haccp
DESCRIPTION
haccpTRANSCRIPT
PENGENDALIAN MUTU MANDIRI
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT
( ANALISIS BAHAYA TITIK KENDALI KRITIS )
I. SEJARAH HACCP
Konsep HACCP pertama kali dikembangkan ketika perusahaan Pillsbury di Amerika
Serikat bersama-sama dengan US Army Nautics Research and Development Laboratories,
The National Aeronautics and Space Administration serta US Air Force Space Laboratory
Project Group pada tahun 1959 diminta untuk mengembangkan makanan untuk dikonsumsi
astronot pada gravitasi nol. Untuk itu dikembangkan makanan berukuran kecil ( bite size )
yang dilapisi dengan pelapis edible yang menghindarkannya dari hancur dan kontaminasi
udara. Misi terpenting dalam pembuatan produk tersebut adalah menjamin keamanan produk
agar para astronot tidak jatuh sakit. Dengan demikian perlu dikembangkan pendekatan yang
dapat memberi jaminan mendekati 100% aman.
Tim tersebut akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa, cara terbaik untuk
mendapatkan jaminan tertinggi adalah dengan sistem pencegahan dan penyimpanan rekaman
data yang baik. Konsep yang saat ini dikenal sebagai HACCP ini, jika diterapkan dengan
tepat dapat mengendalikan titik-titik atau daerah-daerah yang mungkin menyebabkan bahaya.
Masalah bahaya ini didekati dengan cara mengamati satu per satu bahan baku proses dari
sejak di lapangan sampai dengan pengolahannya. Bahaya yang dipertimbangkan adalah
bahaya patogen, logam berat, toksin, bahaya fisik, dan kimia serta perlakuan yang mungkin
dapat mengurangi cemaran tersebut. Disamping itu, dilakukan pula analisis terhadap proses,
fasilitas dan pekerja yang terlibat pada produksi pangan tersebut.
Pada tahun 1971, untuk pertama kalinya sistem HACCP ini dipaparkan kepada
masyarakat di negara Amerika Serikat di dalam suatu Konferensi Nasional Keamanan
Pangan. Pada tahun berikutnya Pillsbury mendapat kontrak untuk memberikan pelatihan
HACCP kepada badan Food and Drug Adminstration (FDA). Dokumen lengkap HACCP
pertama kali diterbitkan oleh Pillsbury pada tahun 1973 dan disambut baik oleh FDA dan
secara sukses diterapkan pada makanan kaleng berasam rendah.
Pada tahun 1985, The National Academy of Scienses (NAS) merekomendasikan
penerapan HACCP dalam publikasinya yang berjudul An Evaluation of The Role of
Microbiological Criteria for Foods and Food Ingredients. Komite yang dibentuk oleh NAS
kemudian menyimpulkan bahwa sistem pencegahan seperti HACCP ini lebih dapat
memberikan jaminan kemanan pangan jika dibandingkan dengan sistem pengawasan produk
akhir.
Selain NAS, lembaga internasional seperti International Commission on
Microbiological Spesification for Foods (ICMSF) juga menerima konsep HACCP dan
memperkenalkannya ke luar Amerika Serikat. Ketika NAS membentuk The National
Advisory Commitee on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF), maka konsep
HACCP makin dikembangkan dengan disusunnya 7 prinsip HACCP yang dikenal sampai
saat ini. Konsep HACCP kemudian diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex
Alimentarius Commission (CAC) yang kemudian diadopsi oleh berbagai negara di dunia
termasuk Indonesia .
II. PENGERTIAN HACCP
Pengendalian mutu mandiri diantaranya dilaksanakan dengan menerapkan analisis
bahaya titik kendali kritis atau hazard analisisi critical control selanjutnya disebut HACCP.
HACCP adalah suatu pendekatan untuk mengukur bahaya yang spesifik sebagai upaya
pencegahan untuk menjaga keamanan makanan. HACCP adalah suatu alat yang dipakai
untuk mengukur tingkat bahaya, menduga perkiraan resiko dan menetapkan ukuran yang
tepat dalam pengawasan, dengan menitik beratkan pada pencegahan pengendalian proses
pengolahan makanan.
Pendekatan HACCP ini dapat disesuaikan dengan perkembangan des prosedur, proses
atau teknologi pengolahan makanan. Sebagai nilai tambah penerapan HACCP adalah
meningkatkan keamanan makanan, keuntungan penggunaan bahan baku terbaik dan reaksi
cepat dalam mengatasi masa produksi yang timbul.
Penerapan HACCP juga membantu tugas pengawasan rutin oleh pemerintah dengan
memfokuskan pengawasan pada makanan yang beresiko tinggi bagi kesehatan dan
meningkatkan kepercayaan dalam perdangangan lokal maupun internasional.
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai perjalanan makanan ( food chair) mulai
dari produsen primer sampai produsen akhir. Untuk itu HACCP perlu dipahami oleh
pengusaha dan industri makanan dan para pejabat pemerintah.
Penerapan tujuh prinsip HACCP akan dapat memberi jaminan bahwa hasil produksi
makanan menjadi aman. Prinsip – prinsip ini meliputi kegiatan penilaian bahaya pengenalan
critical control point atau titik kendali kritis yang selanjutnya disebut CCP, penetapan batas
kritis serta prosedur pemantauannya, tindakan perbaikan segera, verifikasi dan dokumentasi.
Keberhasilan penerapan HACCP perlu ditunjang dengan pendekatan multi – disiplin
dan membutuhkan komitnen yang penuh dari semua pihak termasuk keterlibatan pengusaha
dan karyawan.
HACCP sejalan dengan sistem kualitas manajemen dunia,
seperti ISO 9000 yang ditujukan secara khusus pada pekerjaan yang
mempunyai resiko tinggi yang mungkin berakibat kepada kesakitan
atau keracunan dan penyakit bawaan makanan.saat ini HACCP adalah
pilihan yang tepat untuk manajemen keamanan makanan didunia.
III. PRINSIP HACCP
Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, yaitu:
1. Melakukan analisis bahaya: segala macam aspek pada mata rantai produksi pangan
yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan harus dianalisa. Bahaya yang
dapat ditimbulkan adalah keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau
fisik bahan pangan. Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikrroganisme
atau perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan
terjadinya kontaminasi silang pada produk antara, produk jadi, atau lingkungan
produksi.
2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP): suatu titik,
tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan pangan dapat dicegah,
dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat diterima (diperbolehkan atau
titik aman). Terdapat dua titik pengendalian kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1
sebagai titik dimana bahaya dapat dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2
dimana bahaya dapat dikurangi.
3. Menentukan batas kritis: kriteria yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima
dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat
batas kritis dan kemudian dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam
menentukan batas kritis HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban,
Aw, ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP: suatu sistem pemantauan
(observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi aliran makanan. Hal ini
termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol mana yang mengalami
perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan
catatan tertulis.
5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan adanya
CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif spesifik yang
diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan
yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan membawa CCP
kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk pembuangan produk yang mengalami
penyimpangan secara tepat.
6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat mencakup
peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya, peninjauan terhadap
penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi CCP yang berada dalam
pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah
itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan
menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem untuk
memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan memperbaharui
sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang
berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan dan
dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya, penetapan CCP,
penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta penyimpangan dan tindakan
korektif yang berhubungan.
IV. KEUNTUNGAN PENERAPAN HACCP
Ada 8 ( delapan ) keuntungan pokok yang dapat diraih pada pengusaha makanan yang
menerapkan system HACCP sebagai alat manajemen perusahaan yaitu :
1. Pendekatan HACCP adalah pendekatan yang sistematis yang dpat diterapkan pada
semua aspek dari pengamanan makanan, termasuk aspek bahaya biologi, kimia, dan
fisik dan pada setiap tahapan dari rantai makanan, termasuk bahan baku, pembibitan /
pertumbuhan, panen, pembelian, pengolahan, distribusi, penyimpanan dan pemakaian
produk akhir.
2. System HACCP memberikan nuansa dasar yang ilmiah untuk mendemonstrasikan
adanya penyebab logis yang telah dilakukan untuk mencegah bahaya kepada
konsumen.
3. Pendekatan HACCP mengubah pandangan dari pengujian produk akhir yang secara
statistik kurang dipercaya karena seringkali perku pengujian ulang kepada pendekatan
orientasi pencegahan dalam proses produksi dengan cara yang aman.
4. Penerapan konsep HACCP adalah metoda yang hemat biaya dalam menjamin
keamanan makanan dan pencegahan penyakit bawaan makanan dan kesakitan.
5. System HACCP memfokuskan kepada sumber bahan sebagai bagian dari proses yang
kritis dalam menjamin keamanan makanan.
6. System HACCP dapat menurunkan kehilangan produk karena kerusakan /
pembusukan
7. System HACCP meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam upaya pengamanan
produk makanan dan karenanya meningkatkan kepercayaan dalam perdagangan
makanan dan stabilitas bisnis makanan.
8. System HACCP dapat menyesuaikan dengan rancangan dan kontruksi proses dan
peralatan untuk produk baru dengan memperkirakan kemungkinan bahaya potensial
yang akan timbul dan menyarankan tindakan pengendalian.
V. PENERAPAN DARI AKTIVITAS PRINSIP HACCP
Sebelum meluncurkan pembakuan rencana HACCP, yang penting adalah
menetapkan lingkup dari penerapan HACCP tersebut. Dalam penerapan tujuh prinsip
HACCP pada proses pengelolaan makanan dan industri, ada 5 langkah yang perlu selalu
diingat sebagai berikut :
Tahap I : lima langkah persiapan HACCP
a) Pembentukan Tim
Untuk efetifitas penerapan HACCP ,perlu di bentuk Tim terdiri HCCP. Tim terdiri
dari sejumlah ahli yang terlibat langsung dalam pengumpulan informasi penting yang
terkait dengan kebenaran penentuan bahaya , Titik kendali keritis dan batas kritis
yang berhubungan proses produksi .Tim meliputi ketua tim dan sekertaris yang akan
mencatat semua keputusan yang diambil . Anggota dalam tim akan berfariasi
tergantung kepada jeni makanan dan cara pengolahannya. Untuk organisasi
kecil,anggota cukup dengan satu orang saja yang berperan lebih dari satu tugas dan
yang mampu mendapatkan dan mengunakan informasi untuk pencega dan
pengendalian bahaya. Ahli dari luar dapat diperoleh seperlunya bila diperlukan sesuai
kebutuhan.
b) Penetapan jenis produk
Harus disiapkan diskripsi lengkap tentang produk akhir yang akan dipelajari, jika
produk itu merupakan bagian dari proses yang akan dipelajari. Produk yang harus
dijelaskan adalah komposisinya, strukturnya cara pengolahannya, penyimpannya,
caea distribusinya, batasa waktu awetnya ( shelf – life ) dan petunujuk / cara
penggunaannya.
c) Identifikasi sasaran penggunan
Sasaran pengguna didasarkan kepada penggguna yang mengkonsumsi produk
konsumen akhir. Dalam banyak hal, sasaran yang perlu mendapat perhatian yaitu
kelompok penduduk yang rawan ( vulnerable group ) yaitu bayi dan anak, ibu
hamil,fisik lemah dan usia lanjut.
d) Pembuatan diagram alir dan alur tata letak
Pertama kaliyang terpenting dalam analisis bahaya adalah menguji secara teliti suatu
proses makanan melalui analisa diagram alir sebagai dasar dari rencana kerja
HACCP. Format diagram alir merupakan suatu pilihan yang tidak ada ketentuannya
untyk disajikan, kecuali setiap tahapan dari proses ( termasuk proses keterlambatan )
harus digambarkan secara berurutan dalam diagram alir dari mulai pemilihan bahan
baku sampai kepada [roses pengolahan, distribusi dan penjualan eceran serta
penanganan oleh konsumen. Diagram alir harus dibuat dan dilengkapi dengan data
teknis yang cukup. Diagram tata letak peralatan harus disajikan untuk menunujukkan
letak penempatan peralatan dan penggerakan produk serta karyawan yang terlibat
dalam proses pengolahan. Sebagai contoh dari data yangdibutuhkan meliputi :
Semua bahan baku / ingredient dan wadah yang digunakan ( data biologi, kimia dan
fisik ):
1. Urutan tahap seluruh proses ( termasuk bahan tambahan )
2. Riwayat waktu dan suhu dari semua bahan baku
3. Produk sementara dan produk akhir
4. Potensi keterlambatan
5. Kondisi alir dari bahan cairan dan padat
6. Produk daur ulang atau diproses ulang
7. Gambaran disain peralatan ( termasuk ruang bebas gerak )
8. Cara efektif dalam pencucian dan disenfeksi
9. Hygiene sanitasi lingkungan
10. Gerakan / aliran manusia
11. Gerakan / aliran potensi kontaminasi silang
12. Wilayah resiko rendah dan tinggi
13. Praktek hygiene perorangan
14. Penyaian dan distribusi
15. Petunjuk penggunaan oleh konsumen
e) Konfirmasi senyatanya dari bagian alir dan tata letak fasilitas
Tim HACCP harus melakukan konfirmasi proses produksi apakah sesuai dengan
bagan alir pada seluruh tahapan dan jam operasi dan memperbaiki bagan alir dan tata
letak bilamana diperlukan.
Tahap II : Langkah pelaksanaan HACCP
a. Buatkah daftar bahaya yang mungkin terjadi pada etiap tahapan dan
mempertimbangkan setiap tindakan pengendalian untuk menghilangan atau
mengurangi bahaya yang timbul.
b. Menentukan kendali kritis (CCP)
Setelah bahaya diidentifikasi, pohon keputusan CCP digunakan untuk menetapkan
apakah suatutahapan kegiatan merupakan CCP berdasarkan identifikasi bahaya
tersebut. Suatu model pohon keputusan HACCP untuk menetapkan CCP diberikan
dalam bagan 1 pada lampiran II , tetapi dalam latihan penerapannya diperlukan
kesanggupan agar pemakaiannya dapat secara tepat meyakinkan.
c. Menentukan batas kritis setiap CCP
Batas kritis adalah nilai batas yangberada diantara nilai yangdapat diterima dan nilai
yang tidak dapat diterima dari setiap CCP. Batas kritis haruslah spesifik untuk setiap
parameter yang diukur dari setiap CCP. Dalam banyak hal dapat lebih satu titik yang
ditetapkan secara khusus sebagai CCP. Kriteria yang sering digunakan adalah suhu,
waktu, kelembaban, PH, aktivitatas air, adanya zat cholrin dan parameter indra
( sensori ) seperti penampilan dan tekstur.
d. Menentukan system pemantauan untuk setiap CCP
Pemantauan adlah pengukuran atau observasi rutin disetiap CCP untuk mengetahui
apakah batas krtis atau nilai target telah dipenuhi. Cara pemantauan harus mampu
mendeteksi adanya penyimpangan dalam pengendalian CCP. Pemantauan sebaiknya
dilengkapi informasi yang tepat untuk tindakan perbaikan yang harus dilakukan agar
dapat mengendalikan risiko pada proses pengilahan sebelum ditetapkan penolakan
produk. Jika pemantauan dilakukan tidakterus menerus maka frekuensi pemantauan
harus cukup menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan.
e. Melakukan tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan adlah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP pada batas kritis tertentu atau
nilai target tertentu atau ketika hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan
kurangnya pengendalian.
f. Melakukan verifikasi
Verifikasi adalah mengikuti secara berurutan terhadap semua tahapan kegiatan yang
dilakukan. Cara verifikasi harus dikembangkan untuk menjamin bahwa sistem
HACCP bekerja dengan baik. Metoda pemantauan dan audit, prosedurdan pengujian
termasuk cara random sampling dan analisanya dapat digunakan untuk tujuan ini.
Frekuensi verifikasi harus cukup memberikan jaminan bahwa rencana HACCP dan
pelaksanaanya akan dapat mencegah terjadinya masalah keamananan makanan.
g. Melakukan pencatatan dan penyimpanan dokumentasinya
Pencatatan semua tahapan HACCP dan dokumentasi yang memadai adalah penting
sekali dalam penerapan system HACCCP. Prosedur dokumentasi HACCP pada setiap
tahapan harus disususn dan dicantumkan dalam petynujuk ( manual ).
Tahap III : Peninjauan HACCP
1. Penerapan rencana HACCP
Sekali rencana HACCP telah disusununtuk suatu proses pengolahan makanan, maka
haruslah diterapkan dan dilaksanakan. Butir – butir berikut ini sangat diperlukan
untuk mempermudah pelaksanaannya :
1) Pemeberian tanggung jawabkepada pengelola dan supervisor untuk menyusun
perencanaan, pemantauan CCP dan peralatan serta dokumentasi.
2) Menyusun pedoman kerja untuk memantau CCP yang singkat dan jelas
3) Menyiapkan formulir pencatatan dan keperluan dokumentasi lainnya
4) Melatih staf tentang dasar – dasar rencana HACCP dan melaksanakan
petunjuk kerja dengan memperhatikan apa, mengapa, dimana, bagaimana,
kapan, dan siapa yang harus berbuat apa.
5) Memberikan tanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan melakukan
tindakkan pengaturan kembali dan perbaikan.
2. Peninjauan ulang rencana HACCP
Sebagai tambahan dari garis besar prosedur verifikasi diatas, diperlukan suatu system
lokal yang secara otomatis akan berinisiayif melakukan tinjauan rencana HACCP
sebagai awal dari setiap perubahan yang dapat memebrikan dampak kepada
keeamananan produk, termasuk didalamnya adalah sebagai berikut : perubahan bahan
baku atau formulasi produk, perubahan cara pengolahan, perubahan tata letak industri
atau lingkungan, perubahan peralatan pengolahan, perubahan program pembersihan
dan disenfeksi, perubahan pewadahan, penyimpanan atau cara distribusinya,
perubahan staf penanggung jawab, perubahan antisipasi penggunaan oleh konsumen
dan informasi resep yang menunujukkan adanya hubungan dengan resiko kesehatan
dari produk.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.2012.http://id.wikipedia.org/wiki/
Analisis_Bahaya_dan_Pengendalian_Titik_Kritis. 04 Oktober 2012
Institut Pertanian Bogor. 2005. Food Science and technology.
http://itp.fateta.ipb.ac.id/fthn3/cbt/haccp-apa.php. 09 Oktober 2012