-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
1/77
.r{
\
h-
UI
ilp
t
-
UK
NO.2
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
2/77
l
*
*
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
3/77
.
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
4/77
"*'ullttii4',-q.1uqd1,{ffilt1ru,*--..-,,iffi.#I,#ifi
I
Sebagaimana
dike-
mukakan
Promoedya
A.
Tbet
membaca karya
sas-
tra adalah
membaca
ideologi
pribadi
penga-
rangnya, sejauh
ideo-
logi
berarti
dunia
prinsip,
dunia
yang
sedang
dan
telah memilih
dan memi-
hak
sesuai
prinsip-
prin-
sip
yang
dipegangnya
atau sedang dibinanya.
14
mong Praja)
di Probolinggo
dan
kemudian''
menjadipegawai
Pamong
Praia dengan
pangkat
Menteri
politie.
Berkat kepan-
daiannya
yang
terbawa
sejak
sekolah,
Kadiroen dengan
cepat
berhasil
mencapai
jabatan
Wedono.
Tetapi
ditengah
perjalanan
karimya
Kadiroen
mengalami
konflik dalam
dirinyi
yang disebabkin
oleh
kemiskinan
dan kesengsaraan
yang
dialami
rakl'atnya.
Dalam kebingu
ngan
mencari
jawab
apa
yang
menimbulkan
kesengsaraan
itu. suaru
'irari"
karena
keperluan
9-Kadiroen
sempat
mendengarkan
pidatoseorang
propagandis
sebuah
organisasi
pergerakan bemama
Tiiro.
yang
menguraikan
panjang
lebar soal
kesengsaraan
rakyat
bumiputera
yang
di-
akibatkan
oleh
kapitalisme.
Kapitalisme
-
yang
dicangkokkan
oleh
Belanda
bersama
kolonialisme,
dan
dipraktikkan
dalam bentuk
perkebunan-perkebunan
maupun
pabrik-
pa
brik, telah
men-
desak
ralqat
bumiputera
menjadi buruh-buruh
yang
rnurah
untuk
dipeterjakan
di
tempat
iir.10
Itulah
yang
kemudian mengakibatkan
kesengsaraan
dan
kemiskinan
rakyat
bumiputera
di Hindia
Belanda.
Untuk
mengatasi
soal
itu, liiro
menganjurkan
agar
kaum
buruh
dan
rakyat
"berorganisasi"
dengan
tiga
ialan
ikhtiar
yaitu,
pertama,
"co-operatie"
sebagai
gera-
kan
ekonomi
rakyat
yang
berlujuan
agar
keuntunganny a
dapat
dimanfaatkan
bersama
buat
kepentingan
rakyat. Dengan
jalan
ini
maka:
keoentoengannja
toko
atau
peroesahaannja
"kaoem
bermodal"
laloe
koerang,
achimja
hilang
sama
sekali
sebab
pindah
ke
tangan
rajat",
I I
Kedua,
membentuk
"vakbon{"^
Maksudnya
adalah
kaum buruh
berorga-
nisasi
menu-
rut
jenis
pekerjaannya. Misalnya
buruh
yang
bekerjapada
perusahaan
Spoor,
harus
membentuk "vakbond
-
pegawai
Spoor".
Dengan
demikian,
maka
"kaoem boeroeh
bisa
mereboet
minta
diperbaiki
gadjih
dan
lamanja bekerdja
dalam
sehari-hari,
meminta
soepaja djangan
bekerdja
amat
lama
sehingga badannja
lekas
roesak,
meminta soepaja
pekerja-annja dihar-
gai
dan djanganlah
mereka
dilepas dengan
moedah
sebagai barang
jang
tidak
bemjawa;
djadi kaoem
boeroeh
laloe
koeasa
mereboet
keoentoengannja
peroesaha-an
serta
laloe bisa
memperbaiki
penghidoepannja. 12
Ketiga, dengan
"pergerakan
politiek"
yang
artinya
adalah
"mengoeroes
dan
mengatoer negeri"
atau toeroet
berboeat
ini,
atau djoega berichtiar
toeroet
berboeat begi-
toe".
Kenapa
$aury
buryL{an^r$yat
pgnt-
punyai
organisasi
politik?
Sebab
dalam
hidup
bernegara
hairya
kaum buruh
dan
rakyatlah
yartg
tahu
soal kepentingallnya.
karena itu
untuk
memperjuangkan
kepenti-
ngannya
ini
"rajat
rnesti
toeroet
mernerintah
negerinja" agar aturan
cian
urusan
pemerin-
tahan
harus
lebih
dulu
mendapat
persetujuan
dari rakyat.
13
Semenjak
kejadian
itu
Kadiroen rnulai'
terbuka
pikirannya
dan bersimpati
terhadap
tujuan
gerakan
rakyat di
Hindia
Belanda.
Secara
diarn-diam,
tanpa
mencantumkan
na-
manyq Kadiroen
sering
mengirim
uang
ke-
pada
organisasi
pergerakan sebagai
der-
ma. Setelah
mengalami
kebimbangan
apa-
kah
ia harus
tetap
menjadi
Wedono
lbah-
kan
mungkin
bisa
naik)
tapi
tidak
bisa
membantu
rakyatnya,
atau
mengabdi
pada
gerakan
ral
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
5/77
Bisa didu,ga,
reaksi
pemerintah
kolonial ter-
hadap perkembangan
sas-
tra
;eperti
itu
cukup
keras
membahayakan
kepenti-
ngan
rust en orde
(keterti-
ban
dan
keamanan).
menempatkan
pergerakan
melawan kolonial
Belanda,
tapi
juga
tatafian
feodalisme
bangsanya,
Untuk
mengubah
itu
semua,
baginya
adalah
jelas,
seperti
yang
dike-
mukakannya,
yaitu
dengan
mengorganisir
rakyat tertindas
dan
buruh
ke
dalam organi-
sasi
politik.
Itulah secara
umum
sastra
yang
dipro-
duksi
para pemimpin
pergerakan.
Bagi
pe-
mimpin
pergerakan,
seperti
halnya
Semaoen,
Mas Marco,
atau
yang
lain. menganggap
bahwa
tuiisannya
adalah sebagai
"alat"
pe-
nyampai
pesan
dari
orang-orang
pergerakan
keapada kaum
kromo
mengenai
zafianyang
telah berubah
(dalam
novel
Hikajat Kadi-
roen digambarkan
sebagai
zaman "kapital-
isma"),
maupun
penindasan
kolonial-yang
diuraikan
sebagai"kontradiksi-kontradiksi"
dalam
kapitalisme
yang
dibangun
kolonial di
Hindia
Belanda.
Pemahaman
akart masalah-
masalah
itu disampaikannya
kepada kaum
kromo melalui
bahasa
yang
sederhana,
yang
mampu membuka
mata
hati massa rakyat ke
dalam
pegertian
dan
membentuk
kesadaran
kolektif
ketika merespon
kekuasaan
kolo-
nial. Kosa kata
yang
dinilai
sukar dan asing
seperti "kapitaiisme", misalnya,
diterje-
mahkan
ke daiam
kosa kata
sederhana
yang
bermakna
politis,
seperti "setan
oeang",
yang
mengacu
pada
segala
bidang
usaha dimana
modal berkuasa,
sepeni
pendidikan.
perke-
bunan,
pabrik
gula
atau
pajak.rb
Dengan
demikian
sastra
liar ini tidak
hanya berfungsi
sebagai "propaganda
kolektif', tapi
sekali-
gus
juga
"organizer
kolektif'
yang
memberi
penerangan
dan
tuntunan
kepada kaum
kromo untuk
dapat
memahami
kondisi
per-
gaulan
dalarn- alarn
baru
-kapitalisme-
dan selanjutnya
dapa
mengetahui
apa
yang
rnenyebabkan
nasib buruk
kehidupan
rakyat
bumiputera
serta
upaya
yangharus ditempuh
untuk
keluar dari
persoalan.
Reaksi
Pemerintah
Kolonial
sebagai
"Polisi
Kebudayaan"
Bisa diduga,
reaksi
pemerintah
kolonial
tethadap
perkembangan sastra
seperti
itu
cukup
keras
karena
dianggap
bisa
memba-
hayakan kepenJingan
rust en orde
(ketertiban
dan
keamanan).
Kenyataan
itu
memaksa ko-
lonial tidak
hanya
memakai
cara
kekuatan
koersif
yang
memaksa,
seperti
mengham-
bat
atau
melarang
penerbitan bacaan itu,
tapi
juga
dengan
kekuatan
hegemonik
de-
ngan membentuk
wacana
ideologis
tentang
"apa
yang boleh"
dan
"apa yang
tidak
bo-
leh" dibaca
masyarakat.
r/
Untuk
itu
didirikan
Kantoor
voor
de
\,blksklectuur
(Kantor
untuk
Bacaan Rak-
yat).
Atau
kemudian dikenal
dengan
Balai
Pustaka
pada
tahun
1917,
yangkhusus
me-
ngurusi soal
bacaan
dan
sastra
yang
sesuai
dengan
kepentingan
politik
kolonial
bagi
rakyat bumiputera,
dalam
rangka
men-
jauhkan
rakyat
bumiputera dari
"bacaan
yang
dipandang menghasut",
yang
diterbit
kan
oleh
para
agitator
pergerakan
bumipute-
ra.
KETERA\G.{\
1.
Dil:utip
darl
tsit::
Siregar,
Sedjarah Sastera
Indonesia
Modem
jri;J
l.
--a(arta:
Akademi Sastera dar
Bahasa
"Multatuir".
195-1. halaman 32.
2. Perlu ditet:hui
'lahrva
Rinkes merupa-\ar
.eah
seo-
rang
arsitek
1a.rg
berperan
membikin
p:::;-:g
perg-
erakan di
Hiriiia Belanda bak
sebual'
:-::.: iaca",
para
pemain-pemain yang
berperan
di el
=
:. :
baca:
aktivitas
poiitikkaumbumiputra) dapa: :,
r::i dan
HevetrwuRUK,
No.
2 Th.
\
|996
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
6/77
ffiiffiiiffiXfiiiifi,,.lii
9.
Sebagai
seorang
pejabat pemerintalL
Kadiroen
waktu itu
juga
tidak terlepas
dari tugasnya un-
tuk
memata-matai
setiap kegiatan
yang
dila-
kukan
orang-orang
pergerakan
di
daerah we-
wenangnya.
Untuk itu
Kadiroen
juga
aktif
menghadiri
setiap
acara
pertemuan yang
diada-
kan
oleh suatu organisasi
peergerakan.
10.
Semaoen, op. iit., halarnan
98.
Selanjutnya
.
untuk
penunjuk
acuan
yang
saqa
digunakan
ha-
lI. halaman 104.
12. halaman
105-106.
13. halaman
106.
14. Pramoedya
A Toeq 'iSekedar
Penjelasan",
da-
lam
Pramoedya
A.Toer
(ed),
HikayatSiti
Ma-
riah,
Jakarta: Hasia
Mitra
1987,
halaman nrvii.
15. Takashirshiraishi;
op.
cit., halanian
152-16p
16. Pengertian
"setan
oeang".-yang
dalam
hal
ini
adalah untuk menunjukkan
pada pihak pemi-
I-ik modal
yang
rakus
dan
telah
menyeng-
sarakan
rakyat
bumiputera-pertama
kali
di-
perkenalkan
oleh
kaum
sosialis revolusioner
Beland4
yang
kemudian
mendirikan
ISDY
pada
tahun 1913 di
Surabaya.
Tulisan-tulisan mereka
tentang modal
1'ang
senantiasa
dipertentangkan
.dengan
kaum
buruh banyak
diterjemahkan
oleh
Semaoen,
seperti "Persdelict
Sneevliet"
atau tulisan
Snewtrut
lainny4
seperti
'Zege.
praal"
(Kemenangan),
yang
menceritakan
keme-
'
nangan:
Reloluii
Sosialis
pertarha
di
Rusia
ta-
hun
f9 7
dan hubungdnnya
dengtan keadaan
HindiaBelanda,'
'
17.
Sebagai contoh,
ketikapada
tahun 1920,
se-
jumlah.bqruhpercetakan
van
Dory
melakukan
pemogokan
-yang
disusul
oleh buruh-buruh
percetakan
De
Locornotii List,
Benjamin, Bis-
chgp,'din Wama
Wart4
yang
mendapat du-
kungan
dari Sarekat Islam Semarang
-peme-
rintah
Hindia
Belanda
mengambil
tindakan
ba-
lasan
dengan menyita
buku-buku karangan
Mas
Marco
yang
mnutup
toko-tgko
luku,milik
or-
ganisasi
itu.
Untuk keterangan ini;
lihat, Hilmar
Farid,
"Kolonialisme
dan Budaya:
Balai Pustaka
di Hindia Belanda''
dalam Prisma
nomer,.
10
tahun. )O(
Oktober 1991, halaman
31.
dipantau
gerak-geriknya.
Itu
terutama
ditujukan
buat organisasi
Sarekat Islam
yang
baru
tum-
buh
pada
waktu
itu.
Yang
berkat
usahanya
pula,
kemunculan
SI direkayasa
sebagai
buah
pertikaian (persaingan)
dengan
para
saudagar
Cina,
bukan sebagai akibatmunculnya
gelom-
bang
kesadaran
baru di kalangan
bumiputra
yang
baru tumbuh
pada
waktu itu.
Mengenai
sepak
tedang
Rinkes
ini,
baca Pramoedya
A.
Toer,
Sang Pemula-
Jakarta:
Hasta
Mif4
1985.
3. Lihar Razif, "Bacaan
Liar:
Budaya dan
Politik
Pada
Masa Pergerakan",
draf
penelitian
pada
Centre
for
Cultural
Studies,
tanpa tahun,
hala-
man
l;
lihatjug4 Ajib
Rosidi,Ikhtisar
Sejarah
Sastra
Indonesia,
Bandung:
Bina
Cipta
1976,
halaman
17,
4.
garu
iahun
1960-an, Leka
menunjukkan
per-
hatiannya
kepada sastra
jenis
itu. Pertimbangan-
nya
adalah
bahwa sudah
sejak awal
sastra ihi
menunjukkan
perasaan
kebangkitan
nasional.
Disamping
alasan lain
yaitu
bahwa mereka
su-
dah
benci
dengan
sastra
Balai
Pustaka dan
Pu-
jangga
Baru
-sebagai
bentukan
kolonial.
Pan-
dangan
yang
tampaknya mewakili
alasan
itu,
lihat
Baki Siregar,
op.cit. Perlu
dicatar
bahwa
baru-baru ini
telah
terbit
di
Comell disertasi
dari Takashi
Shiraishi
tentang
pergerakan
radikal
di
jawa
pada
permulaan
abad
dua
puluh.
Disertasi
sejarah
itu
banyak
menggunakan "sas-
tra liar"
sebagai
bahan
sumbernya.
Lihat,
Ibkashi
Shiraishi,
An
Age
in
Motion:
Polular
Radicalism
in
Java 1912-1926,
Ithaca
NY
Comell Univ.
Press, 1990.
5. Misalnya
seperti
dikemukakan
oleh Prof.
A
Teeuw
-seorang
kampiun
sastra Indonesia
kontemporer
yang punya
pengaruh
besar dalam
dunia
kesusastraan
kita
-ketika
memberi
pen
laian
tartang
novel Hikajat
Kadiroen,
karya
Semaoen,
yang
dikatakannyq
"bahasanl.a
ber-
sifat
pra-Balai
Pustak4
amatkacau
ejaan
ssrta
tata
bahasanya
penuh
dengan
bahasa
percaka-
pan
sehari-hari
dari bahasa Melayu
Pasa,
ba-
hasa
Jawa
dan Belanda. Lihat,
A.
Teurrri
Sastra
Baru
Indonesi4
Ende Flores:
Nusa Indah,
1980,
halaman
34. Jelas, terlihat
bahwa
Teeuw sangat
mengabaikan
kontek
politik
dalam memben-
tuk
"kesadaran
kolektif'-sebagai
respon
dan
reaksi
jelas,
adalah bahasa
yang
mudah
ditcrima
dan dipahami
oleh kaum komo,
bukan
bahasa
sebagaimana
yang
disyaratkan
dan
ditentukan
oleh Balai Pustaka
-lembaga
bentukan
kolo-
nial
yang
justru
didirikanuntukmengcounter
produksi
bacaan orang-orang
pergerakan.
Takashi Shiraishi,
op. cit.,
periksa
halaman
"pendahuluan".
Semaoen lahir
padatahun
IE99
di Mojokerto
sobagai anak seorang buruh kereta
api. Pendi-
dikannya hanya sampai Eerste
Klasse
atau
se-
kolah
Ongko Sidji. Pada usia 14
tahun Semaoen
sudah menjadi anggota
SI cabang
Surabaya
dan
menjadi
sehetaris organisasi
pada
tahun
1914. Padatahun l9l5
Semaoen
benemude-
ngan
Sneevliet,
yng
kelak
akan
menjadi
saha-
bat
dan
sekaligus
guru politiknya
di
Surabala.
Kagum akan
sikap Sneevliet menlbela
pendu-
duk
pribumi,
membawa
Semaoen
muda
ber-
gabung
dan menjadi seketaris
ISDY
(Indrsche
Sociaal Demoscratisce VerenigingPerl-umpulm
Kaum
Sosial-Demokrat di
Hindia)
cabang
Surabaya.
Di
samping
belajar
gagasa
sosial-
isme
dari Snevrliet,
Semaoen
juga
belajar
me
mbaca
dan
menulis
bahasa
Belanda
darinya.
Pada
awal tahun
1916,
Semaoen
menjadi
seo-
rang
propagandis
VSTP
(organisasi
buruh kere-
ta
api)
yang
digaji dan menjadi
editor
Si Tetap,
surat kabar organ VSTP
berbahasa
.Melayu.
Pada tahun
yang
sama
Semaoen
menjadi
ang-
gota
SI
oabang Semarang
dalam
usia 18
tahun.
Setahun kemudian
Semaoen berhasil
menjadi
ketua SI Semarang dalam
usia t9
tahun.
Dengan
tampilnya
Semaoen sebagai
pimpinan
baru
SI
Semarang, terjadi kecenderungan
gerakan
organisasi itu ke
arah
radikal (orientasi pada
gerakan
bunrh). Lihat, Takashi
Shiraishi,
op.cit..
halaman 17 4-18'1
;Soe
Hok.Gie,
Dibawah
Len-
tera Merah:
Riwayat
Sarekat Islam
Semarang
l9l7-t920,Jakarta:
Franu
Fanon
Foundation,
1990;
lihajugaDeui
Juliati,
"semaoen,
Seri-
kd Buruh dan Pen Bumiputera
dalam Perge-
rakan Kemerdekaar
(1914-1923)",
dalam
SE-
JARAH,
Jakarta:
MSl-Gramedia,
1994,
hala-
tnut 4647.
Menarik bahwa keterangan
ini
ditulis
Se-
maoen
sebagai Permoelaan
kata dalam
novel-
nya.
Lihat
Semaoeq Hikajat
Kadiroeq
Sem?-
rmg: KantorPKI,
192.
7.
8.
jii+li,riliiillii.:itlii:llj:ll
.1.i1::,,,,,:::::t,.,
.,t
;,:l::::..'',u;::,,,
.
j
ayauwuRuK,
No.
2 Th.
X
/
1996
?.---.-
=-
-
8/10/2019 Hayamwuruk No.2-X-1996 Sejarah Sastra Indonesia Demitologi Balai Pustaka
7/77
LUSTRUM
VI
FAKULTAS
SASTRA
UNDIP
Hajat
Besar
yang
Luput
dari
Perhatian
Peringatan
30
tahun
(Lustrum
vI)
Fak.
sastra
undip
baru
saia
terselenggara.
Walau
terbentur
masalah
dano,
-toh
gawe tersebul\apat
terlalcsana
dengan
baik,
meski
terkZsan
kurang
grrgrt
dan
kurang
meriah'
Benarkah
mahasiswa
apatis
dengan
kegiatan
itu?
Bertepatan
dengan
tahun
emas
Indonesih
rnerdeka,
Fakultas
Sastra
Undio
DunYa
acara
tersendiri.
Dua
belas'
Sbptember
1995
Yang
lalu,
fakultas
-vang
berdiri
dengan
nama
Fakultas
Sastia
dan
Budaya
itu
tepat
berusia
30
tahun.
Untuk
momen
oentins
itu,
fakultas
menYeleng-
larakai
haiat
berupa
peringatan
30
iahun
(Lustrum
Vi)
Fakultas
Sastra
Undip.
Dan
wajar
bila
peringatan
30
utrun
berdirinya
Fakultas
Sastra
itu
diharapkan
menjadi
kegiatan
-
yang
semardk
dan
istihrewa.
Panitia
lustrum
VI,
yang diketuai
Drs'
Yudiono
KS,
S.
U.,'keriudian
mengancangkan
sekian
banvak
acara
dan
kegiatan.
Jika
pada
kenvataannva
ada
beberapa
ancangan
acara
yang'batal
terselenggar4
alasan
utarna-adalah
keterbatasan
dana.
Kendala
dana
diakui
oleh
Yudiono
sebaeai
masalah
utama
dalam
pelak-
sanain
kegiatan.
"sampai
akhir
Agus-
tus.
kita
belum
punya
gambaranJum-
lah
uang
yang-diperoleh."
ujarnya'
Dana
peny'elenggaraan
lustrum,
yang
dianee:arkin
sekitar
35
juta,
memang
dihffikan
dapat
diPenuhi
oleh
maha-
iiswa,'dosen,
karYawan,
dan
alumni'
Hanva
saia
iumlah
Yang
daPat
dioaitikan
6aru-sebesar
5
juta
rupiah
ddri
bantuan
fakultas. "Karena
itu
saya
bersama
teman-teman
mengambil
kebi-
iaksanaan
bahwa
target
minimal
adalah
"oenerbitan
buku
30
tahun
Fak.
Sastra
dan
seminar."
lanjutnya.
Padahal
ren-
cana
kesiatan
lustrum
meliputt
luga
Lomba
Ku.yu
Tulis
Ilmiah
(LEII)
Pelajar
se-iawa
Tengah
dan
P1Y:
terakhir
tak
iadi
terlaksana'
Kenvataan
tersebut
dapat
dimaklu-
mi.
C.
(ivanto
Joko
N
bahkan
menilai
waiar.
"
Sava
pikir
kalau
alasan
Pak
yu"di
itu
hedgenai
dana.
pasti
beliau
nunva
prioritai
acara."
Yang
menjadi
ferfiatiin
Ketua
HMJ
Sastra
lnggris
itu
adalah
minimnya
keterlibatan
maha-
siswa
dalam
acaia
tersebut.
Dari
su-
sunan
kepanitiaan,
ia
melihat
lustrum
lebih
se6aeai'gawean'nYa
fakultas,
mahasiswa-tidak
banyak
dilibatkan'
Anseaoan
tersebut
dibenarkan
oleh
-
llirisvah.
Ketua
Senat
Mahasiswa
Fakultis
Sastra.
Menurut
penilaiannya.
acara-acara
penting
di
fakultas.,.
seperti
lustrum.
periwsunannya diberikan
ke-
oadakaldnean
edukatif.
"Mahasiswa
't.tu*
diliEatkan
secara
menyeluruh
dalam
posisi
yang
seimbang
dengan
ka-
langan'
eduka:ti
yang
meme
gang-. kepa-
nitiian
dalam
acara
lustrum."
tegas
mahasiswa
Sejarah
'91
ini.
Satu-satu-
nva
kesiatan
-lustrum
yang
ditangani
oieh
lehbaea
kemahasiswaan
(Sema)
hanvalah
Lktt
Petalar
se-Jateng
dan
Dt{.
Sementara
format
lustrum
dan
lanskah-langkah
berupa
konsep
dan
peliksanaan-kegiatan
yang
lain
tidak
inelibatkan
mahasiswa.
KurangnYa
PartisiPasi
mahasiswa
ternvata
tldla'l