i liii i iin. - · pdf filepengesahan panitia ujian ... yang ada sudah memiliki syarat...
TRANSCRIPT
#
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKANPENGETAHUAN KEAGAMAAN PAMULUNG
I}I YAYASAN MEI}IA AMAL TSLAMI LEBAK BULUSJAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
l-,i rt ;,.i,3 1",; I iu,; J :; I ;t r."r f.l nilrlr r r
SYARIF HIDAYATU LLAH JAKARTA
Oleh
Eka Camalia Nurhid ay atiNIM: 108052000002
JI]RUSAN BIMBINGAN I}AN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVf, RSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATT]LLAH
JAKARTA1434 H | 2013}'[
I IIN.
LIII I
rl
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKANPENGETAHUAN KEAGAMAAN PEMULUNG
DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUSJAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Eka Camalia NurhidavatiNIM: 108052000002
Pembimbing,
NIP : 1971 0412 200003 2 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMF'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTAr434Ht20r3M
I ' r rl / r
l . l
I
i
'.;/
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan
Keagamaan Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 7 Mei 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Ciputat, 7 Mei2013
Sidang Munaqasyah
H. Mulkanasir. B.A. S"Ae. MMNrP. 19550101 198302 I 00r
Anggota
Penguji II
I 001
Pembimbing
Kholis RidhUM.SiNrP. 1978,1t4200912
MANIP : 19710412 200003 2 001
st
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Eki C"amalia NurhidaYatiNIM: i08052000002
i
ABSTRAK
Eka Camalia N (108052000002)
Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan
Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan
Pemulung merupakan komunitas yang sering mendapatkan stigma negatif
“cap maling”oleh masyarakat sekitar, belum lagi masalah ekonomi yang dialami
meluas menjadi krisis dibanyak bidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan
moralitas. Masalah kemiskinan juga menyebabkan mereka kurang mendapatkan
hak pendidkan dan lebih mengkhawatirkan lagi adalah kurangnya pengetahuan
agama khususnya bagi ibu-ibu pemulung yang selayaknya mereka mampu untuk
membimbing, mengarahkan anak-anaknya dengan bekal ilmu pengetahuan agama.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya menanamkan pengetahuan keagamaan bagi
ibu-ibu pemulung, karena komunitas mereka rentan dengan kerusakan aqidahnya
oleh pihak non muslim.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu
pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, untuk mengetahui faktor
pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan
pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak
Bulus Jakarta Selatan.
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, semua data tersebut menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dalam pengambilan informan peneliti
menggunakan teknik purposive sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini
adalah pembimbing agama dan empat orang ibu-ibu pemulung. Teknik analisa
data yang digunakan adalah triangulasi dan SWOT.
Hasil dari penelitian ini adalah pembimbing agama dalam menanamkan
pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami
berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya
diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara program edukasional, pembangkit
kesadaran masyarakat, membangun kedekatan emosional dan advokatif dengan
memberikan materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Adapun yang
menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama adalah SDM
yang ada sudah memiliki syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai,
adanya kepercayaan masyarakat pemulung pada pembimbing dalam memberikan
bimbingan agama, adanya fasilitas yang menunjang untuk kegiatan bimbingan
agama. Kelemahan atau faktor penghambat kurangnya kesadaran religius di
kalangan masyarakat pemulung, ancaman misi keagamaan pihak non muslim,
kurangnya perencanaan dan target yang hendak dicapai, metode bimbingan agama
yang digunakan masih bersifat sederhana.
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena
dengan kuasaNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
keselamatan semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi
Wasallam dengan kedatanganNya ke dalam kehidupan ini yang telah menjadikan
sebaik-baiknya kehidupan.
Skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan
Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus
Jakarta Selatan”, ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yaitu Cecep.S.Pd.I dan Hamidah
yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA,
Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Drs. H.
Mahmud Jalal, MA dan Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA.
ii
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Dra. Rini
Laili Prihatini, M.Si dan Drs. Sugiharto, MA terima kasih banyak atas
pemberian arahan dan masukan selama ini kepada penulis, semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan ibu dan bapak.
3. Dosen pembimbing skripsi Dra. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih atas
keikhlasan dan bimbingan ibu dan maaf selama penulisan sering dibuat repot
oleh penulis, semoga kebaikan ibu dibalas oleh Allah SWT.
4. Dosen penasehat akademik Dr. Suhaimi M.Si, yang senantiasa memberikan
arahan dan motivasi kepada penulis.
5. Seluruh dosen pengajar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya penulis,
semoga segala dedikasi dan ilmu yang telah diberikan bapak dan ibu
senantiasa mendapat balasan kebaikan atas barokahnya ilmu dari Allah SWT.
6. Seluruh karyawan staf administrasi, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Psikologi, dan Perpustakaan
utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membantu memberikan kemudahan kepada penulis untuk mendapatkan
referensi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Keluarga besar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V, yaitu kepada H.
Aslih Ridwan, MA dan para ustad/ustdz yang tidak penulis sebutkan namanya
satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa ta’zim penulis dan terima kasih
banyak atas penerimaan, bantuan selama penulis memperoleh data dalam
iii
melakukan penelitian di Yayasan MAI, semoga ukhuwah Islamiyah kita akan
tetap selalu terjaga. Amien.
8. Untuk Keluarga Besar KH. Drs. Syarifudin, SH. MA dan Ustad Fathoni
S.Pd.I, penulis ucapkan terima kasih atas arahan dan support kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Untuk Suhandi yang telah memberikan perhatian, support, kasih sayangnya
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan sering menjadi tempat
curahan keluh kesah penulis, semoga semua kebaikanmu akan mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
10. Untuk adik-adik penulis Nurul Fauziah Rahmah, Triyana Maulida Nurbaiti
dan Muhammad Aryadlillah Shiddiq, yang selalu memberikan hiburan dan
support kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Untuk kawan-kawan BPI 2008 seperjuangan (Nila, Via, Ina, Ayu, Nina, Kpod,
Pu3, Ais, Indah, Sundus, Try, Obel, Ocit, Iboy, Enan dan lainnya....) semua
sahabat BPI, BEMJ BPI, teman-teman HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat,
FORSA Volly, yang penulis tidak sebutkan satu persatu kalian telah menjadi
bagian dalam hidupku semoga persaudaraan ini akan selalu tetap terjaga, tidak
lupa untuk BPI 2009, BPI 2010, BPI 2011, BPI 2012 terima kasih atas support
kalian semua.
12. Semua pihak yang telah ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, sekali lagi terima kasih banyak.
Semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan balasan atas segala jasa
dan bantuan yang telah diberikan dengan penuh ketulusan kepada penulis, penulis
menyadari skripsi ini masih mempunyai kekurangan oleh karenanya dibutuhkan
iv
kritik dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya dan Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya.
Ciputat, 7 April 2013
Eka Camalia Nurhidayati
v
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 12
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 19
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama
1. Pengertian Peran.................................................................. 20
2. Pengertian Bimbingan Agama ............................................ 22
3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama ............................... 24
4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama .................................... 27
B. Pengetahuan Keagamaan
1. Pengertian Pengetahuan Agama .......................................... 35
2. Aspek-Aspek Keagamaan ................................................... 37
3. Fungsi- Fungsi Agama ........................................................ 40
C. Pemulung
1. Pengertian Pemulung .......................................................... 43
vii
BAB III : GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami ...................... 47
B. Visi dan Misi ............................................................................. 49
C. Struktur Organisasi ................................................................... 50
D. Program Yayasan Media Amal Islami ...................................... 50
E. Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami ................. 51
F. Kegiatan Yayasan Media Amal Islami ..................................... 52
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Identitas Informan
1. Pembimbing Agama ............................................................. 53
2. Terbimbing ............................................................................ 57
B. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan
Pengetahuan Keagamaan Pemulung ......................................... 60
C. Faktor Pendukung Penghambat Pembimbing Agama dalam
Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung .................. 78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 87
B. Saran ......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan kini gejalanya
meningkat dengan krisis yang berkepanjangan dan permasalahan ini dihadapi
oleh bangsa Indonesia. Data kemisikinan menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Jakarta
mencapai 363,43 ribu orang atau sekitar (3,75 persen) meningkat sebesar
51,25 ribu dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 312,18 ribu orang
atau sekitar (3,48 persen).1
Di negara Indonesia khususnya Jakarta, kemiskinan masih menjadi
beban penderitaan masyarakatnya. Ironisnya kemiskinan ekonomi yang
dialami masyarakat meluas lagi menjadi krisis dibidang lainnya, seperti
masalah kriminalitas dan moralitas.2 Kemiskinan juga memberikan pengaruh
yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat khususnya mereka yang berada
dikalangan ekonomi ke bawah. Selanjutnya, angka kemiskinan diatas dapat
dikategorikan pada kelompok masyarakat Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang jumlahnya semakin bertambah setiap
tahunnya.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah individu,
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan
1 BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus
2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/ 2 Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1994), cet ke-1, h. 52
2
atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak
terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosialnya secara
memadai dan wajar.Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa
kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,
keterasingan dan akibat dari bencana alam maupun bencana sosial.3
Menurut Ronny Cahyana.S.Sos selaku Ketua Seksi Rehabilitasi Sosial
daerah Jakarta Barat yang dikutip oleh Endang mengatakan bahwa kategori
PMKS diantaranya adalah anak jalanan, pengamen, pemulung, gelandangan
dan pengemis. Kelompok ini termasuk kelompok masyarakat ekonomi
rendah. Mereka bukan tidak tahu menahu permasalahan ekonomi yang
sedang mereka hadapi dan sebagai akibatnya mereka terkena imbasnya. Tidak
sedikit dari mereka yang memilih dengan bekerja sebagai pemulung. Hal
inilah yang dapat mereka lakukan dengan keterampilan sederhana dan
seadanyamereka dapat mencari nafkah.4
Kehidupan pemulung di perkotaan cenderung kumuh, mereka tinggal
dan bekerja di tempat yang sangat tidak layak seperti tempat pembuangan
sampah, bantaran kali, selokan dan lainnya. Pemulung masih merupakan
kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anak-anak
mereka tinggal di lapak yang dimiliki oleh bos lapak. Mereka saling
3Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial,2011), h.5-7. 4 Endang, Maraknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), artikel diakses
pada tanggal 13 Oktober 2012 dari http://www.lensaindonesia.com/2012/06/25/berkat-operasi-
rutin-pmks-jakbar-menurun.html
3
membantu dalam memilah-milih barang-barang bekas dari tempat
pembuangan sampah kemudian membersihkan barang-barang yang
dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.5
Masalah lain pemulung dilingkungan masyarakat sering menimbulkan
kecurigaan dan image “maling” karena barang yang diambil berasal dari
sekitar perumahan warga. Selain itu bagi masyarakat kota, gaya hidup
pemulung jalanan dianggap negatif dan dipandang sebagai biang
permasalahan sosial, seperti kekumuhan, keresahan sosial, dan kriminalitas.
Mata pencaharian mereka sangat bergantung pada sampah atau barang
bekas yang masih memiliki nilai jual. Disamping itu mereka juga menyambil
kerja ada yang menjadi buruh cuci, supir dan pembantu rumah tangga agar
dapat mencukupi makan sehari-hari. Sehingga seorang ibu terkadang harus
membantu suami mengais sampah, boleh dibilang ia tidak mempunyai
banyak waktu untuk menemani anak mereka dalam belajar, membimbing
prilaku dan mengajarkan soal agama, karena minimnya pengetahuan
keagamaan yang mereka miliki.
Hal tersebut di atas berdasarkan pengamatan peneliti seperti
pemahaman kebersihandiri (taharah) menurut tata cara mandi hadats besar
dalam fiqih, banyak diantara mereka belum mengetahui hal tersebut. Hemat
peneliti pemahaman mereka soal fiqih ibadah masih minim. Padahal posisi
ibu dalam keluarganya berperan sebagai guru pertama bagi anak-anak
mereka. Selain itu ibu adalah sosok sentral dalam kehidupan seseorang sejak
5Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan
Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012pukul 14.00.
4
masih dalam kandungan sampai dewasa bahkan hingga meninggal dunia,
perannya tidak dapat digantikan oleh siapapun.6
Sebagaimana yang dikatakan oleh Manarul Hidayat yang menjelaskan
bahwa ibu memiliki peran yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi
Muhammad karena memiliki tugas mengasuh yang sangat besar yaitu sebesar
75% dari peran anggota keluarga lainnya.7Usaha
menanamkanpengetahuanagama dalam membimbing sikap sesuai dengan
ajaran Islam penting diberikan kepada ibu-ibu pemulung, karena hal ini dapat
menjadi input kebaikan bagi dirinya dan outputnya bagi keluarga serta
masyarakatnya.
Penanaman pengetahuan agama dapat dilakukan melalui kegiatan
keagamaan non formal diantaranya melalui majlis ta’lim, keteladan sikap
yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta kegiatan-kegiatan
non formal lainnya yang didampingi oleh seorang pembimbing agama.
Pembimbing agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang
yangberdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan
selalu menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya
sebagai teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya
sendiri demi kepentingan orang lain.
6Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan
Media Amal Islami, tanggal pukul 28 Desember pukul 14.20 7 Majalah AKRAB,”Kementrian Agama Harus Bisa Hapus Penyakit Akhlak”, (Jakarta:
AKRAB, No. 328, 2010), h. 5.
5
Seperti yang dikatakanoleh M. Arifin dalam bukunya pedoman
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan
agama melalui pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang
(terbimbing) untuk hidup di atas rasa solidaritas sosial dan tanggung jawab
sosial serta rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk maupun maju
mundurnya hidup bermasyarakat. Kesemuanya dapat menjadi faktor motivatif
terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama tersebut dengan
dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.8
Keberadaan Pembimbing agama pada kelompok masyarakat
pemulung sangat dibutuhkan karena mayoritas dari masyarakat yang berada
dikalangan ekonomi kebawah, mereka cenderung berfikir pragmatis saja tidak
peduli soal agama dalam kehidupannya, yang mereka pikirkan adalah cara
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga dikatakan oleh H.Aslih
Ridwan selaku pendiri sekaligus ketua di Yayasan Media Amal Islami,
berikut hasil wawancara pribadi peneliti setelah mengikuti kegiatan di
Yayasan MAI:
“Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama dan kita
prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka kan orang pinggiran,
orang yang sering dikucilin sama masyarakat karena sering dianggap
“maling” dengan lingkungan hidup mereka yang rentan dan ini
menjadi perhatian bagi kita semua bukan yayasan ini saja tapi aparat
hukum, mahasiswa dan masyarakat sekitar yang peduli dengan
keadaan mereka yang lemah kegoda imannya sama sembako-sembako
yang diberikan orang non muslim dengan maksud tertentu, maka dari
itu kita gerak cepat, misalnya kita adakan pengajian untuk anak-anak,
remaja dan orangtuanya.”9
8M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden
Terayon Press, 1982), cet ke-1, hal.36. 9 Hasilwawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan
Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012 pukul 15.00
6
Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keberadaan
Yayasan Media Amal Islami atau lebih dikenal dengan MAI oleh warga
sekitar adalah lembaga non partisipan yang berdiri atas dasar keprihatinan
pendiri yaitu H. Aslih Ridwan, aparat hukum dan jajarannya serta dukungan
Lurah Cilandak Barat yang mengatakan adanya upaya kristenasisasi massal di
lingkungan pemulung Lebak Bulus.
Maka perlu adanya kegiatan rutin lewat kegiatan ukhuwah Islamiyah
seperti penanaman pengetahuankeagamaan melalui pengajian, mengunjungi
mereka di lingkungannya, agar dapat menumbuhkan jiwa optimis, tidak
mudah putus asa dan selalu bekerja keras.
Hal di atas dipertegas oleh Abraham Maslow yang dikutip oleh
Djamaludin Ancok, yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki
bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhinya, untuk memahami
masalah kemiskinan yang sangat dekat dengan kekufuran dan problema lain
yang menyertainya. Maka dapat dijabarkan kebutuhan-kebutuhan manusia itu
dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety), kebutuhan
akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri.10
Kebutuhan masyarakat kalangan bawah dalam hal ini pemulung
dalam kesehariannya mereka masih diliputi perjuangan untuk mencukupi
kebutuhan dasarnya(makan,istirahat, tempat tinggalnya) dan kebutuhan
10
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1994), cet ke-1, h. 48.
7
lainnya sehingga keinginan untuk taat beragama masih perlu di tumbuhkan
motivasi mereka.
Maka dari itulah pembimbing agama dalam komunitas pemulung
sangat diperlukan, karena disamping ia mengaktualisasikan diri yang sesuai
dengan perintah Allah yaitu berbuat baik dengan sesama manusia atau
“hablum minannasi”, selain itu ia juga dapat mengajak masyarakatdengan
memahami kebutuhan-kebutuhan dasar mereka, seperti mengadakan lembaga
pendidikan Islam, pengerahan dana lewat yayasan non profit dan
memperbanyak latihan siap kerja. Penekanannya untuk menanamkan
pemahaman dan aspirasi mereka dengan pendekatan agama. Seruan ini
termasuk dalam surat Al- Baqarah ayat 83 yaitu:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia,
laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu
berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu
(masih menjadi) pembangkang.”11
Dari ayat di atas dapat kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya
bahwa dalam setiap muslim mempunyai tanggung jawab untuk membantu
meringankan beban orang lain terutama orang miskin. Dan setiap manusia
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 12.
8
sebenarnya memiliki bakat beragama atau instink agama, serta dapat
dikembangkan melalui diadakannya bimbingankeagamaanyang dilakukan
secara konsisten.
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW juga dijelaskan pula bahwa
setiap manusia itu dilahirkan di atas fitrahnya, sebagaimana haditsnya sebagai
berikut:
.(رواه البخاري)كل مىلىد يىلذ عل الفطرة فابىاه يهىدانو اوينصرانو اويمجسانو
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka tergantung pada orang tua
keduanya yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau
beragama Nasrani atau pun beragama Majusi”. (HR. Bukhori).
Dari hadits di atas jelas bahwa yang menjadi pedoman dan pelaksana
pendidikan kepada anak, baik secara formal atau informal terletak dari kedua
orangtuanya. Dalam hal ini selain ayah sosok seorang ibu sangat diharapkan
untuk menjadi panutan bagi anak-anak mereka dalam mencerminkan
perbuatan-perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama.
Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling tolong
menolong dalam kebaikan, apalagi bagi orang-orang miskin yang secara
financial mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya secara optimal. Baik secara perorangan, kelompok maupun
kelembagaan. Kelembagaan yang diharapkan masyarakat yang sering kita
dengar dan lihat disebut dengan nama yayasan, yang didalamnya terdapat
program-program pendidikan, keagamaan dan sosial.
Yayasan Media Amal Islami merupakan salah satu lembaga yang
mengadakan kegiatan di atas, berada di Jalan Lebak Bulus V Cilandak Jakarta
9
Selatan.Dan merupakan yayasan non profit yang berdiri sejak tahun 1999.
Program-program di dalamnya salah satunya adalah pembinaan agama bagi
masyarakat pemulung.
Kegiatan tersebut di atas dilakukan untuk membantu meringankan
beban sesama, yang secara formal mereka tidak mampu untuk menambah
wawasan ilmu umum maupun agama, serta dapat menjadi wadah silaturahim
bagi masyarakat pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung.12
Kegiatan ini
juga merupakan gerakan pendorong untuk menaikkan derajat seseorang
dalam agama karena orang yang paling baik adalah orang yang mengajarkan
dan yang mempelajari agamanya yaitu agama Islam.
Hal di atas diperkuat dalam surat Al-Imran ayat 104, yang
menjelaskan tentang perintah berbuat kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar),
yaitu:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itu
orang-orang yang beruntung.”13
Berdasarkan pandangan inilah peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap masalah di atas dan menuangkannya pada
penelitian ini yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalamMenanamkan
12
Hasil Observasi saat peneliti mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami, pada
tanggal 16 Nopember 2012 pukul 16.00 13
Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 194.
10
Pengetahuan KeagamaanPemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak
Bulus Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitiakan membatasi masalah pada peran pembimbingagama dalam
menanamkan pengetahuankeagamaan. Keagamaan disini dibatasi pada pokok
ajaran-ajaran Islam, bagi kelompok ibu-ibu pemulungyang mengikuti
pengajian di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Pembimbing agama dalam penelitian ini adalah seseorang yang
melakukan bimbingan agama kepada para ibu-ibu pemulung. Pembimbing
yang dimaksud bukan hanya menyampaikan pesan agama tetapi berusaha
mengidentifikasi permasalahan mereka, memfasilitasi,memberikan
penyadaran, motivasi dan informasi pada ibu-ibu pemulung di Yayasan
Media Amal Islami Lebak Bulus.Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan
keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak
Bulus V Jakarta Selatan?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama dalam
menanamkan pengetahuan keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan
Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
11
a. Untuk mengetahui tentangperan pembimbing agama dalam
menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di
Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat
pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada
ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V
Jakarta Selatan.
2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi
pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial,
bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi agama
dan psikologi dakwah.
b. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam
menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan agama
padapemulung umumnya untuk universitas dan khususnya untuk
jurusan BPI dalam kegiatan praktikum (lapangan) dalam memberikan
bimbingan dan penyuluhan pada pemulung. Data-data yang dihasilkan
dapat menjadi acuan kurikulum dengan mengidentifikasi penyuluhan
yang tepat.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi lembaga Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta
Selatan dalam rancangan program yang efektif secara tepat dan dapat
dilihat serta dirasakan perbaikan kehidupan mereka (pemulung).
12
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Peneliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Adapunpenelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh
Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Semua datatersebut
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15
Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survei
yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam
waktu tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu
program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu
perencanaan demi perbaikan program tersebut.16
Dalam hal ini peneliti fokus tentang peran pembimbing agama
terhadap ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan
yaitu ajaran-ajaran Islam (aqidah, syariah dan akhlak)yang diberikanoleh
14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000),h. 3 15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6 16
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2006), cet ke-1, h. 111
13
pembimbing agama di Yayasan Media Amal Islami,serta apa faktor
pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan
pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal
Islami.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan atau (field
Reseaech),peneliti terjun langsung di lapangan yakni di yayasan Media
Amal Islami dan sekitarnya ke pemukiman pemulung agar memperoleh
data yang akurat dan dapat di pahami yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
3. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Media Amal Islami yang
berada di Jalan Lebak Bulus V No. 34, Fatmawati, Cilandak Barat,
Jakarta Selatan 12430. Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi
ini dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat untuk memperoleh informasi
mengenai objek penelitian.17
Adapun teknik pemilihan subjek yang
digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah
sampel yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian.18
Maka dari itu, peneliti menentukan sampel yang sesuai
berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai
17
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 179 18
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1995), h.63
14
keterkaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
Dengan demikian berdasarkan teknik pemilihan subjek di atas yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah pembimbing agama yang
mengetahui asal mulanya kegiatan pengajian bagi ibu pemulung yang
terdiri dariketua, sekretaris dan satu orang ustad bidang pendidikan dan
empat orangibu-ibu pemulung yang mengikuti pengajian di Yayasan MAI
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
5. Teknik Pengambilan Data
Untuk memperoleh keakuratan data atau informasi yang sesuai
dengan penelitian ini, maka dalam hal ini peneliti menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pengukuran, dan merupakan usaha pengamatan dengan
menggunakanindera penglihatan.19
Sedangkan dalam arti luas tidak
hanya terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung. Dalam
melakukan observasi dalam penelitian ini peneliti memperhatikan,
mencermati dan mencatat fenomena yang muncul dan hubungannya
dengan aspek penelitian tersebut.
b. Wawancara
19
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h.69
15
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan
dilakukan oleh dua pihak, yang melibatkan pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban
atas pertanyaan.20
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguatkan data yang sebelumnya diperoleh, dan peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa pembimbing agama terdiri dari ketua,
sekretaris, satu orang ustad bidang pendidikandi Yayasan Media Amal
Islami dan 4orang ibu-ibu pemulung yang mengikuti kegiatan tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian.21
Peneliti
mengumpulkan, membaca mengenai hal-hal yang akan diteliti melalui
buku-buku, jurnal, majalah, internet, pengambilan poto yang dapat
dijadikan analisa untuk hasil penelitian ini.
6. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui observasi
langsung, sebagai pengamat dan wawancara langsung kepada informan
yaitu pembimbing agama dan ibu-ibu pemulung di Lebak Bulus V
Jakarta Selatan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui catatan
pribadi, dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik dari
20
Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2000), cet ke-1, h.135 21
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial., h.70
16
referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya dengan pembahasan
penelitian ini.
7. Teknik Analisa Data
Analisa data menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Lexy
J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja pada data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola,
mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan. Adapun analisa data kualitatif, prosesnya sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensiskan,
membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan,
membuat temuan-temuan umum.22
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksa keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut, teknik triangulasi
data yang digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal
22
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), cet ke 24, h.186
17
ini penulis menggunakan sumber lain yaitu kepada ibu-ibu pemulung
tentang peran yang dilakukan pembimbing agama.
Sedangkan untuk menganalisis keberhasilan bimbingan agama
dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung, penulis
menggunakan teknik analisis Strengths, Weakness, Opportunities dan
Threats (SWOT), analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang
terjadi dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor pendukung dan
penghambat dari bimbingan agama yang dilakukan di yayasan MAI.
8. Teknik penulisan
Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan mengacu kepada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh ceQDA, Tahun 2007,
cetakan ke-2.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan tinjauan pustaka peneliti tidak menemukan skripsi
dengan judul yang sama dan yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian
ini adalah:
1. Peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di Kementrian Agama
RI kantor Kota Tangerang, yang ditulis oleh Muhammad Nuh. Hasil
penelitian skripsinya menunjukkan bahwa penyuluh berperan sebagai
animasi sosial, membangkitkan kesadaran masyarakat, sebagai penyampai
informasi. Penyuluh menggunakan metode dialog langsung dengan
masyarakat, memberi kesempatan bertanya, ceramah umum. Materi yang
18
disampaikan melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil
hikmah.
2. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak anak pemulung di
Yayasan MAI Lebak Bulus V Jakarta Selatan, yang ditulis oleh Rike
Aryana.Hasil penelitiannya adalah peran penyuluh agama sebagai proses
perubahan perilaku, inisiator, fasilitator, motivator, teladan dan pemimpin.
Metode yang digunakan penyuluh agama dakwah bil lisan, bil hal dan bil
hikmah.
3. Peran pembimbing dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi
warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra utama 6 cengkareng,
yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra. Hasil penelitiannya adalah peran
pembimbing sangat berperan dalam menanamkan norma-norma kehidupan
terutama pada norma agama dengan penanaman nilai aqidah dan ibadah,
dan norma sosial dengan menciptakan rasa kasih sayang dan saling
menghargai, metode pembimbing adalah ceramah, tanya jawab, pemberian
tugas, pembiasaan, keteladanan, sosiodarma dan demonstrasi.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian yang berinteraksi dengan kelompok pemulung
khususnya para ibu-ibu pemulung. Pada skripsi ini peneliti memfokuskan pada
peran apa saja yang dilakukan pembimbing agama kepada ibu-ibu pemulung
dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di
Yayasan Media Amal Islami serta apa faktor pendukung dan penghambatnya.
19
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teori terdiri dari: Peran Pembimbing Agama yang
meliputi: Pengertian Peran, Pengertian BimbinganAgama, Fungsi
dan Peran Pembimbing Agama, Ruang Lingkup BimbinganAgama.
Pengetahuan Keagamaan yang meliputi Pengertian Pengetahuan
Agama, Aspek-Aspek dalam Agama, Fungsi Agama. Pemulung
terdiri dari : Pengertian Pemulung.
BAB III Gambaran umum Yayasan Media Amal Islami yang terdiri dari :
Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami, Visi dan Misi,
Struktur Organisasi, Program Yayasan Media Amal Islami, Data
Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami, Program dan
Kegiatan Yayasan Media Amal Islami.
BAB IV Temuan dan Analisa Data terdiri dari Identitas informan yaitu
Pembimbing Agama dan Terbimbing, Peran Pembimbing Agama
dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan, Faktor Pendukung
dan Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan
Pengetahuan Keagamaan.
20
BAB V Penutup terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
20
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Peran Pembimbing Agama
1. Pengertian Peran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan
di masyarakat.1Lebih jauh, peran itu harus dilaksanakan dan seseorang
dikatakan dapat memainkan perannya apabila mempunyai status dalam
masyarakat.2
Menurut Soerjono Soekanto mengatakan peran sebagai prilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, dapat dikatakan
bahwa orang tersebut menduduki suatu posisi dalam masyarakat, maka ia
pun melaksanakan suatu perannya tersebut dengan memperhatikan hak
dan kewajibannya.3
Sedangkan peran menurut teori peran (Role Theory), istilah
“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor harus
bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan posisinya sebagai tokoh
tersebut dia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Begitu pula dalam masyarakat bahwa perilaku yang diharapkan dari tokoh
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 854. 2 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Press, 2006), cet ke 1, h. 91 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.220
20
21
adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor
tersebut.4
Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam
teori peran ada 4 golongan yaitu:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan antara orang-orang dan peilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku.5
Lebih lanjut, menurut Getzels dan E.G. Guba dalam M. Arifin
mengatakan bahwa gaya hubungan leadership-followership, peranan
seseorang dapat mengubah tingkah laku masyarakat berikut penjelasannya:
a. Role Expectation, pengharapan dari masyarakat kepengikutan kepada
peranan kepemimpinan.
b. Need Disposition, kecenderungan pribadi manusia kepada pemenuhan
kebutuhan.
c. Sosial Behavior, tingkah laku pribadi dan sosial dalam masyarakat
akibat proses kepemimpinan-kepengikutan.6
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat
dikatakan berperan jika telah memiliki status di masyarakatnya atau
diperankan dan bukan hanya memiliki status saja tetapi terdapat pula
tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapanmasyarakat.
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984),
h. 233-234. 5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, h. 234
6M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.
99
22
Peran seseorang dapat menjadi bagian dari interaksi sosial, hal tersebut
dapat memunculkan suatu tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan
adanya peran seseorang yang berkedudukan di masyarakat.
2. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan,
membimbing, menuntun, atau membantu. Jika dilihat secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntuna, namun
tidak semua bentuk bantuan adalah bimbingan.
Menurut kamus bahasa Indonesia, pembimbing adalah orang yang
membimbing, pemimpin, penuntun.7
Dalam pembahasan ini perlu dikemukakan bahwa pembimbing
merupakan orang yang melakukan bimbingan, adapun penjelasan
bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang
memilki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang
individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.8
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,2005), cet. ke-3, h. 152. 8 Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,(Jakarta:
CV.Pustaka Setia, 1998), cet ke 1, h. 9
23
Menurut M. Arifin mengatakan bahwa bimbingan adalah
menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang
bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.9
Lebih jauh keterkaitan antara bimbingan dengan penyuluhan,
M.Arifin mengatakan bahwa istilah penyuluhan mengandung arti
menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lainagar
memahami atau mengerti hal yang sedang dialaminya. Arti penyuluhan
berasal dari kata “counseling” yang kemudian dipadukan dengan
bimbingan menjadi bimbingan dan penyuluhan.10
Selanjutnya menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian
agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan
kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.11
Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai
pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena
agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.12
Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin mendefinisikan
agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem
9M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1
10 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1
11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 12
12 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia UI Press,1985),cet. Ke-5, h. 2.
24
prilaku yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.13
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama
adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk
pengarahan diberikan pada seseorang agar dapat memahami, mengarahkan
dan suatu usaha yang dilakukan oleh pembimbing pada terbimbingnya
secara terencana, terarah dan bertahap sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi terbimbingnya dengan pendekatan agama.
3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama
a. Fungsi Pembimbing Agama
Seiring dengan kemajuan zaman dan perjalanan manusia maka
semakin kompleks problema yang dihadapinya, maka diperlukan
seseorang yang dapat mengabdikan dirinya dalam hal ini pembimbing
agama Islam yang berupaya untuk menerapkan dan mengembangkan
fungsi dari al-Qur’an dan hadits dalam kegiatan bimbingan
keagamaan.
Pembimbing agama dalam skripsi ini dapat disimpulkan oleh
penulis sebagai pihak yang memiliki peran yang tidak berbeda dengan
penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika penyuluh agama adalah
jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui pemerintah,
Sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan
13
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1994), h. 76
25
penyuluhan secara non formal tanpa keahlian layaknya penyuluh
agama.
Menurut Syamsul Munir, bimbingan mempunyai beberapa
fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman
terhadap diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan
masyarakat.
b. Fungsi pencegahan, berfungsi dalam pencegahan dan
terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan faktor psikologisnya (perkembangan).
c. Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat
perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi
perbaikan yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang
yang tidak baik (rusak).
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, berfungsi dari
terpeliharanya dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi
positif seseorang agar perkembangan dirinya menjadi mantap dan
terarah.
e. Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan
terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh
potensi diri secara optimal.14
14
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
26
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,
pembimbing agama berfungsi sebagai seseorang yang memberikan
informasi (edukatif) dalam hal ini dengan menanamkan ajaran agama
Islam kepada ibu-ibu pemulung dengan menyediakan dirinya sebagai
media konsultatif atas permasalahan yang ada pada lingkungan
pemulung dan kurang pengetahuan agama maka dapat sharring dan
berfungsi sebagai advokatif dalam menyelamatkan aqidah mereka dari
pengaruh kemiskinan yang mereka hadapi dan rentan dengan
kerusakan aqidahnya.
b. Peran Pembimbing Agama
Menurut Ife dalam Isbandi mengatakan bahwa sebagai
pemberdaya sosial atau agen perubah baik dari organisasi pemerintah
maupun organisasi non pemerintah dalam komunitas tertentu
diantaranya peran-perannya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Peran Fasilitatif atau animasi sosial adalah membangkitkan
keterampilan melakukan animasi sosial menggambarkan
kemampuan petugas sebagai agen perubah atau pemberdaya
masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme
masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam
mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi
dukungan baik yang bersifat ekstrinsik (material) dan juga yang
bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-
kata ataupun sikap dan prilaku yang menunjukkan dukungan.
27
2. Peran Edukasional, membangkitkan kesadaran masyarakat berawal
dari upaya menghubungkan antara individu dengan struktur yang
lebih makro. Agen perubah bertujuan untuk membantu individu
melihat permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun
kekecewaan mereka dalam mengupayakan agar masyarakat mau
dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus
mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah
yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.15
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran
pembimbing yang disejajarkan oleh agen perubah yaituterbagi menjadi
dua bagian fasilitatif berupa faktor ekstrinsik melaui dukungan berupa
material sedangkan instrinsik melaui pujian dan penghargaan. Bagian
edukatif berupa upaya membangkitkan kesadaran masyarakat melalui
kegiatan yang lebih makro agar mereka mau dan mampu mengatasi
ketidakberuntungannya.
Pembimbing agama dalam komunitas pemulung penting
terutama dalam memberikan penerangan keislaman kepada para ibu
pemulung yang sekaligus sebagai الالم مدرسة الالول bagi anak-anaknya.
Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang dapat memberi
pemahaman, bimbingan dan motivasi dalam menjalani kehidupan
mereka dengan disertai wawasan agama untuk mewujudkan tata
kehidupan yang harmonis.
15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199
28
4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama
Adapun dalam melakukan kegiatan pembimbing agama kepada
masyarakat dalam hal ini ditujukan pada kelompok masyarakat ibu-ibu
pemulung terdapat unsur-unsur yang melingkupi pembimbing agama,
diantaranya adalah:
a. Pembimbing Agama
Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga
dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang
didalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah
merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah
berfirman:
والمؤمنىن والمؤمنبت بعضهم او ليب ء بعض يب مرون بب لمعروف وينهىن عه المنكر
ويقيمىن الصلبة ويؤ تىن الزكب ة ويطيعى ن اهلل ورسىله اولئك سير حمهم اهلل ان اهلل عزيز
.حكيم
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan,
sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sungguh, Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana”.(QS.At-Taubah
ayat 71).16
Pembimbing atau juru penerang agamadapat dikatakan sebagai
orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang
dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seorang
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h.198
29
pembimbing agamamampu menjadi pembawa norma agama yang
konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.17
Menurut Ahmad Mubarok mengatakan peranan seorang
pembimbing agama terhadap yang dibimbing pasti harus lebih besar,
karena pembimbing agama sebagai seorang pemimpin harus memiliki
kelebihan dibanding dengan orang lain, berikut ciri pembimbing yang
dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin masyarakat:
1. Memiliki kecakapan minimal dalam teknis kepemimpinan agama
khasnya misalnya memimpin dalam ritual keagamaan (ibadah).
2. Memiliki kecakapan secara umum dalam masyarakat juru penerang
agama memiliki ciri kharismatik.
3. Memiliki kecakapan sampai pada tingkatan tertentu misalnya
mengerti tafsir dan mengajarkannya.18
Sedangkan teori yang dikemukakan oleh R.M. Stogdill, yang
pernah melakukan penelitian tentang kepemimpinan seseorang di
dalam masyarakat menunjukkan hasil bahwa sifat dan ciri pemimpin
dalam berbagai situasi yang berbeda, tidak sama dengan pengikut-
pengikutnya.19
Menurut Arifin, dalam hubungannya dengan sikap
kepengikutan (followership) di kalangan masyarakat kita kenal adanya
tiga sebab psikologis, sebagai berikut:
17
Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: PT.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19. 18
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, h. 202 19
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi.,h. 89
30
1. Adanya dorongan mengikuti pemimpin sehingga weerstand atau
resistensi (daya tahanan) dari orang-orang untuk mengikutinya
dengan mudah dapat dilaluinya.
2. Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat dan ciri
kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain
sehingga tertarik kepadanya.
3. Adanya kemampuan pada diri pemimpin untuk menggunakan
teknik atau metode kepemimpinan.20
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembimbing agama adalah juru penerang,pengabdi, pembawa norma
dan penolong secara individu maupun kelompok masyarakat dalam
memecahkan masalahnyabaik secara lahiriah maupun batiniah
menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik
keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan
berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari
kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT.
b. Sasaran
Sasaran adalah seorang atau kelompok masyarakat yang
diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami
masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan
agama yang dilakukan secara terus menerus. Prakteknya sasaran
pembimbing agama tidak terikat oleh waktu, terbuka terhadap segala
20
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi, h.90
31
usia, strata sosial, jenis kelamin dan pelaksanaannya dan waktu dapat
bersifat fleksibel.
Tempat yang dapat dilakukan di rumah, masjid, gedung dan
aula, sesuai dengan pembahasan ini sasaran dalam penelitian ini adalah
untuk kelompok ibu-ibu pemulung yang aktif mengikuti kegiatan
pengajian di yayasan Media Amal Islami.
c. Materi
Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya
adalah ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari al-Qur’an dan
Hadits meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib
mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT,
pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat.
d. Metode
Pengertian metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui)
dan “hodos”(jalan). Dari pengertian tersebut jelas bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun metode yangdapat digunakan sebagai berikut:
1). Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang
digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim
digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka menyampaikan
pesan secara lisan dan para pendengar atau terbimbing mendengarkan,
32
memperhatikan dan mencatat jika diperlukan, pembimbing agama
menyajikan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan dengan
bahasa yang mudah dimengerti.21
Dalam hal pembimbing agama yang
memberikan materi pokok ajaran Islam dan ibu-ibu pemulung yang
memperhatikan, bahkan mencatat hal yang diperlukan.
2). Metode Diskusi
Menurut Samsul Munir, metode diskusi hampir sama dengan
metode group guidance artinya ada kontak langsung antara
pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar setelah
mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi serta
menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.22
Dan metode ini
lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong terbimbing
dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada materi yang telah
disampaikan agar dapat lebih memahami materi yang diberikan
kepadanya.
3). Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan
sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat
berupa benda, keteladan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui
peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama
21
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Tangerang: PT. Ciputat
Press, 2005), h. 34-45
22 Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, h.71
33
mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan
tertentu.23
4). Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan
cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada
terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama yang
dirasa belum dimengerti.
Dari penjelasan metode-metode di atas maka dapat disimpulkan
bahwa metode yang dapat digunakan pembimbing agama yaitu dengan
metode ceramah, tanya jawab, metode diskusi dan metode
demonstrasi.
Dalam hal ini pembimbing agama juga dapat menggunakan
metode bil hikmah,mauhizoh hasanah, dan mujadalah bilati hiya
ahsandengan mempelajari suatu peristiwa yang dapat menanamkan
pengetahuan akan ajaran-ajaran Islam pada ibu pemulung.
e. Tujuan
Menurut M. Arifin tujuan dari penerangan agama adalah untuk
menanamkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama yang dibawa oleh penerang agama.24
Selanjutnya menurut M. Lutfi tujuan dari kegiatan yang
dilakukan oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan
membantu seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat
23
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-45 24
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,.h.4
34
mengenal, mengarahkan dan mewujudkan dirinya sendiri sebagai
manusia seutuhnya sehingga terbuka jalannya untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.25
f. Tolak Ukur peran pembimbing agama
INPUT THRUPUT OUTPUT
(sikap, kepribadian dan (kognisi, konasi, emosi yang (perubahan sikap/tingkah
Motivasi yang diberikan berada dalam proses penerimaan laku berupa kesadaran
oleh pembimbing agama) pengaruh pembimbing agama). Penghayatan/pengamalan
ajaran agama/ ibadah.
FEEDBACK (umpan balik)
Penjelasan:
Input yang diberikan pembimbing agama yang terlihat dari
hubungan pengaruh mempengaruhi antara juru penerang dengan
sasarannya, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernetic yaitu
INPUT yang berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru penerang
agama dengan sikap dan kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang
berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dimana tiga
kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi dan emosi) melalui proses
belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan
pengamalan agama yang merupakan THRUPUT sedangkan tingkah laku
yang berubah berupa pengamalan agama merupakan OUTPUT.26
25
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99 26
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,.h.18
35
B. PengetahuanKeagamaan
1. Pengertian Pengetahuan Agama
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengetahuan berasal
dari kata “tahu” yang berarti mengerti setelah melihat, menyaksikan,
mengalami. Dan setelah mendapat awalan peng- dan akhiran an- yang
artinya segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal pelajaran.27
Menurut Julian Baggini mengatakanpengetahuan adalah
kepercayaan sejati yang dibenarkan sebagai tiga bagian tentang
pengetahuan yaitu kepercayaan, fakta bahwa kepercayaan itu benar dan
fakta bahwa seseorang bisa menyediakan cerita rasional untuk
mewujudkan bahwa kepercayaan itu benar.28
Lebih lanjut menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan
pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang
suatu objek tertentu yang akan mempengaruhi prilaku, termasuk di
dalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan.29
Selanjutnya, pengertian agama menurut sosiologi merupakan
definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama
yang evaluative (menilai). Ia “angkat tangan” mengenai hakiki agama,
baik atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya.
Pengamatan ini hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif
27
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke-1, h.884 28
Julian Baggini, Lima Tema Utama Filsafat, (Jakarta: Teraju, 2004),h. 28 29
Jujun S. Suriasumantri, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,2005), h. 104
36
(menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti
dan dialami pemeluk-pemeluknya.30
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,agama setelah mendapat
awalan ke- dan akhiran –an kata keagamaan berarti yang berhubungan
dengan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam.31
Dari pengertian di atas perlu dikemukakan kembali bahwa dalam
membicarakan masalah tentang keagamaan, antara pengetahuandan
pengamalanagamaseseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaan
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya terhadap agama.
Hal di atas dikarenakan adanya konsistensi antara kepercayaan
terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai
unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi,
sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan
agama, perasaan agama serta tidakan keagamaan dalam diri seseorang.32
Ungkapan di atas diperkuat oleh pendapat Mc. Guire yang dikutip
oleh Bambang Syamsul, proses perubahan sikap dari tidak menerima
menjadi menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap yaitu
30
Hendropuspito, OC, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet 1, h. 29. 31
Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke 10, h.1 32
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996), cet ke
1, h.212
37
perhatian(attention), pemahaman(comprehension), dan
penerimaan(acceptance).33
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yang lebih
penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang iman
kepada hari akhir (ukhruwi)merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus
merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya ini
dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung dalam sikap
keagamaannya.
2. Aspek-Aspek dalam Keagamaan
Sebagaiamana telah diketahui bahwa keagamaan di atas adalah
ajaran Islam, ajaran yang paling sempurna karena memang semuanya ada
dalam Islam, mulai dari urusan kebersihan sampai urusan negara, Islam
telah memberikan petunjuk di dalamnya.
Menurut Endang Saifudin dalam Djamaludin mengatakan bahwa
pokok ajaran Islam pada aqidah, syariah dan akhlak.34
a. Aqidah
Aqidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim
terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-
ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, keyakinan tersebut dalam
33
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008),
cet ke-1, h.57 34
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.79
38
Islam menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi (Rasul),
kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.35
Lebih lanjut, menurut Thib dalam bukunya mengatakan bahwa
Aqidah merupakan ajaran Islam yang bersifat fundamental yang berkaitan
dengan dasar-dasar keyakinan dalam Islam. Aqidah juga merupakan titik
sentral di atas syariat dan akhlak. Aqidah tersusun atas enam unsur pokok
yang terdapat dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah SWT, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul, iman akan
adanya hari akhir dan iman kepada takdir.36
Selanjutnya, aqidah yang terdapat di dalamnya keimanan. kata
iman menurut bahasa artinya al-tashdiq berarti membenarkan, yang
dimaksud di sini adalah membenarkan dalam hati. Menurut istilah kata
iman berarti membenarkan terhadap segala ketentuan agama yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW, yang wajib diketahui.37
b. Syariat
Syariat menurut kamus besar bahasa Indonesia, “syariat” diartikan
sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, baik
hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.38
Kata syariat di sini diartikan sebagai Islam yang secara etimologis
berarti tunduk, patuh, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan
35
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.80 36
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam
Islam, (Bogor: Kencana, 2003), h.23 37
Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007),h. 8 38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1115
39
menurut istilah kata syariat (Islam) yaitu tunduk dan taat kepada Allah
serta mengesakanNya dengan melaksanakan kewajiban pokok yang
menjadi rukun Islam.39
Syariat juga diartikan sebagai segala aturan yang diturunkan oleh
Allah SWT yang harus dihadapi oleh seorang muslim. Syariat juga dapat
diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang harus dilakukan dan
ditinggalkan oleh seorang muslim. Syariat terdiri atas lima unsur yang
terdapat dalam rukun Islam yaitu syahadatain, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah
haji.40
c. Akhlak
Akhlak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah budi pekerti
atau kelakuan seseorang.41
Akhlak juga merupakan aspek Islam yang
mengatur tata krama, sopan santun, dan perilaku manusia yang
hubungannya bukan saja dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam
sekitarnya tetapi juga akhlak manusia terhadap dirinya sendiri.
Adapun menurut Ismail, akhlak yaitu keadaan jiwa yang
mengajaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui
pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.42
Menurut Djamaludin Ancok mengatakan “akhlak” menunjuk pada
seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran
39
Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan), h. 6 40
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, h.25 41
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 20 42
Ismail Tholib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984), h.1
40
agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama
dengan manusia lain. Dalam keberislaman hal ini meliputi perilaku suka
menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan
menumbuhkembangkan orang lain, dan lain sebagainya.43
Dapat disimpulkan bahwa aspek dalam agama Islam mencakup
tiga aspek besar yaitu aqidah, syariah dan akhlak. ketiga-tiganya
merupakan aspek yang saling berkaitan dalam diri seseorang.
3. Fungsi- Fungsi Agama
Menurut Bambang Syamsul Arifin dalam bukunya menjelaskan
bahwa fungsi agama bagi kehidupan masyarakat dalam praktiknya,
sebagai berikut:
a. Fungsi Edukatif
Penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi, ajaran agama secara
yuridis berfungsi menyuruh dan melarang, kedua unsur suruhan dan
larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan ajaran agama yang
dianutnya.
b. Fungsi Penyelamatan
Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat,
keselamatan yang diberikan agama kepada penganutnya adalah
keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat.
43
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.81
41
c. Fungsi Pendamai
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah
akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seorang pelanggar telah
menebus dosa.
d. Fungsi Kontrol
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga
dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu
maupun kelompok.
e. Fungsi Pemupuk rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam kesatuan, iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan
ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perseorangan
bahkan membina rasa persaudaraan yang kokoh.
f. Fungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya, ajaran agama mampu mengubah kesetiannya pada adat atau
norma kehidupan yang dianut sebelum itu.
g. Fungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk
bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan sendiri tetapi kepentingan
orang lain.
42
h. Fungsi Sublimatif
Ajaran agama menguduskan segala usaha manusia, bukan saja yang
bersifat agama ukhrawi melainkan juga bersifat duniawi.44
Dan menurut Mukti Ali mengatakan bahwa agama berfungsi dalam
pembangunan yaitu sebagai ethos pembangunan dan sebagai motivasi.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Sebagai ethos pembangunan maksudnya adalah bahwa agama yang
menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini dan
dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai
moral dan sikap.
b. Sebagai motivasi maksudnya adalah ajaran agama yang sudah
menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau
kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.45
Dari beberapa fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan
yang diketahui, dihayati dan diamalkan oleh seseorang mampu
memberikan fungsi edukatif, penyelamat, pendamai, sosial kontrol,
pemupuk persaudaraan, transformatif, kreatif dan sublimatif dan agama
juga berperan dalam pembangunan yakni sebagai ethos pembangunan dan
motivasi bagi masyarakat dalam penelitian ini difokuskan kepada ibu-ibu
pemulung dalam komunitasnya.
44
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, h. 149 -151 45
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2007), h.288
43
C. Pemulung
1. Pengertian Pemulung
Pemulung berasal dari kata “pulung” yang mempunyai arti
mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang (sampah) untuk
dimanfaatkan sebagai bahan produksi dan lain-lain. Sedangkan pemulung
adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut
serta memanfaatkan barang bekas kemudian menjualnya kepada
pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas.46
Sedangkan menurut Argo Twikromo dikutip Arif mengatakan
bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan utama sebagai
pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung kehidupannya sehari-
hari dan hidup mereka tidak mempunyai kewajiban formal dan tidak
terdaftar di unit administrasi pemerintahan.47
Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori
sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat
umum, karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian
besar masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan
semacam ini secara otomatis akan membentuk strata dimana strata
pemulung menempati diri terbawah atau memiliki harga diri yang
rendah.48
46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.906 47
Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel
diakses pada tanggal 14 Oktober 2012, dari
http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem 48
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta: 1992), h. 140
44
Ada dua jenis pemulungyaitupemulung lepas yang bekerja sebagai
swausahadan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang
meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat
membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual
barangnya ke bandar dan tidak jarang bandar memberi tempat tinggal
kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang ditempati bandaratau di
mana terletak tempat penampungan barangnya.
Pemulung juga termasuk pekerja sektor informal yang sampai saat
ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Hal
ini baru sekedar kesehatan badannya belum lagi masalah haknya sebagai
warga negara yang berhak juga mendapatkan hak pendidikan dan
keamanan.49
Selanjutnya, masalah yang sering dirasakan pemulung dan anggota
keluarganya adalah stigma masyarakat yang negatif terhadapnya. Hal
inilah yang menjadi kepedihan tersendiri bagi para pemulung, namun jika
dilihat dari pekerjaannya sehari-hari sebenarnya para pemulung adalah
pahlawan kebersihan.
Menurut hasil pengamatan peneliti, ada hal lain yang dihadapi
pemulung adalah penentuan harga dari ketua lapak yang semakin tinggi,
hal ini yang membuat para pemulung harus bekerja keras mengerahkan
tenaganya dengan bantuan anak dan isteri mereka, dengan begitu waktu
49
Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, di
akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari http://www.stosfest.org/wp-
content/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-Sampah-Pahlawan-Lingkungan-
yang-Terlantar.pdf
45
mereka sehari-harinya akan tersita untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya sehingga untuk memperoleh hak pendidikan apalagi pendidkan
agama sangat sulit untuk terpenuhi.50
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah
orang yang mempunyai pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas
dan menjualnya kepada jurangan atau ketua lapak dan hasilnya untuk
mencukupi dan meemenuhi kebutuhan hidupnya dan menurut jenisnya
pemulung terbagi menjadi dua yaitu pemulung lepas dan pemulung yang
bergantung pada ketua lapak (bandar), sampai saat ini para pemulung
belum dikatakan berhak untuk mendapatkan hak-haknya.
Asumsi peneliti bahwa keadaan pemulung yang serba kekurangan
di atas, maka perlu bagi mereka mempunyai seseorang yang mampu
membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran hidup
dengan bekal pengetahuan agama yang dilakukan secara kontinyu dan
sedikit paksaan bahwa mempelajari agama itu penting dan dalam
pembiasaan proses belajar agama tersebut akan menumbuhkan minat
untuk mengamalkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari, serta
menjadi acuan hidup untuk selalu optimis walaupun dalam keadaan
apapun.
Posisi ibu pemulung sangat besar manfaatnya jika kekosongan
waktu mereka diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti
mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh penyuluh agama di
50
Hasil observasi penulis ketika berada di lapak pemulung pada tanggal 28 Desember
2012 pukul 11.28
46
lembaga tertentu yang didalamnya berisi materi-materi agama, seputar
aqidah, akhlak dan syariah (ibadah) yang bermanfaat bagi kebaikan
dirinya sendiri, keluarga dan umumnya pada komunitasnya.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami
Pada awalnya Yayasan Media Amal Islami ini didirikan oleh bapak H.
Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan sebutan “abu” yang tinggal
di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan
memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam bidang keagamaan yaitu S1
Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ
pada tahun 2009. Beliau mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun
1999, aktifitas dakwah beliau telah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri
yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat
Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim
Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia.
Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah
khususnya pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial
tetapi juga aqidah mereka dan keimanan mereka mudah untuk berpindah
agama, dengan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako dan bentuk
perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan tertentu kepada para
pemulung di sekitar Lebak Bulus Jakarta Selatan. Atas dasar keprtihatinan
beliau yang didorong oleh dukungan lurah Cilandak untuk menyelamatkan
aqidah kaum bawah yaitu pemulung dan kaum dhua’fa maka didirikanlah
yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya
yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.
47
48
Yayasan Media Amal Islami adalah Yayasan independen non
partisipan yang berdiri pada tanggal 4 Jumadil Tsaniyah 1428 H atau
bertepatan dengan 19 Juni 2007. Yayasan Media Amal Islami ini berada di
Jalan Lebak Bulus V No.34 Fatmawati, Cilandak Barat Jakarta Selatan.
Dasar hukum atau aspek legal yayasan ini disesuaikan dengan SK
Menteri Hukum dan HAM RI No. C-3225.HT.01.02 tahun 2007 dan surat izin
Dinas Sosial Jakarta Selatan No. 09.12430.250/078.6. Yayasan ini bergerak
dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekonomi yang mempunyai tujuan
meningkatkan taraf hidup kaum bawah dhuafa dan pemulung untuk
mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan non formal sesuai dengan
wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan, MA seperti berikut:
“Pendidikan untuk kaum bawah dalam hal ini pemulung saya rasa
penting karena mereka gak ada yang didik, kurang pengetahuan
agama, mereka tidak punya uang untuk membayar guru kerumahnya.
Jadi, kita rasa kaum bawah seperti mereka juga perlu mendapatkan
pendidikan dan bekal ilmu karena mereka rentan dan hidup dalam
lingkungan yang slum atau kumuh gampang buat menukar aqidahnya.
Maka kita rasa penting untuk gerak cepat menarik mereka kembali
dalam rangka menyelamatkan aqidahnya”.1
Lembaga Yayasan Media Amal Islami merupakan lembaga agama
yang memiliki keprihatinan bagi kaum bawah dimaksudkan juga kepada para
pemulung disekitar yayasan ini, kegiatan yayasan diantaranya melakukan
pembinaan khususnya pendidikan agamanya guna memelihara aqidah mereka
dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga
dan masyarakat. Para pengurus yayasan yang memahami persoalan umat yang
1 Wawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan MA, di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan, tanggal 10 Desember 2012.
49
kian kompleks menuntutnya untuk selalu berinovasi dan bekerja keras dalam
menyelesaikannya, oleh karenanya dibutuhkan sejumlah orang yang memilki
kesamaan visi dan cita-cita untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui aktifitas
dakwah, sosial dan pendidikan.2
B. Visi dan Misi
Adapun visi misi didirikan yayasan ini untuk mencapai keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang hendak diprioritaskan yaitu:3
Visi :Menjadikan sebuah lembaga dambaan ummat yang unggul dalam
menentaskan kaum dhu’afa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak yang
shaleh.
Misi :
1. Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhu’afa
2. Meringankan beban kaum dhu’afa
3. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan pelatihan bagi
kaum dhu’afa
4. Mengembangkan menagemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta
kesejahteraan ummat
5. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli terhadap
kaum dhu’afa
6. Mendorong dan memfasilitasi para kader yang terlibat aktif untuk
menjadi pengajar dan Pembina dengan memberikan ruang dan
2AD/ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2008
3AD/ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2008
50
kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan
keilmuan dan kesejahteraannya.
C. Struktur Organisasi
Pendiri dan Ketua Umum : H. Aslih Ridwan, MA
Wakil Ketua Umum : M. Iqbal Siregar
Sekretaris Umum : Sigit Kuntoro
Wakil sekretaris : Dina Banonwati S.Sos. I
Bendahara Umum : Zhillan Sofandi
Wakil bendahara 1 : Dzulfitri Sulaiman S.Pd. I
Wakil Bendahara 2 : Fathi Ihsan.4
D. Program- Program Yayasan Media Amal Islami
1. Program Sosial Kemanusiaan
a. Pengasuhan dan santunan Yatim & Dhu’afa
b. Pengobatan gratis
c. Bantuan korban bencana alam
d. Pelatihan penanggulangan bencana
2. Program dakwah
a. Pelatihan imam dan da’i
b. Tebar da’I ke komunitas pemulung & papua Barat
c. Pembinaan masyarakat pemulung
d. Training motivasi, skills dan leadership anak yatim, dhu’afa dan
pemulung.
4Data monografi Yayasan Media Amal Islami 2010
51
3. Pendidikan untuk anak yatim & dhu’afa
a. PKBM berupa paket A,B & C (Lebak Bulus Jakarta Selatan)
b. Madrasah Diniyah (Lebak Bulus Jakarta Selatan, Ds Curug Parung dan
Pedurenan Gn. Sindur Bogor)
c. PAUD (Ds. Curug Parung dan Pedurenan Gn. Sindur Bogor)
4. Program Pembangunan
a. Penyelesaian Asrama yatim & Dhu’afa
b. Masjid Al-Kautsar & Pondok Da’I Mandiri
c. Penyelesaian Gedung Madrasah Diniyah & PAUD
E. Data Da’I dan Mustahiq
Guru Madrasah Diniyyah : 9 orang
Guru PAUD : 6 orang
Guru TPA Pemulung : 10 orang
Da’I : 47 orang
Total : 72 orang
Data Mustahiq dan Binaan MAI
Dhu’afa, yatim,jompo : 550 orang
Komunitas pemulung : 625 orang
Rawa Bengkel, Cengkareng : 350 orang
Duren Mekar, Sawangan : 200 orang
Total : 1725 orang
52
F. Kegiatan-Kegiatan Yayasan Media Amal Islami
Adapun kegiatan yang sudah berjalan dan terus dilakukan oleh
Media Amal Islami sampai saat ini, antara lain:
1. Madrasah Diniyah Media Amal Islami setiap Senin sampai Jum’at.
2. Pengajian kaum ibu setiap minggu.
3. Pengajian Remaja setiap hari Minggu.
4. Pengajian Pemulung setiap malam Jum’at dan malam Ahad.
5. Pengajian para napi satu kali seminggu.
6. Santunan untuk 500 dhu’afa, yatim, janda, dan jompo setiap 10
hari menjelang Idul Fitri.
7. Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah pada dhu’afa dan yatim desa
Gunung Sindur.
8. Penyaluran hewan qurban pada hari raya Idul Adha.
9. Pengajian di Komunitas kusta Tangerang
10. Pembinaan masyarakat di Rawa bengkel
53
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
A. Identitas Informan
1. Pembimbing Agama
Pembimbing agama merupakan seorang juru penerang, pengabdi,
pembawa norma dan penolong secara individu maupun kelompok kepada
masyarakat dalam memecahkan masalahnya baik secara lahiriah maupun
batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk
ditarik keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan
berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari
kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Secara akademis pembimbing agama harus memilki wawasan yang
luas serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya terutama dalam
bidang agama yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits.
Penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil observasi, wawancara
dan dokumentasi yang peneliti lakukan di Yayasan Media Amal Islami
dan sekitarnya yang merupakan komunitas pemulung di Lebak Bulus V
Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diketahui identitas pembimbing
agama sekaligus yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
tigaorang ustad yang mempunyai kontribusi dalam menanamkan
pengetahuan agama melaui pengajian di yayasan Media Amal Islami,
diantaranya ketua, sekretaris dan satu orang ketua bidang pendidikan dan
dakwah di yayasan Media Amal Islami.
54
Adapun identitas pembimbing agama yang menjadi subjek dalam
penelitian ini dalam melakukan fungsinya sebagai juru penerang
keagamaan di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan,
sebagai berikut:
a. H. Aslih Ridwan, MA
Bapak H.Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan
sebutan “abu”, bertempat tinggal di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau
lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan
Strata dua dalam bidang agama yaitu S1 Ilmu Dakwah di STAI Al-
Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ lulus pada tahun 2009.
Beliau mulai mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak
tahun 1999 pada saat itu belum berdirinya gedung yayasan seperti saat
ini, namun beliau yakin yayasan ini mampu menjadi agen perubahan
dan pelayanan bagi kaum masyarakat bawah dalam hal ini pemulung.
Aktifitas beliau dalam menyampaikan dakwah baginya sudah menjadi
panggilan hati, aktifitas beliau tercatat sebagai ketua sekaligus pendiri
yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam”
(Nasihat Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan
Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive
Majalah Aulia.
Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum
bawah khususnya komunitas pemulung sebagai kaum yang lemah
bukan saja secara finansial tetapi juga lemah dari sisi aqidah mereka
55
dan keimanan mereka rentan untuk berpindah agama, dengan bujukan
pemberian bantuan-bantuan berupa sembako, rekreasi dan bentuk
perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan
mengkristenisasi mereka. Atas dasar keprtihatinan itulah beliau
terdorong untuk cepat-cepat melakukan pembinaan agama kepada
komunitas pemulung di Lebak Bulus, selain itu beliau juga mendapat
dukungan dari Lurah Cilandak Barat untuk misi yang sama yaitu
menyelamatkan aqidah kaum bawah yaitu pemulung. Maka
didirikanlah yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai
dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.1
b. Sigit Kuntoro, S.Pd.I
Pria kelahiran Jepara ini lahir pada tanggal 12 Februari 1975,
beliau tinggal di Jalan kampung kebun No.35 Sawangan, Depok.
Beliau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan di
yayasan Media Amal Islami sejak tahun 2008, selain itu beliau
menamatkan pendidikan Strata satu bidang pendidikan Islam yakni S1
di STAI Al-Aqidah Jakarta tahun 2010. Ustad Sigit sangat peduli
terhadap permasalahan hidup kaum bawah dalam hal ini pemulung,
inilah yang membuatnya merasa termotivasi dan terpanggil untuk
mendedikasikan dirinya dalam memberikan penerangan keagamaan
kepada para pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami.2
1Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24
Desember 2012. 2Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 24 Desember 2012.
56
Ustad Sigit menjabat sebagai sekretaris umum di Yayasan
Media Amal Islami, namun beliau juga memberikan bimbingan agama
untuk para ibu-ibu pemulung jika ustad yang bertugas berhalangan
hadir. Pengalaman beliau dalam mendidik para pemulung di
komunitasnya, khususnya yang berada dekat dengan yayasan terbilang
cukup lama dan usaha beliau boleh dikatakan langka karena beliau
juga merasakan sulitnya menarik kepercayaan dan partisipasi mereka
khususnya ibu-ibu pemulung untuk mengikuti kegiatan bimbingan
agama di yayasan ini, namun perlahan tapi pasti beliau yakin kegiatan
ini dapat menjadi input kebaikan bagi para ibu pemulung dan
umumnya lingkungan pemulung dalam menanamkan kesadaran
mereka untuk terus berada dalam koridor ajaran Islam.
c. Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I
Ustad Dzulfitri Sulaiman lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli
1983, beliau akrab dengan panggilan “ustad Hafid”, beliau tinggal di
Jalan Kesadaran Pamulang No.20 Tangerang Selatan. Beliau
menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di
IAIN sekarang dikenal dengan Universitas Syarif Hidayatullah, lulus
pada tahun 2010. Sosoknya sederhana dan hangat terhadap masyarakat
binaan di yayasan. Keikutsertaannya pada yayasan ini didorong oleh
semangatnya dalam mengaktualisasikan dirinya dengan membantu
57
kaum bawah untuk mendapatkan hak pendidikan khususnya
pendidikan agama.
Beliau menjabat sebagai ketua bidang pendidikan dan beliau
juga yang mengatur sistem bidang pendidikan mulai dari narasumber,
materi, jadwal kegiatan dan hasil yang ingin di capai dari kegiatan
tersebut. Beliau sangat prihatin dari sisi pemahaman agama mereka
yang masih minim, khususnya pada anak-anak, remaja dan ibu-ibu
pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami ini yang merupakan
komunitas pemulung. Beliau juga terlibat langsung dalam kegiatan
bimbingan agama tersebut.3 Sosok ustad Hafid disenangi oleh
masyarakat binaan karena memiliki sifat humoris selain itu beliau juga
memiliki sifat kepemimpinan yang baik kepada para rekan di yayasan
dan terhadap kehidupan kaum bawah dalam memenuhi hak-haknya
dalam bidang pendidikan.
2. Terbimbing
Sasaran dapat dilakukansecara individual ataupun kelompok,
terbimbing merupakan sasaran untuk diberikannya bimbingan agama yang
dilakukan oleh pembimbing dengan membantu mereka dalam menghadapi
permasalahan yang sedang dialami dengan pendekatan agama. Peneliti
dalam penelitian ini berpartisispan dalam kegiatan bimbingan agama
tepatnya pengajian para ibu pemulung yang diadakan di yayasan Media
Amal Islami. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan identitas terbimbing
3 Wawancara Pribadi dengan Ustad Hapid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24
Desember 2012.
58
yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus. Adapun identitas ibu-ibu pemulung yang peneliti
wawancarai adalah:
a. Ibu Fitri
Ibu Fitri lahir di Bekasi pada 4 September 1988 dan aktif
mengikuti kegiatan di yayasan Media Amal Islami sejak satu tahun
yang lalu. Jenjang pendidikanibu Fitri hanya sampai tingkat sekolah
menengah pertama (SMP), ibu Fitri merupakan isteri dari bapak Toni
yang mencari nafkah sebagai pemulung, dan mereka tinggal di lapak
bapak Neen. Keikutsertaan ibu Fitri dalam kegiatan yang diadakan di
yayasan media amal Islami berawal dari mengantar anaknya yang
belajar mengaji di yayasan dan kemudian ketika yayasan mengadakan
bimbinganagama atau tepatnya pengajian kepada para ibu, beliau
antusias untuk ikut serta didalamnya.4
b. Ibu Umaroh
Ibu Umaroh yang lahir di Bekasi pada tanggal 4 Desember
1988, ia juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah
hampir satu tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Umaroh hanya
tamat sekolah dasar (SD). Ibu Umaroh merupakan isteri dari bapak
Joyo yang mencari nafkah sebagai pemulung, mereka bertempat
tinggal di lapak pak Neen. Semangat mempelajari ilmu agama pada
diri ibu Umaroh khususnya untuk menambah pemahaman dalam
4Wawancara pribadi dengan ibu Fitri, di Lapak Pak Neen, tanggal 13 Januari 2013 pukul
15.10
59
mengamalkan ajaran agama (ibadah) sehari-hari tidak pernah pudar,
ilmu agama hanya ia dapatkan waktu berada di kampungnya dulu dan
setelah ia tinggal di Jakarta ia pun aktif dan antusias dalam mengikuti
kegiatan yang diadakan Yayasan Media Amal Islami.5
c. Ibu Sonih
Ibu Sonih yang lahir di Bekasi pada tanggal 5 Oktober 1980,
juga mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan namun berbeda
dengan ibu-ibu lain hanya membantu suaminya dirumah dengan
menunggu hasil barang bekas untuk dibersihkan dan dipilah-pilih,
tetapi sehari-harinya ibu Sonihikut memulung bersama suami ke
daerah Terogong, Banjar Sari dan Cilandak untuk membantu mencari
nafkah demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ibu Sonih
merupakan isteri dari bapak Saman yang mencari nafkah sebagai
pemulung. Ibu Sonih tidak sempat mendapatkan hak pendidikan
formal sejak kecil karena permasalahan kekurangan ekonomi yang
juga dihadapi oleh orangtuanya sejak mereka hidup di kampungnya
dulu. Beliau mengatakan cukup senang dengan kegiatan yang diadakan
para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami, karena
dengan adanya kegiatan tersebut dapat menjadi pencerahan hidupnya
dan menambah ilmu agama yang belum banyak diketahuinya.6
d. Ibu Erni
5 Wawancara pribadidengan ibu Umaroh, di Lapak Pak Neen tanggal 13 Januari 2013
pukul 15.27 6Wawancara pribadi dengan ibu Sonih, di Lapak Pak Sanuari, tanggal 13 Januari 2013
pukul 14.53.
60
Ibu Erni yang lahir di Bekasi tanggal 10 Oktober tahun 1988,
juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah hampir
dua tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Erni hanya tamatan
sekolah dasar (SD), ibu Erni merupakan isteri dari bapak Sanudin yang
mencari nafkah sebagai pemulung. Keikutsertaan ibu Erni pada
kegiatan yang diadakan di Yayasan Media Amal Islami juga
disebabkan karena mengantar anaknya mengaji di (Taman Pendidikan
Al-qur’an) TPA di yayasan, lama kelamaan beliau merasa perlu untuk
mengikuti kegiatan di yayasan karena minimnya pengetahuan agama
yang ia miliki sehingga timbul minatnya untuk ikut dalam kegiatan
yang diadakan di yayasan dengan harapan dapat mengerti ilmu agama
khususnya dalam mempelajari hukum-hukum ajaran ibadah sehari-
hari, besar harapan ibu Erni dapat mentransfer ilmu yang ia dapatkan
untuk membimbing anak-anaknya kelak.7
B. Hasil dan Analisis Data
1. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan
Keagamaaan pada ibu-ibu Pemulung.
Komunitas pemulung yang berada di sekitar Yayasan Media Amal
Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan ini merupakan salah satu komunitas
masyarakat yang terkena dampak dari permasalahan kemiskinan yang
dihadapi kota-kota besar salah satunya adalah kota Jakarta. Mereka hidup
7Wawancara pribadi dengan ibu Erni, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. pukul
15.43.
61
dalam lingkungan yang boleh dikatakan kumuh, dan lingkungannya pun
bukan lingkungan yang agamis.
Komunitas pemulung di Lebak Bulus ini masih merupakan
kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan
masyarakat. Peneliti melihat bahwa para ibu pemulung yang hidup di
dalam suatu komunitas yang termarjinalkan dengan keterbatasan ilmu
agama, sering pula mendapat image negatif dikarenakan pekerjaan
memulung yang dilakukan identik dengan cap maling oleh masyarakat
sekitar dan hal tersebut menjadi beban kepedihan tersendiri bagi mereka.
Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anak-
anak mereka saling membantu dalam memilah-milih barang-barang bekas
dari tempat pembuangan sampah kemudian membersihkan barang-barang
yang dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.8
Menurut peneliti sesuai dengan pengamatan dilapangan bahwa
kehidupan mereka sangat didominasi oleh masalah mencukupi kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan makan dan tempat tinggal mereka. Hasil yang
mereka dapat dari memulung biasanya berkisar antara 150.000 sampai
dengan 300.000 per bulan. Seperti halnya untuk mendapat pendidikan
sebagai modal masa depan anak-anaknya mereka harus pintar mengatur
keuangan untuk kebutuhan lainnya. Hal itu hanya menjadi angan terbesar
8Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan
Media Amal Islami, tanggal 28 Desember 2012, pukul 11.20.
62
bagi mereka untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan non
formal apalagi pendidikan formal.9
Pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan ajaran Islam
dalam hal ini dengan cara mengadakan kegiatan secara non formal yaitu
pengajian, kegiatan tersebut sangat dibutuhkan karena mayoritas dari
masyarakat yang berada di kalangan ekonomi kebawah ini, mereka rentan
dengan mengabaikan agamanya.
Mereka cenderung berfikir pragmatis, dalam kehidupannya yang
mereka pikirkan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif hidup mereka juga rentan
dengan tindak kriminal. Pembimbing agama dapat berperan bagi mereka
dalam menanamkan arti keimanan kepada para ibu pemulung dengan cara
mengajarkan bersyukur atas nikmat yaitu mensyukuri apa yang didapat
pada hari itu hanya kepada Allah SWT.
Hal di atas juga dikatakan oleh H. Aslih Ridwan, MA sebagai
ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, berikut kutipan
wawancara dengan peneliti :
“Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama
dan kita prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka rentan karena
suasana yang secara geografis tidak kondusif. sempit, panas dan
anaknya mereka juga kurang pendidikan formal dari sisi umum
mereka hidup dibawah standar orang-orang biasa, ehm belom lagi
dari sisi kriminal tapi ketika mereka dibina dalam hal keimanan,
bagaimana cara bersyukur, cara ibadah, minimal mereka beribadah
seperti sholat ya ini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan
9 Hasil observasi peneliti ketika mengunjungi komunitas pemulung di sekitar Yayasan
Media Amal Islami pada tanggal 28 Desember 2012.
63
bekal agama saya kira lambat laun mereka akan mengerti akan
pentingnya agama ya ibadah. 10
Pembimbing agama di Yayasan MAIberperan dalam memberikan
fasilitas bagi para ibu-ibu pemulung, yang meliputi dirinya sendiri sebagai
penyedia informasi, materi yang diberikan khususnya yang berhubungan
dengan materi ajaran agama Islam, hal ini juga dikatakan oleh H. Aslih
Ridwan berikut kutipan wawancaranya:
“Kita memfasilitasi kegiatan yang diprogramkan baik dari
tempat dengan adanya gedung yayasan ini, pembicaranya,
materinya, selain itu kita kasih mereka motivasi agar mereka mau
tetep belajar agama, karena biasanya orang seperti mereka masa
bodo dengan ilmu agama.”
Para pembimbing di yayasan ini melihat semua manusia terlahir
dalam keadaan yang bersih atau fitrah sehingga diperlukan pencerahan
secara terus menerus untuk mengisi kebutuhan rohaninya dengan cara
memberikan pengetahuan serta pemahaman khususnya dalam
menanamkan nilai-nilai Islam dengan terus memotivasi mereka agar tidak
terombang ambing dalam masalah duniawi, dengan cara beribadah kepada
Allah SWT.
Pendidikan agama yang rendah serta tingkat ekonomi yang rendah
membuat seseorang acuh dalam mengamalkan agamanya, hal ini sesuai
dengan teori hirarki kebutuhan (need-hierarchy) oleh Abraham Maslow
yang mengatakan bahwa memahami masalah kemiskinan dan segala
problema yang menyertainya diantaranya kebutuhan-kebutuhan manusia
10
Hasilwawancara pribadi dengan H.Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan
Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2012 pukul 16.30
64
itu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety),
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan
akan aktualisasi diri.11
Jelas bahwa jika seseorang masih disibukkan dengan urusan
perutnya (fisiologis) maka sulit untuk ketahap kebutuhan yang selanjutnya,
maka dalam hal ini pembimbing agama dapat menjadi arahan dan pemberi
kesadaran kepada mereka bahwa keseimbangan hidup mutlak harus
diciptakan yaitu tidak memikirkan duniawi saja tapi masalah akhirat juga
perlu untuk ditanamkan.
Lebih lanjut, hakikatnya pembimbing agama sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Bambang Syamsul bahwa agama salah satunya
berfungsi sebagai penyelamat dan pendamai.12
Pembimbing agama
bertujuan untuk mengarahkan, memberi kejelasan pada mereka agar
kembali kepada tuntunan ajaran agama dengan melakukan ibadah yang
didasari dengan penuh kesadaran, penghayatan dan mengamalkan ajaran
agama secara konsisten dan penghibur hatinya dengan selalu mendekatkan
diri kepada sang khalik.
Peneliti mendapatkan bahwa pembimbing agama dalam kegiatan
menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu pemulungmelalui kegiatan
pengajian khususnya memberikan pengetahuan keagamaan. Peneliti akan
menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan agama yang
11
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1994), cet ke-1, h. 48. 12
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA,
2008),h. 149
65
dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari jum’at pukul 16.00
s/d 18.00 WIB dan materi yang disampaikan meliputi fiqih dasar, aqidah
dan akhlak. Pelajaran baca al-Qur’an setiap hari senin, selasa, rabu pukul
14.00 s/d 16.00.
Para pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan agama
kepada ibu-ibu pemulung, hal ini dilakukan dengan maksud menaikkan
harkat dan martabat pada masyarakat pemulung, dengan harapan tumbuh
motivasinya untuk mempelajari dan mendapat pemahaman agama
khususnya dalam menumbuhkan kesadarannya agar terus mengamalkan
ajaran agama, berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan,
MA:
“Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan disini dilakukan
guna menaikkan harkat dan martabat para pemulung khusus untuk
ibu-ibu pemulungnya agar mereka juga merasakan mendapat
pendidikan khususnya pendidikan agama secara non formal yang
dilakukan di yayasan ini.”13
Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan di yayasan ini, setelah
peneliti melakukan pengamatan langsung dan berpartisipan dengan
kegiatan yang dilakukan di yayasan maka dapat dipaparkan secara garis
besarnya sebagai berikut:
1. Bimbingan Al-Qur’an
Kegiatan bimbingan iqra dan al-qur’an disini hampir sama
dengan kegiatan bimbingan lainnya, dimana para ibu-ibu pemulung
diajarkan mulai dari huruf-huruf, bacaan-bacaan, dan belajar tajwidnya
13
Hasilwawancara pribadi dengan H.Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan
Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2012 pukul 16.30
66
dalam membaca Al-Qur’an. Para ibu-ibu pemulung biasanya
membawa iqra atau Al-Qur’an dari lapak mereka masing-masing,
tetapi para pembimbing agama di yayasan juga sudah menyediakan
Al-Qur’an dan terjemahnya sesekali mereka membahas tafsir dari
bacaan tertentu, kemudian kegiatan ini dilakukan semacam
liqo,mereka menyimak dan bagi yang belum lancar membaca Al-
Qur’an, mereka dapat menggunakan Iqra danpara penyuluh agama
menyimak serta membetulkan bacaan jika dirasa belum benar.
Hal tersebut di atas dapat dikatakan pembimbing agama
berperan dalam melakukan proses pendidikan kepada ibu-ibu
pemulung dalam menyempurnakan bacaan Al-Qur’an, dengan
melakukan ibadah secara lisan ini diharapkan para ibu pemulung
terbiasa dengan mengucapkan kata-kata zikir kepada Allah SWT, serta
dapat menumbuhkan motivasinya dalam mengamalkan ajaran Islam
yang terdapat dalam kitab suci Al-qur’an.
2. Ta’lim pengajian
Selama melakukan pengamatan di lapangan, kegiatan ini
diikuti oleh seluruh ibu-ibu pemulung yang hadir dalam kegiatan
bimbingan agama di yayasan media amal Islami, tidak dapat diukur
jumlahnya karena sifatnya fluktuatif, jumlah yang hadir kurang lebih
sebanyak 30 orang dan paling sedikit 10 orang. Pembinaan ini
biasanya dilakukan oleh H. Aslih Ridwan dan beberapa pembimbing
agama yang lain. Pada kesempatan lain yayasan juga mengundang
67
penceramah dari luar untuk mengisi materi kepada para ibu supaya
mereka tidak merasa jenuh (monoton) perlu adanya penceramah dari
luar yayasan.
Materi yang diberikan bermacam-macam sesuai dengan kesiapan
pembimbing agama itu sendiri, biasanya materi yang diberikan seputar
fiqih dasar, aqidah dan akhlak islami. Pengetahuan fiqih dasar (praktis)
mengenai bimbingan ibadah kepada para ibu, pembimbing agama
memberikan dasar-dasar ibadah seperti tata cara wudhu, tayamum, tata
cara shalat fardhu, rukun-rukun dalam shalat, syarat sahnya shalat dan
pengetahuan tentang shalat yang dapat di jamak ketika sedang dalam
perjalanan, aqidah berbicara tentang kaidah Islam seperti rukun iman,
rukun Islam kemudian akhlak didalamnya membicarakan tentang adab
atau etika dan tata krama dalam Islam.
Kegiatan di atas dilakukan dengan metode ceramah dan tanya
jawab, sesekali dilakukan praktek jika dibutuhkan agar penyampaian
materi lebih dapat dimengerti oleh ibu-ibu. Dan biasanya setelah
pembimbing agama menjelaskan suatu informasi, para ibu-ibu
dipersilahkan bertanya jika ada yang dirasa belum dimengerti dengan cara
mendiskusikan pertanyaan tersebut kepada ibu-ibu yang lain.
Kegiatan yang dilakukan di Yayasan Media Amal Islami sangat
padat namun ditengah kepadatannya para pembimbing agama tidak pernah
lengah untuk melaksanakan shalat pada tepat waktu yaitu dengan
memberiketeladanan kepada para binaan yayasan yang langsung
68
melaksanakanshalat berjamaah, bagi para ibu sudah disediakan sajadah
dan mukenanya, hal ini dimaksudkan memberi pengertian bahwa dalam
keadaan apapun ibadah shalat wajib dilakukan. Pembimbing agama
berperan dalam hal ini sebagai pemimpin dan menumbuhkan kesadaran
bahwa ibadah tidak memandang siapun dan dalam keadaan apapun. Hal
ini sesuai dengan tujuan ustad Sigit berikut hasil wawancaranya:
“Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus
beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas
menjadi kerusakan akhlak yang dampaknya berbahaya bagi diri
mereka sendiri, anak dan masyarakatnya.”14
Dari hasil wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa para
pembimbing agama berperan sebagai teladan dan pemimpin bagi
masyarakat pemulung dalam hal ini ibu-ibu pemulung dalam menanamkan
motivasi beribadahnya karena menurutnya jika mereka sudah lalai masalah
ibadah khususnya shalat maka dampaknya sangat luar biasa dapat meluas
menjadi kerusakan akhlak dan berakibat buruk nantinya pada keluarga
khususnya dan masyarakat umumnya, karena shalat merupakan tiang
agama dalam Islam dan merupakan ibadah yang akan di hisab pertama
kali.
Adapun kegiatan pendukung lainnya yang dilakukan pembimbing
agama di yayasanmedia amal Islami adalah melaksanakanagenda tahunan
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Hari raya idul fitri 1 Syawal
diadakan acara halal bi halal, kemudian hari raya idul adha 10 Dzulhijjah
14
Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 24 Desember 2012.
69
diadakan pemotongan hewan kurban dan akan dibagikan kepada dhuafa
dan masyarakat pemulung, maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul
Awal, dan juga tahun baru hijriyah 10 Muharram diadakan tabligh akbar di
halaman depan yayasan, adapun yang mengisi acara hanya sebagian anak-
anak pemulung seperti membaca puisi, tarian, shalawat dan marawis.
Kemudian untuk para ibu-ibu juga ambil bagian dalam pembacaan rawi
dan shalawatan, hal ini dilakukan agar para pemulung memiliki
kepercayaan diri dan adanya penghargaan untuk dirinya.
Istilah yang digunakan oleh H. Aslih Ridwan dalam menanamkan
rasa kepercayaan dirinya yaitu ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh yayasan, agar tumbuh semangat dan mempunyai
penghargaan dalam dirinya, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Ife yang mengatakan bahwa sebagai agen perubah atau pemberdaya
masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme
masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam
mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi
dukungan.15
Berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan:
“Kegiatan ini dilakukan dengan cara kita lakukan pendekatan
kepada mereka minimal mereka nyaman dalam mengikuti kegiatan
pembinaan agama ini, merasa memilki persaudaraan yang kuat,
dan menghargai dirinya karena kita berdayakan disini ibu-ibu
pemulung kita ajak tampil shalawatan setiap ada peringatan hari-
hari besar Islam dengan begitu mereka merasa diorangkan”.16
15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199 16
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal
10 Desember 2012.
70
Selanjutnya kegiatan bimbingan agama di yayasan MAI yang ada
sejak tahun 1999 ini, penting karena kehidupan disekitar kelompok
masyarakat pemulung ini sangat memprihatinkan terutama aqidah mereka
yang mudah untuk bertukar agama, dengan dilakukan pembinaan agama
seperti ini maka dengan sendirinya akan tumbuh minatnya dalam
mengamalkan agamanya dan berguna bagi perkembangan akhlak dirinya
sendiri maupun keluarganya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan H.
Aslih Ridwan, berikut hasil wawancara dengan peneliti:
“Awalnya kita prihatin melihat komunitas pemulung disekitar
yayasan ini mereka bukan lemah secara finansial saja tapi lebih
parah lagi lemah juga dari sisi keimanan, mereka rentan bisa
tergoda bertukar agamanya,inilah yang diingatkan rasul kepada
kita supaya kita lakukan sebisa kita apa yang kita bisa agar cepat-
cepat menarik mereka karena komunitas mereka rentan. Nah
berangkat dari masalah tersebut kita memulai pembinaan agama
kepada ibu-ibu, karena ibu-ibu bisa mendidik
anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya
punya dasar agama berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul
kurang dalam pemahaman agama.”17
Maka dari istilah di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan
olehSyamsul Munir bahwa salah satu fungsi dari pembimbing agama
adalah pencegahan yakni pembimbing agama berfungsi dalam pencegahan
dan terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan faktor psikologisnya18
Yayasan ini melakukan kegiatan dari segi pendidikan, agama dan
sosial dalam menjawab permasalahan hidup mereka. Para ibu yang
17
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari 2013. 18
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
71
antusias untuk mengikuti kegiatan di yayasan sangat merasa terbantu oleh
kehadiran para pembimbing agama di yayasan media amal islami ini dapat
menambah pemahaman dan bermanfaat untuk pendidikan anak mereka
dan bermanfaat juga untuk dirinya sendiri khususnya dalam memberikan
pengertian soal agama terlebih dahulu ilmu fiqih dasar untuk kebutuhan
ibadahnya sehari-hari dan akhlak Islami, berikut hasil wawancara peneliti
dengan para ibu pemulung:
“Menurut saya kegiatan di Yayasan MAI menambah ilmu
agama kita jadi nambah, karena selain dapat ilmu di yayasan juga
diajarin tata cara shalat yang benar, Alhamdulillah sekarang
shalatnya makin rajin, terus diajarin juga untuk berbuat yang baik-
baik, ilmunya dapet ya, awalnya memang saya hanya mengantar
anak saya mengaji di yayasan tapi setelah saya mengetahui ada
pengajian juga buat ibu-ibunya ya saya ikut ngaji terus belajar
sama ibu-ibu yang lain.”19
Selain itu pendapat yang sama juga diungkapkan oleh ibu
pemulung lainnya yang mengatakan bahwa kegiatan di yayasan membantu
dalam menambah pengetahuan soal fiqih ibadah dan membahas tentang
keimanan yang dijelaskan melalui rukun iman dan rukun Islam yang
belum banyak mereka ketahui sebelumnya serta menambah kualitas
ibadah mereka, berikut hasil wawancaranya:
“Selain bermanfaat untuk pendidikan agama buat saya, untuk
anak saya juga ka soalnya kegiatannya di yayasan menambah
untuk ibadah saya lebih baik ya kalo ada yang kita gak tau bisa
nanya sama ustad di yayasan” Lebih lanjut, materi yang diberikan
cara wudhu, cara shalat ka bacaannya terus ada juga rukun iman,
rukun Islam, ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga.20
19
Wawancara penulis dengan ibu Erni (peserta pengajian), di Lapak pak Neen, tanggal 13
Januari 2013. 20
Wawancara penulis dengan ibu Erni (peserta pengajian), di Lapak pak Neen, tanggal 13
Januari 2013.
72
Selanjutnya istilah yang dikemukakan oleh salah satu informan di
atas, peneliti menemukan bahwa pembimbing agama di yayasan juga
berperan dalam menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat di komunitas
pemulung dan menjadi media advokasi karena pembimbing agama
berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap seseorang dalam
rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal.21
Dalam hal ini lingkungan mayarakat pemulung khususnya dalam
menamakan ajaran agamaterlebih minatnya untuk mengamalkan ibadah
mereka masih harus dibina dan ditumbuhkan kesadarannya, ini sesuai
dengan kutipan wawancara peneliti dengan ustad Sigit, berikut hasil
wawancaranya:
“Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus
beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas
menjadi kerusakan akhlak yang dampaknya berbahaya bagi diri
mereka sendiri, anaknya dan masyarakatnya. Jadi penting kita
lakukan upaya penerangan keislaman dan bimbingan keagamaan
mereka harus disadarkan bahwa beribadah itu penting.”
Dalam menyampaikan materi keagamaan pembimbing agama lebih
mementingkan pengetahuan dasar mereka yaitu soal fiqih dasar yang
menyangkut soal taharah, ibadah shalat, mempelajari bacaan Al-Qur’an.
Sedangkan materi yang berkenaan dengan aqidah pembimbing agama
hanya membahas tentang rukun iman, rukun Islam, yang ada hubungannya
dengan penyelamatan aqidah Islamiyah bagi mereka. Materi akhlak yang
diajarkan adalah soal cara menyikapi hidup dengan tidak menganggap
dirinya lebih rendah (hina) dari orang lain, berbuat baik dengan sesama,
21
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
73
lingkungan dan menjaga tata krama dimana mereka hidup. Hal ini sesuai
dengan wawancara peneliti dengan H.Aslih Ridwan, berikut hasil
wawancaranya:
“Materi fiqih dasar seputar ibadah mahdhah seputar wudhu,
tayamum, shalat, mandi wajib (contohnya ketika sedang berpergian
shalat tetap wajib dilakukan dengan menjamanya, ketika sedang
sakit tidak memungkinkan terkena air bisa tayamum. pokoknya
ibadah yang mendasar), kemudian aqidah bicara tentang kaidah-
kaidah islam, rukun iman, rukun islam. Kemudian di minggu
ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata
krama dalam Islam, mereka tidak harus yang tinggi-tinggi
tingkatannya yang penting dasarnya mereka tau..”22
Selanjutnya hal sama juga dikatakan oleh ustad Hafid selaku ketua
bidang pendidikan, menurutnya materinya juga berkenaan ajaran pokok
agama Islam yaitu fiqih dasar, aqidah dan akhlak. Berikut hasil
wawancaranya:
“Materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak, contoh konkretnya
aja biasanya kita ajarin mereka dengan identifikasi dari sisi
ibadahnya yang penting shalatnya saja kita ajarkan fiqihnya
mengenai pentingnya shalat dan kewajiban shalat, do’a-do’a
sehari-hari yang praktis-praktis, rukun iman dan rukun islam, ini
perlu karena orang-orang yang kekurangan ekonomi biasanya
malas dalam melakukan ibadahnya ini yang harus kita bina.”23
Adapun para pembimbing agama menggunakan metode yang sama
dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan dalam memberikan pemahaman
kepada ibu-ibu pemulung yaitu dengan metode secara langsung melalui
ceramah, tanya jawab, mauhizoh hasanahdan juru penerang dalam hal ini
bukan hanya menanamkan pengetahuan agama kepada mereka tetapi efek
22
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari2013. 23
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11
Januari 2013.
74
lainnya adalah mempererat tali persaudaraan kepada kelompok masyakat
pemulung.
“Kita melakukan kegiatan tersebut dengan ceramah dan
persuasif, dialog, ada juga prakteknya.karena kalo hanya monolog
tidak menarik. Mereka bebas mengemukakan persoalan mereka.
Lebih lanjut, Pertama-tama kita yang harus aktif dan turun
langsung kekomunitas mereka dan kita membangun sebuah
kesadaran bahwa menuntut ilmu agama itu adalah penting, dan
ibadah seperti shalat, puasa, zakat itumerupakan kebutuhan
manusia bukan beban manusia. Kalo sudah butuh maka mereka
akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi mereka
dapat ilmu, persaudaraan, sharring, imrovisasi, itu yang kita
bangun”.24
Selanjutnya, dalam wawancara dengan ustad Hapid dan ustad Sigit,
metode yang digunakan oleh mereka adalah metode pendekatan persuasif
dan pemberian tugas. berikut kutipan wawancaranya:
“Kita berupaya agar seluruh bidang keagamaan kita berikan
namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas
tidak tamat sekolah oleh karena itu kita berikan bimbingan agama
khususnya dalam bentuk ceramah kepada mereka supaya mereka
lebih mudah mengerti.” Lebih lanjut “caranya mereka berkumpul
seperti liqo secara bergiliran kita sima, dengerin bacaannya dan
membetulkan bacaan dan ada juga hafalan-hafalan do’a sehari-hari.
Kalo hari jum’at sifatnya berbentuk kelompok seperti ceramah
agama begitu itu dan selain anaknya yang melakukan testing kita
adain evaluasi juga untuk mengetes pengetahuan agama buat ibu-
ibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay.25
Dalam penelitian dilapangan peneliti melakukan pendekatan
langsung mendatangi lapak para ibu pemulung dan mengidentifikasi
tentang pengetahuan-pengetahuan dasar ibadah mereka seperti niat mandi
hadats besar, niat-niat shalat, bacaan-bacaan di dalam sholat dan
24
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari2013. 25
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11
Januari 2013.
75
prakteknya. Pada dasarnya mereka memang sudah mengetahui macam-
macam ibadah wajib dalam Islam seperti shalat, puasa, zakat bahkan dari
hasil wawancara peneliti dilapangan mereka rutin melakukan puasa
ramdhan dan mengeluarkan zakat, hanya saja mereka melakukan sebatas
apa yang mereka tahu tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh, dan
menurut pengamatan peneliti mereka memperoleh tambahan ilmu agama
khususnya ibadah praktis seperti taharah, shalat dan cara membaca Al-
Qur’an.
Para ibu pemulung yang mengikuti kegiatan, sesuai dengan
pengamatan peneliti dilapangan sudah lebih mengerti dari sebelumnya
setelah diberikan materi seputar niat mandi hadats besar (taharah), bacaan-
bacaan shalat, dan mengenal huruf- huruf dalam al-qur’an. Peneliti
menduga bahwa ibu-ibu pemulung dalam kualitas ibadah kesehariannya
masih harus terus ditanamkan dengan pembinaan-pembinaan agama yang
bersifat mendasar, dengan hal seperti itulah maka akan tumbuh minatnya
dalam mengamalkan ajaran agamaIslam dengan penuh kesadaran, dan
penghayatan semata-mata hanya karena Allah SWT dan dapat dilihat dari
antusiasme mereka yang semakin rajin mengikuti kegiatan di yayasan.
Perubahan yang terlihat dari sikap para ibu-ibu pemulung bersifat
fluktuatif, yang terpenting menurut H. Aslih Ridwan yang dapat terlihat
kedekatan emosional antara pembimbing agama dengan para ibu-ibu
pemulung sudah terjalin baik setiap pertemuannya. Berikut hasil
wawancaranya:
76
“Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang
bukan bersandar pada kuantitas tapi kualitas. Menurut saya dari
mereka yang minimal 10 orang saja yang ikut tidak jadi masalah,
karena kita yakin mereka dapat bermanfaat untuk orang
sekitarnya,minimal keluarganya yang terpenting kegiatan
pembinaan agama ini sudah terjaga dan setiap minggu ada
informasi yang mereka dapat. Konsepnya adalah mereka harus
merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti
harus ada walaupun perubahan tidak bisa kita ukur secara
signifikan.”26
Hal lain juga dikatakan oleh ustad Sigit bahwa perubahan yang
terlihat dari ibu-ibu pemulung adanya kesadaran mereka aktif hadir di
yayasan dan dengan menyekolahkan anaknya di yayasan ini untuk belajar
agama dan tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan, hal ini karena
menurut pengamatan peneliti di lapangan masih ditemui sekolah alam
yang diadakan oleh pihak non muslim, untuk anak-anak di komunitas
mereka.27
Menurut ustad Sigit yang terpenting sudah ada perubahan positif
dilihat dari akhlak ibu-ibu yang semakin baik. Berikut hasil wawancara
dengan ustad Sigit:
“Perubahan mereka bisa terlihat dari kepercayaan mereka
menyekolahkan anaknya disini, belajar disini, artinya mereka
sudah menyadari bahwa pendidikan agama itu penting. Kalu dulu
kan mereka boro-boro untuk mikirin belajar (pendidikan) dan
perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah lebih baik saya rasa
itu”.28
Dari hasil wawancara di atas, jelas bahwa perubahan para ibu
pemulung dapat terlihat dari kepercayaan mereka dengan menyekolahkan
26
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan,MA di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari 2013. 27
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung tanggal 28
Desember 2012 pukul 11.20 28
Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari 2013.
77
anak mereka dan kebutuhan juga bagi dirinya sendiri untuk ikut serta
dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan media amal Islami, baik dalam
belajar agama maupun pendidikan umum.
Dalam hal ini pembimbing agama juga mempunyai peran dalam
memberikan edukasional yaitu mengupayakan agar masyarakat mau dan
mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus mau menjalin
hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah yang menjadi tujuan
awal dari penyadaran masyarakat. 29
Teknisya dengan mendirikan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pengajian ibu-ibu pemulung, TPA
anak-anak pemulung dan kegiatan sosial lainnya.
Selain ustad Sigit, hal yang hampir sama juga dikatakan oleh ustad
Hafid yang mengatakan bahwa perubahan mereka dapat terlihat dari
kehadiran para ibu pemulung yang antusias (tidak ada paksaan) dalam
mengikuti kegiatan pembinaan agama yang diselenggarakan di yayasan
media amal Islami. Berikut hasil wawancaranya:
“Kalo dulu mereka gak ada yang ngebina, sekarang selain
mereka anter anaknya belajar ibunya juga semangat buat belajar
terutama belajar agama, perubahannya mereka sekarang sudah
merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak usah di paksa hadir dan
yang keliatan prilaku mereka sudah lebih sopan ya.”.30
Dengan demikian, peran pembimbing agama dalam menanamkan
pengetahuan agama khususnya dalam menanamkan pengetahuan aqidah,
syariahdan akhlak Islami kepada para ibu pemulung melalui pengajian
29
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199 30
Wawancara penulis dengan Ustad Hafid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11
Januari 2013.
78
yang dilakukan di yayasan media amal islami. Pembimbing agama
berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman,menanamkan rasa
percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara edukasional, pembangkit
kesadaran masyarakat, kedekatan emosional dan advokatifkepada ibu
pemulung agar selalu menambah pemahaman agama serta dapat keluar
dari permasalahan hidup mereka yang kurang mendapat pengetahuan
secara berkelanjutan dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi
diri secara optimal yang dampaknya dapat menambah kesadaran dalam
pengamalan agamanya.
2. Faktor Pendukung dan Pemghambat dalam Pembimbing Agama
dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Ibu-ibu Pemulung.
Untuk melihat faktor pendukung dan penghambat dalam penelitian
ini peneliti menggunakan analisa SWOT (Strengths, weakness,
opportunities dan threats), untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan
para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus
Jakarta Selatan. Adapun analisis SWOT yang dilakukan peneliti, sebagai
berikut:
A. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan makro atau analisis secara tidak langsung
merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar organisasi atau
79
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kinerja perusahaan.31
Lingkungan Eksternal berguna untuk mengidentifikasi berbagai
peluang dan ancaman. Peluang adalah kondisi-kondisi dalam
lingkungan eksternal yang dapat membantu pembimbing agama dalam
menanamkan pengetahuan keagamaan pada para ibu-ibu pemulung
untuk dapat menambah pengetahuan tentang ajaran aqidah, syariah dan
akhlak untuk penyelamatan aqidah dari ancaman atau pengaruh non
muslim.
Hasil identifikasi faktor SWOT, peluang (opportunities)dan
ancaman (threats)kegiatan bimbingan agama di yayasan media amal
Islami adalah sebagai berikut:
1. Faktor Peluang
a. Bimbingan agama yang diadakan dapat lebih mudah diterima
para ibu pemulung karena adanya rasa pemenuhan kebutuhan
spiritual sehingga memiliki peluang untuk menarik lebih
banyak lagi.
b. Kegiatan bimbingan agama bagi pemulung yang diadakan di
yayasan Media Amal Islami, menjadi salah satu basis
keagamaan di lingkungan sekitar lebak bulus sehingga
memungkinkan untuk kedepannya dikenal masyarakat luas.
31
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 18
80
c. Askes informasi yang ada sudah cukup memadai dengan sarana
komputerisasi mereka memperkenalkan program bimbingan
agama kepada khalayak lewat media internet dan cetak.
d. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan dapat menciptakan
suasana masyarakat yang harmonis.
2. Faktor Ancaman
a. Kondisi yang dialami oleh pemulung di Lebak Bulus ini erat
dengan imbalan “iming-iming” yang diberikan pihak non
muslim berupa pemberian kebutuhan hidup seperti sembako,
rekreasi, dan les bahasa inggris bagi anak-anak pemulung, ini
menjadi tantangan dan ancaman bagi para pembimbing agama
di yayasan untuk menyelamatkan aqidah mereka dari
pengaruh-pengaruh luar.
b. Kemiskinan menjadi ancaman atau tantangan bagi para
pembimbing ketika waktu kegiatan berbenturan dengan jam
memulung para ibu-ibu yang mencari nafkah untuk kebutuhan
hidupnya sehari-hari, akhirnya yang mengikuti kegiatan tidak
dapat terukur jumlahnya.
c. Metode yang digunakan menjadi ancaman ketika termbimbing
sudah merasa jenuh dan menganggap kegiatan tersebut kuno,
karena masyarakat bawah berfikir secarapragmatis, maka perlu
adanya metode yang lebih baik.
B. Analisis Lingkungan Internal
81
Analisis lingkungan mikro atau secara langsung berguna untuk
melakukan analisis kondisi internal yang meliputi faktor kelebihan dan
kelemahan dalam organisasi atau perusahaan.32
Maka hal-hal yang menjadi perhatian dalam kekuatan yang
terkait dengan sumber daya manusia (SDM), ketrampilan dan
keunggulan lain. Kelemahan meliputi keterbatasan sumberdaya,
keterampilan, penghambat kenerja.Dari hasil analisis terhadap
beberapa aspek tersebut akan dapat diketahui bagaimana
sesungguhnya aspek-aspek tersebut dapat merupakan suatu kekuatan
atau potensi yang dapat dikembangkan oleh pembimbing agama yang
terlibat dalam proses bimbingan agama tersebut atau merupakan
kelemahan (hambatan) yang harus disempurnakan dan ditingkatkan.
Hasil identifikasi faktor SWOT kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weakness) kegiatan bimbingan agama di yayasan media
amal Islami adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kekuatan
a. Sumber daya manusia (SDM) yang melakukan bimbingan
agama di yayasan media amal islami merupakan SDM yang
telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sesuai
dengan kompetensi seorang pembimbing agama yaitu ada yang
lulusan ilmu dakwah, tafsir hadits dan pendidikan agama Islam.
32
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah,h. 25
82
Syarat untuk melakukan bimbingan agama dapat lebih mudah
diterima di dalam masyarakat.
b. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan merupakan bentuk
motivasi yang tinggi ini ditunjukkan oleh sumber daya
manusianya (pembimbing agama).
Pernyataan ini di dapat dari ketua yayasan H. Aslih Ridwan,
MA yang juga ikut melakukan bimbingan agama dalam
menanamkan pengetahuan keagamaan pemulung.
“Kita mewakafkan diri untuk turun langsung membaur
dengan mereka untuk mengajar mereka. Selain itu adanya
dukungan-dukungan aparat kepemerintahan, para donatur-
donatur yang selalu berempati dengan kehidupan mereka.
Para ibu juga antusias mengikuti kegiatan tersebut, adanya
kepercayaan para ibu kepada kita.”33
c. Didalam yayasan terdapat budaya organisasi yang baik.
Peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan
pembimbing agama lain yaitu ustad Sigit mengenai mekanisme
program bimbingan agama. Baginya dalam kegiatan
menanamkan pengetahuan para ibu pemulung mesti adanya
program yang telah direnanakan sebelumnya dan berikut
kutipan wawancara dengan ustad Sigit :
“Pendukungnya sudah ada sistem program yang
direncanakan kepada mereka, dengan adanya koordinator
dakwah dan pendidikan tidak dapat berperan sendiri karena
kita punya sistem yang sementara ini dikelola oleh ustad
Dzulfitri”.34
33
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal
11 Januari 2013. 34
Wawancara Pribadi dengan Ustd Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami,
tanggal 11 Januari 2013.
83
d. Metode bimbingan agama yang dilakukan mampu untuk
menciptakan suasana belajar yang tidak monoton dengan cara
penyampain materi dikemas para pembimbing sedemikian rupa
agar mereka mendapat pemahaman, agama di selang oleh sifat
pembimbing agama yang humoris hal ini dapat menciptakan
keakraban antara pembimbing agama dengan ibu-ibu
pemulung.
2. Faktor Kelemahan
a. Materi keagamaan yang diberikan belum adanya target atau
sasaran yang hendak dicapai oleh pembimbing agama secara
tertulis dari kegiatan bimbingan agama tersebut.
b. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu untuk
menciptakan inovasi dan motivasi lebih kepada terbimbing
khususnya bagi masyarakat pemulung di yayasan Media Amal
Islami untuk menambah antusias mereka dalam mengikuti
kegiatan bimbingan tersebut.
“Kurang tenaga pembimbing, berbenturan waktu bagi
ibu-ibu pemulung antara mengikuti pengajian dengan
membantu suami memulung, ada juga suami yang kurang
mendukung istrinya mengikuti pengajian, pengetahuan para
ibu-ibu pemulung masih minim”.
c. Kurang adanya kerjasama antara pembimbing agama dengan
Kementrian kepemerintahan misalnya Kementrian Agama,
84
Bimas, dan Penamas dalam melakukan pembimbingan yang
komprehensif kepada masyarakat yang termarjinalkan yaitu
pemulung.
C. Analisis SWOT
Berdasarkan analisis ini maka peneliti akan dapat
membandingkan atau melakukan perbandingan secara sistematis antara
peluang dan ancaman (eksternal) di satu pihak dengan kekuatan dan
kelemahan (internal) di lain pihak. Melalui pendekatan SWOT, peneliti
akan dapat mengidentifikaikan dan dapat mengenali satu dari empat
pola yang bersifat khas dalam keselarasan situasi internal maupun
eksternal, dalam melihat keberhasilan bimbingan agama di yayasan
media amal Islami. Analisis SWOT ini mengacu pada semua informasi
yang di dapat pada saat melakukan wawancara dan pengamatan
langsung dengan pihak-pihak yang terlibat.
Peneliti akan mencoba menggambarkan matriks SWOT, dalam
melihat keberhasilan bimbingan agama di yayasan media amal Islami.
Eksternal
Internal
Peluang
(Opportunity)
Bimbingan agama
mudah diterima
karena sesuai
dengan kebutuhan
spiritual masyarakat
pemulung sehingga
peluang untuk
menarik lebih
banyak lagi. Bimbingan agama di
yayasan merupakan
salah satu basis
Tantangan/Ancaman
(Threats).
Adanya pihak non
muslim yang
melakukan misi
keagamaan kepada
pemulung. Karena keterbatasan
ekonomi
(kemiskinan),
pemulung tidak
memiliki pilihan lain,
lebih memilih
bekerja daripada
85
keagamaan bagi
pemulung sehingga
berpeluang untuk
dikenal luas. Dimilikinya sarana
komputerisasi untuk
memperkenalkan
bimbingan agama
kepada masyarakat
luas. keberadaankegiatan
bimbingan agama
menciptakan
masyarakat
harmonis.
mengikuti kegiatan
bimbingan.
Adanya tuntutan
inovasi baru dalam
dalam mengemas
metode bimbingan
yang lebih
professional.
Kekuatan (strength)
Memiliki SDM yang
memenuhi syarat
sebagai pembimbing
agama.
Adanya motivasi tinggi
yang dimiliki
pembimbing agama
dalam melakukan
bimbingan.
Di dalam kegiatan
bimbingan agama di
yayasan MAI terdapat
budaya organisasi yang
baik.
memiliki metode
bimbingan agama yang
dapat menciptakan
keakraban pemulung
dengan masyarakat
sekitar.
1. Strategi untuk
memanfaatkan
kekuatan & mengisi
peluang (SO).
Memperhatikan situasi
dan kondisi internal,
maka SDM dalam hal ini
pembimbing agama
harus tetap
mempertahankan semua
komponen yang
dianggap sebagai
kekuatan untuk dapat
memanfaatkan peluang
agar dapat benar-benar
berguna bagi pemulung
dalam melakukan
bimbingan agama secara
berkelanjutan.
2. Strategi
memanfaatkan
kekuatan dan
menghadapi ancaman
(ST).
Meningkatkan kualitas
SDM yang mampu
memberikan inovasi dan
metode bimbingan yang
tepat agar kegiatan terebut
dapat berlanjut tanpa
hambatan apapun.
Kelemahan(weakness) Kurangnya/ tidak
adanya target sasaran
secara tertulis yang
hendak dicapai dalam
kegiatan bimbingan
agama di yayasan MAI.
Kurangnya SDM yang
mampu menciptakan
rasa antusiasme ibu-ibu
pemulung menjadi
bertambah.
Kurangnya kerjasama
dengan lembaga
kepemerintahan yang
sesuai dengan tujuan
bimbingan agama bagi
3. Strategi untuk
mengatasi
kelemahan
&mengisi peluang
(WO)
Melakukan target
yang hendak
dicapai dengan
membuka
kerjasama yang
baik secara
berkesinambungan
mengenai
bimbingan agama
yang tepat.
Meningkatkan
kemampuan SDM
4. Strategi untuk
mengatasi kelemahan
&menghadapi
ancaman(WT).
Mempertahankan
dan
mengembangkan
kinerja dalam
membangun
kerjasama melalui
peningkatan dan
pengembangan
internal SDM.
Melakukan
kerjasama kepada
lembaga
86
masyarakat. dengan memperluas
jaringan untuk
menambah program
bimbingan yang
tepat guna bagi
pemulung.
pemerintahan
sebagai upaya untuk
terus melakukan
bimbingan agama
untuk
mempermudah
masyarakat bawah
mendapatkan hak
yang sama.
Dari hasil analisa SWOT di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama di
yayasan Media Amal Islami adalah SDM yang ada sudah memiliki
syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan
masyarakat (pemulung) pada pembimbing dalam memberikan
bimbingan agama, adanya fasilitas untuk kegiatan bimbingan agama.
Adapun kelemahan atau penghambat adalah kurangnya
kesadaran religius di kalangan masyarakat pemulung, ancaman pihak
non muslim yang melakukan misi keagamaan yang sangat kuat,
kurangnya perencanaan dan target bimbingan dan penyuluhan yang
hendak dicapai, metode yang digunakan masih bersifat sederhana atau
belum secara profesional.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian yang berjudul tentang peran
pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-
ibu pemulung melalui pendidikan non formal yang dilaksanakan di Yayasan
Media Amal Islami, akhirnya diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan
pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islamiadalah sebagai
teladan, memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu
pemulung, penyelenggara edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat,
membangun kedekatan emosional dan advokatif kepada ibu-ibu pemulung
agar selalu menambah pemahaman agama serta dapat keluar dari
permasalahan hidup mereka yang kurang mendapat pengetahuan secara
berkelanjutan dengan materi keagamaan yang diberikan meliputi aqidah,
syariah dan akhlak.
2. Analisa SWOT menunjukkan bahwa yang menjadi kekuatan atau
pendukung dalam kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal
Islami adalah SDM yang ada sudah memiliki syarat kompetensi
pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan masyarakat
88
(pemulung) pada pembimbing dalam memberikan bimbingan agama,
adanya fasilitas untuk kegiatan bimbingan agama.Adapun kelemahan atau
penghambat adalah kurangnya kesadaran religius di kalangan masyarakat
pemulung, ancaman pihak non muslim, kurangnya perencanaan dan target
yang hendak dicapai, metode yang digunakan masih bersifat sederhana.
B. Saran
1. Bagi ibu-ibu pemulung diharapkan agar terus mengikuti kegiatan yang
diadakan di yayasan Media Amal Islami dan terus memotivasi diri,
keluarga dan lingkungan agar selalu menambah wawasan agama secara
konsisten.
2. Bagi Yayasan Media Amal Islami diharapkan terus membina umat
khususnya para pemulung di sekitar karena dengan kesabaran, kegigihan
dan keyakinan dalam mewujudkan masyarakat kalangan bawah ini
menjadi mandiri dan berakhlak islami merupakan langkah positif bagi
ummat khususnya masa depan umat Islam.
3. Bagi masyarakat sekitar diharapkan dapat menerima kehadiran pemulung
seperti masyarakat lain tanpa mendiskriminasi kehadiran mereka jika
perlu diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan masyarakat yang
harmonis sehingga tidak adanya kesenjangan sosial.
4. Bagi mahasiswa jurusan bimbingan dan penyuluhan Islam diharapkan
untuk kegiatan yang bersifat studi kasus atau lapangan dapat melakukan
89
bimbingan keagamaan baik secara seminar, ceramah atau bakti sosial
kepada para pemulung baik secara langsung ataupun tidak langsung demi
mewujudkan eksistensi keilmuan perkuliahan yang didapat.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ancok Djamaludin dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1994.
Arifin, M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta:Golden Terayon Press, 1982.
---------, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Baggini, Julian, Lima Tema Utama Filsafat, Jakarta: Teraju, 2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009.
---------,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai
Pustaka, 2005.
Hidayati, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Press, 2006, cet ke 1
Heriyanto, Albertus, dkk. Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006.
Ismail, M. Yusanto, dkk, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul
Bayaan, 2003.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996.
Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2011.
91
Lutfi, M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Munir, Syamsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia UI Press,1985.
Nurul, Oneng Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan
lingkungan), Jakarta: Kalam Mulia, 2007.
OC, Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Rukminto, Isbandi Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1995.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1988.
Suriasumantri, Jujun S, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2005.
Syamsul, Bambang Arifin, Psikologi Agama, Bandung::CV PUSTAKA SETIA,
2008.
Thib, Ahmad Raya dkk. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Bogor:
Kencana, 2003.
92
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Tim Redaksi Majalah AKRAB, Kementrian Agama Harus Bisa Hapus Penyakit
Akhlak, (Jakarta: CV Mitra Sari, 2010).
Umam, Khairul dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: CV.
Pustaka Setia, 1998, cet ke-1.
Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Tangerang: PT.
Ciputat Press, 2005.
Vitayala Aida S. Hubies, dkk. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: PT.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992.
Wirawan, Sarlito Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali,
1984.
93
Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel
diakses pada tanggal 14 Oktober 2012, dari
http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjourn
al%2Fitem
BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus
2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/
Endang, Maraknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), artikel
diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 dari
http://www.lensaindonesia.com/2012/06/25/berkat-operasi-rutin-pmks-jakbar
menurun.html
Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar,
di akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari http://www.stosfest.org/wp-
content/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-Sampah-
Pahlawan-Lingkungan-yang-Terlantar.pdf
Hasil wawancara dengan Ketua Umum Yayasan Media Amal Islami
Nama : H. Aslih Ridwan MA
Tempat : Aula Yayasan Media Amal Islami
Hari/tanggal : Jum’at, 11 Januari 2013
Pukul : 16.00 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian pada ibu pemulung di yayasan ini?
Awalnya kita prihatin melihat komunitas pemulung disekitar yayasan ini mereka bukan
lemah secara finansial saja tapi lebih parah lagi lemah juga dari sisi keimanan, mereka
rentan bisa tergoda bertukar agamanya. Ada pendapat yang sesuai dengan hadits
Rasulullah yang artinya nanti ada orang yang pagi-pagi beriman dan malam sudah
menjadi kafir, inilah yang diingatkan rasul kepada kita supaya kita lakukan sebisa kita
apa yang kita bisa agar cepat-cepat menarik mereka karena komunitas mereka rentan.
Nah berangkat dari masalah tersebut kita memulai pembinaan agama kepada ibu-ibu,
kenapa kita berikan kepada ibu-ibu, pertama ibu mudah diajak mengaji sedangkan bapak-
bapaknya susah bentrok sama jam mulungnya. Selain itu karena ibu-ibu bisa mendidik
anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya punya dasar agama
berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul kurang dalam pemahaman agama soal
wudhu saja mereka belum tau, mandi hadats besar saja mereka belum tau padahal sudah
bertahum-tahun menikah, maka dari itu kegiatan ini kita mulai.
2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut?
Materinya kita bagi-bagi, pengajian hari jum’at setiap minggunya ba’da ashar, ada fiqih
dasar seputar ibadah mahdhah seputar wudhu, tayamum, shalat, mandi wajib (contohnya
ketika sedang berpergian shalat tetap wajib dilakukan dengan menjamanya, ketika sedang
sakit tidak memungkinkan terkena air bisa tayamum. pokoknya ibadah yang mendasar),
kemudian aqidah bicara tentang kaidah-kaidah islam, rukun iman, rukun islam.
Kemudian di minggu ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata
krama dalam Islam, mereka tidak harus yang tinggi-tinggi tingkatannya yang penting
dasarnya mereka tau yang penting mereka lebih melihat contoh (teladan) dan kegiatan
pendukung lainnya setiap tiga bulan sekali ada penyuluhan kesehatan kita juga bekerja
sama dengan dr. Ririn yang bekerja di RS. Fatmawati, kita libatkan penyuluhan
kesehatan supaya dia tau materi kesehatan ya menjaga kebersihan begitu,ada bantuan
berkala kita juga memberikan bantuan kebutuhan dasar mereka sembako gitu, mereka
juga harus kita orangkan ya kalo peringatan hari besar Islam mereka tampil inilah yang
harus kita bangun minimal mereka percaya diri apapun kondisinya mereka.
3. Apa peran bapak dalam kegiatan pengajian tersebut?
Memberikan pengertian,informasi dan kejelasan kepada mereka, memfasilitasi kegiatan
yang diprogramkan baik dari tempat dengan adanya gedung yayasan ini, pembicaranya,
materinya, selain itu kita kasih mereka motivasi agar mereka mau tetep belajar agama,
karena biasanya orang seperti mereka masa bodo dengan ilmu agama dan saya juga
mengontrol supaya program yang ada disini bisa berjalan dengan baik itu juga program
yang kita upayakan untuk membina kehidupan ibu-ibu yang ngaji kita ksih keterampilan
dan pelatihan-pelatihan ya SDM nya ya, jangka panjangnya antara orangtua dengan kita
supaya bisa terjalin dengan baik, sehingga dari ibu-ibu tersebut lahir sarjana dari anak
pemulung itu kan luar biasa.
4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian pada ibu-ibu pemulung ini dilakukan?
Semenjak tiga tahun yang lalu di yayasan ini, tapi sebelumnya kita sudah mulai mengajar
mereka di lapak, kita juga sudah bangun mushola di sana karena kita berfikir waktu itu
bahwa kalo orang sudah dibangun sarana ibadahnya atau fasilitas ibadahnya maka kita
akan mudah untuk memberikan pengajian khususnya penyuluhan agama kepada mereka
karena sudah ada wadahnya tinggal kita kembangkan saja.
5. Bagaimana kegiatan pengajian tersebut dilakukan?
Kita melakukan kegiatan tersebut dengan ceramah dan persuasif, dialog, ada juga
prakteknya.karena kalo hanya monolog tidak menarik. Mereka bebas mengemukakan
persoalan mereka. Persoalan mereka biasanya suami susah diajak sholat, bagaimana
mengajak anak supaya shalat, masalah kebutuhan hidup, mereka juga kita ajarkan untuk
berzakat bahwa shadaqah bukan hanya untuk orang kaya dalam bentuk uang tapi bisa
dengan hal yang lain berbuat kebaikan kecil ya dengan pekerjaan mereka menjaga
kebersihan di lingkungan masyarakat kita sadarkan bahwa memulung bukan pekerjaan
hina.
6. Menurut bapak kegiatan tersebut penting kenapa?
Urgensinya kita lakukan kegiatan penyuluhan agama kepada mereka karena mereka tidak
ada yang mendidik, mereka kurang tenaga-tenaga penyuluh agama yang mau turun
langsung membaur dengan mereka. jadi kita mewakafkan diri kita untuk mengajar
mereka. Kemudian karena mereka rentan untuk diajak berpindah agama, kita khawatir
dengan aqidah mereka, kemudian karena memang kewajiban dakwah tidak membatasi
orang, tapi lebih pada rahmatan lil alamin kepada siapa saja kita harus menyampaikan
ajaran Islam karena mereka juga manusia yang mempunyai hak sama seperti manusia
lain.
7. Bagaimana peran bapak dalam menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu
pemulung?
Pertama-tama kita yang harus aktif dan turun langsung kekomunitas mereka dan kita
membangun sebuah kesadaran bahwa menuntut ilmu agama itu adalah ibadah, dan ibadah
seperti shalat, puasa, zakat itu merupakan kebutuhan manusia bukan beban manusia. Kalo
sudah butuh maka mereka akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi
mereka dapat ilmu, persaudaraan, sharring, imrovisasi, itu yang kita bangun. memang
kita yang harus aktif duluan melakukan pendekatan kepada mereka nanya ya ibadah
shalatnya, baca al-qur’annya memang para penyuluh agamanya ya memang harus aktif
duluan menyadarkan mereka.
8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat?
Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang bukan bersandar pada
kuantitas tapi kualitas. Menurut saya dari mereka yang minimal 10 orang saja yang ikut
tidak jadi masalah, karena kita yakin mereka dapat bermanfaat untuk orang sekitarnya,
minimal keluarganya yang terpenting kegiatan penyuluhan agama ini sudah terjaga dan
setiap minggu ada informasi yang mereka dapat itu sudah alhmadulillah. Konsepnya
adalah mereka harus merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti
harus ada.
9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung?
Pemulung mereka rentan, karena suasana yang secara geografis tidak kondusif, sempit,
panas, dan anaknya mereka juga kurang pendidikan formal, dari sisi umum mereka hidup
dibawah standar orang-orang biasa. belum lagi dari sisi kriminal tapi ketika mereka
dibina dalam hal keimanan, bagaimana cara bersyukur, cara ibadah, minimal mereka
beribadah seperti shalat ya ini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan bekal
agama saya kira lambat laun mereka akan mengerti akan pentingnya agama dan ibadah.
Kita tanamkan harapan kepada mereka bahwa hidup harus ada aturan dan mereka juga
kita ajak disiplin ya dengan shalat waktunya shalat kita berjamaah dan ibadah lain.
Kerena seorang penyuluh tidak boleh mengikuti umatnya harus adanya perubahan yang
positif, tapi penyuluh agama selain punya aturan kepada mereka kita juga lebih banyak
diskusi kepada mereka tau kebutuhan mereka.
10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para
ibu pemulung?
Harapannya pertama dia tidak lupa dengan agamanya, tidak lupa dengan ibadahnya ya
minimal ibadah shalat,timbul kesadarannya untuk mengamalkan ibadahnya,karena
apapun kondisinya mereka harus beribadah dan yang lebih terpenting kita dapat
menghidupakn semangat keagamaan contohnya kaya motor itu kalo gak ada businya gak
jalan, begitu juga sama agama kalo gak ibadah gak bisa. Ya, kalau harapan kita adalah
kalau ibunya baik dan mengamalkan ibadahnya sehari-hari secara baik itu berpengaruh
dapat ke anak dia bisa ngajarin anaknya cara shalat begini, ngaji begini dan umumnya
bagi keluarganya. Kita didik ibunya karena mereka dapat mentransfer kepada anggota
keluarganya dan yang terpenting harapan kita adalah kegiatan penyuluhan agama ini
dapat terjalin setiap minggu nya saja sudah cukup terjaga yah itu yang kita harapkan.
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut?
Faktor pendukungnya kita sudah mempunyai sarana yang sudah cukup memadai, kalau
dulu masih di lapak Alhamdulillah sekarang sudah dilakukan di aula yayasan ini. Selain
itu adanya dukungan-dukungan aparat kepemerintahan, para donatur-donatur yang selalu
berempati dengan kehidupan mereka. Para ibu juga antusias mengikuti kegiatan tersebut,
adanya kepercayaan para ibu kepada yayasan ini. Faktor penghambatnya kurang tenaga
penyuluh agama, suka bentrok antara ngaji dengan jam mulungnya, suami kurang
mendukung, keimanan mereka juga yang masih minim, faktor cuaca juga menjadi
berpengaruh karena mereka tinggal di dekat bantaran kali jadi kalau hujan sering banjir
dan tidak datang ke yayasan.
Hasil wawancara dengan Ustad Sigit di Yayasan Media Amal Islami
Nama : Sigit Kuntoro, S.Pd.I
Lokasi : Kantor Yayasan Media Amal Islami
Hari/tanggal : Jum’at, 11 Januari 2013
Pukul : 16.30 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian pada ibu pemulung di yayasan ini?
Awalnya si mereka hanya mengantar anak-anaknya belajar ngaji dan sekolah di
yayasan ini lama kelamaan dirasakan oleh kita semua pengurus yayasan di sini supaya
para orangtua juga harus diberikan pembinaan agama, bukan anaknya saja tapi
orangtuanya pun perlu belajar agama maka kita berupaya agar seluruh bidang keagamaan
kita berikan namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas tidak
tamat sekolah oleh karena itu kita berikan penyuluhan agama khususnya dalam bentuk
ceramah kepada mereka supaya mereka lebih mudah mengerti. Mereka para ibu-ibu kan
adalah tetap hamba Allah, dimana mereka juga perlu beribadah. Allah tidak memandang
status sosial mereka mau kaya atau miskin Allah tidak memandang itu maka dari itu
yayasan Media Amal Islami memandang penting untuk memberikan penyuluhan
keagamaan dan keislaman kepada mereka agar mereka dalam diri mereka tumbuh
minatnya dalam beribadah kepada Allah maka dari itu kita lakukan penerangan agama
yang bermanfaat bagi hidupnya.
2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut?
ehm kita seluruh bidang keagamaan kita berupaya memberikan tapi dengan
pelajaran yang mendasar, ya itu faktor ekonomi menjadi problem utama mereka kalau
kita sudah bicara mengenai yang sifatnya ideal mereka justru agak malah gak mau belajar
terlalu berat nih agama, jadi kita kemas bahasanya dengan yang ringan sambil belajar
agama mungkin kita berikan sembako juga. ya pokoknya sifatnya praktis dan lebih
mudah dipahami untuk mereka, bahasannya ringan-ringan aja ya bagaimana mereka
menyikapi hidup, bersabar dan bagaimana berbuat kebaikan (amal shaleh) di lingkungan
mereka ya cara ibadah ini dilakukan karena kita melihat dari tingkat intelektual mereka
juga mereka kan rata-rata gak sekolah.
3. Apa saja peran bapak dalam kegiatan tersebut?
Peran saya terlibat secara tidak langsung dalam kegiatan tersebut sesekali
mengisi, karena sudah ada sistem program yang direncanakan kepada mereka, sudah ada
koordinator dakwah dan pendidikan tidak dapat berperan sendiri karena kita punya sistem
sementara ini dikelola oleh ustd Dzulfitri karena di dalam bidang pendidikan dan
dakwah. yayasan tidak berjalan sendiri-sendiri. peran kita kepada mereka dalam jangka
dekat ini minimal menumbuhkan partisipasi mereka terhadap kegiatan yang ada disini
dan dengan begitu maka kedekatan kita akan terjaga dan mudah untuk memberikan
penyuluhan keislaman kepada mereka khususnya untuk menumbuhkan kesadaran untuk
melakukan amalan ibadahnya ya mengaji, ya shalat begitu.
4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian ibu-ibu pemulung ini dilakukan?
Kalau disini baru berjalan kurang lebih tiga tahun, tetapi sebelumnya kita sudah
lakukan di lapak tepatnya di mushola yang ada di sana dan kita adakan juga pengajian
pada waktu-waktu tertentu event hari besar Islam begitu. Nah, karena yayasan sekarang
punya gedung jadi kita pindah disini dan sampai sekarang kegiatan penyuluhan agama
untuk para ibu, anak-anak dan remaja kita lakukan disini.
5. Bagaimana kegiatan pengajian tersebut dilakukan?
Karena kegiatan ini berjangka panjang tidak bisa hanya dilakukan sebulan, dua
bulan setahun, dua tahun harus berjangka panjang. Teknisnya mereka terus kita bimbing
ngajinya setiap hari senin, selasa, rabu ya ngaji al-qur’an dan ada juga yang masih
tingkatan iqra, kemudian hari jum’atnya baru kita adain yang sifatnya ceramah agama
isinya seputar fiqih praktis ya tata cara shalat, bacaan-bacaan shalat, puasa, ya zakat
dalam rangka memberikan pembinaan agama untuk mereka.
6. Menurut bapak kegiatan pengajian tersebut penting kenapa?
Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus beribadah,sebagaimana
tujuan penciptaan itu sendiri Allah menciptakan mereka untuk beribadah apapun
kondisinya baik kaya miskin Allah ndak memandang itu yang di pandang Allah adalah
bagaimana ketakwaan seseorang nah kalo pun mereka sudah miskin terus tidak beribadah
trus apa yang jadi lebihnya, kan ini menimbulkan efek yang luar biasa orang msikin tidak
ibadah ehm akan menimbulkan kerusakan di masyarakatnya, orang kaya gak ibadah aja
menyebabkan kerusakan apalagi miskin. ya kriminalitas, kerusakan akhlak itu akan
banyak terjadi. maka kita dan yayasan MAI memandang penting untuk memberikan
penerangan ya tadi penyuluhan keislaman kepada mereka karena mereka harus
disadarkan ehm kemiskinan atau apapun tidak menjadi alasan orang untuk tidak
beribadah.
7. Bagaimana peran bapak dalam hal menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu
pemulung?
Jadi Peran kita dalam kegiatan ini berjangka panjang ya gak bisa kemudian
sebulan, dua bulan setahun ya yang kita inginkan adalah ehm munculnya partisipasi dulu
ya partisipasi dengan program kita dalam pembinaan, kita memang masih berbicara
seputar ibadah sehari-hari mereka, ya seputar wudhu, bacaan mandi hadats besar, shalat
dan memberikan pengertian bahwa penerangan keagamaan itu penting, dasar-dasarnya
minimal mereka tau. mereka dengan program yang ini saja mereka ada yang jarang hadir,
tapi pada saat tertentu ada bantuan sembako pengajian penuh jadi emang agak sulit
mengukurnya tapi kita punya juga ukuran ya sifatnya tidak tertulis kali ya ehm kedekatan
kita sudah mulai terjalin.
8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat?
Perubahan mereka bisa terlihat dari kepercayaan mereka menyekolahkan anaknya
kesini, belajar disini, itu menurut kami sudah baik ada perubahanya artinya mereka sudah
menyadari bahwa pendidikan agama itu penting. Kalu dulu kan mereka membiarkan
anaknya sekolah sama lembaga yang dikelola oleh orang kristen, dulu boro-boro mereka
untuk mikirin belajar (pendidikan) dan perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah
lebih baik saya rasa itu dapat dilihat dari penampilannya kalo dulu dating ke sini asal-
asalan bajunya tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai menutup aurat (jilbab).
9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung, dan seperti apa?
Pemulung itu kan ada komunitasnya punya kelompok, mereka berada di sub
sistem yang dibangun sama ketua lapaknya. Jadi gambaran ibu pemulung itu tergantung
dari katua lapaknya kalau ketua lapaknya selalu mengajak mereka untuk berbuat baik
maka lama kelamaan mereka juga bakal ngikut baik. Mereka kan sebenarnya sama
seperti ibu-ibu lainnya, tetapi mereka berbeda dengan ibu yang lain di samping mereka
sebagai ibu rumah tangga, mereka juga harus membantu suami memilah-milah barang
bekas yang didapatkan pada hari itu supaya bisa dikepul ke ketua lapak supaya dapat
uang.
10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para
ibu pemulung?
Harapan kita supaya munculnya partisipasi dan kesadaran mereka untuk selalu
melakukan amalan-amalan sholeh dan supaya hubungan kekeluargaan ini selalu terjaga.
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut?
Pendukungnya ya kita punya sarana ya contohnya gedung ini sampai ruang kelas
belajar juga ada, antusias ibu-ibu nya sudah mulai meningkat begitu. Faktor
penghambatnya bisa dari diri mereka sendiri ya kadang-kadang males, bisa dari cuaca
kalo lagi banjir biasanya gak ikut kegiatan.
Hasil wawancara dengan Ustad Dzulfitri S (Hafid) di Yayasan Media Amal Islami
Nama : Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I
Lokasi : Aula Yayasan Media Amal Islami
Hari/tanggal : Jum’at, 11 Januari 2013
Pukul : 17.00 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian para ibu pemulung di yayasan ini?
Kegiatan ini diadakan karena kita lihat komunitas pemulung sangat membutuhkan
pendidikan baik itu pendidikan umumnya dan agamanya, jarang orang-orang yang mau
turun berkecimpung ke mereka secara langsung dan membaur kepada mereka intinya
mereka keluar dari masalah yang mereka hadapi ya masalah kemiskinan yang kurang
mendapatkan hak pendidikan. Yayasan ini berdiri atas dasar keprihatinan dan dukungan
dari lurah waktu itu karena mereka hidupnya rentan dan ada misi-misi tertentu dari
orang-orang non muslim yang melakukan pendekatan di lapak mereka ya kaya kasih
sembako, rekreasi, hadiah-hadiah kita gak tau maksudnya apa tapi yang penting kita
harus melakukan sesuatu dalam rangka menyelamatkan aqidah mereka, kegiatan ini di
mulai dari sejak tahun 1999 tapi aktifnya semua program di sini tahun 2010.
2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut?jelaskan!
Ehm, materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak juga, contoh konkretnya aja
biasanya kita ajarin mereka tentang fiqih praktis dengan menidentifikasi dari sisi
ibadahnya yang penting shalatnya saja kita ajarkan fiqihnya mengenai pentingnya shalat
dan kewajiban shalat, do’a sehari-hari yang praktis-praktis, rukun iman dan rukun islam,
ini perlu karena orang-orang yang kekurangan ekonomi biasanya malas dalam melakukan
ibadahnya ini yang harus kita tumbuhkan minat ibadahnya dengan terus kita bina.
3. Apa saja peran bapak dalam kegiatan tersebut?siapa saja yang ikut mengisi?
Saya berperan sebagai ketua bidang pendidikan disini, saya yang mengatur siapa
yang mengisi dalam kegiatan penyuluhan agama, dan memprogramnya mulai dari materi
dan target yang ingin dicapai terus jika H. Aslih tidak hadir saya yang menggantikan, dan
ada juga ustd Sigit, ustd Nur, dan lainnya.
4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian kepada ibu-ibu pemulung ini dilakukan?
Kegiatan ini berjalan kurang lebih dua tahunan lebih ya, pokoknya dari tahun
2010 dan sampai sekarang Alhamdulillah masih terus berjalan.
5. Kapan kegiatan pengajian tersebut dilakukan?
Kita lakukan setiap hari senin, selasa dan rabu untuk belajar baca tulis iqra dan al-
qur’an biasanya jam 14.00 sampai jam 16.00 caranya mereka berkumpul seperti liqo
secara bergiliran kita sima, dengerin bacaannya dan membetulkan bacaan dan ada juga
hafalan-hafalan do’a sehari-hari. Kalo hari jum’at sifatnya berbentuk kelompok seperti
ceramah agama begitu itu jam 16.00 sampai dengan 18.00 dan selain anaknya yang
melakukan testing kita adain evaluasi juga untuk mengetes pengetahuan agama buat ibu-
ibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay.
6. Menurut bapak kegiatan tersebut penting kenapa?
Ya penting, jangankan mereka kita juga perlu ya kegiatan agama seperti ini,
misalnya kaya pembinaan ibu-ibu ini ya bermanfaat daripada mereka dilapak aja,
terutama ibu-ibunya yang gak kerja dan kita melihat penting karena kegiatan pembinaan
agama ini dilakukan supaya mereka tau lah dasar-dasar ilmu agama kan mereka orang
yang kurang mendapatkan kesempatan belajar secara formal makanya kita adain kegiatan
non formal di sini.
7. Bagaimana peran bapak dalam hal menanamkan pengetahuan agama bagi mereka?
Sejauh ini mereka yang datang sambil mengantar anak mereka di TPA (taman
pendidikan al-qur’an) kita ajarkan ibu-ibunya juga mengaji Qur’an ada yang masih
tingkatan iqra dan ada juga yang al-qur’an, kemudian ada ceramah agama juga yang
diadakan disini biasanya setiap hari jum’at ba’da ashar isinya pendalaman fiqih, ada
hafalan-hafalan bacaan ya sholat, wudhu/taharah ya memang saya latih seperti fiqihnya
banyak diantara mereka yang belum mengerti sholat ketika kita tanya siapa yang sholat 5
waktu ya jadi ehm justru orang-orang yang ya map kurang ekonominya itu malah dia
juga meninggalkan kewajiban agamanya, peran kita memberikan pemahaman ya fiqih,
aqidahnya juga sifatnya mendasar penting rukun iman, rukun islam, pentingnya shalat,
puasa, bacaan sehari-hari dan do’a-do’anya.
8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat dan apa harapan bapak?
Kalo dulu mereka gak ada yang ngebina, sekarang selain mereka anter anaknya
belajar ibunya juga semangat buat belajar terutama belajar mengaji, dan belajar agama
juga, ya perubahannya mereka sekarang sudah merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak
usah di paksa hadir dan yang keliatannya si prilaku mereka sudah lebih sopan dengan
menutup aurat menggunakan jilbab.
9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung?
Menurut saya mereka kan terbilang hidupnya karena faktor pendidikannya
kurang, faktor ekonominya juga kurang, yang lebih parah pengetahuan agama mereka
juga masih kurang. Jadi, mereka gak peduli soal pendidikan agamanya, apalagi untuk
pendidikan anak-anaknya jadi kita rasa perlu adanya usaha buat ngebina mereka ya dari
kegiatan pembinaan agama di yayasan ini.
10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para
ibu pemulung?
Sederhananya mereka tau lah soal tata cara ibadah sehari-hari, mengamnalkannya
dan ilmu agama juga berguna buat membimbing anak-anaknya kedepan.
11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut?
Faktor pendukungnya alhamdulillah gedung ini udah bisa menampung kegiatan
untuk mereka, program-programnya juga sudah berjalan, yang menjadi faktor
penghambatnya biasanya kalo musim hujan mereka gak datang selain mungkin rasa
malas dan sering banjir.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung
Nama : Ibu Sonih
Tanggal : 13 Januari 2013
Waktu : 14.53 WIB
Tempat wawancara : Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustad di yayasan?
Ya ada.
2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan tersebut?
Lumayan rutin kalo gak barengan sama jam nyari (mulung).
3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut?
Diajarin ibadah shalat, mandi wajib, puasa, sirah juga (wudhu).
4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan?
Buat bekal kita nanti di akhirat, minta rejeki sama Allah makanya ikut belajar di yayasan,
supaya bisa ilmu agama ngerti sedikit-sedikit.
5. Menurut ibu ibadah itu apa?
Ehmmm apa ya setau saya ibadah buat amal kita di akhirat.
6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu?
Iya Alhamdulillah seneng, namanya kita diajarin yang gak bisa jadi bisa, belom ngerti
banyak-banyak yang penting tau ibadah shalat yang setiap hari.
7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan?
Ya, bagus ya ka kegiatannya nambah ilmu buat kita terus biar bisa diterima iman, islam
kita dilancarin rejeki.
8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu?
Ya, Alhamdulillah kita namanya orang lapak diadain pengajian seneng jadi tau sedikit-
sedkit.
9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang?
Shalatnya masih belom beraturan maklum suka barengan sama waktunya mulung.
10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut?
ustad-ustad di yayasan, saya kenalnya sama kiyai Aslih.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung
Nama : Ibu Umaroh
Tanggal : 13 Januari 2013
Waktu : 15.27 WIB
Tempat wawancara : Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustad di yayasan?
Sekarang jadi nambah pemahaman kita ka, kadang kalo ada yang tidak saya ngerti
masalah ibadah bisa tanya sama ustad di yayasan MAI.
2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan?
Alhamdulillah iya.
3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut?
Cara berwudhu, cara-cara shalat ka bacaannya terus ada juga rukun iman, rukun islam,
ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga.
4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan?
Ya kalo gak ngaji hati kan jadi kosong ka, makanya saya ikut ngaji di yayasan.
5. Menurut ibu ibadah itu apa?
Ibadah ehm wajib ka. misalnya shalat juga penting buat kehidupan kita.
6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu?
Ya ka, selain buat pendidikan anak saya, buat saya juga soalnya kegiatannya di yayasan
untuk ibadah saya lebih baik ya kalo ada yang kita gak tau bisa nanya misalnya nih saya
kan dulu belum tau kalo shalat gak boleh banyak gerak sekarang tau ilmunya saya
amalin.
7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan?
Ya, supaya hidup saya lebih baik dengan kita beribadah pokonya bikin tenang kalo kita
ibadah ya shalat terutama.
8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu?
Iya, supaya ibadah sehari-hari bisa terus dikerjain, menjadi lebih sabar, ngerasa salah
kalo gak shalat.
9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang?
Alhamdulillah sholat, walaupun kadang-kadang masih meninggalkan. Lebih baik dari
sebelumnya ka.
10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut?
Setau saya ustad hafid sama ustad Aslih.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung
Nama : Ibu Fitri
Tanggal : 13 Januari 2013
Waktu : 15.10 WIB
Tempat wawancara : Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustd di yayasan?
Ada ka, iya tadinya kurang bisa baca al-qur’an sekarang mah sedikit-sedikit bisa, waktu
sebelum ikut malas ngerjain sholat tapi Alhamdulillah setelah kita diajarin agama sama
ustd sekarang walaupun keadaan kita begini ya shalat.
2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan MAI?
Iya. saya datang setiap hari jum’at dan kadang-kadang senin, selasa, rabu juga.
3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut?
Ada ceramah agama, pengajian al-qur’an.
4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian tersebut?
Mau belajar agama ka, biar bisa ngaji Qur’an selain itu juga buat ngajarin anak saya
dirumah.
5. Menurut ibu ibadah itu apa?
Ibadah menjauhin diri kita dari perbuatan maksiat terus menjauhi kita dari hal-hal buruk.
6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustd di yayasan sesuai dengan keinginan ibu?
Iya sesuai, kalo dulu mah boro-boro kita buat belajar agama ya baca al-qur’an belum
bisa, tata cara shalat, wudhu kalo sekarang mah Alhamdulillah senang ya diadain
pengajian yang diadakan di yayasan MAI.
7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan?
Ya menurut saya mah baik ya kegiatannya yang di MAI.
8. Apakah para ustd di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu?
Ya nambah ka,, dulunya males ya ngerjain shalat setelah tau hukumnya shalat dan kalo
udah dikerjain mah enak bisa bikin hati tenang, ibadah buat kebutuhan hidup kita
sekarang biasain diri sendiri ajah, kalo ada yang gak ngerti bisa nanya juga di yayasan.
9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang?
Kalo ibadah shalat alhmdulillah lebih rajin ka,tapi suami masih males-malesan.
10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut?
Ada Ustd Aslih, Ustd Hafid, Ustd Nur, ustd Sigit yang perempuan ka Widuri, banyak ka.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung
Nama : Ibu Erni
Tanggal : 13 Januari 2013
Waktu : 15.43 WIB
Tempat wawancara : Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustd di yayasan?
Perubahan ya ada ka, sekarang jadi lebih rajin shalat jadi inget sekarang takut kalo kita
ninggalinnya.
2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan?
Ya rutin, paling kalo lagi halangan gak ngaji ka.
3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut?
Ngaji al-qur’an panjang pendeknya, perbuatan baik ka, praktek shalat, cara menghargai
orang begitu.
4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan?
Supaya bisa ka, biar bisa ngaji dan ibadah yang lain juga.
5. Menurut ibu ibadah itu apa?
Ya menurut saya ya ibadah itu wajib untuk kita taat sama Allah.
6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu?
Iya, karena dulu belajarnya waktu masih kecil doang ka, sekarang ya seneng diadain
pengajian di yayasan, sesuai sama keinginan saya supaya ngerti agama.
7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan?
Alhamdulillah senang.
8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu?
Ya, menurut saya kegiatan di sana nambah kita jadi bisa, diajarin shalat, terus perbuatan
yang baik-baik, ilmunya dapet, saya pertamanya nganter anak tapi ternyata ada juga
pengajian buat ibu-ibunya ya saya ikut ngaji terus belajar sama ibu-ibu yang lain.
9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang?
Ya masih kurang rajin menurut saya ka.
10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut?
Biasanya pak Haji Aslih
F'
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKIJLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
fl. Ir. H. juanda No.95 Ciputatl54l2IndonesiaTelepon/Fax : (02\ 7 432728 / 74703580Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
Nomor: Un.01/F5/KM.0l 3/rftS nyzLamp :1(satubundel)Hal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusan /SemesterJudul Skriosi
Tembusan:1. Dekan
?. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
J *arta,lj Desember 20 1 2
Kepada Yth.Dra. Hj. Musfiroh I'Iurlaili, MADosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Ilnru Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJ akarta sebagai berikut,
Eka Camalia Nurhidayati108052000002Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPD / IXPeran Penyuluh Agama dalam Meningkatkan PengetahuanKeagamaan pada Keluarga Pemulung di Yayasan Media AmalIslami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Atas perhatian dan kesediaarurya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
hhidin Saputra)19700903 199603 r
FJ\ l-:
1) t
j
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATUI,LAH JAKARTA i
FAKI.JTTAS ILMU DAI(I^/AH DAN ILMU KOMUNIKASi'
Telepon/Fax (021)7a32728 / 747A3580
Jl. Ir. H. ]uanda No. 95 Ciputat 15412lndonesia Website: rwv.fdkuiniakarta.ac.id, E-nrail : [email protected]
Nomor : Un.01/F5/KM.01.3/5/ I 12013Larnp : -Hal : Penelit ianMaryancara
Tembusan: :
l. Pembantu Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jakarta, ] Januari 2013
Kepada Yth.Ketua Umum Yayasan Media Amal IslamiLebak Bulus V Jakarta Selatandi Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasisv,'a Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
Nama : Eka Camalia NurhidayatiNomor Pokok : 108052000002Jurusan /Semester : Bimbingan dan Penluluhan Islam (BPI) / X
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisarr skripsi yang
berjudul Peran Penyuluh Aganta daiatn Menanamkcrn Pengetahuan Keagatnaan
Pemulung di Yayasan MAI Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. _ kiranya
berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan
penelitian/wawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.
Was s alamu' alaikum I4r. Wb.
Subhan, MA"?0110 199303 11004
l '
t .Itr
g
clur &H
Meniti Elakwah & Mernberclayakan lJrnrnat' ,-MAI
rtrr
is
S Li8lAT. KErER_A_N GAllLNamor : 005,{KET,T"{ALjIVE0I3
Dengan Surat Keteralrgan ini kanri sampaikan bairwa raahasisrra Fakultas llmu Dakwah danIlmu K.ornunikasi UIN Syanf Hidayatuitah Jakarta dibaraah. ini :
Narra : Eka CamaliaN
Nomor Pokck : 10805200f1002
Jurusan
Prograrn
: Bimbingan Fenyulullalr lsla:n
:S i
A.dalah benar yang bersangkutan telah rnelaksenakan penelitiarv'rvarvanceffa dari tanggal 7Gktober s.d ? Marei 2013, iintuk bahan Skripsi perur fenyduh A.gamd dulantMenananlrnn Pengetahuan Keagamaan Pemulung Di Yayasan IvL4I.
Demikian SuratKelerangaa ini kaxni buat untuk dipergunatcari sebagaimaria mestinya.
vouJ1'
Jakana" i2 April 2013h{edia Amal trslami
DAFTAR GAMBAR
Gambar I
Penyuluh agama sedang melakukan penyuluhan agama pada ibu pemulung di Yayasan MAI
Gambar II
Peneliti bersama ibu-ibu pemulung di Yayasan MAI dan di Lapak pemulung
Gambar III (Kondisi di Lapak Pemulung) Gambar IV (Peneliti bersama H.Aslih Ridwan)
Gambar V
(Peneliti sedang mewawancarai ibu pemulung di Lapak Pemulung Lebak Bulus)
Gambar VI
(Materi panduan penyuluhan agama di Yayasan MAI)