hubungan tingkat pengetahuan perilaku · pdf file2.1.3 demam berdarah dengue (dbd) ... 3.3...

76
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA PENDEM, KECAMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Disusun oleh : AGUS SUPRIYADI NIM. ST 14003 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: lamque

Post on 06-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI DESA PENDEM, KECAMATAN

SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI

Disusun oleh :

AGUS SUPRIYADI

NIM. ST 14003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agus Supriyadi

NIM : ST 14003

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta

maupun di perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan masukan dari

Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataann ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, Januari 2016

Yang membuat pernyataan.

Agus Supriyadi

ST 14003

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI DESA PENDEM, KECAMATAN

SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN

Oleh:

Agus Supriyadi

NIM: ST 14003

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 1 Maret 2016 dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep) (Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns., M.Kep)

NIK. 201279102 NIK. 201188087

Penguji

(Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep)

NIK. 200680021

Surakarta, 1 Maret 2016

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep

NIK. 200680021

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul ”Hubungan tingkat pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa

Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen”.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Peneliti menyadari

bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak

diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus sebagai pembimbing

utama dalam penulisan Skripsi ini.

2. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi SI Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing

Pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan

bimbingan kepada peneliti.

4. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep selaku penguji Skripsi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan Skripsi ini.

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

5. Kepala Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang

telah memberi ijin kepada peneliti untuk pengambilan data awal dalam

pembuatan Skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

7. Seluruh responden masyarakat desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner.

8. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu peneliti membuka kritik dan saran demi kemajuan

penelitian selanjutnya. Semoga Skrpsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Februari 2016

Peneliti

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 8

2.1.1 Pengetahuan ....................................................................... 8

2.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ......................... 18

2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................... 24

2.1.4 Kerangka Teori .................................................................. 28

2.2 Keaslian Penelitian ...................................................................... 32

2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 34

2.4 Kerangka Konsep ......................................................................... 35

2.5 Hipotesis ...................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 36

3.2 Populasi, Sampel dan teknik sampling .................................... 36

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 38

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

dan Skala Pengukuran ............................................................. 38

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 39

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 43

3.7 Etika Penelitian ........................................................................ 45

3.8 Jalan Penelitian ........................................................................ 46

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat .................................................................... 49

4.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 51

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ......................................................... 53

5.2 Hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) ........................ 55

BAB VI PENUTUP

9.1 Kesimpulan .............................................................................. 59

9.2 Saran ........................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel

Judul Tabel Halaman

2.4 Keaslian Penelitian 32

3.1 Definisi Operasional 38

3.2 Kisi Pertanyaan Tingkat Pengetahuan 40

3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40

4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur 49

4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 49

4.3 Kakateristik responden berdasarkan pekerjaan 50

4.4 Tingkat Pengetahuan PHBS 50

4.5 Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) 51

4.6 Korelasi Somer’s D 51

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tabel Judul Gambar Halaman

2.4 Kerangka Konsep 34

2.5 Kerangka Teori 35

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

1. Jadwal Penelitian

2. Surat studi pendahuluan

3. Surat ijin Penelitian

4. Surat Keterangan Balasan Penelitian

5. Lembar Permohonan Responden

6. Lembat persetujuan menjadi Responden

7. Kuesioner

8. Tabulasi hasil penelitian

9. Hasil SPSS

10. Lembar Konsultasi

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Agus Supriyadi

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa

Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Abstrak

Pemantauan tentang PHBS di Provinsi seIndonesia, profinsi Jawa tengah

memperoleh hasil dari 3.249.436 kepala keluarga terdapat 2.528.896 kepala

keluarga yang telah melakukan program PHBS. Sebagian besar penduduk di Jawa

Tengah sudah mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Tetapi juga

masih banyak ditemukan masalah tentang PHBS. Presentase PHBS yang sudah

dicapai Provinsi Jawa Tengah yaitu 77,83%. Tujuan penelitian ini mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian

ini sebanyak 64 responden. Pengambilan sampel dengan cluster sampling. Lokasi

penelitian dilakukan didesa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten

Sragen pada bulan Desember 2015.Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan korelasi Somer’s D.

Hasil analisis somer’s D dengan ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan

upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen ditunjukkan dengan signifikan 0,000 dengan

arah hubungan positif sebesar 0,668 sehingga menunjukkan hubungan yang kuat

antara tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah

Dengue (DBD).

Ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten

Sragen.

Kata Kunci : pengetahuan, PHBS, upaya

Dafta Pustaka : 23 literatur (2009-2015)

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2016

Agus Supriyadi

Correlation of the Knowledge of clean and Healthy Living Behavior and the

Effort to Prevent Dengue in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district,

Sragen Regency

ABSTRACT

The result of observation on clean and healthy living behavior in the provinces of

Indonesia shows that there were 3,249,436 heads of families, and 2,528,896 of

them already conducted the clean and healthy living program. Most of the

inhabitants of Central Java province have already known the clean and healthy

living behavior, but some problems on the clean and healthy living are still

encountered. The percentage of the program has been achieved as much as

77.83%. The objective of this research is to investigate the correlation of the

knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to prevent dengue

in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency.

This research used the descriptive quantitative method with the cross-

sectional design. Its samples were taken by using the cluster sampling technique

and consisted of 64 respondents. The research was conducted in Pendem Village,

Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency in November 2015. The data of

research were analyzed by using the correlation formula claimed by Somer’sD.

There was a correlation between the knowledge of clean and healthy living

behavior and the effort to prevent dengue in Pendem Village, Sumberlawang Sub-

district, Sragen Regency as indicated by the significance value = 0.000 with the

positive correlation value = 0.668, indicating that there was a strong correlation

between the knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to

prevent dengue.

Thus, there was a correlation between the knowledge of clean and healthy

living behavior and the effort to prevent dengue in Pendem Village,

Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency.

Keywords : Knowledge, clean and healthy living behavior, effort

References : 23 (2009-2015)

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit menular Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai dikenal di

Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah

kasus DBD terus betambah seiring dengan semakin meluasnya daerah

endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya seiring menimbulkan KLB tetapi

juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial

yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga,

kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan penduduk.

(Kemenkes RI, 2011)

Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat

menimbulkan wabah, maka sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984

tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560

tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera

dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit

pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Balai Pengobatan,

dokter praktik swasta, dan lain-lain) (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan data yang didapat, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah

satu daerah yang rawan terjangkit penyakit ini, hal ini dapat dilihat dari angka

kejadian kasus demam berdarah dengue yang terjadi dari tahun ketahun

terusmeningkat. Dari data kasus DBD di Dinas Kesehatan provinsi Jawa

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Tengah, didapat angka kasus kejadian demam berdarah dengue di Jawa

Tengah pada tahun 2007 mencapai angka 20.391 kasus dengan 327 angka

kematian (IR = 6,2 dan CFR = 1,6 %). Hal ini berbeda dibandingan dengan

tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2006 jumlah kasus kejadian hanya

10.924 kasus dengan 220 angka kematian (IR = 3,39 dan CFR = 2,01 %),

pada tahun 2005 jumlah kasus kejadian hanya 7.144 kasus dengan 181 angka

kematian (IR = 2,17 dan CFR = 2,53 %), pada tahun 2004 jumlah kasus

kejadian hanya 9.742 kasus dengan 169 angka kematian (IR = 3,00 dan CFR

= 1,73 %), pada tahun 2003 jumlah kasus kejadian hanya 8.670 kasus dengan

153 angka kematian (IR = 2,70 dan CFR = 1,76 %). Dari data di atas dapat

disimpulkan bahwa angka kejadian tertinggi siklus lima tahunan DBD Jawa

Tengah terjadi pada tahun 2007 (Dinkes Prov Jateng, 2006).

Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah

mempraktekkan perilaku hidup sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh

karena itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-

2014 menetapkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS pada

tahun 2014. Persentase rumah tangga yang melakukan PHBS memang

merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementrian

Kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau

dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan, bina

suasana dan pemberdayaan masyarakat (Dinkes JawaTengah, 2009).

Pemantauan tentang PHBS di Provinsi seIndonesia, profinsi Jawa

tengah memperoleh hasil dari 3.249.436 kepala keluarga terdapat 2.528.896

kepala keluarga yang telah melakukan program PHBS. Sebagian besar

penduduk di Jawa Tengah sudah mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan

sehat. Tetapi juga masih banyak ditemukan masalah tentang PHBS. Presentase

PHBS yang sudah dicapai Provinsi Jawa Tengah yaitu 77,83% (Direktorat

PTM, 2011).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan,

dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga yang telah ditetapkan ada

beberapa indikator yang presentasinya masih jauh dari harapan. Presentasi

bayi yang menyusui secara eksklusif sampai dengan enam bulan hanya 15,3%.

Kemudian hanya 49,4% bayi/balita yang melakukan pemantauan pertumbuhan

atau penimbangan empat kali atau lebih dalam enam bulan terakhir.

Data yang diperoleh dari petugas P2P Puskesmas Sumberlawang Desa

Pendem termasuk desa yang mempunyai kawasan pariwisata yang padat

penduduknya dengan berbagai tingkat ekonomi dan bermacam macam usaha,

baik itu usaha kecil rumah tangga sampai usaha yang besar. Tingkat

pendidikannya ada yang rendah sampai berpendidikan tinggi dan juga ada

pondok pesantren yang kurang memperhatikan berperilaku hidup bersih dan

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

sehat (PHBS). Jika musim kemarau penduduk berbondong-bondong menuju

sendang (sumber mata air) yang dipakai warga untuk mandi, mencuci baju,

perabot rumah tangga dan juga untuk memasak. Setiap ada petugas dari

puskesmas yang melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) banyak

sekali dirumah warga penampungan air yang jarang dikuras sehingga banyak

jentik-jentiknya, didapur banyak peralatan dapur yang berserakan dan dikamar

banyak sekali gantungan baju sehingga banyak nyamuknya.

Berdasarkan data DKK Sragen, jumlah kasus DBD pada 2014

melonjak dibandingkan 2013. Pada 2014, ada 575 kasus DBD, sedangkan

pada 2013 hanya 389 kasus DBD. Sementara untuk 2015 Penderita DBD yang

meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 2013 di mana

ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD.

Berdasarkan pencatatan kasus DBD oleh petugas P2PL di Puskesmas

Sumberlawang, dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dan ada penderita yang

meninggal dunia terutama didaerah endemis salah satunya adalah desa

pendem. Tahun 2013 penderita DBD ada 35 kasus dan 1 kasus meninggal

dunia, tahun 2014 penderita DBD ada 25 kasus dan 2 kasus meninggal dunia,

tahun 2015 penderita DBD ada 36 kasus dan 1 kasus meninggal dunia.

Faktor penyebab dari tingginya DBD diantaranya adalah : Kepadatan

penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat kurang, pengetahuan dan

pendidikan masyarakat yang rendah, informasi atau KDRS dari rumah sakit

yang terlambat, petugas kesehatan yang kurang dan kerjasama lintas sektor

yang kurang. Berbagai cara juga telah diupayakan oleh pelayanan kesehatan

khusus di wilayah Sumberlawang, baik dengan cara penyuluhan

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

kemasyarakat, pemberian abate pada tempat-tempat penampungan air dan

penyemprotan didaerah yang diduga tempat sarang nyamuk dan daerah yang

terjadi KLB.

Dari data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

1.2 Rumusan masalah

Faktor penyebab dari tingginya DBD diantaranya adalah : Kepadatan

penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat kurang, pengetahuan dan

pendidikan masyarakat yang rendah, informasi atau KDRS dari rumah sakit

yang terlambat, petugas kesehatan yang kurang dan kerjasama lintas sektor

yang kurang. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar

belakang, maka peneliti merumuskan masalah penelitian “Bagaimanakah

hubungan tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem,

Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen“.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik responden di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen

2. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

3. Mendeskripsikan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1.4.1 Rumah Sakit atau masyarakat

Hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi masyarakat didesa

pendem sehingga nantinya dapat mengerti pentingnya PHBS, yangmana

sangat berperan dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

selain itu juga akan bermanfaat bagi puskesmas dalam menerapkan

program PHBS diseluruh desa se kecamatan Sumberlawang.

1.4.2 Institusi pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas

lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di

dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan dalam ber

PHBS.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

1.4.3 Peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan

lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

1.4.4 Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai PHBS dalam upaya

pencegahan KLB DBD, sehingga wawasan ini bisa dipraktekkan

diwilayah lingkungan kerja puskesmas sumberlawang

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia

terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami

suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik

lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh

manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah

kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Nasir (2011), pengetahuan adalah gambaran subjektif

tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau

penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.

2. Jenis pengetahuan

Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi:

a. Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the

street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.

Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya

subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan

demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau

tidak ada penyimpangan.

b. Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan

menerapkan metodologis yang khas pula.

c. Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang

pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat

mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis,

kritis dan spekulatif.

d. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung

dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat

dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri

oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-

pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agama memiliki nilai

kebenaran sesuai dengan keyakinan.

3. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada 6 tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu. :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,

aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan

kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

e. Sintesa (syntesis)

Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada

misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional

atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern

atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

a. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

1) Cara coba – salah (trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila

seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba

ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada

masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber

pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan

kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau

ilmuwan.

4) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi

pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

5) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian

hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh

banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks

pendidikan.

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini

harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut

rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para

Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha

penalaran atau penyelidikan manusia.

6) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara

cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa

melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran

ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang

sistematis.

7) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan perkembangan

kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut

berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan

deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus

kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi

adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

8) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang

dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan

yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi

pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-

pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian

disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala.

9) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses

berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar

secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya

pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk

dalam kelas itu.

b. Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang

mengembangkan metode berpikir induktif kemudian

dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa

dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap

semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada

akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang

tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang

baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan

tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu

akan mempuyai pengaruh tehadap kehidupan keluarga.

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat

seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

2) Faktor eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi

2.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.2.1 Pengertian

Menurut Proverawati (2012), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Menurut Maryunani (2013), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah semua perilaku upaya untuk memberikan pengamalan

belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan membuka jalan komunikasi

memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi,

bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat

mengenal dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing

agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan.

2.1.2.2 Tujuan PHBS

Menurut Maryunani (2013), tujuan PHBS adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,

petugas lintas sektor, media masa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh

masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan

PHBS.

2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat

2.1.2.3 Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Menurut Maryunani (2013), manfaat yang melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih Sehat (PHBS), yaitu:

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

2. Anak tumbuh sehat dan cerdas

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat daengan meningkatnya

kesehatan maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat

dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan

gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

2.1.2.4 Sasaran PHBS

Menurut Maryunani (2013), sasaran PHBS, yaitu:

1. Pasangan usia subur

2. Ibu hamil dan ibu menyusui

3. Anak dan remaja

4. Usia lanjut

5. Pengasuh anak

2.1.2.5 Indikator PHBS

Menurut Sudayasa (2009), rumah tangga ber-Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di

rumah tangga yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi

ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih,

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,

memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Pertolongan pertama pada persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan

(dokter, bidan dan paramesi lainnya)

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2. Memberi ASI Eksklusif

Bayi termuda usia 0 – 6 bulan mendapat ASI sejak lahir sampai usia 6

bulan.

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan

seperti ASKES, Kartu Sehat, Dana Sehat, Jamsostek dan Asuransi

Perusahaan.

4. Menggunakan air bersih

Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak,

mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih

banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit (Sudayasa, 2009). Menurut Maryunani

(2007), agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut

hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang sehat

harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut:

1) Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah

bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di

luarnya.

2) Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas ari

segala bakteri.

3) Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat

tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan gangguan

fisiologis pada manusia.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat

menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di

tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap

kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan

tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar,

sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi

(Sudayasa, 2009). Waktu untuk cuci tangan pakai sabun yang harus

diperhatikan, yaitu:

a. Sebelum makan

b. Sebelum menyiapkan makanan

c. Setelah buang air besar

d. Setelah menceboki bayi/anak

e. Setelah memegang unggas/hewan

f. Sebelum menyusui bayi

g. Setelah battuk/bersin dan membersihkan hidung

h. Setelah membersihkan sampah

i. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)

Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan

cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain:

a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

b. Mencegah penularan penyakit, seperti disentr, flu burung, flu babi,

typhus dan lain-lain.

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman

Menurut Proverawati (2012,) Cara mencuci tangan yang benar yaitu:

a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun

seperlunya.

b. Gosok tangan setidaknya selama 15 – 20 detik

c. Besihkan bagian pergelagnan, tangan, punggung tangan, sela-sela-

sela jari dan kuku.

d. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

6. Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak

mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh

serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap

pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air,

tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah

tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk

yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan

kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara

teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup)

(Dinkes, 2010)

8. Makan buah dan sayur setiap hari

Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak

mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang

bermanfaat bagi tubuh. Menurut Proverawati (2012), sayur dan buah-

buahan merupakan sumber makanan yang mengandung gizi lengkap

dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten

(provitamin A). semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak

kandungan karotennya.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang

mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan

fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,

dan lain-lainnya (Dinkes, 2010).

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

10. Tidak merokok di dalam rumah.

Satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari

4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan

karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok

(perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan

dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri,

melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu

saja berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung

bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif

harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok.

2.1.3 Demam Darah Dengue (DBD)

2.1.3.1 Pengertian

Demam Dengue (DBD) adalah demam disertai 2 atau lebih gejala

penyerta seperti sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, nyeri sendri

(athralgia), rash, mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil

laboratorium leukopenia (lekosit < 5000/mm3), jumlah trombosit

cenderung menurun <150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan

serologis (Depkes RI, 2011).

Demam berdarah dengue adalah demam 2- 7 hari disertai dengan

manifestasi perdarahan, jumlah trombosit < 100.000/mm3, adanya tanda

kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai normal dan

efusi pleura atau ascites, hipoproteinemia (albuminemia) dan atau hasil

pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

positif atau terjadi peningkatan (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada

pemeriksaan dengue rapid test (Depkes RI, 2011).

Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue adalah

peningkatan jumlahkasus DBD (total kasus DBD dan DSS) di suatu

desa/kelurahan atau wilayah yanglebih luas 2 (dua) kali atau lebih dalam

kurun waktu satu minggu/bulan dibandingminggu/bulan sebelumnya atau

bulan yang sama tahun lalu (Dinkes Prov Jateng,2006: 29).

2.1.3.2 Diagnosis

Menurut Depkes RI (2011), untuk menegakkan diagnosis Demam

Berdarah Degue, yaitu meliputi:

1. Klinis

a. Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari.

b. Terdapat manifestasi atau tanda-tanda perdarahan dengan uji

bendung.

c. Pembesaran hasi

d. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi ≥

20 mmHg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan

pasien tampak gelisah.

2. Laboratorium

a. Trombositopenia (100.000/mm3

atau kurang)

b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler

yang ditandai dengan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

≥ 10% dari data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh

atau adanya efusi pleura, asistes atau hipoproteinemia

(hipoalbuminemia).

2.1.3.3 Tanda dan gejala utama DBD

Menurut Depkes RI (2011), gejala dan tanda utama DBD sebagai

berikut: demam, tanda-tanda perdarahan, hepatomegali dan syok.

1. Demam

Demam tinggi mendadak, sepanjang hari, berlangsung 2-7 hari.

Fase kritis ditandai saat demam mulai turun biasanya setelah hari ke 3-

6.

2. Tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah gangguan pada

pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan. Jenis perdarahan

yang terbanyak adalah perdarahan.

3. Hepatomegali

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)

sampai 2 – 4 cm di bawah lengkungan iga kanan dan di bawah procesus

xifodeus. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan adanya penyakit,

namun nyeri tekan di hipokondrium kanan disebabkan oleh karena

peregangan kapsul hati, nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar

dari pada anak kecil.

4. Syok

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Tanda-tanda syok, yaitu kulit teraba dingin dan lembab terutama

pada ujung hidung, jari tanan dan kaki, capilary refill time memanjang

> 2 detik, penderita menjadi gelisah, sianosis di sekitar mulut, nadi

cepat, lemah kecil sampai tak teraba dan perbedaan tekana nadi sistolik

dan diastolik menurun ≤ 200 mmHg.

2.1.3.4 Derajat Beratnya Penyakit DBD

Menurut Depkes RI (2011), derajat penyakti DBD dikalisifikasikan dalam

4 derajat, yaitu:

1. Derajat 1 : demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji

tourniquest positif

2. Derajat II terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit

(petekie), perdarahan gusi, epitaksis, atau perdarahan lain (menstruasi

berlebihan perdarahan saluran cerna)

3. Derajat III derajat I dan II disertai kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat

atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan

anak tampak gelisah.

4. Derajat IV : seperti derajat III disertai syok berat (profound shock), nadi

tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

2.1.3.5 Penularan DBD

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat

menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam

akut (viraemia). Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8

sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedesakan menjadi terinfeksi dan virusnya

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan

ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi

instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal

penyakit secara mendadak, yang ditandai dengan demam, pusing, myalgia

(nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala non

spesifik seperti nausea (mual-mual), muntah dan rash(ruam pada kulit).

Viraemia biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal

penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih 5 hari setelah

dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut merupakan masa kritis dimana

penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan

dalam siklus penularan. Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua

tempat yang terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk

penularan penyakit DBD antara lain:

1. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.

2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya

orang,orang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan

terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti

sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan sebagainya.

3. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk

umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan

diantaranya terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus

dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2.1.3.6 Upaya pemberantasan DBD

Upaya pemberantasan penyakit demam bedarah dengue dilaksanakan

dengan cara tepat guna oleh pemeritah dan peran serta masyarakat yang

meliputi:

1. Pencegahan

Pencegahan dilaksanakan oleh masyaraat di rumah dan tempat umum

dengan melakuan pemberantasan sarang nyamuk yang meliputi:

a. Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali Seperti

divas bunga, air tempat minum burung.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti :

1) Seperti : tempayan, bak mandi, dan tempat penempungan air

bersih yang memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk,

hendaknya ditutup rapat-rapat.

2) Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1

minggu sekali Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat

penampungan air bersih, hendaknya dikuras maksimal 1

minggu sekali.

3) Mengubur Barang-barang bekas bekas Barang-barang yang

memungkinkan air tergenang seperti ban bekas, kaleng-kaleng

bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI, 2006).

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

c. Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya

Seperti plastik bekas air mineral, potongan bambu, tempurung

kelapa dan lain-lain, yang dapat menampung air hujan hendaknya

dibuang di tempat sampah dan segeralah membakarnya.

d. Menggantung pakaian,

Faktor risiko tertular penyakit demam berdarah adalah rumah atau

lingkungan dengan baju atau pakaian bergantungan yang disukai

nyamuk untuk beristirahat (Dinkes Jateng, 2006).

e. Memakai kelambu,

Orang yang tinggal di daerah endemis dan sedang wabah demam

berdarah sebaiknya waktu tidur memakai kelambu. Terutama

waktu tidur siang hari, karena nyamuk Aedes aegypti menggigit

pada siang hari.

f. Memakai lotion anti nyamuk.

Pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau

minyak anti nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes

aegypti.

g. Menaburkan bubuk abate Satu sendok makan (± 10 gram) untuk

100 liter air (Depkes RI, 2006).

Obat abate ini mirip dengan garam dapur. Bubuk abate ditaburkan

ke dalam wadah-wadah air di dalam rumah. Setelah ditaburkan

obat ini kan membuat lapisan pada dinding wadah yang ditaburi

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

obat ini. Lapisan ini bertahan sampai beberapa bulan kalau tidak

disikat dan memelihara ikan pemakan jentik

2. Penemuan, pertolongan dan pelaporan

Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyait demam

berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum

banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak

mengandung asam salisilat) dan dianjutkan segera memeriksakan

kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan

melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan atau

perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan

kepada puskesmas.

2.1.3.7 Kriteria KLB

Kriteria Kejadian luar biasa DBD, yaitu

1. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak

dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian/penyakit, 2 (dua) kali atau lebih dibandingkan

dengan periode sebelumnya.

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenakan dua

kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan

dalam tahu sebelumnya.

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2

(dua) kalilipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan

dari tahun sebelumnya.

6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu

menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR pada periode

sebelumnya.

7. Propotial Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu

menunjukkan kenaikan dua kali dibandingkan periode yang sama

dalam kurun waktu/tahun sebelumnya (Dinkes Prov Jateng, 2006: 1).

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2

Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Yulian Taviv,

dkk

Pengendalian DBD

melalui

Pemanfaatan

Pemantau Jentik

dan Ikan Cupang di

Kota Palembang,

2010

Kuasi Eksperimen Pemanfaatan ikan

cupang plus

pemantau jentik

lebih efektif

meningkatkan

Angka Bebas Jentik

(ABJ) dan

menurunkan House

Index (HI),

Container Index

(CI), Breteau Index

(BI) dibandingkan

hanya dengan

pemantau jentik.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Yuli

Kusumawati

dan S. Darnoto

Pelatihan

Peningkatan

Kemampuan Kader

Posyandu dalam

Penanggulangan

Demam Berdarah

Dengue (DBD) di

Kelurahan

Joyotakan

Kecamatan

Serengan

Surakarta,

2008

Pre experimental

design dengan

pendekatan one

group pretest-

posttest design

Terjadi peningkatan

pengetahuan peserta

menjadi baik

sebanyak 93,3%.

Hasil pemantuan

jentik

menunjukkan bahwa

60% dari sampel

rumah yang dipantau

ternyata positif

terdapat jentik-jentik

nyamuk Aedes

aegypti

Marini Avilia

Wowiling

Hubungan

Pengetahuan dan

Sikap keluarga

dengan Pencegahan

Demam berdarah

dengue (DBD) di

kelurahan

Mogolaing.

Kuranji Padang ,

2010

Cross sectional, Hasil uji didapatkan

nilai probabilitas

untuk hubungan

pengetahuan

keluarga dengan

pencegahan demam

berdarah dengue

sebesar 0,000

(p>0,05), sedangkan

untuk hubungan

sikap keluarga

dengan pencegahan

demam berdarah

dengue sebesar

0,002 (p<0.05).

Kesimpulan: Ada

Hubungan

Pengetahuan dan

Sikap keluarga

dengan Pencegaha

demam berdarah

dengue di kelurahan

Mogolaing.

Disarankan kepada

petugas-petugas

kesehatan untuk

lebih meningkatkan

pencegahan demam

berdarah dengue

dengan penyuluhan

kepada keluarga-

keluarga agar tetap

melaksanakan

pemberantasan

sarang nyamuk

secara rutin.

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2.3 Kerangka Teori

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2012) dan Depkes RI (2011)

Upaya Pencegahan

Demam berdarah

Dengue (DBD)

Pengetahuan tentang

PHBS

Demam berdarah

Dengue (DBD)

Faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Umur

4. Faktor lingkungan

5. Sosial budaya

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Ha : Ada hubungan pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Pengetahuan tentang

PHBS

Upaya Pencegahan KLB

DBD

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/desain penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut

Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.

Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang

digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil

pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana data yang

menyangkut variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden.

3.2 Populasi, sampel dan teknik sampling

1. Populasi

Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,

masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang

semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik

(Silalahi, 2012). Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat desa

Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang berjumlah

1615 orang.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2. Sampel

Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi

(Silalahi, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien desa Pendem,

Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Arikunto (2010)

menyatakan bahwa apabila subjeknya lebih dari 100 boleh diambil 10 –

15% atau 20 – 25%, sehingga 1615 : 25% = 64 responden. Hasil

perhitungan sampel tiap RT, yaitu

a. RT 7 == 641615

187 x 7 orang

b. RT 8 = == 641615

203 x 8 orang

c. RT 9 = == 641615

198 x 8 orang

d. RT 10 = == 641615

216 x 9 orang

e. RT 11 = == 641615

208 x 8 orang

f. RT 12 = == 641615

226 x 9 orang

g. RT 13 = == 641615

179 x 7 orang

h. RT 14 = == 641615

198 x 8 orang

Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu:

a. Dapat membaca dan menulis

b. Usia 15 – 60 tahun

c. Bersedia menjadi responden

Dalam penelitian ini tidak ada kriteria eksklusi

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian

ini menggunakan cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik yang

digunakan bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas

(Sugiyono, 2010).

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan didesa Pendem, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen pada bulan Desember 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

3.4.1 Varibel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan tentang PHBS.

3.4.2 Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan

demam berdarah dengue.

3.4.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defisinisi

Operasional Alat ukur Skala Kategori

Variabel Independent :

Pengetahuan

tentang

PHBS

Hasil tahu

dan seberapa

jauh dapat

menjawab

dengan benar

tentang

PHBS

Kuesioner

terdiri dari 30

pernyataan

dengan

jawaban benar

dan salah

Ordinal 1. Baik : 76% – 100%

2. Cukup : 56% – 75%

3. Kurang :< 56

Variabel Dependen :

Upaya

pencegahan

DBD

Cara yang

dilakukan

untuk

mencegah

terjadinya

demam

bedarah

dengue

Kuesioner

yang terdiri

dari 25

pernyatan

Ordinal 1. Baik : 76% – 100%

2. Cukup : 56% – 75%

3. Kurang :< 56

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah

daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan

respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup

adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya

(Arikunto, 2010).

1. Variabel pengetahuan

Untuk variabel pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) diukur degnan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini

dengan kriteria positif (favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan

skor 0 bila jawaban salah, pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0

untuk jawaban benar dan dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam

kuesioner dalam penelitian menggunakan skala guttman. Menurut

Hidayat (2011), skala guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan

konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan

tidak, benar dan salah.

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan tingkat pengetahuan

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah Soal

Favorable Unfavorable

Tingkat

pengetahuan

tentang

PHBS

1. Pengertian 1,2,4 3 4

2. Tujuan PHBS 6 5 2

3. Manfaat PHBS 8,10 7,9 4

4. Sasaran PHBS 11,13,14 12 4

5. Indikator

PHBS

16,18,19,21,22

24,25,26,30

15,17,23,

27,29

16

Total 20 10 30

2. Variabel upaya pencegahan DBD

Tabel 3.3 Upaya pencegahan DBD

Variabel Pernyataan Jumlah Soal

Upaya

pencegahan

DBD

1. Membersihkan tempat penampungan air 1

2. Membersihan vas bunga 1 kali seminggu 1

3. Membersihkan tempat minum burung 2 kali

seminggu

1

4. Menutup bak-bak yang tergenang air 1

5. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 1

6. Tidak menggantung pakaian 1

7. Mengubur plastik bekas 1

8. Mengubur tempurung kelapa 1

9. Menutup lubang pohon 1

10. Mengubur kaleng-kaleng bekas 1

11. Mengubur ban bekas 1

12. Mengubur plastik bekas 1

13. Membuang sampah pada tempatnya 1

14. Membuang sampah dan membakarnya 1

15. Mendaur ulang sampah-sampah 1

16. Memakai kelambu 1

17. Memakai lotion anti nyamuk 1

18. Menaburkan bubuk abate 1

19. Menyemprotkan obat anti nyamuk 1

20. Mengupayakan pencahayaan yang memadai 1

21. Memperbaiki saluran talang air yang rusak 1

22. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk 1

23. Memelihara ikan pemakan jentik 1

24. Menata ruangan 1

25. Menyediakan alat perangkap nyamuk 1

Total 25

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian.

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan pada bulan 12 November 2015 di Desa

Pendem RT 15 Sumberlawang Sragen dikarenakan karakteristik responden

sama dengan tempat penelitian. Penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan rumus product moment (Arikunto, 2010). Suatu item dikatakan

valid jika nilai r hitung > rtabel dan bernilai positif. Penelitian ini

menggunakan uji validitas dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0

rumus product moment. Menurut Hidayat (2011), rumus product moment

yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan

taraf signifikan 0,05 dan rtabel. Setelah dilakukan uji validitas dari variabel

pengetahuan yang terdiri 30 pernyataan didapatkan 2 nomor tidak valid

yaitu nomor 23 dan 28 karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel (0,361),

untuk selanjutnya pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam

kuesioner penelitian. Sedangkan untuk kuesioner upaya pencegahan dari

25 pernyataan didapatkan pernyataan nomor 23 tidak valid.

( ) ( ) }Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2 SSS-S

SSS=

Nrxy

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus

Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

úû

ùêë

é S-úû

ùêë

é-

=t

b

k

kr

2

2

11 11 s

s

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2

= Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria

(0,60) (Ghozali, 2009). Setelah dilakukan uji reliabilitas kuesioner

pengetahuan didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,875 > 0,60 dan

kuesioner upaya pencegahan didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar

0,872 > 0,60, sehingga instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat

pengumpulan data.

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

3.5.2 Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti

mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diiperoleh dari

primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner

pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta upaya

pencegahan DBD.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder didapatkan dari Desa

Pendem yaitu jumlah masyarakat Desa Pendem.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan data

Teknik pengolahan data dan analisa data adalah langkah terpenting

untuk memperoleh hasil atau simpulan dari masalah yang diteliti. Data

yang sudah terkumpul sebelum dianalisis harus selalu melalui pengolahan

data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul, maka langkah yang

dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data

(Notoatmodjo, 2012) adalah:

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya. Untuk variabel pengetahuan tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) diukur degnan kuesioner. Kuesioner dalam

penelitian ini dengan kriteria positif (favorable) dengan skor 1 untuk

jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah, pernyataan negatif

(unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan dengan skor 1

untuk jawaban salah.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

d. Memasukkan data (data entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau soffware komputer.

e. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

3.6.2 Rencana Analisis data

1. Analisis univariat

Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau menilai

karakteristik responden, pengetahuan dan upaya pencegahan DBD.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi. Teknik analisa ini digunakan

untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel, jika ada

hubungan maka berapa besar pengaruhnya. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi

Somer’s D. Teknik analisis ini digunakan untuk menyelesaikan kasus

dengan skala data ordinal. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

Ns: Concordant (P)

Nd: Discordant (Q)

Ty: Pasangan Kolom

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Dikatakan ada hubungan yang signifikan jika nilai Z Score > +Z Tabel,

maka ada hubungan yang siginifikan tingkat Pengetahuan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam

Berdarah Dengue (DBD) atau H1 diterima dan H0 ditolak .

3.7 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian

yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.

Menurut Hidayat (2011), etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui damapaknya, jika subyek bersedia maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa

informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut anatara lain

pratisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang

akan terjadi, mafaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan

lain-lain.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat, 2011).

3.8 Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan proposal

Sebelum melakukan penyusunan proposal terlebih dahulu peneliti

melakukan survey dan observasi awal di Desa Pendem, Sragen.

b. Permohonan izin tempat penelitian

Mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada pihak akademis

yang digunakan sebagai surat tembusan kepada Kepala Desa Pendem,

Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Meminta data nama dan jumlah pasien di di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

b. Mengambil sampel di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen.

c. Meminta pasien dibantu peneliti untuk mengisi kuesioner tersebut.

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh data terkumpul oleh peneliti, kemudian data diolah dalam

bentuk penyajian kategorik dan dianalisis menggunakan bantuan SPSS

dan dilakukan penyusunan bab IV dan V yang berisi hasil dan pembahasan

dan selanjutnya dilakukan seminar skripsi.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian mengambil judul hubungan tingkat pengetahuan PHBS

dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem,

Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dengan 64 responden.

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:

4.1.1 Umur responden

Hasil karakteristik umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

No Umur Frekuensi %

1

2

3

26 – 40 tahun

41 – 55 tahun

56 – 58 tahun

29

33

2

45,3

51,6

3,1

Total 64 100

Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui responden mayoritas

berumur 41 – 55 tahun yaitu sebanyak 33 responden (51,6%).

4.1.2 Pendidikan Responden

Hasil karakteristik pendidikan responden dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %

1

2

3

4

SD

SMP

SMA

Sarjana

2

31

28

3

3,1

48,4

43,8

4,7

Total 64 100

Sumber: Data Primer (2015)

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Berdasarkan tabel 4.2 mayoritas responden dengan tingkat pendidikan

SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%).

4.1.3 Pekerjaan

Hasil karakteristik pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.3 Kakateristik responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1

2

3

4

Petani

Buruh

PNS

Pensiunan

41

18

3

2

64,1

28,1

4,7

3,1

Total 64 100

Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.3 pekerjaan responden dapat diketahui mayoritas

bekerja sebagai petani dengan jumlah sebanyak 41 responden (64,1%).

4.2 Tingkat Pengetahuan PHBS

Hasil tingkat pengetahuan PHBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan PHBS

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

6

38

20

9,4

59,4

31,2

Total 64 100

Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas pengetahuan tentang PHBS mayoritas

tingkat pengetauan cukup yaitu sebanyak 38 responden (59,4%) .

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

4.3 Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Hasil Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

No Upaya Pencegahan DBD Frekuensi %

1

2

3

Baik

Cukup

Kurang

5

37

22

7,8

57,8

34,4

Total 64 100

Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas upaya pencegahan demam berdarah

dengue pada kategori cukup yaitu sebanyak 37 responden (57,8%).

4.4 Analisa bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu tingkat

pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Somer’s D dengan

program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Korelasi Somer’s D

Value

Asymp. Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers' d Symmetric .668 .097 6.013 .000

Pengetauan

Dependent .668 .098 6.013 .000

Upaya Pencegahan

Dependent .669 .101 6.013 .000

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Hasil analisis somer’s D dengan ada hubungan tingkat pengetahuan

PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa

Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ditunjukkan dengan

signifikan 0,000 dengan arah hubungan positif sebesar 0,668 sehingga

menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan PHBS dengan

upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab V atau pembahasan berisi tentang hasil penelitian yang didapat

oleh peneliti yang dibandingkan dengan teori serta peneliti-peneliti sebelumnya

yang meliputi kesenjangan atau kesamaan teori yang ada atau mendukung

penelitian terdahulu.

5.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan umur responden mayoritas berumur 41 – 55 tahun yaitu

sebanyak 33 responden (51,6%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat

seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan kematangan

jiwa.

Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik

dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas

empat (4) kategori pertumbuhan yaitu pertumuhan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini

terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental,

taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Wawan dan

Dewi, 2011).

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini (Wawan dan Dewi, 2011).

Berdasarkan tingkat pendidikan responden mayoritas tingkat

pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). Menurut Wawan dan

Dewi (2011), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin

tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi

dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka

akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan

informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal (Wawan dan Dewi, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan responden dapat diketahui

mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 41 responden (64,1%).

Menurut Wawan dan Dewi (2011), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

5.2 Tingkat pengetahuan PHBS

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang PHBS

mayoritas tingkat pengetauan cukup dengan menjawab dengan benar dari 28

kuesioner pengetahuan PHBS sebesar 55 – 75% yaitu sebanyak 38 responden

(59,4%). Menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan

merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan

manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud

barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang

dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan

masalah kejiwaan. Sedangkan menurut Nasir (2011), pengetahuan adalah

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat

atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.

Menurut Nasir (2011), pengetahuan biasa disebut juga knowledge of the

man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.

Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subyektif

artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan demikian

pengetahuan perilaku hidup sehat dan bersih pada tahap pertama memiliki

sifat selalu benar sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal

atau tidak ada penyimpangan.

Pengetahuan tingkat perilaku hidup sehat dan bersih ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan tentang perilaku hidup sehat dan bersih.

5.3 Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas upaya pencegahan demam

berdarah dengue pada kategori cukup yaitu menjawab dengan benar dari 24

kuesioner sebesar 55 – 75% sebanyak 37 responden (57,8%). Menurut Depkes

(2006), upaya pemberantasan penyakit demam bedarah dengue dilaksanakan

dengan cara tepat guna oleh pemeritah dan peran serta masyarakat yang

meliputi: membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali Seperti

divas bunga, air tempat minum burung, Menutup rapat-rapat tempat

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

penampungan air, seperti : tempayan, bak mandi, dan tempat penempungan air

bersih yang memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk, hendaknya

ditutup rapat-rapat, menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1

minggu sekali Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air

bersih, hendaknya dikuras maksimal 1 minggu sekali, mengubur Barang-

barang bekas bekas Barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti

ban bekas, kaleng-kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI,

2006).

Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya Seperti plastik

bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain, yang

dapat menampung air hujan hendaknya dibuang di tempat sampah dan

segeralah membakarnya, faktor risiko tertular penyakit demam berdarah

adalah rumah atau lingkungan dengan baju atau pakaian bergantungan yang

disukai nyamuk untuk beristirahat, memakai kelambu, memakai lotion anti

nyamu, pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau minyak

anti nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti, Menaburkan

bubuk abate Satu sendok makan (± 10 gram) untuk 100 liter air. Obat abate ini

mirip dengan garam dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam wadah-wadah

air di dalam rumah. Setelah ditaburkan obat ini kan membuat lapisan pada

dinding wadah yang ditaburi obat ini. Lapisan ini bertahan sampai beberapa

bulan kalau tidak disikat dan memelihara ikan pemakan jentik.

5.4 Hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Hasil analisis somer’s D dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan

ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen.

Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 6 responden (9,4%) dengan upaya pencegahan cukup sebanyak 2

responden (3,1%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 1 responden

(1.6%).

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan salah satunya adalah pekerjaan. Pekerjaan merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Tingkat pengetahuan cukup sebanyak 38 responden dengan upaya

pencegahan baik sebanyak 2 responden (3,1%), upaya pencegahan cukup

sebanyak 32 responden (50%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 4

responden (6,2%).

Tingkat pengetahuan kurang terdapat sebanyak 20 responden (31,2%)

dengan upaya pencegahan baik tidak ada, upaya pencegahan cukup sebanyak

3 responden (4,7%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 17 responden

(26,6%).

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor yang mempengruhi

pengtahuan salah satunya yaitu pendidikan. Berdasarkan tingkat pendidikan

responden mayoritas tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden

(48,4%). Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya

pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

Hasil penelitian sejalan penelitian yang dilakukan oleh Wowiling yang

meneliti hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan

demam berdarah dengue di kelurahan Mogolaing dengan hasil uji didapatkan

nilai probabilitas untuk hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan

demam berdarah dengue sebesar 0,000 (p>0,05), sedangkan untuk hubungan

sikap keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue sebesar 0,002

(p<0.05).

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

BAB VI

PENUTUP

Hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya

pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat disimpulkan sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Karakteristik responden mayoritas berumur 41 – 55 tahun yaitu sebanyak

33 responden (51,6%), mayoritas responden dengan tingkat pendidikan

SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%) dan mayoritas bekerja sebagai

petani dengan jumlah sebanyak 41 responden (64,1%).

6.1.2 Tingkat pengetahuan tentang PHBS mayoritas tingkat pengetauan cukup

yaitu sebanyak 38 responden (59,4%).

6.1.3 Upaya pencegahan demam berdarah dengue pada kategori cukup yaitu

sebanyak 37 responden (57,8%).

6.1.4 Ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan

Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

6.2 Saran

6.2.1 Tenaga kesehatan

Perlunya peningkatan penyuluhan dengan memberikan edukasi tentang

pemberantasan penyakit DBD pada seluruh warga masyarakat melalui

kader-kader peserta pelatihan serta pembentukan petugas pemantau jentik

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

berkala, yang memantau jentik di rumah-rumah warga dan memberikan

saran untuk melakukan 3M dalam mencegah terjangkitnya penyakit DBD.

6.2.2 Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan suatu kebijakan terkait dengan

pengawasan terhadap praktik pencegahan DBD serta memfasilitasi

penyediaan kader PSN sehingga dapat memantau secara langsung praktik

pencegahan DBD di masyarakat.

6.2.3 Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut penelitan yang

sejenis dengan meneliti faktor-fakto yang mempengaruhi terjadi kejadian

DBD

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dinkes Jawa Tengah. (2009). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id.

Diakses tanggal 20 Mei 2015

Depkes Jawa Tengah. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.

Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id.

Diakses tanggal 20 Juli 2015

Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik

Marini Avilia Wowiling (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga

dengan Pencegahan Demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan

Mogolaing. Kuranji Padang. portalgaruda.org/article.php?...diakses

tanggal 15 Agustus 2015

Maryunani, Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:

Trans Info Media

Mubarak, Wahid Iqbal. (2012). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta:

Salemba Medika

Nasir. Abd, (2011). Buka Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Medikal Book.

Nototatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Nototatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :

Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU · PDF file2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD 40 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Proverawati, Atikah. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Yogyakarta: Nuha Medika

Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia

Press

Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Sudayasa, P. (2009). 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga.

http://www.puskel.com. Diakses 20 Agustus 2015

Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Wawan dan Dewi (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta: Medical Book

Yulian Taviv, dkk, (2010). Pengendalian DBD melalui Pemanfaatan Pemantau

Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38,

No. 4, 2010: 215 – 224.

digitaljournals.org/index.php/BPKESE/article/download/.../102. Diakses

tanggal 20 Juli 2015

Yuli Kusumawati dan S. Darnoto (2008). Pelatihan Peningkatan Kemampuan

Kader Posyandu dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta. Warta, Vol .11, No.

2, September 2008: 159 – 169

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/.../159-169.pdf.

Diakses tanggal 20 Juli 2015