belajar-mengajar Think-Pair-Share

memberikan kesempatan untuk belajar

sendiri serta bekerjasama dengan orang

lain.”1

Adapun proses metode Pembelajaran

Kooperatif Think-Pair-Share,

Mengerjakan tugas secara individu

kemudian kelompok membuat pasangan

untuk mendiskusikan hasil pengerjaan

individunya, Kedua pasangan lalu bertemu

untuk menshare hasil diskusinya.

Menurut Anita Lie (2009:56) yang

dilakukan dalam metode pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah :

1. Bekerjasama dalam kelompok

yang beranggotakan empat

orang. Dimana anggotanya

bersifat hiterogenitas atau

beraneka ragam yaitu satu orang

siswa yamg berkemampuan

tinggi, dua orang siswa yang

berkemampuan sedang dan satu

orang yang berkemampuan

rendah.

2. Setiap siswa memikirkan dan

menerjakan tugas tersebut

sendiri-sendiri

3. Siswa berpasangan dengan salah

satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi secara berpasangan.

4. Kedua pasangan bertemu kembali

dalam kelompok berempat. Siswa

mempunyai kesempatan untuk

Page 5: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

membagikan hasil kerjanya

kepada kelompok berempat.

o Langkah-Langkah Pembelajaran

Kooperatif Think Pair Share

Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam proses pembelajaran di

SMA Negeri 1Ambarawa, Kelas XI IPS-4

dapat digambarkan sebagai berikut :

Langkah 1. Pembagian Kelompok dan

Pembagian Tugas

Peserta didik yang berjumlah 29

dibagi menjadi 7 kelompok, Masing-

masing kelompok terdiri 4 peserta didik

yaitu A,B,C dan D dan satu kelompok

terdiri 5 peserta didik Selanjutnya, masing-

masing peserta didik mengerjakan tugas

secara individu.

Langkah 2. Berpasangan

Pada tahap 2 , peserta didik

berpasangan dengan salah satu rekan

dalam kelompok dan mendiskusikan tugas

yang diberikan oleh guru.

Langkah 3. Kedua Pasangan Bertemu

Pada tahap 3, kedua pasangan

bertemu dalam satu kelompok, pesera

didik memberikan informasi yang telah

didiskusikan dengan pasangannya,

membagikan hasil kerjanya dan membuat

kesimpulan antara yang dibahas dengan

pasangannya dan kelompok.

Dengan melihat langkah-

langkah dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan metode pembelajaran kooperatif

tipe think pair share, peserta didik dapat

memperoleh banyak manfaat, diantaranya

peserta didik mendapatkan informasi dari

pasangannya dan kelompoknya. Setiap

peserta didik dapat berperan aktif dan

dapat meningkatkan hasil belajar serta

daya ingat karena saling mengajarkan

materi yang sudah dipelajari, khususnya

Ekonomi Akuntansi.

Tipe Think pair share, guru

menentukan anggota kelompoknya supaya

merata. Selain itu, guru juga menentukan

siapa yang menjadi pasangan kelompok.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi

kegaduhan dalam kelas, misalnya

memperebutkan pasangan. Karena jika

tidak ditentukan oleh guru, biasanya

peserta didik bebas memilih sesuatu

dengan keinginannya sehingga terjadi

penyimpangan.

C. Pembelajaran Akuntansi di SMA

Kurikulum SMA akan

mempersiapkan peserta didiknya untuk

mampu memasuki perguruan tinggi

dengan lebih mudah. Maka penjurusan di

SMA juga sangat erat kaitannya dengan

kelanjutan studi setelah SMA. Idealnya di

setiap SMA ada tiga jurusan yang

sediakan, yakni IPA, IPS, dan Bahasa.

Pandangan sebagian peserta didik,

Page 6: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

orangtua, bahkan juga guru yang

menganggap kelas IPS itu kelas buangan,

kelas sisa-sisa, kelas nomor dua, atau apa

pun bahasanya adalah keliru besar. Tidak

jaminan bahwa anak-anak yang masuk

jurusan IPA masa depannya lebih cerah.

Demikian juga sebaliknya, bukan berarti

setiap peserta didik yang masuk jurusan

IPS masa depannya akan suram dan calon

generasi yang gagal.

IPA adalah istilah yang digunakan

untuk menghimpum ilmu biologi, fisika

dan kimia. Sementara IPS menghimpun

ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan

sosiologi. Jurusan di SMA memilih ketika

memasuki kelas XI. Tentu pilihan tersebut

harus disesuaikan dengan talenta yang

dimiliki, yakni minat dan bakat peserta

didik. Selanjutnya dipertimbangkan secara

kemampuan akademisnya sewaktu di kelas

X. barulah kemudian ditetapkan pilihan

jurusan di kelas XI, IPA atau IPS.

Kompetensi dasar mata pelajaran

adalah kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik setelah melalui proses

pembelajaran Akuntansi SMA, mencakup:

1. Menganalisis akuntansi sebagai

sistem informasi.

2. Menjelaskan dasar hukum

pelaksanaan Akuntansi bagi

perusahaan di Indonesia.

3. Menerapkan struktur dasar

Akuntansi.

4. Menerapkan tahapan siklus

Akuntansi Perusahaan Jasa.

5. Menerapkan tahapan siklus

Akuntansi Perusahaan Dagang.

6. Menerapkan tahapan siklus

Akuntansi Koperasi.

7. Menganalisis laporan

keuangan.

8. Menerapkan metode

kuantitatif.

Pelajaran Ekonomi Akuntansi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah

pengembangan pengetahuan, ketrampilan,

sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung

jawab melalui prosedur pencatatan,

pengelompokan, pengikhtisaran transaksi

keuangan sampai penyusunan laporan

keuangan. Meskipun SMA diprioritaskan

untuk melanjutkan kejenjang yang lebih

tinggi, tapi setidaknya sudah dibekali oleh

skill atau ketrampilan.

Pembelajaran akuntansi memiliki

tujuan mengembangkan pengetahuan,

ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur,

dan bertanggung jawab melalui prosedur

pencatatan,pengelompokan, pengikhtisaran

transaksi keuangan, penyusunan laporan

keuangan dan menafsiran perusahaan

bedasarkan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) dan memiliki fungsi membekali

tamatan SMA dalam berbagai kompetensi

dasar, agar mereka menguasai dan mampu

Page 7: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip

dan prosedur akuntansi yang benar, baik

untuk kepentingan melanjutkann

pendidikan ke perguruan tinggi ataupun

untuk terjun ke masyarakat, sehingga

bermanfaat bagi kehidupan peserta

didikyang dapat dilihat dalam standar

kompetensi akuntansi yang harus

diperlihatkan peserta didik setelah

pembelajaran.

Melihat tujuan dan fungsi

pembelajaran akuntansi, maka

pembelajaran akuntansi memiliki nilai-

nilai esensial sehingga penting untuk

diajarkan kepada peserta didik. Setelah

mempelajari akuntansi peserta didik

diharapkan dapat mengembangkan

ketrampilan sosial dan mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran akuntansi dilakukan

melalui pendekatan tuntas, karena

pembelajaran Akuntansi merupakan suatu

siklus sehingga ketrampilan satu berkaitan

dengan ketrampilan yang lain dan lebih

mengutamakan pencapaian melalui

pelatihan langsung yang dialami peserta

didik.

Pelajaran Akuntansi mengenal

istilah latihan (training), dimana dalam

pelaksanaanya mengenal 4 langkah yang

mendorong kegiatan belajar secara efektif,

yaitu memperlihatkan (to show),

menjelaskan ( to tell ), mengerjakan (to do)

dan memeriksa (to check ). Model

pembelajaran kooperatif tipe think pair

sharedapat menaungi kegiatan

pembelajaran tersebut. Ini akan terlihat

saat peserta didik mengerjakan tugas

dengan kelompoknya.

III Metodelogi Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah

penelitian tindakan kelas/ Classroom

Action Research (CAR). Menurut

Suharsimi Arikunto ( 2007:3 ) Penelitian

tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama.Penelitian terdiri dari

dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

langkah yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1

Ambarawa yang beralamat di jalan Yos

Sudarso No.46 Ambarawa. Waktu

penelitian dilakukan pada bulan Januari

tahun 2013. Pengumpulan data

menggunakan enam teknik yaitu teknik tes,

observasi, angket, wawancara tidak

terstruktur dan dokumentasi. Analisis data

dilakukan dengan cara pengolahan

perhitungan data, mendeskrepsikan, dan

membandingkan hasil dengan indikator

ketercapaian baik pelaksanaan maupun

hasil tes.

Page 8: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

Prosedur Penelitian

1. Siklus I

A. Perencanaan

Setelah diketahui informasi tentang

siswa melalui penjajagan atau refleksi

awal, tim peneliti melakukan analisis

kurikulum untuk menentukan

kompetensi dasar yang akan

disampaikan kepada peserta didik

dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share. Dalam

tahap perencanaan, peneliti

mempersiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran / RPP

B. Pelaksanaan tindakan

Tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan

guru sebagai mitra kolaborasi berdasarkan

RPP siklus 1 dengan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share yang telah

dibuat. Langkah-langkah dalam

pembelajaran tipe think pairshare yang

pertama adalah guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dalam

proses pembelajaran dan memberikan

apresiasi kepada peserta didik. Langkah

yang kedua, guru menyampaikan materi

dan membagi kelompok diskusi yang

berjumlah 4 peserta didik dan memberikan

tugas kepada setiap kelompok. Langkah

ketiga, peserta didik berpasangan dengan

salah satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi dengan pasangannya. Langkah

ke empat, kedua pasangan bertemu

kembali dalam kelompok dan peserta didik

mempunyai kesempatan untuk

membagikan hasil kerjanya kepada

kelompok.

C. Observasi

Observasi dilakukan agar dapat

diketahui apakah proses belajar mengajar

sesuai dengan skenario dalam RPP.

Observasi dilakukan terhadap peserta didik

dan guru. Pengamatan dilakukan untuk

mengetahui apakah guru sudah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan

skenario dalam RPP. Penelitian ini

melibatkan dua observer, antara lain

peneliti sendiri sebagai observer I dan Ibu

Wening, S.Pd. sebagai observer II yang

merupakan salah satu guru IPS SMA

Negeri 1 Ambarawa.

D. Refleksi

Tahap ini dilakukan untuk mengkaji

apa yang telah terjadi atau yang tidak

terjadi, yang telah dihasilkan maupun yang

belum dihasilkan selama kegiatan

berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan

untuk menentukan langkah mencapai

tujuan. Refleksi dilakukan oleh peneliti

sebagai pengamatan akan keberhasilan

atau kegagalan dalam mencapai tujuan

sementara. Hasil refleksi digunakan untuk

memberi masukan hal-hal yang harus

diperbaiki pada siklus 2.

Page 9: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

2. siklus II

A. Perencanaan Tindakan

Perencanaan ini mengacu pada

tindakan pertama yang telah dihasilkan.

Informasi yang dihasilkan dari refleksi

siklus 1 merupakan data yang digunakan

untuk membuat perencanaan siklus 2.

Menyusun RPP perbaikan berdasarkan

hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus 1.

B. Pelaksanaan Tindakan

Siklus 2 dilaksanakan setelah kegiatan

Siklus 1 selesai dilaksanakan. Guru

melaksanakan tindakan berdasarkan RPP

perbaikan.

C. Observasi

Sama seperti siklus 1 observer harus

mengamati jalannya pembelajaran apakah

sudah sesuai dengan skenario dalam RPP.

D. Refleksi

Pada Siklus 2 refleksi dilaksanakan

setelah semua proses pembelajaran selesai

dilaksanakan dengan menganalisis lembar

observasi dan hasil belajar. Jika tujuan

dalam pembelajaran mengalami

peningkatan yang signifikan maka peneliti

dianggap berhasil. Sedangkan, jika tujuan

dalam pembelajaran tidak mengalami

peningkatan yang signifikan maka peneliti

dianggap tidak berhasil sehingga perlu

membuat tindakan siklus berikutnya.

Data dapat dianalisis dengan

reduksi data, penyajian teks dan penarikan

kesimpulan Indikator keberhasilan

dikatakan berhasil bila:

a. Rata-rata aktivitas belajar peserta

didik dan guru sudah mencapai

skor ≥ 80%. Indikator yang

menyatakan aktivitas peserta didik

adalahperhatian, bertanya,

menjawab, dan menanggapi.

b. Peserta didik yang tuntas belajar

sudah lebih dari atau sama dengan

75%. Batas tuntas belajar 75

mengacu pada ketetapan

pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional

Pendidikan, bahwa Peserta didik

dikatakan mencapai tuntas belajar

kognitif apabila peserta didik

mampu menguasai kompetensi atau

tujuan pembelajaran yang mengacu

pada KKM yang telah ditetapkan

kurikulum sekolah, yaitu untuk

ketuntasan individu 75, sedangkan

ketuntasan klasikal adalah 75%

dari jumlah peserta didik yang

mengikuti tes.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari

pengamatan dengan menggunakan

pembelajaran metode Think Pair Share

pada siklus I adalah Hasil penelitian

Page 10: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

kesiapan peserta didik dalam menerima

pelajaran pada siklus I menunjukkan

bahwa 68,96% peserta didik telah siap

menerima pelajaran. Sedangkan 31,03%

peserta belum siap menerima pelajaran.

Hal ini disebabkan ada 11 peserta didik

yang tidak membawa buku paket, tujuh

peserta didik tidak membawa buku

catatan dan 18 peserta didik yang tidak

membawa kalkulator.

Pada pertemuan kedua 75%

peserta didik siap menerima pelajaran,

sedangkan 25% belum siap menerima

pelajaran dikarenakan ada 8 dari

29peserta didik yang tidak membawa

buku paket,7 peserta didik tidak

membawa buku catatan dan 14 peserta

didik tidak membawa kalkulator. Upaya

yang dilakukan adalah dengan

memberikan penjelasan mengenai

pentingnya buku paket yang mendukung

untuk penugasan dan pemahaman materi

yang diajarkan oleh guru dan guru juga

menghimbau agar peserta didik

membawa kalkulator sendiri-sendiri

untuk memudahkan dalam perhitungan.

Hasil penelitian siklus 1 aktivitas meliputi

perhatian, bertanya, menjawab dan

menanggapi 1 menunjukan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan

metode think pair share peserta didik yang

kurang aktif mengalami penurunan jika

dibanding dengan kondisi awal dari

41,37% menjadi 10,34%, peserta didik

cukup aktif dari 31,03% menjadi 13,17%

sedangkan peserta didik aktif mengalami

peningkatan yang pada awalnya 17,24%

menjadi 44,82%. Peserta didik sangat

aktif juga mengalami peningkatan yang

pada awalnya 10,34% menjadi 31,03%.

Hasil belajar siklus 1 ada

peningkatan jika dibandingkan dengan

kondisi awal Sebelum diterapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share, ada 12(41%) peserta didik yang

telah mencapai KKM, dengan rata-rata

kelas 59,86. Setelah diterapkan metode

kooperatif tipeThink Pair Share, pada

siklus 1 jumlah peserta didik yang telah

mencapai ketuntasan minimal meningkat

menjadi peserta didik (72,41%) peserta

didik yang mencapai KKM, dengan nilai

rata-rata 76,20. Hasil belajar peserta didik

telah meningkat, hal ini dikarenakan

peserta didik merasa ada kebebasan dalam

proses belajar mengajar, mereka bebas

untuk menjawab, pertanyaan, bertanya,

dan menanggapi sesuai dengan metode

kooperatif tipe Think Pair Share.

Berdasarkan hasil observasi siklus

I yang merupakan siklus awal dalam

penelitian tindakan kelas ini aktivitas

peserta didik kelas XI IPS–4 mengalami

peningkatan aktivitas namun belum

tercapai secara optimal atau belum sesuai

dengan indikator keberhasilan sehingga

Page 11: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

perlu adanya perbaikan supaya mencapai

hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil

observasi kinerja guru pada siklus I

tergolong baik dengan menunjukkan nilai

sebesar 74%. Guru sudah melaksanakan

langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif think pair share dengan baik,

namun guru perlu lebih

mengkomunikasikan langkah-langkah

think pair share kepada peserta didik

karena sebelumnya peserta didik belum

pernah belajar dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif think

pair share. Guru juga perlu lebih spesifik

dalam memberikan materi kepada peserta

didik, misalnya dengan memberi contoh

soal untuk dikerjakan bersama guru dan

peserta didik.

Berdasarkan hasil perolehan

pelaksanaan siklus I masih terdapat hal-hal

yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Diskusi kelompok, penugasan,

bertemunya dua pasangan dalam

satu kelompok untuk

mendapatkan dan membagikan

hasil diskusi dengan kelompok

dapat dilaksanakan peserta didik

dengan baik, hal ini ditandai ada

peningkatan aktivitas belajar yang

meliputi perhatian, bertanya,

menjawab, dan menanggapi.

Meskipun aktivitas belajar

meningkat secara signifikan,

namun belum optimal.

2. Pada saat diskusi kelompok

peserta didik dengan serius

memahami materi dan pada saat

bertemunya dua pasangan dalam

satu kelompok suasana menjadi

ramai, peserta didik sangat

antusias menyampaikan materi

yang telah didiskusikan dengan

pasangan ke kelompoknya dan

kedua pasangan saling

menanggapi dengan serius dengan

kata lain tanya jawab antar

peserta didik menjadi aktif.

Meskipun ruang kelas ramai

tetapi peserta didik mempunyai

aktivitas sehingga peserta didik

tidak ada yang jenuh/ mengantuk.

3. Hasil ketuntasan belajar peserta

didik pada siklus I yaitu sebesar

72,41% dengan nilai terendah 55

dan tertinggi 100 (lampiran 20).

Hasil masih dibawah indikator

keberhasilan belajar, sehingga

pada siklus II perlu ditingkatkan

lagi. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dan ditingkatkan lagi

pada siklus berikutnya adalah:

Suasana kelas yang belum

terkendali, karena masih ada

peserta didik yang kurang

memperhatikan selama

Page 12: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

proses pembelajaran

berlangsung.

Peserta didik dan guru masih

mengalami kesulitan karena

belum terbiasa.

Kurangnya kesiapan peserta

didik dalam mengikuti

pembelajaran.

Masih ada peserta didik yang

kurang menerima rekan

kelompoknya.

Pada siklus II pertemuan pertama,

kesiapan peserta didik dalam menerima

pelajaran sudah mencapai 89,65%

(lampiran 27). Hal ini dapat dilihat dari

jumlah peserta didik yang membawa

buku paket ada 25 peserta didik. Semua

peserta didik membawa buku catatan

dan membawa alat tulis sendiri-sendiri.

Namun yang membawa kalkulator

hanya 21peserta didik. Alasan peserta

didik adalah karena mereka tidak

memiliki kalkulator. Pada pertemuan

kedua, kesiapan peserta didik dalam

menerima pelajaran meningkat menjadi

93,96%. Semua peserta didik yang

mengikuti pelajaran ekonomi akuntansi

pada hari itu hanya 2 peserta didik yang

tidak membawa buku paket dan 5

peserta didik tidak membawa kalkulator.

Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus

II terjadi peningkatan dalam hal

kesiapan peserta didik menerima

pelajaran.

Hasil penelitian siklus II aktivitas

meliputi perhatian, bertanya, menjawab,

dan menanggapi. peserta didik dalam

proses belajar mengajar telah meningkat.

Perubahan dari siklus 1 ke siklus 2 peserta

didik yang kurang aktif telah mengalami

penurunan dari 10,34% menjadi 3,4%.

Peserta didik yang beraktivitas cukup juga

mengalami penurunan 13,79% menjadi

3,4%. Jumlah peserta didik aktif juga

mengalami peningkatan dari 44,82% pada

siklus 1 menjadi, 48,27% pada siklus 2

dan peserta didik sangat aktif mengalami

peningkatan dari 31,04% pada siklus 1

menjadi 44,82% pada siklus 2. Hasil

belajar peserta didik pada siklus 2 telah

meningkat dengan baik dibandingkan

dengan siklus 1. bahwa peserta didik yang

tuntas mencapai 27 peserta didik

(91,10%), dan yang tidak tuntas hanya 2

peserta didik (6,89%). Rata-rata hasil

belajar peserta didik mengalami

peningkatan dari 76,20 menjadi 80,86.

Dalam hal ini telah memenuhi target atau

indikator yang telah ditetapkan yaitu

mencapai ketuntasan hail belajar sebesar

75%.

V. KESIMPULAN DAN

SARAN

Berdasarkan permasalahan,tujuan,

hipotesis tindakan, hasil tindakan dan hasil

pembahasan yang telah dipaparkan

Page 13: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

penulis, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Pembelajaran dengan metode

kooperatif tipe think pair share dapat

meningkatkan aktivitas belajar yang

meliputi, perhatian, bertanya,

menjawab, danmenanggapidikelas XI

IPS-4 SMA Negeri 1 Ambarawa pada

kompetensi dasar mencatat transaksi

bedasarkan mekanisme debet kredit.

Siklus 1 terdapat 3 peserta didik

(10,34%)dikategorikan kurang aktif

dan 4 peserta didik

(13,79%)dikategorikan peserta didik

cukup aktif, sedangkan peserta didik

yang dikategorikan aktif ada 13

peserta didik (44,82%) dan peserta

didik dikategorikan sangat aktif ada 9

peserta didik (31,03%) pada kegiatan

pembelajaran mencatat transaksi

bedasarkan mekanisme debet kredit.

terlihat hasil siklus 2 peserta didik

yang dikategorikan kurang aktif ada 1

peserta didik (3,4%), dikatagorikan

cukup aktif ada 1 peserta didik

(3,4%),sedangkan peserta didik

dikategorikan aktif terdapat 14 peserta

didik(48,27%) danpeserta didik

dikategorikan sangat aktif terlihat 13

peserta didik (44,82%).

2) Pembelajaran dengan metode

kooperatif tipe Think pair share dapat

meningkatkan hasil belajar peserta

didik, terlihat pada siklus 1 terdapat

72,41%peserta didikdikategorikan

tuntas dan 27,48% peserta

didikdikategorikan tidak tuntas. Pada

siklus 2 terdapat 91,10% peserta

didikdikategorikan tuntas dan 6,89%

peserta didikdikategorikan tidak

tuntas.

Berdasarkan kesimpulan di atas

peneliti memberikan saran untuk dijadikan

bahan pertimbangan dan perhatian oleh

semua pihak, yaitu sebagai berikut:

1. Peserta didik

Penerapan model pembelajaran Think

Pair Share diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan bagi peserta didik agar

lebih meningkatkan aktivitas tidak hanya

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi

melainkan pada mata pelajaran lain.

2. Guru

Guru diharapkan bisa menerapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe

think pair share sebagai salah satu

alternatif untuk meningkatkan keaktifan

peserta didik dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat mengantarkan

pada kualitas pembelajaran yang sesuai

dengan yang diharapkan, karena think

pair share terbukti dapat meningkatkan

aktivitas peserta didikdan meningkatkan

hasil belajar peserta didik, sehingga

memperoleh hasil yang optimal.

Page 14: I Pendahuluan (SMA) adalah mengembangkan Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7445/2/T1_162008037_Full...yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. ... metoda kuantitatif

Daftar Pustaka

1) Arikunto, Suharsimi, 2007,

Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,

Bumi Aksara.

2) Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,

2008, Teori Belajar dan

Pembelajaran,Ar-Ruzz Media.

3) Uno, Hamzah B, 2006,

Perencanaan Pembelajaran,

Jakarta, Bumi Aksara.

4) http://sasterpadu.tripod.com/sas_st

ore/akuntansi.pdfdi unduh 25

november 2012, jam 17.32

5) http://tumbuh-kembang-

anak.blogspot.com/2013/02/metode

pembelajaran-yang baik.html.

6) Lie, Anita, 2005, Cooperative

Learning Mempraktikkan

Cooperative Learning di Ruang-

ruang Kelas, Grasindo.

7) Mimin Haryati, 2007, Model Dan

Teknik Penilaian Pada Tingkat

Satuan Pendidikan, Jakarta,Gaung

Persada Press.

8) Rudi Gunawan, 2011, Pendidikan

IPS Filosofi Konsep dan

Aplikasi,Bandung, Alfabeta.

9) Rusman , 2011, Model-Model

Pembelajaran, Raja Grafindo,

Jakarta, RajaGrafindo Persada.

10) Sudjana, Nana, 2004, Dasar –

dasar Proses Belajar Mengajar,

Bandung, Sinar Baru Algesindo.

11) Suharsimi Arikunto, 2007,

Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta,

Bumi Aksara.