hsp
TRANSCRIPT
Henoch-Schonlein Purpura
I. PENDAHULUAN
Henoch Schonlein Purpura adalah suatu sindrom sistemik yang mengenai
kulit (ruam purpura), saluran cerna (nyeri abdomen), sendi (arthritis), dan ginjal.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak akibat kompleks imun setelah
infeksi akut. Gejalanya berupa: purpura, rasa gatal, pembengkakan sendi, nyeri
abdomen dan hematuria. (1) Purpura Henoch-Schönlein disebut juga sebagai
purpura anafilaktoid. Istilah ini diambil dari nama dua orang dokter yang berasal
dari Jerman. Pada tahun 1837, Johan Schönlein menggunakan istilah peliosis
rheumatica untuk menggambarkan beberapa kasus dengan gejala klinis nyeri
sendi dan purpura. Pada tahun 1874, Henoch murid Schönlein menjumpai kasus
serupa, namun disertai dengan gejala nefritis, kolik abdomen, dan melena.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa patogenesis dari penyakit ini, berhubungan
erat dengan reaksi hipersensitivitas pada agen tertentu atau berhubungan dengan
sistim imun. (2)
Saya memilih henoch schonlein purpura sebagai referat, karena penyakit
ini adalah penyakit yang jarang ditemui dan merupakan salah satu penyakit
sistemik yang penting. Selain itu tugas ini juga dibuat untuk memenuhi syarat
mengikuti ujian blok XI. Pada referat ini, akan dibahas mengenai definisi,
etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, cara penegakan diagnosis
dan terapi.
II. ETIOLOGI
Penyebab dari henoch schonlein purpura tidak sepenuhnya dapat
dimengerti, satu teori yang mungkin berkembang adalah respon imun karna
terjadinya infeksi. dengan kata lain sistem pertahanan tubuh melawan infeksi yaitu
1 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
sistem imun terus menyerang sel setelah organisme infeksi menghilang. sebagai
contoh henoch schonlein purpura mungkin dapat terjadi setelah demam. kuman
penyebab demam menyebabkan sistem imun untuk beraksi. saat sel imun telah
membersihkan tubuh dari sel kuman, mereka normalnya beristirahat. tetapi pada
henoch schonlein purpura sistem imun berlanjut untuk menyerang sel dalam
tubuh. pada kebanyakan kasus gejala henoch schonlein purpura itu muncul atau
memburuk selama infeksi pernafasan atas. Salah satu patogen yang sering
menyebabkan PHS adalah Streptococcus ß hemolyticus, yang terbukti dengan
ditemukannya antigen streptokokus di dalam glome-rulus pasien nefritis PHS. (3,4)
Henoch schonlein purpura juga berhubungan dengan gigitan serangga dan
paparan udara dingin. pada kasus lain dapat berkembang setelah seseorang
mendapatkan vaksinasi typhoid, measles, cholera, hepatitis B, atau yellow fever.
beberapa makanan, obat, atau bahan toksin kimia dapat memicu henoch schonlein
purpura. sering juga tidak ditemukan penyebab pastinya. (3)
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan henoch schonlein purpura antara lain:(5)
Infeksi :- Mononukleosis - Infeksi parvovirus
B19
- Infeksi Streptokokus grup A - Infeksi Yersinia
- Sirosis karena Hepatitis-C - Hepatitis
- Infeksi Mikoplasma - Infeksi Shigella
- Virus Epstein-Barr - Infeksi Salmonella
- Infeksi viral Varizella-zoster -Enteritis
Campylobacter
Vaksin :- Tifoid - Kolera
- Campak - Demam kuning
Alergen - Obat (ampisillin, eritromisin, penisilin, kuinidin, kuinin)
- Makanan
2 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
- Gigitan serangga
- Paparan terhadap dingin
Penyakit idiopatik : Glomerulocystic kidney disease
III. EPIDEMIOLOGI
Purpura Henoch Schonlein (PHS) merupakan suatu vaskulitis sistemik
dengan karakteristik dijumpai deposisi kompleks imun yang mengandung antibodi
IgA pada kulit dan ginjal. Umumnya diderita oleh anak usia 3-10 tahun, dengan
predominasi anak laki-laki. Insidens PHS bervariasi dari 13,5-24/100.000 kasus
tahun. (6) Kira-kira 100 kali lebih banyak dari pada orang dewasa, 90 persen dari
pasien berumur kurang dari 10 tahu. (7)
IV. PATHOGENESIS
Henoch-schonlein purpura merupakan vaskulitis yang dalam proses
patogenesisnya berperan beberapa mediator misal : Interleukin (sitokin) yaitu
suatu molekul yang dihasilkan oleh sel yang teraktivasi oleh respons imun yang
dapat berpengaruh terhadap mekanisme imunologi selanjutnya. Interleukin yang
berperan pada vaskulitis ialah : IL-1, IL-2, IL-6, IL-4, TNF alfa, dan Interferon
gamma. Sedangkan mediator inflamasi lainnya yang terlibat dalam terjadinya
vaskulitis misalnya histamin, serotonin, PAF dan endotelin. (4)
Namun secara umum diakui sebagai akibat deposisi imun kompleks akibat
polimer IgA1 pada kulit, saluran gastrointestinal, dan kapiler glomerulus. Pada
pasien sehat, IgA banyak ditemukan pada sekret mukosa namun dalam
konsentrasi yang relatif rendah. Imunoglobulin A memiliki dua isotipe, yaitu IgA1
dan IgA2. Sekitar 60% IgA dalam sekret adalah IgA2 yang umumnya berupa
polimer sedangkan IgA serum umumnya berupa IgA1 yang 90% berupa
monomer. Deposisi kompleks imun IgA terjadi berdasarkan peningkatan sintesis
3 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
IgA atau penurunan klirens IgA. Peningkatan sintesis IgA oleh sistem imun
mukosa sebagai respon terhadap paparan antigen pada mukosa dipikirkan
merupakan mekanisme yang terjadi pada PHS. Hiperaktivitas sel B dan sel T
terhadap antigen spesifik dilaporkan berperan dalam terjadinya PHS dan nefropati
IgA. Antigen tersebut antara lain berupa antigen bakteri, protein dalam makanan
seperti gliadin, dan komponen matriks ekstraselular seperti kolagen dan
fibronektin. Beberapa studi mengemukakan terdapat peningkatan produksi IgA
dalam sel mukosa dan tonsil, sedangkan studi lainnya mendapatkan penurunan
produksi IgA dalam sel mukosa namun terjadi peningkatan produksi IgA dalam
sumsum tulang. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kadar IgA serum yang
meningkat sampai 40%-50%. Selain itu, juga didapatkan gangguan pengikatan
IgA1 oleh reseptor asialoglycoprotein di hati, yang berfungsi pada klirens IgA
dari sirkulasi. Kompleks imun IgA dalam kapiler dapat merupakan akibat deposisi
kompleks imun yang berasal dari sirkulasi ataupun pembentukan kompleks imun
in situ dalam glomerulus. Kadar IgA di sirkulasi yang tinggi tidak cukup
menyebabkan terjadi deposisi IgA dalam mesangium. Dibuktikan pada pasien
dengan HIV atau mieloma dengan kadar IgA yang rendah tidak memiliki deposit
kompleks imun IgA pada mesangium. Perubahan pada struktur biokimia IgA
merupakan penyebab terjadi deposisi IgA dalam kapiler. Kelainan terebut akan
menyebabkan terjadi deposit di dalam mesangium dan menyebabkan kerusakan
lebih lanjut. Mediator inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6, platelet-derived
growth factor, tumor necrosis factor, free radicals, prostanoid, leukotriens,
membrane attack complex (C5b-9), dan circulating immunostimulatory protein
(90K) menyebabkan terjadi kerusakan pada glomerulus lebih lanjut. Deposit C3
dan properdin tanpa ada C1q dan C4 merupakan keadaan yang khas dan
menandakan jalur alternatif komplemen teraktivasi. (6)
4 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
V. DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik henoch schonlein purpura ditemukan bila ada Purpura
palpable dan satu dari 4 kriteria dari
1. Diffuse abdominal pain.
2. Biopsi jaringan ditemukan endapan Ig A
3. Artritis dan artralgia
4. Gangguan ginjal (hematuria dan atau proteinuria)
Tanda dan gejala henoch schonlein purpura :
Purpura 90 %
Hematuria, proteinuria 50 %
Nyeri abdominal 75 %
Artralgia/ artritis 60 % - 85 % (4)
Kriteria Definisi
Purpura non trombositopenia (palpable
purpura)
Lesi kulit hemoragik yang dapat diraba,
terdapat elevasi kulit, tidak
berhubungan dengan trombositopenia
Usia onset ≤ 20 tahun Onset gejala pertama ≤ 20 tahun
Gejala abdominal / gangguan saluran
cerna (Bowel angina)
Nyeri abdominal difus, memberat
setelah makan atau diagnosis iskemia
usus, biasanya termasuk BAB berdarah
Granulosit dinding pada biopsy Perubahan histologi menunjukkan
granulosit pada dinding arteriol atau
venula
5 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
Untuk kepentingan klasifikasi, pasien dikatakan mempunyai henoch
schonlein purpura bila memenuhi setidaknya 2 dari kriteria yang ada. (2)
VI. PENATALAKSANAAN
Umumnya dapat sembuh sendiri (self –limited) paling lama antara 6 – 16
minggu. Pengobatan bersifat suportif dengan menghindari aspirin serta senyawa-
senyawanya. Adanya keluhan nyeri sendi dapat diberikanNSAID sedangkan
steroid dapat diberikan pada kedadaan yang lebih berat. Keadaangangguan ginjal
yang progresif sukar pengobatannya kadang tidak respon dengan steroid.
Pemberian agresif dengan high dose steroid dan obat sitostatik dapat diberikan
pada kasus dengan prognosa buruk yaitu: proteinuria > 1 gram /hari. (4)
Tujuan utama dari pengobatanya adalah untuk mengurangi gejala seperti nyeri
sendi, nyeri abdomen atau pembengkakan. pada kebanyakan kasus kita bisa
menggunakan counter medicines, seperti acetaminophen ( tyenol), untuk nyeri.
pada beberapa pasien dengan arthtritis berat para dokter banyak meresepkan
prednison, suatu obat golongan steroid. Dokter juga bisa memeriksa fungsi ginjal
dengan tes darah dan urin setelah gejala dari henoch schonlein purpura
menghilang. penyakit ginjal biasanya muncul 3-6 bulan setelah ruam pertama.
Jika tanda dari penyakit ginjal itu muncul doker akan merujuk ke ahli ginjal yang
akan meresepkan obat untuk menekan sistem imun. Obat immunosuppressive ini
dapat menjaga penyakit ginjal ini agar tidak berkembang menjadi gagal ginjal
permanen. (3)
6 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
VII. PENUTUP
Henoch schonlein purpura merupakan suatu trias purpura dan pendarahan
mukosa, gejala-gejala saluran cerna dan arthritis, merupakan bentuk purpura
alergi yang terutama mengenai anak-anak. Mekanisme penyakit ini tidak
diketahui dengan baik ; gejala-gejalanya sering didahului oleh keadaan infeksi.
Pasien-pasien mengalami peradangan pada cabang-cabang pembuluh darah,
kapiler dan vena, mengakibatkan pecahnya pembuluh, hilangnya sel-sel darah
merah, dan pendarahan. Glomerulonefritis merupakan komplikasi yang sering
terjadi. Pengobatan bersifat suportif dengan menghindari aspirin serta senyawa-
senyawanya.
7 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Contran RS, Robbins S. Buku Ajar Patologi. Edisi 7.
Jakarta :EGC; 2007. 2: 588.
2. Tendean S, Siregar SP. Purpura Henoch-Schönlein. 2005. 7: 45-49.
Diakses dari http://www.idai.or.id/saripediatri/ Diakses 20 April 2012.
3. U.S. Department Of Health And Human Services. Henoch-Schönlein
Purpura. 2006. Diakses dari
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/Henoch Schonlein Purpura/
Diakses 20 April 2012.
4. Sukmana N. Vasculitis: Henoch Shchonlein Purpura. 2011. Diakses dari
http://www.jacinetwork.org/ Diakses 20 April 2012.
5. Scheinfeld NS. Henoch-Schönlein Purpura. 2008. Diakses dari
www.emedicine.medscape.com/article/984105-overview Diakses 20 April
2012.
6. Pudjiadi MTS, Tambunan T. Nefritis Purpura Henoch Schonlein. 2009.
Diakses dari http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-2-5.pdf Diakses
20 April 2012. 11.
7. Ozen S. Schonlein-Henoch Purpura. 2003. Diakses dari
http://www.orpha.net/data/patho/Pro/en/RheumatoidPurpura-
FRenPro749.pdf Diakses 20 April 2012. Diakses 20 April 2012.
8 | H e n o c h S c h o n l e i n P u r p u r a