bab ii haccp
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HACCP
I. Pengertian
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah analisis yang
dilakukan terhadap bahan, produk atau proses untuk menentukan komponen, kondisi
atau tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat dengan tujuan
untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan keamanan
pangan.
Bahaya (hazard) adalah cemaran dari bahan biologi, kimia, fisik atau kondisi
yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan yang tidak diinginkan oleh
konsumen maupun produsen.
Control Point (CP atau titik kendali) adalah setiap titik dari tahap atau prosedur
yang dapat mengendalikan faktor cemaran biologis, kimia ataupun fisik.
Critical Control Point (CCP atau titik kendali kritis) adalah setiap titik dari tahap
atau prosedur pada suatu sistem pengolahan makanan yang jika tidak terkendali
maka dapat mengakibatkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan atau dapat pula
diartikan dengan setiap titik, tahap atau prosedur yang jika dikendalikan dengan baik
maka akan dapat mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor bahaya tersebut.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau
mengurangi kasus keracunan dan penyakit yang diakibatkan melalui makanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi cara memproduksi makanan untuk mengetahui faktor bahaya
yang mungkin ditimbulkan oleh makanan.
b. Memperbaiki cara memproduksi makanan dengan memberikan perhatian
khusus terhadap proses-proses yang mungkin dianggap sebagai kritis.
c. Memantau dan mengevaluasi cara penanganan dari pengolahan makanan
serta penerapan sanitasi dalam produksi makanan.
d. Meningkatkan inspeksi mandiri terhadap industri pangan oleh operator
maupun karyawan.
5
6
III. Kegunaan
a. Meningkatkan jaminan keamanan produk
b. Pembenahan dan pembersihan pabrik
c. Mencegah kehilangan pembeli dan pasar
d. Meningkatkan kepercayaan konsumen.
e. Mencegah pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul karena masalah
keamanan produk.
IV. Prinsip
1. Identifikasi Bahaya dan Cara Penanggulangan
Tahap-tahap dalam identifikasi bahaya yaitu:
1) Mendefinisikan masalah
2) Kriteria resiko terhadap bahaya
a. Bahaya biologis misalnya: sel vegetatif bakteri (Salmonella, Shigella,
Staphylococcus, Listeria monocytogenes), virus, kapang/khamir
(Aspergillus, Penicillium), parasit (cacing, protozoa) dan spora bakteri
(Clostridium Botulinum, Clostridium Perfringens, Bacillus Aureus).
b. Bahaya kimia, misalnya: toksin mikroba (mikotoksin, toksin bakteri)
toksin hewan, toksin tanaman, bahaya tambahan pangan yang dilarang
melebihi batas, cemaran kimia (pestisida, logam berat), allergen.
c. Bahaya fisik, misalnya: potongan kaleng, gelas/kaca, plastik, ranting,
batu/kerikil, serta rambut/kuku yang jatuh.
3) Pengolahan bahan mentah (ingredients) yang sensitif/tidak sensitif terhadap
bahaya mikrobiologi.
a. Contoh bahan makanan (ingredient) yang sensitif terhadap bahaya
mikrobiologi, antara lain:
Daging
Telur
Susu dan produk susu
Ikan dan produk perairan
Kacang-kacangan
Jamur
Tepung-tepungan
Sayur-sayuran
Biji-bijian / serealia
7
Bumbu dan rempah-rempah
Ragi roti
Pewarna dan flavor bahan alami
Coklat
Gelatin
b. Contoh bahan mentah (ingredient) yang tidak sensitif terhadap bahaya
mikrobiologi, antara lain :
Garam
Gula
Bahan pengawet kimia
Bahan pengasam dan pengembang
Buah-buahan asam
Gum dan pengental
Pewarna sintetis
Antioksidan
Kecap, sirup
4) Analisis Bahaya
Tabel 1. Analisa bahaya
Bahaya A Kelompok khusus yang terdiri dari produk non
steril yang beresiko tinggi seperti bayi, orang
sakit, orang tua dll
Bahaya B Produk yang mengandung bahan / ingredient yang
sensitif terhadap bahaya biologi, fisik dan kimia
Bahaya C Dalam prosesnya tidak terdapat tahap yang dapat :
membunuh mikroorganisme berbahaya atau
mencegah / menghilangkan bahaya fisik atau
kimia
Bahaya D Produk yang kemungkinan mengalami
pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum
pengemasan
Bahaya E Kemungkinan terjadi kontaminasi kembali atau
penanganan yang salah sebelum distribusi,
8
penjualan atau penanganan atau penyimpanan oleh
konsumen sehingga produk menjadi berbahaya
bila dikonsumsi
Bahaya F Tidak ada pemanasan kembali setelah pengemasan
atau sewaktu persiapan dirumah yang dapat
memusnahkan atau menghilangkan bahaya
biologis atau tidak ada cara bagi konsumen untuk
mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan
bahaya kimia atau fisik.
Tabel 2. Kategori Risiko
Karakteristik
Bahaya
Kategori
Risiko
Keterangan
0 (Tidak ada
bahaya)
0 Tidak mengandung bahaya A s/d
F
( + ) I Satu bahaya B s/d F
( + + ) II Dua bahaya B s/d F
( +++ ) III Tiga bahaya B s/d F
( ++++ ) IV Empat bahaya B s/d F
( +++++ ) V Lima bahaya B s/d F
A+ (Kategori
khusus) Tanpa
atau dengan
Bahaya B s/d F
VI Kategori resiko paling tinggi
(semua produk yang
mempengaruhi bahaya A)
5) Membuat diagram alir
Diagram alir merupakan suatu gambaran proses beserta bahaya yang
menyertainya.
2. Penentuan CCP (Critical Control Point)
a. Ada dua tipe CCP yaitu :
9
CCP 1 : Hazard dapat dicegah, dieliminasi
CCP 2 : Hazard dapat diminimalkan
b. Adapun point dalam pengawasan CCP yaitu :
1. Pengawasan suhu
2. Pengawasan waktu
3. Pengawasan bahan mentah
4. Faktor lingkungan (rancangan pabrik, alat, teknik pembersihan dan
sanitasi)
5. Hygiene personal (karyawan, pakaian, kebersihan dan kesehatan)
3. Penentuan Batas / Limit Kritis
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui titik kritis pada produk makanan
dengan menggunakan parameter atau indikator sehingga dapat diukur sampai
seberapa jauh tahap-tahap yang mengalami titik kritis terjadi.
4. Pemantauan CCP
Pemantauan adalah pemeriksaan terhadap pengolahan, pengujian atau
pengamatan terjadwal terhadap efektifitas suatu proses untuk mengendalikan
CCP dan CP. Pemantauan dapat dilakukan dengan cara Pengamatan dan
Pengukuran/Analisis terhadap Proses (Waktu, Suhu, ph, dll) dan Sanitasi,
misalnya terhadap bahan mentah dilakukan pengujian kimia terhadap toksin
yang dihasilkan bahan tambahan, kontaminasi atau uji mikrobiologi terhadap
Coliform, E-coli, Salmonella dsb.
5. Tindakan koreksi terhadap Penyimpangan CCP
Tindakan koreksi / perbaikan dilakukan jika ditemukan penyimpangan dari
batas kritis yang sudah ditentukan.
Tingkat Risiko Tindakan koreksi/Perbaikan
Produk berisiko tinggi a. Produk tidak diproses/
10
diproduksi sebelum semua
penyimpanan dikoreksi/
diperbaiki
b. Produk ditahan/tidak dipasarkan
dan tidak diuji keamanannya
c. Jika keamanan produk tidak
memenuhi syarat, perlu
dilakukan tindakan koreksi yang
tepat.
Produk berisiko sedang d. Produk dapat diproses tetapi
penyimpanan harus dikoreksi
dalam waktu singkat (dalam
beberapa hari/minggu)
e. Pemantauan khusus diperlukan
sampai semua penyimpanan
dikoreksi
f. Pemantauan khusus diperlukan
sampai semua penyimpanan
dikoreksi
6. Verifikasi
Verifikasi bertujuan untuk memeriksa apakah program HACCP sesuai
dengan rencana dan efektifitasnya, kegiatan verifikasi meliputi penerapan
jadwal verifikasi.
a. Pemeriksaan kembali rencana HACCP
b. Pemeriksaan catatan HACCP
c. Pemeriksaan penyimpangan CCP dan prosedur perbaikannya
d. Pengamatan Visual selama produksi untuk mengendalikan CCP
e. Pengambilan contoh dan analisis secara random
f.Membuat kesesuaian dari penyimpangan rencana HACCP
7. Dokumentasi dan penyimpanan data
11
Dokumentasi dilakukan agar informasi yang dapat diperoleh dari studi
HACCP dan penerapan hasil rencana HACCP serta verifikasinya dapat
dievaluasi kembali, diaudit atau untuk maksud yang lain.
Tujuan penerapan sistem dokumentasi dan pencatatan adalah:
a. Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada
b. Jaminan pemenuhan peraturan
c. Kemudahan pelacakan dan peninjauan catatan
d. Dokumentasi data pengukuran menuju catatan permanen mengenai
keamanan produk
e. Merupakan sumber tinjauan data yang diperlukan apabila ada audit HACCP
f. Catatan HACCP memusatkan pada isu keamanan pangan untuk dapat cepat
mengidentifikasi masalah
g. Membantu mengidentifikasi lot ingredient, bahan pengemas dan produk
akhir apabila masalah keamanan yang timbul memerlukan penarikan dari
pasar.
Beberapa keterangan yang harus dicatat dalam pendokumentasian antara
lain:
1. Judul dan tanggal pencatatan
2. Keterangan produk
3. Bahan dan alat yang digunakan
4. Proses yang dilakukan
5. Titik Kendali Kritis
6. Batas kritis yang ditetapkan
7. Penyimpangan dan batas kritis
8. Identifikasi operator
B. DEFINISI PRODUK
Opor ayam sebagai salah satu hidangan menu lauk hewani pada siklus menu ke IX
sore hari untuk makanan biasa kelas utama, I, II, dan III. Makanan terbuat dari ayam
sebagai bahan utama. Bumbu opor ayam antara lain bawang merah, bawang putih,
santan, minyak, kemiri, ketumbar, jinten, merica, kunyit, jahe, lengkuas, daun salam,
daun jeruk, sereh, gula merah, dan garam.
12
C. BAHAN MAKANAN OPOR AYAM
1. Ayam
Ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak
di dunia. Ayam biasanya dimasak sebelum dimakan karena daging ayam mentah
mengandung Salmonella.
Ayam yang rusak dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada bagian
tertentu dari karkas ayam. Tanda tersebut antara lain lengket pada bagian bawah
sayap, pada pertautan antara kaki dan tubuh, serta bagian atas ekor. Tanda lain
adalah terbentuknya warna gelap pada bagian ujung sayap.
Spesifikasi ayam di RSUP Dr. Kariadi Semarang yaitu segar, dalam bentuk
potongan (paha atas, bawah dan dada), berat minimum 70 gram. Dikemas dalam
kontainer plastik tertutup.
2. Garam
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.
Bentuknya kristal putih, seringkali dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur
yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl).
Konsentrasi garam 10-12% akan dapat menghambat mikroorganisme
patogen, termasuk Clostridium botulinum dengan pengecualian Streptococcus
aureus. Walaupun demikian beberapa mikroorganisme (Leuconostoc dan
Lactobasilus) dapat tumbuh cepat dengan adanya garam dan terbentuknya asam
untuk menghambat mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Garam yang
mempengaruhi aktivitas air (Aw) dapat mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada garam adalah bahaya fisik, kimia
dan mikrobiologi. Bahaya fisik meliputi kotoran seperti debu, pasir, atau kerikil
kecil, dan bahaya ini dapat diminimalisir dengan cara sortasi garam berdasarkan
spesifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan untuk bahaya mikrobiologi adalah
adanya bakteri halofilik yang tahan pada suasana garam tinggi, bahaya ini dapat
dicegah dengan cara disimpan pada tempat kering dan tertutup.
Spesifikasi garam halus di RSDK yaitu mengandung yodium, halus, tidak
menggumpal. Kemasan plastik pabrikasi 250 gram, memiliki ijin Depkes.
Sekualitas Refina.
13
3. Bawang merah
Bawang merah merupakan salah satu jenis bahan mentah yang sensitif
terhadap bahaya mikrobiologi, contohnya ulat atau kapang. Untuk menghindari
adanya ulat atau kapang maka perlu ada perlakuan khusus dengan cara
menghindari penyimpanan ditempat yang lembab.
Nilai gizi bawang merah per 100 gram berdasarkan DKBM adalah energi
39 kalori, protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, dan karbohidrat 0,2 gram. Spesifikasi
bawang merah di RSDK yaitu segar, tua, bersih, besar, terkupas, sekualitas
Brebes, dan dikemas dengan plastik bening.
4. Bawang putih
Bawang putih merupakan salah satu jenis bahan mentah yang sensitif
terhadap bahaya mikrobiologi, contohnya ulat atau kapang. Untuk menghindari
adanya ulat atau kapang maka perlu ada perlakuan khusus dengan cara
menghindari penyimpanan ditempat yang lembab.
Nilai gizi bawang putih per 100 gram berdasarkan DKBM adalah energi 95
kal, protein 4,5 g, lemak 0,2 g, dan karbohidrat 23,1 g. Spesifikasi bawang putih
di RSDK yaitu segar, besar, kering, tua, tidak busuk, terkupas, dan dikemas
dengan plastik bening.
5. Santan
Santan atau santen adalah cairan putih kental yang dihasilkan dari kelapa
yang diparut dan kemudian diperas bersama air. Santan kelapa termasuk ingridien
pangan yang memiliki kadar air, protein dan lemak yang cukup tinggi seperti
halnya susu sapi, sehingga santan bersifat mudah rusak karena mudah ditumbuhi
oleh mikroba pembusuk. Sementara itu, pengawetan santan dengan metode
sterilisasi dapat menyebabkan beberapa kerusakan mutu produk. Kerusakan
tersebut antara lain pecahnya emulsi santan, timbulnya aroma tengik dan terjadi
perubahan warna menjadi lebih gelap.
Santan mencapai batas total mikroba yang dapat menyebabkan kerusakan
organoleptik hanya dalam waktu 6 jam pada suhu penyimpanan 35°C. Selain
kerusakan oleh mikroba, santan kelapa sangat rentan terhadap kerusakan kimia
(termasuk enzimatik), khususnya melalui oksidasi lemak dan hidrolisis yang
menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak. Rusaknya emulsi minyak dalam air
dari santan secara normal dianggap sebagai kerusakan fisik yang tidak dapat
diterima baik untuk santan segar maupun santan olahan/awetan.
14
Spesifikasi santan kelapa di RSDK yaitu santan murni, segar, tanpa
campuran air, tanpa pengawet, tidak tengik, dan dikemas dalam plastik dengan
volume sesuai permintaan.
6. Minyak
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai, dan kanola. Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali
penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna.
Ada 2 tipe kerusakan minyak antara lain:
1) Ketengikan
Ketengikan terjadi bila komponen cita rasa dan bau yang mudah
menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan
minyak.
2) Hidrolisa minyak menghasilkan asam–asam lemak bebas yang dapat
mempengaruhi cita rasa dari bahan makanan.
Cara penyimpanan minyak yaitu minyak sebaiknya disimpan pada suhu
ruang antara 25 - 27ºC di tempat yang kering dan tidak lembab.
Tabel syarat mutu minyak goreng
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Warna - Normal
2. Kadar air dan
bahan menguap
% (b/b) Maks. 0,15
3. Bilangan asam Mg KOH/g Maks. 0,6
4. Bilangan peroksida Mek O2/kg Maks. 10
5. Minyak pelikan - Negatif
6. Asam linoleat
(C18.3) dalam
komposisi asam
lemak minyak
% Maks. 2
15
7. Cemaran logam
7.1 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 0,2
7.2 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,1
7.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40,0/250,0
7.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,05
8 Cemaran asam (As) Mg/kg Maks. 0,1
Sumber: BSN, 2013
Spesifikasi minyak goreng di RSDK yaitu minyak kelapa sawit, jernih,
kualitas 2 kali penyaringan, kemasan jerigen plastik, netto 18 liter, pabrikasi, segel
kemasan utuh, memiliki ijin Depkes, tidak kadaluwarsa minimal 6 bulan, dan
sekualitas Filma.
7. Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tanaman ini sekarang sudah tersebar
luas di daerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter.
Daunnya berwarna hijau pucat. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4–6 cm; Biji
yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan
mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lilin.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada kemiri adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran seperti debu, pasir, atau kerikil kecil, dan bahaya ini
dapat diminimalisir dengan cara sortasi berdasarkan spesifikasi yang telah
ditentukan. Spesifikasi di RSDK yaitu satu gelondong utuh, kupas, tua, baru, dan
kemasan 5 kg dalam kantong plastik.
8. Ketumbar
Butiran biji ketumbar kerap digunakan sebagai bumbu penyedap aroma
berbagai masakan tradisional Indonesia. Tak hanya bijinya, daunnya yang mirip
seledri dan beraroma tajam pun sering dijadikan taburan untuk masakan.
Ketumbar biasanya tumbuh tak lebih dari satu meter di kebun-kebun dataran
rendah dan pegunungan. Biji ketumbar mengeluarkan rasa seperti jeruk sitrun jika
dihancurkan, berkat kandungan terpena linalool dan pinena di dalamnya. Rasanya
hangat, gurih, pedas, dan manis-asam seperti jeruk.
16
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada ketumbar adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran seperti debu, pasir, atau kerikil kecil, dan bahaya ini
dapat diminimalisir dengan cara memilih sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Spesifikasi di RSDK yaitu tua, bersih, utuh, kering, tidak berkutu, tidak berjamur,
warna coklat sedang.
9. Jinten
Jinten merupakan tumbuhan menjalar yang bijinya dapat digunakan untuk
rempah-rempah dan obat-obatan. Biji tanaman ini sering digunakan sebagai
bumbu dapur untuk masakan India. Tanaman ini banyak dibudidayakan
di India dan Asia Tenggara. Rasanya lebih dekat kepada kelabat atau klabet
daripada jenis rempah lain.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada jinten adalah bahaya fisik. Bahaya
fisik meliputi kotoran seperti debu, pasir, atau kerikil kecil, dan bahaya ini dapat
diminimalisir dengan cara memilih sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Spesifikasi di RSDK yaitu tua, bersih, kering, dan tidak berjamur.
10. Merica
Merica atau lada adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan
oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen
masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia
Lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu
pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai
perdagangannya. Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada
disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu
Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada merica adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran seperti debu, pasir, atau kerikil kecil, dan bahaya ini
dapat diminimalisir dengan cara memilih sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Spesifikasi di RSDK yaitu tua, kering, bersih, utuh, putih, tanpa pemutih.
11. Kunyit
Kunir atau kunyit, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.)
termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di
berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric (Inggris),
Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa), Koneng
17
(Sunda), Konyet (Madura). Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam
masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada
masakan, atau sebagai pengawet.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada kunyit adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran dan bahaya ini dapat diminimalisir dengan cara
sortasi sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dan pencucian dengan air
mengalir. Spesifikasi di RSDK yaitu tua, bersih, segar, dan dikemas dengan
plastik bening.
12. Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama
ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari
bahasa Sansekerta, singaberi.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada jahe adalah bahaya fisik. Bahaya
fisik meliputi kotoran dan bahaya ini dapat diminimalisir dengan cara sortasi
sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dan pencucian dengan air mengalir.
Spesifikasi di RSDK yaitu tua, kering, bersih, segar, dan dikemas dengan plastik
bening.
13. Lengkuas
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) adalah rempah-rempah populer dalam
tradisi boga dan pengobatan tradisional Indonesia maupun daerah Asia Tenggara
lainnya. Bagian yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas.
Lengkuas dapat memberikan aroma segar pada hidangan tumis, pindang dan
hidangan berkuah santan. Pemanfaatan lengkuas biasanya dengan mememarkan
atau memotong tipis kemudian dimasukkan ke dalam masakan.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada lengkuas adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran dan bahaya ini dapat diminimalisir dengan cara
sortasi sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dan pencucian dengan air
mengalir. Spesifikasi di RSDK yaitu segar, tua, bersih, dan dikemas dengan
plastik bening.
18
14. Daun salam
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam
masakan Nusantara. Nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum. Daun salam
digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di
Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi.
Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering ataupun segar, dan turut
dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba
yang khas namun tidak keras.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada daun salam adalah bahaya fisik
dan kimia. Bahaya fisik meliputi kotoran ataupun kering dan bahaya ini dapat
diminimalisir dengan cara sortasi berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan
dan pencucian dengan air mengalir. Spesifikasi di RSDK yaitu segar, bersih, tanpa
tangkai, dan dikemas dengan plastik bening.
15. Daun jeruk
Daun jeruk (Citrus Hystrix) adalah daun yang berasal dari tanaman jeruk
dan biasa digunakan sebagai bumbu pada beberapa makanan Indonesia. Daun ini
berwarna hijau tua, bentuknya bulat sampai lonjong, dan pinggirannya tumpul.
Aromanya yang segar membuat daun jeruk banyak digunakan sebagai bahan
campuran pada berbagai masakan, kue, bahkan minuman. Untuk makanan,
biasanya daun jeruk dibiarkan utuh untuk ditumis atau direbus bersama bumbu
lainnya, atau diiris halus untuk taburan. Untuk hasil maksimal, biasanya daun
jeruk dicabik-cabik dan dibuang tulang daunnya terlebih dahulu sebelum dimasak.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada daun salam adalah bahaya fisik
dan kimia. Bahaya fisik meliputi kotoran ataupun kering dan bahaya ini dapat
diminimalisir dengan cara sortasi berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan.
Spesifikasi di RSDK yaitu segar, bersih, tanpa tangkai, dan dikemas dengan
plastik bening.
16. Sereh
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan yang
biasa dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan atau
ramuan pengusir nyamuk.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada daun salam adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran dan bahaya ini dapat diminimalisir dengan cara
sortasi berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan dan pencucian dengan air
19
mengalir. Spesifikasi di RSDK yaitu segar, tua, bersih, tanpa akar dan daun,
dikemas dengan plastik bening.
17. Gula merah
Gula merah atau gula Jawa biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula
yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari
keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Bunga (mayang) yang belum
mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan dua batang kayu) pada bagian
pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan
yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.
Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang
diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya
ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan
yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan ini kemudian
dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar kental, cairan
dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap
dipasarkan.
Bahaya yang kemungkinan terdapat pada gula merah adalah bahaya fisik.
Bahaya fisik meliputi kotoran seperti benda asing atau kerikil kecil, dan bahaya
ini dapat diminimalisir dengan cara sortasi berdasarkan spesifikasi yang telah
ditentukan. Spesifikasi di RSDK yaitu gula bumbung/roda, panjang 3-5 cm,
diameter 4-5 cm, bersih, warna coklat sedang, jernih, tidak keropos, tanpa
campuran. Pengecekan kualitas dengan memilih satu persatu, tertata rapi dalam
kotak atau plastik tembus pandang..
18. Air
Air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Ciri-ciri air yang
baik adalah air yang bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan
tidak mengandung mikroorganisme.
Syarat-syarat air bersih adalah:
1) Syarat mikrobiologi : tidak mengandung bakteri E. Coli. Batas
minimal E.coli dalam air yaitu 50 e-coli/100 miligram
2) Syarat fisik : tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
3) Syarat kimia : tidak mengandung logam berat seperti Timbal,
Zn, dll.