hepatitis kronis baru

11
HEPATITIS KRONIS I. PENDAHULUAN Manifestasi hepatitis kronis sangat bervariasi, dari yang tidak bergejala, yang bergejala nyata dengan tanda klinis penyakit hati yang jelas, hingga yang sudah menunjukkan komplikasi berupa karsinoma hepatoseluler. Hepatitis kronis lebih jarang terjadi dibanding hepatitis akut, namun merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus hepatitis B, C dan obat – obatan. Pada beberapa orang, kasus inflamasi kronis ini terus berlanjut dan secara perlahan merusak organ hati dan berakibat sirosis hati, gagal hati dan pada beberapa kasus kanker hati. Makalah ini akan membahas mengenai Definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan hepatitis kronis secara umum. II. DEFINISI Hepatitis kronis adalah proses peradangan pada jaringan hati dengan derajat nekrosis yang bervariasi yang berjalan kronis berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Hal ini dikarenakan perjalanan penyakitnya lebih ringan Pada anak kronisitas ini sedikit lebih sulit untuk ditegakkan daripada usia dewasa. Pada anak, peradangan hati yang progresif mungkin baru terdiagnosa ketika gejala sudah timbul selama tiga sampai empat minggu. Pada kasus hepatitis akut, fokus perubahan terjadi di daerah

Upload: sita-munawir

Post on 31-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hepatitis Kronis Baru

HEPATITIS KRONIS

I. PENDAHULUAN

Manifestasi hepatitis kronis sangat bervariasi, dari yang tidak bergejala, yang bergejala

nyata dengan tanda klinis penyakit hati yang jelas, hingga yang sudah menunjukkan komplikasi

berupa karsinoma hepatoseluler.

Hepatitis kronis lebih jarang terjadi dibanding hepatitis akut, namun merupakan salah

satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Penyebab yang paling

sering adalah infeksi virus hepatitis B, C dan obat – obatan.

Pada beberapa orang, kasus inflamasi kronis ini terus berlanjut dan secara perlahan

merusak organ hati dan berakibat sirosis hati, gagal hati dan pada beberapa kasus kanker hati.

Makalah ini akan membahas mengenai Definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan

penatalaksanaan hepatitis kronis secara umum.

II. DEFINISI

Hepatitis kronis adalah proses peradangan pada jaringan hati dengan derajat nekrosis

yang bervariasi yang berjalan kronis berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Hal ini dikarenakan perjalanan penyakitnya lebih ringan Pada anak kronisitas ini sedikit

lebih sulit untuk ditegakkan daripada usia dewasa. Pada anak, peradangan hati yang progresif

mungkin baru terdiagnosa ketika gejala sudah timbul selama tiga sampai empat minggu. Pada

kasus hepatitis akut, fokus perubahan terjadi di daerah parenkim hati, sedangkan pada hepatitis

kronis peradangan terjadi pada daerah portal. Dan hal ini ditandai dengan adanya proliferasi

struktur portal serta jaringan ikat. Spektrum peradangan hati kronis dimulai dari hepatitis akut,

hepatitis kronis dan menjadi sirosis hati.

III. ETIOLOGI

Umumnya hepatitis kronis disebabkan oleh infeksi satu varian virus hepatitis saja.

Penyebab tersering adalah Virus Hepatitis C (60-70% kasus), Virus Hepatitis B sekitar 5-7%

kasus, diikuti oleh infeksi Hepatitis D dan penggunaan obat-obatan.1

Faktor etiologi dari hepatitis kronis ada 5, yaitu : 3

a. Hepatitis Autoimun

Page 2: Hepatitis Kronis Baru

Pada beberapa orang, proses inflamasi hati kronis ini menyerupai respon yang muncul

akibat reaksi tubuh yang menganggap jaringan tubuhnya sendiri sebagai benda asing,

yang dikenal sebagai reaksi autoimun. Penyebab penyakit hati autoimun adalah

multifaktorial. Faktor-faktor yang terlibat dalam pathogenesis hepatitis autoimun antara

lain, genetik,usia, jenis kelamin,sistem imun dan faktor lingkungan.

b. Penyakit hati metabolik

Penyakit hati metabolik misalnya, Penyakit Wilson, defisiensi α1 antitripsin, tirosinemia,

galaktosemia.

Penyakit Wilson adalah salah satu penyakit herediter yang berhubungan dengan retensi

abnormal dari tembaga pada hati, disebabkan karena adanya mutasi gen pada

kromosom 13, menyebabkan gangguan ekskresi tembaga di saluran biliaris sehingga

terjadi akumulasi tembaga di hati.

Defisiensi α1 antitripsin adalah kerusakan sel hati dikarenakan akumulasi α1 antitripsin

di dalam sel retikuloendotelial sel hati.

c. Infeksi Virus

Infeksi virus yang dapat berkembang menjadi hepatitis kronis adalah Virus Hepatitis-B

(HBV), Virus Hepatitis-C (HCV) dan Virus Hepatitis-D (HDV).

d. Obat-obatan

Beberapa golongan obat-obatan jangka panjang dapat menyebabkan perubahan fungsi

hati yang berkembang menjadi hepatitis kronis (drug induced-hepatitis). Diantaranya

adalah isoniazid, metildopa, nitrofurantoin, dantrolene, minocycline, pemoline dan

sulfonamide.

Page 3: Hepatitis Kronis Baru

Tabel 1. Anamnesis dan Laboratoris Hepatitis Kronis 2

IV. MANIFESTASI KLINIK

Sekitar sepertiga hepatitis kronis timbul setelah suatu serangan hepatitis virus akut.

Yang lainnya timbul secara bertahap tanpa penyakit yang jelas sebelumnya.

Banyak penderita hepatitis kronis yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Hepatitis kronis bisa dibagi menjadi dua macam :

1. Hepatitis Kronik persisten

Penderita HKP biasanya mempunyai gejala yang ringan. Kadang-kadang tidak ditemukan riwayat

kejadian penyakit hati sebelumnya. Ditemukan secara kebetulan pada pemriksaan rutin,

menunjukkan kelainan aminotransferase yang gagal kembali ke nilai normal. Pemeriksaan fisik

tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau ditemukan hepatomegali yang ringan. Tanda

khas adalah peningkatan aminotransferase 2-5 kali nilai normal, tanpa kenaikan kadar bilirubin

serum, alkali fosfatase atau Ig.

Page 4: Hepatitis Kronis Baru

HKP bisa sembuh sendiri atau berlanjut menjadi progresif menjadi HKA.

2. Hepatitis Kronik Aktif

Penderita HKA memberikan gejala yang lebih berat (termasuk sirosis hepatis), biasanya bersifat

progresif, bahkan sering ditemukan gambaran hepatitits akut dan ikterus menetap lebih dari

4minggu. Hepatomegali ditemukan pada >95% kasus. HKA jarang timbul pada anak-anak <6

tahun, insidens tertinggi antara umur 10-30 tahun.Beberapapenderita menunjukkan tanda-

tanda sakit berat, demamdan kehilangan berat badan. Sering disertai kelainan perdarahan.

Pemeriksaan laboratorium ditemukan kenaikan aminotransferase 4-10 kali nilai normal, serum

alkali fosfatase meningkat 20-50%, waktu protrombin memanjang. HKA bisa berlanjut menjadi

bentukpenyakit hati yang berat (termasuk sirosis hepatis); tetaptidak berubah atau berkurang

secara spontan atau dengan pengobatan.

Pemeriksaan biopsi hati adalah penting dilakukan pada semua kasus untuk menetapkan

diagnosa dan apakah diperlukan pengobatankhusus. Di bawah ini diperlihatkan perbedaan

gambaran patologi hasil biopsi hati pada HKP dan HKA.

Hepatitis Kronik Persisten Hepatitis Kronik Akut

Infiltrasi sel radang kronik pada saluran portal

berbatas tegas dari parenkim hati

Infiltrasi sel radang kronik pada saluran portal

dengan gambaran perilobular hepatitis dan

nekrosis hepatoseluler “piece meal”

Erosi minimal “limiting-plate” Proliferasi fibroblastik jelas

Parenkim hati normal Distorsi arsitektur lobulus hati

Saluran portal sedikti fibrosis Infiltrasi sel radang dalam parenkim

Fibrosis ringan septa parenkim Tanda-tanda hepatitis akut

Daerah nekrosis sel hati dengan infiltrasi sel

radangSel “rossetes” pada bagian perifer lobulus

Sel Kupfer menonjol Peradangan fibrous septa interlobuler

3. Manifestasi hepatitis kronis persisten biasanya tidak jelas atau tanpa gejala. Penderita

mengeluhkan sesuatu yang tidak khas seperti kelelahan,nafsu makan

Page 5: Hepatitis Kronis Baru

memburuk,intoleransi lemak serta rasa tidak nyaman didaerah hati. Kadang terjadi

demam ringan dan rasa tidak nyaman di peruta bagian atas. Sakit kuning (jaundice) bisa

terjadi,bias juga tidak.

Pada akhirnya akan timbul gambaran penyakit hati menahun:

Hepatitis kronis karena autoimun menunjukkan gejala dan tanda yang melibatkan organ

lain seperti terdapatnya arthritis,vaskulitis,nefritis,tiroiditis,anemia hemolitik dan terdapatnya

ruam.

Penyakit Wilson sama dengan etiologi yang lain, akan menunjukkan gejala dan tanda

hepatitis kronis seperti hepatomegali asimtomatik dengan atau tanpa splenomegali,hipertensi

portal,asites,edema,perdarahan varises esophagus,atau efek yang timbul oleh kelainan fungsi

hati seperti pubertas terlambat,amenorea, dan gangguan pembekuan darah. Penderita anak

awalnya lebih menunjukkan penyakit hati kronis,seiring bertambahnya umur, manifestasi

ekstrahepatik lebih dominan antara lain tremor,disartria,distonia,deteriosi disekolah atau

perubahan perilaku.

Pada penderita defisiensi α1 antitripsin,manifestasi penyakitnya bervariasi. Pada minggu

pertama kehidupan dapat ditemukan kolestasis dan hepatomegali, ikterik biasanya menghilang

pada umur 2-4 bulan. Penyakit akan berkanjut menjadi hepatitis kronis dan sirosis.

Hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hepatoselular.

V. DIAGNOSIS

Diagnosis hepatitis kronis ditegakkan berdasarkan temuan klinis ditunjang dengan

pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesa: munculnya gejala prodromal, riwayat hepatitis B atau C sebelumnya,

riwayat penyakit hepatitis yang tidak sembuh baik secara klinis, laboratorium

ataupun keduanya, adanya riwayat transfusi darah sebelumnya atau pemakaian

jarum suntik.

2. Pemeriksaan fisik: ikterus, hepatomegali dengan atau tanpa splenomegali. Bila

terjadi sirosis, dapat ditemukan venektasi, kemerahan pada telapak tangan dan

akumulasi cairan pada tubuh (asites)

3. Pemeriksaan laboratorium

Laboratorium memiliki makna sebagai penunjang penegakkan diagnosis dan

sebagai sarana follow up dan prognosis.

Page 6: Hepatitis Kronis Baru

Hepatitis kronis ditandai dengan adanya peningkatan tes fungsi hati (bilirubin, AST

dan atau ALT, alkali fosfatase, gamma globulin) dan penurunan albumin,

abnormalitas darah rutin (hemoglobin, leukosit, trombosit, protrombin time, hitung

jenis limfosit), tes serologis (hepatitis B surface antigen, HBeAg, anti HBc, HBV

DNA, anti HCV, HCV RNA, hepatitis C antibodi), alfa fetoprotein.

4. Biopsi hati

Secara histopatologis, hepatitis kronis ditandai dengan infiltrasi porta oleh sel-sel

inflamasi yang di predominasi oleh sel mononuklear, limfosit, monosit dan sel

plasma.

Bilamana infiltrasi terbatas pada trias porta, maka peradangan dikatakan ringan. Bila

proses infiltrasi meluas hingga jaringan parenkim (piecemeal necrosis), maka

dinyatakan sebagai hepatitis kronis sedang dan berat bila proses meluas dari porta

komunikans hingga ke vena sentralis. Hepatitis kronis berat ditandai pula dengan

adanya nekrosis multilobuler yang bersatu (konfluens) yang kemudian cenderung

berkembang menjadi sirosis.

Diagnosis hepatitis kronis harus dipikirkan bila pada seorang anak dengan hepatitis diikuti

tanda-tanda :6

1. Keadaan klinis dan biokimia hepatitis akut menetap dalam 2 sampai 3 bulan.

2. Keadaan hepatitis akut yang disertai dengan hipergammaglobulinemia, faktor

antinuklear positif dan waktu protrombin memanjang.

3. Relaps hepatitis akut.

4. Hepatitis yang dilanjutkan dengan cholestatic jaundice pada bayi.

5. Penurunan kadar alfa-1 antitripsin serum.

6. Penurunan kadar seruloplasmin.

7. Hepatitis B surface antigen yang tetap positif lebih dari 1 bulan.

Keadaan hepatitis kronis pada anak jarang terjadi pada usia dibawah 6 tahun, dengan

insidensi tertinggi usia 10 tahun sampai 30 tahun.6

V. PENATALAKSANAAN

Page 7: Hepatitis Kronis Baru

Tujuan utama dari penatalaksanaan hepatitis kronis adalah untuk menekan atau

mengeliminasi inflamasi hati dengan efek samping minimal.3 Pengobatan dapat diberikan

sesuai dengan kondisi klinis dan faktor etiologi yang berperan.

Pada Hepatitis Kronis akibat penggunaan obat-obatan jangka panjang, penatalaksanaan

dimulai dari penghentian obat tersebut.

Pada Hepatitis kronis akibat infeksi virus hepatitis B dapat diterapi dengan pemberian

interferon 5-10 MU/m2 luas permukaan tubuh, 3 kali seminggu selama 4-6 bulan. Terapi

hepatitis kronis kronis akibat virus hepatitis C dengan pemberian interferon 3 MU/m2 luas

permukaan tubuh, 3 kali seminggu selama 6-12 bulan.3 Pada literatur lain dikatakan

penggunaan obat antiviral juga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hepatitis B diterapi

dengan menggunakan antiviral seperti entecavir, adenovie atau lamivudine dan telbivudine.

Semuanya dapat diberikan secara oral. Sedangkan pada Hepatitis C, kombinasi interferon

dan ribavirin sangat direkomendasikan. Berdasarkan penelitian, setelah pengobatan selama 6

sampai 12 bulan dengan kombinasi ini hampir 75% kasus membaik tanpa masalah lanjutan.1

Pada kasus hepatitis kronis terutama akibat autoimun, kortikosteroid masih menjadi obat

pilihan utama. Prednison 1-2 mg/kgBB/hari diberikan sampai kadar aminotransferase kurang

dari 2 kali kadar normal.3 Pengobatan juga dapat memberikan hasil yang lebih baik bila

kortikosteroid dikombinasikan dengan azathiopirine yang bersifat imunosupresan.

Pada penyakit wilson pemberian copper chelating agents seperti penisilamin atau

trientin dan pemantauan ekskresi tembaga dalam urin. Jika ekskresi tembaga dalam urin

menurun maka bisa diberikan garam seng.

Pada kasus defisiensi α 1 antritipsin belum ada terapi yang adekuat. Penatalaksanaan

dilakukan secara suportif untuk mengurangi derajat kerusakan hati. Transplantasi hati adalah

salah satu metode kuratif saat ini.

Transplantasi hati dapat pula dipertimbangkan pada beberapa kasus dengan kegagalan

fungsi hati, meski dalam aplikasinya masih banyak ditemukan kendala.

DAFTAR PUSTAKA

7. Cohen S. Chronic Hepatitis. Merck’s Manuals Online Medical Library (Online) 2007 (dikutip: 8

Maret 2009). Tersedia dari URL: http://www.merck.com/mmhe/ch137c.html

8. Bain V, Ma M. Chronic Hepatitis. First Principles of Gastroenterology: The Basis of Disease

and an Approach to Management (Online) 2009 (dikutip: 8 Maret 2009). Tersedia dari URL:

http://www.gastroresource.com/gitextbook/en/Chapter14/14-5.htm

Page 8: Hepatitis Kronis Baru

1. Snyder JD, Pickering LK. Viral hepatitis. Dalam: Berhman RE, kliegman RM, Jenson HB,

editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Co; 2003. h.

1327-29.

2. Lok AS, McMahon BJ. Chronic Hepatitis B. AASLD (Online) 2006 (dikutip: 8 Maret 2009)..

Tersedia dari URL: http://www.aasld.org/eweb/docs/chronichep_B

3. Oswari H. Tinjauan multi-aspek Hepatitis B pada anak. Dalam: Zulkarnain Z, Bisanto J,

Pujiarto PS, Oswari H, penyunting. Tinjauan komprehensif Hepatitis virus pada anak.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000. h. 33-50.

4. Mowat AP. Chronic hepatitis. Dalam: Mowat AP. Liver disorders in childhood. London:

Butterwoths.

5. Sherlock S, Dooley J. Chronic hepatits. Dalam: Sherlock S. diseases of the liver and biliary

system. Edisi ke-9. Blackwell scientific publications. Oxford; 1991. h. 293-321.

6. Kliegman RM, Marcdante K. Viral Hepatitis. Dalam : Nelson’s Essential of Pediatric. Edisi ke-

5. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007. h. 518-22.