hemato sken 3 wrap up
TRANSCRIPT
![Page 1: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/1.jpg)
SKENARIO 3
BENGKAK PADA SENDI LUTUT
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa orang tuanya ke RS YARSI dengan
keluhan bengkak pada sendi lutut kanan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sulit untuk
berjalan karena nyeri. Sejak kecil pasien sering mengeluh timbul bercak kebiruan di kulit bila
terkena benturan. Riwayat kelainan yang sama ditemukan pada adik laki-laki dari ibu pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dalam batas normal, terdapat
hemarthrosis pada regio genu dextra dan nyeri pada pergerakan, hematoma pada regio
cruris sinistra.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11 g/dL Leukosit 6000 /μL dan
trombosit 210.000 /μL. Masa perdarahan, masa protrombin (PT) dan kadar fibrinogen normal,
masa pembekuan (CT), masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial
tromboplastin time [APTT]) memanjang. Dokter menganjurkan untuk pemeriksaan kadar
faktor pembekuan untuk menegakkan diagnosis pasti.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 2
![Page 2: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/2.jpg)
SASARAN BELAJAR - SKENARIO 3
1. Memahami dan menjelaskan tentang trombosit
1.1. Morfologi
1.2. Struktur
1.3. Fungsi
1.4. Trombopoiesis
1.5. Kelainan pada trombosit
2. Memahami dan menjelaskan hemostasis
2.1. Definisi
2.2. Komponen yang berperan
2.3. Mekanisme
2.4. Kelainan hemostasis
3. Memahami dan menjelaskan hemofilia
3.1. Definisi
3.2. Etiologi
3.3. Epidemiologi
3.4. Klasifikasi
3.5. Patofisiologi
3.6. Manifestasi klinis
3.7. Diagnosis
3.8. Diagnosis banding
3.9. Tata laksana
3.10. Prognosis
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 3
![Page 3: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Memahami dan menjelaskan tentang trombosit
1.1. Morfologi
Dalam darah tepi, trombosit merupakan komponen
terkecil yang tersebar diantara eritrosit dan terlihat
seperti bintik-bintik keunguan.
Ukuran : 1/5–1/4 diameter eritrosit normal atau 2-4
μm.
Trombosit tidak memiliki inti, hanya terdiri dari 2
bagian ; granulomer yaitu bagian tengah trombosit
yang mengandung granula beragregasi dan
hyaluromer yaitu bagian tepi yang terang dan tidak mengandung granula.
1.2. Struktur
Zona perifer : Terdapat glikokalik,
yaitu lapisan membran terluar yang
membungkus membran plasma.
Glikoprotein (GP) pada membran
sebagai reseptor; GPIa/IIa reseptor
kolagen, GPIb-IX reseptor vWF dan
GPIIb/IIIa reseptor fibrinogen.
Zona sol-gel : Mikrotubulus,
mikrofilamen (aktin dan myosin), sistem tubulus padat (berisi ADP dan ion kalsium),
trombostenin yang merupakan protein penting dalam fungsi kontraktil.
Zona organela : granula padat (mengandung nukleotida adenin, serotonin, ion kalsium
dan PF3), granula alfa (fibrinogen, F.V, vWF, β-thromboglobulin, PDGF), lisosom,
peroksisom, mitokondria, retikulum endoplasma.
Saat trombosit berkontraksi, granul akan pecah dan isinya akan dikeluarkan melalui
sistem kanalikular terbuka.
1.3. Fungsi
a. Trombosit berperan menyumbat luka (hemostasis primer) melalui adhesi dan
agregasi.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 4
![Page 4: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/4.jpg)
b. Serotonin, epinefrin dan TxA2 yang disekresi granula trombosit akan
memvasokonstriksi pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah ke pembuluh
yang luka.
c. PF3 berperan dalam mengaktifkan faktor pembekuan darah dan pembentukan
hemostasis sekunder.
d. PDGF menghambat sekresi trombosit dan agregasi yang dicetuskan trombin sehingga
menjaga agar hemostasis tidak berlebihan dan mengganggu sirkulasi.
1.4. Trombopoiesis
Trombosit diproduksi di sumsum tulang melalui peluruhan (fragmentasi) sitoplasma
megakariosit. Megakariosit berasal dari sel induk yang belum berdiferensiasi sama seperti
sel darah lainnya. Diferensiasi sel induk menjadi megakarioblast di atur oleh
trombopoietin, suatu hormon yang disintesis oleh hati dan ginjal.
Selama maturasi, sitoplasma megakariosit meluas dan memiliki vesikula-vesikula yang
terbalut membran kemudian terlepas menjadi trombosit dalam darah tepi. Megakariosit
yang tinggal inti akan difagosit oleh makrofag sumsum tulang. Satu megakariosit
melepaskan sekitar 4000 trombosit dimana jumlah trombosit normal berkisar 150.000 –
450.000 / μl darah. Bertahan hidup sekitar 7 – 10 hari dalam darah tepi.
Secara fisiologis sepertiga dari trombosit total yang dikeluarkan sumsum tulang akan
disimpan dalam limpa. Simpanan ini akan dikeluarkan ke sirkulasi bila kebutuhan tubuh
akan trombosit meningkat (misalnya pada perdarahan).
1.5. Kelainan pada trombosit
Kelainan Jumlah : trombositopenia, trombositosis.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 5
![Page 5: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/5.jpg)
a. Trombositopenia : penurunan absolut jumlah trombosit dalam darah tepi. Ditemukan
pada : DIC, ITP dan anemia aplastik. Penurunan trombosit akan mengganggu
hemostasis sehingga terjadi perdarahan.
b. Trombositosis : peningkatan absolut jumlah trombosit dalam darah tepi. Ditemukan
pada : polisitemia vera, essential trombositemia. Peningkatan ini akan menyebabkan
hemostasis berlebihan dan menyumbat sirkulasi, sehingga terjadi iskemia jaringan
dan nekrosis.
Kelainan morfologi : trombosit raksasa, bizzare trombosit.
a. Giant thrombocyte : ukuran membesar hingga 1/2 diameter eritrosit normal, tanpa
disertai kelainan fungsi, granulomer dan hyaluromer. Ditemukan pada : Anemia
hemolitik, PNH.
b. Bizzare thrombocyte : ukuran trombosit normal, namun mengalami perubahan bentuk
dan struktur sehingga fungsinya pun terganggu. Granulomer dan hyaluromer tidak
jelas lagi. Ditemukan pada : trombastenia (Glanzmann Disease)
Kelainan fungsi : biasanya disebabkan adanya abnormalitas pada ultrastruktur trombosit.
a. Bernard-Soulier Syndrom : defisiensi atau disfungsi kompleks GPIb-IX
Menyebabkan : adhesi trombosit menurun secara nyata, tidak dapat mengikat vWF,
perdarahan hebat berulang terutama mukosa.
b. Glanzmann Disease atau Thrombastenia : defisiensi atau disfungsi kompleks GPIIb-
IIIa. Menyebabkan : trombosit gagal mengikat fibrinogen dan tidak dapat
membentuk agregat, gejala sama seperti sindrom Bernard-Soulier.
c. Release Reaction Disorder : gangguan sintesis TxA2 karena NSAID.
Menyebabkan : trombosit gagal beragregasi dan mensekresikan produk granulanya
sehingga terjadi memar dan perdarahan ringan di kulit.
d. Storage Pool Defects : defisiensi nyata granula trombosit.
Menyebabkan : gangguan adhesi dengan agregasi normal, mudah memar, perdarahan
mukosa, PT memanjang, pada darah tepi dijumpai trombosit besar berwarna kelabu
dan penurunan kadar zat granula seperti ADP, serotonin dll. Ditemukan pada :
Hermansky-Pudlak Syndrom, Chediak-Higashi Syndrom.
2. Memahami dan menjelaskan tentang Hemostasis
2.1. Definisi
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 6
![Page 6: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/6.jpg)
Hemostasis adalah suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk mempertahankan volume
darah vaskular melalui pencegahan dan mengurangi kehilangan darah.
2.2. Komponen yang berperan
a. Pembuluh darah
- Vasokontriksi untuk mengurangi aliran darah ke pembuluh darah yang luka.
- Memproduksi tromboplastin jaringan (F.III), PAI-1, vWF (didalam Weibel-
Palade : aparatus golgi sel endotel), aktivasi F.XII dan trombosit yang berperan
dalam proses hemostasis primer dan sekunder.
- Memproduksi aktivator plasminogen jaringan (t-PA), trombomodulin dan
prostasiklin yang merupakan antikoagulan guna mencegah agar hemostasis tidak
berlebihan dan kontinyu.
b. Trombosit
Perannya dalam hemostasis telah dibahas pada sasaran belajar 1.3
c. Faktor pembekuan darah
Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang sebagian besar disintesis oleh
hati (kecuali F.III, IV, dan XIII). Berfungsi membentuk hemostasis sekunder melalui
serangkaian reaksi enzimatik yang disebut reaksi cascade atau waterfall.
Faktor Nama Keterangan
I Fibrinogen Bentuk prekursor fibrin
II Protrombin Serin protease
III Tromboplastin Jaringan Faktor yang mengawali jalur ekstrinsik
IV Ion Kalsium Menjembatani Gla-posfolipid
V Proaccelerin Kofaktor Xa (Faktor X yang teraktivasi)
VII Proconvertin Serin protease
VIII Faktor Antihemofili Kofaktor IXa
IX Faktor Christmas Serin protease
X Faktor Stuart-Prower Serin protease
XI Faktor Antihemofili C Serin protease
XII Faktor Hageman Serin protease
XIII Fibrin Stabilizing Factor Transglutaminase
FitzgeraldHigh Molecular Weight
Kininogen (HMWK)Kofaktor XIIa
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 7
![Page 7: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/7.jpg)
Fletcher Prekalikrein Serin protease
Reaksi cascade melalui jalur intrinsik (inisiasi F.XII dengan kolagen) dan ekstrinsik
(F.III) akan bermuara di jalur bersama (F.Xa). Hasil akhirnya adalah fibrin yang
digunakan untuk memperkuat sumbatan trombosit pada luka sehingga volume darah
vaskular tetap dipertahankan selama perbaikan jaringan luka berlangsung.
d. Fibrinolisis
Setelah jaringan yang luka mengalami perbaikan sempurna, tubuh akan melakukan
mekanisme untuk menghancurkan bekuan fibrin tersebut, sehingga sumbatan terbuka
dan sirkulasi darah kembali lancar. Proses tersebut dinamakan fibrinolisis.
Komponen yang berperan meliputi :
- Plasminogen aktivator : Kalikrein (Intrinsik), t-PA (ekstrinsik), urokinase dan
streptokinase (eksogen). Berfungsi mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.
- Plasminogen : Protein inaktif yang disintesis oleh hati, terdapat dalam plasma
dan cairan tubuh lainnya. Plasminogen akan diaktifkan oleh plasminogen
aktivator melalui jalur intrinsik, ekstrinsik ataupun eksogen menjadi plasmin.
Plasmin merupakan enzim penghancur protein yang memiliki afinitas tinggi
terhadap fibrin akibatnya fibrin mudah lisis.
- Inhibitor : substansi yang dapat menginaktivasi plasmin sehingga proses
fibrinolisis terhenti. Mekanisme kerja inhibitor langsung menetralisasi plasmin
seperti α2-antiplasmin, α2-makroglobulin, α1-antitripsin dan AT, adapula inhibitor
yang menghambat kerja plasminogen aktivator sehingga plasminogen tidak akan
teraktivasi menjadi plasmin. Contohnya : PAI-1, PAI-2, PAI-3.
2.3. Mekanisme hemostasis
Langkah-langkah mekanisme hemostasis :
1. Hemostasis Primer
Saat pembuluh darah luka, sel endotel rusak dan kolagen akan terpapar. Sel endotel
mensekresi endotelin-1 yang akan memanggil trombosit dan leukosit ke daerah luka.
Faktor von Willebrand menjembatani kolagen dengan reseptor vWF di membran
trombosit, sehingga terjadilah adhesi trombosit.
Adhesi trombosit menyebabkan sekresi ADP dan terjadi agregasi primer. Trombosit
tersebut teraktivasi dan melepaskan isi granulanya hingga akhirnya terbentuklah
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 8
![Page 8: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/8.jpg)
agregasi sekunder dengan massa trombosit yang lebih padat, namun masih
memungkinkan cairan untuk lolos dari sumbatan tersebut.
2. Hemostasis Sekunder
Pemaparan kolagen akan mengaktifkan F.XII lewat jalur intrinsik, sementara
tromboplastin jaringan yang disekresi endotel akan langsung mengawali jalur
ekstrinsik.
Jalur Intrinsik : aktifasi F.XII F.XIIa kemudian dibantu HMWK akan
mengaktifasi prekalikrein kalikrein dan F.XI F.XIa, selanjutnya F.XIa dengan
ion kalsium mengaktivasi F.IX F.IXa , bersama dengan F.VIIIa , PF3, ion kalsium
membentuk tenase complex yang akan mengaktivasi F.X F.Xa
Jalur ekstrinsik : tromboplastin jaringan dibantu ion kalsium mengaktivasi F.VII
F.VIIa , dan F.VIIa bisa langsung mengaktivasi F.X F.Xa
Kalikrein dapat mengaktivasi F.VII F.VIIa (hubungan antara jalur intrinsik dan
ekstrinsik)
Jalur bersama : diawali dari F.Xa bersama F.Va , PF3 dan ion kalsium membentuk
prothrombin converting complex yang akan mengaktivasi protrombin Trombin.
Selanjutnya trombin akan mengaktivasi fibrinogen menjadi fibrin monomer dan
F.XIII F.XIIIa , yang akan menstabilkan fibrin yang telah dipolimerisasi sehingga
terbentuklah fibrin polimer insoluble. Fibrin ini akan melekat pada sumbat sekunder
trombosit menyebabkan sumbatan bertambah padat dan tidak memungkinkan cairan
untuk lolos (impermeable).
3. Fibrinolisis
Setelah jaringan yang luka mengalami perbaikan sempurna, aktivator plasminogen
akan memecah plasminogen-terikat fibrin dan plasminogen plasma melalui jalur
intrinsik, jalur ekstrinsik atau eksogen menjadi plasmin-terikat fibrin dan plasmin
plasma. Plasmin akan memecah fibrin menjadi fibrin degradation product (FDP)
menjadi fragmen Y, D dan E. FDP juga berfungsi sebagai antikoagulan dan akan
dibersihkan dari sirkulasi oleh hati dan limpa. Plasma yang bebas dalam plasma akan
menghancurkan fibrinogen, F.V dan F.VIII oleh karena itu harus segera dinetralisir
oleh antiplasmin.
2.4. Kelainan pada hemostasis
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 9
![Page 9: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/9.jpg)
Kelainan pembuluh darah
- Kelainan struktur pembuluh darah : Ehler-Danlos Syndrom, Hereditary Hemorhagic
Telangiectasia.
- Adanya proses inflamasi atau reaksi imunologis : Purpura Associated infection, Drug
Induced Purpura,
- Abnormalitas jaringan perivaskular : Purpura Senilis.
Kelainan trombosit
Telah dijelaskan pada sasaran belajar 1.5
Kelainan faktor pembekuan darah
a. Hemofilia : defisiensi atau disfungsi F.VIII atau F.IX
b. Von Willebrand Disease : defisiensi atau disfungsi vWF
c. Defisiensi faktor lainnya seperti F.II, V, VII, X, XI, XIII
d. Defisiensi Vitamin K
Kelainan campuran
Coagulated Intravascular Disseminata (CID)
3. Memahami dan menjelaskan Hemofilia
3.1. Definisi
Penyakit perdarahan akibat kekurangan atau abnormalitas faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh).
3.2. Etiologi
a. Herediter secara sex-linked recessive
b. Mutasi spontan kromosom X pada gen penyandi F.VIII/IX (20-30% kasus)
3.3. Klasifikasi
Berdasarkan etiologi :
Hemofilia A : defisiensi atau disfungsi F.VIII
Hemofilia B : defisiensi atau disfungsi F.IX
Berdasarkan derajat aktifitas faktor (Legg):
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 10
![Page 10: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/10.jpg)
Berat : aktifitas F.VIII/F.IX < 1%
Sedang : aktifitas F.VIII/F.IX 1-5%
Ringan : aktifitas F.VIII/F.IX 5-30%
3.4. Epidemiologi
Manifestasi hanya pada pria, wanita sebagai carrier. Kasus hemofilia A lebih sering
dijumpai dibanding hemofilia B yaitu berturut-turut 80-85% dan 10-15% tanpa
memandang ras, geografi dan keadaan sosial-ekonomi.
3.5. Patofisiologi
Adanya kromosom Xh menyebabkan sintesis F.VIII/IX terganggu sehingga aktifitasnya
dalam plasma menurun. Saat pembuluh darah luka, terjadi gangguan aktivasi F.X dari
jalur intrinsik disebabkan tidak tersedianya F.IX dan F.VIII, sehingga fibrin dan sumbat
trombosit tidak dibentuk akibatnya terjadi perdarahan.
3.6. Manifestasi Klinis
Terjadi perdarahan, baik spontan maupun akibat trauma ringan dan sedang bergantung
pada beratnya penyakit. Sering dijumpai hemarthrosis disertai gangguan berjalan,
hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut, intrakranial, retroperitoneal
dan retrofaringeal, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang
berkelanjutan pascaoperasi kecil (sirkumsisi, ekstraksi gigi).
3.7. Pemeriksaan Laboratorium
a. APTT (Activated Partial Tromboplastin Time)
Tes menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor XII,
XI, IX, VIII, X, V, HMWK, prekalikrein, protrombin dan fibrinogen. Apabila terjadi
defisiensi pada faktor diatas maka nilai APTT akan memanjang.
b. Pengukuran kadar F.VIII dan F.IX
Bila F.VIII defisiensi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan faktor von Willebrand
3.8. Diagnosis Banding
Hemofilia A Hemofilia B Penyakit von Willebrand
Pewarisan Sex linked Sex linked Autosomal dominan
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 11
![Page 11: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/11.jpg)
Lokasi perdarahan
Otot, sendi, postrauma
Otot, sendi, postrauma
Mukosa, luka kulit, postrauma/operasi
Bleeding Time N N MemanjangPPT N N NAPTT Memanjang Memanjang MemanjangF.VIIIC Rendah N NF.VIIIR:AG N N RendahF.IX N Rendah NTes ristosetin N N -
3.9. Tata Laksana
Terapi suportif
1. Mencegah terjadinya luka atau benturan.
2. Mempertahankan kadar aktivitas faktor koagulasi sekitar 30-50%.
3. Mengatasi perdarahan akut dengan RICE – rest, ice, compressio, elevation- pada
lokasi perdarahan.
4. Kortikosteroid untuk menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi
setelah serangan akut hemarthrosis. Prednison 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 5-7 hari.
5. Analgetika untuk menghilangkan nyeri pada pasien hemarthrosis, analgetika dipilih
yang bebas aspirin dan antikoagulan.
6. Rehabilitasi medik meliputi latihan pasif/aktif, terapi dingin dan panas, penggunaan
ortosis, terapi psikososial, terapi rekreasi dan edukasi.
Terapi Pengganti faktor koagulasi
Faktor pembekuan diberikan 3 kali seminggu, berupa F.VIII/F.IX konsentrat, rekombinan
maupun komponen darah yang mengandung cukup banyak faktor-faktor pembekuan
tersebut.
1. Konsentrat F.VIII/F.IX
Hemofilia A dengan perdarahan serius membutuhkan koreksi faktor pembekuan
dengan kadar tinggi untuk itu digunakan konsentrat F.VIII yang telah dilemahkan
virusnya.
F.IX tersedia dalam : Prothrombin complex concentrate (PCC) yang berisi F.II, VII,
IX dan X. ES : trombosis paradoksikal dan koagulasi intravena tersebar dan purified
F.IX concentrates yang berisi F.IX saja.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 12
![Page 12: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/12.jpg)
Satu unit F.VIII mampu meningkatkan aktivitas sebanyak 2% dalam plasma selama 12
jam, sedangkan satu unit F.IX mampu meningkatkan aktivitas sebanyak 1% selama 24
jam.
2. Cryoprecipitate AHF
Merupakan komponen darah non selular yang berupa konsentrat plasma berisi F.VIII,
fibrinogen dan vWF. Diberikan bila konsentrat F.VIII tidak ditemukan. Satu kantong
cryoprecipitate mengandung 80-100 U F.VIII yang mampu meningkatkan 35% F.VII
plasma. ES berupa reaksi alergi dan demam.
3. DDAVP (1-Deamino-8-D-Arginine Vasopressin) atau Desmopresin
Hormon sintetik antidiuretik yang merangsang peningkatan kadar F.VIII plasma
sampai 4x walaupun sementara. Mekanisme belum diketahui. Diberikan pada
hemofilia A ringan, sedang dan karier yang simtomatik. Tersedia intravena dan
intranasal. ES : takikardia, flushing, trombosis, hiponatremia dan angina pada pasien
PJK.
4. Antifibrinolitik
Diberikan pada hemofilia B untuk menstabilisasikan bekuan/fibrin dengan cara
menghambat proses fibrinolisis. Preparat yang diberikan : asam traneksamat dan
epsilon aminocaproic acid (EACA).
Dalam terapi umumnya ditemukan beberapa penyulit seperti : adanya inhibitor terhadap
F.VII/IX berupa antibodi poliklonal (IgG) sehingga terapi pengganti faktor pembekuan
menjadi kurang efektif bahkan tidak efektif sama sekali. Selain itu risiko penularan
penyakit tinggi melalui produk darah seperti HIV, malaria, hepatitis, Epstein Barr,
HTLV-1, CMV dll.
3.10. Prognosis
Kemajuan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kualitas hidup pasien hemofilia,
namun prognosis akan menjadi buruk bila terjadi perdarahan intrakranial spontan atau
postrauma, perdarahan retroperitoneal dan retrofaringeal. Prognosis juga buruk pada
pasien yang terinfeksi hepatitis B, C dan HIV lewat terapi.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 13
![Page 13: Hemato Sken 3 Wrap Up](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082318/55cf9c2c550346d033a8e187/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
2. Suharti, C. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5. Jilid 2. Jakarta : Interna
Publishing.
3. Hoffbrand, AV. Petit, JE. Moss, PAH. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed. 4. Jakarta :
EGC.
4. Freund, Mathias. 2011. Atlas Hematologi Heckner : praktikum hematologi dengan
mikroskop. Ed. 11. Jakarta : EGC.
5. Setiabudy, Rahajuningsih D. 2009. Hemostasis dan Trombosis. Ed. 4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
6. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC.
7. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta : EGC.
8. Kumala, Poppy [et al.]. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 25. Jakarta : EGC.
9. Ganong, William E. 2008. Fisiologi Kedokteran. Ed. 22. Jakarta : EGC.
10. Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi
anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
11. Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 13.
Jakarta : EGC.
12. Murray, RK. Granner, DK. Rodwell, VW. 2009. Biokimia Harper. Ed. 27. Jakarta : EGC.
B4 – Darah&Sis.Limfatik : Skenario 3 | 14