group paper

Upload: ika-kurniawati

Post on 21-Jul-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Macam-macam Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut [mulyadi, 1993:343].Beliau mengemukakan dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut: a. Penggolongan berdasarkan fungsi pokok dalam kegiatan perusahaan Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi ke dalam tiga fungsi pokok: produksi, pemasaran, dan administrasi. Dengan demikian biaya tenaga kerja perusahaan manufaktur digolongkan menjadi : biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran dan biaya tenaga kerja administrasi & umum. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja nonpabrik, yang bukan unsur pembentuk harga pokok produksi. b. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan Penggolongan ini bertujuan untuk lebih memudahkan pengendalian terhadap tenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan c. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan deferensiasi upah standar kerja. Misalnya dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan sebagai berikut: operator, mandor dan penyedia. Dengan demikian biaya tenaga kerja juga digolongkan menjadi : upah operator, upah mandor dan upah penyedia. d. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Menurut jayaatmaja (2006:9) biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah dari tenaga kerja atau pekerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung dengan produk yang dihasilkan. Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja terdiri dari gaji dan upah, premi lembur, biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja, misalnya biaya insentif. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2005:321) biaya tenaga kerja dapat dibagi dalam tiga golongan besar berikut ini :

1. Gaji dan upah reguler yaitu jumlah gaji dan upah bruto dikurangi dengan potonganpotongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua 2. Premi lembur 3. biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja

Menurut (Tresno Lesmono, 1998 : 2) Biaya tenaga kerja langsung, biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak langsung terlibat dalam pengelolaan barang.Biaya Tenaga Kerja Digolongkan Beberapa Macam : Biaya tenaga kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut : 1. Biaya Produksi ( Terdiri dari Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung). Biaya Produksi adalah semua upah buruh dan insentip dalam rangka memproduksi suatu produk 2. Biaya Komersial ( terdiri dari Gaji direksi dan gaji karyawan kantor). Biaya Komersial adalah semua pembayaran gaji yang dibayarkan kepada para pegawai (tetap/tidak tetap) guna mempertahankan eksistensi operasional perusahaan. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa : a. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara khusus dikaitkan dengan pembangunan fisik produk tertentu, tetapi yang diperlukan untuk memproduksi produk tersebut. Contoh : gaji petugas kebersihan atau personil rumah tangga, pekerja utilitas, alat pembantu boks, inspektur, personil penangann material, pengiriman/ penerimaan personil, pekerja administrasi, driver garpu angkat dan pekerja pemeliharaan. b. Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah dari tenaga kerja atau pekerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung dengan produk yang dihasilkan. Contohnya : gaji dan upah, premi lembur, biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja, misalnya biaya insentif

B. Pengaruh Teknologi Pada Varietas BiayaTenaga Kerja Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan teknologi pun

berkembang semakin pesat. Hal ini terbukti dari banyaknya fasilitas-fasilitas baru dengan kualitas yang lebih baik dan teknologi yang semakin canggih. Dengan adanya teknologi maka akan mengubah elemen-elemen dari baik itu pembiayaan, tenaga kerja, maupun material yang digunakan. Perusahaan yang menerapkan metode baru atau teknologi baru maka akan mengubah struktur atau elemen yang ada di perusahaan. Perubahan struktur tersebut dapat berupa perubahan dalam pembiayaan, misalnya dengan adanya teknologi baru dapat mengurangi pengeluaran biaya perusahaan. Selain itu dapat pula merubah struktur biaya bahan baku atau material yang digunakan, misalnya dengan penerapan teknologi baru, maka bahan baku yang digunakan dapat dihemat dan dioptimalkan penggunaannya. Hal ini juga dapat berimbas pula pada tenaga kerja, misalnya dengan adanya penerapan teknologi otomasi di perusahaan, maka jumlah pegawai yang digunakan dapat dikurangi sehingga akan berimbas pula terhadap biaya tenaga kerja. Sebagai contoh perubahan biaya tenaga kerja akibat penerapan teknologi rehabititasi tanaman kopi robusta menjadi arabika. Permasalahan yang terjadi adalah petani pada umumnya masih mengusahakan tanaman kopi secara campuran dua jenis tanaman kopi yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi robusta umumnya sudah lebih tua dan perolehan harga lebih rendah dibandingkan kopi arabika yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Mengingat agroekosistem ini sesuai untuk kopi arabika maka apabila kopi robusta dapat direhabilitasi menjadi arabika diperlukan teknologi yang kompatibel, tidak hanya bagi kelestarian lingkungan namun juga kesinambungan pendapatan petani mengingat kopi merupakan mata pencaharian utama masyarakat. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mempercepat langkah konversi adalah dengan cara penyambungan kopi Robusta di lapangan. Teknologi ini lebih diarahkan untuk diterapkan ditingkat petani yang umumnya kemampuan modalnya sangat terbatas (Nur dan Sudjatmiko, 1994). Kemudian dilakukan perbaikan teknologi hasil penelitian dan pengembangan untuk memecahkan masalah aktual di lapangan selain merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional juga sangat diperlukan untuk membantu produsen dalam merespon perubahan lingkungan termasuk peningkatan produktivitas dan pendapatan. Teknologi baru yang efisien memberi peluang bagi petani produsen untuk memproduksi lebih banyak

dengan korbanan lebih sedikit terutama sasaran inovasi baru dengan kebutuhan lebih spesifik (Hendayana, 2003). Dengan dasar hal tersebut makalah bertujuan untuk mengukur dampak penerapan teknologi rehabilitasi kopi robusta menjadi arabika dengan teknik sambung terhadap perubahan struktur biaya dan pendapatan usahatani kopi. Perubahan struktur biaya tenaga kerja pada introduksi teknologi rehabilitasi kopi robusta menjadi arabika dengan teknik sambung secara keseluruhan cenderung meningkat (27,18%) dibandingkan sebelum petani menerapkan teknologi. Perbedaan mendasar antar sebelum penerapan teknologi dan sesudah terlihat dari biaya pemangkasan dan biaya panen. Hal ini terjadi karena pada usahatani kopi robusta yang biasa dilakukan petani, pemangkasan tidak begitu diperhatikan sedangkan pada kopi robusta (setelah penerapan teknologi) pemangkasan merupakan hal yang sangat penting karena selain untuk membentuk kanopi sekaligus untuk sanitasi lingkungan. Begitu juga dengan panen, pada kopi robusta pemanenan dilakukan hanya sekali tanpa seleksi buah sedangkan pada kopi robusta pemanenan dapat dilakukan hingga empat kali secara bertahap dengan memanen kopi gelondong merah. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja yang lainnya umumnya relatif hampir sama seperti pemupukan, penjemuran, dan pengolahan. dengan adanya teknologi baru tersebut jumlah tenaga kerja (buruh kopi) semakin meningkat dan hasil kebun kopi pun semakin menigkat dan juga akan meningkatkan keuntungan petani. C. Kegiatan Siklus dalam Menentukan Biaya TenagaKerja Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke gudang. Siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok yang dimasukkan dalam proses produksi, pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahan ke bagian gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi persatuan produk jadi yang diserahkan ke bagian gudang.Penentuan Harga pokok Bahan baku yang dibeli

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Yang Dipakai Pengumpulan Biaya Produksi

Biaya Overhead Pabrik

SIKLUS AKUNTANSI BIAYA D. Sistem atau Prosedur yang Digunakan untuk Menentukan Biaya Tenaga Kerja Sudah banyak aturan ataupun system yang bisa menggambarkan berapa gaji yang harus dibayarkan.Tetapi hal tersebut hanya bisa dilihat apabila perusahaan sudah berjalan.Jika perusahaan tidak dibekali kemampuan menghitung, maka akan sulit untuk menentukan apakan membangun perusahaan A di Negara B akan menguntungkan atau tidak? apakah membeli licence Negara C

menguntungkan?semua itu berada dalam tahap planning dan riset.

Ada 2 macam

metode yang umum digunakan untuk menentukan gaji

pegawai. Yang pertama dan paling populer adalah gaji sesuai profit, sedangkan yang menjadi alternatif adalah sesuai produktivity.

1. Gaji sesuai profit Perhitungan ini didasarkan pada profit, dimana semua pegawai dari semua skill level

harus bisa menghasilkan profit yang sama. Paling umum digunakan di seluruh dunia.

Seperti kita lihat pada gambar diatas, dengan skill dan gaji yang berbeda-beda menghasilkan profit yang sama dalam sehari. Dalam contoh adalah profit 1 idr per hari, karena company food q1 terdiri dari 10 pegawai, maka per hari profit 10 idr. 2. Gaji sesuai produktivity Perhitungan ini didasarkan pada produktivity, dimana setiap produktivity dihargai dengan harga yang sama.

Umumnya digunakan pada sistem koperasi(yang tanpa donasi) atau lembaga-lembaga non-profit lainnya, sekalipun bisa digunakan oleh perusahaan orientasi profit dengan kondisi-kondisi khusus.

3. Penerapan pada pasar yang tidak sehat Persaingan tidak sehat terjadi dimana harga jual sudah melenceng jauh dari harga produksi.

Berdasarkan pada gambar, profit perusahaan tersebut adalah 4 idr x 10 pegawai = 40 idr per hari, angka yang fantastis untuk kelas Q1. Semakin tinggi perbedaan bep dengan harga jual(keuntungan makin besar), maka bisa kita lihat semakin tinggi pula jenjang perbedaan gaji antar skill. Berikut adalah perbandingan gaji sesuai produktivity yang diterapkan pada pasar tidak sehat.

dapat dilihat pada gambar diatas antara skill dengan salary semakin menuntukkan sesuatu yang lenear dan adil.

Dalam gambar diatas terlihat dimana profit dari 1 orang pegawai 15 idr, jadi untuk 10 pegawai adalah 150 idr.Jika dimisalkan semua skill dibayar dengan gaji yang sama maka hasilnya akan sebagai berikut:

Untuk sebuah company dengan Q yang lebih tinggi mengambil profit lebih tinggi

adalah suatu hal yang wajar. Selama ada demand, disanalah pengusaha akan menjual barang. Metode lain dalam menghitung biaya tenaga kerja, tidak hanya berdasarkan pada profit dan produktifitas pekerjanya saja, namun juga mempertimbangkan jam kerja, jenis pekerjaan dan resiko pekerjaan. Semakin tinggi jam kerja maka upah yang akan diterima oleh pekerja akan semakin besar. Begitu juga dengan jenis pekerjaan dan resiko kerja yang semakin beresiko maka upah yang akan diterima akan sebanding. Berikut merupakan contoh jenis pekerjaan yang ada dalam perusahaan manufaktur: Perawatan(Maintenance) mesin, overhaul, repair, servicing, rehabilitation, salvage, modernization, equipment; Pemeliharaan properti perusahaan; Housekeeping dan pelayanan dasar; Layanan advisory and assistance; Transportasi barang; Research and development; Administrasi dan keuangan modifikasi terhadap supplies, systems, atau

Dalam pelaksanaannya untuk menentukan jumlah jam kerja dan untuk menentukan tingkat kehadiran pekerja, saat ini sedang gencar digunakan absen elektrik yaitu metode absen terkomputerisasi dengan media sidik jari. Jadi, pekerja masuk bekerja sebelumnya harus absen dengan menenpelkan jarinya pada alat absen elektrik. Begitu juga setelah pekerja selesai bekerja harus menempelkan jarinya kembali. Sidik jari tersebut akan tercatat secara terkomputerisasi. Sehingga dapat diketahui tingkat kehadiran dan jam kerja pegawai. Metode ini selain praktis juga dapat meningkatkan kehadiran pegawai dan mengurangi tingkat kecurangan dal;am absensi pekerja. Selain dengan metode absensi elektrik, menentukan biaya tenaga kerja berdasarkan jam kerja dapat juga dilakukan dengan cara sebagai berikut: Jam Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara 1. Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari Kartu Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu. 2. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.

3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan. 4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk Selain gaji pokok, beberapa perusahaan juga menerapkan program insentif. Tujuan program insentif adalah meningkatkan produktifitas karyawan yang berarti sekaligus

meningkatkan penghasilan karyawan menekan biaya produksi satuan.

yang produktifitasnya tinggi

a. Sistem premi bonus berdasarkan jam kerja 1. Premi Sistem Halsey Dihitung dengan rumus : G = T (JS + 1/2 JH) 2. Premi Sistem Rowan Dihitung dengan rumus : G = ( 1 + JH/JSt) (JS x T) 3. Premi Sistem Bart Dihitung dengan rumus : G = ( JSt x JS ) T Dimana : G = Jumlah gaji atau upah T = Tarif upah per Jam JS = Jam sesungguhnya JH = Jam dihemat, sebesar Jst - JS JSt = Jam standar b. Sistem Premi Bonus Berdasar Satuan Hasil Sistem ini dikenal dengan istilah : Payment By Result Schames (PBR Schemes) dihitung dengan menggunakan rumus : G = JP x T Dimana: G = Gaji atau Upah JP = Jumlah produk yang dihasilkan

T = Tarif upah per buah (satuan Produk) Sistem ini meliputi : 1. Straight Piece-Work Pada sistem ini apabila standar waktu yang sudah ditentukan dapat menghasilkan jumlah produk yang melebihi standar jumlah produk yang dihasilkan akan

memperoleh premi tertentu dalam presentase yang jumlahnya sama. sedangkan apabila hasil produksi besarnya sama atau berada dibawah standar jumlah produksi yang dihasilkan tidak memperoleh premi. 2. Sistem Taylor Pada sistem ini apabila dalam waktu standar karyawan dapat menghasilkan produk yang melebihi hasil standar diberikan upah diatas tarif upah standar,karyawan yang menghasilkan jumlah produk sama dengan hasil standar diberikan upah sama dengan upah standar, Karyawan yang hasilnya dibawah hasil standar hanya diberikan upah dibawah tarif upah standar.

3. Selisih Upah Langsung (direct labo variance) Selisih upah langsung adalah perbedaan antara upah langsung standar dengan uapah langsung yang dibayarkan sesungguhnya . Jumlah selisih upah langsung dicari sebagai berikut: Upah Langsung Sesungguhnya Upah Langsung Standar Selisih Upah Langsung Sebab-sebab adanya Selisih Upah Langsung 3.a. Selisih Tarif Upah selisih ini disebabkan oleh perbedaan antara tarif menurut standar xxx xxx xxx

dengan tarif sesungguhnya yang dikomsumsi Selisih upah dicari sebagai berikut:

Selisih Tarif Upah =

(Tarif Standar - Tarif Sesungguhnya) X kerja sesungguh

Jam

3.b. Selisih Penggunaan Jam Kerja /Selisih Efisiensi Selisih antara jam kerja yang digunakan seharusnya (menurut standar) dengan jam kerja digunakan sesungguhnya bisa dicari sebagai berikut : Selisih Efisiensi = (Jam Kerja Standar - Jam kerja sesungguhnya)X Tarif standar per jam

F. Meminimalkan Biaya Tenaga kerja Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi biaya pengeluran perusahaan guna memperoleh keuntungan yang lebih besar. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi alokasi biaya yang digunakan untuk membayar tenaga kerja. Untuk mengurangi jumlah tenaga kerja, perlu adanya beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut meliputi berapa jumlah pekerja yang harus dikurangi untuk mencapai optimal sehingga keuntungan dapat menigkat, pengaruh pengurangan pekerja terhadap produksi, apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pekerja bersangkutandan seberapa besar pengaruh pengurangan tenaga kerja terhadap peningkatan profit perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, kerap diaplikasikan teknologi Aoutomasi.

autonimasi(jidoka) merupakan salah satu metode dalam Just in Time yang diterapkan leh perusahaan manufaktur Toyota untuk mengurangi jumlah tenaga kerja dan meminimalkan terjadinya defect pada produk yang dihasilkan. Teknologi ini dapat berupa mesin-mesin otomatis yang dilengkapi dengan kecerdasan yang dapat melakukan fungsi layaknya pekerja. Namun teknologi ini tidak sepenuhnya berjalan tanpa bantuan pekerja. Pekerja tetap dibutuhkan sebagai operator mesin dan mengontrol jalannya system. Penerapan teknologi automasi tersebut sudah pasti akan mengurangi jumlah tenaga kerja tetapi tetap ada tradeoff biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli mesin automasi tersebut. Sebuah perusahaan harus pintar mengestimasi

perbandingkan biaya yang harus dikeluarkan antara pekerja manual dengan membeli mesin automasi baru. Dengan demikian, teknologi aotomasi tersebut akan berdampak terhadap direct labor dan indirect labor sebagai berikut : 1. Pengaruh teknologi automasi terhadap Direct Labor Sebagai perusahaan yang menerapkan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung

tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat: Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.

2. Pengaruh teknologi automasi terhadap indirect labor Perusahaan yang menerapkan automasi akan mengurangi biaya tenaga kerja langsung belum tentu akan berimbas pada berkurangnya biaya tenaga kerja tidak langsung. Hal ini tergantung pada letak pemakaian atau penggunaan teknologi automasi tersebut.

G. Table perbandingan antara biaya setelah dan sebelum dan setelah penerapan teknologi pada biaya tenaga kerja Dalam menerapkan teknologi baru di sebuah system atau perusahaan, maka sedikit banyaknya akan mempengaruhi elemen-elemen yang ada didalamnya. Misalnya dengan penerapan teknologi baru menyebabkan jumlah labor yang dibutuhkan semakin tinggi atau semakin rendah, mungkin saja bahan baku dapar di reduce, biaya dapat di tekan dan sebagainya. Berikut adalah contoh perbandingan biaya tenaga kerja pada usaha tani kopi setelah diterapkannya teknologi baru yaitu rehabititasi tanaman kopi robusta menjadi arabika.Dengan penerapan teknologi tersebut penggunaan dan biaya tenaga kerja semakin meningkat. Hal tersebut dibarengi pula dengan meningkatnya produktifitas.

Adapun pendekatan yang digunakan untuk mengetahui dampak teknologi terhadap tingkat produktivitas dan pendapatan dilakukan terhadap jenis kegiatan pengkajian, sehingga akan diperoleh gambaran yang realistis dari tampak teknologi pengkajian yang bersangkutan. Dalam analisis ini yang dikaji adalah petani koperator sebelum introduksi teknologi dan setelah menjadi petani koperator (setelah menerapkan teknologi introduksi). Harapannya adalah selisih antara dua kegiatan itu positif karena hal itu artinya teknologi berdampak positif. Namun bila kenyataannya negatif, artinya teknologi introduksi menyebabkan terjadinya penurunan pada aspek yang dikaji. Harapannya yang bernilai negatif ini hanya terjadi pada komponen input dan tidak pada komponen output. Dalam kegiatan pengkajian ini biaya input saprodi yang terlihat terjadi perubahan peningkatan hanya pada penggunan pupuk kandang sebesar 54,08% dibandingkan dengan sebelum penerapan teknologi anjuran.

Sedangkan total biaya perubahan penggunaan saprodi meningkat sebesar 69,93% dibandingkan sebelum menerapkan teknologi introduksi. Dengan tambahan biaya usahatani sebesar itu, tingkat produktivitas usahataninya mengalami peningkatan dari 784.48 kg per hektar menjadi 1.248,65 kg/hektar atau meningkat sekitar 464,17 kg/hektar (59,17%). Meskipun demikian,

karena faktor harga output yang diperoleh petani koperator setelah menerapkan teknologi introduksi (kopi Arabika) lebih tinggi dari harga yang diterima sebelum menerapkan tenologi introduksi, maka dari sisi nilai pendapatan kotornya masih relatif lebih tinggi. Pendapatan kotor setelah menerapkan teknologi introduksi

meningkat dari sekitar Rp 8,24 juta menjadi 19,97 juta dalam satu hektar atau sekitar 142,54%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dampak teknologi terhadap pendapatan petani dipengaruhi oleh tingkat harga output yang berlaku. Untuk melihat dampak teknologi terhadap produksi dapat dihitung dari perkalian selisih produksi dikalikan areal dampak. Sedangkan areal dampak yang diperoleh dari perkalian jumlah adopter dengan rata-rata luas kepemilikan lahan per adopter. Dalam introduksi teknologi ini jumlah adopter ada 25 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan seluas 0,75 hektar sehingga total areal dampaknya adalah sekitar 18,75 hektar. Dengan demikian dampak teknologi introduksi terhadap produksi adalah sebesar 8.703,19 kg. Selanjutnya dampak teknologi terhadap pendapatan dapat dihitung dari perkalian tambahan produktivitas dengan tingkat harga per kg yang berlaku yakni sekitar Rp 16.000 yaitu sebesar Rp 7.426.720. Selanjutnya dengan mengalikan total areal dampak dengan pendapatan yaitu 18,75 ha dikalikan dengan Rp 7.426.720

maka hasilnya mencerminkan pendapatan wilayah. Hasil perkalian areal dampak dengan pendapatan menghasilkan nilai Rp 139.251.000.

Daftar pustaka

Rubiyo dan Suharyanto, 2010, Dampak Penerapan Teknologi terhadap Perubahan Struktur Biya dan Pendapatan Usahatani Kopi, diakses tanggal 10 Desember 2011.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh+penerapan+teknologi+ter hadap+biaya+tenaga+kerja&source=web&cd=1&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A% 2F%2Fntb.litbang.deptan.go.id%2Find%2F2006%2FSP%2Fdampakpenerapan.doc&e i=1G7nTrijG4XorQfJ-YCMBw&usg=AFQjCNGbtx59RYmrnEL_a01MzGNJMb1DA&sig2=NpGiMPCe7wk-1kc0KjKMsg Universitas Indonesia,2011, modul biaya, tanggal akses 10 Desember 2011, http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pea_050423_chapter2.pdf

Laboratorium Ekonomi Universitas Gunadarm, 2011, Sistem Biaya Standar, tanggal akses 10 Desember 2011, http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=metode%20perhitungan%20biaya%20ten aga%20kerja&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2F widada.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F13061%2FSISTEM%2BB IAYA%2BSTANDAR.doc&ei=Ky3oToWtDYbsrAeA3o21Bw&usg=AFQjCNF0Ett G-VTXrjbVCiC8llQC21u7Pw Sophiana, 2006, Perancangan Standar Waktu Kerja dan Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Optimal Pada Bagian Medical Equipment 1 PT Otsuka Indonesia, tanggal akses 10 Desember 2011, http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=metode%20perhitungan%20biaya%20ten aga%20kerja&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CCgQFjAC&url=http%3A%2F%2F ejournal.narotama.ac.id%2Ffiles%2FITS-Undergraduate-7041-2502100008judul.pdf&ei=Ky3oToWtDYbsrAeA3o21Bw&usg=AFQjCNHTgLmcXX7pxVXX_K AUl8wkYz5Gew No name, 2011, Akuntansi Manajemen, tanggal akses 10 Desember 2011, http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh%20automasi%20terhadap%20b iaya%20tenaga%20kerja&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CB8QFjAB&url=http:// untoro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13018/M_jit.doc&ei=vebqToL0OseHr Af46tCVCQ&usg=AFQjCNF2V5I37vCV3XwEKkvNx7ZQA1KEwg Industrial time study institute, 2011, Langsung Buruh Evaluasi, http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http://industrialtimestud y.com/indirect.html