hayamwuruk no.2-x-1996 sejarah sastra indonesia demitologi balai pustaka

Upload: hawesastraundip

Post on 02-Jun-2018

352 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    1/77

    .r{

    \

    h-

    UI

    ilp

    t

    -

    UK

    NO.2

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    2/77

    l

    *

    *

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    3/77

    .

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    4/77

    "*'ullttii4',-q.1uqd1,{ffilt1ru,*--..-,,iffi.#I,#ifi

    I

    Sebagaimana

    dike-

    mukakan

    Promoedya

    A.

    Tbet

    membaca karya

    sas-

    tra adalah

    membaca

    ideologi

    pribadi

    penga-

    rangnya, sejauh

    ideo-

    logi

    berarti

    dunia

    prinsip,

    dunia

    yang

    sedang

    dan

    telah memilih

    dan memi-

    hak

    sesuai

    prinsip-

    prin-

    sip

    yang

    dipegangnya

    atau sedang dibinanya.

    14

    mong Praja)

    di Probolinggo

    dan

    kemudian''

    menjadipegawai

    Pamong

    Praia dengan

    pangkat

    Menteri

    politie.

    Berkat kepan-

    daiannya

    yang

    terbawa

    sejak

    sekolah,

    Kadiroen dengan

    cepat

    berhasil

    mencapai

    jabatan

    Wedono.

    Tetapi

    ditengah

    perjalanan

    karimya

    Kadiroen

    mengalami

    konflik dalam

    dirinyi

    yang disebabkin

    oleh

    kemiskinan

    dan kesengsaraan

    yang

    dialami

    rakl'atnya.

    Dalam kebingu

    ngan

    mencari

    jawab

    apa

    yang

    menimbulkan

    kesengsaraan

    itu. suaru

    'irari"

    karena

    keperluan

    9-Kadiroen

    sempat

    mendengarkan

    pidatoseorang

    propagandis

    sebuah

    organisasi

    pergerakan bemama

    Tiiro.

    yang

    menguraikan

    panjang

    lebar soal

    kesengsaraan

    rakyat

    bumiputera

    yang

    di-

    akibatkan

    oleh

    kapitalisme.

    Kapitalisme

    -

    yang

    dicangkokkan

    oleh

    Belanda

    bersama

    kolonialisme,

    dan

    dipraktikkan

    dalam bentuk

    perkebunan-perkebunan

    maupun

    pabrik-

    pa

    brik, telah

    men-

    desak

    ralqat

    bumiputera

    menjadi buruh-buruh

    yang

    rnurah

    untuk

    dipeterjakan

    di

    tempat

    iir.10

    Itulah

    yang

    kemudian mengakibatkan

    kesengsaraan

    dan

    kemiskinan

    rakyat

    bumiputera

    di Hindia

    Belanda.

    Untuk

    mengatasi

    soal

    itu, liiro

    menganjurkan

    agar

    kaum

    buruh

    dan

    rakyat

    "berorganisasi"

    dengan

    tiga

    ialan

    ikhtiar

    yaitu,

    pertama,

    "co-operatie"

    sebagai

    gera-

    kan

    ekonomi

    rakyat

    yang

    berlujuan

    agar

    keuntunganny a

    dapat

    dimanfaatkan

    bersama

    buat

    kepentingan

    rakyat. Dengan

    jalan

    ini

    maka:

    keoentoengannja

    toko

    atau

    peroesahaannja

    "kaoem

    bermodal"

    laloe

    koerang,

    achimja

    hilang

    sama

    sekali

    sebab

    pindah

    ke

    tangan

    rajat",

    I I

    Kedua,

    membentuk

    "vakbon{"^

    Maksudnya

    adalah

    kaum buruh

    berorga-

    nisasi

    menu-

    rut

    jenis

    pekerjaannya. Misalnya

    buruh

    yang

    bekerjapada

    perusahaan

    Spoor,

    harus

    membentuk "vakbond

    -

    pegawai

    Spoor".

    Dengan

    demikian,

    maka

    "kaoem boeroeh

    bisa

    mereboet

    minta

    diperbaiki

    gadjih

    dan

    lamanja bekerdja

    dalam

    sehari-hari,

    meminta

    soepaja djangan

    bekerdja

    amat

    lama

    sehingga badannja

    lekas

    roesak,

    meminta soepaja

    pekerja-annja dihar-

    gai

    dan djanganlah

    mereka

    dilepas dengan

    moedah

    sebagai barang

    jang

    tidak

    bemjawa;

    djadi kaoem

    boeroeh

    laloe

    koeasa

    mereboet

    keoentoengannja

    peroesaha-an

    serta

    laloe bisa

    memperbaiki

    penghidoepannja. 12

    Ketiga, dengan

    "pergerakan

    politiek"

    yang

    artinya

    adalah

    "mengoeroes

    dan

    mengatoer negeri"

    atau toeroet

    berboeat

    ini,

    atau djoega berichtiar

    toeroet

    berboeat begi-

    toe".

    Kenapa

    $aury

    buryL{an^r$yat

    pgnt-

    punyai

    organisasi

    politik?

    Sebab

    dalam

    hidup

    bernegara

    hairya

    kaum buruh

    dan

    rakyatlah

    yartg

    tahu

    soal kepentingallnya.

    karena itu

    untuk

    memperjuangkan

    kepenti-

    ngannya

    ini

    "rajat

    rnesti

    toeroet

    mernerintah

    negerinja" agar aturan

    cian

    urusan

    pemerin-

    tahan

    harus

    lebih

    dulu

    mendapat

    persetujuan

    dari rakyat.

    13

    Semenjak

    kejadian

    itu

    Kadiroen rnulai'

    terbuka

    pikirannya

    dan bersimpati

    terhadap

    tujuan

    gerakan

    rakyat di

    Hindia

    Belanda.

    Secara

    diarn-diam,

    tanpa

    mencantumkan

    na-

    manyq Kadiroen

    sering

    mengirim

    uang

    ke-

    pada

    organisasi

    pergerakan sebagai

    der-

    ma. Setelah

    mengalami

    kebimbangan

    apa-

    kah

    ia harus

    tetap

    menjadi

    Wedono

    lbah-

    kan

    mungkin

    bisa

    naik)

    tapi

    tidak

    bisa

    membantu

    rakyatnya,

    atau

    mengabdi

    pada

    gerakan

    ral

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    5/77

    Bisa didu,ga,

    reaksi

    pemerintah

    kolonial ter-

    hadap perkembangan

    sas-

    tra

    ;eperti

    itu

    cukup

    keras

    membahayakan

    kepenti-

    ngan

    rust en orde

    (keterti-

    ban

    dan

    keamanan).

    menempatkan

    pergerakan

    melawan kolonial

    Belanda,

    tapi

    juga

    tatafian

    feodalisme

    bangsanya,

    Untuk

    mengubah

    itu

    semua,

    baginya

    adalah

    jelas,

    seperti

    yang

    dike-

    mukakannya,

    yaitu

    dengan

    mengorganisir

    rakyat tertindas

    dan

    buruh

    ke

    dalam organi-

    sasi

    politik.

    Itulah secara

    umum

    sastra

    yang

    dipro-

    duksi

    para pemimpin

    pergerakan.

    Bagi

    pe-

    mimpin

    pergerakan,

    seperti

    halnya

    Semaoen,

    Mas Marco,

    atau

    yang

    lain. menganggap

    bahwa

    tuiisannya

    adalah sebagai

    "alat"

    pe-

    nyampai

    pesan

    dari

    orang-orang

    pergerakan

    keapada kaum

    kromo

    mengenai

    zafianyang

    telah berubah

    (dalam

    novel

    Hikajat Kadi-

    roen digambarkan

    sebagai

    zaman "kapital-

    isma"),

    maupun

    penindasan

    kolonial-yang

    diuraikan

    sebagai"kontradiksi-kontradiksi"

    dalam

    kapitalisme

    yang

    dibangun

    kolonial di

    Hindia

    Belanda.

    Pemahaman

    akart masalah-

    masalah

    itu disampaikannya

    kepada kaum

    kromo melalui

    bahasa

    yang

    sederhana,

    yang

    mampu membuka

    mata

    hati massa rakyat ke

    dalam

    pegertian

    dan

    membentuk

    kesadaran

    kolektif

    ketika merespon

    kekuasaan

    kolo-

    nial. Kosa kata

    yang

    dinilai

    sukar dan asing

    seperti "kapitaiisme", misalnya,

    diterje-

    mahkan

    ke daiam

    kosa kata

    sederhana

    yang

    bermakna

    politis,

    seperti "setan

    oeang",

    yang

    mengacu

    pada

    segala

    bidang

    usaha dimana

    modal berkuasa,

    sepeni

    pendidikan.

    perke-

    bunan,

    pabrik

    gula

    atau

    pajak.rb

    Dengan

    demikian

    sastra

    liar ini tidak

    hanya berfungsi

    sebagai "propaganda

    kolektif', tapi

    sekali-

    gus

    juga

    "organizer

    kolektif'

    yang

    memberi

    penerangan

    dan

    tuntunan

    kepada kaum

    kromo untuk

    dapat

    memahami

    kondisi

    per-

    gaulan

    dalarn- alarn

    baru

    -kapitalisme-

    dan selanjutnya

    dapa

    mengetahui

    apa

    yang

    rnenyebabkan

    nasib buruk

    kehidupan

    rakyat

    bumiputera

    serta

    upaya

    yangharus ditempuh

    untuk

    keluar dari

    persoalan.

    Reaksi

    Pemerintah

    Kolonial

    sebagai

    "Polisi

    Kebudayaan"

    Bisa diduga,

    reaksi

    pemerintah

    kolonial

    tethadap

    perkembangan sastra

    seperti

    itu

    cukup

    keras

    karena

    dianggap

    bisa

    memba-

    hayakan kepenJingan

    rust en orde

    (ketertiban

    dan

    keamanan).

    Kenyataan

    itu

    memaksa ko-

    lonial tidak

    hanya

    memakai

    cara

    kekuatan

    koersif

    yang

    memaksa,

    seperti

    mengham-

    bat

    atau

    melarang

    penerbitan bacaan itu,

    tapi

    juga

    dengan

    kekuatan

    hegemonik

    de-

    ngan membentuk

    wacana

    ideologis

    tentang

    "apa

    yang boleh"

    dan

    "apa yang

    tidak

    bo-

    leh" dibaca

    masyarakat.

    r/

    Untuk

    itu

    didirikan

    Kantoor

    voor

    de

    \,blksklectuur

    (Kantor

    untuk

    Bacaan Rak-

    yat).

    Atau

    kemudian dikenal

    dengan

    Balai

    Pustaka

    pada

    tahun

    1917,

    yangkhusus

    me-

    ngurusi soal

    bacaan

    dan

    sastra

    yang

    sesuai

    dengan

    kepentingan

    politik

    kolonial

    bagi

    rakyat bumiputera,

    dalam

    rangka

    men-

    jauhkan

    rakyat

    bumiputera dari

    "bacaan

    yang

    dipandang menghasut",

    yang

    diterbit

    kan

    oleh

    para

    agitator

    pergerakan

    bumipute-

    ra.

    KETERA\G.{\

    1.

    Dil:utip

    darl

    tsit::

    Siregar,

    Sedjarah Sastera

    Indonesia

    Modem

    jri;J

    l.

    --a(arta:

    Akademi Sastera dar

    Bahasa

    "Multatuir".

    195-1. halaman 32.

    2. Perlu ditet:hui

    'lahrva

    Rinkes merupa-\ar

    .eah

    seo-

    rang

    arsitek

    1a.rg

    berperan

    membikin

    p:::;-:g

    perg-

    erakan di

    Hiriiia Belanda bak

    sebual'

    :-::.: iaca",

    para

    pemain-pemain yang

    berperan

    di el

    =

    :. :

    baca:

    aktivitas

    poiitikkaumbumiputra) dapa: :,

    r::i dan

    HevetrwuRUK,

    No.

    2 Th.

    \

    |996

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    6/77

    ffiiffiiiffiXfiiiifi,,.lii

    9.

    Sebagai

    seorang

    pejabat pemerintalL

    Kadiroen

    waktu itu

    juga

    tidak terlepas

    dari tugasnya un-

    tuk

    memata-matai

    setiap kegiatan

    yang

    dila-

    kukan

    orang-orang

    pergerakan

    di

    daerah we-

    wenangnya.

    Untuk itu

    Kadiroen

    juga

    aktif

    menghadiri

    setiap

    acara

    pertemuan yang

    diada-

    kan

    oleh suatu organisasi

    peergerakan.

    10.

    Semaoen, op. iit., halarnan

    98.

    Selanjutnya

    .

    untuk

    penunjuk

    acuan

    yang

    saqa

    digunakan

    ha-

    lI. halaman 104.

    12. halaman

    105-106.

    13. halaman

    106.

    14. Pramoedya

    A Toeq 'iSekedar

    Penjelasan",

    da-

    lam

    Pramoedya

    A.Toer

    (ed),

    HikayatSiti

    Ma-

    riah,

    Jakarta: Hasia

    Mitra

    1987,

    halaman nrvii.

    15. Takashirshiraishi;

    op.

    cit., halanian

    152-16p

    16. Pengertian

    "setan

    oeang".-yang

    dalam

    hal

    ini

    adalah untuk menunjukkan

    pada pihak pemi-

    I-ik modal

    yang

    rakus

    dan

    telah

    menyeng-

    sarakan

    rakyat

    bumiputera-pertama

    kali

    di-

    perkenalkan

    oleh

    kaum

    sosialis revolusioner

    Beland4

    yang

    kemudian

    mendirikan

    ISDY

    pada

    tahun 1913 di

    Surabaya.

    Tulisan-tulisan mereka

    tentang modal

    1'ang

    senantiasa

    dipertentangkan

    .dengan

    kaum

    buruh banyak

    diterjemahkan

    oleh

    Semaoen,

    seperti "Persdelict

    Sneevliet"

    atau tulisan

    Snewtrut

    lainny4

    seperti

    'Zege.

    praal"

    (Kemenangan),

    yang

    menceritakan

    keme-

    '

    nangan:

    Reloluii

    Sosialis

    pertarha

    di

    Rusia

    ta-

    hun

    f9 7

    dan hubungdnnya

    dengtan keadaan

    HindiaBelanda,'

    '

    17.

    Sebagai contoh,

    ketikapada

    tahun 1920,

    se-

    jumlah.bqruhpercetakan

    van

    Dory

    melakukan

    pemogokan

    -yang

    disusul

    oleh buruh-buruh

    percetakan

    De

    Locornotii List,

    Benjamin, Bis-

    chgp,'din Wama

    Wart4

    yang

    mendapat du-

    kungan

    dari Sarekat Islam Semarang

    -peme-

    rintah

    Hindia

    Belanda

    mengambil

    tindakan

    ba-

    lasan

    dengan menyita

    buku-buku karangan

    Mas

    Marco

    yang

    mnutup

    toko-tgko

    luku,milik

    or-

    ganisasi

    itu.

    Untuk keterangan ini;

    lihat, Hilmar

    Farid,

    "Kolonialisme

    dan Budaya:

    Balai Pustaka

    di Hindia Belanda''

    dalam Prisma

    nomer,.

    10

    tahun. )O(

    Oktober 1991, halaman

    31.

    dipantau

    gerak-geriknya.

    Itu

    terutama

    ditujukan

    buat organisasi

    Sarekat Islam

    yang

    baru

    tum-

    buh

    pada

    waktu

    itu.

    Yang

    berkat

    usahanya

    pula,

    kemunculan

    SI direkayasa

    sebagai

    buah

    pertikaian (persaingan)

    dengan

    para

    saudagar

    Cina,

    bukan sebagai akibatmunculnya

    gelom-

    bang

    kesadaran

    baru di kalangan

    bumiputra

    yang

    baru tumbuh

    pada

    waktu itu.

    Mengenai

    sepak

    tedang

    Rinkes

    ini,

    baca Pramoedya

    A.

    Toer,

    Sang Pemula-

    Jakarta:

    Hasta

    Mif4

    1985.

    3. Lihar Razif, "Bacaan

    Liar:

    Budaya dan

    Politik

    Pada

    Masa Pergerakan",

    draf

    penelitian

    pada

    Centre

    for

    Cultural

    Studies,

    tanpa tahun,

    hala-

    man

    l;

    lihatjug4 Ajib

    Rosidi,Ikhtisar

    Sejarah

    Sastra

    Indonesia,

    Bandung:

    Bina

    Cipta

    1976,

    halaman

    17,

    4.

    garu

    iahun

    1960-an, Leka

    menunjukkan

    per-

    hatiannya

    kepada sastra

    jenis

    itu. Pertimbangan-

    nya

    adalah

    bahwa sudah

    sejak awal

    sastra ihi

    menunjukkan

    perasaan

    kebangkitan

    nasional.

    Disamping

    alasan lain

    yaitu

    bahwa mereka

    su-

    dah

    benci

    dengan

    sastra

    Balai

    Pustaka dan

    Pu-

    jangga

    Baru

    -sebagai

    bentukan

    kolonial.

    Pan-

    dangan

    yang

    tampaknya mewakili

    alasan

    itu,

    lihat

    Baki Siregar,

    op.cit. Perlu

    dicatar

    bahwa

    baru-baru ini

    telah

    terbit

    di

    Comell disertasi

    dari Takashi

    Shiraishi

    tentang

    pergerakan

    radikal

    di

    jawa

    pada

    permulaan

    abad

    dua

    puluh.

    Disertasi

    sejarah

    itu

    banyak

    menggunakan "sas-

    tra liar"

    sebagai

    bahan

    sumbernya.

    Lihat,

    Ibkashi

    Shiraishi,

    An

    Age

    in

    Motion:

    Polular

    Radicalism

    in

    Java 1912-1926,

    Ithaca

    NY

    Comell Univ.

    Press, 1990.

    5. Misalnya

    seperti

    dikemukakan

    oleh Prof.

    A

    Teeuw

    -seorang

    kampiun

    sastra Indonesia

    kontemporer

    yang punya

    pengaruh

    besar dalam

    dunia

    kesusastraan

    kita

    -ketika

    memberi

    pen

    laian

    tartang

    novel Hikajat

    Kadiroen,

    karya

    Semaoen,

    yang

    dikatakannyq

    "bahasanl.a

    ber-

    sifat

    pra-Balai

    Pustak4

    amatkacau

    ejaan

    ssrta

    tata

    bahasanya

    penuh

    dengan

    bahasa

    percaka-

    pan

    sehari-hari

    dari bahasa Melayu

    Pasa,

    ba-

    hasa

    Jawa

    dan Belanda. Lihat,

    A.

    Teurrri

    Sastra

    Baru

    Indonesi4

    Ende Flores:

    Nusa Indah,

    1980,

    halaman

    34. Jelas, terlihat

    bahwa

    Teeuw sangat

    mengabaikan

    kontek

    politik

    dalam memben-

    tuk

    "kesadaran

    kolektif'-sebagai

    respon

    dan

    reaksi

    jelas,

    adalah bahasa

    yang

    mudah

    ditcrima

    dan dipahami

    oleh kaum komo,

    bukan

    bahasa

    sebagaimana

    yang

    disyaratkan

    dan

    ditentukan

    oleh Balai Pustaka

    -lembaga

    bentukan

    kolo-

    nial

    yang

    justru

    didirikanuntukmengcounter

    produksi

    bacaan orang-orang

    pergerakan.

    Takashi Shiraishi,

    op. cit.,

    periksa

    halaman

    "pendahuluan".

    Semaoen lahir

    padatahun

    IE99

    di Mojokerto

    sobagai anak seorang buruh kereta

    api. Pendi-

    dikannya hanya sampai Eerste

    Klasse

    atau

    se-

    kolah

    Ongko Sidji. Pada usia 14

    tahun Semaoen

    sudah menjadi anggota

    SI cabang

    Surabaya

    dan

    menjadi

    sehetaris organisasi

    pada

    tahun

    1914. Padatahun l9l5

    Semaoen

    benemude-

    ngan

    Sneevliet,

    yng

    kelak

    akan

    menjadi

    saha-

    bat

    dan

    sekaligus

    guru politiknya

    di

    Surabala.

    Kagum akan

    sikap Sneevliet menlbela

    pendu-

    duk

    pribumi,

    membawa

    Semaoen

    muda

    ber-

    gabung

    dan menjadi seketaris

    ISDY

    (Indrsche

    Sociaal Demoscratisce VerenigingPerl-umpulm

    Kaum

    Sosial-Demokrat di

    Hindia)

    cabang

    Surabaya.

    Di

    samping

    belajar

    gagasa

    sosial-

    isme

    dari Snevrliet,

    Semaoen

    juga

    belajar

    me

    mbaca

    dan

    menulis

    bahasa

    Belanda

    darinya.

    Pada

    awal tahun

    1916,

    Semaoen

    menjadi

    seo-

    rang

    propagandis

    VSTP

    (organisasi

    buruh kere-

    ta

    api)

    yang

    digaji dan menjadi

    editor

    Si Tetap,

    surat kabar organ VSTP

    berbahasa

    .Melayu.

    Pada tahun

    yang

    sama

    Semaoen

    menjadi

    ang-

    gota

    SI

    oabang Semarang

    dalam

    usia 18

    tahun.

    Setahun kemudian

    Semaoen berhasil

    menjadi

    ketua SI Semarang dalam

    usia t9

    tahun.

    Dengan

    tampilnya

    Semaoen sebagai

    pimpinan

    baru

    SI

    Semarang, terjadi kecenderungan

    gerakan

    organisasi itu ke

    arah

    radikal (orientasi pada

    gerakan

    bunrh). Lihat, Takashi

    Shiraishi,

    op.cit..

    halaman 17 4-18'1

    ;Soe

    Hok.Gie,

    Dibawah

    Len-

    tera Merah:

    Riwayat

    Sarekat Islam

    Semarang

    l9l7-t920,Jakarta:

    Franu

    Fanon

    Foundation,

    1990;

    lihajugaDeui

    Juliati,

    "semaoen,

    Seri-

    kd Buruh dan Pen Bumiputera

    dalam Perge-

    rakan Kemerdekaar

    (1914-1923)",

    dalam

    SE-

    JARAH,

    Jakarta:

    MSl-Gramedia,

    1994,

    hala-

    tnut 4647.

    Menarik bahwa keterangan

    ini

    ditulis

    Se-

    maoen

    sebagai Permoelaan

    kata dalam

    novel-

    nya.

    Lihat

    Semaoeq Hikajat

    Kadiroeq

    Sem?-

    rmg: KantorPKI,

    192.

    7.

    8.

    jii+li,riliiillii.:itlii:llj:ll

    .1.i1::,,,,,:::::t,.,

    .,t

    ;,:l::::..'',u;::,,,

    .

    j

    ayauwuRuK,

    No.

    2 Th.

    X

    /

    1996

    ?.---.-

    =-

  • 8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka

    7/77

    LUSTRUM

    VI

    FAKULTAS

    SASTRA

    UNDIP

    Hajat

    Besar

    yang

    Luput

    dari

    Perhatian

    Peringatan

    30

    tahun

    (Lustrum

    vI)

    Fak.

    sastra

    undip

    baru

    saia

    terselenggara.

    Walau

    terbentur

    masalah

    dano,

    -toh

    gawe tersebul\apat

    terlalcsana

    dengan

    baik,

    meski

    terkZsan

    kurang

    grrgrt

    dan

    kurang

    meriah'

    Benarkah

    mahasiswa

    apatis

    dengan

    kegiatan

    itu?

    Bertepatan

    dengan

    tahun

    emas

    Indonesih

    rnerdeka,

    Fakultas

    Sastra

    Undio

    DunYa

    acara

    tersendiri.

    Dua

    belas'

    Sbptember

    1995

    Yang

    lalu,

    fakultas

    -vang

    berdiri

    dengan

    nama

    Fakultas

    Sastia

    dan

    Budaya

    itu

    tepat

    berusia

    30

    tahun.

    Untuk

    momen

    oentins

    itu,

    fakultas

    menYeleng-

    larakai

    haiat

    berupa

    peringatan

    30

    iahun

    (Lustrum

    Vi)

    Fakultas

    Sastra

    Undip.

    Dan

    wajar

    bila

    peringatan

    30

    utrun

    berdirinya

    Fakultas

    Sastra

    itu

    diharapkan

    menjadi

    kegiatan

    -

    yang

    semardk

    dan

    istihrewa.

    Panitia

    lustrum

    VI,

    yang diketuai

    Drs'

    Yudiono

    KS,

    S.

    U.,'keriudian

    mengancangkan

    sekian

    banvak

    acara

    dan

    kegiatan.

    Jika

    pada

    kenvataannva

    ada

    beberapa

    ancangan

    acara

    yang'batal

    terselenggar4

    alasan

    utarna-adalah

    keterbatasan

    dana.

    Kendala

    dana

    diakui

    oleh

    Yudiono

    sebaeai

    masalah

    utama

    dalam

    pelak-

    sanain

    kegiatan.

    "sampai

    akhir

    Agus-

    tus.

    kita

    belum

    punya

    gambaranJum-

    lah

    uang

    yang-diperoleh."

    ujarnya'

    Dana

    peny'elenggaraan

    lustrum,

    yang

    dianee:arkin

    sekitar

    35

    juta,

    memang

    dihffikan

    dapat

    diPenuhi

    oleh

    maha-

    iiswa,'dosen,

    karYawan,

    dan

    alumni'

    Hanva

    saia

    iumlah

    Yang

    daPat

    dioaitikan

    6aru-sebesar

    5

    juta

    rupiah

    ddri

    bantuan

    fakultas. "Karena

    itu

    saya

    bersama

    teman-teman

    mengambil

    kebi-

    iaksanaan

    bahwa

    target

    minimal

    adalah

    "oenerbitan

    buku

    30

    tahun

    Fak.

    Sastra

    dan

    seminar."

    lanjutnya.

    Padahal

    ren-

    cana

    kesiatan

    lustrum

    meliputt

    luga

    Lomba

    Ku.yu

    Tulis

    Ilmiah

    (LEII)

    Pelajar

    se-iawa

    Tengah

    dan

    P1Y:

    terakhir

    tak

    iadi

    terlaksana'

    Kenvataan

    tersebut

    dapat

    dimaklu-

    mi.

    C.

    (ivanto

    Joko

    N

    bahkan

    menilai

    waiar.

    "

    Sava

    pikir

    kalau

    alasan

    Pak

    yu"di

    itu

    hedgenai

    dana.

    pasti

    beliau

    nunva

    prioritai

    acara."

    Yang

    menjadi

    ferfiatiin

    Ketua

    HMJ

    Sastra

    lnggris

    itu

    adalah

    minimnya

    keterlibatan

    maha-

    siswa

    dalam

    acaia

    tersebut.

    Dari

    su-

    sunan

    kepanitiaan,

    ia

    melihat

    lustrum

    lebih

    se6aeai'gawean'nYa

    fakultas,

    mahasiswa-tidak

    banyak

    dilibatkan'

    Anseaoan

    tersebut

    dibenarkan

    oleh

    -

    llirisvah.

    Ketua

    Senat

    Mahasiswa

    Fakultis

    Sastra.

    Menurut

    penilaiannya.

    acara-acara

    penting

    di

    fakultas.,.

    seperti

    lustrum.

    periwsunannya diberikan

    ke-

    oadakaldnean

    edukatif.

    "Mahasiswa

    't.tu*

    diliEatkan

    secara

    menyeluruh

    dalam

    posisi

    yang

    seimbang

    dengan

    ka-

    langan'

    eduka:ti

    yang

    meme

    gang-. kepa-

    nitiian

    dalam

    acara

    lustrum."

    tegas

    mahasiswa

    Sejarah

    '91

    ini.

    Satu-satu-

    nva

    kesiatan

    -lustrum

    yang

    ditangani

    oieh

    lehbaea

    kemahasiswaan

    (Sema)

    hanvalah

    Lktt

    Petalar

    se-Jateng

    dan

    Dt{.

    Sementara

    format

    lustrum

    dan

    lanskah-langkah

    berupa

    konsep

    dan

    peliksanaan-kegiatan

    yang

    lain

    tidak

    inelibatkan

    mahasiswa.

    KurangnYa

    PartisiPasi

    mahasiswa

    ternvata

    tldla'l