hepatitis kronis baru
TRANSCRIPT
HEPATITIS KRONIS
I. PENDAHULUAN
Manifestasi hepatitis kronis sangat bervariasi, dari yang tidak bergejala, yang bergejala
nyata dengan tanda klinis penyakit hati yang jelas, hingga yang sudah menunjukkan komplikasi
berupa karsinoma hepatoseluler.
Hepatitis kronis lebih jarang terjadi dibanding hepatitis akut, namun merupakan salah
satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Penyebab yang paling
sering adalah infeksi virus hepatitis B, C dan obat – obatan.
Pada beberapa orang, kasus inflamasi kronis ini terus berlanjut dan secara perlahan
merusak organ hati dan berakibat sirosis hati, gagal hati dan pada beberapa kasus kanker hati.
Makalah ini akan membahas mengenai Definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan hepatitis kronis secara umum.
II. DEFINISI
Hepatitis kronis adalah proses peradangan pada jaringan hati dengan derajat nekrosis
yang bervariasi yang berjalan kronis berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
Hal ini dikarenakan perjalanan penyakitnya lebih ringan Pada anak kronisitas ini sedikit
lebih sulit untuk ditegakkan daripada usia dewasa. Pada anak, peradangan hati yang progresif
mungkin baru terdiagnosa ketika gejala sudah timbul selama tiga sampai empat minggu. Pada
kasus hepatitis akut, fokus perubahan terjadi di daerah parenkim hati, sedangkan pada hepatitis
kronis peradangan terjadi pada daerah portal. Dan hal ini ditandai dengan adanya proliferasi
struktur portal serta jaringan ikat. Spektrum peradangan hati kronis dimulai dari hepatitis akut,
hepatitis kronis dan menjadi sirosis hati.
III. ETIOLOGI
Umumnya hepatitis kronis disebabkan oleh infeksi satu varian virus hepatitis saja.
Penyebab tersering adalah Virus Hepatitis C (60-70% kasus), Virus Hepatitis B sekitar 5-7%
kasus, diikuti oleh infeksi Hepatitis D dan penggunaan obat-obatan.1
Faktor etiologi dari hepatitis kronis ada 5, yaitu : 3
a. Hepatitis Autoimun
Pada beberapa orang, proses inflamasi hati kronis ini menyerupai respon yang muncul
akibat reaksi tubuh yang menganggap jaringan tubuhnya sendiri sebagai benda asing,
yang dikenal sebagai reaksi autoimun. Penyebab penyakit hati autoimun adalah
multifaktorial. Faktor-faktor yang terlibat dalam pathogenesis hepatitis autoimun antara
lain, genetik,usia, jenis kelamin,sistem imun dan faktor lingkungan.
b. Penyakit hati metabolik
Penyakit hati metabolik misalnya, Penyakit Wilson, defisiensi α1 antitripsin, tirosinemia,
galaktosemia.
Penyakit Wilson adalah salah satu penyakit herediter yang berhubungan dengan retensi
abnormal dari tembaga pada hati, disebabkan karena adanya mutasi gen pada
kromosom 13, menyebabkan gangguan ekskresi tembaga di saluran biliaris sehingga
terjadi akumulasi tembaga di hati.
Defisiensi α1 antitripsin adalah kerusakan sel hati dikarenakan akumulasi α1 antitripsin
di dalam sel retikuloendotelial sel hati.
c. Infeksi Virus
Infeksi virus yang dapat berkembang menjadi hepatitis kronis adalah Virus Hepatitis-B
(HBV), Virus Hepatitis-C (HCV) dan Virus Hepatitis-D (HDV).
d. Obat-obatan
Beberapa golongan obat-obatan jangka panjang dapat menyebabkan perubahan fungsi
hati yang berkembang menjadi hepatitis kronis (drug induced-hepatitis). Diantaranya
adalah isoniazid, metildopa, nitrofurantoin, dantrolene, minocycline, pemoline dan
sulfonamide.
Tabel 1. Anamnesis dan Laboratoris Hepatitis Kronis 2
IV. MANIFESTASI KLINIK
Sekitar sepertiga hepatitis kronis timbul setelah suatu serangan hepatitis virus akut.
Yang lainnya timbul secara bertahap tanpa penyakit yang jelas sebelumnya.
Banyak penderita hepatitis kronis yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Hepatitis kronis bisa dibagi menjadi dua macam :
1. Hepatitis Kronik persisten
Penderita HKP biasanya mempunyai gejala yang ringan. Kadang-kadang tidak ditemukan riwayat
kejadian penyakit hati sebelumnya. Ditemukan secara kebetulan pada pemriksaan rutin,
menunjukkan kelainan aminotransferase yang gagal kembali ke nilai normal. Pemeriksaan fisik
tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau ditemukan hepatomegali yang ringan. Tanda
khas adalah peningkatan aminotransferase 2-5 kali nilai normal, tanpa kenaikan kadar bilirubin
serum, alkali fosfatase atau Ig.
HKP bisa sembuh sendiri atau berlanjut menjadi progresif menjadi HKA.
2. Hepatitis Kronik Aktif
Penderita HKA memberikan gejala yang lebih berat (termasuk sirosis hepatis), biasanya bersifat
progresif, bahkan sering ditemukan gambaran hepatitits akut dan ikterus menetap lebih dari
4minggu. Hepatomegali ditemukan pada >95% kasus. HKA jarang timbul pada anak-anak <6
tahun, insidens tertinggi antara umur 10-30 tahun.Beberapapenderita menunjukkan tanda-
tanda sakit berat, demamdan kehilangan berat badan. Sering disertai kelainan perdarahan.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan kenaikan aminotransferase 4-10 kali nilai normal, serum
alkali fosfatase meningkat 20-50%, waktu protrombin memanjang. HKA bisa berlanjut menjadi
bentukpenyakit hati yang berat (termasuk sirosis hepatis); tetaptidak berubah atau berkurang
secara spontan atau dengan pengobatan.
Pemeriksaan biopsi hati adalah penting dilakukan pada semua kasus untuk menetapkan
diagnosa dan apakah diperlukan pengobatankhusus. Di bawah ini diperlihatkan perbedaan
gambaran patologi hasil biopsi hati pada HKP dan HKA.
Hepatitis Kronik Persisten Hepatitis Kronik Akut
Infiltrasi sel radang kronik pada saluran portal
berbatas tegas dari parenkim hati
Infiltrasi sel radang kronik pada saluran portal
dengan gambaran perilobular hepatitis dan
nekrosis hepatoseluler “piece meal”
Erosi minimal “limiting-plate” Proliferasi fibroblastik jelas
Parenkim hati normal Distorsi arsitektur lobulus hati
Saluran portal sedikti fibrosis Infiltrasi sel radang dalam parenkim
Fibrosis ringan septa parenkim Tanda-tanda hepatitis akut
Daerah nekrosis sel hati dengan infiltrasi sel
radangSel “rossetes” pada bagian perifer lobulus
Sel Kupfer menonjol Peradangan fibrous septa interlobuler
3. Manifestasi hepatitis kronis persisten biasanya tidak jelas atau tanpa gejala. Penderita
mengeluhkan sesuatu yang tidak khas seperti kelelahan,nafsu makan
memburuk,intoleransi lemak serta rasa tidak nyaman didaerah hati. Kadang terjadi
demam ringan dan rasa tidak nyaman di peruta bagian atas. Sakit kuning (jaundice) bisa
terjadi,bias juga tidak.
Pada akhirnya akan timbul gambaran penyakit hati menahun:
Hepatitis kronis karena autoimun menunjukkan gejala dan tanda yang melibatkan organ
lain seperti terdapatnya arthritis,vaskulitis,nefritis,tiroiditis,anemia hemolitik dan terdapatnya
ruam.
Penyakit Wilson sama dengan etiologi yang lain, akan menunjukkan gejala dan tanda
hepatitis kronis seperti hepatomegali asimtomatik dengan atau tanpa splenomegali,hipertensi
portal,asites,edema,perdarahan varises esophagus,atau efek yang timbul oleh kelainan fungsi
hati seperti pubertas terlambat,amenorea, dan gangguan pembekuan darah. Penderita anak
awalnya lebih menunjukkan penyakit hati kronis,seiring bertambahnya umur, manifestasi
ekstrahepatik lebih dominan antara lain tremor,disartria,distonia,deteriosi disekolah atau
perubahan perilaku.
Pada penderita defisiensi α1 antitripsin,manifestasi penyakitnya bervariasi. Pada minggu
pertama kehidupan dapat ditemukan kolestasis dan hepatomegali, ikterik biasanya menghilang
pada umur 2-4 bulan. Penyakit akan berkanjut menjadi hepatitis kronis dan sirosis.
Hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hepatoselular.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis hepatitis kronis ditegakkan berdasarkan temuan klinis ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium.
1. Anamnesa: munculnya gejala prodromal, riwayat hepatitis B atau C sebelumnya,
riwayat penyakit hepatitis yang tidak sembuh baik secara klinis, laboratorium
ataupun keduanya, adanya riwayat transfusi darah sebelumnya atau pemakaian
jarum suntik.
2. Pemeriksaan fisik: ikterus, hepatomegali dengan atau tanpa splenomegali. Bila
terjadi sirosis, dapat ditemukan venektasi, kemerahan pada telapak tangan dan
akumulasi cairan pada tubuh (asites)
3. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium memiliki makna sebagai penunjang penegakkan diagnosis dan
sebagai sarana follow up dan prognosis.
Hepatitis kronis ditandai dengan adanya peningkatan tes fungsi hati (bilirubin, AST
dan atau ALT, alkali fosfatase, gamma globulin) dan penurunan albumin,
abnormalitas darah rutin (hemoglobin, leukosit, trombosit, protrombin time, hitung
jenis limfosit), tes serologis (hepatitis B surface antigen, HBeAg, anti HBc, HBV
DNA, anti HCV, HCV RNA, hepatitis C antibodi), alfa fetoprotein.
4. Biopsi hati
Secara histopatologis, hepatitis kronis ditandai dengan infiltrasi porta oleh sel-sel
inflamasi yang di predominasi oleh sel mononuklear, limfosit, monosit dan sel
plasma.
Bilamana infiltrasi terbatas pada trias porta, maka peradangan dikatakan ringan. Bila
proses infiltrasi meluas hingga jaringan parenkim (piecemeal necrosis), maka
dinyatakan sebagai hepatitis kronis sedang dan berat bila proses meluas dari porta
komunikans hingga ke vena sentralis. Hepatitis kronis berat ditandai pula dengan
adanya nekrosis multilobuler yang bersatu (konfluens) yang kemudian cenderung
berkembang menjadi sirosis.
Diagnosis hepatitis kronis harus dipikirkan bila pada seorang anak dengan hepatitis diikuti
tanda-tanda :6
1. Keadaan klinis dan biokimia hepatitis akut menetap dalam 2 sampai 3 bulan.
2. Keadaan hepatitis akut yang disertai dengan hipergammaglobulinemia, faktor
antinuklear positif dan waktu protrombin memanjang.
3. Relaps hepatitis akut.
4. Hepatitis yang dilanjutkan dengan cholestatic jaundice pada bayi.
5. Penurunan kadar alfa-1 antitripsin serum.
6. Penurunan kadar seruloplasmin.
7. Hepatitis B surface antigen yang tetap positif lebih dari 1 bulan.
Keadaan hepatitis kronis pada anak jarang terjadi pada usia dibawah 6 tahun, dengan
insidensi tertinggi usia 10 tahun sampai 30 tahun.6
V. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan hepatitis kronis adalah untuk menekan atau
mengeliminasi inflamasi hati dengan efek samping minimal.3 Pengobatan dapat diberikan
sesuai dengan kondisi klinis dan faktor etiologi yang berperan.
Pada Hepatitis Kronis akibat penggunaan obat-obatan jangka panjang, penatalaksanaan
dimulai dari penghentian obat tersebut.
Pada Hepatitis kronis akibat infeksi virus hepatitis B dapat diterapi dengan pemberian
interferon 5-10 MU/m2 luas permukaan tubuh, 3 kali seminggu selama 4-6 bulan. Terapi
hepatitis kronis kronis akibat virus hepatitis C dengan pemberian interferon 3 MU/m2 luas
permukaan tubuh, 3 kali seminggu selama 6-12 bulan.3 Pada literatur lain dikatakan
penggunaan obat antiviral juga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hepatitis B diterapi
dengan menggunakan antiviral seperti entecavir, adenovie atau lamivudine dan telbivudine.
Semuanya dapat diberikan secara oral. Sedangkan pada Hepatitis C, kombinasi interferon
dan ribavirin sangat direkomendasikan. Berdasarkan penelitian, setelah pengobatan selama 6
sampai 12 bulan dengan kombinasi ini hampir 75% kasus membaik tanpa masalah lanjutan.1
Pada kasus hepatitis kronis terutama akibat autoimun, kortikosteroid masih menjadi obat
pilihan utama. Prednison 1-2 mg/kgBB/hari diberikan sampai kadar aminotransferase kurang
dari 2 kali kadar normal.3 Pengobatan juga dapat memberikan hasil yang lebih baik bila
kortikosteroid dikombinasikan dengan azathiopirine yang bersifat imunosupresan.
Pada penyakit wilson pemberian copper chelating agents seperti penisilamin atau
trientin dan pemantauan ekskresi tembaga dalam urin. Jika ekskresi tembaga dalam urin
menurun maka bisa diberikan garam seng.
Pada kasus defisiensi α 1 antritipsin belum ada terapi yang adekuat. Penatalaksanaan
dilakukan secara suportif untuk mengurangi derajat kerusakan hati. Transplantasi hati adalah
salah satu metode kuratif saat ini.
Transplantasi hati dapat pula dipertimbangkan pada beberapa kasus dengan kegagalan
fungsi hati, meski dalam aplikasinya masih banyak ditemukan kendala.
DAFTAR PUSTAKA
7. Cohen S. Chronic Hepatitis. Merck’s Manuals Online Medical Library (Online) 2007 (dikutip: 8
Maret 2009). Tersedia dari URL: http://www.merck.com/mmhe/ch137c.html
8. Bain V, Ma M. Chronic Hepatitis. First Principles of Gastroenterology: The Basis of Disease
and an Approach to Management (Online) 2009 (dikutip: 8 Maret 2009). Tersedia dari URL:
http://www.gastroresource.com/gitextbook/en/Chapter14/14-5.htm
1. Snyder JD, Pickering LK. Viral hepatitis. Dalam: Berhman RE, kliegman RM, Jenson HB,
editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Co; 2003. h.
1327-29.
2. Lok AS, McMahon BJ. Chronic Hepatitis B. AASLD (Online) 2006 (dikutip: 8 Maret 2009)..
Tersedia dari URL: http://www.aasld.org/eweb/docs/chronichep_B
3. Oswari H. Tinjauan multi-aspek Hepatitis B pada anak. Dalam: Zulkarnain Z, Bisanto J,
Pujiarto PS, Oswari H, penyunting. Tinjauan komprehensif Hepatitis virus pada anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000. h. 33-50.
4. Mowat AP. Chronic hepatitis. Dalam: Mowat AP. Liver disorders in childhood. London:
Butterwoths.
5. Sherlock S, Dooley J. Chronic hepatits. Dalam: Sherlock S. diseases of the liver and biliary
system. Edisi ke-9. Blackwell scientific publications. Oxford; 1991. h. 293-321.
6. Kliegman RM, Marcdante K. Viral Hepatitis. Dalam : Nelson’s Essential of Pediatric. Edisi ke-
5. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007. h. 518-22.