hep b
DESCRIPTION
hepatitis bTRANSCRIPT
1. DEFINISI
Penyakit infeksi akut pada yang menyebabkan peradangan hati yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B.1,2,3,4,5 Infeksi HBV mempunyai 2 fase akut dan kronis
:1
Akut, infeksi muncul segera setelah terpapar virus itu.beberapa kasus berubah
menjadi hepatitis fulminan.
Kronik, bila infeksi menjadi lebih lama dari 6 bulan
2. ETIOLOGI
Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam family
Hepadnaviridae. Nama family Hepadnaviridae ini disebut demikian karena virus
bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA.1,2,5
Cara transmisi :
- Melalui darah : penerima produk darah, IVDU, pasien hemodialisis, pekerja
kesehatan, pekerja yang terpapar darah
- Transmisi seksual
- Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa : tertusuk jarum, penggunaan ulang
alat medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur, tato, akupuntur,
penggunaan sikat gigi bersama
- Transmisi maternal neonatal
- Tak ada bukti penyebaran fecal-oral
3. PATOMEKANISME
Langkah pertama dalam hepatitis akut adalah infeksi hepatosit oleh HBV,
menyebabkan munculnya antigen virus pada permukaan sel. Selama infeksi HBV akut
berbagai mekanisme system imun diaktivasi untuk mencapai pembersihan virus dari
tubuh. Bersamaan dengan itu terjadi peningkatan serum transaminase, dan terbentuk
antibody spesifik terhadap protein HBV, yang terpenting adalah anti-HBs.1
Untuk dapat membersihkan HBV dari tubuh seseorang dibutuhkan respons
imun non-spesifik dan respons imun spesifik yang bekerja dengan baik. Segera setelah
infeksi virus terjadi mekanisme efektor system imun non-spesifik diaktifkan, antara lain
interferon. Interferon ini men ingkatkan ekspresi HLA kelas I pada permukaan sel
hepatosit yang terinfeksi VHB, sehingga nantinya memudahkan sel T sitotoksis
mengenal sel hepatosit yang terinfeksi dan melisiskannya. Selanjutnya antigen
presenting cell (APC) seperti sel makrofag atau sel Kupffer akan memfagositosis dan
mengolah VHB. Sel APC ini kemudian akan mempresentasikan antigen VHB dengan
bantuan HLA kelas II pada sel CD4 (sel T helper / Th) sehingga terjadi ikatan dan
membentuk suatu kompleks. Kompleks ini kemudian akan mengeluarkan produk
sitokin. Sel CD4 ini mulanya adalah berupa Th0, dan akan berdiferensiasi menjadi Th1
atau Th2. Diferensiasi ini tergantung pada adanya sitokin yang mempengaruhinya. 1
Pada tipe diferensiasi Th0 menjadi Th1 akan diproduksi sitokin IL-2 dan IFN γ,
sitokin ini akan mengaktifkan sel T sitotoksis untuk mengenali sel hepatosit yang
terinfeksi VHB dan melisiskan sel tersebut yang berarti juga melisiskan virus. Pada
hepatitis B kronis sayangnya hal ini tidak terjadi. Diferensiasi ternyata lebih dominan ke
arah Th2, sehingga respons imun yang dihasilkan tidak efektif untuk eliminasi virus
intrasel.1
Selain itu, IL-12 yang dihasilkan kompleks Th dan sel APC akan mengaktifkan
sel NK (natural killer). Sel ini merupakan sel primitive yang secara non-spesifik akan
melisiskan sel yang terinfeksi. Induksi dan aktivasi sitotoksis dan proliferasi sel NK ini
bergantung pada interferon. Walaupun peran sel NK yang jelas belum diketahui,
tampaknya sel ini berperan penting untuk terjadi resolusi infeksi virus akut. Pada
hepatitis B kronis siketahui terdapat gangguan fungsi sel NK ini.1
4. GEJALA KLINIS
Perjalanan klinis HBV umumnya dibagi menjadi 4 stadium :1
1. Stadium I
Bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat berlangsung hanya 2-4
minggu saja. Pada periode ini, replikasi virus dapat terus berlangsung walaupun serum
ALT hanya sedikit atau bahkan tidak meningkat sama sekali serta tidak menimbulkan
gejala klinis.
2. Stadium II
Mulai muncul respons imun dan berkembang. Hal ini akan mengakibatkan
stimulasi sitokin dan menyebabkan sitolisis hepatosit secara langsung dan terjadi
proses inflamasi. Pada stadium ini HBeAg tetap diproduksi, tetapi serum DNA-VHB
menurun jumlahnya karena sel yang terinfeksi juga menurun. Pada hepatitis B akut,
stadium ini merupakan periode simtomatik dan umumnya berlangsung selama 3-4
minggu. Pada pasien dengan hepatitis kronis stadium ini dapat berlangsung selama 10
tahun atau lebih, yang kemudian akan melanjut sitosis dan komplikasinya.
3. Stadium III
Dimulai ketika pejamu mampu mempertahankan respons imunnya dan mampu
mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga sel yang terinfeksi menurun
jumlahnya dan replikasi virus aktif berakhir. Pada stadium ini tidak terdapat lagi HBeAg
dan kemudian muncul antibody terhadap HBeAg. Penurunan jumlah DNA virus yang
bermakna ditemukan walaupun DNA-VHB pasien tetap positif.
4. Stadium IV
HBsAg menghilang dan timbul antibody terhadap HBsAg (anti-HBs). 1
Petanda Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
HbsAg + + + _
Anti-HBs _ _ _ +
DNA-VHB + kuat + _ _
Anti HBc + + + +
HbeAg + + _ _
Anti Hbe _ _ + +
AST & ALT N meningkat N N
Gejala berkembang dan muncul antara 30-180 hari setelah terpapar virus. Awalnya
gejala seperti flu biasa. Gejala-gejala yang muncul antara lain :
- Kehilangan nafsu makan
- Cepat lelah
- Mual dan muntah
- Gatal seluruh tubuh
- Nyeri abdomen kanan atas
- Kuning, kulit dan atau sklera
- Warna urin seperti teh atau cola
- Warna feses lebih pucat
5. DIAGNOSIS KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skrining untuk hepatitis B rutin memerlukan assay sekurang-kurangnya 2
pertanda serologis. HBsAg adalah pertanda serologis pertama infeksi yang muncul dan
terdapat pada hampir semua orang yang terinfeksi; kenaikannya sangat bertepatan
dengan mulainya gejala. HBeAg sering muncul selama fase akut dan menunjukkan
status yang sangat infeksius. Karena kadar HBsAg turun sebelum akhir gejala,
antibody IgM terhadap antigen core hepatitis B (IgM anti HBcAg) juga diperlukan
karena ia naik awal pasca infeksi dan menetap selama beberapa bulan sebelum
diganti dengan IgG anti-HBcAg, yang menetap selama beberapa tahun. IgM anti-
HBcAg biasanya tidak ada pada infeksi HBV perinatal. Anti-HBcAg adalah satu
pertanda serologis infeksi HBV akut yang paling berharga karena ia muncul hampir
seawal HBsAg dan terus kemudian dalam perjalanan penyakit bila HBsAg telah
menghilang. Hanya anti-HBsAg yang ada pada orang-orang yang diimunisasi dengan
vaksin hepatitis B, sedang anti-HBsAg dan anti-HBcAg terdeteksi pada orang dengan
infeksi yang sembuh.1,2,3,4
6. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana hepatits B akut tidak membutuhkan terapi antiviral dan
prinsipnya adalah suportif. Pasien dianjurkan beristirahat cukup pada periode
simptomatis. Hepatitis B immunoglobulin (HBIg) dan kortikosteroid tidak efektif.
Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan dapat digunakan pada hepatitis fulminan
akibat eksaserbasi akut HVB. 1,2,3,4,5
Pada HBV kronis, tujuan terapi adalah untuk mengeradikasi infeksi
dengan menjadi normalnya nilai aminotransferase, menghilangnya replikasi
virus dengan terjadinya serokonversi HBeAg menjadi antiHBe dan tidak
terdeteksinya HBV-DNA lagi. Bila respons terapi komplit, akan terjadi pula
serokonversi HBsAg menjadi anti HBs, sehingga sirosis serta karsinoma
hepatoseluler dapat dicegah.
Berdasarkan rekomendasi APASL (Asia Pacific Association for Study of
the Liver), anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat terapi antiviral
bila nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas normal selama lebih dari 6 bulan,
terdapat replikasi aktif (HBeAg dan/atau HBV-DNA positif). Sebaiknya biopsy
hati dilakukan sebelum memulai pengobatan untuk mengetahui derajat
kerusakan hati. Interferon dan lamivudin telah disetujui untuk digunakan pada
terapi hepatitis B kronis. Bila hanya memakai interferon (dosis 5-10 MU/m2,
subkutan 3x/minggu) dianjurkan diberikan selama 4-6 bulan, sedangkan bila
hanya digunakan lamivudin tersendiri diberikan paling sedikit selama 1 tahun
atau paling sedikit 6 bulan bila telah terjadi konversi HBeAg menjadi anti HBe. 1,2,3,4,5
PENCEGAHAN
Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B sebelum paparan.
1. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan
a. Vaksin rekombinan ragi
o Mengandung HbsAg sebagai imunogen
o Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HbsAg pada > 95% pasien
dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3 dosis
o Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV
o Booster tidak direkomendasikan walaupun setelah 15 tahun imunisasi awal
o Booster hanya untuk individu dengan imunokompromais jika titer dibawah 10mU/mL
b. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM (deltoid) dosis dewasa untuk
dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19 tahun dengan dosis anak (1/2 dosis
dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan kemudian
c. Indikasi
o Imunisasi universal untuk bayi baru lahir
o Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun, bila belum divaksinasi
o Grup resiko tinggi :
Pasangan dan anggota keluarga yang kontak dengan karier hepatitis B
2. Imunoprofilaksis pasca paparan dengan( vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis
B (HBIG).)
Dosis 0,04-0,07mL/kg HBIG sesegera mungkin setelah paparan
Vaksin HBV pertama diberikan pada saat atau hari yang sama pada deltoid sisi
lain
Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian.
Neonatus dari ibu yang diketahui mengidap HbsAg positif :
o 0,5 ml HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir di bagian anterolateral
otot paha atas
o Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam waktu 12 jam pada sisi lain,
diulang pada 1 dan 6 bulan.1,2
Vaksin Kombinasi
Digunakan kepada orang yang mempunyai kemungkinan akan terpapar kedua
infeksi virus hepatitis A dan B.1
Twinrix untuk hepatitis A dan B
usia 2-15 tahun hanya membutuhkan 2 kali vaksinasi dengan interval bulan ke 0
dan ke 6.
orang dewasa diatas usia 15 tahun membutuhkan 3 dosis penyuntikan vaksin ini
dengan interval waktu penyuntikan 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan kemudian
Imunisasi Pada Bayi
Imunisasi bayi universal dengan vaksin hepatitis B sekarang dianjurkan oleh
American Academy of Pediatrics (AAP) dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS
karena strategi selektif telah gagal untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
infeksi VHB. Masa neonatus telah dijadikan sasaran karena lebih dari 90% bayi yang
mendapat infeksi perinatal akan menjadi pengidap kronis. Risiko mendapat status
pengidap kronis berkurang menurut umur; 50% anak yang lebih tua dan 10% orang
dewasa yang menjadi pengidap kronis. Dua vaksinDNA rekombinan tersedia di
Amerika Serikat; keduanya telah terbukti sangat imunogenik pada anak. Vaksin yang
berasal dari plasma asli sama imunogeniknya tetapi tidak dibuat lagi di AS.4
Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang HBsAg positif harus mendapat vaksin
pada saat lahir, umur 1 bulan dan 6 bulan. Dosis pertama harus diseertai dengan
pemberian 0,5 ml immunoglobulin hepatitis B (IGHB) sesegera mungkin sesudah lahir
karena efektivitasnya berkurang dengan cepat dengan bertambahnya waktu sesudah
lahir. AAP merekomendasikan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang HBsAg
negative mendapat dosis vaksin pertama pada saat lahir, kedua pada umur 1-2 bulan,
dan ketiga
DAFTAR PUSTAKA
1. Dienstag, Jules L. Viral Hepatitis. Kasper, Braunwald, Fauci, et all. In Harrison’s
: Principles of Internal Medicine : 1822-37. McGraw-Hill, Medical Publishing
Division, 2005.
2. Isselbacher, Kurt. Hepatology. Thomas D Boyer MD, Teresa L Wright MD,
Michael P Manns MD A Textbook of Liver Disease. Fifth Edition. Saunders
Elsevier. Canada. 2006
3. Hanifah Oswari,Tinjauan Multi Aspek Hepatitis B pada Anak – Tinjauan
Komprehensif Hepatitis Virus pada Anak. Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2000
4. Lina Herlina Soemara, Vaksinasi Hepatitis B – Tinjauan Komprehensif Hepatitis
Virus pada Anak. Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2000
5. Julfina Bisanto. Hepatitis virus – Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak
dengan Gejala Kuning. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Jakarta. 2007