1410-2021 issn a ikt a iv dan 3 1996/1997 indonesia ... · pusat penelitian dan balai penelitian,...

20
ISSN 1410-2021 IV A IK T A No. 3 dan 4 Th. 1996/1997 Plasma JVutfah Indonesia Media Komunikasi Komisi Nasional Plasma Nutfah 9s<f /*t> Sekilas Tentang 1VAIKTA Plasma Nutfah Indonesia Marta Plasma Nutfah Indonesia" meru- pakan media komunikasi keplasmanut- fahan dan sarana untuk memasyarakat- kan pemahaman terhadap plasma nutfah, khu-susnya plasma nutfah Indonesia. M arta terhit secara berkala yaitu bulan Juli dan Desember setiap tahun. Redaksi menerima dan mengharapkan sumbangan berita dan artikel tentang keplasmanut- fahan untuk dimuat dalam penerbitan selanjutnya. Isi dapat dikutip tanpa izin lebih dulu. asal disebut sumbernya. Daftar Isi EDITORIAL I <EGATAN PROVE K KNPN 2 I Penyusunan Sistem Konservasi 2 2 Perternuan Pemulia Tentang 4 Pemcmfaatan Plasma Nutfah 3 Koordinasi Sistem Jarmgan Kerja 6 Konservasi Plasma Nutfah ARTIKEL 7 Status Plasma Nutfah Hum Air lavxur 1 di Indonesia 2 Peningkatan Peranan Mikroba 9 dalam Bidang Pertanian WAWAN CARA If ! Pertemuan Ad Hoc Sumberdaya ft Genetik Hewan « 9gggH«gg£g 3 gBs BERTA 12 I Seminar Nasional Petemakan dan 12 letenner 2 Stadium General bggt Perguruan 13 Tinggi tentang Pemasyarakatan Plasma Nutfah di Indonesia 3 Laporan Menghadin Sidang COP- 14 3 Konvensi Keanekaragaman Hay ati 4 “Second International Crop IS Science Congress ’’ KOLEKSI KITA 16 I Beberapa Spesies Plasma Nutfah 16 Pertanian yang Terancam Punah SERBA-SERBI 18 7 Kekayaan Koleksi Biakan Mikroba 18 Pertanian PUBLIKASI 19 EDITORIAL Upaya pelestarian sumberdaya hayati memerlukan penanganan secara terpadu baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun intemasional. Hal ini mengingat bahwa manfaat dari upaya pelestarian sendiri adalah untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya, yang dalam kegiatannya di semua sektor secara perlahan mengarah kepada globalisasi dengan makin menipisnya sekatan-sekatan antara negara. Untuk mencapai keterpaduan konseptual maupun operasional perlu diciptakan sistem yang dapat diterima oleh semua pihak. Namun demikian, sistem apapun yang dipakai perlu ditunjang oleh kesadaran tentang manfaat serta pentingnya upaya pelestarian itu sendiri. Konservasi plasma nutfah di bidang pangan hendaknya sejalan dengan peningkatan pemanfaatan plasma nutfah itu sendiri. Usaha konservasi yang tidak diikuti oleh upaya pemanfaatan akan mengakibatkan pemborosan dana dan tenaga. Disamping itu, sumberdaya hayati yang bersangkutan hanya akan merupakan potensi yang tidak termanfaatkan. Kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan plasma nutfah dalam rangka konservasi ini perlu selalu digali, dan pemasyarakatannya hendaknya ditingkatkan. Teknik-teknik pelestariannya sendiri telah banyak diteliti dan dipelajari, namun dalam penerapannya di lapangan masih menemukan banyak kesulitan. Sistem jaringan kerja di bidang konservasi juga merupakan salah satu komponen yang penting, khususnya sebagai sarana komunikasi dan pertukaran informasi bagi semua pihak yang terlibat, pada semua tingkatan. Keterkaitan serta kerjasama antara berbagai pihak adalah mutlak diperlukan karena tidak ada satu simpul yang dapat berdiri sendiri dan tidak ada satu negarapun yang dapat memiliki sumberdaya genetik yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik pada masa kini maupun di masa depan. Peningkatan kerjasama melalui sistem jaringan kerja dapat memastikan pengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya genetik secara lebih efektif. Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan dana, fasilitas, dan sumberdaya manusia. Dalam edisi ini, selain informasi-informasi aktual di bidang konservasi, Warta mencoba mengangkat beberapa hal yang berkaitan dengan status maupun upaya pelestarian plasma nutfah ikan dan mikroba di Indonesia. Kedua kelompok komoditas ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses produksi biologis dalam industri pangan, sesuai dengan peranannya masing-masing. Namun, sejauh ini barn pemanfaatannya saja yang mengarah pada exploitasi yang telah banyak dibahas. Disamping tanaman, hewan, dan temak lainnya, pelestarian ikan dan mikroba dapat memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan pangan di masa depan, khususnya dengan perkembangan teknologi biologi molekuler yang cukup pesat. Oleh karena itu, upaya pelestariannya hendaknya dilakukan sejalan dengan mitra-mitranya yang lain dalam proses produksi biologis.

Upload: trinhkiet

Post on 09-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISSN 1410-2021

IVAIKTA No. 3 dan 4 Th. 1996/1997

Plasma JVutfah IndonesiaMedia Komunikasi Komisi Nasional Plasma Nutfah

9s<f

/*t>

Sekilas Tentang1VAIKTAPlasma Nutfah IndonesiaMarta Plasma Nutfah Indonesia" meru-pakan media komunikasi keplasmanut-fahan dan sarana untuk memasyarakat-kan pemahaman terhadap plasma nutfah,khu-susnya plasma nutfah Indonesia.M arta terhit secara berkala yaitu bulanJuli dan Desember setiap tahun. Redaksimenerima dan mengharapkan sumbanganberita dan artikel tentang keplasmanut-fahan untuk dimuat dalam penerbitanselanjutnya. Isi dapat dikutip tanpa izinlebih dulu. asal disebut sumbernya.

Daftar IsiEDITORIAL I<EGATAN PROVEK KNPN 2I Penyusunan Sistem Konservasi 22 Perternuan Pemulia Tentang 4

Pemcmfaatan Plasma Nutfah3 Koordinasi Sistem Jarmgan Kerja 6

Konservasi Plasma NutfahARTIKEL 7

Status Plasma Nutfah Hum Air lavxur 1di Indonesia

2 Peningkatan Peranan Mikroba 9dalam Bidang Pertanian

WAWANCARA If! Pertemuan Ad Hoc Sumberdaya ft

Genetik Hewan« 9gggH«gg£g 3 gBsBERTA 12I Seminar Nasional Petemakan dan 12

letenner2 Stadium General bggt Perguruan 13

Tinggi tentang PemasyarakatanPlasma Nutfah di Indonesia

3 Laporan Menghadin Sidang COP- 143 Konvensi KeanekaragamanHayati

4 “Second International Crop ISScience Congress’’

KOLEKSI KITA 16I Beberapa Spesies Plasma Nutfah 16

Pertanian yang Terancam PunahSERBA-SERBI 187 Kekayaan Koleksi Biakan Mikroba 18

PertanianPUBLIKASI 19

EDITORIALUpaya pelestarian sumberdaya hayati memerlukan penanganan secara

terpadu baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun intemasional. Hal inimengingat bahwa manfaat dari upaya pelestarian sendiri adalah untukkesejahteraan umat manusia seluruhnya, yang dalam kegiatannya di semuasektor secara perlahan mengarah kepada globalisasi dengan makin menipisnyasekatan-sekatan antara negara. Untuk mencapai keterpaduan konseptualmaupun operasional perlu diciptakan sistem yang dapat diterima oleh semuapihak. Namun demikian, sistem apapun yang dipakai perlu ditunjang olehkesadaran tentang manfaat serta pentingnya upaya pelestarian itu sendiri.

Konservasi plasma nutfah di bidang pangan hendaknya sejalan denganpeningkatan pemanfaatan plasma nutfah itu sendiri. Usaha konservasi yangtidak diikuti oleh upaya pemanfaatan akan mengakibatkan pemborosan danadan tenaga. Disamping itu, sumberdaya hayati yang bersangkutan hanya akanmerupakan potensi yang tidak termanfaatkan. Kemungkinan-kemungkinanpemanfaatan plasma nutfah dalam rangka konservasi ini perlu selalu digali,dan pemasyarakatannya hendaknya ditingkatkan. Teknik-teknik pelestariannyasendiri telah banyak diteliti dan dipelajari, namun dalam penerapannya dilapangan masih menemukan banyak kesulitan.

Sistem jaringan kerja di bidang konservasi juga merupakan salah satukomponen yang penting, khususnya sebagai sarana komunikasi dan pertukaraninformasi bagi semua pihak yang terlibat, pada semua tingkatan. Keterkaitanserta kerjasama antara berbagai pihak adalah mutlak diperlukan karena tidakada satu simpul yang dapat berdiri sendiri dan tidak ada satu negarapun yangdapat memiliki sumberdaya genetik yang cukup untuk memenuhikebutuhannya sendiri baik pada masa kini maupun di masa depan.Peningkatan kerjasama melalui sistem jaringan kerja dapat memastikanpengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya genetik secara lebih efektif. Hal inierat kaitannya dengan ketersediaan dana, fasilitas, dan sumberdaya manusia.

Dalam edisi ini, selain informasi-informasi aktual di bidang konservasi,Warta mencoba mengangkat beberapa hal yang berkaitan dengan statusmaupun upaya pelestarian plasma nutfah ikan dan mikroba di Indonesia.Kedua kelompok komoditas ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dariproses produksi biologis dalam industri pangan, sesuai dengan peranannyamasing-masing. Namun, sejauh ini barn pemanfaatannya saja yang mengarahpada exploitasi yang telah banyak dibahas. Disamping tanaman, hewan, dantemak lainnya, pelestarian ikan dan mikroba dapat memberikan sumbanganyang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan pangan di masa depan,khususnya dengan perkembangan teknologi biologi molekuler yang cukuppesat. Oleh karena itu, upaya pelestariannya hendaknya dilakukan sejalandengan mitra-mitranya yang lain dalam proses produksi biologis.

KEC5IATAN KNPN

Penyusunan Sistem KonservasiBerkaitan Dengan Pemanfaatan Plasma NutfahHi Bidang Pangan

Berbagai sistem konservasi plas¬ma nutfah di bidang pangan

yang sejalan dengan penmgkatan peman-faatannya akan sangat bermanfaat dalammendukung kelangsungan usaha swa-sembada pangan. Usaha konservasi yangtidak diikuti oleh upaya pemanfaatan,akan mengakibatkan pemborosan danadan tenaga. Selain itu sumberdaya hayatitersebut akan tetap hanya merupakan po-tensi yang tidak termanfaatkan.

Sistem konservasi plasma nutfah dibidang pangan pada umumnya sudahsesuai dengan kaidah konservasi padaumumnya. Namun demikian, sistem kon¬servasi di bidang pangan yang ada sa¬ngat beragam, sesuai dengan tujuan kon¬servasi dan macam lembaga pelaku kon¬servasi.

Inventansasi berbagai sistem konser¬vasi maupun sistem pemanfaatannya me-merlukan kajian ulang guna penyempur-naan Selain itu, permasalahan yang se-lalu mencuat di dalam pemanfaatan plas¬ma nutfah terutama sangat kurangnya te¬naga pemulia. Dengan demikian dipan-

1YAIKTAPlasma \utfah IndonesiaPenanggung Jawab

Kusuma DiwyantoStaf Redaksi

L. Hardi Prasetyo (Ketva)Didik Sudarmadji

Eko HandiwirawanSri Kumiati

Sekretanat Komisi National Plasma Nutfah,Pusat Penelitian danTanaman PanganJl. Mendeka No. 147Telp. (0251) 327031, . 2-3).Faks (0251) 240754,

dang perlu untuk menelaah dan mengkajiulang sistem konservasi yang ada sesuaidengan kemampuan SDM (pemulia)yang dimiliki. Sekaligus diharapkan da-pat ditelaah kekuatan dan kelemahanyang ada guna menambah masukan yangdiperlukan untuk pembinaan sistem kon¬servasi plasma nutfah tersebut.

Untuk tujuan ini, telah diadakan ke-giatan sarasehan pada tanggal 22 Okto-ber 1996 bertempat di Wisma Mtra,Bandung, sebagai hasil keijasama antaraKNPN dengan PER1PI Pusat. Hadirsejumlah 70 orang peserta berasal dariPeiguruan Tmggi Negeri dan Swasta,Pusat Penelitian dan Balai Penelitian,LSM, perusahaan swasta, serta wakildan beberapa media massa. Sambutandiberikan oleh ketua PERIP1 Pusat, ProfDr Achmad Baihaki; Ketua KNPN, Dr.H A Soedarsan; dan pembukaan dilaku-kan oleh Ka. Badan Litbang Pertanian,Dr Faisal Kasryno.

Makalah yang disajikan pada perte-muan adalah : (1) Identifikasi status sis¬tem konservasi plasma nutfah yang su¬dah ada berkaitan dengan pemanfaatandi bidang pangan, disajikan oleh Dr.Achmad M. Fagi; (2) Analisis kelemah¬an dan kemampuan sistem konservasiplasma nutfah yang ada, oleh Prof Dr.Achmad Baihaki; dan (3) Penelaahansistem dari sumberdaya manusia, dana,fasilitas, dan aspek hukum oleh Dr. Ka-sumbogo Untung.

Perumusan sarasehan yang merupa¬kan paduan kesimpulan hasil diskusi darisetiap topik bahasan makalah yang di-pandu oleh Prof Dr. Ibrahim Manwansebagai moderator dan hasil perumusandipimpin oleh Dr. Zainudin Harahap se¬bagai ketua, membenkan rekomendasi

perumusan “Penyusunan Sistem Kon¬servasi Berkaitan dengan PemanfaatanPlasma Nutfah di Bidang Pangan” beri-kut ini :

Pengembangan di TingkatNasionai

1. Perlu penelaahan kembali kebi-jakan-kebijakan pemenntah dalamupaya pencegahan erosi plasmanutfah, sistem kelembagaan yangsedang berjalan, dan sebagainya.

2. Diperlukan penerapan sistem kon¬servasi plasma nutfah yang dapatmendorong dan meningkatkan pro-mosi konservasi, termasuk peman¬faatan plasma nutfah

3. Pelestanan plasma nutfah saat ini

perlu ditekankan kepada upaya-upaya pe-manfaatan sumberdayagenetik secara berkelanjutan Se¬lain itu perlu diperhatikan pula pe-nanganan dan penyelamatan materikoleksi yang telah ada melalui pe-ningkatan ketersediaan fasilitas,manajemen, dan dana, serta pe-nanggulangan pencurian dan tin-dakan-tmdakan yang tidak ber-tanggung jawab.

4. Upaya konservasi, pelestarian, danpemanfaatan plasma nutfah perlumelibatkan berbagai pihak, dianta-ranya pihak pemenntah dan swas¬ta. Diperlukan pula evaluasi pe¬manfaatannya, sehingga dapat me-yakinkan penyandang dana akanpentingnya arti plasma nutfah

5. Perlu diusulkan secara rinci/spesi-fik tentang aspek konservasi plas¬ma nutfah dalam manajemen sum¬berdaya biologi di tanah air. Untuk

2 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

pelestanan kekayaan plasma nut-fah tanaman “asli” Indonesia yangberpotensi ekonomi/teknis tinggi,perlu ditetapkan spesies-spesiesyang memerlukan pelestanan sege-ra seperti tanaman obat-obatan,umbi-umbian, pisang, dan lain-lain.

6 Perlu lebih mengintegrasikan as-pek konservasi sumberdaya gene-tik di dalam proses perencanaannasional .

Pengembangan di Tingkatinternasionai

1. Dalam upaya pengkayaan plasmanutfah, terlebih plasma nutfah ta¬naman bemilai ekonomis tinggi,perlu dilakukan kerjasama secarabilateral dengan negara-negaralain atau pusat-pusat penelitian in-temasional dalam aspek pengelo-laan plasma nutfah, nusalnya me-lalui pertukaran informasi.

2 Berkaitan dengan hal di atas, per¬lu ditelaah dan dikaji lebih lanjutsejauh mana pengelolaan plasmanutfah berperan dalam kebijakanekonomi secara internasionai.

3. Melalui kerjasama internasionai,perlu pula digali upaya-upayayang memperkuat kerjasama un-tuk mendorong dan membantupemngkatan pengelolaan plasmanutfah di Indonesia

4. Perlu dikaji lebih jauh bagaimanamemanfaatkan bantuan dana dariluar negeri (khususnya negara ma-ju) untuk menambah sumber ke-uangan bagi upaya promosi danpengembangan pengelolaan plas¬ma nutfah di Indonesia

Pengembangan di Tingkatlokai/Petani

1 Perlu penyeimbangan terhadappenggunaan “land resources” yangmempercepat erosi sumberdayagenetik di Indonesia dan perusak-

an habitat-habitat alabat pem-bangunan yang memusnahkansumberdaya genetik.

2. Perlu upaya-upaya untuk mendo¬rong dan merangsang penggunaansumberdaya genetik, seperti varie-tas-vanetas lokal untuk kepenting-an petaru (seperti farmers’ nght).

3. Perlu penjaminan kegiatan-kegiat-an in situ, konservasi atau keijapara petani dalam pelestarian, pe-manfaatan, dan pengembangansumberdaya genetik. Dengan de¬rmkian petani dapat memperolehkeuntungan yang sepadan denganapa yang telah dilakukan selamaini.

PengembanganKemampuan Keiembagaan,Fasilitas, dan Teknoiogi

1. Diperlukan upaya untuk memper¬kuat fasilitas dan teknoiogi yangdapat mendorong konservasi, pe¬lestarian, dan pemanfaatan plasmanutfah/sumberdaya genetik secaraberkelanjutan.

2. Diperlukan upaya-upaya pengelo¬laan plasma nutfah/sumberdayagenetik dan habitat-habitat lainyang dilindungi, agar dapat ber-fungsi secara berkelanjutan.

3. Pengelolaan plasma nutfah, ter-utama tanaman pangan dan horti-kultura semusim, masih belum op¬timal dan tersebar di beberapa unitkerja sehingga menyulitkan pem-binaan, pengkoordinasian, dan pe¬ngelolaan.

4. Untuk dapat melestarikan kekaya¬an plasma nutfah yang telah ada,perlu diupayakan pemngkatan ke¬mampuan penguasaan tekmk-tek-nik konservasi, pelestarian, danpemanfaatan plasma nutfah/sum¬berdaya genetik baik secara insitu, ex situ, maupun in vitro.

5. Dalam upaya penyusunan peratur-an pemerintah tentang varietas ta¬naman, PERIPI diharapkan dapat

berkontribusi memberikan masuk-an-masukan atau pandangan-pan-dangannya

PengembanganKemampuan SumberdayaManusla

1. Kesadaran dan pemahaman ten-tang pentingnya plasma nutfahbagi kesejahteraan manusia masihsangat kecil, sehingga diperlukanupaya pemasyarakatan dan pe¬mngkatan apresiasi serta kepekaanmanusia Indonesia, melalui peja-bat-pejabat terkait, tokoh-tokohmasyarakat, LSM, atau lembaga-lembaga pendidikan (sejak me-nginjak bangku sekolah taman ka-nak-kanak sampai perguruan ting¬gi).

2. Untuk itu sejauh mungkin pejabat-pejabat terkait, tokoh-tokoh ma¬syarakat, LSM, atau lembaga-lem-baga pendidikan dapat dibantu da¬lam menyebar luaskan informasi-informasi berkaitan dengan kon¬servasi, pelestarian, dan peman¬faatan plasma nutfah

3. Dalam upaya mengembangkan pe¬mahaman yang berkaitan dengankonservasi, pelestarian dan peman¬faatan plasma nutfah, perlu dila¬kukan penelitian-penelitian yangbersifat mendasar.

4. Sampai saat ini, ketersediaan dankemampuan tenaga pengelola/pe-ngembangan sumberdaya genetikdengan sistem konservasi masihsangat kurang, sehingga perlu di¬upayakan pemngkatan sumberda¬ya manusia, baik secara kuantitasmaupun kualitas.

Dikutip dari laporan perumusan kegiatansarasehan KNPN dan PER1P

(S. Kumiati/W.K. Sejati/E. Handiwirawan)

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 3

Pertemuan Pemulia Tentang Pemanfaatan PlasmaNutfah Pertanian

Dalam rangka mempenngati 20tahun Komisi Nasional Plasma

Nutfah, maka tdah dilaksanakan Per¬temuan Pemulia tentang PemanfaatanPlasma Nutfah Pertanian lingkup BadanLitbang Pertanian, Bogor pada bulanAgustus 1996. Pertemuan yang dihadirioleh 28 pemulia aktif dan 15 pemulia se¬nior membenkan hasil sebagai berikut :

A. Sejarah tentangKeberhasilan ProgramPemuliaan danPemanfaatan PlasmaNutfah

1. Tanaman Pangan

Profesi sebagai pemulia di berbagaibidang pertanian kurang mendapat minatdan para peneliti. Dapat diajukancontoh, selama kurun waktu 1932-1935tercatat hanya seorang pemulia padi,yaitu Dr H Siregar, dimana beliau telahberhasil melepas padi Bengawan danIntan hasil pemuliaan menggunakantetua padi Latisail dari India. Kemudiantahun 1950-1965 tiga penelib Dr H.Siregar, Dr Satoto, dan Dr. B.H. Siwimerakit varietas Remadja Sigadis, Shintadan lainnya. Sedangkan sebagian tetuayang dipakai berasal dan padi bulu(lokal). Baru pada tahun 1965 programperpadian di Indonesia mulai meng¬gunakan vanetas berumur genjah denganmempersi1angkan vanetas IR5/Shinta.Pada tanggal 1 April 1971, Dr Z.Harahap menenma penghaigaan ataspenemuan varietas padi Pelita 1-1 danPelita 1-2. Selanjutnya dan tahun 1971sampai 1995 Badan Litbang Pertaniantdah berhasil melepas 96 vanetas padiantara lain padi sawah, gogo, rawa, daniritroduksi

Disamping varietas padi, juga tdahdilepas masing-masing sejumlah 25, 27,15, 11, 9, 5, dan 5 vanetas jagung,kedelai, kacang tanah, kacang hijau,gandum, ubi kayu, dan ubi jalar.

Meskipun telah dapat dikembangkanbeberapa varietas unggul tanamanpangan, namun dalam upaya memper-oldi hasil lebih optimal, perlu digariskansuatu strata pemanfaatan plasma nut¬fah yang betul-betul terarah.

2. Tanaman Rernpah dan Obat

Kegiatan pemuliaan sudah dimulaisejak jaman Belanda, yang saat ltudiarahkan kepada sdeksi bagi keragam-an plasma nutfah yang terdapat di alam.Pnontas utama perhatian pada tanamancengkeh, yang menghasilkan empat tipecengkeh budidaya meliputi . Zanzibar,Sikotok, Siputih, dan Ambon; serta per-silangan antara cengkeh budidaya danliar, namun Fi yang dihasilkan tidakbemilai ekonomis.

Antara kisaran tahun 1945-1980,kegiatan pemuliaan betjalan kurangsistematis yang lebili mengarah kepadakoleksi, karaktensasi, dan evaluasi plas¬ma nutfah; disertai sdeksi pohon indukdi beberapa daerah Pada tahun 1980-1989 dilakukan pelepasan tahap I empatvanetas lada yaitu Petaling I dan II, sertaNatar I dan n, hasil dan seleksi varietasunggul lokal. Sedangkan pada tahun1989-1995 dilaksanakan pelepasan ta¬hap dua berupa tiga vanetas lada hasilsdeksi vanetas unggul lokal yaitu :Chunuk, Benghayang, dan LDK; sertaempat klon serai wangi Disamping itu,dilakukan karaktensasi dan evaluasiplasma nutfah yang berhasil menghasil¬kan sejumlah 11, 11, 9, 10, 8, dan 12nomor harapan berurutan untuk jambumente, pyrethrum, kencur, kunyit, temu-lawak, dan cengkeh. Sejak taliun 1995hingga sekarang pemuliaan diarahkan

untuk mengatasi masalah penyakit padalada, panili, danjahe.

3. Tanaman Perkebunan

Pemuliaan di Balai Penelitian Per¬kebunan terutama menangani tanamankaret, kdapa sawit, coklat, kopi, teh, dankina. Pertanaman karet, kdapa sawit,

kopi, dan teh, dan coklat masing-masingmeliputi areal sekitar 3 juta, 2 juta, 1juta, 1.5 juta, dan 1 juta ha. Disampingitu juga telah dilakukan pemuliaantanaman tembakau dan lamtoro sebagaipenaung kopi

4. Petemakan

Temak di Indonesia sebagian besardipelihara oleh masyarakat dalam jumlahsangat bervariasi, teigantung dan spesiesdan bangsanya. Temak dengan potensiekonomi tinggi biasanya dipeliharadalam jumlah cukup besar, sehinggamasalah konservasi secara in situ atauon farm tidak menjadi masalah senusBeberapa spesies atau bangsa temakyang belum terlihat potensmya misalnyakerbau Tedong Bonga di SulawesiSelatan atau ayam Kedu Putih di JawaTengah, sangat terbatas jumlahnyaPadahal temak tersebut mempunyaikeunggulan dalam hal daya adaptasidengan lingkungan setempat. Detuikianpula halnya dengan itik yang berasal danTegal, temyata telall dimanfaatkan untukmembentuk bangsa baru seperti itikKhaki Campbdl di Inggns. Sehubungandengan hal tersebut perlu kiranyamengenal dan melestankan plasmanutfah temak lata serta memanfaat-kannya dengan efektif dan efisien.

5. Perikanan

Plasma nutfah ikan mempunyai ke-anekaragaman yang cukup besar meli-puti jenis ikan laut dan sekitar 1.100

4 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4Th. 1996/97

jerus ikan air tawar. Sebagian plasmanutfah tersebut telah dimanfaatkansebagai jerus ikan tangkap dan budidaya.Pemanfaatan plasma nutfah hasilpenelitian telah dilakukan pada jenis-jems ikan dan udang air tawar,-fiususnya pada ikan Mas dan udangGalah Sedang jenis ikan lainnya yangtdah mendapat periiatian adalah ikanGurame. Tawes, dan Nila Pada masamendatang, diharapkan pemanfaatanplasma nutfah untuk budidaya dan jerus-jenis ikan pantai dan laut.

B. Manfaal, Kelemahan,Peluang, dan Kendaladari Plasma NutfahPlasma nutfah tanaman. hewan, ikan,

r.aupun mikroba mempiutyai keragaman■ mg sangat besar, narnun sampai saat:rj beliun dimanfaatkan secara optimalHa. mi terlihat dan sanakin banyaknvampor buah-buahan, sayur-sayuran, dan

dagjng (temak) sebagai akibat maung-katnya penumtaan konsumai Buah-buahan. sayur-sayuran, dan daging lokalnampaknya mengalami kesulitan dalammenghadapi persamgan ketat denganproduk mipor, baik dan segi haiga.mutu. dan jumlahnya Narnun demikian,masih banvak konsumen yang lebihmen\ukai produk dalam negen danpadampor. sehingga masih ada petani dan

petemak vang menanam buali lokal danmemelihara temak lokal.

Dalam menghadapi era globalisasidimana faktor persamgan akan semakinketat. maka diperlukan upaya-upayauntuk lebih meningkatkan mutu denganpersamgan haiga dan pemasaran yanglebih baik Daigan demikian diharapkanbuah-buahan, sayur-sayuran, hasil ta¬naman rempah, obat, mdustn (lada, pa-ruli, jambu mete, jahe, nila, dan tanamanserat) dan perkebunan (kopi, coklat,karet. dan teh) serta daging lokal dapattetap menduduki pangsa pasar lebih baikdibandmgkan produk impor.

Komoditas yang mempunyai keung-gulan-keunggulan komparatif seperti teh,kopi, kopra, coklat, karet. kina, dankelapa sawit mendapat perhatian senusdalam paiangannya terutama dalam halmutu dengan memanfaatkan keragamanplasma nutfah yang ada, sehinggamampu bersamg dalam menghadapi eraglobalisasi. Untuk itu pemenntah perlulebili mempererat keqasama antara pe-tam/petemak, koperasi, lembaga-lemba-ga penelitian, dan mstansi terkait, lem-baga konsumen, serta badan-badaneksportir.

C. Program NasionalPlasma NutfahKegiatan konservasi, pemanfaatan

plasma nutfah, dan penelitian pemuliaanakan berhasil baik apabila programpemuliaan/plasma nutfah dapat disusunsecara komprehensif dengan melibatkanberbagai pihak mulai dan peneliti,pendidik, pengambil kebijakan, penggu-na, swasta, LSM, petani, dan masyara-kat luas. Hal ini dapat terwujud apabilaprogram mendapat dukungan danpanenntah melalui lambauan sampaiperaturan dan perundang-undangan,yang selaras daigan kesepakatan global.Untuk itu perlu penyusunan programpayung dan masing-masing komoditasatau Balai

pelestarian dan pemanfaatannyadapat terprogram secara berkesi-nambimgan dan terarah.

3. Hasil karakterisasi dan evaluasiplasma nutfah agar dapat didoku-mentasi dan disusun dalam database, diperlukan fasilitas yang me-madai

4. Forum komunikasi melalui WartaPlasma Nutfah akan lebih digiat-kan untuk menam-pung isu-isunasional dan intemasional, disam-ping itu dirasa perlu adanya wadahyang menampung informasi hasilkegiatan dan pemanfaatan plasmanutfah berupa Buletin PenelitianPlasma Nutfah yang bersifat semi

ilmiah.5. Mengingat sangat terbatasnya te-

naga pemulia, maka diperlukanpeningkatan jumlah dan kualitasmelalui pendidikan formal dan nonformal, penambahan tenaga barumaupun alihtugas

6. Untuk kesinambungan konservasidan pemanfaatan plasma nutfahdiperlukan “core budget” yangbersifat rutin melalui suatu BadanKoordinasi tingkat nasional

7. Peningkatan kerjasama antarainstansi pemerintah dan swasta da¬lam dan luar negen sangat mem-bantu dalam pelestanan danpemanfaatan plasma nutfah per-tanian

D. Kesimpulan (Kusuma Diwyanto, BPTCiawi;Surachmat Kusumo, Balitbio Bogor)

Berdasarkan uraian tersebut di atas,maka dapat dikenuikakan beberapa _kesimpulan berikut :1. Hasil-hasil pemanfaatan plasma

nutfah telah diinformasikan olehmasing-masing pemulia, narnunbelum seimbang dengan banyak-nya plasma nutfah yang dikonser-vasi mengingat terbatasnya tenagapemulia dan dana.

2. Pengelolaan plasma nutfah perludikoordinasi secara nasional agar

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 5

Koordinasi Sistem Jaringan Kerja KonservaslPlasma Nutfah Taraf Nasional, Regional,danInternasional

Masih berkaitan dengan acarapenngalan ulang tahun KNPN

ke-20, maka telah dilakukan kegiatansarasehan Koordinasi Sistem JaringanKeija Konservasi Plasma Nutfah Tarafnasional, regional, dan internasional pa-da tanggal 23 September 1996, ber-tempat di Aula Fakultas PertanianUruversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Latar belakang dilaksanakan kegiatanini dengan mempertimbangkan bahwasa-nya jaringan keija merupakan salah satusistem dalam pelaksanaan keija, ter-utama dalam memasuki era globalisasi.Dalam era ini, tidak ada satu simpulkeija yang dapat berdin sendin. Padataraf nasional, jaringan keija ini terasasangat lemah dan begitupun hubungandan taraf nasional ke taraf regional dandan taraf nasional ke taraf internasional.Kelemahan diidentifikasi berakar padatidak tersedianya sumberdaya manusiayang berkemampuan tinggi.

Dan kelemahan pada sumberdayamanusia, akan teijadi pula kelemahanpada mekanisme institusi. Keterpaduansumberdaya dan mekanisme institusi me-nentukan derajat kemampuan masing-

masing simpul. Faktor lam yang jugamenentukan kondisi simpul adalah ke-tersediaan dana dan fasibtas.

Oleh karenanya dirasa perlu adanyaupaya dalam mengatasi hal tersebut.Sebagai langkah awal diperlukan suatukepastian status sistem janngan keijayang sudah ada, kekuatan, dan kelemah¬an, serta masukan yang beiguna bagipembinaan.

Adapun tujuan dan kegiatan adalah :(1) ldentifikasi status sistem janngankeija yang sudah ada, pada tarafnasional, regional, dan internasional; (2)Analisis kelemahan dan kemampuan

sistem yang ada; dan (3) Penelaahannyadan segj sumber daya manusia, dana,dan fasilitas.

Sarasehan diselenggarakan denganmenyajikan tiga makalah meliputi : (1)Koordinasi dan Pengevaluasian JaringanPlasma Nutfah Nasional, dengan panelisProf. Dr Ibrahim Manwan; (2) Koor¬dinasi dan Pengevaluasian Sistem Jaring¬an Konservasi Plasma Nutfah nasional,regional, dan internasional, dengan pane¬lis Dr. Hari Hartiko dan Prof. Dr.Soemartono; serta (3) ‘Networks for theEffective Management and Use of PlantGenetic Resources in Asia, Pacific, andOceania, dengan panelis Kenneth W.Riley, Zhou Ming-De, dan RamanathaRao. Sedangkan yang bertmdak sebagaimoderator dalam memimpin diskusiadalah Drs. Mahyuddin Syam, MPS.

Hasil yang diharapkan berupa ru-musan rekomendasi guna meningkatkankemampuan pargelolaan janngan keijapada berbagai taraf masih dalam tarafpenyusunan. Namun beberapa butir ke-simpulan dan ulasan utama dan ketigamakalah diuraikan berikut ini :

Hasil pemikiran dari kedua makalah“Koordinasi dan Pengevaluasian SistemJanngan Plasma Nutfah nasional” serta“Koordinasi dan Pengevaluasian SistemJaringan Konservasi Plasma NutfahNasional, Regional, dan Internasional”membenkan beberapa butir kesimpulanpenting meliputi :

• Di Indonesia keragaman hayatimendapat perhatian yang besar da-n pemenntah, lembaga penelitian,dan swadaya masyarakat. Perhati¬an ini meliputi baik pemahamanmengarai peran dan potensi mau-pun menyangkut pelestarian, kon¬servasi, dan pemanfaatan sum¬

berdaya genetik tersebut bagi ke-sejahteraan masyarakat

• Kegiatan manusia yang terus me-rungkat untuk memenuhi kebutuh-annya telah merumbulkan dampaknegatif terhadap kelestanan sum¬berdaya genetik, spesies, dan eko-sistem. Dampak negatif berupaerosi genetik pada tingkat meng-khawatirkan akan memben dam¬pak buruk terhadap kelangsunganpembangunan pertanian

• Sudah tiba waktunya pihak-pihakterkait memberikan perhatian yanglebih besar, agar eksploitasi sum¬ber dayagenetik dilakukan secarahati-hati serta mengkonversi sum¬berdaya tersebut dan memanfaat-kannya secara berkelanjutan, se-hingga dapat mewariskan suatukondisi yang penuh dengan ke-mungkinan pengembangan dan pe-manfaatannya kepada generasi be-rikutnya.

• Masalah konservasi plasma nutfahmerupakan masalah nasional, regi¬onal, dan internasional yang me-merlukan pemecahan segera ter-utama dalam kaitannya dengan ke-majuan IPTEK, menurunnya kua-litas lingkungan dan kegiatan ma¬nusia.

• Kegiatan konservasi plasma nut¬fah merupakan kegiatan integralyang bersifat lintas sektoral de¬ngan melibatkan sumberdaya ma¬nusia dan berbagai kepakaran danberbagai Departemen

• Sistem janngan kerja (NetworkSystem) perlu dikembangkan padaskala nasional, regonal, dan inter¬nasional terutama “Cross BorderConservation”. Sedangkan sistem

6 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

monitoring dan evaluasi perlu di-kembangkan lebih lanjut berdasar-kan tekanan Imgkungan masa kinidan masa mendatang.

• Untuk melaksanakan penentuankebijakan Nasional hal-hal di atas,diperlukan adanya suatu BadanOtonta Nasional dalam bentukBoard of Directors tentang Kon-servasi Plasma Nutfah yang ang-gota-anggotanya terdin atas wakil-wakil dari Departemen Pemenntahdan Lembaga Swasta (lintas sek-toral).

Adapun nngkasan pemikiran danmakalah Network for the Effective

Management and Use of Plant GeneticResources in Asia, Pacific, and Oceaniadiuraikan beikut ini :

• Under the Biodiversity Conven¬tion, countries are responsible forthe conservation of their plant ge¬netic resources (PGR); yet nocountry contains sufficient PGR tomeet its present and future needs.Increased collaboration amongcountnes through networking canhelp ensure more effective mana¬gement and use of PGR Promo¬ting PGR networks is also one ofthe activities in the Global Plan ofAction, recently adopted by over150 countnes dunng the Inter¬

national Technical Conference inLeipzig. The paper descnbes therationale, oigamzation featuresand activities of a few regionalnetworks in the Asia, Pacific, andOceania including sesame, okra,taro, safflower, sweet potato andtropical fruit trees, coconut, bam¬boo and rattan.

(L.H. Prasetyo/A. Anggraeni)

ARTIKEL

Status Plasma Nutfah Ikan Air Tawar di Indonesia1. Keanekaragaman jenis

dan plasma nutfahikan air tawar

Indonesia memiliki sekitar 1100 jenisikan air tawar yang hidup di perairanumum, yaitu: sungai, danau alami danbuatan. rawa dan genangan-genangan air

lainnya yang luasnya sekitar 55 jutahektar Dan sejumlah jenis ikan tersebuthanya 20 jenis yang sudah dibudidaya-kan dan diantaranya 10 jenis sudah da-pat dikembangbiakkan dan menghasilkanberuh Sedangkan untuk kegiatan budi-daya lainnya pasokan benih diperolehdan hasil tangkapan di perairan umum,dan kemudian dipelihara hingga men-capai ukuran ikan sesuai dengan permin-taan pasar. Disamping jenis-jaas ikanbudidaya asli terdapat pula delapan jenisikan introduksi yang kini berkembang diIndonesia.

Secara umum plasma nutfah ikan airtawar dapat digolongkan menjadi tigakategon sebagai berikut :

Kategori 1 Plasma nutfah ikan budi¬daya sebagai hasil seleksi dan keragam-an genetik dan adaptasi terhadap ling-kungan atau pengaruh geografi dan eko-sistan. Contoh jenis ikan tennasuk da¬lam kategon ini adalah ikan Mas (Cyp-rinus carpio), salah satu jenis ikan budi¬daya tertua yang kaya dengan plasmanutfahnya yang memiliki bentuk tubuh,bentuk sisik dan wama yang beragam.Sebenamya jenis ikan ini merupakanikan introduksi yang mulai masuk duaabad yang lalu dan sudah dianggap seba¬gai ikan tradisional disamping jems-jenisikan asli antara lain ikan Gurame(Osphronemus gouramy), Tawes (Pun-tins gonionotns), Tambakan (Helostomatemmincki).

Kategori 2 Plasma nutfah liar darijems-jenis ikan budidaya yang terdapatdi perairan umum dan tersebar di bebe-rapa pulau dan ekosistem antara lainplasma nutfah dan jenis-jems ikan Gu¬rame, Nilem. Tambakan, Tawes. Plasmanutfah liar dari jems-jenis ikan tersebutmasih belum banyak dimanfaatkan da¬

lam pemuliaan dan mempunyai peluanguntuk dikembangkan pada masa yangakan datang

Kategori 3. Plasmanutfah liar yangsama sekali belum dibudidayakan Plas¬manutfah dalam kategon ini dimanfaat¬kan langsung sebagai ikan konsumsiatau ikan hias yang merupakan hasiltangkapan Plasma nutfah yang tergo-long dalam kategon ini paling banyakjumlahnya dan mengalami erosi genetikdan diantaranya sudah atau terancampunah Salah satu ikan hias pentingadalah ikan Botia (Botia macracanthus)yang khas ikan Indonesia dan tidakterdapat di negara lain serta merupakanjenis ikan ekspor yang memiliki plasmanutfah dengan karakter wama yangberbeda. Sebagai contoh, plasma nutfahBotia dan Kalimantan Barat mempunyaiwama yang lebih kontras dan denganharga yang lebih mahal dari pada plasmanutfah Botia yang berasal dan SumateraSdatan dan Jambi Beberapa jems ikandan kategon ini dalam beberapa tahunterakhir telah dapat ditangkarkan dan

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 7

dikembangkan seperti ikan Siluk (Sclero-pages formosus) yang berwama merahyang berasal dan Kalimantan Barat. Je-lawat (Leptobarbus houveni) dan Patin(Pangasius spp). Salah satu plasma nut-fah ikan Patin yang perlu mendapat per-hatian adalah Patin Kunyit (dagmg ber¬wama kurnng) yang berada di Sungai In-dragin Hilir.

2. Pemanfaaian plasmanutfab dalam budidaya

Sampai saat ini plasina nutfah yangtdah dimanfaatkan terbatas pada bebera-pa jenis ikan budidaya terutama ikanMas dan Gurame Plasma nutfah ikanMas tradisional yang populer adalahstrain Majalaya dengan wama hijau ke-labu dengan badan yang lebar dan ba-gian perut besar, strain Sinyonya dengantubuh kurung dan mata sipit pada ikandewasa, strain Punten dengan bentuktubuh hampir sama dengan Majalayanamun wama lebih kelabu dan profiltubuh bagian punggung tidak lancip,strain Domas memiliki sisik yang kecil-keal dan berwama perak Diantara 21plasma nutfah hasil koleksi BalaiPenelitian Penkanan Air Tawar (Balit-kanwar) terdapat empat strain yang me-nonjol, yaitu Rajadanu-Kuningan danCangknngan-Yogyakarta Penentuan ke-empat strain tersebut setelah melalui ta-hapan-tahapan penelitian plasma nutfahyang meliputi: 1) Karaktensasi yangmeliputi sifat morfometn dan biokimiakhususnya markagenetik namun masihsangat terbatas pada beberapa strainsaja; 2) Evaluasi sifat reproduksi yangmeliputi diameter telur, daya tetas,kelangsungan hidup larva dan ketahananterhadap penyakit.

Dalam rencana pemuliaan tahun1997 dan keempat strain tersebut akandibuat populasi sinteds yang merupakanpopulasi dasar yang diharapkan dapatmenghasilkan strain yang unggul,khususnya untuk sifat-sifat: pertumbuh-an cepat, lambat dalam kematangan go¬nad, dan tahan terhadap penyakit khu¬susnya bakten Aeromonas hydrophila

3. Pelestarian plasmanutfah Ikan

3.1. Pelestarian in situ

Jenis-jenis ikan perairan umum sudahmengalami erosi genetik karena: a) pe-nangkapan yang berlebihan (overfi¬shing), b) perubahan habitat terutamakarena erosi dan pendangkalan, c) pen-cemaran, d) perkembangan ikan eksotikyang ditebarkan. Kesulitan dalam penge-lolaan penkanan di perairan umum ada¬lah sifatnya yang multifungsi yang me-merlukan koordmasi mulai dari peren-canaan, pelaksanaan sampai kepada pe-ngendalian dan monitoringnya dan suaturencana pembangunan yang menyangkutserta berdampak kepada habitat ikan dansuatu tipe ekosistem.

Beberapa jenis ikan sudah mengalarrukelangkaan dan sudah dilindungj antaralam melalui Surat Keputusan MenteriPertaruan No. 716/Kpts/Um/10/1980untuk Tangkelesau/Keleso/Kayangan/Pe-yang Malaya/Siluk (Sderopoges formo¬sus), Kaloso/Peyang Irian (S. leichardti),Pari/Hiu Sentaru (Pristis microdori), Se-lusur Maninjau (Homalopterus gymno-gaster), Wader Goa (Puntius mecrops)dan Lopis/Belida Jawa (Notopterus spp).Ikan Ridi Angus (Balantiochilusmelcmopterus) mempakan ikan hiasyang sudah langka da tennasuk dalamdaftar Buku Merah IUCN tahun 1990.Menurut Kottelat dkk. (1993) sedikitnyaada 66 jans ikan, 27 jenis diantaranyajenis enderruk di danau-danau di Sula¬wesi, yang terancam tererosi karena per-dagangan yang intensif Pada umumnyauntuk melindungi plasma nutfah ikanperairan umum pada tingkat nasionaltelah tercantum dalam Undang-UndangPerikanan tahun 1985, dan di tingkatpropinsi atau kabupaten telah dikeluar-kan Peraturan Daerah tentang ke-beradaan reservat yang dilindungi.Namun kelemahan terdapat pada aspekmonitonng karena lokasi reservat jauhdan tempat pengawasan Cara yangefektif adalah pengelolaan sumberdayaperikanan oleh masyarakat sendiri.

Erosi genetik pada ikan budidayaterjadi karena monokultur suatu strainyang berkembang dan mengabaikanstram atau plasma nutfah lainnya Padabudidaya ikan Mas, setelah berkem-bangnya teknologi budidaya intensif.seperti kolam air deras (tahun 1974 -1985) dan budidaya di keramba janngapung mulai 1985 sampai sekarangstrain yang diunggulkan adalah Maja¬laya. Akibatnya stram stram lainnvaterabaikan dan sudah mulai langkaseperti Punten, Smyonya, dan DomasUpaya pelestanan m situ seperti stramPunten sedang diupayakan di BalaiBeruh Ikan (BBI) Punten, tetapimenghadapi kendala untuk memperolehstrain lokal Meskipun dalam perkem¬bangan budidaya ikan Mas para petaniikan menggunakan stram unggulan.namun ada pula para petani masih mem-pertahankan dan melestankan secara in

situ keberadaan stram lokal tersebutdengan daerah pengembangannya yangterbatas dan spesifik lokasi seperti ikanMas Sinyonya di Kadugedong (Pandeg-lang), ikan Mas Pare di Kedin Hal ini

telah mendapat dukungan dan DinasPenkanan setempat

3.2. Pelestarian ex situ

Pelestanan ex situ dikaitkan denganpemanfaatan untuk tujuan ekonomi danjenis-jenis dan plasma nutfah ikan per¬airan umum sangat terbatas Keber-hasilan pelestanan mi tidak lepas danterciptanya teknologi, khususnya tek¬nologi pembauhan yang merupakan ha¬sil paielitian. Hasil yang sudah dicapaiadalah teknologi pembenihan beberapajenis ikan ekonomis pentmg antara lamJdawat, Patin, Betutu (Oxyeleotns mor-morata). Kebethasilan pembenihan mi

dapat bermanfaat untuk merehabilitasipopulasi jenis ikan tersebut melaluipenebaran beruh ke perairan aslinya, jikakualitas lingkungannya masih memung-kinkan

Pelestarian melalui knopreservasimasih terbatas pada pengawetan spermadengan cara pembekuan. Namun peng¬awetan cara ini hanya dapat dilakukan

8 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

untuk jangka pendek hanya beberapabulan dan pemanfaatannya lebih di-tujukan untuk kepentmgan budidaya,misalnva untuk hibndisasi Pengawetansei telur dan embryo sampai saat ini

masih belum berbasil dan memerlukanpaielitian lebih lanjut

4. Jaringan informasi dankerjasama

Pada saat ini sudah ada janngan

untuk bidang genetika, termasuk juga di-dalamnya informasi plasma nutfah, baiksecara nasional maupun intemasional,masing-masing INFIGRAD (IndonesianFish Genetic Research and Develop¬ment) dan INGA (International Networkon Genetic in Aquaculture) INFIGRADmempunyai anggota yang terdin dariPeiguruan Tinggi (antara lain IPB,UGM. Undip, Unibraw), BPPT, Balit-kanwar, UPT Direktorat Jenderal Per-ikanan (Balai Budidaya Air Tawar, Balai

Budidaya Air Payau). Sedangkan INGAberanggotakan 12 negara, yaitu: Bang¬ladesh, Cma, Fiji, Filipina, Ghana, India,Indonesia, Malawi, Mesir, Pantai Ga-ding, Thailand, Vietnam

(Atmadja Hardjamulia)

Balitkanwar

Peningkatan Peranan Mikroba dalam BidangPertanian

Mikroba memegang perananparting dalam pemanfaataan

pakan oleli temak monogastnk maupunruminansia Secara umum mikrobadapat terdin dan bakten, protozoa ataufling Berdasarkan kemampuan mikrobadalam memanfaatkan substrat makadapat dikelompokkan antara lain menjadimikroba proteolitik. amilolitik, sel ulolitikatau Iipolitik. Meskiptui demikian ke-mampuan aizimatis mikroba dalammemecah substrat tertentu maiyebabkanumbulnya istilah spesifik seperti peng-hasil phytase, mananase. ligiiase danlain-lain Untuk temak monogastnkperanan mikroba yang manipu memecahsenyawa antmutnsi menjadi lebih pen-ting, seperti mikroba penghasil enzim

phytase. dan mananase tersebut di atas.Untuk temak ruminansia. peranan mik¬roba (rumen) yang mampu memecahlignoselulose menjadi lebih pattingmengmgat bahwa pakan aiminansiaterutanta terdin atas serat seperti selu-losa dan hemiselulosa Dengan demikianperanan mikroba yang mampu meng-hasilkan enzim selulose. hemiseluloseatau lignase sangat diperlukan

Beberapa hasil paielitian tentangperanan mikroba dalam bidang pertaniandisajikan dalam uraian benkut

I. Penggunaan Mikrobadalam MeningkatkanProduktivilas TernakPotong di Indonesia.

Salah satu usaha untuk meningkatkankemampuan temak dalam memanfaatkanpakan berkualitas raidah adalah daiganmemanipulasi aktivitas mikroba rumenmelalui penambalian mikroba Mikrobayang ditambahkan hams memilikikemampuan lebih baik dan dapat ber-mteraksi positif datgan mikroba rumentemak target, sehmgga dapat mening¬katkan kemampuannya dalam mencemabaltan pakan yang berkualitas rendah

Jouany (1991) menyatakan terdapatberbagai interaksi diantara mikrobaaintat, diantaranya yang bennteraksipositif adalah antara fung Speromonascommunis dan bakten Selenomonasrummantium. Sedangkan contoh inter¬aksi negatif teijadi antara fung Neo-calimastix frontalis dengan Seleno¬monas mminantium Dengan demikiandapat dikatakan bahwa mekanisme keijamikroba rumai dapat dimampulasikansedanikian mpa seltingga terdapatberbagai interaksi positif antar mikrobaterutama mikroba pencema seratsehmgga dapat meningkatkan efisiensipemanfaatan pakan berserat tingg

Berdasarkan hal-hal tersebut di atasmaka perlu diupayakan untuk melakuk-an penyeleksian mikroba-mikroba rumenpencema serat kasar dan kentudian me-ngembangbiakkannya sehmgga diperolehkelompok mikroba pencema serat yangmempunyai kemampuan tingg dan ber-mteraksi positif dengan mikroba rumentemak taiget

Dan penelitian yang dilakukan se-kitar dua tahun diperoleh beberapa hasilyaitu, bahwa cairan rumen kerbau yangberasal dan Nusa Tenggara Timur me-rupakan sumber sediaan mikroba yangdapat meningkatkan produktivitas sapiPO dan mduk sapi Bali Hal ira didugakarena kerbau yang berasal dan NTTtelah teradaptasi terhadap pakan yangberkualitas rendah (serat kasar tingg)hampir sepanjang tahun

Setelah dilakukan pengsolasian danpengdentifikasian maka diperoleh bebe¬rapa jems mikroba yang mampu ber-mteraksi positif dengan mikroba yangterdapat dalam cairan rumen temaktaiget sehmgga dapat meningkatkan ke¬mampuan temak dalam mencema seratyang terkandung dalam pakan yang padaakin mya dapat meningkatkan efisiensipemanfaatan pakan yang mengandungserat kasar tingg Mikroba-mikroba ter¬sebut merupakan mikroba dan kelompokselulolitik yang terbag menjadi tiga

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 9

/

kelompok, yaitu, kelompok bakten selu-lolitik: Rummococcus sp., Selenomoncissp., Streptococcus sp:, kelompok proto¬zoa selulolitik: lsotncha sp., Dasytrichasp., Entodinium sp., Eudiplodinium sp:,kelompok fungi selulolitik: Anaeromycessp., Neocalimastix sp., Orpinomycessp., Pirontyces sp.

Penggunaannya pada induk sapi Balitemyata dapat memperpendek jarak ber-anak dan 13 bulan 4 hari menjadi 11bulan 22 han pada sapi PO muda yangdigemukkan dapat meningkatkan per-tambahan bobot badan hanan dan 152,5gram/han menjadi 243,3 gram/han de-ngan pemberian pakan terbatas yaiturumput gajah ad libitum dan konsentrat500 gram/ekor.

(M. Winugroho dan Y. Widiawati)

BPT Ciawi

II. Produksi dan EvaluasiInzim Amilase,Mananase, Phytase danProlease untukMeningkatkan NilaiGizi PakanMonogastrik.

Pakan merupakan biaya terbesar(70%) dan produksi temak khususnyatemak monogastrik. Sumber bahanpakan untuk unggas terdin dan hasilpertanian dan limbah pertaruan/agro-mdustn seperti misalnya jagung, dedakpadi, bungkil inti sawit, biji-bijian danlam-lam. Penggunaan bahan-bahan lokaltersebut untuk pakan unggas umuinnyamemben keuntungan dengan haiga yanglebih murah akan tetapi pemanfaatannyasenngkali dibatasi oleh rendahnya ke-cemaan bahan-bahan tersebut. Kemam-puan temak khususnya unggas untukmencema pakan teigantung pada adanyaenzim yang diproduksi oleli sistempencemaannya.

Penyebab utama rendahnya paiggu-naan limbah agroindustri oleh temakmonogastrik disebabkan oleli beberapa

faktor antara lain: (1) tinggmya kan-dungan serat misalnya dedak padi, bung¬kil inti sawit dan polard; (2) kandungandan struktur karbohidrat yang berbedapada bahan misalnya xilan dalam polard,manan dalam bungkil kelapa; (3) struk¬tur protein pada bahan yang sulit dicemaatau dipenetrasi oleh enzim pada sistempencemaan temak dan (4) senyawa anti-nutnsi seperti asam phytat pada dedakpadi

Dengan menggunakan bahan-bahanlokal seperti dedak padi, polard, bungkilinti sawit dan kelapa yang lebih banyaklagi maka biaya pakan akan dikurangi.Peningkatan bahan lokal dan efisiensipenggunaan pakan diharapkan dapat di-capai dengan pemanfaatan enzim yangmembantu kecemaan bahan-bahan ter¬sebut. Enzim-enzim tersebut dapat dipro¬duksi dan malahan dapat diekspor kenegara lam yang menggunakan bahan-bahan pakan serupa di dalam ransumtemak inonogastnk.

Enzim adalah biokatalisator proteinyang dapat membantu mencema bahan-bahan pakan. Cara keija enzim sangatspesifik untuk substrat tertentu. Sebagaicontoh enzim yang mencema serat akanberbeda sama sekali dengan enzim yangmaicema asam phytat. Dengan berbagaijenis balian pakan yang ada makadiperlukan berbagai jenis enzim yangdapat mengatasi pennasalahan yang ada.Biasanya enzim dihasilkan dari fer-mentasi substrat baik dengan mengguna¬kan jamur atau bakten .

Indonesia merupakan negara yangpotensial untuk menghasilkan aizim

sehubungan daigan ketersediaan substratyang melimpah dan teknologi fermentasiyang sudah dikenal meluas sampai kedaerah pedesaan

Guna memperoleh suatu teknologiyang dapat memproduksi enzim melaluifemientasi dan limbah agroindustri yangdapat diberikan ke dalam pakan lokalsehingga memperbaiki efisiensi penggu¬naannya pada temak, telah dilakukaansuatu penelitian. Tujuan daripada pe-nelitian ini adalah: (1) Untuk mem¬

peroleh jems-jenis mikroba baik baktenniaupun fungi yang dapat menghasilkanenzim selulose, hemiselulose, mananase.galatomananase, phytase dan protease;(2) Mendapatkan teknologi fermentasiyang dapat memproduksi enzim-enzim diatas dalam skala yang lebih besar, (3)Memproduksi enzim yang dapat ditam-bahkan ke dalam pakan unggas untukmeningkatkan nilai gizi pakan yangdibuat dari bahan-bahan lokal.

Dari hasil penelitian ini didapatkan

1. Protease.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

isolat Bacillus pumilus yl terbaik untukmenghasilkan enzim protease Kondisioptimum untuk menghasilkan proteaseyaitu suhu 37°C, kultur inokulum lunabroth, ph 7 sedangkan medium sintetikdan halpenn 1981. Hasil selanjutnyamenunjukkan bahwa studi stabilitas en¬zim yaitu akbvitas tertinggi pada suhu50°C dengan pH optimum antara 8-9Pengaruh pemanasan sampai suhu 90°Csdama 5 menit menurunkan aktivitassampai 56%. Dengan penambahanCaCU sampai 6mM mempertahankanaktivitas menjadi 63%.

Mutasi dengan ultra violet dan Etylmethyl sulfonat menghasilkan mutantyang menghasilkan protease daiganaktivitas 2 kali lipat. Disamping itu diha¬silkan mutant yang termotoleran, yangdapat digunakan untuk mem-produksienzim. Cloning gate penghasil proteasetelah dilakukan terhadap E.coli dan telahterekspresikan

2. PhytaseTelah diperoleh isolat Aspergillus

ficuum yang terbaik untuk menghasilkanphytase. Teknik pengujian aktivitasdaigan substrat sodium phytat.Kondisioptimum untuk fermentasi yaitu padasuhu 37°C, media com starch denganphosphat rendah dan pH 5,0 Selanjut¬nya didapatkan optimasi media femien¬tasi menghasilkan penggunaan amomumnitrat sebagai sumber N adalah yang

10 WARTA Plasma Nutfah I ndonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

terbaik dan penambahan ekstrak dedak(8%) sebagai sumber fosfor.

3. AmilaseTelah diperoleh isolat Aspergillus

oryzae yang membenkan aktivitas arru-lase tertinggi Kondisi optimum untukfermentasi yaitu media gaplek denganmineral yang dapat memproduksi ami¬lase tertinggi dalam waktu 5 hari Patiyang digunakan sebaiknya di gelatimsasi.hasil penelitian selanjutnya didapatkanoptimasi substrat untuk produksi enzim

yaitu sodium mtrat sebagi sumber N,pati singkong 4 - 6% dan pH 6,0.

4. MananaseHasil penelitian menunjukkan bahwa

Isolat kapang Eupenicillium javctnicumsebagai paighasil mananase. Kondisioptimum fermentasi untuk produksimananase dicapai dengan fermentasikultur terendam bungkil kelapa 3% danwaktu inkubasi 5 han. Studi selanjutnyamenghasilkan optimasi fermentasi baikrepressi katabolit maupun pengayaan

substrat Pengendapan enzim denganamomum sulfat Pengendapan enzim

dengan amomum sulfat. Mutasi isolatdengan UV menghasilkan isolat dengankemampuan 4 kali lebih baik

(Budi Tangendjaja)BPT Ciawi

WAWANCARAPertemuan Ad Hoc Sumberdaya Genetik Hewandi Roma, 2-3 Desember 1996

Sejak tahun 1985 badan dunia UNFood and Agriculture Organiza¬

tion membentuk sebuah Komisi PlasmaNutfah Tanaman yang bertujuan me-nampung debat antar negara mengenaipengaturan lalulmtas plasma nutfahtanaman di tingkat mtemasional, dengankeanggotaan terbuka bagi semua negarayang maijadi anggota FAO. Dalamsidang tahunan FAO, yang dilaksanakantahun 1995, diperoleh kata sepakat untukmemperluas cakupan kerja komisidengan melibatkan pula pengaturanplasma nutfah hewan. Karenanya sejaktahun 1995 nama komisi disempumakanmenjadi Komisi Plasma Nutfah untukPangan dan Pertaman FAO

Di FAO Kelompok yang menanganiPlasma Nutfah Hewan sangat aktifmengejar ketmggalan dan tanan merekaKelompok Plasma Nutfah Tanaman.Kesungguhan tersebut dibuktikan antaralain tahun 1992 beriiasil diterbitkan bukumengenai status keanekaragaman temakyang terancam paigikisan. Kelompok inijuga berhasil menyusun Sistau Infor-masi Keanekaragaman Temak (Domes¬tic Animal Diversity Information Sys-tem/DAD IS) yang menjadi tulang

punggung jaringan keija mtemasionalnantinya.

Untuk menyempumakan strategi pe-nanganan keanekaragaman temak seja-gad, FAO mengundang para pemegangperan penanganan pengelolaan temakdalam sebuah pertemuan ad hoc ber-tempat di Roma yang dilaksanakan tang-gal 2-3 Desember 1996. Peserta yangdiundang berasal dan berbagai institusifonnal dan non fonnal dari berbagainegara.

Benkut ini merupakan hasil wawan-cara daigan Dr. Setijati D Sastrapradjayang berkesempatan untuk hadir dalampertemuan tersebut bertindak selakuDirektur Eksekutif Yayasan KEFIATI(Yayasan Keanekaragaman HayatiIndonesia).

T. Siapa saja yang hadir dalam per¬temuan ini?

J Diperkirakan hadir sekitar 60 orangpeserta dan berbagai negara. Padadasamya peserta dapat dikelom-pokkan menjadi (1) Pembicara, li¬ma pembicara yang membahas pen-tingnya plasma nutfah hewan, stra¬tegi sejagad yang dikembangkan

FAO, dan keterlibatan para peme¬gang pengelolaan plasma nutfahhewan, (2) Nara Sumber, merekayang terlibat dalam kegiatan penge¬lolaan plasma nutfah baik hewanmaupun tanaman, (3) Pihak Donor,wakil-wakil negara atau badanmtemasional yang telah menjadidonor FAO atau yang potensial un¬tuk menjadi donor Plasma NutfahHewan FAO, (4) Lembaga Swa-daya Masyarakat, dan (5) StafFAO, beberapa staf divisi PlasmaNutfah FAO

T: Apa tujuan dan pertemuan ter¬sebut?

J: Ada empat tujuan utama (1) mem-beritahukan kepada para undangandan luar FAO mengenai rencanastrategik sejagad Plasma NutfahHewan dan implementasinya, (2)membahas masukan untuk perinci-an lebih lanjut rencana strategik se¬jagad yang dibenkan oleh para pe¬serta pertemuan, (3) mencermatiperkembangan kegiatan KelompokPlasma Nutfah Hewan FAO, dan (4)menentukan kegiatan lebih lanjut.

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 II

T: Apa misi yang digariskan olehStratÿi Sejagad FAO dalampengelolaan plasma nutfah temak?

J: Misi penting yang dapat dicatatdari hasil pertemuan (1) men-dokumentasikan Plasma NutfahTemak, (2) mengembangkan danmerungkatkan pemanfaatannya un-tuk ketahanan pangan, (3) memper-tahankan yang terancam pengikis-an, dan (4) membantu suatu negaradalam memperoleh plasma nutfahtemak

T: Bagaimana kerangka strategi yangperlu dibangun untuk mendukungprogram tersebut?

J: Langkah pertama dibentuk sebuahstruktur di tingkat intemasionalyangterdin atas tiga unsur meliputi(a) Titik temu (focal points) danjanngan kerja yang membantu ting¬kat nasional, (b) para pemegangperan pengelolaan ditingkat nasi¬onal, dan (c) Sistem infomiasi yangdisebut DAD IS. Selain itu lebihjauh disusun Program Teknis yangakan membantu kegiatan di tingkatnasional, merekmt sejumlah pakarguna mengarahkan strategi, danterakhir menciptakan mekamsmekerja antara pemenntah yang akanmengarahkan keterlibatan pemerin-tah bersangkutan

T: Berdasarkan kerangka strategi se-bagaimana ditetapkan, apa kegiatanmendesak yang perlu segera men-dapatkan penanganan9

J: Beberapa kegiatan yang perlu se¬

gera dilaksanakan adalah menentu-kan dan memahami plasma nutfahtiap jenis temak yang secara ke-seluruhan mempakan plasma nut¬fah jagad, mengembangkan danmemanfaatkannya, membantu po-pulasi temak yang terancam ke-punahan, melestarikan temak yangsekarang kurang dimanfaatkan,mengkomunikasikan kepada ma-syarakat sejagad, melatih dan meli-batkan pemegang peran, sertamempnontaskan penangan kepada14 jenis temak diantaranya sapi,domba, kambing, babi, ayam, danitik.

T: Langkah konkrit apa yang perludirealisasikan sebagai tindak lanjuthasil pertemuan ini?

J: Kelompok Plasma Nutfah HewanFAO akan menyempumakan stra¬tegi global yang sekarang adaberdasarkan masukan peserta, Sek-retanat akan mengembangkan se¬jumlah usulan berdasarkan kepen-tingan regional dan akan ditawar-kan pada pihak donor, perangkatlunak untuk komunikasi sejagadyaitu DAD IS dan MoDAD (Mea¬surement of Domestic Animal Di¬versity) akan terus disempumakanoleh Kelompok Plasma Nutfah He¬wan FAO berdasarkan masukantiap negara yang peduli. Kawasanregional Asia yang sejak tahun1993 mendapatkan bantuan dannegara Jepang akan memennci ke-giatannya di 12 negara yangmenjadi anggotanya.

BERITA

Seminar Nasional Peternakan danVeteriner

Seminar diselenggarakan oleh Pu-sat selama dua han pada tanggal 7-8 JanuanPaielitian dan Pengembangan Petemak- 1997 bertempat di Caringm, Bogor.an (Puslitbangnak) yang berlangsung Semmar ini cukup menarik banyak pe-

Indonesia telah pula membenkantanggapan positipnya dan DirektoratJenderal Peternakan ditunjuk sebagaipmtu untuk masuknya program FAOdalam menangani plasma nutfah temakdi Indonesia. Berkaitan daigan programpengembangan di wilayah regional Asia.maka Direktorat Jenderal Peternakantelah menyusun buku keal mengenaistatus plasma nutfah temak Indonesia

Indonesia sudah memilila KonasiNasional Plasma Nutfah yang sejak limatahun lalu telah mencakup pula plasmanutfah hewan. Direktorat Jenderal Pe-temakan sebagai pihak yang sudah me-lakukan penanganan pengelolaan plasmanutfah temak dapat dijadikan modeluntuk memandu usaha penanganan seke-lompok plasma nutfah hewan Indonesia

Menurut Dr Setijati lebih lanjut halyang perlu dipersiapkan oleh Indonesiaadalah Dokumen Kebijakan PenangananPlasma Nutfah Temak di Indonesia danrancang tindaknya agar ada kesinam-bungan pikir dan tindak Dalam bidangpnontas temak yang akan ditangam.perlu ditentukan berdasarkan kntenayang tepat sehingga benar-benar dapatdirasakan hasilnya, dan tidak sekedarlkut-ikutan gerakan dunia

(A. Anggraeni/W. K. Sejati)

minat yang dihadiri oleh para peneliti dilingkup Badan Litbang Pertanian, pakardan staf pengajar dan beberapaPeiguruan Tmggi Negen (IPB, UGMUNPAD, Univ. Andalas, dan UmvBrawijaya), serta penentu kebijakan (DitJen. Peternakan dan Dep Penndustnandan Perdagangan). Selain itu hadir pula

12 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

vsakal dan pihak swasta/praktisi, asosiasipetemakan dan lembaga permodalan.

Salah satu tujuan utama dilaksana-<an seminar adalah untuk membahasStrategi pelestanan dan pemanfaatan

plasma nutfah temak asli/lokal diIndonesia”. Pada kesempatan ini, telahdipresentasikan empat makalah berkaitandengan masalah plasma nutfah temakmeliputi :

1 ) konsep pelestanan plasma nutfahNasional dan penyelarasannya de¬ngan Sistem Global FAO, oleh Ir.Bambang Setiadi, MS dari Balit-nak, Ciawi. Bahasan utama me-ngemukakan dengan telah disepa-katinya konvensi tentang keaneka-ragaman hayati bagi Indonesiamaka konsekuensinya adalah per-lunya maiyelaraskan sistem yangada di Indonesia dengan sistemglobal tanpa hams mengorbankankepentingan nasional. Justru diha-rapkan agar kepentingan kita da-pat dilindungi dengan peraturandan perundang-undangan yangmempunyai kekuatan hukum.

2) Sistem dan peraturan keplasma-nutfahan Indonesia ditmjau dansegi legislatif (UU No. 6 tahun1967 dan UU No. 12 tahun 1992),

oleh Gandhi Suharto SH sebagaiKepala Biro Hukum DepartemenPertanian. Dinyatakan berbeda de¬ngan plasma nutfah tanaman,pengaturan plasma nutfah padasubsektor petemakan belum ditatasebagaimana mestinya karena UUNo. 6 tahun 1967 hanya mengaturkegiatan yang berkaitan denganproses pemuliaan. Oleh karenanyapengaturan plasma nutfah di sub¬sektor petemakan perlu secepatnyadiproses, apakah pada tingkat Pe¬raturan Pemenntah atau Keputus-an Menteri Pertanian.

3) Pelestarian temak asli Indonesiadalam rangka mendukung pengem-bangan perbibitan temak nasional,oleh Ir. Djarsanto sebagai DirekturBina Perbibitan, Dit. Jen. Peter-nakan. Makalah mengungkapkanIndonesia memiliki potensi plasmanutfah temak asli beserta hasilrekayasanya yang perlu dilestari-kan untuk pengembangan temakbibit unggul nasional di masadepan. Beberapa hal yang perludiperhatikan dalam kebijaksanaanpelestanan adalah bahwa spesiestersebut memiliki potensi bagiperekayasaan temak bibit bermutuunggul dengan mempertimbangkan

kondisi ekosistem, sosial budayamasyarakat, dan kemajuan tekno-logi dengan cara pemuliaan, se-leksi, dan rekayasa bioteknologipada lokasi terbatas dimana per-kawinannya dapat diamati .

4) Pendekatan konservasi in situ aktifsumberdaya genetik temak rumi-

nansia, oleh Dr Subandriyo danBalitnak, Ciawi. Makalah mene-kankan perlunya ditingkatkan do-kumentasi mengenai penampilantemak asli atau lokal dan imporpada berbagai kondisi lingkunganpemeliharaan di Indonesia dika-renakan informasinya masih sa-ngat terbatas. Hal yang perlu di¬perhatikan pula adalah pengem¬bangan strategi pemanfaatan sum¬berdaya genetik temak rununansia

pada kondisi petemak skala kecildan besar (komersial) dalam me-menuhi permintaan produk utamapetemakan berupa dagmg dansusu.

(Eko Handiwirawan)

Studium General Bagi Perguruan Tinggi Tentang PemasyarakatanPlasma Nutfah di Indonesia

Program “Studium General untukmemasyarakatkan plasma nutfah

di Indonesia bagi Peiguruan Tinggi”diselenggarakan oleh Komisi NasionalPlasma Nutfah (KNPN), dengan pe-nanggung jawab kegiatan adalah Dr.Machmud Thohan. Untuk tahun ang-garan 1996/1997 pelaksanaannya dila-kukan di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Latar belakang perlunya KNPN me-nyelenggarakan Studium General bagiPerguruan Tinggi adalah : (1) Keber-adaan KNPN belum dikenal secara luasdi kalangan masyarakat Peiguruan

Tinggi, walaupun umumya telali men-capai 20 tahun sejak dibentuk, (2) Per¬guruan Tmggi, khususnya kalanganmahasiswa, merupakan potensi intelek-tual yang memegang peran penting untukmengembangkan pelestarian dan peman¬faatan plasma nutfah yang ada diIndonesia di masa yang akan datang.

Adapun tujuan dilaksanakan kegiatanini untuk : (1) memperkenalkan keber-adaan KNPN dan kegiatannnya di ka¬langan Civitas Academika, (2) mem-berikan pemahaman tentang keaneka-ragaman, potensi, manfaat, dan peles¬

tanan plasma nutfah di Indonesia, (3)menjelaskan perkembangan hasil-hasilpenelitian, pemanfaatan, dan konservasiplasma nutfah di Indonesia dan di dunia,serta (4) memperoleh masukan dan tang-gapan yang diperlukan untuk pemngkat-an pengembangan program pemanfaatandan pelestanan plasma nutfah.

Studium General dilaksanakan de¬ngan metode presentasi dan diskusi,diberikan oleli para pakar dari KNPNdan dan Yayasan KeanekaragamanHayati (KEHATI). Kegiatan dilaksana¬kan secara bersama-sama, yang merupa-

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 I3

kan kerjasama antara KNPN, YayasanKEHATI, dan rPB (khususnya TingkatPersiapan Bersama), pada tanggal 14Desember 1996 maigambil tempat padadua lokasi, yaitu di Kampus IPBDarmaga dan Kampus IPB BaranangSiang. Sebagai penanggung jawab ke-giatan dan KNPN adalah Dr MachmudThohan, dan sebagai pelaksana dan IPBadalah Dr Chainl Anwar Notodiputrodan Dr. Hern Setijanto.

Sajian maten diberikan kepada ma-hasiswa baru IPB/mahasiswa pada Ting¬kat Persiapan Bersama (TPB) Meng-mgat jumlah mahasiswa TPB dan semuaprogram studi sangat banyak (2.400 ma¬hasiswa), maka untuk tahap ini, StudiumGeneral dibenkan hanya kepada maha-siswa-mahasiswa dan Program Studiyang erat kaitannya dengan masalahkeanekaragaman hayati dan plasma nut¬fah Program studi tersebut adalah : Hor-tikultura, Agronorru. Ilmu dan Teknologiberuh, Gizi Masyarakat dan SumberdayaKeluaiga, Ilmu Hama dan PenyakitTumbuhan, Pemuliaan, KedokteranHewan, Budidaya Perairan, PengelolaanHasil Penkanan, Pemanfaatan Sumber

Penkanan, Teknologi Produksi Temak,Teknologi Hasil Temak, ManajemenHutan, Konservasi Sumberdaya Hutan,Teknologi Pangan dan Gizi, sertaBiologi Total mahasiswa tersebut ber-jumlah sekitar 1.000 orang.

Teknis pelaksanaan dilakukan denganmengelompokkan mahasiswa ke dalamlima kelompok, masing-masing ber-jumlah 348, 182, 209, 198, dan 194orang mahasiswa; dengan mengambiltempat lokasi pelaksanaan di kampusIPB Baranang Siang dan Darmaga.

Setiap kelompok diben maten Stu¬dium General oleh dua pembicara, ma¬sing-masing dari KNPN dan KEHATI.Pembicara dan KNPN adalah Dr A.Soedarsan, Dr Pasril Wahid, DrSoenartono Adisoemarto, Dr EffendiSumardja, dan Dr Kusuma Diwyanto.Sedangkan pembicara dan KEHATIadalah Ir. Aca Sugandhi M.Sc., Prof. DrKoesnadi Hardjosoemantn. Prof. DrSyamsul Anfin, Dr Ane Budiman, danDr Budi Santosa

Maten yang diberikan terutama meli-puti : pengenalan KNPN; pengertian ke¬

anekaragaman hayati dan plasma nutfah.potensi, pemanfaatan, ancaman, danupaya pelestanannya; serta kelembagaanpengelolaan plasma nutfah

Dalam diskusi terlihat antusiasmepara mahasiswa terhadap maten yangdisampaikan oleh para penceramah, mes-lapun harus diakui bahwa pengetahuanmereka terhadap keplasmanutfahan sa¬ngat terbatas. Dengan pemasyarakatantersebut mereka merasakan manfaatyang sangat besar terutama dalam me-nambah wawasan terhadap pentingjiyaplasma nutfah bag] kehidupan bangsadan bagi kemakmuran masyarakat

Program Studium General untuk ta-hun anggaran 1997/1998 akan dilaksa-nakan di salah satu Universitas Negen diJawa Timur dan di daerah SuniateraSelatan.

(Machmud Thohari)

Institut Pertanian Bogor

Laporan Menghadiri Sidang COP-3 (Conference ofthe Parties-3) Konvensi Keanekaragaman Hayati(Convention on Biodiversity)

Sidang COP-3 mengenai konvensikeanekaragaman hayati dilaksanakan diBuenos Aires, Argentina, pada tanggal4-15 Nopember 1996. Delegasi Indone¬sia yang hadir dalam sidang tersebutadalah Ir. Aca Sugandhy, M.Sc. (AsmenI Meneg. Lingkungan Hidup) sebagaiKetua, Ir. Sumarsono (Departemen Ke-hutanan) sebagai Wakil Ketua, sertapara anggota yaitu Drs. EffendySumardja (Asmen IV Meneg LH), Dr.Sunartono Adisoemarto (LIPI), Dr.Fauzi Masud (Departemen Kehutanan),Dr Pasril Wahid (Departemen Per¬tanian), Johannes Subijanto (DepartemenKehutanan), Edi Suryodiningrat (KBRI),

Iwan Wijaya (KBRI), Abdon Nababan(Bioforum Indonesia), dan Surya(Bioforum Indonesia). Dalam keikut-sertaan tersebut, delegasi Indonesia di-lengkapi oleh pedoman delegasi sertahasil-hasil pertemuan Kelompok NegaraAsia di Kuala Lumpur tanggal 25-26Oktober 1996.

Beberapa hal yang perlu dilaporkanantara lain adalah bahwa meskipun per-debatan berlangsung alot karena adanyaperbedaan kepentingan antara negaramaju dan negara berkembang, namunpertemuan telah berhasil merumuskanberbagai kesepakatan yang dapat meng-akomodasikan kepentingan berbagai pi-

hak. Berbagai masalah yang dibahas se-lama pertemuan adalah : (1) pennasalah-an oiganisasi, (2) pembahasan masalah-masalah pending, (3) implementasi ke-uangan CHM (Clearing House Mecha¬nism), konservasi dan pemanfaatan, pe-mantauan dan pengkajian, pengetahuandasar, alih teknologi, IPR IPF, keaman-an hayati, serta agrobiodiversiti

Selain itu juga diselenggarakan per¬temuan khusus tingkat Menten, dandalam hal ini Indonesia diwakili olehMeneg. LH Bapak Ir. Sarwono Kusuma-atmadja, selaku Presiden COP-2 Dalampertemuan ini beliau me-nyampaikansambutan/pemyataan yang secara leng-

14 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

Ikap dapat diperoleh di sekretanat vasi in situ. Apabila diperlukan GEFKNPN Sidang dibagi ke dalam sidang dapat membantu menmgkatkan upayapleno serta sidang kelompok negara dan konservasi ex situ.kdompok keija (working group) yang Sebagai paiggagas mm)ngkat-'"iab satunya adalah kelompok kerja pgjfotjgn terhadap coastal andbidang agrob.odiversiti Beberapa hasil manm biodiversity serta pembentukankelompok kerja bidang in, antara lam kelompok Equatorial Biodiversity, Ind<ÿadalah telah disepakatinya untuk mema- nesia tdah se5aga, Ketuasukkan agrobiodiversiti ke dalam CBD £ÿorta/ Canous (EQ. Demikian pula\ang memerlukan pendekatan lebih jauh hasi, pertemuan EC secara laigkapdengan pihak FAO terutama dalam hal &perolfh sekretanat KNPN.undertakmgnyz. Sdam itu ada himbau-an untuk menmgkatkan upaya konser- Meslopun COP-3 tidak mdaporkan

vasi ex situ yang dianggap masih ke- Pÿyataan politik, namun para Menten

tmggalan dibandmgkan dengan konser- hadir (3° menten dan 50 PeJabat

“Second International Crop ScienceCongress”

Kongres Crop Science yang ke duatdah diselenggarakan di New Delhi,India pada tanggal 17-22 Nopember19% dengan pihak paiyelenggara (1)National Academy of AgnculturalSciences, India dan (2) Indian Council ofAgncultural Research, India. Dalam pe-laksanaan, Penyelenggara Kongres mem-peroldi bantuan dan berbagai mstitusiintemasional, pemermtah India, dan pe-rusahan-perusahaan swasta nasionalnya.

Peserta yang hadir berjumlah 1400orang, dimana 400 peserta berasal danluar India dan 1000 peserta lainnya danIndia yang meliputi para llmuwan, prak-tisi, manajer, anggota lembaga swadayamasyarakat yang bergerak dalam bidangbudidaya tanaman pertanian. Indonesiatdah mengirimkan delegasinya yangdiwalali oleh Dr. Setijati D Sastrapra-dja Kongres segera dimulai setelahdibuka oleh Presidai India di VigyanBhawan, Gedung Keilmuan India

Tiap han selama lima han kongresberlangsung diadakan ceramah umummengenai peranan ilnui tanaman untukpemenuhan kebutuhan pangan dangin penduduk dunia Penceramah ada¬lah mereka yang telah memiliki namaintemasional. Para peserta memperolehgambaran situasi penyediaan pangandunia sanipai tahun 2025, tantangan

yang hams dihadapi dan segi politik,ekonomi, sosial, dan penelitian Yang pa-tut digans bawahi adalah keharusan ter-binanya kaitan erat antara masyarakatilmiah, mdustnwan, dan para pengambilkebijakan. Keberhasilan India untukmengentaskan dninya sebagai negarapengimpor pangan menjadi negarapengekspor pangan adalah karena kepu-tusan politik yang tepat, yang diusulkanoldi masyarakat ilmiahnya. Disampingitu, komitmen industnwan-nya (pupuk,alat-alat pertanian, hensida, dsbnya) da¬lam mendukung pelaksanaan kebijakanpolitik pangan ini ikut menenukan ke¬berhasilan tersebut.

Segera sesudah ceramah umum dibe-rikan secara pleno, peserta dapat meng-ikuti beberapa simposium yang diseleng¬garakan secara bersamaan tiap harinya.Selama lima han ada 11 simposium yangmasing-masing membahas kecenderung-an yang akan teijadi pada salah satullmu tanaman "Convener" tiap simpo¬sium berbeda, mengingat simposium inimem-bahas bidang ilmu secara menda¬lam di-mana dengan bobot ilmu masing-masing simposium berbeda pula.

Untuk menyoroti perkembangan pe-nyediaan pangan dunia, maka Kongresjuga telah menyelenggarakan tiga cera¬mah petang dan satu sidang istimewa

setingkat menten) telah menyampaikankesanggupan mereka untuk melaksana-kan konvensi dengan sebaik-baiknya Pa¬ra Menten juga sepakat untuk meman-faatkan persidangan COP sebagai ajangtukar-menukar informasi dan pelaksana¬an kesepakatan konvensi

Disarikan dari laporan Dr. Pasril Wahid

(Didik Sudarmadji)

yang diselenggarakan pada sore hannya.Seperti halnya pada ceramah umum, ce¬ramah petang iru memben pula gam¬baran mengenai tantangan yang dihadapimasyarakat ilmiah untuk mencukupipermintaan pangan sampai tahun 2025

Agar kongres dapat mengajukan se-jumlah rekomendasi dan gagasan untukdilaksanakan menjelang kongres benkut-nya (yang akan diselenggarakan di Eropaempat tahun mendatang). aiam pertemu¬an kelompok kerja diadakan pada waktumalam han daigan setiap kelompokkeija membahas secara nna persoalanyang menjadi tanggungjawabnya.

Selain itu parutia paiyelenggaraKongres telah menyertakan pula bebe¬rapa kegiatan berkaitan dengan kon¬servasi plasma nutfah di bidang panganantara lam (a) Pembenan tanda jasaberupa pembenan hadiah Bourlaugh(Bapak Revolusi Hijau) kepada mantanmenten pertanian India yang pada waktutahun 60-an memutuskan kebijakan In¬dia mengimpor benih unggul gandumuntuk dimulainya Revolusi Hijau India,dan (b) Peresmian Bank Biji IndianCouncil for Agncultural Research olehwakil presiden India, yang merupakanbank biji terbesar dikawasan Asiadengan nilai US $ 28juta

Bahan diperoleh dari Dr. Setijati D.Sastrapradja

(Anneke Anggraeni)

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 I5

KOLEKSI KITA

Beberapa Spesies Plasma Nutfah Pertanian yangTeraacam Punah

Wilayah Indonesia yang mem-bentang dan 95 "BT hrngga

140 "BT, dan 7 XS dan 11 XU, ter-susun atas 17.058 pulau-pulau besar dankeal dimana datarannya memiliki vanasijenis tanah, iklim, dan kednggian yangcukup besar. Hal ini mampu meinbentukkeanekaragaman wilayah yang besaryang selanjutnya mampu maiaptakankeanekaragaman sumberdaya hayatiyang besar pula, sehingga tidaklahmengherankan apabila Indonesia memi¬liki 10 % kekayaan hayati dunia. Seba-gai contoh Indonesia memiliki kuranglebih 6.000 spesies tumbuhan, 20.000spesies ikan, dan 1.600 spesies burungdan jumlah spesies dunia.

Namun kegiatan penduduk yang te¬rns memngkat untuk memenuhi kebutuh-annya, telah merumbulkan dampak ne-gatif terhadap kelestanan sumberdayahayati melalui hilangnya habitat, eks-ploitasi sumberdaya berlebihan, penga-ruh polusi, dan lam sebagainya. Untukitu agar kita dapat mengurangi bahkanmencegah erosi sumberdaya hayati yangkian memngkat, perlu kiranya diberikanperhatian lebih besar terhadap sumber¬daya hayati yang ada. Salah satu per¬hatian tersebut adalah dengan menelusundan mencermati informasi dari mediamassa mengenai pewartaan berbagaiplasma nutfah pertanian yang sedangmengalami proses menuju kepunahan.Kemudian segera ditanggulangi secarabersama, baik oleh pihak pemenntahbeserta instansi terkait, oiganisasimasyarakat, maupun masyarakatnyasendiri.

Untuk itu publikasi mengenai bebe¬rapa spesies plasma nutfah yang ter-ancam punah, telah menjadi uraian padabagian berikut :

Ikan Arwana dan upayapelestariannya

Ikan Arowana atau Arwana (Sclero-pages jardinii) sebenamya merupakansalah satu jems ikan yang dimanfaatkanpenduduk di Kabupaten Merauke, IrianJaya, sebagai konsumsi sehan-han Na¬mun menurut surat kabar hanan SuaraPembaharuan (12 Pebruan 1997) sejaktahun 1989 sampai kim ikan Arowanamenjadi pnmadona bisnis ikan yangmenggiurkan bemilai ekonomis tmggi.Haiga jual yang memngkat membensumbangan nyata bag penmgkatan pen-dapatan masyarakat dan Pemda setem-pat, namun berdampak lain dieksploitasipopulasinya dalam jumlah berlebihan.

Di Indonesia saat mi sebenamya ter-dapat hanya dua jems ikan Arowana,yaitu Scleporages formosus (ArwanaSumatera/Kalimantan) dan Scleropagesjardinii (Arwana Irian) yang jugamenurut LIPI disebut Siluk Inan Keduajenis ikan ini telah dilindung denganundang-undang. Untuk pelaksanaan ope-rasional di lapangan, maka telah dike-luarkan SK Menteri Kehutanan No.516/6/Kps-II/1995, dengan menetapkanScleropages jardinii sebagai satwa yangdilindung. Selanjutnya telah dikeluarkanlag SK Menteri Kehutanan No. 118/Kpts/Dj-VI/1996 tentang jatah (kuota)tangkap satwa yang dilindung jenis Aro¬wana/Arwana Irian {Scleropages jar¬dinii) tahun 1996/1997 di Propinsi InanJaya.

Dalam SK tersebut maiyebutkan ja¬tah tangkap pada musim tangkap 1996/1997 sebanyak 125 ribu ekor, dan yangboleh ditangkap sebatas anakan (larva)yang secara alarm tanpa pemaksaan

maupun penangkapan atau pembunuhanterhadap induknya. Sedangkan ukuranpanjang yang boleh ditangkap maksimalantara 6-7 sentimeter. Juga disebutkan.masyarakat yang selama ini memilikimata pencahanan sebagai petani ataunelayan dan berpengalaman melakukanpaigumpulan anakan Arwana Inandibina sebagai plasma. Para penangkaryang telah terdaftar dan mendapatpengakuan pada Ditjen PerlindunganHutan dan Pelestanan Alam dibmasebagai Inti dan berkewajiban menam-pung anakan Arwana hasil tangkapanPlasma untuk dilakukan panbesaran(ranching) melalui penangkaran (bree-ding), sehingga mencapai ukuran siapuntuk diedarkan di dalam negen atau keluar negen Para paiangkar juga duzin-kan melakukan perdagangan ArwanaIrian sepanjang tidak melampaui jatahyang telah ditetapkan, yaitu sekitar 100sampai 1500 ribu ekor saja yangdiizinkan untuk diperdagangkan ke luarIrja termasuk untuk diekspor ke luarnegen

Duku Komering danpenangkarannya

Duku Komering yang selama ini

dikenal paling manis dibandingkan dukuasal daerah lain di Sumatera Selatanbahkan diseantero Nusantara, sebagai-mana dibentakan hanan Kompas (14Pebruan 1997) mulai terancam punahAncaman kepunahan teijadi terutamadikarenakan pohon duku memerlukanwaktu lama untuk dapat berproduksiPada pohon yang diokulasi bam akanberbuah setelah berumur 6-7 tahun, se¬dangkan bila ditanam dan anakan me-

16 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97

merlukan waktu dua kali lebih lamauntuk berbuah, sekitar umur 15 tahun.

Keengganan petani setempat untukmenanam pohon duku, karena tidak da-pat memberikan hasil secara cepat, me-nipakan salah satu paiyebab tetap ber-tahan-nya sistem pemeliharaan secaratradisional dimana penanaman biasanyadilakukan hanya sekitar 2-4 batangpohon di pekarangan rumah. Untukmencegah pengurangan lebih lanjutjumlah pohon hidup yang ada sertadalam upaya pelestanan plasma nutfahduku lokal Komenng ini, maka sejakbeberapa tahun belakangan ini pihakDinas Pertanian Tanaman Pangan danHortikultura Sumatera Selatan telahmelakukan upaya penangkaran denganmemperluas areal pertanaman.

Kakatua Jambiil Kuningsemakin menipispopulasinya

Kakatua jambul kunmg (Cacatuasulphured) merupakan salah satu burungendemik berparuli bengkok (selain nuri)di Indonesia. Mennliki bulu yang indahdengan wama putili pada tubuhnya danberkombinasi wama kunmg padajambul Menurut hanan Kompas (11Pebruan 1997), sejak tahun 1970-anpopulasi burung mi terns menurun akibatdiburu untuk diperdagangkan maupunperluasan ladang penduduk Karena itukakatua jambul kiming dan semua anakjerusnya dikategonkan dalam AppendixII CITES, yang berarti terancam punah.

Diketahui ada empat anak jansburung ini vaitu ( 1 ) Cs abbotic memilikiukuran badan paling besar dan endemikdi kepulauan Masalembo, pulau Masa-kambing, dan Keramaian di kabupatenSumaiep Jawa Timur; (2) Cs patvulamerupakan jenis palmg keal denganbulu penutup telinga bewama kuningdan endemik di Nusa Panda dan NusaTenggara (dan Lombok hmgga Timor);(3) Cs citrinocristata memiliki penam-pilan sedikit berbeda karena wama

jambulnya agak kejingga-jinggaan dankebanyakan terdapat di Sumba; serta (4)Cs sulphured dimana wama kuning yangdinuliki tidak hanya di jambul tetapi jugamelingkar matanya dan merupakan bu¬rung endemik Sulawesi.

Untuk menjaga upaya kelestanannya,diantaranya telah dikeluarkan InstruksiGubemur Kepala daerah Tingkat I NusaTenggara Timur No. 15 Tahun 1994 ten-tang pelarangan penangkapan semuajenis burung NTT. Sebelumnya BupatiSumba Timur dan Barat juga mengeluar-kan peraturan serupa melalui KeputusanBupab No 147 Tahun 1992 dan No.21tahun 1993. Semaitara SK MenteriKehutanan No 556/K.pts-Ul/1989 jugamenyebutkan segala penangkapan, per-dagangan, pengembangbiakan, atau me-mmdah tempatkan kakatua jambul ku¬ning perlu surat izin dan Ditjen PHPA.

Dengan demildan sebenamya Pera¬turan Pemenntah Pusat dan Daerah telahmembenkan dasar hukum yang kuatberkaitan dengan upaya pelestanan jenisburung ini, namun agar peraturantersebut dapat beijalan efektif makaperlu pendisiplinan dalam penerapan dilapangan oldi mstansi terkait.

Burung hantu sang pembasmitikus

Satwa yang memilki kebiasaan untukkeluar pada malam hari ini, dilaporkanmajalah Unggas Indonesia (Ed. 04/Ta-hun I/Nopem. 1996)temyata merupakansatwa yang tergolong dekat denganmanusia serta dapat dipeigunakan se-bagai pemberantas hama tikus secarabiologis yang efektif tanpa akibat sam-pingan pencemaran lingkungan sekitar.

Tyto alba, yang termasuk kedalamfamili Tytonidde merupakan salah satudan burung hantu yang digunakan seba-gai pembasmi hama tikus. Alba memilikiarti putih, karena sebagian bulunya ber-wama putih. Burung ini memiliki beratsekitar 500 gram dengan bentang sayap24-26 sentimeter. Berbiak setiap empat

bulan sekali, dan mampu menghasilkantelur 6-11 butir bila melalui penang¬karan Namun di alam bebas telur yangdihasilkan hanya beijumlah sekitar 2-3butir, dikarenakan pengaruh hama dancuaca. Sebagai pemangsa tikus burungini memiliki indera pendengaran kuat,suara hewan mangsanya mampu dide-ngar dalam radius 3 kilometer. Sedangmata hitamnya yang memiliki sinar inframerah, mampu maiembus kegelapan un¬tuk melihat mangsanya. Seekor burunghantu mampu memangsa 2- 6 ekor tikus.Selain makan tikus, Tyto alba jugamakan ular, kalong, kadal, katak, danterkadang makan burung. Waktu per-buruan dimulai sejak senja hingga fajar,untuk kemudian siang han tidur di lu-bang gelap, gedung kosong atau lubangpohon.

Pembudidayaan burung hantu seba¬gai pembasmi hama tikus diawali olehperkebunan kelapa sawit di MalaysiaSerangan hama tikus memang membenresiko kerugian besar, terutama di ka-wasan perkebunan kelapa sawit. Hal ini

dikarenakan tikus paling menyukai daunmuda yang merupakan titik kehidupankelapa sawit, dengan porsi daun mudayang disantap satu ekor tikus dapatmencapai 6-15 gram dalam sehanPembudidayaan burung hantu sebagaipembasmi hama tikus, kemudian dukutioleh PT Sutra Mantra Abadi di per¬kebunan kelapa sawit Tanah Datar,Asahan Sumatera Utara, dan benkutnyadilanjutkan oleh PT Inti Indosawit Suburdi Riau. Kegiatan serupa juga diikutioleh para petani di Jawa Tengah, dengankabupaten Wonogin sebagai peloporutama. Dengan adanya upaya budidayaburung hantu belakangan iru, tentunyaakan memben sumbangan besar bagipelestarian satwa bermata tajam yangteigolong uruk dan langka ini

Burung Punglor perludilindungi kelestariannya

Demikian pula surat kabar hananKompas (8 Januari 1997) menyajikan

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4Th. 1996/97 17

berita burung Punglor, sebagai salahsatu burung yang hidup pada habitatalaminya diseputar kawasan hutan Rin-jani, Lombok, terns menurun populasi-nya akibat perburuan secara besar-be-saran dalam lima bulan terakhir BurungPunglor atau burung Anis yang ada diLombok ini merupakan burung pemakancacing dan jerus Anis Sisik ( Zootheradaunta) yang juga populer disebut Pung¬lor Macan karma tubuh bagian bawahdan dadanya berpola loreng. Penang-kapan nyaris tanpa kendali belakanganteijadi karena burung jerus ini pemahmeraih juara pertama dalam lomba suaraburung di Surabaya, Jatim, Juli 1996,sehingga haiganya menjadi melambung

di pasaran lokal Haiga yang semula ber-kisar antara Rp 20.000,- sampai Rp30.000,- per ekor bila sudah pandai ber-kicau dapat mencapai nilai jual sangattinggi sehaiga Rp 500.000,- per ekor.

Dengan berlangsungnya serangkaianpenangkapan intensif beberapa waktubelakangan yang dipicu oleh haiga jualmenank, menuntut perlunya perhatiansegera dari pihak yang berwewenang.Dinas Konservasi Sumber Daya Alam(KSDA) Lombok, sebagai pihak yangberwewenang diharapkan dapat berupa-ya mencegah tindakan perburuan yangmungkin akan terus berlanjut Adanyaperlindungan dari dinas KSDA akan

memberi kesempatan bagi burung iniuntuk berbiak dan memperbanyak kem-bali populasinya, sehingga keles-tariansalah satu plasma nutfah satwa aslihutan tropik Indonesia Timur dapat terusterpelihara.

(Kusuma Diwyanto danAnneke Anggraeni)

- SERBI

Kekayaan Koleksi Biakan Mikroba Pertanian

Mikroba, yang mempunyai po-tensi cukup besar di bidang

pertanian, telah sejak lama dikoleksi olehunit-unit keija di lingkup Badan Peneli-tian dan Pengembangan Pertanian yangkegiatan sehan-harinya menangam mik¬roba Koleksi ini dilakukan oleh unit-unitkerja tersebut sejak awal pendinan lem-baganya sebagai instansi yang melaku-kan kegiatan penelitian yang berhubung-an dengan manfaat mikroba dalam kait-annya dengan penmgkatan produktivitaspertanian dalam arti luas Sebagai con-toh, Balai Penelitian Vetenner (Balitvet)Bogor telah mengoleksi dan melestankanmikroba sejak zaman Belanda dulu, ka¬rena mikroba sangat diperlukan tidaksaja sebagai bahan referensi, tetapi jugauntuk penyediaan bibit vaksin dan bahanpenelitian yang berkaitan dengan penya-kit pada temak dan hewan lam

Penanganan mikroba dalam lingkupbadan Litbang Pertanian semula dilaku¬kan oleh unit-unit keija sesuai dengankemampuan masing-masing. Denganadanya dana yang disediakan untuk

Komisi Nasional Plasma Nutfah melaluiPuslitbang Tanaman Pangan sejak tahunanggaran 1991/1992 (semula dariARMP, kemudian dan APBN), makauntuk plasma nutfah mikroba telahdialokasikan sebagian dana daripadanya(dengan Balitvet sebagai penanggungjawab kegiatan), sehingga pengdolaan-nya mulai ditata dan kegiatannya lambatlaun mulai ditingkatkan Keijasamaantar unit keija pun mulai dibangunsehingga intensitas kegiatan di masing-masing unit keija dapat saling diketahuidan dipantau. Selain itu kekurangan dankelebihan yang terdapat di masrng-masing unit keija dapat saling ditutupsehingga diharapkan tidak terdapatkesenjangan.

Sejak adanya alokasi dana tadi, makaseriap unit keija, yakm Tanaman Pangan(termasuk Tanah), Hortikultura, Tanam¬an Perkebunan, Tanaman Industri, Per-ikanan, Petemakan dan Vetenner, dapatmelakukan penambahan koleksi, pe-ningkatan kegiatan karaktensasi isolatdan pendokumentasian data Selam itu,

kelebihan Balitvet dalam hal fasilitas,antara lam alat/mesin pengenng isolat,dapat dimanfaatkan oleli unit kerja lamyang beluni memilikinya.

Balitvet sendiri, sebelum ada kegiatankeplasmanutfahan mikroba telah menn-liki unit koleksi mikroba tersendin sejakzaman Belanda, yang dengan adanyabantuan dan ODA Inggns (kemudiandilanjutkan oleh Australia) pada tahun1982, unit koleksi itu diben nama BCC(Balitvet Culture Collection) dengankekayaan sekitar ratusan isolat baktendan beberapa isolat cendawan (kapangdan khamir)

Pada saat alokasi dana untuk mik¬roba itu disediakan oleh Puslitbang Ta¬naman Pangan (1991/1992), kekayaanmikroba veteriner ketika itu adalah 930isolat bakten dan 65 isolat cendawanDengan kekayaan sejumlah itu sebagaimodal awal, maka kegiatan koleksi.karakterisasi, preservasi dan doku-mentasi mikroba pertanian mulaidilaksanakan

18 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 &4Th. 1996/97

Dewasa ini (1995/19%), di sampmgkekayaan mikroba BCC sendin ber-tambah, maka kekayaan lnikroba unitkerja lain pun bertambah pula, sehinggasecara keseluruhan kekayaan koleksimikroba pertanian itu menjadi 2.101isolat bakten, 568 isolat cendawan, 5isolat protozoa dan 16 isolat virus.

Dengan demikian. selama 4 tahun pen-danaan, penambahan isolat setiaptahunnya, khususnya bakten dan cenda-wan, berturut-turut selatar 293 isolatbakten dan 126 isolat cendawan Semen-tara itu, isolat protozoa dan virus hanyadimiliki oleh BCC.

Selunih isolat mikroba pertanian ini

dilestankan oleh unit-unit kerja masing-masing, sedangkan dokumentasi datanyadikoordmasikan oleh Balitvet (BCC) danditerbitkan dalam bentuk katalog yangdisebut Katalog KBMP (Koleksi BiakanMikroba Pertanian), yang tsinya men-cakup infonnasi taitang kekayaan ko¬leksi masmg-masing unit kerja lingkupBadan Litbang Pertanian.

Dan seluruh kekayaan isolat tersebut,terdapat sekitar 22% (589 isolat) yangberasal dan luar negen dan digunakanterutama sebagai bahan rujukan (referen-si). Khusus untuk mikroba veteriner,beberapa isolat tertentu sudah banyakyang dimanfaatkan oleh instansi lainbaik untuk keperluan penelitian, pendi-dikan maupun pengujian terhadap suatubahan, di sampingjuga untuk nyukan.

Di bidang tumbuhan, manfaat mikro¬ba antara lam untuk biofertilisasi, bio-konversi, biokontrol, dan biopestisida,sedangkan di bidang hewan produkbiologik (pembuatan vaksin, diagnos-tikum dan serum kebal), pembuatanantibiotika dan metabolit lain, biokontrol,protein sd tunggal, dan pemacu pertum-buhan dan pencemaan. Peran dan man¬faat mikroba bertambah parting lagidargan adanya bioteknologi, yangdengan ilmu tersebut mikroba direkayasasdrmgga berbagai peluang dalam me¬inngkatkan produktivitas pertanian, yangsemula tidak mungkin dilakukan, dewasa

ini dapat dilakukan dengan atau tanpamengabaikan risiko negatif yang mung¬kin timbul danpadanya.

(Sukardi Hastiono)

Daftar banyaknya isolat bakten dan cendawan per unit keija lingkupBadan Litbang Pertanian

Unit Kerja Bakten Cendawan Junilali %

1 Tanaman Pangan 19 95 114 4,3

2. Tanaman Perkebunan 2 76 78 2,9

3 Tanaman Industn 394 84 478 17,9

4. Hortikultura 62 38 100 3,7

5. Penkanan 29 - 29 1,1

6 Petenrakan 6 2 8 0,3

7 Vetenner 1.589 273 1.862 69,8

Jumlah 2.101 568 2.669 100,0

Dikutip dan katalog koleksi Biakan Mikroba Pertanian, Badan Litbang Pertanian(Sukardi dkk., 1995)

WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4 Th. 1996/97 I9

PUBLIKASI

Busey, P., 1995. Genetic diversity andvulnerability of St. Augustinegrass.Journal Crop Science, v. 32(2) p.322-327.

Davidson, C.G., and B E. Coulman,1995. Canadian wild plant germ-plasm of economic significance.Journal of Plant Science v 75(1) p23-32.

Diekmann, M., and C A.J. Putter,1995. Small grain temperate ce¬reals FAO/IPGRI technical guide¬lines for the safe movement ofgermplasm FAO/IPGRI, Rome(Italy). 67 p

FAO, 1995. Progress report on theWorld Information and EarlyWarning System on Plant GeneticResources for Food and Agn-culture. Plant Production and Pro¬tection Div. Commission on PlantGenetic Resources, Rome (Italy).19-30 Jun 1995 7 p

FAO, 1995 Progress report of theGlobal System for the Concer-vation and Utilization of PlantGenetik Resources for Food andAgriculture. Plant Production andProtection Div. Commission onPlant Genetic Resources, Rome(Italy) 19-30 Jun 1995. 15 p.

FAO, 1995. Reports. Programmes andActivities on Plant Genetic Resour¬ces : 2 Reports on the Activities ofIntergovernmental and InternationalNon-Governmental Organization.Plant Production and ProtectionDiv. Commissipn on Plant GeneticResources, Rome (Italy) 19-30 Jun1995. 30 p.

FAO, 1995. Outline of the Global Planof Action for the Conservation andSustainable Utilization of PlantGenetic Resources for Food andAgriculture. Plant Production andProtection Div. Comission on PlantGenetic Resources, Rome (Italy).19-30 Jun. 1995. 11 p.

FAO, 1995. Progress report on theInternational Network of Ex SituGermplasm Collections Under theAuspices and for Jurisdiction ofFAO Plant Production andProtection Div. Commission ohPlant Genetic Resources, Rome(Italy) 19-30 Jun 1995. 16 p. *

Harvey, B.L., B Fraleigh, and B E.Coulman, 1995. Impacts on Cana¬dian Agnculture of the Conventionon Biological Diversity. Journal ofPlant Science, v. 75(1) p. 17-21.

Lacy, W.B., 1995. The global plantgenetic resources system : a compe¬tition-cooperation paradox. JournalCrop Science v. 35(2) p 346-354.

Ndungu, J., H. Jaenicke, and DBoland, 1995. Considerations forgermplasm collections on indige¬nous fruit trees in the Miombo.International Centre for Researchin Agroforestry (ICRAF), Nairobi(Kenya). Conference on the Impro¬vement of Indegemous Fruit Treesin the Miombo Woodlands of Sou¬thern Africa. Mangochi, (Malawi).23 - 27 Jan. 1994.

Pengelly, B.C., and DA Eagles.1995. Geographical distnbutionand diversity in a collection of thetropical legume macroptilium gra-cile ( Poeppiga ex Bentham ) UrbanAustralian Journal of Agnc Rese¬arch. v. 46(3) p. 569- 580

Rajendran, PG., S G Nair, C S EAmma, K. Vasudevan, and M TSreekuman. Recent progress in ca¬ssava vanetal improvement inIndia. Centro International de Agn-cultura Tropical, Cali (Colombia)Cassava breeding, agronomy rese¬arch and technology transfer in

Asia : proceedings of the fourth re¬gional workshop held in Tnvan-dum, Kerala, India Nov 2-6.1993. Bangkok

Revilla, P, and W.F Tracy, 1995Morphological charactenzation andclassification of open-pollinatedsweetcom cultivars. Journal of theAmencan Society for HorticulturalScience, v. 120 (1) p. 112-118

Robertson, L.D., and El-Sheerbeney,M.H., 1995 Autofertility in a pureline faba bean ( Vicia faba L )germplasm collection. Journal Ge¬netic Resources and Crop Evolu¬tion. v . 42(2) p. 135-145.

Valdes, C B , and B E Hernandez.1995. The Mediterranean flora as areservoir of genetic resources forcultivated plants (wild progenitors)Ecologia Mediterranea (France), v21 (1- 2) p 41 -46

20 WARTA Plasma Nutfah Indonesia, No. 3 & 4Th. 1996/97