hubungan asupan vitamin a dan vitamin c dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN A DAN VITAMIN C
DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK PADA
ORANG DENGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (ODHIV)
DI BALAI REHABILITASI SOSIAL BAHAGIA MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
FESTIANA GLORYA SIMANJUNTAK
P01031116022
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2019
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN A DAN VITAMIN C
DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK PADA
ORANG DENGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (ODHIV)
DI BALAI REHABILITASI SOSIAL BAHAGIA MEDAN
Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Diploma III di Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
FESTIANA GLORYA SIMANJUNTAK
P01031116022
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2019
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul : Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C
Dengan Infeksi Oportunistik Pada Orang
Dengan Human Immunodeficiency Virus
(ODHIV) Di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia
Medan
Nama Mahasiswa : Festiana Glorya Simanjuntak
NIM : P01031116022
Program Studi : Diploma III
Menyetujui :
Ginta Siahaan, DCN, M.Kes Pembimbing Utama/Ketua Penguji
Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes Rohani Retnauli Simanjuntak, S.Gz, M.Gizi Anggota Penguji I Anggota Penguji II
Mengetahui Ketua Jurusan
Dr. Oslida Martony, SKM. M.Kes NIP. 196403121987031003
Tanggal Lulus: 15 Februari 2019
iv
ABSTRAK
FESTIANA GLORYA SIMANJUNTAK “HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN A DAN VITAMIN C DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK PADA ORANG DENGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (ODHIV) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL BAHAGIA MEDAN” (DIBAWAH BIMBINGAN GINTA SIAHAAN, DCN, M.Kes)
HIV adalah Ribonucleic acid (RNA) retrovirus yang menyebabkan AIDS. Setelah terinfeksi HIV, status gizi bisa menurun sehingga menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan membuat perkembangan HIV semakin cepat. Infeksi oportunistik merupakan infeksi penyerta yang umum diderita ODHIV dan organ-organ tubuh manusia yang dapat terserang infeksi oportunistik, seperti saluran napas, saluran pencernaan, neurologis, kulit, dan lain sebagainya. Asupan Vitamin A berpengaruh pada fungsi sistem kekebalan tubuh. Vitamin C memiliki peran dalam meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Sehingga kecukupan asupan vitamin A dan vitamin C berperan membantu menekan infeksi oportunistik.
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan vitamin A dan vitamin C dengan infeksi oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan.
Penelitian ini bersifat Observasional dengan desain Cross sectional dan data dianalisis menggunakan Uji korelasi pearson untuk mengetahui hubungan asupan vitamin A dan vitamin C dengan infeksi oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan asupan vitamin A dan vitamin C dengan infeksi oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai media informasi untuk Orang dengan HIV.
Kata kunci : Asupan Vitamin A, Asupan Vitamin C, Infeksi Oportunistik, ODHIV.
v
ABSTRACT
FESTIANA GLORYA SIMANJUNTAK "CORRELATION BETWEEN VITAMIN A AND VITAMIN C INTAKE WITH OPORTUNISTIC INFECTION IN PEOPLE WITH HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS AT BAHAGIA SOCIAL REHABILITATION CENTER OF MEDAN" (CONSULTANT: GINTA SIAHAAN, DCN, M.Kes)
HIV is a Ribonucleic acid (RNA) retrovirus that causes AIDS. After being infected with HIV, nutritional status can decrease, causing a decrease in immunity and make the development of HIV faster. Opportunistic infections are comorbid infections commonly suffered by people with HIV and human organs that can be attacked by opportunistic infections, such as the airways, digestive tract, neurological, skin, and etc. Vitamin A intake affects the function of the immune system. Vitamin C has a role in increasing resistance to infection. So that adequate intake of vitamin A and vitamin C plays role in helping suppress opportunistic infections.
The general objective of this study was to determine the relationship between vitamin A and vitamin C intake with opportunistic infection in ODHIV at Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan.
This research is observational with cross sectional design and data were analyzed using pearson correlation test to determine correlation between vitamin A and vitamin C intake with opportunistic infections in people with HIV at Bahagia Social Rehabilitation Center in Medan.
The results showed that there was correlation between vitamin A and vitamin C intake with opportunistic infections in people with HIV at Bahagia Social Rehabilitation Center in Medan. It is hoped that this research can be an information media for people with HIV.
Keywords: Vitamin A intake, Vitamin C intake, Opportunistic infections, People with HIV.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Asupan Vitamin
A dan Vitamin C dengan Infeksi Opportunistik pada Orang dengan Human
Immunodeficiency Virus (ODHIV) di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia
Medan”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini dengan ketulusan hati maka penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan
2. Bapak Ginta Siahaan, DCN, M.Kes selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.
3. Bapak Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes, selaku penguji I dan Ibu
Rohani Retnauli Simanjuntak, S.Gz, M.Gizi selaku penguji II yang telah
banyak memberi masukan dan saran kepada penulis.
4. Bapak Sri Wibowo selaku kepala Balai Rehabilitasi dan seluruh
pengurus yang sudah memberikan ijin lokasi untuk melakukan
penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ganefo Simanjuntak dan Ibu
Rinauli Tobing. Terimakasih atas dukungan, baik moral maupun
moril dan kasih sayang serta doa-doa yang tidak dapat terbalas.
6. Kepada saudara/i dari penulis, Richat Gohi Simanjuntak, Ade
Yohana Simanjuntak, dan Ruhut Simanjuntak yang telah
memberikan motivasi dan dukungan kepada saya.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih ada
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan sumbang saran dari semua
pihak dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................... 3
C. Tujuan penelitian ............................................................. 4
1. Tujuan Umum ............................................................ 4
2. Tujuan Khusus ........................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 4
1. Bagi Penulis ............................................................... 4
2. Bagi Penerima Manfaat di Panti Sosial (ODHIV) ........ 4
3. Bagi Pemerintahan ..................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6
A. HIV/AIDS........................................................................ 6
1. Defenisi HIV-AIDS .................................................... 6
2. Tanda dan Gejala ..................................................... 6
3. Cara Penularan ......................................................... 7
4. Perjalanan HIV .......................................................... 7
a. Stadium Inkubasi ................................................. 7
b. Stadium Awal ...................................................... 8
c. Stadium Tenang (Window Period) ....................... 8
d. Stadium AIDS (Full Blown) .................................. 8
viii
5. Patogenesis .............................................................. 8
B. Infeksi Oportunistik ......................................................... 9
C. Vitamin Antioksidan ........................................................ 10
1. Vitamin A .................................................................. 10
a. Pengertian ........................................................... 10
b. Fungsi Vitamin A ................................................. 10
c. Sumber Vitamin A ................................................ 10
d. Kebutuhan Vitamin A ........................................... 11
e. Akibat kekurangan dan kelebihan ........................ 12
2. Vitamin C .................................................................. 12
a. Pengertian ........................................................... 12
b. Fungsi Vitamin C ................................................. 12
c. Sumber Vitamin C ............................................... 12
d. Kebutuhan Vitamin C ........................................... 13
e. Akibat kekurangan dan kelebihan ........................ 14
D. Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C dengan Infeksi
Opportunistik .................................................................. 14
E. Pengukuran Asupan Zat Gizi Dengan Metode Recall 24 Jam 15
1. Pengertian ................................................................ 15
2. Prosedur Recall 24 Jam ............................................ 15
3. Kelebihan metode Recall 24 Jam.............................. 15
4. Kekurangan metode Recall 24 Jam .......................... 16
F. Kerangka Konsep ........................................................... 16
G. Defenisi Operasional ...................................................... 17
H. Hipotesis Penelitian ........................................................ 18
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................ 19
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian.......................................... 19
B. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................... 19
C. Populasi dan Sampel ..................................................... 19
1. Populasi .................................................................... 19
2. Sampel .................................................................... 19
D. Jenis dan Pengumpulan data ......................................... 19
ix
1. Jenis Data ................................................................. 19
2. Cara pengumpulan data ........................................... 20
a. Sebelum penelitian .............................................. 20
b. Saat penelitian ..................................................... 20
1) Data primer .................................................... 20
2) Data sekunder ................................................ 21
E. Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 22
1. Pengolahan Data ...................................................... 22
a. Data asupan vitamin A dan vitamin C .................. 22
b. Data Infeksi Oportunistik ...................................... 22
2. Analisis data ............................................................. 22
a. Analisis univariat .................................................. 22
b. Analisis bivariat.................................................... 22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 24
A. Gambaran Umum Lokasi ............................................... 24
B. Gambaran Karakteristik Sampel ..................................... 25
1. Jenis Kelamin Sampel .............................................. 25
2. Umur Sampel ............................................................ 26
3. Pendidikan Sampel ................................................... 27
4. Kategori Kadar CD4 .................................................. 28
C. Nilai Rata-rata Asupan Vitamin A dan Vitamin C ............ 29
D. Nilai Rata-rata Infeksi Oportunistik ................................. 30
E. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Infeksi Oportunistik 31
F. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik 32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 34
A. Kesimpulan .................................................................... 34
B. Saran ............................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 36
LAMPIRAN ...................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
1. AKG Vitamin A di Indonesia ........................................................ 11
2. AKG Vitamin C di Indonesia ........................................................ 13
3. Defenisi Operasional ................................................................... 17
4. Nilai Rata-rata Asupan Vitamin A dan Vitamin C pada ODHIV .... 29
5. Nilai Rata-rata Infeksi Oportunistik .............................................. 30
6. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Infeksi Oportunistik ........... 31
7. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik ........... 32
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep ........................................................................ 16
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 25
3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur .......................................... 26
4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan ................................. 27
5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar CD4 ................................. 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Master Tabel ............................................................................... 41
2. Distribusi Frekuensi ..................................................................... 43
3. Hasil Uji Statistik .......................................................................... 45
4. Informed consent ......................................................................... 48
5. Kuisioner Penelitian ..................................................................... 49
6. Formulir Infeksi Oportunistik ........................................................ 50
7. Hasil Food Recall 24 jam Asupan Vitamin A dan Vitamin C ....... 51
8. Surat Pernyataan ........................................................................ 54
9. Daftar Riwayat Hidup................................................................... 55
10. Lembar Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah ................................ 56
11. Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah ............................................. 57
12. Dokumentasi ............................................................................... 59
13. Surat Keterangan ........................................................................ 60
14. Persetujuan KEPK Tentang Pelaksana Penelitian Bidang Kesehatan 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyerang sistem imun tubuh sedangkan Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan karena
menurunnya sistem imun tubuh karena terinfeksi virus HIV (Dinkes, 2016).
HIV adalah Ribonucleic acid (RNA) retrovirus yang menyebabkan AIDS
(Darmadi, 2012). Setelah terinfeksi HIV, status gizi bisa menurun sehingga
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan membuat perkembangan
HIV semakin cepat (Duggal, 2012 dalam Nawan, 2017)
Di dunia penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus)
pada tahun 2016 terdata sekitar 31,1 juta-43,9 juta manusia yang hidup
dengan HIV dan pada tahun 2017 bertambah sekitar 1,4 juta-2,4 juta
kasus baru. Prevalensi kasus HIV tahun 2017 di Negara bagian timur
Eropa dan Asia Tengah jumlahnya sama, yaitu berada diantara 1,3 juta-
1,6 juta penduduk negara tersebut yang hidup dengan HIV (UNAIDS,
2018). Sedangkan di Indonesia prevalensi kasus HIV pada tahun 2017
jumlah kasus baru ada sebanyak 33.660 (Kemenkes, 2018).
Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menemukan kasus
HIV baru di Bali sebanyak 1.931, Papua sebanyak 3.046 dan Jawa Barat
sebanyak 4.208. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara ditemukan yaitu
sebanyak 1.469, lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi daerah
Bali, Papua dan Jawa Barat (Kemenkes, 2018). Pada tahun 2018 data
dari Ketua Yayasan Medan Plus pemberdayaan ODHA di wilayah
Sumatera Utara ada mencapai 5000 orang dengan kasus HIV yang sudah
terdata namun belum dapat ditanggulangi dengan baik. Melihat dari
prevalensi yang cukup besar di beberapa daerah di Indonesia dapat
dikatakan bahwa masalah HIV sekarang ini seperti fenomena gunung es.
Prevalensi Kota Medan jumlah kasus baru HIV positif di Tahun
2016 sebanyak 453 kasus (Dinkes, 2016). Berdasarkan informasi dari
2
salah satu Rumah Sakit di Medan yang menangani kasus HIV/AIDS yaitu
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia, jumlah ODHA yang terdaftar pada
tahun 2017 terdapat 79 orang, 8 orang diantaranya telah meninggal dunia
dan pada tahun 2018 terdapat 72 orang, 15 orang diantaranya telah
meninggal dunia.
Virus HIV sendiri menyerang reseptor permukaan sel T Cluster of
Diferrent 4 (CD4) atau Limphosit T yang ada pada tubuh manusia. Sel T
CD 4 tersebut merupakan sel imunitas yang ada pada tubuh manusia dan
indikator penentuan status imunitas ODHA. Kadar CD4 normal dalam
tubuh manusia berada diantara 500-1500 sel/uL (Pohan, 2006). Jumlah
CD4 yang menurun menunjukkan terjadi defisiensi imun dan
menyebabkan individu lebih rentan terkena infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik sendiri merupakan infeksi penyerta yang umum diderita
ODHIV dan biasanya menyerang organ-organ tubuh seperti saluran
napas, saluran pencernaan, neurologis, kulit, dan lain sebagainya (Putri,
2015).
Dukungan dari faktor kecukupan nutrisi merupakan bagian integral
dari respon konprehensif terhadap ODHA, membantu dalam memelihara
sistem imunitas tubuh dan mempertahankan derajat aktivitas fisik yang
sehat. Status gizi buruk pada ODHA disebabkan asupan gizi tidak adekuat
dan tidak mampu memenuhi zat gizi baik mikro maupun makro sehingga
dapat mempercepat terjadinya infeksi oportunistik. (Kemenkes, 2010).
Vitamin A merupakan vitamin yang berpengaruh terhadap fungsi
kekebalan tubuh pada manusia (Azrimaidaliza, 2007). Asupan vitamin A
berkaitan dengan fungsi sistem imun karena defisiensi vitamin A
meningkatkan resiko penyakit infeksi (Wahlqvist, 2002 dalam
Azrimaidaliza, 2007).
Vitamin C merupakan vitamin yang berperan untuk melindungi sel-
sel dan jaringan-jaringan dari kerusakan yang diakibatkan oleh oksigen
reaktif dan spesies nitrogen yang dapat meningkat selama menderita
penyakit infeksi menular (Pettalolo, 2015). Winarsi (2007) dalam Siswanto
2013, mengatakan bahwa vitamin C menaikkan tingkat imunitas dengan
3
menstimulasi pembentukan interferon yang dapat melindungi sel dari
serangan virus.
Berbagai upaya riset yang telah dilakukan para peneliti hingga saat
ini belum menemukan obat yang mampu untuk mencegah dan
menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Studi yang dilakukan Nicholas et al.,
(2003) dalam Pettalolo 2015, mengatakan bahwa dengan pemberian
antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C yang tinggi dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres dari infeksi HIV melalui
hambatan dalam pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) serta
pengaruhnya pada kadar Nitric Oxide (NO) yang diproduksi. ROS
merupakan radikal bebas berupa oksigen dan turunannya yang sangat
reaktif sehingga dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif terhadap
molekul protein, DNA (Deoxyribonucleic Acid), lemak, membrane sel, dan
komponen jaringan yang lain. ROS dihasilkan pada saat terjadinya
metabolisme oksidatif dalam tubuh seperti proses oksidasi makanan yang
menjadi energi. Karena itu maka peran vitamin A dan vitamin C sebagai
antioksidan sangat penting dalam menjaga tubuh agar lebih kuat melawan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi
(Generasibiologi, 2018).
Sumatera Utara memiliki Balai Rehabilitasi Sosial ODHIV Bahagia
di Kota Medan, berada dibawah naungan Kementerian Sosial yang
bertujuan untuk membantu memberi motivasi bagi mereka agar mereka
lebih semangat dan lebih produktif. Menurut kepala Balai, ada 40 orang
ODHIV yang diterima setiap 6 bulan sekali dengan cakupan wilayah pulau
Sumatera dan Kalimantan.
Berdasarkan hal diatas peneliti juga tertarik untuk meneliti
hubungan asupan vitamin A dan vitamin C yang dikonsumsi ODHIV
dengan Infeksi Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial
Bahagia di Kota Medan.
B. Rumusan Masalah
4
Adakah hubungan asupan vitamin A dan vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitas Sosial Bahagia Medan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan asupan vitamin A dan vitamin C
dengan Infeksi Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial
Bahagia Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai asupan vitamin A pada ODHIV di Balai Rehabilitasi
Sosial Bahagia Medan.
b. Menilai asupan vitamin C pada ODHIV di Balai Rehabilitasi
Sosial Bahagia Medan.
c. Menilai Infeksi Oportunistik yang terjadi pada ODHIV di Balai
Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan.
d. Menganalisis hubungan asupan vitamin A dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia
Medan.
e. Menganalisis hubungan asupan vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia
Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ODHIV
Sebagai informasi kepada ODHIV tentang pentingnya asupan
vitamin A dan vitamin C untuk memelihara imunitas tubuh ODHIV
serta hubungan asupan vitamin A dan vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik.
2. Bagi pegawai di Balai Rehabilitasi Sosial
Sebagai acuan dalam pembuatan siklus menu dan pemilihan jenis
makanan yang mengandung tinggi vitamin A dan vitamin C, karena
5
merupakan zat gizi yang berperan mempertahankan sistem imun
dan mengurangi kejadian infeksi oportunistik pada ODHIV di Balai
Rehabilitasi Sosial.
3. Bagi pemerintahan
Sebagai informasi dan acuan dalam membuat program berkaitan
dengan kesehatan ODHIV, dimana pentingnya asupan vitamin A
dan vitamin C yang merupakan vitamin antioksidan agar menekan
terjadinya infeksi oportunistik pada ODHIV.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIV-AIDS
1. Defenisi HIV-AIDS
WHO menyatakan bahwa HIV adalah retrovirus yang
menyerang sel-sel pada sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel
darah putih di dalam tubuh, yakni sel limfosit , sel CD4 dan komponen
utama pada sistem imunitas tubuh, sehingga tubuh kehilanggan
imunitas dan kekebalan terhadap serangan yang masuk sehingga
tubuh menjadi lemah serta rentan terinfeksi. AIDS merupakan
kumpulan gejala yang timbul akibat defisiensi imunitas tubuh. Ditandai
dengan timbulnya serangkaian infeksi dan serangan berbagai penyakit
terhadap tubuh, tanpa adanya pertahanan dan kekebalan tubuh, daya
tahan tubuh dapat menurun drastis.
Sel CD4 merupakan bagian sel darah putih atau limfosit. Sel
tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita.
Sel CD4 disebut juga sebagai sel-T. Sel CD4 adalah sel-T yang
mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja
sebagai „reseptor‟ untuk HIV (Jalil, 2017).
2. Tanda dan Gejala
Setelah seseorang terinfeksi virus HIV, beberapa orang
mungkin tidak menunjukkan gejala dan beberapa orang menunjukkan
gejala, menurut Healthdirect (2013) gejalanya seperti:
a. Demam
b. Sakit kepala
c. Kelelahan
d. Ruam-ruam merah
Gejala-gejala dari terinfeksi HIV berkembang, seperti:
a. Kelelahan yang terus-menerus.
b. Pembengkakan kelenjar.
c. Penurunan berat badan yang cepat.
7
d. Berkeringat dimalam hari.
e. Diare
3. Cara Penularan
Virus HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh manusia yang
telah terinfeksi virus HIV, walaupun orang yang teinfeksi virus tersebut
belum menunjukkan keluhan dan gejala penyakit. Virus ini dapat
ditularkan jika terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh (air susu
ibu, cairan semen, cairan vagina, darah). Dosis virus memegang peran
penting. Semakin besar jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh,
semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus yang paling
banyak terdapat pada darah, sperma, cairan vagina, servik dan cairan
otak. Dalam saliva, air mata, urine, keringat, dan ASI hanya ditemukan
dalam jumlah yang sedikit sekali. Ada 3 cara penularan HIV, yaitu:
a. Hubungan seksual
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik
c. Secara vertikal, dari ibu hamil kepada bayi yang akan dilahirkan
(Notoatmojo, 2007).
4. Perjalanan HIV
Sejak terinfeksi HIV sampai dengan AIDS, bukan hal mudah
menyatakan seseorang mengidap HIV hanya dengan melihat fisiknya,
tetapi secara dini seseorang dapat diketahui terinfeksi HIV/AIDS
dengan uji HIV di laboratorium. Seseorang yang tertular HIV melalui
tahapan (stadium). Menurut Palang Merah Indonesia (2010)
tahapannya sebagai berikut:
a. Stadium Inkubasi
Virus menginfeksi tubuh dan bersembunyi dalam sel darah
putih. Umumnya ditahap ini belum menunjukkan gejala. Sebagian
orang mungkin merasa lelah dan kehilangan selera makan. Pada
masa ini, HIV dalam darah belum dapat ditentukan, namun
seseorang yang telah terinfeksi sudah mampu menularkan HIV
pada orang lain.
8
b. Stadium Awal
Setelah 2-6 bulan, kemudian pemeriksaan darah
menunjukkan tanda HIV positif atau disebut seropositif. Artinya
dalam tubuh orang tersebut telah terbentuk zat anti (Antibodi)
terhadap virus HIV. Seseorang yang seropositif HIV, kemungkinan
dapat tetap sehat, atau menderita tanda atau gejala kesakitan
antara lain: Pembengkakan kelenjar getah bening, berkurangnya
berat badan, berkeringat, diare dan beberapa infeksi ringan.
c. Stadium Tenang (Window Period)
Masa ini umumnya berjalan antara 2 – 10 tahun, rata-rata 5
tahun. Pada masa ini orang yang seropositif terhadap HIV
secara fisik pada umunya ada yang kelihatan sehat dan normal,
namun ada juga yang merasakan sakit ringan yang umum. Namun,
secara perlahan-lahan HIV mulai menghancurkan sistem kekebalan
tubuhnya.
d. Stadium AIDS (Full Blown) :
Pada masa ini virus bisa menghancurkan sebagian besar
atau seluruh sistem kekebalan tubuh, sehingga mulai muncul
adanya infeksi lainnya antara lain penyakit serius di saluran cerna,
kanker kulit, TBC, penyakit syaraf, radang paru-paru dan berbagai
kanker lainnya. Hal tersebut biasanya terjadi setelah 5-10 tahun
terinfeksi virus HIV. Penyakit-penyakit ini sulit disembuhkan dan
umumnya bila keadaan penderita semakin memburuk, penyakit
tersebut dapat menyebabkan kematiannya.
5. Patogenesis
HIV menyerang CD4 baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik
mengakibatkan terhambatnya fungsi sel T. Secara tidak langsung,
lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti p24
berinteraksi dengan CD4 yang kemudian akan mengakibatkan
terhambatnya aktivasi sel yang memproduksi antigen. Hilangnya fungsi
CD4 menyebabkan gangguan imunologis yang progresif dan
9
menimbulkan gejala-gejala penyakit yang disebut Infeksi Oportunistik
(Djoerban, 2001).
B. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik merupakan infeksi mikroorganisme yang muncul
karena adanya kesempatan untuk timbul pada kondisi-kondisi yang
memungkinkan (Widiyanti, 2015). Manusia dalam tubuhnya membawa
bakteri, protozoa, jamur dan virus. Pada kondisi tubuh yang sehat
predator tersebut dapat dikendalikan, namun pada sistem kekebalan
tubuh yang terserang virus HIV, bakteri, protozoa, jamur dan virus lain
akan mengakibatkan infeksi oportunistik (The Aids, 2015). Contohnya
yang disebabkan oleh bakteri (tuberculosis), virus (herpes simplex virus
dan oral hairy leukoplakia), jamur (kandidiasis), parasit (kriptosporidiosis)
(Jamil, 2014). Dan juga infeksi oportunistik dapat menyerang berbagai
macam organ, seperti saluran napas, saluran pencernaan, neurologis,
kulit, dan lain sebagainya (Putri, 2015).
Infeksi opportunistik terjadi berkaitan dengan asupan zat gizi baik
makro maupun mikro, seperti asupan vitamin A dan vitamin C yang
merupakan bagian dari vitamin antioksidan, semakin baik kecukupan
asupan zat gizi semakin kecil kemiungkinan terjadinya infeksi
opportunistik (kemenkes 2016). Kadar CD 4 ODHA juga berkaitan dengan
resiko terjadinya infeksi yaitu, ODHA dengan jumlah sel CD4 <200 sel/mm
enam kali lebih rentan dalam perkembangan infeksi oportunistik
dibandingkan dengan jumlah sel CD4 >350 sel/mm3 (Ghate, 2009 dalam
Yuliyanasari, 2017)
Infeksi opportunistic pada ODHIV bentuknya sama seperti penyakit
infeksi yang diderita oleh seseorang yang tidak terinfeksi HIV, sehingga
sering sekali dalam penanganan terjadi kesalahan. Infeksi oportunistik
yang sering terjadi di Indonesia antara lain: gangguan pernapasan (batuk
berkepanjangan, TB), Kandidiasis oral, diare kronis dan pneumonia.
(Kemenkes, 2016).
10
C. Vitamin Antioksidan
Vitamin antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga
radikal bebas tersebut dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai
senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses
oksidasi molekul disekitarnya (lipid, protein, DNA, dan karbohidrat). Dalam
arti khusus, antioksidan diperlukan sebagai zat yang dapat menunda atau
mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi
lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Ketika pertahanan zat antioksidan
sedikit di dalam tubuh, sel-sel tubuh dan jaringan menjadi lebih rentan
untuk mengalami disfungsi atau penyakit. Mempertahankan kadar
antioksidan pada tingkat yang adekuat, merupakan hal yang penting
dalam mencegah atau bahkan mengatasi berbagai jenis infeksi (Jalil,
2017).
1. Vitamin A
a. Pengertian
Vitamin A merupakan vitamin antioksidan yang mempunyai
sifat larut lemak. Secara umum, vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/
karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol
(Almatsier, 2009).
b. Fungsi vitamin A
Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan
pengatur terhadap rangsangan sinar pada saraf mata (Notoatmojo,
2007). Salah satu fungsi vitamin A juga untuk fungsi kekebalan
tubuh pada manusia. Defisiensi vitamin A menurunkan respon
antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada
kekebalan selular) (Azrimaidaliza, 2007).
c. Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A yang tinggi, seperti semua jenis susu,
mentega, telur, sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning,
buah-buahan, dan hati (Kemenkes, 2010).
11
d. Kebutuhan Vitamin A
Menurut U.S Recommended Dietary Allowance (RDA)
kebutuhan vitamin A pada pria dewasa sebanyak 1000 µg atau
5000 IU, wanita dewasa 800 µg atau 4000 IU. Sedangkan
kebutuhan vitamin A menurut AKG 2013 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. AKG Vitamin A di Indonesia
Umur (ug)
0-6 bulan 375
7-11 bulan 400
1-3 tahun 400
4-6 tahun 450
7-9 tahun 500
Laki-Laki
10-12 tahun 600
13-15 tahun 600
16-18 tahun 600
19-29 tahun 600
30-49 tahun 600
50-64 tahun 600
65-80 tahun 600
>80 tahun 600
Perempuan
10-12 tahun 600
13-15 tahun 600
16-18 tahun 600
19-29 tahun 500
30-49 tahun 500
50-64 tahun 500
65-80 tahun 500
>80 tahun 500
Sumber: Daftar AKG 2013
12
e. Akibat kekurangan dan kelebihan
Kekurangan vitamin A terbagi menjadi dua yaitu secara
primer, akibat kurang dalam konsumsi vitamin A atau secara
sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya
dalam tubuh. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan
penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, gangguan absorpsi
karena kekurangan asam empedu, buta senja dan menurunkan
respon antibodi yang bergantung pada sel T. Sedangkan
kelebihan kadar vitamin A dalam tubuh gejalanya, seperti pusing,
rambut rontok, kulit mengering, tidak nafsu makan atau
anoreksia, dan sakit pada tulang (Almatsier, 2009).
2. Vitamin C
a. Pengertian
Vitamin C adalah salah satu vitamin antioksidan yang
berupa kristal putih yang mudah larut dalam air. Pada kondisi
kering vitamin C cukup stabil, sedangkan dalam keadaan larut
vitamin C mudah rusak akibat bereaksi dengan udara (oksidasi)
terutama bila terkena panas (Almatsier, 2009).
b. Fungsi Vitamin C
Vitamin C berfungsi sebagai zat activator macam-macam
fermen perombakan protein dan lemak dalam oksidasi dan
dehidrasi dalam sel, serta penting dalam proses pembentukan
trombosit (Notoatmojo, 2007). Vitamin C salah satunya berperan
untuk melindungi sel-sel dan jaringan-jaringan dari kerusakan
yang diakibatkan oleh oksigen reaktif dan spesies nitrogen yang
akan meningkat selama menderita penyakit infeksi menular
(Pettalolo, 2015).
c. Sumber Vitamin C
13
Pada umumnya vitamin C hanya terdapat didalam pangan
nabati, yaitu sayur dan buah, seperti buah citrus, tomat, sayuran
berwarna hijau, dan kentang (Kemenkes, 2010).
d. Kebutuhan Vitamin C
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S Recommended
Dietary Allowance (RDA) antara lain untuk pria dan wanita
sebanyak 60 mg/hari. Sedangkan kebutuhan vitamin C menurut
AKG 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. AKG Vitamin C di Indonesia
Umur (mg)
0-6 bulan 40
7-11 bulan 50
1-3 tahun 40
4-6 tahun 45
7-9 tahun 45
Laki-Laki
10-12 tahun 50
13-15 tahun 75
16-18 tahun 90
19-29 tahun 90
30-49 tahun 90
50-64 tahun 90
65-80 tahun 90
>80 tahun 90
Perempuan
10-12 tahun 50
13-15 tahun 65
16-18 tahun 75
19-29 tahun 75
30-49 tahun 75
50-64 tahun 75
65-80 tahun 75
>80 tahun 75
Sumber: Daftar AKG 2013
14
e. Akibat kelebihan dan kekurangan
Tanda-tanda akibat kekurangan vitamin C adalah lelah,
lemah, napas pendek, kejang otot, persendian sakit, nafsu makan
menurun dan kulit mengalami gangguan. Disamping itu pada
ODHIV defisiensi vitamin C dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh, karena sel darah putih menurun, serta depresi dan
gangguan saraf. Sedangkan vitamin C yang berlebih dalam tubuh
tanda-tandanya yaitu pusing, mual, gangguan pencernaan dan
pembentukan batu ginjal (Almatsier, 2009). Kandungan vitamin C
pada bahan pangan dapat terbuang jika pengolahan yang
dilakukan tidak tepat sehingga, sekalipun seseorang rajin
mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung tinggi vitamin C
tidak menjamin asupan vitamin C yang terserap tubuhnya juga
tinggi.
D. Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik
Menurut WHO, dukungan dari faktor kecukupan nutrisi merupakan
bagian integral dari respon konprehensif terhadap ODHA, membantu
dalam memelihara sistem imunitas tubuh dan mempertahankan derajat
aktivitas fisik yang sehat. Ada hubungan ilmiah antara HIV/AIDS, gizi
buruk, dan kerawanan pangan. Namun, basis bukti untuk mengidentifikasi
pendekatan dalam pemrograman yang efektif masih terus berkembang
(PEPFAR, 2006 dalam Nawan, 2017)
Asupan gizi yang tercukupi sangat penting untuk mempertahankan
kekebalan tubuh seseorang. Dalam hal ini asupan zat gizi yaitu vitamin A
dan vitamin C, Untuk memepertahankan tingkat aktifitas fisik dan kualitas
hidup yang optimal (Pettalolo, 2015). Asupan Vitamin A berpengaruh pada
15
fungsi sistem kekebalan tubuh. Vitamin C memiliki peran dalam
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Virus HIV sendiri menyerang
kekebalan tubuh manusia, sehingga jika terjadi defisiensi asupan dari
kedua jenis vitamin antioksidan ini laju infeksi oportunistik semakin cepat
berkembang (Depkes, 2001 dalam Abbas, 2011).
E. Pengukuran Asupan Zat Gizi Dengan Metode Recall 24 Jam
1. Pengertian
Pengukuran asupan zat gizi adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi individu atau kelompok secara
tidak langsung. Metode recall 24 jam digunakan untuk memperkirakan
jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang selama
sehari sebelum wawancara dilakukan. Dimulai sejak bangun pagi
kemarin sampai seseorang tersebut istirahat tidur malam hari, atau
dapat dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke
belakang sampai 24 jam penuh. Data yang diperoleh dari metode ini
lebih bersifat kualitatif sehingga apabila ingin memperoleh data
kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan dinyatakan dengan Ukuran
Rumah Tangga (URT) seperti: sendok, gelas, piring, dll.
2. Prosedur Recall 24 Jam
a. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden
dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam
yang lalu.
b. Menganalisis bahan makanan kedalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
ataupun dengan menggunakan program komputer yaitu
Nutrisurvey.
3. Kelebihan metode Recall 24 Jam
a. Mudah dilaksanakan serta tidak terlalu membebani responden
b. Biaya relative murah, karena tidak memerlukan peralatan
khusus dan tempat yang luas untuk wawancara.
c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
16
Asupan Vitamin A
Asupan Vitamin C
d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar
dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi
sehari.
4. Kekurangan Metode Recall 24 Jam
a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila
hanya dilakukan recall satu hari.
b. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden
c. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden
yang kurus untuk melaporkan lebih sedikit (under estimate).
d. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil
dalam menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) dan
ketetapan yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
e. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
dari penelitian.
f. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari
recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir
pekan, selamatan, dll (Supariasa, 2016).
F. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Asupan vitamin A dan vitamin C yang adekuat pada ODHIV dapat
membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuhnya dan menekan
terjadinya Infeksi Opportunistik. Dalam penelitian ini Asupan vitamin A dan
Infeksi
Oportunistik
17
vitamin C sebagai variabel Independent sedangkan Infeksi Opportunistik
sebagai variabel dependent.
G. Defenisi Operasional
Tabel 3. Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Skala
Pengukuran
1 Asupan vitamin
A
Rata-rata dari Jumlah
asupan vitamin A yang
diperoleh dari makanan
dan minuman yang
dikonsumsi, meliputi
makanan pagi, siang,
malam, dan selingan
dengan menanyakan pada
sampel dengan metode
food recall 24 jam dan
frekuensi waktu selama 3
hari dan tidak berturut-
turut.
Vitamin A :
…..ug
Rasio
2 Asupan vitamin
C
Rata-rata dari Jumlah
asupan vitamin C yang
diperoleh dari makanan
dan minuman yang
dikonsumsi, meliputi
makanan pagi, siang,
malam, dan selingan
dengan menanyakan pada
sampel dengan metode
Vitamin C :
…… mg
Rasio
18
food recall 24 jam dan
frekuensi waktu selama 3
hari dan tidak berturut-
turut.
3 Infeksi
Oportunistik
Infeksi karena mikroba
(bakteri, jamur, virus,
parasit) yang berasal dari
luar tubuh, maupun yang
sudah ada dalam tubuh
manusia namun dalam
keadaan normal terkendali
oleh kekebalan tubuh.
Peneliti dibantu oleh
tenaga medis yang
tersedia untuk mengisi
form kuisioner Infeksi
Opportunistik yang
terdapat 22 tanda/gejala
yang merupakan Infeksi
Oportunistik dengan
pemberian score 1 (satu)
jika ada tanda/gejala yang
diderita, dan pemberian
score 0 (nol) jika tidak ada
tanda/gejala yang diderita
ODHIV. Score maximal
yaitu 22 dan minimal 0
Anamnesa fisik
Rasio
H. Hipotesis Penelitian
Ha1 : Ada hubungan asupan vitamin A dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial
Bahagia
19
Ha2 : Ada hubungan asupan vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV di Balai Rehabilitasi Sosial
Bahagia
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Orang
dengan Human Immunodeficiency Virus (ODHIV) Bahagia. Penelitian
dilakukan pada bulan September 2018 – Januari 2019. Penelitian ini telah
disetujui Komisi Etik Politeknik Kesehan Kementerian Kesehatan Medan
Nomor 005/KEPK.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional (potong melintang), yaitu rancangan penelitian yang
pengumpulan data independent dan dependent dilakukan secara
bersamaan pada satu waktu.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh ODHIV yang ada di Balai Rehabilitasi
Sosial Bahagia Medan yang berjumlah 40 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian seluruh populasi dijadikan sampel yang
disebut total sampling dengan mengikuti aturan penelitian yaitu dengan
menandatanganin dan mengisi informed consent.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer yaitu yang
diperoleh secara langsung maupun data sekunder yaitu yang diperoleh
melalui pencatatan data dari sumber kedua.
21
2. Cara Pengumpulan data
a. Sebelum Penelitian
1) Mencari referensi dari beberapa jurnal untuk dijadikan acuan
yang terkait dengan masalah yang hendak diteliti.
2) Mencari lokasi penelitian
3) Mengurus surat survey pendahuluan yang akan diantar ke
Balai Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Human
Immunodeficiency Virus Bahagia Medan.
4) Melakukan pertemuan dengan Kepala Balai Rehabilitasi
Sosial untuk menyampaikan tujuan, meminta izin agar Balai
menjadi tempat penelitian, dan menjadikan penerima
manfaat atau ODHIV yang ada di Balai sebagai sampel
penelitian.
5) Menentukan waktu/jadwal penelitian.
6) Pelatihan terhadap enumerator untuk mencapai adanya
persamaan persepsi antara peneliti dan pengumpul data
mengenai pelaksanaan pengambilan data penelitian.
Pengumpul data (enumerator) diberikan pelatihan berupa
briefing menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada
responden, teknik berwawancara, pemahaman form recall
dan kuesioner, penjelasan tentang jenis data yang
diperlukan, cara memperoleh data yang diperlukan dan cara
pengisian data.
b. Saat Penelitian
Pada saat penelitian, peneliti dibantu oleh 7 orang
enumerator yang terdiri dari 3 mahasiswa DIII semester V dan 4
mahasiswa DIV semester VII Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Medan. Adapun data-data yang dikumpulkan berhubungan dengan
penelitian yang meliputi:
1) Data Primer
22
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari
objek penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara
langsung pada sampel.
Data primer menyangkut:
a) Data identitas sampel meliputi umur, jenis kelamin dan
alamat yang diperoleh dengan wawancara langsung
kepada sampel menggunakan form. Setelah terisi dicek
kembali untuk melihat kelengkapan data.
b) Data asupan vitamin A dan vitamin C dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi ODHIV diperoleh dengan
menggunakan form food recall 24 jam selama 3 hari tidak
berturut-turut.
c) Data Infeksi Oportunistik meliputi infeksi oportunistik yang
dialami sampel diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung kepada sampel menggunakan form infeksi
oportunistik. Daftar pertanyaan untuk form infeksi
oportunistik sebanyak 22 item pertanyaan, dengan
prosedur sebagai berikut:
i) Pewawancara menanyakan 22 infeksi oportunistik yang
dialami ODHIV
ii) Pada form infeksi oportunistik, apabila responden
mengalami infeksi oportunistik, maka jawaban responden
untuk setiap infeksi oportunistik diberikan score 1 (satu)
dan jika tidak mengalami infeksi oportunistik diberikan
score 0 (nol). Score maximal yaitu 22 dan minimal 0
iii) Pengambilan data infeksi oportunistik dilakukan oleh
peneliti yang merupakan mahasiswa Jurusan Gizi
Poltekkes Medan dan didampingi perawat/tenaga medis
yang ada di Balai.
iv) Akurasi data infeksi oportunistik dikonsultasikan dengan
tenaga medis yang ada di Balai.
2) Data Sekunder
23
Data sekunder adalah beberapa data yang dikumpulkan
berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti di Balai
Rehabillitasi Sosial Bahagia Medan meliputi gambaran umum
lokasi penelitian, jumlah ODHIV dan jumlah perawat/tenaga
medis.
E. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Data yang sudah dikumpulkan melalui form pengumpulan data,
kemudian diolah menggunakan computer secara manual melalui
tahapan-tahapan proses yang dimulai dengan Editing, Entry data,
Coding, Cleaning data dan Tabulasi. Data kemudian dianalisis dengan
program computer (Notoatmodjo, 2010).
a. Data asupan vitamin A dan vitamin C
Data food recall 24 jam 3 hari tidak berturut-turut diolah
dengan program Nutrisurvey. Selanjutnya data asupan vitamin A
dan vitamin C dirata-ratakan.
b. Data Infeksi Oportunistik (Infeksi Penyerta)
1) Kuisioner Infeksi Oportunistik yang telah dikumpulkan
diperiksa kelengkapan data.
2) Kuisioner Infeksi Oportunistik terdiri dari 22 pertanyaan,
setiap infeksi oportunistik yang dialami ODHIV diberi score 1
(satu) dan setiap infeksi oportunistik yang tidak dialami
ODHIV diberi score 0 (nol) sehingga dapat diketahui score
yang dimiliki setiap sampel.
2. Analisis Data
Data yang sudah diolah lalu dianalisis antara variable bebas
dan variable terikat:
a. Analisis univariat merupakan analisis untuk menggambarkan
masing-masing variable yang disajikan dalam distribusi
frekuensi.
24
b. Analisis bivariat merupakan analisis untuk menguji hipotesis.
Sebelumnya dilakukan uji kenormalan terlebih dahulu
menggunakan Kolmogroov-Smirnov. Diperoleh bahwa data
berdistribusi normal, maka jenis uji yang digunakan adalah uji
korelasi Pearson. Dengan daya tingkat kepercayaan 95% dan
pengambilan kesimpulan jika nilai p>0.05 maka Ha ditolak.
Untuk mengetahui keeratan hubungan dua variable disimbolkan:
r = 0.001 – 0.25 = hubungan lemah
r = 0.26 – 0.50 = hubungan sedang
r = 0.51 – 0.75 = hubungan kuat
r = 0.76 – 1.00 = hubungan sangat kuat/sempurna
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Sumatera Utara memiliki Balai Rehabilitasi Sosial Orang Dengan
HIV. Balai Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Human Immunodeficiency
Virus (BRSODH) Bahagia berada di jalan Williem Iskandar nomor 377,
Medan. Balai ini merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Sosial yang melaksanakan rehabilitasi sosial terhadap Orang dengan HIV.
Dalam pelaksanaannya Balai berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jendral Rehabilitasi Sosial dan pembinaan
secara fungsional dilaksanakan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna
Sosial dan Korban Perdagangan Orang.
Pada tahun 1999 Balai ini sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) provinsi Sumatera Utara dan tahun 2007 diserahkan kembali ke
Kementerian Sosial. Selanjutnya pada tahun 2008 menjadi Panti Sosial
Bina Daksa (PSBD) Bahagia UPT Tuna Sosial dan korban perdagangan
orang, Balai Rehabilitasi Sosial Eks Wanita Tuna Susila dan Cacat Tubuh.
Pada tahun 2017 sebagai rehabilitasi sosial orang disabilitasi hingga 2018
saat ini Balai ini dialih fungsikan ke rehabilitasi sosial orang dengan HIV.
Di Balai tersedia 2 tenaga perawat dan 1 dokter yang mempunyai jadwal
rutin memeriksa kondisi ODHIV.
Menurut kepala balai bahwa orang dengan HIV yang dapat
menjalani rehabilitasi di balai rehabilitasi sosial ini yaitu dari cakupan
regional Sumatera dan Kalimantan (15 Provinsi). Balai Rehabilitasi Sosial
melakukan pergantian Orang dengan HIV setiap 6 bulan sekali dengan
jumlah maksimal yang diterima sebanyak 40 ODHIV.
26
B. Gambaran Karakteristik Sampel
1. Jenis Kelamin Sampel
Menurut Hurlock Jenis kelamin merupakan perbedaan antara
perempuan dan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis
kelamin anak laki-laki dan perempuan sudah ditentukan pada saat
konsepsi, dan sesudahnya tidak ada yang dapat mengubah jenis
kelamin anak (Soetjiningsih, 2012).
Gambar 2. Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa kejadian HIV lebih
rentan terjadi pada laki-laki karena lokasi yang menjadi tempat
penilitian ini memiliki persentase laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kambu
(2016) bahwa tingkat penularan HIV lebih tinggi terjadi pada laki-laki
sebesar 50.7% dan pada perempuan 49.3%.
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
Laki-laki
Perempuan
27
2. Umur Sampel
Umur adalah lama hidup dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan (Harlock, 2004 dalam Scribd, 2019). Pada penelitian ini
umur di kelompokkan berdasarkan pengelompokkan umur menurut
Depkes (2009) yaitu 17-25, 26-35, 36-45, 46-55 tahun. Distribusi
sampel berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Distribusi Sampel berdasarkan umur
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah sampel pada kelompok
umur 26-35 tahun adalah yang terbanyak dengan 22 orang (55%),
sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok umur 46-55 tahun
sebanyak 2 orang (5%).
Tingginya presentase HIV pada kelompok umur 26-35 karena
kelompok umur tersebut disebut juga kelompok umur dewasa awal
dimana tingginya perilaku seksual tidak aman dan penggunaan
narkoba dengan jarum suntik secara berganti-gantian sehingga kurang
dalam melakukan tindakan pencegahan penularan HIV. Sedangkan
kelompok umur 46-55 tahun merupakan kelompok umur yang
terendah, karena pada umur tersebut umumnya pemikiran seseorang
juga sudah matang sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan
25%
55%
15%
5%
17-25 26-35 36-45 46-55
28
penularan HIV (Kambu,2016). Hasil penelitian ini diperkuat dengan
penelitian Wawan dan Dewi (2010) yang mengatakan bahwa semakin
dewasa umur maka tingkat kekuatan seseorang berfikir dan
kematangan seseorang akan lebih baik.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui
pengajaran, pelatihan, dan penelitian (Maxmanroe, 2019). Distribusi
tingkat pendidikan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Distribusi Sampel berdasarkan Pendidikan
Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ODHIV
didominasi tingkat pendidikan SMA sebanyak 30 orang (75%), dan
terendah tingkat pendidikan SD yaitu 1 orang (2%).
Pada penelitian ini tingkat pendidikan ODHIV yang terbesar
adalah SMA, sedangkan yang paling sedikit adalah SD. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Kambu (2016) yang
menyatakan bahwa ODHA dengan pendidikan rendah lebih beresiko
5,3 kali dalam pencegahan atau terhindar dari penularan HIV.
2%
13%
75%
10%
SD
SMP
SMA
PT
29
4. Kategori Kadar Cluster of Different 4 (CD4)
CD 4 merupakan glikoprotein yang diekspresikan oleh sel T
helper, sel T regulator, monosit, makrofag, dan sel dendritik. (Soetikno,
2015). Distribusi sampel berdasarkan kadar CD 4 dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi Sampel berdasarkan kadar CD 4
Gambar 5 menjelaskan bahwa penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2012) yang menyatakan
bahwa tes CD 4 merupakan tes yang menjadi indikator terbaik untuk
mengukur imunodefisiensi. CD 4 dapat menjadi petunjuk awal
progresivitas penyakit atau seseorang terinfeksi HIV atau tidak karena
lebih cepat dibandingkan dampak yang terjadi pada kondisi klinis
seseorang.
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
< 200 >200
30
C. Nilai Rata-rata Asupan Vitamin A dan Vitamin C
Hasil wawancara untuk mengetahui asupan zat gizi dilakukan
dengan metode food recall 24 jam selama 3 hari tidak berturut-turut,
didapatkan asupan rata-rata Vitamin A dan Vitamin C. Nilai rata-rata,
minimum dan maksimum asupan vitamin A dan vitamin C dapat dilihat
pada Table 4.
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Asupan Vitamin A dan Vitamin C pada ODHIV
Asupan
Seluruh Sampel
(n=40) Sampel Pria (n=35)
Sampel Wanita
(n=5)
Vit. A Vit. C Vit. A Vit. C Vit. A Vit. C
Min 1479,97 50,37 1479.96 50,30 1947.46 58,30
Max 2727,33 114,03 2727.33 114 2221.06 84,40
Mean 2.036,13 76,67 2028.53 77,53 2089.62 70,44
SD 198,01 12,91 205,91 13.20 133,42 9,44
Berdasakan Tabel 4 konsumsi makanan selama 3 hari tidak
berturut-turut untuk rata-rata asupan vitamin A 2036.13 mcg dengan
asupan terendah 1479.97 mcg, dan tertinggi 2727.33 mcg. Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan vitamin A ODHIV berdasarkan
rata-rata sudah melebihi kebutuhan bila dibandingkan dengan angka
kecukupan vitamin A pada AKG 2013.
Asupan vitamin A berhubungan dengan banyaknya mengonsumsi
bahan pangan sumber hewani seperti kuning telur, susu, hati dan ikan
(Almatsier, 2016). ODHIV memenuhi kebutuhan vitamin A berasal dari
sayuran berwarna hijau seperti, daun singkong, kangkung, kacang
panjang, sawi, wortel, tomat serta buah-buahan berwarna kuning-jingga
seperti, papaya, pisang dan labu kuning yang diolah menjadi kolak.
Rata-rata asupan vitamin C ditemukan sebesar 76.67 mg, dengan
asupan terendah 50.37 mg, dan tertinggi sebesar 114.03 mg. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata asupan vitamin C sampel lebih tinggi
31
pada perempuan sedangkan untuk laki-laki masih lebih rendah bila
dibandingkan dengan angka kecukupan vitamin C pada AKG 2013.
Adapun sumber Vitamin C yang dikonsumsi ODHIV, sebagian
besar merupakan sumber vitamin A. bahan makanan yang sering
dikonsumsi ODHIV dari golongan sayuran seperti sawi hijau, kangkung,
kol, bunga kol dan wortel. Menurut Almatsier (2016) Sumber vitamin C
dari golongan sayuran seperti sawi, jenis kol, kangkung dan buah-buahan
seperti jeruk, nenas, pepaya, tomat serta terkadang berasal dari sumber
hewani seperti daging.
D. Nilai Rata-Rata Infeksi Oportunistik
Seseorang yang terinfeksi HIV perlahan-lahan kekebalan tubuhnya
menurun dan infeksi oportunistik juga akan meningkat. Oleh karena itu
fenomena infeksi oportunistik dengan timbulnya gejala-gejala selalu
terjadi pada ODHIV karena Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang timbul
akibat penurunan kekebalan tubuh (The Aids, 2008). Nilai rata-rata,
minimum dan maksimum dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Infeksi Oportunistik Pada ODHIV
Infeksi oportunistik N Min Max Mean SD
Infeksi 40 4 14 6,1 2.31827
Berdasarkan Tabel 5 hasil penelitan didapat rata-rata infeksi
oportunistik sampel adalah 6.1, artinya infeksi oportunistik yang muncul
pada ODHIV ada sekitar 6-7. Nilai infeksi oportunistik tertinggi yaitu 14
dan terendah 4. Infeksi oportunistik tidak akan menjadi masalah pada
orang dengan sistem imun normal, namun pada orang dengan yang
terinfeksi virus HIV atau sistem imun yang lemah, infeksi oportunistik
dapat sangat berbahaya. Infeksi dalam bentuk gejala-gejala oportunistik
dapat disembuhkan, namun perkembangan penyakit tidak dapat
dihentikan (The Aids, 2008).
32
E. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Infeksi Oportunistik
Vitamin A salah vitamin larut lemak yang memiliki fungsi sebagai
pertumbuhan dan perkembangan yang baik dalam pemeliharaan sel-sel
epitel, dan reproduksi (Siswanto, 2013). Asupan vitamin A yang tercukupi
dapat meningkatkan antibodi yang spesifik sehingga terbentuk daya
proteksi terhadap serangan infeksi (Ayun, 2015). Hubungan asupan
vitamin A dengan infeksi oportunistik pada ODHIV dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Infeksi Oportunistik
Asupan Vit. A
Infeksi Oportunistik
n r p-value
40 -0.559 0.001
Berdasarkan Tabel 6 hasil uji statistik korelasi pearson diperoleh
nilai p value = 0,001 < α, artinya Ha diterima sehingga pada penelitian ini
dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara asupan vitamin A
dengan Infeksi Oportunistik dengan keeratan hubungan kuat (r=-0.559).
Arah korelasi negatif yang artinya kedua variable mempunyai hubungan
terbalik, yaitu jika asupan vitamin A tinggi, maka Infeksi oportunistik dalam
bentuk gejala-gejala yang timbul menjadi semakin berkurang.
Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ayun (2015) bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara vitamin A dengan kejadian
infeksi. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurmawati (2015)
dan Subowo (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan asupan
vitamin A dengan kejadian infeksi, kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan infeksi salah satunya yaitu, saluran pernapasan
(pneumonia).
Vitamin A mempunyai peran pada pemeliharaan sel epitel, dimana
sel epitel merupakan salah satu jaringan tubuh yang terlibat dalam fungsi
imunitas non-spesifik. Vitamin A selain mempunyai peran dalam imunitas
non-spesifik berperan juga pada imunitas seluler. Imunitas seluler adalah
respon imun yang melibatkan aktivitas fagosit dan pelepasan berbagai
sitokin sebagai respon terhadap antigen. Dalam bekerja imunitas seluler,
33
melibatkan sel darah putih serta sel natural killer yang bertugas
menangkap antigen, mengolah dan mempersentasekan ke sel T yang
dikenal sebagai antigen presenting cell (APC) sehingga memacu produksi
sitokin yang akan meningkatkan produksi antibodi yang mempunyai
kemampuan untuk melawan infeksi. Sitokin akan menekan terjadinya
kemunculan infeksi dalam bentuk gejala-gejala opurtinistik (Siswanto,
2013).
F. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik
Vitamin C merupakan zat antioksidan yang larut dalam air. Vitamin C
berperan dalam melindungi sel-sel dan jaringan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh oksigen reaktif dan nitrogen species yang meningkat
selama menderita penyakit infeksi menular (Pettalolo, 2015). Hubungan
asupan vitamin C dengan infeksi oportunistik pada ODHIV dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik
Asupan Vit. C
Infeksi Oportunistik
n r p-value
40 -0.762 0.001
Berdasarkan Tabel 7 hasil uji statistik pada uji korelasi Pearson
diperoleh nilai p value =0,001 < α, artinya Ha diterima sehingga pada
penelitian ini dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara asupan
vitamin C dengan Infeksi Oportunistik dengan keeratan hubungan sangat
kuat (r=-0.762). Arah korelasi negatif yang artinya kedua variable
mempunyai hubungan terbalik, yaitu jika asupan vitamin C tinggi, maka
infeksi oportunistik dalam bentuk gejala-gejala yang timbul menjadi
semakin berkurang.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Peter dalam kambu (2016),
bahwa konsumsi vitamin C dengan dosis tinggi perhari dapat menurunkan
resiko infeksi dan diperkuat dengan penelitian Utama (2013) yang
menyatakan Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi dan disimpan
34
dalam bentuk ikatan protein ferritin, sehingga Vitamin C dapat membantu
pemulihan infeksi.
Menurut Muchtadi dalam Fitriana (2014) semua penyakit infeksi
yang menimpa manusia terjadi karena reaksi oksidasi pada tingkat
subseluler dari sel. Reaksi oksidasi yang semakin kompleks dapat
menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan infeksi. Dengan
tercukupinya asupan vitamin C dalam tubuh yang berperan sebagai zat
antioksidan akan mampu menganggulangi terjadinya reaksi oksidasi
kompleks, sehingga kejadian infeksi oportunistik pada seseorang akan
berkurang.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rata-rata asupan Vitamin A sampel adalah 2036,13 mcg, lebih
tinggi dibandingkan kebutuhan asupan Vitamin A menurut AKG
2013.
2. Rata-rata asupan Vitamin C sampel adalah 76,67 mg, lebih tinggi
dibandingkan kebutuhan asupan Vitamin C menurut AKG 2013
pada kelompok umur 19 – 64 tahun untuk perempuan dan lebih
rendah dibandingkan kebutuhan asupan Vitamin C menurut AKG
2013 pada kelompok umur 19 – 64 tahun laki-laki.
3. Rata-rata skor Infeksi Oportunistik sampel adalah 6.1 dengan skor
tertinggi 14 gejala sedangkan yang terendah sebanyak 4 gejala.
4. Ada hubungan bermakna antara asupan Vitamin A dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV (p=0,001) dengan tingkat keeratan
hubungan kuat dan arah hubungan korelasi negatif (r = -0,559).
5. Ada hubungan bermakna antara asupan Vitamin C dengan Infeksi
Oportunistik pada ODHIV (p=0,001) dengan tingkat keeratan
hubungan sangat kuat dan arah hubungan korelasi negatif (r = -
0,762).
B. Saran
1. Penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk beberapa intansi
terkait yang khusus menangani orang-orang yang terinfeksi
HIV/AIDS.
2. Bagi sampel diharapkan mampu menerapkan pola konsumsi yang
ada di Balai setelah mereka kembali kedaerah masing-masing
karena vitamin A dan vitamin C mempunyai peranan menurunkan
gejala.
36
3. Bagi pengelola yang menangani makanan sehari-hari penghuni
Balai dapat menjadi sumber informasi untuk membuat daftar menu
bagi ODHIV.
4. Penelitian tentang asupan vitamin A dan vitamin C dengan Infeksi
Opotunistik pada orang dengan HIV diharapkan dilakukan
penelitian didaerah lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak
untuk memperkuat hasil penelitian ini dan menjadi referensi
penelitian lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Pujiati dan Aprillia Sri Haryati. 2011. Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadia Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Bayi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Semarang. 2011: pg 7
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Anderson, Kevin, Setyo Gundi Pramudo dan Muchlis Achsan Udji Sofro.
2017. Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan
HIV/AIDS Di Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2017: 6(2);
694.
Ayun, Kurratun dan Sulistyaningsih. 2015. Hubungan Status Gizi dan
Vitamin A dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas
Piyungan Bantul. Skripsi Program Studi Bidan Pendidikan Jenjang
DIV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Tahun.
2015
Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit
Infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2007: 1(2); 92-93.
Daftar Angka Kecukupan Gizi 2013. 2013. AKG Indonesia. Kemenkes.
Jakarta.
Dalimartha, S dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan
Obat dan Diet Suplemen. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Darmadi dan Riska Habriel Ruslie. 2012. Diagnosis Dan Tatalaksana
Infeksi HIV Pada Neonatus. Majalah kedokteran Andalas. 2012:
36(1); 12.
Depkes RI. 2007. Situasi Perilaku Beresiko dan Prevalensi HIV di Tanah
Papua 2006. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
38
Dinkes. 2016. Profil Kesehatan Kota Medan. Dinas Kesehatan Kota
Medan. Medan.
Djoerban, Zubairi. 2001. Membidik AIDS ikhtiar memahami HIV dan
ODHA. Galang Press. Yogyakarta.
Fitriana, Ana, Ali Rosidi dan Tiurma Ria Pakpahan. 2014. Gambaran
Asupan Vitamin Sebagai Zat Antioksidan Atlet Sepakbola di Pusat
Pendidikan dan latihan Pelajar Jawa Tengah di Salatiga. Jurnal
Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. 2014. 3(1); 17.
Generasibiologi. 2016. Pengertian dan Mekanisme Reaksi Radikal Bebas
Reactive Oxygen Spesies. (Online).
(http://www.generasibiologi.com/2016/10/pengertian-reactive-
oxygen-species-ros-adalah.html?m=1. Diakses 2 Desember 2018).
Healthdirect. 2013. Government of Western Australia Department of
Health Public Health and Clinical Services. Communicable Disease
Control Directorate Department of Health. Western Australia
Jalil, Nirmayanti, A M Adam, Khairuddin Djawad, Arifin Seweng, Risna
Halim, Anni Adriani. 2017. Perbandingan Status Antioksidan Total
Dan Cd4 Pada Penderita HIV Stadium I Dan Stadium IV.
Nusantara medical science journal. 2017: 1; 15.
Jamil, Kurnia Fitri. 2014. Profil Kadar CD4 Terhadap Infeksi Oportunistik
Pada Penderita Human Immunodeficiency Virus / Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) Di Rsud Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2014: 14(2);
77.
Kambu, Yowel, Agung Waluyo dan Kuntarti. 2016. Umur Orang dengan
HIV AIDS (ODHA) Berhubungan dengan Tindakan Pencegahan
Penularan HIV. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2016: 19 (3); 201-
205.
Kamiensky, Keogh. 2006. Vitamins and Minerals. In: Pharmacology
Demystified. Mc.GrawHill Companies Inc., USA. p.137 - 54.
Kemenkes. 2010. Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA. Kementerian rrr
vxKesehatan RI. Jakarta.
39
Kemenkes. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Kemenkes. 2016. Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Petunjuk Teknis 2016. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Kemenkes. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Kompasiana. 2018. Isu Kedokteran “Suplemen Vitamin Dapat Menjaga
Kesehatan”. (Online).
(http://www.kompasiana.com/boboho993513/5b726a4f43322f4112
5d5e82/iusu-kedokteran-suplemen-vitamin-dapat-menjaga-
kesehatan. Diakses 11 November 2018).
Maxmanroe. 2019. Pengertian Pendidikan. (online).
(http://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pendidikan.html.
Diakses 9 Februari 2019).
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Nurmawati, Ery Fitria. 2015. Hubungan Asupan Vitamin A, Seng dan
Pendidikan Ibu dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di
Puskesmas Tawangsari Sukoharjo. Skripsi Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2015.
Palang Merah Indonesia. 2010. HIV/AIDS Pengetahuan Dasar tentang
AIDS. (Online). (http://palmersda.wordpress.com/2010/08/14/hiv-
aids/amp/. diakses 11 November 2018).
Pettalolo, Sri Rezeki. 2015. Efek Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Dan
Vitamin C Terhadap Hemoglobin, Leukosit, Limfosit, Albumin, Dan
Imt Pada Pasien HIV/AIDS. Gizi Indon. 2015: 38(1); 42 dan 46.
40
Pohan. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: dasar-dasar pengertian
dan Penerapan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Putri, Aghnia Jolanda, Eryati Darwin dan Efrida. 2015. Pola Infeksi
Oportunistik yang Menyebabkan Kematian pada Penyandang AIDS
di RS Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010-2012. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2014: 4(1); 11.
Ratridewi, Irene. 2009. Evaluasi Jumlah Sel T-CD4 dan Berat Badan Anak
dengan HIV/AIDS yang Mendapatkan Anti Retro Virus Lini Pertama
di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Sari Pediatri. 2009: 1(4);
277-278.
Scribd Inc. 2019. Defenisi Umur. (Online).
(http://id.scribd.com/document/117124208/Defenisi-Umur. Diakses
9 Februari 2019).
Siswanto, Budisetyawati, Fitrah Ernawati. 2013. Peran Beberapa Zat Gizi
Mikro Dalam Sistem Imunitas. Gizi Indon. 2013: 36(1); 57-60.
Sirajuddin, Mustamin, Nadimin, dan Suriani. 2014. Survei Konsumsi
Pangan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam
Buku Ajar I Ilmu Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Sagungseto .Pp 86-90.
Soetikno, Rista D. 2010. Hubungan antara Jumlah CD4 dan Gambaran
Foto Toraks pada Penderita HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2010: 10(1); 3.
Subowo. 2013. Histologi Umum. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2016.
Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tanan, Nawan. 2017. HIV dan Malnutrisi: Efek pada Sistem Kekebalan
Tubuh. ResearchGate. 2018.
The Aids. 2008. Infeksi Oportunistik. Yayasan Spiritia. Jakarta
UNAIDS. 2018. UNAIDS DATA 2017. The Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS.
41
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
Widiyanti, Mirna dan Hotma Hutapea. 2015. Hubungan Jumlah Cluster of
Diferrentation 4 (CD4) dengan Infeksi Oportunistik Pada Pasien
HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura.
Jurnal Biologi Papua. 2015: 7(1);17-19.
Yuliyanasari, Nurma. 2017. Global Burden Desease – Human
Immunodeficiency Virus– Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV-AIDS). Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surabaya. Surabaya.
42
Lampiran I. Master Tabel
Master Tabel Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik pada Orang Dengan Human
Immunodeficiency Virus (ODHIV) di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan
No Nama
Sampel Jenis Kelamin Umur
Pendidikan
terakhir Alamat CD 4
Asupan Vitamin A Asupan Vitamin C IO
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Rata-Rata Hari 1 Hari 2 Hari 3 Rata-rata
1 IW Laki-laki 41 SMA Tanjung Pura, Aceh 390 1757.2 1938.3 2383.8 2026.43 79.4 65.5 90.3 78.4 5 2 RK Laki-laki 31 SMA Kuta Buluh 18 1646.6 1431.2 1362.1 1479.96 71.5 25.1 78.7 58.4 14 3 ES Laki-laki 40 SMA Balige 556 1875.7 2049.6 2302.4 2075.9 86.1 36.8 86.3 69.7 6 4 SPP Laki-laki 32 SMP Negeri Jahe 412 4260.6 1434.2 2487.2 2727.33 53.5 25.3 152.2 77 5 5 EDS Laki-laki 22 SD Asam Jawa 334 2112 1991.3 2109.5 2070.93 56.3 44.9 155.2 85.4 4 6 DD Laki-laki 39 SMA Kuta Kepar 249 1757.2 2003 2320.6 2026.93 91.8 34.6 99.8 75.4 6
7 DK Laki-laki 20 SMA Teladan Jaya, Bagan batu
498 2288.3 1737.5 2408.6 2144.8 92.6 30.2 137.2 86.6 5
8 AN Perempuan 34 SMA Berastagi 204 2288.3 1961.4 2350.9 2200.2 92.6 34 89.7 72.1 5 9 RD Laki-laki 32 SMP Duri 341 2089.5 794.4 2350 1744.63 60.6 2.1 88.4 50.3 11 10 FWS Laki-laki 32 SMA Kabanjahe 141 1559.2 1837.5 2350 1915.56 55.4 29.7 88.4 57.8 11 11 JL Laki-laki 35 SMA Tanjung Balai 450 1840.4 2277.9 2631.6 2249.96 84.9 39.7 126.1 83.5 5
12 JN Laki-laki 29 PT Bagann Sari, Bagan Batu
151 1894.5 2307.9 2479 2227.13 97.9 40.6 123.4 87.3 4
13 CG Perempuan 32 SMA Parlombuan 480 1867.4 2224 2571.8 2221.06 97.3 35.9 120 84.4 4 14 ZL Laki-laki 24 SMA Meunahsaray, Aceh 750 1840.4 2224 2369.2 2144.53 84.9 75 88 82.6 5 15 PP Laki-laki 24 SMA Bengkulu 451 1840.4 2233.4 2762.1 2278.63 106.5 101 135.4 114 4 16 MR Laki-laki 22 SMA Dolomaraja 29 1843.8 2233.4 2136.9 2071.36 84.9 38.8 84.7 69.4 9 17 IA Laki-laki 28 SMA Aceh 348 1891.8 2233.4 2242.1 2122.43 98.1 38.8 168.9 101.9 4
43
18 HH Laki-laki 54 PT Pekanbaru 123 1891.8 2233.4 2751 2292.06 98.1 38.8 168.7 101.8 4 19 DM Laki-laki 36 SMP Pontianak 197 1889.6 2233.4 2610.4 2244.46 98.1 38.8 135.4 90.7 4 20 AS Perempuan 33 SMA Sumatera Utara 346 1889.6 2233.4 2268.7 2130.56 98.1 75 38.1 70.4 5 21 FT Laki-laki 30 SMP Ajinembah 422 1894.5 2085.6 1689.6 1889.9 72.8 58.8 123.4 85 5 22 DB Laki-laki 27 SMA Pekanbaru 250 1858 2085.6 1825.2 1922.93 115.9 44.1 72.8 77.6 4 23 SS Perempuan 29 SMA Golap 179 1670 2038.1 2134.3 1947.46 80 43.2 78 67 8 24 HW Laki-laki 23 SMA Tembilahan, Riau 283 1847.5 2052.9 2134.3 2011.56 109.6 43.5 78 77 6 25 WJ Laki-laki 42 SMA Padang 111 1843.8 2008.4 2144 1998.73 104.5 42.6 78 75 6 26 AM Laki-laki 32 PT Kuala Eno, Riau 238 2323.8 2008.4 2144.4 2158.86 79.5 42.6 78.5 66.8 8 27 RH Laki-laki 32 SMA Bunglai, Kalimantan 374 1870.4 2008.4 1690 1856.26 122 77 66.7 88.5 4 28 GB Laki-laki 24 SMA Mandala, medan 456 1804.3 2082.6 2144 2010.3 102.3 89 78 89.7 4 29 FO Laki-laki 25 SMA Bengkulu 682 1678.3 2008.4 2144 1943.56 78.9 88.7 78 81.8 5 30 MH Laki-laki 28 SMA Laguboti 221 1889.4 2042.5 2144 2025.3 62.4 58.8 78 66.4 7 31 AHA Laki-laki 35 SMA Padang 251 970.8 2055.9 2193.2 1739.96 50.5 70.7 77.6 66.2 8 32 OP Laki-laki 46 SMP Balige 271 1291.4 2199.7 2139.2 1876.76 65.2 58.8 77.6 67.2 8 33 PH Laki-laki 29 PT Tembilahan, Riau 334 1440.7 2206.8 2193.2 1946.9 49.3 101.3 77.6 76.06 5 34 RS Laki-laki 20 SMA Padang 447 1740.7 1625.2 2193.2 1853.03 104.5 53.2 77.6 78.4 5 35 FDT Laki-laki 22 SMA Padang 390 1448 2263.9 2193.2 1968.36 89.1 67.6 83.4 80 4 36 TS Laki-laki 28 SMA Bengkulu 550 1519.4 2225.2 2193.2 1979.26 88.2 37.1 77.6 67.6 7
37 HH Perempuan 37 SMA Batu bandung, Bengkulu
78 1392.1 2261.1 2193.3 1948.83 60.2 37.2 77.6 58.3 8
38 IS Laki-laki 29 SMA Balige 137 1567.3 2268.7 2193.2 2009.73 93.3 38.1 77.6 69.6 9 39 RM Laki-laki 28 SMA Concong, Riau 120 1251.7 2288.7 2193.2 1911.2 64.2 45.9 77.6 62.5 13 40 MS Laki-laki 30 SMA Serbelawan, Siantar 350 2099.3 1914.1 2139.2 2050.86 79.5 46.9 77.6 68 7
44
Lampiran 2. Distribusi Frekuensi
1. Frekuensi Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 34 85.0 85.0 85.0
Perempuan 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
2. Frekuensi Kategori Umur
kat_Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17-25 10 25.0 25.0 25.0
26-35 22 55.0 55.0 80.0
36-45 6 15.0 15.0 95.0
46-55 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
3. Frekuensi Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 1 2.0 2.0 2.0
SMP 5 13.0 13.0 15.0
SMA 30 75.0 75.0 90.0
Perguruan
Tinggi
4 10.0 10.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
45
4. Frekuensi kategori nilai CD 4
kat_CD4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <200 11 27.0 27.0 27.0
>200 29 73.0 73.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
46
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
asupan_vit.A asupan_vit.C
infeksi_oportunisti
k
N 40 40 40
Normal Parametersa Mean 2036.1717 76.6504 7.1000
Std. Deviation 198.06547 12.89326 2.81753
Most Extreme
Differences
Absolute .103 .086 .227
Positive .096 .086 .227
Negative -.103 -.085 -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .649 .544 1.435
Asymp. Sig. (2-tailed) .794 .928 .033
a. Test distribution is Normal.
2. Asupan Vitamin A
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit.A 40 1479.97 2727.33 2036.13 198.01318
Valid N (listwise) 40
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit_a 5 1947.46 2221.06 2.0896E3 133.42768
Valid N (listwise) 5
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit_a 35 1479.96 2727.33 2.0285E3 205.91202
Valid N (listwise) 35
47
3. Asupan Vitamin C
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit.C 40 50.37 114.03 76.67 12.91530
Valid N (listwise) 40
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit_c 5 58.30 84.40 70.4400 9.44526
Valid N (listwise) 5
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
asupan_vit_c 35 50.30 114.00 77.5303 13.20384
Valid N (listwise) 35
4. Infeksi Oportunistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
infeksi_oportunistik 40 4.00 14.00 6.1000 2.31827
Valid N (listwise) 40
48
5. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Infeksi Oportunistik pada
ODHIV
Correlations
asupan_vit.A infeksi_oportunistik
asupan_vit.A Pearson Correlation 1 -.559
Sig. (2-tailed)
.001
N 40 40
infeksi_oportunistik Pearson Correlation -.559 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
6. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik pada
ODHIV
Correlations
asupan_vit.C infeksi_oportunistik
asupan_vit.C Pearson Correlation 1 -.762
Sig. (2-tailed)
.001
N 40 40
infeksi_oportunistik Pearson Correlation -.762 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
49
Lampiran 4. Informed Consent
PERNYATAAN KETERSEDIAAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : ……………………………………………………………
Tempat Tgl Lahir : ……………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………….
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi sampel penelitian dengan
judul “Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C terhadap Infeksi
Oportunistik pada Orang dengan Human Immunodeficiency Virus
(ODHIV) di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan” yang akan
dilakukan oleh :
Nama : Festiana Glorya Simanjuntak
Alamat : Jalan medan-tanjung morawa km.12,5 gang rasmi
Instansi : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Program D-III
No HP : 082370955302
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya
tanpa ada paksaan dari siapapun.
Medan,………………………2018
Peneliti Responden
(Festiana Glorya Simanjuntak) (……………………………)
50
Lampiran 5. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
Hubungan Asupan Vitamin A dan Vitamin C Dengan Infeksi
Oportunistik Pada Orang Dengan Human Immunodeficiency Virus
(ODHIV) di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia Medan
Tanggal Wawancara : ……………………. No. Sampel :
Identitas Sampel
1 Nama
2 Umur
3 Jenis Kelamin
4 Alamat
5 Pendidikan Terakhir
a. Tamat SD
b. Tamat SMP/Sederajat
c. Tamat SMA/Sederajat
d. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi
51
Lampiran 6. Formulir IO
Formulir Infeksi Oportunistik
Responden :
Umur :
Jenis kelamin : L/P
No Organ/Sistem Tubuh
Infeksi Skor
1 Mulut Stomatitis
2 Candidiasis oral
3 Kesulitan menelan
4 Sistem Pernapasan
Batuk berkepanjangan
5 Radang tenggorokan
6 Pneumonia
7 Sesak nafas
8 Sistem pencernaan
Penurunan berat badan
9 Mual
10 Muntah
11 Diare
12 Kulit Infeksi jamur pada kuku
13 Infeksi jamur pada kulit kepala(seperti ketombe besar dan tebal)
14 Bisul kecil keunguan
15 Ruam merah dan gatal
16 Dermatitis
17 Herpes Zoster
18 Lain-lain Mudah lelah
19 Keringat malam hari
20 Demam berhari-hari
21 Ngilu pada sendi
22 Limfoma (pembengkakan kelenjar getah bening di daerah tubuh)
Total skor
52
Lampiran 7. Hasil Food Recall Asupan Vitamin A Dan C (Sampel F12)
1. Recall Ke-I
Waktu Nama Makanan
Bahan URT Berat (gr)
Vit A (µg)
Vit C (mg)
Pagi
Nasi goreng
Beras 4 ctg 150 0 0
Minyak goreng 1 sdm 10 500 0
Kecap 1 sdm 10 0 0
Telur mata sapi
Telur ayam 1 butir 60 114 0
Minyak goreng 1/2 sdt 3 150 0
Sub total 764 0
Siang
Nasi Beras 3 ctg 150 0 0
Ikan dencis gulai
Ikan segar 1 potong 70 19.6 0
Santan 2 sdm 20 0 0.2
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Rebusan buncis+wortel
Buncis 1 ½ sdm 15 10.1 1.5
Wortel 1 ½ sdm 15 0 10.5
Sub total 279.7 12.2
Snack
Jus alpukat Alpukat ½ buah 80 4.8 6.4
Gula pasir 1 sdm 15 0 0
Bubur kacang hijau
Kacang hijau 2 sdm 20 0.4 0
Santan 3 sdm 30 0 0.3
Gula aren 1 sdm 15 0 0
Sub total 5.2 4.3
Malam
Nasi Beras 4 ctg 150 0 0
Ayam goreng
Daging ayam 1 ptg sdg 80 31.2 0
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Rebus sawi Sawi hijau 2 sdm 20 60.6 5
Sambal blacan
Cabe rawit 5 buah 5 208.1 3.8
Tomat masak ¼ buah 5 4.3 0.9
Bawang merah ½ suing 3 0 0.2
Bawang putih ½ suing 3 0 0.3
Terasi 1 cm 3 0.4 0
Buah Pepaya 1 potong 80 108 49.6
Sub Total 629.4 46.5
Snack Susu milo Susu milo bubuk 1 sachet 30 183 29.7
Sub Total 183 29.7
1894.5 97.9
53
2. Recall Ke-II
Waktu Nama Makanan
Bahan URT Berat (gr)
Vit A (µg)
Vit C (mg)
Pagi
Nasi Beras 3 ctg 75 0 0
Telur bulat sambal
Telur ayam 1 butir 60 144 0
Cabe merah 5 buah 8 37.7 11.7
Tomat masak ¼ buah 5 4.3 0.9
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Bihun goreng
Bihun 1 prg kecil 50 0 0
Sawi hijau 1 sdm 10 30.3 2.5
Minyak goreng 1 sdm 10 500 0
Kecap ½ sdm 5 0 0
Teh manis The 1 kantong 2 0 0
Gula pasir 1 sdm 15 0 0
Sub Total 966.3 15.1
Snack Biscuit Biscuit 9 buah 45 44.5 0.9
Sub Total 44.5 0.9
Siang
Nasi putih Beras 3 ctg 75 0 0
Ikan lele goreng
Ikan lele 1 ekor 75 9 0.8
Minyak goreng 1 sdm 10 500 0
Kacang panjang tumis
Kac. Panjang 5 sdm 50 33.5 5
Bawang merah 1 siung 5 0 0.3
Bawang putih 1 siung 5 0 0.5
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Buah Semangka 1 potong 100 37 10
Sub Total 829.5 17.5
Malam
Nasi putih Beras 4 ctg 100 0 0
Ikan kembung goreng
Ikan kembung 1 ptg 50 21.5 0
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Buncis tumis
Buncis mentah 5 sdm 50 33.5 5
Bawang merah 1 siung 5 0 0.3
Bawang putih 1 siung 5 0 0.5
Minyak goreng ½ sdt 3 150 0
Sub Total 455 5.8
Snack Mie Bakso
Bihun 1 prg kcl 50 0 0
Bakso daging 4 buah 60 6 0
Tahu 10 ptg kcl 40 0 0
Kecap ½ sdm 5 0 0
Saos tomat ½ sdm 5 6.6 1.5
Sub Total 12.6 1.5
Total Total 2307.9 40.6
54
3. Recall Ke-III
Waktu Nama Makanan
Bahan URT Berat (gr)
Vit A (µg)
Vit C (mg)
Pagi
Nasi goreng
Beras 1 prg sdg 100 0 0
Wortel 1 ½ sdm 15 0 10.5
Seledri 1/4 sdm 2 0.7 0.1
Kecap 1 ½ sdm 15 0 0
Minyak goreng 1 sdm 10 500 0
Telur dadar Telur ayam ½ butir 30 57 0
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Susu milo Susu milo 1 scht 30 183 29.7
Gula pasir 1 sdm 10 0 0
Sub Total 990.7 40.3
Siang
Nasi putih Beras 3 ctg 75 0 0
ayam semur
Daging ayam 1 ptg sdg 55 21.5 0
Kecap 1 sdm 10 0 0
Minyak goreng 1/2 sdm 5 250 0
Bening sawi tabur bawang goreng
Sawi hijau 3 sdm 30 90.9 7.5
Bawang merah ½ siung 5 0 0.3
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Buah Pepaya 1 potong 100 135 62
Sub Total 747.4 69.8
Snack Kolak pisang +pulut hitam
Pisang 5 ptg kecil 45 3.6 4.1
Pulut hitam 2 sdm 20 0 0
Santan 5 sdm 50 0 0.5
Gula aren 1 ½ sdm 15 0 0
Sub Total 3.6 4.6
Malam
Nasi putih Beras 3 ctg 75 0 0
Gulai ikan dencis
Ikan dencis 1 ekor 70 19.6 0
Santan 2 sdm 20 0 0.2
Kunyit 1 ptg kcl 1 2 0.2
Minyak goreng 1/2 sdm 5 250 0
Tumis kangkung
Kangkung 3 sdm 30 90.9 7.5
Bawang putih 1 siung 5 0 0.5
Cabe rawit 3 buah 3 124.8 0.3
Minyak goreng ½ sdm 5 250 0
Sub Total 737.3 8.7
Total 2479 123.4
55
Lampiran 8. Lembar Pernyataan Keaslian KTI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Festiana Glorya Simanjuntak
NIM : P01031116022
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Karya Tulis Ilmiah
saya adalah benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian
ulang (ujian utama saya dibatalkan).
Yang membuat pernyataan
(Festiana Glorya Simanjuntak)
56
Lampiran 9. Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAR HIDUP
Nama Lengkap : Festiana Glorya Simanjuntak
Tempat/Tanggal Lahir : Kota Pinang, 03 Mei 1998
Jumlah Anggota Keluarga : 6
Alamat Rumah : Jalan Raya Medan-Tanjung Morawa Km 12,5
Gg Rasmi Perumahan Bangun Sari Indah
Nomor Handphone : 081362147388
Riwayat Pendidikan :
1. SD NEGERI 112223 Kota Pinang
2. SMP NEGERI 5 Medan
3. SMA NEGERI 4 Medan
4. Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi
Hobby : Travelling dan Bernyanyi
Motto : Bermimpi, Berkomitmen dan Konsekuen
57
Lampiran 10. Lembar Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
LEMBAR BUKTI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA D-III JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
NAMA MAHASISWA : Festiana Glorya Simanjuntak
NIM : P01031116022
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH : Hubungan Asupan Vitamin A dan
Vitamin C dengan Infeksi Oportunistik
pada Orang Dengan Human
Immunodeficiency Virus (ODHIV)
di Balai Rehabilitasi Sosial Bahagia
Medan
BIDANG PEMINATAN : Gizi Klinik
NAMA PEMBIMBING UTAMA : Ginta Siahaan, DCN, M.Kes
NIP : 196508041986031004
58
Lampiran 11. Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
BUKTI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Festiana Glorya Simanjuntak
Nim : P01031116022
Nama Pembimbing Utama : Ginta Siahaan, DCN, M.Kes
No Tanggal Judul/ Topik Bimbingan T. tangan
Mahasiswa
T. tangan
Pembimbing
1 24 Januari
2019
Data selesai diteliti
2 25 Januari
2019
Melakukan kegaiatan
cleaning data 1:
- Mengkonversikan bahan
makanan dari bentuk URT
kedalam gram
3 26 Januari
2019
Melakukan kegiatan analisa
data:
- Melakukan entry food
recall zat gizi vitamin A
dan vitamin C dengan
program Nutrisurvey
4 27 Januari
2019
- Melanjutkan entry data
SPSS
- Mulai analisis data
univariat (umur, jenis
kelamin, pendidikan dan
CD 4)
- Analisis data asupan
vitamin A dan vitamin C
dengan Infeksi
Oportunistik
5 1 Februari
2019
- Mulai analisis data dengan
uji kenormalan data
- Analisis data bivariat
asupan vitamin A dan
vitamin C dan infeksi
oportunistik
6 2 Februari
2019
- Mulai menyusun Bab IV
gambaran umum
penelitian, hasil univariat
sampel dan responden
- Membuat master tabel
59
7 3 Februari
2019
- Mulai membuat
pembahasan hasi
penelitian
- Mencari kepustakaan yang
berhubungan dengan
penelitian
8 9 Februari
2019
- Mengerjakan Bab IV
pembahasan hasil
penelitian
- Menambah teori
kepustakaan untuk
menguatkan hasil
penelitian dibagian
pembahasan
- Merapikan daftar pustaka
- Menyusun Bab V
- Menyusun seluruh
lampiran terkait Karya
Tulis Ilmiah
60
Lampiran 12. DOKUMENTASI