heg new

45
Laporan Kasus HIPEREMESIS GRAVIDARUM Pembimbing : dr. H. Doddy Rodiat,Sp.OG Disusun oleh : Adelita Yuli Hapsari (030.10.003) Putri Sarah (030.10....) Tengku Rini (030.08.237) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KERAWANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Upload: adelita-yuli-hapsari

Post on 08-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kjlkvlc

TRANSCRIPT

Laporan KasusHIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pembimbing :dr. H. Doddy Rodiat,Sp.OG

Disusun oleh :Adelita Yuli Hapsari (030.10.003)Putri Sarah (030.10....)Tengku Rini (030.08.237)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KERAWANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIKEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KADUNGANPERIODE APRIL JUNI 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berjudul Hiperemesis Gravidarum telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanaan dan penyakit Kandungan periode 20 April 27 Juni 2015 di RSUD Kerawang.

Kerawang, Juni 2015

Pembimbing,

(dr. H. Doddy Rodiat, Sp.OG)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4BAB II LAPORAN KASUS.............................................................................5BAB III ANALISA KASUS.............................................................................13BAB IV TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................174.1 Definisi............................................................................................174.2Prevalensi dan epidemiologi............................................................174.4 Faktor Resiko..................................................................................184.4 Etiologi...........................................................................................194.5 Manifestasi klinis...........................................................................214.6 Patofisiologi...................................................................................234.7 Diagnosis.................................................................................................254.8 Diagnosis Banding..................................................................................254.9 Pencegahan.............................................................................................274.10 Tata laksana........................................................................................294.11 Komplikasi..........................................................................................294.12 Prognosis.............................................................................................30DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31

BAB IPENDAHULUAN

Selama masa kehamilan terdapat perubahan baik secara anatomi, fisiologi dan fungsi dalam tubuh. Salah satunya pada sistem gastrointestinal pada masa kehamilan. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya mual dan muntah yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu.1Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari.1 Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.1 Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.2

BAB IILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama: Ny. Y Umur: 33 tahun Agama: Islam Pekerjaan: Ibu rumah tangga Alamat: Dipo Timur RT/RW 001/024, kelurahan Nagasari, Kec. Karawang BaratMasuk RS: 7 Mei 2015

II. ANAMNESISAutoanamnesis dilakukan di ruang Cilamaya Baru, tanggal 7 Mei 2015 pukul 12.00 WIB.

Keluhan UtamaG3P2A0 hamil 9 minggu, datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS.

Keluhan Tambahan :Demam, nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang, pusing

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Pasien G3P2A0 mengaku hamil 9 minggu datang bersama suaminya dengan keluhan mual muntah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (smrs). Keluhan dirasakan baru pertama kali, pada kehamilan sebelumnya pasien tidak mengalami hal serupa. 3 hari yang lalu pasien merasa mual muntah yang semakin lama semakin parah sehingga nafsu makan berkurang dan aktivitas menjadi terganggu. Pasien juga mengaku nyeri ulu hati dan pusing.Dalam sehari keluhan muntah dialami sebanyak 10 kali, kadang-kadang bisa lebih. Mual muntah muncul terutama saat pasien mencium bau-bau atau makan sesuatu meskipun dalam jumlah yang sedikit. Saat makan ataupun minum mual muntah timbul dan disertai nyeri ulu hati. Keluhan tersebut mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Muntah tidak bercampur darah, dan terdapat makanan yang baru dimakan, namun lama-kelamaan muntahan hanya berupa cairan berwarna kuning dan terasa pahit. Nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan kurang lebih 5 kg dalam seminggu terakhir.Pasien juga mengaku pusing berkunang-kunang sejak 3 hari smrs dan badan terasa lemas. Dua hari lalu badan terasa demam pada malam hari, namun tidak disertai menggigil. Pasien tidak mengukur suhu badannya, dan demam membaik setelah minum obat penurun demam. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan, hanya saja urin tampak lebih pekat seperti teh.a. Riwayat HaidHPHT: 1-3-2015Taksiran Partus: 8-12-2015Usia Kehamilan: 9 minggu, 5 hariMenarche: 14 thnSiklus Haid: teratur 1 bulan sekaliLama Haid: 3-5 hariBanyaknya: 3-4 kali ganti pembalut per hariDismenore: (+)

b. Riwayat PerkawinanStatus: Menikah 1xUsia saat Menikah: 19 tahun Lama Perkawinan: 20 tahun

c. Riwayat KehamilanI. Laki-laki usia 14 tahun, BB lahir 3000 gr lahir spontan di parajiII. Perempuan usia 9 tahun, BB lahir 3200 gr lahir spontan di parajiIII. Hamil ini

d. Riwayat Keluarga Berencana KB : Pasien menggunakan KB suntik 3 bulane. Riwayat Antenatal dan ImunisasiPasien memeriksakan kehamilannya baru 1x ke bidan, pasien belum mendapatkan imunisasi TT.

Riwayat Penyakit DahuluDarah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma, alergi, maag disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit keluargaDarah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma, alergi, maag disangkal oleh pasien.

Riwayat KebiasaanMerokok, minum alkohol, jamu-jamuan, menggunakan narkoba atau obat-obatan disangkal oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 7 Mei 2015, pukul 12.00 WIBa. Status GeneralisKeadaan Umum: LemahKesadaran: Compos mentisTanda VitalTekanan Darah: 100/60 mmHgNadi: 68x/menitSuhu: 36,7oCPernapasan: 20x/menit

Kepala: normocefali, deformitas (-)Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata sedikit cekung (-/-)Mulut: bibir kering (+), lidah kotor (-), sianosis (-), napas bau aseton (-)Leher: kelenjar getah benih tidak teraba membesar, tiroid tidak teraba membesar. ThoraxMammae: simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola, retraksi puting -/-Cor: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-Abdomen: supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tak teraba membesar, turgor kulit baik, bising usus (+) 2-3x/menitEktremitas atas: akral hangat +/+, edema -/- Ektremitas bawah: akral hangat +/+, edema -/-b. Status Obstetri AbdomenInspeksi: datarPalpasi: supel, TFU belum terabaAuskultasi: DJJ belum bisa didengarkan Pemeriksaan DalamI : u/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)Vt : Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHematologi 07 Mei 2015 pukul 16:22Hb: 13,6 g/dlHt: 37,1%Leukosit: 15,31/uLTrombosit: 267.000/uL

URINALISIS FISIK/KIMIAWIWarna : kuningKekeruhan: jernihpH: 6Protein/glukosa: negatif Keton : +4Epitel: positifLeukosit: 1-2Eritrosit: 0-1Kristal: negatifSilinder: negatifRESUMEWanita, 33 tahun, G3P2A0 hamil 9 minggu, dengan HPHT : 1-3-2015, taksiran partus : 8-12-2015 datang atas kemauan sendiri dengan keluhan mual dan muntah sejak 7 hari dan semakin berat 3 hari SMRS. Muntah kurang lebih dari 10 kali. Muntah berupa cairan yang bercampur makanan dan minuman yang baru dimakan, tidak bercampur darah. Sulit makan dan minum dialami pula oleh pasien. Penurunan nafsu makan (+), badan lemah (+), tidak bisa aktivitas (+), demam (+) hilang timbul. Terkadang merasa pusing kunang-kunang (+). BAK warna kuning tua, sedikit. Sebelum ke RS belum mendapat pengobatan apapun.Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Tanda vital: TD: 100/60mmHg, N: 68x/menit, P: 20x/menit, S: 36,7oC Status generalis: KU lemah. Bibir kering, nyeri tekan epigastrium. Status obstetrik:Inspeksi: datarPalpasi: supel, TFU belum terabaAuskultasi: DJJ belum bisa didengarkan Pemeriksaan Dalam I : u/v tenang, tidak tampak keluar carian dari vagina, perdarahan aktif (-)Vt : tidak dilakukan. PemeriksaanHasil

Hemoglobin13,6 g/dl

Hematokrit37,1 5

Leukosit15.310g/uL

Keton urin+4

USG tanggal 7 mei 2015 : GS + FP +CRL : 8 minggu Kesan : Tampak janin tunggal hidup intrauterin, 8 minggu. V. DIAGNOSIS KERJA Hiperemesis Gravidarum pada G3P2A0 Hamil 8 minggu, JTH-intrauterin.

VI. PENATALAKSANAAN Observasi keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi Rawat ruangan Small frequent feeding Cek DPL, UL Terapi medikamentosa : D5% : RL + Neurobion 1 amp = 1 : 2 / 24 jam Inj. Ondansetron 3 x 8 mg IV Inj. Ranitidin 2 x 1 amp IV

TglRiwayat Penyakit SekarangPenatalaksanaanKet.

8/05/1506:30S: pusing (-), mual (+) berkurang, muntah (-), mulut terasa pahit. Nyeri ulu hati (+), BAK (+)

O: KU/Kes : TSS/ CMTD : 130/80mmHgNadi : 96x/menitRR : 18x/menitSuhu : 36,5oC Status generalis Mata : CA -/-, SI -/-, mata cekung -/-Mulut : Bibir kering +Thoraks : dbnAbdomen : supel, NTE +, turgor kulit baikExtremitas : akral hangat (+), CRT 10 kaliSeringBerhenti

Tekanan darahMenurunMenurunMenurun

Nadi>100 x/mntMeningkatMeningkat

Turgor kulitMenurunMenurunMenurun

Mata CekungCekung, + ikterusCekung, + ikterus

BAKNormalOligouriaOligouria-anuria

Keton urin-/+> +2

4.6 PATOFISIOLOGI Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal.4,7

Patofisiologi HEG

Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4,7

4.7 DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.4,7,8 Kriteria Diagnosis:4,7,8a. Amenore yang disertai muntah hebat sehingga pekerjaan sehari-hari terganggub. Anamnesis: Tenggorokan terasa kering dan terus-menerus merasa haus, kulit menjadi keriput (dehidrasi), berat badan mengalami penyusutanc. Fungsi vital: nadi meningkat 100x permenit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).d. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan munurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)e. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kehamilan, kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa.f. Laboratorium : penurunan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton dan proteinuria.

4.8 DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam, sehingga perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih dahulu. Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan, antara lain: 1. Appendisitis akut.Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita hamil dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.31. Ketoasidosis diabetes.Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul.Perlu dilakukan pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 31. Gastritis dan ulkus peptikum.Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. 31. Hepatitis.Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. 31. Tumor serebri.Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.

4.9 PENCEGAHANPencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.3

4.10 TATA LAKSANATujuan terapi hiperemesis gravidarum adalah untuk mengendalikan muntah, mengoreksi cairan, elektrolit, dan gangguan metabolit lain, serta untuk mencegah atau mendeteksi secara lebih awal komplikasi yang mungkin terjadi.4,8Untuk keluhan hyperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi pengunjung. Cairan yang dapat diberikan melalui infus selama 24 jam adalah glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit (3 liter). Pasien sebaiknya mengubah gaya hidup dan diet. Pasien dianjurkan untuk mengatur diet makannya dengan prinsip small frequent feeding, yaitu mengonsumsi makanan dan minuman sedikit namun sering, bertujuan untuk membantu mengurangi gejala mual dan muntah. Menghindari makanan yang bersifat merangsang, seperti makanan pedas dan berlemak. Thiamin dengan dosis 100 mg, diberikan untuk mencegah neuropati perifer dan ensefalopati Wernicke yang merupakan komplikasi lanjut akibat muntah yang berlebihan. Jika muntah berkelanjutan setelah rehidrasi dan kegagalan terapi, perawatan direkomendasikan. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular.8Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali, dan glaukoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.8 Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan.Studi kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. Namun, metoklopramid memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari.8Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.8Droperidol efektif untuk mual dan muntah dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko pemanjangan interval QT dan torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi sebelum, selama dan tiga jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan.8Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan. Metilprednisolon lebih efektif dari pada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan, namun tidak didapatkan perbedaan dalam tingkat perawatan rumah sakit pada pasien yang mendapat metilprednisolon dengan plasebo. Hanya sedikit bukti yang menyatakan kortikosteroid efektif. Dalam dua RCT kecil, tidak didapatkan kegunaan metilprednisolon ataupun plasebo, tetapi kelompok steroid lebih sedikit mengalami readmission. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomen-dasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu.8

4.11 KOMPLIKASIMuntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia.7Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung (sindrom Mallory Weiss) dapat terjadi bila muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan.7Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (