e jurnal hendra

34
Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN), dan Krisis Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Studi Kasus Tahun 1990-2011) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh : Seprimendra 0910011111003 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2013 1

Upload: seprimendra26

Post on 30-Dec-2014

152 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: e Jurnal Hendra

Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing(PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN), dan Krisis Ekonomi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

(Studi Kasus Tahun 1990-2011)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh :

Seprimendra0910011111003

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2013

1

Page 2: e Jurnal Hendra

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal Dengan Judul

Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing(PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN), dan Krisis Ekonomi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Studi Kasus Tahun 1990-2011

Yang disusun oleh :

Nama : Seprimendra

NPM : 0910011111003

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 11 Maret 2013

Padang, 13 Maret 2013

Dosen Pembimbing

Drs. Alvis Rozani, SE.,MENIP :

2

Page 3: e Jurnal Hendra

Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing(PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN), dan Krisis Ekonomi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Studi Kasus Tahun 1990-2011

Seprimendra

Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang

Email : [email protected]

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki masalah ekonomi makro dalam jangka panjang, yaitu masalah kekurangan modal dan Pengunaan hutang luar negeri sebagai sumber pembiayaan Pertumbuhan Ekonomi. Disamping itu kurangnya PMDN maupun PMA di indonesia disebabkan masih kurang kondusifnya investasi di indonesia setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1997 yang membawa dampak yang sangat besar terhadap ketertarikan investor asing untuk menanamkan PMA di Indonesia, Disamping itu hal tersebut juga disebabkan kurangnya tabungan domestik Indonesia yang Mengakibatkan PMDN di indonesia juga menurun.

Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini mengunakan metode analisis regresi linear berganda. Uji hipotesis mengunakan pengujian secara parsial( Uji t), uji simultan (Uji F) dan Uji koefisien Determinasi (R2). Uji Asumsi Klasik dengan Uji Multikolinearitas, dan Autokorelasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Hutang luar negeri, PMA, PMDN, Krisis Ekonomi (Variabel Dummy), dan Data PDB Indonesia.

Hasil penelitian menunjukan Bahwa variabel Hutang luar negeri, dan Krisis Ekonomi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap PDB Indonesia, sedangkan PMDN memiliki pengaruh yang negatif dan Tidak Signifikan terhadap PDB Indonesia, Kecuali PMA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDB Indonesia.

Kata Kunci : PDB, Hutang Luar Negeri, Investasi (PMA dan PMDN), dan Krisis Ekonomi.

3

Page 4: e Jurnal Hendra

ANALYSIS OF EFFECT OF FOREIGN LOANS, FOREIGN INVESTMENT (PMA), DOMESTIC INVESTMENT (DCI), THE ECONOMIC

CRISIS AND ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA

By:

SEPRIMENDRA

ABSTRACT

As a developing country, Indonesia has a macroeconomic problem in the long term, the problem of capital shortage and Use of foreign debt to finance economic growth. Besides the lack Domestic or Foreign in Indonesia is still lacking due to the conducive investment in Indonesia after the economic crisis that hit Indonesia in 1997 which brought an enormous impact to interest foreign investors to invest in Indonesia PMA, Besides, it is also due to the lack of domestic savings Indonesia Leading to domestic investment in Indonesia also declined.

Analysis of the data used for this study using multiple linear regression analysis method. Hypothesis testing using partial test (t test), simultaneous test (F test) and test the coefficient of determination (R2). Classical Test assumptions with Multicollinearity Test, and autocorrelation. The data used in this study is the data foreign debt, FDI, Domestic Investment, Economic Crisis (Dummy variable), and the Indonesian GDP data.

The results showed that variable foreign debt, and the economic crisis had a positive effect and no significant effect on Indonesia's GDP, while domestic investment has a negative influence and Not Significant to Indonesia's GDP, Unless FDI has a positive and significant effect of Indonesia's GDP.

Keywords: GDP, foreign debt, investment, and the Economic Crisis.

A. Latar Belakang

Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal asing merupakan salah satu cara untuk memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi. Dimana pembangunan ekonomi yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia merupakan suatu usaha berkelanjutan yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, sehingga untuk dapat mencapai tujuan itu maka pembangunan nasional dipusatkan pada pertumbuhan ekonomi. Namun karena keterbatasan penanaman modal dalam negeri sedangkan

4

Page 5: e Jurnal Hendra

kebutuhan dana untuk pembangunaan ekonomi sangat besar. Maka cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi itu adalah dengan berusaha meningkatkan modal asing. Maupun dari pemerintah dengan mengandalkan hutang luar negeri (dalamDesmawati Sihombing;2010).

Selama 20 tahun terakhir Utang luar negeri memegang peranan penting dalam membiayai pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan hutang luar negeri indonesia pada tahun 1990 hutang luar negeri indonesia mencapai 69.872 US$ dengan pertumbuhan ekonomi 7,24 persen dan terus meningkat pada tahun 1999 utang luar negeri negara Indonesia mencapai 150.991 juta US$ dengan pertumbuhan ekonomi 0,79 persen setelah mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 1998 yakni sebesar 13,13 persen. Tetapi permintaan utang luar negeri menurun pada tahun 2000 yaitu sebesar 144.407 juta US$ dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat menjadi 4.92 persen. Pada tahun 2001 mengalami penurunan utang luar negeri yaitu sebesar 134.044 juta US$ dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami penurunan hingga hanya 3.64 persen. Dari tahun 2002 sampai tahun 2007 perkembangan utang luar negeri pemerintah maupun swasta mengalami perkembangan yang fluktuatif, sedangkan perkembangan hutang pada tahun 2007 sampai tahun 2011 jumlah hutang mengalami peningkatan dari 141.180 juta US$ menjadi 225.375 juta US$ pada akhir tahun 2011. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 mengalami peningkatan dari 6,32 persen menjadi 6,51 persen pada akhir 2011. Lihat pada Tabel 1.1 .

Kebanyakan negara-negara berkembang menghadapi masalah kekurangan modal dalam negeri hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tabungan masyarakat suatu negera sehingga pembentukan modal dalam negeri (PMDN) kurang. Untuk menutupi kekurangan tersebut Sumber luar negeri dapat membantu mengatasi masalah kekurangan modal dalam negeri. Terdapat tiga jenis sumber keuangan yang dapat diperoleh dari laur negeri: pinjaman luar negeri/ hutang luar negeri( pinjaman dari swasta dan pemerintah luar ngeri atau badan keuangan internasional) dan investasi asing (PMA), serta dana penyertaan luar negeri di pasar saham ( modal jangka pendek). (Sadono Sukirno. 2005)

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia dari tahun 1990 sampai tahun 1995 mengalami peningkatan dari 706,00 juta Dollar AS menjadi 6.698,40 juta Dollar AS pada tahun 1995 begitu pula dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)dari tahun 1990-1995 mengalami kenaikan dari sebesar 1.302,17 Juta US$ menjadi 5.032,47 Juta US$, namun pada tahun 1996 sampai akhir 1997 terjadi penurun Penanaman Modal Asing(PMA) dari 4.628 Juta US$ menjadi 3.473,40 juta Dollar AS begitu pula dengan Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) dari sebesar 7.809,48 Juta US$ Menurun menjadi 4.006,19 Juta US$. Namun perkembangan Penanaman Modal Asing(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) di Indonesia setelah krisis ekonomi moneter tahun 1997, yaitu dari tahun 1999 sampai 2010 berfluktuasi, kemudian meningkat tajam pada tahun 2011 yang besar masing-masing PMA sebesar 19.474,50 juta Dollar AS dan PMDN sebesar 8.339,86 Juta US$.

5

Page 6: e Jurnal Hendra

Proporsi Penanaman Modal Dalam Negeri di dalam PDB dan pesatnya pertumbuhan investasi tidak berarti pembangunan ekonomi berjalan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, karena yang penting bukan besarnya investasi dalam nilai uang tetapi bagaimana pemanfaatan dari investasi tersebut.

Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumberdaya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. Sumber daya alam yang adadi masing-masing daerah diolah dan dimamfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara adil dan merata. Namun dalam memanfaatkan sumberdaya alam perlu memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan. Peranan investasi diindonesia cenderung meningkat sejalan dengan banyaknya dana yang dibutuhkan untuk melanjutkan pembangunan nasional. Investasi merupakan suatu faktor bagi proses pembangunan ekonomi, atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi di semua sektor ekonomi (dalam Dadang Firmansyah, 2008).

Berdasarkan latar belakang yang telah menguraikan fenomena pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hubungannya dengan hutang luar negeri, penanaman modal asing, dan penanaman modal dalam negeri di atas, dengan demikian perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Krisis Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”.

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh Hutang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia?

b. Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ?

c. Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia?

d. Seberapa besar pengaruh variabel dummy (krisis ekonomi ) terhadap Pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

B. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2003) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik( Adam Smith).

Penelitian mengenani faktor-faktor yang menimbulkan pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh Adam Smith, yang menjadi pelopor dalam pemikiran ekonomi klasik.

6

Page 7: e Jurnal Hendra

Dalam bukunya: “An Inquiry into the Nature and causes of the wealth of Nations”, yang diterbitkan lebih dari dua abad yang lalu, Smith mengemukakan beberapa pandangan mengenai beberapa faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Pandangan-pandangannya yang utama adalah( Sadono Sukirno. 2005):1. Peranan sistem pasar bebas.

Smith berpendapat bahwa sistem mekanisme pasar akan mewujudkan kegiatan ekonomi yang efisien dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Oleh sebab itu Smith merasa pemerintah tidak perlu melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa. Fungsi pemerintah perlu dibatasi kepada penyediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung perkembangan kegiatan pihak swasta. Menyediakan infrastruktur, mengembangkan pendidikan dan menyediakan pemerintahan yang efisien adalah beberapa langkah yang membantu perkembangan pihak swasta.

2. Perluasan pasar Perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan memproduksi dengan tujuan untuk menjualnya kepada masyarakat dan mencari untung. Semakin luas pasaran barang dan jasa, semakin tinggi tingkat produksi dan tingkat kegiatan ekonomi. Smith juga menekankan pentingnya pasaran luar negeri dalam mengembangkan kegiatan ekonomi dalam negeri.

3. Spesialisasi dan kemajuan teknologiPerluasan pasar dan kemajuan teknologi. Perluasan pasar, dan perluasn kegiatan ekonomi yang digalakkan, akan memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam ekonomi. Seterusnya spesialisasi dan perluasan kegiatan ekonomi akan menggalakkan perkembangan teknologi dan produktifitas meningkat. Kenaikan produktifitas akan menaikan pendapatan pekerja dan kenaikan ini akan memperluas pasaran. Keadaan ini akan mengembangkan spesialisasi. Siklus ini akan mengakibatkan perekonomian terus-menerus berkembang.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Roy Harrod dan Evsey Domar)Teori ini dikembangkan oleh Roy Harrod dan Evsey Domar dari Amerika

Serikat. Teori Harrod Domar ini pada dasarnya melengkapi analisis Keynes mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi. Dalam analisis Harrod Domar yang menjadi pokok persolan analisis adalah apakah syarat yang diperlukan agar pertumbuhan ekonomi akan terus menerus teguh pada masa depan?( Sadono Sukirno. 2005)

Untuk mewujudkan hubungan diantara analisis Keynes dengan teori Harrod-Domar terlebih dahulu akan diperhatikan kembali teori keseimbangan kegiatan ekonomi yang dikemukakan oleh teori Keynes. Teori Keynes pada hakikatnya menerangkan “ bahwa pada hakikatnya menerangkan perbelanjaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan perekonomian. Dalam dua sektor perbelanjaan agregat terdiri dari konsumsi rumah tangga (c) dan investasi perusahaan (I). Analisis ini dikembangkan oleh Keynes menunjukan kepada kita bagaimana konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan tersebut akan menentukan tingkat pendapatan nasional”. Analisis Harrod Domar maju selangkah lagi dari keadaan ini. “Teori Harrod Domar mengingkatkanan kita bahwa sebagai akibat investasi yang dilakukan tersebut

7

Page 8: e Jurnal Hendra

pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah”. Seterusnya dalam teori Harrod Domar dianalisis keadaan yang perlu wujud agar masa pada masa berikutnya barang-barang modal yang tersedia tersebut akan sepenuhnya digunakan( Sadono Sukirno. 2005).

Teori Harrod Domar menunjukan bahwa jawaban kepada persolan ini relatif sederhana yaitu: agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang- barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di masa lalu. Dalam perekonomian dua sektor pertambahan perbelanjaan agregat terutama harus terwujud dari kenaikan investasi . berarti untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang teguh, investasi harus terus menerus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Sekirannya keadaan ini tidak berlaku, pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan/ penurunan (Sadono Sukirno. 2005).

Teori Neo-Klasik ( Profesor Robert Solow)Teori pertumbuhan Neo-Klasik pertama kali dikembangkan oleh solow,yang

memperoleh hadiah nobel tahun 1987 untuk teorinya tersebut. Teori yang dikemukakannya dalam quartely jounal of economics terbitan bulan februari 1956, dalam tulisan yang berjudul: A Contribution Of Economic Growth. Teori Neo-Klasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber dari pertambahan dan perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Dengan demikian pendekatannya berbeda dengan teori Harrod-Domar yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh segi permintaan- yaitu bergantung kepada permintaan agregat(Sadono Sukirno. 2005).

Krisis Moneter Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal juli 1997 selama kurun waktu

setahun telah berubah menjadi krisis ekonomi yakni melumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah sepanjang 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjuannya.

Krisis moneter ini terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat yang tercermin dari pertumbuhan yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah, neraca pembayaran secara keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca berjalan cenderung membesar namun jumlahnya masih terkendali, cadangan devisa masih cukup besar, realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus. Namun di balik ini terdapat beberapa kelemahan struktural seperti peraturan perdagangan domestik yang kaku dan berlarut-larut, monopoli impor yang menyebabkan kegiatan ekonomi tidak efisien dan kompetitif. Pada saat yang bersamaan kurangnya transparansi dan kurangnya data menimbulkan ketidakpastian sehingga masuk dana luar negeri dalam jumlah besar melalui sistem perbankan yang lemah. Sektor swasta banyak meminjam dana luar negeri yang sebagian besar tidak di hedge. Dengan terjadinya

8

Page 9: e Jurnal Hendra

krisis moneter, terjadi juga krisis kepercayaan. Namun semua kelemahan ini masih mempu ditampung oleh perekonomian nasional.

Sebagian konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar terhadap valuta asing, Khususnya dollar AS, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating). Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehinggan nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir januari1998, namun kemudian menguat kembali menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999. Krisis Moneter dan Faktor-Faktor Penyebabnya

Menurut Anwar Nasution dalam desmawati sihombing, 2010. melihat besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar negeri, ditambah dengan lemahnya sistem perbankan nasional sebagai akar dari terjadinya krisis finansial. Bank Dunia melihat adanya empat sebab utama yang bersama-sama membuat krisis menuju ke arah kebangkrutan. Yang pertama adalah akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992 hingga Juli 1997, sehingga 95% dari total kenaikan utang luar negeri berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan. Bahkan selama empat tahun terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya menurun. Sebab yang kedua adalah kelemahan spada sistem perbankan. Ketiga adalah masalah governance, termasuk kemampuan pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma menjadi krisis kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial dengan cepat. Yang keempat adalah ketidakpastian poltik menghadapi pemilu yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu.( dalam Desmawati sihombing.2010)

Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satnya, tetapi ada banyak faktor lainnya yang berbeda menuru sisi pandang masing-masing pengamat. Berikut ini diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut menurut urutan kejadiannya : (dalam Desmawati Sihombing. 2010)1. Dianutnya sistem devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang

memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya.

2. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2.4% hingga 5.8% antara tahun 1988 hinggan 1996, yang berada di bawah nilai tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara komulatif sangat overvalued.

3. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan berat karena tidak tersedianya devisa yang cukup untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya, ditambah sistem perbankan nasional yang lemah.

4. Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal sebagai hedge funds tidak mungkin dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat itu, karena praktek margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar.

5. Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistem nilai tukar dengan pita batas intervensi.

9

Page 10: e Jurnal Hendra

6. Defisit neraca berjalan yang semakin membesar yang disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya pembayaran bunga pinjaman.

7. IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus menunda penguncuran dana bantuan yang dijanjikannya dengan alasan pemerintah tidak melaksanakan 50 butir kesepakatan dengan baik.

8. Terjadi krisis kepercayaan dan kepanikan yang menyebabkan masyarakat luas menyerbu membeli dollar AS agar nilai kekayaan tidak merosot dan malah bisa menarik keuntungan dari merosotnya nilai tukar rupiah. Program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan diperkuat lagi pada pertengahan Januari 1998, dan dibentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPK-EKU) guna mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program tersebut. Pada bulan Januari pula, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dibentuk untuk memperbaiki kepercayaan terhadap perbankan nasional.

Dengan terjadinya krisis politik pada bulan Mei 1998 dan meluasnya krisis ekonomi, Memorandum tambahan tersebut disempurnakan pada bulan Juni 1998. Untuk memperkuat pengendalian moneter, sistem penentuan suku bunga SBI diubah dari penentuan secara administratif menjadi sistem lelang mulai bulan Juli 1998.

Di bidang keuangan negara, sebagai akibat situasi perekonomian yang terus memburuk tersebut, pemerintah bersama-sama DPR pada bulan Juni 1998 melakukan revisi APBN 1998/1999 yang disesuaikan dengan perkembangan terakhir. Di tengah situasi perekonomian yang semakin memburuk, revisi APBN ini dititik beratkan pada pemanfaatan anggaran negara untuk memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net), memperbesar enyerapan tenaga kerfja dan meningkatkan produksi pangan. ( dalam Desmawati sihombing. 2010)

Utang Luar NegeriHutang luar negeri adalah semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban

membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam Rupiah. Termasuk dalam pengertian pinjaman luar negeri adalah pinjaman dalam negeri yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri. Pinjaman luar negeri Indonesia dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah (public debt) dan pinjaman luar negeri yang diterima swasta (private debt). Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dibedakan ke dalam pinjaman multilateral, pinjaman bilateral dan pinjaman dindikasi. Sedangkan dilihat dari segi persyaratan pinjaman, dibedakan dalam pinjaman lunak (concessional loan), pinjaman setengah lunak (semi concenssional loan) dan pinjaman komersial(Bank Indonesia, 2005).

Modal Masuk (Capital Inflow)Modal masuk adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara dalamwaktu

tertentu. Modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestikyang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapacara dana asing masuk

10

Page 11: e Jurnal Hendra

ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal asing langsung, dan (2) penanaman modal asing tidak langsung (Salvator; 1997)

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah perseorangan warga negara

Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal dalam negeri dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal. Bidang usaha yang dapat menjadi garapan penanaman modal dalam negeri adalah semua bidang usaha yang ada di Indonesia. Namun ada juga bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib dilaksanakan oleh pemerintah . misalkan: yang berkaitan dengan rahasia dan pertahanan Negara. Penanaman modal dalam negeri di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta nasional. Misalkan seperti: perikanan,perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum, perdagangan umum. Penanaman modal dalam negeri dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta nasional. Misalnya seperti: di bidang telekomunikasi,perkebunan.

C.METODOLOGI PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan DataTeknik pengumpulan data adalah melakukan pencatatan langsung mengenai data

yang dipergunakan seperti data pertumbuhan ekonomi Indonesia, jumlah penanaman modal asing di Indonesia, jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia dalam bentuk time series data dari tahun 1990-2011. Dan pengolahan data dengan mengunakan SPSS 15, dan Eviews 7

Metode Analisis dan ProsedurPengujian StatistikUntuk mengetahui seberapa besar pengaruh Hutang luar negeri (foreign debt),

modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri(PMDN) sebagai variabel Independen yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai variabel dependen dapatdinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:Y = f(X1, X2,,X3, Dm X4) ............................................................................................(1)

Dengan metode statistik ekonometrika, selanjutnya fungsi diatas secara linear dapat dibentuk kepersemaan regresi, sehingga fungsi diatas dapat dituliskan persamaanya sebagai berikut: (J. Suprapto,2001)Y =b0+b1X1 +b2X2+b3 X3+b4X4+ μ.............................................................................(2)dimana:Y = GDP ( Miliar Rupiah)X1 = Utang luar negeri (Juta US$)X2 = Modal asing (Juta US$)X3 = Penanaman modal dalam negeri(Juta US$)X4 = Dummy Variabel (Krisis Ekonomi )

11

Page 12: e Jurnal Hendra

0 = Sebelum krisis ekonomi1 = Sesudah krisis ekonomi

b0 = koefisien konstantab1 = koefisien regresi Utang Luar Negerib2 = koefisien regresi Modal asingb3 = koefisien regresi penanaman modal dalam negerib4 = koefisien regresi Dummy Variabel (Krisis Ekonomi )u = disturbance terms

Prosedur Pengujian StatistikUji Koefisien Regresi ( t-test)

Uji koefisien regresi (t statistik) melihat pengaruh antara variabel indipenden secara individual terhadap variabel dependen.

t test=1+ bise (bi)

dimana:t test = Nilai t yang dihitungbi = Elastisitas varibla (i)se(bi) = Standar error (i)dengan ketentuan :

1. t hitung < t tabelhipotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak ada hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.

2. t hitung > t tabelhipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.

3.1.1.1 Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian R2 atau koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variable bebas terhadap naik turunnya variabel tidak bebas.

R2 = ∑ x1 y 1

∑ x12∑ y12

Dimana:R2 = Koefisien determinasiNilai R2 berkisar antara 0 sampai 1, suatu R2sebesar 1 berarti ada kecocokan

sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.

3.1.1.2 Pengujian F (F-test)Untuk menguji ada tidaknya pengaruh seluruh variable bebas terhadap variable

terikat :

F test =R2 (k−1 )

1−R2(n−k )

12

Page 13: e Jurnal Hendra

Dimana ;F test = Nilai F yang dihitungR2 = Koefisisien Determinasik = Jumlah variablen = Jumlah tahun pengamatandengan ketentuan:

1. F hitung< FtabelHipotesa nol (Ho) diterima dab hipotesa alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak ada hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.2. F hitung > F tabelHipoteas nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.

Uji Asumsi Klasik Analisis data dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) memerlukan

asumsi-asumsi dalam Model Regresi Linear Klasik (MRLK) digunakan dalam penlitian ini. OLS merupakan model yang paling popular digunakan untuk mempelajari hubungan di antara variabel ekonomi.

Menurut Thomas (1997) bahwa metode ini dianggap mempunyai sifat-sifat yang dapat diunggulkan oleh karena secara teknis sangat mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya.Di samping itu, karena sifat penaksirOLS yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), di mana nilai penaksir tak bias, mempunyai varians yang minimum.OLS harus ditunjang oleh seperangkat asumsi yang harus dipenuhi agar tercapai hasil yang optimum. Menurut Gujarati (2003) bahwa asumsi-asumsi dalam MRLK yang perlu diuji adalah :

Multikolinearitas Pendeteksian multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variables).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Gujarati (2009) bahwa untuk mendeteksi ada atau tidak ada multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,

tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolonieritas.Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.

13

Page 14: e Jurnal Hendra

Menurut Gujarati (2009) bahwa pada dasarnya tidak ada alat diagnosa multikolonieritas yang memberi jawaban lengkap atas masalah kolonieritas.Masalah multikolonieritas adalah masalah derajat dan merupakan fenomena spesifik sampel.Dalam beberapa situasi, mungkin multikolonieritas mudah terdiagnosa, tapi dalam situasi lain tidak.

Dalam penelitian ini diagnosa multikolonieritas akan menggunakan metode Auxiliary Regressions (AXR). Metode diagnosa AXR pada dasarnya adalah regresi antar variabel bebas secara bergantian, yang kemudian menurut Gujarati (2009) nilai uji F dapat dihitung berdasarkan :

F=R j

2 /( k−2 )

(1−R j2) / (N−k+1 )

Apabila nilai statistik F-hitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis nol tentang tidak adanya multikolonieritas ditolak, dengan kata lain terjadi gejala multikolonieritas. Sebaliknya apabila nilai statistik F-hitung lebih kecil dari pada Ftabel, maka hipotesis nol tentang tidak adanya multikolonieritas diterima, dengan kata lain tidak terjadi gejala multikolonieritas.

Kesimpulan pendeteksian multikolonieritas dapat juga dilakukan dengan cara

hasil R j2

AXR dibandingkan dengan R2 regresi keseluruhan. Apabila R j2

lebih besar daripada R2 regresi keseluruhan, maka disimpulkan bahwa terdapat persoalan

multikolonieritas.Tetapi jika R j2

lebih kecil daripada regresi R2 keseluruhan, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan multikolonieritas yang serius.Kriteria tersebut berdasarkan pada Klein’s Rule of Thumb.

Apabila terjadi masalah multikolonieritas, maka menurut Gujarati (2009) dapat diperbaiki dengan beberapa cara sebagai berikut :1) Mengeluarkan salah satu atau lebih variabel kolonieritas. Namun mengeluarkan

variabel-variabel dari model membawa dampak kesalahan spesifikasi model.2) Meningkatkan ukuran sampel.3) Mengkaji ulang modelnya.4) Memanfaatkan informasi sebelumnya tentang beberapa parameter.5) Transformasi variabel.

Autokorelasi Pendeteksian autokorelasi bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena gangguan pada seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi pada gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

14

Page 15: e Jurnal Hendra

Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda.Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut Insukindro (1999) bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (DW Test) atau Uji Lagrange Multiplier (LM Test).

Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey (BG Test) dilakukan dengan meregres variabel pengganggu ut. Hal ini akan dilakukan dengan autoregresive model sebagai berikut :U t= ρ1 ut−1+ρ2ut−2+. . .. ..+ ρnu1−n+ε t

Dengan hipotesis nol (Ho) adalah ρ1 =ρ2 =….=ρn = 0. Koefisien autoregressive secara simultan sama dengan nol yang menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde.

Dasar pengambilan keputusan adalah angka statistik F atau apabila ukuran sampel besar dapat menggunakan dasar statistik χ2 yang diperoleh dari ((n-p)R2)~χ2p. Secara manual, jika (n-p) * R2 atau χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model ditolak.Tetapi jika (n-p) * R2 atau χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tabel, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model diterima. Uji ini menggunakan dasar hipotesis nol bahwa semua koefisien autoregressive secara simultan sama dengan nol. Dengan kata lain tidak terdapat autokorelasi pada setiap order pengamatan.

Apabila terjadi autokorelasi, menurut Gujarati (2009) dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu :1) Metode Cohran-Orcut. Metode ini dilakukan dengan cara mentransformasi

persamaan utama dengan koefisien ρ dari autoregressive dalam error term. Proses penaksiran dilakukan hingga mendapatkan nilai ρ yang paling baik. Transformasi model regresi awal dilaksanakan berdasarkan nilai yang terbaik.

2) Metode Hidreth Lu. Metode ini mentransformasi model utama dengan nilai koefisien ρ mulai dari 0,1 sampai dengan 1,0 untuk mentransformasi modelnya. Hasil terbaik dipilih dengan melihat sum square terkecil dari regresi-regresi tersebut.

3) Metode Durbin Watson. Metode ini mentransformasi model utama dengan nilai koefisien ρ yang dihtung dari 1-d/2 (d adalah DW Statistik).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Estimasi DataBerdasarkan hasil analalisis regresi (Lampiran III), maka dapat dilihat pengaruh

hutang laur negeri, PMA, PMDN, dan Krisis Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia berdasarkan perkembangan PDB.

Persamaan regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut :Y = 646161,386 + 4,439X1+ 62,323X2 - 26,032 X3+ 43067,583 X4

15

Page 16: e Jurnal Hendra

t-hitung = (0,827) (2,321) (-0,384) (0,123)t-tabel = 2,110F- hitung = 11,564F-tabel = 2,96R2 = 0,731D-W = 1,096α = 5%

Pembahasan Beberapa pengujian telah dilakukan sebelumya ternyata menunjukan bahwa

model regresi yang digunakan sudah baik, terbebas dari penyakit asumsi klasik. Interprestasi ekonomi dari persamaan yang diperoleh adalah Nilai konstanta

sebesar 646161,386 menunjukan bahwa jika variabel-variabel Hutang Luar Negeri, PMDN, PMA, dan Variabel Dummy dianggap konstan/nol. Maka PDB Indonesia harus tersedia sebesar Rp 646161,386 Milyar demi kelancaran pembangunan ekonomi nasional atau dengan kata lain, jika kontribusi variabel Hutang luar negeri, PMDN, PMA, dan Variabel Dummy konstan/nol terhadap PDB, maka pemerintah harus dapat mengupayakan kontribusi variabel lain diluar model sekirannya menyediakan dana sebesar Rp 646161,386 Milyar.1. Koefisien dari nilai Hutang Luar Negeri adalah 4,439 dan nilai tersebut positif,

maka peningkatan Hutang Luar Negeri berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Artinya setiap kenaikan hutang luar negeri sebesar 1 juta US$ , maka PDB Indonesia akan meningkat sebesar Rp. 4,439 Milyar.

2. Koefisien dari realisasi penanaman modal asing (PMA) adalah 62,323 dan nilai tersebut adalah positif , maka peningkatan realisasi PMA berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Jika realisasi PMA meningkat sebesar 1 juta US$, maka akan meningkatkan PDB Indonesia sebesar Rp. 62,323 Milyar. hal ini menjadi tantangan bagi pihak birokrasi indonesia untuk mengoptimalkan penigkatan PMA dengan memberikan Iklim investasi yang lebih kondusif. Beberapa diantarnya dengan melakukan efesiensi perijinan atau regulasi kebijakan di bidang investasi, jaminan hukum, sehingga effek dari peningkatan investasi tersebut akan meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia.

3. Koefisien dari realisasi Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) adalah – 26,032 dan nilai tersebut negatif maka peningkatan realisasi PMDN berpengaruh negatif terhadap PDB Indonesia. Jika realisasi PMDN meningkat sebesar 1 juta US$, maka PDB Indonesia akan menurun sebesar Rp 26,032 Milyar.

4. Hasil koefisien dummy bertanda positif yaitu sebesar 43067,583. Dengan menganggap semua variabel konstan, jika terjadi krisis ekonomi, maka perkembangan PDB Indonesia akan meningkat sebesar Rp 43067,583 Milyar.

Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar proporsi

sumbangan seluruh variabel bebas/ independen terhadap naik turunya variabel bebas/dependen yang dilihat melalui R square.

16

Page 17: e Jurnal Hendra

Untuk mengetahui tingkat perkembangan PDB Indonesia disebabkan beberapa faktor antara lain Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), dan krisis ekonomi Moneter dapat dilihat melalui koefisien determinasi. Dari perhitungan Nilai R square adalah 0,731. Variansi naik turunyapertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dijelaskan oleh Hutang Luar Negeri, PMDN, PMA, Variabel Dummy(Krisis Ekonomi) Sebesar 73,10 persen sedangkan 26,90 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

Uji Parsial (Uji t-test)Pada uji statistik secara parsial dengan nilai kritis (critis Value) pada df =(n-k-1),

dimana n = jumlah sempel/ jumlah tahun penelitian dan k = Jumlah variabel. Untuk menguji koefisien regresi parsial secara individual dari masing-masing variabel bebas akan di uji sebagai berikut :

Pengaruh Hutang Luar Negeri (X1) terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 1990-2011.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk Hutang Luar Negeri sebesar 0,827 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 17 diperoleh 2,110. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H0 diterima, Ha ditolak yang berarti bahwa Hutang Luar negeri berpengaruhtidak signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

Pengaruh Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap PDB Indonesia.Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Asing

(PMA) sebesar 2,321 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 17 diperoleh 2,110. Terlihat t- hitung lebih besar dari t-tabel, maka Ho ditolak Ha diterima yang berarti bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap PDB Indonesia.

Pengaruh Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap PDB Indonesia.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar -0,384 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 17 diperoleh 2,110. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H 0

diterima, Ha ditolak yang berarti bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh tidak signifikan terhadap PDB Indonesia.Pengaruh Krisis Ekonomi Moneter (Variabel Dummy) terhadap PDB Indonesia.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai t-hitung untuk Krisis Ekonomi Moneter (Variabel Dummy) sebesar 0,123 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%) , df = 17 diperoleh 2,110. Terlihat t- tabel lebih besar dari t-hitung, maka H0 diterima, Ha ditolak yang berarti bahwa krisis Ekonomi Moneter (Variabel Dummy) berpengaruh tidak signifikan terhadap PDB Indonesia.

Uji Signifikan Parameter Simultan (Uji F-test)

17

Page 18: e Jurnal Hendra

Uji F-test ini digunakan untuk mengetahui apakah varabel independen/bebas secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen/terikat.

Uji F- hitung/statistik secara serempak ditunjukan oleh perbandingan F-hitung dengan F-tabel. F-tabel (F α/2 k-1(n-k), dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Adalah F0,025,(4)(17) = 2,96. Sedangkan F-hitung sebesar 11,564. karena F-hitung lebih besar dari F-tabel (11,564>2,96). Ini berarti bahwa Hutang luar negeri, penanaman modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), dan Variabel Dummy( Krisis Ekonomi) berpengaruh positif dan signifikan dalam menjelaskan perkembangan PDB Indonesia.

Uji Asumsi KlasikMultikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada modelregresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jikaterjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantaravariabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitasdilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkanpada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor)dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan toleranceyang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanyagejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terkena multikolinieritas.

Tabel 5.1 Uji MultikolinearitasModel Collinearity Statistics

Tolerance VIF1 HTLN ,111 8,982

PMDN ,201 4,969PMA ,240 4,162DM ,143 7,017

a Dependent Variable: PDB

Dari perhitungan menggunakan program SPSS versi 15.0 dapat kitaketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai berikut:1) Variabel Hutang Luar Negeri VIF sebesar 8,982 dan Tolerance sebesar 0,1112) Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri VIF sebesar 4,969 dan Tolerance 0,2013) Variabel Penanaman Modal Asing VIF sebesar 4,162 dan Tolerance 0,240.4) Variabel Dummy (Krisis Ekonomi) VIF sebesar 7,017 dan Tolerance 0,143.

Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dantolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dan nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilaiVIF dan tolerance, dan dari hasil analisis diatas dapat diketahui nilaitoleransi semua variabel independen (Hutang Luar Negeri, PMDN, PMA, Variabel Dummy) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

18

Page 19: e Jurnal Hendra

Dari Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. secara umum panduan mengenai angka Durbin-Watson dapat diambil patokan sebagai berikut: (Andryan Setya Dharma, 2010).

Keputusan ada tidaknya Autokorelasi adalah:1. Bila nilai DW berada di antara du sampai dengan 4-du, maka koefisien autokorelasi

sama dengan nol. Artinya tidak ada autokorelasi2. Bila nilai DW lebih kecil dari dl, koefisien autokorelasi lebih besar dari nol. Artinya

ada autokorelasi positif3. Bila nilai DW terletak di antara dl dan du, maka tidak dapat disimpulkan

Tabel 5.2 Uji Durbin-Watson

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson1

,855(a) ,731 ,668298398,02

6631,096

a Predictors: (Constant), DM, PMDN, PMA, HTLNb Dependent Variable: PDB

Tabel 5.3 Hasil Durbin Watson TestDw Dl Du 4-Dl 4-Du

1,096 0,86 1,94 3,14 2,04

Tabel 5.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.096 < du (1,94), dari pengamatan ini tidak dapat disimpulkan. hal ini karean nilai DW berada di antara dl dan du maka harus dilakukan pengujian autokorelasi apakah model terkena atau tidak, maka dilakukan pengujian autokorelasi dengan metode lain yaitu LM test dan hasil yang didapat nilai DW dengan memakai Uji LM pada Eviews 7 sebesar 1.998276 (Lampiran III):

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Memakai Uji LMDw Dl Du 4-Dl 4-Du

1,998276 0,86 1,94 3,14 2,06

Dari hasil uji LM tersebut nilai Du < DW < 4-Du (1,94<1,998276< 2,06 ) . maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada persaman tersebut.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

19

Page 20: e Jurnal Hendra

Berdasarkan hasil penemuan empiris yang diperkuat oleh hasil perhitungan statistik, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :1. Secara umum hutang luar negeri, PMDN,PMA,dan Variabel Dummy secara

bersama-sama berpengaruhsignifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditandai dengan perkembangan PDB. Hasil ini diperkuat oleh pengujian F-test, dimana F-hitunglebih besar dari F-tabel (11,564> 2,96) pada tingkat kepercayaan 95% dan didukung dengan perolehan nilai koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,731 yang berarti PDB Indonesia dipengaruhi oleh keempat variabel tersebut yaitu Hutang Luar Negeri, PMDN, PMA dan Variabel Dummy sebesar 73,1 persen dan sisanya sebesar 26,9 persen merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruh PDB di Indonesia.

2. Pada pengujian parsial (Uji t-test) masing-masing variabel independen(Hutang Luar Negeri, PMDN, dan Variabel Dummy)menunjukan pengaruh tidak signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.Kecuali PMA menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Berarti Hutang Luar Negeri, PMDN, dan Variabel Dummy tidak berpengaruh terhadap peningkatan PDB Indonesia.

3. Perkembangan hutang luar negeri Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil regresi diperoleh hutang luar negeri berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien hutang luar negeri sebesar 4,439 berarti setiap kenaikan sebesar 1 Juta US$, maka akan meningkatkan PDB Indonesia sebesar Rp. 4,439 Milyar. Hasil sesuai dengan Hipotesis awal.

4. Perkembangan penanaman modal asing di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil regresi diperoleh bahwa penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien penanaman modal asing (PMA) sebesar 62,323 berarti setiap kenaikan penanaman modal asing sebesar 1 juta US$ akan meningkatakan PDB Indonesia sebesar Rp. 62,323 Milyar.

5. Perkembangan penanaman modal dalam negeri di indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Berdasarkan hasil regresi diperoleh bahwa penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar -26,032 berarti setiap kenaikan penanaman modal dalam negeri sebesar 1 juta US$ akan menggurangi PDB Indonesia sebesar Rp 26,032 Milyar.

6. Untuk variabel dummy ( Krisis ekonomi) mempunyai hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap PDB Indonesia .

Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu:

1. Pemerintah harus lebih meningkatkan lagi kualitas kinerja makro ekonominya sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan harapan akan terus meningkat seiring dengan kembali kondusif iklim Investasi di Indonesia.

20

Page 21: e Jurnal Hendra

2. Seharusnya pemerintah lebih berfokus pada kemandirian ekonomi dengan mengurangi penambahan Hutang Luar negeri dan mengusahakan percepatan pertumbuhan investasi domestik yang akan mempercepat proses akumulasi modal sehingga sedikit demi sedikit negara indonesia jangan hanya bergantung pada hutang luar negeri . dan walaupun negara Indonesia memanfaatkan hutang luar negeri kirannya dapat dilaksanakan lebih transparan diawasi dalam pengunaan dan pengolahan hutang sehingga lebih efektif dan efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

3. Melihat penanaman modal asing di indonesia masih tergolong kecil dibandingkan dengan negara-negara lainnya, maka pemerintah sebaiknya lebih memperjelas lagi kepastian hukum mengenai penanaman modal asing, menciptakan stabilitas keamanan nasional, dan memperbaiki fasilitas infrastruktur sehingga akan menarik banyak investor asing akan menanamkan modalnya di Indonesia yang diharapkan akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4. Peningkatan investasi harus diiringi dengan penurunan suku bunga sertifikat bank indonesia sehingga diharapkan sektor perbankan ikut menurunkan tingkat suku bunga , dimana tujuan akhir adalah tingkat sukubunga kredit yang kondusif bagi investasi dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Admadja, Adwin Surya. 2000. Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia : Perkembangan dan Dampaknya, Jakarta : UKP.

Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1989-2012.

Badan Pusat Statistik, Statistik Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1989-2012.

C.Smith, Stephen dam Todaro, Michael P, alih bahasa oleh Haris Minandar, 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga edisi 8, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Duce, M. dan Banco, E. 2003. “Definition of Foreign Direct Investment (FDI): A Methodological Note”. Executive Summary

Fajriah Anwar, Arwiny. 2011. Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pdb Indonesia Periode (2000-2009){Skripsi}.Fakultas Ekonomi,Universitas Hasanuddin

Firmansyah, Dadang. 2008.”Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Indonesia Periode 1985-2004 [Skripsi]”. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia , Yogyakarta.

Gujarati, Damodar N. 2009, Basic Econometrics, Fifth Edition. McGraw Hill, USA.

21

Page 22: e Jurnal Hendra

Hermawan, Heri dan syaparudin. 2005. Hutang Luar Negeri Pemerintah: Kajian Dari Sisi Permintaan Dan Pengaruhnnya Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Periode 1990-2002.Simposium Riset Ekonomi II. Surabaya.

Insukindro. 1999, Pemilihan Model Ekonomi Empirik dengan Pendekatan Korelasi Kes lahan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Imdonesia, Vol. 14

International Monetary Fund (IMF). International Financial Statistics (IFS).www.imf.org [15 Februari 2006]

Linda Sitompul, Novita. 2007. Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatera Utara, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Mishkin, F. S. 1999. The Economics of Money, Banking, and Financial Market. Columbia University, Boston.

Nanga, Muana. 2005. “ Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi Kedua”. PT RajaGrafindo persada. Jakarta

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Setyadharma, Andryan. 2010.Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0. Semarang.Fakultas Ekonomi , Universitas Negeri Semarang.

Sihombing, Desmawati. 2010. Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi,Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sukirno, Sadono. 2005.Makro Ekonomi Modern: Perkembanga Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. PT RajaGrafindo persada. Jakarta

Supranto, J. 2001.”statistik: teori dan aplikasi edisi keenam”. Erlangga, Jakarta.

Tambunan, Tulus.2006. Iklim Investasi Di Indonesia : masalah, Tantangan Dan Potensi :Kadin Indonesia, Jetra.

Tribroto, 2001. “Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri”. Di dalam: Sigalingging, Hotbin [editor]. Profil Pinjaman Luar Negeri Indonesia dan Permasalahannya. Jakarta: www.google.co.id

www.bi.go.id, Laporan Tahunan Bank Indonesia.

22

Page 23: e Jurnal Hendra

Http://www. BKPM.co. id

http://www.jbs.co.id/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-menuperijinan-96.html

23