Rapat Bank Sentral Amerika tanggal 15-16 Maret 2016 lalu menghasilkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 0.50%. Median proyeksi suku bunga pada akhir tahun ini dari para anggota FOMC juga turun menjadi 0.875% yang menandakan akan ada dua kali kenaikan suku bunga pada tahun ini dari sebelumnya empat kali kenaikan. Data tenaga kerja Amerika terus memperlihatkan tren positif. Angka pemberian upah karyawan diluar sektor pertanian (non-farm payroll) menunjukkan penambahan sebesar 242 ribu pada bulan Februari, jauh lebih baik dari konsensus sebesar 190 ribu. Angka klaim pengangguran yang dirilis tanggal 12 Maret juga dilaporkan sebesar 265 ribu, yang merupakan pelaporan dibawah angka 300 ribu selama 54 minggu berturut-turut. Sementara itu tingkat pengangguran masih stabil di level 4.9%, dimana merupakan level terendah sejak tahun 2008.

Sentimen pemotongan outlook kenaikan suku bunga bank sentral Amerika, angka tenaga kerja yang bagus dan juga harga minyak yang stabil telah membuat bursa saham Dow Jones ditutup positif selama 6 hari berturut-turut pada akhir minggu ke-3 bulan Maret.

Sumber: tradingeconomics.com

Suku Bunga Amerika Tingkat Pengangguran Amerika

Edisi Maret 2016 Data per tanggal 21 Maret 2016

Global

Bank Sentral Eropa (European Central Bank) memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 5bps dari 0.05% menjadi 0% dan menambah program pelonggaran moneternya (Quantitative Easing) dari 60 milyar Euro per bulan menjadi 80 milyar Euro per bulan. Presiden ECB Mario Draghi mengatakan bahwa langkah ini diambil untuk mengangkat tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi zona Eropa yang masih stagnan.

Walaupun Mario Draghi sempat menutup kemungkinan akan adanya pemotongan bunga lanjutan, kepala ekonom ECB, Peter Praet mengatakan bahwa suku bunga dapat dipangkas lebih lanjut. Dia juga menyatakan keterbukaannya untuk "helicopter money," ide dari bank sentral yang secara efektif memberikan uang secara langsung ke orang-orang, daripada lewat pinjaman ke bank-bank atau pembelian aset.

Suku Bunga Zona Eropa

Tingkat Inflasi Zona Eropa

Sumber: tradingeconomics.com

Bank Sentral Jepang secara mengejutkan kembali menyatakan wacana untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan ke teritori negatif hingga -0.1% pada bulan Februari lalu. Ini merupakan yang pertama kalinya suku bunga acuan Jepang berada di bawah level 0%. Dalam beberapa waktu terakhir, Jepang mencatat pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah. Akibatnya, Jepang selalu mengalami deflasi.Dengan suku bunga negatif, diharapkan masyarakat Jepang tidak lagi tertarik menyimpan uangnya di bank. Masyarakat diharapkan membelanjakan simpanannya agar perekonomian dapat kembali bergerak. Kebijakan bank sentral Jepang ini (Bank of Japan) menambah kebijakan pelonggaran (Quantitative Easing) senilai 80 triliun yen yang sudah dijalankan sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi & Tingkat Inflasi Jepang

Sumber: tradingeconomics.com

Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 7.00% ke 6.75%. Ini merupakan

penurunan ketiga tahun ini setelah bulan Januari dan Februari lalu BI juga menurunkan tingkat suku bunga dengan besaran yang sama dari 7.50% hingga 7.00%. Selain menurunkan suku bunga,BI juga menurunkan bunga Depocit Facility menjadi 4.75% dan lending facility menjadi 7.25%. Penurunan BI Rate ini akan berdampak positif bagi emiten untuk pengembangan bisnis. Dengan bunga pinjaman yang lebih ringan berarti akses modal kerja menjadi lebih besar, emiten menjadi semakin ekspansif dan pada akhirnya dapat menggerakan perekonomian Indonesia.

Indonesia

Suku Bunga Acuan Indonesia

Sumber: tradingeconomics.com

Penurunan suku bunga ini juga berdampak positif terhadap pasar obligasi. Permintaan obligasi akan meningkat karena ada pergeseran minat dari deposito beralih ke obligasi yang memiliki imbal hasil lebih tinggi. Terbukti sejak penurunan BI Rate yang pertama di bulan Januari, sudah ada sekitar 38 triliun rupiah dana asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia.

Kepemilikan Asing Obligasi Pemerintah Indonesia

Sumber: bloomberg.com

Pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang ke 11 tanggal 29 Maret. . Ini adalah paket

kebijakan ekonomi ke 11 yang sudah dikeluarkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi sejak tahun 2015 lalu dan merupakan paket kebijakan ke-tiga yang dikeluarkan tahun ini. Dengan munculnya paket kebijakan 11 ini berarti melengkapi ke-10 paket kebijakan ekonomi yang sudah diluncurkan sebelumnya. Pasar pun bereaksi positif hari itu dan ditutup positif setelah beberapa hari sebelumnya terus mengalami penurunan. IHSG ditutup +0.16% di 4781.28.

Sama dengan paket kebijakan yang sebelumnya, paket kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing di dunia usaha dan berisikan 4 poin, antara lain;

1. Pemberian kredit usaha rakyat (KUR) dengan orientasi ekspor 2. Penerbitan dana investasi real estate (DIRE) dengan biaya rendah 3. Mempercepat pelayanan ekspor dan impor di pelabuhan 4. Peningkatan pelayanan kesehatan nasional

Paket Kebijakan ke-11

Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

OJK berencana untuk membatasi margin bank menjadi paling tidak sebesar 4% dan mengeluarkan stimulus berupa insentif. Hal ini untuk menekan suku bunga kredit dan meningkatkan efisiensi bank. Diharapkan dengan adanya penurunan bunga kredit bank dapat meningkatkan penyaluran kredit perbankan. Bagi perbankan yang mau menurunkan margin, OJK akan memberikan insentif melalui kemudahan-kemudahan dalam pendirian kantor cabang atau pun perizinan produk-produk perbankan. Insentif tersebut akan dituangkan dalam Peraturan OJK (POJK) Tentang Insentif dalam Rangka Peningkatan Efisiensi.

Dengan fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kuat, seperti terkendalinya tingkat inflasi dan beberapa sentimen positif yang terjadi seperti penurunan BI Rate, telah mendorong pasar saham Indonesia dan nilai tukar rupiah. Terbukti di tahun 2016 ini, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan apresiasi nilai rupiah menjadi salah satu yang terbaik dibandingkan negara lain.

Kinerja Indeks Dunia Tahun 2016 (data per 21 Maret 2016)

Sumber: Investor Daily

Kinerja Mata Uang Dunia Tahun 2016 (data per 21 Maret 2016

Sumber: Investor Daily

This document is issued by PT. Bank Permata, Tbk. (PermataBank) for information and private circulation purpose only. It does not constitute any offer, proposal,

recommendation or solicitation to any person to enter into any transaction or adopt any hedging, trading or investment strate gy, nor does it constitute any prediction of likely future movement in rates or prices or any representation that any such future movement will not exceed those shown in any illustration. All reasonable care has been taken in preparing this document, no responsibility or liability is accepted for error, omissions, negligence, and/or inaccuracy of fact or for any opinion expressed herein. Opinion,

projection and estimates are subject to change without notice. PermataBank and/or its members of Board of Director and Commis sioners, employees, affiliates, agents and/or its advisors disclaims any and all responsibility or liability relating to or resulting from the use of this documents whatsoever which may be brought against or suffered by any person as a result of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. You are advised to make your own independent judgment with respect to

any matter contained herein, by fully aware of any consequences obtained on said judgment.