antibody tidak berdaya dengan virus fix
DESCRIPTION
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, semester II, Prodi Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri MakassarTRANSCRIPT
ANTIBODI TIDAK BERDAYA DENGAN
VIRUS
OLEH :
NAMA: NURAFNI KHAER FATHA
NIM : 1414142001
KELAS : BIOLOGI SAINS (B)
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus adalah suatu “benda” yang memilki salah satu materi genetik DNA
atau RNA, memiliki selubung yang terdiri atas protein dan lemak seperti lazim
organisme pada umumnya yang memiliki kedua materi genetik dan bahan
organik tersebut. Virus dalam beberapa kondisi dapat menunjukkan gejala
hidup jika berada dalam tubuh organisme namun tidak dapat menunjukkan
gejala tersebut jika di luar tubuh organisme. Fakta yang terjadi di alam bahwa
walaupun ukuran virus 50 kali lebih kecil dari ukuran tubuh bakteri, namun
menyerang berbagai organisme seperti bakteri (Bakteriofage), tumbuhan
(misalnya virus mosaik tembakau/TMV), hewan (misalnya virus flu burung
dan bahkan manusia (misalnya virus influenza dan HIV).
Fakta lain juga menunjukkan bahwa walaupun perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dimotori oleh manusia, belum 4r
btuntas dalam mengatasi masalah penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Walaupun manusia memiliki sistem kekebalan tubuh atau antibodi yang akan
terbentuk jika diberikan vaksin, bahkan dapat terbentuk secara alami setelah
terserang penyakit yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri, namun sampai
saat ini virus tetap eksis dalam menyebarkan penyakit termasuk dengan
manusia. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi organisme alami.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan
patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga membantu
sistem kekebalan melawan sel-sel degeneratif maupun kanker.
Hal ini tentu sangat berkaitan dengan imunologi. Imunologi adalah suatu
cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua
aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Bagimana virus-virus
seperti itu mewabah dianatara manusia, memunculkan berbagai penyakit
berbahaya yang sebelumnya jarang atau bahkan tidak diketahui. Dapat
dikatakan bahwa mutasi mengubah virus yang sudah ada menjadi varietas
genetik (galur) baru yang dapat menyebabkan penyakit, bahkan pada orang-
orang yang kebal terhadap virus yang lama. Misalnya, wabah umum flu, atau
epidemi flu, disebabkan oleh galur-galur baru influenza yang secara genetis
cukup berbeda dari galur-galur sebelumnya sehingga manusia jarang kebal
terhadap flu.
Apakah antibodi yang dihasilkan oleh tubuh tidak mampu melawan virus
tersebut. Padahal dalam tubuh antibodi inilah yang menjadi “pahlawan” dalam
tubuh, tapi mengapa jika berhadapan dengan virus tertentu, antibodi “kalah”
dengan virus tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
kajian mengenai kemampuan virus yang “kebal dengan antibodi “ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara virus berinovasi?
2. Kemampuan apa yang dimiliki oleh virus sehingga sehingga tidak
terpengaruh oleh antibody?
3. Bagaimana kaitannya dengan manusia dan apa manfaat virus dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi?
BAB IIPEMBAHASAN
Kata virus berasal dari bahasa Latin virion yang berarti 'racun', yang pertama
kali digunakan di bahasa Inggris tahun 1392. Definisi dari "agen yang
menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728, sebelum
ditemukannya virus sendiri oleh Dmitri Iwanovsky tahun 1892. Virus adalah
parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis (Wikipedia, 2015).
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat
(DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi
ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan
untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya (Akin dalam Wikipedia, 2015. Virus.http://id.wikipedia.org/ wiki/Virus.
Diakses pada 1 April 2015 ).
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering
diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik
pada manusia, hewan, atau tanaman (Akin dalam Wikipedia, 2015.
Virus.http://id.wikipedia.org/ wiki/Virus. Diakses pada 1 April 2015 ).
Virus adalah entitas nonseluler yang merupakan parasit intraseluer obligat.
Virus memerlukan sel inang agar bisa bereproduksi. Selain itu, virus memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Elrod, 2010: 246-247) :
1. Virus memiliki hanya satu jenis asam nukleat (DNA atau RNA), sedangkan sel
memiliki keduanya.
2. Virus tidak memiliki sistem penyintesis protein sendiri (tidak memiliki
ribosom); tidak memiliki sistem konversi energi sendiri (tidak memetabolisasi
makanan untuk menghasilkan ATP).
3. Virus tidak tidak diselubungi oleh membran lipid yang dibuatnya sendiri
(walaupun sejumlah virus diselubungi oleh suatu amplop (envelope) yang
merupakan modifikasi membran inang saat virus meninggalkan sel. Virus tidak
memiliki membran internal.
4. Virus tidak terpengaruh oleh antibiotik, walaupun sel inangnya mungkin
terpengaruh.
5. Virus tidak memiliki sitoskeleton atau cara-cara bergerak selain difusi.
6. Virus tidak “tumbuh” dalam pengertian klasik yaitu bertambah massa; dengan
kata lain, begitu virus terbentuk ukurannya tidak bertambah.
A. Cara Virus Berinovasi
Pada umumnya, jika manusia telah diberikan vaksin, maka manusia jarang
atau tidak akan terserang penyakit yang sama untuk kedua kalinya, misalnya
cacar air. Namun, virus yang sama tidak akan menyerang orang yang sama
untuk kedua kalinya. Jikapun manusia tersebut terserang penyakit akibat virus,
itu disebabkan oleh jenis virus yang lain. Contohnya virus influenza. Manusia
seringkali mengalami penyakit ini. Influenza kerap kali menyerang manusia
berulang-ulang karena sistem kekebalan tubuh mengenalnya dengan jenis
sebelumnya, padahal jenis virus yang datang berbeda (Campbell, 2010: 422-
423).
Dapat dibayangkan berapa banyak jenis virus influenza yang menyerang 1
orang manusia selama hidupnya. Virus dapat “berinovasi” menjadi berbagai
jenis ditengah keterbatasannya, yaitu hanya dapat hidup menjadi parasit pada
sel inang. Sedangkan, manusia dengan segala kemampuannya, dapat
dikalahkan oleh virus yang begitu kecil. Kemampuan “berinovasi” virus ini
disebut mutasi (Campbell, 2010: 422-423).
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun
RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf
kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi
pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar
munculnya variasi-variasi baru pada spesies (Campbell, 2010: 422-423).
Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah
daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit
mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya, radioaktif, sinar
ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti petir. Individu yang
memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam
kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak
mengalami perubahan sifat (individu tipe liar atau "wild type")
(Wikipedia,2015).
Ada banyak virus yang mengalami mutasi. Namun, mutasi secara besar-
besaran terjadi pada virus H5N1. Virus H5N1 yang dulunya menular melalui
unggas saja, sekarang sudah terjadi antar manusia. Virus H5N1 mempunyai
senjata untuk mempertahankan diri di alam. Menjadi karakteristik khusus dari
virus H5N1 ialah memiliki kemampuan untuk bermutasi di dalam genom
RNA. Kemampuan bermutasi ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal sebagai berikut (Kaskus. 2015. Biologi Mutasi Virus.
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000015070625/biologi-mutasi-
virus. Diakses pada 1 April 2015) :
1. Faktor Internal
Enzim polimerase yang berperan dalam proses replikasi (perbanyakan)
virus (PA, PB1 dan PB2) tidak dilengkapi dengan sistem proofreading
menjadi faktor utama yang mendoroncg virus H5N1 bermutasi.
Proofreading merupakan kemampuan polimerase DNA untuk membaca
rangkaian DNA dan memperbaiki kesalahan penyusunan bagian dari salinan
untaian DNA. Pada virus H5N1 jika terjadi kesalahan pembacaan susunan
asam amino dalam rantai RNA, kesalahan tersebut tidak dapat terdeteksi
sehingga akan mengakibatkan munculnya varian baru virus H5N1.
Faktor internal lain yang berperan dalam proses mutasi yaitu proses
multiplikasi virus H5N1 yang terjadi dalam inti sel. Inti sel cenderung
mempunyai luasan yang sempit, sedangkan virus H5N1 mempunyai 8
segmen RNA yang saling lepas satu dengan lainnya. Kondisi ini dapat
memperbesar kemungkinan kesalahan penyusunan asam amino dalam RNA
pada saat proses replikasi. Perubahan nukleotida pada protein NP ditemukan
mutasi pada virus H5N1 isolat Jawa Timur yang seharusnya CAC/His
terjadi perubahan pada regio 110 menjadi UAC/Tyr, isolat virus H5N1 dari
Banten terjadi perubahan GUC/Val pada regio 116 menjadi AUC/ile, dan
isolat Bali berubah yang seharusnya AAA/Lys terjadi mutasi pada regio 268
menjadi CGC/Arg. Di Jakarta ditemukan point mutasi CUG/Leu pada
region 197 yang seharusnya CGC/Arg, sedang pada PB-1. Isolat Jawa
Timur pada regio 55 terjadi perubahan GAC/Glu menjadi CGC/Cys di
kebanyakan daerah lain, Jawa Barat yang seharusnya CCA/Pro berubah
menjadi GAC/Glu pada regio 18 sedang pada regio 23 GCC/Ala seharusnya
AGA/Arg, sedang pada regio 199 CCA/Pro seharusnya AGA/Arg. Isolat
Bali pada regio 18 terjadi perubahan dari GGA/Gly dan regio 23 GCC/Ala.
Isolat Kalsel terjadi perubahan pada regio 23 yaitu GCA/Ala yang
seharusnya UCC/Ser.
Sementara itu protein matrik terjadi mutasi pada regio 116 yang
seharusnya GCU/Ala berubah menjadi UCA/Ser. Walaupun demikian telah
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi tidak mempengaruhi sifat virus
yang signifikan. Hal ini terbukti dengan analisis protein dengan SDS-PAGE
dan Western blot tidak ditemukan perubahan reaktifitas yang signifikan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang memicu terjadinya mutasi virus H5N1 terkait
dengan program vaksinasi yang kurang tepat, yaitu penggunaan vaksin
dengan kandungan yang tidak homolog (berbeda) dengan virus H5N1
lapangan. Penggunaan vaksin ini tidak akan memberikan perlindungan
yang sempurna.
Proses mutasi H5N1 secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Antigenic Drift
Mutasi tipe ini, virus H5N1 hanya mengalami perubahan antigenik
minor (H/N) yang terjadi dalam 1 subtipe virus. Sifat ini selalu
dikaitkan dengan timbulnya suatu epidemi dari penyakit ini. Mutasi
antigenic drift akan menyebabkan antibodi yang ada tidak bisa secara
lengkap menetralisasi virus. Waktu yang diperlukan untuk proses
mutasi ini relatif singkat, + 1 tahun.
b. Antigenic Shift
Tipe mutasi ini terjadi saat dua atau lebih subtipe virus H5N1
bercampur dalam satu inang membentuk subtipe baru. Inang yang
berperan untuk mutasi ini yaitu babi. Awalnya virus H5N1 yang
mengalami mutasi antigenic shift akan terjadi perubahan antigenik
mayor oleh rekombinan H dan N subtipe yang berbeda sehingga dapat
memicu timbulnya pandemi (serangan kasus H5N1 yang terjadi secara
luas, melewati batas negara). Proses mutasi ini membutuhkan waktu
yang relatif lama, sekitar 8-10 tahun dengan efek yang ditimbulkan
sangat berbahaya .
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui cara virus “berinovasi”
dengan dua cara. Saat ini, para ilmuwan masih mencoba merekayasa DNA
ataupun RNA dari virus H5N1 untuk dijadikan sebagai vaksin virus H5N1 itu
sendiri. Di satu sisi, virus H5N1 sangat berguna dalam pembuatan vaksin.
Namun disisi lain, virus ini mengancam setiap nyawa orang yang terinfeksi.
Virus ini mengalami mutasi karena adanya pengaruh internal dan eksternal.
Namun sebagian besar diakibatkan oleh pengaruh eksternal. Sinar matahari
yang sudah tak tersaring oleh Ozon turut ambil bagian dalam proses mutasi
virus-virus ini. Asap-asap pabrik, Nuklir dan zat-zat radioaktif yang
memancarkan radiasi mengubah susunan DNA dan RNA pada virus, sehingga
bencana mutasi besar- besar terhadap virus H5N1 tidak dapat di hindarkan.
B. Kemampuan yang Dimiliki oleh Virus
Sistem kekebalan tubuh merupakan bagian yang kompleks dan kritis dari
pertahanan alamiah tubuh. Sistem tersebut juga merupakan dasar sarana medis
utama untuk mencegah infeksi virus-vaksin. Vaksin (vaccine) adalah varian tak
berbahaya atau derivatif patogen yang merangsang sistem kekebalan untuk
membangkitkan pertahanan terhadap patogen yang berbahaya (Campbell,
2010: 422-423).
Walaupun vaksin dapat mencegah penyakit-penyakit virus tertentu,
teknologi, tekonologi medis saat ini tidak dapat berbuat banyak untuk
menyembuhkan sebagian besar infeksi virus yang sudah terlanjur terjadi.
Antibiotik yang membantu kita pulih dari infeksi bakteri tidak berdaya
melawan virus. Antibiotik membunuh bakteri dengan cara menghambat enzim-
enzim yang spesifik untuk bakteri namun tidak berpengaruh pada enzim-enzim
yang dikodekan oleh eukariota atau virus (Campbell, 2010: 422-423).
Akan tetapi, beberapa enzim yang dikodekan oleh virus menjadi sasaran
untuk obat-obatan lain. Kebanyakan obat-obatan antivirus menyerupai
nukleosida sehingga mengacaukan sintesis asam nukleat virus. Salah satu obat
semacam itu adalah acyclovir, yang mencegah reproduksi herpervirus dengan
cara menghambat polimerase virus yang menyintesis DNA virus (Campbell,
2010: 422-423).
Serupa dengan itu, azidothymidine (AZT) menghambat reproduksi HIV
dengan cara mengacaukan sintesis DNA oleh transkriptase balik. Selama dua
dasawarsa terakhir, banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan
obat-obatan melawan HIV. Saat ini, perlakuan multiobat, terkadang disebut
“cocktail” merupakan cara yang paling efektif (Campbell, 2010: 422-423).
Perlakuan semacam itu umumnya meliputi kombinasi dua peniru
nukleosida dan satu inhibitor protease, yang mengganggu salah satu enzim
yang dibutuhkan untuk merakit virus tersebut (Campbell, 2010: 422-423).
Setidaknya ada tiga proses yang ikut berperan dalam kemunculan
penyakit-penyakit virus. Pertama, dan barangkali yang paling penting adalah
mutasi dari virus yang telah ada. Virus RNA cenderung memiliki laju mutasi
yang luar biasa tinggi karena kesalahan dalam replikasi genom RNA-nya tidak
diperbaiki oleh sistem pengecekan (proofreading). Sejumlah mutasi mengubah
virus yang sudah ada menjadi varietas genetik (galur) baru yang dapat
menyebabkan penyakit, bahkan pada orang-orang yang yang kebal terhadap
virus yang lama. Misalnya wabah umum flu, atau epidemi (epidemics) flu,
disebabkan oleh galur-galur baru virus influenza yang secara genetis cukup
beberbeda dari galur-galur sebelumnya sehingga manusia jarang kebal terhadap
flu (Campbell, 2010: 422-423).
Proses kedua yang dapat menyebabkan kemunculan penyakit virus adalah
penyebaran penyakit virus dari populasi manusia yang kecil dan terisolasi.
Misalnya, AIDS tidak memiliki nama dan tidak disadari selama beberapa
dasawarsa sebelum menyebar keseluruh dunia. Pada kasus ini, faktor
tekonologi dan sosial, termasuk perjalanan internasional yang murah, transfusi
darah, gonta-ganti pasangan seksual, dan penyalahgunaan obat-obat intravena,
memungkinkan penyakit manusia yang tadinya jarang menjadi wabah global
(Campbell, 2010: 422-423).
Sumber ketiga dari penyakit virus baru pada manusia adalah penyebaran
virus yang telah ada dari hewan lain. Para ilmuwan memperkirakan bahwa
sekitar tiga perempat dari penyakit manusia yang baru bisa muncul dengan cara
ini. Hewan yang menjad inang dan dapat menularkan virus tertentu namun
umumnya tidak terpengaruh oleh virus itu disebut reservoar alami virus.
Misalnya, satu spesies kelelawar telah diidentifikasi sebagai kemungkinan
reservoar alami virus SARS. Kelelawar dijual sebagai makanan di Cina, dan
feses keringnya bahkan dijual sebagai obat. Kedua praktik ini menyebabkan
jalan bagi penularan virus ke manusia (Campbell, 2010: 422-423).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat kita ketahui kemampuan yang dimiliki
virus. Kemampuan tersebut adalah kemampuan bermutasi secara besar-
besaran. Sehingga virus awal yang menginfeksi penderita, akan berubah lagi
menjadi virus jenis baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh tidak
mengenalinya. Begitu terjadi secara terus-menerus.
C. Peranan Virus dalam Kehidupan Manusia
Secara umum, virus bersifat meugikan karena jenis-jenis yang berbeda
menginfeksi dan menyebabkan berbagai penyakit pada tumbuhan, hewan, dan
manusia. Sebagaimana telah disinggung, virus dikenal sebagai penyebab
wabah penyakit yang sekarang kita dengar seperti Sreve Acute Respitory
Syndrome (SARS) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Penyakit lain pada manusia disebabkan oleh virus adalah mata belek, influenza,
polio, cacar, campak, hepatitis, rabies, herpes, gondong, kanker, AIDS, ebola,
flu burung, dan masih banyak lagi (Irianto, 2014: 469-471).
Pada tumbuhan, umumnya virus ditularkan melalui serangga yang
membawa dirinya dari satu tumbuhan ke tumbuhan lain. Contoh virus yang
sangat merugikan tumbuhan adalah penyakit mosaik yang menghasilkan
bercak-bercak kuning pada tembakau, kentang, tomat, dan lain-lain. Pada
hewan, virus adalah penyebab rabies pada anjing dan monyet serta penyakit
kuku dan mulut pada ternak sapi (Irianto, 2014: 469-471).
Namun demikian, tidak berarti bahwa virus hanya memiliki peran yang
merugikan. Dengan kemajuan bioteknologi dan rekayasa genetika, ilmuwan
telah dapat memanfaatkan virus untuk tujuan yang menguntungkan bagi
manusia. Misalnya, untuk penghasil vaksin. Virus juga dapat dimanipulasi agar
membawa gen yang menguntungkan (misalnya gen yang menghasilkan anti-
toksin) (Irianto, 2014: 469-471).
1. Membuat Antitoksin
Salah satu fase daur hidup virus adalah penggabungan. Pada fase ini,
DNA virus menyambungkan diri ke DNA bakteri, sehingga didalam DNA
bakteri terkandung profag (DNA virus). Dengan kata lain, didalam bakteri
terkandung materi genetik virus. Ketika profag aktif dan DNA virus.
Dengan demikian DNA virus dapat mengandung gen bakteri. Misalnya,
didalam DNA virus terkandung DNA bakteri pertama. Apabila virus ini
menginfeksi bakteri kedua, dan kemudian mengikuti daur lisogenik, maka
didalam DNA bakteri kedua ini terkandung DNA virus dan DNA bakteri
pertama (Irianto, 2014: 469-471).
DNA adalah materi genetik dapat menentukan sifat makhluk hidup. jika
DNA berubah, maka sifat makhluk hidup pun berubah. Berdasarkan prinsip
ini jika di dalam bakteri kedua terdapat DNA virus dan DNA bakteri
pertama maka sebagian sifat bakteri pertama dapat dimiliki oleh bakteri
kedua. Jadi, bakteri kedua memiliki sebagian sifat bakteri pertama (Irianto,
2014: 469-471).
Melihat kasus lisogenik ini, para ilmuwan berpikir, bagaimana kalau di
dalam DNA virus sebelumnya digabungkan DNA (gen) lain yang
menguntungkan ini dimiliki oleh bakteri yang diinfeksi. misalnya saja ke
dalam DNA virus digabungkan gen yang mengendalikan sifat
menguntungkan. apabila virus menginfeksi bakteri, maka didalam sel
bakteri tadi terkandung gen yang menguntungkan. sebagai contoh, ke dalam
DNA virus disambungkan DNA (sel) manusia yang mengontrol sintesis
antitoksin (pelawan penyakit). Selanjutnya oleh virus lisogenik gen tadi
disambungkan ke sel bakteri. kemudian sel bakteri kini membuat manusia,
yakni gen penghasil antitoksin dengan kata lain, bakteri yang semula dapat
menghasilkan antitoksin manusia, sekarang mampu memproduksiantitoksin
manusia. apabila bakteri terus-terusan membelah diri, berarti setiap sel
bakteri baru mengandung DNA manusia dan mampu memproduksi
antitoksin. antitoksin yang diproduksi dapat dipisahkan dan digunakan
untuk pelawan penyakit pada manusia. bakteri yang demikian dipelihara
terus-menerus. tentu saja diusahakan agar DNA virus yang bergabung itu
tidak “kumat” lagi, agar DNA virus tidak “pergi” dari dalam sel bakteri.
Itulah kerja para pakar rekayasa genetik. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa virus dapat “dititipi” gen manusia atau dapat juga gen
organisme kain untuk dimasukkan kedalam sel bakteri agar sel bakteri
tersebut membawa sifat gen yang dititipkan tersebut (Irianto, 2014: 469-
471).
2. Melemahkan Bakteri
Contoh lain tentang virus yang menguntungkan adalah virus yang
menyerang bakteri pathogen. Jika DNA virus lisogenik ke dalam DNA
bakteri patogen, maka bakteri tersebut menjadi tidak berbahaya. Misalnya
bakteri penyebab penyakit difteri dan bakteri penyebab deman scarlet yang
berbahaya akan berubah sifat menjadi tidak berbahaya jika dalam DNA-nya
tersambung oleh profag (Irianto, 2014: 469-471).
3. Memproduksi Vaksin
Selain itu, beberapa virus digunakan untuk memproduksi vaksin. Vaksin
adalah patogen yang telah dilemahkan, sehingga jika menyerang manusia,
tidak berbahaya lagi. Karena diberi vaksin, tubuh manusia akan
memproduksi antibodi. Kelak jika patogen yang sesungguhnya menyerang,
tubuh telah kebal karena berhasil memrpduksi antibodi patogen tersebut
(Irianto, 2014: 469-471).
Berdasarkan pendapat diatas, kita dapat mengetahui bahwa virus tidak
hanya memiliki sisi negatif, namun terdapat dampak positifnya. Peranan virus
yang menguntungkan bagi manusia yaitu virus dapat dibuat menjadi antitoksin.
Dapat melemahkan bakteri, seperti menyerang bakteri pathogen, misalnya
bakteri penyebab difteri. Selain itu, virus dapat digunakan untuk membuat
vaksin.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui pembahasan diatas dapat diketahui cara virus berinovasi.
Mengetahui alasan mengapa antibody yang dihasilkan oleh tubuh tidak mampu
menghandel atau memberikan proteksi terhadap penyakit yang yang
disebabkan oleh virus yang sama tersebut. Mengetahui kemampuan yang
dimiliki oleh virus sehingga tidak terpengaruh oleh antibody. Dapat
menghubungkan kaitannnya dengan manusia dan manfaat virus dalam IPTEK.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada pembaca agar dapat
mengetahui bagaimana virus dapat bermutasi sehingga banyak penyakit baru
bermunculan dan belum terindetifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2012. Biologi (Edisi Kedelapan Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Elrod, Susan. 2010. Genetika. Jakarta: Erlangga.
Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi, dan Virologi (Panduan Medis dan Klinis). Bandung: Alfabeta.
Kaskus. 2015. Biologi Mutasi Virus. http://www.kaskus.co.id/thread /000000000000000015070625/biologi-mutasi-virus. Diakses pada 1 April 2015.
Wikipedia. 2015. Virus . http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Diakses pada 1 April 2015.