prenadamedia group

282
PRENADAMEDIA GROUP

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 2: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 3: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ETNOGRAFI

hukumBudaya Hukum

Masyarakat Cina Jelata

Page 4: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi seba gai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud da lam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dila ku kan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).

Page 5: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ETNOGRAFI

hukum

Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja

Kata sambutan

Prof. Dr. I Nyoman Nurjayau n i v e r s i t a s b r a w i j a y a

Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata

Page 6: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Etnografi huKum Budaya hukum masyarakat Cina Jelata

Edisi PertamaCopyright © 2020

ISBN 978-623-218-343-8ISBN (E) 978-623-218-344-5

14 x 20.5 cmxviii, 254 hlm

Cetakan ke-1, Januari 2020

Kencana. 2020.1150

PenulisDr. Fokky Fuad Wasitaatmadja

Desain SampulIrfan Fahmi

tata LetakSuwito & Iam

Penerbit PRENaDamEDIa gROUP

(Divisi Kencana) Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220

Telp: (021) 4786-4657 Faks: (021) 475-4134e-mail: [email protected]

www.prenadamedia.comINDONESIa

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.

Page 7: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPUntuk

Prof. Erman Rajagukguk, Prof. Sulistyowati Irianto, dan Prof. I Nyoman Nurjaya

yang telah membuka cakrawala baru Isteri dan anak-anakku yang telah berkorban

saat penelitian ini dijalankan

Page 8: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 9: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPkata sambutan

Etnografi (ethnography) berasal dari bahasa Latin, yaitu etnos yang berarti bangsa dan grafein yang berarti melukis atau menggambar, dan karena itu yang dimaksud dengan etno-

grafi adalah melukiskan atau menggambarkan kehidupan masya-rakat suatu bangsa. Antropolog aliran kognitif berpendirian bah-wa setiap masyarakat suku bangsa mempunyai sistem kehidupan yang khas dan unik dalam memersepsi dan mengorganisasi feno-mena materiel dalam kehidupannya, seperti benda-benda materiel dan nonmaterial, kejadian atau peristiwa alam semesta, emosi dan perilaku warga masyarakat. Dalam kaitan ini, studi antropologi bukan untuk memahami fenomena materialnya, tetapi memahami bagaimana cara fenomena materiel tersebut dipersepsikan dan diorganisasikan dalam pikiran (kognisi) masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dengan demikian, kebudayaan masyarakat yang distudi antropolog ada dalam pikiran manusia, yaitu organi-sasi pikiran tentang fenomena materiel tersebut yang kemudian

Page 10: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

viii

diwujudkan dalam perilaku. Tugas peneliti etnografi adalah menemukan dan menggam-

barkan atau melukiskan organisasi pikiran dengan menggunakan cara pandang komunitas masyarakat yang diteliti (emic view). Etnografi adalah pekerjaan seorang antropolog dengan mendes-kripsikan dan menganalisis kebudayaan masyarakat suatu bangsa, untuk memberi pemahaman secara holistik pengetahuan yang di-wujudkan dalam perilaku sehari-hari, sehingga kemudian dapat dipahami pandangan tentang dunia (world view) dari masyarakat yang diteliti. Karena itu, etnografi menjadi bagian yang inheren dan merupakan ciri khas dari penelitian antropologi, yang meneli-ti kebudayaan suku bangsa sebagai kerangka acuan dan digunakan sebagai ciri pengenal yang membedakan dengan kebudayaan suku bangsa yang lain.

Sebagai wujud dari studi sosial dan budaya yang berciri men-dalam dan kualitatif mengenai keragaman fenomena kehidupan dan budaya suatu masyarakat suku bangsa, metode khas etnografi adalah studi lapang (field study) dengan menggunakan teknik wa-wancara mendalam (indepth-interview) dan pengamatan berparti-sipasi (participant-observation), mengkaji kasus-kasus sengketa dan cara penyelesaiannya menurut budaya penyelesaian sengketa ma-syarakat setempat, untuk dapat memahami proses mikro kehidup-an warga masyarakat dan komparasi, dan perekaman kisah hidup (life history) warga masyarakat, serta merekam sejarah komunitas masyarakat yang diteliti. Konsekuensi metodologisnya, peneliti dalam kerja lapang (fieldwork) hidup di lokasi untuk waktu yang lama (take time), butuh stamina dan energi yang kuat (take ener-gy), butuh keberanian yang lebih (take bravery), dan butuh biaya yang cukup (take money) selama studi lapang, untuk dapat me-mahami realitas hidup dan budaya suatu komunitas masyarakat secara komprehensif. Karena itu, data primer yang telah dikum-pulkan kemudian dianalisis dengan interpretasi fungsi dan makna dari cara pikir, cara pandang, dan cara tindak masyarakat yang diteliti (emic view), bukan dari cara pandang peneliti (ethic view). Dengan demikian, dapat diperoleh pemahaman yang utuh dan ho-

Page 11: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kata sambutan

ix

listik mengenai fakta kehidupan, alam pikir, pola perilaku sosial, dan budaya masyarakat yang diteliti.

Karya etnografi para antropolog budaya yang terkenal dalam referensi antropologi di Indonesia, antara lain karya Clifford Geer-tz mengenai kehidupan masyarakat di “Mojokuto”1 yang dipubli-kasikan dalam buku The Religion of Java (Glencoe: The Free Press, 1960); karya Nico L. Kana mengenai orang Sabu di Nusa Tenggara Timur yang dipublikasikan (1978) sebagai disertasi bertajuk Dunia Orang Sawu: Satu Lukisan Analitis tentang Asas-asas Penataan dalam Kebudayaan Orang Mohara di Sawu, NTT; dan karya James Danan-djaja mengenai kehidupan orang Tenganan yang dipublikasikan dalam buku Kebudayaan Petani Desa Trunyan, Bali: Lukisan Analitis yang Menghubungkan Praktek Pengasuhan Anak Orang Trunyan de-ngan Latar Belakang Etnografisnya (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980).

Karya etnografi tidak hanya berkisar pada etnografi budaya dari suatu komunitas masyarakat suku bangsa, tetapi juga dike-nal karya etnografi hukum yang dipublikasikan para antropolog hukum. Untuk karya etnografi mengenai masyarakat suku bangsa di Indonesia yang dapat dikenali sebagai etnografi hukum, anta-ra lain karya H. Slaats dan K. Portier yang dipublikasikan dalam buku bertajuk Land Rights and Their Realization in Karo Batak Soci-ety (Nijmegen: Katholike Universiteit, 1981); karya F. von Benda-Beckmann yang dipublikasikan dalam buku yang bertajuk Property in Social Continuity: Continuity and Change in the Maintenance of Property Relationships Through Time in Minangkabau, West Sumatera (The Hague: Martinus Nijhoff, 1979); dan karya K. von Benda-Bec-kmann yang dipublikasikan dalam buku bertajuk The Broken Sta-irways to Consensus: Village Justice and State Courts in Minangkabau (Dordrecht: Foris Publication, 1984).

Buku karya Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja, S.H., M.H., berta-juk Etnografi Hukum, Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata yang sedang berada di tangan para pembaca merupakan karya aka-

1 Nama samaran (pseudonym) untuk menyebut Desa Pare, sekarang kecamatan, di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Page 12: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

x

demik yang patut diberi apresiasi tinggi sebagai karya penekun antropologi hukum di negeri ini. Dalam kapasitas sebagai man-tan dosen pembimbing tesis pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, saya merasa senang dan bangga serta dengan sukacita menyambut publikasi buku ini. Buku ini menjadi menarik karena kajian etnografi hukum ini dilakukan bukan pada masyarakat kesukuan yang kehidupannya masih se-derhana di luar Jawa, tetapi pada satu komunitas masyarakat Cina jelata di Benteng Kampung Sewan, di dalam wilayah Kota Tange-rang, Banten, yang luput dari perhatian para akademisi dan peme-rintah daerah Tangerang. Selain itu, temuan penelitian (research findings) yang dideskripsikan dan dianalisis mampu mengungkap dan memberi pemahaman yang holistik kepada pembaca menge-nai fakta kemiskinan hidup komunitas Cina Benteng di Kampung Sewan dan budaya hukum (legal culture) serta cara berhukum war-ga masyarakat menjalankan transaksi bisnis sehari-hari, kajian ka-sus-kasus sengketa bisnis antarwarga masyarakat, dan cara-cara penyelesaian sengketa yang dilakukan menurut budaya penyele-saian sengketa komunitas masyarakat Cina Benteng.

Sebagai penutup ini, saya harus mengatakan bahwa kehadir-an buku ini semakin melengkapi khasanah referensi antropologi khususnya antropologi hukum dalam dunia akademik. Karena itu, buku ini perlu dimiliki dan dibaca para mahasiswa antropologi dan mahasiswa hukum, akademisi penekun antropologi hukum, dan juga penegak hukum untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman mengenai realitas kehidupan dan budaya hukum satu komunitas masyarakat Cina miskin dan jelata di kota besar yang perlu memperoleh perhatian dan kepedulian dari para akademisi dan pemerintah daerah Kota Tangerang.

Selamat membaca!

Malang, 30 Oktober 2018

Prof. Dr. I Nyoman Nurjaya, S.H., M.H.Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Page 13: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPkata Pengantar Penulis

Buku yang tengah Anda baca ini merupakan revisi atas buku berjudul Budaya Hukum Pedagang Kecil Cina Benteng Kam-pung Sewan yang pernah diterbitkan secara terbatas pada

2012 oleh Penerbit Pusat Studi Hukum Ekonomi FHUI. Edisi revisi tahun 2020 ini diterbitkan secara lebih luas oleh Penerbit Prena-daMedia Group dengan beberapa penambahan mengenai peneliti-an etnografi hukum.

Buku ini dirancang tidak saja sebagai sebuah buku yang meng-hadirkan perilaku budaya hukum sebuah komunitas, tetapi juga disusun sebagai sebuah acuan dalam metodologi penelitian hukum yang berfokus pada metode etnografi hukum. Untuk itu di dalam buku ini juga ditampilkan bab-bab mengenai metodologi etnogra-fi hukum. Tujuan utama diterbitkannya buku ini adalah menjadi sebuah bahan rujukan bagi para pihak yang ingin mendalami et-

Page 14: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

xii

nografi hukum. Selain itu pula diharapkan membuka wacana bagi para penstudi hukum akan arti pentingnya sebuah penelitian etno-grafi dalam kajian-kajian ilmu hukum. Etnografi hukum sebagai sebuah metode penelitian hukum menuntut sebuah ketahanan dan juga pemahaman tertentu bagi seorang calon etnografer.

Metode penelitian etnografi hukum dalam kajian ilmu hukum berguna untuk memahami dan menemukan sebuah perilaku ber-hukum. Selama ini sudut pandang berhukum oleh manusia hanya ditelaah dan dikaji dalam bentuk legislasi hukum-hukum negara. Hukum tentunya hanya akan dipahami sebagai gerak aktif negara yang memproduksi beragam peraturan perundangan dan putusan undang-undang. Hukum pada sisi lain juga menampilkan sebu-ah perilaku berhukum dalam sebuah komunitas tertentu. Hukum yang bersifat mikro, beragam dalam norma-norma yang diyakini dan dijalankan oleh sebuah komunitas sosial tertentu. Normati-visme hukum sejatinya bukan hanya preskripsi, tetapi ia juga des-kripsi atas gerak perilaku norma hukum yang dijalankan oleh se-buah komunitas manusia.

Dengan pendekatan etnografi hukum yang bersifat mikro akan terlihat konsep-konsep, sikap, cara pandang, serta perila-ku berhukum, yang dibangun oleh sekelompok budaya manusia tertentu. Penerbitan kajian etnografi hukum ini bertujuan untuk menggairahkan kembali semangat meneliti, mengkaji dan mene-laah sisi-sisi budaya hukum yang mulai tenggelam oleh arus pe-mikiran legalistik dalam konstruksi dogmatika positivisme hukum oleh para pembelajar hukum.

Untuk lebih memahami dan mendalami metode penelitian et-nografi hukum maka penulis yang juga seorang peneliti menyaji-kan sebuah langkah metode dalam melakukan sebuah penelitian etnografi hukum beserta terapan atas penelitian etnografi hukum yang telah dijalankan. Buku ini selain sebagai buku metode pe-nelitian hukum sekaligus membedah kegiatan hukum bisnis ko-munitas Cina Benteng Kampung Sewan sebagai contoh bagaimana etnografi hukum dijalankan. Dalam buku ini pula pembaca dapat melihat penggambaran komunitas Cina Benteng Kampung Sewan

Page 15: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kata pengantar penulis

xiii

memahami dan berinteraksi dengan hukum yang diyakininya dan dijalankan. Tulisan diawali oleh sebuah penelitian etnografi hu-kum antara akhir tahun 2006 hingga tahun 2011, dan penyele-saian tulisan hingga awal 2012. Peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam buku ini merupakan peristiwa-peristiwa perilaku berhukum yang terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Pada Bab Pertama diulas mengenai arti penting metode pene-litian etnografi hukum dijalankan untuk memahami perilaku ber-hukum pada komunitas tertentu. Bab Kedua, akan diulas cara serta etika yang harus dipahami oleh seorang calon etnografer hukum sebelum ia melaksanakan fieldwork ke dalam sebuah komunitas tertentu. Bab Ketiga buku ini mengulas pemahaman dan konsep-konsep religi baur pada komunitas masyarakat keturunan Cina. Bab Keempat mengulas kilasan dinamika kesejarahan komunitas Cina Benteng sejak masa kolonial hingga awal reformasi. Bab Keli-ma buku ini mengulas sekaligus meneropong kehidupan sosial dan ekonomi komunitas warga Cina Benteng Kampung Sewan. Bab Ke-enam buku ini mengulas bagaimana warga komunitas pedagang Cina Benteng Kampung Sewan menjalankan budaya hukumnya dalam berdagang. Bab Ketujuh mengulas proses-proses penyele-saian sengketa yang dialami oleh warga komunitas pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan. Bab akhir dari buku ini akan ditu-tup dengan sebuah epilog.

Peneliti-penulis tertarik untuk meneropong sudut perilaku berhukum warga komunitas Cina Benteng Kampung Sewan karena sebuah keunikan yang ada di dalamnya. Metode etnografi hukum digunakan untuk melihat gerak kehidupan hukum ekonomi da-lam arena-arena sosial masyarakat Cina Benteng khususnya yang bertempat tinggal di kawasan Kampung Sewan. Untuk itu selaku peneliti dan penulis etnografi hukum, saya mengucapkan beribu terima kasih atas dorongan dan bimbingan para pakar hukum dan para antropolog yang telah membuka optik pengetahuan hukum bagi saya. Saya ucapkan perhormatan dan penghargaan yang ting-gi kepada:

Page 16: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

xiv

Prof. Erman Rajagukguk, S.H., LL.M., Ph.D., Prof. Dr. Sulist-yowati Irianto, M.A., Prof. Dr. Rosa Agustina, Prof. Gondomono, Ph.D., dan Prof. Dr. Valerine Kriekhoff, dari Universitas Indonesia. Prof. Dr. Lili Rasjidi dari Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. I Nyo-man Nurjaya dari Universitas Brawijaya, dan Prof. Dr. Herman Slaats dari Radboud Nijmegen University. Prof. Dr. Jan Michiel Otto dan Prof. Dr. Adriaan Bedner beserta tim pelatih etnografer dari Van Vollen Hoven Institute–Leiden University. Oey Tjin Eng, selaku budayawan Cina Benteng, dan Ali Husein selaku tokoh war-ga Cina Benteng Kampung Sewan.

ER Foundation yang telah membiayai penelitian etnografi hu-kum yang memakan waktu cukup panjang ini. PrenadaMedia yang telah bersedia menerbitkan metode penelitian etnografi hukum ini. Semoga buku ini membuka wawasan baru terhadap perkem-bangan metodologi penelitian hukum di Indonesia.

Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Rektor dan Pimpinan Universitas Al Azhar Indonesia yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mewujudkan sebuah karya etno-grafi hukum ini.

Terima kasih kepada sahabat-sahabatku para dosen di ling-kungan Program Studi Ilmu Hukum dan Magister Hukum Uni-versitas Al-Azhar Indonesia yang telah mendukung selama proses penelitian hingga penulisan metode etnografi hukum ini, Terima kasih pula kepada teman-teman dosen di lingkungan FH Universi-tas Esa Unggul. Terima kasih pula kepada teman-teman dosen di lingkungan STKIP Arrahmaniyah Depok.

Ucapan terima kasih kepada ayahanda H. Achmad Fuad Wasi-taatmadja dan Ibunda Hj. Oeri Sudi Andjari yang telah mendorong penulis untuk selalu berbuat yang terbaik serta doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis. Semoga Allah Swt. melimpahkan ber-kah-Nya untuk beliau berdua. Ucapan terima kasih kepada istriku Ariatna Agustin, serta kedua anakku Ghifary Muhammad Rifky dan Miqdad Kinaz Rifky yang telah mengorbankan kebersamaan karena harus ditinggal untuk waktu yang cukup lama saat peneli-tian ini dijalankan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat ke-

Page 17: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kata pengantar penulis

xv

pada para pembaca. Semoga Allah Swt selalu mencurahkan kasih sayang-Nya dan berkah-Nya bagi kita semua.

Jakarta, 1 Februari 2019

Penulis

Page 18: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 19: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPd a f t a r i s i

Kata SambutaN viiKata PeNgaNtar ixDaFtar ISI xvii

Pertama etNOgraFI HuKum SebuaH metODe PeNelItIaN HuKum 1A. EtnografidalamDinamikaBudayaHukum .........................................................................2B. MetodeEtnografiHukum ...................................................................................................... 10C. Konsep-KonsepEtnografiHukum ...................................................................................... 13

Kedua etNOgraFI HuKum: PerSIaPaN DaN PemaHamaN etIKa 27A. PersiapanMelakukanFieldwork .......................................................................................28B. EtikadalamEtnografiHukum .............................................................................................40

Page 20: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

xviii

Ketiga relIgI baur OPtIK etNOgraFI HuKum 49A. MemotretPerilakuBerhukummelaluiEtnografi .........................................................49B. MeneropongReligidalamSudutBudayaHukum .........................................................58

Keempat JeJaK SeJaraH KOmuNItaS CINa beNteNg 73a. Pengantar...................................................................................................................................73B. KomunitasCinaBentengdalamRekamJejakSejarah ................................................74

Kelima DINamIKa SOSIal-eKONOmI Warga KamPuNg SeWaN 101A. DinamikaEkonomiWargaKampungSewan .................................................................103B. PolaHubunganKeluarga ................................................................................................... 131C. tingkat Pendidikan dan Penyerapan Informasi ...........................................................143D. Kesimpulan .............................................................................................................................162

Keenam HuKum bISNIS PeDagaNg KeCIl 163A. Pendahuluan .........................................................................................................................163B. JualLepasdanTitipJual(Konsinyasi) ...........................................................................165C. MaknaCatatansebagaiSebuahIkatanKontrak ....................................................... 174D. AnalisisdanKesimpulan ...................................................................................................195

Ketujuh DINamIKa PeNYeleSaIaN SeNgKeta bISNIS PeDagaNg KeCIl 197A. TidakDapatMembayarPadaWaktunya(Wanprestasi) ...........................................198B. PenyelesaianSengketa ......................................................................................................219C. AnalisisdanKesimpulan .................................................................................................... 235

Kedelapan ePIlOg 237

DaFtar PuStaKa 251teNtaNg PeNulIS 261

Page 21: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPPertama

etnOgrafi Hukum sebuaH metOde

Penelitian Hukum

Hukum acap kali hanya dimaknai secara preskriptif se-bagai bentuk dari kehendak negara dalam menjalankan norma-norma yang dipaksakan kepada rakyatnya. Hukum

dengan karakteristik normatifnya hanya dipahami pada serang-kaian dogma yang ditulis dan tertutup dari lingkungan sosial dan budaya bahkan religi. Hukum menjadi serangkaian doktrin yang dianalisis secara dogmatik, dan menghilangkan unsur dinamika hukum. Hukum juga bergerak, hukum juga dilakukan, dijalankan

Page 22: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

2

dan dimaknai, serta diterapkan sebagai gerak norma pengendali perilaku kelompok-kelompok manusia. Karakter normatif hukum selayaknya juga dimaknai secara deskriptif pada perilaku-perilaku berhukum dari kelompok manusia yang dinamis.

Dalam forma hukum yang bergerak, maka sejatinya sebuah penelitian hukum tidak hanya terpaku pada serangkaian peraturan perundangan dogmatik semata. Penelitian hukum juga diarahkan pada upaya untuk meneropong sudut budaya hukum sebagai ge-rak perilaku berhukum yang dinamis. Karakteristik hukum yang normatif kini tidak lagi dimaknai secara preskriptif, melainkan juga secara deskriptif. Penelitian hukum mengarahkan perhatian-nya pada keadaan hukum yang bergerak. Di sinilah makna etno-grafi hukum menjadi penting, ia menjadi sebuah metode untuk mengungkapkan, juga mendeskripsikan sebuah gerak perilaku masyarakat hukum. Berhukum dengan perilaku yang tidak mudah diungkapkan dalam sebuah penelitian, karena acap kali ia tak ter-tuang dalam manuskrip-manuskrip tertulis melainkan tergambar dalam perilaku berhukum yang dinamis.

A. EtnogrAfi dAlAm dinAmikA BudAyA HukumEtnografi adalah sebuah kegiatan untuk menganalisis, mela-

kukan pengamatan, terhadap kelompok sosial atau pendukung ke-budayaan tertentu. Kegiatan ini dilakukan secara terlibat dengan subjek yang diteliti. Hasil pengamatan dapat ditujukan pada orang, dan lokasi tertentu sebagai objek.1 Etnografi juga diartikan seba-gai sebuah bentuk riset dengan dasar riset lapangan (fieldwork), menggunakan metode induktif dalam observasi dan wawancara mendalam untuk menginvestigasi praktik kehidupan sosial, serta menangkap makna dibalik perilaku interaksi sosial tersebut.2

Etnografi juga berarti kajian untuk mendeskripsikan perilaku

1 Discover Anthropology, Ethnography, sumber: https://www.discoveranthropology.org.uk/about-anthropology/fieldwork/ethnography.html, diakses pada tanggal 19 November 2017.

2 Ron Iphofen, Research Ethics in Ethnography/Anthtropology, European Comission, DG Research and Innovation, hlm. 6.

Page 23: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

3

kelompok sosial tertentu. Kegiatan etnografi difokuskan pada pe-rilaku budaya oleh kelompok sosial, melihat bagaimana kehidup-an sehari-sehari yang dilakukan oleh kelompok tersebut sebagai subjek yang diteliti.3 Etnografi tidak saja diartikan sebagai sebu-ah cabang ilmu, melainkan juga sebuah seni untuk mengungkap perilaku sekelompok orang dengan budaya yang melingkupinya. Tugas seorang etnografer hampir sama dengan seorang investiga-tor, tetapi yang membedakan adalah bahwa seorang etnografer mencatat, menulis, dan mengabadikan kehidupan sehari-hari ke-lompok orang tersebut dalam kurun waktu tertentu. Kebiasaan, cara berpikir, serta perilaku subjek diamati, dicatat, dan dianalisis secara mendalam oleh seorang etnografer.4

Etnografi hukum merupakan sebuah metode penelitian hu-kum yang umum dikembangkan dalam studi antropologi hukum untuk menguak perilaku berhukum suatu kelompok atau komuni-tas tertentu. Metode etnografi hukum ini lebih mampu menjelas-kan makna sebuah penelitian hukum yang tampak hanya diseder-hanakan dengan pembidangan metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum empiris. Sebagai sebuah penelitian hukum, metode etnografi hukum tidaklah terlepas dari pemakna-an normatif, tetapi pada sisi yang bersamaan ia juga sekaligus em-piris. Sisi normatif etnografi hukum disebabkan ia berfokus pada norma-norma, aturan-aturan hukum, konsep-konsep hukum yang yang berlaku pada sekelompok manusia. Pada sisi lain etnografi hukum juga sebuah metode penelitian hukum empiris, karena ia membidik perilaku-perilaku berhukum yang dijalankan oleh se-kelompok manusia dengan segenap budayanya secara deskriptif. Untuk itu lebih tepat jika etnografi hukum disebut sebagai bagian dari metode penelitian sociolegal (sociolegal research).

Sociolegal research menjadi payung lebar atas kajian-kajian hukum dalam interaksinya dengan arena-arena sosial, budaya, dan religi di mana metode penelitian sosiologi hukum berada di

3 Encyclopedia Britannica, Ethnography, sumber: https://www.britannica.com/science/ethnography, diakses pada tanggal 17 November 2017.

4 David M. Faterman, Ethnography, Second Edition, Sage Publications, (London: 1998), hlm. 1.

Page 24: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

4

dalamnya. Berbeda dengan penerapan metode penelitian sosio-logi hukum yang mengutamakan validitas berdasarkan keluasan sebuah penelitian hukum, metode etnografi hukum lebih berfo-kus pada kedalaman sebuah penelitian hukum (indepth research). Metode etnografi hukum membidik perilaku-perilaku berhukum yang dijalankan pada sekelompok mikro manusia dengan segenap budayanya. Makna normatif yang dimaksudkan dalam penelitian etnografi hukum adalah norma-norma yang bergerak karena dija-lankan secara dinamis oleh kelompok sosial tertentu, tidak hanya sebatas norma-norma tertulis preskriptif.

Dalam proses penelitian yang dijalankan, metode ini memiliki sebuah kekhasan yaitu mendalam, sumber-sumber data penelitian diperoleh langsung dari para pelaku (primer), mampu menggam-barkan gerak perilaku para subjek atau aktor secara langsung, dan tentunya penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Etnografer melihat pada sebuah gejala-gejala sosiokultural, mengapa sekelompok komunitas berperilaku hukum secara demi-kian. Seorang etnografer hukum akan menanyakan secara lang-sung kepada aktor atau subjek pelaku, mengapa mereka menja-lankan kebiasaan kultural tersebut. Seorang etnografer menurut Ember & Ember diibaratkan sebagai seorang dokter yang mencoba menangkap fenomena atau gejala-gejala penyakit yang ada dalam tubuh pasien untuk mengungkap penyakit yang sesungguhnya.5 Gejala-gejala berupa demam, sakit kepala adalah sebuah fenome-na hadirnya sebuah penyakit yang sesungguhnya. Gejala berupa perilaku dan reaksi nyata sekelompok manusia ketika bersentuhan dengan hukum menunjukkan sebuah fenomena tertentu. Gejala-gejala berupa sikap, tutur kalimat dan pilihan bahasa, etika pe-rilaku, pada hakikatnya menjadi fenomena dari hadirnya pemak-naan-pemaknaan tentang hukum oleh kelompok sosial tersebut. Etnografer hukum mengungkap makna-makna dan simbol di balik sebuah fenomena atau gejala-gejala tertentu.

Metode etnografi hukum ini membantu para antropolog hu-

5 Ember & Ember, Anthropology, Prentice Hall, (New Jersey: 1985), hlm. 203.

Page 25: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

5

kum guna menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam atas gerak interaksi norma-norma hukum dalam kebudayaan manusia. Meto-de etnografi hukum acap kali membuktikan bahwa ilmu hukum dengan karakteristik yang normatif begitu lentur dan tidak kaku secara preskriptif dogmatis. Hal ini terjadi karena ilmu hukum juga berinteraksi dan berdialog aktif dengan cabang ilmu lainnya seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, bahkan kajian religi, dan lain-lain. Ilmu hukum dan ilmu lainnya bertempat tinggal da-lam sebuah kompleks perumahan ilmu pengetahuan, dan masing-masing cabang ilmu saling menyapa, berdialog aktif dan terbuka sebagai sesama penghuninya. Metode etnografi hukum membuk-tikan bahwa ilmu hukum mendapatkan bantuan sekaligus juga memberikan bantuan-bantuan epistemologis kepada ilmu-ilmu la-innya untuk mencoba menjawab segenap permasalahan peradab-an manusia.

Dengan menggunakan metode etnografi hukum, dapat terlihat reaksi sebuah komunitas akan adanya sebuah pelanggaran hukum, persepsi sebuah komunitas atas makna sebuah sanksi hukum, dan juga pengajuan keberatan-keberatan terhadap pihak lain. Meto-de etnografi hukum yang tampak bersifat mikro, sesungguhnya menunjukkan sebuah kompleksitas gerak sosial-budaya sebuah ke-lompok manusia. Norma-norma hukum yang diyakini, dijalankan, hingga dijatuhkan sebuah sanksi hukum terhadap pelanggarnya tidak terlepas dari sebuah kompleksitas sistem hidup manusia.

Dorongan keyakinan religi, motif ekonomi, dan tatanan struk-tur budaya memengaruhi sebuah sistem kerja norma hukum yang berlaku pada sebuah komunitas mikro. Bahkan jika ditelaah lebih jauh, tampak terdapat hubungan kerja dinamis di antara beragam sistem mikro hukum. Dengan demikian, gerak dinamis sebuah ko-munitas hukum di tingkat mikro pada sebuah komunitas tertentu tidaklah bekerja sendiri, melainkan memengaruhi dan sekaligus di-pengaruhi oleh sistem kerja hukum pada komunitas sosial-budaya lainnya. Etnografi hukum yang bekerja di tingkat hukum-hukum lokal jika dilihat dalam optik yang lebih luas akan menunjukkan fenomena sebuah sistem hukum dunia (world system). Bahwa tidak

Page 26: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

6

satupun kelompok sosial yang hidup tanpa hukum.6 Kajian-kajian etnografi hukum pada awalnya adalah sebuah

keinginan kuat untuk mengetahui hukum-hukum yang berlaku pada masyarakat timur (non-western law). Hukum selalu dimak-nai sebagai dalam terminologi masyarakat barat. Hukum sebagai gerak pengadilan dengan segenap putusannya. Untuk itu, maka hukum perlu memperluas makna tidak hanya sebatas dari pe-maknaan yang diterapkan dalam terminologi barat. Pemaknaan-nya harus lebih luas karena hukum juga bagian dari gerak norma sosial dan budaya sekelompok manusia.7 Para etnografer tertarik untuk mencoba mendeskripsikan dinamika hukum pada masya-rakat belahan dunia timur. Pandangan awal bahwa masyarakat di Asia, Afrika, juga Amerika Latin dianggap sebagai sekelompok manusia tak berhukum pudar melalui metode etnografi hukum ini. Para etnografer ini meneropong sudut-sudut lain dari sebuah hu-kum. Hukum melalui etnografi tidak saja berwujud pada dogma-dogma perundangan, tetapi ia berwujud pula pada perilaku aktif berhukum. Ekspedisi etnografi hukum mulai dilancarkan kepada kelompok-kelompok etnik di benua Asia, Afrika, Amerika Selatan, hingga Kutub Utara pada suku-suku Eskimo untuk menelaah be-ragam hukum yang berlaku. Kini etnografi hukum kontemporer tidak hanya membidik gerak perilaku berhukum pada sekelom-pok suku-suku terpencil, tetapi juga merambah ke lingkungan ko-munitas-komunitas masyarakat perkotaan. Komunitas etnik Cina Benteng Kampung Sewan yang hidup di Kawasan Kota Tangerang dituangkan dalam buku ini menjadi contoh sebuah etnografi hu-kum dijalankan di lingkungan komunitas masyarakat perkotaan.

Etnografi dalam ruang hukum menunjukkan adanya sebuah hubungan erat antara diri hukum dengan ruang-ruang sosial dan budaya. Hukum tidak saja sebagai bentuk dari sebuah putusan ba-dan-badan peradilan, tetapi bagaimana sekelompok orang berin-

6 June Starr & Mark Goodale, Exploring Legal Culture in Law Avoidance Society, hlm. 3, sumber: https://www.researchgate.net/publication/315033657_Introduction_Legal_Ethnography_New_Dialo-gues_Enduring_Methods, diakses pada tanggal 18 Oktober 2018.

7 Laura Nader, ed., Law in Culture and Society, Aldine Publishing Company, (Chicago: 1969), hlm. 13.

Page 27: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

7

teraksi dan mencoba untuk memersepsi hingga berbuat hukum. Untuk memahami hukum dalam ruang-ruang sosial dibutuhkan sebuah interaksi mendalam antara seorang etnografer hukum de-ngan subjek yang diteliti. Menyelami bagaimana sudut pandang dan pemahaman sekelompok orang akan hukum. Sikap, perilaku, dan cara berhukum diamati secara mendalam oleh seorang etno-grafer hukum untuk mengetahui bagaimana orang berbuat hukum.

Hukum sebagai sebuah objek yang ditelaah dalam etnogra-fi, akan diteropong kondisi dinamis dari sebuah interaksi antara kehidupan nyata berhukum dengan bangunan teori-teori hukum. Seorang peneliti etnografi akan menguak pola berhukum secara mendalam melalui cara berbaur dengan komunitas yang ia teliti. Ia melakukan observasi secara terlibat dengan subjek yang ia teli-ti. Bagi beberapa peneliti lain tindakan ini dapat dianggap meng-ganggu netralitas sebuah penelitian. Objektivitas penelitian yang dibangun akan menjadi sangat subjektif karena ia menjadi sama atau larut dengan subjek yang ia teliti. Dalam metode etnografi, sebuah objektivitas penelitian tetap selalu dijaga, dan seorang et-nografer hukum akan memberikan batas-batas antara dirinya de-ngan subjek yang ia teliti.8

Hukum yang ditelaah oleh etnografer hukum bukanlah se-mata hukum-hukum negara yang diterapkan kepada sekelompok manusia. Ia justru mencoba menyelami operasional hukum yang bergerak dalam lapangan manusia. Hukum menjadi bagian yang integral dari sebuah kebudayaan manusia.9 Dalam kajian-kajian etnografi hukum, seorang etnografer hukum akan menggunakan kertas kerja sebagai kunci keberhasilan sebuah penelitian. Mela-lui kertas kerja tersebut, seorang etnografer hukum akan mam-pu memasuki kondisi mentalitas subjek yang diteliti, antara lain: memahami bahasa subjek, untuk itu ia perlu mempelajari bahasa subjek yang diteliti. Penguasaan bahasa penting untuk dikuasai

8 John Flood, Socio-Legal Ethnography dalam Banakar & Travers, eds., Theory and Methods in Socio Legal Research, Hart Publishing, (Oxford: 2005), hlm. 43.

9 I Nyoman Nurjaya, Magersari: Dinamika Komunitas Petani Pekerja Hutan dalam Perspektif Antropologi Hukum, Penerbit UM Press, Majalah Arena Hukum FH Universitas Brawijaya, (Malang: 2005), hlm. 43.

Page 28: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

8

tidak saja memahami makna yang sesungguhnya dari arti sebuah kalimat atau kata (denotasi), tetapi juga makna kiasan (konotasi) untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman antara etnogra-fer hukum terhadap bahasa atau kata dan kalimat yang diungkap oleh subjek.10

Dalam gerak budaya, maka hukum diletakkan tidak sebagai perintah dari pemegang kekuasan semata. Hukum adalah bentuk gerak akal pikir dan perilaku manusia dalam sebuah kelompok sosial.11 Dalam gerak sosial, maka hukum juga bergerak secara di-namis. Ia merupakan sikap dan perilaku, serta cara berpikir yang tertuang dan tampak dalam norma-norma. Tidak seperti hukum-hukum negara yang tertuang dalam lembaran-lembaran negara. Ia berada dalam alam berpikir yang berwujud dalam sikap dan perilaku, dan tampak pada penjatuhan sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Hukum sebagai pengendali perilaku sekelompok manusia ini digerakkan oleh sebuah kesadaran akan kebutuhan hukum. Ketika hukum negara tak bekerja, maka hu-kum-hukum ini akan bekerja untuk mengendalikan perilaku indi-vidu dan sosial sebagai sebuah self-regulation.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurjaya terhadap ko-munitas petani dan pekerja hutan, tergambar bahwa tekanan ekonomi dan sosial terhadap pekerja tersebut tetap tidak meng-goyahkan para pekerja untuk hengkang. Mereka memiliki sistem pengaturan lokal (self-regulation), dalam bentuk tentrem dan rukun. Perilaku saling tolong-menolong sesama warga berlangsung dalam kehidupan magersari. Dengan keadaan ini, para penduduk dapat melakukan hubungan secara berdampingan dengan Perum Perhu-tani yang tidak menunjukkan bentuk-bentuk yang saling berha-dapan.12

Cara pandang terhadap hukum yang meletakkan hukum da-

10 John Flood, Socio-Legal Ethnography dalam Banakar & Travers, eds., Theory and Methods in Socio Legal Research, Hart Publishing, (Oxford: 2005), hlm. 37.

11 Sally Falk Moore, Law as Process, an Anthropological Approach, Routledge & Kegan Paul, (Boston: 1978), hlm. 244.

12 I Nyoman Nurjaya, Magersari: Dinamika Komunitas Petani Pekerja Hutan dalam Perspektif Antropologi Hukum, Penerbit UM Press, Majalah Arena Hukum FH Universitas Brawijaya, (Malang: 2005), hlm. 190.

Page 29: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

9

lam bentuk kodifikasi menjadikan norma-norma abstrak yang ti-dak terkodifikasi atau tertulis tidak dapat dikategorikan sebagai hukum. Cara berpikir ini sangat dipengaruhi oleh para legalis yang melihat hukum dalam bentuknya yang dogmatik juga rigid.13 Dalam keadaan ini hukum hanya dipahami sebatas gerak negara yang menjalankan kehendaknya. Hukum menjadi terbatas dan ter-tutup dari gerak dinamika sosial budaya manusia. Dinamika sosial budaya manusia memberikan arus atas pembentukan makna ber-hukum oleh sekelompok pendukung kebudayaan tertentu. Hukum bukanlah tertutup tetapi ia berada dalam ruang dinamika sosial budaya sekelompok manusia.

Budaya sekelompok manusia juga mengalami proses-proses interaksi dengan hukum-hukum negara. Hukum-hukum negara melalui putusan-putusan pengadilan dan undang-undang tampak-nya juga mencoba menciptakan proses-proses dialogis dengan be-ragam kebudayaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irianto, juga tergambar adanya proses-proses perubahan hukum melalui putusan-putusan pengadilan terhadap hak-hak perempuan dalam hukum waris Adat Batak. Hukum yang diterapkan oleh hakim mencoba untuk memberikan ruang keadilan bagi perempuan Ba-tak untuk memperoleh hak waris dalam hukum adat.14

Hukum juga berinteraksi dengan sistem religi sekelompok ma-nusia. Hukum dapat dimaknai sebagai perwujudan dari endapan nilai-nilai religius sekelompok manusia. Geertz melihat bahwa fak-tor religi memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemahaman berhukum sekelompok manusia. Pemikiran akan pemahaman aga-ma akan memengaruhi perilaku berhukumnya. Nilai-nilai religi-us akan memengaruhi pilihan tindakan sekelompok orang dalam struktur sosialnya. Kelompok Islam puritan dalam telaah Geertz memiliki pilihan tindakan yang berbeda dengan kelompok abang-an.15 Memilih tindakan tertentu dalam berhukum menunjukkan

13 Leopold Pospisil, Anthropology of Law: A Comparative Theory, (Harper and Row Publisher: 1971), hlm. 23.14 Sulistyowati Irianto, Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum, Penerbit Yayasan Obor Indo-

nesia, (Jakarta: 2005), hlm. 298.15 Clifford Geertz, The Religion of Java, (New York: 1960), hlm. 317.

Page 30: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

10

bahwa hukum tidaklah terlepas dari kondisi kultur bahkan religi yang dianut.

Larangan dan perintah dalam hukum acap kali sangat dipe-ngaruhi oleh pemahaman religiusnya. Perbuatan yang dianggap tabu dalam masyarakat timur ketika dilakukan diyakini akan muncul sanksi hukum yang akan dijatuhkan oleh sebuah kekuatan supranatural. Nasib buruk dan datangnya sebuah penyakit yang diderita oleh manusia selalu dikaitkan dengan adanya konsep tabu tersebut.16 Konsep-konsep ini mengendalikan perilaku sekelompok masyarakat dengan pemahaman religiusnya untuk tidak melaku-kan perbuatan yang dianggap tabu. Tentunya konsep tabu antara sekelompok masyarakat dengan kelompok lainnya akan berbeda.

Dalam pemahaman masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan, perilaku berhukum dalam bisnis pun juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional religius masyarakat Cina. Pilihan untuk men-jatuhkan sanksi dan memilih forum-forum penyelesaian sengketa selain ditentukan oleh faktor ekonomi juga ditentukan oleh faktor-faktor religi yang menyelimuti masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Menarik apa yang diungkap oleh Hoebel bahwa gerak di-namika kehidupan hukum bukanlah sekadar ditentukan berdasar basis logika, melainkan juga pada pengalaman-berhukum yang terjadi. Pengalaman berhukum ini terdapat dalam kehidupan se-kelompok manusia.17

B. mEtodE EtnogrAfi HukumMetode penelitian etnografi hukum menjadi sebuah pilihan

yang terbaik untuk menguak perilaku berhukum sekelompok ma-syarakat atau komunitas tertentu. Perilaku berhukum masyarakat atau sekelompok komunitas ini dalam pendekatan antropologi hu-kum akan berkait dengan budaya yang melingkupinya. Perilaku berhukum antarkomunitas akan ditentukan dari basis budayanya,

16 E. Adamson Hoebel, The Law of Primitive Man, Harvard University Press, (New York: 1968), hlm. 260-261.17 E. Adamson Hoebel, The Law of Primitive Man, Harvard University Press, (New York: 1968), hlm. 6.

Page 31: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

11

sehingga akan tampak terlihat bahwa hukum tidaklah bersifat se-ragam. Untuk itulah metode etnografi dibutuhkan untuk menguak pemikiran, sikap, perilaku, serta pilihan-pilihan hukum yang di-ambil oleh sebuah komunitas.

Irianto menjelaskan bahwa dalam penelitian hukum yang ada selama ini, banyak dijumpai penggunaan kata atau kalimat: data primer, data sekunder, serta data tersier. Kemudian dijelaskan apa yang dimaksud dengan masing-masing data tersebut. Hal ini me-nurutnya sudah menjadi fosil (fossilized) dalam sebuah penelitian hukum, serta menunjukkan sebuah stagnasi dalam metode peneli-tian hukum di Indonesia. Karya-karya penelitian hukum menjadi sangat kering meskipun tebal dari sajian fisiknya. Dalam sebuah penelitian hukum, selayaknya peneliti menjelaskan alur penelitian dengan format yang tidak ketat melainkan mengalir dan terurai. Penelitian sebagai sebuah bangunan logika yang mengaitkan an-tara satu rangkaian dan rangkaian yang lain sebagai sebuah kesa-tuan alur.18

Dalam penelitian etnografi hukum, etnografer hukum tidak boleh terpaku pada bentuk-bentuk baku yang mengikat sebuah format penelitian sehingga menjadi kurang beralur. Ia harus men-jelaskan dalam penelitiannya, langkah-langkah apa saja yang ia ambil untuk mengungkap masalah penelitian. Etnografer hukum harus menjelaskan secara detail dengan apa dan bagaimana ia mengenal subjek dan objek penelitian. Ia harus mampu mendes-kripsikan detail dengan cara apa ia menciptakan rapor yang baik dengan subjek. Siapakah yang menjadi perantara yang menghu-bungkan antara ia dengan subjek. Perlu diperhatikan bahwa detail adalah sebuah kekhasan penelitian etnografer. Untuk itu ia wajib melatih diri untuk menjelaskan secara detail setiap objek dan sub-jek yang ia tatap.

Ketika seseorang hendak menjadi peneliti etnografi, maka ia harus melakukan persiapan-persiapan sebelum ia masuk ke

18 Sulistyowati Irianto, Praktek Penelitian Hukum, Perspektif Sociolegal, dalam Irianto & Shidarta, Metode Penelitian Hukum, Konstelasi dan Refleksi, Penerbit Pustaka Obor Indonesia, (Jakarta: 2009), hlm. 297-299.

Page 32: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

12

tengah-tengah komunitas yang hendak ia teliti. Seorang peneli-ti etnografi haruslah memiliki sebuah keinginan yang kuat untuk memahami hukum-hukum yang berjalan di tengah sebuah komu-nitas tertentu. Perlu dipahami bahwa penelitian etnografi tidaklah mampu melihat sisi keluasan atas objek yang diteliti. Keutamaan dalam penelitian etnografi adalah kedalaman subjek yang diteliti. Tidak wajib dibutuhkan jumlah sampling tertentu karena validitas ditentukan dari siapa subjek yang akan diteliti untuk didalami.

Dalam kajian-kajian antropologi hukum, maka budaya meru-pakan sebuah konsep yang menjadi objek telaah utamanya. Se-orang etnografer harus mampu menguak dan mendeskripsikan pe-mahaman serta perilaku budaya. Keyakinan dan kepercayaannya, ide, dan pengetahuan serta pemahaman yang menunjukkan karak-teristik khas pada kelompok sosial yang diteliti. Pada keadaan ini, seorang etnografer hukum harus memiliki kemampuan berbaha-sa si subjek untuk memudahkan memahami maksud dan ide-ide yang diungkap oleh subjek. Etnografer hukum masuk ke dalam kehidupan komunitas yang ia telaah, menjadi dan menyelami ba-gaimana pola berpikir, perilaku, juga nilai-nilai standar normatif yang menentukan bagaimana pola-pola mereka berhukum. Dalam kebudayaan tertentu, umum terjadi bahwa aturan-aturan hukum tidak diwujudkan dalam bentuk tertulis yang mudah dibaca secara preskriptif. Hukum terwujud dari simbol serta tutur kata yang ha-rus ditangkap oleh seorang etnografer hukum. Perilaku berhukum yang ditunjukkan oleh sikap dan pilihan serta nilai-nilai budaya yang menentukan bagaimana subjek kelompok komunitas berhu-kum tidak dapat dipahami dalam waktu singkat. Membutuhkan waktu yang panjang untuk sampai pada taraf seorang etnografer mampu mendeskripsikan apa yang dimaksud oleh hukum dalam sebuah komunitas yang ia teliti.19

Ketika etnografer mencoba untuk berinteraksi dengan subjek pada sebuah lokasi penelitian, ia mencoba untuk mengetahui keda-laman pemikiran subjek. Pada keadaan ini subjek tidak dengan mu-

19 David M. Faterman, Ethnography, Second Edition, Sage Publications, (London: 1998), hlm. 17.

Page 33: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

13

dah dapat diwawancara. Umumnya muncul kecurigaan dalam diri subjek akan niat hadirnya orang asing dalam lingkungan sosialnya. Subjek akan menjaga jarak dengan etnografer hukum selaku orang asing yang hendak memasuki ke wilayahnya. Dalam hal ini, maka selayaknya seorang etnografer hukum tidak langsung melakukan indepth interview terhadap subjek. Ia harus menjalin rapor dengan subjek secara baik terlebih dahulu.

Sikap menjaga jarak dengan etnografer hukum oleh subjek adalah hal yang umum terjadi, untuk itu seorang etnografer hu-kum wajib melakukan pendekatan dengan tidak langsung menuju pada kegiatan meneliti. Dibutuhkan waktu yang cukup lama ter-gantung dari bagaimana seorang etnografer hukum dapat diteri-ma di lingkungan yang ia teliti. Penerimaan terhadap kehadiran etnografer yang akan dianggap sebagai orang asing sangat berva-riasi. Untuk itu kehadiran seorang informan yang dapat dan akan menghubungkan etnografer hukum dengan subjek atau responden penelitian di arena penelitian menjadi sangat penting.

C. konsEp-konsEp EtnogrAfi HukumBeberapa konsep dalam penelitian etnografi hukum selayak-

nya dipahami oleh seorang calon etnografer, antara lain:

1. EtnografiHukumMerupakanFieldworkPenelitian etnografi hukum merupakan penelitian lapangan

yang membutuhkan sebuah kemampuan adaptasi tinggi seorang etnografer terhadap lingkungan penelitiannya. Berbeda dengan penelitian yang menggunakan data-data kepustakaan sebagai sumber data utama penelitian, maka penelitian etnografi hukum menuntut seorang etnografer untuk terlibat secara aktif dengan subjek penelitian. Keterlibatan seorang etnografer terhadap subjek beserta lingkungan sosiokultural subjek dimaksudkan untuk me-mahami secara mendalam atas segenap konsep yang dibangun oleh subjek, cara berpikir subjek, persepsi serta pemaknaan-pemakna-an yang terbentuk dalam diri subjek yang diteliti terhadap dinami-

Page 34: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

14

ka hukum yang menyelimutinya. Seorang etnografer hukum harus berupaya menangkap dan mengungkap apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh subjek dalam berhukum. Etnografer tidak semata tertuju pada sisi normatif hukum, tetapi ia bergerak secara lebih dalam untuk melihat interaksi subjek dengan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, juga religi yang menyelimuti pemikiran subjek, sehingga akan dapat diketahui rasionalitas tindakan hukum yang diambil oleh subjek. Subjek dalam memilih tindakan yang rasio-nal terhadap hukum akan dipengaruhi oleh beragam arena yang menyelimutinya.

Mengapa subjek lebih memilih untuk menggunakan penye-lesaian sengketa melalui jalur di luar pengadilan dibandingkan menggunakan sarana pengadilan yang telah disiapkan oleh nega-ra ataupun sebaliknya? Apakah faktor dan motif ekonomi meme-ngaruhi sebuah tindakan yang diambil, ataukah lebih dipengaruhi oleh faktor budaya, ataukah lebih didominasi oleh faktor religi? Pilihan tindakan yang diambil oleh subjek ini harus dicoba untuk diungkap dan dijelaskan oleh seorang etnografer hukum melalui serangkaian teori tertentu secara ilmiah.

Etnografer harus memiliki ketahanan, baik fisik maupun men-tal, waktu juga biaya untuk melakukan sebuah riset etnografi hu-kum. Untuk dapat mengetahui bagaimana rasionalitas tindakan subjek yang diteliti, maka tidak ada cara lain selain partisipasi ser-ta keterlibatan etnografer bersama subjek yang diteliti. Etnografer hukum harus memiliki cukup kesabaran untuk mengamati gerak perilaku dinamis subjek terhadap hukum. Subjek berinteraksi dan memaknai hukum diwujudkan dalam perilakunya. Bagaimana subjek memberikan makna dan bereaksi terhadap hukum, hingga bagaimana subjek mencoba untuk menyelesaikan setiap sengketa yang dihadapinya berdasarkan norma-norma yang melingkupinya diteliti secara mendalam oleh seorang etnografer hukum. Etnogra-fer harus mampu menangkap setiap makna yang diucapkan mau-pun yang dilakukan oleh subjek yang ia teliti. Dalam keadaan ini seorang etnografer hukum akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengamatan terhadap gerak perilaku ber-

Page 35: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

15

hukum subjek. Seorang etnografer hukum dapat melakukan sebu-ah riset etnografi hingga belasan tahun untuk menguak perilaku berhukum sekelompok komunitas tertentu.

Mengingat rentang waktu penelitian ini yang cukup lama, maka kecil kemungkinan sebuah penelitian etnografi hukum dila-kukan dengan mengandalkan dana pribadi si peneliti. Dukungan dana yang cukup besar dibutuhkan oleh seorang etnografer hu-kum dari berbagai lembaga donor untuk mewujudkan keberha-silan sebuah penelitian etnografi hukum. Dana serta ketersediaan waktu yang panjang dibutuhkan oleh seorang etnografer hukum. Dana yang besar serta rentang waktu yang panjang untuk mewu-judkan sebuah penelitian etnografi hukum ini, sebanding dengan hasil yang diperoleh. Hasil penelitian merupakan data segar dan diperoleh langsung dari para subjek yang telah diamati secara mendalam dalam rentang waktu yang cukup lama. Sebuah pene-litian etnografi hukum umumnya akan mampu bertahan cukup lama dalam blantika penelitian jika dibandingkan penelitian non-etnografi hukum.

2. EtnografiHukumMerupakanPenelitianInduktifPenelitian etnografi hukum dilakukan pada satuan masyara-

kat terkecil, dan tidak dapat digunakan untuk menelaah perilaku berhukum manusia dalam masyarakat yang luas. Etnografi hukum melihat bagaimana perilaku, pemikiran berhukum beserta konsep-konsep yang dibangun oleh sekelompok manusia tentang hukum. Etnografi dengan demikian merupakan penelitian induktif, sebu-ah penelitian yang lebih mengutamakan metode kasus. Tidak se-perti hukum undang-undang yang menggunakan model deduktif, penelitian ini lebih mengutamakan kedalaman. Untuk mengam-bil sebuah kesimpulan umum, maka dapat dikumpulkan beragam hasil penelitian etnografi yang telah ditulis.20 Penelitian etnografi hukum juga dapat diawali dengan melihat pada data-data sekun-

20 Seth Kahn, Putting Ethnographic Writing in Context, sumber: http://writingspaces.org/sites/default/files/kahn--putting-ethnographic-writing.pdf, diakses pada tanggal 28 November 2017.

Page 36: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

16

der yang ada: hasil-hasil penelitian etnografi yang telah ditulis, data-data statistik yang ada, data-data lain yang dapat menunjang penelitian etnografi.

Etnografi hukum lebih menekankan pada keterlibatan seorang etnografer pada lingkungan sosial yang ia teliti. Dibandingkan de-ngan melihat pada pengalaman yang telah ada, maka seorang et-nografer melihat pada pengalaman yang sedang terjadi. Ia menu-liskan segala hal tentang apa yang ia hadapi saat itu di lapangan. Seorang etnografer menuliskan perilaku berhukum berdasarkan pada wawancara mendalam serta pengamatan yang ia laksanakan saat itu. Walaupun di atas telah dijelaskan kegunaan data sekun-der, tetapi keutamaan data primer berupa wawancara mendalam saat penelitian, keterlibatan etnografer dalam satuan sosial yang kecil untuk memantau reaksi dan perilaku berhukum adalah hal utama dalam etnografi hukum. Dalam hal ini, maka waktu menja-di sangat menentukan dalam penelitian etnografi.

Penelitian pada komunitas punk, komunitas pedagang kaki lima, komunitas penghobi sepeda tua, dan sebagainya tidak da-pat dinyatakan sama dengan komunitas punk lainnya, komunitas pedagang kaki lima lainnya, komunitas penghobi sepeda tua lain-nya. Di antara sesama komunitas punk, komunitas penghobi sepe-da tua, komunitas pedagang kaki lima, ataupun suku-suku yang hidup di pedalaman masing-masing memiliki budaya hukumnya sendiri dengan karakteristiknya yang tersendiri. Penelitian pada unit satuan sosial yang kecil ini bagai seorang dokter yang meme-riksa pasien dengan penyakit tertentu. Seseorang yang menderita demam akan diobservasi untuk dapat ditemukan penyakitnya de-ngan gejala-gejala yang menyertainya. Kesimpulan atas penyakit demam beserta pengobatan terhadap penderita demam tersebut tidak dapat dinyatakan sama terhadap penderita demam lainnya. Hal ini juga berlaku pada penelitian etnografi hukum untuk meng-uak perilaku dan budaya hukum pada sebuah komunitas tertentu. Walaupun terdapat karakteristik yang berbeda dari setiap unit so-sial atas perilaku budaya hukumnya, tentunya masih dapat ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat umum dari banyaknya fieldwork

Page 37: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

17

yang pernah dilakukan oleh para etnografer hukum dalam pene-litiannya.

3. BahasadalamPerspektifEmicPenguasaan Bahasa adalah hal yang sangat penting dalam

penelitian etnografi hukum. Penguasaan bahasa yang digunakan oleh subjek oleh seorang etnografer akan mempercepat dan mem-permudah dirinya dalam menggali data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penguasan bahasa juga akan berkait erat dengan ke-mampuan etnografer untuk mengungkapkan segala hal dalam alam berpikir subjek melalui perspektif emic. Dalam penelitian etnografi salah satu keunggulannya adalah bahwa penelitian ini mampu menghadirkan sebuah perspektif emic, karena ia merupa-kan jantung sebuah penelitian etnografi hukum. Perspektif emic adalah sebuah pemahaman yang diungkap berdasarkan pada per-spektif subjek yang diteliti.21

Kesulitan dalam penelitian etnografi adalah tahap untuk dapat menangkap perspektif emic ini. Kegagalan untuk menangkap mak-na dan ide yang dengannya perilaku berhukum dapat tergambar acap kali gagal dicapai oleh peneliti. Kesulitan untuk memahami maksud dari bahasa diungkap oleh subjek yang diteliti sering dite-mui dalam penelitian etnografi. Ketika seseorang mengungkapkan hilangnya nyawa, maka setidaknya ada beberapa kata yang dapat diucapkan: meninggal dunia, wafat, tewas, dan mati. Masing kata tersebut memiliki nilai yang berbeda ketika diucapkan oleh sub-jek. Ketika seseorang kehilangan nyawa, dan subjek yang diteliti menggunakan narasi kata wafat, maka tergambar adanya sebuah makna nilai penghormatan dari diri subjek terhadap orang yang telah kehilangan nyawa tersebut. Hal ini akan menjadi berbeda ketika subjek menggunakan kata mati terhadap orang yang kehi-langan nyawa tersebut. Terdapat nilai berbahasa yang berbeda di antara keduanya walaupun menunjukkan sebuah peristiwa hilang-nya nyawa.

21 David M. Faterman, Ethnography, Second Edition, Sage Publications, (London: 1998), hlm. 20.

Page 38: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

18

Pandangan subjek terhadap orang yang meninggal dengan memilih kata akan menentukan bagaimana ia memandang ser-ta memberikan persepsi atas orang yang telah meninggal terse-but. Peneliti dapat melihat adanya sebuah konflik yang muncul di antara subjek yang diteliti dengan orang yang telah meninggal tersebut, ketika ia memilih menggunakan kata mati. Konflik yang muncul ditelusuri dari ungkapan-ungkapan berbahasa yang ditun-jukkan oleh subjek. Hubungan yang harmonis atau inharmonis an-tara subjek dengan orang yang meninggal tersebut akan terungkap dengan penggunaan pilihan kata dalam berbahasa. Untuk men-deskripsikannya, maka peneliti mengungkapkan dengan kalimat langsung terhadap semua ucapan dan bahasa yang diungkap oleh subjek.

4. EtnografiHukumBerorientasiNon-JudgementalOrientasi non-judgmental adalah sebuah orientasi pemaham-

an yang harus dimiliki oleh seorang etnografer untuk tidak dengan mudah menyatakan sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek dan kelompok komunitas yang diteliti adalah sebuah kesalahan. Kesalahan yang sering dihadapi oleh seorang etnografer adalah seringnya etnografer hukum menjatuhkan sebuah nilai bersalah atas perbuatan yang dilakukan oleh komunitas sosial yang ia teli-ti.22 Perilaku berhukum yang dilakukan oleh subjek tidaklah sama dengan pemahaman dan perilaku berhukum yang dipahami oleh sang etnografer. Perbedaan pemahaman berhukum tidaklah de-ngan mudah menjadikan etnografer hukum menyatakan subjek telah melakukan kesalahan dalam berhukum. Etnografer harus mampu melihat sudut pandang lain dalam pemahaman budaya yang berbeda. Dalam pendekatan cultural relativism setiap budaya memiliki standar normanya masing-masing. Sering kali seorang et-nografer hukum menerapkan ethnocentrism dalam menilai perilaku sekelompok manusia. Dalam pendekatan ethnocentrism kelompok sosial pendukung kebudayaan tertentu ditundukkan pada kelom-

22 David M. Faterman, Ethnography, Second Edition, Sage Publications, (London: 1998), hlm. 22-23.

Page 39: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

19

pok budaya yang lain sebagai pendukung budaya besar. Standar nilai dan norma benar-salah ditentukan oleh pendukung kebuda-yaan besar terhadap kebudayaan yang lain.

Selain itu pula bahwa orientasi ini berkaitan dengan perbe-daan standar nilai yang dipahami oleh peneliti dan subjek. Per-bedaan nilai ini terkadang dapat mengakibatkan ketersinggungan dari pihak subjek dikarenakan adanya penolakan oleh etnografer hukum. Jika seorang etnografer hukum memasuki sebuah arena sosial penelitian, maka ia harus mampu melakukan proses adap-tasi dengan kondisi sosial budaya yang ada. Pada awalnya akan muncul kebingungan pada diri seorang etnografer hukum untuk bersikap dan berperilaku dalam lingkungan sosial dan budaya yang sangat berbeda. Etnografer hukum harus segera beradaptasi dengan mencoba memahami apa yang boleh dilakukan dan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan dalam lingkungan sosial tersebut.

Ketika peneliti melakukan penelitian pada kawasan Kampung Sewan ini, suatu pagi peneliti berjalan menyusuri jalan perkam-pungan. Pada saat itu melakukan penelusuran dengan didampingi oleh seorang warga, peneliti melewati sebuah rumah dan di depan teras rumah tersebut, pemilik rumah, seorang bapak, sedang ber-doa dengan berdiri di depan pagar rumahnya. Pada saat itu peneli-ti terus melangkah melewati bapak yang sedang memanjatkan doa tersebut. Seorang penduduk yang mendampingi peneliti menceri-takan dan sekaligus memberikan pengertian, bahwa jika di pagi hari sedang ada orang yang berdoa di depan rumah, maka kita wajib untuk berhenti menunggu ia selesai berdoa baru kemudian kita melangkah pergi. Jika ini norma ini dilangggar, maka terda-pat keyakinan bahwa kita akan mendapatkan bala’ atau kesialan. Pemikiran seperti ini pada sebagian orang akan dianggap tidak logis dan masuk akal. Inilah bentuk contoh judgemental orientation, sedangkan etnografer harus berpikir sebaliknya. Peneliti haruslah memahami nilai-nilai kultur dan religi lokal untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antara etnografer hukum dengan sub-jek dalam arena sosial yang diteliti. Dalam pendekatan mazhab

Page 40: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

20

hukum alam perilaku hukum berupa mentaati sebuah keyakinan religius tertentu yang tampaknya irasional dapat dilihat sebagai sebuah perilaku rasional. Ketaatan subjek untuk mengendalikan perilaku agar tidak bertentangan dengan kehendak alam, menjaga harmoni alam dan manusia, antara makrokosmos dan mikrokos-mos. Menjaga harmoni antara manusia yang berperilaku sesuai de-ngan standar norma yang berkesesuaian dengan kehendak alam.

5. EtnografiHukumBerfokuspadaKedalamanPenelitianUntuk mewujudkan gambaran perilaku berhukum sebuah

komunitas atau kelompok sosial tertentu, maka etnografer tidak akan dapat mewujudkan keluasan penelitian melainkan kedalam-an. Metode etnografi yang mengutamakan kedalaman akan ter-fokus pada kajian mikro.23 Untuk mencapai kedalaman tersebut, maka etnografer hukum hanya akan mengkaji kelompok sosial dalam unit kecil. Etnografer hukum terlibat ke dalam kelompok sosial tertentu, dengan perilaku budaya yang homogen di dalam-nya. Ia melakukan pertisipasi secara aktif dalam kehidupan se-hari-hari kelompok yang ia teliti.24 Etnografer hukum mengkaji perilaku berhukum terhadap kelompok sosial tertentu. Hasilnya tidak dapat digunakan sebagai sebuah kesimpulan umum bahwa perilaku kelompok sosial ini menggambarkan perilaku berhukum kelompok sosial lainnya.

Dalam sebuah penelitian etnografi hukum, etnografer hukum hanya meneliti pada subjek atau responden yang telah ditentu-kan dalam jumlah yang terbatas. Jumlah responden tidak banyak secara kuantitas. Hal ini terjadi karena responden akan diwawan-carai secara mendalam untuk mengetahui apa yang dia pikirkan, rasakan, lakukan dalam proses interaksinya dengan hukum. Ba-gaimana ia bereaksi dan bagaimana ia memaknai hukum haruslah

23 Anne Griffiths, Using Ethnography as a Tool in Legal Research: An Anthropological Perspectives, dalam Banakar and Travers, eds., Theory and Methods in Socio-Legal Research, Hart Publishing, (London: 2005), hlm. 114. Lihat pula Ember & Ember, Anthropology, Prentice Hall, (New Jersey: 1985), hlm. 203.

24 Barbara Tedlock, The Observation of Participation and The Emergence of Public Ethnography, dalam Denzin and Licoln, eds., The Sage Handbook of Qualitative Research, Third Edition, Sage Publication, (London: 2005), hlm. 467.

Page 41: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

21

didalami oleh seorang etnografer. Untuk dapat mengetahui hal itu semua tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, melain-kan membutuhkan jangka waktu yang panjang. Seorang subjek yang telah ditentukan untuk diwawancarai mendalam ini harus diikuti, diamati, didengar ucapan-ucapannya, serta dilihat perila-kunya terhadap hukum. Dengan demikian, tidak mungkin seorang etnografer hukum dapat melakukan wawancara secara mendalam terhadap subjek atau responden dalam jumlah yang banyak.

Kajian etnografi yang menekankan pada kedalaman peneliti-an, tidak ditentukan berdasarkan besaran populasi. Validitas data tidak ditentukan berdasarkan pada banyaknya jumlah responden yang diwawancarai. Dalam kajian etnografi klasik bahkan sama sekali tidak melakukan sebaran-sebaran angket, melainkan hanya melakukan observasi dan wawancara mendalam. Dalam bentuk yang kontemporer, maka etnografi dapat dilakukan secara mix methodology dengan menyajikan data statistik dan sebagainya.25 Perlu diketahui bahwa data tersebut bukanlah merupakan data utama dalam sebuah penelitian etnografi. Data statistik mengenai jumlah penduduk, pendapatan rata-rata subjek, jumlah anggota keluarga dapat digunakan sebagai data pendukung penelitian et-nografi hukum. Dalam penelitian tentang Komunitas Cina Ben-teng Kampung Sewan ini ditampilkan data-data mengenai jumlah penduduk, dan juga juga pendapatan yang diperoleh warga. Hal ini sebagai pendukung dari upaya peneliti untuk menggambarkan kondisi dinamika sosial ekonomi masyarakat. Penelitian terhadap komunitas ini tetap menggunakan bentuk wawancara mendalam atau indepth interview terhadap subjek dengan mencoba mengha-dirkan perspektif emic.

6. MenangkapdanMengungkapSimbol-simbolHukumPada banyak kebudayaan, segenap aturan-aturan hukum se-

bagai pengendali sosial kemasyarakatan acap kali tidak tertuang

25 Reza Banakar and Max Travers, Law, Sociology and Method, dalam Banakar and Travers, eds., Theory and Method in Socio-Legal Research, Hart and Publishing, (London: 2005), hlm. 17.

Page 42: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

22

dalam bentuk yang tertulis. Simbol-simbol tertentu: gambar, war-na, huruf, dan angka, menjadi tanda tertentu terhadap hadirnya norma di tengah-tengah komunitas, sekaligus menggambarkan kepercayaan serta praktik perilaku yang dijalankan. Simbol dapat berupa simbol-simbol religius, maupun dalam kehidupan yang se-kuler sekalipun.26 Norma hukum yang disimbolkan ini dijalankan serta dipatuhi oleh komunitas tertentu. Tidak hanya simbol, se-jumlah ritual yang dijalankan oleh kelompok budaya juga dapat menjadi sebuah hukum yang dipatuhi oleh komunitas yang dite-liti. Etnografer hukum harus mampu menyelami dan memahami beragam simbol pada setiap arena sosial yang ia teliti. Etnografer hukum selayaknya mencoba menjalin komunikasi secara menda-lam dengan seorang tokoh warga dalam komunitas yang ia teliti untuk memahami nilai dan norma hukum yang hidup dalam arena sosial tersebut. Para tokoh pada komunitas yang diteliti umum-nya memiliki kemampuan untuk menjelaskan norma-norma yang hidup sebagai pengendali sosial komunitas. Tokoh komunitas ini juga akan dapat membimbing serta akan mengarahkan seorang etnografer untuk masuk ke tengah-tengah komunitas secara men-dalam.

Norma yang hidup dan dipatuhi dalam sebuah komunitas ataupun masyarakat luas tampak dalam beragam simbol-simbol kultural dan religius. Mengapa warna hijau sangat dihindari oleh masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan Pantai Selatan Jawa? Apa makna warna hijau bagi mereka? Mengapa warna hi-jau dan bukan warna lainnya? Mengapa sebuah tanda bahaya di-simbolkan dengan warna merah, tetapi pada pendukung kebuda-yaan yang berbeda warna merah justru digunakan sebagai simbol kesejahteraan dan bukan bahaya, mengapa dan apa maknanya?

Mengapa pada kelompok pendukung kebudayaan tertentu me nabrak seekor kucing menjadi hal yang terlarang untuk dila-kukan, dan bagi pelakunya diyakini akan menimbulkan musibah? Mengapa pada kelompok kebudayaan tertentu dalam mengha-

26 David M. Faterman, Ethnography, Second Edition, Sage Publications, (London: 1998), hlm. 26.

Page 43: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

23

diri upacara kematian menggunakan baju berwarna hitam? Apa makna simbol warna hitam? Mengapa dalam ajaran religius Islam menggunakan simbol bulan, apa maknanya?

Semua bentuk angka, warna, huruf, wujud hewan, tumbuhan, bintang, bulan, dan lambang tertentu menjadi simbol-simbol yang dipatuhi. Simbol tidaklah diam tetapi memiliki makna sebagai pe-rintah dan larangan, dipatuhi menjadi sebuah tanda-tanda (sign) dari berjalannya norma-norma dalam beragam komunitas. Makna dari sebuah simbol perlu diungkap oleh etnografer hukum, karena banyaknya kelompok sosiokultural yang menggunakan simbol se-bagai norma hukum. Tugas seorang etnografer hukum untuk me-nangkap dan mengungkap makna-makna di balik fenomena dan simbol melalui penelusuran-penelusuran ideologikal.

Pada kehidupan warga Cina Benteng Kampung Sewan simbol dan ritual adalah hal penting untuk dipahami etnografer. Untuk menentukan apakah sebuah rumah didiami oleh seorang warga Cina Benteng atau warga pendatang yang tidak termasuk etnis Cina Benteng, dapat dilihat dengan adanya simbol. Ketika etno-grafer melihat adanya simbol berupa kertas berwarna putih dan kuning dengan huruf-huruf Cina yang terdapat di depan rumah, maka ia dapat dipastikan merupakan warga Cina Benteng. Tulisan tersebut tidaklah sekadar tulisan biasa dan tanpa makna, melain-kan juga memiliki makna-makna tertentu sebagai sebuah ritual hukum yang harus dilakukan untuk mengusir pengaruh dan keku-atan roh-roh jahat.

Pada kehidupan warga di kawasan Pantai Selatan adalah hal tabu untuk mengenakan pakaian berwarna hijau. Penduduk se-tempat meyakini bahwa pakaian berwarna hijau identik dengan pakaian yang dikenakan oleh Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Terdapat sebuah larangan yang dipatuhi oleh warga setempat bahwa warna hijau sebagai simbol pemilik kekuasaan. Warna hijau ini hanya dapat dipakai oleh Sang Ratu sebagai sim-bol penguasa yang membedakannya dengan rakyat dan manusia biasa. Terdapat strata sosial dalam wujud simbol budaya-budaya hukum yang berlaku dan membedakannya dengan lingkungan

Page 44: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

24

arena sosial lainnya.Konsep-konsep yang tampak irasional seperti keyakinan reli-

gus di tangan seorang etnografer hukum haruslah dijelaskan se-cara rasional. Makna-makna religius yang dilambangkan dalam simbol-simbol religius tertentu harus dijelaskan secara rasional. Simbol dunia magis Nyi Roro Kidul yang diyakini oleh sebagian masyarakat Pantai Selatan Jawa secara rasional adalah sebuah ni-lai-nilai normatif berkaitan dengan relasi-relasi kultural antara Ke-raton Mataram dengan penguasaannya atas wilayah selatan Jawa. Keraton Mataram yang kehilangan kekuasaan atas wilayah Pan-tai Utara serta kegagalannya dalam menundukkan kekuatan VOC di Batavia (Utara Jawa) membutuhkan sebuah penciptaan mitos kultural bahwa Mataram masih menguasai Selatan Jawa. Tenta-ra VOC yang mengenakan baju berwarna hijau sebagai penguasa Jawa digantikan oleh sebuah penciptaan mitos Ratu Laut Selatan yang juga berbusana hijau sebagai kekuatan pembandingnya.27

Penciptaan mitos kultural ini dibutuhkan oleh penguasa Ma-taram sebagai bentuk pengakuan atas kekuasaan Mataram di Ta-nah Jawa. Penciptaan norma dalam struktur budaya selatan Jawa termasuk larangan menggunakan baju warna hijau adalah bentuk dari pengakuan masyarakat Jawa terhadap eksistensi keberlakuan hukum-hukum Mataram. Pengakuan keberlakuan norma hukum dalam sebuah wilayah tertentu sekaligus sebagai sebuah pengaku-an atas kekuasaan politik di wilayah tersebut.

Norma-norma perilaku berhukum semacam ini tentu tidak tertuang secara preskriptif dalam buku-buku hukum, melainkan dijalankan dalam bentuk simbol gerak dinamika masyarakat hu-kum. Komunitas tertentu dengan norma yang diyakini ini ditelaah, diteliti, dan dibaca oleh etnografer hukum. Kata, simbol, warna, juga kalimat tertentu akan menunjukkan makna-makna normatif yang menggambarkan sebuah gerak dinamika hukum dalam ke-seharian sebuah komunitas tertentu. Inilah sebuah makna kera-

27 Aryono, Siapakah Sebenarnya Nyai Roro Kidul, Historia, sumber: https://historia.id/kuno/articles/siapakah-sebenarnya-nyai-roro-kidul-vVeVp, diakses pada tanggal 12 Oktober 2018.

Page 45: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

pertama etnOgraFi Hukum sebuaH metOde penelitian Hukum

25

gaman berhukum, bahwa hukum bukanlah hanya daya gerak aktif norma kekuasaan negara, melainkan juga daya gerak aktif norma dalam berbagai kelompok sosial-budaya.

Page 46: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 47: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKedua

etnOgrafi Hukum: PersiaPan dan PemaHaman etika

Melakukan sebuah fieldwork membutuhkan persiapan yang cukup matang dalam sebuah kajian etnografi. Seorang etnografer selayaknya telah memiliki pemahaman awal

mengenai kondisi lapangan yang akan ia tuju. Dalam melakukan pendalaman kultural dan perilaku berhukum sebuah komunitas tertentu, selayaknya ia telah memiliki kemampuan untuk melaku-kan riset etnografi. Seorang calon etnografer yang untuk pertama kali melakukan studi etnografi, sebaiknya didampingi seorang et-nografer hukum yang telah memiliki pengalaman melakukan studi etnografi hukum. Selain itu pula seorang calon etnografer hukum selayaknya melakukan kegiatan pra-riset sebelum ia benar-benar

Page 48: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

28

terjun ke lapangan. Kegiatan pra riset ini untuk melihat, sejenak membuka wawasan dan pemahaman etnografer akan kondisi la-pangan yang akan ia masuki.

Persiapan yang cukup matang ini meliputi persiapan atas kondisi internal maupun eksternal calon etnografer. Kondisi inter-nal adalah sebuah kondisi dalam diri sang calon etnografer. Per-siapan fisik dan juga mental sangat dibutuhkan dalam penelitian etnografi. Kondisi alam yang sangat berbeda dengan lingkungan asli etnografer, perbedaan budaya dan religi menuntut ia mampu melakukan proses-proses adaptif dengan segera. Semua perbedaan ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan penelitian etnografi yang dilakukan.

Persiapan dana yang cukup besar menjadi kendala eksternal untuk meraih keberhasilan sebuah penelitian etnografi hukum. Penelitian etnografi hukum umumnya memakan waktu yang cu-kup lama, karena ia harus melakukan kajian mendalam atas pe-rilaku budaya hukum sebuah komunitas. Ia dapat berada dalam lingkungan budaya hukum sekelompok komunitas selama ber-minggu-minggu, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Keadaan ini menuntut sebuah kesiapan dana yang cukup besar dari seorang etnografer hukum. Dana besar tersebut tidak saja untuk kepenting-an biaya hidup seorang etnografer hukum, tetapi juga dibutuhkan saat melakukan wawancara dan observasi secara mendalam dalam sebuah lingkungan budaya hukum tertentu.

A. pErsiApAn mElAkukAn fiEldwork Setelah mengetahui beberapa konsep dalam penelitian etno-

grafi hukum, maka etnografer hukum dapat melakukan beberapa langkah untuk memulai sebuah penelitian etnografi hukum, anta-ra lain:

1. MenyiapkanPeralatanPenelitianBeberapa alat yang harus dibawa ke lingkungan lokasi pene-

litian antara lain: pena dan kertas, buku catatan kecil untuk wa-

Page 49: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

29

wancara (notes), tape recorder, kamera, serta laptop jika diperlu-kan, serta sarana internet. Pena dan kertas juga notes digunakan sebagai alat wawancara. Wawancara dapat saja dilakukan secara oral dengan tidak mencatat sama sekali, dan menyimpan hasil wa-wancara dalam ingatan. Hal ini dapat dilakukan tetapi memiliki risiko adanya faktor daya ingat, etnografer hukum dapat saja lupa dengan apa yang telah diucapkan oleh subjek yang diwawancarai. Buku catatan, kertas serta pena dapat menjadi alat untuk mencatat segenap keterangan yang diberikan oleh subjek yang diwawanca-rai. Penggunaan alat rekam seperti tape recorder ukuran kecil dapat dilakukan untuk mencapai taraf presisi wawancara. Uraian yang cukup panjang sebagai penjelasan dan keterangan berhukum oleh subjek dapat direkam, kemudian dituangkan dalam lembaran-lem-baran kertas atau langsung diketik dalam sebuah laptop.

Kamera ataupun video merupakan alat yang sangat menolong bagi seorang etnografer hukum untuk membantu menggambarkan atau mendeskripsikan perilaku subjek. Wawancara beserta perila-ku dan reaksi berhukum akan mudah ditangkap oleh kamera atau-pun video. Gambar ataupun sajian bergerak lalu dituangkan dalam laptop untuk ditulis dalam laporan penelitian. Wawancara men-dalam yang akan berlangsung selama berminggu-minggu, berbu-lan-bulan atau bahkan bertahun-tahun akan lebih mudah terbantu dengan menggunakan sarana kamera dan video serta dukungan internet. Laporan yang tersaji dari hasil penelitian dapat segera dikirimkan ke pusat data untuk pengamanan data. Data dari hasil riset lapangan riskan mudah rusak jika terkumpul di lokasi pene-litian. Untuk itu, maka hasil penelitian berupa wawancara yang telah dituangkan dalam laporan penelitian dapat disimpan dalam ruang maya.

Hasil wawancara selama berbulan-bulan akan menjadi lebih aman jika disimpan di dunia maya melalui fasilitas internet. Jika hasil catatan wawancara yang tertulis pada lembaran kertas atau notes rusak atau hilang, maka etnografer hukum dapat mengunduh hasil wawancara yang telah ada. Fasilitas internet tersebut tidak selamanya ada dan ditemui di lokasi-lokasi penelitian. Untuk itu

Page 50: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

30

selayaknya seorang etnografer membawa fasilitas internet portable jika diketahui pada lokasi penelitian yang dituju tidak dijumpai fasilitas internet.

2. MemasukiLokasiPenelitianKetika seorang calon etnografer hukum hendak memasuki

sebuah lokasi penelitian yang telah ditentukan, maka diperlukan seorang anggota dalam komunitas tersebut untuk memperkenal-kan etnografer pada lingkungan arena sosial yang hendak diteliti.1 Etnografi hukum merupakan sebuah fieldwork (studi lapang) yang membutuhkan ketahanan seorang etnografer hukum untuk bera-daptasi dengan lingkungan sosial yang baru. Pada keadaan ini se-orang penghubung tersebut adalah seseorang yang dipercaya oleh komunitas tersebut. Menjadi lebih baik jika penghubung tersebut adalah orang yang memiliki pengaruh dalam kelompok komunitas yang diteliti tersebut. Ia dapat merupakan ketua komunitas, tokoh yang dituakan, seseorang yang dipercaya oleh komunitas dan ti-dak memiliki cacat sosial dalam lingkungannya, dan sebagainya. Jika hal tersebut tidak dapat diperoleh, maka penghubung sebaik-nya adalah seseorang yang memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh komunitas yang akan diteliti. Penghubung ini akan menja-min seorang calon etnografer untuk dapat diterima dengan baik dalam lingkungan sosial budaya subjek yang akan diteliti. Pada sisi yang bersamaan, kelompok sosial yang akan menerima calon etnografer tersebut mendapat sebuah jaminan dari sang penghu-bung atas keberadaan seorang calon etnografer di daerahnya.

Pada daerah perkotaan di mana sebuah komunitas sudah ber-hasil melakukan interaksi sosial secara luas, masuknya seorang et-nografer hukum akan menjadi lebih mudah. Komunitas tersebut secara umum cenderung bersikap lebih terbuka pada orang asing yang akan masuk ke dalam lingkup sosialnya. Hal ini dapat menja-di berbeda jika kelompok sosial yang akan dimasuki oleh seorang calon etnografer hukum merupakan komunitas yang tertutup. Di-

1 David M. Fetterman, Ethnography, Second Edition, Penerbit Sage Publications, (London: 1998), hlm. 33.

Page 51: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

31

perlukan seorang penghubung yang sangat dipercaya untuk dapat memberikan pemahaman kepada kelompok sosial tersebut bahwa tindakan seorang calon etnografer ke dalam wilayahnya bukanlah untuk mengganggu ketenteraman sosial yang telah terjadi selama ini. Tingkat kesulitan yang juga harus dipertimbangkan adalah adanya perbedaan kultural antara sang calon etnografer dengan lingkungan sosial yang akan dimasukinya.

Perbedaan kultural acap kali menjadi kendala untuk dapat di-terima dalam sebuah komunitas tertentu. Untuk itu seorang calon etnografer harus memahami seluk-beluk budaya sebuah komunitas sebelum ia terjun ke dalam lingkungan sosial subjek yang akan di-teliti. Seorang calon etnografer harus mampu menjalin komunikasi secara intens dan jujur kepada tokoh komunitas yang akan dima-sukinya. Seorang calon etnografer harus menyampaikan maksud kepada para tokoh atau sesepuh komunitas mengenai tujuan yang akan dilakukan oleh seorang etnografer hukum. Lokasi penelitian yang telah dimasuki tidak dengan mudah dapat dimasuki jika para tokoh yang dituakan dalam komunitas tersebut tidak memberikan sinyal positif akan tujuan yang hendak dicapai oleh seorang et-nografer. Dalam posisi ini selayaknya seorang etnografer hukum menyampaikan maksud penelitian dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh para tokoh komunitas tersebut.

3. ProsesAdaptasiTerhadapLingkunganPenelitianDalam tahap awal ketika calon etnografer hukum diterima da-

lam sebuah lingkungan sosial komunitas tertentu dan kini telah menjadi etnografer ditandai dengan persetujuan oleh tokoh komu-nitas, ia tentunya tidak akan dapat melakukan langsung wawan-cara melainkan melalui proses-proses adaptasi dengan kelompok sosial tersebut. Jika seorang etnografer hukum telah mendapatkan sinyal positif dari para tokoh komunitas untuk melakukan peneli-tian, maka wawancara tidak dapat segera dilakukan, apalagi un-tuk melakukan wawancara secara mendalam. Seorang etnografer hukum harus memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sosial yang ia teliti. Ia terlebih dahulu harus membangun rapor

Page 52: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

32

yang baik dengan subjek yang diteliti. Beberapa cara dapat dilakukan sebelum tiba pada sebuah kegi-

atan penelitian, antara lain: mengetahui tempat-tempat dan lokasi di mana warga sering melakukan kegiatan bersama, mengetahui di mana para subjek atau responden yang kelak dapat diwawan-carai. Untuk ini, maka tokoh dan sesepuh komunitas adalah kunci untuk memudahkan etnografer hukum dapat diterima oleh warga komunitas. Warga komunitas umumnya mengakui eksistensi dan kewibawaan para sesepuh warga. Ini menjadi sebuah jaminan bagi warga bahwa tujuan seorang etnografer adalah memiliki tujuan yang baik.

Pada tahap adaptasi awal ini, seorang etnografer hukum hen-daknya mampu memahami segenap aktivitas budaya lokal setem-pat. Segenap larangan dan norma-norma yang hidup di lingkung-an sosial komunitas diketahui dan diikuti oleh etnografer hukum. Jika terdapat perilaku budaya yang bertentangan dengan nilai religi atau agama yang dianut oleh etnografer hukum, maka hen-daknya etnografer meminta keterangan dari para sesepuh bagai-mana etika dan norma yang harus dilakukan dan dipatuhi untuk dapat menolak sebuah nilai yang berbeda tersebut. Sebagai con-toh, bahwa dalam sekelompok komunitas sosial yang diteliti me-miliki tradisi minum arak untuk menyambut tamu sebagai bentuk penghormatan. Dalam keadaan ini seorang etnografer yang tidak dapat meminum arak karena sebuah larangan agama, meminta in-formasi dari para sesepuh dan tokoh untuk mengetahui cara meno-lak yang sopan sesuai dengan norma dan tradisi lingkungan sosial setempat.

Pada tahap awal ini, seorang etnografer hukum melakukan pendekatan untuk dapat diterima oleh lingkungan sosial setempat. Banyak cara dapat dilakukan: mengikuti kegiatan warga setempat, sekadar berjalan pagi untuk menyapa warga, hingga terlibat ak-tif dalam kegiatan ritual budaya setempat. Proses pengenalan ini sebagai bentuk keterlibatan etnografer hukum dalam lingkungan sosial setempat. Pada tahap ini banyak warga akan menanyakan maksud dan keperluan etnografer di lingkungannya. Etnografer

Page 53: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

33

hukum harus menjelaskan maksud tujuan dengan bahasa yang se-derhana dan mudah dipahami. Mereka mungkin tidak paham kata: riset, penelitian, observasi, dan bahasa ilmiah lainnya. Etnografer hukum dapat menggunakan pilihan kata yang lebih dipahami oleh subjek: pingin belajar tentang budaya di sini. Kata kuliah bisa diganti dengan kata sekolah. Kata wawancara dapat diganti dengan istilah ngobrol. Kata dan kalimat dengan bahasa baku yang cenderung formal diubah menjadi bahasa lisan dan ringan dalam proses in-teraksi antara etnografer dengan subjek. Hal ini dilakukan tanpa mengurangi kadar serta bobot ilmiah yang dipersyaratkan dalam kajian akademik.

4. IndepthInterviewIndepth interview atau wawancara secara mendalam terhadap

responden atau subjek yang diteliti berguna untuk menggambar-kan bagaimana paradigma berpikir subjek terhadap hukum yang dipahaminya. Dalam metode ini merupakan wujud dari seorang etnografer menghadirkan metode ideological secara nyata. Bagai-mana subjek memaknai hukum, menerima hukum, bereaksi terha-dap hukum dan setiap pelanggaran norma yang ada baik tengah maupun telah terjadi dapat dilakukan melalui metode indepth in-terview ini. Subjek atau responden akan mengungkapkan secara detail setiap makna berhukum di lingkungan sosial tersebut.

Pada tahap awal indepth interview, etnografer tidak akan dapat menggali banyak informasi, karena subjek masih menjaga jarak ka-rena belum tercipta rapor secara baik antara etnografer hukum dan sang subjek. Dibutuhkan kesabaran dengan waktu yang cukup pan-jang hingga subjek bersedia menceritakan semua peristiwa hukum yang terjadi tanpa merasa ada tekanan. Dimulai dari obrolan dan perbincangan ringan antara etnografer hukum dan subjek, tidak langsung menukik pada persoalan yang akan didiskusikan. Obrolan dan perbincangan ringan ini dapat berlangsung cukup lama sampai sang etnografer mampu menjalin rapor yang baik, yaitu ketika sang subjek mulai dapat memercayai kehadiran sang etnografer hukum. Waktu penerimaan kehadiran sang etnografer hukum ini sangat re-

Page 54: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

34

latif dan bervariasi. Kemampuan etnografer hukum untuk dapat dipercaya oleh subjek adalah kunci keberhasilan.

Seorang etnografer hukum harus tetap konsisten untuk beru-paya dapat diterima di lingkungan sosial penelitian walau ketua atau tokoh komunitas telah memberikan izin baginya. Pemberi-an izin ini belum menjamin seorang etnografer hukum dengan mudah melakukan wawancara terhadap warga setempat. Masih dibutuhkan waktu yang cukup lama agar etnografer hukum benar-benar diterima oleh warga. Jika sang subjek merasa tidak nyaman untuk diwawancarai, maka secara etis seorang etnografer hukum harus menjauhinya secara temporer untuk kemudian dicoba untuk diulang di waktu lain. Perlu diperhatikan bahwa seorang warga komunitas yang hendak diwawancarai dapat saja menolak dengan cara halus dan sopan hingga cara yang cenderung kasar. Untuk itu pola-pola pendekatan kultural terhadap warga yang dituju untuk diwawancarai secara mendalam perlu dipelajari terlebih dahulu oleh sang calon etnografer hukum.

Rapor yang telah tercipta dengan baik, umumnya ditandai oleh penerimaan subjek secara terbuka atas pertanyaan yang di-lontarkan oleh etnografer. Rasa percaya subjek terhadap etnogra-fer biasanya terjadi ketika ucapan, tindakan, dan sikap subjek ter-hadap sang etnografer hukum sudah tidak canggung dan menjalin komunikasi dengan kalimat yang lepas di hadapan etnografer. Di sinilah etnografer hukum mulai dapat memasuki arena wawan-cara mendalam secara bertahap. Penahapan ini dilakukan dalam upaya untuk menghindari keterkejutan, atau penolakan dari sub-jek atau responden. Wawancara dilakukan secara ringan di awal, semakin lama pertanyaan mulai menjurus dan mulai mendalam pada pertanyaan-pertanyaan yang dikehendaki dalam penelitian etnografi hukum. Walaupun pertanyaan penelitian bersifat ilmiah, akan tetapi tetap harus dikemas dalam pertanyaan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh subjek atau responden. Etnografer hukum harus mampu memformat pertanyaan penelitian ilmiah hukum yang berat ke dalam bahasa dan kalimat-kalimat yang se-derhana.

Page 55: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

35

Dalam proses penelitian yang dilakukan di Kampung Sewan ini dibutuhkan waktu yang bervariasi antarsubjek responden, mu-lai dari hitungan minggu hingga bulan. Seorang responden bahkan bersedia menceritakan kejadian dan peristiwa hukum yang me-nimpanya kepada peneliti setelah hampir 3 (tiga) tahun mengenal peneliti. Rapor yang terjalin baik menjadi kunci dari terbukanya segenap informasi yang dibutuhkan oleh etnografer hukum. Da-lam indepth interview ini tidak dapat ditujukan kepada jumlah res-ponden yang banyak. Wawancara jenis ini membutuhkan waktu yang sangat panjang hingga berbulan-bulan. Seorang etnografer hukum juga harus mengikuti kegiatan serta hidup bersama dengan subjek yang ia teliti. Hal ini bertujuan untuk mengetahui alam berpikir serta perilaku yang ditampilkan oleh subjek. Ia harus me-lakukan observasi terhadap subjek hingga mampu menangkap ide dan perilaku berhukum subjek. Pada umumnya subjek baru akan terbuka kepada etnografer hukum, jika subjek sudah merasa ya-kin dengan hadirnya sang etnografer. Hal ini membutuhkan waktu yang panjang hingga pada satu titik di mana subjek bersedia untuk diwawancara secara mendalam.

Wawancara secara mendalam (indepth interview) secara meng-alir terhadap subjek responden yang dipilih digunakan untuk menggali semua data yang dibutuhkan oleh etnografer hukum. Seorang etnografer hukum akan menentukan responden seca-ra purposif guna mengungkap masalah yang dituangkan dalam penelitian. Wawancara tidaklah dijalankan layaknya wartawan surat kabar atau televisi yang mewancarai seseorang. Wawanca-ra terhadap subjek penelitian dilakukan secara kultural dengan bahasa-bahasa yang dapat dipahami secara mudah oleh subjek. Menggunakan bahasa-bahasa sederhana dan akan lebih baik jika etnografer hukum menggunakan bahasa-bahasa lokal setempat untuk lebih memahamkan pertanyaan kepada subjek yang diteliti.

Hindari penggunaan bahasa ilmiah dan akademis yang jauh dari pemahaman subjek. Wawancara dapat dikemas dalam bentuk obrolan-obrolan ringan sehingga subjek yang diwawancara tidak merasakan adanya tekanan atau paksaan untuk bercerita kepada

Page 56: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

36

etnografer hukum. Seorang etnografer hukum harus mampu men-ciptakan ruang dan kondisi yang nyaman bagi subjek agar subjek dengan mudah dan tenang menuturkan peristiwa-peristiwa yang ia ketahui atau ia saksikan. Wawancara dilakukan untuk meng-gali alam berpikir subjek yang diteliti. Ketika subjek menuturkan kalimat atau kata tertentu, maka seorang etnografer hukum se-layaknya membiarkan subjek untuk bertutur sesuai dengan cara berbahasa dan gaya bahasa yang diucapkan oleh subjek.

5. DeskripsiSecaraDetailAtasSubjekdanKondisiGeografisDeskripsi dilakukan oleh etnografer hukum untuk memberi-

kan penjelasan secara detail atas situasi dan kondisi arena peneli-tian, juga subjek yang diwawancara. Untuk mampu menggambar-kan kondisi dan keadaan lingkungan geografis, etnografer hukum dapat melalukan observasi. Hal ini dilakukan secara perlahan un-tuk menggambarkan dengan senyatanya bagaimana subjek berpe-rilaku, bersikap, bertindak, serta bertutur kata guna memperoleh gambaran reaksi dan kondisi subjek serta lingkungan sosial dan alam setempat. Pentingnya memiliki kemampuan untuk mendes-kripsikan peristiwa yang tengah dihadapi oleh seorang etnografer hukum ini bertujuan untuk membawa reader atau pembaca seakan terlibat dalam proses yang dijalani dan dirasakan oleh sang etno-grafer hukum.

Reaksi subjek dalam berhukum selayaknya dapat digambar-kan untuk menghadirkan bagaimana gerak dan dinamika hukum yang sesungguhnya. Setiap penolakan atau penerimaan dengan segenap reaksi yang dimunculkan subjek kepada etnografer di-gambarkan melalui ulasan yang mengalir dalam laporan peneli-tian etnografi hukum. Kondisi lingkungan penelitian selayaknya juga terdeskripsikan oleh seorang etnografer hukum. Bagaimana kondisi geografis lingkungan yang diteliti, tidak saja menggambar-kan batas-batas geografis, melainkan juga etnografer hukum sela-yaknya mampu menghadirkan situasi arena geografis secara de-tail. Mendeskripsikan subjek beserta segenap perilaku berhukum adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Dibutuhkan sebuah

Page 57: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

37

latihan yang cukup lama bagi seorang calon etnografer hukum untuk mampu mendeskripsikan situasi penelitian dan juga reaksi subjek yang diteliti.

6. MetodeMenulisEtnografiSebuah penelitian lapangan pada akhirnya haruslah dituang-

kan dalam sebuah karya tulis oleh seorang etnografer hukum. Da-lam menulis etnografi, maka seorang etnografer hukum menyalin semua hasil wawancara ke dalam hasil penelitian. Wawancara mendalam yang ditulis dalam buku catatan kecil (notes) disalin ke dalam laporan penelitian dengan menggunakan cara kutipan langsung.

Kata dan ucapan yang diungkapkan oleh subjek ditulis oleh se-orang etnografer tanpa mengubah kata dan huruf pun yang diung-kap oleh subjek. Etnografer ketika mencoba mengalihkan kalimat yang diungkap oleh subjek, selayaknya tidak menggunakan baha-sa sang peneliti.2 Bahasa subjek dicatat dan ditulis sesuai dengan kata dan huruf dalam kalimat yang digunakan oleh subjek. Setelah menuangkan kalimat atau kata yang diungkap subjek aktor, etno-grafer kemudian memberikan analisis dan ulasan atas ungkapan kalimat tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan maksud dan makna yang diucapkan oleh subjek. Etnografer dapat saja melakukan kesalahan terhadap bacaan narasi yang diungkap-kan, sedangkan yang dikehendaki oleh subjek tidaklah sama de-ngan apa yang dipahami oleh etnografer.

Dalam penulisan etnografi hukum, seyogianya digunakan ka-limat-kalimat yang tidak kaku, melainkan mengalir menjelaskan peristiwa-peristiwa hukum yang tengah terjadi. Bahasa-bahasa hu-kum yang kaku, dengan karakter dogmatik tidak digunakan dalam dalam penulisan etnografi hukum. Etnografer hukum selayaknya mampu menampilkan rekaman-rekaman peristiwa berhukum de-ngan bahasa yang menarik dan mengalir. Kesulitan utama seorang

2 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor, Konsep, Teori, dan Aplikasi, Penerbit Medpress, (Yogyakarta: 2009), hlm. 96.

Page 58: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

38

peneliti hukum yang mencoba menjadi seorang etnografer hukum adalah menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk narasi et-nografi. Diperlukan penghalusan bahasa dengan melalui beberapa cara sederhana, seperti banyak membaca novel. Sebuah novel me-miliki gaya bahasa yang mengalir, mudah dipahami, dan menja-dikan pembaca selalu terikat untuk terus membaca halaman demi halaman. Seorang etnografer hukum selayaknya mampu mengha-dirkan suasana dan atmosfer penelitian ke dalam bentuk tulisan etnografi hukum.

Hal yang sering terjadi dalam menulis etnografi adalah kega-galan untuk mendeskripsikan peristiwa dan suasana yang terjadi di lapangan penelitian. Sebagai contoh ketika seorang calon etno-grafer dilatih untuk mendeskripsikan apa yang ia lihat di dalam sebuah kelas. Sang calon hanya menjelaskan gambaran umum ke-las tersebut.

Ruang kelas ini terasa nyaman karena memiliki alat pendingin ru-angan di dalamnya. Di dalam ruang terdapat kursi, serta meja, serta papan tulis. Ruang kelas didominasi oleh warna krem dan putih, serta di dalam ruang ini ada papan tulis.

Bandingkan dengan tulisan di bawah ini:

Ruang kelas ini berbentuk segi empat dengan ukuran 6 x 6 meter. Ruang kelas bercat krem pada setiap dindingnya, sedangkan plafon ruang dicat dengan warna putih. Di dalam kelas terdapat setidaknya 10 (sepuluh) bangku dengan meja tulis yang menyatu. Bangku terse-but berwarna coklat gelap. Pintu ruang kelas terdapat di sudut depan kelas dengan kaca berbentuk persegi panjang sehingga orang yang berada di luar dapat melihat ke dalam kelas. Jika kita masuk ke dalam kelas, maka posisi papan tulis berada di sebelah kanan kita. Jendela kelas berbentuk kotak dengan diameter 0,5 x 1 meter yang menempel di belakang bagian kelas. Terdapat 2 (dua) buah jendela dalam setiap kelas. Kelas ini dilengkapi dengan papan tulis berwarna putih yang menempel pada dinding. Papan tulis ini berbentuk melengkung de-ngan ukuran 2 x 1 meter. Di atas kelas terdapat projektor yang ditem-pelkan pada plafon. Projektor itu berwarna hitam, dan akan menam-pilkan gambar bahkan film ketika ia digunakan untuk menjelaskan sebuah peristiwa. Kelas ini juga dilengkapi dengan pendingin yang

Page 59: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

39

menempel tepat di tengah plafon atap kelas. Ia tampak berbentuk kotak dengan warna putih pada setiap bagiannya. Ia berfungsi untuk mendinginkan suhu ruang, sehingga setiap orang yang berada dalam kelas akan terasa nyaman.

Tulisan kedua lebih mampu menggambarkan kondisi sebu-ah ruang kelas, sehingga pembaca (reader) mampu memperoleh gambaran deskripsi yang jelas akan keadaan sebuah ruang kelas. Kunci dari keberhasilan menulis etnografi hukum adalah pada sisi detail tulisan. Detail peristiwa yang digambarkan oleh seorang et-nografer akan membawa para pembaca mengikuti setiap peristiwa hukum yang disajikannya. Kemampuan untuk mendeskripsikan ini dapat diperoleh setelah melalui proses pelatihan menulis deskrips-tif yang cukup lama. Calon etnografer harus melatih dirinya terus untuk menuangkan sebuah tulisan yang mampu mendeskripsikan peristiwa hukum yang terjadi. Hoebel menjelaskan bahwa salah satu metode penelitian etnografi dalam antropologi hukum adalah metode descriptive method. Dalam metode ini, seorang etnografer hukum merekam dan menggambarkan perilaku berhukum yang tengah terjadi pada komunitas yang ia teliti.3

Perlu dipahami bahwa menuangkan hasil penelitian etno-grafi hukum ke dalam sebuah tulisan, bukan sekadar merupakan pengalaman pribadi yang dituangkan. Pengalaman pribadi ketika bersentuhan dengan sebuah kebudayaan dalam sebuah komunitas tertentu belumlah dianggap sebagai sebuah etnografi hukum. Se-buah tulisan akan dianggap sebagai sebuah karya etnografi ketika ia mendokumentasikan hubungan antara perilaku berhukum ter-tentu dengan beragam perbedaan budaya hukum lainnya.4

Seseorang yang memiliki pengalaman hidup bersama dengan kelompok budaya tertentu dan menuangkan pengalaman tersebut ke dalam sebuah tulisan tidak dapat dinyatakan sebagai sebuah

3 E. Adamson Hoebel, The Law of Primitive Man, Atheneum-Harvard University Press (New York: 1968), hlm. 29.

4 Mary Louis Pratt, Fieldwork in Common Places, dalam James Clifford & George E. Marcus, eds., Writing Culture, The Poetics and Politics in Ethnography, University California Press, (Los Angeles-Berkeley: 1986), hlm. 30.

Page 60: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

40

etnografi atau etnografi hukum. Ia hanyalah merupakan penga-laman pribadi sang penulis. Seorang penulis etnografi harus me-nampilkan tidak saja apa yang ia lihat tetapi ia mampu menjelas-kan dalam kerangka ilmiah secara akademis atas peristiwa hukum yang ia rekam dalam setiap catatannya. Tulisan etnografi hukum juga harus menjelaskan dengan cara atau langkah apa seorang et-nografer melakukan penelitian. Metode ini akan menentukan vali-ditas atau kelayakan sebuah etnografi hukum. Untuk itu etnogra-fer akan meletakkan terapan metode berdasarkan pada kepatutan. Sebuah tulisan etnografi hukum tidaklah terlepas dari basis teori yang digunakan, untuk itu tulisan etnografi juga bukanlah pula sebuah sajian jurnalisme.5

Tulisan etnografi walaupun bukanlah merupakan bentuk pengalaman semata ataupun sajian jurnalisme, akan tetapi ia me-miliki nilai seni dibandingkan dengan tulisan karya ilmiah hukum pada umumnya. Sebuah tulisan etnografi juga menunjukkan sebu-ah nilai seni dalam bingkai karya akademik. Penulis dapat menya-jikan sebuah tulisan secara ekspresif, atau gaya menulis penulis-peneliti lainnya menampilkan sebuah sajian penelitian akademik dengan nilai sastra yang baik.6 Untuk melatih penulisan etnografi hukum, maka saya selaku penulis-peneliti diminta oleh pelatih un-tuk banyak membaca karya sastra termasuk di dalamnya adalah novel. Karya sastra berupa novel contohnya akan melatih seorang etnografer hukum meningkatkan nilai seni dalam menulis hasil pe-nelitian etnografinya.

B. EtikA dAlAm EtnogrAfi HukumPenelitian dengan menerapkan metode etnografi untuk bi-

dang hukum membutuhkan sebuah perilaku etik dalam peneliti-an yang ia lakukan. Kasus Wyn Sargent, seorang antropolog asing

5 John D. Brewer, Ethnography, Open University Press, (Buckingham: 2000), hlm. 7.6 James Clifford, Introduction: Partial Thruts, dalam James Clifford & George E. Marcus, eds., Writing

Culture, The Poetics and Politics in Ethnography, University California Press, (Los Angeles-Berkeley: 1986), hlm. 4-5.

Page 61: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

41

yang menikahi Kepala Suku Dani Papua, Obahorok, menjadi se-buah pembicaraan ramai di tahun 1973.7 Antropolog asal Ameri-ka Serikat ini diduga menikahi seorang kepala suku Papua untuk memperoleh data penelitian yang sedang ia lakukan. Perkawinan ini cukup menggemparkan hingga akhirnya Pemerintah Indonesia mengusir peneliti asing tersebut. Penelitian etnografi yang dilaku-kan oleh para antropolog-etnografer hukum tidak sekadar menulis dengan menampilkan norma dalam tampilan preskriptif. Peneliti-an etnografi hukum justru menampilkan gerak perilaku berhukum dari sebuah komunitas. Kesulitan mulai muncul ketika etnografer hukum memerlukan data-data lapangan yang ia butuhkan.

Beberapa etika yang perlu diperhatikan sebagai seorang pene-liti etnografi ketika melakukan penelitian, antara lain:

1. MemilikiKemampuanRisetEtnografiSebuah penelitian etnografi membutuhkan kemampuan untuk

mampu melakukan penelitian lapangan secara mendalam. Untuk itu dibutuhkan sebuah pelatihan secara profesional oleh pakar-pakar etnografer hukum yang telah mengenyam riset etnografi cukup lama. Seorang etnografer pemula selayaknya mendapatkan sebuah pelatihan yang cukup berupa pengenalan medan riset, tek-nik melakukan wawancara mendalam (indepth interview), melaku-kan proses pendekatan kepada subjek yang diteliti, mampu mem-berikan penghormatan terhadap kondisi sosial budaya setempat, mampu membaca dan menerjemahkan simbol-simbol hukum da-lam budaya yang ia tuju, dan lainnya. Kesemua ini dapat dipelajari melalui seseorang etnografer yang telah berpengalaman matang melakukan studi etnografi.

Selaku peneliti dan penulis, saya mendapatkan pelatihan me-lakukan riset etnografi dari beberapa etnografer senior, sebelum terjun untuk melakukan penelitian etnografi hukum. Beberapa dari mereka merupakan peneliti etnografi hukum senior dan pro-

7 Merdeka.com, Kisah Wyn Sargent, antropolog asing yang nikahi kepala suku di Papua, sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-wyn-sargent-antropolog-asing-yang-nikahi-kepala-suku-di-papua.html, diakses pada tanggal 1 Desember 2017.

Page 62: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

42

fesional yang bersal Universitas Leiden dan Universitas Indonesia. Pelatih memberikan bekal yang cukup guna melakukan penelitian etnografi hukum. Bekal berupa pelatihan bagi para calon etnogra-fer untuk merekam dan mencatat setiap peristiwa hukum yang terjadi. Melatih kemampuan untuk melakukan indepth interview terhadap subjek, hingga menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk karya tulis etnografi hukum secara deskriptif. Para etno-grafer hukum profesional tersebut telah melakukan riset etnografi hukum secara mendalam. Salah seorang etnografer hukum seni-or asal Universitas Leiden bahkan telah melakukan riset etnografi hukum di pedalaman Papua selama 10 tahun. Untuk lebih me-mahami seluk beluk etnografi hukum, selayaknya seorang calon etnografer hukum dapat dilibatkan dalam penelitian yang dilaku-kan oleh etnografer senior terlatih guna mendapatkan pengalaman meneliti perilaku sosial budaya sebuah komunitas tertentu.8

2. MampuMenghormatiLingkunganSosialBudayaSetempatSeorang etnografer hukum harus mampu menyesuaikan diri

dengan kondisi lingkungan budaya tempat ia melakukan peneliti-an. Pada keadaan ini seorang etnografer umumnya mengalami ke-kagetan ketika ia pertama kali memasuki wilayah penelitian yang ia tuju. Untuk meminimalisasi hal itu, etnografer hukum selayak-nya mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yang cukup ten-tang kondisi sosial, budaya, dan religi dari lingkungan yang akan ia masuki. Calon etnografer hukum dapat mencari informasi dari beragam sumber: hasil penelitian terdahulu yang ada, informasi dari penduduk setempat yang dapat menceritakan kondisi sosial budayanya, informasi berita dan pers, serta sumber-sumber lain yang dapat dipercaya.

Perbedaan budaya dan juga keyakinan religius yang tajam antara etnografer hukum dengan subjek beserta lingkungan so-sial yang ditelitinya perlu mendapat perhatian. Kunci dalam pe-

8 Ron Iphofen, Research Ethics in Ethnography/Anthropology, European Comission, DG Research and Innovation, hlm. 17.

Page 63: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

43

nelitian etnografi hukum adalah kemampuan etnografer hukum untuk menghormati kondisi ruang sosial dan religi yang berbeda. Sebuah kemampuan untuk cepat beradaptasi yang harus dimiliki seorang etnografer hukum adalah hal yang sangat penting jika ia ingin berhasil mewujudkan sebuah riset etnografi hukum. Seorang etnografer hukum harus membuang beragam prasangka dan pra-duga terhadap subjek dan lingkungan yang akan dimasukinya. Ia harus membuang anggapan bahwa budayanya adalah lebih baik, lebih tinggi, lebih unggul daripada budaya sang subjek, sebagai sebuah budaya dominan. Pahami bahwa budaya yang dianut oleh etnografer hukum dengan subjek dapat menjadi sangat berbeda, dan seorang calon etnografer haruslah menyatakan dalam dirinya bahwa ruang sosial-budaya subjek yang ia teliti adalah sederajat dengan budaya mana pun, termasuk ruang budaya sang etnografer sendiri. Calon etnografer harus mampu meletakkan ide kesetaraan budaya dalam benaknya.

Pada keadaan ini tanamkan pula pengertian bahwa sebagai seorang calon etnografer hukum yang akan memasuki ruang sosi-al, budaya, dan religi yang berbeda dengan dirinya adalah demi kepentingan ilmu pengetahuan. Tumbuhkan sebuah semangat da-lam diri seorang etnografer hukum untuk belajar, ingin mengeta-hui, memahami dinamika keberlakuan hukum di tempat lainnya. Ia harus meletakkan sejenak konsep-konsep lama tentang hukum yang ada dalam benaknya selama ini. Seorang etnografer hukum harus mencoba menelaah ke dalam sebuah lingkungan hukum baru yang mungkin memiliki konsep-konsep hukum yang berbeda dengan apa yang ia pahami selama ini. Seorang etnografer hu-kum dapat melakukan pra-riset terlebih dahulu baik dengan me-lakukan penelusuran dokumen dan/atau mewawancarai beberapa orang atau pihak yang memahami kondisi sosial budaya dan religi atas lingkungan yang akan dimasukinya. Dengan itu ia akan lebih dapat menghormati kondisi lingkungan sosiokultural yang akan ia masuki.

Berbeda dengan ethnocentrism, dalam pendekatan cultural rela-tivism, setiap budaya memiliki nilai kebenarannya masing-masing,

Page 64: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

44

walaupun pendekatan cultural relativism pada akhir-akhir ini men-dapat tantangan pemikiran. Seorang etnografer yang melihat ada-nya sebuah perilaku ketidakadilan dan kesewenang-wenangan da-lam sebuah perilaku kelompok budaya dengan pendekatan cultural relativism tidak perlu atau bahkan wajib melakukan suatu tindakan tertentu. Terhadap diamnya etnografer dengan alasan merupakan budaya yang dikembangkan oleh kelompok sosial yang diteliti acap kali menimbulkan kritik. Menghormati lingkungan budaya juga perlu melihat sebuah sisi bentuk moralitas manusia secara umum.9

3. MemperhatikanKepentinganPenelitianversusKepentingandonor Perlu diperhatikan bahwa riset etnografi umumnya membu-

tuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan-kebutuhan fieldwork seperti peralatan riset, juga transportasi menuju tempat penelitian, dan sebagainya membutuhkan dana yang cukup besar. Umumnya seorang etnografer membutuhkan penyandang dana atau donor yang mampu mendukung keberhasilan penelitian etnografi. Pada keadaan ini tidak jarang pemberi donor juga memiliki kepen-tingan-kepentingan tertentu. Dengan kata lain, bahwa penelitian yang dilakukan etnografer juga membawa misi dan kepentingan pemberi donor. Pada keadaan ini maka peneliti harus mampu mengakomodasi dua kepentingan yang harus ia emban. Kepen-tingan donor juga dipenuhi selama tidak melanggar kaidah-kaidah penelitian yang ada.

Kepentingan pemberi donor dalam kajian-kajian etnografi ka-dang kala dapat berbenturan dengan kepentingan riset etnografi. Riset etnografi sejatinya tidak dimuati oleh kepentingan politik, ekonomi, ataupun sosial juga kepentingan-kepentingan lain yang kadang kala dapat berbenturan. Pada tahap ini seorang calon etno-grafi tetap melihat bahwa riset ilmu pengetahuan untuk kepenting-

9 Juliene G. Lipson, Ethical Isuues in Ethnography, dalam Janice M. Morse, ed., Critical Issues in Qualitatives Research Methods, Sage Publication, (London: 1994), hlm. 340.

Page 65: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

45

an akademik adalah hal yang utama. Dapat saja etnografer hukum dilibatkan untuk melihat perilaku berhukum sebuah komunitas oleh sbeuah lembaga donor, selama tidak menimbulkan kerugian atau harmful yang akan diterima oleh subjek yang diteliti.

4. MengungkapTopik-topikSensitifDalam penelitian etnografi, salah satu masalah terbesar yang

dihadapi adalah adanya hal-hal yang dipandang sensitif (sensitive topics) oleh komunitas atau kelompok sosial yang diteliti. Subjek acap kali menolak untuk memberikan keterangan yang dibutuh-kan oleh etnografer hukum. Subjek dapat menganggap bahwa ia dimanipulasi, dan juga dieksploitasi untuk kepentingan penelitian. Beberapa masalah kehidupan seperti perkawinan dan perceraian, religi atau juga segala hal yang dianggap tabu dalam komunitas menjadi sebuah topik yang sensitif untuk diungkap. Terdapat hal-hal yang bersifat sangat pribadi, untuk itu maka etnografer hukum harus menjalin sebuah sikap saling percaya (framework of trust) antara peneliti dengan subjek yang diteliti.10

Etnografer hukum harus mampu menjalin rapor yang baik an-tara etnografer dengan subjek. Saling percaya antara etnografer dengan subjek harus terjalin dengan baik terlebih dahulu. Ia harus mampu meyakinkan subjek bahwa ia tidak mengeksploitasinya untuk kepentingan penelitian, untuk itu nama subjek akan dijaga kerahasiaanaya. Etnografer hukum harus memperhatikan hal-hal sensitif karena juga berkait dengan masalah etika penelitian. Sub-jek tidak dapat dipaksa untuk terlibat dalam penelitian. Subjek juga harus memperoleh pemahaman bahwa penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa tekanan tertentu. Peneliti harus menjelas-kan secara jelas baik secara implisit maupun eksplisit atas keterli-batan subjek dalam penelitian yang dilakukan.11

Ketika menghadapi topok-topik yang bersifat sensitif, terdapat

10 Samia Bano, Standpoint, Difference, and Feminist Research, dalam Banakar and Travers, Theory and Methods in Socio-Legal Research, Hart Publishing, (London: 2005), hlm. 97-101.

11 Singleton, Starits, and Mc Allister, Approaches to Social Research, Oxford University Press, (Oxford: 1988), hlm. 448-449.

Page 66: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

46

sebuah risiko, bahwa subjek atau responden yang diwawancarai tidak akan berkata jujur. Sesuatu yang dianggap tabu tidak mung-kin dapat diungkapkan kepada orang lain (etnografer) selain men-jadi sebuah rahasia di dalam anggota komunitas. Dalam keadaan ini menjadi sangat riskan bagi seorang etnografer hukum untuk mengungkap topik-topik sensitif dalam sebuah wawancara yang melibatkan banyak orang, lebih dari satu orang. Untuk itu disaran-kan secara etik bahwa peneliti melakukan wawancara secara pri-badi untuk menggali informasi secara mendalam. Orang per orang didatangi dan diminta kesediaannya tanpa adanya tekanan, serta dijaga kerahasiaan pemberi informasi atas sebuah peristiwa yang dianggap sensitif pada komunitas tersebut.12

Persoalan lain dalam topik yang bersifat sensitif, adalah da-tang dari sisi etnografer. Seorang etnografer yang berbeda budaya, tradisi, perbedaan gender, serta kebiasaan dengan kondisi lapang-an kadang kala menghadapi masalah dalam melakukan interaksi dengan responden. Sebagai contoh kasus perkosaan yang diteliti oleh seorang etnografer laki-laki terkadang menjadi dilema dan menimbulkan kesulitan juga kecanggungan dalam melakukan wa-wancara terhadap korban seorang perempuan. Kasus lain seper-ti perilaku judi, pelacuran, dan lain sebagainya. Peristiwa yang dialami atau peristiwa yang tengah terjadi tentunya tidak ingin diungkap ke publik. Maka seorang etnografer hendaknya membe-rikan keleluasaan juga kebebasan bagi responden untuk mengung-kap atau memilih diam. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama bagi seorang responden untuk berkenan menceritakan hal yang dianggap tabu dalam komunitasnya.

5. MenghormatiPilihanbagiRespondenuntukTerlibatatauTidakSeorang etnografer hendaknya memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh seseorang tentang penelitian yang akan dilaku-kannya. Orang yang akan dilibatkan dalam penelitian lalu diberi-

12 Jun Li, Ethical Challenges in Participants Observation: A Reflection on Ethnographic Fieldwork, The Qualitative Report, Article 8, volume 13, No 1, 3-1-2008, hlm. 106-107.

Page 67: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedua etnOgraFi Hukum: persiapan dan pemaHaman etika

47

kan pilihan secara bebas, apakah ia memilih untuk terlibat dalam penelitian ataukah menolak. Informasi diberikan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh calon potensial yang akan dilibatkan. Para calon ini tidak diperkenankan untuk dieksploitasi dalam pe-nelitian. Dalam penelitian etnografi tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang bersifat membahayakan kepentingan calon subjek yang hendak diteliti. Seorang etnografer juga sela-yaknya menerapkan prinsip keadilan dalam fieldwork etnografi. Peneliti kadang kala dapat mengabaikan kepentingan-kepenting-an penduduk lokal selaku subjek yang diteliti. Selayaknya seorang etnografer mampu menangkap kebutuhan-kebutuhan yang diha-rapkan oleh subjek.13

13 Jane Zavisca, Ethics in Ethnographic Fieldwork, Articles for Anthropology and Culture, hlm. 130, sumber: anthropologie.kunstkamera.ru/files/pdf/.../eng4_zavisca.pdf, diakses pada tanggal 2 Desember 2017

Page 68: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 69: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKetiga

religi baur OPtik etnOgrafi Hukum

A. mEmotrEt pErilAku BErHukum mElAlui EtnogrAfi Kajian etnografi hukum dalam buku ini melihat juga meng-

amati, mencatat, merekam peristiwa-peristiwa, serta perbuatan berhukum sekelompok masyarakat tertentu. Fokus dari pengamat-an gerak dinamis perilaku berhukum ini tertuju pada subjek ma-syarakat Cina Benteng Kampung Sewan.

Kampung Sewan sebagai lokasi penelitian terletak di bantar-an aliran Sungai Cisadane. Air sungai ini juga digunakan warga

Page 70: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

50

sebagai sarana hidup warga Sewan. Menuju Kampung Sewan di-butuhkan waktu sekitar dua jam dari Ibukota Jakarta. Perjalanan dapat ditempuh dengan sarana angkutan perkotaan seperti bus Transjakarta dan dilanjutkan dengan angkutan Kota Tangerang menuju Kawasan Pintu Air 10. Memasuki kawasan Kampung Se-wan akan tampak gerbang gapura bercat merah dengan strip garis kuning dan bertuliskan Vihara Mahabodhi (Kelenteng Tjong Tek Bio). Gapura ini sebagai sebuah simbol bahwa setiap orang akan memasuki sebuah perkampungan dengan tradisi budaya Masyara-kat Cina Benteng yang cukup kuat.

Masuk ke dalam lokasi perkampungan akan tampak berja-jar di kiri dan kanan jalan perumahan milik warga yang sebagi-an telah berdinding tembok, dan sebagian lagi masih terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan daun. Perkampungan pertama yang akan ditemui adalah Kampung Sewan Lebak, dengan jalan paving block. Sekitar duaratus meter dari gapura menuju ke dalam akan tampak berdiri kukuh Kelenteng Tjong Tek Bio (Vihara Ma-habodhi) sebagai pusat kegiatan religi, sosial dan budaya, bahkan

▶ Sungai Cisadane di pinggir Kampung Sewan (Sumber Dok. Pribadi)

Page 71: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

51

ekonomi bagi masyarakat Kampung Sewan dan masyarakat Tiong-hoa pada umumnya.

Untuk mengetahui bagaimana masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan berhukum, maka dapat dilakukan dengan pendekatan yang terdiri atas ideological approach, descriptive aproach, dan tro-uble cases method.1 Dalam pendekatan ideologikal peneliti melihat, menganalisis bagaimanakah persepsi warga yang diteliti terhadap

1 E. Adamson Hoebel, The Law of Primitive Man, (Cambridge: Harvard University Press, 1953), hlm. 29-45.

▶ Pintu Gerbang Masuk Kampung Sewan (Sumber: Dok. Pribadi).

Page 72: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

52

hukum. Peneliti melihat serta menganalisis pemaknaan-pemakna-an subjek yang diteliti terhadap hubungan bisnis, perjanjian-per-janjian yang dilakukan, serta wanprestasi. Dalam pendekatan des-kriptif, terlihat bagaimana masyarakat pedagang kecil Kampung Sewan bertingkah laku terhadap aturan-aturan yang mereka buat, bagaimana masyarakat pedagang kecil melakukan interaksi bisnis khususnya ketika wanprestasi terjadi.

▶ Masuk Kampung Sewan (Sumber: Dok. Pribadi).

Page 73: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

53

Untuk menangkap makna dan persepsi terhadap hukum da-lam pendekatan ideologikal tersebut, maka pendapat dan ucapan langsung dari subjek yang diwawancara ditulis senyatanya. Tu-juannya untuk dapat melihat persepsi melalui pendapat mereka atas konsep-konsep hukum yang mereka pahami. Untuk itu pende-katan emic digunakan untuk merekam makna dan simbol-simbol hukum dalam diri subjek.

Soetandyo mengategorikan kajian jenis ini sebagai bentuk kajian riset nondoktrinal. Menurutnya hukum tidaklah dilihat se-bagai aturan-aturan undang-undang dan putusan-putusan penga-dilan, melainkan hukum sebagai sebuah gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan. Hukum terlihat sebagai suatu kekuatan sosial yang empiris wujudnya, namun terlihat sah dan bekerja un-tuk memola perilaku aktual warga masyarakat.2

Hukum yang mereka beri makna, dan diyakini serta dipatuhi tidak terdapat dalam bentuk hukum-hukum tertulis semata. Hu-kum termasuk sanksi yang mereka patuhi dan jalankan terdapat dalam perilaku bisnis. Kajian ini berfokus pada dua hal: pertama, menganalisis bagaimana hukum bekerja dalam masyarakat khu-susnya hukum tidak tertulis yang mengendalikan masyarakat da-lam melakukan transaksi bisnis. Kedua, menganalisis proses-proses penyelesaian sengketa yang muncul dalam hal bisnis pada masya-rakat tersebut.

Hukum tentang bisnis pada masyarakat pedagang Cina Ben-teng Kampung Sewan yang tidak tertulis akan digali dan ini me-rupakan aturan normatif yang hidup pada masyarakat tersebut.

Untuk memahami hal itu maka juga dideskripsikan aturan-aturan hukum pada masyarakat tersebut. Tujuan dilakukannya pengamatan secara langsung di lokasi penelitian untuk menemu-kan bagaimana mekanisme hukum yang bekerja dalam mengen-dalikan bisnis masyarakat Cina Benteng. Dengan mengamati seca-ra langsung, maka peneliti dapat melihat apakah hukum-hukum

2 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metoda, dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta: Penerbit Huma, 2002) hlm. 160.

Page 74: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

54

yang hidup dalam masyarakat Cina Benteng tersebut sama dengan nilai-nilai dan ajaran tradisional Cina.

Pengamatan juga diarahkan pada bagaimana masyarakat pe-dagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan tersebut menghadapi sengketa yang muncul dalam transaksi bisnis.

Pengamatan dilakukan sejak mereka memulai melakukan ke-giatan bisnis. Tujuan dilakukannnya pengamatan secara langsung adalah bermaksud untuk mengetahui dengan senyatanya bagai-mana mereka bertransaksi dalam bisnis. Sengketa dan wanprestasi yang muncul diamati, tidak saja dari wawancara, tetapi juga di-ketahui secara nyata bagaimana mereka menyelesaikan masalah-masalah hukum dalam bisnis yang terjadi.

Penelitian dilakukan di kawasan Kampung Sewan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Hal ini disebabkan bahwa Kampung Sewan masih menunjukkan ciri-ciri tradisional masyarakat Cina dan adanya proses transaksi bisnis pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Selain itu pula Masyarakat Kampung Sewan ter-dapat pusat keagamaan tradisional. Perkampungan Sewan juga merupakan tersebut menjadi pusat bisnis perdagangan kue, ayam, dan makanan-makanan tradisional yang dijual mulai pukul 02.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Populasi Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak ketika penelusuran dan penelitian ini dila-kukan berjumlah 997 (sembilan ratus sembilan puluh tujuh) jiwa.

Pengalaman yang diperoleh dalam penelitian lapangan ini umumnya mereka enggan, menolak memberikan informasi yang dibutuhkan. Kecurigaan muncul terhadap siapa pun khususnya orang asing yang memasuki wilayahnya. Kecurigaan dan pra-sangka terhadap orang asing yang masuk ke lingkungan warga Kampung Sewan Lebak umumnya disebabkan oleh karakter ma-syarakat pedagang Cina umumnya yang takut menghadapi per-tanyaan-pertanyaan. Prasangka muncul karena peneliti awalnya dianggap sebagai petugas pajak, atau petugas aparat hukum yang hendak mencari kesalahan-kesalahan warga.

Kecurigaan tersebut dapat dihilangkan ketika telah terjalin hubungan secara baik dengan para tokoh masyarakat Kampung

Page 75: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

55

Sewan seperti Ketua RW 04 dan para ketua RT. Tokoh-tokoh ma-syarakat secara umum menjabat sebagai ketua RT/RW di Kam-pung Sewan. Melalui para tokoh masyarakat tersebut para tokoh-tokoh pedagang Kampung Sewan dapat didekati.

Untuk mendekati para tokoh tersebut, digunakan bantuan se-orang teman yang memiliki hubungan baik dengan salah seorang tokoh warga Kampung Sewan, yaitu Ali Husein (Ong Sui San) yang juga selaku ketua RW. Hubungan baik dengan tokoh warga ter-sebut lalu menggelinding pada beberapa tokoh warga pedagang Kampung Sewan lainnya. Hubungan yang telah terjadi dengan baik dengan tokoh warga pedagang menjadikan peneliti dapat

▶ Ali Husein, Tokoh Warga Cina Benteng Kampung Sewan (Sumber Dokumen Pribadi).

Page 76: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

56

menggali setiap informasi yang berkembang di lingkungan kehi-dupan para pedagang Cina Benteng Kampung Sewan. Hubungan menjadi baik, karena telah tercipta saling percaya di antara pene-liti dan para tokoh tersebut. Selain itu peneliti juga memberikan bantuan kepada warga khususnya para responden yang menjadi subjek penelitian. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa empati peneliti kepada warga yang diteliti.

Untuk mendalami kehidupan bisnis masyarakat pedagang Cina Benteng Kampung Sewan, maka peneliti menginap di ru-mah seorang tokoh warga selama dua bulan, serta berpindah ke rumah warga lainnya selama lebih kurang enam bulan dari to-tal penelitian lapangan hingga tahap penulisan memakan waktu selama hampir 6 (enam) tahun, sejak akhir tahun 2006 hingga akhir medio 2012. Peneliti mencoba melalui seorang teman untuk menghubungi seorang tokoh warga Kampung Sewan yang berse-dia ditinggali. Tokoh warga masyarakat tersebut bersikap terbuka kepada peneliti setelah mengetahui tujuan peneliti untuk melaku-kan kajian terhadap kehidupan norma-norma bisnis warga Kam-pung Sewan. Selama masa tinggal tersebut peneliti mencoba untuk membangun rapor yang baik dalam hubungan dengan warga se-kitar melalui perantara tokoh warga kampung tersebut. Tokoh ini juga bersedia membantu menghubungi para pedagang Cina Ben-teng Kampung Sewan.

Pada awalnya, peneliti memperoleh kesan bahwa hubungan tampaknya sangat harmonis tanpa sengketa, akan tetapi setelah hubungan rapor terjalin dengan sangat baik sehingga menciptakan sebuah rasa dan sikap saling percaya, maka peristiwa-peristiwa sengketa mulai dapat digali secara perlahan. Mencari data atas terjadinya proses penyelesaian sengketa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal ini terjadi karena pada umumnya masyara-kat tersebut memandang sebuah sengketa sebagai aib yang dapat mempermalukan mereka. Untuk mencari jawaban atas proses pe-nyelesaian sengketa bisnis ini, maka tidak jarang mereka menolak untuk diwawancarai. Dalam hal ini dicari informasi dari sese orang yang mengetahui peristiwa sengketa tersebut, dan kemudian me-

Page 77: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

57

lalui pihak yang memahami dan mengetahui tersebut, peneliti me-lakukan beragam pendekatan.

Para warga akan menceritakan peristiwa atau kasus sengke-ta yang dihadapi dengan tenang ataupun dengan sedikit emosi. Terkadang responden tidak berani menceritakan secara terbuka, dan ada beberapa hal yang ditutupi, hal ini terjadi karena hal ini berkaitan dengan peristiwa yang menimbulkan luka. Ketika pene-liti menanyakan bagaimana kronologis hingga proses penyelesaian sengketa, mereka dengan berat hati menceritakan luka lama dan menyangkut nama baik seseorang. Untuk itu maka kerahasiaan responden sangat dijaga dengan menyamarkan atau menyingkat nama mereka.

Peneliti juga terlibat secara mendalam dengan kehidupan ke-miskinan yang umum menjerat kehidupan mereka. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang miskin tampaknya merasa keberatan pada awalnya, karena terkadang mereka sangat sibuk berdagang dan mereka memandang adanya ketidakpedulian atas kemiskinan yang membelit mereka. Untuk itu peneliti terlibat merasakan kesulitan ekonomi mereka. Peneliti turut memberikan bantuan kepada responden yang diwawancara agar hubungan ter-jalin dengan baik, dan data akan mudah diperoleh. Bantuan terka-dang berupa uang maupun sembako seperti minyak goreng kepa-da beberapa responden.

Selain itu juga dilakukan wawancara juga dilakukan secara mendalam dengan tokoh pedagang yang dihormati oleh masya-rakat pedagang Kampung Sewan. Dari wawancara mendalam ter-hadap mereka tergambar bagaimana mencoba untuk menyelesai-kan setiap sengketa bisnis yang dijalankan sejak lama. Kehidupan bisnis, tekanan ekonomi, hingga pilihan penyelesaikan sengketa dijelaskan dengan perbincangan yang ringan hingga yang sangat serius. Terkadang peneliti juga harus menemui pedagang hingga larut malam ketika mereka selesai berdagang. Peneliti menemui beberapa pedagang tersebut untuk memperoleh keterangan sejak pukul 22.00-05.00 wib. Peneliti memantau, melihat dengan senya-tanya bagaimana pedagang melakukan kegiatan bisnis di sekitar

Page 78: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

58

kawasan Kampung Sewan. Data yang diperoleh peneliti dari se-rangkaian wawancara secara mendalam terhadap subjek dianalisis dengan pendekatan semi autonomous social fields, sebuah konsep dan teori hukum yang dikembangkan oleh Sally Falk Moore.

B. mEnEropong rEligi dAlAm sudut BudAyA Hukum Kajian hukum umumnya hanya dipahami sebagai gerak dina-

mika hukum negara. Hukum juga selayaknya dipahami sebagai sebuah gerak sosial budaya sebuah masyarakat atau komunitas tertentu. Telaah terhadap perilaku berhukum oleh sekelompok manusia dengan nilai budayanya juga layak untuk dipahami para penstudi hukum. Hukum selayaknya juga memuat sebuah pema-haman manusia terhadap hukum. Kajian hukum ekonomi sebagai sebuah bagian dari disiplin ilmu hukum cenderung pula melihat sebuah gerak perusahaan dalam interaksinya dengan perundangan bidang ekonomi. Penelitian etnografi hukum dalam buku ini men-coba menelaah gerak ekonomi masyarakat marjinal dalam kaitan-nya dengan pola-pola berhukum yang dilakukan.

Hukum ekonomi yang dikehendaki dalam tulisan ini adalah gerak hukum ekonomi yang dilakukan oleh para pedagang kecil. Mereka berdagang tanpa memahami aturan hukum perundangan negara yang begitu jauh dari pemahaman berhukum mereka. Para pedagang kecil di kawasan Cina Benteng Kampung Sewan menjadi fokus dalam tulisan ini. Mereka berhukum dengan pemahaman dan sudut pandangnya akan hukum. Kontrak juga dilakukan da-lam ruang pemahaman mereka akan makna dan konsep berjanji dalam hukum. Budaya hukum memengaruhi bagaimana mereka berperilaku hukum. Kajian ini menelaah secara mendalam peran hukum dalam mendorong kehidupan ekonomi mereka. Mengkaji gerak dinamika hukum ekonomi yang dibangun, dipersepsi, serta diberi makna-makna oleh warga masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan dalam berhukum.

Hukum sangat berperan dalam mendorong terciptanya per-tumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Penghormatan terhadap

Page 79: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

59

kontrak dan pengakuan terhadap hak milik merupakan unsur kun-ci bagi pertumbuhan ekonomi.3 Kontrak merupakan jaminan atas hak ketika seseorang berjanji untuk melakukan sesuatu perbuatan, dan kontrak yang tertulis menjadi jaminan atas ditegakkannya se-buah janji.4 Pengakuan terhadap hak milik menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan oleh sese-orang terhadap apa yang dimiliki orang lain. Hak milik seseorang menjadikan ia, pertama, sebagai pemegang hak milik bebas me-lakukan tindakan atas apa yang dimilikinya. Kedua, ia dilindungi dari adanya sebuah intervensi pihak di luar dirinya.5

Pengakuan atas hak milik dapat dipandang sebagai perlin-dungan atas hak-hak kepemilikan pribadi terhadap adanya peng-ambilalihan oleh negara. Pengakuan atas hak milik sesungguhnya menimbulkan keuntungan ekonomi.6 Banyak penelitian berusaha menegaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekono-mi. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dianggap berasal secara kebetulan dari sumbangan sumberdaya alam saja. Faktor-faktor seperti investasi dan produktivitas kerja juga menentukan pertum-buhan ekonomi, dua-duanya bersumber kepada penghormatan kontrak dan hak milik. Hal ini diakui secara umum bahwa institusi pemerintah dan hukum adalah sama pentingnya untuk meningkat-kan pertumbuhan ekonomi. Hukum baru dapat berperan mendo-rong pertumbuhan ekonomi bila sistem hukum dapat menciptakan predictability, stability, dan fairness.7

Predictability adalah kemampuan sistem hukum untuk mem-perkirakan akibat yang timbul dari suatu tindakan tertentu. Um-pamanya, hukum akan menjamin perlindungan modal seorang in-vestor, bila ia melakukan investasi di suatu negara. Stability adalah kemampuan hukum sebagai suatu sistem untuk mengakomodasi

3 Frank B. Cross, Law and Economic Growth, (Texas Law Review Vol. 80).4 Ratio Juris, Promises and Contract Law: an Introduction, sumber: <www.ratiojurisblogspot.

com/2010/06/promises-and-contract-law-introduction-html>, diakses pada tanggal 17 September 2010.5 Cooter & Ulen, Law and Economics, (California: Addison Wesley, 2000) hlm. 74.6 Frank B. Cross, Op. cit.7 Leonard J. Theberg, Law and Economic Development, Journal of International Law and Policy

(1980), Vol. 9, p. 231.

Page 80: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

60

kepentingan-kepentingan yang saling bersaing dalam masyarakat. Umpamanya, hukum tenaga kerja akan mengakomodasi baik ke-pentingan majikan yang tujuannya mencari keuntungan dan ke-pentingan kaum pekerja yang ingin meningkatkan kesejahteraan-nya. Fairness adalah kemampuan hukum untuk berlaku adil. Bila tidak jelas mana yang salah dan mana yang benar, maka dalam jangka panjang Pemerintah akan kehilangan legitimasi. Ketiga hal tersebut adalah mutlak diperlukan oleh hukum untuk berperanan dalam pembangunan ekonomi.8

Kajian ini berupaya untuk menganalisis dan menjelaskan ba-gaimanakah masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang tidak mengenal kontrak tertulis seperti apa yang dikenal oleh sistem hu-kum modern, tetapi tetap dapat melanggengkan kepentingan bis-nis mereka hingga bisnis dapat berjalan sebagaimana biasa.

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak menjadi ob-jek kajian setidaknya disebabkan oleh tiga alasan:

Pertama, untuk mengetahui apakah masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan masih dipengaruhi oleh budaya Konghucu kare-na mereka berasal dari Cina daratan.

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak yang terletak di Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang merupakan masyarakat Keturunan Cina yang kehidupannya pada tingkat dekat dengan garis kemiskinan. Mereka adalah keturunan penduduk Cina yang datang ke Tangerang dengan terdamparnya Tjen Tji Lung pada se-kitar abad ke-15 di pantai Tangerang. Gelombang kedua terjadi pada abad ke 18 dari Batavia akibat pembunuhan orang-orang Cina di Batavia pada Tahun 1740 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Valckenier. Aadrian Valckenier memerintah di Batavia se-telah menggantikan Abraham Patras (1735-1737). Valckenier telah menyulut peristiwa huru-hara yang mengakibatkan pembantaian orang-orang Cina di Batavia pada tanggal 8-10 Oktober 1740. Val-ckenier kemudian diadili oleh pemerintah VOC yang pada saat itu dipimpin oleh Van Imhoff. Valckenier yang sedang berada di Cape-

8 Leonard J. Theberg, Ibid.

Page 81: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

61

town dalam perjalanan pulang ke Belanda ditangkap dan dimasuk-kan ke dalam penjara Robijn pada bulan November 1742 sampai kemudian ia meninggal pada tanggal 20 Juni 1751.9

Menurut Ncek Kim Siang, istilah Sewan berasal dari kata Sewa atau sewaan. Istilah sewaan ini berasal dari terjadinya sewa-menyewa antara sesepuh atau tuan tanah masyarakat Cina Ben-teng yang menyewa tanah-tanah dari pemerintah Hindia Belanda pada masa lalu. Mereka menyewa tanah cukup luas, dan ketika pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, maka ta-nah-tanah tersebut kemudian dikuasai oleh masyarakat keturunan para penyewa tadi. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan ke-mudian mengajukan pemilikan dengan hak milik atas tanah yang telah mereka tempati tersebut melalui Program Sertifikasi Nasio-nal (Prona), walaupun demikian tidak semua tanah-tanah tersebut telah bersertifikat.10

Ketika penelitian ini dilakukan secara umum masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak berjumlah 997 (sembilan ratus sembilan puluh tujuh) kepala keluarga, sedangkan keseluruhan Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan diperkirakan berjum-lah sekitar 14.566 (empat belas ribu lima ratus enam puluh enam ribu) orang.11 Kampung Sewan terletak 10 km arah utara dari pusat Kota Tangerang. Sebagai tempat tinggal masyarakat Cina Benteng terdiri atas beberapa pedukuhan, yaitu: Sewan Lebak, Se-wan Tonggean, Sewan Gagak, Sewan Kebon, Sewan Rawa Kucing, Sewan Negla, Sewan Mekar, Sewan Kedawung Wetan, dan Sewan Kedawung Kaler/Lor. Hampir semua pedukuhan Sewan tersebut terletak di sepanjang aliran Sungai Cisadane.

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan tersebut menga-takan bahwa mereka masih mengamalkan tradisi Cina walaupun ada juga yang telah memeluk agama lain. Pemahaman terhadap keyakinan religius Cina tersebut ditandai dengan keyakinan dan kebiasaan melakukan upacara keagamaan Cina seperti di klen-

9 Mona Lohanda, Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia, (Penerbit Masup Jakarta, 2007), hlm. 167.10 Ncek Kim Siang, wawancara, Kampung Sewan, tanggal 23 Januari 2008.11 Data Penduduk Kecamatan Neglasari tahun 2007.

Page 82: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

62

teng, kuburan, dan rumah, upacara persembahyangan terhadap para leluhur, terdapatnya lambang-lambang keyakinan religius seperti tempat hio (hiolo) yang diletakkan pada dinding di depan rumah mereka. Hiolo tersebut dianggap mampu melindungi kelu-arga dari bahaya dan pengaruh roh-roh jahat. Selain itu di dalam rumah dipasang foto-foto kakek-nenek, kerabat dari generasi yang

▶ Rumah warga berdinding tembok dengan hiasan Religi Sam Kau (Sumber: Dok. Pribadi)

Page 83: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

63

lebih tua serta sesajian di atas meja sembahyang. Selain itu pula dipasang tulisan-tulisan Cina pada dinding dan meja persembah-yangan tersebut.12 Namun apakah mereka benar-benar memahami ajaran Konghucu masih menjadi pertanyaan. Hal ini mengingat bahwa ajaran Konghucu pada awalnya merupakan ajaran yang di-tanamkan pada masyarakat elit Cina yang memegang posisi domi-nan pada masyarakat.13

Masyarakat Kampung Sewan Lebak secara umum masih mengamalkan agama Cina tersebut. Pada saat perayaan Hari Raya Imlek, maka setiap warga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak dengan meriah merayakan hari raya tersebut. Bagi mereka pera-yaan tersebut merupakan tradisi turun-temurun yang umumnya ditandai dengan membeli baju baru. Namun tidak semua warga mampu membeli baju baru karena masyarakat Kampung Sewan pada umumnya miskin sekali.

Perayaan tradisi Cina merupakan bentuk penghormatan ter-hadap para leluhur secara turun-temurun. Mereka sangat bersema-ngat dalam merayakan tradisi Cina tersebut. Bagi pemeluk agama Konghucu, maka perayaan tersebut bukanlah sekadar perayaan tradisi saja melainkan merupakan perayaan keagamaan, sehing-ga melaksanakannya adalah melaksanakan perintah ajaran aga-ma Konghucu. Bagi penganut Buddha di Kampung Sewan Lebak, merayakan Imlek dan hari besar lainnya hanyalah merupakan tra-disi leluhur dan tidak berkaitan dengan ajaran agama.

Liem Liong Tju, seorang guru agama dan Rohaniawan Kong-hucu menjelaskan bahwa ajaran Konghucu yang ia jalani meru-pakan ajaran turun-temurun dari orangtuanya. Ia menjalankan ajaran agama Konghucu dan menolak agama Konghucu dianggap sebagai tradisi, walaupun sebagian besar warga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak menganggap bahwa Imlek, dan lainnya adalah tradisi turun-temurun nenek moyang Masyarakat Cina. Hal itu bukan tradisi melainkan ajaran agama Konghucu.14 Hal sena-

12 Gondomono, Membanting Tulang Menyembah Arwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996) hlm. 13.13 Chee-Beng Tan, Chinese Religion in Malaysia, Asian Folklor Studies, Vol. 42, hlm. 217.14 Liem Liong Tju, wawancara,Kampung Sewan Lebak, Tangerang, 18 Februari 2009.

Page 84: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

64

da juga diungkapkan oleh Lai, yang menjelaskan bahwa Konghu-cu merupakan ajaran agama, dan bukan tradisi Cina. Lai seorang pedagang sayur matang di Kampung Sewan Lebak menjelaskan bahwa ia menerima ajaran agama Konghucu dari orangtuanya, pengajaran Konghucu diberikan secara sembunyi-sembunyi pada masa Orde Baru karena adanya larangan pemerintah. Ketika sudah bebas, sekarang sangat mudah menemui para penebar (penghulu) agama Konghucu.15

Masyarakat Cina yang masuk ke Indonesia pada umumnya miskin. Mereka meninggalkan kampung halaman mereka di da-taran Cina karena bencana alam, kerusuhan politik atau masalah kepadatan penduduk yang mereka hadapi. Masyarakat Cina yang masuk ke Indonesia tersebut kemudian dimanfaatkan oleh peme-rintah kolonial VOC untuk dijadikan sebagai tenaga kerja dan juga budak di perkebunan gula, di mana kenaikan harga gula terjadi di pasar Eropa pada saat itu.16

Masyarakat miskin yang datang dari dataran Cina tersebut tidaklah identik dengan penganut Konghucu. Mereka yang meng-anut nilai-nilai Konghucu secara umum berasal dari kalangan lapisan kelas atas atau masyarakat elite Cina. Ajaran Konghucu wajib diajarkan di sekolah-sekolah Cina dan menjadi materi uta-ma dalam ujian untuk menjadi pegawai kekaisaran Cina hing-ga aturan itu dihapuskan pada tahun 1905. Masyarakat miskin umumnya tidak memahami ajaran Konghucu karena mereka tidak mengenyam pendidikan. Pendidikan ajaran Konghucu di Indone-sia masuk melalui pengajaran-pengajaran di sekolah Tiong Hwa Hwe Koan (THHK). Masyarakat keturunan Cina di Indonesia yang mampu bersekolah di THHK adalah masyarakat keturunan Cina yang berasal dari lapisan menengah ke atas, sehingga pengajaran Konghucu di Indonesia secara umum hanya diserap oleh mereka dan tidak dipahami oleh masyarakat Cina yang berada di lapisan

15 Lai, wawancara, Kampung Sewan Lebak, Tangerang, 23 Februari 2009.16 Leonard Blusse, Persekutuan Aneh, Pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia

VOC, (Jakarta: Penerbit LKiS, 2004), hlm. 169.

Page 85: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

65

bawah.17

Penerapan ajaran Konghucu akibat kebangkitan tersebut ter-nyata lebih diterima oleh masyarakat imigran Cina dibandingkan diterima oleh masyarakat Cina Peranakan, hal ini terjadi karena para pendukung utama pergerakan kebangkitan ajaran Konghu-cu didominasi oleh kaum imigran Cina dibandingkan masyarakat Cina peranakan, khususnya hal ini terjadi di Jawa.18 Pendidikan ajaran Konghucu murni melalui THHK dikembangkan oleh Lauw Tjiang Seng di Tangerang, hal ini terjadi karena adanya unsur lain dalam agama tradisional masyarakat Cina yaitu Konghucu, Buddha, serta Tao. Pendidikan ajaran Konghucu bagi masyarakat miskin di Batavia juga dilakukan oleh THHK yang mengambil alih Sekolah Gie Oh.19

Ajaran agama Cina tradisional menjadi hal menarik untuk dikaji mengingat bahwa sebagian masyarakat Cina khususnya di Indonesia menganggapnya sebagai sebuah ajaran agama tetapi sebagian besar masyarakat Cina menganggapnya sebagai ajaran filsafat.20

Untuk menjaga ketertiban masyarakat, maka hubungan an-tara individu dalam masyarakat harus dijaga yang meliputi lima hubungan yaitu: hubungan ayah dan anak selalu dilandasi oleh kepatuhan seorang anak terhadap ayah, sedangkan ayah akan mencintai dan melindungi anak-anaknya. Hubungan suami dan istri, seorang suami dengan landasan cinta-kasih akan selalu me-lindungi istrinya, dan pada saat yang sama seorang istri akan me-matuhi perintah sang suami. Hubungan antara kakak dan adik, dilihat sebagai hubungan di mana kakak akan selalu menyayangi dan melindungi adiknya, dan pada saat yang bersamaan seorang adik selalu menghormati sang kakak. Hubungan antara teman

17 Masyarakat Cina lapisan atas adalah golongan bangsawan kekaisaran Cina, di mana mereka dapat menduduki jabatan-jabatan kerajaan dengan melalui ujian negara yang berat, mereka diuji dengan ajaran Confucianisme, sedangkan golongan lapisan masyarakat kelas bawah dilarang mengikuti ujian negara tersebut. Lihat Etnik Tionghoa di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Intisari, 2006), hlm. 16.

18 Charles A. Coppel, Tionghoa dalam Krisis, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1994), hlm. 182.19 Ibid., hlm. 184-185.20 Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Selajang Pandang, (Jakarta: Keng Po, 1961) hlm. 43.

Page 86: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

66

yang lebih tua dengan yang lebih muda, di mana teman akan sela-lu saling melindungi. Hubungan antara Raja dan rakyat, di mana seorang raja harus mengayomi rakyatnya berlaku adil dan bijak-sana, sedangkan rakyat wajib mematuhi perintah raja yang adil tersebut.21

Kebangkitan ajaran Konghucu di Cina dicanangkan oleh K’ang Yu Wei dan Liang Ch’i-ch’ao pada tahun 1895. K’ang meminta ke-pada Kaisar untuk menerapkan ajaran Konghucu di seluruh wi-layah kekaisaran Qing dan juga meminta kepada pemimpin Cina untuk mengusir banyaknya misionaris dari daratan Cina. Pada mu-sim panas tahun 1898 K’ang mengajukan rancangan agar Konghu-cu dijadikan sebagai agama resmi negara. Kalendar Cina juga dite-rapkan agar Tahun Pertama diperhitungkan sejak Nabi Konghucu lahir, yaitu tahun 551 SM.

Di Indonesia, Konghucuisme dianggap sebagai agama sejak awal abad keduapuluh dan Indonesia kemudian mengakui Kong-hucu sebagai salah satu agama. Di negara lainnya ajaran Kong-hucu bukanlah dianggap sebagai agama, melainkan dianggap se-bagai aliran filsafat dari seorang filsuf bernama Konghucu yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.22

Gondomono menjelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat Cina atau Han meyakini adanya kekuatan adikodrati mengatur dan mengendalikan kehidupan manusia. Keyakinan masyarakat tradisional Cina klasik adalah religi baur yang telah ada sejak ribu-an tahun yang lalu. Religi atau keyakinan akan kekuatan tersebut disebut shenisme, karena mereka menyembah arwah (shen). Ma-syarakat jelata Han tidak paham akan konsep agama dalam kon-sep religi institusional. Pada saat Orde Baru berkuasa setiap orang wajib memeluk salah satu agama institusional, sedangkan shenisme

21 Masyarakat Cina tradisional merupakan masyarakat yang tersusun secara hierarki. Mereka sangat menghormati senioritas dalam struktur sosialnya. Konghucu menjelaskan bahwa bentuk masyarakat yang terbaik adalah keluarga. Keluarga menjadi contoh ideal untuk membentuk sebuah pemerintahan. Dalam keluarga nilai moralitas sangat djunjung tinggi, demikian pula pemerintahan sepatutnya men-junjung tinggi nilai moralitas. Mereka mengenal hubungan tata krama ngo lun dalam masyarakatnya. Lihat M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Pelita Kebajikan, 2005), hlm. 62.

22 Ibid.

Page 87: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

67

dianggap bukan sebagai agama. Shenisme merupakan agama poli-teistik dan ekletik yang dengan mudah menyerap dan menginte-grasikan banyak dewa-dewi ke dalam dirinya.23

Ajaran Konghucu di Indonesia yang dalam perkembangan-nya kemudian dianggap sebagai agama dapat dilihat dari Laporan THHK Batavia:

“Adat-istiadat Tjina sedjati, jang ada tertoelis di dalam Kitab-kitab Soe Si dan Hauw Keng ada disebut Pengadjaran dari Nabi Kong Hoe Tjoe. Dari sebab itoelah misti dianggep jang agama Tjina ada di dalam Pengadjaran Khong Hoe Tjoe tegasnja: Pengadjaran Khong Hoe Tjoe ada djadi agama Tjina.”24

Menurut pandangan THHK, Konghucuisme dianggap sebagai ajaran agama. Konghucu adalah Nabi, sebagaimana Muhammad pada agama Islam. Tuhan pada ajaran Konghucu adalah Thian yang tentu berbeda dengan konsep Tuhan dalam agama Kristen. Konghucuisme tidak mengenal ajaran kehidupan setelah kemati-an kecuali mengakui adanya roh-roh leluhur. Orang-orang Cina harus melakukan persembahan kepada roh-roh leluhur mereka yang merupakan wujud dari bakti seseorang terhadap orangtua. Tujuan THHK mempromosikan Konghucu di kalangan masyara-kat Cina peranakan adalah untuk memperbarui adat dan kebiasa-an masyarakat Cina di Jawa. Beberapa anggota THHK kemudian membentuk Khong Kauw Hwee pada tahun 1923 di Bandung yang berfokus pada ajaran Konghucu. Khong Kauw Hwee menyatakan bahwa Konghucu sebagai seorang Nabi, dan Kitab-kitab klasik Cina sebagai Alkitab.25

Pada tahun 1926 mulai muncul pandangan yang menolak Konghucu sebagai Nabi, dan Konghucuisme sebagai agama, mela-inkan sebuah ajaran filsafat semata. Tokoh yang menyerang pen-dapat Khong Kauw Hwee adalah Kwee Hing Tjiat. Ia menerbitkan tulisan pertamanya dalam sebuah dwibulanan di Surabaya Hoa

23 Gondomono, Manusia dan Kebudayaan Han, Penerbit Kompas, (Jakarta: 2013), hlm. 272-274.24 Riwajat 40 Taoen T.H.H.K. Batavia, Penerbit THHK Batavia, t.th.25 Leo Suryadinata, Kong Hu Cuisme dan Agama Kong Hu Cu di Indonesia, tulisan dalam Konfusianisme

di Indonesia: Pergulatan Mencari Jatidiri, Seri Dian III/Tahun II, (Yogyakarta: Interfidei, 1995) hlm. 177.

Page 88: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

68

Kiao dengan judul Prihal Filosofie Khong Tjoe. Ia menegaskan bah-wa Konghucu adalah orang biasa dan bukannya Nabi. Pandangan penolakan Konghucuisme sebagai agama dan Konghucu sebagai Nabi merupakan akibat dari munculnya nasionalisme Cina seku-ler, baik di Cina daratan maupun di Tanah Hindia.26

Dalam ajaran tradisional Cina terdapat hubungan antara hu-kum dan moral. Menurut Konghucu, hubungan antara hukum (Fa) dan moral (Li) adalah sebagai berikut:27

Pertama, bahwa pada hakikatnya manusia dilahirkan memiliki watak yang baik, atau setidaknya manusia secara rasional memi-liki kemampuan untuk menerima dan mempelajari hal-hal yang baik. Dengan menanamkan nilai-nilai moralitas (Li) maka manusia secara individual akan dapat diterima sebagai bagian dari masya-rakat. Nilai moralitas akan mampu menjauhkan manusia dari pe-rilaku jahat karena sebelumnya manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat. Hukum (Fa) hanya dapat digunakan untuk menghukum pelaku individual yang terjebak dalam kejahatan;

Kedua, bahwa hubungan utama dalam ajaran Konghucu yaitu: hubungan ayah dan anak selalu dilandasi oleh kepatuhan seorang anak terhadap ayah, sedangkan ayah harus mencintai dan melin-dungi anak-anaknya. Dalam hubungan suami dan istri, seorang su-ami dengan landasan cinta-kasih harus selalu melindungi istrinya, dan pada saat yang sama seorang istri harus mematuhi perintah sang suami. Hubungan antara kakak dan adik, dilihat sebagai hu-bungan kakak yang selalu menyayangi dan melindungi adiknya, dan pada saat yang bersamaan seorang adik selalu menghormati sang kakak. Dalam hubungan antara teman dengan teman, mere-ka akan selalu saling melindungi. Moral (Li) sangat menekankan hal ini dan dianggap sebagai bentuk dari sebuah perilaku tetap, di mana hukum berupaya untuk menghapuskan hubungan-hubung-an tersebut diatas dengan penekanan pada kesamaan. Sementara

26 Ibid., hlm. 187.27 Masyarakat Cina Tradisional sangat mengutamakan hubungan yang dibangun berdasarkan moral.

Menurutnya masyarakat yang memiliki kedudukan tertinggi adalah masyarakat yang mengutamakan moral, dan yang terendah adalah masyarakat yang lebih mengutamakan keuntungan semata. Lihat: Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy, (New York: The Free Press, 1976) hlm. 42.

Page 89: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

69

itu kaum legalist yaitu yang terdiri atas golongan birokrat, militer, dan diplomat kekaisaran Cina berpendapat bahwa tidak semua orang patuh, tidak semua orang bijaksana, ada juga kaum yang nakal. Untuk itu kaum Legalist berpendapat diperlukan hukum tertulis dan mempunyai sanksi.

Dalam hubungan bisnis, transaksi-transaksi dagang didasar-kan kepada rasa saling percaya, sehingga kontrak tertulis jarang dibuat. Kontrak dalam kebudayaan barat adalah hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bisnis. Setiap pihak yang terikat da-lam kontrak wajib menghormati dan mematuhinya. Hal tersebut berbanding terbalik bagi masyarakat Timur. Kontrak dalam ma-syarakat Barat tidak berkait dengan masalah nilai ketuhanan dan moral.28 Dalam Masyarakat Cina tradisional aturan hukum tertu-lis tidak digunakan karena lebih mementingkan peran sese orang dalam masyarakatnya. Hubungan antar individu lebih utama di-bandingkan dengan penggunaan hukum. Hubungan antar-indi-vidu yang dilandasi oleh kepercayaan lebih berperan dibanding aturan hukum tertulis.29 Dalam masyarakat Cina tradisional proses peradilan yang berupaya untuk menyelesaikan sengketa yang ter-jadi acap kali dianggap mengancam, tidak disukai karena dapat dianggap mengganggu nilai-nilai harmoni dalam masyarakat. Se-buah proses peradilan dapat dianggap sebagai upaya untuk mem-perlambat proses perbaikan dari rusaknya harmoni yang terjadi dalam masyarakat. Seorang ahli hukum dapat dianggap sebagai manusia yang mencintai peperangan, dia dianggap telah meng-hambat nilai harmoni dan keadilan.30

Kampung Sewan adalah masyarakat yang bukan semuanya penganut ajaran Konghucu sebagai agama. Mereka mengartikan bahwa melaksanakan Hari Raya Imlek, Cengbeng, bukanlah ben-tuk dari pengamalan agama melainkan merupakan pelaksanaan

28 Philip J. Mc.Connaughay, Rethinking The Role of Law and Contracts in East-West Commercial Relationship, Virginia Journal of International Law, Winter 2001.

29 John H. Matheson, Convergence, Culture and Contract Law in China, Minnesota Journal of Inter-national Law, Summer 2006.

30 Ilhyung Lee, The Law and Culture of The Apology in Korean Dispute Settlement (With Japan and United States in Mind), Michigan Journal of International Law, Fall 2005.

Page 90: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

70

tradisi masyarakat Cina yang harus dilaksanakan secara turun-temurun. Menurut Liang (54 tahun), ia tidak pernah mendapatkan ajaran Konghucu melalui pendidikan formal di sekolah, ia menja-lankan perayaan Imlek tersebut sebagai tradisi yang harus dilaksa-nakan secara terus-menerus.31

Tien menjelaskan bahwa perayaan tradisi Cina seperti Imlek, Cengbeng, dan sebagainya bukanlah ritual keagamaan melainkan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan sebagai penghormatan atas orang tua dan leluhur masyarakat Cina termasuk dalam hal ini adalah Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan.32 Menurut Liem Edi, Ketua RT 04 Kampung Sewan Lebak, melaksanakan tra-disi Cina seperti Imlek dan sebagainya adalah tradisi nenek mo-yang, melaksanakannya adalah penghormatan kepada leluhur ma-syarakat Cina.33

Alasan kedua menjadikan masyarakat Cina Benteng sebagai objek penelitian, karena sebagian besar masyarakat ini tidak per-nah secara khusus mendapatkan pendidikan Konghucu, bagaima-nakah mereka menjalankan bisnis?

Ketiga, masyarakat Kampung Sewan Lebak sebagian besar adalah pedagang dengan pendapatan yang kecil, sehingga perlu diteliti bagaimana mereka menyelesaikan masalah wanprestasi atau tidak memenuhi janji dan bagaimana mereka menyelesaikan sengketa dagang? Mereka umumnya pedagang kecil, seperti pem-buat kue-kue basah, pedagang pengepul dan pengecer kue, peda-gang ayam hip, pedagang siomay, dan lain-lain.

Nilai tradisional Cina yang dipahami oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak adalah nilai tradisi yang berbeda dari apa yang diungkap oleh Berger. Nilai tradisi elite birokrat yang cenderung menjadi penguasa dan jauh dari dunia bisnis, bu-kan merupakan ciri masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Mereka adalah para pedagang dan tidak hidup sebagai birokrat pe-nguasa, bahkan cenderung tak tersentuh oleh penguasa. Masyara-

31 Liang, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, 23 Februari 2009.32 Tian, wawancara, Kampung Sewan Tangerang, 23 Februari 2009.33 Liem Edi, wawancara, Kampung Sewan Tangerang, 23 Februari 2009.

Page 91: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketiga religi baur Optik etnOgraFi Hukum

71

kat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak merupakan masyarakat pedagang kecil dan umumnya hidup miskin dan jauh dari ciri-ciri kemajuan sektor bisnis.

Masyarakat ini merupakan masyarakat yang berbeda dari hal yang diyakini saat ini bahwa masyarakat tersebut merupakan masyarakat generasi ketiga yang sudah tidak lagi menggunakan tradisi masyarakat Cina. Masyarakat Cina generasi ketiga merupa-kan masyarakat yang tidak lagi mengikuti tradisi Cina, melainkan mengikuti tradisi barat secara umum. Mereka berpakaian, bertradi-si, dan telah mengganti nama-nama mereka dengan nama dan bu-daya barat. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan merupakan masyarakat yang masih menggunakan tradisi leluhur Cina mereka walau tak lagi mampu berbahasa Cina. Masyarakat menyebutnya sebagai Cina Pendalungan, atau masyarakat yang berbudaya Cina termasuk penggunaan nama-nama Cina bagi anak-anak mereka, tetapi mereka tak lagi mampu berbahasa Cina. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak telah meleburkan identitasnya. Mereka merupakan masyarakat yang tidak sama dengan masyara-kat Cina tradisional di Cina Daratan. Mereka telah melebur dengan budaya-budaya lokal pribumi Tangerang.

Page 92: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 93: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKeempat

JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

A. pEngAntArDalam bab ini diungkap sebuah dinamika perjalanan sejarah

yang dilalui oleh komunitas Cina Benteng Tangerang. Rekaman peristiwa sejarah ini diperoleh peneliti melalui penelusuran do-kumen-dokumen sejarah era kolonial hingga era Reformasi serta melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yang terlibat dan mengetahui peristiwa tersebut. Pengungkapan sajian sejarah ini untuk mengetahui latar belakang peristiwa sejarah hukum Indone-sia yang melibatkan peran komunitas Cina Benteng di dalamnya.

Page 94: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

74

Peneliti melakukan wawancara terhadap Oey Tjin Eng, bu-dayawan sekaligus pelaku sejarah yang terlibat dan mengetahui dinamika perjalanan Komunitas Cina Benteng dalam beberapa pe-ristiwa. Selain itu juga terhadap beberapa tokoh dan pelaku seja-rah seperti Ong Sui San dan Souw Sin Tjiang yang telah berusia lanjut mengetahui peristiwa pemulangan masyarakat Cina dari Indonesia ke RRC akibat peristiwa dwi kewarganegaraan di masa Orde Lama. Mereka menceritakan kepedihan hidup yang mereka rasakan akibat kancah politik yang melibatkan masyarakat ketu-runan Cina di Indonesia, yang berimbas pula kepada komunitas Cina Benteng di dalamnya.

B. KoMuNITASCINABENTENGDALAMREKAMJEJAKSEJARAHRekaman sejarah komunitas Cina Benteng Kampung Sewan

telah terdapat dalam sebuah catatan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19. Pada tanggal 9 Oktober 1871, Gubernur Jenderal P. Mijer memberlakukan ketentuan mengenai penunjuk-an tempat-tempat bagi golongan Timur Asing dengan Lembaran Negara No.146 tentang Orang Timur Asing yang menyatakan bahwa Gubernur Jenderal menetapkan tempat-tempat berupa kampung-kampung yang dibuka sebagai tempat bermukim warga keturunan Timur Asing di Hindia Belanda. Khusus kawasan Bata-via tempat-tempat yang dibuka meliputi:

Batavia, sebagai ibukota Karesidenan, Meester Cornelis (af-deling Meester Cornelis), Bekasi (afdeling Meester Cornelis), Puloga-dung (afdeling Meester Cornelis), Tangerang (afdeling Tangerang), dan Buitenzorg (afdeling Buitenzorg). Selanjutnya diperintahkan agar peraturan ini dibuat dalam bahasa pribumi dan Cina dan agar setiap pihak mematuhinya.1

Beberapa peristiwa hukum yang terjadi pada masyarakat Cina Benteng yaitu terjadinya peristiwa pembunuhan. Surat Asisten Re-siden Tangerang kepada Residen Batavia tertanggal 2 Juni 1913

1 Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 146 Oostersche Vreemdelingen, October 1871.

Page 95: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

75

menjelaskan terjadinya peristiwa ini.

“Korban pembunuhan ini bernama Goedel (seorang Cina mualaf) penduduk Kampung Tegalkunir Tangerang. Pelaku pembunuhan dilakukan oleh empat orang Cina penduduk Kampung Kebonbaroe, tetapi pelaku berhasil melarikan diri. Salah satu pelaku pembunuh diduga bernama Lie Dji Toen yang saat itu melintas di Kampung Ke-bonbaroe, dan dugaan tersebut tidaklah tepat mengingat para pe-laku sebelumnya telah berhasil ditangkap oleh aparat keamanan dan dijebloskan ke dalam penjara distrik Mauk. Lie Dji Toen adalah kor-ban salah sasaran yang dikejar oleh warga Tegalkunir karena diduga pelaku pembunuhan. Lie Dji Toen berteriak meminta tolong tetapi kemudian warga Tegakunir berhasil menangkapnya serta mem-bunuhnya. Aparat keamanan kemudian menangkap dua puluh orang pelaku pembunuhan dengan korban Lie Dji Toen serta empat orang pelaku pembunuh Goedel. Pokok persoalannya adalah bahwa orang-orang Cina dari Keboenbaroe menyuruh menggarap sawah mereka di Kebonbaroe dengan bagi hasil bersama orang-orang pribumi dari Te-galkunir, sehingga selama pemotongan padi yang kini masih berlang-sung, kedua kelompok itu (Cina dan pribumi) saling bertemu. Ketika saya berangkat ke Keboenbaroe. Ketika saya berangkat ke Kebonba-roe, terbukti orang-orang Cina berada di sana yang segera setelah peristiwa pembunuhan rekan mereka Lie Dji Toen bersama istri dan anak-anak korban telah meninggalkan kampung itu karena ketaku-tan terhadap orang-orang pribumi dari Tegalkunir, dan hanya seba-gian kecil yang kembali ke rumah mereka. Saya bersama modin tetap menunggu yang lain, yang bisa kita panggil kembali. Juga beberapa wanita dan anak-anak kembali ke rumah; yang lain lagi pada petang atau pagi keesokan harinya bersedia kembali. Baik di Kebonbaroe maupun di Tegalkunir, saya membangun pos polisi yang kuat, dengan tenaga diambil dari daerah lain. Sementara itu, saya telah meme-rintahkan Wedana Mauk dan Mantri Polisi Pasilian (Distrik Balaraja) yang untuk sementara ditempatkan di sana. Selama panen padi di Kebonbaroe masih berlangsung, untuk hadir dan mengatur pemo-tongan ini sehingga orang-orang Cina itu tidak bisa segera saling ber-temu dengan orang-orang pribumi di sawah. Semua orang Cina dari Kebonbaroe sejak itu kembali ke kampungnya. Juga keluarga mereka dibawa kembali dan sampai sekarang kedua kampung tersebut tidak lagi mengalami gangguan keamanan. Seperti yang terbukti dari ke-terangan di atas, tidak bisa dikatakan bahwa gerakan Sarekat Islam di afdeling ini berpengaruh secara langsung atas peristiwa tersebut.

Page 96: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

76

orang-orang pribumi dari Tegalkunir belum menunjukkan minatnya memasuki organisasi ini”.2

Berdasarkan keterangan yang tertera dalam Surat Asisten Resisden Tangerang kepada Residen Batavia tersebut, terdapat konflik antara golongan Cina dan Pribumi di Mauk Tangerang. Konflik dan insiden pembunuhan terhadap warga Cina tersebut tampaknya tidak berkaitan dengan adanya kebencian etnis, mela-inkan lebih pada pembagian hasil panen padi yang dilakukan oleh golongan pribumi dan Cina di Mauk Tangerang. Dijelaskan pula bahwa pengaruh Sarekat Islam tidak begitu kuat memengaruhi konflik keduanya. Dapat kita lihat bahwa berdasarkan keterangan tersebut di atas, Sarekat Islam memiliki pengaruh dalam bebera-pa peristiwa konflik etnis yang tampaknya mendukung kelompok pribumi.

Penduduk Cina Benteng Kampung Sewan bukanlah kelas pengusaha, mereka adalah para petani yang pada saat awal abad kedua puluh mencoba untuk membuka hutan yang cukup luas di daerah Kampung Sewan. Pada sekitar tahun 1920, penduduk Cina Benteng Kampung Sewan umumnya adalah petani dan mereka diberi hak oleh aparatur desa untuk membuka hutan. Kampung Sewan pada saat itu masih berupa hutan dan tanah lapang di be-berapa bagian. Tanah-tanah tersebut kemudian dipatok oleh bebe-rapa warga Cina Benteng untuk dijadikan sawah dan perumahan. Pada saat itu Kepala Desa umumnya dijabat oleh seorang yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi, disebut sebagai Jawara. Sui menjelaskan:3

“Di sini duhulunya hutan, masih banyak pohon besar-besar, sebagi-annya tanah lapang. Saya lahir persis selesainya pembangunan Pin-tu Air 10 tahun 1932. Dulu di sini penduduk masih sedikit, dan mulai rame sekitar tahun 1940-an dari daerah-daerah seperti Mauk, Kam-pung Melayu, dan lain-lain. Pada saat itu tanah masih sangat luas, kalau ada yang mau buka tanah tinggal lapor aja ke lurah. Saya dulu

2 Surat Asisten Residen Tangerang G.J.P. Vernet kepada Residen Batavia H. Riffsnijder tanggal 2 Juni 1913 dalam Mailrapport nomor 1331513.

3 Sui, wawancara, Kampung Sewan, 13 Juli 2010.

Page 97: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

77

juga staf administrasi kelurahan karena diajak temen saya yang jadi lurah di sini sekitar tahun 1950. jaman itu pegawai kelurahan gak di-gaji. Kita dapet duit dari biaya-biaya perijinan aja. Kalo dulu yang jadi lurah pasti para jawara atau jagoan, artinya mereka para jagoan-jagoan silat yang terpandang. Namaya juga belum Kelurahan Mekar-sari, kalo saat itu namanya Kampung Sewan Parung Kuda.”

Peristiwa pembantaian masyarakat Cina Benteng terjadi aki-bat adanya isu bahwa seorang penduduk Cina Benteng melakukan penurunan bendera merah putih, dan peristiwa itu menurut komu-nitas Cina Benteng disebut Peristiwa Dunia Kiamat. Isu tersebut membuat massa bergolak dan kemudian bergerak untuk memban-tai setiap orang Cina yang ditemui. Oey Tjin Eng menuturkan:

“Dulu ada isu kalo di sini ada orang Tionghoa nurunin bendera merah putih, nah semua pada gak terima, akhirnya terjadi deh peristiwa itu. Memang ada beberapa orang Tionghoa yang ikut KNIL.”4

Pada 3 Juni 1946 terjadi pembunuhan besar-besaran di Tange-rang terhadap penduduk Tangerang yang berdiam di sebelah barat Sungai Cisadane. Ratusan orang Cina yang tidak berdosa dibantai, mayatnya ditumpuk, hartanya dijarah lalu rumah-rumah mereka dibakar. Orang Cina Benteng dituduh bekerja sama dengan Belan-da, mereka semua dianggap sebagai pengkhianat, dibantai dengan kejam. Beberapa orang Cina dianggap bekerja sama dengan Belan-da, telah menurunkan bendera merah putih dan sekaligus menjadi mata-mata tentara Belanda di Tangerang guna menangkap tenta-ra Republik. Pada 3 Juni 1946 di Desa Panggang (Cilongok), Lim Tjiauw Hie yang berusia 71 tahun, Lim Tjoen Nio seorang gadis berusia 20 tahun, dan Lim Tiang Tjeng, seorang anak berusia 3 tahun dibakar hidup-hidup.5

Van Mook segera melakukan inspeksi ke Tangerang untuk me-lakukan pemeriksaan atas terjadinya peristiwa pembantaian terse-but, yang dalam hal ini dilaporkan oleh surat Kabar Sin Po sebagai berikut:

4 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 24 Juni 2008.5 Benny G. Setiono, Tionghoa dalam Pusaran Politik, (Jakarta: Penerbit Elkasa, t.th.), hlm. 582.

Page 98: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

78

”Kamis pagi sekali Lt.Gouverneur-Generaal van Mook dengan dianter oleh Generaal Spoor dan bebrapa adviseurnja telah brangkat ke bi-langan Tangerang boeat preksa keadaan di sana.”6

Laporan Letnan Gubernur van Mook kepada Menteri Urusan Seberang Jonkman tertanggal 9 Juli 1946 menjelaskan mengenai adanya aktivitas yang membahayakan warga Cina di Tangerang berupa pembakaran atas perkampungan di kawasan timur dan utara Tangerang. Laporan tersebut menyatakan:

”Daerah di sekitar Tangerang menunjukkan peningkatan aktivitas kaum ekstremis. Melalui Cisadane, kembali para pelarian Cina tiba. Kaum ekstremis membakar kampung-kampung di sebelah timur dan utara Tangerang. Di sebelah barat Batavia, daerah yang diduduki oleh tentara India-Inggris diganggu oleh penduduk. Tentara Inggris telah menggagalkan usaha segerombolan orang menyebarangi sungai Ci-sadane.”7

Berdasarkan laporan tersebut di atas, maka terdapat adanya peningkatan aktivitas kelompok-kelompok ekstremis, tentunya yang dimaksud ekstremis adalah pejuang kemerdekaan, dan pri-bumi. Para pejuang yang umumnya pribumi melakukan tindakan berupa pembakaran di kawasan pinggiran Tangerang. Dapat kita lihat bahwa kegiatan pembersihan etnis ini dimulai dari daerah pinggiran Kota Tangerang dan bukan berpusat di Kota Tangerang. Pembersihan dan penghancuran harta benda tersebut sudah tentu merugikan warga etnis Cina Benteng yang dituduh oleh kaum Re-publik berpihak kepada Belanda.

Pembunuhan tersebut menyebar hingga mencapai kawasan Mauk, Serpong, dan Karawang. Di daerah Mauk kaum laki-laki Tionghoa diminta membuka celananya kemudian disunat secara paksa. Demikian juga kaum perempuan banyak yang diperkosa. Pada tanggal 31 Mei 1946 di Karawaci telah terjadi pembunuhan terhadap sebelas orang Cina Benteng, di antaranya: Lim Pit Bang,

6 Lt. Gouverneur-Generaal ka Tangerang, “Sin Po”, tanggal 7 Juni 1946.7 No. 325, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen

1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff ).

Page 99: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

79

Liem Kian Hwie (80 Tahun), Liem Pit Tjeng (18 Tahun), Liem Rebo (16 Tahun) dan Sie Kiem Soe (15 Tahun). Pada tanggal 3 Juni 1946 di Kampung Karet telah dibunuh dengan kejam Tan Seng Bo (57 Tahun), Oey Hwee Nio (29 Tahun), Oey Kiem Lioe (7 Tahun). Di Bojongnangka dua puluh orang Cina Benteng ditangkap dan tidak diketahui nasibnya. Manurut laporan di Tangerang telah ter-jadi 28 pembakaran rumah-rumah orang Cina Benteng termasuk penghuninya dibakar hidup-hidup.8

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Palang Merah Jang Seng Ie Jakarta sebanyak 653 (enam ratus lima puluh tiga) orang Cina Benteng tewas, terdiri atas 136 (seratus tiga puluh enam) perempuan, dan 36 (tiga puluh enam) anak-anak, 1.268 (seribu dua ratus enam puluh delapan) rumah warga Cina Benteng di-bakar, dan 236 (dua ratus tiga puluh enam) rumah warga Cina Benteng dirusak massa. Akibat pembantaian tersebut, sekitar dua puluh lima ribu warga Cina Benteng mengungsi ke Jakarta dan ditampung oleh perkumpulan Sin Ming Hui di Molenvliet (Jl. Ga-jahmada) No. 188.9 Oey Hok Tjan menuturkan:

“Pada hari kedua satu kandaraan mobil yang berbendera Yang Seng Ie Red Cross membawa barang-barang, makanan, pakaian dan obat-obatan segera berangkat ke Tangerang, penulis pun turut serta, sete-lah berada di gedung Chung Hua Chung Hui kita dapat melihat dengan dua mata menyaksikan penderitaan yang sangat memukul perasaan dan tak merasa lagi di mana kedua pelipis mata telah mengalir kedua pinggiran pipi air mata yang murni dan menangis dalam hati kecil saya, saya mengambil sapu tangan untuk menghilangkan air mata dan pergi keluar. Penulis menulis ini lantas berhenti sebentar, karena kedua mata telah mengalir air mata dan merasa sedih, seolah-olah lantas terbayang apa yang telah terjadi dunia kiamat terhadap tong pauw diperdalam sebelah selatan Kota Tangerang yang telah silam pada 36 tahun yang lampau, seolah-olah terbayang seperti baru saja terjadi begitu….”10

8 Benny G. Setiono, Loc. cit.9 Ibid., hlm. 583.10 Oey Hok Tjan, Dunia Kiamat, t.th. Makalah.

Page 100: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

80

Terjadinya kerusuhan Tangerang tersebut menjadikan Loge-mann, Menteri Urusan Seberang meminta keterangan kepada Let-nan Gubernur van Mook tertanggal 6 Juni 1946. Dalam suratnya Logemann menyatakan:

”Karena Duta Besar Cina Tung Ling di sini ragu-ragu untuk meminta informasi lebih lanjut tentang pembunuhan massal atas orang-orang Cina di Tangerang, yang disebutkan oleh pers, saya meminta Anda untuk secepat mungkin memberikan informasi yang terlengkap ten-tang ini, mengenai tindakan apa yang perlu diambil. Selain itu saya mohon Anda menasihati saya apakah ada alasan untuk mengambil langkah-langkah tentang hal itu di London”11

Penjelasan Pemerintah Hindia Belanda atas surat Menteri Urusan Seberang Logemann menjelaskan bahwa jumlah korban dalam peristiwa kerusuhan di Tangerang tersebut tidak dapat di-pastikan. Menurut surat Pemerintah Hindia Belanda kepada Men-teri Urusan Seberang Logemann tertanggal 7 Juni 1946 dijelaskan:

”Selama kunjungannya, van Mook kemarin pagi juga mengunjungi tangerang di mana situasi itu dipantau bersama komandan dan oleh Ketua organisasi orang Cina informasi disampaikan. Sejak penduduk-an di Tangerang oleh tentara kita tidak ada peristiwa yang terjadi. Se-baliknya pada hari Selasa penyerangan berlangsung disertai dengan pembakaran terhadap penduduk Cina di sebelah barat Cisadane, semuanya tanpa alasan. Jumlah korban tidak bisa dipastikan. Saya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kondisi yang kita temukan.”12

Van Mook kemudian menjelaskan pula terjadinya peristiwa kerusuhan tersebut kepada Logemann. Kerusuhan tersebut menu-rut van Mook teror yang dilakukan oleh Laskar Rakyat, Tentara Republik Indonesia serta gerombolan perampok yang meneror warga Cina. Surat Gubernur Jenderal van Mook yang ditujukan kepada Menteri Urusan Seberang tertanggal 14 Juni 1946 menje-

11 No. 206, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff ).

12 No. 211, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff ).

Page 101: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

81

laskan sebagai berikut:

”Mengenai telegram Anda nomor ZG 74 dan sehubungan dengan tele-gram saya nomor 410, penduduk Tangerang dan sekitarnya menurut laporan militer telah menderita akibat teror Laskar Rakyat, TRI, dan gerombolan perampok sebelum kedatangan pasukan Belanda. Ter-utama orang-orang Cina dalam hal ini menjadi sasaran. Sejak awal April orang-orang Cina ini tidak bisa meninggalkan Tangerang tan-pa izin dengan risiko akan ditangkap bersama keluarganya, selan-jutnya pemboikotan, penjarahan dan kerja paksa bagi TRI. Sebelum kedatangan tentara Belanda, Tangerang dikosongkan oleh Indonesia dan menurut berita-berita yang belum dibuktikan, mereka berenca-na melakukan pembakaran yang gagal karena kedatangan tentara Belanda yang lebih awal, sehingga hanya beberapa bangunan saja yang hancur. Perlahan-lahan penduduk yang pada mulanya sebagian besar meninggalkan Tangerang, dengan perkecualian semua orang Cina, bisa kembali sebagian dan sibuk menungut panen padi. Berba-gai aparat pemerintah lama kembali menawarkan jasa-jasa mereka. Penduduk kembali tenang, tetapi masih takut dengan tindakan te-roris.

Banyak kerja sama dari penduduk dan terutama orang-orang Cina yang bisa diperoleh. Persediaan beras kira-kira 450 ton banyaknya digunakan di antaranya bagi pengungsi Cina, yang jumlahnya naik sampai 5.000 orang di Tangerang. Jumlah korban Cina tidak dikenal, tetapi ditafsirkan kira-kira 700 orang. Tentang aksi pembebasan Be-landa dan hasil-hasilnya saya akan mengirimkan telegram kemudian.

Saya menyatakan bahwa dampak-dampak sekarang ini terjadi di luar daerah pendudukan dan kebebasan bergerak dari pasukan kita ma-sih dibatasi. Saya tidak melihat alasan langsung bagi langkah-lang-kah di London kecuali peristiwa itu bisa dinyatakan sebagai suatu motif bagi kebebasan bergerak selanjutnya, karena kini kita tidak bisa bertindak di luar lingkaran itu dalam kasus demikian dan tentara Inggris sehubungan dengan aksi demikian masih menahan diri. Juga masih bisa ditunjukkan kenyataan bahwa orang-orang di lingkung-an daerah kita menimbulkan bahaya dan harus dibersihkan, seperti yang dipertimbangkan untuk Padang, selain dengan dampak-dampak yang sangat serius.

Saya telah meminta Konsul Jenderal di Singapura untuk menanggapi aksi pers yang kurang baik bagi kita setelah berbicara dengan Wright,

Page 102: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

82

di mana disampaikan bahwa pasukan Belanda berada di bawah pe-rintah Panglima Inggris dan kondisi tak terkontrol di luar garis batas itu bisa dicegah.”13

Awal kemerdekaan di tahun 1946 di mana masyarakat me-rasakan euforia pembebasan dan kemerdekaan, tampaknya siapa pun yang dianggap berpihak kepada Belanda, Inggris, dan penja-jah, maka akan dianggap sebagai musuh. Golongan Cina tentunya dalam hal ini adalah Cina Benteng turut menjadi korban karena ketidakberpihakannya kepada kaum Republik. Masyarakat Cina dianggap berpihak kepada penjajah akibat muncul isu yang tidak jelas adanya pengibaran bendera NICA oleh masyarakat Cina di Tangerang. Tampaknya luapan rasa kemerdekaan diungkapkan melalui cara yang destruktif berupa penghancuran dan pembu-nuhan terhadap siapa pun yang dituduh musuh kemerdekaan. Ma-syarakat Cina dianggap sebagai masyarakat yang tidak berpihak kepada kemerdekaan. Kecenderungan untuk menghindari konflik dalam setiap kesempatan ditanggapi dengan cara yang salah oleh kaum atau kelompok pribumi. Masyarakat Cina Tangerang diang-gap berdiam diri, tentunya hal ini dapat dilihat dalam sudut pan-dang yang berbeda. Masyarakat Cina yang tidak berpihak karena masyarakat Cina akan menjadi sasaran kedua belah pihak yang bertikai, yaitu Republik dan Belanda. Ketika mereka menyatakan dukungan kepada kaum Republik berarti mereka akan menjadi incaran dan serangan Belanda, demikian pula sebaliknya. Untuk itu tampaknya mereka berpikir untuk diam atau tidak berpihak terhadap kelompok mana pun.

Peristiwa kerusuhan Tangerang tersebut membuat beberapa warga Cina di beberapa daerah memberikan bantuan kemanusia-an. Salah satu bantuan tersebut berasal dari Chung Hua Chung Hui Lombok. Dalam suratnya tertanggal 15 Juni 1946 yang ditujukan kepada Kepala Voedingmiddelenfond di Jakarta, Tio Tiong Swie me-nyatakan:

13 No. 231, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel, (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff ).

Page 103: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

83

“Berhoeboeng dengan terdjadinja itoe pendjagalan, perampokan, dan berbagi2 kedjahatan dan kekedjaman terhadap pendoedoek Ti-onghoa di bilangan Tangerang baroe2 ini, hingga sebagai akibatnja riboean telah mendjadi korban dan riboean poela pelarian-pelarian Tionghoa dari itoe bilangan sedeng menderita seheibat-heibatnja, menoenggoe pertoeloeng pertoelong makanan, pakean dan seba-gainja. Maka tersoeroeng oleh perasaan kewadjiban dan kemanoesi-aan, pendoedoek Tionghoa di seloeroe poelou Lombok mengadakan gerakan menjoembang seriboe quintaal beras oentoek meringankan deritaan mereka itoe.14”

Peristiwa kerusuhan Cina di tahun 1946 berdasarkan lapor-an tersebut meliputi penjagalan atau pembantaian, perampokan, dan banyak bentuk kekejaman lainnya di mana ribuan warga Cina Tangerang mengalami penderitaan yang luar biasa berat. Solida-ritas terhadap penderitaan tersebut mengakibatkan beberapa war-ga Cina di lain-lain wilayah memberikan bantuan, seperti yang dilakukan oleh warga Cina Lombok dengan menyumbang seribu kwintal beras terhadap para korban.

Surat kabar Sin Po melaporkan bahwa terdapat lebih dari dua ribu pengungsi yang harus diselamatkan. Sin Po melaporkan:

“Ditambah dengan pengoengsi jang sampe koetika hari Djoemahat malam dan kemaren lohornja, sama sekali Chung Hua Chung Hui mo-esti memberikan makanan, pakean, dan sebaginja pada doea riboe pengoengsi lebih. Selainja itoe djoemlah masi diharap kedatanganja banjak pengoengsi lagi, teroetama diharap korban-korban jang se-dang ditjari oleh doea poeloeh anem orang jang seboetkan diatas. Sampe pada seboelanja kedatangannja pengoengsi jang kita seboet-kan blakangan tiap-tiap hari moesti dikaloearkan ongkos anem riboe lima ratoes rupiah tiap-tiap hari, sehingga dengen bertambahnja ma-rika itoe ditaksir sedikitnja Chung Hua Chung Hui Tangerang moesti kaloearkan tiap-tiap hari sapoeloeh riboe roepiah.”15

Biaya yang harus dikeluarkan oleh organisasi kemanusiaan Cina, Chung Hua Chung Hui Tangerang, adalah sebesar enam ribu

14 Surat Lombok Hua Chung Hui Comite Fond Tangerang kepada Padoeka Toean Kepala Voedingmid-delenfond, Departement Van Economischezaken di Djakarta, Tanggal 15 Juni 1946.

15 Chung Hua Chung Hui Perloe Diberikan Bantoean, Sin Po, 8 Juni 1946.

Page 104: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

84

hingga sepuluh ribu rupiah perhari akibat bertambahnya jumlah pengungsi yang mengalir keluar Tangerang. Sebanyak dua ribu orang pengungsi mengalir memasuki wilayah-wilayah lain seper-ti Jakarta untuk menghindarkan dirinya dari pembantaian. Uang tersebut digunakan untuk pembelian makanan juga pakaian yang dibutuhkan oleh pengungsi tersebut.

Masyarakat Cina Benteng yang terdapat di beberapa kawasan seperti Mauk, Kampung Melayu, Tangerang, banyak yang melari-kan diri ke Kampung Sewan. Menurut Souw Sin Tjiang, 65 tahun, menjelaskan bahwa banyak warga yang melarikan diri ke Kam-pung Sewan untuk menyelamatkan diri, karena Sewan dianggap oleh masyarakat Keturunan Cina merupakan daerah yang cukup aman. Souw menjelaskan:16

”Dulunya tanah Sewan masih jarang penduduk, rata-rata para penda-tang yang melarikan diri ke Sewan dari daerah-daerah seperti Mauk, Kampung Melayu, Tangerang Kota. Kita lari akibat adanya kerusuhan sekitar tahun empatluhan. Banyak orang Cina Benteng yang jadi kor-ban kerusuhan dibunuh sama pribumi. Bapak saya, dan kami seke-luarga lari ke Sewan sini untuk mencari perlindungan karena daerah sini termasuk aman.”

Pada tahun 1958, Jenderal Mayor Nasution selaku penguasa perang pusat mengeluarkan aturan larangan penggunaan huruf-huruf asing di Indonesia. Harian Sin Po mewartakan peristiwa ter-sebut:

”KSAD djenderal major Nasution, selaku penguasa perang pusat untuk daerah angkatan darat, menurut koordinator penerangan staf harian penguasa perang pusat, Letkol R. Pirngadie telah mengeluarkan per-aturan larangan penggunaan huruf2 jang umumnja asing bagi rakjat Indonesia. Peraturan larangan itu, dikeluarkan oleh KSAD pada hari Kamis tanggal 17 April 1958 untuk mentjegah penjalah gunaan huruf2 tersebut, untuk tudjuan2 tertentu jang dapat merugikan keamanan dan ketertiban umum. Dengan demikian, kurang lebih 16 harian jang berhuruf Tionghoa diseluruh Indonesia, mulai hari ini berhenti terbit, antaranja 5 di Djakarta. Isi peraturan selengkapnja.

16 Souw Sin Tjiang, wawancara, Kampung Sewan, 12 Juli 2010.

Page 105: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

85

Peraturan penguasa perang pusat No. 010/1958 itu selengkapnja ada-lah sebagai berikut:

Pasal 1Melarang pentjetakan, penerbitan, pengumuman, penjampaian, pen-jebaran, perdagangan dan/atau penempelan surat kabar atau Mad-jalah jang mempergunakan huruf bukan huruf Latin atau huruf Arab atau huruf Daerah Indonesia, dengan maksud untuk atau se-tidak2-nja dapat menduga akan diketahui oleh umum.

Pasal 2Barang siapa melakukan perbuatan jang dilarang dalam ketentuan jang tersebut dalam Pasal 1, dihukum dengan hukuman sebagaimana jang telah ditentukan dalam pasal 48 Undang2 Keadaan Bahaja 1957, ialah hukuman kurungan se-lamalamanja 1 (satu) tahun atau denda setinggi2-nja sepuluh ribu rupiah.

Pasal 3Tindak pidana jang tersebut dalam pasal 2, sebagaimana jang telah ditentukan dalam pasal 58 Undang2 Keadaan Bahaja 1957 adalah ter-masuk pelanggaran.

Pasal 4Surat Kabar atau Madjalah jang mempergunakan huruf bukan hu-ruf Latin atau huruf Arab atau huruf Daerah Indonesia jang ditjetak, diterbitkan, diumumkan, dan/atau ditempelkan, disebarkan, diper-dakan sesudah mulai berlakunja Peraturan ini, dapat dirampas dan dimusnahkan.

Pasal 5Peraturan Penguasa Perang Pusat ini mulai berlaku pada hari diu-mumkan. Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerin-tahkan pengumuman Peraturan Penguasa Perang Pusat ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Surat2 Kabar Harian serta pengumuman dalam siaran Pemerintah Radio Republik Indonesia.”17

Pemberlakuan aturan tersebut bertujuan untuk mengawasi penulisan-penulisan huruf-huruf asing yang dapat dikhawatirkan menimbulkan kerawanan dalam hal kepentingan negara dan ke-

17 Sin Po, Kl. 16 harian berhuruf Tionghoa mulai hari ini menghentikan peneribitannja, Jumat 18 April 1958.

Page 106: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

86

amanan serta ketertiban umum terutama dalam keadaan perang. Tujuan lainnya adalah untuk memperkenalkan lebih dalam kebu-dayaan Indonesia. Jika dikaji lebih mendalam tidak terdapatnya alasan yang jelas mengenai larangan penggunaan tulisan dan hu-ruf-huruf Cina tersebut. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa huruf dan tulisan tersebut dapat merugikan keamanan negara dan mengganggu ketertiban umum. Jika itu yang dijadikan sebagai alasan, tentunya di Indonesia telah banyak huruf asing yang digu-nakan sejak masa lampau, seperti huruf Arab sebagai contohnya. Tetapi huruf Cina dan tentunya kebudayaan Cina dianggap seba-gai sebagai sebuah kebudayaan yang akan mengancam keaman-an negara. Pasal 4 larangan tersebut masih membolehkan tulisan Arab dan huruf lain termasuk huruf daerah.

Pada tahun 1958, diberlakukan Undang-Undang Kewargane-garaan. Undang-Undang Kewarganegaraan bertujuan agar warga negara Indonesia keturunan Cina memilih satu kewarganegaraan. Koran Sin Po memberitakan:

“Dalam pertjakapan dengan Sin Po, anggauta Parlemen Siauw Giok Tj-han mengatakan, bahwa ia mendesak pemerintah supaja melaksana-kan djandji Menlu Subandrio untuk membentuk Panitya Chusus guna menentukan golongan2 warganegara jang selajaknya dinjatakan han-ja memiliki satu kewarganegaraan, jaitu kewarganegaraan Indonesia sadja, sehingga pada mereka ini dapat diberikan surat keterangan sebagai bukti kewarganegaraan, sesuai dengan pasal 2 pertukaran nota jang dilampirkan dalam persetudjuan penjelesaian masalah dwi kewarganegaraan antara RRI-RRT.”18

Masalah dwi kewarganegaraan yang muncul di Indonesia di-tanggapi oleh Ko Swan Sik, Ahli Hukum Kewarganegaraan yang termuat dalam Sin Po:

“Dikatakan oleh Mr. Dr. Ko bahwa masalah dwi-kewarganegaraan se-benarnja bukan masalah jang istimewa. Sepandjang sedjarah di mana adanja hubungan antara bangsa2 dan negara2 maka masalah dwi-kewarganegaraan ini selalu timbul. Dan apakah dwi-kewarganegara-an itu perlu dihilangkan atau dibiarkan, sebenarnja itu adalah soal

18 Mana Panitya Chusus Warganegara?, “Sin Po”, Sabtu 1 Februari 1958.

Page 107: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

87

apakah sesuatu pemerintah itu lebih menjukai banjaknja orang asing ataukah lebih menjukai banjak orang jang berwarganegara rangkap. Dan ini adalah soal politik. Menurut pembitjara soal dwi-kewarga-negaraan di Asia Tenggara umunja dihubungkan dengan persoalan minoriteit. Lebih djauh Mr. Dr. Ko menerangkan bahwa persoalan dwi-kewarganegaraan ini biasanja timbul karena bentrokan daripa-da azas jus-soli dan azas jus-sanguinis. Djuga mengenai pertukaran nota antara PM Ali Sastroamidjojo dan PM Chou En-Lai tertanggal 3 Djuni 1955 dikatakan oleh Mr. Dr. Ko sebagai anomali hukum kare-na didalamnja ada ketentuan2 jang aneh. Didjelaskan bahwa apa-bila pemerintah akan menetapkan siapa jg dapat dianggap sebagai warganegara Indonesia itu dengan ketentuan misalnja seseorang itu telah mewakili Indonesia dalam gelanggang internasional (misalnja olahraga), maka ini tentunja sangat tidak adil. Seseorang jang karena kebetulan sadja dapat mewakili Indonesia dalam forum internasional dapat dianggap sebagai orang jang hanja mempunjai satu kewarga-negaraan ialah kewarganegaraan Indonesia sedangkan orang lainnja jang kebetulan tidak dapat mewakili Indonesia tidak bisa dianggap sebagai warganegara Indonesia. Ini tentunja tidak adil dan djuga me-ngurangi hak seseorang utk dengan bebas memilih kewarganegara-annja seperti jang tertjantum dalam azas2 Hukum Internasional.”19

Pada tahun 1959 Presiden Soekarno memberlakukan Peratur-an Pemerintah No. 10 yang berisikan larangan bagi warga keturun-an Cina untuk melakukan aktivitas perniagaan dan bertempat ting-gal di wilayah pedesaan. Tindakan ini dilatarbelakangi oleh adanya desakan dari beberapa ormas dan partai politik yang menghendaki agar para warga keturunan Cina keluar dari desa karena adanya persaingan antara pedagang Cina dengan pedagang pribumi Islam. Para pedagang Islam yang baru muncul tersebut tampaknya tidak mampu bersaing dengan para pedagang Cina. Masyarakat Cina yang umumnya adalah pedagang dianggap menghalangi pergerak-an para pedagang pribumi. Para pedagang Cina harus keluar dari wilayah kawasan dagang masyarakat pribumi.20

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut puluhan

19 Dwi-kewarganegaraan bukan masalah istimewa, Sin Po, Sabtu 1 Februari 1958.20 Jemma Purdey, Anti-Chinese Violence in Indonesia, (Singapore: Singapore University Press, 2006),

hlm. 11.

Page 108: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

88

ribu orang Cina terpaksa harus meninggalkan kampung halaman mereka masing-masing. Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) sempat bersitegang dengan Pemerintah Republik Indonesia, dan pada saat itu sebanyak 102.000 (seratus dua ribu) penduduk ketu-runan Cina meninggalkan Indonesia, toko yang harus tutup akibat terkena dampak diperkirakan mencapai 25.000 (dua puluh llima ribu) toko.21 Pada satu sisi pelaksanaan PP 10 tersebut menim-bulkan keguncangan ekonomi, beberapa daerah mengalami ke-merosotan ekonomi, barang-barang menjadi sulit karena banyak barang kebutuhan pokok yang disuplai oleh para pedagang ketu-runan Cina.22

Bagi masyarakat Cina Benteng, pemberlakuan Peraturan Pe-merintah No.10 tersebut cukup memberikan dampak. Oey Tjin Eng selaku tokoh masyarakat Cina Benteng menjelaskan:

”Waktu pemberlakuan PP No.10 tersebut ditujukan untuk masyara-kat Cina yang berkewarganegaraan asing. Sedangkan kami warga Cina Benteng merupakan warga asli Tangerang, kita merasa warga asli Tangerang, jadi kita jarang yang meninggalkan rumah kita atau keluar dari kampung-kampung di mana kita tinggal. Tetapi memang ada beberapa warga Cina Benteng yang ketakutan sehingga mereka meninggalkan kampungnya dan tinggal di kawasan Kota Tangerang. Kalau Cina yang bukan WNI sih pada pergi dan bahkan kembali ke Ti-ongkok, tapi kita tidak. Contohnya warga Cina keturunan yang tinggal di Kampung Sewan, Mauk, juga Teluk Naga hingga saat ini masih tetap tinggal di kampungnya.”23

Penjelasan Oey Tjin Eng tersebut membuktikan bahwa masy-arakat Cina Benteng sebagian besar tidak meninggalkan kampung mereka, menurutnya hal ini diakibatkan oleh pemahaman masya-rakat Cina Benteng yang menganggap diri mereka sebagai war-ga asli Tangerang. Mereka yang telah bertempat tinggal selama ratusan tahun di Tangerang telah menyatu dan menjadi bagian dari warga Tangerang. Warga yang bertempat tinggal di Kampung

21 Ibid., hlm. 12.22 Benny G. Setiono, Loc. cit., hlm. 815. 23 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 26 Juni 2009.

Page 109: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

89

Sewan sejak puluhan tahun lamanya tidak meninggalkan kam-pung mereka. Walapun mereka telah menyatu sebagai bagian dari masyarakat pribumi Tangerang, tetapi dengan berlakunya PP 10, semua warga diminta untuk meninggalkan Tangerang untuk pergi ke daratan Cina. Ong Sui San, 65 tahun, tokoh warga masyarakat Kampung Sewan, menjelaskan:24

”Dulu waktu ada kasus PP 10 jaman Bung Karno, saya udah siap-siap buntelin baju-baju karena kita udah siap mau disuruh pulang ke RRT. Kalau dipusat katanya disuruh milih mau tinggal di sini sebagai WNI atau pulang ke RRT. Nah begitu berita sampe di Sewan ceritanya jadi laen. Kita disuruh pindah, diprentah pindah bukan disuruh milih. Ada tetangga depan rumah saya yang juga masih famili saya yang pindah ke RRT sampe sekarang. Saya denger yang pindah-pindah itu dita-ruhnya di Pulau Hainan bukan di Daratan RRT-nya. Sebetulnya kita warga sini telah tinggal sejak lama, dan rata-rata sudah tinggal sejak lahir. Warga sini setahu saya gak banyak yang pergi karena PP 10, kita ngerasa warga asli sini sih. Sebagai contohnya kalo kita warga asli: warga sini mana ada yang bisa bahasa Mandarin, kita bisanya bahasa Betawi ama Sunda. Kalo jaman nenek-nenek kita dulu Mah mungkin bisa, tapi yang ada sekarang udah gak bisa bicara bahasa Mandarin. Kita mah warga asli Kampung sini, dan kita lahir di sini.”

Sui, 78 tahun, sesepuh masyarakat Kampung Sewan menjelas-kan bahwa walaupun mereka telah menetap sangat lama dan telah turun temurun tinggal di Sewan, ketika muncul PP 10, para pendu-dik Cina keturunan diperintahkan untuk meninggalkan Kampung Sewan dan pindah ke RRT. Tan menjelaskan:25

”Sekitar akhir tahun limapuluhan kita orang keturunan pada disuruh pulang ke RRT, ya jadinya kita pada siap-siap namanya juga disuruh pulang. Banyak orang Sewan yang udah pada siap-siap tapi akhirnya banyak yang gak jadi dipulangin, karena kalo orang-orang keturunan pada disuruh pulang penduduk Tangerang jadinya cuma sedikit, ka-rena kebanyakan di sini orang keturunan. Akhirnya kita gak pada jadi pulang ke RRT. Setahu saya kabarnya cuma ada satu kali kapal dari Tanjung Priok yang berangkat, abis itu udah gak ada kapal lagi yang

24 Ong Sui San, wawancara, Kampung Sewan, 13 Juli 2010.25 Sui, wawancara, Kampung Sewan, 13 Juli 2010.

Page 110: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

90

ngangkut penduduk keturunan Cina untuk pulang ke RRT.”

Penjelasan Oey Tjin Eng, Ong Sui San, dan Sui membuktikan bahwa pengaruh peraturan pemerintah tersebut terhadap kondi-si masyarakat Cina Benteng, khususnya di Kampung Sewan cu-kup membuat mereka ketakutan, karena pilihan untuk memilih kewarganegaraan telah berubah menjadi perintah meninggalkan Indonesia. Mereka menyadari bahwa nenek moyang mereka telah berada di Tangerang, sehingga penduduk Kampung Sewan me-nempati kampung mereka sejak mereka lahir hingga sekarang. Se-lain itu pula kapal yang ada tidak mencukupi untuk mengangkut ribuan orang yang akan dipulangkan ke daratan Cina (RRC).

Pada tahun 1963, untuk memecahkan masalah minoritas etnis Cina di Indonesia, Baperki mendukung adanya ide untuk mene-tapkan warga etnis Cina sebagai suku terendiri (Suku Tionghoa, Chinese ethnic group) yang mendasarkan pada komunitas kebuda-yaan masyarakat Cina, kelompok inilah yang mendukung ide in-tegrasi.26 Pada sisi lainnya terdapat kelompok lain, yaitu Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPKB) yang mendukung asimilasi, di mana masyarakat Cina harus menghilangkan kebudayaan Cina agar dapat menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Dua kelompok tersebut saling berhadapan dan menimbulkan perdebatan panjang di antara masyarakat Cina di Indonesia. Baperki yang terlalu dekat dengan PKI akhirnya menjadikan posisi Baperki sangat tidak ber-untung ketika muncul peristiwa G-30-S/PKI.

Masyarakat Cina Benteng Tangerang menurut Oey Tjin Eng banyak yang memilih untuk mendukung integrasi, tokoh warga Cina Benteng di Tangerang menjelaskan:

”Warga Cina Benteng pada saat itu mayoritas adalah pendukung Ba-perki. Masyarakat Cina Benteng memilih Baperki karena mendukung ide integrasi. Jarang dijumpai warga Cina Benteng yang mendukung LPKB. LPKB bagi kami kesannya hendak menghapus budaya Cina agar dapat melebur dengan budaya Indonesia. Dengan memilih Baperki berarti mendukung integrasi, harapannya budaya Cina masih diakui.

26 Jemma Purdey, Loc. cit., hlm. 13.

Page 111: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

91

Tetapi ketika pasca-G-30-S banyak warga Cina Benteng yang beralih mendukung LPKB, saya melihatnya sebagai mencari aman secara po-litik.27”

Pada tahun 1963 terjadi peristiwa rasialis. Peristiwa ini diawali oleh perkelahian yang terjadi antara mahasiswa pribumi dan se orang mahasiswa keturunan Cina yang keduanya merupa-kan mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Perkelahian tersebut kemudian menjalar ke kota di kawasan Bandung, massa mulai me-lakukan perusakan atas toko-toko milik warga keturunan Cina di Bandung. Yap Tjwan Bing, salah satu perumus Undang-Undang Dasar 1945 turut menjadi korban dalam peristiwa rasialis terse-but. Rumahnya yang terletak di Lembang dirusak oleh perusuh. Harta miliknya dibakar. Ia dan keluarganya kemudian mengungsi dan menetap di Amerika Serikat. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa 10 Mei. Peristiwa 10 Mei ini mengakibat-kan kerugian yang tidak sedikit, setidaknya 500 toko terbakar ha-bis, 63 kendaraan bermotor habis terbakar, serta ratusan rumah terbakar.28 Peristiwa rasialis di Bandung tersebut dikhawatirkan menjalar ke Tangerang, sehingga kemudian Baperki melalui Per-musyawaratan Pemuda Indonesia yang dibantu oleh Pemuda Ra-kyat ikut menjaga komunitas masyarakat Cina Benteng. Oey Tjin Eng menjelaskan:

”Waktu kejadian peristiwa Mei 1963 kita semua berjaga-jaga di Tang-erang. Pada saat itu keamanan masyarakat Cina Benteng Tangerang dijaga oleh Permusyawaratan Pemuda Indonesia (PPI) yang juga di-perkuat dan dibantu oleh Pemuda Rakyat. PPI itu anaknya Baperki. Akibat lebih lanjut timbul kedekatan antara PPI dan Pemuda Rakyat, di tingkat pusat terjadi kedekatan antara pimpinan Baperki dan PKI. Lebih jauh lagi banyak warga Cina Benteng yang ikut Baperki/PPI ikut pula Pemuda Rakyat. Hubungan kedekatan antara PPI dan Pemuda Rakyat sebetulnya hanya sebagai bentuk balas budi karena Pemu-da Rakyat telah ikut membantu menjaga keamanan warga Cina Ben-teng.”29

27 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 25 Agustus 2009.28 Benny G. Setiono, loc.cit, hlm. . 827.29 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 25 Agustus 2009.

Page 112: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

92

Pada tahun 1965 terjadi peristiwa pemberontakan PKI di mana pada saat itu sangat berdampak bagi warga masyarakat keturu-nan Cina di Indonesia. Bagi masyarakat keturunan Cina tersebut pemberontakan itu berdampak pada dilarangnya warga etnis Cina untuk melakukan aktivitas kebudayaan. Pemerintahan Orde Baru melihat bahwa pemberontakan ini didukung oleh RRC yang ke-mudian dikaitkan adanya dukungan dari warga keturunan Cina di Indonesia. Mengaitkan antara warga keturunan Cina dengan peristiwa G-30-S/PKI tampaknya sangat memberatkan warga ma-syarakat keturunan Cina di Indonesia. Hubungan antara peristiwa G-30-S/PKI dengan warga keturunan Cina diakibatkan adanya keterkaitan antara Organisasi Baperki dengan PKI. Baperki tidak dapat dikaitkan dengan organisasi PKI, jika ada hubungan hal ter-sebut merupakan urusan pribadi dan bukanlah urusan organisasi. PKI pada satu pihak kemudian mengklaim bahwa massa Baperki siap mendukung PKI. Baperki merupakan sebuah organisasi massa yang selalu dikaitkan dengan eksklusivitas milik warga keturunan Cina semata. Untuk menjawab hal itu, maka Siauw Giok Tjhan me-nyatakan perlunya menerima Pancasila dan Nasakom adalah inti dari Pancasila, karena dalam Nasakom terdapat adanya persatuan antara tiga kekuatan Bangsa: Nasionalis, Kaum Agamawan, serta Golongan Komunis. Menerima Nasakom dan Pancasila berarti Ba-perki dapat membuktikan dirinya menjadi organisasi yang pluralis milik semua golongan.30

Mengadopsi Nasakom sebagai doktrin dan pandangan orga-nisasi inilah yang kemudian menyudutkan Baperki sebagai orga-nisasi pendukung komunis. Dampaknya adalah stigma terhadap warga keturunan Cina yang dianggap sebagai pendukung Baper-ki yang tentunya adalah sebagai pendukung komunis. Keadaan yang sesungguhnya adalah begitu bergantungnya Baperki terha-dap Presiden Soekarno. Jika tidak menerima Nasakom tentunya Baperki akan dianggap sebagai organisasi yang tidak Nasionalis

30 Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta: Penerbit LP3ES, 2005) hlm. 177.

Page 113: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

93

dan tentunya akan membahayakan eksistensi organisasi itu sen-diri. Baperki sesungguhnya bukanlah organisasi komunis, mela-inkan organisasi yang memiliki hubungan erat dengan PKI juga PNI. Baperki yang anggotanya sebagian besar adalah masyarakat keturun an Cina memunculkan pendapat bahwa Masyarakat ketu-runan Cina mendukung PKI.31

Bagi masyarakat Cina Benteng peristiwa G-30-S/PKI ikut pula berdampak bagi kehidupan sebagian warga Cina Benteng. Oey Tjin Eng menjelaskan:

”Di Tangerang pendukung Baperki sangat banyak. Ketua Baperki Tangerang, Poa Tjhin Hauw, adalah sekaligus sebagai Ketua Kelen-teng Boen Tek Bio. Akibatnya ketika G-30-S meletus, Boen Tek Bio sempat dianggap sebagai sarangnya Baperki, otomatis Boen Tek Bio dianggap pro PKI. Apalagi Poa Tjhin Hauw kemudian melarikan diri.”32

Setelah peristiwa G-30-S/PKI meletus, banyak warga Cina Benteng yang harus mendekam di penjara, bahkan harus menga-lami pembuangan di Pulau Buru. Oey Tjin Eng yang menjelaskan:

”Ketika G-30-S/PKI meletus, beberapa warga Cina Benteng yang ikut Baperki bahkan ada yang ikut Pemuda Rakyat harus mendekam da-lam penjara, Beberapa warga ada yang dibuang ke Pulau Buru, bebe-rapa meninggal dalam penjara.”33

Masyarakat keturunan Cina dianggap tidak setia terhadap ne-gara. Warga keturunan Cina dianggap memiliki loyalitas ganda, tidak peduli terhadap kesulitan rakyat. Pemilihan warga keturun-an Cina sebagai pendukung PKI karena secara politis kedudukan mereka sangat lemah.34 Demonstrasi terhadap warga keturunan Cina menjadi marak di mana-mana, warga keturunan Cina diang-gap menjadi pendukung komunis. Pada akhirnya Pemerintahan Orde Baru memberlakukan larangan bagi warga keturunan Cina untuk melakukan aktivitas kebudayaannya di Indonesia dengan

31 Charles Coppel, Tionghoa Indonesia dalam Krisis, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1994), hlm. 121.32 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 25 Agustus 2009.33 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 25 Agustus 2009.34 Benny G. Setiono, loc. cit., hlm. 977.

Page 114: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

94

memberlakukan Inpres No.14 Tahun 1967. Larangan terhadap kegiatan aktivitas kebudayaan tersebut se-

lain menutup beberapa organisasi Cina pro-Peking juga menutup dan sekolah-sekolah Cina di Indonesia.35 Sekolah Cina di Tange-rang banyak yang ditutup. Beberapa perguruan milik Baperki Tangerang banyak yang diambil alih pemerintah dan diserahkan untuk didirikan perguruan yang lain. Larangan mendirikan seko-lah-sekolah Cina tersebut kemudian disiasati oleh masyarakat Cina Benteng pada tahun 1974 dengan mendirikan Sekolah Konghu-cu. Sekolah ini diberi nama “Confucius” tidak menggunakan kata “Konghucu” untuk menghindari kesan Cina serta akan tampak berbahasa barat. Pada awalnya banyak yang menduga bahwa Per-guruan Confucius adalah perguruan Kristen karena bercorak barat. Menurut Oey Tjin Eng, seorang Guru Konghucu serta tokoh masya-rakat Cina Benteng menjelaskan:

”Sekolah Cina banyak yang ditutup pada masa Orde Baru, khususnya setelah peristiwa G-30-S. Sebagai contohnya Sekolah Baperki yang terdiri atas SD hingga SMA ditutup pemerintah dan kemudian di tem-pat itu didirikan Universitas Islam Tangerang (Unis). Yang menarik adalah pendirian sekolah Setia Bhakti. Sekolah ini didirikan pada ta-hun 1974 untuk melestarikan ajaran Konghucu bagi warga keturunan Cina. Kemudian para pendiri bersepakat bahwa nama yang diguna-kan adalah Sekolah Confucius bukan Sekolah Konghucu. Penggunaan kata Confucius adalah sebagai penghindaran dan menyiasati agar dapat disetujui oleh pemerintah, jika menggunakan kata Konghucu pasti tidak akan diizinkan. Kata Confucius terdengar seperti bahasa barat, dan pada awalnya dianggapnya sebagai sekolah kristen-kato-lik karena ada kata ius, hal ini mirip dengan kata antonius, fransiscus, dan sebagainya.36

Diskriminasi terhadap warga keturunan Cina juga berla-ku, pembatasan untuk melakukan kegiatan politik, pembatasan atas kesempatan untuk memperoleh pendidikan, kesulitan da-lam memperoleh identitas warga seperti kartu tanda pendud-

35 Dennys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya, Buku 2 Jaringan Asia, (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 247.

36 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, Juli 2009.

Page 115: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

95

uk, larangan atau tidak diakuinya warga keturunan Cina untuk memeluk agama Konghucu sehingga mengakibatkan ditutupnya kelenteng-kelenteng Konghucu oleh pemerintah. Untuk menghin-dari larangan serta penutupan kelenteng tersebut, maka banyak Kelenteng yang kemudian beralih fungsi menjadi vihara-vihara Buddha. Pengalihan fungsi ini dirasakan lebih aman karena walau telah ditutup tetapi warga Konghucu masih diberikan kesempatan untuk melakukan kebaktian di kelenteng tersebut. Hal ini berkait dengan adanya Sam Kao dalam ajaran tradisional Cina. Menurut Asyuntapura, seorang Pengurus Majelis Agama Konghucu Komda Banten menjelaskan:

”Banyak kelenteng yang saat ini beralih menjadi vihara-vihara Bud-dha. hal ini berkait dengan adanya larangan pelaksanaan ajaran-ajaran Konghucu di Indonesia. Di Tangerang ini beberapa kelenteng besar telah beralih menjadi Vihara seperti Vihara Nimmala. Kami saat ini berupaya untuk meminta kembali difungsikannya Vihara tersebut menjadi kelenteng, akan tetapi hal itu masih sulit dilakukan karena adanya ketidakmauan dari umat Buddha untuk mengembalikan ke-lenteng tersebut.”37

Menurut Oey Tjin Eng menjelaskan:

”Ketika Orde Baru lahir, kelenteng-kelenteng tersebut oleh peme-rintah dialihkan menjadi Vihara, ada sebuah kelenteng yang dapat kita pertahankan yaitu Boen Tek Bio. Sebetulnya itu juga merupa-kan upaya kita juga agar kita umat Konghucu masih diberikan hak untuk menjalankan ibadah di tempat tersebut. Saat ini ketika telah berada dalam masa Reformasi, tampaknya niat untuk mengambil alih kembali dan memfungsikan kembali vihara-vihara tersebut menjadi kelenteng sangat sulit. Hal ini karena pada masa lalu kita tidak pu-nya surat bukti kepemilikan, sedangkan kalau kita mengakui vihara tersebut adalah milik kita, kita harus punya bukti yang jelas atas ke-pemilikan kelenteng-kelenteng tersebut pada masa lalu.”38

Dari penjelasan tersebut di atas tampak bahwa ada keingin-an dari warga umat Konghucu untuk meminta kembali aset-aset

37 Asyuntapura, wawancara, Tangerang, Juli 2009.38 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 22 Agustus 2009.

Page 116: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

96

mereka berupa tempat peribadatan yang saat ini telah beralih fungsi menjadi vihara Buddha. Akan tetapi kesulitan yang mun-cul yaitu ketiadaan surat bukti kepemilikan atas aset-aset tersebut pada masa lalu. Adapun ketika kelenteng tersebut telah berubah fungsinya menjadi vihara, para pengurus vihara segera melakukan proses sertifikasi atas aset-aset yang dimiliki.

Warga keturunan Cina tersebut hanya diperbolehkan berada dalam kegiatan sektor ekonomi semata. Pada masyarakat Cina Benteng beberapa perlakuan diskriminasi khususnya yang dilaku-kan oleh aparatur pemerintahan khususnya pada masa Orde Baru. Menurut Oey Tjin Eng, seorang tokoh warga Cina Benteng menje-laskan:

Kalau diskriminasi yang dilakukan oleh aparat pemerintahan jaman Soeharto memang saya rasakan ada. Seperti kita sulit untuk mengu-rus KTP, nama-nama Cina yang kita punya harus diganti dengan nama Indonesia. Terus juga saya merasa bahwa shio-shio yang diakui ha-nya tiga: Shio Kambing, Shio Sapi, dan Shio Kelinci. Shio Sapi karena kita bisa dijadikan sapi perahan, shio kelinci karena kita sering di-jadikan kelinci percobaan, sedangkan shio kambing karena kitalah yang dijadikan kambing hitam atas segala masalah. Untuk masalah pergantian nama umumnya dilakukan oleh para warga keturunan Cina yang menjadi pedagang dengan tujuan untuk mempermudah memperoleh akses perijinan dalam berusaha, bahkan beberapa ada yang sengaja memeluk Islam. Tetapi jika kita tidak hidup dalam du-nia dagang kita tidak perlu berganti nama atau bahkan agama. Yang menarik justru hubungan antarwarga keturunan Cina dengan warga pribumi berlangsung secara baik dan alami sejak lama di Tangerang. Warga pribumi tidak ada yang menolak atau mendiskriminasi war-ga Keturunan Cina di Tangerang. Warga Cina Benteng sudah berhasil melakukan akulturasi secara baik dengan warga pribumi sejak puluh-an bahkan ratusan tahun lalu.39

Masuknya warga masyarakat keturunan Cina di sektor per-ekonomian mengakibatkan mereka begitu menguasai sektor-sek-tor perekonomian di Indonesia. Pada akhirnya penguasaan atas sektor-sektor ekonomi tersebut menimbulkan jurang sosial yang

39 Oey Tjin Eng, wawancara, 22 Agustus 2009.

Page 117: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

97

cukup tajam antara masyarakat keturunan Cina dengan masyara-kat pribumi. Masyarakat pribumi merasa bahwa masyarakat ketu-runan Cina tidak peduli terhadap yang lain, sehingga akibat lebih jauh adalah munculnya prasangka-prasangka terhadap masyarakat keturunan Cina di Indonesia. Prasangka-prasangka itu kemudian pada akhirnya dapat menyulut kerusuhan antar etnis di Indonesia. Masyarakat Cina menjadi korban dalam kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Dalam kerusuhan Mei tersebut banyak warga masyarakat Cina yang menjadi korban, sedangkan bagi beberapa pihak, ma-syarakat Cina hanyalah menjadi kambing hitam dalam peristiwa itu. Korban masyarakat Cina dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998 adalah melihat posisi masyarakat Cina yang lemah. Masyarakat Cina Benteng dalam kejadian kerusuhan Mei 1998 menarik untuk dicermati. Warga Cina Benteng tidak menjadi korban dalam keru-suhan Mei 98 tersebut karena warga Cina Benteng dan masyarakat pribumi begitu menyatu dalam kehidupan sosial mereka.

Harian Kompas menjelaskan terjadinya kerusuhan di Tange-rang pada tahun 1998:

“Sebagian wilayah Tangerang yang berbatasan dengan Jakarta sudah dilanda kerusuhan sejak Rabu (13/5) malam. Kerusuhan terus ber-lanjut dan kemarin sekitar pukul 09.00 wib Kota Tangerang sudah ru-suh. Puluhan pusat perbelanjaan, pasar toko, ATM, dan bank dirusak, dan dijarah isinya. Tiga pasar swalayan, enam unit mobil, satu hotel, serta sejumlah bangunan lainnya dibakar massa. Hingga pukul 20.00 WIB, Kota Tangerang masih berlangsung. Pusat kerusuhan tersebar di hampir seluruh Kodya Tangerang: Jatiuwung, Cimone, Perumnas Karawaci, dan Pasar Baru. Kerusuhan juga terjadi di Kabupaten Tang-erang antara lain Megamal Karawaci, dan Bumi Serpong Damai. Se-jumlah pusat perbelanjaan yang dirusak dan dijarah massa antara lain: Sabar-Subur, Matahari, Ramayana, di Kawasan Cimone; Brahma-na, Sabar-Subur Jatiuwung, Gudang Anker Bir di Jl. Lio Baru, dua toko sepeda di Jl. Karet Perumnas Karawaci, Indomaret Perumnas dan Di-amon Mahkota Mas di Jl. M.H. Thamrin serta satu pasar swalayan di Kawasan Kebon Nanas.”40

40 Bogor, Tangerang, dan Bekasi Lumpuh, Harian Kompas, 15 Mei 1998.

Page 118: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

98

Oey Tjin Eng, tokoh masyarakat Cina Benteng menjelaskan:

“Pada saat terjadi kerusuhan Mei 1998, umumnya yang menjadi kor-ban adalah warga Cina pendatang dan bukannya warga Cina Benteng. Kerusuhan itu berlangsung di kawasan-kawasan yang berdekatan dengan Jakarta. Salah satu daerah terparah adalah Kawasan Lip-po Karawaci. Pertokoan Lippo habis terbakar, dan banyak perusuh yang juga tewas terbakar dalam toko yang mereka jarah. Ada toko Sabar-Subur, milik warga asli Cina Benteng yang menjadi korban da-lam peristiwa itu. Pemiliknya kehilangan tokonya yang hangus terba-kar, tetapi nyawa selamat, hanya hartanya yang ludes. Kerugian yang ia derita mencapai lima puluh dua miliar. Pusat-pusat pemukiman warga asli Cina Benteng tidak ada yang tersentuh, seperti Kampung Sewan. Mereka warga Cina Benteng telah menyatu dengan warga pri-bumi. Umumnya yang menjadi korban adalah warga Cina yang beker-ja di Jakarta dan sedang dalam perjalanan pulang ke Tangerang.”41

Lebih jauh Oey Tjin Eng menjelaskan:

“Umumnya masyarakat Cina Benteng tidak menjadi korban, mengi-ngat bahwa selain adanya hubungan yang baik dan telah terjadi akul-turasi, selain itu juga dapat dilihat dari warna kulit. Warna kulit warga Cina Benteng umumnya gelap, seperti halnya warga pribumi pada umumnya, sehingga para perusuh itu tampaknya tidak bisa membe-dakan antara warga Cina Benteng dengan warga pribumi.”42

Harian Kompas menjelaskan mengenai akibat yang timbul dari kerusuhan di Tangerang:

”Kerusuhan yang terjadi di Kotamadya Tangerang pekan lalu meng-akibatkan 214 toko/ruko hangus terbakar, 371 toko/ruko rusak dan 18 mal/supermarket hangus dan rusak. Menurut Walikotamadya Tange-rang, Drs. H. Djakaria Machmud, hari Senin (18/5), total kerugian ma-teri akibat kerusuhan tersebut itu sekitar Rp225 milyar. Dalam lapor-an walikota disebutkan, aksi kerusuhan massa juga mengakibatkan hangusnya 107 mobil, tujuh sepeda motor, satu hotel, satu tempat hiburan dan dua gudang. Sedangkan gedung yang dirusak terdiri dari 10 bank, satu pasar, satu bengkel, dan satu apotek. Sebelum diba-kar dan dirusak, umumnya gedung-gedung itu dijarah isinya terlebih

41 Oey Tjin Eng, wawancara,Tangerang, Senin, 24 Agustus 2009.42 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, Senin, 24 Agustus 2009.

Page 119: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keempat JeJak seJaraH kOmunitas Cina benteng

99

dahulu. Djakaria mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak ter-pancing isu-isu yang menyesatkan serta memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa.”43

Terjadinya kerusuhan di Tangerang tersebut mengakibatkan beberapa sekolah di Tangerang terpaksa harus meliburkan siswa-nya:

“Banyak pengelola sekolah atau kepala sekolah di Jakarta dan Tang-erang mulai Jumat ini meliburkan siswanya. Di antara sekolah itu ada yang meliburkan siswanya sejak Jumat dan masuk kembali hari Senin mendatang. Ada juga sekolah yang menyatakan libur sampai waktu yang belum ditentukan. Sekolah itu misalnya TK, SD, sampai SMU Ric-ci II Pondok Aren Tangerang, dan TK, SD Annisa Pondok Aren Tang-erang. Siswa Sekolah Ricci hari Kamis dipulangkan pukul 10.30 WIB. Untuk hari-hari selanjutnya sekolah akan menelepon ke rumah siswa memberitahukan kapan akan masuk kembali. Kemudian tiap siswa diminta menghubungi lima temannya.44”

Poh, seorang warga Kampung Sewan menjelaskan:

“Pada saat kerusuhan itu, ada isu kalau para perusuh mau masuk ke Kampung Sewan, dan kita udah banyak yang berjaga-jaga. Kita juga sempat khawatir, tapi akhirnya kerusuhan itu nggak sampai kema-ri.”45

Kekerasan terhadap warga keturunan Cina rupanya tidak me-nimbulkan kerugian bagi masyarakat Cina Benteng. Kerugian ter-besar diderita oleh warga keturunan Cina pendatang dan bukan warga Cina Benteng. Hal ini mengingat eratnya hubungan yang tercipta antara masyarakat pribumi dengan masyarakat Cina Ben-teng. Oey Tjin Eng menjelaskan:

“Banyak korban yang menimpa masyarakat Cina pendatang di Tange-rang, umumnya mereka merupakan korban yang sedang pulang dari kerja di Jakarta. Di jalan banyak massa yang mencegat mereka. Seta-hu saya umumnya kekerasan seperti pemerkosaan saya tidak tahu,

43 Kompas, Akibat Kerusuhan di Tangerang 18 Mal dan 585 Toko Hancur, 19 Mei 1998.44 Kompas, Banyak Sekolah di Jakarta dan Sekitarnya diliburkan, Sabtu, 16 Mei 1998.45 Poh, wawancara, Tangerang, Senin, 24 Agustus 2009.

Page 120: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

100

mungkin para relawan-relawan yang lebih tahu.

Berdasarkan keterangan para saksi sejarah yang merekam be-berapa peristiwa khususnya saat terjadinya kerusuhan 1998, tam-pak bahwa komunitas ini telah berhasil melakukan akulturasi bu-daya dengan masyarakat pribumi lainnya. Kerusuhan yang terjadi saat peristiwa Mei 1998 tidak menjalar hingga kawasan Kampung Sewan. Akulturasi dengan tidak menghilangkan karakter komu-nitas ini telah menghindarkan komunitas Cina Benteng Kampung Sewan ini dari timbulnya korban dalam peristiwa kerusuhan ter-sebut.

Page 121: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKelima

dinamika sOsial-ekOnOmi Warga kamPung seWan

Penelitian dengan metode etnografi hukum tidak saja meng-gunakan bentuk wawancara mendalam (indepth interview) terhadap subjek yang diteliti, ia dapat dikombinasikan

dengan data sekunder berupa sebaran angket (mix methodology) untuk mengetahui kondisi demografi pada lokasi penelitian. Da-lam laporan mengenai dinamika kehidupan sosial ekonomi data statistika sederhana digunakan untuk mengetahui kondisi ekono-mi seperti pendapatan dan pengeluaran keluarga, dan sebagainya sebagai data sekunder penelitian. Data utama penelitian etnografi pada komunitas pedagang Cina Benteng Kampung Sewan adalah wawancara secara mendalam terhadap subjek yang terpilih.

Page 122: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

102

▶ Lorong Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Pola kehidupan masyarakat Cina Benteng khususnya yang bertempat tinggal di Kampung Sewan menarik untuk dikaji seti-daknya disebabkan oleh beberapa hal: pertama, bahwa masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan adalah masyarakat yang menga-nut garis patrilineal, tetapi dalam hal ini dengan kemiskinan yang umumnya melanda masyarakat Kampung Sewan, apakah garis laki-laki masih dijaga mengingat banyak perempuan yang juga ikut bekerja membantu perekonomian keluarga?

Kedua, bahwa masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak yang umumnya adalah masyarakat miskin dalam setiap transaksi bisnis menggunakan perjanjian nonkontraktual. Dalam perjanjian kontraktual, hubungan bisnis yang terjalin akan dapat dilindungi hukum, akan tetapi jika masyarakat Kampung Sewan menggunakan nonkontraktual bagaimanakah kepastian hukum

Page 123: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

103

yang dapat diperoleh jika terdapat pihak-pihak yang ingkar dalam perjanjian yang telah disepakati?

A. dinAmikA Ekonomi wArgA kAmpung sEwAnHari masih sangat pagi ketika para penduduk telah bergegas

untuk mengemasi dan menyiapkan barang-barang dagangannya. Sejak sebelum subuh para pedagang kecil Kampung Sewan telah merapikan masakan dan makanan yang hendak dijualnya. Mere-ka umumnya adalah para pedagang kue-kue basah, ayam potong matang (ayam hip), bebek potong matang, keripik, dan lainnya telah memulai kegiatan ekonomi. Dengan menggunakan sepeda motor, disertai kotak penyimpan makanan yang ada di jok bela-kang sepeda motor, mereka bergerak menuju kawasan Tangerang

▶ Sudut Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Page 124: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

104

Kota, Pasar Subuh Blok M Jakarta Selatan, hingga Perumahan di kawasan Sunter, Jakarta Utara.

Kwe, salah seorang pedagang, telah menyiapkan bebek po-tong dan juga keripik yang akan ia setor kepada beberapa rumah makan dan warung yang ada di kawasan Tangerang Kota. Lie juga telah menyiapkan potongan-potongan ayam kuning (ayam hip) yang akan ia jual ke kawasan Jakarta Utara. Mereka umumnya telah memiliki pelanggan di kawasan tersebut, dan telah mencatat beberapa pesanan dari para pengepul kue dan makanan. Sebagian pedagang lainnya justru baru saja menutup lapak mereka, karena mereka telah berdagang di kawasan Rumah Sakit Sintanala sejak pukul 21.30 hingga 05.00 WIB.

Mereka adalah pedagang kecil yang banyak di antaranya terhimpit kesulitan ekonomi. Sebagian pedagang terjerat utang dengan para pedagang kue besar, karena tidak semua pedagang memasak kue-kue itu sendiri. Beberapa pedagang kue kecil ini mengambil kue dari pedagang kue besar. Ketika pedagang kue ini tidak mampu menjual semua kuenya, maka ia tidak mampu mem-bayar harga yang telah disepakati semula di antara pedagang kecil dan besar. Selain itu, banyak dari para pedagang kecil ini yang terjerat oleh para pemberi pinjaman utang yang berkeliaran di se-kitar kampug Sewan. Mereka disebut sebagai tukang kredit keliling oleh para pedagang dan penduduk. Jeratan utang dan ketiadaan akses atas sumber-sumber ekonomi telah menimbulkan kemiskin-an pada sebagian besar warga Cina Benteng Kampung Sewan.

Kemiskinan dapat diartikan sebagai sebuah kondisi di mana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Se-cara sederhana orang miskin dimaknai sebagai orang yang dalam keadaan normal tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan san-dang, papan, dan juga munculnya risiko kematian akibat ketidak-mampuan tersebut.1 Kemiskinan sendiri tidak dapat diberlakukan secara absolut dalam setiap wilayah, setiap wilayah sangat ber-variasi terhadap sebuah tingkat kemiskinan, sehingga kemiskinan

1 John Dixon and David Macarov, eds., Poverty, A Persistent Global Reality, (New York: Routledge, 1998), hlm. 1.

Page 125: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

105

dikatakan sebagai kemiskinan relatif (relative poverty).2

Kehidupan masyarakat Cina di Indonesia acap kali dilam-bangkan dengan kisah sukses, penguasaan ekonomi raksasa dan konglomerasi.3 Kajian terhadap kehidupan masyarakat Cina kelas bawah (low level society) masih jarang dilakukan dan hanya sedi-kit kajian yang menelaah kehidupan masyarakat Cina pada kelas bawah ini.4 Masyarakat secara umum memandang bahwa komuni-tas etnis Cina di Indonesia adalah pemegang kekayaan, penguasa ekonomi. Tidak dipahami bahwa banyak komunitas Cina di Indo-nesia barada dalam garis kemiskinan. Dengan mengetahui tingkat kemiskinan yang dihadapi, maka dari sisi hukum akan dapat di-ketahui, sejauh manakah mereka berinteraksi dan memilih sebuah tindakan dalam melakukan bisnis. Apakah pilihan mereka untuk menyelesaikan sengketa dipengaruhi oleh kemiskinan ataukah pada faktor budaya, ataukah kombinasi keduanya. Untuk itulah mengapa kajian terhadap kemiskinan dalam tulisan ini menarik untuk dibahas.

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak pada awal-nya merupakan masyarakat perdesaan, akan tetapi dengan tum-buhnya Kota Tangerang yang memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, maka masyara kat pun mengharapkan adanya perha-tian yang jauh le bih baik daripada yang me reka terima selama masih bergabung dengan Kabupaten Tangerang. Kemiskinan yang terjadi sejak lama sesungguhnya harus dapat dituntaskan oleh aparat pemerintah Kota Tangerang.

2 Ibid., hlm. 7.3 Kesuksesan masyarakat Cina di Indonesia menjadi pemahaman yang muncul pada masyarakat

umumnya, kesuksesan di bidang ekonomi, bidang seni budaya dan perfilman, bidang science dan teknologi menjadi pandangan masyarakat secara umum. Tokoh sukses banyak bermunculan: Yap Thiam Hien (Tokoh Hukum), PK Ojong (Tokoh Pers), Teguh Karya (Tokoh Perfilman), serta sebagian besar berada pada bidang ekonomi seperti: Raja Gula Oey Tiong Ham, Sampoerna Group, Liem Sioe Liong (Untuk lebih jelas baca: Leo Suryadinata, Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia, Penerbit Komunitas Bambu, 2010, Twang Peck Yang, Elite Bisnis Cina di Indonesia, Penerbit Niagara, 2004, Junus Jahja, Peranakan idealis, Penerbit KPG, 2002).

4 Kajian terhadap masyarakat Cina kelas bawah baik dari sisi sosial, hukum, budaya masih sangat jarang. Beberapa peneliti yang mencoba menelaah masyarakat Cina kelas bawah ini dilakukan oleh Gondomono yang melakukan kajian terhadap masyarakat Cina pada lapisan bawah di Kota Jakarta (lihat: Gondomono, Membanting Tulang Menyembah Arwah, Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina, Penerbit Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996).

Page 126: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

106

Kehidupan bisnis kecil-kecilan telah mereka jalani secara tu-run-temurun, bantuan modal yang diterima sangat jarang mereka peroleh. Mereka umumnya mengandalkan dari adanya utang un-tuk memutar bisnis mereka. Dalam sebuah keluarga miskin di Cina Benteng Kampung Sewan, terdiri atas keluarga di mana seorang kepala keluarga atau satu orang anggota keluarga memenuhi kehi-dupan perekonomian keluarga. Kehidupan keluarga tersebut men-jadi tanggungan seorang ayah yang bekerja, atau bahkan orangtua sudah tak dapat bekerja lagi dan menggantungkan hidupnya pada anak mereka. Terkadang seorang janda yang harus memenuhi hi-dup atas semua anggota keluarganya.

Mata pencaharian masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan umumnya adalah pedagang. Perdagangan kecil merupakan fokus bisnis masyarakat di Kampung Sewan Lebak. Masyarakat Kam-pung Sewan Lebak yang hidup umumnya selaku pedagang terdiri

▶ Warg a Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).v

Page 127: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

107

atas beragam jenis perdagangan mulai pembuatan, hingga pen-distribusian pada tukang-tukang atau toko-toko kue. Selain kue juga terdapat jenis makanan lainnya seperti penjual ayam hip atau ayam kuning, penjual makanan matang siap saji hingga penjual non-makanan seperti penjual bensin eceran, vcd, dan lainnya. Je-nis pekerjaan masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan dapat di-lihat dari Tabel 5.1.

Tabel5.1.MataPencaharianMasyarakatCinaBentengKampungSewanN=60Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Pedagang makanan dan minuman 54 90

Pedagang bensin eceran 2 3,3

Pengrajin dan penjual teh yan 1 1,6

Pedagang VCD 1 1,6

Penjual Kayu 1 1,6

Pedagang alat rumah tangga 1 1,6

Total 60 100

Sumber: Wawancara Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Juni-Agustus 2010.

Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Kampung Sewan adalah pedagang, dan pedagang makanan dan minuman adalah jumlah terbesar. Dari 60 responden yang diwa-wancara, pedagang makanan dan minuman sebesar 90% (sembi-lan puluh perseratus), atau sebanyak 54 (lima puluh empat) orang. Pedagang bensin eceran sebesar 3,3% (tiga koma tiga perseratus) atau sebanyak dua orang, pengrajin dan penjual Teh Yan sebe-sar 1,6% (satu koma enam perseratus) atau sebanyak satu orang. Pedagang VCD sebesar 1,6% (satu koma enam perseratus) atau sebanyak satu orang, penjual kayu sebesar 1,6% (satu koma enam perseratus) atau sebanyak satu orang. Penjual atau pedagang alat-alat rumah tangga sebanyak sebesar 1,6% (satu koma enam per-seratus) atau sebanyak satu orang. Umur termuda responden yang diwawancara adalah berusia 26 tahun, sedangkan yang tertua ber-usia 80 tahun.

Terdapat gambaran bahwa masyarakat Cina Benteng Kam-

Page 128: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

108

pung Sewan bukanlah penguasa ekonomi. Masyarakat berada da-lam kategori low level class, di mana mereka menghidupi diri me-reka dan keluarganya dari berdagang kecil-kecilan. Mereka adalah para pedagang kecil, di mana sebagian besar bekerja di bidang ma-kanan dan minuman. Mereka berdagang tidak layaknya para pe-nguasa ekonomi yang menguasai ekonomi dari hulu hingga hilir.

Pertanyaan yang diajukan kepada responden berkaitan de-ngan kehidupan ekonomi, pekerjaan, pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing satuan unit rumah tangga beserta pengelu-aran. Berkaitan dengan pendapatan seseorang, maka pendapatan diperoleh dari kepala keluarga yang bekerja dan juga anggota ke-luarga yang bekerja. Hasil dari pendapatan yang diperoleh tiap anggota keluarga yang bekerja kemudian dihitung berapa besar rupiah yang disumbangkan untuk membantu perekonomian kelu-arga. Berkaitan dengan pengeluaran keluarga, maka terdapat tiga variabel utama: pengeluaran untuk kebutuhan pangan keluarga, kebutuhan kesehatan, serta kebutuhan pendidikan keluarga. Kebu-tuhan pangan berarti dilihat berapa rupiahkah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga. Kebutuhan kesehatan berkait dengan berapa rupiahkah uang yang dikeluar-kan untuk biaya berobat jika terdapat anggota keluarga yang sakit. Pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan dilihat seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sekolah bagi setiap ang-gota keluarga yang bersekolah. Standar kemiskinan yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah berdasarkan standar PBB, yaitu USD 1 per orang/hari. Jika pendapatan yang diperoleh anggota keluarga di bawah angka tersebut, maka dapat kita anggap bahwa respondes berada dalam kondisi miskin.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan antara lain:

Terhadap pertanyaan berapakah pendapatan rata-rata perha-ri yang diperoleh masing-masing keluarga, maka terdapat 31,7% (tiga puluh satu koma tujuh perseratus) orang dari total 60 respon-den atau sebanyak 19 (sembilan belas) responden menyatakan me-

Page 129: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

109

miliki pendapatan kurang dari Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) perhari. Sebanyak 60% (enam puluh perseratus) atau sebanyak 36 (tiga puluh enam) responden berpendapatan antara Rp20.001-Rp50.000 (dua puluh ribu satu rupiah hingga lima puluh ribu ru-piah) per hari. Terdapat lima orang atau sebesar 8,3% (delapan koma tiga perseratus) yang berpenghasilan lebih dari lima puluh ribu rupiah perhari. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat kita lihat dari tabel di bawah ini.

Tebel5.2.PendapatanRata-rataMasyarakatCinaBenteng KampungSewanLebakN=60

Pendapatan Jumlah Persentase

< Rp20.000 19 31,7

Rp20.001 - 50.000 36 60

> Rp50.000 5 8,3

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara pada bulan Juni-Agustrus 2010.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pertanyaan tersebut, maka pendapatan yang diperoleh oleh warga Cina Benteng Kam-pung Sewan rata-rata adalah di bawah 1 USD/kepala/hari. Ber-dasarkan data tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Sewan termasuk kategori miskin. Pen-dapatan di bawah garis kemiskinan tersebut mengakibatkan mere-ka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer mereka.

Terhadap pertanyaan siapakah yang menanggung biaya hidup keluarga, maka dapat dilihat dari Tabel 5.3.

Tabel5.3.TabelPenanggungBiayaHidupKeluargaMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Penanggung Jumlah Persentase

Suami saja 46 75

Istri saja 8 11,67

Anak 6 10

Jumlah 60 100

Page 130: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

110

Sumber: Hasil wawancara pada bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut, maka sebanyak 75% (tujuh puluh lima perseratus) atau sebanyak 46 (empat puluh enam) orang dari total 60 (enam puluh) responden menyatakan bahwa hanya suami saja yang memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Terdapat 11,67% (sebelas koma enam puluh tujuh perseratus) atau sebanyak dela-pan orang istri saja yang bekerja. Terdapat 10% (sepuluh persera-tus) atau enam orang anggota keluarga termasuk anak-anak ikut membantu perekonomian keluarga.

Sebagian besar pendapatan yang diperoleh keluarga ditang-gung oleh satu orang saja baik bapak atau ibu saja. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa keluarga pada masyarakat Kampung Sewan sebagian besar hanya memiliki satu sumber pendapatan. Hanya 6 (enam) keluarga yang memperoleh pendapatan dari lebih dari satu sumber pendapatan karena terdapat lebih dari satu orang yang bekerja. Beban keluarga yang berat sebagian besar hanya di-tanggung oleh satu sumber pendapatan saja, baik oleh ayah saja, ibu saja, atau kedua orangtua sudah tak mampu bekerja dan mere-ka bergantung pada kiriman anak mereka yang bekerja.

Besarnya pemasukan yang diperoleh keluarga juga perlu di-tinjau besarnya pengeluaran masing-masing anggota keluarga. Pertanyaan terhadap pengeluaran diajukan sebagai berikut:

Terhadap pertanyaan berapakah pengeluaran rata-rata kelu-arga perhari dapat dilihat dari Tabel 5.4.

Tabel5.5.KontribusiAnggotaKeluargaTerhadapPendapatanKeluargaMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Jumlah Kontribusi Jumlah Persentase

Rp20.000-50.000 8 13,4

Tidak berkontribusi 52 86,6

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara Bulan Juni-Agustus 2010.

Page 131: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

111

Tabel5.4.PengeluaranRata-rataHarianKeluargaMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Pengeluaran Jumlah Persentase

< Rp20.000 23 38,3

Rp20.001-50.000 30 50

>Rp50.000 7 11,7

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara pada Bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut, maka dari 60 (enam puluh) orang responden terdapat 38,3% (tiga puluh delapan koma tiga perse-ratus) atau sebanyak 23 (dua puluh tiga) keluarga memiliki pe-ngeluaran sebesar kurang dari Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) perhari. Terdapat 50% (lima puluh perseratus) atau sebanyak 30 (tiga puluh) keluarga mempunyai pengeluaran sebesar Rp20.000-Rp50.000 (dua puluh ribu hingga lima puluh ribu rupiah) perhari. Terdapat 11,7% (sebelas koma tujuh perseratus) atau sebanyak 7 (tujuh) keluarga mempunyai pengeluaran lebih dari Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah) perhari.

Pengeluaran tersebut apabila dibandingkan dengan pendapat-an atau pemasukan yang diperoleh setiap keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa jika keluarga berpenghasilan antara Rp20.000 hingga Rp50.000 (dua puluh ribu hingga lima puluh ribu) dapat menabung. Dengan kata lain, hanya terdapat 13% (tiga belas per-seratus) atau sebanyak 8 (delapan) keluarga yang dapat menyisih-kan uangnya untuk ditabung. Selebihnya responden tidak dapat menyisakan pendapatannya untuk ditabung. Masyarakat Kam-pung Sewan Lebak.

Terhadap pertanyaan berapa rupiah kontribusi masing-masing anggota keluarga dapat dilihat dari Tabel 5.5.

Berdasarkan tabel tersebut maka terhadap pemasukan atau pendapatan keluarga, maka dari 60 (enam puluh) responden, maka hanya terdapat 13,4 (tiga belas koma empat perseratus) atau sebanyak 8 (delapan) responden dari tiap anggota keluarga mem-berikan kontribusi sebesar Rp20.000-Rp50.000 (lima puluh ribu

Page 132: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

112

rupiah) perhari kepada kepala keluarga. Sebanyak 52 (lima puluh dua) responden atau sebesar 86,6% (delapan puluh enam koma enam perseratus) tidak dapat memberikan kontribusinya terha-dap keluarga. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan setiap anggota keluarga yang bekerja hanya dapat mencukupi kebutuhan pribadinya tanpa mampu memberikan kontribusi terhadap penda-patan keluarga.

Tabel5.6.JumlahTanggunganAnggotaKeluargayangBersekolahMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase

1 orang anak 44 73,3

2 orang anak 14 23,3

> 2 orang anak 2 3,4

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010

Rendahnya bantuan dari anggota keluarga disebabkan oleh adanya ketidakmampuan anggota-anggota keluarga untuk mendu-kung perekonomian keluarga secara total. Hal ini terjadi akibat mereka sendiri masih tidak cukup untuk memenuhi kehidupannya sendiri, dan tidak ada yang tersisa untuk membantu perekonomian keluarga. Beratnya untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan papan, saat ini juga harus diperhatikan seberapa besar anggaran yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Pen-didikan adalah hal yang wajib untuk dilakukan, dengan kata lain bahwa kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan primer da-lam hidup keluarga.

Terhadap pertanyaan berapakah banyaknya jumlah tanggung-an anggota keluarga yang bersekolah, maka dapat dilihat dari Ta-bel 5.6.

Berdasarkan tabel tersebut, maka dari 60 (enam puluh) res-pondes, sebanyak 73,3% (tujuh puluh tiga koma tiga perseratus) atau sebanyak 44 (empat puluh empat) kepala keluarga harus menanggung 1 (satu) orang anggota keluarga yang bersekolah.

Page 133: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

113

Terdapat 23,3% (dua puluh tiga koma tiga perseratus) atau seba-nyak 14 (empat belas) kepala keluarga harus menanggung 2 (dua) orang anggota keluarga yang harus bersekolah. Terdapat 3,4% (tiga koma empat perseratus) atau sebanyak 2 (dua) kepala ke-luarga harus menanggung lebih dari dua orang anggota keluarga yang bersekolah.

Besaran dana yang dikeluarkan oleh responden juga ditanya-kan untuk mengetahui kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anggota keluarganya. Besaran dana untuk biaya pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel5.7.BiayaTransportasidanuangSakuPendidikanMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Biaya Jumlah Persentase

< Rp20.000 59 98,3

>Rp20.000 1 1,67

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Terhadap pertanyaan berapakah biaya yang harus dikeluarkan oleh kepala keluarga untuk dana pendidikan, maka dari 60 orang responden yang ditanya memberikan jawaban biaya yang dikelu-arkan untuk biaya pendidikan tersebut adalah bahwa sebanyak 59 (lima puluh sembilan) kepala keluarga mengeluarkan pengeluaran biaya pendidikan sebesar kurang dari Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) perhari. Sebanyak 1 (satu) atau sebesar 1,67% (satu koma enam puluh tujuh persen) kepala keluarga mengeluarkan biaya lebih dari Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) telah termasuk uang saku dan transportasi.

Biaya tersebut sangat sulit untuk dipenuhi warga Cina Ben-teng, mengingat jika terdapat lebih dari satu orang anggota ke-luarga yang bersekolah, maka setidaknya setiap kelurga harus mengeluarkan sepuluh ribu rupiah. Jika terdapat dua orang anak, maka keluarga harus mengeluarkan dua puluh ribu rupiah per-hari untuk kebutuhan pendidkikan anak-anak mereka. Kebutuh-

Page 134: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

114

an seperti itu menjadi sangat berat mengingat bahwa pendapatan mereka sekitar dua puluh ribu rupiah perhari untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga. Jika hal itu masih harus dibe-bani dengan kebutuhan anggota keluarga yang bersekolah, maka sepuluh ribu rupiah harus dikeluarkan.

Kebutuhan pendidikan bagi warga miskin umumnya menem-pati posisi yang tidak penting, bekerja dan mencari makan adalah hal yang harus dikerjakan. Masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan yang umumnya banyak berada di bawah garis kemiskinan melihat pendidikan sebagai salah satu jalan keluar untuk mencapai sebuah kehidupan yang lebih layak. Masalah pendidikan sesung-guhnya harus memenuhi akuntabilitas, artinya bahwa pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan terjangkau biayanya oleh masyarakat. Pendidikan juga harus berkualitas, ar-tinya mampu menciptakan kondisi sosial masyarakat yang lebih baik.5 Dalam bentuk masyarakat modern ini pendidikan memiliki arti ekonomi yang sangat tinggi. Pendidikan adalah investasi, yang dapat diartikan bahwa pendidikan adalah berorientasi keuntung-an ekonomi. Masyarakat yang berstrata sosial tinggi hingga ren-dah berpikir dalam cara pandang yang sama. Pendidikan menjadi barang yang mahal, di mana tidak semua orang mampu membe-linya. Pendidikan yang telah diinvestasikan tersebut akan mampu mengubah kondisi perekonomian keluarga miskin.

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak menyadari bahwa mereka akan mampu mengubah nasib jika mereka mampu memperoleh pendidikan yang cukup. Mengingat daya beli masya-rakat Kampung Sewan Lebak umumnya yang rendah, maka inves-tasi tersebut tidak dapat ditopang melalui perekonomian rumah tangga. Diperlukan sebuah kekuatan negara untuk mendukung keberhasilan investasi jangka panjang tersebut. Pendidikan seba-gai investasi jangka panjang tersebut tampaknya masih sulit diraih oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak. Kebutuhan akan pendidikan tidak hanya mencakup biaya sekolah melainkan

5 Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Penerbit Nusantara Consulting, 2010), hlm. 427.

Page 135: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

115

juga biaya hidup. Jika kemudian terdapat keringanan yang berkait dengan biaya sekolah, kendala berikutnya adalah ketidakmampu-an untuk memberikan biaya transportasi.

Permasalahan masyarakat miskin selain pendidikan juga ter-batasnya kemampuan untuk memperoleh layanan kesehatan yang layak. Biaya kesehatan juga merupakan biaya yang harus diang-garkan sebagai sebuah kebutuhan utama. Biaya kesehatan perlu ditanyakan untuk mengetahui kemampuan responden dalam me-menuhi kebutuhan kesehatan. Untuk mengetahui berapa besaran biaya yang dikeluarkan untuk berobat jika sakit dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel5.8.BiayaBerobatJikaSakit/SekaliBerobatMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Besar Biaya Jumlah Persentase

< Rp20.000 47 78,3

>Rp20.000 13 21,67

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Terhadap pertanyaan berapakah biaya yang dikeluarkan un-tuk sekali berobat, maka terdapat 78,3% (tujuh puluh delapan koma tiga perseratus) atau sebanyak 47 (empat puluh tujuh) dari 60 respondes yang mengeluarkan biaya dibawah Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) untuk sekali berobat. Sebanyak 21,67% (dua puluh satu koma enam puluh tujuh perseratus) atau sebanyak 13 (enam belas) keluarga responden mengeluarkan biaya diatas Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah) untuk sekali berobat.

Kebutuhan kesehatan ini berkait dengan pemahaman terha-dap kemiskinan yang diungkap oleh Dixon & Macarov,6 yang me-lihat adanya ancaman kematian terhadap ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ancaman kematian berkait dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga jika mereka sakit. Kebutuhan atas peme-

6 John Dixon & David Macarov, Loc. cit., hlm. 1.

Page 136: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

116

nuhan derajat kesehatan masyarakat harus menjadi beban setiap anggota keluarga, jika ada anggota keluarga yang sakit. Sebanyak empat puluh empat responden atau sebanyak tujuh puluh tiga per-seratus menyatakan bahwa mereka hanya mampu menganggarkan biaya kesehatan sebesar delapan ribu rupiah untuk sekali berobat.

Terhadap pertanyaan jika terdapat anggota keluarga yang sa-kit, maka ke manakah responden membawa si sakit berobat dapat dilihat dari Tabel 5.9.

Tabel5.9.TempatBerobatJikaSakitMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Tempat Berobat Jumlah Persentase

Puskesmas 50 83,3

Dokter Umum/Rumah Sakit 10 16,7

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara Bulan Juni-Agustus 2010

Dari 60 (enam puluh) orang responden terdapat 83,33% (de-lapan puluh tiga koma tiga puluh tiga perseratus) atau sebanyak 50 (lima puluh) responden yang berobat ke puskesmas. Adapun terdapat 16,77% (enam belas koma enam puluh tujuh perseratus) atau 10 (sepuluh) responden yang berobat ke dokter umum dan rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditarik kesim-pulan bahwa keluarga-keluarga masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan hanya mampu berobat ke Puskesmas mengingat biaya berobat untuk sekali berobat di Puskesmas kurang dari Rp20.000 (dua puluh ribu rupiah).

Dengan anggaran yang sangat rendah tersebut, yaitu sebesar dua puluh ribu rupiah untuk biaya sekali berobat, maka masyara-kat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak hanya mampu memenu-hi kebutuhan kesehatan mereka di tingkat puskesmas. Untuk ber-obat ke fasilitas kesehatan yang lebih baik seperti rumah sakit atau dokter umum sebagian besar tidak mampu melakukannya. Hanya terdapat sekitar 16,7% (enam belas koma tujuh perseratus) yang

Page 137: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

117

berobat ke dokter umum dan rumah sakit. Rendahnya pemenuhan kesehatan bagi masyarakat miskin ini sesungguhnya menjadi tang-gung jawab negara untuk memenuhi standar kebutuhan kesehatan warga miskin.

Persentase data di atas menunjukkan bahwa responden di Cina Benteng Kampung Sewan dinyatakan sebagai responden mis-kin, karena variabel keuangan yang dipakai menyatakan bahwa sebagian besar pendapatan keluarga tidak dapat memenuhi kebu-tuhan primer keluarga tersebut. Adapun kebutuhan primer me-rupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi orang per orang secara layak.

Tidak semua masyarakat Keturunan Cina adalah penguasa industri. Penghasilan atau pendapatan rata-rata masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan antara Rp20.000-Rp50.000 (dua puluh ribu rupiah hingga lima puluh ribu rupiah) perkeluarga perhari, sedangkan pengeluaran rata-rata untuk biaya hidup yang terdiri atas konsumsi atau pangan, pendidikan, serta kesehatan menca-pai Rp20.000-Rp50.000 (dua puluh ribu hingga lima puluh ribu rupiah), tidak ada uang tersisa untuk ditabung. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan menunjukkan sebuah gambaran masya-rakat Cina miskin di Indonesia di mana sebagian besar pekerjaan mereka adalah pedagang kecil. Beberapa pengakuan yang berhasil diwawancara dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa orang responden miskin, seperti yang tertuang dalam wawancara berikut ini.

Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan akan berkait dengan bagaimanakah mereka berin-teraksi dengan keadilan. Kemiskinan dan usaha untuk mencapai akses-akses keadilan adalah sulit. Aspek capaian dalam memenuhi kesehatan masih sulit untuk diraih masyarakat. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak tentunya tidak berpikir jauh un-tuk menggunakan hukum sebagai sarana untuk mencapai keadilan bagi diri mereka. Kepasrahan atas nasib yang telah menimpa me-reka selama bertahun-tahun menjadikan mereka masih saja berku-tat dengan kebutuhan utama atau kebutuhan primer. Kebutuhan

Page 138: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

118

kesehatan sebagai kebutuhan yang utama saat ini masih sangat sulit untuk dipenuhi masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak. Puskesmas tentunya ada dan melayani kehidupan masyara-kat, akan tetapi Puskesmas memiliki keterbatasan jika ada anggota masyarakat yang menderita penyakit yang cukup berat.

Gou, perempuan, usia 60 tahun, adalah salah seorang pendu-duk Kampung Sewan yang harus menanggung hidup tiga orang anggota keluarganya. Gouw Na Rie salah seorang penganut Trid-harma yang hidup sebagai tukang urut dan buruh cuci. Pendapat-an yang ia terima sangat tidak mencukupi, ia hanya mendapatkan sekitar sepuluh sampai lima belas ribu rupiah perhari. Suaminya telah mencoba untuk berdagang ayam tetapi bangkrut karena ti-dak sanggup untuk membeli ayam akibat kenaikan harga ayam. Suaminya kini menganggur dan hanya ia yang berjuang. Ia sendiri saat ini mengidap penyakit jantung, sehingga ia tidak lagi mampu bekerja secara optimal. Gou menjelaskan:7

“Saya kerja jadi buruh cuci, kadang juga ngurut kalo ada panggilan. Saya sehari kadang dapet sepuluh sampe lima belas ribu, tergantung ada cucian nggak. Kadang kalo lagi gak ada cucian ato gak ada yang urut saya gak punya penghasilan sama sekali. Saya kadang pinjem beras ke tetangga sama sodara untuk makan sehari-hari, ini rumah juga boleh bantuan dari organisasi Buddha Suci. Aslinya udah hampir rubuh rumah saya ini. Suami sekarang juga udah gak kerja, nganggur, anak masih ada yang saya sekolahin. Gak cukup buat sekolah anak. Saya bisanya cuma ngurut itu kalau ada yang manggil minta diurut. Apalagi saya sekolah cuma sampe SD, gak bisa cari kerjaan yang ba-gus. Saya juga punya sakit jantung, mau ngurut ato nyuci juga gak se-kuat dulu lagi. Sekarang mau berobat ke Cipto aja kagak punya ong-kos ke Jakarta, kalau rumah sakitnya saya dapet bantuan. Dokternya baek, sering ngasih saya uang untuk ongkos pulang ke Sewan. Kalau udah sakit, saya gak bisa kerja untuk itu saya bisanya cuma ngutang, anak sekolah aja saya kadang gak bisa bayar sekolahnya. Susah Mas, saya aja udah susah makan dua hari ini”.

Rumah yang ia tempati bersama keluarganya adalah rumah dari bambu beratap asbes terletak di daerah aliran Sungai Cisada-

7 Gou, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 139: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

119

ne. Rumah tersebut awalnya adalah rumah turun temurun dan su-dah hampir roboh, akan tetapi dengan bantuan Organisasi Buddha Suci akhirnya ia mendapatkan bantuan untuk melakukan renovasi rumah. Rumah yang ia tempati itu kini terancam digusur oleh pe-merintah. Kemiskinan yang melanda keluarganya menjadikan ia tidak sanggup sepenuhnya untuk berobat jantung ke rumah sakit. Ia dapat berobat jika ada uang untuk ongkos perjalanan ke Ja-karta untuk berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hak untuk memperoleh kesehatan bagi warga negara berada dalam bentuk yang tidak jelas. Tidak adanya kesepahaman sebatas apa-kah pemenuhan negara atas hak-hak sosial warga negara. Dalam pemenuhan atas tuntutan hak-hak sosial warga negara termasuk di dalamnya adalah pemenuhan atas derajat kesehatan di tentukan sejauh mana negara mampu memenuhi hak tersebut. Kemampuan negara tidak dapat dituntut dengan segera, bergantung pada ke-

▶ Salah satu rumah warga Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Page 140: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

120

mampuan negara untuk melayani hak-hak sosial tersebut.8

Untuk itulah, maka pemenuhan atas hak kesehatan bagi war-ga miskin, khususnya warga Cina Benteng Kampung Sewan menja-di tidak jelas, tidak jelas pula yang dimaksud dengan kemampuan negara dalam melayani hak kesehatan warga negara. Penyediaan sebuah layanan Puskesmas yang terletak di Kecamatan Neglasari yang meliputi Kampung Sewan tidak dapat dinyatakan bahwa pe-layanan kesehatan telah cukup. Tidak ada batasan cukup dalam pemenuhan hak sosial warga negara.

Tidak saja Gou yang mengalami kemiskinan, tetapi juga ba-nyak warga Kampung Sewan lainnya. Tju, laki-laki, usia 58 tahun, telah bertempat tinggal sejak lama di Kampung Sewan. Ia adalah salah satu keluarga miskin Kampung Sewan, dahulu ia berdagang kue-kue, akan tetapi sejak harga bahan kue semakin melonjak ia tidak lagi dapat memproduksi kue. Ia saat ini tidak bekerja, dan hanya menggantungkan dari pemberian anaknya yang kini bekerja sebagai buruh pabrik di Tangerang. Rumah Tju terletak di tepian Sungai Cisadane, dan rumah yang ia tempati tersebut terbuat dari bambu dan beratap seng. Tju hidup dengan istri dan dua orang anaknya. Tju menjelaskan:9

“Saya udah gak sanggup dagang kue lagi, modalnya gak kuat. Saya ng-anggur aja sekarang, kadang anak saya ngirim uang seratus ribu se-minggu, kadang juga nggak, kalau pas ada aja. Anak saya yang kedua baru lulus SMA tapi saya gak sanggup bayar untuk nebus ijazahnya ka-rena belum bayar tunggakan uang sekolahnya sekitar satu juta lebih. Jadi kemarin waktu anak saya yang kedua kerja dia ngalamar gak pake ijazah SMA. Dia kerja pertolongan kenalannya aja. Kalo mau kerja di pabrik banyak yang minta duit di muka sampe satu juta untuk bisa kerja di pabrik. Uang itu diminta untuk nyogok supaya kita bisa kerja di situ. Saya mana punya uang segitu mending buat dia kursus aja kalo punya duit. Saya minjem duit tetangga, tetangga juga susah sebenar-nya tapi ada juga yang bisa bantu. Nanti kalau udah kerja kan bisa di-ganti dari duit gajinya? Kebetulan sekarang dia baru aja diterima kerja

8 Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni, 2007), hlm. 17.

9 Tju, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 141: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

121

pabrik. Kadang kalau udah gini saya juga gak bisa nuntut anak untuk ngirim uangnya, karena dia sendiri juga ada kebutuhan. Yang paling sedih rumah saya mau digusur sama pemerentah Tangerang. Gak ada Mas, saya gak punya keluarga yang bisa numpang saya hidup, kalau saya diusir, saya bingung mau tinggal di mana? Saya cuma bisa pasrah gak tau mau ke mana lagi. Ini rumah satu-satunya yang saya punya.

Tju hanya dapat bergantung pada pemberian anaknya yang bekerja di pabrik, dan hal tersebut tidak menentu. Pada sisi lain, ketika rumahnya hendak digusur oleh Pemerintah Kota Tangerang ia dan keluarganya kebingungan hendak tinggal di mana karena ia tidak punya uang sedikit pun.

Iyg, laki-laki, 51 tahun, ia bekerja sebagai pedagang ayam se-kaligus juga menjabat sebagai Ketua RT 06/04. Pendapatan yang Iyg terima sangat kurang, tidak mampu mencukupi kebutuhan ke-luarga. Iyg memiliki 12 (dua belas) orang anak dan seorang istri yang harus ia hidupi. Rumah yang ia miliki terbuat dari bambu beratapkan daun rumbiya. Dengan pendapatan yang sangat ku-rang, maka ia mencari tambahan dengan bekerja serabutan mem-bantu apa saja dengan upah tertentu dari para tetangga. Iyg men-jelaskan:10

“Pendapetan yang saya terima kagak cukup untuk nutupin kebutuh-an keluarga. Kadang dengan anak-anak yang masih butuh biaya dan masih kecil-kecil saya mikir juga kalau ada apa-apa dengan keluarga saya. Saya sehari cuma dapet tiga puluh ribu rupiah, kagak cukup mas. Anak saya dua belas, jadinya saya mesti kerja apa aja untuk me-menuhi kebutuhan keluarga, apalagi saya sekolah cuma sampe SMP aja. Saya kerja serabutan apa aja yang penting anak-anak saya bisa makan, saya kerja bantu tetangga, atau kadang saya ikut bantu-bantu di kegiatan Barongsai. Saya dapet sedikit dari situ, bantu-bantu te-tangga juga dapet lumayan, yang penting anak bisa makan.”

Iyg yang menjabat sebagai ketua RT dianggap memiliki ke-mampuan lebih dari orang kebanyakan. Kemampuan spiritual juga menjadi kepercayaan masyarakat terhadapnya untuk mendu-duki jabatan-jabatan publik semacam ketua RT. Kemiskinan yang

10 Iyg, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 142: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

122

melanda dirinya dan keluarganya juga dirasakan oleh warganya. Anak yang ia miliki dua belas dengan pendapatan harian yang tidak menentu, bekerja serabutan apa saja mulai dagang hingga membantu tetangga jika ada yaang meminta pertolongan.

Poh, adalah salah satu warga miskin lainnya yang tinggal di Kampung Sewan sebagai pedagang sabun. Poh tinggal di sebuah rumah beratapkan rumbiya, berdinding bambu. Rumahnya terle-tak di pinggir Sungai Cisadane yang acap kali tergenang banjir jika musim hujan. Rumah tersebut ia diami bersama dengan temannya, dan rumah tersebut adalah peninggalan almarhum orang tuanya. Poh saat ini bekerja hidup dengan berdagang sabun untuk me-menuhi kebutuhan hidupnya. Sabun yang ia jual ia titipkan pada beberapa toko atau dengan cara menawarkan ke rumah-rumah te-tangga. Ia dahulu berjualan bakso berkeliling di sekitar Kampung Sewan hingga daerah Kota Tangerang. Dikarenakan bakso yang ia jual tidak begitu ramai, selain itu penyalur bakso tidak dapat menyalurkan bakso secara rutin, kemudian ia beralih berdagang sabun.

Poh menjelaskan bahwa dari berdagang sabun ia tidak dapat membiayai adiknya yang masih menuntut ilmu di bangku SMA. Sejak ia bangun pagi ia sudah menyiapkan sepedanya, dan saat ini ia sudah siap untuk menawarkan sabun kepada para tetangga. Para pelanggannya umumnya adalah ibu-ibu yang bertempat ting-gal di kawasan Kampung Sewan. Pendapatannya yang ia peroleh masih harus diberikan kepada kakeknya, juga kepada adiknya un-tuk uang saku sekolah, dan juga terkadang kepada bibinya yang merupakan adik kandung ibunya. Pendapatan yang terkadang ha-nya dua puluh ribu atau terkadang hanya lima ribu rupiah perhari masih harus dibagi dan itu tentunya tidak cukup.

Poh menjelaskan:11

“Dulu rumah saya ini dah lama saya tempati. Awalnya memang dari kayu dan atepnya dari daun. Tapi waktu itu dibantu ama adik saya yang kerja, dia buat tembok untuk separo bangunan yang bawahnya.

11 Acp, wawancara, kampong Sewan 13 Juli 2010.

Page 143: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

123

Atepnya udah diganti ama asbes. Kalau ngandelin gaji dari pabrik mana cukup, karena seharinya saya dibayar cuma dua puluh lima ribu, kalau kagak masuk, gak dibayar, akhirnya saya dagang sabun aja walau itu juga belum cukup. Saya dagang sabun, saya keliling tetang-ga, itu kan gak cukup. Maka itu kadang juga saya bantu-bantu untuk nambah-nambah kalau udah gak ada lagi kadang saya ngutang soda-ra atau tetangga. Itu kalau udah kepepet. Saya gak pernah kerja jauh dari Tangerang, belum kepikiran untuk kerja di lain tempat selain di Sewan atau Tangerang. Paling banter juga ke Bekasi tapi itu pernah saya ke sana setahun yang lalu. Saya paling ya cuma muter di sini paling keliling sampe Tangerang aja jauhnya. Pendapetan berapa aja saya terima, saya gak punya biaya untuk pergi jauh juga takut kalau jauh soalnya belon pernah ke sana. Saya kalau mau pinjem uang gak enak udah sering minjem ama bibi saya kadang, atau pinjem sama sodara saya, gak enak, lagian sodara saya juga lagi susah kadang ma-lah pinjem sama saya.

Poh menjelaskan bahwa kehidupan yang ia peroleh dengan mendapatkan pendapatan yang kurang dari kebutuhan minimum setiap harinya. Hal ini karena ia harus menghidupi adiknya yang masih bersekolah serta harus menghidupi kakeknya juga bibinya. Kehidupan yang sangat terbatas di Sewan tersebut tidak menjadi-kannya ia pergi dari Kampung Sewan, dan perjalanan paling jauh yang ia lakukan adalah mencapai Bekasi. Hal ini ia tidak lakukan karena keterbatasan biaya yang ia miliki, keterbatasan dana yang ia miliki menjadikan ia hanya berjalan hingga Bekasi. Jika Poh hendak meminjam sejumlah uang ia pun mengalami kesulitan ka-rena keluarganya juga tidak mampu untuk membiayainya. Untuk itu, maka tampaknya ia berada dalam lingkaran kemiskinan yang melanda masyarakat Sewan pada umumnya.

Yap, adalah seorang pedagang bubur ayam yang berkeliling Kampung Sewan. Kebutuhan hariannya hanya mengandalkan da-gangan bubur ayam yang ia jalani masih kurang dari kebutuhan harian yang harus ia penuhi. Ia berdagang di sekitar Kampung Sewan Lebak terkadang hingga Kampung Sewan Kebon Sayur. Ia berdagang harian berkeliling mulai jam 07.00 hingga jam 10.00 WIB, tetapi hal itu tidak dapat dipastikan mengingat ia berdagang

Page 144: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

124

hingga bubur ayam yang ia jual habis. Terkadang sore hari ia ber-jualan kembali sehingga dalam satu hari terkadang dua kali ia ber-jualan. Yap bertempat tinggal di Kampung Sewan Lebak bersama ayahnya. Ia harus menghidupi istrinya dan hingga saat ini masih belum punya anak. Rumah yang ia tempati berdinding tembok bata tetapi beratap daun rumbiya terletak di jalan utama Kampung Sewan Lebak.

Para pelanggan Yap adalah keluarga di sekitar Kampung Se-wan Lebak, dan umumnya para pelanggan adalah para tetangga dan orang-orang yang sudah lama ia kenal. Ia telah menyiapkan makanan sejak dini hari, mulai memasak bubur hingga menyiap-kan gerobak bubur. Setelah gerobak siap, maka ia mulai berjalan mengitari Kampung Sewan Lebak hingga Kampung Sewan Kebon, terkadang berlanjut hingga Sewan Kebon Sayur. Pendapatan yang ia terima dari berdagang bubur tidak pernah menentu, terkadang ia mampu mendapatkan lima puluh ribu rupiah, terkadang hanya sepuluh ribu rupiah perhari bersih setelah dipotong belanja da-gangan.

Kesulitan hidup yang dialami Yap tampaknya menjadikan ia tak putus semangat dalam menjalaninya. Ia menghubungi seorang pemuka agama Islam di Banten dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan batin dari nasihat-nasihat sang tokoh agama tersebut. Ia menyadari kesulitan hidup yang ia rasakan, dan itu tidak men-jadikannya lebih tenang dalam menjalani setiap kesulitan hidup. Kemiskinan yang ia jalani tidak menjadikan ia kemudian berputus asa, ia mencari alternatif lain jika dagang bubur sedang sepi. Ia menghubungi beberapa teman yang memiliki pekerjaan agar ia diberikan sedikit pekerjaan yang dapat ia jadikan tumpuan hidup untuk keluarganya.

Berdasarkan penjelasan Yap dapat dilihat bahwa bentuk ma-syarakat Cina Benteng Kampung Sewan pada umumnya merupa-kan bentuk masyarakat yang magis religius. Masyarakat meyakini adanya kekuatan-kekuatan magis yang mampu menghindarkan mereka dari kesulitan hidup. Kekuatan gaib yang memberikan ke-kuatan bagi masyarakat untuk berbuat dan bertindak. Ni, perem-

Page 145: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

125

puan, 58 tahun, bekerja sebagai pedagang nasi uduk. Suaminya telah meninggal dan ia masih memiliki anak yang harus ia hidupi sejumlah empat orang. Pendidikan yang ia miliki hanyalah sampai bangku sekolah dasar. Ni telah bertempat tinggal sejak lahir, dan ia menempati rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang ia tinggali saat ini adalah peninggalan orangtuanya. Ni berdagang nasi uduk sejak pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. Ni menjelaskan:12

“Saya dagang nasi uduk sejak suami saya meninggal tahun 1988. Dulu waktu di Kampung Sewan masih rame perjudian, dagangan saya ikut rame. Orang judi mulai tengah malem sampe pagi rame banget. Saya buka dagangan dari jam dua belas malem sampe jam tiga pagi. Orang-orang pada abis maen judi kan pada laper terus beli nasi uduk da-gangan saya. Nah waktu judi udah gak boleh lagi dagangan saya juga ikut sepi. Kalo dulu saya bisa dapet tiga puluh ribu sehari, sekarang paling banter lima belas ribuan sehari. Sekarang sangat berpenga-ruh, kalau dulu saya buka setiap hari dan setiap jamnya rame karena namanya orang judi gak kenal waktu. Mereka pasti pesen makannya ke saya. Bahkan jam 2 pagi aja pasti saya layani, karena mereka ada yang judi sampe subuh. Tetapi begitu semua perjudian diberantas, maka semua pembeli saya yang umumnya penjudi itu udah gak ada lagi. Walau sekarang dah gak serame dulu saya tetep dagang nasi uduk aja Mas, walau sekarang sepi. Kalau dulu bisa buka hampir dua puluh empat jam, sekarang paling jam sebelas atau dua belas udah tutup. Saya dagang ini aja, untuk menuhi kebutuhan anak saya yang masih sekolah.

Penjelasan Ni tersebut menunjukkan bahwa perjudian yang marak di Kampung Sewan ikut pula meningkatkan keuntungan nasi uduk yang ia jual. Ketika pemberantasan perjudian dilaku-kan secara gencar oleh aparat penegak hukum, maka dagangan tersebut ikut mengalami kemunduran keuntungan. Perjudian yang marak di masa lalu di Kampung Sewan turut mengakibatkan mun-culnya kehidupan malam di Kampung Sewan. Perjudian tersebut mulai redup sekitar tahun 2001 sejak dilancarkan pemberantasan perjudian di Kampung Sewan. Menurut Oey Tjin Eng, Budayawan Cina Benteng menjelaskan bahwa perjudian adalah bagian kehi-

12 Ni, wawancara, Kampung Sewan, 19 Juli 2010.

Page 146: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

126

dupan yang sulit dilepaskan dari masyarakat Cina pada umumnya. Oey menjelaskan:13

“Masyarakat Cina umumnya adalah penggemar judi dari yang sekadar kecil-kecilan, hingga judi yang besar. Judi juga dilakukan di dalam ke-luarga-keluarga masyarakat Cina. Kalau liat film-film Hongkong pasti banyak diputar film tentang judi, nah itu budaya masyarakat Cina. Judi umumnya juga dilakukan waktu malam Imlek menanti fajar di dalam keluarga-keluarga. Judi yang dilakukan dalam keluarga terse-but hanya untuk nunggu waktu fajar aja bukan untuk nyari keme-nangan, sekadar kekeluargaan aja.”

Kemiskinan pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan tampaknya bukan terjadi saat ini, melainkan telah terjadi sejak masa lalu. Pemberian bantuan ekonomi oleh pemerintah melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang pernah digulirkan tidak menyentuh secara menyeluruh terhadap masyarakat Kam-pung Sewan. Poh menjelaskan:14

“Nama saya sudah tercatat dalam daftar bantuan di kelurahan, tetapi sampe sekarang saya belum pernah ngerasain yang namanya BLT. Saya udah nanyain ke pak RT tapi pak RT gak bisa mastiin karena itu kewenangan kelurahan. Saya gak berani tanya ke kelurahan, jadinya saya cuma bisa diem aja.”

Penjelasan tersebut di atas menggambarkan kurangnya akses masyarakat terhadap keadilan sehingga mereka masih berkubang dalam kemiskinan. Kemiskinan yang terdapat dalam masyarakat Cina Benteng dapat digolongkan ke dalam jenis kemiskinan struk-tural. Kemiskinan struktural merupakan bukti bahwa dalam sebu-ah negara terdapat dua kelas sosial yang berbeda. Kekuasaan pusat sebagai kelompok pusat, sedangkan kelompok lainnya adalah ke-lompok pinggiran yang tidak memiliki akses dalam berpartisipasi. Kemiskinan ini dapat tercipta akibat kesengajaan yang dilakukan oleh pusat terhadap kelompok pinggiran. Produk-produk hukum yang terkadang tidak memberikan kesempatan bagi kelompok ma-

13 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 19 Juli 2010.14 Acp, wawancara, Kampung Sewan, 26 Juli 2010.

Page 147: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

127

syarakat pinggiran untuk mencapai tingkat kesejahteraan.15 Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang mengalami

kemiskinan tersebut sesuai dengan pendekatan Teori Jebakan Ke-miskinan. Dalam sebuah masyarakat yang miskin, kondisi ekono-mi orangtua memengaruhi kondisi ekonomi sang anak. Orang tua yang tak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya karena miskin. Pendapatan orangtua yang rendah tidak mampu menganggarkan kebutuhan pendidikan bagi anak-anaknya. Aki-

15 Gloria Natalia, Cina Benteng yang Tetap Dibalut Kemiskinan, sumber:<http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/05/jab06.html>, diakses pada tanggal 27 Juli 2010.

▶ Bocah Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Page 148: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

128

batnya adalah anak-anak tersebut tidak mampu mencapai sebuah taraf pendidikan yang baik, sehingga sang anak pun tidak mampu meraih penghidupan yang baik. Pada akhirnya sang anak hanya akan berada pada kondisi yang sama dengan orangtuanya. Dapat diibaratkan sebagai sebuah efek domino, suatu kelompok sosial dengan strata ekonomi rendah akan senantiasa berada dalam kon-disi ekonomi yang rendah dan mempunyai kualitas pendidikan yang rendah juga.16 Untuk mengatasi problem kemiskinan terse-but, maka program pembangunan pemerintah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Cina Benteng yang jauh dari akses-akses kesejah-teraan.

Kemiskinan yang ada pada masyarakat Cina Benteng merupa-kan bukti dari kurang tersentuhnya masyarakat Cina Benteng oleh program pembangunan pemerintah. masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan selayaknya mengalami proses pemerataan pem-bangunan yang dilakukan. Kabinet Indonesia Bersatu mencanang-kan empat prinsip dasar pemenuhan kesejahteraan masyarakat:17

Pertama, pemenuhan atas hak pekerjaan. Pekerjaan merupa-kan hak dasar manusia, tanpa pekerjaan seseorang mustahil dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, menjadi kewa-jiban negara untuk memenuhinya. Masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan memerlukan pekerjaan yang layak untuk kehidupan. Banyaknya masyarakat miskin menunjukkan tidak tersentuhnya masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan oleh hak pemenuhan atas pekerjaan.

Dalam konteks masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan, memperoleh pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Rendahnya pendidikan menjadi salah satu kesulitan memperoleh sebuah pe-kerjaan yang layak. Berdagang menjadi salah satu cara untuk me-menuhi hidupnya. Akan tetapi, untuk berdagang juga bukanlah hal yang mudah, mereka tidak memiliki modal yang cukup kuat

16 Deni Khanafiah & Rolan Mauludy, Mengatasi Persoalan Kemiskinan dengan Ekonomi Kompleksitas, sumber: <www.bandungfe.netgo=xbb&&crp=47fd1be4>, diakses pada tanggal 27 Juli 2010.

17 Didiet Widiowati, ed., Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia, (Jakarta: P3DI, Setjen DPR RI, 2009), hlm. 14.

Page 149: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

129

untuk berdagang sehingga dagang yang mereka lakukan adalah dagang atau bisnis kecil seperti makanan termasuk kue-kue yang dijual di pasar subuh. Negara dalam artian yang luas tidak mampu memberikan jaminan pekerjaan yang layak bagi warga Cina Ben-teng Kampung Sewan.

Kedua, pemenuhan atas hak atas pangan. Pemenuhan hak atas pangan diartikan sebagai hak untuk mendapatkan kecukupan ma-kanan yang bagi keperluan menjalankan aktivitas hidupnya seper-ti bekerja dalam batas-batas masih memenuhi ukuran kesehatan. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan untuk mendapatkan makanan banyak yang berutang kepada tetangga, keluarga atau pihak mana pun yang dapat meminjamkan atau memberikan beras dan kebutuhan pokok. Kebutuhan pangan bukanlah hal yang mu-dah diperoleh, bantuan uluran tangan dari dermawan dan peme-rintah tidak mungkin diandalkan oleh warga Cina Benteng Kam-pung Sewan Lebak.

Ketiga, pemenuhan atas hak kesehatan. Kesehatan adalah kon-disi sehat fisik, mental, dan sosial seseorang. Dalam hal ini juga terjamin hubungan yang sehat antara lingkungan fisik dan ling-kungan sosialnya. Dalam hal akses kesehatan bagi orang miskin pemerintah maka pelayanan kesehatan cenderung bersifat diskri-minatif karena sangat menguntungkan golongan kaya. Pelayanan kesehatan juga tidak boleh bersifat diskriminatif, dalam arti bah-wa pelayanan kesehatan harus menyentuh hak masyarakat miskin. Kebutuhan kesehatan masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan terpenuhi oleh adanya program kesehatan pemerintah melalui adanya Puskesmas bagi warga miskin. Akan tetapi, jika diperha-tikan lebih jauh, kebutuhan warga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak khususnya tidak akan sanggup untuk mengobati penyakit-penyakit yang berat. Perawatan rumah sakit dan dokter umum tidak akan sanggup dipenuhi oleh sebagian besar warga Cina Ben-teng Kampung Sewan Lebak.

Keempat, pemenuhan hak atas kepemilikan. Pemenuhan atas diakuinya hak kepemilikan seseorang berarti memberikan jamin-an hak keamanan atas benda yang melekat padanya. Masyarakat

Page 150: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

130

Cina Benteng yang telah bertempat tinggal di Kampung Sewan sejak lama sempat memperoleh pengakuan atas hak kepemilikan melalui program Prona. Dengan program Prona tersebut banyak warga yang telah memperoleh hak atas tanah. Pada sisi lain, ma-sih banyak warga yang tidak memiliki hak atas tanah sehingga ia dianggap tidak memiliki pengakuan atas aset yang ia miliki, sehingga rentan akan penggusuran oleh pemerintah.

Kelima, pemenuhan atas hak untuk memperoleh pendidikan. Pemenuhan pendidikan akan bermakna pada peningkatan harkat dan martabat manusia. Pendidikan dasar harus tersedia secara be-bas bagi setiap warga negara. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendi-dikan wajib belajar sembilan tahun. Banyak yang masih menge-nyam pendidikan hingga tamat sekolah dasar saja. Kesulitan eko-nomi menjadikan mereka sulit pula untuk memenuhi kebutuhan dasar pendidikan.

Pendidikan sebagai sebuah cara untuk melepaskan diri mere-ka dari kemiskinan. Pendidikan menjadi kunci utama untuk dapat lepas, tetapi pendidikan yang menjadi hal yang sangat sulit dicapai karena lemahnya kemampuan finansial mereka. Mereka umumnya hanya mampu meraih pendidikan dengan kemampuannya sendiri hingga tingkat SLTP. Kemiskinan yang terjadi tampaknya sudah sangat menyentuh sendi kehidupan. Beasiswa pendidikan berupa pembebasan uang sekolah tampaknya juga masih sulit tercapai, mengingat bahwa kesulitan berikutnya segera muncul yaitu ada-nya ketidakmampuan untuk membayar ongkos transportasi ke sekolah. Beberapa siswa yang putus sekolah kemudian memilih untuk bekerja di pabrik dengan pendapatan yang kecil, akan te-tapi kesulitan untuk memenuhi standar minimum SLTA menjadi ancaman tersendiri.18

18 Tji, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, 20 Agustus 2010.

Page 151: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

131

B. polA HuBungAn kEluArgA Telaah atas kehidupan masyarakat Kampung Sewan sangat

menarik disebabkan: pertama, bahwa dengan kehidupan mis-kin yang mereka jalani, dan menaikkan peran perempuan dalam membantu ekonomi keluarga apakah dominasi laki-laki dalam keluarga-keluarga Cina Benteng Kampung Sewan masih diperta-hankan. Kedua, apakah dalam masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan telah terjadi akulturasi dengan warga pribumi, jika terjadi proses tersebut apakah juga mengubah tradisi dan budaya Cina Benteng Kampung Sewan. Ketiga, budaya patriarki yang terjadi pada masyarakat Cina pada umumnya juga terjadi pada masyara-kat Cina Benteng?

Struktur masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan pada umumnya layaknya masyarakat Cina peranakan menggunakan sistem marga (se), di mana se seseorang mengikuti garis ayah. Se-

▶ Perayaan Religi dan Budaya Warga Cina Benteng dengan alunan Musik Gambang Kromong (Sumber: Dok Pribadi).

Page 152: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

132

seorang yang memiliki se Gouw atau Tan menunjukkan bahwa ia adalah keturunan dari pihak laki-laki Gouw dan Tan. Adapun anak perempuan akan mengikuti garis sang ayah ketika masih gadis, dan kemudian akan masuk garis suami ketika ia menikah. Struk-tur tersebut juga berkait dengan abu orangtua masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang akan dibawa oleh anak laki-laki dalam keluarga.

Pada masyarakat Kam pung Sewan ter dapat tokoh-tokoh ma-syarakat Cina Ben teng. Para tokoh ter sebut umumnya menjabat pula sebagai ketua RT atau RW setempat. Dalam masyarakat Kam-pung Se wan tokoh-tokoh tersebut memiliki peran sebagai pene-ngah ataupun sebagai subjek yang diminta tolong da lam berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Kampung Sewan. To-koh-tokoh masyarakat tersebut sangat dihormati oleh warga Cina Benteng, dan tokoh-tokoh formal seperti lurah, camat, serta peja-bat Pemerintahan Kota Tangerang akan menemui tokoh masyara-kat setempat. Ong Sui San (Ali Husein), 68 Tahun, adalah seorang tokoh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang sekaligus menjabat sebagai Ketua RW 04. Ia menjadi penghubung utama an-tara pimpinan pemerintahan Kota Tangerang dengan warga. Pro-gram-program pemerintah Kota Tangerang akan disosialisasikan melalui Ong Sui San untuk mencapai keberhasilan. Pada pemilih-an ketua RT ataupun ketua RW dalam masyarakat Kampung Se-wan Lebak, masyarakat menyadari bahwa jabatan-jabatan publik tersebut hanya pantas disandang oleh orang yang memiliki posisi tinggi dalam masyarakat, seperti kekayaan. Sejak masa Kapitan memimpin masyarakat Cina masa VOC lalu, kepemimpinan ma-syarakat Cina umumnya dipegang oleh orang-orang tertentu yang memiliki kelebihan ekonomi dibandingkan yang lain.

Ketua RT setempat memiliki peran vital. Ketua RW akan menghubungi Ketua RT setempat sebelum akhirnya para Ketua RT menghubungi warga untuk membicarakan program-program pemerintah baik berupa pembangunan fisik maupun bantuan ke-uangan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga. Sela-in terdapat tokoh yang menjabat ketua RT, terdapat pula tokoh-

Page 153: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

133

tokoh marga (se). Tetapi tokoh-tokoh RT/RW lebih memiliki posisi yang dihormati dibandingkan tokoh-tokoh marga masyarakat. Tokoh-tokoh marga seperti ketua marga Tan, Ketua Marga Yap, Marga San, dan sebagainya lebih berperan dalam hal hubungan internal marga. Dalam hubungan sosial antarwarga, maka Ketua RT dan RW memegang peranan yang cukup besar. Para ketua RT/RW dianggap memiliki kemampuan untuk memimpin dibanding-kan anggota masyarakat lainnya, selain itu faktor kekayaan juga menjadi pilihan seseorang untuk memilih.

Ong Sui San (Ali Husein), seorang tokoh masyarakat Cina Ben-teng Kampung Sewan yang menjadi Ketua RW menjelaskan:

“Saya udah lelah jadi Ketua RW, saya udah berapa kali minta diganti, tetapi orang-orang itu masih pingin saya yang jadi RW. Saya pingin udah ada yang gantiin saya, saya udah tua, mungkin perlu diganti sama yang muda-muda. Saya kagak tau kenapa mereka masih milih saya.”

Ong Sui San adalah seorang tokoh yang memiliki kekayaan lebih dibandingkan dengan masyarakat lainnya yang sebagian be-sar adalah masyarakat miskin. Masyarakat melihat bahwa Ong Sui San dianggap sebagai tokoh yang mampu memimpin masyarakat. Pada satu sisi tertentu, masyarakat enggan untuk menggantikan tokoh-tokoh masyarakat tersebut, karena masyarakat Cina umum-nya yang melihat pada sisi hierarkis yang kuat. Masyarakat me-mercayakan segala permasalahan yang timbul melalui Ketua RT/RW tersebut.

Masyarakat Cina umumnya sangat menghormati senioritas da-lam keluarga, dan hal ini dapat dilihat dalam tata penghormatan dalam keluarga masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan pay (penghormatan) terhadap individu yang satu dengan individu yang lain ditentukan oleh senioritas seseorang dalam keluarga. Oey Tjin Eng, budaya-wan Cina Benteng menjelaskan bahwa penghormatan terhadap seseorang ditunjukkan dengan genggaman tangan kanan meng-genggam tangan kiri untuk laki-laki yang disebut pay. Jika berte-

Page 154: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

134

mu dengan yang lebih muda, maka pay akan diletakkan di dada. Jika kedudukan para pihak sejajar, maka pay diletakkan di mulut, ketika berjumpa dengan yang lebih tua hingga garis ke atas, maka pay tangan diletakkan di depan mata. Adapun jika penghormatan ditujukan kepada Tuhan (Thian) maka pay akan diletakkan di ke-pala bagian atas.19

19 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 21 Juli 2010.

▶ Oen Sin Yang, seniman Gambang Kromong Klasik asal Kampung Sewan (Sumber Dokumen Pribadi).

Page 155: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

135

Masyarakat Kampung Sewan layaknya masyarakat Cina Per-anakan pada umumnya sangat mengutamakan kedudukan anak laki-laki dalam keluarga. Dalam masyarakat Cina umumnya kedu-dukan anak laki-laki dalam keluarga sangat penting. Menurut me-reka anak laki-laki adalah anak yang akan membawa nama marga (se) sehingga nama keluarga akan terus diwariskan kepada anak cucu. Anak perempuan tidak akan dapat membawa nama marga (se) karena akan masuk ke keluarga laki-laki. Selain itu pula pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan anak laki-laki adalah pembawa abu orang tua. Anak perempuan dalam keyakinan ma-syarakat Cina Benteng tidak dapat membawa abu orang tua atau leluhur karena ia dianggap tidak kuat.

Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak, kelu-arga adalah sangat penting dalam membangun sebuah masyara-kat. Dalam masyarakat Kampung Sewan, keluarga dipimpin oleh seorang ayah sebagai kepala keluarga. Se keluarga ditentukan oleh se sang ayah. Dalam hal ini semua anggota keluarga akan meng-gunakan se ayah. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan pada umumnya akan membedakan dirinya dengan masyarakat pribumi secara tipis karena telah terjadi proses akulturasi melalui proses perkawinan dengan warga pribumi Tangerang. Pada masyarakat Kampung Sewan untuk membedakan antara Cina dan pribumi, maka acap kali dapat dibedakan dari sisi agama yang dianut. Poh menjelaskan:20

“Kalau anak laki-laki akan bawa nama se, anak perempuan ikut sua-mi. Nah kalau misalnya terjadi ada orang pribumi yang nikah dengan orang Cina benteng sini, maka kita liat kalo yang Tionghoanya pindah ke agama calonnya, suami atau istrinya, maka tradisi Cina yang ada biasanya gak dipake lagi. Jadi udah gak ada se lagi.”

Masalah marga (se) dalam keluarga cukup penting, karena se akan membentuk persaudaran di antara komunitas warga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak. Walau tidak saling mengenal te-tapi se akan menunjukkan bahwa orang tertentu masih ada hu-

20 Poh, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 156: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

136

bungan leluhur dengan orang lain yang memiliki se yang sama. Lie menjelaskan:21

“Se itu menunjukkan adanya hubungan darah leluhur yang sama di antara masyarakat Cina. Persaudaraan dalam se penting karena itu penting untuk banyak hal termasuk misalnya jika ada rebut antarwar-ga ternyata se-nya sama, maka tinggal kita minta tokohnya aja. Walau kita tidak kenal dengan orang yang se–nya sama tapi setidaknya kita diingatkan kalau kita masih ada hubungan sodara walau jauh.”

Dalam hal penghormatan leluhur, masyarakat Cina umum-nya adalah masyarakat yang sangat menghormati leluhurnya. Abu orangtua adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap orang-tua, kakek-nenek serta leluhur yang sangat dihormati oleh masya-rakat Cina Benteng Kampung Sewan. Jika seseorang meninggal, maka abu orangtuanya akan disimpan dan diletakkan pada sebuah dan ditempatkan di ruang tamu. Abu orang tua dan meja terse-but disebut sebagai meja abu. Meja abu terdapat di rumah leluhur masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Rumah leluhur adalah rumah peninggalan orang tua yang saat ini dihuni oleh anaknya. Abu orangtua akan disimpan oleh anak laki-laki, sehingga dapat dipastikan rumah leluhur akan dihuni oleh anak laki-laki baik laki-laki tertua maupun laki-laki bungsu.

Sin, seorang bermarga Souw menjelaskan:

“Meja abu orangtua adalah pengingat akan jasa-jasa orangtua yang sudah menghidupi kita sejak kita lahir. Nah nanti pada saat acara tertentu misal Imlek, semua keluarga kumpul di rumah saya untuk berdoa bareng di depan meja abu. Saya siapin buah untuk dipersem-bahkan kepada arwah orangtua dan leluhur saya.”

Meja abu adalah pertanda rasa hormat pada leluhur Cina Ben-teng Kampung Sewan. Jika meja abu dibawa oleh anak laki-laki bungsu, maka dalam setiap acara tradisi masyarakat Cina Benteng semua anggota keluarga harus berkumpul di rumah adik bungsu. Pada hakikatnya yang dihormati bukan bungsu atau kakak, tetapi

21 Lie, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 157: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

137

yang terpenting adalah di mana ditempatkan meja abu semua ber-kumpul di rumah leluhur. Poh menjelaskan:22

“Kalau kita datang ke rumah leluhur, maka yang kita hormati per-tama kali adalah abu leluhur terlebih dahulu baru kemudian tuan rumahnya. Kalau kita salah dalam urutan penghormatan, maka kita umumnya akan dibilang cina baru, maksudnya kita dianggep gak nger ti adat”

Penghormatan terhadap leluhur adalah kewajiban orangtua, akan tetapi dalam keluarga-keluarga masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan rupanya muncul perubahan sosial akibat masuk-nya budaya luar yang memengaruhi pola pikir anak-anak muda di Cina Benteng Kampung Sewan. Para pemuda Kampung Sewan umumnya enggan untuk mengurus abu orangtua, karena persya-ratan berat yang harus dipenuhi oleh pembawa abu leluhur. Sio menjelaskan:23

“Umumnya anak-anak muda sekarang udah males ngurus abu orang-tua atau leluhur. Soalnya untuk ngurus abu orangtua mesti banyak syaratnya. Pertama dia mesti nyiapin acara untuk sembahyangan mi-nimal setahun tiga kali. Nyiapin acara untuk sembahyangan gak mu-dah, mesti ada buah tiga macem, iya kalo kita punya duit, buah kan mahal. Nah kalo udah gitu biasanya abu kita letakkan di makam lelu-hur. Atau ada adik atau kakak kita yang mau urus meja abu leluhur”

Masyarakat Kampung Sewan yang miskin akan merasa kesu-litan untuk menyiapkan acara-acara persembahyangan yang akan memakan banyak biaya bagi mereka. Selain itu terdapatnya keru-mitan dalam proses penyimpanan abu leluhur juga menyebabkan keengganan mereka untuk menyimpan abu leluhur tersebut. Sin salah seorang tokoh masyarakat Kampung Sewan yang juga seba-gai Ketua RT 03/04 menjelaskan:24

“Anak-anak muda sekarang udah males ngurusin abu orangtua lelu-hur. Mereka pinginnya yang gampang aja. Cuma kan nanti yang mesti

22 Poh, wawancara, Kampung Sewan, 18 Juli 2010. 23 Sio, wawancara, Kampung Sewan, 14 Juli 2010.24 Sin, wawancara, Kampung Sewan, 12 Juli 2010.

Page 158: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

138

dipikirinkan masalah penghormatan leluhur. Fungsi abu untuk ngiket anggota keluarga yang udah pisah kumpul lagi inget sama orangtua supaya terus kekeluargaan nggak putus.”

Masyarakat dari golongan muda Cina Benteng Kampung Sewan Lebak masih memberikan penghormatan yang tinggi bagi para leluhur, akan tetapi kendala beratnya beban biaya penyeleng-garaan ritual upacara-upacara tradisi Cina. Selain beban biaya, masyarakat muda saat ini cenderung untuk berpikir praktis.

Rumah Sin yang terletak di belakang Kelenteng Mahabodhi, di depan rumahnya tergantung kertas-kertas hu sebagai penolak bala. Kertas hu tersebut ia peroleh dari Kelenteng setiap bebera-pa periode tertentu. Meja abu orangtua dan leluhur Souw terletak

▶ Kertas hiolo yang terpasang di depan rumah warga (Sumber: Dok. Pribadi)

Page 159: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

139

di ruang tamu. Di meja abu tersebut terdapat dupa, lampu kecil berwarna merah yang wajib dinyalakan setiap harinya sepanjang tahun. Foto orangtua yang telah meninggal digantung di tembok tepat di atas meja abu orangtuanya. Ia berpikir bahwa jika ia telah meninggal dunia kelak, anak-anaknya tidak lagi mau meneruskan tradisi menghormati melalui meja abu, karena anak-anaknya tidak mau susah untuk mengurus meja abu leluhur. Mengurus meja abu membutuhkan persyaratan yang cukup rumit, dan itu membuat sang anak enggan untuk mengurus meja abu leluhur.

Sui walaupun saat ini telah memeluk Islam, tetapi meja abu leluhur masih ada di rumahnya. Ia menjelaskan:25

“Meja abu leluhur tetep ada karena kita sebagai orang Tionghoa mes-ti melestarikan tradisi yang udah turun temurun. Menghormati orang tua dan leluhur kita adalah bakti kita terhadap leluhur kita yang udah memelihara kita sejak kecil.”

Pendapat agak berbeda mengenai siapakah yang berhak me-nyimpan abu leluhur diberikan oleh Lim, 50 tahun, laki-laki. Ia se-bagai tokoh agama Konghucu Kampung Sewan, juga guru agama Konghucu di Perguruan Setia Bhakti menjelaskan:26

“Menurut saya dalam ajaran Konghucu laku bakti adalah ajaran uta-ma. Jadi bentuk bakti kita terhadap orangtua juga leluhur tidak hanya wajib dilakukan oleh anak laki-laki tetapi juga perempuan. Jadi kalau kita gak punya anak laki-laki lalu siapa yang bakal ngurus abu lelu-hur? Nah kalo gitu anak perempuan juga punya hak atau kewajiban juga untuk mengurus meja abu. Haknya sama dengan anak laki-laki.”

Meja abu yang terdapat di rumah Lim, terletak di ruang tamu. Tetapi saat ini ia pindahkan ke ruang samping rumah karena ru-mahnya telah ia jual kepada salah seorang kerabatnya. Meja abu ia letakkan di sebuah ruang di samping rumah, karena bangunan induk rumah sebagian telah dibongkar oleh pemilik yang baru. Meja abu ia letakkan bersama foto orangtua yang telah mening-

25 Sui, wawancara, Kampung Sewan, 13 Juli 2010.26 Lim, wawancara, Kampung Sewan, 17 Juli 2010.

Page 160: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

140

gal, juga terdapat dupa serta lampu kecil berwarna merah. Lim seorang pemeluk Konghucu yang taat dan ia akan dikirim untuk mengikuti pemusatan pendidikan agama Konghucu yang berlokasi di Kota Malang Jawa Timur. Lim menjelaskan:27

“Konghucu bukan tradisi bagi saya, ia diwariskan oleh Nabi Agung Konghucu. Saya bukan pemeluk Tridharma yang mengakui adanya konsep tiga ajaran: Buddha, Konghucu, dan Tao. Saya Konghucu mur-ni. Nah setelah Konghucu diperbolehkan lagi di Indonesia, sekarang kita sedang membangun pusat pendidikan agama Konghucu di Ma-lang. Saya akan dikirim untuk mendalami ajaran agama Konghucu se-lama tiga tahun dan nantinya akan dapat memperoleh gelar sarjana agama atau S.Ag.”

Lim berpendapat bahwa saat ini Konghucu memerlukan ba-nyak ilmuwan agama yang berpendidikan seperti agama-agama yang lain. Konghucu sebagai agama yang telah ada sejak lama di Tanah Air, tetapi tidak mendapatkan pengakuan selama masa Soeharto berkuasa. Ketika itu perkembangan agama Konghucu mengalami kelambatan di Indonesia, sehingga saat ini perlu pe-ngembangan ajaran Konghucu melalui pendidikan. Ajaran Kong-hucu merupakan ajaran luhur yang berpegang pada laku bakti dan penghormatan pada leluhur.

Dalam kaitan dengan penghormatan pada leluhur, ajaran Konghucu tidak menetapkan beban kewajiban bagi laki-laki sema-ta menurut Lim, tetapi beban dan hak yang sama diberikan kepada semua anak keturunan. Dalam hal laku bakti terhadap orangtua, ketika orangtua masyarakat Cina benteng Kampung Sewan me-ninggal, anggota keluarga akan menyiapkan persiapan upacara ke-matian mulai menyiapkan peti mati, persembahyangan, persiapan bekal kematian bagi almarhum, hingga penguburan yang terka-dang memakan biaya cukup besar. Yap menjelaskan:28

“Pada saat acara kematian, maka semua barang kesukaan almarhum akan dibawa. Nah misalnya aja dia punya barang kesayangan berupa

27 Lim, wawancara, Kampung Sewan, 17 Juli 2010.28 Yap, wawancara, Kampung Sewan, 14 Juli 2010.

Page 161: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

141

mobil, maka kita siapin mobil mainan yang terbuat dari kertas untuk bekal dia mati. Dia akan make tuh mobil di alam sana. Nah kita juga siapin rumah terbuat dari kertas untuk tinggalnya dia di sana. Rumah bisa kita buat dalam dua atau tiga tingkat bentuknya. Rumah atau benda-benda dari kertas itu gak semua orang bisa buat, tetapi hanya orang tertentu karena dia gak cuma bisa buat aja tapi juga ada doa dan ritual tertentu waktu ngebuatnya. Biaya untuk buat kertas-ker-tas tadi mahal bisa mencapai ratusan ribu perbiji, apalagi untuk peti mati harganya bisa sampe sepuluh juta, nah kalo peti mati biasanya kita dibantu sama vihara.”

Besarnya penghormatan leluhur dalam keluarga Cina Benteng Kampung Sewan, menjadikan eratnya hubungan di antara war-ga Cina Benteng Kampung Sewan. Hubungan keluarga-keluarga pada masayarakat Cina Benteng Kampung Sewan sangat erat ka-rena umumnya dengan se mereka merasa terikat menjadi sebuah keluarga besar. Penghormatan terhadap sesama warga melalui jalinan hubungan keluarga pada masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan sangat berperan dalam menumbuhkan persaudaraan antarwarga.

Persaudaraan antarwarga yang terjadi umumnya juga terlihat dalam acara-acara keagamaan Buddha-Konghucu yang terjadi di Kampung Sewan Lebak. Dalam Kampung Sewan Lebak terdapat Kelenteng Tjong Tek Bio (Mahabodhi) yang pada saat tertentu se-perti Imlek dan upacara keagamaan Konghucu atau Buddha mem-punyai peran penting dalam mempersatukan warga sekitar Kam-pung Sewan tidak hanya Sewan Lebak tetapi juga seluruh warga yang tinggal di Kampung Sewan dan juga warga Cina Benteng Tangerang.

Pada saat tertentu seperti ketika terjadinya peristiwa keaga-maan, persatuan warga Cina Benteng Kampung Sewan akan ber-kumpul. Masyarakat bersatu padu, baik miskin maupun kaya ikut memeriahkan acara keagamaan. Acara pemberian angpao bagi orang miskin dilakukan oleh warga Cina Benteng di mana pun yang berkumpul di kelenteng-kelenteng juga termasuk Kelenteng Tjong Tek Bio (Mahabodhi). Kelenteng ini membagikan bantuan bagi kaum miskin tidak hanya warga keturunan Cina melainkan

Page 162: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

142

juga kepada siapa pun. Pada acara Sembahyang Rebutan yang di-lakukan di Kelenteng Tjong Tek Bio (Mahabodhi), kelenteng me-ngumpulkan banyak dermawan dari berbagai kota di Indonesia untuk menyumbangkan uang, bahan pokok seperti beras untuk dibagikan kepada warga miskin. Uang yang terkumpul dibelikan beras atau bahan pokok lainnya.

Pembagian bahan pokok dilakukan setelah acara sembahyang rebutan, dan semua warga miskin di sekitar Kecamatan Neglasa-ri akan berdatangan dalam jumlah yang besar. Uang dan beras yang terkumpul harus dibagikan tanpa ada sisa sama sekali. War-ga miskin yang menerima beras tidak saja dari kalangan warga Cina Benteng tetapi juga termasuk warga pribumi yang miskin dan membutuhkan bantuan.29 Nilai sosial warga Konghucu terhadap masyarakat miskin sangat membantu meringankan beban hidup

29 Jak, wawancara, 20 Agustus 2010.

▶ Kelenteng TjongTek Bio (Mahabodhi) tempat ibadah dan pusat aktivitas warga Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Page 163: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

143

yang dirasakan warga Cina Benteng dan warga pribumi secara umum. Warga Cina Benteng berbaur dengan warga pribumi mene-rima bantuan beras, mi instan, dan bahan pokok.

Hubungan antarwarga terbangun dengan baik dan masya-rakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak menerima para pen-datang tanpa curiga. Hubungan yang terjalin erat dapat terjadi mengingat hubungan kekerabatan yang terjalin di antara mereka. Ketua RW masih bersaudara dengan hampir semua warga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak. Hubungan kekerabatan yang erat ini mengakibatkan masyarakat lebih mudah untuk menerima in-struksi dari pimpinan atau tokoh masyarakat mereka.

Contoh pola hubungan keluarga:

Poh, seorang pedagang sabun keliling merupakan cucu dari Ketua RW 04 Kampung Sewan. Kakek kandung Acp merupakan kakak kandung dari Ketua RW 04. Acp sendiri masih bersaudara dengan Yo, karena Yo adalah anak menantu dari sang kakek. Istri Yo adalah bibi kandung-nya atau adik kandung dari ibu kandung Acp. Hubungan kekerabatan antarwarga di Kampung Sewan Lebak khususnya sangat dekat. Ma-sing-masing warga masih terikat oleh adanya hubungan kekerabatan, baik melalui hubungan keluarga sedarah, maupun terbentuk melalui perkawinan.

C. tingkAt pEndidikAn dAn pEnyErApAn informAsiAjaran Konghucuisme (Confucius) sesungguhnya sangat me-

nekankan nilai pendidikan. Konghucu melihat bahwa pendidikan memiliki nilai penting bagi manusia.30 Dampak yang terasa bagi perkembangan masyarakat adalah di banyak negara di kawasan Asia Timur seperti Korea, Jepang, Cina, dan Singapura. Masyara-kat Jepang yang mengutamakan pada hierarki, kepercayaan atas nilai-nilai keluarga, stabilitas, dan lainnya sebagai nilai yang terta-nam kuat pada bangsa Jepang telah mampu membuktikan bahwa Jepang menjadi negara yang kuat dari sisi pendidikan. Pengaruh

30 Budiono Kusumohamidjojo, Sejarah Filsafat Tiongkok, Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogya-karta: Jalasutra, 2010), hlm. 85.

Page 164: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

144

Konghucuisme menjadikan bangsa Jepang sebagai bangsa yang sangat mengutamakan pendidikan. Walaupun Jepang berupaya untuk menyerap tradisi Eropa dan meninggalkan tradisi Jepang, akan tetapi nilai Konghucuisme tidak diragukan lagi tetap meme-ngaruhi bangsa Jepang dalam berpikir. Penghormatan yang ting-gi terhadap pendidikan adalah ciri utama ajaran Konghucuisme. Pada masyarakat Korea, Konghucuisme memengaruhi bagaimana mereka menerapkan nilai kedisplinan tinggi dan kerja keras. Ma-syarakat Korea begitu sangat menghargai seseorang yang mampu menempuh pendidikan yang tinggi, mereka menempatkan para terpelajar pada tingkatan yang tertinggi dalam struktur masyara-kat Korea.31

Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak, nilai-nilai Konghucuisme atau lebih tepatnya shenisme terlihat dalam sikap moralitas dan menjunjung tinggi kepatuhan terhadap orang tua dan leluhur. Pendidikan sebagai ajaran utama untuk memenu-hi pendidikan juga dianut oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak secara umum. Dalam hal dengan rendahnya tingkat pendidikan di lingkungan masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan Lebak lebih ditekankan pada ketidakmampuan untuk meme-nuhi kebutuhan hidup yang ada. Ketidakmampuan untuk meme-nuhi biaya pendidikan adalah hal wajar, mengingat pemenuhan atas biaya hidup lainnya masih sulit terjangkau. Memenuhi pen-didikan adalah hal yang penting, untuk itu tampaknya diperlukan tindakan aktif dari pihak pemerintah baik pusat, maupun daerah untuk mengangkat mereka dari kemiskinan melalui bantuan dana pendidikan.

Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak pen-didikan sangat berkait dengan kesejahteraan yang akan diterima oleh seseorang. Selain itu pula pendidikan serta penyerapan infor-masi seseorang juga berkaitan dengan pilihan tindakan seseorang untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapi. Pemahaman dan

31 Richard Maidment and Colin Mackerras, Culture and Society in The Asia Pacific, (London & New York: Routledge, 1998), hlm. 149.

Page 165: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

145

pengetahuan seseorang atas keberadaan aparat penegak hukum serta keberadaan lembaga peradilan juga ditentukan dari adanya pemahaman dan penyerapan informasi atas bekerjanya hukum da-lam masyarakat.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat Cina Ben-teng Kampung Sewan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel5.10.TingkatPendidikanMasyarakatCinaBenteng KampungSewanLebakN=60

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Bersekolah 2 3,33

SD/Sedrajat 27 45

SMP/Sederajat 21 35

SMA/Sederajat 10 16,7

Perguruan Tinggi 0 0

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010

Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka responden membe-rikan jawaban, yaitu: dari 60 (enam puluh) orang yang diwawan-cara, terdapat 2 (dua) orang yang tidak bersekolah atau mencapai 3,33% (tiga koma tiga perseratus), 27 (dua puluh tujuh) orang berpendidikan setingkat sekolah dasar atau mencapai 45% (empat puluh lima perseratus), 21 (dua puluh satu) orang berpendidikan SMP/sederajat atau mencapai 35% (tiga puluh lima perseratus), 10 (sepuluh) orang berpendidikan setingkat SMA/sederajat atau mencapai 16,7% (enam belas koma tujuh perseratus). Tidak ter-dapat masyarakat atau sebesar 0% (nol perseratus) dari 60 (enam puluh) responden yang diwawancara berpendidikan tingkat per-guruan tinggi.

Rendahnya pendidikan dapat dilihat dari dua hal, pertama, apakah pendidikan tidak dianggap sebagai kebutuhan pokok, dan hanya menempati kebutuhan sekunder masyarakat Kampung Se-wan? Apakah masyarakat Kampung Sewan masih mengutamakan kebutuhan sandang, pangan, dan papan, dan menempatkan ke-butuhan pendidikan sebagai kebutuhan sekunder? Kedua, apakah

Page 166: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

146

masyarakat menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan utama atau primer, tetapi masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebu-tuhan pendidikan tersebut?32

Rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat Kampung Sewan Lebak tampaknya menunjukkan adanya ketidakmampuan secara ekonomi untuk membayar sebuah harga pendidikan yang dirasakan mahal oleh masyarakat. Ketiadaan bantuan pendidikan, dan/atau adanya beban kewajiban untuk membayar besarnya bi-aya pungutan di sekolah seperti kewajiban untuk memberli buku-buku, iuran-iuran sangat memberatkan warga masyarakat Cina Benteng Sewan Lebak secara umum. Masyarakat melihat bahwa kebutuhan untuk memenuhi pendidikan harus ditanggung oleh ne-gara, menghilangkan pungutan dan beban pendidikan lainnya sa-ngat diharapkan oleh warga masyarakat. Warga menganggap jika beban pendidikan tidak dapat dihapus, maka masyarakat akan ke-sulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok di bidang pendidikan.33

Untuk itu, maka peran aktif negara dalam bentuk bantuan bia ya pendidikan harus dapat dirasakan oleh masyarakat di Cina Benteng Kampung Sewan Lebak. Pemerintah harus tegas mengah-pus larangan berbagai pungutan yang ada. Pemberian beasiswa serta biaya hidup melalui peningkatan anggaran pendidikan akan mengubah nasib warga Cina Benteng Kampung Sewan lebih baik. Mereka membutuhkan bantuan secara nyata melalui program pen-didikan yang layak dan terjangkau.

Tingkat pendidikan tampaknya akan berkait dengan kemam-puan seseorang dalam memperoleh sebuah pekerjaan yang layak. Pekerjaan yang layak yang diperoleh tentunya akan berpengaruh pula pada pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat. Ke-

32 Masyarakat kecil lebih mengutamakan kebutuhan pangan, sandang, dan papan serta menomorduakan pendidikan. Masyarakat kecil dan miskin mengajak anak-anak mereka untuk berdagang, membantu mencari nafkah dibanding menyekolahkan mereka untuk menuntut ilmu. Pendidikan menjadi tidak penting. Pendidikan telah menjadi kebutuhan ekonomi pasar yang mendukung semakin menguatnya semangat kapitalisme dalam dunia pendidikan. Masyarakat yang tidak memiliki daya beli tidak akan mampu membeli pendidikan karena pendidikan hanya dapat dinikmati oleh segelintir masyarakat yang memiliki modal. (lihat Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan, Penerbit Nusantara Consulting, Jakarta, 2010, hlm. 181).

33 Yap, wawancara, Kampung Sewan Lebak, Tangerang, Juli 2010.

Page 167: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

147

tika seseorang hanya mampu memperoleh pendidikan yang ren-dah, maka pendapatan yang akan diterimanya pun akan rendah pula. Tingkat pendidikan masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan umumnya rendah (pendidikan setaraf SD mencapai 27%). Rendahnya pendidikan seseorang berpengaruh terhadap kesejah-teraan dan tingkat ekonomi seseorang. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang mengalami kemiskinan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Dengan pendidikan yang rendah, maka pada akhirnya mereka juga cukup kesulitan untuk mencari jenis-jenis pekerjaan yang mampu menghasilkan pengha-silan yang besar.34

Beberapa responden yang ditemui di lapangan menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh, antara lain:

Cun, laki-laki, 41 tahun, hanyalah mencapai bangku sekolah dasar. Yap, sekolah mencapai bangku sekolah dasar. Tiaw (Abeng) bersekolah hingga sekolah dasar. Abeng menjelaskan:35

“Saya sekolah tapi cuma sampe SD doang, kagak punya biayanya. Dulu juga mau sekolah kagak sanggup lagian sekolah jaman dulu be-lum ada di deket Sewan. Kalo sekolah mesti jauh. Biaya besar juga akhirnya saya kagak kuliah dan sekarang saya ikut ngurus Kelenteng Mahabodhi, kadang juga jahit.”

Penjelasan Abeng tersebut menunjukkkan adanya ketiadaan biaya sebagai alasan utama tidak melanjutkan pendidikan ke jen-jang yang lebih tinggi. Biaya pendidikan cukup mahal tidak ada-nya beasiswa bagi warga miskin terjadi di Kampung Sewan. Pem-bangunan yang bersifat lokal di mana pembangunan terfokus pada daerah kabupaten dan kota menempatkan pusat pembangunan juga termasuk pembangunan pendidikan berpusat di kota/kabu-paten. Kemampuan pemberian dana beasiswa bagi warga miskin akan tergantung dari kemampuan kota/kabupaten untuk meme-nuhi kebutuhan pendidikan warga miskin. Ketika semua warga

34 Oey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 21 Juli 2010.35 Tiaw alias Abeng, wawancara, Kampung Sewan, 12 Juli 2010.

Page 168: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

148

miskin sulit untuk menjangkau pendidikan, dan pemerintah ka-bupaten/kota tidak melihat kesulitan tersebut, maka akan muncul berbagai cara di mana orangtua terpaksa berutang untuk memenu-hi kebutuhan sekolah bagi anak-anaknya.36

Yong bersekolah hingga SD. Saat ini banyak warga yang me-nyekolahkan anaknya dengan cara meminjam uang dari bank ke-liling yang menawarkan bantuan pinjaman uang bagi warga. War-ga tampaknya enggan untuk meminjam uang dari bank karena persyaratan administrasi yang tidak sanggup mereka penuhi. Poh menjelaskan:37

“Sekarang orang udah sadar pentingnya sekolah, tapi keadaan yang buat banyak warga gak bisa sekolahin anak-anaknya. Banyak yang gak bisa sampe SMA karena gak sanggup biaya. Banyak warga yang pinjem uang sama bank keliling yang sering ngider di kampung, tapi ada bunganya. Uang yang dipinjem buat nyekolahin anak-anaknya, Cuma gak semua bisa gitu. Ada juga yang kasih beasiswa dari orang-tua asuh, tapi ada kendala juga masalah ongkos. Ongkos ke sekolah yang rada jauh juga kagak sanggup, karena gede. Sekali jalan butuh dua belas ribu pulang-balik, bisa sekolahnya tapi kagak sanggup ong-kosnya. Saya sekarang gak bisa nyekolahin adik saya yang perempu-an karena udah kagak ada biaya lagi karena buat makan aja susah.”

Permasalahan yang dihadapi Yong adalah selain ketiadaan biaya sekolah, juga ketidakmampuan untuk memberikan ongkos transportasi untuk mencapai sekolah. Beasiswa yang diberikan oleh pihak sekolah masih tidak sanggup ia penuhi kebutuhan pen-didikan bagi anaknya, karena ketiadaan biaya transportasi. Yong salah seorang warga Sewan yang hanya dapat lulus SD berharap agar anaknya dapat meraih ijazah SMA, akan tetapi ijazah tersebut

36 Dalam konteks pembangunan bangsa, tampak terjadi benturan antara peran aktif masyarakat di satu sisi dan peran sosial pemerintah (development as politics: state control versus participation). Dalam dunia pendidikan, pemerintah melibatkan peran aktif masyarakat, tetapi pemaknaan yang muncul adalah bahwa peran aktif masyarakat dalam dunia pendidikan diartikan sebagai melepas tanggungjawab pemerintah atas pendidikan. Beban biaya pendidikan diserahkan kepada warga ma-syarakatnya. Bagi masyarakat yang mampu tentunya kemampuan untuk meraih pendidikan adalah hal yang wajar, bagi warga miskin kemampuan meraih pendidikan yang layak hanyalah angan dan impian (bandingkan dengan Abram & Walderen, Anthropological Perspectives on Local Development, (London & New York: Routledge, 1998), hlm. 5.

37 Poh, wawancara, Kampung Sewan 24 Juli 2010.

Page 169: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

149

masih ditahan oleh sekolah akibat tunggakan uang sekolah yang belum terbayar. Ia menjelaskan:38

“Sekarang saya udah gak kuat lagi dagang kue, udah kagak punya mo-dal buat kue. Anak saya yang baru lulus sekolah aja ijazahnya masih belum bisa keambil, karena masih ada utang uang sekolahnya yang nyampe satu juta empat ratus ribu. Saya kagak punya duit buat nebus tu ijazah. Padahal ijazah itu buat lamar kerja dia abis lulus SMA. Un-tungnya dia dibantu temennya bisa kerja kagak pake ijazah.”

Yong sangat berharap agar anaknya dapat lulus pendidikan hingga SMA, dan tidak ingin anaknya bernasib seperti dirinya yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Ketika Yong berbahagia bahwa anaknya dapat lulus hingga SMA, ia masih dili-puti kesedihan karena sang anak tak mampu mendapatkan ijazah. Ijazah yang seharusnya ia miliki masih ditahan oleh pihak sekolah hingga ia mampu melunasi tunggakan uang sekolahnya. Masalah cukup pelik muncul ketika sang anak tidak dapat mengambil ija-zah akibat kewajiban untuk melunasi tunggakan sekolah. Beasis-wa yang diberikan rupanya tidaklah merupakan beasiswa pebuh dan masih harus ditebus sisa biaya pendidikan tersebut jika ijazah hendak diambil. Pada sisi lain ijazah sangat dibutuhkan oleh sang anak untuk melanjutkan mencari pekerjaan, bukan hendak melan-jutkan pendidikan.

Dalam kaitan dengan sekolah, Gou sudah tidak sanggup lagi untuk menyekolahkan anaknya hingga tamat sekolah dasar. Gou yang hanya bekerja sebagai tukang urut dan buruh cuci tak sang-gup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi cucunya. Gou menjelaskan:39

“Cucu saya udah gak sekolah lagi, untuk biayain dia sekolah kagak ada biayanya. Jadi dia cuma bisa sekolah sampe SD. Ya hari-harinya ya pa-ling cuma main aja, mau sekolah biayanya gak ada, makan aja kadang beras masih pinjem tetangga atau keluarga apalagi buat sekolah.”

Di rumahnya yang terbuat dari kayu dan beratap asbes, ia

38 Yong, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.39 Gou, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.

Page 170: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

150

sudah tak sanggup untuk menyekolahkan cucunya karena anak-nya tak sanggup pula untuk menyekolahkan cucunya. Gou sendiri kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga kebutuhan sekolah bukanlah menjadi kebutuhan utama baginya. Ong, 27 tahun, laki-laki, adalah seorang pedagang bensin eceran di Kampung Sewan. Ia menjelaskan bahwa ia hanya bersekolah hingga SMP dan ia tidak sanggup lagi menyekolahkan adiknya ke bangku SMP karena keterbatasan dana. Ong menjelaskan:40

“Saya sekolah sampe SMP aja, jadi saya cuma bisa jual bensin dan dagang kue, roti, snack, juga persewaan Playstation. Saya aja seka-rang harus nanggung beban semua keluarga, bapak udah gak kerja. Adik saya perempuan cuma bisa sampe SD aja, saya gak sanggup bia-yainnya. Bapak saya cuma kuli bangunan, jadi gak ada biaya buat adik saya. Adik saya sekarang kerja di pabrik mi di daerah tangga asem”

Ong seorang pemuda mandiri yang harus hidup dari berda-gang bensin eceran dan persewaan Playstation harus menghidupi keluarganya, sehingga kebutuhan untuk pendidikan masih belum sanggup ia penuhi. Ia menyadari bahwa sekolah adalah hal yang penting, akan tetapi biaya menghambatnya untuk menempuh pendidikan yang tinggi. Wen seorang pedagang kecil menjelaskan bahwa kebutuhan sekolah cukup penting, akan tetapi untuk me-menuhi kebutuhan sekolah bagi anaknya yang duduk di bangku SMP ia mengalami kesulitan. Wen menjelaskan:41

“Anak saya ada yang masih SMP, biaya untuk sekolah kadang dibantu sama ponakan saya. Biaya untuk sekolah bagi saya besar gak sang-gup saya memenuhi kebutuhan buat sekolah anak saya. Buat makan aja susah, maka itu saya berusaha cukup-cukupin aja. Saya hanya bisa hemat untuk pengeluaran.”

Tji, laki-laki, 17 tahun adalah anak kandung Bih (70 tahun), sehari-hari menjaga warung milik orangtuanya. Ia hanya bisa se-kolah hingga lulus SMP, Tji menjelaskan:42

40 Ong, wawancara, Kampung Sewan, 15 Juli 2010.41 Wen, wawancara, Kampung Sewan, 19 Juli 2010.42 Tji, wawancara, Kampung Sewan, 26 Juli 2010.

Page 171: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

151

“Orang tua saya tidak sanggup menyekolahkan saya hingga SMA, cuma sampe SMP, sekarang saya jagain toko punya kakak. Kakak saya punya dua toko dan saya harus jagain toko yang di tengah kampung, yang di deket kali itu punya kakak saya.”

Tji sempat menganggur sebelum ia menjalankan usaha toko milik sang kakak. Ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya karena ia merasa telah lama lulus SMP dan ia merasa malu untuk melanjut-kan sekolahnya. Untuk itu maka pilihan berdagang adalah pilihan hidupnya. Darma, 18 tahun, anak kandung Tji (58 tahun), saat ini bekerja di pabrik kroom dengan mendapat upah perhari mencapai Rp24.000 (dua puluh empat ribu rupiah). Darma hanya berseko-lah hingga sampai kelas 1 SMA (kelas X), ia tidak menyelesaikan bangku SMA karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah-nya. Ayahnya yang dahulu sempat berjualan kue-kue basah, saat ini telah menganggur dan hanya bekerja serabutan. Darma men-jelaskan:43

“Saya sekarang kerja di pabrik kroom, saya cuma bisa sekolah sampe kelas satu SMA karena orangtua kagak sanggup nyekolahin saya sam-pe lulus SMA. Saya mau lanjut sekolah tapi saya malu temen-temen saya, mending saya kerja aja.”

Sudah sejak lama warga Kampung Sewan Cina Benteng sulit memenuhi kebutuhan pendidikan. Masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan sejak lama merupakan masyarakat yang miskin dan oleh sebab itu mereka sejak lama kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan. Menurut Sui (78 tahun), laki-laki, menjelaskan:44

“Masyarakat sini udah dari dulu banyak yang gak sekolah tinggi ka-rena banyak yang gak sanggup biayanya. Dari dulu gak ada bantuan buat sekolah, kalo ada seperti bantuan-bantuan baru sekarang aja ada, seperti orangtua asuh, bantuan BOS.”

Sui menjelaskan bahwa pendidikan adalah barang mewah se-jak lama bagi warga Cina Benteng Kampung Sewan. Pemenuhan pendidikan bagi warga Kampung Sewan tidak mudah terpenuhi,

43 Darma, wawancara, Kampung Sewan, 20 Juli 2010.44 Sui, wawancara, Kampung Sewan, 26 Juli 2010.

Page 172: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

152

adanya faktor kemiskinan yang membalut warga sejak lama. Pen-didikan adalah barang mahal bagi warga Cina Benteng Kampung Sewan, tidak mudah bagi warga Cina Benteng Kampung Sewan untuk memenuhi kebutuhan dasar ini. Pendidikan memiliki pe-ran untuk mengubah perilaku agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan sesungguhnya diha-rapkan mampu mengubah kondisi ekonomi warga ke arah yang le-bih baik, karena pendidikan juga memiliki peran ekonomi. Dengan pendidikan akan mengubah kehidupan masyarakat, perubahan akan menjadi motor penggerak perubahan dan kemajuan. Peru-bahan yang terjadi adalah sebuah keharusan bahkan merupakan hal yang wajar terjadi dalam masyarakat.45 Jika masyarakat tidak lagi sanggup untuk memenuhi kebutuhan dasar pendidikan, maka pemerintah menjadi harapan satu-satunya untuk dapat mengang-kat derajat warga Cina Benteng Kampung Sewan melalui pendi-dikan murah atau bahkan gratis.

Pendapat menarik diberikan oleh Oey Tjin Eng, Budayawan Cina Benteng tentang kemiskinan dalam kaitan dengan pendidik-an masyarakat Kampung Sewan. Beberapa faktor memengaruhi rendahnya tingkat pendidikan warga miskin Cina benteng Kam-pung Sewan. Faktor menyerah pada nasib karena pengaruh dari ajaran Buddha mengenai karma, pengaruh kemiskinan yang mem-persulit memperoleh pendidikan. Karma ikut berperan dalam me-mengaruhi pola berpikir masyarakat. Karma adalah ajaran tentang balasan baik buruk maupun jahat. Karma saat ini merupakan buah perbuatan di masa lalu dan itu harus diterima sebagai sebuah tak-dir. Ketika ia tidak dapat memperoleh pendidikan yang baik, maka ia berpendapat bahwa itu adalah karma baginya yang harus ia terima, sehingga dalam hal ini berpengaruh pada kepasrahan ma-syarakat atas nasib. Selain itu pula sebagian masyarakat meman-dang bahwa pendidikan bukanlah hal yang penting atau hal utama dalam hidup. Karma berupa kepasrahan dan pandangan tidak pen-ting sebuah pendidikan menjadi hal yang mempersulit masyarakat

45 Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Nusantara Consulting, 2010) hlm. 158.

Page 173: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

153

Cina Benteng Kampung Sewan untuk keluar dari kemiskinan yang membelenggu.46

Pendapat Sui dan Budayawan Cina Benteng, Oey Tjin Eng adalah dua hal yang berbeda. Pendapat Sui lebih melihat pada kemiskinan yang mengakibatkan mereka tidak dapat menempuh pendidikan yang baik, sedangkan menurut Oey Tjin Eng melihat pada pemahaman atas karma yang melihat pada kepasrahan atas nasib dan takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan kepada ma-nusia. Baik kemiskinan dan pendidikan keduanya adalah dua hal yang saling berkait erat, tanpa pendidikan yang baik, seseorang tak akan dapat meraih hidup yang baik dan berkualitas. Sebalik-nya untuk memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas juga dibutuhkan sejumlah uang yang bagi ukuran masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan sangat sulit diraih.

Berdasarkan wawancara tersebut di atas, maka masyarakat Kampung Sewan Lebak menempatkan pendidikan sebagai kebu-tuhan utama atau primer. Masyarakat melihat sebuah pendidik-an sebagai jalan keluar dari pendidikan. Akan tetapi, pendidikan adalah barang mahal yang sulit untuk dijangkau oleh masyarakat Kampung Sewan Lebak. Masyarakat membutuhkan bantuan secara konkret baik dalam bentuk bantuan beasiswa secara penuh untuk menempatkan anak-anak mereka di sekolah. Anak-anak mereka dalam usia sekolah tidak diajak untuk mencari nafkah melainkan diupayakan untuk tetap sekolah dengan membayar uang sekolah melalui pinjaman utang baik kepada tetangga maupun kepada tu-kang kredit yang berkeliaran.

Keyakinan bahwa pendidikan adalah hal utama bagi kehidup-an masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak tampaknya juga diilhami oleh ajaran Konghucuisme yang menekankan pen-didikan sebagai jalan kebajikan tertinggi. Pendidikan bagi masya-rakat Cina secara umum berimbas pada kemajuan peradaban ma-syarakat Asia Timur umumnya, seperti Jepang, Cina, Korea, dan Singapura. Dengan menyekolahkan anak, maka mereka memiliki

46 Ooey Tjin Eng, wawancara, Tangerang, 26 Juli 2010

Page 174: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

154

harapan untuk mengubah nasib selama ini yang berada dalam lingkungan miskin. Harapan tersebut masih terus diperjuangkan, akan tetapi harapan tersebut sulit untuk dilaksanakan mengingat lemahnya daya dan kemampuan daya beli masyarakat Cina Ben-teng Kampung Sewan.

Pendidikan dalam pengertian formal juga dapat diperoleh me-lalui pendidikan yang bersifat informal. Pendidikan melalui pe-nyerapan informasi oleh masyarakat juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat. Untuk mengetahui seberapa ba-nyak informasi yang diserap oleh masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel5.11.PenyerapanInformasimelaluiMediaMassaMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Penyerapan Informasi Jumlah Persentase

Sering Menyimak 29 48,3

Jarang Menyimak 31 51,7

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut apakah masyarakat sering atau tidak mendengarkan siaran radio, menyaksikan televisi, serta membaca koran, maka ditemukan jawaban: 48,33% (empat puluh delapan koma tiga puluh tiga perseratus) atau sebanyak 29 (dua puluh sembilan) responden menjawab sering menyaksikan media. Terdapat 51,67 (lima puluh satu koma enam puluh tujuh persera-tus) atau sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang jarang menyaksikan media untuk memperoleh informasi.

Jenis acara yang disaksikan oleh responden juga ditanyakan. Hal ini berkaitan dengan penyerapan informasi yang berkaitan de-ngan peristiwa-peristiwa hukum yang sedang terjadi saat ini. Jika masyarakat sering menyimak acara berita, maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat menerap informasi mengenai perkembangan dunia hukum yang berkembang saat ini. Terhadap pertanyaan je-nis acara apa yang sering dibaca dapat dilihat dari tabel berikut:

Page 175: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

155

Tabel5.12.JenisAcarayangseringdilihatMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=60

Jenis Acara Jumlah Persentase

Menyukai Siaran Berita 35 58,4

Menyukai Acara Hiburan 23 38,3

Menyukai Acara Olahraga 2 3,3

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara pada Bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut maka terdapat 58,33% (lima pu-luh delapan koma tiga puluh tiga perseratus) atau sebanyak 35 orang menyukai acara berita, dan terdapat 38,33% (tiga puluh de-lapan koma tiga puluh tiga perseratus) atau sebanyak 23 (dua pu-luh tiga) orang menyaksikan acara hiburan. Terdapat 3,33% (tiga koma tiga puluh tiga perseratus) atau sebanyak 2 (dua) orang yang menyaksikan acara olahraga.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa banyak warga (58,4%) yang menye-rap informasi berita media massa. Hal ini penting karena dapat di-ketahui pemahaman mereka terhadap masalah sosial dan hukum. Media massa khususnya menjadi alat penyerap informasi yang baik bagi masyarakat. Jenis surat kabar juga menentukan kuali-tas bacaan seseorang. Surat kabar yang memuat berita berkaitan dengan masalah sosial hukum dan bersifat nasional akan mem-berikan pengaruh terhadap pemahaman masyarakat akan hukum.

Rendahnya pendidikan tidak diartikan bahwa masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak adalah masyarakat yang tidak peduli atas informasi. Rendahnya pendidikan yang diper-oleh sedapat mungkin ditutup oleh keterbukaan akses informasi melalui siaran radio, televisi, serta surat kabar. Pemahaman atas peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat diketahui secara ce-pat oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak mela-lui berita yang termuat dalam surat kabar dan televisi. Masuknya dan diserapnya informasi menjadi bukti bahwa masyarakat juga memahami akan peristiwa-peristiwa hukum yang sedang terjadi.

Page 176: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

156

Beberapa kasus hukum juga diikuti oleh masyarakat secara umum. Peristiwa korupsi, kejahatan yang tengah terjadi diikuti melalui media koran dan televisi. Hal ini dapat dilihat dari jenis bacaan yang dibaca oleh masyarakat setempat yang umumnya adalah su-rat kabar nasional. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat terhadap penyerapan informasi, maka diajukan perta-nyaan mengenai surat kabar yang sering mereka baca.

Terhadap pertanyaan, surat kabar apakah yang sering Anda baca dapat dilihat dari Tabel 5.13.

Tabel4.13.SuratKabaryangSeringDibacaMasyarakatCinaBenteng KampungSewanLebakN=60

Surat Kabar Jumlah Persentase

Kompas 23 38,4

Pos Kota 11 18,3

Media Indonesia 8 13,3

Lampu Merah 9 15

Harian Sinar Pagi 6 10

Lain-lain 3 5

Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut maka terdapat 38,4% (tiga puluh delapan koma empat perseratus) atau sebanyak 23 (dua puluh tiga) responden memilih Harian Kompas. Terdapat 18,3% (dela-panbelas koma tiga perseratus) atau sebanyak 11 (sebelas) respon-den memilih Harian Pos Kota. Terdapat 13,3% (tiga belas koma tiga perseratus) atau sebanyak 8 (delapan) orang memilih Harian Media Indonesia. Terdapat 15% (lima belas perseratus) atau seba-nyak 9 (sembilan) orang memilih Harian Lampu Merah dan terda-pat 10% (sepuluh perseratus) atau sebanyak 6 responden memilih Harian Sinar Pagi. Terdapat 5% (lima perseratus) atau sebanyak 3 (tiga) responden memilih harian selain yang disebutkan di atas.

Surat kabar nasional menjadi bacaan bagi warga masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan untuk mengetahui keadaan nasio-nal. Surat kabar Kompas dan Media Indonesia menjadi pilihan un-

Page 177: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

157

tuk mengetahui peristiwa nasional yang terjadi. Peristiwa nasional yang terjadi baik peristiwa politik, sosial, dan hukum diperoleh melalui berita-berita surat kabar seperti surat kabar Kompas dan Media Indonesia. Tingginya minat masyarakat untuk mengetahui informasi yang sedang terjadi membuktikan bahwa mereka terma-suk masyarakat yang peduli akan sebuah informasi pengetahuan. Masyarakat yang rendah pendidikannya tersebut terus menggali informasi melalui berita-berita yang terdapat di surat kabar. Me-reka menyatakan bahwa mereka jarang berlangganan koran dan mereka umumnya meminjam dari seseorang yang membeli atau berlangganan surat kabar.

Selain media surat kabar, acara berita di televisi juga menjadi pilihan warga dalam menyerap informasi, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel4.14.JumlahMenyaksikanBeritaMelaluiTelevisiMasyarakatCinaBentengKampungSewanN=60

Frekuensi Jumlah Persentase

Sering 31 51,7Jarang 29 48,3Total 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Menarik untuk dicermati bahwa pemahaman atas peristiwa nasional yang sedang terjadi menjadi perhatian warga Kampung Sewan Cina Benteng. Peristiwa hukum baik skala nasional, mau-pun lokal mereka ikuti melalui media surat kabar hingga siaran teve nasional. Surat kabar semacam Kompas dan Media Indonesia menjadi pilihan bacaan warga. Mereka mendapatkan informasi yang cukup dalam terhadap pemenuhan berita yang sedang ter-jadi. Menarik pula untuk dicermati bahwa pemahaman terhadap hukum yang telah terjadi, ternyata tidak menjadikan mereka un-tuk menggunakan hukum sebagai pilihan tindakan dalam berhu-bungan. Sebagai contoh penggunaan kontrak atau perjanjian ter-tulis yang terjadi di antara warga masyarakat dalam melakukan hubungan bisnis tidak menjadi pilihan mereka. Jaminan keaman-

Page 178: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

158

an bisnis dalam hukum tidak menjadikan mereka untuk memilih perjanjian tertulis.

Mereka cenderung untuk memilih sebuah jaringan bisnis yang diikat oleh sebuah rasa saling percaya masing-masing pedagang. Rasa saling percaya tidak dapat dinodai, dan jaringan bisnis ada-lah jaminan keamanan. Dalam pendekatan pilihan tindakan sese-orang, maka pilihan seseorang ditentukan oleh faktor budaya yang meliputi. Seseorang ketika melihat sebuah pilihan-pilihan yang ada di hadapannya, maka faktor budaya akan menentukan apakah seseorang memilih atau tidak memilih melakukan. Dalam hal ini, kontrak atau perjanjian tertulis tidak dipilih oleh pedagang, se-dangkan pilihan utama masyarakat pedagang adalah nonkontrak-tual. Pemahaman konghucuisme menjadikan masyarakat penga-nut konghucuisme cenderung untuk memilih nonkontraktual.

Hukum-hukum tertulis (fa) tidak menjadi pilihan mengingat bahwa nilai kekerabatan, persaudaraan, adanya keyakinan atas nilai kepatuhan pada tetua dan leluhur menjadi hal yang utama. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan yang memilih menggu-nakan nonkontraktual adalah bukan tidak dipercayainya hukum akan mampu melindungi hak, melainkan bahwa menggunakan hukum akan melemahkan sebuah nilai kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak.

Rendahnya pendidikan serta pengetahuan akan hukum ber-dampak pula pada sikap dan perilaku warga terhadap hukum. Perjudian adalah salah satu bentuk serta bukti bahwa masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan sempat terjerat oleh pesta perjudi-an yang sangat marak. Ketika perjudian masih marak di Kampung Sewan hingga tahun 2005, beberapa warga dapat memanfaatkan kondisi perjudian untuk meningkatkan pendidikannya hingga tingkat SLTA. Beberapa warga bekerja sebagai penjaga keaman-an di daerah perjudian dan mendapatkan penghasilan yang cukup besar. Perjudian secara tidak langsung sempat meningkatkan pen-dapatan warga Cina Benteng Kampung Sewan. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan memanfaatkan perjudian dengan beker-ja sebagai kuli judi tidak ikut dalam permainan judi, sedangkan

Page 179: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

159

para pemasang judi umumnya berasal dari luar Kampung Sewan. Poh, menjelaskan:47

“Dulu waktu lagi rame judi di Sewan, saya kerja jadi semacem ke-amanan di sini, waktu itu sehari saya bisa ngumpulin duit paling dikitnya tigapuluhribu seharinya. Uang itu saya pake untuk sekolah sampe saya bias lulus SMA. Adik saya juga bisa saya sekolahin sam-pe lulus SMA juga. Cuma waktu judi udah dilarang dan banyak yang ditangkep polisi, ya saya kagak bisa dapet duit sebanyak dulu lagi.”

Perjudian yang sempat marak di Kampung Sewan rupanya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian warga untuk men-dapatkan pendidikannya, tetapi sebagian besar warga tidak dapat memanfaatkan hal tersebut. Banyak warga yang pada akhirnya justru menghamburkan uang tersebut untuk berjudi atau membe-lanjakan barang-barang konsumsi. Yap menjelaskan:48

“Dulu banyak yang juga yang gak mikir untuk dipake buat sekolah, sebagian kalo dapet duit dibelikan barang-barang. Ada yang beli mo-tor, dan macem-macem, malah banyak yang dipake untuk hal yang kagak bener dihambur-hamburin. Akhirnya sekarang ya kagak punya apa-apa lagi.”

Pemahaman atas bekerjanya hukum dalam masyarakat rupa-nya juga menjadikan Masyarakat Kampung Sewan Lebak tidak lagi berani secara terbuka melakukan perjudian seperti pada masa lalu. Perjudian yang marak di masa lalu, terhenti ketika pemerintah menerapkan aturan hukum yang tegas terhadap pelaku perjudian di Kampung Sewan Lebak. Masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan walaupun berada dalam kemiskinan akan tetapi masyarakat memahami larangan-larangan hukum yang diterapkan melalui su-rat kabar dan siaran radio dan televisi.

Hukum negara yang bekerja dalam masyarakat cukup mam-pu memberikan efek jera bagi masyarakat Kampung Sewan Lebak untuk menghentikan perjudian. Penerapan aturan hukum pidana bagi masyarakat untuk secara tegas di Kampung Sewan berkait

47 Poh, wawancara, Kampung Sewan, 24 Juli 2010.48 Yap, wawancara, Kampung Sewan, 24 Juli 2010.

Page 180: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

160

dengan bagaimana hukum mampu mengubah perilaku seseorang. Dalam hal ini hukum harus mampu mengubah sebuah perilaku yang bertentangan dengan hukum menjadi masyarakat yang patuh pada hukum. Hukum dalam hal ini menjadi sarana kontrol sosial. Sebagai sarana kontrol sosial hukum menghendaki sebuah peru-bahan sosial di masyarakat. Hukum sebagai sarana kontrol sosial tersebut menggerakkan berbagai aktivitas yang ada pada alat-alat kekuasaan negara.49 Hukum dengan alat kelengkapan negara yaitu aparat kepolisian telah berhasil menghentikan kegiatan perjudian secara terbuka di Kampung Sewan yang telah terjadi sejak lama.

Pemberantasan perjudian dapat disadarkan melalui pendidik-an, sebuah pendidikan yang menyadarkan arti penting hukum bagi masyarakat. Pendidikan yang rendah akan berdampak kepada pe-rilaku orang dalam masyarakatnya. Pendidikan akan berkaitan erat dengan adanya proses-proses perubahan sosial dalam masyarakat. Untuk dapat mengubah perilaku masyarakat dari perjudian maka pendidikan yang murah, terjangkau oleh masyarakat Kampung Se-wan Lebak mutlak diperlukan. Pendidikan bagi rakyat harus men-jadi prioritas utama bagi pemerintah. Pendidikan seharusnya tidak tercurah untuk kepentingan masyarakat yang memiliki daya beli, sehingga kemudian rakyat tidak dapat memenuhi terpaksa menye-suaikan diri dengan lingkungannya.50 Ia menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang tak berpendidikan yang akhirnya tidak dapat mengentaskannya dari kemiskinan yang membelit.

Bagi masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak kemis-kinan yang terjadi dapat dihindarkan dengan pendidikan yang terjangkau. Masyarakat yang hendak keluar dari belitan kemiskin-an dapat mengentaskan dirinya dan melakukan perubahan bagi dirinya dan keluarganya melalui pendidikan. Untuk itulah, maka pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat miskin Cina Benteng

49 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Suatu Tinjauan Teoritis serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, (Jakarta: Genta Publishing, 2009), hlm. 112.

50 Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan, Kajian tentang Pengetahuan tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam Membangun Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), hlm. 180.

Page 181: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kelima dinamika sOsial-ekOnOmi warga kampung sewan

161

Kampung Sewan Lebak adalah utama. Poh yang berpendidikan SMEA menjelaskan bahwa pendidik-

an yang ia peroleh merupakan pendidikan yang cukup tinggi bagi masyarakat Kampung Sewan. Ia cukup bersyukur memperoleh pendidikan hingga tingkat SLTA karena sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal di Kampung Sewan tidak mampu menca-pai pendidikan setingkat SLTA. Dengan bekal ijazah SLTA yang ia miliki ia pernah bekerja di pabrik aluminium yang terletak di Kampung Sewan juga. Ia menyadari walau berbekal ijazah SLTA tetapi untuk saat ini ia tidak mungkin memperoleh pekerjaan di sebuah kantor, dan ia tidak pernah membayangkan untuk dapat bekerja di sebuah kantor. Ia hanya melihat kemungkinan untuk bekerja sebagai buruh pabrik, tetapi ketika gaji yang diperolehnya sebagai buruh pabrik aluminium sangat sedikit kemudian ia me-milih untuk bekerja sebagai pedagang sabun keliling.

Poh menjelaskan51:

“Saya sulit untuk mencari kerja di kantor karena ijazah saya cuma SMEA. Saya pingin kerja di kantoran tapi saya sadar kenapa saya gak mungkin kerja begituan, saya cuma mikir bisa hidup aja. Ijazah saya yang SMEA susah cari kerja, akhirnya saya bisanya ya dagang sabun aja. Dulu pernah dagang bakso tapi bos baksonya bangkrut jadinya saya kerja pabrik, tapi karena saya cuma dapet dikit gak cukup buat idup, saya nyoba dagang aja jual sabun keliling. Buat yang gak mam-pu ada beasiswa tapi ada masalah lainnya juga. Sekolah itu kan pake biaya misal biaya transpornya. Nah kalau beasiswa kan cuma biaya sekolahnya aja, sedang biaya transpornya kan gak ditanggung. Biaya transpornya bolak-balik ke sekolah kadang juga gak sanggup dibia-yai oleh orangtuanya biar kata sekolahnya kadang digratisin. Sekolah gratis tapi orangtua gak sanggup bayar transpornya. Kadang misal pas lagi rame pesenan roti kalau bapaknya tukang roti atau kue bisa bayarin ongkos sekolahnya. Tapi pas lagi sepi pesenan kue wah susah banget untuk makan aja udah ngutang sana-sini. Sekolah tau kesu-litan siswa, kadang gurunya datang ke sini, tanya kenapa gak seko-lah udah beberapa hari ini? Tapi terus saya jelasin kalau gak sekolah karena gak punya ongkos buat bayar transpornya. Biaya transpor kadang dikasih sama guru tapi kan gak bisa tiap kali ngasih. Kita-

51 Poh, wawancara, 24 Juli 2010.

Page 182: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

162

nya yang mesti bayar kan? Nah itu beratnya kita sekolah kalau uang transpornya gak ada.”

Berdasarkan keterangan Poh tersebut, maka kesulitan sekolah tidak hanya menyangkut biaya pendidikan saja tetapi juga me-nyangkut biaya transportasi ke sekolah dan hal ini sangat bergan-tung dari sepi atau ramainya pesanan yang ada. Jika ada pesanan, maka hal ini berarti memberikan pemasukan terhadap keuangan keluarga. Keuangan keluarga sangat bergantung dari kelancaran perdagangan yang dijalani.

d. kEsimpulAnRendahnya pendidikan warga berdampak pada rendahnya

pendapatan ekonomi yang diperoleh. Kehidupan kehidupan sosi-al ekonomi warga yang terjadi pada masyarakat Kampung Sewan tidak berarti bahwa mereka tidak peduli dengan kondisi dan dina-mika sosial yang terjadi secara regional dan nasional. Penyerapan informasi melalui berita di surat kabar menjadi salah satu sumber untuk menyerap informasi yang terjadi. Tampak bahwa rendah-nya pendidikan formal tidak mengandung makna membuka keti-daktahuan atas peristiwa yang tengah terjadi.

Page 183: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKeenam

Hukum bisnis Pedagang keCil

A. pEndAHuluAn Metode etnografi hukum terhadap perilaku berbisnis mampu

menunjukkan sebuah norma-norma bisnis yang dijalankan oleh para pedagang komunitas Cina Benteng Kampung Sewan. Sebuah wawancara mendalam dilakukan terhadap para pedagang melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) serta pengamatan secara deskriptif terhadap subjek untuk mengetahui bagaimana pola dan norma bisnis yang mereka jalankan. Wawancara menda-lam dengan mencoba menggali apa yang subjek pahami tentang sistem dan norma berbisnis. Dari hasil wawancara mendalam serta

Page 184: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

164

pengamatan deskriptif tampak adanya model sistem bisnis, yaitu jual lepas ataupun titip jual yang dilakukan oleh para pembuat kue, para pedagang pengepul, juga para pengecer kue. Selain itu, pula tergambar model kontrak yang menjadi sebuah acuan dalam menjalankan hukum bisnis di antara para pedagang.

Hubungan bisnis yang dilakukan oleh masyarakat Cina Ben-teng Kampung Sewan umumnya hubungan non-kontraktual. Hu-bungan bisnis non-kontraktual adalah hubungan bisnis yang di-lakukan dengan tidak menggunakan perjanjian dalam pengertian kontrak bisnis modern yang menggunakan pasal-pasal dalam kon-trak secara tegas dan mendetail. Bisnis yang dilakukan oleh para pedagang kecil ini berdasarkan pada kesepakatan dan rasa saling percaya antara mereka dan mereka telah menjalankan cara berda-gang semacam ini sudah turun-temurun.

Hubungan bisnis non-kontraktual penting untuk dikaji karena sistem dagang semacam ini ternyata bisa melanggengkan perda-gangan di antara mereka. Penghormatan terhadap apa yang diper-janjikan dalam bentuk pengambilan barang yang harus dibayar di-pegang teguh, namun penuh fleksibilitas, dalam arti pembayaran atas barang tersebut boleh diundur waktunya, asal yang berutang tetap membayar. Sanksi atas keterlambatan itu hanyalah tidak di-izinkannya lagi mengambil barang sampai utang lunas terbayar. Penghormatan terhadap hak milik orang lain berupa barang yang diambil tetap diakui. Hal itu juga yang menyebabkan perdagangan menjadi langgeng.

Bagaimana mereka menyelesaikan masalah wanprestasi atau tidak membayar tepat pada waktunya, dan sengketa yang timbul serta faktor-faktor apakah yang menyebabkan hubungan bisnis non-kotraktual tersebut tetap berjalan, akan menjadi substansi po-kok dalam paragraf-paragraf berikut.

Bab ini akan membahas hubungan dagang yang berhubungan dengan sistem pembayaran, fungsi catatan bagi pedagang, sikap saling percaya dan saling memerlukan antara mereka, penyelesai-an wanprestasi dan sengketa.

Pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan menganggap

Page 185: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

165

bahwa catatan-catatan jumlah barang dan harganya yang mereka buat adalah bukti hubungan dagang mereka, seperti kontrak mo-dern yang mengikat para pihak. Ketidakpatuhan untuk membayar harga barang yang diambil mungkin saja terjadi, namun penye-lesaiannya dilakukan secara musyawarah. Bila kewajiban untuk membayar itu tidak dipenuhi, maka hubungan dagang itu ber-akhir dan pihak yang berutang tidak akan dipercaya lagi. Namun bila pengambil barang yang berutang membayarnya kemudian, hubungan jual beli itu berjalan kembali. Hubungan pembeli dan penjual pada umumnya berdasarkan saling percaya, karena ada hubungan keluarga atau sudah saling mengenal sejak lama dalam berdagang atau hubungan lain; dan karena saling membutuhkan.

B. JuALLEPASDANTITIPJuAL(KoNSINyASI) Perjanjian jual beli yang dilakukan oleh pedagang umumnya

dilakukan dengan dua cara, yaitu perjanjian konsinyasi dan per-janjian jual putus. Dalam perjanjian jual secara konsinyasi, pemba-yaran di lakukan menurut barang yang laku terjual. Dalam ba hasa masyarakat Kampung Sewan model konsinyasi dikenal dengan nama titip jual. Seorang pedagang menitipkan barang dagang-annya berupa kue-kue, keripik, dan sebagainya kepada seorang pengepul kue. Pengepul kuelah yang akan mendistribusikannya kepada para pedagang pengecer untuk diteruskan kepada konsu-men. Dalam perjanjian dengan cara titip jual ini pedagang penge-pul akan mengembalikan sisa kue yang tidak laku terjual kepada pedagang pembuat kue. Dalam perjanjian jual putus, pedagang pembuat kue akan menjual barang yang pembayarannya secara tunai atau belakangan. Tidak ada barang yang dikembalikan. Pe-ngepul kue menyatakan membeli semua kue yang dibuat oleh pe-dagang pembuat kue.

Tjun pembuat kue mengatakan, bahwa ia berdagang kue acap kali mengalami kerugian karena menjual kue kepada pedagang pe-ngepul dan bukannya kepada pedagang pengecer. Menjual kepada pedagang pengecer menurutnya lebih menguntungkan. Pedagang

Page 186: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

166

pengecer membayar semua kue yang telah diambil dari pembu-at kue. Akan tetapi tidak semua pedagang pengecer berhubungan langsung dengan pembuat kue.

Pedagang pengecer hanya membeli kue dari pembuat kue yang mereka kenal. Ia menjual kepada pengepul karena kue pasti akan diambil oleh mereka, tetapi mereka membayar yang terjual saja, yang tidak terjual dikembalikan.

“Kalau nempatin kue sama pengepul kue dia hanya mau bayar kalau kue yang dia jual laku. Kalau kue yang dia jual nggak laku ya kue yang kaga laku itu dibalikin lagi ke kita. Ini yang kadang buat kita sering rugi, karena modal buat kue kan juga lumayan gede. Kalau yang diba-likin sama pengepul banyak wah rugi kita”, kata Tjun.

Keadaan Tjun cukup menyedihkan, acap kali tidak mampu membuat kue, karena kekurangan modal. Usaha pembuatan kue yang seharusnya dapat menghidupi keluarga acap kali gagal. Ia

▶ Bisnis Kue Kampung Sewan (Sumber Dokumen Pribadi)

Page 187: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

167

terkadang meminjam uang dari pedagang pengepul. Pedagang pengepul memotong pembayaran kepada Tjun sebagai pelunasan utang.

Selain Tjun, Wie pembuat kue yang menjual kue dengan cara konsinyasi kepada pengepul, mengatakan:

“Saya buat kue lumpia goreng siang hari, dan malem saya setorin ke pengepul kue. Dia buka lapak di Pintu Air mulai malem sampe pagi sekitar jam enam. Siang kita dibayar berapa jumlah kue yang laku, yang kaga laku dia balikin. Kalau pas banyak yang laku kita untung, kalau banyak yang dibalikin kita rugi, apalagi kan kue itu nggak tahan lama”, katanya.

Tju juga termasuk pembuat kue menjual kuenya dengan kon-sinyasi kepada pengepul. Berbeda dengan pengecer, pengepul me-ngembalikan kue bacang yang tidak laku. Kalau banyak kue ba-cang yang tidak terjual, ia rugi. Tju menjual kue kepada pengepul, karena jumlah pengecer tidak banyak ia kenal.

Lauw juga pembuat kue yang menjual kue-kuenya dengan konsinyasi kepada pedagang pengepul. Lauw hanya akan menda-pat bayaran atas kue yang laku terjual. Dengan itu ia menghidupi tiga anggota keluarganya. Lauw membuat kue sejak sore hingga malam. Terkadang ada beberapa pedagang pengecer kue yang membeli kue darinya secara langsung.

Lauw bercerita:

“Saya jual kue malem yang saya buat sejak siang. Malem kita titip ke pengepul kue. Dia jual kue di sekitar Pintu Air 10. Kita dibayar kalau kue kita udah laku, kue yang nggak laku dibalikin. Kadang kalo ba-nyak yang kaga laku kita rugi mas. Saya juga jual kue ke pengecer tapi kaga nentu. Kalau pengecer kue yang dateng pada naek motor kan dia ambil pagi, dia bayar laku atau kagak, pokoknya dia ambil segini ya bayar sesuai yang diambil. Kalau kaga laku risiko dia.”

Begitu juga Kwe, pembuat dan pedagang keripik tempe, men-jual barang dagangan kepada pelanggannya secara titip jual (kon-sinyasi). Ia berkeliling menitipkan keripik-keripik tempenya pada warung-warung yang tersebar di Tangerang hingga Pasar Cengka-

Page 188: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

168

reng Jakarta Barat. Kwe mengeceknya dua hari kemudian. Diba-yar hanya keripik tempe yang terjual. Keripik tempe yang tidak laku ditarik dan dijual kembali di warung-warung kecil sekitar ru-mahnya dengan cara titip jual (konsinyasi) juga.

Kwe bercerita:

“Saya nitipin keripik ke warung-warung sekitar Tangerang, sampe Serpong terus ke Cengkareng. Dua hari lagi saya cek, mereka bayar yang laku yang kaga laku saya tarik, saya ganti sama keripik yang baru. Keripik yang saya tarik saya jual lagi ke warung sebelah rumah sekitar Kampung Sewan aja. Harga saya turunin”, kata Kwe.

Jak pengepul kue di Kampung Sewan menjual kue-kue kepada pengecer secara jual putus. Ia menerima kue dari pembuat kue untuk ia jual di Pasar Pintu Air 10. Kue yang ia ambil akan dihi-tung jumlah dan harganya, dan ia hanya membayar kue yang laku terjual. Kue yang tidak laku terjual akan ia kembalikan kepada pembuat kue. Dengan demikian, Jak melakukan dua sistem bisnis, ia menggunakan sistem jual putus kepada pedagang pengecer, se-dangkan terhadap pedagang pembuat kue ia menerapkan sistem jual titip. Jak selain menerima kue dari pembuat kue juga membu-at kue sendiri. Kue itu lalu diambil oleh pedagang pengecer kue. Kue yang ia buat sendiri cukup banyak.

“Saya juga terima kue dari pembuat kue. Lapak yang saya punya diisi dengan kue-kue yang saya buat sendiri, dan kue dari pembuat kue. Makanya kue saya cukup beragam. Saya bayar ke mereka hanya kue yang laku terjual. Yang nggak laku saya balikin ke mereka”, katanya.

Ia menggunakan sistem titip jual atau konsinyasi, karena ia melihat bahwa dengan sistem itu ia telah menolong para pembuat kue. Mereka tidak perlu mencari pedagang pengecer, cukup me-nitipkan kue pada lapak yang ia punyai. Ia berharap agar pembu-at kue membuat kue dengan kualitas yang baik. Kue yang dibuat dan dijual di lapaknya akan bersaing dengan pembuat kue lain-nya yang juga turut menitipkan kue padanya. Dengan pedagang pengecer ia menerapkan sistem jual putus. Penerapan dua model ini merupakan bentuk dari upaya seorang pedagang untuk mene-

Page 189: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

169

▶ Dalam sebuah dialog antar pedagang (Sumber: Dokumen Pribadi).

kan potensi kerugian bisnis yang ada. Posisi patron-klien tercipta dalam hubungan antara klien yang merupakan pedagang pembu-at kue miskin dengan seorang pedagang pengepul yang memiliki posisi kuat dalam mata rantai bisnis kue ini. Lemahnya posisi ta-war klien terhadap posisi patron yang memiliki jaringan distribusi kue yang sangat luas. Pedagang pembuat kue sebagai klien sangat membutuhkan seorang pengepul kue selaku patron dalam mendis-tribusikan kue-kuenya. Dari sisi optik seorang pedagang pengepul tindakan untuk menerapkan sistem titip jual bukanlah menekan posisi lemah seorang pedagang pembuat kue. Pedagang pengepul memiliki lapak dengan kue-kue yang ia buat sendiri. Ia membantu mendistribusikan kue yang dibuat pedagang pembuat kue dengan menyediakan sebuah tempat dalam lapaknya. Dalam hal ini, peda-gang pengepul berposisi sebagai penolong dalam mata rantai bis-nis kue Kampung Sewan. Hal ini ini diutarakan oleh salah seorang pedagang pengepul lainnya, yaitu Ahn dan Can.

Page 190: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

170

Ahn, pengepul kue yang lain, juga membeli kue dengan sistem titip jual dari pembuat kue yang menitipkan kue-kue kepadanya. Ia juga membuat kue sendiri cukup banyak dan masih ditambah pasokan kue dari pembuat kue.

“Saya buat kue beragam, banyak jenisnya dan semua kue yang saya jual itu rata-rata saya buat sendiri. Selain itu juga saya nerima kue dari para pembuat kue. Kue yang mereka kirim ke saya istilahnya nitip jualan. Saya nggak mungkin nolak, jadinya saya jual tapi saya hanya mau bayar ke mereka kalau kuenya laku, kalau kue yang kagak laku saya kembalikan. Yang repot juga kalau ada orang yang ngambil kue tapi dianya ngutang karena duitnya kepake buat keperluan, pa-dahal kan kuenya bukan kue saya tapi kue dari orang lain yang nitip kue. Ya saya mesti bayar dulu pake uang saya’, katanya.

Can, pedagang pengepul kue, membuka lapaknya di Pasar Pintu Air sejak pukul 23.00 sampai pukul 06.00 WIB. Pembuat kue menitipkan kue sore hari, dan jual pada malam hari di lapak yang ia miliki. Ia membayar kue yang laku, sedangkan kue yang tidak laku ia kembalikan.

Pembuat kue yang menitipkan kue padanya sesungguhnya di-untungkan karena mereka tidak perlu kesulitan mencari pengecer yang akan membeli kue mereka. Dengan demikian, ia memberikan ruang pada lapaknya bagi para pembuat kue, mereka kesulitan untuk menjual sendiri. Can menjelaskan:

“Saya nerima kue-kue dari orang-orang yang ngebuat kue di sini. Terus kue-kue itu saya jual di lapak punya saya. jadi mereka sore udah pada setor kue ke saya. Malemnya saya buka lapak terus kue-kue yang mereka titipin saya jual bareng dengan kue yang saya buat. Terus saya bayar kue yang laku aja, kalau nggak laku ya nggak saya bayar, saya balikin kuenya.”

Can menjual kue kepada para pengecer dengan jual putus, walaupun mereka membayar pada keesokan harinya. Ia sudah ke-nal baik mereka, pedagang pengecer membeli bukan menitipkan kuenya. Jual putus adalah di mana pembeli membayar seluruh barang. Pembeli tidak dapat mengembalikan barang yang tidak laku terjual. Jual beli putus ini barang antara pembuat kue atau

Page 191: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

171

pengepul kepada pengecer. Me salah seorang pembuat dan peda-gang kue lebih menjual putus kuenya kepada para pengecer. Kue-kue itu diambil pengecer dan harus dibayar seluruhnya.

Me pedagang kue yang menjajakan kuenya berkeliling kam-pung dan juga menawarkan kue dagangannya kepada para peda-gang pengecer. Pedagang pengecer mengambil kue dari Me de-ngan membayar seluruh kue keesokan harinya.

“Saya milih jual dengan cara jual putus soalnya kan saya bakalan rugi kalo ada kue yang sampe dibalikin. Modal buat kue kan lumayan gede, terus kalau kaga laku ntar sayanya gimana? Mereka ambil kue dan bayar semua kue yang diambil besoknya.”

San pembuat kue, dan menjual putus kuenya kepada peda-gang pengecer, pembeli membayar seluruh kue, tunai atau pada keesokan harinya. Kue yang telah diambil oleh pedagang pengecer atau pengepul tidak dapat dikembalikan.

San bercerita:

“Saya dalam sehari bisa buat sampe dua ratusan bapel, dan ntar ada yang ambil, biasanya sore ada yang dateng ambil kue saya. Nah ba-pel itu harus dibayar semuanya, laku atau tidak laku. Sayanya nggak mau rugi. Rugilah kalau saya mesti nerima lagi kue yang udah diambil mereka.”

Yan pedagang kue bacang menjual putus kuenya. Dengan sis-tem jual putus ia mengurangi kerugian jika ada kue yang tidak laku terjual. Kue yang diambil darinya harus dibayar pengecer se-luruhnya, walaupun keesokan harinya.

Umumnya kue bacang yang ia buat tidak tahan lama, kare-na kue bacang yang ia buat tidak mengandung bahan pengawet sama sekali sehingga jika tidak laku dalam waktu tiga hari, maka kue bacang tersebut akan bau. Kue bacang yang ia jual kepada para pedagang pengepul akan dibayar secara ambil putus, artinya bahwa bacang yang sudah diambil tidak dapat dikembalikan lagi. Beberapa pedagang pengecer terkadang juga mengambil bacang secara langsung darinya.

Page 192: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

172

Yan menceritakan:

“Kue bacang yang saya buat itu dibayar besoknya laku atau tidak laku dia mesti bayar semua bacang yang udah diambil. Rugi kalau saya nerima uang tergantung bacang yang terjual.”

Ia lebih menyukai berhubungan dengan pedagang pengecer dibandingkan dengan pedagang pengepul. Pedagang pengepul membayar bacang yang terjual saja. Pedagang pengecer akan membayar seluruh kue bacang yang diambil.

Eli pembuat ayam hip membeli ayam hidup dari pemasok de-ngan jual putus. Ia mengambil ayam dan membayar semua ayam yang diambil. Untuk mengatasi kerugian akibat ayam hip tidak laku, makanan itu diolah kembali menjadi ayam panggang. Ayam hidup tersebut ia potong kemudian dimasak matang.

“Tiap malem pemasok ayam datang nganterin ayam ke saya. Dia jual ayam hidup, terus saya sembelih, saya masak jadi ayam mateng. Istri saya yang ngebumbuin dan jam lima pagi saya nganterin ayam hip itu ke pelanggan saya. Kalau ada ayam yang nggak laku saya mesti muter otak gimana caranya supaya laku dan saya nggak rugi banyak. Saya masak lagi ayam hip tadi jadi ayam panggang.”.

Iyg, pedagang ayam hip membeli ayam hidup dari pemasok ayam dengan cara jual putus. Ayam yang ia beli ia bayar penuh pada keesokan harinya. Ia akan memasak ulang ayam yang tidak laku terjual dengan mengolahnya menjadi ayam panggang atau ayam goreng. Iyong menjelaskan:

“Saya kalau sore disetorin ayam, boleh bayarnya besok. Kalau tidak laku, saya buat aja jadi ayam panggang, saya jual lagi ke pelanggan saya di Jakarta”.

Iwi pedagang ayam, menyetor ayam hidup kepada para pe-dagang ayam hip. Ia menjual ayamnya secara jual-putus, artinya ayam yang dibeli oleh pedagang ayam hip akan dibayar seluruh-nya. Menurutnya jika ayam yang dijual kepadanya tidak laku di pasar, maka tidak dapat dikembalikan lagi padanya. Hal ini kare-na ia menjual ayam hidup, sedangkan ayam yang dijual kepada

Page 193: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

173

para konsumen di Jakarta d alam bentuk ayam yang telah dimasak dengan bumbu kuning (ayam hip).

Iwi menceritakan:

“Saya menjual ayam tidak mungkin kalau dibalikin lagi ke saya ka-lau ada yang nggak laku. Saya jual ayam hidup ke mereka, terus kan mereka masak ayam jadi ayam hip. Walau saya jual putus juga nggak minta uangnya langsung, tapi saya kasih waktu besoknya baru bayar.”

▶ Pedagang Kampung Sewan (Sumber: Dokumen Pribadi).

Sistem bisnis dengan menerapkan bentuk titip jual dan jual putus akan sangat bergantung dari hasil negosiasi antara peda-gang pembuat kue dan pengepul kue. Sebagian pedagang pembuat kue lebih memilih untuk membatasi hubungan bisnis dengan pe-dagang pengepul. Mereka lebih memilih untuk menjual kuenya secara langsung kepada konsumen atau melalui perantaraan peng-ecer kue. Pada sisi lain tidak semua pedagang mampu mencipta-kan hubungan bisnis dengan pengecer kue. Pengecer akan menjual kue dari pembuat kue jika tercipta hubungan saling percaya an-

Page 194: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

174

tara pembuat kue dan pengecer. Jika pembuat kue tidak mampu melakukan hubungan bisnis dan menciptakan rasa saling percaya dengan pengecer kue, maka pilihan terbaik adalah menghubungi pedagang pengepul untuk menitipkan kue-kue yang hendak mere-ka jual. Pada keadaan tertentu dapat pula seorang pedagang pem-buat kue yang memiliki kualitas tertentu dapat melakukan kontak bisnis dengan pengepul maupun pengecer sekaligus. Hal ini dapat terjadi jika kue yang ia jual diterima dan digemari oleh pasar se-hingga permintaan atas kue yang ia buat cukup tinggi. Jika hal ini terjadi maka ia akan menerapkan sistem jual putus baik kepada pedagang pengepul, maupun pengecer.

C. mAknA CAtAtAn sEBAgAi sEBuAH ikAtAn kontrAk Pada umumnya mereka melakukan hubungan bisnis tanpa

menggunakan perjanjian secara tertulis, tetapi hal itu tidak berar-ti bahwa mereka tidak mempunyai catatan. Mereka menekankan pada rasa saling percaya dan oleh karena itu catatan berperan-an penting untuk mengingatkan mereka akan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Mereka menggunakan catatan baik berupa buku notes, catatan pada lembaran-lembaran kertas, dan ada juga yang menggunakan kuitansi sebagai bukti pembayaran. Catatan-catatan tersebut memiliki fungsi sebagai pengingat sekaligus peng-ikat mereka.

Berdasarkan pengamatan terhadap pelaku bisnis Cina Benteng Kampung Sewan ini, kegiatan pembuatan kue, keripik, penjual sa-bun, dan lain-lain dilakukan tidak hanya di Kampung Sewan dan sekitarnya tetapi sampai jauh ke Cengkareng. Para pedagang itu saling mencatat barang yang diambil dan harganya, karena pem-bayarannya dilakukan belakangan. Namun ada pula pedagang yang membayar harga barang lunas seketika.

Lok menjelaskan, warga pedagang Kampung Sewan menjelas-kan:1

1 Lok, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, April 2007.

Page 195: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

175

▶ Warga Pedagang (Sumber: Dokumen Pribadi)

Kalo di sini pake kontrak jika ada jual beli tanah atau sewa, bahkan kalau di sini kan banyak bank gelap atau rentenir. Kita kalau pinjem uang ga ada tuh kontrak perjanjian pinjem uang. Paling cuma ngasih fotokopi KTP aja, atau paling banter kartu keluarga. Udah deh ntar nama kita dicatet, trus duit dikasih, nggak ribet. Kita juga gak mung-kin pinjem uang di bank, prosesnya ribet.

Penjelasan Lok tersebut menunjukkan adanya sebuah ikatan kontrak walau ia tak memahaminya. Kontrak berwujud catatan pinjam-meminjam yang dibuat oleh bank gelap atau rentenir me-rupakan sebuah kontrak yang dengannya ia menyetujui sebuah perikatan terjadi.

Poh, 30 tahun, seorang pedagang sabun telah berdagang sabun beberapa tahun. Ia berkeliling menawarkan dagangannya kepada masyarakat di sekitar Kampung Sewan Lebak. Acp mem-

Page 196: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

176

peroleh pasokan sabun dari seorang pedagang di Pasar Glodok, Jakarta. Ia melakukan hubungan bisnis dengan para pemasok di Pasar Glodok pada awalnya dengan cara melunasi semua sabun yang diambilnya. Setelah terjadi saling percaya di antara mereka, maka Poh diperbolehkan mengambil sabun dengan membayar be-lakangan setelah barang yang diambilnya laku terjual.

Poh mengambil sabun ke pedagang pemasok di Pasar Glodok umumnya satu minggu satu kali. Bisa lebih cepat dari itu, jika barang telah habis terjual. Mereka sepakat berapa jumlah barang yang diambil serta harganya. Pengambilan dalam jumlah tertentu akan dapat potongan harga (diskon) melalui tawar menawar. Pen-jual sabun akan mencatat berapa jumlah, jenis, serta merek sabun yang diambil, dan Acp pun juga mencatat hal yang sama.

Catatan-catatan yang mereka buat adalah dokumen yang pen-ting mengikat mereka. Ia jauh dari pemaknaan kontrak modern, tetapi walaupun demikian, ia mampu memahamai bahwa catatan yang dibuatnya dan yang dibuat pedagang sabun Pasar Glodok menjadi dasar bahwa telah terjadi kesepakatan jual-beli. Catatan itu juga menjadi pengingat akan jumlah barang dan harganya. Bagi pedagang sabun catatan ini sangat penting, karena pedagang pengecer sabun seperti Poh sangat banyak. Poh mengatakan:

“Saya nggak pernah pake kontrak karena saya kagak ngarti, tapi saya sih punya catetan kalo saya ngambil barang di Glodok. Kalo pada awalnya sih saya mesti bayar kontan semua barang yang saya ambil, tapi pas udah dipercaya saya boleh ambil barang ntar dicatet bera-pa jumlahnya juga harganya. Bayarnya pas udah laku kebayar. Saya datangin tokonya terus saya liat catatan yang ada nyocokin, jumlah barang, dan harganya yang harus saya bayar.”

Hubungan antara dirinya dengan pelanggan sabunnya di Kampung Sewan Lebak juga diikat oleh rasa saling percaya. Rasa saling percaya itu bisa terjadi karena mereka kenal sejak lama. Ia bersedia bila ada yang membayar barangnya belakangan. Ini khusus bagi toko yang ia pasok. Namun umumnya para pembeli perorangan membayar sabun secara kontan. Toko-toko membe-li sabun dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan pembeli

Page 197: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

177

perorangan untuk keperluan rumah tangga. Cara tersebut dilakukan juga oleh Kwe, 59 tahun, seorang pe-

dagang keripik tempe yang dibuatnya sendiri. Ia menjual tempe-nya kepada beberapa toko dan warung di sekitar Kampung Sewan hingga Pasar Cengkareng di Jakarta Barat. Ia membuat catatan-catatan jumlah dan harga keripik yang ditaruhnya di toko dan wa-rung dengan dasar kepercayaan.

Kwe mengatakan:

“Dalam dagang modal utama saya adalah saling percaya, walau gi-manapun kalau saya nggak percaya sama dia, saya nggak akan kirim barang ke pembeli.”

Kwe dan para pemilik toko atau warung sama-sama membuat catatan sendiri. Kwe mengirimkan keripik tempenya pagi hari dan sore hari. Ia dan istrinya dibantu oleh seorang pembantu menggo-reng keripik tersebut. Ia mengantarkan keripik berkeliling kepa-da langganannya dengan sepeda motor hingga Pasar Cengkareng. Toko atau warung pelanggan yang ia pasok membayar kripiknya setelah tiga hari. Dua hari kemudian ia akan datang kembali un-tuk mengecek berapa keripik tempe yang telah habis terjual pada toko atau warung tersebut. Pada saat ia menagih, ia mencocokkan jumlah barang dan harganya dengan catatan pemilik toko atau warung. Pedagang warung atau toko akan membayar berdasarkan catatan yang mereka buat.

Jika terdapat keripik yang tidak laku terjual, maka ia akan menggantinya dengan keripik tempe yang baru. Keripik tempe yang lama akan ia tarik kembali dari warung-warung sekitar Pa-sar Cengkareng dan dijual kembali di warung-warung kecil seki-tar rumahnya dengan harga yang lebih murah. Kepada toko atau warung di sekitar rumahnya ia meminta pembayaran pada hari berikutnya, bukan bayar kontan.

“Saya punya catatan berapa tempe yang saya taruh di setiap toko atau warung. Di situ saya bakal tau, di toko si A tempe saya ada segini, harga yang mereka harus bayar sama si A sejumlah sekian ada cate-tannya. Jadi kita nggak bakal lupa masing-masing, karena kita udah

Page 198: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

178

pegang catetan”, kata Kwe.

Catatan-catatan yang dibuat oleh Kwe dan toko atau warung langganannya menjadi bukti barang yang diambil. Walaupun tidak ada kontrak bisnis secara modern, tetapi catatan tersebut menjadi seakan-akan kontrak bagi para pihak. Mereka akan saling men-cocokkan jumlah barang dan harganya. Hal ini untuk mencegah ingkar janji dan sengketa.

Begitu juga dengan Eli, 41 Tahun, seorang pedagang makanan dari ayam dan kue-kue. Ia menjajakan dagangannya mulai kawa-san Tangerang hingga Sunter, Jakarta Utara dengan sepeda motor. Ia membuat catatan makanan dan kue-kue yang dititipkannya. Ia mendapatkan ayam potong segar dari pemasok, dan membuatnya jadi makanan. Makanan dari ayam itu dan kue-kue dibuat bersa-ma istrinya. Ayam ia dapatkan pada saat sore hari dari pemasok, kemudian ia masak dan keesokan harinya ia jual kepada pelang-gannya. Ia diperbolehkan membayar harga ayam kepada pemasok pada keesokan harinya, pada saat pemasok mengantarkan ayam baru. Ia telah dipercaya oleh pemasok ayam karena membeli ayam sudah lama dan kenal baik.

Ia berkeliling ke perumahan di kawasan Sunter menjajakan ba-rang dagangannya itu. Para pelanggannya dapat membayar secara tunai maupun pada esok hari karena mereka sudah dikenalnya.

Eli mengatakan dengan bahasanya yang lugu:

“Saya mengambil barang dari pemasok ayam. Dia kirim ayam hidup ke saya terus saya masak sendiri. Pemasok cuma kirim ayam aja. Dari pasokan ayam itu saya bayarnya nanti aja setelah makanan dari ayam kita laku dijual. Saya bisa begitu karena saya sudah kenal dan saya percayai. Saya sih punya catatan, jadi misalnya ada orang yang membeli tetapi bayarnya keesokan hari. Saya punya catatan berapa makanan yang diambilnya dan harganya. Besoknya saya tagih sesuai dengan catatan yang ada. Begitu juga hubungan saya dengan peda-gang ayam. Saya bayar ayam kalau makanan sudah laku. Saya dan dia punya catatan berapa ayam yang saya ambil, sehingga tau persis berapa yang mesti saya bayar.”

Page 199: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

179

Iyg, 51 tahun, seorang pedagang masakan ayam kuning (da-ging ayam yang sudah diungkep berwarna kuning). Ia menjajakan dagangannya hingga ke Jakarta dengan sepeda motor. Iyg menjual dagangannya berdasarkan percaya kepada langganannya. Begitu juga ayam yang ia peroleh dari pedagang ayam dapat ia bayar keesokan harinya.

Iyg memiliki catatan tentang ayam yang ia beli dari pedagang, begitu juga pedagang ayam memiliki catatan yang sama. Catatan di lembaran-lembaran kertas ini menjadi pegangan mereka. Catat-an berisi jumlah dan harga yang harus dibayarnya kepada peda-gang ayam.

“Saya punya catatan berapa dagangan yang dibeli pelanggan kalau bayar belakangan. Pemasok ayam walau kita saling percaya nyatat berapa ayam yang saya ambil, karena saya bayar ke pemasok ayam besoknya. Waktu saya bayar saya punya catatan, si pemasok juga punyakan? Kita tinggal bayar sesuai jumlah ayam yang diambil. Ada catatannya lengkap.”

Berdasarkan keterangan Iyg tersebut tampak bahwa hubung-an bisnis yang terjadi didasarkan pada rasa saling percaya, yang dilengkapi dengan catatan-catatan pengambilan barang. Catatan tersebut memiliki fungsi sebagai pengingat bagi mereka.

Begitu pula dengan Yap, seorang pedagang bubur ayam. Ia menjajakan dagangannya berkeliling pagi dan sore hari. Yap da-lam berdagang bubur ayam membutuhkan pasokan ayam potong dari pedagang di Pasar Lama Tangerang.

Yap mengatakan dalam suatu wawancara:

“Saya ambil ayam potong udah ada langganan di pasar, maka itu kita udah pasti udah disiapin. Nah biasanya sih kita karena udah saling percaya atau istilah kata udah dikenal, maka kita kadang udah ada jaminan pasokan ayam potong gitu. Cuma kalau harganya lagi mahal itu yang susah. Selain itu juga bayarnya juga kontan, cuma kadang karena udah langganan harga suka dimurahin, nggak seperti orang lain yang beli ama dia gitu.”

Pedagang ayam potong mencatat jumlah dan harga ayam po-

Page 200: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

180

tong yang diambil. Yap juga memiliki catatan jumlah dan harga yang harus ia bayar. Catatan-catatan itu ditulis dalam buku notes yang disimpan oleh istrinya. Keesokan harinya ketika ia membe-li ayam potong lagi ia membayar ayam potong yang kemarin ia ambil.

Icn, 49 Tahun, laki-laki, seorang pemilik usaha percetakan iklan dan brosur bagi pabrik cat di Tangerang dan Jakarta. Icn dalam berhubungan bisnis dengan beberapa pabrik tersebut tidak mem-buat kontrak. Karena ia mantan pekerja sebuah pabrik cat, perce-takannya dipercaya untuk mencetak.

Ia menerima order dari pabrik cat untuk mencetak. Icn mene-rima order pembuatan brosur cat secara tertulis terkadang secara lisan dari pabrik. Catatan ia buat untuk mengingat jumlah pesan-an, model brosur, serta harga yang harus dibayar oleh para pabrik cat.

“Kami memiliki catatan berapa jumlah barang cetakan yang harus kami buat sesuai permintaan mereka juga harga yang harus dibayar oleh pabrik cat tersebut. Tetapi walau ada catatan kan kami tidak bisa memaksa mereka untuk membayar tepat waktu, kita juga tahu kalau pasar lagi sepi, nggak mungkin bohong lah”, katanya.

Ong, 27 tahun, laki-laki, adalah seorang pedagang cakram game Playstation dan bensin. Ia telah berjualan sejak lama. Ia me-miliki catatan jumlah yang ia beli serta harganya cakram game dan bensin yang ia jual.

Ong membeli cakram game dari pedagang di Pasar Neglasari, kalau cakram game yang ia jual telah out of date atau ada yang rusak. Ia menyerahkan catatan cakram game yang ia perlukan dan pedagangpun menyerahkan barangnya kepada Ong.

Ong menyatakan:

“Saya sih ada catetan pas beli barang ke pasar, tapi biasanya sih saya pake kalau pas saya nggak punya uang alias ngebon, karena kan umumnya kalau beli barang beginian saya mesti bayarnya langsung. Kalau pas lagi duitnya kurang, ya ntar barang bawa aja dulu, tapi ya itu besoknya mesti bayar.”

Page 201: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

181

Dalam berhubungan dengan para pelanggannya, ia pun mem-berikan kemudahan, dalam arti boleh bayar belakangan. Hal ini bisa saja terjadi karena umumnya para pelanggannya adalah para tetangganya yang telah ia kenal dengan baik dan ia percaya.

Atas pertanyaan bagaimana kalau ada orang yang tidak mem-bayar barang yang diambilnya? Ong menyatakan:

“Saya kadang pernah ngalami hal itu, tapi jarang mas. Saya kalau ada yang begitu udah kenal sama orangnya. Rata-rata orang sini kan kita udah kenal, jadinya ya percaya kalau dia nanti pasti bayar.”

Jak adalah salah seorang pengepul kue yang menerima kue-kue dari para pembuat kue Kampung Sewan. Jak menjelaskan bah-wa terdapat dua cara penjualan. Pertama, dengan cara mengambil kue dari para pembuat kue dan membayarnya keesokan hari. Cara kedua adalah dengan membayar kontan pada saat kue diambil. Cara kedua ini lebih menguntungkan para pembuat kue, akan teta-pi umumnya cara pertama banyak terjadi, karena posisi tawar dari para pembuat kue yang lemah di hadapan pengepul. Keuntungan pembuat bahwa kue yang ada akan dibawa semuanya, akan tetapi kerugiannya bahwa hanya kue yang terjual saja yang akan diba-yar, sedangkan kue yang tidak terjual akan dikembalikan kepada pembuat.

Kue yang diambil beserta harganya akan dicatat, baik oleh pembuat maupun pengepul kue di sebuah buku. Catatan itu seba-gai pengingat telah terjadinya jual beli dan hak kewajiban mereka.

“Saya tidak dapat memaksa agar para pedagang kue itu membayar kue yang sudah diambil. Saya kadang kasihan karena mereka terka-dang punya kebutuhan rumah tangga, macem anak sakit, atau mesti bayar uang sekolah anaknya, macem-mecemlah. Saya juga nggak tega mintanya. Tapi walau gitu mereka umumnya akan melunasi utang kue yang udah diambil sama saya. Saya juga udah kenal baik dengan me-reka dan saya juga butuh mereka untuk masarin kue-kue saya ke Ja-karta. Kalau nggak ada mereka juga saya kerepotan”, kata Jak.

Ahn adalah seorang pengepul kue yang berjualan dengan membuka lapak di kawasan pasar Pintu Air 10. Kue-kue ia kum-

Page 202: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

182

pulkan dari para pembuat kue yang tinggal di sekitar Kampung Sewan. Selain itu ia juga memproduksi sendiri kue. Kue ia bayar setelah kue terjual kepada pedagang kue eceran. Kue yang tidak laku atau tidak terbeli oleh pedagang eceran menurutnya akan di-kembalikan kepada pembuat, dan ini adalah kerugian yang akan diderita oleh mereka. Ia terkadang juga mengalami kerugian ka-rena kue yang ia produksi sendiri tidak terjual di pasar oleh para pedagang pengecer.

Ia membuka lapaknya mulai pukul 23.00-06.00 WIB. Pada saat itu lapak kuenya didatangi oleh para pedagang kue eceran yang akan menjual kembali kue-kuenya hingga ke Jakarta. Kue-kue yang diambil oleh para pedagang kue eceran darinya ada yang membayar kontan dan ada pula yang membayar esok sore.

Para pedagang tersebut datang dari Tangerang, dan umumnya mereka memiliki catatan tentang berapa jumlah kue yang diambil dari Ahn. Ahn sendiri juga mencatat berapa jumlah kue yang di-ambil dari pembuat kue. Para pedagang kue eceran dengan Ahn hubungannya yang cukup erat, karena mereka telah saling menge-nal cukup lama dan saling percaya.

Ahn mengatakan, dalam suatu wawancara:

“Terkadang saya tidak dapat memaksa mereka untuk membayar se-cara tepat waktu kue yang mereka ambil. Saya tidak mungkin memak-sa karena terkadang uang yang seharusnya dibayarin ke saya dipa-ke untuk kebutuhan rumah tangganya yang mendesak. Pernah ada pedagang kue yang telat bayar, karena ia bilang anaknya sakit dan butuh biaya. Saya nggak sampe hati untuk maksa ia bayar, jadinya ya nanti kalau anaknya sudah sembuh baru dia bayar. Terkadang malah ada yang nggak bayar sama sekali, terus orang ilang aja. Ya saya ang-gep rugi aja, namanya juga dagang.”

Can, perempuan, bertempat tinggal di Kampung Sewan dan membuka lapak di Kawasan Pintu Air 10. Mata pencariannya se-bagai pengepul kue. Can memproduksi sendiri kue-kue yang ia jual di Pintu Air 10. Ia membuka lapak mulai pukul 23.00 sam-pai 06.00 WIB. Pedagang kue eceran yang akan menjual kue-kue-nya tersebut hingga Tangerang dan Jakarta. Kue-kue yang ia jual

Page 203: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

183

umumnya akan dibayar oleh para pedagang kue eceran pada sore hari selepas dagang atau keesokan harinya.

Ia membuat catatan-catatan dalam sebuah buku jumlah dan harga barang, macam kue, dan tanggal berapa pengecer harus membayar kue kepadanya, kalau tidak bayar kontan. Hal ini kare-na mengenal baik para pengecer tersebut.

“Saya punya catatan berapa banyak kue yang diambil, berapa har-ganya, besok dia mesti bayar kalau ngambilnya sekarang. Dia juga punya catatan berapa kue yang dia ambil. Jadi kita sama-sama enak-lah”, katanya.

Can, anak perempuannya, dan anak laki-lakinya bertugas un-tuk membuat kue mulai bahan baku hingga masak menjadi kue.

▶ Salah seorang pedagang dan puteranya (Sumber: Dokumen Pribadi).

Page 204: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

184

Suaminya yang menjual kue tersebut dengan membuka lapak di Pintu Air. Jika dalam keadaan ramai pesanan kue, ia dapat mem-peroleh pendapatan lima ratus ribu rupiah dalam satu hari, akan tetapi jika sepi ia terkadang tak mendapat penghasilan sama se-kali.

Begitu juga San, 38 tahun, perempuan, pembuat kue bapel yang menyetorkan kue-kue tersebut kepada pedagang pengepul di Pintu Air dan juga kepada pedagang pengecer langsung. San menjelaskan bahwa dalam sehari ia mampu membuat hingga dua ratus kue bapel. Kue-kue tersebut ia setorkan kepada pedagang pe-ngepul, tetapi beberapa di antaranya diambil langsung oleh para pedagang pengecer yang mengambil kuenya dan menjualnya di Jakarta.

San menjelaskan bahwa ia menggunakan sistem beli putus, artinya bahwa setiap orang yang mengambil kue darinya harus membayarnya secara tunai saat itu juga, bisa juga keesokan ha-rinya. Dengan demikian, kue yang telah diambil oleh pedagang pengecer kue tidak dapat dikembalikan padanya jika ada kue yang tidak terjual atau tidak laku di pasar. Ia menerapkan sistem beli putus karena ia takut akan kerugian yang cukup besar jika pe-dagang kue yang mengambil kue mengembalikan kue yang tidak laku sehingga ia rugi.

“Saya dalam sehari bisa buat sampe dua ratusan bapel, dan ntar ada yang ambil biasanya sore gitu, udah ada yang dateng ambil kue saya. Nah bapel itu mesti dia bayar, artinya kalau dia ambil kue dari saya ya harus dibayar, laku atau tidak laku. Itu risiko yang ambil kue dari saya, soalnya kalau ntar dia balikin kue karena nggak laku, saya rugi, sayanya nggak mau”, kata San.

“Saya kadang bolehin dia ambil kue dari saya bayarnya besok karena saya juga udah kenal sama yang ambil kue, saya mah udah percaya aja. Liat aja catetannya, saya punya catatannya”, katanya menjawab pertanyaan mengapa ia membolehkan langganannya tidak memba-yar kontan.

Hubungan saling percaya antara pedagang kecil Kampung Se-wan itu dapat dilihat juga dari pedagang ayam potong.

Page 205: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

185

Iwi, 67 tahun, laki-laki, sehari-harinya ia berdagang ayam po-tong. Ia menyuplai ayam potong kepada para pedagang keliling yang berjualan hingga ke kawasan Sunter Jakarta. Menurut Iwi, dalam sehari jika permintaan banyak bisa memperoleh pendapat-an kotor rata-rata sebesar lima ratus ribu rupiah. Ia menyediakan ayam potong yang kemudian akan diolah menjadi ayam kuning (ayam hip) oleh para pedagang pengecer langganannya.

Ia menjelaskan bahwa ayam yang ia setor akan dibayar ke-esokan harinya yaitu setelah ayam hip laku. Ia menagih mereka dengan catatan yang ia miliki.

“Saya sehari-hari masok ayam potong ke pedagang ayam kuning. Saya cuma masok ayam mentah aja, mereka yang masak ngebum-buin pake kunyit dan sebagainya sampe mateng dan itu yang dijual ke pelanggan. Saya biasanya minta mereka bayarnya keesokannya, sehabis makanan itu laku dijual. Tapi kadang juga kalau kagak laku saya kadang ngasih waktu bayar ayam potong yang udah mereka am-bil dari saya. Ayam hip yang tidak laku mereka jual lagi esok lusanya sebagai ayam panggang. Ayam kuning yang udah setengah mateng dibumbuin lagi terus jadi ayam panggang.”

Iwi mempunyai buku catatan mengenai jumlah dan harga ayam potong yang ia berikan kepada pedagang ayam hip.

“Bapak punya catatan?”

“Ya jelas, saya punya catatan tentang berapa ayam yang saya setor, terus berapa harga yang harus dibayar. Kan saya kagak inget berapa ayam yang udah diambil. Misal diambil lima atau sepuluh, saya catet jumlahnya, nama dia, terus harganya berapa. Dia juga tau berapa pa-saran harga ayam saat ini. Kalau dia nggak bisa bayar ya kasih tempo aja, kalau udah kagak bisa bayar banget ya kagak usah dikirim ayam lagi ke dia. Atau juga dikirim ayam tapi nunggu dulu sampe mereka bayar lunas ayam yang udah diambil” katanya.

Yan, 38 Tahun, adalah seorang perempuan penjual kue ba-cang. Yan sehari-hari membuat kue bacang, yaitu kue yang terbuat dari beras dan berisi potongan daging ayam di dalamnya. Dari hasil berdagang kue bacang tersebut, ia mendapatkan penghasilan

Page 206: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

186

rata-rata sebesar dua puluh lima ribu sampai lima puluh ribu ru-piah perhari. Yan menjelaskan pula bahwa kue yang ia buat akan disetorkan kepada pedagang pengepul kue yang berdagang di ka-wasan pintu air.

Kue bacang yang ia jual kepada para pedagang pengepul akan dibayar secara konsinyasi, artinya bahwa bacang yang tidak laku dikembalikan lagi. Beberapa pedagang pengecer terkadang juga mengambil bacang secara langsung darinya.

“Kue bacang yang saya buat itu dibayar besoknya sama pedagang pengecer, laku tidak laku. Rugi kalau saya nerima uang tergantung kue bacang yang terjual.”

Ia mempunyai buku catatan mengenai jumlah kue bacang yang diambil dan berapa harga yang harus dibayar kepadanya, serta tanggal pengambilan. Para pedagang pengecer juga memiliki catatan yang sama.

Begitu juga Lau, perempuan, 68 tahun, pedagang kue bacang yang sehari-hari membuat kue bacang yang ia jual kepada peda-gang pengepul dan pedagang pengecer secara langsung. Dari hasil berdagang kue-kue ia mendapatkan pendapatan kotor tiga puluh lima ribu hingga lima puluh ribu rupiah perhari.

Ia membolehkan para pedagang pengecer untuk membayar kuenya keesokan harinya. Hal ini ia terapkan pada pedagang yang telah ia kenal baik, dengan tujuan agar para pedagang pengecer tetap mengambil kue darinya. Kue yang diambil ia catat.

“Saya punya catetan berapa kue yang dibawa, kalau dia baru saya kenal saya minta dia bayar langsung, tapi kalau udah lama saya kenal dia saya kasih waktu besok harinya bisa bayar. Kadang juga pernah ada yang bayarnya telat, tapi masih tetep dibayar, alasannya ada yang uangnya kepake. Ya saya kasih waktu aja. Saya juga udah kenal dia, percaya kalau dia bakalan bayar, udah lama dagang.”

Yan dalam hal ini mencatat jumlah kue yang diambil baik oleh pengepul maupun oleh pengecer.

Tjun, 58 Tahun, laki-laki, pembuat kue di Kampung Sewan yang menjual kepada pengecer dan kepada pengepul kue. Ia sering

Page 207: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

187

kali menerima kembali kue yang tak terjual.

“Dalam sehari kita kalau dagang kue kadang dapetnya kagak nentu, pernah dapet empat puluh ribu, kadang dapet dua puluh ribu, malah pernah kadang kagak dapet sama sekali. Saya kadang sampe kaga dagang karena kesulitan modal. Masalahnya kita kalau nempatin kue sama pengepul kue dia hanya mau bayar kalau kue yang dia jual laku. Kalau kue yang dia jual nggak laku ya kue yang kaga laku itu dibalikin lagi ke kita. Ini yang kadang buat kita sering rugi.”

Tjun terpaksa menerima pembayaran hanya pada kue yang terjual oleh pengepul, karena posisinya lemah. Hal ini terjadi ka-rena ia tidak memiliki modal untuk membuat kue, sehingga ia me-minjam modal pada pengepul kue. Pengepul kue akan memaksa-kan kehendaknya kepada dirinya.

“Saya ada catetan, tapi mereka kan juga punya catetan berapa kue yang diambil, ntar kita cocokin berapa kue yang diambil, berapa yang laku terjual, dan berapa yang dibalikin lagi ke saya. saya sendiri udah kenal sama pedagang pengepul yang ambil kue saya, jadinya saya udah saling percaya ajalah kalau kue saya laku segini, kagak laku se-gini, balik segini”, kata Tjun.

Tjun tidak melakukan beli putus melainkan konsinyasi. Keter-gantungannya cukup tinggi kepada pedagang pengepul, karena ia sering kali menerima bantuan uang untuk modal pembuatan kue. Tjun harus mengembalikan utang tersebut.

Dalam hal ini, tampak bahwa pedagang pengepul di Pintu Air memiliki kekuatan dagang yang cukup dominan di Kampung Sewan, karena laku tidaknya kue ditentukan oleh pedagang pe-ngepul, dan ia adalah pemiliki modal yang cukup kuat. Bagi pem-buat kue yang memiliki modal yang cukup, maka ia berani untuk melakukan sistem jual-lepas atau kue yang tidak laku tidak dapat dikembalikan.

Me, 45 tahun, juga pedagang kue untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Me membuat kue sejak pagi hingga sore hari, dan setelah malam ia bersama suaminya meletakkan kue-kue tersebut pada gerobak kue untuk diangkut ke pasar Pintu Air. Di situ ia

Page 208: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

188

membuka lapak kue cukup besar, ketika pasar kue mulai dibuka pada jam 22.00, pedagang pengecer mulai berdatangan. Kue-kue tersebut dapat dijual secara eceran ataupun dalam partai besar. Kue-kue yang dijual umumnya akan dibayar secara kontan oleh para pendagang pengecer. Bila Me mengenal baik pengecer, mere-ka boleh membayar keesokan harinya.

Me menggunakan catatan untuk melihat berapa jumlah kue yang telah diambil oleh para pedagang kue tersebut. Pedagang ter-sebut akan membayar kue setelah mereka kembali dari berdagang di Jakarta. Kue yang telah diambil dari Me akan dibayar dan jika kue tersebut tidak dapat dibayar karena uangnya dipakai untuk kepentingan lain, Me terkadang masih memberikan kue dengan harapan mereka masih tetap dapat berdagang sehingga masih mampu mencicil utangnya.

Me menjelaskan pentingnya rasa saling percaya antara dirinya dan pengecer. Hal ini penting karena Me juga membutuhkan me-reka demikian pula sebaliknya. Kue yang terjual dapat saja tidak terbayar tetapi ia memilih untuk tetap berhubungan dagang kare-na ia masih melihat kesempatan membayar utang. Catatan yang dibuat Me menjadi alat bukti bisnis antara dirinya dan para peda-gang pengecer.

“Saya punya catetan untuk liat berapa barang yang saya ambil dari pembuat kue, selain itu juga ada catetan berapa barang yang diambil dari saya oleh para pengecer. Catetan itu tadi saya liat ntar dicocokin sama yang dibawa pengecer, kita sama-sama liat. Mereka kalau bayar mesti kontan dari saya, tapi kalau dia udah kenal baek, mereka boleh ambil dulu kuenya terus bayarnya besoknya. Jadi kita nggak kakulah”, kata Me.

Tian, perempuan, 60 tahun, pembuat kue, dari menjual kue ia memperoleh yang mendapat penghasilan kotor empat puluh lima ribu rupiah hingga enam puluh lima ribu rupiah sehari. Penghasil-an itu tak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, anaknya untuk memberikan uang baginya.

Kue-kue yang dibuat malam hari, diambil oleh pedagang pengecer di pagi hari esoknya. Pengecer tersebut membayar ke-

Page 209: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

189

tika mereka telah selesai menjajakan kue-kue tersebut. Umumnya mereka membayar pada sore hari. Terkadang ia setuju pembayar-an ditunda karena permintaan pengecer yang sudah dikenalnya. Ia memiliki catatan-catatan yang memuat transaksi kue yang di-lakukan. Catatan itu menjadi sangat penting, apalagi jika terjadi penundaan pembayaran.

Wie, 63 tahun, perempuan, pembuat kue. Ia bersama dengan suaminya telah membuat sekaligus menjual kue sejak lama. Wie menjelaskan pula bahwa kue yang ia buat sejak siang hari akan disetorkan kepada pedagang pengepul kue di malam harinya. Oleh pedagang pengepul kue-kue tersebut akan dijual di Kawasan Pintu Air mulai pukul 19.00-06.00 WIB. Menurut Wie, kue-kue yang ia setorkan kepada pedagang pengepul akan dibayar sesuai jumlah kue yang laku, sedangkan kue yang tidak laku dikembalikan.

“Saya buat kue lumpia siang, dan malemnya saya setorin ke pengepul kue, sama dia ntar dijual ke Pintu Air. Pengepul buka lapak mulai ma-lem sampe pagi sekitar jam enam, dibayar berapa jumlah kue yang laku, kalau yang kaga laku dia balikin. Kalau pas banyak yang laku kita untung, kalau banyak yang kaga laku kitanya rugi, apalagi kan kue itu nggak tahan lama”, katanya.

Kedudukan pengepul kue lebih kuat dibandingkan Wie pem-buat kue. Hal ini terjadi karena pedagang memiliki utang kepada pengepul.

Sistem pembayaran dengan konsinyasi dan pembayaran putus berlaku juga bagi pedagang lain yang berdagang bukan kue.

Tan, 40 tahun, laki-laki, pedagang minuman yang tinggal di Kampung Sewan Lebak. Ia memiliki seorang istri dan dua orang anak. Dari hasil berjualan minuman di dekat Kelenteng ia menda-patkan penghasilan sekitar lima puluh ribu rupiah perhari jika da-lam keadaan ramai, jika dalam keadaan sepi terkadang ia mampu mendapatkan penghasilan sebesar dua puluh ribu rupiah dalam satu hari. Menurutnya pendapatan sebesar itu tidak cukup untuk keluarga sehari-hari.

Ia berdagang sekitar pukul 09.00-16.00 WIB. Ia mendapat

Page 210: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

190

minuman botol dari pemasok atau sub agen yang mendatanginya untuk melever minuman botol yang ia jual. Ia membayar kontan, namun acap kali ia memperoleh kemudahan untuk membayar ke-esokan harinya atau selambat-lambatnya tiga hari setelah pengi-riman minuman. Harga yang dibayar tidak termasuk harga botol, karena botol telah ia bayar ketika pertama kali ia membuka usaha minumannya. Ia hanya membayar isi, sedangkan botol dikembali-kan. Minuman yang diambil dicatat oleh sub agen.

Jika ia terlambat atau tidak mampu membayar harga minum-an, ia diberikan kesempatan oleh sub agen untuk mencicil hingga lunas. Dalam masa mencicil itu ia tidak diberi minuman botol baru sampai semua cicilannya lunas.

“Kalau dagang minuman gini biasanya kita sih udah kenal baik ama sub agen minuman. Dia nyatet aja berapa pengambilan saya, tiga hari lagi dia biasanya balik kemari, untuk nagih dan mengambil botol ko-song”, katanya.

Hok, 46 tahun, laki-laki, pedagang ayam hip (ayam kuning) dan kue yang dibuat istrinya. Ia memperoleh ayam dari pemasok. Ia menggunakan sepeda motor hingga ke Jakarta, memperoleh penghasilan sekitar enam puluh ribu rupiah hingga seratus ribu rupiah perhari.

Pembayaran dilakukan pada saat ia telah kembali ke rumah sepulang berdagang. Jika tidak dapat membayar, ia dapat menun-da pembayaran, karena sudah saling mengenal sejak lama.

“Saya dapet ayam dari pemasok. Sorenya sambil dia nyerahin ayam pesenan saya, dia juga nagih ayam yang udah diambil kemaren. Saya kadang kala nggak bisa bayar uang tagihan dari pemasok ayam walau jarang. Kalau belum bisa bayar dia kasih tempo, kadang juga dicicil. Yang penting kita bisa lunasi. Dia bisa begitu karena kita kan udah saling kenal lama, dia udah masok ayam lama ke saya, jadinya ya kita saling percaya aja” kata Hok.

Hok mempunyai catatan jumlah uang ayam yang harus dise-tor kepada pedagang ayam.

Tek, 59 tahun, laki-laki, penjual mi yang jualan mulai pagi

Page 211: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

191

sekitar pukul 09.00 s/d 14.00 WIB. Mi ia peroleh dari pasar Tang-erang. Ia membayar mi keesokan harinya. Begitu juga mi, ayam, sayuran semacam sawi, minyak sayur, bumbu-bumbu. Ia bisa ba-yar belakangan keesokan harinya, karena sudah langganan dan dipercaya.

Ia harus membeli satu paket mi yang terdiri atas 30 (tiga pu-luh) gulung porsi mi basah seharga dua ribu seratus rupiah lang-ganan lama. Pembeli baru harus membeli mi dua ribu enam ratus rupiah pergulung. Ketika ia baru mengenal pemasok mi ia mem-beli dengan tunai.

Tek menjelaskan bahwa mereka masing-masing memiliki ca-tatan-catatan tentang jumlah gulungan mi yang dibeli untuk diba-yar keesokan harinya.

“Kita punya catatan berapa gulung mi yang diambil. Di situ juga di-catat jenis mi, karena mi kan jenisnya banyak, tergantung tepungnya ada yang pake tepung cap Semar, ada juga yang rada mahalan pake tepung cap Cakra Kembar, yang mahalan itu kalau pake mi cap Cakra Kembar. Mi pesenan nantinya bakalan dicatet, mau pake tepung jenis apa? Besoknya kita ambil berdasarkan pesenan yang udah dicatet tadi”, katanya.

Tju, 46 tahun, laki-laki, pembuat kue bacang sekaligus peda-gang, telah membuat bacang sejak belasan tahun yang lalu. Ia me-nitipkan kue bacangnya kepada para pengepul kue. Berbeda de-ngan pengecer, pengepul mengembalikan bacang yang tidak laku kepada pembuat kue. Pembuat kue rugi bila banyak kue bacang tidak terjual. Tju menjual kue kepada pengepul dan pengepul ke-pada pengecer.

Hubungannya dengan pengepul dan pengecer saling perca-ya. Walaupun demikian, ia mempunyai catatan buku kecil untuk mengingat transaksi. Jumlah kue, harga, serta tanggal pengambil-an. Tanggal pengambilan penting karena ia harus menagih harga kue yang diambil pengepul atau pedagang pengecer.

“Kita catet ada berapa yang diambil. Terus kita catet harganya, dia ambilnya kapan. Mereka juga punya catetan berapa kue yang mereka

Page 212: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

192

ambil, kapan ngambilnya, harganya juga. Ntar kan kita cocokin aja. Kalo belum kenal ama mereka ya kita minta bayar langsung, tapi ka-lau kita udah kenal dia bisa bayar besoknya, Kata Tju.

Cuan, 77 tahun, laki-laki, berdagang bubur sejak bebera-pa tahun yang lalu. Ia berdagang bubur sejak pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00 siang untuk menghidupi keluarganya. Cuan mempunyai catatan jumlah barang serta harga yang ia harus bayar keesokan harinya. Ia dapat mengambil bahan kebutuhan dengan membayar keesokan harinya, karena kenal pedagang sayur-bum-bu juga ayam di pasar sejak lama.

Cuan mengambil bahan-bahan kebutuhan dagang buburnya seperti ayam, sayur-sayuran dari pedagang di pasar Tangerang. Cuan mengambil barang dari pedagang langganannya.

Cuan bercerita bagaimana dia membeli bumbu-bumbu ayam:

“Kalau saya ambil barang, dia pasti nyatet berapa ayam yang saya ambil, lalu juga kalau sama yang jual bumbu-bumbu juga sama, mi-nyak juga, dicatat ntar pas mau kita bayar, liat catetannya berapa yang mesti kita bayar. Kalau pas ada uang bayar tunai aja, kalau lagi tidak cukup uang bayar belakangan.

Lauw, 68 tahun, perempuan, pembuat kue tinggal di Kam-pung Sewan Lebak. Lauw dan suami serta dua orang anaknya te-lah membuat dan berdagang kue cukup lama, lebih dari sepuluh tahun. Dari berdagang kue, ia mengaku memperoleh penghasilan rata-rata dua puluh ribu hingga empat puluh ribu rupiah perhari. Lauw mengatakan, bahwa dalam berdagang kue dengan para pe-dagang pengepul dan pengecer, mereka tidak selalu bayar kontan.

“Apa Ibu, memiliki catatan mengenai jumlah kue yang diambil?”

“Oh itu ada Mas, kalau kue yang diambil berapa ntar kita catet, nah kalau kue yang diambil mereka mesti bayar kan? Laku atau kagak tuh kue.”

Menurut Lauw catatan tersebut berisi jumlah kue yang diam-bil dan harganya. Ia menjelaskan bahwa harga kue beragam. Me-reka telah saling mengenal sejak lama.

Page 213: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

193

Liu, 38 tahun, perempuan, dengan dua orang anak dan suami. Ia pembuat kue lumpia, dan hasilnya antara dua puluh ribu hing-ga empat puluh ribu perhari. Lumpia yang diambil tidak selalu dibayar kontan, tetapi pembayaran dilakukan esoknya. Lumpia itu didagangkan sampai Tangerang dan Jakarta. Liu mengatakan:

“Kita punya catetan kue yang ia ambil dan harganya, macem kuenya kalau pas buat kue lebih dari satu macem tuh. Karena udah kenal saya mah percaya sama mereka.”

Jika terdapat pengecer baru yang hendak mengambil kue, ia meminta pembayaran pada saat kue diambil.

“Lumpia yang mereka ambil berapa pun pasti dibayar penuh sama mereka. Tapi bayarnya itu pas mereka pulang dagang dari Jakarta atau Tangerang.”

Sung, laki-laki, 42 tahun, pedagang gorengan yang menghi-dupi istri dan 4 (empat) anaknya. Pendapatan Sung sekitar Rp 35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah) perhari.

“Kalau harga minyak goreng stabil kita kadang bisa ambil barang dulu, bayar besoknya. Kita bisa gitu karena kita udah lama kenal sih sama yang dagang minyak di pasar.”

Jika harga berfluktuasi ia dapat mengambil barang dan mem-bayar belakangan.

Hok, laki-laki, usia 58 tahun, pedagang kue, dengan pengha-silan rata-rata sebesar dua puluh ribu rupiah perhari. Hok membu-at kue malam hari.

“Saya mengenal para pengecer kue yang pada naik motor ke sini tuh udah lama. Saya kenal mereka sejak saya mulai dagang kue. Nah ka-rena dah lama kenal itu saya percayalah sama mereka kalau mereka kaga bakal nipu gitu, maka saya kasih tempo aja bayar sore abis pu-lang dagang. Kue diambil dulu bayarnya ntar aja.”

Hok telah mengenal lama pedagang pengecer yang mengambil kue darinya. Ia percaya mereka akan bayar, karena saling membu-tuhkan. Pengecer membutuhkan pasokan kue dari Hok, dan Hok

Page 214: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

194

sendiri membutuhkan pedagang pengecer untuk menjual kuenya. Walaupun percaya, ia tetap punya catatan.

“Saya catet berapa banyak kue yang diambil, waktu bayar kita jadinya jelas. Kalau barang kaga laku tetep bayar. Kalau kita nitip ke bandar kue yang buka lapak di Pintu Air kita hanya dibayar yang laku aja kalau kaga laku ya dibalikin kue kita. Tapi enaknya sih dia bisa ngeju-al banyak, tapi kalau rugi juga lumayan banyak. Kalau pengecer kan kaga bisa banyak”, kata Hok.

Lin, 40 tahun, laki-laki, pedagang ayam bumbu kuning atau ayam hip. Lin memiliki istri dan empat orang anak. Penghasilannya rata-rata sebesar Rp45.000 (empat puluh lima ribu) perhari. Lin memperoleh ayam hidup dari pemasok yang memiliki peternak-an ayam. Ia membayar ayam yang diambilnya pada esok harinya, karena mengenal pemasok ayam sejak lama. Lin terkadang tidak mampu langsung membayar ayamnya, dan untuk itu sering kali ia diberikan penundaan pembayaran hingga ia memperoleh uang yang cukup. Ayam hip yang tidak laku ia bakar menjadi ayam panggang. Setelah ayam panggang tersebut laku terjual, ia mem-bayar ayam yang diambil dari pemasok.

Begitu juga Lin memperlakukan pengecer dengan pembayar-an belakangan. Dalam hal ini terkadang para pelanggannya di ka-wasan Kota Jakarta membayar keesokan harinya, karena sudah cukup lama dikenalnya.

Lin bercerita:

“Saya udah lama jualan ayam, dan saya dapet pasokan ayam dari pedagang pemasok ayam. Nah dia umumnya kalau sore ngirim ayam hidup, ntar saya sembelih terus ayam itu saya bumbu sendiri sama istri saya. Nah ayam hip itu saya jual pagi-pagi sekitar jam limaan saya udah berangkat ke Jakarta. Saya udah punya langganan di Jakar-ta. Kadang saya bilang ke pemasok ayam kalau saya belom bisa bayar karena ada yang belum laku, yang masok ayam ngertiin kok.”

Lin mencatat jumlah ayam yang diambil dan yang harus diba-yar keesokan harinya.

Page 215: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

keenam Hukum bisnis pedagang keCil

195

d. AnAlisis dAn kEsimpulAn Hasil penelitian sejak awal hingga akhir penelitian menun-

jukkan bahwa masyarakat menggunakan catatan-catatan jual-beli sebagai sebuah ikatan kontrak hukum di antara mereka. Tidak ada perubahan terhadap makna catatan sebagai kontrak yang meng-ikat para pihak. Apa yang dikatakan oleh Douglas North bahwa penghormatan terhadap kontrak dan pengakuan terhadap Hak Milik akan dapat mendorong berjalannya ekonomi, mendapatkan bentuk yang lain di kalangan masyarakat pedagang kecil Cina Ben-teng Kampung Sewan. Catatan-catatan sebagai fungsi pengingat dan pengikat bagaikan kontrak dalam sistem hukum yang modern. Catatan-catatan tersebut dipatuhi dan ada sanksi bagi yang me-langgarnya dalam bentuk tidak diperkenankan untuk mengambil barang, sampai harga barang yang lama belum dibayar lunas.

Catatan-catatan yang dibuat oleh para pihak tidak seperti kon-trak bisnis pada sistem hukum yang modern yang terdiri dari pa-sal-pasal tentang kesepakatan, tentang hak dan kewajiban, tentang peringatan dan sanksi. Namun dalam prakteknya catatan-catatan tersebut berfungsi sebagaimana kontrak modern. Penghormatan terhadap catatan-catatan tersebut dalam bentuk ketaatan untuk membayar utang menyebabkan hubungan bisnis berjalan sebagai-mana biasa. Bila satu pihak cedera janji dalam arti tidak memba-yar sama sekali, sanksi yang keras dan pasti berjalan pula, yaitu putusnya hubungan dagang. Pihak yang berpiutang tidak dapat ganti rugi, tetapi yang berutang tidak akan dapat menjalankan bisnisnya lagi, karena tidak dapat mengambil barang lagi. Adaka-lanya hal itu kedengaran kepada pihak lain dari mulut ke mulut, suatu sanksi sosial yang berat.

Mereka tidak mengetahui jual-beli dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seperti, Pasal 1457 yang berbunyi: “Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu meng-ikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan,” Pasal 1458 yang menyatakan: “Jual-beli itu dianggap telah terjadi di antara

Page 216: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

196

kedua bela pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun ke-bendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar,” dan Pasal 1465 yang menyatakan: “harga beli harus ditetapkan oleh kedua belah pihak. Harga beli namun itu dapat diserahkan kepada perkiraan seorang pihak ketiga. Jika pihak ketiga ini tidak suka atau tidak mampu mebuat perkiraan tersebut, maka tidak-lah terjadi suatu pembelian; tetapi tindakan mereka semua sama dengan pasal-pasal tersebut. Begitu juga dengan Pasal 1513 KUH Perdata yang berbunyi: “Kewajiban utama si pembeli ialah mem-bayar harga pembelian, pada waktu dan di tempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian,” dan Pasal 1514 KUH Perdata me-nyatakan: “Jika pada waktu membuat membuat perjanjian tidak ditetapkan tentang itu, si pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu di mana penyerahan harus dilakukan,” kewajiban pembeli sama dengan apa yang dikatakan pasal-pasal tersebut.

Hanya saja bagi mereka tidak berlaku Pasal 1234 KUH Per-data tentang penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tak dipe-nuhinya suatu perikatan. Mereka mempunyai aturan sendiri, yaitu mengurangi jumlah kue yang boleh diambil untuk dijual atau ti-dak membolehkan sama sekali untuk mengambil kue lagi, sampai utang dibayar lunas. Bila utang telah lunas, bisnis berjalan seperti biasa kembali.

Inilah yang dimaksud oleh Sally Falk Moore “Semi Autonomus Social Fields”, komunitas tersebut mempunyai aturan-aturannya sendiri dan dipatuhi oleh mereka, walau bagi mereka sebenarnya berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 217: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKetujuh

dinamika PenYelesaian sengketa bisnis Pedagang keCil

Penelitian melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap para pedagang yang pernah terlibat dalam sengke-ta bisnis adalah hal sukup sulit untuk dilakukan guna mem-

peroleh gambaran mengenai konflik yang pernah mereka alami. Jika pada wawancara untuk menggali makna-makna bisnis, norma bisnis yang dijalankan, para pedagang begitu mudah untuk men-jelaskannya. Pada wawancara secara mendalam terhadap konflik yang pernah dihadapi oleh para pedagang, mereka umumnya enggan untuk mengungkapkan konflik-konflik bisnis yang mere-ka alami. Sengketa adalah aib bagi pedagang, dan menceritakan aib kepada orang asing (etnografer) adalah hal yang tidak mudah

Page 218: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

198

dilakukan. Harmoni adalah tujuan hidup yang dijalankan, mence-ritakan aib dapat mengguncang tata nilai harmoni yang telah dija-lankan. Untuk itu diperlukan sebuah kesabaran dengan meyakin-kan subjek bahwa menceritakan ulang bukanlah bertujuan untuk mengguncang tata nilai, melainkan untuk memahami makna serta pola yang dihasilkan dalam sebuah proses penyelesaian sengketa. Bukanlah sengketa itu sendiri yang diutamakan melainkan proses-proses penyelesaian sengketa yang dianalisis dan dikaji.

A. TIDAKDAPATMEMBAyARPADAWAKTuNyA(WANPRESTASI)Para pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan meman-

dang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (wanprestasi) adalah suatu hal yang lumrah dalam berdagang. Begitu juga seng-keta yang kadang-kadang timbul dan akhirnya menderita kerugian adalah suatu hal yang biasa dalam berdagang.

Wanprestasi atau cedera janji, ketidaksanggupan pihak yang terikat dalam perjanjian untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain. Beberapa pedagang pernah wanprestasi atau gagal bayar ke-pada rekan bisnisnya. Jual-beli baik antara pembuat kue dan pen-jual minuman dengan pedagang pengecer dan pengepul, maupun antara pedagang pengepul dengan pedagang pengecer. Bagaima-nakah wanprestasi tersebut diselesaikan. Paragraf-paragraf berikut ini menguraikan bagaimana wanprestasi itu mereka selesaikan.

Poh, pedagang sabun menyatakan walaupun ia mencatat, te-tapi beberapa kali ia tidak mendapat pembayaran.

“Saya pernah nggak dibayar, alasannya warung lagi sepi, rugi juga itungannya. Tapi ya udahlah nanti kalau udah rame saya percaya dia pasti bayar, dan itu memang dia tepatin dia bayar juga walau juga kadang juga dicicil,” kata Poh.

Poh tidak memaksakan kehendaknya karena ia lebih meli-hat pada hubungan baik dengan pembeli. Ia lebih memilih untuk menunggu hingga rekan bisnisnya sanggup membayar. Karena ia membutuhkan pelanggan tetap. Jika ia memaksa, pelanggannya akan pergi dan tidak lagi membeli sabun darinya.

Page 219: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

199

“Wah kalau saya maksain pelanggan yang umumnya toko-toko, me-reka bakalan kagak beli sabun saya lagi, rugi ntar saya. mendingan saya tunggu aja. Ntar kan dia bayar. ngalah dikit tapi pasti dapet uang juga kok. Lagian kan mereka juga masih tetangga saya juga”, kata Poh.

Untuk mengurangi kerugian, ia mengurangi jumlah sabun kepada pelanggan tokonya. Kadang-kadang menunda pengiriman sabun baru hingga sabun yang lama dibayar lunas.

Kwe, pedagang keripik tempe, juga berlaku seperti Poh. Kwe pernah beberapa kali tidak mendapat pembayaran dari beberapa toko yang menjual keripik tempenya. Keripik tempe yang ia kirim hingga Jakarta beberapa kali tertunda pembayaran akibat sepinya toko. Kwe menganggap bahwa sepinya toko bukanlah diakibatkan oleh kesengajaan, melainkan lesunya kondisi pasar yang berdam-pak pada kelancaran usaha masing-masing toko. Kwe mengatakan:

“Saya cukup percaya aja. Saya nggak mungkin kirim barang kalau saya nggak percaya dia. Saya pernah nggak dibayar, dicurangi gitu, tapi itu namanya risiko dalam dagang. Semua pedagang pasti udah pernah ngrasain itu. Kalau udah begitu saya nggak kirim lagi ke dia, dianya yang rugi karena pasokan barang buat toko atau warungnya nggak ada lagi.”

Keripik tempe yang ia jual kepada pelanggannya menurutnya, lebih tinggi harganya dibandingkan beberapa pesaingnya. Ia juga khawatir pesaingnya akan merebut pelanggannya. Maka untuk mengatasi hal itu, jika ada pelanggan yang melakukan wanprestasi ia tidak serta merta melakukan penghentian pasokan.

Eli, seorang pedagang ayam kuning (hip) menjelaskan bahwa beberapa kali pelanggannya tidak membayar barangnya. Ia perlu menjaga hubungan baik dengan pelanggan yang ia datangi untuk ayam hipnya. Jika ia memaksa bayar ia mengkhawatirkan para pelanggannya akan beralih kepada pedagang lainnya. Eli menya-takan:

“Pelanggan pernah ada yang nggak bisa bayar penuh, nggak apa saya tetep dagang ama dia nanti barangnya saya kurangin. Saya baru kirim sesuai pesanan, sampe barang yang lama dibayar dulu.”

Page 220: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

200

Untuk itu Eli juga meminta penundaan pembayaran kepada pemasok ayam. Ini bisa karena Eli dan pedagang ayam kenal lama.

“Saya selalu dikirim ayam oleh pemasok, walaupun masakan ayam yang saya beli kemarin belum laku. Saya belum bisa membayar. Pe-masok ayam walau belum dibayar tetap percaya saya”, katanya.

Begitu juga Iyg pedagang ayam hip yang lain. Iyg menjelaskan:

“Saya udah lama kenal sama langganan-langganan saya, saya udah kenal banget gitu. Saya udah percaya aja sama mereka, orang udah langganan baek, masa iya kita nuntut mereka? Saya juga udah diper-caya juga sama yang masok ayam, kalau pas ada yang belum bisa bayar barang ambil dulu bayar belakangan.”

Iyg mengenal baik pemasok ayam dan pelanggannya. Ia tidak memaksakan menagih untuk menjaga hubungan baik dengan pe-langgan, hal ini berkaitan dengan kelangsungan bisnisnya. Men-jaga hubungan baik dengan menunda pembayaran, menurutnya akan lebih menguntungkan bisnisnya. Ia juga memiliki ketergan-tungan dengan pelanggannya, karena para pelanggan dapat ber-pindah kepada pedagang ayam hip yang lain.

Yap sebagai pedagang bubur ayam memiliki hubungan yang baik pemasok ayam di Pasar Lama Tangerang. Jika belum mem-bayar ayam yang diambilnya ia tidak bisa mengambil ayam baru sebelum ayam lama lunas.

Pada suatu saat ia pernah tidak dapat melunasi utangnya, maka ia meminta agar ayam potong yang telah ia beli dibayar dengan cara mencicil. Hal ini sangat jarang diberikan oleh pema-sok ayam kepada dirinya, karena pemasok harus melunasi ayam secara tunai kepada pedagang ayam besar. Jika harga melambung, maka ia tak diberikan kesempatan untuk mencicil ayam yang telah dibeli.

Icn pemilik percetakan menjelaskan bahwa hubungan baik dan saling percaya harus baik. Ia pernah mengalami pabrik tidak lagi mampu membayar biaya cetak brosur cat yang telah ia pro-duksi. Icn menjelaskan:

Page 221: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

201

“Saya sering telat dibayar, kadang empat bulan kemudian baru di-bayar. Kalo barang udah saya kirim ke pabrik cat, dan belum dibayar saya temui langsung temen saya itu. Kadang kala pabrik cat bayarnya pake galon cat, nah galon itu saya jual untuk biaya operasional per-cetakan.” Katanya.

Pembayaran dengan cat masih lebih baik dibandingkan jika ia menanti pembayaran dengan uang cash.

Begitu juga Jak pedagang pengepul kue yang mengalami kue yang ia jual acap kali tidak dibayar tepat waktu oleh pelanggan-nya, khususnya para pedagang pengecer yang mengambil kuenya di pasar Pintu Air. Para pedagang menggunakan dahulu uang hasil penjualan kue itu untuk keperluan keluarga yang mendesak, se-perti kebutuhan anak sekolah atau keperluan berobat.

“Saya nggak tega mintanya. Umumnya mereka melunasi utang kue kepada saya. Saya juga udah kenal baik dengan mereka dan saya juga butuh mereka untuk masarin kue-kue saya ke Jakarta. Kalau nggak ada mereka juga saya kerepotan, jadi saya nggak mungkin maksa.”

Ia melihat bahwa jika ia memaksa, pedagang pengecer itu akan beralih pada pengepul yang lain. Para pengecer diperlukan oleh pedagang pengepul, karena mobilitas mereka yang tinggi hingga mampu menjual kue itu hingga ke Jakarta. Menurut Jak, pedagang pengecer tidak akan menipu, karena akan terhenti pa-sokan kue dari para pedagang pengepul. Para pengecer akan ke-sulitan untuk mendapatkan pasokan kue, sedangkan berjualan kue adalah pekerjaan utama mereka.

Ahn pengepul kue yang lain mengatakan, pedagang pengecer diperlukan untuk memasarkan kue-kuenya. Jika pedagang peng-ecer meminta penundaan pembayaran, ia tidak dapat memaksa agar kue-kuenya dibayar lunas.

Sering kali para pengecer kue juga meminta pinjaman uang. Ia acap kali memberikan pinjaman kepada mereka. Jika penge-cer meminta pinjaman ataupun penundaaan pembayaran, ia telah mengenal dengan baik orang itu. Seorang pengecer pernah meng-

Page 222: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

202

ambil kue darinya dan melarikan diri, kue-kue yang diambil tidak pernah dibayar.

“Saya tidak dapat memaksa mereka membayar tepat waktu atas kue mereka ambil. Pernah ada pedagang kue yang telat bayar, karena ia bilang anaknya sakit dan butuh biaya. Saya nggak sampe hati untuk maksa ia bayar,” kata Ahn.

Ia mengenal pedagang pengecer di lapak miliknya, walau tem-pat tinggalnya ia tidak ketahui. Mengambil kue sejak lama, sehing-ga ia percaya. Kalau tidak dibayar, “itu risiko bisnis”, katanya.

Can pengepul kue mengambil kue dari para pembuat kue, juga membuat kue sendiri. Ia memasarkan kue-kue melalui perantara-an para pedagang pengecer yang datang pada lapak yang ia miliki di Pasar Pintu Air. Can sebagaimana Ahn juga sangat mengandal-kan para pedagang pengecer. Pengecer yang mengambil kue mi-liknya acap kali juga membayar terlambat. Bahkan ada pedagang kue eceran tidak membayar kue yang mereka ambil. Ia berhenti memberikan kue, sampai kue-kue yang mereka ambil dibayar lu-nas. Can menjelaskan bahwa kepada pedagang kue eceran yang baru ia kenal, Can mewajibkan bayar kontan saat kue diambil.

Pengecer mengambil kue darinya dan membayar pada ke-esokan harinya. Jika pengecer meminta penundaan pembayaran karena uangnya untuk keluarga yang sakit dan kebutuhan sekolah anak, maka ia memberikan penundaan pembayaran. Hubungan antara Can dengan para pelanggannya sudah cukup lama sehingga ia percaya.

Begitu juga San pembuat kue bapel yang menjual kue-kuenya kepada pelanggannya pedagang pengecer. Pengecer mengambil kuenya pada sore hari untuk dijual ke pasar-pasar kue disekitar Tangerang dan Jakarta dengan membayar tunai. Perhari rata-rata dua ratus kue ia buat. Kadang-kadang pengecer menunda pemba-yaran. Ia menunda memberikan kue yang baru, sampai kue yang lama lunas dibayar.

“Saya dalam sehari bisa buat sampe dua ratusan bapel, dan sore ada yang dateng ambil kue saya, harus dibayar semuanya laku atau tidak laku.”

Page 223: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

203

Ia tidak menjual kuenya kepada pedagang pengepul, karena sebagian besar pedagang pengepul kue memilih untuk membayar hanya pada kue yang terjual. Jika terdapat kue yang tak laku ter-jual, maka kue itu akan dikembalikan kepada pembuat kue.

Iwi peternak ayam, dan menjual ayam potong. Setiap ayam potong yang ia setor akan dibayar keesokan harinya yaitu setelah laku. Ia menagih pedagang ayam potong eceran berdasarkan catat-an yang ia miliki. Menurutnya penjualan ayam di Jakarta sangat ramai. Persaingan di antara para pedagang pengecer ketat, sehing-ga terkadang pedagang pengecer meminta penundaan pembayar-an. Iwi mengatakan:

“Saya sehari-hari masok ayam potong ke pedagang ayam kuning. Saya cuma masok ayam mentah aja, nanti mereka yang masak ngebumbuin pake kunyit dan sebagainya sampe mateng dan itu diju-al ke pelanggan. Saya biasanya minta mereka bayarnya keesokannya, sehabis ayam kuning itu laku dijual. Tapi kadang juga ayam yam itu kagak laku dijual secara langsung makanya saya kadang ngasih waktu supaya mereka ada waktu untuk bayar ayam yang udah mereka ambil dari saya. Biasanya sama mereka kalau ayamnya belum laku diju-al, mereka ngejual lagi ayamnya esok lusanya tapi dengan cara jual ayam panggang. Ayam kuning yang udah setengah mateng dibumbu-in lagi terus jadi ayam bakar, kadang setelah itu baru laku dijual, baru sorenya mereka bayar ke saya.”

Ia meyakini keterlambatan pengecer untuk membayar ayam potong padanya lebih disebabkan oleh lesunya pasar, dan bukan diakibatkan oleh kesengajaan.

Yan pembuat kue bacang, menjual kuenya kepada pengecer yang datang kerumahnya. Para pengecer itu membayar kontan atau membayar pada keesokan harinya. Semua kue bacang yang diambil tidak dapat dikembalikan.

Jika kue bacang dikembalikan karena tidak laku, ia akan mengalami kerugian. Oleh karena itu ia menjual kue bacangnya kepada pedagang pengecer. Umumnya jika bacang dijual ke pe-dagang pengepul, mereka hanya membayar kue yang laku terjual saja.

Page 224: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

204

Yan menyatakan:

“Bacang yang saya buat ini ramenya kalau ada perayaan Sejit atau Imlek. Tapi kalau pas lagi sepi kadang permintaan sepi banget, ya kalau hari biasa tetep laku cuma ngak banyak. Kue bacang yang saya buat umumnya ada yang ngambil ke sini, biasanya para pedagang yang nantinya ngejual kue bacang sampe ke Tangerang atau bisa juga kadang sampe Jakarta. Nah bacang saya, dibayar besoknya. Dia mesti bayar semua bacang yang udah diambil, laku tidak laku.”

Ia juga pernah mengalami pedagang tidak membayarnya se-cara penuh. Ia tidak menyerahkan kue bacang yang baru, sampai hutangnya lunas.

Tian, pembuat kue mengatakan, kue-kue dibuatnya malam hari, akan diambil oleh para pedagang pengecer di pagi hari untuk dijajakan di sekitar Kota Tangerang dan Jakarta. Umumnya mere-ka membayar pada sore hari. Tian menjelaskan pula bahwa terka-dang ia menerima penundaan pembayaran karena alasan-alasan tertentu, seperti kebutuhan berobat.

Dalam hal pengecer belum membayar, ia tidak menyerahkan kue baru, bila belum dibayar lunas.

“Kalau ada yang tidak bayar bagaimana Ibu memintanya?” “Kalau ada yang nggak bayar kita nggak ngasih dulu kue ke mereka, ntar kalau udah dibayar baru deh kita setor lagi kue ke mereka. Biasanya me-reka kagak ada yang sampe kabur, ambil terus lari kagak bayar. Dia juga yang ntar rugi, kan dia mesti dagang ambil kuenya bagaimana?”

Ia juga pernah mengalami pedagang tidak membayarnya se-cara penuh. Ia tidak menyerahkan kue bacang yang baru, sampai hutangnya lunas.

Tian, pembuat kue mengatakan, kue-kue dibuatnya malam hari, akan diambil oleh para pedagang pengecer di pagi hari untuk dijajakan di sekitar Kota Tangerang dan Jakarta. Umumnya mere-ka membayar pada sore hari. Tian menjelaskan pula bahwa terka-dang ia menerima penundaan pembayaran karena alasan-alasan tertentu, seperti kebutuhan berobat.

Tian menjelaskan bahwa dalam hal pengecer belum memba-

Page 225: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

205

yar, ia tidak menyerahkan kue baru, bila belum dibayar lunas.

“Kalau ada yang tidak bayar bagaimana Ibu memintanya?”

“Kalau ada yang nggak bayar kita nggak ngasih dulu kue ke mereka, ntar kalau udah dibayar baru deh kita setor lagi kue ke mereka. Bi-asanya mereka kagak ada yang sampe kabur, ambil terus lari kagak bayar. Dia juga yang ntar rugi, kan dia mesti dagang ambil kuenya bagaimana?”

Tan pedagang minuman botol mengatakan, bahwa jika mi-numan botol tidak laku terjual, ia diberi kesempatan hingga batas waktu kedaluwarsa minuman botol tersebut, untuk ditukarkan de-ngan minuman botol baru. Tetapi ia tidak pernah menjual minum-an botol sampai kwdaluwarsa karena terjual semuanya. Menurut-nya jika ia terlambat atau tidak mampu membayar minuman botol yang ia ambil, ia boleh mencicil sampai lunas.

Tan bercerita:

“Kalau dagang minuman gini biasanya kita sih udah kenal sama sub agen. Botol-botol yang kosong diganti botol baru. Dia nyatet aja be-rapa botol saya ambil, tiga hari dia biasanya balik untuk nagih. Kalau lagi ada duit saya bayar langsung, kalau lagi tidak ada, bayar bela-kangan.”

Hok pedagang ayam hip, juga pernah gagal membayar kepada pemasok ayam potong langganannya. Pemasok ayam potong akan mengirimkan ayam sesuai dengan kebutuhan pedagang ayam hip yang berkeliling. Jika pedagang ayam hip tidak membayar ayam potong yang diambilnya, ia dapat membayar belakangan, karena sudah kenal lama.

“Sore biasanya sambil dia nyerahin ayam pesenan saya, dia juga na-gih ayam yang udah diambil kemaren. Saya kadang kala nggak bisa bayar walau itu jarang. Dia kasih tempo, bisa juga dicicil, yang penting kita bisa lunasi. Dia bisa begitu karena kita kenal lama. Dia udah ma-sok ayam lama ke saya, jadinya kita saling percaya.”

Hok mengatakan, bahwa ayam hip yang dijual kepada pelang-gannya di Sunter juga terkadang membayar keesokan harinya.

Page 226: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

206

Menurut Hok pembeli ayam hip pelanggan di Sunter terkadang dengan alasan atau majikannya sedang pergi dan tidak meninggal-kan uang, pembayaran ayam hip tertunda sampai keesokan hari-nya. Hal tersebut biasa terjadi.

Tek pedagang mi, begitu juga pernah tidak membayar tepat pada waktunya. Ia dapat membayar dengan mencicil karena ia telah mengenal si pedagang mi. Selama masa mencicil ia tidak dapat memesan mi. Tek membeli mi basah sebagai bahan utama makanan mi di pasar Tangerang.

Tju pedagang kue dan pembuat kue bacang, pernah menga-lami pedagang pengecer tidak membayar kepadanya.

“Kadang anak sakit, atau biaya anak sekolah. Tapi kalau sampe kabur tidak ada. Kalau ngutang, tidak boleh ambil sampe dibayar lunas …”. Katanya.

Menurut Tju, ia dan pedagang pengecer telah berkenalan cu-kup baik. Beberapa kali ia membolehkan pengecer untuk memba-yar kue bacang pada sore harinya.

Lau, pembuat dan pedagang kue, pernah mengalami kue tidak dibayar tepat waktu. Ia memberikan kesempatan pengecer mem-bayar keesokan harinya. Jumlah kue yang diambil dianggap terju-al dan tidak dapat dikembalikan lagi kepadanya.

“Saya kaga tega maksa dia, katanya dipake berobat karena anaknya sakit. Biasanya kalau nipu sih nggak, cuma ya itu tadi dia minjem uang dulu buat berobat”, kata Lau.

Ia membutuhkan pedagang pengecer karena pengecer lebih menguntungkan, karena menjual kue secara beli putus. Ia terka-dang tidak dengan seketika menghentikan pasokan kuenya, tetapi terus mengirimkan kuenya agar si pedagang pengecer memiliki uang untuk membayar utangnya. Jika telah diberikan waktu tetapi tak juga membayar, maka ia akan menghentikan pasokan kuenya.

Ia menjual juga kue kepada pedagang pengepul. Pengepul ha-nya akan membayar kue yang laku terjual. Kue yang tidak terjual akan dikembalikan kepadanya.

Page 227: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

207

Liu pembuat kue lumpia, yang menjual lumpianya kepada pe-dagang pengecer. Pengecer pernah meminta waktu untuk mem-bayar uang kue lumpia kepadanya. Ia meminjam uang tersebut untuk keperluan membayar uang sekolah anaknya. Juga ada yang untuk keperluan berobat.

“Saya pernah didatengi sama orang yang ngambil kue. Dia harusnya bayar kue kepada saya, tapi dia bilang kalau uangnya mau dipinjem dulu, soalnya anaknya mesti beli buku buat sekolah. Ya kita kaga tega Mas, soalnya kita juga butuh dia buat dagang masarin kue-kue kita. Kalau udah gitu ya saya kasih aja, dia juga pasti bayar kok, nggak akan kabur, orang kita sama-sama saling butuh. Itu juga nggak ba-nyak yang gitu, ya ada satu dua orang aja, dan juga nggak tiap hari Mas”, ungkapnya.

Lin pedagang ayam kuning, acap kali ia tidak dapat meminta pembayaran kontan dari pelanggannya. Pelanggannya yaitu para ibu rumah tangga di Jakarta, yang umumnya menyerahkan uang pembelian kepada para pembantu rumah tangga mereka. Pemban-tu rumah tangga tersebut tidak diberikan uang dan ia kembali ke-esokan harinya.

“Saya udah punya langganan di Jakarta, kadang saya bilang ke pema-sok ayam kalau saya belom bisa bayar karena ada yang belum bayar kepada saya. Nah yang belum laku kadang juga karena pembantu langganan saya itu lupa kagak dikasih uang jadinya ya baru dibayar besoknya.”

Ia akan membuka catatan, berapa orang yang belum memba-yar pada hari ini, dan kemudian akan menagihnya pada keesokan harinya. Dalam hal ini, ia lebih menjaga hubungan baik dengan para pelanggannya yang telah ia kenal sejak lama.

Hok, pembuat kue, menjual kuenya kepada pedagang peng-ecer yang datang mengambil kue-kue. Hok pernah mengalami pengecer tidak membayar kue-kue tepat waktu.

“Namanya dagang ada aja melesetnya, pernah ada yang lewat waktu, harusnya hari ini dia bayar karena kan kemarin dia udah ambil kue, tapi dia nggak ngasih uangnya. Dia minta waktu untuk bisa bayar se-

Page 228: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

208

minggu, katanya uangnya mau dipake buat anak sakit. Saya kasih aja waktu, saya yakin dia pasti bayar, dan dia bayar sih. Pernah juga ada yang kaga bayar terus kabur kaga balik, rugi saya kalau udah begini. Kalau ada yang begini ya udah saya nggak akan kasih dia ambil dari tempat saya lagi.”

Sung pedagang gorengan memperoleh bahan mentah seperti pisang, singkong, tahu, tempe, dari pedagang pasar yang telah ia kenal sejak lama. Ia pernah tidak dapat membayar tepat waktu ke-pada pedagang di pasar Pintu Air karena kenaikan harga minyak goreng dan cabai rawit. Kenaikan harga itu menjadikan pengha-silannya menjadi berkurang. Ia boleh membayar dengan mencicil, karena sudah kenal lama.

“Saya udah kenal baik, kalau lagi kepepet ya kitanya sering dikasih tempo bayar besok. Kalau sampe nggak bisa bayar juga paling banter kita nggak boleh ambil bahan lagi. Ntar kalau udah dilunasi pelan-pelan dia kasih saya ambil barang lagi”, katanya.

Cua pedagang bubur ayam, pernah terlambat membayar ayam yang diambilnya.

“saya dagang bubur udah lama, kalau saya biasanya ambil bahan-bahan misalnya ayam, terus bumbu-bumbu ambilnya dari pasar ka-rena udah kenal baek dengan yang jual. Pas saya kaga bisa bayar, pernah kejadian, saya minta waktu supaya bisa bayar besok atau pa-ling lambat dua tiga hari deh. Dia umumnya pasti ngasih.”

Kalau belum membayar hutangnya, ia tidak akan dapat mene-rima bahan baku bubur ayam.

Wie pembuat kue lumpia pernah tak dibayar oleh pengepul.

“Kalau yang ambil kue pengecer kita kasih tempo waktu bayarnya, pas dia meleset bayar kita juga rugi sebetulnya. Nah kalau udah gitu kita kasi waktu aja, dia ntar bayar tapi telat.”

Me pembuat dan pedagang kue mengatakan:

“Kalau mereka kagak bayar mereka pasti punya alesan nggak kabur gitu aja, saya belum pernah ngalamin sih yang ngabur gitu aja. Dia kagak bayar, dia nggak saya kasih kue dulu sampe tuh kue dibayar.

Page 229: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

209

Tapi kadang kalau dia kagak bayar dia kagak dapet kue, terus dia nggak bisa dagang bukan? Nah terkadang mending dia tetep dikasih kue tapi jumlahnya dikurangin aja. Dia bisa dagang sambil uangnya untuk nyicil utangnya. Nah kita kan punya catetan berapa utang dia ke kita, tar tinggal diperhitungkan aja berapa utangnya juga berapa kue yang diambil sama dia selain yang belum dibayar.”

Para pedagang pengecer kue jika mengalami keterlambatan pembayaran akan diberikan waktu untuk memenuhi kewajiban-nya. Jika tidak membayar sama sekali, maka ia tidak akan mem-perbolehkan mengambil kue darinya lagi.

Tjun pembuat kue pernah tidak dibayar kuenya oleh pengepul tepat pada waktunya. Ia memberikan waktu pada pedagang pe-ngepul supaya bisnis jalan terus. Mencari pedagang pengepul yang mau menjual kue yang ia buat sedikit sulit.

Lau pembuat kue menjual kue-kuenya kepada pedagang peng-ecer dan pedagang pengepul. Pernah seorang pedagang pengecer yang mengambil kue tidak membayar tepat pada waktunya.

“Kalau pengecer yang naik motor ambil kue, kitanya seneng karena kue dibayar putus, semua yang diambil harus dibayar. Tapi kadang kala juga pernah ada yang telat bayarnya. Ya kita kasih waktu, orang kita juga butuh dia.”

Kwe pembuat keripik tempe tidak mengirimkan barangnya, jika pemilik warung atau toko belum membayar keripik yang se-belumnya diambil. Kwe untuk sementara menghentikan pasokan keripik tempe. Bila mereka telah membayar, kembali ia mengirim-kan kripiknya. Kalau sama sekali tidak bayar, pasokan berhenti selamanya.

Kwe menjelaskan:

“Saya akan liat dulu kenapa ni toko kaga bayar keripik yang saya ki-rim. Biasanya kan alesannya toko atau warung lagi sepi jadi dia nggak bisa bayar langsung. Saya kasih kesempatan untuk bayarnya nanti. Nah kalau dia udah pas bayar, saya kirimin lagi. Kalau dia sampe kaga bayar alias nipi, wah kaga bakalan saya kirimin lagi kripiknya”.

Eli, pedagang ayam hip mengatakan, bahwa pelanggannya ti-

Page 230: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

210

dak berniat untuk menipu, tetapi terlambat melakukan pembayar-an. Eli menjelaskan:

“Saya tetap mengirimkan ayam walaupun belum bayar, hanya jum-lahnya aja saya kurang. Kalau dia udah bayar penuh, saya kirimin lagi seperti biasa.”

Jika Eli kehilangan pelanggan, ia mengalami kesulitan dalam bisnis.

Iyo, pedagang ayam hip, begitu juga. Ia tetap mengirimkan ayam kepada para pelanggannya dengan harapan para pelanggan-nya tidak meninggalkan dirinya dan berpindah pada pedagang ayam hip yang lain. Iyo menjelaskan:

“Saya kan udah kenal baek dengan para pelanggan saya, nah kalau ada yang telat bayar saya tetep kasih waktu buat dia bayar. Ntar saya bilang ke yang masok ayam kalau uangnya baru besok dibayar. Saya datengin besoknya dia udah kasih uang buat bayar ayam ke saya. Kalau udah sering nggak bayar atau sering telatnya saya kurangin aja ayamnya atau bisa juga saya kaga kasih dulu. Ntar kalau udah lancar baru saya kirimin seperti biasa.”

Jak pedagang pengepul kue, beberapa kali tidak menerima pembayaran kue dari pedagang pengecer yang mengambil kue da-rinya.

“Saya sih udah kasih waktu buat bayar, tapi saya kan nggak bisa mak-sa, maka itu saya kasih waktu lagi. Nah kalau dia nggak bisa bayar lagi saya tahan aja dulu supaya dia nggak ambil dulu kue dari saya. Kalau udah ngelunasin, saya kasih ambil kue lagi.”

Ahn pedagang pengepul kue, ia menceritakan, pedagang pengecer pernah tidak membayar kuenya secara tepat waktu sesu-ai kesepakatan, maka ia akan tidak akan memberikan untuk meng-ambil kue darinya. Ia pun pernah mengalami kerugian di mana se-orang pedagang pengecer tidak membayar kue yang telah diambil dan berlaku curang. Pedagang tersebut menghilangkan diri tanpa pernah kembali untuk membayar harga kue.

Can pengepul kue, memberikan waktu kepada pedagang peng-

Page 231: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

211

ecer untuk melunasi pembayaran kue. Selama kue yang diambil belum terbayar, pengecer tidak bisa mengambil kue darinya. Bila sudah dibayar, barulah dapat mengambil kembali kue.

San pembuat kue bapel menjelaskan, bahwa ketika terja-di wanprestasi, ia memberikan kesempatan batas waktu terten-tu membayar utang kue padanya oleh pedagang pengecer yang mengambil kue padanya, dan menghentikan sementara pasokan kue kepada pengecer tersebut.

Ia menghentikan pasokan kue tersebut karena ia tidak ingin menglami kerugian lebih besar, selain itu pula dengan menghenti-kan sementara pasokan kue, ia memberikan kesempatan melunasi utang kue terlebih dahulu sehingga beban utangnya tidak bertum-puk. Jika kue telah dibayar lunas, maka ia akan memberikan paso-kan kue seperti biasa. San menjelaskan:

“Saya sih tahan dulu nggak ngasih kue ke orang yang ngutang kue itu ke saya. Ntar kalau pas udah selesai dia lunasin ya saya kasih lagi seperti biasa. Cuma kalau ada yang nggak bayar sama sekali terus ngabur atau ngilang sayanya rugi.”

Iwi pemasok ayam bagi para pedagang ayam hip keliling men-jelaskan bahwa ketika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pedagang ayam keliling, maka ia memberikan waktu kepada pe-dagang pengecer untuk membayar kewajibannya. Ia tidak akan memaksa kepada mereka membayar karena ia masih membutuh-kan mereka, pedagang ayam keliling. Ia masih memasok ayam, te-tapi jumlahnya dikurangi. Jika pengecer ayam hip telah membayar lagi, ia memasok ayam hip lagi kepada mereka kembali.

“Kita kan udah kenal satu sama lain, jadinya ya saya tetep setorin ayam ke dia, kalau dia ada yang belum bisa bayar ya ntar kita kasih, cuma jumlahnya aja paling kita kurangin. Kalau dia udah bayar lunas ya kita setor lagi ayam seperti biasanya. Biasanya dia kita setor dua puluh ya kita setor lagi dua puluh gitu.”

Yan pembuat kue bacang, tidak akan memberikan kue bacang lagi kepada pedagang pengecer, bila mereka belum membayar utangnya. Jika bacang telah dibayar lunas, maka ia akan mema-

Page 232: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

212

sok kembali bacang yang ia buat kepada para pedagang pengecer.

“Bacang yang udah diambil sama mereka ya mereka kan mesti bayar, kalau kaga bayar ya nggak saya kasih lagi. Selama mereka belum ba-yar ya saya nggak setorin bacang lagi. Kalau udah dibayar utangnya, ya saya kasih bacang lagi seperti biasanya.”

Begitu juga Lau pembuat kue pernah mengalami wanprestasi di mana seorang pedagang pengecer yang mengambil kue darinya tidak membayar kepadanya. Ia akan menghentikan pasokan kue kepada pedagang pengecer tersebut, dan menyetor kembali kue-nya jika kue yang lalu telah dibayar penuh.

“Saya kan kadang nggak tega maksa mereka untuk bayar sekarang, ya saya kasih waktu aja buat ngelunasin. Nah selama dia ngutang itu ya sementara saya tahan dulu nggak saya setor kue dulu. Ntar kalau dia udah bayar lunas utang kuenya ya tentunya saya kasih lagi seperti biasa. Saya juga butuh mereka, karena saya yakin mereka juga nggak ada niat untuk nipu. Selain itu, juga saya kan ga mau rugi banyak Mas”.

Lau tidak akan menghentikan pasokan kue seterusnya, karena hubungan dengan pedagang pengecer telah terjalin dengan baik.

Sama juga dengan Tjun pembuat kue, ia akan tetap mengi-rimkan kue kepada pengepul yang terlambat membayar. Banyak sekali pembuat kue yang menyetor kue kepada pedagang penge-pul. Kedudukan pedagang pengepul lebih kuat dari dirinya. Berhu-bungan dengan pedagang pengecer lebih menguntungkan.

“Saya nggak mungkin Mas nggak ngirim kue ke dia. Kalau kita bisa punya pembeli dari yang ngecer kue enak kitanya. Nah ini kan saya cuma bisa ngirim kue ke lapak di pintu air. Saya nggak mungkin nggak ngirim kue, sayanya yang rugi. Ngirim aja kadang rugi, kalau bren-ti ngirim saya dapet duit dari mana? Kalau dia nggak bayar ya saya cuma bisa nunggu aja, besoknya dia juga bayar.”

Tju tidak dapat mencari pembeli dari para pedagang peng-ecer. Pedagang pengecer sesungguhnya memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan pedagang pengepul.

Me pembuat kue, tetap mengirimkan kue, tetapi mengurangi

Page 233: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

213

jumlahnya, bila belum dibayar. Kalau pedagang pengecer memba-yar kue yang telah ia ambil darinya, maka ia akan kembali mema-sok kue dengan jumlah seperti biasa. Ia membutuhkan pedagang pengecer.

“Saya sih tetep ngirim, cuma jumlahnya aja saya kurangin. Nah kalau dia udah bayar ya dia boleh ambil kue seperti biasanya. Saya nggak mungkin nahan kue saya supaya mereka kaga boleh ambil sama se-kali. Saya takut kalau dia brenti dagang malah dia kaga bisa dagang lagi, utangnya dia ke saya gimana? Maka itu saya tetep kasih kesem-patan aja buat dia ambil, hanya jumlahnya aja dikurangin nggak kaya biasanya.”

Begitu juga Tia pembuat kue yang lain, akan menghentikan pasokan kue untuk sementara waktu hingga pedagang pengecer melunasi kue sebelumnya. Jika kue telah dilunasi, maka ia kemba-li memberikan kue. Hubungan bisnis yang telah berjalan terhenti sementara sebagai bentuk sanksi yang diterapkan oleh pembuat kue kepada pedagang pengecer.

“Saya sementara nggak ngasih kue dulu ke mereka, karena kan mere-ka belum bayar. Tapi itu kan sementara aja. Kalau dia udah bayar ya saya kasih lagi kue seperti biasanya. Saya juga nggak berani ngasih kue dulu soalnya saya takut rugi.”

Wie pembuat kue begitu juga, akan tetap memberikan kesem-patan kepada pedagang pengecer untuk mengambil kue, tetapi jumlah kue dikurangi, sebelum utang dibayar lunas. Ia juga takut kehilangan pelanggan yaitu para pedagang pengecer.

“Saya sih nggak akan maksa mereka harus bayar tanggal segini, saya kasih kesempatan dulu aja. Ntar kan dia bayar juga. Waktu dia ngu-tang itu saya juga masih tetep aja setorin kue atau dia boleh ambil kue dari saya. Jumlahnya aja dikurangi. Kalau dia udah lunasin ya ntar saya kasih lagi seperti biasa. Saya nggak akan nahan kue saya, soalnya kalau saya tahan saya juga kasihan takut mereka kagak bisa dagang lagi dan lari dari saya ke lain pembuat kue.”

Wie mengutamakan tetap berhubungan dengan pedagang pengecer. Pedagang pengecer lebih menguntungkan dibandingkan

Page 234: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

214

dengan pedagang pengepul. Cara berdagang seperti itu juga dija-lankan pedagang lain.

Tan pedagang minuman tidak akan mendapat kesempatan untuk membeli minuman dari agen minuman, bila ia masih mem-punyai utang. Pasokan botol minuman yang ia terima akan di-hentikan hingga ia melunasi utangnya. Ia dapat kembali pasokan minuman jika ia sudah membayar lunas. Tan mengatakan:

“Saya sih jarang nunggak karena namanya minuman tuh cepet laku-nya, nggak kayak makanan. Jadi kalau saya sampe nggak bisa bayar itu jarang banget. Minuman itu rata-rata habis dalam dua sampe tiga hari, jadi minuman yang ada sama kita tentunya udah langsung bisa kita dapet duitnya dan langsung kita bisa bayar ke agen. Nah pernah sih sekali udah lama telat bayar aja saya, ya dia nggak ngasih dulu sementara tapi abis itu kan saya minta keringanan supaya minuman botol tetep dikirim alesannya buat bisa dagang. Ya dikasih juga sama dia Mas. Cuma aturannya kalau sampe bayarnya lambat atau lama dia nggak ngasih kiriman lagi, kalau udah lunas dia kirim lagi ke kita.”

Tan dalam hubungan bisnis ini akan mengutamakan hubung-an baik dengan pedagang pemasok minuman botol.

Hok, pedagang ayam hip tetap mendapatkan pasokan ayam tetapi jumlah ayam yang ia terima dikurangi, sampai utang diba-yar lunas. Ayam yang belum terbayar ia boleh membayar secara mencicil. Jumlah ayam yang dikurangi hanya ketika ia membayar cicilan.

“Saya kan udah berhubungan baik dengan pemasok ayam yang tiap sore ngirim ayam kemari. Saya kalau nggak bisa bayar saya minta penundaan dulu deh, kalau bisa ntar saya cicil. Dianya sih ngasih, dan ia tetep ngirim ayam ke saya, nah jumlahnya aja dikurangin nggak banyak kaya biasanya. Kalau udah bisa bayar penuh ya dagang biasa lagi, dia ngirim lagi banyaknya seperti biasa.”

Tek seorang pedagang mi ayam, baru dapat mengambil mi seperti biasa, kalau utang sudah dibayar lunas.

“Kalau kita belum bayar yang lama kita nggak boleh ngambil mi dulu. Kita sih boleh nyicil kok bayarnya, tapi ya itu tadi biasanya sih keba-

Page 235: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

215

yar. Nah ntar kan kalau udah kita lunasin kita boleh ngambil mi lagi. Kadang kalau dia lagi baek kita bisa minta supaya dia ngasih mi ke kita, ya jumlahnya kurangin deh. Soalnya kalau kita kagak dapet mi kan susah juga jadinya. Gimana kita bisa dagang?”

Tju pembuat kue yang menjual kuenya kepada pengepul, per-nah mengalami ia tidak dibayar pada waktunya. Ia tak memiliki pilihan, selain menunggu pelunasan kue yang laku. Kue yang di-ambil oleh pedagang pengecer harus dibayar semuanya. Ketika kue tidak dapat dibayar, maka ia menyetop pengecer mengam-bil kue sementara waktu. Jika kue telah terbayar, pengecer dapat mengambil kue darinya.

“Saya sih paling banyak kan ngirim kue ke pintu air. Nah sebagian diambil walau nggak banyak sama yang ngambil kue naik motor. Dia ambil kue bayar lunas besoknya. Kalau lagi nggak bisa bayar ya kasih aja kue, bacang, tapi jumlahnya aja saya kurangin. Kalau nglarang nggak boleh sama sekali, sayanya juga rugi. Saya butuh mereka. Ntar kalau udah dilunasi jumlahnya saya balikin lagi. Misal dia ambil dua puluh lima, saya kasih dulu aja sepuluh, lima belas. Ntar kalau udah lunas saya kasih lagi dua puluh lima.”

Cua pedagang bubur ayam, ia juga tidak dapat mengambil bahan-bahan untuk sementara, sebelum utangnya lunas. Khusus untuk ayam hidup ia membayar ayam tersebut kontan atau mem-bayar belakangan. Larangan untuk mengambil ayam ia terima, hingga harga ayam ia lunasi. Jika harga ayam telah dilunasi, ayam hidup akan ia terima kembali.

“Kalau ambil ayam sih harusnya bayar lunas, tapi kalau kita dah kenal baik kadang suka dikasih ambil dulu. Nah kalau kita nggak bisa bayar besoknya ya kita nggak boleh ambil ayam lagi sementara sampe kita bayar lunas.”

Hubungan bisnis akan berjalan normal, ia dapat mengambil ayam kembali bila ayam yang lebih dahulu diambil telah diba-yar lunas. Sanksi larangan mengambil ayam cukup berat, karena membuatnya tak dapat berdagang.

Lw pedagang kue begitu juga cara berdagangnya. Ia mem-

Page 236: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

216

berikan kesempatan kepada pengecer kue untuk mengambil kue dengan jumlah yang ia kurangi, sampai utangnya dilunasi. Jum-lah kue yang ia kurangi dengan maksud lebih meringankan beban pengecer serta menekan kerugian yang ia terima. Selain itu seba-gai sanksi kepada pengecer, maka ia memberi kue kembali sesuai jumlah biasanya.

“Kalau ada yang utang dulu abis ngambil kue kan saya kaga tega, misal buat keperluan keluarga. Nah kalau dia bayarnya telat saya bi-asanya nggak kasih, tapi kalau udah kenal suka saya tetap kasih aja kue. Jumlahnya aja kita kurangin, itu juga kalau kita kenal. Kalau yang ngabur ngambil kue terus kaga bayar, kalau datang lagi ya saya nggak kasih.”

Liu pembuat kue lumpia, ia memberikan kesempatan mencicil bagi pengecer atau membayar belakangan. Ia tetap memberikan kue kepada pedagang pengecer yang telah ia kenal dengan tujuan memberikan kesempatan berdagang terus. Kue yang ia serahkan akan dikurangi jumlahnya, walau demikian pedagang pengecer masih tetap bisa berjualan.

“Saya sih nggak tega kalau nggak ngasih waktu. Kalau saya kenal dia ntar saya kasih kue tetep. Jumlahnya aja kita kurangin, kalau udah ntar dibayar lunas ya kita kasih lagi kue kaya biasanya aja. Saya mikir kalau nggak dikasih kuenya ntar dia dagangnya gimana? Kasihan juga.”

Sun pedagang gorengan, mempunyai kesempatan melunasi utangnya. Barang-barang yang ia beli dari pemasok seperti pisang, singkong, ketela dan sebagainya akan dibayar secara mencicil dan jika ia tidak mampu memenuhi cicilan, maka ia akan menerima sanksi penghentian pasokan bahan baku. Jika ia sudah membayar, ia diperkenankan untuk mengambil kembali bahan baku yang ia butuhkan.

“Saya karena udah kenal baek aja, jadi kadang kalau pas lagi sepi saya boleh ambil dulu. Nah kalau pas lagi nggak ada duit ya saya be-berapa kali dibolehin buat nyicil dikasih tempolah. Kalau udah nggak bisa bayar sama sekali ya saya brenti dagang. Ntar kalau udah dilu-nasin pas saya ada duit ya boleh ambil lagi.”

Page 237: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

217

Hok pembuat kue begitu juga, memberikan tempo pembayar-an utang. Hok mengurangi jumlah kue hanya kepada pedagang kue yang ia kenal secara baik. Jika pembayaran telah dipenuhi pengecer boleh kembali mengambil kue-kue darinya seperti biasa.

“Kalau saya nggak ngasih semuanya juga nggak tega juga, kalau emang saya kenal baek saya tetep kasih, cuma jumlahnya kita ku-rangin aja. Sebetulnya dengan cara seperti itu artinya kita juga no-longin dia supaya tetep dagang. Jumlahnya aja yang berkurang, ntar kalau udah dilunasin ya kita kasih seperti biasa. Kalau yang ngambil tapi nggak balik-balik alias nggak bayar sama sekali terus ngabur ya nggak akan saya kasih lagi kue … kalau dia datang.”

Hok menghentikan total pasokan kue jika pedagang pengecer yang datang padanya tidak membayar sama sekali kue yang telah diambil. Pengecer itu melarikan diri.

Lin pembuat ayam hip (ayam kuning) pernah mengalami tidak dibayar oleh pelanggan ayam hip yang ia datangi pada waktunya. Ia menerima pembayaran pada hari lain yang dijanjikan kepada-nya. Ia tetap memberikan pasokan ayam hip kepada para pelang-gannya, tetapi jumlahnya dikurangi. Ia tidak memutus hubungan dengan para pelanggannya, karena ia juga memerlukan mereka.

“Saya nggak mungkin kan mutus hubungan dengan pelanggan saya. saya tetep aja kirim ayam ke dia, jumlahnya aja kadang dikurangin, misal dia biasa ambil sepuluh, saya kasih lima atau tujuh. Besoknya pas dia udah bayar juga saya kasih seperti biasanya lagi. Kadang dia juga nggak enak kalau mau ambil lagi tapi belum bayar. Hampir tiap hari dia ambil ayam, masa mau dibrentiin gitu aja. Saya rugi ntar Mas. Nah ntar saya tinggal ngomong ke yang ngirim ayam ke saya, kalau ayamnya belon kebayar baru besok pelanggan saya bisa bayar. kalau ada ayam yang belon laku saya jual lagi tapi dijual dengan cara di-panggang aja. Jadi ayam panggang deh”.

Liu pedagang ayam hip yang lain, memilih tetap mengirimkan ayam hip kepada pelanggannya dengan tujuan untuk tetap menja-lin hubungan bisnis, hanya jumlahnya dikurangi. Jumlah ayam hip yang ia pasok kepada pelanggan akan kembali seperti biasa, kalau pelanggannya telah membayar lunas utang kepadanya.

Page 238: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

218

Dalam hal terjadinya wanprestasi, seorang pedagang masih melihat bahwa relasi bisnisnya masih dapat diberikan keperca-yaan untuk berbisnis jika ia memiliki niat baik. Niat baik yang dimaksudkan adalah adanya keinginan untuk tetap melanjutkan bisnis dengan akan tetap melunasi barang yang telah diambil.

Dalam mengatasi pihak-pihak yang berbuat curang dalam bisnis, para pedagang Kampung Sewan Lebak lebih memercayai adanya informasi yang diperoleh melalui teman-teman bisnisnya. Di sinilah solidaritas antarwarga terjalin. Para pihak yang pernah dirugikan oleh pihak tertentu, akan menyebarkan informasi kepa-da para pedagang lainnya melalui jaringan yang mereka miliki. Tindakan ini cukup efektif sebagai hukuman.

Bagi masyarakat Kampung Sewan, usaha bisnis adalah jan-tung kehidupan masyarakat. Jika akses tersebut diputus, maka nama baik seseorang akan jatuh. Hal ini tidak saja merugikan se-cara ekonomi tetapi juga secara sosial ia akan tercemar karena masyarakat akan mengetahui perbuatan yang dilakukannya.

Penyelesaian sengketa yang terjadi dapat dilakukan baik me-lalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Penyelesaian sengke-ta dalam beberapa kebudayaan menurut Nader dapat diklasifikasi dalam beberapa bentuk:1

Pertama, lumping it (membiarkan). Pihak yang merasa dirugi-kan atau diperlakukan secara tidak adil tidak dapat menekankan tuntutannya. Ia kemudian mengabaikan masalah atau isu tersebut. Pihak yang merasa dirugikan berupaya untuk meneruskan berhu-bungan dengan pihak telah merugikannya karena ia melihat bah-wa memerkarakan ke pengadilan atau melalui aparat hukum akan menyebabkan kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntung-an yang diperoleh baik materi maupun imateriel, ataupun adanya ketergantungan antara pihak yang dirugikan terhadap pihak yang merugikannya.

Kedua, avoidance (mengelak). Dalam hal ini pihak yang me-rasa dirugikan cenderung untuk mengurangi atau bahkan sama

1 Laura Nader, eds., The Disputing Process Law in Ten Societies, (New York: Columbia University Press, 1975), hlm. 9-11.

Page 239: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

219

sekali menghentikan hubungan dengan pihak yang telah merugi-kan dirinya. Ketiga, coercion (kekerasan). Penggunaan kekerasan acap kali terjadi pada beberapa masyarakat untuk menyelesaikan masalah sengketa yang timbul. Sengketa akan terhenti ketika ter-dapat pihak yang kalah dalam proses kekerasan tersebut. Bebera-pa masyarakat di New Guinea menerapkan pola kekerasan dalam penyelesaian sengketanya.

Keempat, negotiation (negosiasi). Penggunaan cara negosiasi adalah bertemunya para pihak yang terlibat sengketa untuk berte-mu dan membicarakan sengketa yang mereka hadapi. Para pihak akan bertemu tanpa melibatkan pihak ketiga.

Kelima, mediation (mediasi). Para pihak yang bersengketa me-libatkan pihak ketiga. Pihak ketiga dapat melakukan intervensi kepada para pihak yang bersengketa dengan persyaratan bahwa pihak ketiga disetujui oleh para pihak yang bersengketa.

Masyarakat pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan te-lah memilih penyelesaian tunggakan-tunggakan pembayaran se-perti disebutkan oleh Laura Nader di atas.

B. pEnyElEsAiAn sEngkEtA Bisnis para pedagang Kampung Sewan dari segi rupiah adalah

relatif kecil jumlahnya. Sebagian besar hidup dibawah garis kemis-kinan. Keadaan tersebut memengaruhi pola penyelesaian sengketa di antara mereka. Memilih penyelesaian melalui jalur pengadilan tentunya akan memakan biaya besar.

Penyelesaian sengketa melalui musyawarah ditempuh untuk menghindarkan sanksi sosial dan sanksi ekonomi dari masyara-kat. Masyarakat pedagang Kampung Sewan Cina Benteng memi-liki aturan sendiri. Sanksi dapat berbentuk hilangnya reputasi atau nama baik seseorang dalam kelompoknya, dan hilangnya keun-tungan secara ekonomi. Hilangannya keuntungan akibat putusnya jaringan bisnis.2

2 Sally Falk Moore, Op. cit., hlm. 64.

Page 240: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

220

1. SengketasebagaiPerbuatanTidakTerpujiMasyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak merupakan

masyarakat yang mengutamakan nilai harmoni dalam kehidupan mereka. Masyarakat Cina biasanya mengutamakan perdamaian dan harmonisasi yang dapat dilihat dalam simbol yin dan yang. Yin dan Yang adalah simbol dari nilai harmoni antara kebaikan dan keburukan, antara malam dan siang, antara hitam dan putih, kesemuanya terangkai dalam sebuah kehidupan yang harmoni. Sengketa bagi masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak merupakan perbuatan yang dianggap tidak sopan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden.

Dalam pendekatan yin-yang yang melihat segala bentuk ke-hidupan berada dalam keadaan yang seimbang, maka sengketa merupakan bentuk dari keguncangan nilai-nilai keseimbangan ter-sebut.

Sengketa yang terjadi pada masyarakat dianggap tabu dan di-anggap mencemarkan nama seseorang dalam masyarakat. Peng-gunaan hukum tertulis atau hukum-hukum negara melalui alat-alat kelengkapan negara seperti lembaga pengadilan secara umum dianggap telah menjatuhkan martabat seseorang dalam masyara-katnya dan khususnya pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan tidak mungkin ke pengadilan karena biaya yang besar dan waktu yang lama, sedangkan bisnis mereka dalam jumlah uang re-alatif kecil dibandingkan dengan ongkos berperkara atau mengadu kepada Polisi.

Tan, laki-laki, 41 tahun, menjelaskan:3

“Saya berpikir tentang adanya karma, perbuatan kita sekarang akan menentukan apa yang kita terima di masa depan. Perbuatan kita se-karang juga merupakan akibat yang ditimbulkan oleh apa yang kita perbuat di masa lalu. Saya percaya banget dengan karma, jadi kalau mau ribut-ribut saya mikir dulu.”

3 Tan Giok Seng, wawancara, Kampung Sewan, 14 Juli 2010.

Page 241: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

221

Tja, laki-laki, 52 tahun, seorang tokoh masyarakat yang juga merupakan Romo agama Buddha menjelaskan bahwa karma ada-lah sebuah balasan atas apa yang telah diterima oleh manusia. Tja menjelaskan4:

“Sesuai dengan ajaran Buddha dan tradisi Cina harmoni adalah ajar-an utama. Hindarkan kejahatan dan utamakan kebajikan. Hidup da-lam hukum negara dapat diingkari tetapi manusia tidak pernah lepas dari karma, karena karma adalah hukum yang bersifat pasti. Perbuat-an yang kita lakukan akan berdampak pada akibat yang akan kita te-rima di kemudian hari. Perbuatan kita saat ini juga akibat dari keba-ikan atau keburukan yang telah kita lakukan di masa yang telah lalu”

Tindakan baik akan berbuah kebaikan di masa depan, demi-kian pula sebaliknya jika perbuatan jahat yang dilakukan, maka nansib buruk akan menimpa seseorang. Sengketa dalam persep-si masyarakat dianggap sebagai hal yang mengandung muatan-muatan keburukan. Masyarakat Kampung Sewan memiliki ke-cenderungan untuk menjaga tatanan keharmonisan, menjunjung tinggi moral dalam berbuat. Dalam masyarakat Cina secara umum moralitas dijaga dan diterapkan dalam setiap perilaku.Setiap ting-katan dalam lapisan sosial masyarakat moralitas adalah pijakan utama dalam berbuat.5

Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan menganut nilai-nilai yang mirip ajaran Konghucu, walau mereka tak paham atau memahami ajaran-ajaran Konghucu. Bagi sebagian masyarakat ajaran Konghucu hanyalah dianggap sebagai tradisi turun-temu-run. Mereka tak memahami makna-makna kesejatian Konghucu secara mendalam, tetapi walaupun telah memeluk agama yang lain seperti Buddha ataupun Tridharma, etika tersebut dijalankan sebagai sebuah tradisi.

Sebagian warga Cina Benteng memeluk agama Konghucu, sebagian memeluk ajaran Tridharma (Tiga Ajaran-Samkau). Ajar-an Tridharma atau tiga ajaran merupakan agama yang banyak

4 Tja, wawancara, Kampung Sewan, 16 Juli 2010.5 Liu Yuli, The Unity of Rule and Virtue, a Critique of a Supposed Parallel Between Confucian Ethics

and Virtue Ethics, (Singapore: Eastern Universities Press, 2004), hlm. 161.

Page 242: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

222

dipeluk oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan. Sebuah Kelenteng yang terdapat di Kampung Sewan memiliki dua nama: Mahabodhi dan Tjong Tek Bio. Dalam kelenteng tersebut terdapat sebuah Dewa Utama yaitu Dewa Bumi (Ho Tek Tjeng Sin), yang dalam ajaran Konghucu diakui sebagai dewa yang menguasai dan mengendalikan bumi. Dewi Kwan Im juga diakui sebagai salah satu Dewi agung masyarakat Cina Benteng yang mengajarkan ka-sih sayang.

Kasih sayang adalah bentuk dari bagaimana manusia seha-rusnya berhubungan dengan pihak lain. Konflik sebagai bentuk dari hubungan antar manusia bagi masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan Lebak umumnya dianggap sebagai sebuah aib yang seharusnya dapat diselesaikan secara damai tanpa menggunakan hukum bahkan kekerasan. Pilihan cara hidup harmoni telah dija-lani oleh masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak secara turun temurun. Hal ini tampaknya berkait dengan ajaran leluhur mereka yang mengutamakan keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat.

Semua responden yang diwawancarai; sebanyak 28 (dua pu-luh delapan) orang menjawab harmoni adalah pilihan utama. Pi-lihan untuk menghindari sengketa dan mengutamakan cara damai dan hidup secara harmoni bagi masyarakat Cina Benteng Kam-pung Sewan Lebak adalah sama dengan nilai utama yin-yang da-lam ajaran Konghucu.

Penyelesaian melalui cara damai lebih menguntungkan ka-rena tidak mengeluarkan biaya. Penyelesaian damai tidak akan menimbulkan guncangan pada nilai-nilai yang dianut oleh masya-rakat, dalam hal ini nilai-nilai kebajikan yang selalu ditekankan oleh para tetua masyarakat setempat. Nilai-nilai kebajikan meng-ajarkan bagaimana manusia harus mengutamakan kebaikan, per-saudaraan di antara sesama manusia dibandingkan dengan per-musuhan, pertentangan, dan konflik. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan walau tidak memahami secara mendalam dan khusus nilai-nilai Konghucuisme, akan tetapi dalam praktek mere-ka sehari-hari, tergambar nyata sikap mereka yang sama dengan

Page 243: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

223

nilai kebajikan Konghucu tanpa mereka sadari. Masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan umumnya adalah penganut Buddha Tridharma dan Konghucu. Mereka umumnya tidak memahami ayat-ayat yang diajarkan dalam Buddha atau Konghucu kecuali para pemuka agama setempat. Akan tetapi, dalam sikap tindak yang dilakukan oleh masyarakat, mereka menunjukkan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Konghucu. Menurut David Kwa, Buda-yawan Cina Perankan, menjelaskan bahwa Konghucuisme diarti-kan sebagai bagian dari kebudayaan yang melingkupi bagaimana masyarakat Cina Peranakan khususnya berbuat atau bertindak. Menurutnya Konghucuisme bagi penganut Buddha, Islam atau Kristen Cina, nilai-nilai Konghucuisme yang mengutamakan moral mengikat dan mempersatukan mereka sebagai masyarakat Cina. Pendapat David Kwa berbeda dengan Gondomono dalam melihat interaksi perilaku dan budaya warga Keturunan Cina. Gondomono menjelaskan bahwa ajaran-ajaran Cina Tradisional jauh lebih tua dibandingkan pemahaman akan Konghucuisme. Ajaran tradisional ini merupakan shenisme sebagai sebuah religi baur yang memenga-ruhi pembentukan konsep perilaku dan alam berpikir masyarakat Cina Tradisional. Konghucuisme merupakan ajaran masyarakat kelas Bangsawan Kekaisaran yang tidak dipahami oleh masyarakat low level society seperti masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan pada umumnya.6

Bagi masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak secara umum saling tolong di antara warga menjadi hal yang umum dila-kukan, karena merasa senasib sepenanggungan yang menghadapi kekurangan hidup atau kemiskinan. Ini dapat terlihat dari penda-patan mereka yang hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Bila ada keluarga yang sakit atau ada yang perlu dana untuk membiayai pendidikan, tidak ada jalan lain selain berutang, sering kali kepada teman berdagang. Pembuat kue meminjam uang kepada pemasok atau pengepul, begitu pengecer menunggak pembayaran kepada pengepul. Perilaku untuk membantu sesama dengan kemampuan

6 Gondomono, Manusia dan Kebudayaan Han, Penerbit Kompas, Jakarta, 2013.

Page 244: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

224

yang ada tampak terlihat, baik dalam kegiatan-kegiatan agama dan kebudayaan maupun dalam kegiatan warga sehari-hari.

2. SolidaritasSosialKuatMasyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak merupakan

masyarakat yang mengutamakan nilai-nilai persaudaraan dalam menyelesaikan sengketa. Hal ini sangat berkait erat dengan rasa persaudaraan yang terjalin di antara sesama warga masyarakat. Rasa solidaritas sosial yang muncul disebabkan dari kuatnya hu-bungan persaudaraan dan kemiskinan.

Mereka umumnya kurang mendapatkan perhatian dari peme-rintah dalam hal kesejahteraan. Untuk mengetahui sebab-sebab solidaritas sosial yang kuat di antara warga tersebut, maka dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel7.1.AlasanKuatnyaSolidaritasSosialMasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakN=20

Alasan Solidaritas Jumlah Persentase

Kemiskinan 20 86,7

Suku/Marga/Se 2 3,3

Sesama Cina Benteng 6 10

Total 28 100

Sumber: Hasil wawancara Bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut, maka sebanyak 86,7% (delapan puluh enam koma tujuh perseratus) atau sebanyak 20 (dua puluh) responden menyatakan bahwa kuatnya solidaritas tersebut lebih disebabkan oleh faktor kemiskinan yang menerpa mereka atau dengan kata lain adanya persamaan nasib yang mereka rasakan. Terdapat 2 (dua) responden yang menyatakan bahwa kuatnya so-lidaritas karena faktor kesamaan marga. Terdapat 10% (sepuluh perseratus) atau sebanyak 6 (enam) responden yang menyatakan bahwa kuatnya rasa solidaritas warga lebih disebabkan oleh faktor kesamaan warga Cina Benteng. Dalam hal kasus terjadinya peng-gusuran tanah yang dialami oleh warga Cina Benteng Kampung

Page 245: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

225

Sewan, maka kita dapat melihat pendapat dari Mel, 45 tahun. Mel, mengatakan:7

“Warga sini kompak banget, kita nggak pandang agama dia, atau suku dia, tapi di sini kalau ada masalah. Misalnya kemaren waktu kasus penggusuran yang menimpa sebagian penduduk di Sewan sini, kita semua bersatu. Saya bersama semua warga yang terkena penggusur-an bersatu melawan aparat. Kita semua merasa perlu memupuk so-lidaritas antarwarga yang kesusahan. Warga saling bantu, bagi warga yang tidak kena penggusuran juga mereka merasa terpanggil untuk membantu.”

Ikatan keluarga merupakan hal yang sangat menguntungkan dalam hal terjadinya sengketa. Keluarga menjadi sebuah sarana yang cukup ampuh dalam mengatasi segala permasalahan. Keluar-ga adalah basis bagi pembentukan sebuah masyarakat Cina pada umumnya. Keluarga sebagai basis terbentuknya masyarakat Cina melihat hubungan kebaikan harus terhubung di antara para ang-gota keluarga. Seorang anak harus berbakti kepada ayah, seorang istri harus berbakti kepada suami, seorang adik harus berbuat baik kepada sang kakak. Demikian pula sebaliknya, seorang ayah harus menyayangi anaknya, dan seterusnya. Dalam hubungan keluarga tersebut kemudian diterapkan pada masyarakat yang lebih luas. Seorang bawahan harus hormat kepada atasan, seorang teman menghormati teman yang lainnya, seorang murid wajib hormat kepada gurunya.8

Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan sebuah nilai kebajikan terbangun dari basis keluarga. Masyarakat yang terben-tuk di Kampung Sewan dapat diartikan sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai keluarga yang diterapkan dalam komunitasnya. Peng-hormatan terhadap leluhur masyarakat Cina Benteng Kampung

7 Mel, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, Juli 2010.8 Hubungan antar individu dalam masyarakat Cina tradisional dibangun atas dasar keluarga.

Dalam hubungan tersebut terdapat pihak yang superior dan inferior, hubungan antara kedua pihak tersebut bukan berlatar belakang perintah semata yang mendasarkan pada kekuasaan. Lebih dari itu hubungan yang bersifat hierarki tersebut dibangun atas dasar nilai kasih sayang dan cinta kasih. Nilai tersebut kemudian dibawa dan diterapkan dalam bentuk masyarakat yang lebih luas. Lihat Budiono Kusumohamidjojo, Sejarah Filsafat Tiongkok, sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2010), hlm. 93-95.

Page 246: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

226

Sewan diterapkan dalam setiap keluarga-keluarga Cina Benteng Kampung Sewan Lebak.

Ikatan keluarga bagi masyarakat Cina Benteng Kampung Se-wan secara nyata mampu meredam setiap sengketa yang terjadi pada masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya hu-bungan yang erat di antara keluarga-keluarga tersebut. Keluarga yang satu masih memiliki ikatan darah dengan keluarga yang lain dalam satu kampung. Selain itu pula terdapat hubungan kekeluar-gaan yang erat dengan warga pribumi Tangerang (kampung udik) yang masih bersebelahan kampung dengan Kampung Sewan Le-bak.

“Kebanyakan di sini kita semua bersodara, jadi mulai dari rumah ujung pintu masuk kampung sampe rumah-rumah yang ada di ping-gir kali yang mau digusur semuanya ada ikatan keluarga. Pak RT ma-sih ada hubungan keluarga sama keluarga saya, sedangkan keluarga saya khususnya orang tua saya itu adik kandung Pak RW. Kita ada hubungan keluarga melalui perkawinan dan hubungan darah.”9

Kwe, 44 tahun, menjelaskan:

“Kita di sini hampir semuanya masih ada ikatan keluarga, si Poh ma-sih ponakan saya, Engkongnya Poh masih ada hubungan darah de-ngan istri saya. Engkongnya Poh itu kakak kandungnya Pak RW. Se-mua orang yang ada di sini masih ada hubungan keluarga.”

Kwe:

“Saya pernah nyelesaikan urusan sengketa brantem warga, saya bi-lang aja mau diurus sampe ke mana nih? Mau sampe ke polisi? Terus saya damaikan aja lagian kan kita masih satu warga ada hubungan sodara pula, maka tuh malu kalau sampe bikin ribut di sini.

Sou, warga Kampung Sewan Lebak menjelaskan:10

“Kami warga di sini udah turun temurun udah berhubungan baek sama warga pribumi. Apalagi kita semua ini warga Cina keturunan, ibu kita rata-rata orang pribumi sini. Jadi kita masih ada hubungan

9 Yap, wawancara, Kampung Sewan Lebak, Tangerang, Juni 2010.10 Sou, Kampung Sewan Lebak Tangerang, Juni 2010.

Page 247: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

227

darah sama warga pribumi udik kampung sebelah. Engkong-engkong kita dulu juga begitu. Nah enaknya kalo ada apa-apa kita bisa saling bantu antara warga pribumi dan warga Cina keturunan. Misal kalau ada sengketa antarwarga pribumi ama keturunan mudah diselesai-kan, karena kita juga masih sodara dia. Apalagi kalau sesama urusan dengan warga keturunan. Kita semua di sewan sini masih ada hu-bungan darah satu sama laen.”

Sou menjelaskan bahwa hubungan ikatan kekeluargaan tidak hanya menyangkut hubungan antarwarga keturunan Cina di Se-wan Lebak, melainkan juga dengan warga pribumi yang tinggal di kawasan kampung udik. Hubungan antarwarga yang terjalin me-lalui ikatan keluarga tersebut sangat memudahkan untuk menye-lesaikan sengketa yang muncul, baik sengketa berkaitan dengan bisnis maupun sengketa yang berkaitan dengan hubungan sosial antarwarga.

Ikatan keluarga adalah basis masyarakat, ikatan keluarga bagi masyarakat Cina akan mempersatukan mereka. Masyarakat Cina dalam hubungan keluarga yang umumnya juga pelaku usaha akan saling menguatkan dan saling membantu. Bagi masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan hubungan keluarga mampu meredam terjadinya sengketa. Keluarga dengan nilai-nilai tradisionalnya da-lam hal penyelesaian sengketa bisnis acap kali juga menerapkan konsep hierarki. Para tetua masyarakat atau sebagai tokoh masya-rakat warga Cina Benteng Kampung Sewan akan dilibatkan untuk menjadi penengah. Para tetua masyarakat di Kampung Sewan Le-bak menduduki posisi yang sangat terhormat dalam susunan ma-syarakatnya.

Sengketa dalam bisnis umumnya terjadi akibat adanya penun-daan pembayaran yang berlarut-larut atau tidak membayar sama sekali. Dalam masyarakat pedagang kecil hubungan-hubungan ke-kerabatan umumnya masih dipegang erat.

3. PenipuansebagaiPerilakuyangMenyimpangWanprestasi atau kegagalan melaksanakan kewajiban pemba-

yaran tepat pada waktunya bagi pedagang kecil Kampung Sewan

Page 248: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

228

adalah hal yang biasa. Rasa saling percaya merupakan hal yang sangat dijaga oleh masyarakat pedagang di Kampung Sewan Le-bak, sehingga tunggakan tersebut sebagian besar cepat atau lam-bat akan dibayar. Para pedagang di Kampung Sewan melihat bah-wa seseorang yang layak diajak untuk berdagang tentunya adalah orang yang memiliki iktikad baik, tidak berniat untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan merugikan kawan bisnisnya. Wan-prestasi atau gagal dalam pemenuhan kewajiban untuk membayar sering kali terjadi dalam hubungan bisnis di antara mereka.

Yap menjelaskan:11

“Namannya orang dagang kalau sekali nggak dipercaya, susah kita untuk bisa dagang. Orang nggak bakalan mau dateng beli dagang-an kita. Kalau orang nggak bayar kadang kita juga kasih waktu untuk bayar, kasihan juga. Yang penting kita masih dipercaya pelanggan. Kalau kita dipercaya, mereka juga pasti akan datang terus. Lagian kita juga udah kenal para pelanggan kita. Yang nggak bayar juga nggak banyak Cuma satu dua aja. Itu juga nanti dia bakal bayar, karena dia juga nggak enak sama kita. Demikian pula kalau saya dagang, kan saya juga butuh bahan bakunya, kalau lagi naik kadang suka dikasih pinjeman dulu tapi kan nggak enak. Maka itu kadang saya milih libur nggak dagang, nggak enak kalau kita nggak bisa bayar atau diutangin terus-menerus.”

Tunggakan pembayaran, hal tersebut tidak dapat dianggap se-bagai aib secara mutlak. Para pedagang umumnya masih membe-rikan kesempatan untuk kali yang kedua untuk tetap menjalankan bisnisnya sehingga ia mampu melunasi segala utangnya. Pada sisi lain menurut Lie walaupun dagang saat ini semakin sulit akibat munculnya banyak pesaing tetapi setiap pihak tetap menghargai masing-masing.

Perbuatan curang atau tidak mau membayar dan melarikan diri adakalanya dilakukan oleh sementara pedagang. Perbuatan curang di sini adalah seorang pedagang dengan sengaja tidak me-lakukan pembayaran terhadap rekan bisnisnya. Jika hal tersebut dilakukan dan terjadi secara berulangkali, maka masyarakat pe-

11 Yap, wawancara, Kampung Sewan Lebak, Juli 2010.

Page 249: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

229

dagang lainnya akan melihatnya sebagai sebuah perbuatan yang memalukan. Perbuatan curang dengan sengaja tidak membayar bahkan melarikan diri menurut Lie akan merugikan pedagang itu sendiri. Berita mengenai perbuatan curang terhadap rekan bisnis-nya akan tersebar ke kalangan pedagang lainnya. Bila dengan se-ngaja tidak membayar, maka orang tersebut akan dijauhkan dari jaringan bisnis (xinyong).

Tindakan tidak membayar dan curang dapat terjadi karena ke-miskinan dan karakter curang dari pedagang yang bersangkutan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel7.2.SebabTerjadinyaPerbuatanCurangN=28

Penyebab Jumlah Persentase

Terdesak Kemiskinan 22 81,7

Karakter Curang 6 18,3

Total 28 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel di atas, penyebab utama terjadinya perbu-atan curang berdasarkan pengalaman yang dirasakan oleh para pedagang Kampung Sewan Lebak, 22 (dua puluh dua) responden menjawab faktor kemiskinan menjadi penyebab utama terjadinya perbuatan curang. Terdapat 6 (enam) responden menjawab karak-ter curang dalam diri seseorang merupakan penyebab utama.

4. MusyawarahdenganMengurangiatauMenundaDagangAparat penegak hukum seperti kepolisian sangat dihindari

oleh para pedagang Cina Benteng Kampung Sewan karena me-nurut mereka harga yang harus dibayar untuk biaya pengurusan sangatlah besar. Selain itu pula waktu yang seharusnya dapat di-gunakan untuk berdagang akan tersita oleh urusan ke polisi.

Penyelesaian melalui jalan musyawarah menghindarkan me-reka dari urusan yang akan menyulitkan keberlanjutan bisnis yang telah terjalin. Mereka lebih memilih cara-cara musyawarah untuk menyelesaikan masalah.

Page 250: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

230

Tan menjelaskan:12

“Kalau kita lagi kesulitan dalam bisnis, misalnya relasi saya nggak bisa bayar tagihan saya, saya nggak mungkin langsung laporin ke po-lisi. Saya pasti tanya dulu kenapa dia nggak bisa bayar tagihan. Kan nanti dia bakal ngasih kabar kenapa nggak bisa bayar, biasanya ma-salah karena pasar lagi sepi ya lagi nggak ada permintaan.”

“Kalau udah gitu banyak cara, misalnya dia bayar pake barang atau dia minta supaya ada penundaan bayar. Kita ya nggak mungkin mak-sa, karena kita juga butuh dia. Kalau pasar udah rame pasti dia akan bayar, itu udah pasti. Intinya kalau ada masalah pasti kita musyawa-rah dulu, nggak mungkin kita langsung nuntut ini itu, kita mau tau dulu apa penyebabnya.”

Dalam hubungan bisnis yang terjalin antara Tan dengan re-lasi bisnisnya, masing-masing pihak tidak dapat memaksakan ke-hendaknya karena mereka saling membutuhkan. Mereka melihat bahwa masih dapat diraih sebuah keuntungan untuk menekan ke-rugian dengan cara bayar melalui barang. Mereka menganggap keberlanjutan bisnis jauh lebih penting daripada pemaksaan ke-hendak.

Oey mengatakan:13

“Dalam usaha, kita lebih mementingkan kepercayaan ya, jadi kalau kita bisnis kita percaya dia nggak bakal nipu. Misal, dia nggak bisa bayar sebetulnya kan bukan niat dia untuk nggak bayar tapi kita liat selama ini kan dia bayar terus.”

“Saya percaya dia karena memang udah lama kita dagang bareng. Kalau udah kenal masa tega mau nipu temen sendiri.”

“Apa Bapak pernah mengalami sengketa? Bagaimana cara bapak me-nyelesaikannya?”

“Saya pernah mengalami hal itu, tapi itu sebabnya karena pasar lagi sepi. Pasar lagi sepi dia nggak bisa bayar, jadinya saya sempat berpi-kir gimana caranya selesaikan masalah? Tapi saya nyoba ketemu, kita

12 Tan, wawancara, Kampung Sewan Lebak, Tangerang, Juni 2010.13 Oey, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, Juni 2009.

Page 251: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

231

musyawarah gimana caranya, karena barang dagangan saya kebawa dia. Ya akhirnya kita sepakat kalau barang bakal dibayar kalau pasar udah rame. Yah apa boleh buat daripada saya rugi lagi.”

Ketidakmampuan bayar bukan diartikan sebagai sebuah per-buatan kejahatan untuk menipu pihak lawan. Menipu lawan bisnis akan menyebabkan tidak lagi dipercaya, akibatnya mereka tidak akan lagi diajak untuk berbisnis. Secara otomatis akan mengaki-batkan mereka mati dengan sendirinya.

Jy, penyalur barang di Kampung Sewan Lebak menjelaskan14:

“Dalam hubungan bisnis di Kampung Sewan umumnya banyak sekali terjadi gagal bayar. Banyak sekali pedagang yang tidak mampu mela-kukan pembayaran umumnya dikarenakan sepinya pasar.”

“Jujur aja banyak pedagang di Sewan nih yang gagal bayar, kebutuhan mereka tinggi tapi barang yang dia jual juga nggak bisa banyak, akhir-nya utang terus ke kita sering. Kalau udah gagal bayar kita juga rugi, akhirnya kita nego sama dia langsung, kita kasih kelonggaran bayar sampe beberapa kali bayar hingga lunas, nggak sampe ke pengadilan. Selama belum lunas barang belum kita kirim lagi. Cuma ya itu tadi kalau barang nggak kita kirim dia nggak bisa dagang, kalau nggak da-gang dianya nggak bisa idup.”

Tidak dibayarnya sesuatu barang yang ia jual tidak ada pilih-an, selain sabar sampai dibayar atau lupakan saja.

Kwe pedagang keripik tempe mengatakan:15

“Jika sedang dagang kadang kita ngalami untung tapi juga rugi. Salah satunya kadang kalau kita ngalami kejadian pelanggan kita kagak ba-yar. Saya pernah ada pembeli yang beli keripik saya dia kagak bayar, padahal barang udah saya kasih. Ya jadinya kita mau nagih kagak enak, tapi kalau dia kagak bayar ya kitanya yang susah soalnya du-itnya kan buat modal. Nah kadang saya kalau udah gitu mikir juga, nggak mungkin saya laporin atau saya tuntut dia. Palingan dia saya minta kapan bisa bayar, kalau nggak bisa bayar coba dicicil aja. Nah pas dia udah bener kagak sanggup bayar ya udahlah ikhlasin aja, mau gimana lagi.”

14 Jy, wawancara, Kampung Sewan Lebak Tangerang, Februari 2011.15 Kwe, wawancara, Kampung Sewan Lebak Tangerang, Juli 2010.

Page 252: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

232

Kwe menagih dengan cara baik-baik, dan ketika tidak lagi mampu untuk membayar maka pilihan terakhir adalah membi-arkan. Pelanggan menurutnya masih banyak dan itu dianggapnya sebagai sebuah risiko. Sikap pasrah juga pernah dialami oleh Lie yang menjelaskan:16

“Pernah ada pedagang yang sengaja tidak bayar barang dagangan saya. Nah kalau udah gitu kita umumnya masih ada niatan baik un-tuk mau ajak omong kenapa dia nggak bayar barang kita. Saya kasih waktu untuk dia bayar cicil, atau cara lain tapi ternyata dia sengaja nggak bayar. Nah pada saat itu yang saya lakukan adalah masih me-ngirimkan barang kepada dia tapi kuantitas saya kurangi. Saya tau ini kadang berisiko bakalan dia nggak bayar lagi. Tapi saya punya penda-pat lain, kalau kita berikan kepercayaan sama dia, pasti dia juga akan berpikir untuk tidak berbuat semaunya.”

Pasrah sebagai kerugian, akan tetapi Lie melihatnya dalam sisi yang berbeda. Untuk mengurangi kerugian, ia memberi kesem-patan untuk berdagang lagi. Dengan berdagang maka masih ada harapan bahwa kerugian yang diderita di masa lalu masih dapat diganti dengan keuntungan.

Pasrah atau membiarkan dalam kasus ini tidak diartikan se-bagai memasrahkan pada nasib, melainkan melihat bahwa masih ada keuntungan yang diperoleh, dan sanksi juga masih dapat di-jatuhkan terhadap pelaku wanprestasi tersebut. Penjatuhan rasa malu bagi masyarakat Cina tradisional adalah sanksi yang cukup berat karena dampak yang ditimbulkan dapat beragam. Disingkir-kan dari komunitas jaringan pedagang adalah sanksi yang paling menakutkan karena ia tak lagi dapat memenuhi kebutuhan keluar-ganya, hingga dijauhi oleh masyarakat umum lainnya.17

Sikap dan rasa saling percaya yang terbangun di antara komu-nitas pedagang Cina Benteng Kampung Sewan menjadikan mereka saling terikat dalam kondisi ekonomi yang sulit sekalipun. Tidak

16 Lie, wawancara, Kampung Sewan Lebak Tangerang, Juli 201017 Lihat juga Benedict Sheehy, Fundamentally Conflicting Views of The Rule of Law in China and The

West & Implications for Commercial Disputes, Northwestern Journal of International Law and Business, Winter 2006, hlm. 240.

Page 253: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

233

melaporkan jika ada yang berhalangan untuk membayar utang oleh salah satu pihak bukanlah diartikan sebagai sebuah perilaku curang dalam berdagang. Pilihan untuk memberikan penundaan pembayaran kepada pihak yang mengalami kesulitan dilakukan karena di antara mereka terdapat ikatan saling membutuhkan. Jika ada yang dengan sengaja melakukan kecurangan dengan melarikan diri dan tidak membayar harga yang disepakati akan mendapat sanksi yang cukup berat oleh komunitasnya. Pihak yang dirugikan akan memberikan informasi kepada jaringan bisnis agar para pedagang tidak melakukan hubungan dagang dengan para pelaku curang. Seketika para pedagang akan memutus hubungan dagang kepada pihak pelaku curang, dan konsekuensi hukumnya adalah pihak pelaku curang tidak akan dapat mendapatkan paso-kan barang dagangan yang ia butuhkan. Pilihan tindakan dalam memilih hukumnya sendiri menurut Satjipto Rahardjo disebut sebagai berhukum dengan perilaku. Berhukum dengan perilaku maksudnya adalah melakukan perbuatan substansial, tanpa me-nyadari bahwa ia sedang melakukan perbuatan hukum yang dia-tur dalam teks.18

Dalam proses penyelesaian sengketa, maka cara yang dipi-lih tidak harus menggunakan hukum-hukum formal, melainkan menggunakan kaidah-kaidah kehidupan bertetangga (adaptives norms of neighborliness). Pembiaran dalam hukum bukanlah ber-arti tidak berhukum, tetapi proses lumping dapat dianggap sebagai sebuah tindakan yang akan meringankan tugas hukum negara.19

Lok menjelaskan:20

“Masyarakat kampung sini ga ada yang pake pengadilan kalau ada urusan sama hukum. Kita mah ga mau ribet, di sini belum ada setahu saya yang ke pengadilan. Paling sering sih diselesaikan sama RT.”

Masyarakat Kampung Sewan tidak menggunakan institusi hu-

18 Satjipto Rahardjo, Berhukum dengan Perilaku, Hidup Baik adalah Dasar Hukum yang Baik, (Jakarta: Penerbit Kompas,2009) hlm. 75.

19 Ibid., hlm. 80-90.20 Lok, wawancara, Kampung Sewan, Tangerang, April 2007.

Page 254: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

234

kum yang disediakan oleh negara seperti pengadilan. Pengguana-an tokoh-tokoh warga pedagang seperti Ketua RT dan RW lebih diterima sebagai sebuah keputusan yang bersifat adil bagi warga komunitas pedagang Kampung Sewan.

Tidak menggunakan pengadilan dan lebih memilih untuk menggunakan standar normanya sendiri berupa penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak berarti bahwa masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan Lebak tidak memahami adanya sistem hukum negara yang bekerja dalam masyarakat. Atas pertanyaan apakah saudara mengetahui adanya pengadilan? Maka dari 60 (enam puluh) responden yang ditanya, sebanyak 60 (enam puluh) orang atau 100% menjawab mengetahui adanya pengadilan. Ja-waban responden tersebut dapat dilihat dari Tabel 7.3.

Tabel7.3.MasyarakatCinaBentengKampungSewanLebakMengetahuiAdanyaPengadilanN=60

Pengetahuan Jumlah Persentase

Mengetahui 60 100

Tidak Mengetahui 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil wawancara bulan Juni-Agustus 2010.

Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka kesemua responden mengetahui mengenai bekerjanya pengadilan. Pengadilan yang bekerja sebagai alat kelengkapan negara untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat memiliki makna yang berbeda. Makna ribet, mahalnya biaya, serta adanya standar norma yang bekerja menja-dikan mereka tidak akan membawa persoalan hukum yang diha-dapi ke muka hakim pengadilan. Pengetahuan akan adanya peng-adilan oleh masyarakat, tidak menjadikan masyarakat memilih pengadilan sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa bisnis yang mereka alami. Masyarakat memiliki cara dalam menyelesai-kan sengketa yang muncul di antara para pedagang di Kampung Sewan.

Page 255: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

ketuJuH dinamika penYelesaian sengketa bisnis pedagang keCil

235

C. AnAlisis dAn kEsimpulAnPenelitian terhadap para pedagang Kampung Sewan sejak

awal hingga akhir penelitian mengenai proses penyelesaian seng-keta menunjukkan bahwa pengadilan merupakan institusi yang ti-dak digunakan dalam proses penyelesaian sengketa oleh pedagang Kampung Sewan. Tidak terdapat perubahan pada pola pilihan penyelesaian sengketa. Masyarakat pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan tidak akan pergi ke pengadilan atau mengadu ke Polisi kalau mereka merasa tertipu, karena biayanya tidak se-banding dengan bisnis kecil yang mereka jalankan. Aturan-aturan mereka sendiri seperti tidak memberikan barang sebanyak semula sampai utang dibayar lunas atau tidak berdagang lagi dengan pi-hak yang menipunya, adalah sanksi-sanksi yang ampuh bagi me-reka yang cedera janji.

Pilihan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan meru-pakan pilihan yang jauh dari alam berpikir masyarakat Kampung Sewan. Pilihan negosiasi seperti yang dilakukan para pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan merupakan pilihan terbaik. Ketiadaan akses untuk menempuh jalur pengadilan secara ekono-mi juga kultur yang terbentuk dari ajaran tradisional menjadikan pilihan di luar pengadilan sebagai pilihan rasional. Tindakan un-tuk menunda atau mengurangi jumlah barang yang akan dikirim menjadi sebuah sanksi hukum bagi masyarakat tradisional Cina Benteng Kampung Sewan.

Page 256: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 257: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPKedelapan

e P i l O g

Metode etnografi hukum merupakan bentuk konkret sebu-ah seni dalam penelitian hukum. Peneliti hukum sejati-nya tidaklah kaku dan rigid semata berkutat pada buku-

buku hukum secara preskriptif, tetapi ia juga juga berfokus pada konsep-konsep yang dibangun oleh subjek yang diteliti secara deskriptif. Menuangkan sebuah penelitian hukum dengan metode penelitian etnografi hukum menuntut sebuah kemampuan adaptif terhadap lingkungan sosiokultural yang berbeda. Etnografer hu-kum juga dibekali dengan kemampuan untuk mengamati perilaku berhukum dan kemudian menuangkannya ke dalam sebuah tulis-an ilmiah akademik yang beralur sehingga menampilkan sebuah tulisan hukum yang memiliki nilai bobot ilmiah sekaligus juga ni-lai seni.

Page 258: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

238

Etnografer hukum dituntut mengetahui teknik dan metode un-tuk memasuki sebuah komunitas tertentu. Ia juga dituntut untuk memiliki kemampuan penguasaan bahasa, serta mampu menang-kap dan mengungkap simbol-simbol norma yang dipatuhi sebagai hukum oleh sebuah komunitas. Simbol angka, kode, huruf, warna, benda atau kata tertentu menjadi norma hukum yang dijalankan. Warna merah bagi komunitas Cina Benteng juga komunitas ma-syarakat Tionghoa lainnya adalah simbol dan makna kesejahtera-an. Warna ini mendominasi setiap kegiatan perayaan sosial buda-ya serta religi warga komunitas Cina Benteng. Simbol baju yang dipakai terbalik, sisi dalam sebuah baju yang dipakai di luar me-nunjukkan sebuah ekspresi kesedihan, dan akan dikenakan oleh sebuah keluarga yang sedang berduka-cita.

Pemahaman seorang etnografer hukum akan kondisi sosi-al, kultural, dan religi komunitas tertentu selayaknya didahului dengan membaca beragam literatur, artikel, buku dan beragam informasi lainnya dari berbagai sumber. Memahami dan memba-ca norma hukum dalam bentuk gerak perilaku manusia tidaklah semudah membaca buku dan literatur. Subjek tidak akan segera mengungkapkan segala permasalahan hukum kepada etnografer. Subjek akan bertutur jika ia sudah meyakini bahwa etnografer adalah orang yang ia percaya. Kemampuan untuk mampu berta-han pada sebuah lingkungan sosial, budaya, dan religi yang berbe-da adalah sebuah keharusan yang dimiliki.

Penelitian etnografi hukum dilakukan dengan lebih berfokus pada kedalaman dibandingkan pada keluasan penelitian. Peneliti etnografi menelaah untuk menyelami cara pandang serta persepsi atas hukum. Makna dan simbol diupayakan untuk digali secara mendalam dalam konsep ideological methods, descriptive methods, dan trouble cases method. Apa makna hukum bagi komunitas Cina Benteng Kampung Sewan, juga apa makna sengketa dalam pema-haman komunitas tersebut dicoba digali secara indepth dari setiap subjek yang diteliti.

Penerimaan komunitas terhadap hadirnya orang asing da-lam wilayah kulturalnya acap kali juga menjadi hambatan dalam

Page 259: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

239

menghadirkan sebuah penelitian etnografi hukum. Memahami ru-ang berhukum sebuah komunitas tertentu bukanlah hal yang bisa dicapai dalam waktu singkat. Seorang etnografer hukum mungkin akan membutuhkan waktu hingga tiga hingga enam bulan untuk dapat membangun sebuah rapor yang baik dengan subjek yang diteliti. Peneliti membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan untuk dapat diterima oleh komunitas pedagang Cina Benteng. Pendekat-an melalui teknik mengobrol ringan, dengan tidak langsung meng-arah pada tujuan penelitian hukum di lapangan. Peneliti membu-tuhkan waktu hampir tiga tahun untuk dapat menggali informasi secara mendalam (indepth) terhadap perilaku berhukum bisnis, dan membutuhkan hampir empat tahun untuk menyelami sengke-ta bisnis yang terjadi di lingkungan warga pedagang Cina Benteng Kampung Sewan. Hasil penelitian etnografi hukum atas perilaku hukum bisnis komunitas pedagang Cina Benteng Kampung Sewan secara mikro menghasilkan beberapa hal.

Para pedagang kecil Cina Benteng Kampung Sewan meletak-kan dasar-dasar hubungan dagang melalui rasa saling percaya. Rasa saling percaya yang telah tertanam disebabkan oleh beberapa hal: a) bahwa di antara pedagang Kampung Sewan telah menge-nal sejak lama. Masyarakat pedagang kecil tersebut telah menem-pati kampung mereka sejak lama, mereka juga memiliki pekerjaan yang relatif sama yaitu berdagang. Kesamaan akan pekerjaan dan kehidupan yang terjadi menjadikan mereka mampu menanamkan rasa saling percaya.

Rasa saling percaya dalam bisnis adalah modal yang utama. Ketika seseorang mampu menanamkan rasa saling percaya maka mereka telah mampu membangun hubungan baik. Hubungan baik itulah yang mampu menekan terjadinya tindakan curang dari pe-laku atau rekan bisnisnya: b) Bahwa di antara mereka terdapat hu-bungan kekerabatan yang erat. Hubungan kekerabatan yang erat ini juga telah mampu mempererat hubungan bisnis kecil di antara mereka. Perbuatan curang dalam bisnis tidak diketemukan dalam penelitian ini dilakukan oleh mereka yang berkerabat. Rasa per-caya dalam bisnis terjadi ketika para pihak berhasil membangun

Page 260: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

240

sebuah rapor yang baik. Waktu yang cukup lama dalam hubungan dagang telah membuat mereka memahami saling mengerti, saling memahami peran masing-masing dalam bisnis. Ketika mereka te-lah mengenal dan memahami masing-masing pihak, maka fondasi utama dalam hubungan bisnis telah terbangun.

Rasa saling percaya di antara mereka dalam bisnis tidak di-artikan bahwa mereka telah benar-benar menerapkan ajaran Konghucuisme dalam kehidupan sehari-hari. Konghucuisme me-rupakan ajaran yang diajarkan pada strata masyarakat Cina Bang-sawan. Penelitian ini membuktikan bahwa masyarakat Cina Ben-teng Kampung Sewan bukanlah merupakan kelas bangsawan serta tidak memahami Konghucuisme. Mereka memahami nilai-nilai tradisional masyarakat Cina, shenisme, di mana nilai-nilai tersebut diwariskan secara turun-temurun dari orangtua serta leluhurnya.

Masyarakat Cina Benteng secara umum memiliki leluhur yang berasal dari masyarakat Cina yang terdampar di pantai Tangerang pada tahun 1407 M, kemudian juga dari masyarakat Cina Banten yang masuk ke Tangerang masa Kesultanan Banten, dan ketiga berasal dari masuknya para pengungsi Cina Batavia akibat adanya pembantaian masyarakat Cina di Batavia pada tahun 1470 M. Ti-dak terdapat petunjuk yang jelas mengenai adanya pengaruh kuat ajaran Konghucuisme memasuki Kampung Sewan sehingga meme-ngaruhi praktik bisnis mereka. Organisasi masyarakat keturunan Cina, yaitu THHK sempat berdiri di Tangerang, selain itu pula saat ini juga berdiri Sekolah Confucius mulai tingkat SD-SMA yang ber-upaya menyebarkan ajaran-ajaran Konghucuisme di Tangerang, tetapi penyebaran ajaran Konghucuisme khususnya terhadap ma-syarakat Cina Benteng Kampung Sewan tidak ditemukan dalam penelitian ini.

THHK yang pernah berdiri di Tangerang dalam kajian ini tidak terbukti telah memberikan pengaruh kuat terhadap pema-haman Konghucuisme bagi masyarakat. Masyarakat Kampung Sewan memahami bahwasanya berbuat baik, adanya darma dan karma diperoleh melalui leluhur dan juga masukan dari ajaran-ajaran Buddha. Konghucuisme saat ini mulai dikembangkan lagi

Page 261: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

241

dengan berdirinya Majelis Tinggi Agama Konghucu di Tangerang, dan tentunya dengan umurnya yang masih baru, belumlah mampu memberikan pemahaman konghucuisme kepada masyarakat peda-gang Cina Benteng Kampung Sewan. Pemahaman atas nilai-nilai kebajikan yang mereka anut selama ini lebih diperkenalkan oleh leluhur mereka dan tentunya terdapat kesamaan atau kesesuaian dengan nilai-nilai ajaran konghucuisme atau lebih tepatnya adalah ajaran tradisional Cina.

Masyarakat Kampung Sewan juga tidak memperoleh pendi-dikan Konghucu secara formal dari sekolah-sekolah ataupun pen-didikan informal lainnya. Ditutupnya sekolah dan institusi budaya Cina oleh pemerintah pada masa Orde Baru semakin menjauhkan mereka dari pemahaman terhadap ajaran Konghucu. Ajaran moral yang yang diterima oleh masyarakat pedagang Kampung Sewan lebih disebabkan oleh proses turun-temurun dari orangtua dan leluhur, sehingga mengaburkan pemahaman mereka atas ajaran-ajaran Konghucu itu sendiri. Pemahaman atas penghormatan leluhur lebih dimaknai oleh para pedagang sebagai tradisi Cina turun-temurun dan bukannya sebagai ajaran Konghucuisme. Pe-mahaman nilai-nilai yang dibawa secara turun-temurun terus di-wariskan dari generasi ke generasi sebagai sebuah budaya Cina tradisional dan bukannya Konghucuisme.

Pada lingkungan Kampung Sewan berdiri sebuah Klenteng yang berfungsi sebagai pusat ajaran Konghucu dan sebagai pusat aktivitas warga juga pedagang. Peran Klenteng dalam menyebar-kan nilai-nilai dan ajaran Konghucu sesuai dengan kitab Konghu-cu tidak menyentuh pada pemahaman para pedagang Kampung Sewan. Mereka memahami bahwa ajaran budi pekerti dan moral yang saat ini diyakini adalah bagian dari tradisi dan bukan ajaran Konghucu, walau sebagian warga beragama Konghucu. Pemaham-an nilai ajaran moral dan budi pekerti sebagai tradisi lebih men-dominasi pemahaman warga dibandingkan dengan pemahaman kebajikan dan moral sebagai ajaran Konghucu.

Dalam hal terjadinya wanprestasi dan sengketa, mereka le-bih memilih untuk menggunakan penyelesaian di luar pengadilan

Page 262: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

242

dan mengedepankan nilai-nilai moral. Pemahaman akan nilai-nilai moral dan kebajikan oleh para pedagang Cina Benteng Kampung Sewan tampaknya lebih disebabkan oleh pengaruh nilai kebajik-an masyarakat timur yang cenderung untuk menolak penyelesaian sengketa melalui jalur hukum dan lebih mengupayakan cara-cara yang mendukung nilai-nilai harmoni. Penelitian tidak menemukan hubungan erat antara ajaran konghucuisme dan pedagang Cina Benteng Kampung Sewan, terbukti dengan tidak dipahaminya ajar-an Konghucu sesuai dengan kitab suci Konghucu. Perilaku yang tercermin dalam bisnis lebih menggambarkan nilai-nilai moralitas umum masyarakat timur dibandingkan nilai ajaran Konghucu.

Rasa saling percaya yang ada rupanya juga mewajibkan mere-ka untuk melakukan pencatatan-pencatatan atas perjanjian bisnis yang terjadi. Pencatatan itu sesungguhnya membuktikan bahwa kontrak dalam hukum berlaku pada masyarakat pedagang Kam-pung Sewan. Dengan demikian, kontrak berlaku dalam berbagai lapisan masyarakat, hal ini membantah pandangan umum bah-wa kontrak hanya berlaku pada masyarakat pebisnis kelas atas. Kontrak dalam variasinya berlaku pada setiap masyarakat. Pada masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan kontrak berlaku tanpa menggunakan standar kontrak baku yang mensyaratkan kalusul-klusul yang memuat hak dan kewajiban para pihak secara detail. Kontrak tertulis juga berlaku pada pebisnis kecil Kampung Sewan, di mana mereka cukup menggunakan catatan yang termuat dalam buku saku, dan juga dalam lembaran-lembaran kertas.

Penggunaan kontrak pada masyarakat bisnis Kampung Sewan yang berbeda dengan penggunaan kontrak dengan pasal-pasal dan klausul-klausul yang menjelaskan hak dan kewajiban para pihak secara tegas beserta mekanisme penyelesaian sengketa menunjuk-kan sebuah budaya hukum kontrak masyarakat bisnis. Pada buda-ya hukum masyarakat bisnis ini catatan-catan pada lembaran-lem-baran dan buku nota yang menunjukkan transaksi adalah hukum bagi para pihak, dengan sanksi yang tegas. Sanksi tersebut berupa dilarangnya seseorang untuk mengambil barang dalam jumlah ter-tentu sebelum utang terbayar lunas. Jika terjadi sebuah perbuatan

Page 263: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

243

curang, maka pelaku tidak akan dapat berbisnis kembali, karena tidak saja ia tetolak untuk mengambil barang kembali dari pihak yang mengalami kerugian, tetapi ia tertolak untuk mengambil ba-rang dari pedagang yang lainnya. Pihak yang dirugikan akan men-ceritakan peristiwa yang dialaminya kepada pedagang yang lain, sehingga mereka secara sosial menjatuhkan sanksi hukum bagi pelaku curang. Budaya hukum bisnis yang tertuang dalam kontrak tersebut dihormati, diakui sebagai hukum yang berlaku di antara para pedagang.

Hukum yang hidup dalam masyarakat pedagang Kampung Sewan menjelaskan kembali bahwa hukum-hukum yang berlaku tersebut menunjukkan keberlakuan nilai-nilai dan budaya hukum masyarakat Cina tradisional. Penerapan hukum tertulis dalam bentuk kontrak dalam teori non-contractual menunjukkan bahwa mereka mengakui dan menghormati hukum kontrak, walaupun hukum kontrak dalam bentuk catatan-catatan tersebut sama sekali tidak mencantumkan klausul-klausul secara tegas mengenai hak dan kewajiban para pihak, yaitu penjual dan kembali.

Masyarakat pedagang Cina Benteng Kampung Sewan meman-dang bahwa wanprestasi adalah gejala umum yang terjadi dalam bisnis. Dalam beberapa kasus yang ditemui dalam penelitian ini hampir semua pedagang pernah mengalami wanprestasi dari re-kan bisnisnya. Seorang pedagang kue yang mengalami wanpresta-si oleh pedagang pengecer akan melihat kejadian tersebut sebagai sebuah kelaziman. Pedagang kue itu tidak memaksakan kehendak-nya untuk menagih kepada pedagang pengecer ataupun pengepul. Penggunaan uang kue untuk keperluan keluarga seperti sekolah dan berobat adalah hal yang umum terjadi.

Para pedagang yang mengalami wanprestasi akan membe-rikan kesempatan kepada rekannya untuk membayar pada lain waktu. Ia meyakini bahwa pelaku wanprestasi akan menuntaskan pembayaran pada waktu kesempatan lainnya. Sebelum terjadinya pelunasan maka para pihak cukup bertemu, dan akhirnya mereka mengutarakan keluhannya dan berusaha meyakinkan pihak yang lain. Penundaan pembayaran disertai dengan pengurangan kuan-

Page 264: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

244

titas jumlah kue atau ayam yang biasa diambil. Walaupun telah terjadi wanprestasi hubungan bisnis masih

tetap terjadi, karena para pihak berada dalam posisi yang saling membutuhkan. Para pihak yang terlibat dalam bisnis kue, ayam, dan bisnis kecil lainnya saling membutuhkan untuk memasar-kan produk mereka, dan tidak memiliki alternatif lainnya selain tetap melangsungkan bisnis yang telah berlaku selama ini. Keti-dakmampuan untuk mencari peluang-peluang bisnis lainnya juga diakibatkan oleh rendahnya kemampuan untuk menciptakan pelu-ang-peluang bisnis yang baru. Muncul kecenderungan untuk tetap mempertahankan bisnis walau tampaknya juga telah menimbul-kan kerugian akibat wanprestasi.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh ter-hadap pemahaman untuk menciptakan peluang-peluang bisnis yang baru. Mereka yang umumnya berpendidikan setingkat Seko-lah Dasar (terbanyak) hingga SMA, dan hal itu juga menimbulkan sebuah kepasrahan akan kemiskinan yang menimpa saat ini. Ban-tuan terhadap kondisi ekonomi oleh lembaga sosial keagamaan te-tap ada, tetapi tidak secara signifikan meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Bantuan itu hanya bersifat temporer dan tidak berkelanjutan, seperti bantuan sembako kepada warga dan bukannya bantuan yang bersifat mendasar sesuai kebutuhannya, yaitu beasiswa pendidikan bagi warga miskin. Pemerintah juga dirasakan masih kurang memberikan bantuan baik permodalan bisnis, maupun bantuan yang bersifat mendasar. Keadaan ini me-nunjukkan sebuah bukti dan temuan terdapatnya kekerasan secara struktural yang diterima.

Kemiskinan yang terjadi menunjukkan bukti terdapatnya je-bakan kemiskinan. Kualitas pendidikan yang rendah, mengaki-batkan seseorang tidak dapat memperoleh pendidikan yang me-madai. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan memadai akan kesulitan untuk memperoleh pekerjaan yang layak, akibatnya orang miskin tersebut juga tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Mereka melahirkan anak-anak miskin yang baru, ka-rena tidak mampu membiayai pendidikannya. Anak-anak yang

Page 265: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

245

terlahir dari keluarga miskin kemudian berada dalam kemiskin-an pula karena juga sulit untuk mengakses capaian kualitas kehi-dupan. Dalam berbisnis dibutuhkan bantuan modal dana, dan itu tidak mereka dapatkan. Para pedagang Kampung Sewan kurang tersentuh bantuan permodalan lembaga-lembaga keuangan. Un-tuk mendapatkan bantuan perbankan adalah hal yang sangat sulit diperoleh, sehingga mereka tidak mampu mengembangkan bisnis yang dijalaninya menjadi besar. Masyarakat miskin ini pada dasar-nya ingin keluar dari lingkaran kemiskinan yang membelit, tetapi rendahnya kualitas menjadikan mereka hingga saat ini masih ter-jebak di dalamnya.

Rendahnya kualitas hidup yang dialami, menjadikan mereka memiliki sebuah hubungan solidaritas yang kuat di antara war-ga pedagang Kampung Sewan untuk membangun dirinya sendiri. Mereka secara bersama dengan kekuatan yang dimiliki berupaya untuk mempertahankan hidupnya secara bersama, dan mereka te-rus mengupayakan untuk mempertahankan hidupnya di Kampung Sewan. Mereka membangun jaringannya sendiri, mulai dari hulu, yaitu memasak kue dan ayam, hingga mendistribusikan kepada pedagang pengepul, pengecer, dan akhirnya sampai di tangan kon-sumen. Jaringan-jaringan bisnis ini memiliki sistem dan aturan hu-kum yang membuat mereka mampu bertahan hingga kini secara mandiri.

Budaya hukum masyarakat Cina tradisional tergambar dalam pilihan sengketa. Dalam hal terjadinya sebuah perbuatan curang, maka para pihak lebih memilih untuk melakukan pembiaran atas kasus yang menimpa. Ketidaktahuan dan juga ketidakmampuan ekonomi untuk melakukan gugatan ke muka pengadilan menjadi-kan mereka menciptakan sanksi hukumnya sendiri. Mereka lebih cenderung untuk menciptakan sebuah sanksi bisnis sesuai dengan budaya hukum mereka berupa pemutusan hubungan bisnis. Pe-mutusan hubungan bisnis ini tidak sekadar diberikan kepada pe-laku perbuatan curang, melainkan juga memberitahukan kepada sesama pedagang lainnya untuk tidak melakukan hubungan bisnis dengan para pelaku curang.

Page 266: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

246

Mengajukan gugatan ke muka pengadilan merupakan hal yang tidak mungkin mereka lakukan, maka untuk itu masyarakat pedagang dengan budaya hukum yang mereka yakini menerap-kan hukumnya sendiri. Kasus-kasus sengketa menunjukkan bah-wa pilihan sanksi dengan memutus hubungan bisnis cukup efektif mampu memberikan dampak yang sangat berat. Para pelaku cu-rang yang dengan sengaja tidak membayar dan melarikan diri dari kewajiban pembayaran utang menerima hukuman dengan dipu-tusnya akses-akses ekonomi. Pilihan untuk mencari peluang bisnis yang baru dapat saja dilakukan oleh para pelaku curang tersebut, akan tetapi pelaku curang telah kehilangan sebuah akses ekonomi yang membuatnya bertahan hidup.

Perbuatan curang yang ditemukan dalam kajian ini dilaku-kan oleh pedagang di luar pedagang Kampung Sewan. Para pela-ku curang yang berasal dari luar kampung memberikan gambaran bahwa budaya hukum masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan masih berlaku dan dipatuhi oleh pendukungnya. Masyarakat pe-dagang kecil Kampung Sewan terbukti secara nyata masih meng-amalkan ajaran-ajaran Cina Tradisonal shenisme, sehingga nilai harmoni masih terjaga.

Hubungan bisnis yang terjadi lebih mengandalkan sebuah rasa saling percaya dibandingkan secarik kertas. Ketika terjadi per-buatan curang sesungguhnya di antara penjual dan pembeli yang curang telah mencatat jumlah kuantitas barang, akan tetapi ketika perbuatan itu terjadi, maka kontrak hanyalah tinggal sebatas tu-lisan. Perbuatan curang telah mencederai rasa saling percaya, se-hingga sanksi yang dijatuhkan lebih didasarkan oleh tercederainya janji yang dianggap sebagai sebuah utang. Masyarakat pedagang yang melakukan transaksi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai harmoni, sehingga ketika perbuatan curang terjadi sesungguhnya telah mencederai pula nilai-nilai harmoni.

Sanksi bagi pelanggaran atas kontrak tersebut juga diterap-kan, dan sanksi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hukum yang berlaku dalam masyarakat pebisnis Kampung Sewan. Hu-kum pada masyarakat pebisnis kecil di Kampung Sewan berlaku

Page 267: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

247

dalam bentuk penghormatan atas kontrak serta penegakan sanksi bagi yang melanggar kesepakatan bisnis. Masyarakat bisnis kecil Kampung Sewan melihat bahwa hubungan yang terjadi di antara sesama pedagang, baik pedagang pembuat, pedagang pengepul, pedagang pengecer hingga konsumen menggunakan kontrak seba-gai kesepakatan yang melandasi hubungan bisnis.

Pendekatan etnografi hukum atas warga masyarakat Cina Benteng Kampung Sewan meneropong bahwa:

Pertama, budaya hukum masyarakat bisnis Kampung Sewan harus dipandang sebagai sebuah keragaman hukum dalam masya-rakat yang majemuk. Masyarakat memiliki budaya hukumnya sen-diri, dan dalam hal ini pilihan penyelesaian sengketa ketika terjadi wanprestasi di antara para pebisnis menunjukkan sebuah hukum yang hidup dalam beragam hukum di Indonesia. Hukum negara dengan alat kelengkapannya seperti pengadilan bukanlah pilihan bagi mereka. Untuk itu, maka penyelesaian sengketa menurut cara mereka harus dipandang sebagai hukum dan bukan sekadar se-bagai sebuah sanksi sosial semata. Masyarakat bisnis ini melihat bahwa penyelesaian sengketa di luar pengadilan lebih diterima, karena selain biaya yang murah, penyelesaian di luar pengadilan lebih mencerminkan keadilan bagi para pihak.

Kedua, bahwa penerapan hukum-hukum lokal harus dipahami sebagai sebuah keragaman hukum dan bukannya sebagai sebu-ah proses-proses penolakan hukum terhadap komunitas tertentu. Masyarakat pedagang Cina, baik tradisional maupun modern se-sungguhnya memiliki hukumnya sendiri serta mekanisme penye-lesaian. Masyarakat selalu melihat dengan sudut pandang yang berbeda ketika bersinggungan dengan mereka yang melihatnya sebagai sebuah komunitas tak berhukum.

Masyarakat Cina tradisional selama ini selalu dianggap seba-gai sebuah masyarakat yang anti hukum. Pandangan ini muncul, karena mereka merupakan masyarakat yang hidup dalam har-moni, sehingga dianggap sebagai ketidakpatuhan kepada hukum negara. Mereka harus dipandang sebagai subkultur dalam sebuah budaya hukum. Pemahaman atas hukum mereka berbeda dalam

Page 268: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

248

pemaknaan dan pemahaman. Budaya harmonis cenderung untuk menggunakan hukum-hukum yang harmonis dan bukannya me-nekankan pada sanksi semata. Penerapan hukum dan sanksi juga berlaku dalam pemaknaan yang berbeda.

Dalam konteks semi autonomous social fields masyarakat yang berhukum dalam sebuah negara harus dipandang dalam bentuk-nya yang majemuk dan masing-masing subkultur memiliki hu-kumnya sendiri. Pengakuan atas beragam hukum yang berposisi sebagai semi otonom khusus bagi masyarakat Kampung Sewan menunjukkan kepada kita bahwa hukum sesuai dengan adagium ubi societas ibi ius, di mana ada masyarakat di situ ada hukum. Hu-kum yang berlaku, dan ditegakkan melalui sanksi pada pedagang Kampung Sewan menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia berlaku beberapa hukum yang saling menguatkan, dan sekaligus saling memberikan pengaruh. Dalam pendekatan semi autonomous social fields tergambar nyata bahwa perilaku berhukum komunitas pedagang Cina Benteng Kampung Sewan dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional shenisme. Nilai religius shenisme ini menentukan bagaimana komunitas ini harus memilih model penyelesaian seng-keta serta pola berhukum yang dijalaninya. Nilai-nilai tradisional masyarakat Cina Benteng berupa darma dan karma, juga pema-haman akan konsep yin-yang yang mengutamakan nilai harmoni dalam hidup walau dengan diungkapkan dalam bahasa para peda-gang, memengaruhi pola perilaku berhukum dalam hukum bisnis yang mereka jalankan.

Pemahaman atas hukum yang berbeda dalam sebuah sistem hukum menunjukkan sebuah keragaman atas hukum. Keragaman hukum masyarakat Cina tradisional ini merupakan sebuah bentuk kepatuhan hukum dalam caranya yang berbeda. Ketidakpatuhan yang selalu identik dengan masyarakat Cina harus ditepis jauh dari pemahaman umum. Mereka adalah masyarakat yang berhu-kum, mematuhi setiap ketentuan hukum, dan sanksi sebagai ben-tuk nyata dari berlakunya hukum juga sangat keras.

Ketiga, perlu adanya perhatian baik dari kalangan pemerintah pusat dan daerah, maupun swasta untuk membantu permodalan

Page 269: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

kedelapan e p i l O g

249

warga Cina Benteng Kampung Sewan agar mereka lebih leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Bantuan ini tentunya akan dapat membantu kelancaran usaha yang dialami oleh warga pedagang. Jika bantuan permodalan bisnis, juga termasuk bantuan pening-katan kualitas hidup seperti beasiswa pendidikkan dan bantuan kesehatan bagi warga miskin itu dapat diterima, maka mereka di-harapkan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup ini sangat dibutuhkan agar masyarakat dan peda-gang Kampung Sewan dapat keluar dari sebuah jebakan kemis-kinan.

Bantuan yang dibutuhkan sebaiknya diwujudkan dalam ben-tuk permodalan ataupun pelatihan dan tidak bersifat instan se-perti bantuan uang tunai dan sembako yang selama ini terjadi, karena tidak akan dapat mengubah hidup mereka, hanya mem-berikan dampak dalam waktu yang singkat. Pelatihan bisnis dan perkenalan kepada jaringan-jaringan bisnis besar adalah hal yang dirasakan perlu untuk dilakukan, karena akan berdampak dalam jangka yang panjang.

Page 270: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 271: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPdaftar Pustaka

Abram & Walderen. Anthropological Perspectives on Local Develop-ment. London & New York: Routledge. 1998.

Anonymous. Marga Tionghoa.<http://id.wikipedia.org/wiki/Mar-ga_Tionghoa>.

Adam, Asvi Warman. Diskriminasi Panjang terhadap Etnis Tionghoa, Indonesia Media Online.<sumber:http://www.indonesiamedia.com/2005/02/mid/opini/diskriminasi.htm>.

Banakar, Reza & Max Travers, eds. Theory and Method in Socio-Legal Research. Oxford: Hart Publishing. 2005.

Beckman, Keebet von Benda. Anthropological Perspectives on Law and Geography, Political and Legal Anthropology Review. No-vember 2009.

Benedict, Sheehy. Fundamentally Conflicting Views of The Rule of

Page 272: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

252

Law in China and The West & Implications for Commercial Dis-putes. Northwestern Journal of International Law and Business, Winter 2006.

Berman, Paul Schiff. Global Legal Pluralism. Southern California Law Review, September 2007.

Bintang Barat. Schola Boeat Anak-anak Tjina. 17 Oktober 1885.Bintang Barat. Kabar Kawat. 21 Mei 1887.Bintang Barat. Bangsa Tjina di Hindia Nederland. 8 Juni 1897.Bintang Barat. Bangsa Tjina di Hindia Nederland. Rebo, 30 Juni

1897.Bohannan, Paul, ed. Law and Warfare, studies in The Anthropology of

Conflict. Texas: Texas Press Sourcebook, 1967.Blusse, Leonard. Persekutuan Aneh, Pemukim Cina, Wanita Peranak-

an, dan Belanda di Batavia VOC. Jakarta: Penerbit LKiS. 2004.Bromortani. Indische Universiteit Vereeniging. 20 Mei 1914.Chee-Beng Tan. Chinese Religion in Malaysia. Asian Folklor Studies,

Vol. 42.Coppel, Charles A. Tionghoa dalam Krisis. Jakarta: Penerbit Sinar

Harapan. 1994.Cooter & Ulen. Law and Economics. California: Addison Wesley.

2000.Cross, Frank B. Law and Economic Growth. Texas Law Review Vol.

80.Daniel, Fitzpatrick. Evolution and Chaosin Property Right System:

The Thirld World Tragedy of Contested Acces. Yale Law Journal, Maret 2006.

Deni Khanafiah & Rolan Mauludy. Mengatasi Persoalan Kemiskinan dengan Ekonomi Kompleksitas, sumber: <www.bandungfe.net-go=xbb&&crp= 47fd1be4>.

Denis L. Teruan. Budaya Bisnis RRC pada Era Globalisasi, sumber: <http://www.scribd.com/doc/3293123/Budaya-Bisnis-China-pada-Era-Globalisasi.

Denzin & Lincoln. The Sage Handbook of Qualitative Research, Third Edition. London: Sage Publication, 2005.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor, Konsep, Teori,

Page 273: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

daFtar pustaka

253

dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Medpress. 2009.Erniwati. Asap Hio di Ranah Minang: Komunitas Tionghoa di Suma-

tera Barat. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2007.Fetterman, David M. Ethnograpy, Second Edition. London: Sage

Publication. 1998.Fried, Charles Fried. Contract as Promise, a Theory of Contractual

Obligations. London: Harvard University Press. 1981.Friedman, Lawrence M. American Law. New York: W.W. Norton &

Co., 1984.Fung Yu Lan. Sejarah Filsafat Cina. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar. 2007.Galanter, Marc. Keadilan di Berbagai Ruangan: Lembaga Peradilan,

Penataan Masyarakat,serta Hukum Rakyat, tulisan dalam Ihro-mi, ed., Antropologi Hukum sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Ya-yasan Obor Indonesia. 2001.

Geertz, Clifford. The Religion of Java. New York. 1960.Gliedman, Jhon. The Wheelchair Rebellian tulisan dalam The Social

World. New York: Worth Publishers. 1987.Go Gien Tjwan. Desa Dadap, Wujud Bhinneka Tunggal Ika. Jakarta:

Penerbit Elkasa. 2008.Gondomono. Membanting Tulang Menyembah Arwah. Jakarta: Pus-

taka Firdaus. 1996.__________. Manusia dan Kebudayaan Han. Jakarta: Penerbit Kompas.

Jakarta: 2013.Gulliot, Claude. Banten, Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII. Jakar-

ta: Penerbit KPG. 2008.Havillanda, William A. Antropologi. Jakarta: Erlangga. 1985.Heido Tanaka. Japanese Legal System. Tokyo: University of Tokyo

Press. 1988.Hoebel, E. Adamson. The Law of Primitive Man. New York: Harvard

University Press. 1968.Hoetink. Ni Hoe Kong, Kapitein TIONG HOA di Betawi dalem tahon

1740,Cet. ke-2. Jakarta: Masup 2007.Holleman, J.F. Kasus-kasus Sengketa dan kasus-kasus di luar Sengke-

ta dalam Pengkajian mengenai Hukum, Kebiasaan dan Pemben-

Page 274: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

254

tukan Hukum, tulisan dalam Ihromi, ed. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2001.

Horton, Paul B. Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1984.Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Penerbit Bayumedia. 2006.Ihromi, Tapian Omas, ed. Antropologi Hukum, Sebuah Bunga Ram-

pai. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia. 2001.Ilhyung Lee. The Law and Culture of The Apolgy in Korean Dispute

Settlement (With Japan and United States in Mind). Michigan Journal of International Law Fall. 2005.

Intisari. Etnik Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Penerbit Intisari. 2006.Irianto, Sulistyowati & Shidarta, eds. Metode Penelitian Hukum,

Konstelasi dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indo-nesia. 2011.

________________. Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia. 2005.

Jahja, Junus. Peranakan idealis. Jakarta: Penerbit KPG. 2002.Jung Chang. Mao Kisah Kisah yang Tidak Diketahui. Jakarta: PT

Gramedia Pusataka Utama. 2007.Juris, Ratio. Promises and Contract Law: an Introduction, sumber:

<www.ratiojurisblogspot.com/2010/06/promises-and-con-tract-law-introduction-html>.

Kamau, Winifred. Law, Pluralism, and The Family in Kenya: Beyond Bifurcation of Formal Law and Custom. International Journal of Law, Policy and Family, Agustus 2009.

Kinasih, Ayu Windy. Identitas Etnis Tionghoa di Kota Solo. Penerbit Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM. 2007.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakar-ta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 2000.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2009.

Kompas, Bogor. Tangerang, dan Bekasi Lumpuh. 15 Mei 1998.Kompas. Banyak Sekolah di Jakarta dan Sekitarnya diliburkan. Sab-

tu, 16 Mei 1998.Kompas. Akibat Kerusuhan di Tangerang 18 Mal dan 585 Toko Han-

Page 275: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

daFtar pustaka

255

cur, 19 Mei 1998.Kurnia, Titon Slamet. Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai

HAM di Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. 2007.Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok, Sebuah

Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.Lindsey, Tim, eds. Chinese Indonesian, Remembering, Distorting, For-

getting. Singapore: Institute of South East Asian Studies. 2005.Liu Yuli. The Unity of Rule and Virtue, a Critique of a Supposed Pa-

rallel Between Confucian Ethics and Virtue Ethics. Singapore: Eastern University Press. 2004.

Lohanda, Mona. The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942. Jakarta: Penerbit Djambatan. 1996.

_____________. Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia. Jakarta: Pener-bit Masup 2007.

____________. Tragedi Seorang Kapitan Cina, dalam Hoetink, Ni Hoe Kong, Kapitein Tiong Hoa di Betawi dalem Tahon 1740. Jakarta: Masup. Cet. Ke-2, 2007.

Lombard, Dennys. Nusa Jawa Silang Budaya, Buku 2 Jaringan Asia. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Macaulay, Stewart. Non Contractual Relations in Business: A Prelimi-nary Study, American Sociology Review 55, 1963, dalam Law & Society, Readings on the Social Study of Law, Steward Macau-lay, eds., W.W. Norton & Company.

Macionis, John, Sociology. New Jersey: Prentice Hall. 1989.Matheson, John H. Convergence, Culture and Contract Law in China,

Minnesota Journal of International Law, Summer 2006.Moore, Sally Falk. Law as Process, an Antropological Approach. Lon-

don: Routledge & Kegan Paul. 1983.Maidment, Richard and Colin Mackerras. Culture and Society in The

Asia Pacific. London & New York: Routledge. 1998.Mc.Connaughay, Philip J. Rethinking The Role of Law and Contracts

in East-West Commercial Relationship. Virginia Journal of Inter-national Law, Winter 2001.

Munir, Mochamad. “Penggunaan Pengadilan Negeri sebagai Lembaga untuk Menyelesaikan Sengketa dalam Masyarakat, Kasus Penye-

Page 276: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

256

lesaian Sengketa yang Berkaitan dengan Tanah dalam Masya-rakat di Kabupaten, Bangkalan Madura”, Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga. 1997.

Mo Zhang. Chinese Contract Law, Theory and Practice. Leiden-Bos-ton: Martinus Nijhoff Publishers. 2006.

Nader, Laura, eds. The Disputing Process Law in Ten Societies. New York: Columbia University Press. 1975.

Narwoko, J. Dwi. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Jakarta: Kencana-PrenadaMedia Group. 2007.

Natalia, Gloria. Cina Benteng yang Tetap Dibalut Kemiskinan. sum-ber:<http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/05/jab06.html>.

Nio Joe Lan. Riwajat 40 Taoen T.H.H.K. Batavia. Batavia: Penerbit THHK 1940.

__________. Peradaban Tionghoa Selajang Pandang. Jakarta: Keng Po. 1961.

Dokumen No. 206, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff).

Dokumen No. 211, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff).

Dokumen No. 231, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff).

Dokuemn No. 325, S.L. van der Wal, Officiele bescheiden betrefende de Nederlands-Indonesische Betrekkingen 1945-1950, vierde deel (’s Gravenhagen, 1974, Martinus Nijhoff).

Nurhadiantomo. Hukum Reintegrasi Sosial, Konflik-konflik Sosial Pri-Non Pri dan Hukum Keadilan Sosial. Surakarta: Penerbit Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004.

Nurjaya, I Nyoman. Magersari: Dinamika Komunitas Petani Pekerja Hutan dalam Perspektif Antropologi Hukum. Penerbit UM Press, Majalah Arena Hukum FH Universitas Brawijaya. Malang: 2005.

Page 277: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

daFtar pustaka

257

Oey Hok Tjay. Gado-gado Perkumpulan Tionghoa di Masa Lampau. Makalah, t.th.

Ong Hok Ham. Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Penerbit Ko-munitas Bambu. Depok, 2005.

_____________. Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan Cina, Sejarah Etnis Cina di Indonesia. Depok: Komunitas Bambu. 2008.

Pemberita Betawi. Peladjaran orang Tionghoa di Tanah Hindia, 1 Juni 1908.

Pemberita Betawi. Peladjaran orang Tionghoa di Tanah Hindia, 2 Juni 1908.

Pospisil, Leopold. Anthropology of Law: A Comparative Theory. Har-per and Row Publisher. 1971.

Prawironegoro, Darsono. Filsafat Ilmu. Jakarta: Penerbit Nusantara Consulting. 2010.

________________. Filsafat Ilmu Pendidikan. Jakarta: Penerbit Nusantara Consulting. 2010.

Purdey, Jemma. Anti-Chinese Violence in Indonesia. Singapore: Si-ngapore University Press. 2006.

Rani Usman, A. Etnis Cina Perantauan di Aceh. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Perubahan Sosial, Suatu Tinjauan Te-oritis serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia. Jakarta: Genta Publishing. 2009.

_______________. Berhukum dengan Perilaku, Hidup Baik adalah Dasar Hukum yang Baik. Jakarta: Penerbit Kompas, 2009.

Rajagukguk, Erman. Peranan Hukum dalam pembangunan dalam Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indone-sia, Pidato Pengukuhan jabatan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 4 Januari 1997.

_________________. Pengertian Keuangan Negara, dan Kerugian Negara, Makalah pada Diskusi Publik “Pengertian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi, KHN RI, 26 Juli 2006.

__________________. Perdagangan Internasional dan Lingkungan Hidup, Pi-dato Promotor pada Promosi Doktor Ilmu Hukum untuk Riyat-no dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1 Juni 2005.

Page 278: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

258

Shahab, Alwi. Betawi Queen of The East. Jakarta: Penerbit Repub-lika. 2002.

Selompret Melajoe. Perkara boenoe di taon 1740, 20 November 1902.

Sin Po. Bebrapa pikiran dari Student-student Tionghoa di Amerika, Rebo, 17 Januari 1923.

Sin Po. Lt. Gouverneur-Generaal ka Tangerang, tanggal 7 Juni 1946Sin Po. Chung Hua Chung Hui Perloe Diberikan Bantoean, 8 Juni

1946. Sin Po. Mana Panitya Chusus Warganegara?, Sabtu 1 Februari 1958.Sin Po.Dwi-kewarganegaraan bukan masalah istimewa, Sabtu 1 Feb-

ruari 1958.Sin Po. Kl. 16 harian berhuruf Tionghoa mulai hari ini menghentikan

penerbitannja, Jumat 18 April 1958.Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik. Jakarta: Pener-

bit Transmedia. 2008.San Hyung On, ed. Introduction to The Law and Legal System of Ko-

rea. Seoul: Kyung Mun Sa Publishing, 1983.Selassie, Alemante G. Ethnic Federalism: Promise and Pitfallls for Af-

rica, Yale Journal of International Law, Winter 2003.Sharar, Ido. State, Society and The Relations Between Them: Implica-

tions for The Study of Legal Pluralism, Theoritical Inquiries in Law, Juli 2008.

Slamet, Supriyadi. Ketahanan Ekonomi Masyarakat Miskin, Kasus Etnis Tionghoa di Kampung Sewan Lebak, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang,tidak diterbitkan. Yog-yakarta: UGM. 2010.

Soekanto, Soerjono. Sosiolog Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafin-do Persada. 1981.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaG-rafindo Persada. 2002.

Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 146 Oostersche Vreemde-lingen, October 1871.

Sugiastuti, Natasya Yunita. Tradisi Hukum Cina: Negara dan Masya-rakat, Studi Mengenai Peristiwa-peristiwa Hukum di Pulau Jawa

Page 279: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

daFtar pustaka

259

Zaman Kolonial (1870-1942). Jakarta: Universitas Indonesia. 2003.

Surat Asisten Residen Tangerang G.J.P. Vernet kepada Residen Ba-tavia H. Riffsnijder tanggal 2 Juni 1913 dalam Mailrapport nomor 1331513.

Surat Lombok Hua Chung Hui Comite Fond Tangerang kepada Pa-doeka Toean Kepala Voedingmiddelenfond, Departement Van Economischezaken di Djakarta, Tanggal 15 Juni 1946.

Suryadinata, Leo. Politik Tionghoa Peranakan di Jawa, Jakarta: Pus-taka Sinar Harapan, 1994.

______________. Kong Hu Cuisme dan Agama Kong Hu Cu di Indonesia, tulisan dalam Konfusianisme di Indonesia: Pergulatan Mencari Jatidiri. Seri Dian III/Tahun II. Yogyakarta: Interfidei. 1995.

______________. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002. Jakarta: Penerbit LP3ES. 2005.

______________. Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia. Penerbit Komu-nitas Bambu. 2010.

Turnbull, Colin. Bali’s New Gods tulisan dalam The Social World. New York: Worth Publishers. 1987.

Twang Peck Yang. Elite Bisnis Cina di Indonesia. Jakarta: Penerbit Niagara. 2004.

Vago, Steven. Law and Society, New Jersey. Law and Society. Pren-tice Hall. 1991.

Vaughan, Ed. Sociology The Study of Society. New Jersey: Prentice Hall. 2001.

Vermullen, Johannes Theodorus. Tionghoa di Batavia dan Huru-Hara 1740. Depok: Komunitas Bambu. 2010.

Wahid, Abdul. Bertahan di Tengah Krisis: Komunitas Tionghoa dan Ekonomi Kota Cirebon. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2009.

Widiowati, Didiet, ed. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia. Jakarta: P3DI, Setjen DPR RI. 2009.

Wignjodipoero, Soerojo. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Ja-karta: CV Haji Masagung. 1990.

Page 280: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

Page 281: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUPtentang Penulis

Fokky FuaD WaSItaatMaDja, lahir di Malang tahun 1973. Me-raih gelar Sarjana Hukum (1997) dan Magister Hukum (2001) dari Universitas Brawijaya. Meraih ge-lar Doktor Hukum dari Universitas Indonesia (2012). Saat ini adalah sebagai dosen tetap pada Program Studi Ilmu Hukum dan Program Magister Hukum, Fakultas Hukum

Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) sejak 2006-sekarang. Dosen Tidak Tetap Program Magister Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan, STKIP Arrahmaniyah Depok sejak 2016-sekarang. Men-jadi Dosen Tidak Tetap Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul sejak 2002-sekarang.

Hasil karya buku yang telah diterbitkan, antara lain: Co-author

Page 282: PRENADAMEDIA GROUP

PRENADAMEDIA GROUP

etnografi hukum: budaya hukum masyarakat cina jelata

262

dalam buku Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Berperkara di Mahkamah Konstitusi, (Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, 2010). Budaya Hukum Pedagang Kecil Cina Benteng Kam-pung Sewan (Penerbit Lembaga Studi Hukum Ekonomi, FHUI, Juli 2012). Co-author dalam buku Pancasila, Suatu Tinjauan Historis, Fi-losofis, dan Hukum, (Penerbit Media Hutomo, Jakarta, 2012). Hu-kum dalam Dinamika Socio Legal di Indonesia, Jilid 1 dan 2, (Pener-bit FH Universitas Al Azhar Indonesia, 2012, Edisi Revisi 2014). Filsafat Hukum, Akar Religiositas Hukum (Penerbit PrenadaMedia Group, 2015). Sebagai co-author dalam buku Pancasila suatu Visi Kebangsaan (Penerbit UAI Press, 2015). Sebagai editor dalam buku Negara dan Masyarakat Hukum Adat (Penerbit Dian Rakyat, 2016). Co-author dalam Spiritualisme Pancasila (Kencana-PrenadaMedia Group, 2018). Falsafah Pancasila, Epistemologi Keislaman Kebang-saan (Kencana-PrenadaMedia Group, 2018). Filsafat Hukum, Ra-sionalisme & Spiritualisme (Kencana-PrenadaMedia Group, 2019). Sebagai Co-Author dalam Kewarganegaraan dan Masyarakat Madani (Kencana-PrenadaMedia Group, 2019).