hujan asam fix
DESCRIPTION
pengertian hujan asam dan penanggulangannyTRANSCRIPT
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan sejarah perkembangan peradaban manusia, eksploitasi dan upaya
pemanfaatan sumber daya alam merupakan proses yang tidak terhindarkan. Pertambahan
penduduk dunia merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya
alam (Natural Resources Exploitation) khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang
digunakan. Kehutanan kemudian dihadapkan dengan meningkatnya permintaan masyarakat
akan barang dan jasa yang berasal dari hutan, seperti kebutuhan air bersih, konservasi lahan,
dan habitat satwa liar tertentu atau terjadinya penyusutan lahan sebagai kebutuhan dasar
masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan. Kawasan hutan kemudian dikonversi untuk
tujuan lain seperti tempat pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan, bahkan akhir-akhir ini
terjadi illegal logging secara besar-besaran. Kondisi tersebut telah membawa dampak kepada
permasalahan keseimbangan ekosistem alam atau lingkungan biosfir bumi.
Konversi hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti
penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan
perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan
meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain.
Masalah keseimbangan ekosistem berakibat terhadap perubahan lingkungan yang melebihi
daya dukung lingkungan (carrying capacity) serta menimbulkan gangguan terhadap
kemampuan alam untuk memperbaiki kembali lingkungannya (self purification). Sehingga
permasalahan keseimbangan ekosistem ini merupakan permasalahan secara keseluruhan dari
kehidupan umat manusia di bumi. Berbagai permasalahan lingkungan global sebagai dampak
dari ketidakseimbangan ekosistem meliputi : perubahan iklim global (global climate change),
penipisan lapisan ozon (ozon layering), hujan asam (rain acid), kerusakan ekosistem hutan
(forest ecosystem damage), pengurangan keanekaragaman hayati (biodiversity crisis),
penggunaan dan buangan B3 (hazardous matter), krisis energi global (energy crisis), hak-hak
masyarakat asli (property right the indigenous people).
Secara keseluruhan permasalahan tersebut telah membawa dampak bagi kehidupan umat
manusia di bumi. Dampak ini dapat berakibat terhadap kesehatan manusia, kondisi ekonomi
dan kehidupan sosial, serta berpengaruh terhadap tatanan perilaku budaya masyarakat.
Sejalan dengan akibat masalah lingkungan yang dirasakan manusia, telah pula membawa
kesadaran baru bagi umat manusia untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan dan serta
harus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki keadaan lingkungannya.
Kita mendengar ada terjadinya hujan asam. Hujan asam terjadi karena aktifitas manusia
yang tidak terkontrol. Mulai dari industry yang besar, asap dari kendaraan, serta pembakaran
sampah. Hujan asama ini sangat berbahaya bagi manusia maupun flora dan fauna. Setidaknya
hujan asam mempunyai andil dalam kepunahan flora dan fauna. Rata-rata 900.000 spesies
telah menjadi punah setiap satu juta tahun selama 200 juta tahun terakhir. Indonesia termasuk
negara yang memiliki daftar spesies yang terancam punah. Paling banyak yaitu 126 burung, 63
mamalia, dan 21 reptil (MoFFAO, 1991). Dengan semakin, berkurangnya keanekaragaman
spesies jelas mengganggu kestabilan suatu ekosistem.
1.2 Tujuan
a) Mengetahui pengertian hujan asam
b) Memahami penyebab hujan asam
c) Mencegah terjadinya hujan asam
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai beriut:
a) Apa pengertian dari peristiwa hujan asam?
b) Apa penyebab terjadinya hujan asam?
c) Apa dampak yang ditimbulkan dari hujan asam?
d) Bagaimana upaya penanggulangan dari hujan asam?
II. PENGERTIAN HUJAN ASAM
Didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami
bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan
air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk
asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang
asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti
berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan
industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi
untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas
yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih
luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana
daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di
danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6
atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan
menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga
mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa
ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas.
Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya
kadar pH.
Gambar 1. Proses terjadinya hujan asam
III. PENYEBAB HUJAN ASAM
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari
proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik
pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan
terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik
Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari
pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New
York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara
sebagai bahan bakarnya. Proses yang terlibat dalam pemecahan Asam ( catatan: bahwa hanya
SO2 dan NOX memegang peran penting dalam hujan asam).
Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain
diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah
bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan
sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga
jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara
tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke
atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara,
merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri
terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh
transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam
Dampak hujan asam bagi lingkungan paling jelas terlihat dalam dua gejala berikut:
1. NEKROSIS : deposisi kering yang berupa partikel dan gas asam menyebabkan kerusakan
lapisan lilin pada daun. Kerusakan ini menyebabkan tanaman mudah kehilangan nutrisi, tidak
tahan terhadap dingin, jamur dan serangga. Fenomena deposisi kering ini sangat merisaukan
terutama bila terjadi di daerah hutan dan pertanian karena dapat memperlambat pertumbuhan
tanaman, serta mengurangi hasil panen.
2. EUROFIKASI : Karena sifat kandungan asamnya, air hujan mudah melarutkan Nitrat dalam
tanah yang dilaluinya. Pada dasarnya Nitrat merupakan zat yang dibutuhkan keberadaannya
bagi pertumbuhan tanaman. Bila kandungan nitratnya terbawa air hujan, berakibat pada
pengurangan kesuburan tanah tersebut. Selanjutnya senyawa nitrat dibawa dan dikumpulkan
oleh air hujan di daerah yang lebih hilir seperti danau dan muara. Daerah ini sebaliknya menjadi
terlalu subur, sehingga memacu pertumbuhan alga dan tanaman air lainnya.
Dampak turunan dari peristiwa di atas adalah tertutupnya danau atau muara akibat
pesatnya pertumbuhan tanaman air di permukaan. Selain itu asam dalam air mudah mengikat
logam beracun seperti Aluminium. Selanjutnya berkurangnya pasokan sinar matahari dan
oksigen, serta tingginya kandungan logam berat dalam air, dapat menyebabkan matinya ikan
dan makhluk lain yang hidup di bawahnya. Selain dampak hujan asam bagi lingkungan, juga
tidak kecil dampaknya pada kesehatan manusia. Gejala eurofikasi seperti yang telah dijelaskan
di atas, menyebabkan tingginya kandungan Nitrat pada sumber-sumber air seperti sungai dan
danau, yang hingga saat ini masih menjadi sumber air bagi masyarakat di sekitarnya. Belum
lagi air hujan yang dipanen dan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di wilayah yang sulit air.
Air hujan asam berbahaya bagi organ paru-paru yang peka terhadap NOx. Pemasukan
Nitrat ke air minum 200-300 mg/hari dapat memicu kanker, mutasi dan abnormalitas. Standar
kandungan tertinggi konsumsi Nitrat yang ditetapkan WHO sebesar : 10 ppm nitrat atau 10 mg
per liter air (Akhadi, 2009). Penelitian juga menunjukkan bahwa deposisi asam dapat
menambah kerentanan anak terhadap penyakit, seperti: demam, alergi, dan batuk.
IV. Penanggulangan
a. Upaya Pengendalian Deposisi Asam :
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
b. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini
Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi
merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran
gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan
bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain.
Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide daripada
pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker).
c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dengan
teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran
diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan
membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas
buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini kemudian
disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3.
Gas
buang selanjutnya “didinginkan” dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O)
membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2
sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari
sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum
sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.
e. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip teknologi
ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben, yang
disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat.
Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah
menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat
dipergunakan sebagi pupuk.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, gipsum
tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya dipakai sebagai plafon
atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition
boards) dan pelapis dinding (wall boards).
.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida di udara yang
larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air
untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh
bersama air hujan. Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
3. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain Kelebihan zat
asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan, hujan asam
yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum
pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh, korosi dan menyebabkan
terganggunya kesehatan manusia.
5.2. Saran
Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum, untuk bekerja
sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya penurunan polusi udara agar
dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan seksama. Dengan penurunan polusi udara,
diharapkan akan mampu mencegah terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak
hanya erhadap lingkungan namun terhadap kelangsungan hidup manusia.