group 9 perpajakan

22
GROUP 9 H ANINGTIA INDRASWARI RIZKA RISTI SINTA NOPARINGGA

Upload: haningtia

Post on 12-Jun-2015

430 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Group 9 perpajakan

GROUP 9

HANINGTIA INDRASWARI

RIZKA RISTI

SINTA NOPARINGGA

Page 2: Group 9 perpajakan

BAB 4 PAJAK PENGHASILAN

BAGIAN 10

BAGIAN 11

Page 3: Group 9 perpajakan

BAGIAN 10 PPh PASAL 26

Ketentuan pasal 26 undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap.

A. WAJIB PAJAK Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 26 adalah wajib

pajak luar negeri (orang pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan.

Page 4: Group 9 perpajakan

B. OBJEK PAJAK PPh PASAL 26

Penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 adalah: 1. a) dividen b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. c) royalti,sewa dan penghasilan lain. d) hadiah dan penghargaan, dan lainnya dengan nama

dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya.

Page 5: Group 9 perpajakan

2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, yang berupa: perhiasan mewah berlian emas intan, dan lainnya dengan nilai Rp 10.000.000,00 ke atas untuk setiap jenis transaksi.

3. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Page 6: Group 9 perpajakan

4. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.

5. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.

Page 7: Group 9 perpajakan

Tarif Pajak & PenerapannyaBesarnya tarif PPh pasal 26 dibedakan atas kelompok objek PPh pasal 26 seperti berikut:1. Atas penghasilan yang berupa:

a) dividen,b) bunga termasuk premium,diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang,c) royalti,sewa dan penghasilan lain,d) imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan, dan kegiatan,

Dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20 % dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarnya.

PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto X 20 %

Page 8: Group 9 perpajakan

2. Atas penghasilan yang berupa: a) penghasilan dari penjualan harta di Indonesiab) Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri. dipotong PPh pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan

penghasilan neto,

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk penjualan harta adalah 25 % dari harga jual.

PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 %

Page 9: Group 9 perpajakan

Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi danpremi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransiluar negeri adalah:a. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan

asuransi diluar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50 % dari jumlah premi yang dibayar.

b. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 10 % dari jumlah premi yang dibayar.

c. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 5 % dari jumlah premi yang dibayar.

Page 10: Group 9 perpajakan

3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20 % dari perkiraan penghasilan neto.

Besarnya penghasilan neto adalah 25 % dari harga jual.

4. Atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20 %, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

note: untuk keperluan penghitungan PPh pasal 26, penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan nilai kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang berlaku pada saat pembayaran atau dibebankan.

PPh pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x 20 %

PPh pasal 26 = (PKP – PPh terutang) x 20 %

Page 11: Group 9 perpajakan

Contoh penghitungan pemotongan PPh pasal 26

Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consult.Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri,dan mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2009, Mikememperoleh gaji US$ 5.000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 10.500,- per US$ 1.

Penghitungan PPh pasal 26:Penghasilan bruto berupa gaji sebulan:US$ 5.000 x Rp 10.500 = Rp 52.500.000,- Penerapan tarif:20 % x Rp 52.500.000 = Rp 10.500.000,- Jadi, PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2009 adalah Rp 10.500.000,-

Page 12: Group 9 perpajakan

Sifat Pemotongan

Pemotongan PPh pasal 26 bersifat final, kecuali:1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau

kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.

2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau BUT.

Page 13: Group 9 perpajakan

Pemotongan Pajak

Pemotongan pajak berdasarkan pasal 26 wajib dilakukan oleh:1. Badan pemerintah.2. Subjek pajak dalam negeri.3. Penyelenggara kegiatan.4. Bentuk Usaha Tetap.5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.6. Pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 26.

Page 14: Group 9 perpajakan

Bagian 11 (PPh Yang Bersifat Final)

2) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan,

dan diskonto sertifikasi BI diatur dengan peraturan pemerintah No.

131 tahun 2000.

Seperti dapat dilihat didalam buku... PPh (Final) = 20% X Bruto

Page 15: Group 9 perpajakan

PPh (Final) = 10 % X Bruto

Page 16: Group 9 perpajakan
Page 17: Group 9 perpajakan

Lanjutan dari usaha jasa konstruksi...Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut:

1) 2% untuk pelaksanaan

konstruksi yang dilakukan oleh

penyedia jasa yang memiliki kualifikasi

usaha kecil.

2) 4% untuk pelaksanaan

konstruksi yang dilakukan oleh

penyedia jasa yang tidak memiliki

kualifikasi usaha.

PPh (Final) = 2% X Jumlah Jasa

PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa

Page 18: Group 9 perpajakan

3) 3% untuk pelaksanaan

konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa

selain penyedia jasa sebagaimana dimaksud dalam

angka dan angka 2.

4) 4% untuk perencanaan

konstruksi atau pengawasan

konstruksi yang dilakukan oleh

penyedia jasa yang memiliki kualifikasi

usaha,dan

PPh (Final) = 3% X Jumlah Jasa

PPh (Final) = 4% X Jumlah Jasa

Page 19: Group 9 perpajakan

5) 6% untuk perencanaan

konstruksi atau pengawasan

konstruksi yang dilakukan oleh

penyedia jasa yang tidak memiliki

kualifikasi usaha.

PPh (Final) = 6% X Jumlah Jasa

Page 20: Group 9 perpajakan

Contoh : PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 100.000.000, PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta adalah: 25% X Rp. 100.000.000 = Rp. 25.000.000

8) PPh final atas penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa. Diatur dalam peraturan pemerintah No. 17 Tahun 2009.

PPh (Final) = 25% X Bruto

PPh (Final) = 2,5% X Margin Awal

Page 21: Group 9 perpajakan

Thank you for your attention!!!

Page 22: Group 9 perpajakan