hukum agraria

34

Upload: mrmahmud

Post on 12-Apr-2017

427 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum agraria
Page 2: Hukum agraria

PENGERTIAN AGRARIA DAN HUKUM AGRARIA

A. Pengertian AgrariaKata agraria mempunyai arti dalam berbagai bahasa a.l :Latin ager : tanah atau sebidang tanah agrarius : perladangan, persawahan, pertanian Inggris agrarian : tanah yg dihubungkan dengan usaha pertanian Indonesia agraria : urusan tanah pertanian, perkebunanUUPA agraria : bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya (Pasal 1 ayat (2))Menurut Boedi Harsono bumi merupakan LKI (Landas Kontinen Indonesia): dasar laut & tubuh bumi dibawahnya diluar perairan wil. RI yang ditetapkan UU No. 4 Prp 1960UU No. 5 Th. 1983 tentang ZEE yang mana mengatur jalur perairan dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia

Page 3: Hukum agraria

PENGERTIAN HUKUM AGRARIA

a. Soedikno MertokusumoHukum Agraria adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur agraria

b. Soebekti dan R. TjitrosudibioHukum Agraria adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum baik hukum perdata, maupun hukum tata negara yang mengatur hubungan antara orang dengan ketentuan agraria tsb dan wewenangnya

c. Budi HarsonoHukum Agraria adalah satu kelompokberbagai bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas sumber2 daya alam tertentu. A.l :

Hk. Tanah Hk. Air Hk. Pertambangan Hk. Perikanan Hk. Penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa

(Psl 48 UUPA)

Page 4: Hukum agraria

B. Pengertian TanahMenurut Pasal 4 UUPA :Tanah permukaan bumi bagian dari tanah yang dapat dihaki

oleh setiap orang/badan hukum yang timbul diatas hak yang merupakan persoalan hukum

PERSOALAN HUKUM ???Yaitu persoalan yang berkaitan dengan dianutnya asas-asas perlekatan/asas accessie dimana sesuatu yang terdapat diatas bumi merupakan satu kesatuan dengan tanah/bagian dari tanah

Page 5: Hukum agraria

Dalam hukum tanah Menurut Boedi Harsono terdapat dua asas yaitu :

a. Asas Perlekatan HorizontalAsas pelekatan ini terdiri atas perlekatan horizontal atau mendatar dan perlekatan vertikal. Asas perlekatan diatur dalam perumusan Pasal 500, Pasal 506, Pasal 507 KUH Perdata

Menurut Soebekti R dan ditegaskan lagi oleh pendapat Kleyn :“apabila suatu benda yang sudah tertancap & terpaku pada benda tidak bergerak secara yuridis harus dianggap sebagai benda tidak bergerak” c/: rumah, gedung dll.

Selain perlekatan horizontal, ada pula perlekatan vertikal yang diatur dalam Pasal 571 KUH Perdata “hak milik atas sebidang tanah atas segala sesuatu yang ada diatas dan didalamnya”

Menurut Kleyn mengenai perlekatan vertikal kepemilikan ada 2 pokok :1) Pemilik suatu benda pemilik semua bagian2) Superficies Solo Credit tanaman & bangunan yang ada dibawah &

diatas tanah yang kekal

Page 6: Hukum agraria

b. Asas Pemisahan Horizontal Asas ini dianut oleh UUPA yang bertumpu kepada Hukum Adat, dimana UUPA tidak mengenal asas perlekatan. Menurut Djuhaendi Hasan hukum adat membedakan benda terdiri atas benda tanah dan benda bukan tanah. Pendapat Djuhaendi Hasan didukung oleh beberapa ahli seperti :

1) Ter Haar Tanah terpisah dari segala sesuatu yang melekat padanya

sehingga hak tanah & bangunan dimiliki oleh pemilik berbeda

2) Imam Sudyat Pemisahan Horizontal pemisahan antara rumah, tanah, & tanamanyang berada diatas tanah dapat dijual / digadaikan sendiri terlepas dari tanahnya

c/: daerah Sulawesi Tengah, Suku Bugis dll.

Page 7: Hukum agraria

C. Sumber Hukum Tanah Indonesia

1. Hukum Hukum Adat Masa Lampau

2. Hukum Adat Masa Kini2. Kebiasaan3. Tanah-tanah Swapraja4. Tanah Partikelir5. Tanah Negara6. Tanah Garapan7. Hukum Tanah Belanda8. Hukum Tanah Jepang9. Tanah-tanah Milik Perusahaan Asing Belanda10. Tanah-tanah Milik Perseorangan Warga Belanda11. Surat Izin Perumahan (SIP) atau Verhuren Besluit (V.B)12. Tanah Bondo Deso13. Tanah Bengkok14. Tanah Wedi Kengser15. Tanah Kelenggahan16. Tanah Pekulen17. Tanah Res Extra Commercium18. Tanah Absente19. Tanah Oncoran 20. tanah bukan Oncoran

[email protected]

Page 8: Hukum agraria

POKOK BAHASAN HUKUM AGRARIA

Hukum agraria secara garis besar setelah berlakunya UUPA dibagi menjadi 2 bidang, yaitu :1. Hukum Agraria Perdata (Keperdataan)

bersumber pada hak perseorangan dan badan hukum yang memperbolehkan, mewajibkan atau melarang perbuatan hukum yang berhubungan dengan tanah c/: jual beli, hak atas tanah sebagai jaminan utang, pewarisan

2. Hukum Agraria Administratif (Administratif) ketentuan hukum yang memberi wewenang kepada pejabat dalam

menjalankan praktek hukum negara dan mengambil tindakan dari masalah-masalah agraria yang timbul c/: pendaftaran tanah, pengadaan tanah, pencabutan hak atas tanah

Page 9: Hukum agraria

SEJARAH HUKUM PEMBENTUKAN UUPA

1. Masa Belanda Mengenai tanah pada masa ini di Indonesia berlaku 2 peraturan :

− Peraturan adat tentang tanah pada hukum adat− Peraturan tanah yang tunduk pada hukum Belanda misal: hak

opstal, hak erpacht, hak eigendom mengenai hal tersebut diatas , dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tahun 1811Belanda Pajak bumi, namun gagal dalam administrasi maka

diganti Inggris Raffles

sistem Domein sistem penarikan

pajak bumi seperti yang digunakan Inggris di India dengan sistem warisan

Landrete petani membayar pajak 2/5 dari panen

Page 10: Hukum agraria

b. Tahun 1830Vanden Bosh Konsep cultuurstesel/tanam paksa T7an menolong ekonomi Belanda yang sedang terpurukPeraturan tetap namun pembayaran pajak berbeda yaitu :

− pemilik tanah tidak usah membayar 2/5 dari panen, namun hanya 1/5− tanah ditanami sesuai keinginan pemerintah, mis : kopi, tembakau, teh

maupun tebu.c. Tahun 1848

Pada masa ini kaum pemilik modal & aliran liberal bertikai dengan golongan konservatif (cultuurstesel), namun akhirnya kaum liberal bisa memperjuangkan tuntutannya dengan di setujuinya perubahan UUD Belanda/ Regeling Reglement (RR) th.1845Pasal 62 RR “GJ boleh menyewakan tanah dengan ketentuan2 yang telah ditetapkan Ordonansi”T7an kaum Liberal a.l :

− Pemerintah mengakui bahwa tanah yang dikuasai oleh pribumi adalah hak milik mutlak (eigendom) agar memudahkan untuk penjualan & penyewaan

− Pemerintah memberi kesempatan kepada swasta untuk menyewa tanah dalam jangka panjang dan murah (erpacht)

Page 11: Hukum agraria

Untuk memenuhi T7an tersebut tahun 1862 Menteri Jajahan Frans Van Puttle mengajukan RUU yang berisi :

− GJ akan memberi hak erpacht selama 99 th− HM pribumi diakui sebagai hak mutlak (eigendom)− Tanah komunal dijadikan HM

Namun RUU tersebut ditolak oleh parlemen !!!!d. Tahun 1870

Pada tahun 1866 & 1867 pemerintah penelitian tentang hak penduduk Jawa

sebanyak 808 desa

terbit dalam 3 jilid (1876, 1880, 1896) Eindresume

e. Tahun 1960Pada tahun ini mulailah perhatian Pemerintah terhadap agraria dimulai dengan dibentuknya “Panitia Agraria” tahun 1998. Setelah 15 th. Lahirlah UU No. 5 th. 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok2 Agraria. Proses pembentukan Undang-Undang ini a.l :

Page 12: Hukum agraria

1) Panitia Yogya (1948)Pemerintah PP No. 16 th.1948 Panitia Agraria Yogya

Sarimin Reksodiharjo

Tugas mengembangkan pemikiran dlm menyusun Hk. Agraria baru pengganti Hk. Kolonial sejak th. 1870

Hal-hal yang diangkat a.l :− Hk. Harus dipahami dan diterima o/rakyat− Para pembentuk UU perlu memahami hidup jiwa rakyat− Para pembentuk UU bukan dewa melainkan orang biasa yang

terpilih dari rakyat− Peranan rakyat merupakan syarat u/pelaksanaan Hk. baru

Page 13: Hukum agraria

2) Panitia Jakarta (1951)Ada gejolak agresi militer Belanda II Panitia Jakarta

Sarimin Reksodiharjo

Usulan yang digagas a.l :− Adanya penetapan batas luas maksimal dan minimum− WNI dapat memiliki tanah− Adanya pengakuan hak rakyat dari UU

3) Panitia Soewahjo (1956)Panitia Jakarta pertama kali di ketuai o/ Sarimin Reksodiharjo kemudian diganti o/ Soewahjo Panitia Soewahjo

Tugas menyusun RUU Agraria Nasional dgn dasar acuan Psl.26, 37 dan 38 dr UUDS 1950

Hasil dari Panitia Soewahjo a.l :− Asas domein dihapus dan diganti dengan asas menguasai o/negara

sesuai Psl. 38 ayat (3) UUDS− Tanah pertanian dikerjakan & diusahakan sendiri

Page 14: Hukum agraria

4) Panitia Soenarjo (1956)

Rancangan dari Panitia Soewahjo

Menteri Agraria Soenarjo

Dewan Menteri (14 Maret 1958)

RUU (1 April dlm sidang ke-94 Dewan Menteri)

DPR dengan amanat Presiden (24 April 1958 No. 1307/HK)

Hasil dari Rancangan Soenarjo− Adanya keseimbangan penggunaan Hk. Adat maupun Hk. Barat− Sifatnya erat hubungannya dengan soal kepastian hukum− Hak Milik merupakan ketentuan Hak eigendom atas tanah (menurut Hk.

Barat) & Hak Milik menurut Hk. Adat

Page 15: Hukum agraria

5) Panitia Soejarwo (1 Agustus 1960)

Hasil dari Panitia ini a.l :− Menentukan kembali kerjasama antara Depag dll− Menyusun naskah pada th. 1959 yang dijadikan dasar o/ Depag

untuk RUU baru− RUU ini diterima & disahkan o/DPR-GR dan diundangkan tgl 24

September 1960 menjadi UU No.5 th.1960 tentang Peraturan Dasar Pokok2 Agraria UUPA

− Tahun 1960 Prp No. 56 Tahun 1960 UU Landerform

Page 16: Hukum agraria

2. Sejarah Administrasi Hk. Tanah (Masa Belanda)a) Agrarische Wet 1870

− Dibentuk tahun 1870− Diundangkan dalam Stb. 1870-55 tahun 1870

Tujuan membuka kemungkinan & memberikan jaminan Hk. kepada pengusaha swasta untuk dapat berkembang di Hindia Belanda

Bentuk Hak hak erpacht (Psl. 720 & 721 KUHPerdata)

hak kebendaan yang memberikan kewenangan yang paling luas kepada pemegang haknya untyk menikmati sepenuhnya akan kegunaan tanah kepunyaan pihak lain

b) Agrarische Besluit − Diundangkan dalam Stb. 1870-118− Asas ini dinilai kurang menghargai bahkan memaksa hak2 rakyat atas tanah yang

bersumber pada Hk. Adat− Sebutan dalam asas ini lazim disebut dengan Domein Verklaring/pernyataan

Domein c) Fungsi Domein

− Sebagai landasan hukum bagi pemerintah untuk memberikan tanah dengan hak Barat yang diatur dalam KUHPerdata seperti erpacht, hak opstal

− Adanya pembuktian pemilikan

Page 17: Hukum agraria

DASAR-DASAR DAN KETENTUAN POKOK HUKUM TANAH NASIONAL

Setelah diundangkannya UUPA, maka sumber hukum pertanahan nasional adl :

1. Sumber hukum tertulis :a. UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3)b. UUPA (UU No. 5 tahun 1960)c. Peraturan perundang-undangan lain:

− sepanjang mengenai bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya

− yang merupakan pelaksanaan UUPA− yang berkaitan dengan keagrariaan− peraturan lama, yang menurut peraturan peralihan masih

berlaku2. Sumber hukum tidak tertulis :

a. Hukum adat dengan segala persyaratannyab. Hukum kebiasaan baru c/:yurisprudensi, dan kebiasaan2 masyarakat

Page 18: Hukum agraria

RUANG LINGKUP BUMI, AIR, DAN RUANG ANGKASA

daratanTanah (permukaan bumi) Bumi pedalaman

perairan laut

Ruang angkasa

Landas Kontinen dasar dan lapisan tanah bagian bawah di bawah laut yang berbatasan dengan pantai tetapi berada di luar daerah laut teritorial sampai sedalam 200 m

UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan mengatur bahwa wilayah hukum pertambangan Indonesia meliputi seluruh kepulauan Indonesia,tanah di bawah perairan Indonesia dan landas kontinen kepulauan Indonesia

PENGUASAAN TANAH OLEH NEGARADiatur Pasal 2 (1) UUPA dan Pasal 33 (3) UUD 1945, dijelaskan bahwa “dikuasai” bukan berarti dimiliki. Serta untuk mencapai tujuan dari Pasal 33 (3) UUD 1945 adalah lebih tepat bahwa bangsa Indonesia ataupun negara bertindak sebagai pemilik tanah

Page 19: Hukum agraria

Dilihat dari obyeknya, hukum agraria nasional dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Dalam arti sempithanya membahas tentang hak penguasaan atas tanah, meliputi hak bangsa Indonesia atas tanah, hak menguasai dari negara atas tanah, hak ulayat, hak perseorangan atas tanah

2. Dalam arti luasMateri yang dibahas yaitu :

a. Hk. Pertambanganb. Hk. Kehutananc. Hk. Pengairand. Hk. Ruang angkasae. Hk. Lingkungan hidup

Page 20: Hukum agraria

HUKUM ADAT SEBAGAI DASAR HUKUM AGRARIA

Diatur dalam Pasal 5 UUPA Hk. Agraria berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa adalah Hk. Adat

Syarat-syaratnya a.l :a. Berdasarkan persatuan negarab. Sosialisme Indonesiac. Peraturan tercantum dalam UUDd. Unsur-unsur yang lain bersandar pada Hk. Agama

Hk. Adat Hk. yang asli di kalangan golongan rakyat Indonesia

yang sesuai dengan kesadaran Hk. daripada rakyat banyak (penjelasan umum UUPA angka III.1)

Page 21: Hukum agraria

Hukum adat sebagai dasar bagi pembentukan Hukum Agraria Nasionalmempunyai 2 kedudukan, yaitu :1. Hukum adat sebagai dasar utama Menurut Soedikno Mertokusumo asas-asas/konsepsi,lembaga-

lembaga, dan sistem Hukum adat tersebut dituangkan dalam ketentuan dalam UUPA sebagai hukum positif, a.l :

a. Asas-asas hukum adat yang diambil sebagai dasar :– Pasal 1 ayat (2) UUPA– Pasal 2 UUPA– Pasal 6 UUPA– Pasal 12 ayat (1) UUPA– Pasal 9 UUPA

b. Lembaga-lembaga Hukum Adat Lembaga Hukum Adat adalah susunan macam-macam hak atas

tanah antaralain : hak milik, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak menikmati hasil hutan diatur dalam Pasal 16 UUPA.

Page 22: Hukum agraria

c. Sistem hukum adat terutama mengenai sistematika hubungan manusia dengan tanah Di dalam Hukum Adat, tanah merupakan hak milik bersama masyarakat hukum adat dikenal dengan hak ulayat. Hak ulayat mengandung 2 unsur yaitu :

• Unsur kepunyaan yaitu semua anggota masyarakat mempunyai hak untuk menggunakan

• Unsur kewenangan yaitu untuk mengatur, merencanakan, dan memimpin penggunaannya.

2. Hukum adat sebagai hukum pelengkap persyaratan dan pembatasan berlakunya hukum adat dalam Hukum Agraria nasional secara tegas dimuat dalam Pasal 5 UUPA, yaitu:

• tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara• tidak bertentangan dengan sosialisme Indonesia • tidak bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam UUPA itu

sendiri• tidak bertentangan dengan peraturan agraria lainnya• harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum

agama.

Page 23: Hukum agraria

HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

Pengertian “penguasaan” dapat diartikan secara fisik maupun arti yuridis

penguasaan yuridis yang beraspek publik yaitu disebutkan dalam Pasal 33ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA.

Pengaturan hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah dibagimenjadi 2 yaitu :• hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum.• hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret.

Page 24: Hukum agraria

PEMBAGIAN HAK-HAK PENGUASAAN TANAH DALAM UUPA

1. Hak Bangsa Indonesia atas tanah, dimuat dalam Pasal 1 ayat (1)-ayat (3) UUPA

2. Hak menguasai dari Negara atas tanah, dimuat dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA

3. Hak ulayat masyarakat hukum adat, diatur dalam Pasal 3 UUPA. hak ulayat masyarakat hukum adat adalah serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanag yang terletak dalam lingkungan wilayahnya.

4. Hak perseorangan atas tanah, meliputi :• hak-hak atas tanah (Pasal 4 ayat (1) UUPA)• wakaf tanah Hak Milik (Pasal 49 ayat (3) UUPA)• hak tanggungan (Pasal 1 angka 1 UU No. 4 Tahun 1996

Tentang Hak tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah)

• hak milik atas satuan rumah susun (Pasal 4 ayat (1) UUPA)

Page 25: Hukum agraria

HAK-HAK ATAS TANAH Hak atas tanah adalah hak yang diterima oleh perseorangan atau badanhukum selaku pemegang kuasa atas tanah.

hak-hak agraria yang didalamnya termasuk hak-hak atas tanah yang diaturdalam UUPA atau dalam perundang-undangan, antara lain :

“LIHAT MODUL”

Page 26: Hukum agraria

HAK PERORANGAN DAN KEBIJAKAN HAK ATAS TANAH

A. HAK-HAK PRIMER ATAS TANAH

Dalam UUPA terdapat beberapa hak atas tanah yang bersifat primer :1. Hak Milik atas Tanah (HM)2. Hak Guna Usaha (HGU)3. Hak Guna Bangunan (HGB)4. Hak Pakai (HP)

Selain itu terdapat pula hak atas tanah yang bersifat sekunder a.l :1. Hak gadai2. Hak usaha bagi hasil3. Hak menumpang4. Hak menyewa atas tanah pertanian (Pasal 53 UUPA)

Page 27: Hukum agraria

RUANG LINGKUP HAK ATAS TANAH

dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Wewenang umumpemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya untuk kepentingan yang berhubungan dengan penggunaan tanah berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UUPA.

2. Wewenang khusus pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya

Page 28: Hukum agraria

Macam-Macam Hak yang mendasari Wewenang Khusus dalam Tanah yaitu :

a. Hak Milikdiatur dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 27 UUPA. Hak Milik menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah

Peralihan Hak Milik diatur dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA yaitu : Beralih

berpindahnya Hak Milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan suatu peristiwa hukum. Misalnya pemilik tanah meninggal dunia

Dialihkan/pemindahan hakberpindahnya Hak Milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan adanya sustu perbuatan hukum. Contohnya jual beli, tukar menukar, hibah.

Page 29: Hukum agraria

Subjek Hak Milik menurut UUPA :

Perseorangan (Pasal 21 ayat (1) UUPA) Badan-badan hukum(Pasal 21 ayat (2) UUPA)

Hak Milik atas tanah dapat terjadi melalui 3 cara sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUPA, yaitu : hukum adat penetapan pemerintah ketentuan undang-undang

Hapusnya Hak Milik diatur dalam Pasal 27 UUPA, menetapkan faktor-faktor penyebab hapusnya HM antara lain : Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya Karena ditelantarkan Karena subjeknya tidak memenuhi syarat Karena adanya peralihan hak.

Page 30: Hukum agraria

b. Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 40 UUPA. HGB menurut

Pasal 35 UUPA yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun.

Subjek HGB menurut Pasal 36 UUPA jo. Pasal 19 PP No. 40 Tahun 1996 adalah :

WNI Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

Page 31: Hukum agraria

Terjadinya HGB berdasarkan atas asal tanahnya sebagai berikut : HGB atas tanah Negara HGB atas tanah pengelolaan HGB atas tanah HM

Hapusnya HGB menurut pasal 40 UUPA dapat dijelaskan sebagai berikut :

jangka waktu berakhir tidak memenuhi syarat dicabut untuk kepentingan umum Ditelantarkan tanahnya musnah ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2)

Page 32: Hukum agraria

c. Hak Guna Usaha Menurut pasal 28 ayat (1) UUPA, HGU adl hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dlm jangka waktu sebagaimana tsb dlm Psl 29

Luas HGUUtk Perseorangan min.5 ha dan max. 25 haUtk Badan Hukum min. 5 ha dan max. ditetapkan oleh Ka. BPN (Psl 28 ayat(2) UUPA jo Psl 5 PP No. 40 Th.1996)

Subjek HGU Menurut Psl 30 UUPA jo Psl 2 PP No. 40 Th. 1996, yang mempunyai subjek hukum HGU adl :

a. WNIb. Badan Hukum yang didirikan di Indonesia dan berdiri dengan

hukum Indonesia

Page 33: Hukum agraria

Hapusnya HGU Berdasarkan Psl 34 UUPA HGU hapus, karena :

a.Jangka waktunya berakhirb.Dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena ada beberapa

syarat tidak dipenuhic.Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya

berakhrd.Dicanut untuk kepentingan umume.Ditelantarkanf. Tanahnya musnahg.Ketentuan dalam Pasal 30 ayat (2)

Page 34: Hukum agraria

B. PENCABUTAN HAK ATAS TANAHDalam Pasal 1 UU No. 20 Tahun 1961 dinyatakan bahwa :“Untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negar serta kepentingan bersama rakyat, demikian pula kepentingan pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang memaksa setelah mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman dan menteri yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya”

Jadi, Pencabutan Hak Atas Tanah suatu alat untuk mengambil alih hak atas tanah WN demi kepentingan umum