hendra laporan pneumonia

23
KONSEP PNEUMONIA 1. DEFINISI Menurut Muttaqin A (2008), pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002). Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 2003) Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru- paru yang sakit (Mansjoer, 2007). 2. ETIOLOGI Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri (+) gram, Streptococcus Pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus Aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lain disebabkan oleh virus

Upload: hendradwicahyono

Post on 18-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Hendra Laporan Pneumonia

KONSEP PNEUMONIA

1. DEFINISI

Menurut Muttaqin A (2008), pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru

yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala

klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA

(P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia

disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya

konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 2003)

Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami

konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak

berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan

paru-paru yang sakit (Mansjoer, 2007).

2. ETIOLOGI

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh

bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.

Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri (+) gram, Streptococcus

Pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri  Staphylococcus

Aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan

pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lain disebabkan oleh

virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, Suatu pneumonia yang relatif sering

dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya

berada diantara bakteri dan virus (Asih&Effendy, 2004).

3. FAKTOR RESIKO

Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas

(ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, umur dibawah 2 bulan, jenis

kelamin laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai,

polusi udara, kepadatan tempat tinggal, iImunisasi yang tidak memadai, efisiensi vitamin

A dan penyakit kronik menahun.

Page 2: Hendra Laporan Pneumonia

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan berat ringannya penyakit, sesuai dengan beratnya sesak nafas dan

keadaan umum pneumonia dibedakan menjadi:

Pneumonia ringan: batuk dan sedikit sesak / takipneu tetapi masih aktif bermain,

mampu makan dan tidur seperti biasanya

Pneumonia sedang-berat: sesak dengan retraksi otot pernapasan, lemah dan tidak

mampu makan –minum sesuai kebiasaanya, serta gelisah.

Pneumonia sangat berat: sesak berat, penurunan kesadaran dan sianosis

Terdapat dua kategori yaitu:

1. Community-Acquired-Pneumonia

Community-acquired pneumonia (CAP) adalah pneumonia menular pada seseorang

yang tidak didapat dari rumah sakit. CAP adalah pneumonia yang paling umum terjadi.

Penyebab  paling umum CAP beragam, tergantung pada usia seseorang, contoh

penyebabnya Streptococcus pneumoniae, virus, bakteri yang atypical, dan

Haemophilus influenzae. Secara keseluruhan, Streptococcus pneumoniae adalah

yang paling umum menjadi penyebab CAP di seluruh dunia. Bakteri gram-negatif

menyebabkan CAP di suatu populasi berisiko tertentu. CAP adalah keempat paling

umum menjadi penyebab kematian di Inggris Raya dan keenam di Amerika Serikat.

Istilah “walking pneumonia” telah digunakan untuk menjelaskan suatu jenis CAP yang

kurang ganas (karena fakta bahwa penderita ini dapat terus “berjalan” daripada

memerlukan rumah sakit). Walking pneumonia biasanya disebabkan oleh atypical

bakteri mycoplasma pneumonia.

2. Hospital-Acquired-Pneumonia

Hospital-acquired pneumonia, juga disebut nosocomial pneumonia, pneumonia yang

diperoleh selama atau setelah sakit dan menjalani rawat inap di rumah sakit, atau

secara prosedur dimulai pada minimal 72 jam setelah masuk rumah sakit.

Penyebabnya mikrobiologi, pengobatan dan prognosa yang berbeda dari yang CAP.

Me-rumahsakit-kan pasien dapat memiliki banyak faktor risiko  pneumonia, contohnya

pasien dengan  ventilasi mekanik (alat pernapasan buatan), kekurangan gizi

berkepanjangan, penyakit jantung dan paru-paru, penurunan jumlah asam perut, dan

gangguan kekebalan. Sebagai tambahan, mikroorganisme pada seseorang yang

terpapar dari rumah sakit sering berbeda dari yang ada di rumah. Mikroorganisme

yang diperoleh dari rumah sakit mungkin termasuk bakteri yang (umumnya resisten

terhadap obat) seperti MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus),

Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia. Karena seseorang yang mendapat

pneumonia dari rumah sakit biasanya terkena bakteri yang lebih berbahaya (daripada

Page 3: Hendra Laporan Pneumonia

dari luar rumash sakit), maka ia cenderung lebih mematikan daripada CAP. Ventilator-

associated pneumonia (VAP) adalah subset dari pneumonia yang diperoleh dari

rumah sakit. VAP adalah pneumonia yang terjadi setelah – setidaknya – 48 jam

intubation (merujuk kepada penempatan sebuah tabung pada eksternal atau internal

melalui lubang tubuh, mis. mulut) dan ventilasi mekanik.

a. Klasifikasi Klinis (Zul Dahlan, 2001)

1) Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik

antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas

lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae,

Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.

b) Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat

lambat dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh

organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus,

Chlamydia psittaci.

Klasifikasi berdasarkan patologi, etiologi dan klinis menurut Price dan Arif Mutaqin

sebagai berikut:

1. Berdasarkan patologis:

a. Pnumonia lobaris

Timbul bila organisme berkolonisasi luas pada ruang alveolar yang

menyebabkan kosolidasi seluruh lobus disebabkan oleh pnumokokus.

b. Broncopneumonia

Timbul bila organism berkolonisasi pada bronkus dan meluas ke alveoli.

c. Infeksi virus

Menyebabkan peradangan interstitial melalui sel-sel limfoid, dapat sembuh

spontan.

d. Infeksi fungus atau tuberculosis paru

Menyebabkan kerusakan nekrosis pada jaringan paru.

2) Sindrom klinis, dibagi atas :

a) Pneumonia bakterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang

akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :

Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim

paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar.

Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis

atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan

Page 4: Hendra Laporan Pneumonia

jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit

kronik.

b) Pneumonia non bacterial

Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,

Chlamydia pneumoniae.

b. Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :

1) Bakterial

Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza, Klebsiella,dll

2) Non bacterial

Tuberculosis, virus, fungi, dan parasite

5. STADIUM PNEUMONIA

Untuk pneumonia, terdapat empat macam stadium penyakit, diantara lain :

1. Stadium I disebut Hipetermia

Mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung didaerah paru yang

terinfeksi, Hali ini ditandai oleh peningkatan aliran darah dan permiabilitas kapiler

ditempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator

paeradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan sel cedera.

2. Stadium II disebut Hepatisasi  Merah

Terjadi sewaktu alveolus terisi sel-sel darah merah, eksudat, dan fibrin, stadium yang

dihasilkan oleh pejamu sebagai bagian dari reaksi paradangan.

3. Stadium III disebut Hepatisasi Kelabu

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih berkolonisasi bagian paru yang terinfeksi.

4. Stadium IV disebut Resolusi

Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda:sisa-sisa sel, fibrin dan bakteri

telah dicerna:dan makrofag, sel pembersih pada reaksi paradangan, mendominasi.

6. PATOFISIOLOGI

(terlampir)

7. MANIFESTASI KLINIS

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut

selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat

dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak

kental, terkadang dapat berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah

muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk

Page 5: Hendra Laporan Pneumonia

pseudomonas aeruginosa). Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri

perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

Menurut Asih &Effendy (2004), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua

jenis pneumonia,tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh

bakteri. Gejala-gejala mencakup :

1. Demam dan mengiggil akibat proses peradangan.

2. Batuk yang sering produktif dan purulen

3. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae),merah muda (untuk

staphylococcus aureus),atau kehijauan dengan bau khas (Pseudomonas Aeruginosa).

4. Krekel (bunyi paru tambahan)

5. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.

6. Biasanya sering terjadi respon subyektif dispnu

7. Timbul tanda-tanda sianosis

8. Ventilasi mungkin berkurang akibat panimbunan mukus,yang dapat menyebabkan

atelektasis absorpsi.

9. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler,

atau akibat reaksi paradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi : Thorak foto mendeteksi

adanya penyebaran ( missal dari lobus kebronkhial ),

multiple abses / infiltrate, empiema ( staphylococcus)

penyebaran atau lokasi infiltrasi ( bacterial)

penyebaran extensive nodul infiltrate ( sering kali viral )

pada pneumonia mycoplasma chest- X ray mungkin bersih.

2. Test Fungsi Paru

Volume paru mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ), tekanan saluran

udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hypoksemia.

Tes Fungsi Paru Terdiri atas :

a. .Test Ventilasi (digunakan alat SPIROMETER, PEAK FLOW METER (Mini

Wright Peak Flow Meter), Bodyplethysmograph.

b. Test kapasitas diffusi, dengan alat Alveo-Diffusion Tester.

c. Uneven Ventilation dengan Capnograph.

Instrumen/peralatan-peralatan diatas termasuk peralatan utama/ Induk,

namun untuk operasional masih memerlukan alat-alat pendukung lainnya,

seperti X – Y RECORDER dllnya.

Page 6: Hendra Laporan Pneumonia

3. Laboratorium.

Darah lengkap ( Complete blood count – CBC) : leukositosis biasanya

timbul,meskipun nilai pemeriksaan sel darah puth ( leukosit / WBC) rendah

pada infeksi virus )

LED meningkat, ada tanda infeksi

Pemeriksaan elektrolit natrium dan kalium untuk mengetahui adanya

keseimbangan cairan elektrolit dan asam- basa darah. Elektrolit sodium dan

klorida mungkin rendah karena pada pasien dengan pnumonia didapatkan

mual muntah sehingga dapat ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit.

Test serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme

secara spesifik .

Kultur sputum dan darah (pewarnaan gram ) didaptkan dengan needle

biopsy, aspirasi transtrakheal fiberoptic bronchoscopy,atau biopsy paru –

paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu

organisme dapat ditemukan seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus

aureus, A. Hemplytic Streptococcus dan hemophylus influenzae

Analisis gas darah dan pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul

tergantung dari luasnya kerusakan paru- paru. ( Soemantri,2008: 70)

(Muttaqin, 2008)

9. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada penyebab,sesuai dengan yang

ditemukan oleh pemeriksaan sputum pengobatan dan mencakup,antara lain :

1. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis.Pneumonia lain juga dapat diobati

dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder

a. Antibiotika yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan.

b. Penisilin G merupakan antibiotika pilhan untuk infeksi oleh

Streptococcus .Pneumonia.,Medikasi efektif lainnya termasuk Eritromisin,

klndamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, Trimetoprim

sulfametoksazol ( bactrim , TMP-SMZ).

c. Bronchodilator seperti aminophylin dan mukolitik berfungsi untuk

memperbaiki drainase secret dan distribusi ventilasi.

d. Simptomatik : antipiretik diberikan untuk menurunkan panas akibat reaksi

infeksi, analgesic diberikan untuk mengurangi nyeri akibat peradangan,

biasanya pada penuomonia diadapatkan nyeri dada..

2. Istirahat

3. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi

Page 7: Hendra Laporan Pneumonia

4. Teknik-Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi

resiko atlektasis

Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang

diidentifikasikan dari biakan sputum.

Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan pneumonia adalah sebagai berikut:

1. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.

2. Latihan bentuk efektif dan fisiotheraphy paru.

3. Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).

4. Mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).

5. Pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik tetapi apabila penyakit

berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian antibiotik berdasarkan usia, keadaan

umum, kemungkinan penyebab, seperti pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.

10. KONSEP KEPERAWATAN

(1) Pengkajian Data Fokus

e. Identitas

Usia: bayi dan anak kecil lebih rentan terkena penyakit ini karena respon

imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik (price,2005:804)

Tempat tinggal Pneumonia atipikal banyak terjadi pada tempat dengan

kondisi hidup yang padat (Wong, 2003:460).

f. Keluhan utama : batuk, sesak nafas, nyeri dada, demam, anoreksia, menggigil,

nyeri kepala, malaise.

g. Riwayat penyakit sekarang :

Batuk, demam timbul secara mendadak, tidak berkurang dengan obat batuk.

Pada awal mula batuk tanpa secret, tetapi selanjutnya akan berkembang menjadi

batuk produktif, dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau

kemerahan sering berbau busuk. Selanjutnya diikuti demam tinggi, lemas, nyeri

kepala dan frekwensi pernafasan cepat.

h. Riwayat penyakit dahulu.

Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas ( ISPA)

Riwayat penyakit yg menurunkan daya tahan tubuh :AIDS.

Riwayat pemakaian antibiotika yang lama, immunosupresif, dan radiasi

Klien yg dirawat dengan menggunakan alat medis life support seperti

ventilator dengan pemasangan trakheostomi, selang endotrakheal.

Page 8: Hendra Laporan Pneumonia

Riwayat alergi ;obat, makanan.

i. Riwayat kesehatan keluarga

j. Riwayat menderita pneumonia, infeksi saluran nafas, DM.

k. Riwayat Psikososial

Kecenderungan keluarga akan mengalami kecemasan terkait dengan kondisi :

panas, sesak, nyeri saat bernafas, batuk-batuk, malas makan.

l. Kebutuhan dasar

Nutrisi sering terjadi mual, muntah, anorexia terkait dengan mucus yg berbau

busuk yang dapat menyebabkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Aktivitas intoleransi aktivitas, karena kurangnya suplai oksigen.

Istirahat kecenderungan tidur menggunakan bantal lebih dari satu, atau tidur

dengan posisi semi fowler/ fowler untuk memudahkan bernafas.

m. Pemeriksaan Fisik.

1. B1 = breath = system pernafasan.

1. Bentuk dada simetris, expansi paru tertinggal pada paru yg mengalami

konsolidasi, retaksi intercostalis ringan sampai berat pernafasan cuping

hidung dan penggunaan otot bantu nafas tergantung derajat sesak.

2. fremitus vocal meningkat pada area konsolidasi,

3. suara nafas : ronkhi basah dan halus, whezing.

4. perkusi dinding thorak ; redup pada area konsolidasi.

5. Frekwensi nafas : cepat dan dangkal takut nafas dalam karena nyeri

pleuritik.

6. Tanda sianosis perifer ( kulit ) dan sianosis central : mukosa bibir, wajah

2. B2 = Blood = system hemodinamik.

- Denyut nadi cepat ( takhicardia) dan lemah, suhu hypertemia, tekanan darah

normal

- Bunyi jantung regular diapex ICS 4-5 midklavkularis sinistra.

- Vena jugularis ada bendungan bila ada komplikasi cor- pulmonal

- Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.

- Pada hypoksemia berat terdapat tanda cyanosis, CRT lambat.

- Turgor

3. B3 = brain ( system neurology )

- Pada pneumonia berat didapatkan penurunan kesadaran, wajah / expresi

wajah klien meringis kesakitan, meregang, menggeliat.

4. B 4 = Bladder ( system perkemihan )

- Ada / tidak distensi kandung kemih

5. B5 = bowel ( system gastrointestinal )

Page 9: Hendra Laporan Pneumonia

- Auscultasi bising usus terdengar lemah akibat immobilisasi

6. B 6 = Bone ( system musculoskeletal )

Kekuatan otot normal

Page 10: Hendra Laporan Pneumonia

(2) Diagnosa Keperawatan.

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningatan produksi

sputum

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan pengiriman

oksigen

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara

alveoli dan membran kapiler

4. PK: septik syok berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder

5. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat infeksi bekterimia/viremia

6. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru,

reaksi seluler untuk mengeluarkan toksin, batuk persisten.

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

nafsu makan dan diare sekunder akibat infeksi

8. Kekurangan volume cairan

9. Gangguan keseimbangan elektrolit tubuh

(3) intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

yang ditandai dengan RR meningkat, terdengar ronkhi, batuk tidak efektif, sesak,

produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah; kekentalan, jumlah).

Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

- RR 12-24 x/mnt

- Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi

- Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi

- Produksi sputum berkurang

- Batuk efektif

Intervensi:

1. Jelaskan pada pasien penyebab ketidakefektifan jalan nafas

R/ Peradangan dari parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat

ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan

mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan nafas

2. Beri minum air hangat

R/ Air hangat dapat menjaga sekresi tetap lembab dan membantu proses drainase

sekret

Page 11: Hendra Laporan Pneumonia

3. Lakukan penguapan memakai alat berocare/nebulizer dengan terapi mukolitik dan

bronkodilator

R/ mukolitik dapat mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan

bronkus/jalan nafas.

4. Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret

R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan

membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.

5. Lakukan penghisapan/suction

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien

yang tidak mampu batuk efektif.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik

R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli.

7. Observasi RR, pola pernafasan, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum

R/ Pengeluaran sekret dan suara nafas vesikuler menandakan adanya kepatenan

jalan nafas.

2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen

ditandai dengan pasien mengeluh sesak, nadi meningkat, RR meningkat, terdapat

retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan.

Tujuan: Pasien dapat menunjukkan perbaikan oksigen yang adekuat setelah dilakukan

tindakan keperawatan dengan kriteria hasil :

- Pasien tidak sesak

- Nadi 60-100x/mnt

- RR 12-24 x/mnt

- Tidak ada retraksi ICS

- Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

Intervensi:

1. Jelaskan kepada keluarga penyebab dari sesak

R/ Sesak terjadi karena adanya penumpukan sekret sehingga terjadi penyempitan

jalan nafas, hal ini menyebabkan oksigen yang masuk menjadi berkurang

2. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk

memperbaiki ventilasi

3. Berikan oksigen dengan metoda yg diharuskan

R/ Oksigen memperbaiki hypoksia, diperlukan observasi yang cermat terhadap

aliran dan prosentase pemberian

4. Berikan bronchodilator sesuai yg ditentukan

Page 12: Hendra Laporan Pneumonia

R/ Bronkhodilator mendilatasi jalan nafas dan membantu melawan oedema mukosa

bronchial dan spasmemuskuler

5. Observasi sesak pasien, nadi, RR, retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan

R/ Deteksi adequatnya distribusi oksigen dalam tubuh

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara alveoli

dan membran kapiler yang ditandai dengan sesak, sianosis, retraksi ICS, RR ↑, PCO2 ↑,

PO2 ↓

Tujuan: Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

- Pasien tidak sesak/sesak berkurang

- Tidak sianosis

- Tidak ada retraksi ICS dan tidak ada nafas cuping hidung

- RR 12-24x/mnt

- PO2 dalam batas normal (80-100 mmHg)

- PCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg)

Intervensi:

1. Jelaskan pada pasien penyebab kulit pucat

R/ Peradangan dari parenkim paru menyebabkan adanya akumulasi eksudat pada

paru sehingga mengganggu difusi O2 dan CO2 sehingga suplay O2 ke jaringan

perifer berkurang

2. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-

hari sesuai kebutuhan pasien.

R/ Aktivitas dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan dapat memperberat gejala

3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan

R/ Terapi oksigen dapat mengkoreksi hipoksemia yang terjadi

4. Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD

R/ Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan penurunan kadar oksigen dan

peningkatan kadar CO2 .

5. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.

R/ Tindakan ini dapat meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran

sekret untuk pernaikan ventilasi.

6. Observasi adanya sianosis, dispneu berat, takipnoe dan retraksi dada.

R/ Menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.

4. PK: Septik syok yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, RR meningkat,

kulit kemerahan.

Page 13: Hendra Laporan Pneumonia

Tujuan: Pasien dapat menunjukkan berkurangnya infeksi akibat pneumonia dan

meningkatnya system imun setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:

- Suhu tubuh normal (36,5 0C-37,5 0C)

- Nadi 60-100 x/mnt

- RR 12-24 x/mnt

- Kulit tidak merah

Intervensi:

1. Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya menjaga pasien dari penularan infeksi

dari lingkungan sekitar

R/ Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain

2. Batasi pengunjung

R/ Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain

3. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

R/ Digunakan untuk membunuh bakteri pneumonia. Kombinasi antiviral dan antijamur

digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran

4. Observasi tanda-tanda infeksi

R/ Menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan

5. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat infeksi bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit

kemerahan, akral panas, takikardia.

Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu setelah dilakukan tindakan keperawatan

dengan kriteria hasil :

- Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC)

- Kulit tidak tampak kemerahan

- Akral hangat

- Nadi normal (60-100x/menit)

Intervensi:

1. Jelaskan kepada pasien penyebab demam.

R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk

dalam tubuh

2. Berikan kompres air hangat

R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk

dalam tubuh.

3. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.

R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik

Page 14: Hendra Laporan Pneumonia

R/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan

panas

5. Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak

panas, nadi normal

R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang

dilakukan.

6. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkhim paru, reaksi seluler untuk mengeluarkan

toksin, batuk persisten ditandai dengan pasien mengungkapkan nyeri dada, nadi

meningkat, TD meningkat, raut wajah kesakitan, VAS 2-3

Tujuan: Pasien merasa nyaman dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan

tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:

- Ungkapan rasa nyeri berkurang

- Ekspresi wajah rileks

- VAS 1-2

- Nadi 60-100 x/mnt

- TD 120/80 mmHg

Intervensi:

1. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri

R/ Nyeri disebabkan karena adanya proses peradangan pada paru

2. Ajarkan klien menahan dada saat batuk

R/ Menahan dada sebagai tindakan fixaxi, mempersempit pintu pengendalian nyeri

sehingga rangsangan nyeri sedikit yang diantarkan ke otak

3. Ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri dengan rileksasi, distraksi

R/ Meningkatkan kerjasama klien dalam penanganan nyeri

4. Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai ketentuan

R/ Analgesik merubah persepsi dan interpretasi nyeri dgn menekan SSP

5. Observasi keluhan nyeri, TD, Nadi, VAS

R/ Deteksi keberhasilan tindakan untuk menentukan tindakan selanjutnya

7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

akibat adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan BB menurun, lemas, pasien

mengungkapkan kurang nafsu makan.

Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan

dengan kriteria hasil

Pasien tidak lemas

Tidak muntah

Page 15: Hendra Laporan Pneumonia

Peningkatan BB 0,5 kg/minggu

Intervensi

1.Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet TKTP yang dibutuhkan.

R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk

proses penyembuhan.

2. Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan

makanan yang disukai

R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan

yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.

3.Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

R/ Mengurangi tidak enak pada perut.

4.Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama.

R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.

8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui feses

ditandai dengan: dengan mukosa bibir kering, mata cowong, turgor kulit tidak elastis,

produksi urine menurun, nadi meningkat.

Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan volume cairan secara adekuat setelah

dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: mukosa bibir lembab, mata tidak

cowong, turgor kulit elastis, produksi urine 1 cc/kg BB/jam, nadi 80-100x/mnt

Intervensi:

1) Jelaskan tentang pentingnya masukan oral yang adekuat

R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat

diare.

2) Berikan larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dan penggantian

kehilangan melalui feses

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang melalui diare.

3) Anjurkan untuk banyak minum sesuai kebutuhan tubuh

R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat diare.

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan

untuk dehidrasi hebat dan muntah.

R/ Mengganti cairan yang hilang karena diare

5) Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian obat anti diare, antibiotika, anti

emetic sesuai tertentuan

R/ Anti diare mengurangi peristaltic usus, antibiotika membunuh kuman

penyebab infeksi, anti emetic mengurangi mual & muntah

Page 16: Hendra Laporan Pneumonia

6) Observasi tiap 3 jam : balance cairan, mukosa bibir, kecowongan kelopak

mata dan nadi

R/ Deteksi tingkatan dehidrasi dan menentukan tindakan selanjutnya

9.gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran

cairan berlebihan melali diare dan muntah

Tujuan : Pasien menunjukkan adanya keseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: urine dalam

batas normal 1cc/kgBB/jam, nadi dan TD dalam batas normal, Na dalam batas

normal (135-145).

Intervensi:

1) Berikan pasien minum sesuai kebutuhan tubuh

R/ Membantu meningkatkan kehilangan cairan akibat diare

2) Beri oksigen dengan metode yang diharuskan

R/ Mempertahankan nafas dan sirkulasi pasien tetap adekuat

3) Berikan larutan RL iv

R/ Cairan Ringer Laktat merupakan cairan yang

4) Tinggikan kaki pasien

R/ Untuk memperbaiki sirkulasi serebral yang lebih baik dan mendorong aliran

darah vena kembali ke jantung

Page 17: Hendra Laporan Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius

Juall, Lynda Carpenito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

UNICEF. 2012. Pneumonia and Diarrhea Tackling the Deadliest Disease for the World’s

Poorest Children. Three United Station Plaza : New York

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC,

Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo

Surabaya.

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I

Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta